• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keakuratan arah kiblat mushalla di wilayah Bekasi Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keakuratan arah kiblat mushalla di wilayah Bekasi Utara"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

BEKASI UTARA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah ( S. Sy )

Oleh :

Gusti Agung Wibisono NIM : 106044203687

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Satu ( S1 ) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Bekasi, 07 Mei 2010

Gusti Agung Wibisono

(3)

Puji syukur terlebih dahulu penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sesuai dengan harapan.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengajukan skripsi sebagai hasil penelitian di Bekasi Utara, walaupun dari pandangan yang masih sederhana, penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangannya, baik materi maupun bahasanya, mengingat tulisan ini baru merupakan langkah awal dari penerapan dalam tulisan hasil studi kami yang masih bersifat dasar mengenai masalah arah kiblat. Dan dapat disadari pula dalam penyusunan skripsi ini mungkin tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik bantuan moril maupun materil. Untuk itu dalam kesempatan ini tidak lupa penulis menghaturkan banyak terima kasih atas segala bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung, terutama kepada :

1. Bapak Prof.Dr. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM, selaku pimpinan Fakultas Syariah dan Hukum.

2. Bapak Drs.H.A Basiq Djalil, SH, M.Ag serta Bapak Kamarusdiana, S.Ag,MH, selaku Ketua Program Studi dan Sekretaris Program Studi.

3. Ibu Dra. Maskufa, M.Ag serta Bapak Drs. Sirril Wafa, M.Ag, selaku pembimbing satu dan dua yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini.

(4)

v

5. Bapak Zuhri, selaku pimpinan perpustakaan yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

6. Bapak Ketua DKM mushola yang berada di Bekasi Utara, yang telah banyak memberikan bantuan selama melakukan penelitian.

7. Ayah dan Ibu tercinta, yang banyak memberikan dorongan baik secara moril dan materil yang tak terhingga nilainya.

8. Adikku yang ganteng, Kanjeng Dimas Raditio yang selalu membuat penulis tersenyum disaat penulis merasa jenuh.

9. Sahabat-sahabatku, Aeni, Kiky, Hilma dan Syafaruddin yang telah memberikan dorongan moril agar penulis diberikan kemudahan dalam penyusunan skripsi ini.

10.Serta rekan-rekan mahasiswa dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per yang memberikan dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis haturkan terima kasih pula kepada semua pihak yang telah berkenan membantu dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang sesuai, Amin.

(5)

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 4

D. Metode Penelitian... 5

E. Study Review... 9

F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. Pengertian Kiblat... 12

B. Sejarah Kiblat ... 13

C. Sejarah Menghadap Kiblat ... 16

D. Hukum Menghadap Kiblat Dalam Shalat ... 19

BAB III. PRAKTEK PENGHITUNGAN DAN PENGUKURAN ARAH KIBLAT A. Praktek Penentuan Arah Kiblat Di Masyarakat ... 23

(6)

vii

BAB IV. PENENTUAN ARAH KIBLAT DAN TINGKAT AKURASINYA

A.Profil Mushalla... 38

1. Data Umum Mushola ... 38

2. Status Tanah Mushola ... 42

B. Keakuratan Arah Kiblat Mushola... 45

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(7)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua ibadah dalam agama Islam telah ditentukan waktunya, seperti haji dilakukan di dalam bulan Dzulhijah, puasa di bulan Ramadhan, Zakat Fitrah diakhir bulan Ramadhan, dan sebagaimana yang sering kita lakukan dalam sehari semalam yaitu shalat Fardu lima kali semalam juga telah ditentukan waktunya, yaitu Subuh, Zuhur, Ashar, Maghrib, Isya, itu pun dilakukan jika waktu shalat tiba dan kapan waktu shalat berakhir. Setelah kita mengetahui waktu untuk melakukan shalat, diharuskan pula kita menentukan arah untuk menghadap wajah kita sewaktu shalat. Jika seorang muslim selalu tinggal di satu tempat, maka mungkin ia tidak mendapatkan kesulitan untuk menentukan arah kiblat. Akan tetapi, begitu ia sering berpergian jauh, ia mulai menyadari bahwa menentukan arah kiblat itu tidak mudah.

Pada dasarnya menghadap Ka’bah dalam wacana fiqih merupakan syarat sah shalat yang tidak dapat ditawar-tawar, memang pada mulanya ketika Rasulullah SAW, berada di Mekkah beliau shalat menghadap Baitul Maqdis atas perintah dari Allah SWT. Hal ini dimaksudkan untuk membujuk hati para ahli kitab. Tetapi beliau sangat berharap agar arah kiblat dialihkan ke Ka’bah yang mulia, karena itulah kiblat bapaknya, Ibrahim Al-Khalil. Maka saat itu beliau banyak menengadah kearah langit, sambil berharap turunnya wahyu tentang pengalihan arah kiblat. Beliau benar-benar sangat mengharapkan hal ini, hingga akhirnya Allah memenuhi keinginan beliau dan

(8)

memerintahkan agar beliau menghadap kearah Ka’bah. Di samping itu ada sebab lain yang membuat beliau berkeinginan atas pengalihan kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka’bah, yaitu karena orang-orang Yahudi yang jahat biasa berkata, “Alangkah anehnya urusan Muhammad, dia berbeda dengan kita dalam masalah agama, namun sama dalam shalatnya dengan kiblat kita”. Kalau tidak karena agama kita, tentu dia tidak tahu harus menghadap kemana ketika shalat1. Karena itulah beliau benar-benar ingin agar Allah mengalihkan kiblat ke Ka’bah, sehingga orang-orang Yahudi tidak mempunyai cara untuk menyerang pribadi dan agama beliau.

Oleh karena itu, para ulama sepakat bahwa menghadap kiblat secara ‘aini ( tepat arah ) merupakan wajib bagi orang yang berada di Masjidil Haram atau orang-orang yang bisa melihat langsung ke Ka’bah. Akan tetapi bagi orang-orang-orang-orang yang jauh dari Ka’bah ( Ka’bah tidak terlihat ) seperti di Indonesia, maka wajib menghadap kiblat secara tepat. Untuk mencapai kearah yang tepat diperlukan ijtihad. Melakukan ijtihad bukanlah masalah mudah, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku ijtihad ini, diantaranya menguasai Ilmu Falak. Sementara ini ahli Ilmu Falak sangat jarang dan tidak banyaknya informasi tentang suatu lembaga yang membuka diri untuk menjadi konsultan arah kiblat yang benar.

Tetapi sayang sekali, selama ini dalam membangun Mushalla, masyarakat masih ceroboh dalam menentukan arah kiblat. Mungkin pendiri Mushalla tersebut

1

(9)

atau tokoh agama setempat kurang memahami metode dalam menentukan arah kiblat. Sehingga yang dipakai pedoman oleh masyarakat hanyalah arah Barat.

Oleh karena itu banyak terdapat mushalla yang arah kiblatnya kurang tepat atau bahkan sama sekali tidak mengarah ke Ka’bah.

Dari permasalahan inilah penulis mengangkat judul tentang “

KEAKURATAN ARAH KIBLAT MUSHALLA DI WILAYAH BEKASI

UTARA” untuk mengetahui sejauh manakah validitas pengukuran arah kiblat mushalla di wilayah Bekasi Utara.

B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar skripsi ini tidak meluas, penulis membatasinya pada satu objek, yaitu penulis hanya membahas tentang pengukuran arah kiblat mushalla di kecamatan Bekasi Utara kota Bekasi yang terdiri dari 6 kelurahan

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan Pembatasan Masalah diatas, maka secara umum permasalahannya adalah bagaimana akurasi arah kiblat Mushalla yang terdapat di Bekasi Utara dengan perumusan masalah sebagai berikut :

a. Seberapa akuratkah penghitungan arah kiblat Mushalla di Wilayah Bekasi Utara ?

(10)

c. Apa kekurangan dan kelebihan metode yang dipakai masyarakat dalam menentukan arah kiblat mushalla ketika awal pembangunannya. ?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui keakuratan penghitungan arah kiblat mushalla di wilayah Bekasi Utara.

b. Mengetahui cara masyarakat dalam menentukan arah kiblat mushalla ketika awal pembangunannya.

c. Mengetahui kekurangan dan kelebihan metode yang dipakai masyarakat dalam menentukan arah kiblat.

Dan manfaat yang diharapkan didapat dari penelitian ini adalah :

a. Mendapatkan peta informasi tentang keakuratan arah kiblat mushalla di wilayah Bekasi Utara.

