Oleh:
RAHMI JUMAERA
NIM. 103070029157
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satL1 persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gehu Kesarjanaan Psikologi
Pembimbing I
\
セ@
Oleh
RAHMI JUMAERA
NIM.103070029157
Di
bawah Bimbingan,PEimbimbing II
D • S. Sulisti 0110 M.Si NIP.
131 472 258
Yunita Faela Nisa, M.Psi., Psi NIP. 150 368 748
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI {UIN) SYARIF
HIDA YATULLAH JAKART,A.
munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 November 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi.
Jakarta, 29 November 2007
Sidang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota
Ora. Zahrotun Ni NIP. 1502387i'3
Anggota: Penguji I
,fl
セ@
I
l·t,/'
.
Neneng Tati Sumi ti. M.Si., Psi NIP.150300679
Pembimbing I
Dr . S. Sulisti ono M.Si NIP. 131472258
Penguji II
Pembimbing II
7.(arya secferliana ini k,upersem6alik,an teruntuR..::
}lyafi, <Bunda d,}lcfik:;acfik,k,u
tercinta se6agai inspirasi
エ・イV・ウ。イャセjNャ@
yang se{alu mem6erikg.n
cfuk,ungan aan iringan cfo 'a atas setiap {c.mgkg.li k,u, cfengan
segenap kgsa6aran mem6esark,an, mencficfik,serta menaengarkg.n
"'Tak.,per(u sesuatu yang 6esar untuk.,mengu6ali aunia
k.grena sesuatu yang 6esar 6erawa( aari fia( yang k§ci[ aan seaerfiana,
o(eft k.,arena itu tak.,ut ak.gn k§gagafan seliarusnya tiaak.,menjacfi afasan
untuk.,tiaak.,menco6a sesuatu k.grena yang terpenting aari liiaup
(D) Hubungan Tipe Kepribadian Lima Faktor dengan Motivasi Berwirausaha pada Mahasiswa Minang
(E) xvi + 136 halaman (termasuk lampiran)
(F) Tipe kepribadian lima faktor atau yang sering disebut dengan akronim
OCEAN merupakan struktur kepribadian yang terkait trait. Kepribadian lima faktor ini adalah lima komponen dominan dalam kepribadian wirausahawan, setiap orang pasti memiliki setiap unsur dalam yang ada dalam OCEAN tersebut dengan kadar yang bervariasi. Kelima komponen tersebut terdiri dari keterbukaan seseorang terhadap
pengalaman hidup (Openness to experience), keterbukaan hati dan
telinga (Conscientiousness), keterbukaan diri terhadap orang lain
(Exstrovertness), keterbukaan terhadap kesepakatan-kesepakatan
(Agreeableness) dan keterbukaan terhadap tekanan-tekanan
(Neuroticism).
Motivasi berwirausaha adalah dorongan yang menyebabkan seseorang ingin selalu berbuat lebih baik dan terus maju, serta memiliki tujuan yang realistis dengan mengambil resiko yang benar-benar telah diperhitungkan. Jika seseorang memiliki motivasi
berwirausaha yang tinggi maka motivasinya tersebut berkaitan dengan interaksi dari setiap komponen dari tipe kepribadian lima faktor yang ada dalam dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk rnencari hubungan antara tipe kepribadian lima faktor dengan motivasi berwirausaha pada mahasiswa perantauan yang berasal dari suku Minang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan l<uantitatif dengan metode penelitian korelasional. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 375 orang. Dari jumlah tersebut dipilih ElO orang sebagai sampel penelitian dengan menggunakan tel<nik purposive sampling.
Data dikumpull<an dengan skala kepribadian lima faktor dan skala motivasi berwirausaha. Skala kepribadian lima faktor terdiri dari 38 item dengan validitas butir antara 0, 323 sampai clengan 0, 691 dan reliabilitas ru = 0,911. Skala motivasi berwirausaha terdiri dari 47 item dengan validitas butir antara 0, 323sampai dengan 0, 763 dan
reliabilitas ru
=
0,941menganugerahkan rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada baginda RAsulullah SAW beserta keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak, oleh karena itu penulis ucapkan rasa terimakasih tak terhingga kepada:
1.
lbu Ora. Hj Netty Hartati, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya yang telah banyak memberikan pengarahan dan perhatiannya selama menjalani proses perkuliahan.2. Bapak Ors. S. Sulistiyono, M. Si sebagai pembimbin(J I dan lbu Yunita Faela Nisa, M. Si sebagai pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
3. lbu Ora. Zahrotun Nihayah, M. Si dan lbu Natris, M. Si selaku pembimbing seminar yang tak pernah bosan memberikan saran dan kritik yang
membangun selama proses bimbingan seminar.
4. Bapak Miftahuddin, M. Si, pembimbing akademik yang tak pernah bosan memberikan motivasi dan saran bagi penulis.
5. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Adrimas Sjamsu dan lbunda Yusri AS. lnspirator terbesar yang selalu memberikan dukungan dan iringan do'a atas setiap langkah penulis. Tak lupa kedua adik-adik penulis Yulina Oepita dan Susi Nova Yanti, pautan kasih yang tak p1arnah bosan
mendengarkan keluhan dan tak hentinya memberikan semangat pada penulis.
6. Keluarga besar Syamsuddin-Rukayah dan Agus-Sauri alas setiap motivasi dan inspirasi yang telah mereka berikan dalam kehidupan penulis.
untuk membantu penulis.
9. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu ada untuk membesarkan hati dan memotivasi penulis; Ayu, Fauzia, Cing, Mona. lja, Yuli dan Randi.
10. Teman-tern an di fakultas Psikologi angkatan 2003; lnong than k's berat buat kemurahan hatinya, lcha, Sun-sun, Enung, Ambar, anak-anak Garuda, anak-anak kosan. Chi-ul dan saudara-saudara kecilnya, Eti', seluruh teman-teman kelas D dan C atas persahabatan dan dukungan yang telah kalian berikan.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan rnanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Jaka1ia, 1 November 2007
Halaman Pengesahan . . . .. . . .. . .. . .. . . .. . .. . . .. .. . . .. . . .. . iii
Persembahan... iv
Motto ... v
Abstrak... vi
Kata Pengantar ... viii
Daftar lsi... x
Daftar Ta be I... xiii
Daftar Garn bar... xv
Daftar Lampi ran... xvi
BAB ·1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... ... 1
1.2. ldentifikasi Masalah... ... 7
1.3. Batasan dan Rumusan Masalah ... 8
1.3.1. Batasan Masalah... 8
1.3.2. Rumusan Masalah ... 10
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian .... ... ... . .... .. .... ... . .. .. .. ... ... 10
1.4.1. Tujuan Penelitian... ... 11
1.4.2. Manfaat Penelitian ... .... .. .. .. .. .... .. .. ... .. .. . .. .. . .. .. .. . 11
1.5. Teknik Penulisan ... 11
1.6. Sistematika Penulisan ... 12
2.2.1. Definisi motivasi ... 32
2.2.2. Definisi berwirausaha ... 34
2.2.3. Motivasi berwirausaha .. . .. . .. . .. . . . .. . . . .. .. . . .. .. 37
2.2.4. Sikap-sikap yang menghambat kewirausahaan 42 2.2.5. Wirausaha dalam perspektif Islam... 44
2.3. Mahasiswa Minang... 49
2.3.1. Definisi mahasiswa ... 49
2.3.2. Merantau... ... 50
2.4. Kerangka Berpikir... 58
2.5. Hipotesis ... 62
BAB3 METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 63
3. 1. 1. Pendekatan dan metode penelitian ... 63
3. 1.2. Definisi variabel dan operasional variabel... 64
3.2. Pengambilan Sampel ... 66
3.2.1. Populasi dan sampel ... 66
3.2.2. Teknik pengambilan sampel ... 67
3.3. Pengumpulan Data... 67
3.3.1. lnstrumen penelitian ... 67
3.3.2. Teknik uji instrumen penelitian... 72
3.4. Uji lnstrumen Penelitian ... 74
3.6. Prosedur Penelitian ... 79
BAB4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA 4.1. Garnbaran Urnurn Responden ... 82
4.2. Uji Persyaratan... 82
4.2.1. Uji norrnalitas skala tipe kepribadian lirna faktor dan rnotivasi berwirausaha .. .... .. .. . .. .. . .. . .... .. .. .. . 82
4.2.2. Hornogenitas skala tipe kepribadian lirna faktor dan rnotivasi berwirausaha ... 85
4.2.3. ldentifikasi skor skala tipe kepribadian lirna faktor ... 86
4.2.4. Uji hipotesis ... 87
4.3. Hasil Utama Penelitian ... ... 92
BAB5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... ... 93