(11)

PENGERTIAN ARAH KIBLAT DAN LANDASAN HUKUMNYA

A. Pengertian Kiblat

Kiblat menurut bahasa adalah Bait Al-Haram di Mekkah, Al-Ghurfatu ( kamar ), kullu baitin murabba’in ( setiap bangunan yang berbentuk persegi empat )1. Ka’bah disebut juga dengan Baitullah, Baitul Haram dan Baitul Atiq atau rumah tua yang dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim dan puteranya Nabi Ismail atas perintah Allah SWT.

Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia antara Ka’bah dan Kiblat terdapat sedikit perbedaan dalam pengertiannya. Dalam kamus lengkap bahasa Indonesia Ka’bah adalah bangunan dari batu berbentuk kubus dalam masjid yang terdapat di Mekkah, sedangkan pengertian Kiblat adalah arah ke Mekkah pada waktu shalat2.

Ka’bah merupakan bangunan yang terdiri dari empat sudut. Keempat sudut bangunan Ka’bah mempunyai nama-nama tersendiri, yaitu :

1. Sudut Hajar Aswad

Di sudut ini terdapat batu hitam yang menjadi tempat dimulai dan diakhirinya thawaf. Hajar Aswad terletak pada ketinggian 1,5 m dari tanah, berbentuk seperti

1

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, ( Yogyakarta : Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan PP “Al-Munawwir” Krapyak, 1984 ), hal 1305.

2

Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, ( Jakarta: Pustaka Amani ), hal 155 & 187.

(12)

bulat telur. Jarak Hajar Aswad dengan pintu Ka’bah disebut Multajam, tempat doa mustajab seperti dicontohkan Rasulullah SAW.

2. Sudut Iraqi

Sudut yang mengarah ke negeri Iraq. Lebar antara sudut Hajar Aswad dan sudut Iraqi kurang lebih 11 m, dan pada sudut inilah terletak pintu Ka’bah.

3. Sudut Syaami

Sudut yang mengarah ke negeri Syam. Lebar sudut Iraqi dengan sudut Syaami kurang lebih 10 m , 22 cm.

4. Sudut Yamani3

Sudut yang mengarah ke negeri Yaman. Lebar antara sudut Syaami dan Yamani kurang lebih 10 m, 13 cm.

Kiblat adalah arah ummat Islam menghadap ketika mengerjakan shalat. Dalam hal ini ialah arah dimana Ka’bah terletak, yaitu di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi. Pernah ummat Islam berkiblat ke Masjidil Aqsa di Yerussalem, Palestina selama 16 bulan. Menghadap ke kiblat termasuk salah satu dari rukun shalat, kecuali dalam keadaan tidak mampu atau genting4. Bagi orang yang melihat Ka’bah wajib menghadap langsung kearahnya, sedang bagi orang yang bertempat tinggal jauh dari Ka’bah boleh hanya menghadap kearahnya saja.

3

M. Abdul Mujieb, Mabruri Tholhah, Kamus IstilahFiqih, ( Jakarta, Pustaka Firdaus, 1994 ), cet 1, hal 146.

4

(13)

B. Sejarah Kiblat

Ka’bah adalah bangunan suci kaum muslimin yang terletak di kota Mekkah di dalam Masjidil Haram. Ka’bah merupakan bangunan yang dijadikan sentral arah dalam peribadatan umat Islam yakni shalat dan yang wajib dikunjungi saat pelaksanaan haji dan umrah. Bangunan berbentuk kubus ini berukuran 12 x 10 x 15 m. Penelusuran yang dilakukan oleh kalangan mufassirin dan lainnya tidak ditemukan teks yang menyebutkan tentang siapa pendiri pertama Ka’bah. Al-Qur’an hanya menyebutkan bahwa Ka’bah adalah rumah pertama yang diperuntukan bagi manusia untuk beribadah kepada Allah SWT, sesungguhnya rumah ( peribadatan ) pertama yang dibangun untuk manusia ialah Baitullah yang di Mekkah, ( QS, Ali Imran, 3 : 96 ), karena Nabi Ibrahim AS bersama puteranya Nabi Ismail hanya membangun kembali atau meninggikan dasar-dasar Baitullah, “ Dan ingatlah, ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Ismail, Tuhan kami, terimalah dari kami sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ” ( QS Al-Baqarah,2 : 127 ).

(14)

lingkungan Ka’bah penuh dengan patung yang merupakan perwujudan Tuhan bangsa Arab ketika kegelapan pemikiran ( Jahiliyah ), padahal sebagaimanan ajaran Nabi Ibrahim yang merupakan nenek moyang bangsa Arab dan bangsa Yahudi serta ajaran Nabi Musa terhadap kaum Yahudi, Tuhan tidak boleh disembah dengan diserupakan dengan benda atau mahluk apapun dan tidak memiliki perantara untuk menyembahnya serta tunggal, tidak ada yang menyerupainya serta tidak beranak dan tidak diperanakan ( QS Al-Ikhlas : 112 ). Ka’bah akhirnya dibersihkan dari patung-patung ketika Nabi Muhammad membebaskan kota Mekkah tanpa pertumpahan darah.

Selanjutnya bangunan ini diurus dan dipelihara oleh Bani Sya’ibah5 sebagai pemegang kunci Ka’bah dan administrasi serta pelayanan haji diatur oleh pemerintah baik pemerintah Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Utsmaniyah Turki, sampai saat ini yakni pemerintah kerajaan Arab Saudi yang bertindak sebagai pelayan dua kota suci, Mekkah dan Madinah.

5

(15)

PRAKTEK PENGHITUNGAN DAN PENGUKURAN ARAH KIBLAT

A. Metode Penentuan Arah Kiblat Serta Kelebihan Dan Kekurangannya

Kebutuhan masyarakat muslim dalam mengamalkan ajaran agamanya segera

menyadarkan mereka akan pentingnya membangun sarana ibadah. Shalat yang

disebut-sebut sebagai tiang pokok agama, sering dijadikan ukuran sejauh mana

tingkat keberagamaannya, pembangunan mushola maupun masjid menjadi kebutuhan

bersama.

Hal terpenting dalam persiapan pembangunan mushola atau masjid adalah

letak mihrab. Di sebelah mana dan kearah mana ruang mihrab itu menghadap selalu

menjadi perhatian utama, karena arah menghadapnya mihrab kelak menjadi patokan

orang-orang sekitar untuk mengenali kiblat shalat.

Pada umumnya keberadaan bangunan mushola atau masjid terutama tata letak

mihrabnya, oleh kebanyakan orang dianggap telah mempresentasikan arah kiblat

yang sebenarnya. Masyarakat seolah telah mempercayakan urusan arah kiblat

sepenuhnya menjadi tanggung jawab pendiri mushola atau masjid. Menyadari

kecenderungan masyarakat seperti itu, maka pengukuran arah kiblat secara akurat

dalam rangka mendirikan mushola atau masjid haruslah dilakukan secara ekstra

hati-hati. Berbicara tentang ketepatan arah kiblat, yang perlu ditelaah adalah bagaimana

cara pengukuran itu dilakukan. Dari hasil temuan lapangan maupun melalui referensi

yang ada, terdapat beberapa model yang biasa dilakukan orang dalam melakukan

(16)

pengukuran arah kiblat. Ditinjau dari tata kerja pengukuran maupun dari hasil yang

diperoleh dapat dibedakan menjadi dua macam :

1. Metode pengukuran taqribi ( menggunakan acuan perkiraan )

Model yang digunakan dalam metode ini biasanya mengambil bentuk

cara-cara yang sederhana. Data yang diperlukan cukup dengan mengetahui titik mata

angin utama, yakni Barat, Timur, Utara dan Selatan. Biasanya yang melakukan

pengukuran telah memiliki pengetahuan dasar yang sederhana perihal posisi

Ka’bah ditinjau dari tempat / lokasi pengukuran. Dengan bekal pengetahuan arah

mata angin utama tersebut, dimana letak Ka’bah dari tempat pengukuran cukup

dikenali apakah lurus, miring ke kanan, miring ke kiri. Soal seberapa besar angka

kemiringannya cukup ditentukan secara kira-kira belaka. Karena penggunaan data

perkiraan atau rata-rata yang dijadikan acuan, maka pengukuran seperti ini

dimasukkan dalam kategori metode taqribi1.

Untuk dapat menggunakan metode taqribi maka seseorang diharuskan mampu

dalam menentukan arah mata angin yang utama yaitu, Barat, Timur, Utara, dan

Selatan. Metode dalam menentukan arah mata angin yang biasa dilakukan orang

adalah :

a. Menggunakan Pisau Silet

b. Menggunakan Kompas

c. Penggunaan Tongkat Istiwa

1

(17)

Tongkat istiwa adalah tongkat kayu atau besi yang ditancapkan tegak lurus

terhadap bidang datar di halaman. Penempatan di halaman dimaksudkan agar dapat

membuat bayang-bayang dari sinar matahari secar langsung sebelum dan sesudah

zawal ( saat matahari menempati titik kulminasi ). Di sekeliling tongkat tersebut

dibuat lingkaran dengan titik pusat pada tongkat. Saat bayang-bayang ujung tongkat

menyentuh garis lingkaran, sebelum kulminasi maka garis tersebut menunjukkan arah

Timur-Barat2. Penggunaan tongkat istiwa untuk menentukan arah mata angin lebih

terjamin keakuratannya dibanding menggunakan pisau silet atau kompas.

Metode taqribi dalam penentuan arah kiblat merupakan metode yang

sederhana dan dapat dilakukan oleh semua orang tanpa harus menggunakan

perhitungan rumus-rumus yang cukup rumit, hanya dengan mengetahui arah mata

angin yang utama maka seseorang dapat dengan mudah menentukan arah kiblat

mushalla yang akan dibangun.

Akan tetapi dalam perkembangannya seiring dengan kemajuan teknologi yang

pesat serta ditemukannya ilmu ukur segitiga bola yaitu ilmu untuk mengukur sudut

kemiringan arah kiblat suatu tempat maka penggunaan metode taqribi dalam

menentukan arah kiblat sangat rendah tingkat keakuratannya. Hal ini disebabkan

dalam metode pengukuran taqribi hanya menggunakan perkiraan dalam menentukan

arah kiblat suatu mushalla.

2

(18)

2. Metode Pengukuran Tahqiqi

Metode dikerjakan melalui perhitungan matematis dengan menggunakan

rumus-rumus ilmu ukur segitiga bola. Perhitungan dimaksudkan untuk mencari

sudut arah kiblat, yakni sudut dari sebuah segitiga bola yang sisi-sisinya terbentuk

dari lingkaran-lingkaran besar yang saling berpotongan melalui titik Ka’bah,

kota/lokasi pengukuran, dan titik utara. Selanjutnya melalui modifikasi rumus,

untuk posisi Indonesia misalnya hasil yang diperoleh sudut arah kiblatnya bisa

terbaca sekian derajat dari titik barat ke arah utara atau dari titik utara kea rah

barat.

Besaran sudut arah kiblat yang dihasilkan dari perhitungan melalui rumus

ilmu ukur segitiga bola merupakan data terpenting dalam metode tahqiqi. Data

pendukung yang diperlukan dalam penghitungan sudut arah kiblat ini adalah:

a. Lintang tempat

b. Garis bujur tempat

c. Lintang Mekkah ( Ka’bah )

d. Garis bujur Mekkah ( Ka’bah )3

Keempat data ini bisa diperoleh melalui daftar koordinat kota-kota besar

dunia atau kota-kota di Indonesia baik yang diterbitkan khusus untuk itu atau yang

dilampirkan pada buku-buku ilmu falak. Lintang Ka’bah menurut penelitian terakhir

yang dilakukan oleh Departemem Agama RI adalah 21° 25' LU dan garis bujur

3

(19)

Ka’bah adalah 39° 50' BT4. Sudut arah kiblat yang dihitung dari titik utara ke

kanan/positif, searah putaran jarum jam merupakan azimuth kiblat. Azimuth bertanda

negative jika dihitung berlawanan dengan putaran jarum jam.

Adapun rumus yang digunakan untuk mencari sudut arah kiblat adalah rumus

ilmu ukur segitiga bola ( spherical trigonometri ) :

Cotan Q =

Hasil yang diperoleh dari rumus tersebut adalah sudut arah kiblat dihitung

dari titik utara kea rah barat berlawanan dengan arah putaran jarum jam, Jika hasilnya

negatif maka dihitung dari titik selatan kea rah timur, berlawanan dengan arah

putaran jarum jam.

Berbeda dengan metode taqribi, metode tahqiqi dalam penentuan arah kiblat

dapat lebih menjamin tingkat keakuratannya. Hal ini dikarenakan metode tahqiqi

dikerjakan melalui perhitungan matematis dengan menggunakan rumus ilmu ukur

segitiga bola. Akan tetapi meskipun dalam penentuan arah kiblat metode tahqiqi

dapat memberikan tingkat keakuratan yang tinggi tetap mempunyai kelemahan yaitu

dikarenakan metode tahqiqi menggunakan rumus yang cukup rumit dalam

penghitungannya akan menyulitkan orang dalam menentukan arah kiblat suatu

4

(20)

mushalla, terutama bagi orang yang awam terhadap ilmu falak terutama bagi mereka

(21)

B. Rumus Perhitungan Dan Hasil Perhitungan Arah Kiblat Di Bekasi Utara

Bekasi Utara adalah sebuah kecamatan yang masuk dalam wilayah kota

Bekasi. Data koordinat kecamatan diambil dari data yang terdapat di kantor

kecamatan Bekasi Utara. Selain dari data yang terdapat di kantor kecamatan, data

koordinat untuk Bekasi Utara dapat dicari melalui google.com dengan nama

qiblalocator. Pengambilan data koordinat baik melalui data yang terdapat di kantor

kecamatan maupun melalui internet tidak ditemukan perbedaan yang signifikan.

Di wilayah Bekasi Utara terdapat 6 kelurahan yang masing-masing kelurahan

mempunyai sedikit perbedaan untuk data koordinatnya. Adapun data koordinat

masing-masing kelurahan adalah sebagai berikut:

a. Kaliabang Tengah = Lintang : -6o 11' 26''

= Bujur : 106o 59' 55''

b. Perwira = Lintang : -6o 19' 31''

= Bujur : 107o 01' 79''

c. Harapan Baru = Lintang : -6o 20' 20''

= Bujur : 107o 02' 35''

d. Harapan Jaya = Lintang : -6o 19' 40''

= Bujur : 106o 59' 49''

e. Marga Mulya = Lintang : -6o 21' 97''

= Bujur : 107o 00' 94''

f. Teluk Pucung = Lintang : -6o 19' 61''

(22)

Dari masing-masing kelurahan tersebut untuk mendapatkan arah kiblatnya

dihitung dengan menggunakan rumus Ilmu Ukur Segitiga Bola. Proses

perhitungannya sebagai berikut:

a. Kaliabang Tengah

Data yang diperlukan

Lintang tempat Kaliabang Tengah = -6o 11' 26''

Garis Bujur Kaliabang Tengah = 106o 59' 55''

Lintang Ka’bah = 21o 25'

Garis Bujur Ka’bah = 39o 50'

Langkah penyelesaiannya adalah sebagai berikut :

Cotan Q =

Rumus di atas penulis uraikan sehingga menjadi perhitungan yang lebih

(23)

shift tan → (( cos ( -60 11'26'') x tan ( 210 25' ) : sin ( 670 9' 55'' ) – sin ( -60 11' 26 '' ) :

tan ( 670 9' 55'' ))-1 = 64,89642549 → shift 0,,, (derajat) = 640 53' 47, 13''

dari arah Utara ke Barat.

Sedangkan dari arah Barat ke Utara adalah 900 - 640 53' 47, 13'' = 250 6'

12, 87''.

Dari hasil perhitungan maka arah kiblat untuk kelurahan Kaliabang Tengah adalah

640 53' 47, 13'' ( Utara ke Barat) dan 250 6' 12, 87'' ( Barat ke Utara). Sedangkan

azimutnya adalah 3600- 640 53' 47, 13'' = 2950 6' 12, 87''.

b. Perwira

Dengan cara dan rumus yang sama maka arah kiblat untuk kelurahan Perwira

perhitungannya adalah sebagai berikut :

(24)

Dari hasil perhitungan maka arah kiblat untuk kelurahan Perwira adalah 640 51' 55,

46'' dari arah Utara ke Barat. Sedangkan arah kiblat dari Barat ke Utara adalah 900 -

640 51' 55, 46'' = 250 8' 4, 54''. Adapun azimut untuk kelurahan Perwira adalah 3600 -

640 51' 55, 46'' = 2950 8' 4, 54''.

c. Harapan Baru

(25)
(26)

Cotan Q =

f. Teluk Pucung

(27)

shift tan → (( cos ( -6o 19' 61'') x tan ( 210 25' ) : sin ( 670 13' 31'' ) – sin (-6o 19' 61'') :

tan (670 13' 31''))-1 = 64,86791309 → shift 0,,, = 640 52' 4, 49'' ( Utara ke

Barat)

900 - 640 52' 4, 49'' = 250 7' 55, 51'' ( Barat ke

Utara)

azimutnya adalah 3600 - 640 52' 4, 49'' = 2950 7' 55, 51''.