5.2. Diskusi... ... ... 93
5.3. Saran ... 100
DAFTAR PUSTAKA ... 103
pengalaman hidup) ... 23
Tabel 2.2 Conscientiousness (Keterbukaan hati dan telinga) ... 25
Tabel 2.3 Extrovertness (Keterbukaan diri terhadap orang lain) ... 27
Tabel 2.4 Agreeableness (Keterbukaan terhadap kesepakatan) ... 28
Tabel 2.5 Neuroticism (Keterbukaan terhadap tekanan - tekanan) ... 30
Tabel 2.6 Motivasi berwirausaha di luar Indonesia ... 41
Tabel 3.1 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Openness to Experience... 68
Tabel 3.2 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Consciousness ... 69
Tabel 3.3 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Extrovettness ... 69
Tabel 3.4 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Agreea/Jleness ... 70
Tabel 3.5 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Neuroticism ... 70
Tabel 3.6 Blue Print Skala Motivasi Berwirausaha ... 71
Tabel 3.7 Skor Untuk Pernyataan Positif Dan Negatif ... 72
Tabel 4.1 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian Lima Faktor... ... ... . . 86
[image:13.595.42.443.150.625.2]Gambar 2 P-P Plot Tipe Kepribadian Lima Faktor ... 83
[image:15.595.53.437.134.491.2]Motivasi Berwirausaha
Lampiran 2 Uji Validitas Skala Tipe Kepribadian Lima Faktor dan Skala Motivasi Berwirausaha
Lampiran 3 Reliabilitas Skala Tipe Kepribadian Lima Faktor dan Skala Motivasi Berwirausaha
Lampiran 4 Data Hasil Penelitian Skala Kreativitas dan Skala Motivasi Berwirausaha
Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas Skala Tipe Kepribadian Lima Faktor dan Motivasi Berwirausaha
Lampiran 6 Hasil Uji Homogenitas Skala Tipe Kepribaclian Lima Faktor dan Motivasi Berwirausaha
Lampiran 7 Hasil Klasifikasi Perolehan Nilai Dari Tipe Kepribadian Lima Faktor dan Motivasi Berwirausaha
Lampiran 8 Tabel Nilai Z-Score
Lampiran 9 Tabel Nilai T-Score
1.1. Latar Belakang Penelitian
Merantau sudah merupakan kelaziman bagi para pemuda Minang. Budaya
merantau bagi mereka sudah ditanamkan semenjak kecil'. Hal ini terlihat dari
pola pendidikan anak-anak Minang semenjak zaman dahulu di mana anak
lelaki saat mencapai usia sekolah sudah tidak tinggal atau tidur di rumah
orang tuanya lagi. Mereka tidur dan belajar agama di surau-surau di bawah
pengawasan seorang ustadz di kampung tersebut. Saat memasuki usia
remaja atau mencapai tahap baligh mereka berada di bawah pengawasan
mamak (saudara laki-laki ibu) untuk dididik tentang adat istiadat dan pergi
merantau untuk belajar berdagang serta mencari penghiclupan. Merantau
pada zaman dahulu hanya terbatas bagi para pemuda atau kaum laki-laki
saja.
Dewasa ini merantau tak hanya dilakukan oleh pemuda saja namun kaum
perempuan tak mau ketinggalan. Merantau tidak lagi sebatas mencari
para pemuda-pemudi Minang bertujuan untuk menimba ilmu atau
melanjutkan pendidikan di berbagai universitas yang ada di berbagai daerah.
Perubahan waktu, perbedaan kultur dan pergeseran budaya yang ada di
daerah baru (perantauan), membuat mahasiswa perantau harus berusaha
melakukan berbagai penyesuaian. Tidak semua mahasiswa perantau berasal
dari kelas sosial ekonomi yang kuat. Sehingga gejolak perubahan situasi
ekonomi yang ada di daerah perantauan sangat terasa bagi mereka yang
berada jauh dari orang tua dan kampung halamannya. D•engan status mereka
sebagai mahasiswa mereka juga dituntut untuk lebih mandiri.
Ada semacam norma dalam diri mereka yang mendoron!l mereka untuk
terlepas secara finansial dari bantuan orang tua atau tidak lagi menjadi beban
orang tuanya. Untuk itu mereka sebagai seorang mahasiswa harus jeli
melihat segala kesempatan dan kemungkinan yang ada di sekitar mereka.
Berwirausaha saat ini menjadi salah satu pilihan bagi para mahasiswa
perantauan. Dari sekian banyak mahasiswa yang terjun rnenjadi
wirausahawan muda, sebagian besar merupakan mahasiswa perantauan
yang berasal dari suku Minang dengan persentase 64% dari keseluruhan
mahasiswa yang bergelut dalam dunia usaha. Tingginya minat para
mahasiswa perantauan tersebut untuk berwirausaha terlihat dari penelitian
awal yang peneliti lakukan pada salah satu komunitas mahasiswa perantau
komunitas mahasiswa Minang. Dari tahun ke tahun terlihat perubahan
orientasi para mahasiswa tersebut.
Bila dilihat sejak didirikannya komunitas Keluarga Mahasiswa Minang (KMM)
yakni pada tanggal 4 April 1971, tampak perubahan kece>nderungan pada
mahasiswa perantauan yang tergabung dalam KMM tersebut. Pada periode
awal berdirinya KMM Ciputat yang sebahagian besar 。ョセQァッエ。ョケ。@ merupakan
mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah ini hanya datang ke .Jakarta sebatas
menuntut ilmu. Namun setelah tujuh tahun terakhir (periode 2000-2007)
mahasiswa yang tergabung dalam KMM tersebut sudah mulai melirik bidang
usaha atau berwirausaha. Dari 30 orang mahasiswa periode 2006-2007 yang
diwawancarai, sebanyak 25 responden memiliki motivasi yang tinggi untuk
berwirausaha dan beberapa di antara mereka ada yang telah berwirausaha
dan terjun langsung sebagai pewirausaha mengelola bisnis, mulai dari usaha
dengan modal kecil sampai usaha yang bermodalkan puluhan juta.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh beberapa mahasiswa Universitas
Bina Nusantara (BiNus). Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh Center
for Entrepreneurship (CfE) pada mahasiswa Universitas Bina Nusantara pada
akhir Oktober 2005, terungkap bahwa ternyata sekitar 83% mahasiswa BiNus
memiliki minat yang tinggi untuk menjadi entrepreneur, si>dangkan sisanya
penelitian ini dapat diketahui bahwa minat untuk berwirausaha dikalangan
mahasiswa tidak terbatas pada kalangan tertentu saja (Tjendera, 2006).
Beberapa penelitian tersebut membuktikan stereotip yan9 sejak dahulu
sudah tertanam dalam masyarakat bahwa hanya orang-orang dari keturunan
Tiongkok, Yahudi, Cina dan suku bangsa Melayu yang cocok menjadi
pedagang dan untuk menjadi enterpreneur harus ュ・ュゥャゥセZゥ@ modal yang besar,
koneksi dan sebagainya. Namun dari kecenderungan yang terlihat di
kalangan mahasiswa sekarang stereotip tersebut jelas ticlak terbukti. Saat ini
bayak bermunculan wirausahawan muda dari kalangan mahasiswa yang lahir
dari berbagai latar belakang keluarga, suku dan budaya. Mereka sukses
memulai bisnis dari kondisi apa adanya dan dan tanpa modal besar, seperti
yang terlihat dikalangan enterpreneur- enterpreneurmuda di lingkungan UIN
sekarang.
Bila ditelusuri lebih lanjut, di tanah kelahiran masing-masing ternyata mereka
tidak menjadi pedagang seperti yang diramalkan. Mereka menjadi
enterpreneur setelah berinteraksi dengan lingkungan dimana mereka
merantau. Tipe kepribadian lima faktor yang mereka ュゥャゥセ[ゥ@ berinteraksi dengan lingkungan, menghasilkan solusi dan menjadi tenaga pendorong
untuk melakukan sesuatu bahkan pilihan hidup untuk berwirausaha (Kasali,
pengaruh yang besar dalam motivasi berwirausaha pada seseorang
khususnya mahasiswa perantauan.
Pilihan untuk mulai menekuni dunia wirausaha merupakan upaya untuk
menjawab tantangan perubahan zaman yang serba cepat. Karena di
Indonesia menurut data dari Mennegkop dan UKM (Dprin, 2007),
menunjukkan bahwa pada tahun 2000 ada sekitar 38,99 juta usaha kecil atau
sekitar 99.85% dari perusahaan di Indonesia yang menyerap 66 juta tenaga
kerja atau sekitar 99.44% dari jumlah kesempatan kerja. Adapun sumbangan
usaha kecil Indonesia terhadap PDB nasional hampir sarna dengan Amerika
Serikat yaitu sekitar 40% (Awai, 2006). Dengan melihat data-data tersebut,
maka sangat layak jika bidang kewirausahaan adalah bidang yang perlu
mendapat perhatian semua pihak untuk dikembangkan.