Dari hasil perhitungan di atas yang terdiri dari 6 kelurahan di Bekasi

Utara maka didapat hasil 5 kelurahan mempunyai arah kiblat yang sama

yaitu 250 dari arah Barat ke arah Utara.Untuk proses perhitungan diatas

penulis menggunakan kalkulator Casio tipe FX – 350 ES.

(28)

D. Hukum Menghadap Kiblat Dalam Shalat

Setiap muslim diwajibkan untuk menunaikan shalat lima waktu tepat pada waktunya dan harus menghadap kiblat. Tidak ada perbedaaan di kalanghan ulama bahwa keharusan menghadap kiblat merupakan salah satu syarat sahnya shalat9. Hal ini tentunya didasari oleh firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah 144.

Bagi orang –orang yang berada di sekitar Masjidil Haram suruhan ini tidak lagi masalah. Namun bagi orang-orang yang jauh dari Mekkah perintah ini menimbulkan masalah. Untuk itu diperlukan pengetahuan bagaimanakah semestinya yang harus dilakukan mengenai hal tersebut, sehingga pertanyaan apakah harus menghadap persis ke kiblat atau taksirannya saja ? Memang Islam dengan ajarannya tidak mempersulit dan memberatkan manusia, sebagaimana Firman Allah dalm surat Al-Baqarah ayat 286 sebagai berikut :

286. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya Namun perlu juga ditekankan bahwa untuk memperoleh kesempurnaan ibadah, usaha yang maksimal dan optimal harus terap dilakukan. Karena ibadah bukanlah hal yang sepele dan bukan main-main. Ada peratuaran di dalamnya yang harus diperhatikan dengan baik dan benar.

Dalam mengistimbatkan QS. Al-Baqarah ayat 142-145 para ulama memunculkan beberapa persoalan hukum. Pertama, apakah yang dimaksud dengan Masjidil Haram dalam Al-Qur’an ? Jika ditelusuri dalam

9

(29)

literature klasik kata Masjidil Haram secara keseluruhan, Mekkah Al-Mukarramah dan Tanah Haram seluruhnya. Menurut Ash-Shabuny, Masjidil Haram yang terdapat pada QS. Al-Baqarah ayat 144 menunjukkan makna Ka’bah10. Maka makna frase tersebut adalah maka palingkanlah mukamu ke arah Ka’bah11.

Kedua, manakah yang wajib : antara menghadap ke ‘ainul Ka’bah (bangunan Ka’bah itu sendiri) atau menghadap ke arahnya : Dalam hal ini para ulama berbeda pendapat. Menurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah yang wajib adalah menghadap tepat ke ‘ainul Ka’bah. Menurutnya orang yang melihat Ka’bah wajib menghadap tepat ke ‘ainul Ka’bah, sedangkan orang yang tidak melihatnya wajib niat dalam hatinya menghadap ke ‘ainul Ka’bah seraya menghadap ke arahnya.12 Sedangkan menurut ulama Hanafiyah dan Malikiah yang wajib adalah menghadap kiblat, bagi orang yang tidak melihat Ka’bah cukup menghadap ke arahanya saja. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok itu mewajibkan menghadap ke ‘ainul Ka’bah bagi orang yangh melihat Ka’bah13.

Sementara itu menurut Hasbi Ash-Shiddieqy kiblat pada frase ayat 144 surat Al-Baqarah tersebut menunjukkan arah kiblat. Lebih lanjut dalam mengomentari ayat “Wahaisu ma kuntum fawallu wujuhakum” Hasbi

10

Mu’amal H, Terjemahan Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shabuny, (Surabaya, Bina Ilmu, 1983), Jilid 1, hal 80.

11

Ibid.

12

Ibid, hal 81-82.

13

(30)

menarankan kepada kaum muslimin untuk mengetahui posisi Baitul Haram, artinya dimanapun kita berada baik di timur ataupun di barat, baik di utara maupun di selatan Ka’bah, kita harus mengarahkan muka kita ke Ka’bah di waktu shalat. Sehingga dalam melakukan shalat tidak terjebak dalam satu arah sebagaimana yang telah dilakukan oaring-orang Nasrani ( hanya menghadap ke timur) atau orang –orang Yahudi (hanya menghadap ke barat). Oleh karena itu, kaum muslimi hendaknya mempelajari Ilmu Bumi dan Ilmu Falak14.

Apabila arah kiblat tersebut telah diketahui berdasarkan ilmu pegetahuan, maka wajib mempergunakan arah tersebut selama belum memperoleh hasil yang lebih teliti lagi. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 17-18 :

14

(31)

Artinya : Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku[17].

(32)

C. PENGUKURAN ARAH KIBLAT DI BEKASI UTARA

Penelitian arah kiblat untuk mushola di kecamatan Bekasi Utara perhitungannya menggunakan metode tahqiqi mengingat metode ini lebih memberikan keakuratan yang tinggi. Dengan kemiringan arah kiblat yang dihasilkan melalui metode ini lebih memberikan kepastian. Penggunaan rumus spherical trigonometri dalam metode ini dengan sendirinya telah memperhitungkan bahwa sisi-sisi permukaan bumi bukanlah sisi-sisi-sisi-sisi yang datar seperti pada peta merkator, tetapi sisi-sisinya merupakan sisi-sisi yang melengkung sebagaimana lengkungan pada bola.

Dalam praktek pengukuran arah kiblat yang penulis lakukan dilapangan, penulis melakukan dengan bantuan kompas yang sudah dikoreksi variasi magnitnya yang untuk Bekasi Utara adalah 0,5, selain dengan kompas penulis menggunakan pula ilmu ukur segitiga bola. Hal-hal yang harus dilakukan dalam mengukur arah kiblat adalah sebagai berikut :

a. Menentukan terlebih dahulu garis barat-timur

b. Setelah diketahui arah barat-timur maka dilanjutkan dengan mengukur arah kiblat

A. Menentukan Barat-Timur Dengan Kompas

(33)

utara magnit, sehingga untuk mendapatkan arah utara sejati perlu ada koreksi variasi magnit terhadap arah jarum kompas, untuk peta variasi magnit dapat dilihat dalam lampiran.

Menentukan titik barat-timur dengan kompas dapat dilakukan dengan cara : 1. Letakkan kompas di tempat yang datar serta bebas dari medan magnit ( logam

yang mengandung zat besi dan semacamnya )

2. Periksalah jarum yang ada padanya, upayakan ia dapat bergerak bebas.

3. Jarum kompas yang ( biasanya ) berwarna merah atau kebiru-biruan senantiasa menunjukkan arah utara.

4. Bentangkan benang atau semacamnya diatas kompas searah dengan jarum kompas

5. Buatlah titik U pada arah yang menuju titik utara dan buatlah titik S pada arah yang menuju titik selatan9

6. Untuk memperoleh arah utara sejati, perlu dikoreksi variasi magnit. Dengan demikian sudah diperoleh arah utara dan selatan sejati.

7. Untuk memperoleh titik arah barat dan timur maka buatlah garis yang tegak lurus ( siku-siku ) pada benang utara-selatan sejati tersebut.

8. Garis inilah yang menuju titik arah barat dan timur. B. Pengukuran Arah Kiblat

9

(34)

Setelah garis barat dan timur sudah ditemukan, kemudian penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Ukurlah garis barat – timur sepanjang satu meter.

2. Pada ujung sebelah barat diberi titik B dan diujung sebelah timur diberi titik T.

3. Pada titik B dibuat garis tegak lurus ( siku-siku ) ke arah utara sepanjang

JARAK arah kiblatnya ( lihat dilampiran, untuk kota bekasi 46,93 cm ). Kemudian pada ujung utara diberi titik K.

4. Antara titik T ( no. 2 ) dengan titik K ( no. 3 ) dibuat garis lurus sehingga terbentuk garis TK. Garis lurus TK inilah yang menunjukkan arah kiblat untuk kota Bekasi.10

5. Kemudian apabila akan membuat garis shaf, maka dapat dibuat garis-garis yang tegak lurus pada garis-garis yang menunjukkan arah kiblat tersebut

10

(35)

HASIL PENELITIAN.

A. Profil Mushalla

1. Data Umum Mushalla

Dari hasil survey lapangan yang sudah dilakukan penulis ke 40 mushalla yang terdapat di Bekasi Utara didapat informasi secara umum tentang keadaan mushalla sebagai berikut :

Tabel 4.1

Data Umum Kondisi Mushalla

Nama Tahun Status Taman Wisma Fasilitas

asri, Jl. Jeruk

Jl.Markisa II Fasilitas 2 Al- Huda

TWA RT 06/07

1992 H. Yahya Umum

-200 Kompas TWA J.Meranti Fasilitas

3 Al- Ikhlas

(36)

Bungur RT

Hambali Wakaf -20

0

Taminudun Wakaf -16

0

Perkiraan Perum RSIJ H.

Ashar Fasilitas Arah 13 Namiroh

Sidiq Wakaf -18

0

Mulyadi Wakaf -20

0

Barat Kav. Nusantara Pak

Dedy

Jl.Rawa Bugel Arah

20 Arriyad

RT 04/03

2005 Pak Sa'anam Wakaf -250

(37)

Jl.Perjuangan Fasilitas Tidak Thabrani Kav. Umum

23 Al- Mustaqim

Tegal Perintis

2003 Pak Amri

-200 Perkiraan

Jl.Perjuangan H.Budi Tidak 24 Darurrohmah

1970 Pak Hamdani Wakaf Tepat Kompas Kp.Penggilingan H.Saef Fasilitas

28 Nurul Yakin

Baru RT 02/03

2005

Hermansyah Umum

-200 Perkiraan Telaga Mas Fasilitas Arah 29 Al- Ikhlas Telaga Mas Fasilitas Tidak 30 Al- Hijrah Villa Mas Indah Fasilitas

(38)

Kp.Nangka

Garden Fasilitas Arah

Blok F.174 Sosial Barat

Pengarengan Purnomo Barat 36 Nurul Iman

Ahmad Fasilitas Tidak Pengarengan Abbas Umum Diketahui2

37 Al- Muhajirin

Ka.Tengah Kp. Fasilitas 39 Nurul Yakin Poncol RT Ka.Tengah Kp. Fasilitas Arah 40 Nurul ilahiyah Poncol RT

2. Status Tanah Mushalla

Dari hasil observasi yang dilakukan, ditemukan bahwa status tanah mushalla di Bekasi Utara adalah 20 mushalla (50%) berasal dari tanah wakaf, 16 mushalla (40%) merupakan fasilitas Umum karena mushalla tersebut berada dalam lingkungan perumahan yang dibangun oleh developer, 4 mushalla (10%) merupakan fasilitas sosial.

1

Maksud dari (-) adalah sudut kemiringan kurang dari angka yang ditentukan

2

(39)

Tabel 4.2

No Nama Mushalla Alamat Status Jl.PLN Ka. Bungur

1 Al- Mujahadah

RT 02/18 Wakaf

2 Dzikrul Maut Ka.Bungur RT 04/18 Wakaf

3 Babus Salam Ka.Bungur RT 04/18 Wakaf

4 Nurul Hikmah Ka.Bungur RT 04/18 Wakaf

5 Nurul Mutaqim Jl.Al- BaharRT 07/01 Wakaf

6 Al- Mutaqim Ka.Bungur RT 03/18 Wakaf

7 Assa'adah Kp.Ceger RT 02/02 Wakaf

Kav.Harapan Kita 8 Al- Hamid

RT 05/23 Wakaf

Kav.Nusantara 9 AN-Nur

RT 06/22 Wakaf

Jl.Rawa Bugel 10 Al- Muhtadin

RT 03/10 Wakaf

Jl.Rawa Bugel 11 Arriyad

RT 04/03 Wakaf

12 Ihda

Al-Islami Jl.Perjuangan RT 01/02 Wakaf

Kp.Penggilingan 13 Darurrohman

Baru RT 02/08 Wakaf

Kp.Penggilingan 14 Al- Hikmah

Baru RT 01/02 Wakaf

Kp.Penggilingan 15 Tanzilurrohman

Baru RT 01/06 Wakaf

Jl.Kp.Nangka 16 Nurur Hikmah

RT 02/05 Wakaf

(40)

18 Nurul Janah Kp.Nangka RT 04/01 Wakaf Ka.Tengah Kav.

19 Nurul Iman

Pengarengan RT 03/08 Wakaf Ka.Tengah Kp. Rorotan

20 Nurul Falah

RT 04/06 Wakaf

Tabel 4.3

Status Tanah Mushalla Fasilitas Umum

No Nama Mushalla Alamat Status Taman Wisma Asri Jl.Jeruk VII

1 Al- Firah

No 12 RT 04/15 Fasilitas Umum 2 Al- Huda Jl.Markisa TWA RT 06/07 Fasilitas Umum 3 Al- Ikhlas TWA Jl.Meranti Raya RT 10/32 Fasilitas Umum 4 Al- Hidayah TWA Jl.Hibrida RT04/28 Fasilitas Umum 5 Al- Mu'minun TWA Blok H 21 RT 08-09/28 Fasilitas Umum 6 Al- Muhajirin Jl.Melon VI Blok CC 19 No 7B Fasilitas Umum 7 Al-Furqon Kav.Bulak Macan RT 01/22 Fasilitas Umum 8 Nurul Hidayah Jl.Perjuangan RT 08/05 Fasilitas Umum

Jl.Mukhtar Thabrani Kav.Tegal 9 Al- Mustaqim

Perintis Fasilitas Umum 10 Nurul Yakin Kp.Penggilingan Baru RT 02/03 Fasilitas Umum 11 Al- Ikhlas Telaga Mas Blok G 4 Fasilitas Umum 12 Al- Hijrah Telaga Mas Blok K I Fasilitas Umum

Ka.Tengah Kav. Pengarengan 13 Al- Muhajirin

(41)

14 Nurul Yakin Ka.Tengah Kav.Poncol RT 02/03 Fasilitas Umum 15 Nurul ilahiyah Ka.Tengah Kav.Poncol RT 01/03 Fasilitas Umum 16 Al- Barkah Perum Barata Harapan Jaya Fasilitas Umum

Tabel 4.4

Status Tanah Mushalla Fasilitas Sosial

No Nama Mushalla Alamat Status 1 Namiroh Perum RSIJ RT 03/01 Fasilitas Sosial

2 Darurrohmah Jl.Perjuangan Dalam RT 07/05 Fasilitas Sosial 3 Al- Ikhlas Villa Mas Indah Blok D RT 04/14 Fasilitas Sosial

Villa Mas Garden Blok F 174 4 Baiturrahman

RT 07/09 Fasilitas Sosial

Dari Hasil wawancara penulis dengan Drs. HA. Djaelani, HR. M,MPd sebagai Kepala Kantor Urusan Agama ( KAU ) kecamatan Bekasi Utara, sebagian besar status tanah mushalla di wilayah Bekasi Utara merupakan tanah wakaf dan sebanyak 80% sudah disertifikasi wakaf.3

3

(42)

B. Keakuratan Arah Kiblat Mushalla

1.Yang Diukur

Dari hasil penelitian lapangan yang dilakukan terhadap 40 mushalla yang berada di wilayah kecamatan Bekasi Utara, hanya didapat 1 (satu) atau 2,5% mushalla saja yang tepat arah kiblatnya yakni mushalla Tanzilurrohman serta terdapat 1 ( satu ) atau 2,5 % mushalla yang tepat arah kiblatnya dalam toleransi yakni mushalla Al-Barkah.