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa saat ini setiap pribadi bahkan
mahasiswa yang telah mengenyam pendidikan yang lebih baik pun setiap
saat akan berhadapan dengan bermacam - macam tantangan, baik dalam
bidang sosial ekonomi, kesehatan, politik maupun dalam bidang budaya.
Kemajuan teknologi yang meningkat di satu pihak dan ledakan penduduk
disertai berkurangnya persediaan sumber-sumber alami di lain pihak, semua
itu menuntut adaptasi dan kemampuan untuk mencari pemecahan yang
menghasilkan suatu pemecahan yang tepat diperlukan pengenalan potensi
dan belajar mengembangkan potensi yang dimiliki sehin£1ga mampu
menangkap peluang dan mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-cita.
Pada dasarnya manusia sejak dilahirkan ke dunia ini telah dibekali sikap dan
jiwa kewirausahaan. Seseorang tidak akan pernah tahu potensi kewiraan
yang ada pada dirinya sebelum ia terjun langsung dalam suatu usaha. Saat
ia mulai mengetahui potensi yang ia miliki, pada saat itulah ia belajar keras
untuk memotivasi dirinya.
Dari penelitian lapangan yang dilakukan oleh Costa dan IV1cCrae (Ambadar,
2006)
selama10
tahun diketahui bahwa setiap dimensi dalam The Big FivePersonality atau Kepribadian Lima Faktor yang disingkat OCEAN memiliki
hubungan yang sangat erat dengan kesuksesan bidang usaha atau kerja
yang membutuhkan interaksi sosial. Dengan kata lain kei>esuaian
kepribadian dan tuntutan tugas akan mendorong seseora.ng untuk lebih
produktif.
Sebagai unsur yang dibawa sejak lahir, setiap tipe dari kHpribadian lima
faktor berperan penting dalam memacu dan memotivasi seseorang untuk
menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Pribadi dengan kadar tipe kepribadian
lima faktor yang tinggi cenderung menciptakan perubahan pada apa yang ia
disekelilingnya, bekerja secara sistematis dan disiplin serta mampu
mengendalikan suasana. Hal-hal inilah yang menjadi syarat mutlak yang
harus dimiliki seseorang yang akan berkecimpung dalam dunia usaha
terutama bagi para mahasiswa perantauan. Karena oran9 dengan
kepribadian lima faktor rendah akan cenderung sulit untuk memulai sesuatu
(Kasali, 2007)
Untuk masuk dalam dunia usaha dibutuhkan ッイ。ョァMッイ。ョセQ@ yang tanggap
dengan situasi dan kondisi yang ada di sel<itarnya sehingga ia dapat dengan
mudah menemukan setiap peluang yang ada dan memanfaatl<an atau
mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya dan menjawab segala
tantangan yang ada di depan matanya. Dari hal ini jelas terlihat bagaimana
pribadi-pribadi yang unggul menyikapi setiap kesulitan yaing menghadang
sedangkan pribadi-pribadi yang lemah akan cenderung menghindari setiap
kesulitan yang datang.
1.2. ldentifikasi Masalah
Dari latar belakang permasalahan yang peneliti jadikan objek penelitian, ada
1. Apa yang melatar belakangi mahasiswa perantauan untuk
berwirausaha ?
2. Apakah mahasiswa Minang memiliki motivasi untuk berwirausaha?
3. Tipe kepribadian apa saja yang harus dimiliki oleh seorang
wirausahawan?
4. Tipe kepribadian mana yang lebih dominan dimilki oleh mahasiswa
Mlnang?
5. Apakah ada hubungan antara tipe kepribadian lima faktor dengan
motivasi berwirausaha pada mahasiswa Minang?
1.3. Batasan dan Rumusan Masalah
1.3.1. Batasan masalah
Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang berkaitan dengan judul penelitian
di atas dibatasi sebagai berikut:
a. Motivasi berwirausaha
Mc Clelland (dalam Nugroho 2006:13) mengajukan konsep motivasi untuk
memberikan gambaran mengenai kewirausahaan yang diartikan sebagai
dorongan yang menyebabkan seseorang ingin selalu berlouat lebih baik dan
terus maju, dan memiliki tujuan yang realistis dengan rneingambil resiko yang
benar-benar telah diperhitungkan. Menurut Yuyun Wirasasmita (dalam
alasan yakni: 1) Alasan keuangan (peluang untuk memperoleh manfaat
secara finansial). 2) Alasan sosial. 3) Alasan pelayanan (peluang untuk
berkontribusi kepada masyarakat). 4) Alasan pemenuhan diri (peluang untuk
memperoleh kontrol atas kemampuan diri dan memanfaatkan potensi yang
dimiliki).
b. Kepribadian lima faktor
Kepribadian lima faktor adalah konsep kepribadian yang di pelopori oleh
Costa dan Mccrae yang menjelaskan tentang lima komponen dominan
dalam kepribadian wirausahawan yang disebut dengan "the big five". Kelima
komponen hasil kajian Costa & McCrae (1997) ini lebih dikenal dengan
akronim OCEAN. Menurut Kasali (2007:66) setiap orang pasti memiliki setiap
unsur dalam OCEAN tersebut namun besar atau kadarnya bisa bervariasi.
Ada yang mempunyai kadar yang tinggi, ada yang sedang saja dan ada yang
rendah. Karena kelima komponen ini bukan biological, melainkan behavioral,
maka ia pun dapat ditumbuhkembangkan, dibentuk atau dibiarkan layu dan
terkubur.
OCEAN (Costa & McCrae, 1997) adalah akronim dari ウ・Aセ。ャ。@ jenis
keterbukaan. Masing-masing unsur OCEAN tersebut antara lain: Openness
to experience (keterbukaan terhadap pengalaman hidup), Conscientiousness
orang lain), Agreeableness (keterbukaan terhadap kesepakatan), Neuroticism
(keterbukaan terhadap tekanan-tekanan).
c.
Mahasiswa MinangMerantau seperti yang dilakukan oleh mahasiswa Minan£1 yang ada di UIN
Syarif Hidayatulah Jakarta dapat dilihat sebagai proses rnenuju kedewasaan
dan merupakan bentuk kewajiban sosial yang dipikulkan ke bahu laki-laki
untuk meninggalkan kampung halaman mencari harta kekayaan atau
menuntut ilmu pengetahuan agar bisa dengan lebih baik menjalani hidup.
Aktivitas merantau disini adalah aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa
Sumatera Barat atau Minang. Jadi mahasiswa Minang adlalah mahasiswa
yang melakukan aktivitas merantau kedaerah lain untuk tujuan menuntut
ilmu.
1.3.2.
Rumusan masalahBerdasarkan latar belakang permasalahan dan identifikasi masalah, maka
masalah dalam penelitian dapat di rumuskan sebagai berikut:
Apakah ada korelasi yang signifikan antara tipe kepribadian lima faktor
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan apakah ada hubungan
yang signifikan antara tipe kepribadian lima faktor dengan motivasi
berwirausaha pada mahasiswa Minang.
1.4.2. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis.
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi yang bermanfaat bagi khazanah pengetahuan serta
pengembangan teori-teori psikologi terutama yang berkaitan dengan
kepribadian lima faktor dan motivasi berwirausaha.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan sedikit banyaknya dapat memberikan informasi
dan gambaran tentang kompleksitas masalah yang dihadapi mahasiswa
perantau sehingga dapat dijadikan masukan dalam pengambilan
kebijaksanaan baik dalam instansi pendidikan, ekonomi, keagamaan dan
wacana dan kajian tentang kewirausahaan bagi para rnahasiswa,
sehingga rnahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah dapat
rneningkatkan sumberdaya dan potensinya agar tidak lagi hanya
berorientasi untuk menjadi seorang pekerja atau karyawan semata
1.5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan dalam penelitian ini berpedoman pada APA (American
Psychology Association) Style.
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan, maka dalam penulisan proposal penelitian ini
disusun menjadi beberapa bab, yang terangkum sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Meliputi latar belakang masalah, pernbatasan dan perurnusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, se1rta sistematika
Bab II
Bab Ill
Bab IV
BabV
Kajian Teori
Meliputi teori teori yang berhubungan dengan kepribadian lima
faktor, motivasi berwira usaha, mahasiswa, merantau,
berwirausaha dalam Islam, kerangka berfikir, dan hipotesis
penelitian.
Metodologi Penelitian
Meliputi pendekatan dan metodologi penelitian, populasi dan
sampel, karakteristik sampel, instrumen pengumpulan data, uji
instrumen penelitian, teknik pengolahan data serta prosedur
penelitian.