Tabel 4.5

Arah Kiblat Mushalla Yang Tepat

No Nama Mushalla Alamat Keakuratan

1 Tanzilurrohman Kp.Penggilingan Baru RT 01/06 Tepat

Dilihat dari ketidaktepatan arah kiblatnya, dari 40 mushalla yang dijadikan sampel hampir sebagian besar atau 38 mushalla ( 95% ) yang tidak tepat arah kiblatnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.6

Arah Kiblat Mushalla Dilihat Dari Ketidaktepatan Arah Kiblatnya

No Nama Mushalla Alamat Keakuratan

1 Al- Firoh Taman Wisma asri, Jl. Jeruk VII N0 12 RT

04/15 -15

0

2 Al- Huda

Jl.Markisa II TWA RT 06/07 -200

3 Al- Ikhlas

(43)

4 Al- Hidayah

TWA Jl.Hibrida RT 04/28 -200 5 Al- Mukminun

TWA Blok H 21 RT 08-09/28 -150 6 Al- Muhajirin

Jl.Melon VI Blok CC 19 No 7 B -100 7

Al- Mujahadah Jl.PLN Ka.Bungur RT 02/18 -150 8

Dzikrul Maut Ka.Bungur RT 04/18 -200

9

Babus Salam Ka.Bungur RT 04/18 -180

10

Nurul Hikmah Ka.Bungur RT 04/18 -200

11

Nurul Mutaqim Jl.Al- Bahar RT 07/01 -180 12

Al- Mutaqin Ka.Bungur RT 03/18 -160

13

Namiroh Perum RSIJ RT 03/01 -250

14

Assa’adah Kp.Ceger RT 02/02 -180

15

Al- Hamid Kav.Harapan Kita RT 05/23 -200 16

AN-Nur Kav.Nusantara RT 06/22 -150

17

Al-Furqon Kav.Bulak Macan RT 01/22 -150 18

Al- Muhtadin Jl.Rawa Bugel RT 03/10 -250 19

Arriyad Jl.Rawa Bugel RT 04/03 -250

20

Nurul Hidayah Jl.Perjuangan RT 08/05 -180 21 Al-Ihda Al-

Islami Jl.Perjuangan RT 01/02 -22

0

22

Al- Mustaqim Jl.Mukhtar Thabrani Kav.Tegal Perintis -200 23

Darurrohmah Jl.Perjuangan Dalam RT 07/05 -220 24

(44)

25

Al- Hikmah Kp.Penggilingan Baru RT 01/02 -220 26

Nurul Yakin Kp.Penggilingan Baru RT 02/03 -200 27

Al- Ikhlas Telaga Mas Blok G 4 -230

28

Al- Hijrah Telaga Mas Blok K I -150

29

Nurur Hikmah Jl.Kp.Nangka RT 02/05 -170 30

Al-Ikhlas Villa Mas Indah Blok D RT 04/14 -100 31

Nurul Huda Kp.Nangka RT 03/06 -250

32

Nurul Janah Kp.Nangka RT 04/01 -100

33

Baiturrahman Villa Mas Garden Blok F 174 RT 07/09 -100 34

Nurul Iman Kaliabang Tengah Kav.Pengarengan RT

03/28 -25

0

35

Al- Muhajirin Kaliabang Tengah Kav.Pengarengan RT

04/06 -20

0

36

Nurul Falah Kaliabang Tengah Kp.Rorotan RT 04/06 -250 37

Nurul Yakin Kaliabang Tengah Kp.Poncol RT 02/03 -250 38

Nurul Ilahiyah Kaliabang Tengah Kp.Poncol RT 01/03 -250

Dalam tabel di bawah ini akan dijelaskan bahwa mushalla yang paling tinggi angka penyimpangannya terdapat 8 mushalla, yaitu Namiroh, Al- Muhtadin, Arriyad, Nurul Huda, Nurul Iman, Nurul Falah, Nurul Yakin, Nurul ilahiyah yang semuanya angka penyimpangannya paling tinggi untuk kategori kurang sebesar -250. Seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

(45)

No Nama Mushalla Alamat Keakuratan

1 Namiroh Perum RSIJ RT 02/02 -250

2 Al- Muhtadin Jl.Rawa Bugel RT 03/10 -250

3 Arriyad Jl.Rawa Bugel RT 04/03 -250

4 Nurul Huda Kp.Nangka RT 03/06 -250

5 Nurul Iman Ka.Tengah Kav.Pengarengan RT

03/28 -25

0

6 Nurul Falah Kp.Rorotan RT 04/06 -250

7 Nurul Yakin Kp.Poncol RT 02/03 -250

8 Nurul ilahiyah Kp.Poncol RT 01/03 -250

2. Toleransi Keakuratan Arah Kiblat

Toleransi terhadap keakurayan arah kiblat sebanyak +50 dan - 50, hal ini dikarenakan bahwa kisaran+50 dan - 50 merupakan angka penggenapan terkecil. Secara faktual kisaran+50 dan - 50 tidak terlalu jauh penyimpangannya.

Apabila diberikan toleransi keakuratan arah kiblat terhadap mushalla sebanyak +50 dan - 50, artinya mushalla ini dianggap hampir mendekati ketepatan, maka mushalla yang dikategorikan mendekati keakuratan arah kiblat adalah seperti yang terlihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.8

No Nama Mushalla Alamat Keakuratan

(46)

Apabila mushalla yang sudah ditolelir dikeluarkan dan tidak dimasukkan ke dalam kategori mushalla yang menyimpang arah kiblatnya, ternyata perubahannya tidak terlalu signifikan. Mushalla yang menyimpang berjumlah 38 buah atau 95% seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.9

No Nama Mushalla Alamat Keakuratan

1 Al- Firoh Taman Wisma asri, Jl. Jeruk VII N0 12

RT 04/15 -15

0

2 Al- Huda Jl.Markisa II TWA RT 06/07 -200

3 Al- Ikhlas TWA Jl.Meranti Raya RT 10/32 -100 4 Al- Hidayah TWA Jl.Hibrida RT 04/28 -200 5 Al- Mu’minun TWA Blok H 21 RT 08-09/28 -150 6 Al- Muhajirin Jl.Melon VI Blok CC 19 No 7 B -100 7 Al- Mujahadah Jl.PLN Ka.Bungur RT 02/18 -150

8 Dzikrul Maut Ka.Bungur RT 04/18 -200

9 Babus Salam Ka.Bungur RT 04/18 -180

10 Nurul Hikmah Ka.Bungur RT 04/18 -200

11 Nurul Mutaqim Jl.Al- Bahar RT 07/01 -180

12 Al- Mutaqin Ka.Bungur RT 03/18 -160

13 Namiroh Perum RSIJ RT 03/01 -250

(47)

15 Al- Hamid Kav.Harapan Kita RT 05/23 -200

16 AN-Nur Kav.Nusantara RT 06/22 -150

17 Al-Furqon Kav.Bulak Macan RT 01/22 -150 18 Al- Muhtadin Jl.Rawa Bugel RT 03/10 -250

19 Arriyad Jl.Rawa Bugel RT 04/03 -250

20 Nurul Hidayah Jl.Perjuangan RT 08/05 -180 21 Al-Ihda Al- Islami Jl.Perjuangan RT 01/02 -220 22 Al- Mustaqim Jl.Mukhtar Thabrani Kav.Tegal

Perintis -20

0

23 Darurrohmah Jl.Perjuangan Dalam RT 07/05 -220 24 Darurrohman Kp.Penggilingan Baru RT 02/08 -200 25 Al- Hikmah Kp.Penggilingan Baru RT 01/02 -220 26 Nurul Yakin Kp.Penggilingan Baru RT 02/03 -200

27 Al- Ikhlas Telaga Mas Blok G 4 -230

28 Al- Hijrah Telaga Mas Blok K I -150

29 Nurur Hikmah Jl.Kp.Nangka RT 02/05 -170 30 Al-Ikhlas Villa Mas Indah Blok D RT 04/14 -100

31 Nurul Huda Kp.Nangka RT 03/06 -250

32 Nurul Janah Kp.Nangka RT 04/01 -100

33 Baiturrahman Villa Mas Garden Blok F 174 RT

07/09 -10

0

34 Nurul Iman Kaliabang Tengah Kav.Pengarengan

RT 03/28 -25

0

35 Al- Muhajirin Kaliabang Tengah Kav.Pengarengan

RT 04/06 -20

(48)

36 Nurul Falah Kaliabang Tengah Kp.Rorotan RT

04/06 -25

0

37 Nurul Yakin Kaliabang Tengah Kp.Poncol RT

02/03 -25

0

38 Nurul Ilahiyah Kaliabang Tengah Kp.Poncol RT

01/03 -25

0

Tabel 4.10

Toleransi Keakuratan Arah Kiblat Mushalla Menurut Cara Pengukurannya

No Nama Mushalla Alamat Keakuratan Cara Mengukur

1 Al- Barkah Perumahan Barata

Harapan Jaya -5

0 Bayang-Bayang

matahari

Menurut Drs. Yudi selaku pendiri dan ketua DKM mushalla Al- Barkah sewaktu pembangunan dan pertama kali menentukan arah kiblatnya beliau mengukur dari arah utara ke barat dengan besar sudut -150. Untuk lebih memastikan lagi keakuratannya beliau menggunakan bayang-bayang matahari sebagai bahan rujukan yang kedua4. Akan tetapi dengan memakai bayang-bayang matahari pun masih terdapat selisih -50 dari arah kiblat sebenarnya, walaupun hal tersebut penulis nilai masih dalam batas toleransi arah kiblat.

Dalam tabel di bawah ini akan dijelaskan mushalla yang ketika awal pembangunannya ditentukan terlebih dahulu arah kiblatnya berjumlah 11 mushalla.

Tabel 4.11

4

(49)

No Nama Mushalla Alamat Keterangan

1 Al- Huda Jl.Markisa II TWA RT 06/07 Diukur

2 Al- Ikhlas TWA Jl.Meranti Raya RT 10/32 Diukur 3 Al- Muhajirin Jl.Melon VI Blok CC 19 No 7 B Diukur

4 Assa’adah Kp.Ceger RT 02/02 Diukur

5 AN-Nur Kav.Nusantara RT 06/22 Diukur

6 Al-Barkah Perumahan Barata Harapan Jaya Diukur 7 Darurrohman Kp.Penggilingan Baru RT 02/08 Diukur 8 Tanzilurrohman Kp.Penggilingan Baru RT 01/06 Diukur 9 Al- Ikhlas Villa Mas Indah Blok D RT 04/14 Diukur 10 Nurul Falah Kaliabang Tengah Kp.Rorotan RT 04/06 Diukur 11 Al- Mu’minun TWA Blok H 21 RT 08-09/28 Diukur

Dilihat dari alat ukur yang digunakan untuk menentukan arah kiblat mushalla, dapat diketahui bahwa ada beberapa variasi, yakni memakai kompas ada 9 mushalla dan memakai bayang-bayang matahari ada 2 mushalla. Seperti pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.12

Mushalla Yang Diukur Berdasarkan Alat Ukurnya

No Nama Mushalla Alamat Alat Ukur

(50)

2 Al- Ikhlas TWA Jl.Meranti Raya RT 10/32 Kompas

3 Al- Mu’minun TWA Blok H 21 RT 08-09/28

Tongkat Istiwa / Bayang-bayang

matahari 4 Al- Muhajirin Jl.Melon VI Blok CC 19 No 7 B Kompas

5 Assa’adah Kp.Ceger RT 02/02 Kompas

6 AN-Nur Kav.Nusantara RT 06/22 Kompas

7 Al-Barkah Perumahan Barata Harapan Jaya Bayang-bayang Matahari 8 Darurrohman Kp.Penggilingan Baru RT 02/08 Kompas 9 Tanzilurrohman Kp.Penggilingan Baru RT 01/06 Kompas 10 Al- Ikhlas Villa Mas Indah Blok D RT 04/14 Kompas 11 Nurul Falah Kaliabang Tengah Kp.Rorotan RT

04/06 Kompas

Kalau kita pilah dan dikategorikan mushalla yang diukur menggunakan kompas dihubungkan dengan keakuratan arah kiblat, dari 11 mushalla yang diukur menggunakan kompas terdapat 9 mushalla yang tepat arah kiblatnya hanya satu (1) yaitu mushalla Tanzilurrohman. Dan mushalla yang diukur menggunakan bayang-bayang matahari terdapat 2 mushalla, dimana yang tepat arah kiblatnya dalam toleransi adalah mushalla Al- Barkah.

Tabel 4.13

Mushalla Yang Diukur Menggunakan Kompas

No Nama

Mushalla Alamat

Alat Ukur

Keakur

atan Keterangan 1 Al- Huda Jl.Markisa II TWA RT

06/07 Kompas -20

0

(51)

2 Al- Ikhlas TWA Jl.Meranti Raya 6 Darurrohman Kp.Penggilingan Baru

RT 02/08 Kompas -20

RT 01/06 Kompas Tepat Tepat

8 Al- Ikhlas Villa Mas Indah Blok D

RT 04/14 Kompas -10

0

Tidak Tepat 9 Nurul Falah Kaliabang Tengah

Kp.Rorotan RT 04/06 Kompas -25

0

Tidak Tepat

Tabel 4.14

Mushalla Yang Diukur Menggunakan Bayang-bayang Matahari

No Nama

Mushalla Alamat Alat Ukur

Keaku

ratan Keterangan

1 Al-

2 Al- Barkah Perumahan Barata Harapan Jaya

3. Yang Tidak Diukur

(52)

arah barat atau dengan perkiraan. Jadi mayoritas mushalla yang ada di wilayah Bekasi Utara tidak diukur terlebih dahulu arah kiblatnya ketika awal pembangunannya.

Tabel 4.15

Mushalla Yang Tidak Diukur Arah Kiblatnya

No Nama Mushalla Alamat Keterangan

1 Al- Firah TWA Jl.Jeruk VII No 12 RT 04/15 Perkiraan 2 Al- Hidayah TWA Jl.Hibrida RT 04/28 Arah Barat 3 Al- Mujahadah Jl.PLN Ka.Bungur RT 02/18 Perkiraan 4 Dzikrul Maut Kaliabang Bungur RT 04/18 Perkiraan 5 Babus Salam Kaliabang Bungur RT 04/18 Perkiraan 6 Nurul Hikmah Kaliabang Bungur RT 04/18 Arah Barat 7 Nurul Mutaqim Jl.Al- Bahar RT 07/01 Perkiraan 8 Al- Mutaqin Kaliabang Bungur RT 03/18 Perkiraan 9 Namiroh Perumahan RSIJ RT 03/01 Arah Barat 10 Al- Hamid Kavling Harapan Kita RT 05/23 Arah Barat 11 Al- Furqon Kavling Bulak Macan RT 01/22 Perkiraan 12 Al- Muhtadin Jl.Rawa Bugel RT 03/10 Perkiraan 13 Arriyad Jl.Rawa Bugel RT 04/03 Arah Barat 14 Ihda

Al-Islami Jl.Perjuangan RT 01/02 Perkiraan 15 Al- Mustaqim Jl.Mukhtar Thabrani Kav.Tegal

Perintis Perkiraan

(53)

17 Al- Ikhlas Telaga Mas Blok G 4 Arah Barat 18 Nurur Hikmah Jl.Kp.Nangka RT 02/05 Perkiraan 19 Nurul Huda Kp.Nangka RT 03/06 Arah Barat 20 Nurul Janah Kaliabang Nangka RT 04/01 Perkiraan 21 Baiturrahman Villa Mas Garden Blok F 174 RT

07/09 Arah Barat

22 Nurul Iman Kaliabang Tengah Kav.Pengarengan

RT 03/28 Arah Barat

23 Nurul Yakin Kaliabang Tengah Kp.Poncol RT

02/03 Perkiraan

24 Nurul Ilahiyah Kaliabang Tengah Kp.Poncol RT

01/03 Arah Barat

Sedangkan mushalla yang tidak diketahui arah kiblatnya terdapat 5 mushalla. Seperti terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.16

No Nama

Mushalla Alamat Keterangan

Keakurata n 1 Nurul

Hidayah Jl.Perjuangan RT 08/05 Tidak Diketahui -18

0

2 Darurrohmah Jl.Perjuangan Dalam RT

07/05 Tidak Diketahui -22

0

3 Al- Hikmah Kp.Penggilingan Baru RT

01/02 Tidak Diketahui -22

0

4 Al- Hijrah Telaga Mas Blok K I Tidak Diketahui -150 5 Al- Muhajirin Kaliabang Tengah

Kav.Pengarengan RT 04/06 Tidak Diketahui -20

(54)

Dilihat dari tabel di atas tingkat keakuratan arah kiblat mushalla yang tidak diketahui arah kiblatnya mempunyai tingkat keakuratan yang rendah, bahkan walaupun sudah dikurangi dengan angka toleransi.

Selain itu berdasarkan data yang terdapat dalam tabel-tabel diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa arah kiblat mushalla di Bekasi Utara hampir semua tidak akurat yaitu 38 mushalla atau ( 95 % ).