Presentasi dan Analisis Data
Meliputi gambaran umum responden, uji persyaratan dan hasil
utama penelitian.
Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Berisi simpulan, diskusi dan saran dari pern>litian yang telah
2.1
Kepribadian Lima Faktor
2.1.1 Definisi kepribadian
Selain merupakan makhluk biologis yang sama dengan rnakhluk hidup
lainnya manusia juga merupakan makhluk yang mempunyai sifat-sifat
tersendiri yang berbeda dari segala makhluk dunia lainnya. Manusia tidak
semata-mata tunduk pada kodratnya dan secara pasif menerima
keadaannya, tetapi la selalu secara sadar dan aktif menjadikan dirinya
sesuatu. Pengalaman-pengalaman masa lalu dan aspirasi-aspirasinya untuk
masa-masa yang akan datang menentukan tingkah lal<U seseorang di masa
kini, dan karena tiap orang mempunyai pengalaman dan aspirasi yang
berbeda-beda, maka tingkah laku di masa kini pun berbeda-beda. Hal inilah
yang menjadi landasan dalam penelitian tentang perilaku atau kepribadian.
Studi tentang kepribadian merupakan pokok pembicaraan yang sangat luas.
Banyak psikolog telah memberikan perhatiannya dalam hal ini. Tak sedikit
pula para pakar baik dari bidang psikologi sendiri maupun dari berbagai latar
dari berbagai sudut pandang, sehingga lahirlah beragam definisi mengenai
kepribadian, di antaranya yaitu:
Bruno (1989:218) mendefinisikan kepribadian (personality) sebagai "konsep
yang menyeluruh, meliputi beberapa pengertian. Pertama, merupakan
karakter seseorang yaitu serangkaian ciri perilaku yang biasanya dikaitkan
dengan individu tertentu. Kedua, kepribadian dapat diartikan sebagai diri
yang sadar, atau ego. Ketiga, sebagai topeng sosial seseorang. Keempat,
kesan menyeluruh tentang diri seseorang, yang dilihat oleh orang lain.
Allport (dalam Sarwono, 2000) memberikan definisi kepribadian sebagai
berikut: "Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang
terdiri dari sistem-sistem psiko-fisik yang menentukan cara penyesuaian diri
yang unik (khusus) dari individu tersebut terhadap lingkungannya."
Dari definisi yang diberikan oleh Allport tersebut terlihat bahwa ia berupaya
mensintesiskan atau melibatkan pandangan kontinental clan pandangan
Anglo-Amerika. Segi dalam maupun segi luar kepribadian telah dimasukkan
ke dalam definisi tersebut. Sistem jiwa raga menurutnya merupakan bagian
dalam dari kepribadian sedangkan penyesuaian diri merupakan segi luar dari
kepribadian. Ahmadi (2005:156) mencoba menganalisis definisi tersebut,
a. Merupakan suatu organisasi dinamis, yaitu suatu kebulatan atau suatu
keutuhan. Organisasi atau sistem yang mengikat clan mengaitkan
berbagai macam aspek atau komponen kepribadian. Organisasi
tersebut dalam keadaan berproses, selalu mengalami perubahan dan
perkembangan. Sebagai contoh, kepribadian si A, walaupun
10
tahunyang lalu dan
10
tahun mendatang tetap si A. Akan tetapi si Asekarang akan berbeda dengan si A
10
tahun ケ。ョQセ@ lalu dan akanberbeda pula dengan si A pada waktu
10
tahun yang akan datang. SiA tetap menunjukkan ciri kepribadiannya sebagai suatu organisasi,
tetapi ciri-ciri tersebut mengalami perubahan karena bersifat dinamis.
b. Organisasi itu terdiri atas sistem-sistem pshychophysical atau jiwa
raga. Term ini menunjukkan bahwa kepribadian itu tidak hanya terdiri
atas mental, rohani, jiwa, atau hanya jasmani saja, tetapi organisasi itu
mencakup semua kegiatan badan dan mental yanig menyatu ke dalam
kesatuan pribadi yang berbeda dalam individu.
c. Organisasi itu menentukan penyesuaian dirinya. A.rtinya menunjukkan
bahwa kepribadian dibentuk oleh kecenderungan yang berperan
secara aktif dalam menentukan tingkah laku individu yang
masyarakat. Kepribadian adalah sesuatu yang terletak di belakang
perbuatan khas yang berbeda pada individu.
d. Penyesuaian diri dalam hubungan dengan lingkungan itu bersifat unik,
khas, atau khusus, yakni mempunyai ciri-ciri tersendiri dan tidak ada
yang menyamainya. Tiap penyesuaian kepribadian tidak ada yang
sama dan karena itu berbeda dengan penyesuaian kepribadian yang
lain, walaupun seandainya dua kepribadian anak lkembar berasal dari
satu telur. Tiap-tiap penyesuaian terarah pada diri sendiri, lingkungan
masyarakat, ataupun kebudayaan.
Organisasi sistem jiwa raga merupakan komponen atau aspek struktur dalam
dari kepribadian. Sedangkan penyesuaian diri merupakan struktur luar dari
kepribadian yang lebih bersifat dinamis dalam menghadapi berbagai situasi,
kondisi, dan perubahan lingkungan. Tidak ada lingkungan yang mempunyai
efektifitas pengaruh yang sama terhadap dua orang atau lebih. Tiap individu
akan memberikan makna atau penghayatan yang berbecla terhadap
lingkungannya. Selain ada perbedaan faktor lingkungan juga ada perbedaan
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diperoleh pengertian sebagai berikut:
a. Kepribadian rnerupakan organisasi dinarnis, terdiri dari sejurnlah aspek
atau unsur-unsur yang terus turnbuh dan berkernbang.
b. Aspek-aspek dalarn kepribadian tersebut rnerupal<an sernua unsur
yang berhubungan dengan rohani dan jasrnani, antara lain sifat-sifat,
kebiasaan, sikap, tingkah laku, bentuk-bentuk tubuh, ukuran, warna
kulit, dan sebagainya. Seluruhnya turnbuh dan berkernbang sesuai
dengan kondisi yang ada pada seseorang.
c. Sernua aspek kepribadian rnerupakan suatu sistern (totalitas) dalarn
rnenentukan cara yang khas dalarn penyesuaian cliri terhadap
lingkungan. Hal ini rnenunjukkan bahwa setiap orang rnerniliki cara
yang khas dalarn rnenarnpilkan diri di tengah lingkungannya.
Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu rnencakup sernua aktualisasi dari
penarnpilan yang selalu tarnpak pada diri seseorang, mewpakan bagian yang
khas atau ciri dari seseorang. Misalnya ada orang yang mernilil<i sifat yang
pernarah tetapi jujur, tekun bekerja, suka rnenolong, rajin bel<erja, suka
berpakaian sederhana, dan sebagainya.
Di
lain pihak ada orang yangdan sebagainya. Pola-pola sifat dan kebiasaan seperti yang telah disebutkan
di atas merupakan contoh pola atau bentuk kepribadian seseorang.
2.1.2 Kepribadian lima faktor
Kepribadian lima faktor merupakan bentuk tingkatan dari struktur kepribadian
yang terkait trait. Trait kepribadian didefinisikan sebagai suatu pola tingkah
laku yang relatif menetap secara terus menerus dan konsekuen yang
diungkapkan dalam satu deret keadaan. Trait menggambarkan kondisi relatif
menetap yang membedakannya dari suasana hati yang lebih bersifat
sementara (Costa, 1994).
Kepribadian dapat saja terbentuk dari sesuatu yang diturunkan secara
genetik dan setiap orang pada dasarnya merupakan kornbinasi dari beberapa
unsur bawaan. Beberapa orang ahli telah menemukan lirna komponen
dominan dalam kepribadian wirausahawan yang disebut dengan "the big
five". Kelima komponen hasil kajian Costa & Mccrae HQYAセWI@ ini lebih dikenal
dengan akronim OCEAN.
Menurut Kasali (2007:66), setiap orang pasti memiliki setiap unsur dalam
OCEAN tersebut namun besar atau kadarnya bisa bervariasi. Ada yang
Karena kelima komponen ini bukan biologikal, melainkan behavioral, maka ia
pun dapat di tumbuh kembangkan, dibentuk atau dibiarkan layu dan terkubur.
OCEAN adalah akronim dari segala jenis keterbukaan. Masing-masing unsur
OCEAN tersebut antara lain:
1. Openness to experience (keterbukaan terhadap pen9alaman hidup).
Keterbukaan pikiran, khususnya terhadap hal-hal baru, hal-hal yang
dialami dan dilihat dengan mata sendiri. Tokoh-tokoh perubahan dalam
panggung bisnis di Indonesia dan dunia adalah tokoh-tokoh yang pola
perilakunya tidak dogmatis dalam berpikir, tetapi terbuka terhadap hal-hal
baru, disiplin dalam menyelesaikan setiap proses, bukan penyendiri,
terbuka terhadap kesepakatan, percaya terhadap orang lain, dan secara
emosional mampu menghadapi segala tekanan dengan kepala dingin.
Keterbukaan terhadap pengalaman hidup ini sering juga disebut dengan
keterbukaan pikiran. Tuhan memberi empat fungsi pada otak manusia,
yaitu mengambil, menyimpan (merekam), memproses, dan
mengeluarkan. Otak adalah mesin penggerak tubuh tapi yang paling
penting dari hal tersebut adalah apakah ia dipakai unituk berpikir atau
tidak. la tidak cukup untuk dipakai menjadi gudang saja, yaitu untuk
Banyak manusia yang membiarkan semua ini terjadi begitu saja. Otaknya
hanya diisi pada saat ia muda, pada waktu mereka bersekolah, atau
awal-awal meniti karir. Semua disusun rapi di dalam otak, bagian yang
bertentangan dengan pandangan yang paling awal ditanamkan akan
ditolak. Orang yang larut dengan keindahan masa lalu, membuat ia tidak
lagi mampu melihat kebenaran-kebenaran baru. Lama-lama pribadi
seperti ini akan tertinggal jauh dari perkembangan jaman.
Manusia-manusia yang tak mampu mengambil pelajaran dari perjalanan hidupnya
tersebut cenderung mengurung diri dengan pikiran-pikirannya dan akan
terperangkap selamanya di sana.
Keterbukaan itu adalah kelenturan terhadap informasi yang membuat
seseorang menjadi tidak kaku terhadap apapun yang sudah diketahuinya.
Semua itu tidak dianggap sebagai suatu kebenaran mutlak. Perjalanan
hidup manusia, pada prinsipnya mirip dengan sebuah kegiatan eksplorasi.
Sebagian manusia hanya senang menjelajahi jalan yang sudah dirintis
oleh orang lain dan menyukai rutinitas. Sebab bagi mi:ireka kebenaran
internal (internal validity) jauh lebih penting dari pada kebenaran eksternal
(external validity). Padahal eksplorasi kehidupan ウ。ョセQ。エ@ memungkinkan
Alex lnkeles dan David H. Smith 1974 (dalam Suryana, 2003) adalah
salah satu di antara ahli yang mengemukakan tentang kualitas dan sikap
orang modern. Menurut lnkeles, kualitas manusia modern tercermin pada
orang yang berpartisipasi dalam produksi modern yang dimanifestasikan
dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah laku dalam kehidupan sosial. Salah
satu ciri-cirinya adalah keterbukaan terhadap pengalaman baru dan selalu
membaca perubahan sosial.
Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan lebih
siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan dan perubahan sosial,
misalnya dalam merubah standar hidupnya. Orang-orang yang terbuka
terhadap ide-ide baru ini merupakan wirausaha inovatif dan kreatif yang
ditemukan dalam jiwa kewirausahaan.
Keterbukaan pikiran adalah modal awal bagi pembaharuan. Seperti kata
orang-orang bijak, otak bekerja layaknya parasut, ia baru berfungsi kalau
terbuka. Keterbukaan terhadap pengalaman, bukan k:ata orang, bukan
menuruti dogma, atau old beliefs. Orang yang terbuka terhadap
pengalaman baru dan yang cenderung tertutup mempunyai ciri-ciri seperti
Tabel 2.1
Openness to experience
(keterbukaan terhadap pen 1alaman hiduol (tcasali, 2007) Cara berpikir cenderung
Cara berpikir terbuka tertutup
Fokus pada "sekarang" dan "di
lmajinatif dan kreatif sini", apa yang kasat mata
Lebih menyukai hal-hal yang Lebih menyukai keberagaman
rutin dan sudah dikenal (familiar) (variety) dan hal-hal baru (novelty)
Memiliki sedikit minat
Banyak pilihan dan minat
Lebih menyukai hal-hal yang Mengutamakan hal-hal baru yang
konvensional original
Tidak menganggap penting
emosi Sangat menghar£1ai emosi
Cenderung dogmatik
Cenderung fleksibel
Seorang wirausahawan sejati tidak menyukai pekerjaan yang mendatar
atau yang bersifat rutin. la lebih suka melakukan penyempurnaan dari apa
yang sudah ada sebelumnya dan senang menemukan dan
mengusahakan sesuatu yang belum pernah dibuat ッォセィ@ orang
sebelumnya. la senang memikirkan dan menciptakan hal-hal yang baru.
Biasanya, dalam usaha tidak mau ikut-ikutan, ia lebih menyukai
penemuan baru dan daya ciptanya.
Kalaupun ia membuat produk atau membuka jenis usaha yang sama
[image:39.595.58.452.95.490.2]peluangnya masih besar, ia akan melakukan modifikasi, pengembangan
dan penyempurnaan-penyempurnaan agar lebih menarik konsumen.
Tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dicapai, selalu ada ide
atau gagasan untuk mengembangkan apa yang telah ada. Dan ada
beberapa cara yang mungkin ditempuh. Bila satu cara tidak berjalan
sesuai dengan harapan maka ia akan mencoba cara yang lain.
2. Consciousness (Keterbukaan hati dan telinga)
Orang-orang yang menghargai perubahan adalah orang yang membuka
hati dan telinga mereka. Mereka bukan hanya mendengar, tetapi mereka
mendengar dan menyaringnya dalam hati dan pikiran mereka. Mereka
tidak asal mendengarkan, melainkan mendengar dengan cerdik dan tentu
saja menjalankannya dengan penuh disiplin dan dapat diandalkan.
Orang-orang dengan kesadaran atau keterbukaan hati yang tinggi cenderung
termotivasi tinggi, tidak perlu di dorong-dorong, sangat menghargai waktu
dan bekerja dengan target.
Seorang pembaharu bekerja secara sistematis meski belum tentu tertulis,
mereka menghancurkan nilai-nilai lama dan sekaligus membangunnya
kembali dengan perkiraan waktu. Seorang entrepreneur sejati pada
dasarnya juga seorang change maker, bekerja dengan disiplin, sistematis,
yang dapat dipercaya, dan tumbuh dari masa ke masa. la menciptakan
perubahan pada apa yang ia kerjakan. Orang dengan keterbukaan hati
dan telinga dicirikan pada label berikut:
Tabel 2.2
Consciousness (Keterbukaan hati dan エ・ャゥョセ。ャ@ (Kasali, 20071
Keterbukaan hati yang rendah Keterbukaan hiati yang tinggi
cenderung 」・ョ、Qセイオョァ@
Spontan, Random Terpola, Metodologis
Tak terorganisir, Kacau Terorganisir, Tertata (secara
bertahap)
Terlambat, tidak tepat waktu Menghargai waktu, tepat
Kurang bertanggung jawab Dapat diandalkan
Semaunya Disiplin diri
Tidak berambisi Ada dorongan yang kuat
Menunda-nunda, Mengabaikan
Persistency
tug as
Harus didorong-dorong Bergerak otomatis
Seorang wirausahawan sejati biasanya tidak mau diam dan tidak mudah
puas dengan yang sudah ada. la selalu memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya dan bila dibutuhkan mereka siap bekerja sampai 24 jam sehari
dalam rangka mencapai prestasi usahanya. Waktu sangat penting dan
berharga bagi dirinya. Setiap waktu berarti untuk kep1entingan usahanya,
memikirkan, merencanakan, mempelajari data, membuat laporan,
melakukan negosiasi bisnis, membuat kontrak dan SE!terusnya. Seorang
wirausahawan sukses seolah-olah tampak seperti dikejar-kejar oleh
[image:41.595.62.441.182.464.2]Waktu baginya sangat berharga. Dalam pandangannya, orang yang
menyia-nyiakan waktu adalah orang yang merugi (Mudjiarto, 2006).
3. Extrovertness
Keterbukaan diri terhadap orang lain, kebersamaan clan hubungan
-hubungan. Seorang extroversion bukanlah seorang introverts yang
cenderung mengurung diri dan memisahkan diri dari orang banyak yang
hanya mampu bekerja sendiri atau menikmati kesenclirian. la tidak pernah
khawatir dengan orang lain, karena pengaruhnya be£1itu kuat. Pengaruh
itu datang karena kepeduliannya pada orang lain. la Gukup peka terhadap
setiap kesulitan dan berempati kepada orang lain. la bekerja dengan hati,
dan penuh percaya diri.
Dalam suasana saling tidak percaya, orang menjadi 9ampang marah dan
melakukan tekanan-tekanan. Hanya orang-orang yang exstrovert dengan
hati yang tulus yang punya keinginan menghadapi semua itu dalam
suasana yang lebih rileks. Mereka cenderung aktif, mendominasi dan
senang dengan petualangan-petualangan. ciri-ciri extroversion di atas
Tabel 2.3
Extrovertness IKeterbukaan diri terhadao orana lain) (Kasali, 2007
Keterbukaan yang rendah Keterbukaan yang tinggi
cenderung cenderung
Senang menyendiri Senang berkawan, bekerja
dalam kelompok
Enggan mendatangi orang lain Senang mendatangi
Menjadi sangat pribadi Lugas
Bukan pencari kesenangan Mengukir pesta atau
kesenangan
Datar Tertantang dengan
emosi-emosi positif
Menghendaki ritme yang santai Berenergi, berilairah
Cenderung pasif, diam Mendominasi pembicaraan
Curiga pada siapapun Percaya orang lain
Rasa takut yang berlebihan Percaya diri, penuh keberanian
4. Agreeableness
Keterbukaan terhadap kesepakatan (tidak mudah mernilih konflik). Orang
dengan tipe ini tahu apa saja yang harus diperjuangkan dan mana yang
tidak, namun mereka cenderung tidak senang dengan keributan. Mereka
cinta damai, dan dapat berhari-hari memikirkan setiap konflik yang
dihadapinya. Sebisa mungkin menghindari setiap konfrontasi, namun bila
diperlukan mereka juga punya keberanian untuk menghadapinya. Berani
menghadapi segala bentuk konfrontasi dengan kepala dingin dan
Keberanian menghadapi dengan tatap muka, dapat rnenyelesaikan
masalah, mengurangi kecurigaan, meski juga beresiko pertengkaran dan
keributan-keributan fisik. Namun yang terpenting dalam unsur ini adalah,
adanya keinginan yang besar untuk melakukan pengorbanan (self
sacrificing), menyerahkan wewenang pada pihak-pihak tertentu dan
umumnya mempercayai orang lain. Lebih jelasnya ciri-ciri orang yang
terbuka dengan kesepakatan tertera pada tabel berikut:
Tabel2.4
Ag reeableness (Keterbukaan terhadap kesepakatanl (Kasali, 20 07)
Keterbukaan yang rendah Keterbukaan lfang tinggi
cenderung cenderung
Skeptis (ragu-ragu) Mempercayai
Merasa super Sederhana
Aragan
I
tinggi hati lngin melimpahkan wewenangEnggan bekerja sama Kooperatif
Menolak/kasar Altruistik, memberi, bersahabat
Agresif Menerima
Kompetitif Mengorbankan pribadi sendiri
Wirausahawan sejati adalah orang yang terbuka terhadap kritik, karena
kritik sangat berguna bagi dirinya dan usahanya. la tidak bangga terhadap
pujian. Baginya keberhasilan merupakan adalah sesuatu yang wajar
sebagai hasil kerja keras dan bukan untuk dibangga-banggakan.
[image:44.595.62.440.166.521.2]keberhasilannya bukan sepenuhnya karena dirinya, tetapi berkat
dukungan dan kerjasama dengan orang lain. la juga sanggup
mengungkapkan penghargaan dan pengakuan atas kelebihan orang lain.
la mampu melahirkan kenyamanan, keakraban dan kehangatan dalam
persahabatan. la tidak dengan serta merta atau den£1an mudah menilai
negatif orang lain.
5. Neuroticism
Keterbukaan terhadap tekanan. Dalam dunia ekonomi
tekanan-tekanan sering terjadi. Kadang tekanan-tekanan-tekanan-tekanan tersebut dapat
mempermalukan, menyulitkan, mengambil sesuatu yang kita miliki bahkan
membunuhnya. Bagi yang sudah terbiasa menghadapi hal-hal seperti itu,
mungkin tidak akan menjadi terlalu sensitif. Tetapi bagi orang yang tidak
biasa, tekanan dapat sangat mengganggu keseimbangan emosinya.
Pada akhirnya emosi yang labil dapat mempengaruhi kejernihan berpikir,
penyelesaian berpikir dan proses pengambilan keputusan sehingga
hubungan dengan orang lain juga menjadi terganggu. Orang yang cemas
akan mengambil langkah-langkah yang salah dan beruntun.
Kemampuan mengelola emosi agar lebih terkendali, lebih stabil, dan tak
terlihat emosional sangat penting. Orang yang emosional akan tampak
lain. Dalam suasana yang kurang percaya diri orang-orang yang secara
emosional kurang stabil sangat ingin menguasai orang lain. Padahal yang
harus mereka lakukan adalah menguasai diri sendiri. Mereka bertarung
melawan diri sendiri, mampu menghancurkan nilai-nilai lama tetapi belum
bisa dipakai untuk membangun sesuatu yang baru.
[image:46.595.60.448.177.539.2]Tabel2.5
Neu roticism (Keterbukaan terhada l tekanan - tekanan) (Kasali, 2
007)
Keterbukaan yang rendah Keterbukaan yang tinggi
terhadap tekanan terhadap tekanan
Mudah bersedih Tenang
Pencemas, gelisah Tidak kenal takut
Mudah marah tak terkendali Tidak sensitif/ emosional
Mudah ekspresi Terkendali
Galau dalam ketegangan Mampu mengendalikan diri
Impulsive Resisten terhadap
godaan-godaan
Nervous dalam situasi-situasi
Tidak mudah cemas tertentu
Apabila menghadapi suatu kepahitan, kurang atau be•lum berhasil
mencapai tujuan usahanya, seorang wirausaha sejati tidak mudah begitu
saja meloncat ke usaha lain yang sama sekali berbecla. la tidak begitu
mudah menyalahkan faktor-faktor di luar dirinya, sepHrti menyalahkan
sehat, krisis ekonomi, kebijakan pemerintah yang kal<u dan sebagainya.
la akan berusaha mengumpulkan informasi dan mempelajari faktor-fal<tor
apa saja dari dalam diri dan dari luar diri yang menyeibabkan
kegagalannya.
Selama faktor-faktor tadi masih dapat diatasinya baik sendiri maupun
dengan bantuan orang lain, maka ia al<an melanjutkan usahanya dengan
penyesuaian-penyesuaian baru. la senang mempelajari apa saja yang
menyebabkan dirinya berhasil atau gagal, dari waktu ke waktu dan
hasilnya dapat dipergunakan untuk lebih menyempurnakan usaha
selanjutnya. Walaupun tidak senang ketika menemui kegagalan, namun ia
tidak akan lama-lama larut dalam kesedihan.
Seorang wirausahawan tidak memandang pesaing sebagai musuh,
pesaing adalah teman seperjuangan, pesaing adalah teman bergaul.
Dengan bergaul ia akan mengetahui apa l<elemahan-kelemahan pesaing
dan apa keunggulannya. Semua dapat menjadi masukan untul< lebih
2.2. Motivasi Berwirausaha
2.2.1. Definisi motivasi
Menurut Nasution dan Louis Allen (dalam Suryana, 200:3), ada tiga fungsi
motif, yaitu:
(1) Mendorong manusia untuk menjadi penggerak at.au sebagai motor
yang melepaskan energi.
(2) Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu.
(3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan
menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan
itu.
Menurut Munandar (2001 :323), motivasi adalah suatu proses di mana
kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian
kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. Terpenuhinya segala
tujuan akan mendatangkan kepuasan tersendiri. Sedangkan definisi motivasi
menurut Koontz (1980:115) adalah "keseluruhan dorongan-dorongan,
keinginan, kebutuhan, dan daya yang sejenis yang ュ・ョセQ。イ。ィォ。ョ@ perilaku."
Motivasi menurut Chaplin (2002:310) adalah: "suatu variabel penyelang
tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola,
mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran."
Mujib (2002: 244) mendefinisikan motivasi sebagai: "akumulasi daya dan
kekuatan yang ada di dalam diri seseorang untuk mendorong, merangsang,
menggerakkan, membangkitkan dan memberi harapan pada tingkah laku.
Motivasi menjadi pengarah dan pembimbing tujuan hidup seseorang,
sehingga ia mampu mengatasi inferioritas yang benar-bEmar dirasakan dan
mencapai superioritas yang lebih baik. Makin tinggi motivasi hidup seseorang
maka makin tinggi pula intensitas tingkah lakunya, baik secara kuantitatif
maupun kualitatif."
Motivasi menurut Satrio (2006:21) adalah "daya dorong" yang muncul dari
dalam jiwa seseorang, yang bersifat abstrak, intangible, tetapi pengaruhnya
dapat dirasakan. Dengan motivasi yang tinggi seseorang dapat melejitkan
prestasinya melampaui kebanyakan orang.
Kemauan untuk melakukan sesuatu tergantung kepada sesuatu yang
mencetuskannya. Cetusan kemauan ini bisa kuat dan bisa pula lemah.
Cetusan inilah yang dinamakan motif. Motif akan mengarahkan seseorang
kepada suatu sasaran atau tujuan. Motivasi seseorang untuk melakukan
tujuan yang dikehendakinya itu. Motif atau pencetusan kemauan seseorang
untuk melakukan sesuatu sangat bergantung pula kepada kepribadian
manusia itu sendiri.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah dorongan untuk berbuat sesuatu (drive) dalam memenuhi kebutuhan.
Manusia biasanya akan melakukan sesuatu, jika ia mempunyai dorongan dan
kemauan untuk itu.
2.2.2. Definisi berwirausaha
Menurut Wardhana (2007:7) sebenarnya kata wirausaha dan wiraswasta
memiliki kesamaan makna. "Dari sudut etimologi kata, wira bermakna teladan
atau layak dicontoh, sedangkan usaha bermakna kemauan keras. Kata
swasta sendiri bermakna berdiri di atas kaki sendiri." Dengan begitu,
wirausaha atau wiraswasta adalah:
a. Suatu bentuk usaha untuk mewujudkan suatu "impian" dengan modal
kesanggupan dan kreativitas pribadi.
b. Suatu bentuk usaha berdiri di atas kaki sendiri, tidak bergantung pada
c. Suatu bentuk usaha untuk mencapai sukses dengan menggunakan
segala kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri.
Pengertian wirausaha menurut Mudjiarto (2006: 2) adalah "seorang yang
mempunyai kemampuan dalam melihat peluang mencari dana, serta sumber
daya lain yang diperlukan untuk meraih peluang tersebut dan berani
mengambil resikonya dengan tujuan tercapainya kesejallteraan individu dan
nilai tambah bagi masyarakat."
Wirausaha dalam konteks manajemen menurut Usman (dalam Mudjiarto,
1997) adalah "seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan
sumber daya seperti finansial (money), bahan mentah (materials), dan
tenaga kerja (labors), untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru,
proses produksi atau pengembangan organisasi usaha.''
Dari beberapa pengertian mengenai wirausaha di atas dapat disimpulkan
bahwa wirausaha adalah suatu usaha untuk menciptakan nilai melalui suatu
peluang bisnis dengan segala keterampilan yang dimiliki mengatasi setiap
resiko, memanfaatkan segala sumber daya alam, manusia dan modal yang
Kewirausahaan sebenarnya bukan hanya diperlukan di lbidang bisnis yang
hanya berorientasi pada profit semata, namun juga layak diterapkan pada
semua bidang, termasuk dalam bidang non bisnis. Dalam kaitan ini,
kewirausahaan dapat diartikan dua hal, yaitu sebagai suatu sikap mental
yang dapat diterapkan di semua tempat dan bidang pekerjaan, dan juga
dapat berarti suatu bidang pekerjaan itu sendiri. Sikap mental kewirausahaan
itu merupakan prasyarat mutlak bagi seorang yang men9inginkan hidupnya
lebih berkualitas dan prestatif.
Enterpreneur adalah seorang yang menyukai perubahan, melakukan
temuan-temuan yang membedakan dirinya dengan orang lain, menciptakan nilai
tambah, memberi manfaat bagi dirinya dan orang lain. Karyanya dibangun
berkelanjutan, bukan ledakan sesaat, tetapi dilembagakan, agar lembaga itu
kelak dapat bekerja efektif di tangan orang-orang lain, termasuk kepada
generasi-generasi berikutnya.
Konsep dasar kewirausahaan menurut Kao (1987:29) adalah "Suatu proses
penciptaan sesuatu yang baru (kreasi) dan membuat sesuatu yang berbeda
dari yang sudah ada (inovasi), yang tujuannya adalah tercapainya
2.2.3. Motivasi berwirausaha
Sebenarnya semua orang punya bakat menjadi wirausaha, tetapi tidak
semua orang menyadari kemampuan terpendam tersebut di dalam dirinya.
Setelah terlibat dalam suatu kegiatan usaha barulah orang tersebut akan
mengetahui potensi yang dimilikinya. Pada saat itulah ia membutuhkan
kemauan belajar yang sangat besar untuk membangkitkan semua potensi
yang belum sepenuhnya teraktifkan.
Mc Clelland (dalam Nugroho, 2006) mengajukan konsep motivasi untuk
memberikan gambaran mengenai kewirausahaan yang diartikan sebagai
dorongan yang menyebabkan seseorang ingin selalu berbuat lebih baik dan
terus maju, dan memiliki tujuan yang realistis dengan mengambil resiko yang
benar-benar telah diperhitungkan. Seseorang yang memiliki motivasi yang
tinggi biasanya lebih menyukai situasi-situasi kerja yang dapat mereka
ketahui apakah akan mengalami kemajuan atau tidak, uang bagi mereka
bukanlah tujuan.
Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha
karena adanya suatu motif tertentu. Faktor dasarnya adalah adanya
kebutuhan yang harus dipenuhi. Teori motivasi ini pertama kali dikemukakan
hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan itu
bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik
(physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs),
kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan
kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs).
Seluruh kehidupan manusia tak terlepas dari proses tantangan dan jawaban
itu sendiri. Karena tanpa itu hidup menjadi tidak berarti. Bahkan interaksi
antar manusia pun tak terlepas dari proses ini. Mereka yang melarikan diri
dari tantangan hidup, akan merasakan kehidupan di muka bumi penuh
dengan kehampaan dan kesunyian.
Proses hidup inilah yang harus selalu diperhatikan setiap pribadi dalam
meningkatkan motivasi. Oleh karena itu, berdasarkan percobaan dan
perhitungan yang dilakukan oleh pakar di bidang ini, dapat dipaparkan
mengenai relasi positif antara kuatnya motivasi seseorang, dengan
kemungkinan keberhasilannya dalam mengatasi suatu tantangan hidup.
McClelland dan John W. Atkinson (tanpa tahun) (dalam Effendi, 1999)
menemukan grafik kenaikan motivasi seseorang seiring dengan keberhasilan
individu dalam mengatasi tantangan hidup, sampai menGapai nilai 50%. Jika
kadar motivasi itu secara perlahan-lahan akan menurun hingga mencapai titik
nol.
Dengan kata lain, apabila kebutuhan terpuaskan, maka kebutuhan tersebut
tidak lagi memotivasi perilaku. Dengan demikian, kebutuhan yang
mempunyai kekuatan tinggi di saat sudah terpuaskan, rnaka dengan
sendirinya kebutuhan tersebut sudah tercapai dan posisinya dalam
berkompetisi dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya al<an bergeser l<e tingl<at
yang lebih rendah.
Kepuasan atau tercapainya suatu l<ebutuhan dapat mengubah kel<uatan
motivasi seseorang dalam melal<ukan sesuatu dan beralih kepada kebutuhan
lainnya. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan tingka1t kebutuhan dalam
kehidupan manusia dapat merangsang daya dorong atau semangat untuk
memenuhi l<ebutuhan tersebut. Jadi, ketika suatu kebutuhan sudah
terpenuhi, pada saat itu pula kekuatannya akan berubah dan perilaku orang
pun otomatis berubah untul< mendapatkan kebutuhan-kebutuhan berikutnya.
Secara simplistis, menurut Effendi (1999) motivasi berwirausaha sangat
berpengaruh pada tujuan yang ingin dicapai. Seseorang yang sudah
termotivasi tidak selamanya dapat mempertahankan motivasinya. Hal ini
yang dialarninya. Jalannya perubahan tersebut cepat atau larnbat bergantung
kepada sifat individu yang bersangkutan.
Dari banyak kasus orang-orang yang rnenjadi wirausahawan rnenurut
Arnbadar (2006:25) terjadi karena dilatarbelakangi oleh banyak alasan.
Diantaranya karena terbiasa dengan lingkungan usaha tersebut (pengalarnan
dari keluarga), belajar atau terpaksa rnenjadi wirausaha rnelalui perjuangan
penuh tantangan rnenghadapi seleksi alarniah. Apapun alasannya bila telah
rnenjadi atau rnelakukan rnaka seseorang akan berusaha untuk terus belajar
dari pengalarnannya untuk rnenjadi lebih baik.
Gitrnan dan McDaniel (dalarn Winarto, 2006) rnenyatakan bahwa rnotivasi
seseorang untuk rnenjalankan wirausaha ada berrnacam-rnacarn, ada yang
didorong karena ingin rnenjalankan usaha sesuai dengan keinginan,
rnendapatkan lebih banyak uang, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya berikut
hasil survey yang dilakukan Gitrnan dan McDaniel (1995) tentang rnotivasi
anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami atau
isteri, untuk membahagiakan ayah dan ibu.
(4) Alasan pemenuhan diri (peluang untuk memperoleh kontrol alas
kemampuan diri dan memanfaatkan potensi yang dimiliki)
Yaitu untuk menjadi atasan atau mandiri, untuk rnencapai sesuatu
yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain,
untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan
pribadi.
Salah satu kemungkinan yang makin terbuka lebar sejak satu dekade terakhir
ini adalah satu orang dapat menekuni beberapa karier S<:lkaligus, sehingga
kemampuannya untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya
semakin tinggi (Harefa, 2002).
2.2.4. Sikap-Sikap yang menghambat kewirausahaan
Kasali 2002 (dalam Nugroho, 2006) mengidentifikasikan beberapa sikap yang
berkembang dalam masyarakat yang menghambat tumbuhnya
kewirausahaan, yaitu:
1. Sikap terhadap usaha rumahan yang negatif, padahal banyak usaha
2. Sindrom formalitas, menyaratkan berbagai hal sebelum memulai suatu
usaha. Seperti, harus punya uang dulu jika berbisnis, harus
mempunyai kantor dulu serta harus memiliki sekretaris dulu.
3. Sindrom tidak akan berhasil
Tidak akan berhasil karena sudah ada orang yang melakukannya,
sudah ada produk serupa di pasaran, sayang terhadap penghasilan
tetap (gaji).
Kenyataannya: seorang wirausahawan berhasil karena visi yang sulit
dimengerti oleh kebanyakan orang pada mulanya. Contohnya Purdi
Chandra yang membuka Entrepreneur University di mana para
mahasiswanya belum dianggap lulus jika belum membuka usaha.
4. Sindrom "no-track-record': anggapan bahwa orang lain pasti tidak mau
bekerjasama dengan para pemula atau orang-orang yang belum
berpengalaman. Kenyataannya banyak usaha yang berhasil seperti
Microsoft dan Dell Computer dibangun para pendirinya pada usia
5. Sindrom "priyayi": orang lebih dihargai jika bekerja sebagai karyawan
di perusahaan besar dari pada menjadi pemilik (bos) di
perusahaannya sendiri yang masih kecil.
2.2.5. Wirausaha dalam perspektif Islam
Islam adalah ajaran yang sangat menekankan amal. Penilaian terhadap
derajat seseorang lebih didasarkan pada amalannya. Amal seseorang tidak
saja menjanjikan kebahagiaan hidupnya di dunia, tapi juga di akhirat kelak.
Bekerja atau beramal dapat memperkuat eksistensi manusia. Artinya,
manusia akan terangkat harkat dan martabatnya bila ia bekerja. Islam sangat
mencela orang yang malas dan hanya menggantungkan hidupnya kepada
orang lain (Effendi, 1999).
QS. Al-Najm 53:39-41
t .,-,: ,.. .,. -.: ,.. .... .,, -;; f. } "' .... .... ,.. .... .... ,. ,.., -!' ,J _.,.,} -,.. ,.. .,,,.,
olj
セ@
セセ@
':i!J
t..
セ@
セ@
olj
jセ@
J r
l.;y1ei
(.-3
<Dy?:
セQ⦅[NNji@
.... ., t ,,,,.,
J.,
Iエゥセ@Artinya
"Dan bahwasanya seorang manusia tiada mempero/eh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan
Berdasarkan ayat ini jelaslah bahwa manusia baru diakui eksistensinya
apabila ia bekerja atau beramal. Sedang manusia dianggap merugi, bahkan
nilainya akan terpuruk kepada derajat yang sangat hina, apabila tidak
memiliki iman dan amal shalih. Oleh karena itu, manusia dianjurkan agar
dapat memanfaatkan waktunya dengan bekerja atau beramal guna mencapai
kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat. Hal ini seba9aimana yang
dijelaskan dalam ayat berikut:
Artinya:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Artinya:
"Bagi manusia ada malaikat-ma/aikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya alas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri
sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia".
Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa manusia yang tidak mampu
memanfaatkan waktu seoptimal mungkin di jalan kebaikan termasuk
ke dalam golongan orang-orang yang merugi karena dengan demikian berarti
ia telah berbuat aniaya kepada dirinya sendiri. Nasib seseorang itu
tergantung pada setiap perbuatannya, seseorang yang tidak pernah tergerak
untuk merubah nasibnya maka selamanya ia tidak akan pernah beranjak dari
problema kehidupan yang dihadapinya. Manusia akan terhindar dari kerugian
atau kehampaan makna hidupnya berkat iman dan karya yang dihasilkannya.
Manusia akan terhindar dari keterpurukan ke lembah kahinaan dan kerugian
karena iman dan amal salehnya. Karena iman dan amal saleh itulah yang
akan memberikan keuntungan yang berkesinambungan kepada dirinya
hingga kepada kehidupan di akhirat kelak.
Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya berhati-hati atau bertindak arif
dalam memanfaatkan waktu dan kesempatan yang telah diberikan oleh
Tuhan padanya untuk mengejar kehidupan dunia dan akhirat secara
seimbang. Hal ini disebutkan dalam hadist berikut:
Dalam kerangka ini, maka seorang muslim setelah menunaikan kewajiban
rutinnya kepada Allah, kemudian ia diperintahkan bertebaran di muka bumi
untuk mencari rizki yang telah disiapkan Allah untuk harnba-Nya agar mereka
memperoleh kesuksesan. Sebagaimana firman-Nya:
Qs. Al-Jumu'ah 62:10
ャセjセNL[Z@
Zセ@
Sセt@
ゥ
S
セ⦅LNZNLエ[@
J
オZッZN[セ|@
i;::\j
セ@ jZ。Nセ@
;&T
ゥ
S
ェセtェ@
:&T
セ@
, ,
,Pi
--f --
J "'Jセオセq@
Artinya:
"Apabi/a telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan cari/ah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung"
Karunia Allah itu ada dalam setiap jenis usaha yang di upayakan manusia,
namun jenis usaha yang banyak mendapat sorotan dalam Islam adalah dunia
perdagangan atau berwirausaha. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk
berwirausaha (dalam An-Nabhani, 2004). Himbauan unl:uk mencari rezki
yang halal dari dunia perdagangan dijelaskan dalam beberapa hadits.
Keutamaan berdagang seperti disebutkan dalam hadist berikut ini:
"Perhatikan/ah olehmu sekalian perdagangan, sesungguhnya di dunia perdagangan itu ada sembilan dari sepuluh pintu rizki" (Hadist riwayat Ahmad).
Dari hadis di atas terlihat bahwa Allah membukakan sepuluh pintu rezki bagi
manusia, sembilan diantaranya (90%), berada di dunia perdagangan, dan
persentase demikian maka wajar jika seorang ー・、。ァ。ョAセ@ jauh lebih sejahtera
dibandingkan dengan orang-orang yang memilih ュ・ューQセイ・「オエォ。ョ@ rezki di luar
dunia perdagangan.
Namun yang juga harus diperhatikan dalam menjalankan suatu usaha yakni
perintah dan dorongan untuk bersikap jujur dan benar. Islam sangat mencela
perbuatan curang dalam praktek usaha. Karena hal tersebut dapat membawa
kerugian dan bahaya bagi orang lain. Hal ini terdapat dalam firman Allah:
Qs. Al-Muthaffifin/83: 1-3
J J A,.. J セjN@
セNゥMGjjオセq@
Artinya:
"Kece/akaan besarlah bagi orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang-orang lam mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menlmbang untuk orang lain, mereka mengurangi."
Allah SWT sangat menghargai pedagang yang jujur dan maanah, karena
pedagang merupakan salah satu pofesi wirausaha. Rasulullah bersabda:
"Pedagang yang jujur dan amanah akan tinggal bersama para Nabi, para shiddiq dan para syuhada' di hari kiamat." (Hadits Riwayat Turmudzi dan lbnu Majah).
lni adalah suatu penghargaan yang luar biasa yang disediakan bagi para
pedagang yang jujur dan amanah, karena mereka akan ditempatkan di
samping para Nabi dan para shiddiq di akhirat bersama para manusia pilihan
Membicarakan bisnis sebenarnya membicarakan tentang "menjual sesuatu".
Menjual di sini dapat berarti menjual produk, menjual jasa, menjual gagasan,
ide dan yang menjadi pain penting adalah menjual nilai. Nilai-nilai yang
dimaksud di sini adalah nilai-nilai spiritual seperti contoh riil yang telah
diperlihatkan oleh nabi Muhammad SAW sebagai pedagang jauh sebelum
munculnya Bill Gates dan ribuan pebisnis sukses lainnya.
Dari beberapa ayat di atas jelaslah bahwa dalam jual-be,li atau praktek usaha
harus dilakukan secara transparan. Begitu pula dalam berbagai pekerjaan
lainnya, harus dilakukan secara jujur, jauh dari kecurangan dan penipuan
apapun bentuknya.