Dari hasil penelitian lapangan yaitu dengan cara wawancara dengan ketua DKM Mushalla yang berada di wilayah Bekasi Utara penulis mendapatkan data bahwa dari 40 Mushalla yang dijadikan sample seluruhnya menggunakan metode taqribi dalam menentukan arah kiblatnya, adapun yang dimaksud dengan metode taqribi yaitu dengan cara mengetahui dimana arah Barat dan dengan besaran sudut yang hanya mereka perkirakan maka itulah arah kiblat untuk mushalla yang akan mereka bangun.

(55)

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebagaimana lazimnya di dalam membahas suatu masalah sudah barang tentu sampai pada kesimpulan,dimana dari kesimpulan tadi dimungkinkan untuk diadakannya perbaikan, sehingga apa yang telah dilaksanakan dapat lebih disempurnakan agar mencapai sasaran seperti yang diharapkan.

Berdasarkan pemaparan dan pembahasan tentang pengukuran arah kiblat di Bekasi Utara, cara pengukurannya, dan hasil dari penelitian dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian lapangan yang sudah dilakukan terhadap beberapa mushalla yang dijadikan sample di kecamatan Bekasi Utara, maka mayoritas arah kiblat musholla yang berada di Bekasi Utara adalah tidak akurat, walaupun dalam penelitian ini telah diberikan toleransi penyimpangan arah kiblat sebesar +50 dan -50 dari arah yang telah ditentukan yakni 250.

2. Dari hasil wawancara dengan ketua DKM mushalla di kecamatan Bekasi Utara diperoleh keterangan bahwa sebagian besar sebelum membangun mushalla tidak ditentukan terlebih dahulu arah kiblatnya. Mushalla yang diukur arah kiblatnya ketika membangun sebanyak 11 mushalla. Alat-alat ukur yang dipakai dalam menentukan arah kiblat mushalla bervariasi, yakni memakai kompas berjumlah 9 mushalla serta yang memakai bayang-bayang

(56)

matahari ada 2 mushalla. Selain mushalla yang diukur arah kiblatnya ketika awal pembangunannya terdapat pula beberapa mushalla yang tidak diukur arah kiblatnya, bahkan hal ini merupakan mayoritas. Mushalla yang tidak diukur pada awal pembangunannya berjumlah 24 mushalla. Hal ini disebabkan ketika awal membangunnya masyarakat sekitar mushalla tersebut hanya memperkirakan arah kiblatnya dengan mengikuti bangunan masjid yang sudah ada. Selain itu sebagian besar masyarakat di kecamatan Bekasi bertempat tinggal di daerah perkampungan dan tergolong awam sehingga masyarakat pada awal membangun mushalla berasumsi bahwa arah kiblat berada diarah barat.

3. Dari penelitian yang sudah dilakukan, ternyata masyarakat di Bekasi Utara cenderung memakai metode taqribi dalam menentukan arah kiblat suatu mushalla. Hal ini dikarenakan menurut mayarakat penggunaan metode taqribi lebih mudah dan praktis dibandingkan dengan metode tahqiqi walaupun penggunaan metode taqribi mempunyai tingkat keakuratan yang rendah.

B. Saran-saran

Penulis disini mencoba mengemukakan saran-saran dengan harapan kiranya dapat menjadi bahan pertimbangan dalam upaya untuk tercapainya kualitas beribadah kita bersama, khususnya ibadah shalat.

(57)

menjadi konsultan dalam menentukan arah kiblat bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat yang berada di wilayah pedesaan. Karena sebagian besar masyarakat yang tinggal di pedesaan hanya berpatokan bahwa arah kiblat itu ada di barat. Bahkan ada sebagian masyarakat yang dalam membangun mushalla terkesan asal-asalan dalam menentukan arah kiblatnya.

(58)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah ( S.Sy )

Oleh :

Gusti Agung Wibisono NIM : 106044203687

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Maskufa, M.Ag Drs. Sirril Wafa, M.Ag NIP : 196807031994032002 NIP : 196003181991031001

KONSENTRASI ADMINISTRASI KEPERDATAAN ISLAM

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(59)

AL Qur’an Karim

Abdurrahman Fadh bin Sulaiman Al-Rumi, Konsep Shalat Menurut Al-Qur’an ( Telaah Kritis Tentang Fiqh Shalat ), firdaus, Jakarta Pusat, cet. Ke I, 1991.

Al-Asqalani, Ibnu Hajar, “Tarjamah Bulughul – Maram, Bandung, Diponegoro, cet. Ke XXVII, 2006.

Al-Jaziri, Abdurrahman, Al-Fiqh ala Mazahibil Arba’ah. Terj. H. Moh. Zuhri, dkk, Semarang, Asy-Syifam Jilid I, Cet. I. 1994.

Ali, Muhammad, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta, Pustaka Amani, 1998.

Ash-Shabuny, Muhammad Ali, Syaikh, CAHAYA AL-QURAN, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah- Al-An’am, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar, Cet. Ke I, Juli 2000.

Ash-Shiddiqie, T. M. Hasbi, Tafsir Al-Qur’an Al-Majid An-Nur, Semarang, Pustaka Rizki Putra, Jilid I, Cet. Ke 2, 1995.

Azhari, Susiknan, Ilmu Falak Teori dan Praktek, Yogyakarta, Lazuardi, 2001

Dahlan, Abdul Azis, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta, Ichtiar Baru Van Heave, 1997.

Depag, Almanak Hisab Rukyat, Jakarta Direktorat Pembinaan Bidang Peradilan Agama Islam, 1998.

Depag, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, Jakarta, Direktorat Pembinaan Bidang Peradilan Agama Islam, 1994.

Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta, Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Depag RI, 1996.

(60)

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta Balai Pustaka, Cet. Ke 2, 1995.

Djambek, Saadoeddin, Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa, Bulan Bintang, Jakarta, Cet. Ke I, 1974.

Djambek, Saadoeddin, Shalat dan Puasa di Daerah Kutub, Bulan Bintang, Jakarta, Cet. Ke I, 1974.

Khazin, Muhyiddin, Cara Mudah Mengukur Arah Kiblat, Yogyakarta, Buana Pustaka, Cet. Ke I, 2004.

Maskufa.Dra, MA, Cara Mudah Belajar Ilmu Falak, Jakarta, Laporan Penulisan Buku Daras, Cet I, 2007.

Mujieb, M. Abdul, Mabruri Tholhah, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta, Pustaka Firdaus, Cet. Ke I, 2001

Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Yogyakarta, Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan, 1984.

Muqhmiyah, Muhammad Jawad, Fiqih Lima Mazhab Ja’far, Hanafi, Maliki, Syafi’i, danHambali, Jakarta, Lentera Baristama, Cet. Ke I, 1996.

Shihab, M. Quraish, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta, Lentera Hati, Cet. Ke 2.

Wafa, Sirril, dkk, “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushola di Wilayah Ciputat”, Laporan Penelitian, Jakarta, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN SYAHID, Jakarta. 2002.

Gambar

Tabel 4.1 Data Umum Kondisi Mushalla
No Tabel 4.2 Nama Mushalla Alamat
Tabel 4.3 Status Tanah Mushalla Fasilitas Umum
Tabel 4.4 Status Tanah Mushalla Fasilitas Sosial
+7

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Terbuka (UT) selaku perguruan tinggi negeri di Indonesia masih berumur muda. Oleh karena itu UT berusaha agar dikenal oleh masyarakat umum. Selain itu UT juga

Jenis alat dan sarana kerja yang kurang nyaman sering menimbulkan Jenis alat dan sarana kerja yang kurang nyaman sering menimbulkan masalah-masalah kesehatan pada

Peningkatan Mutu Penggunaan Obat Jumlah Petugas Pe - 56 Sarana Jumlah Petugas 56 Sarana Jumlah Petugas 56 Sarana 25,000,000 APBD II 22 Puskesmas dan Perbekalan

DAFTAR : PENGHITUNGAN PENETAPAN JUMLAH BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK YANG MENDAPAT KURSI DI DPRD KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA HASIL PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2014 TERHITUNG

Analisis statistik non parametrik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata status gizi sebelum dan sesudah dilakukan hypnoparenting dan tidak

Penetapan Pusat Pelayanan Kota, yang berada di sebagian wilayah Kecamatan Medan Satria, Bekasi Utara, Bekasi Timur, Rawalumbu, Bekasi Selatan, yang meliputi kawasan Jalan Sudirman

Minyak kelapa sawit yang diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit ( Elaeis guinensis jacq ) terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam