• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan tipe kepribadian lima faktor dengan motivasi berwirausaha pada mahasiswa minang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan tipe kepribadian lima faktor dengan motivasi berwirausaha pada mahasiswa minang"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

RAHMI JUMAERA

NIM. 103070029157

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satL1 persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gehu Kesarjanaan Psikologi

Pembimbing I

\

セ@

Oleh

RAHMI JUMAERA

NIM.103070029157

Di

bawah Bimbingan,

PEimbimbing II

D • S. Sulisti 0110 M.Si NIP.

131 472 258

Yunita Faela Nisa, M.Psi., Psi NIP. 150 368 748

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI {UIN) SYARIF

HIDA YATULLAH JAKART,A.

(3)

munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 November 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Psikologi.

Jakarta, 29 November 2007

Sidang Munaqasyah

Sekretaris Merangkap Anggota

Ora. Zahrotun Ni NIP. 1502387i'3

Anggota: Penguji I

,fl

セ@

I

l·t,/'

.

Neneng Tati Sumi ti. M.Si., Psi NIP.150300679

Pembimbing I

Dr . S. Sulisti ono M.Si NIP. 131472258

Penguji II

Pembimbing II

(4)

7.(arya secferliana ini k,upersem6alik,an teruntuR..::

}lyafi, <Bunda d,}lcfik:;acfik,k,u

tercinta se6agai inspirasi

エ・イV・ウ。イャセjNャ@

yang se{alu mem6erikg.n

cfuk,ungan aan iringan cfo 'a atas setiap {c.mgkg.li k,u, cfengan

segenap kgsa6aran mem6esark,an, mencficfik,serta menaengarkg.n

(5)

"'Tak.,per(u sesuatu yang 6esar untuk.,mengu6ali aunia

k.grena sesuatu yang 6esar 6erawa( aari fia( yang k§ci[ aan seaerfiana,

o(eft k.,arena itu tak.,ut ak.gn k§gagafan seliarusnya tiaak.,menjacfi afasan

untuk.,tiaak.,menco6a sesuatu k.grena yang terpenting aari liiaup

(6)

(D) Hubungan Tipe Kepribadian Lima Faktor dengan Motivasi Berwirausaha pada Mahasiswa Minang

(E) xvi + 136 halaman (termasuk lampiran)

(F) Tipe kepribadian lima faktor atau yang sering disebut dengan akronim

OCEAN merupakan struktur kepribadian yang terkait trait. Kepribadian lima faktor ini adalah lima komponen dominan dalam kepribadian wirausahawan, setiap orang pasti memiliki setiap unsur dalam yang ada dalam OCEAN tersebut dengan kadar yang bervariasi. Kelima komponen tersebut terdiri dari keterbukaan seseorang terhadap

pengalaman hidup (Openness to experience), keterbukaan hati dan

telinga (Conscientiousness), keterbukaan diri terhadap orang lain

(Exstrovertness), keterbukaan terhadap kesepakatan-kesepakatan

(Agreeableness) dan keterbukaan terhadap tekanan-tekanan

(Neuroticism).

Motivasi berwirausaha adalah dorongan yang menyebabkan seseorang ingin selalu berbuat lebih baik dan terus maju, serta memiliki tujuan yang realistis dengan mengambil resiko yang benar-benar telah diperhitungkan. Jika seseorang memiliki motivasi

berwirausaha yang tinggi maka motivasinya tersebut berkaitan dengan interaksi dari setiap komponen dari tipe kepribadian lima faktor yang ada dalam dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk rnencari hubungan antara tipe kepribadian lima faktor dengan motivasi berwirausaha pada mahasiswa perantauan yang berasal dari suku Minang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan l<uantitatif dengan metode penelitian korelasional. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 375 orang. Dari jumlah tersebut dipilih ElO orang sebagai sampel penelitian dengan menggunakan tel<nik purposive sampling.

Data dikumpull<an dengan skala kepribadian lima faktor dan skala motivasi berwirausaha. Skala kepribadian lima faktor terdiri dari 38 item dengan validitas butir antara 0, 323 sampai clengan 0, 691 dan reliabilitas ru = 0,911. Skala motivasi berwirausaha terdiri dari 47 item dengan validitas butir antara 0, 323sampai dengan 0, 763 dan

reliabilitas ru

=

0,941
(7)
(8)

menganugerahkan rahmatnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada baginda RAsulullah SAW beserta keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak, oleh karena itu penulis ucapkan rasa terimakasih tak terhingga kepada:

1.

lbu Ora. Hj Netty Hartati, M.Si selaku dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya yang telah banyak memberikan pengarahan dan perhatiannya selama menjalani proses perkuliahan.

2. Bapak Ors. S. Sulistiyono, M. Si sebagai pembimbin(J I dan lbu Yunita Faela Nisa, M. Si sebagai pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

3. lbu Ora. Zahrotun Nihayah, M. Si dan lbu Natris, M. Si selaku pembimbing seminar yang tak pernah bosan memberikan saran dan kritik yang

membangun selama proses bimbingan seminar.

4. Bapak Miftahuddin, M. Si, pembimbing akademik yang tak pernah bosan memberikan motivasi dan saran bagi penulis.

5. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Adrimas Sjamsu dan lbunda Yusri AS. lnspirator terbesar yang selalu memberikan dukungan dan iringan do'a atas setiap langkah penulis. Tak lupa kedua adik-adik penulis Yulina Oepita dan Susi Nova Yanti, pautan kasih yang tak p1arnah bosan

mendengarkan keluhan dan tak hentinya memberikan semangat pada penulis.

6. Keluarga besar Syamsuddin-Rukayah dan Agus-Sauri alas setiap motivasi dan inspirasi yang telah mereka berikan dalam kehidupan penulis.

(9)

untuk membantu penulis.

9. Sahabat-sahabat terbaik yang selalu ada untuk membesarkan hati dan memotivasi penulis; Ayu, Fauzia, Cing, Mona. lja, Yuli dan Randi.

10. Teman-tern an di fakultas Psikologi angkatan 2003; lnong than k's berat buat kemurahan hatinya, lcha, Sun-sun, Enung, Ambar, anak-anak Garuda, anak-anak kosan. Chi-ul dan saudara-saudara kecilnya, Eti', seluruh teman-teman kelas D dan C atas persahabatan dan dukungan yang telah kalian berikan.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan rnanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Jaka1ia, 1 November 2007

(10)

Halaman Pengesahan . . . .. . . .. . .. . .. . . .. . .. . . .. .. . . .. . . .. . iii

Persembahan... iv

Motto ... v

Abstrak... vi

Kata Pengantar ... viii

Daftar lsi... x

Daftar Ta be I... xiii

Daftar Garn bar... xv

Daftar Lampi ran... xvi

BAB ·1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... ... 1

1.2. ldentifikasi Masalah... ... 7

1.3. Batasan dan Rumusan Masalah ... 8

1.3.1. Batasan Masalah... 8

1.3.2. Rumusan Masalah ... 10

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian .... ... ... . .... .. .... ... . .. .. .. ... ... 10

1.4.1. Tujuan Penelitian... ... 11

1.4.2. Manfaat Penelitian ... .... .. .. .. .. .... .. .. ... .. .. . .. .. . .. .. .. . 11

1.5. Teknik Penulisan ... 11

1.6. Sistematika Penulisan ... 12

(11)

2.2.1. Definisi motivasi ... 32

2.2.2. Definisi berwirausaha ... 34

2.2.3. Motivasi berwirausaha .. . .. . .. . .. . . . .. . . . .. .. . . .. .. 37

2.2.4. Sikap-sikap yang menghambat kewirausahaan 42 2.2.5. Wirausaha dalam perspektif Islam... 44

2.3. Mahasiswa Minang... 49

2.3.1. Definisi mahasiswa ... 49

2.3.2. Merantau... ... 50

2.4. Kerangka Berpikir... 58

2.5. Hipotesis ... 62

BAB3 METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Pendekatan dan Desain Penelitian ... 63

3. 1. 1. Pendekatan dan metode penelitian ... 63

3. 1.2. Definisi variabel dan operasional variabel... 64

3.2. Pengambilan Sampel ... 66

3.2.1. Populasi dan sampel ... 66

3.2.2. Teknik pengambilan sampel ... 67

3.3. Pengumpulan Data... 67

3.3.1. lnstrumen penelitian ... 67

3.3.2. Teknik uji instrumen penelitian... 72

3.4. Uji lnstrumen Penelitian ... 74

(12)

3.6. Prosedur Penelitian ... 79

BAB4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA 4.1. Garnbaran Urnurn Responden ... 82

4.2. Uji Persyaratan... 82

4.2.1. Uji norrnalitas skala tipe kepribadian lirna faktor dan rnotivasi berwirausaha .. .... .. .. . .. .. . .. . .... .. .. .. . 82

4.2.2. Hornogenitas skala tipe kepribadian lirna faktor dan rnotivasi berwirausaha ... 85

4.2.3. ldentifikasi skor skala tipe kepribadian lirna faktor ... 86

4.2.4. Uji hipotesis ... 87

4.3. Hasil Utama Penelitian ... ... 92

BAB5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... ... 93

5.2. Diskusi... ... ... 93

5.3. Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 103

(13)

pengalaman hidup) ... 23

Tabel 2.2 Conscientiousness (Keterbukaan hati dan telinga) ... 25

Tabel 2.3 Extrovertness (Keterbukaan diri terhadap orang lain) ... 27

Tabel 2.4 Agreeableness (Keterbukaan terhadap kesepakatan) ... 28

Tabel 2.5 Neuroticism (Keterbukaan terhadap tekanan - tekanan) ... 30

Tabel 2.6 Motivasi berwirausaha di luar Indonesia ... 41

Tabel 3.1 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Openness to Experience... 68

Tabel 3.2 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Consciousness ... 69

Tabel 3.3 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Extrovettness ... 69

Tabel 3.4 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Agreea/Jleness ... 70

Tabel 3.5 Blue Print Skala Tipe Kepribadian Neuroticism ... 70

Tabel 3.6 Blue Print Skala Motivasi Berwirausaha ... 71

Tabel 3.7 Skor Untuk Pernyataan Positif Dan Negatif ... 72

Tabel 4.1 Klasifikasi Responden Berdasarkan Tipe Kepribadian Lima Faktor... ... ... . . 86

[image:13.595.42.443.150.625.2]
(14)
[image:14.595.64.437.85.488.2]
(15)

Gambar 2 P-P Plot Tipe Kepribadian Lima Faktor ... 83

[image:15.595.53.437.134.491.2]
(16)

Motivasi Berwirausaha

Lampiran 2 Uji Validitas Skala Tipe Kepribadian Lima Faktor dan Skala Motivasi Berwirausaha

Lampiran 3 Reliabilitas Skala Tipe Kepribadian Lima Faktor dan Skala Motivasi Berwirausaha

Lampiran 4 Data Hasil Penelitian Skala Kreativitas dan Skala Motivasi Berwirausaha

Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas Skala Tipe Kepribadian Lima Faktor dan Motivasi Berwirausaha

Lampiran 6 Hasil Uji Homogenitas Skala Tipe Kepribaclian Lima Faktor dan Motivasi Berwirausaha

Lampiran 7 Hasil Klasifikasi Perolehan Nilai Dari Tipe Kepribadian Lima Faktor dan Motivasi Berwirausaha

Lampiran 8 Tabel Nilai Z-Score

Lampiran 9 Tabel Nilai T-Score

(17)

1.1. Latar Belakang Penelitian

Merantau sudah merupakan kelaziman bagi para pemuda Minang. Budaya

merantau bagi mereka sudah ditanamkan semenjak kecil'. Hal ini terlihat dari

pola pendidikan anak-anak Minang semenjak zaman dahulu di mana anak

lelaki saat mencapai usia sekolah sudah tidak tinggal atau tidur di rumah

orang tuanya lagi. Mereka tidur dan belajar agama di surau-surau di bawah

pengawasan seorang ustadz di kampung tersebut. Saat memasuki usia

remaja atau mencapai tahap baligh mereka berada di bawah pengawasan

mamak (saudara laki-laki ibu) untuk dididik tentang adat istiadat dan pergi

merantau untuk belajar berdagang serta mencari penghiclupan. Merantau

pada zaman dahulu hanya terbatas bagi para pemuda atau kaum laki-laki

saja.

Dewasa ini merantau tak hanya dilakukan oleh pemuda saja namun kaum

perempuan tak mau ketinggalan. Merantau tidak lagi sebatas mencari

(18)

para pemuda-pemudi Minang bertujuan untuk menimba ilmu atau

melanjutkan pendidikan di berbagai universitas yang ada di berbagai daerah.

Perubahan waktu, perbedaan kultur dan pergeseran budaya yang ada di

daerah baru (perantauan), membuat mahasiswa perantau harus berusaha

melakukan berbagai penyesuaian. Tidak semua mahasiswa perantau berasal

dari kelas sosial ekonomi yang kuat. Sehingga gejolak perubahan situasi

ekonomi yang ada di daerah perantauan sangat terasa bagi mereka yang

berada jauh dari orang tua dan kampung halamannya. D•engan status mereka

sebagai mahasiswa mereka juga dituntut untuk lebih mandiri.

Ada semacam norma dalam diri mereka yang mendoron!l mereka untuk

terlepas secara finansial dari bantuan orang tua atau tidak lagi menjadi beban

orang tuanya. Untuk itu mereka sebagai seorang mahasiswa harus jeli

melihat segala kesempatan dan kemungkinan yang ada di sekitar mereka.

Berwirausaha saat ini menjadi salah satu pilihan bagi para mahasiswa

perantauan. Dari sekian banyak mahasiswa yang terjun rnenjadi

wirausahawan muda, sebagian besar merupakan mahasiswa perantauan

yang berasal dari suku Minang dengan persentase 64% dari keseluruhan

mahasiswa yang bergelut dalam dunia usaha. Tingginya minat para

mahasiswa perantauan tersebut untuk berwirausaha terlihat dari penelitian

awal yang peneliti lakukan pada salah satu komunitas mahasiswa perantau

(19)

komunitas mahasiswa Minang. Dari tahun ke tahun terlihat perubahan

orientasi para mahasiswa tersebut.

Bila dilihat sejak didirikannya komunitas Keluarga Mahasiswa Minang (KMM)

yakni pada tanggal 4 April 1971, tampak perubahan kece>nderungan pada

mahasiswa perantauan yang tergabung dalam KMM tersebut. Pada periode

awal berdirinya KMM Ciputat yang sebahagian besar 。ョセQァッエ。ョケ。@ merupakan

mahasiswa IAIN Syarif Hidayatullah ini hanya datang ke .Jakarta sebatas

menuntut ilmu. Namun setelah tujuh tahun terakhir (periode 2000-2007)

mahasiswa yang tergabung dalam KMM tersebut sudah mulai melirik bidang

usaha atau berwirausaha. Dari 30 orang mahasiswa periode 2006-2007 yang

diwawancarai, sebanyak 25 responden memiliki motivasi yang tinggi untuk

berwirausaha dan beberapa di antara mereka ada yang telah berwirausaha

dan terjun langsung sebagai pewirausaha mengelola bisnis, mulai dari usaha

dengan modal kecil sampai usaha yang bermodalkan puluhan juta.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh beberapa mahasiswa Universitas

Bina Nusantara (BiNus). Dalam sebuah survey yang dilakukan oleh Center

for Entrepreneurship (CfE) pada mahasiswa Universitas Bina Nusantara pada

akhir Oktober 2005, terungkap bahwa ternyata sekitar 83% mahasiswa BiNus

memiliki minat yang tinggi untuk menjadi entrepreneur, si>dangkan sisanya

(20)

penelitian ini dapat diketahui bahwa minat untuk berwirausaha dikalangan

mahasiswa tidak terbatas pada kalangan tertentu saja (Tjendera, 2006).

Beberapa penelitian tersebut membuktikan stereotip yan9 sejak dahulu

sudah tertanam dalam masyarakat bahwa hanya orang-orang dari keturunan

Tiongkok, Yahudi, Cina dan suku bangsa Melayu yang cocok menjadi

pedagang dan untuk menjadi enterpreneur harus ュ・ュゥャゥセZゥ@ modal yang besar,

koneksi dan sebagainya. Namun dari kecenderungan yang terlihat di

kalangan mahasiswa sekarang stereotip tersebut jelas ticlak terbukti. Saat ini

bayak bermunculan wirausahawan muda dari kalangan mahasiswa yang lahir

dari berbagai latar belakang keluarga, suku dan budaya. Mereka sukses

memulai bisnis dari kondisi apa adanya dan dan tanpa modal besar, seperti

yang terlihat dikalangan enterpreneur- enterpreneurmuda di lingkungan UIN

sekarang.

Bila ditelusuri lebih lanjut, di tanah kelahiran masing-masing ternyata mereka

tidak menjadi pedagang seperti yang diramalkan. Mereka menjadi

enterpreneur setelah berinteraksi dengan lingkungan dimana mereka

merantau. Tipe kepribadian lima faktor yang mereka ュゥャゥセ[ゥ@ berinteraksi dengan lingkungan, menghasilkan solusi dan menjadi tenaga pendorong

untuk melakukan sesuatu bahkan pilihan hidup untuk berwirausaha (Kasali,

(21)

pengaruh yang besar dalam motivasi berwirausaha pada seseorang

khususnya mahasiswa perantauan.

Pilihan untuk mulai menekuni dunia wirausaha merupakan upaya untuk

menjawab tantangan perubahan zaman yang serba cepat. Karena di

Indonesia menurut data dari Mennegkop dan UKM (Dprin, 2007),

menunjukkan bahwa pada tahun 2000 ada sekitar 38,99 juta usaha kecil atau

sekitar 99.85% dari perusahaan di Indonesia yang menyerap 66 juta tenaga

kerja atau sekitar 99.44% dari jumlah kesempatan kerja. Adapun sumbangan

usaha kecil Indonesia terhadap PDB nasional hampir sarna dengan Amerika

Serikat yaitu sekitar 40% (Awai, 2006). Dengan melihat data-data tersebut,

maka sangat layak jika bidang kewirausahaan adalah bidang yang perlu

mendapat perhatian semua pihak untuk dikembangkan.

Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa saat ini setiap pribadi bahkan

mahasiswa yang telah mengenyam pendidikan yang lebih baik pun setiap

saat akan berhadapan dengan bermacam - macam tantangan, baik dalam

bidang sosial ekonomi, kesehatan, politik maupun dalam bidang budaya.

Kemajuan teknologi yang meningkat di satu pihak dan ledakan penduduk

disertai berkurangnya persediaan sumber-sumber alami di lain pihak, semua

itu menuntut adaptasi dan kemampuan untuk mencari pemecahan yang

(22)

menghasilkan suatu pemecahan yang tepat diperlukan pengenalan potensi

dan belajar mengembangkan potensi yang dimiliki sehin£1ga mampu

menangkap peluang dan mengorganisir usaha dalam mewujudkan cita-cita.

Pada dasarnya manusia sejak dilahirkan ke dunia ini telah dibekali sikap dan

jiwa kewirausahaan. Seseorang tidak akan pernah tahu potensi kewiraan

yang ada pada dirinya sebelum ia terjun langsung dalam suatu usaha. Saat

ia mulai mengetahui potensi yang ia miliki, pada saat itulah ia belajar keras

untuk memotivasi dirinya.

Dari penelitian lapangan yang dilakukan oleh Costa dan IV1cCrae (Ambadar,

2006)

selama

10

tahun diketahui bahwa setiap dimensi dalam The Big Five

Personality atau Kepribadian Lima Faktor yang disingkat OCEAN memiliki

hubungan yang sangat erat dengan kesuksesan bidang usaha atau kerja

yang membutuhkan interaksi sosial. Dengan kata lain kei>esuaian

kepribadian dan tuntutan tugas akan mendorong seseora.ng untuk lebih

produktif.

Sebagai unsur yang dibawa sejak lahir, setiap tipe dari kHpribadian lima

faktor berperan penting dalam memacu dan memotivasi seseorang untuk

menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Pribadi dengan kadar tipe kepribadian

lima faktor yang tinggi cenderung menciptakan perubahan pada apa yang ia

(23)

disekelilingnya, bekerja secara sistematis dan disiplin serta mampu

mengendalikan suasana. Hal-hal inilah yang menjadi syarat mutlak yang

harus dimiliki seseorang yang akan berkecimpung dalam dunia usaha

terutama bagi para mahasiswa perantauan. Karena oran9 dengan

kepribadian lima faktor rendah akan cenderung sulit untuk memulai sesuatu

(Kasali, 2007)

Untuk masuk dalam dunia usaha dibutuhkan ッイ。ョァMッイ。ョセQ@ yang tanggap

dengan situasi dan kondisi yang ada di sel<itarnya sehingga ia dapat dengan

mudah menemukan setiap peluang yang ada dan memanfaatl<an atau

mendayagunakan seluruh potensi yang dimilikinya dan menjawab segala

tantangan yang ada di depan matanya. Dari hal ini jelas terlihat bagaimana

pribadi-pribadi yang unggul menyikapi setiap kesulitan yaing menghadang

sedangkan pribadi-pribadi yang lemah akan cenderung menghindari setiap

kesulitan yang datang.

1.2. ldentifikasi Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang peneliti jadikan objek penelitian, ada

(24)

1. Apa yang melatar belakangi mahasiswa perantauan untuk

berwirausaha ?

2. Apakah mahasiswa Minang memiliki motivasi untuk berwirausaha?

3. Tipe kepribadian apa saja yang harus dimiliki oleh seorang

wirausahawan?

4. Tipe kepribadian mana yang lebih dominan dimilki oleh mahasiswa

Mlnang?

5. Apakah ada hubungan antara tipe kepribadian lima faktor dengan

motivasi berwirausaha pada mahasiswa Minang?

1.3. Batasan dan Rumusan Masalah

1.3.1. Batasan masalah

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang berkaitan dengan judul penelitian

di atas dibatasi sebagai berikut:

a. Motivasi berwirausaha

Mc Clelland (dalam Nugroho 2006:13) mengajukan konsep motivasi untuk

memberikan gambaran mengenai kewirausahaan yang diartikan sebagai

dorongan yang menyebabkan seseorang ingin selalu berlouat lebih baik dan

terus maju, dan memiliki tujuan yang realistis dengan rneingambil resiko yang

benar-benar telah diperhitungkan. Menurut Yuyun Wirasasmita (dalam

(25)

alasan yakni: 1) Alasan keuangan (peluang untuk memperoleh manfaat

secara finansial). 2) Alasan sosial. 3) Alasan pelayanan (peluang untuk

berkontribusi kepada masyarakat). 4) Alasan pemenuhan diri (peluang untuk

memperoleh kontrol atas kemampuan diri dan memanfaatkan potensi yang

dimiliki).

b. Kepribadian lima faktor

Kepribadian lima faktor adalah konsep kepribadian yang di pelopori oleh

Costa dan Mccrae yang menjelaskan tentang lima komponen dominan

dalam kepribadian wirausahawan yang disebut dengan "the big five". Kelima

komponen hasil kajian Costa & McCrae (1997) ini lebih dikenal dengan

akronim OCEAN. Menurut Kasali (2007:66) setiap orang pasti memiliki setiap

unsur dalam OCEAN tersebut namun besar atau kadarnya bisa bervariasi.

Ada yang mempunyai kadar yang tinggi, ada yang sedang saja dan ada yang

rendah. Karena kelima komponen ini bukan biological, melainkan behavioral,

maka ia pun dapat ditumbuhkembangkan, dibentuk atau dibiarkan layu dan

terkubur.

OCEAN (Costa & McCrae, 1997) adalah akronim dari ウ・Aセ。ャ。@ jenis

keterbukaan. Masing-masing unsur OCEAN tersebut antara lain: Openness

to experience (keterbukaan terhadap pengalaman hidup), Conscientiousness

(26)

orang lain), Agreeableness (keterbukaan terhadap kesepakatan), Neuroticism

(keterbukaan terhadap tekanan-tekanan).

c.

Mahasiswa Minang

Merantau seperti yang dilakukan oleh mahasiswa Minan£1 yang ada di UIN

Syarif Hidayatulah Jakarta dapat dilihat sebagai proses rnenuju kedewasaan

dan merupakan bentuk kewajiban sosial yang dipikulkan ke bahu laki-laki

untuk meninggalkan kampung halaman mencari harta kekayaan atau

menuntut ilmu pengetahuan agar bisa dengan lebih baik menjalani hidup.

Aktivitas merantau disini adalah aktivitas yang dilakukan oleh mahasiswa

Sumatera Barat atau Minang. Jadi mahasiswa Minang adlalah mahasiswa

yang melakukan aktivitas merantau kedaerah lain untuk tujuan menuntut

ilmu.

1.3.2.

Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan dan identifikasi masalah, maka

masalah dalam penelitian dapat di rumuskan sebagai berikut:

Apakah ada korelasi yang signifikan antara tipe kepribadian lima faktor

(27)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan apakah ada hubungan

yang signifikan antara tipe kepribadian lima faktor dengan motivasi

berwirausaha pada mahasiswa Minang.

1.4.2. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis.

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi yang bermanfaat bagi khazanah pengetahuan serta

pengembangan teori-teori psikologi terutama yang berkaitan dengan

kepribadian lima faktor dan motivasi berwirausaha.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan sedikit banyaknya dapat memberikan informasi

dan gambaran tentang kompleksitas masalah yang dihadapi mahasiswa

perantau sehingga dapat dijadikan masukan dalam pengambilan

kebijaksanaan baik dalam instansi pendidikan, ekonomi, keagamaan dan

(28)

wacana dan kajian tentang kewirausahaan bagi para rnahasiswa,

sehingga rnahasiswa fakultas psikologi UIN Syarif Hidayatullah dapat

rneningkatkan sumberdaya dan potensinya agar tidak lagi hanya

berorientasi untuk menjadi seorang pekerja atau karyawan semata

1.5. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam penelitian ini berpedoman pada APA (American

Psychology Association) Style.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan, maka dalam penulisan proposal penelitian ini

disusun menjadi beberapa bab, yang terangkum sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Meliputi latar belakang masalah, pernbatasan dan perurnusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, se1rta sistematika

(29)

Bab II

Bab Ill

Bab IV

BabV

Kajian Teori

Meliputi teori teori yang berhubungan dengan kepribadian lima

faktor, motivasi berwira usaha, mahasiswa, merantau,

berwirausaha dalam Islam, kerangka berfikir, dan hipotesis

penelitian.

Metodologi Penelitian

Meliputi pendekatan dan metodologi penelitian, populasi dan

sampel, karakteristik sampel, instrumen pengumpulan data, uji

instrumen penelitian, teknik pengolahan data serta prosedur

penelitian.

Presentasi dan Analisis Data

Meliputi gambaran umum responden, uji persyaratan dan hasil

utama penelitian.

Kesimpulan, Diskusi dan Saran

Berisi simpulan, diskusi dan saran dari pern>litian yang telah

(30)

2.1

Kepribadian Lima Faktor

2.1.1 Definisi kepribadian

Selain merupakan makhluk biologis yang sama dengan rnakhluk hidup

lainnya manusia juga merupakan makhluk yang mempunyai sifat-sifat

tersendiri yang berbeda dari segala makhluk dunia lainnya. Manusia tidak

semata-mata tunduk pada kodratnya dan secara pasif menerima

keadaannya, tetapi la selalu secara sadar dan aktif menjadikan dirinya

sesuatu. Pengalaman-pengalaman masa lalu dan aspirasi-aspirasinya untuk

masa-masa yang akan datang menentukan tingkah lal<U seseorang di masa

kini, dan karena tiap orang mempunyai pengalaman dan aspirasi yang

berbeda-beda, maka tingkah laku di masa kini pun berbeda-beda. Hal inilah

yang menjadi landasan dalam penelitian tentang perilaku atau kepribadian.

Studi tentang kepribadian merupakan pokok pembicaraan yang sangat luas.

Banyak psikolog telah memberikan perhatiannya dalam hal ini. Tak sedikit

pula para pakar baik dari bidang psikologi sendiri maupun dari berbagai latar

(31)

dari berbagai sudut pandang, sehingga lahirlah beragam definisi mengenai

kepribadian, di antaranya yaitu:

Bruno (1989:218) mendefinisikan kepribadian (personality) sebagai "konsep

yang menyeluruh, meliputi beberapa pengertian. Pertama, merupakan

karakter seseorang yaitu serangkaian ciri perilaku yang biasanya dikaitkan

dengan individu tertentu. Kedua, kepribadian dapat diartikan sebagai diri

yang sadar, atau ego. Ketiga, sebagai topeng sosial seseorang. Keempat,

kesan menyeluruh tentang diri seseorang, yang dilihat oleh orang lain.

Allport (dalam Sarwono, 2000) memberikan definisi kepribadian sebagai

berikut: "Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam diri individu yang

terdiri dari sistem-sistem psiko-fisik yang menentukan cara penyesuaian diri

yang unik (khusus) dari individu tersebut terhadap lingkungannya."

Dari definisi yang diberikan oleh Allport tersebut terlihat bahwa ia berupaya

mensintesiskan atau melibatkan pandangan kontinental clan pandangan

Anglo-Amerika. Segi dalam maupun segi luar kepribadian telah dimasukkan

ke dalam definisi tersebut. Sistem jiwa raga menurutnya merupakan bagian

dalam dari kepribadian sedangkan penyesuaian diri merupakan segi luar dari

kepribadian. Ahmadi (2005:156) mencoba menganalisis definisi tersebut,

(32)

a. Merupakan suatu organisasi dinamis, yaitu suatu kebulatan atau suatu

keutuhan. Organisasi atau sistem yang mengikat clan mengaitkan

berbagai macam aspek atau komponen kepribadian. Organisasi

tersebut dalam keadaan berproses, selalu mengalami perubahan dan

perkembangan. Sebagai contoh, kepribadian si A, walaupun

10

tahun

yang lalu dan

10

tahun mendatang tetap si A. Akan tetapi si A

sekarang akan berbeda dengan si A

10

tahun ケ。ョQセ@ lalu dan akan

berbeda pula dengan si A pada waktu

10

tahun yang akan datang. Si

A tetap menunjukkan ciri kepribadiannya sebagai suatu organisasi,

tetapi ciri-ciri tersebut mengalami perubahan karena bersifat dinamis.

b. Organisasi itu terdiri atas sistem-sistem pshychophysical atau jiwa

raga. Term ini menunjukkan bahwa kepribadian itu tidak hanya terdiri

atas mental, rohani, jiwa, atau hanya jasmani saja, tetapi organisasi itu

mencakup semua kegiatan badan dan mental yanig menyatu ke dalam

kesatuan pribadi yang berbeda dalam individu.

c. Organisasi itu menentukan penyesuaian dirinya. A.rtinya menunjukkan

bahwa kepribadian dibentuk oleh kecenderungan yang berperan

secara aktif dalam menentukan tingkah laku individu yang

(33)

masyarakat. Kepribadian adalah sesuatu yang terletak di belakang

perbuatan khas yang berbeda pada individu.

d. Penyesuaian diri dalam hubungan dengan lingkungan itu bersifat unik,

khas, atau khusus, yakni mempunyai ciri-ciri tersendiri dan tidak ada

yang menyamainya. Tiap penyesuaian kepribadian tidak ada yang

sama dan karena itu berbeda dengan penyesuaian kepribadian yang

lain, walaupun seandainya dua kepribadian anak lkembar berasal dari

satu telur. Tiap-tiap penyesuaian terarah pada diri sendiri, lingkungan

masyarakat, ataupun kebudayaan.

Organisasi sistem jiwa raga merupakan komponen atau aspek struktur dalam

dari kepribadian. Sedangkan penyesuaian diri merupakan struktur luar dari

kepribadian yang lebih bersifat dinamis dalam menghadapi berbagai situasi,

kondisi, dan perubahan lingkungan. Tidak ada lingkungan yang mempunyai

efektifitas pengaruh yang sama terhadap dua orang atau lebih. Tiap individu

akan memberikan makna atau penghayatan yang berbecla terhadap

lingkungannya. Selain ada perbedaan faktor lingkungan juga ada perbedaan

(34)

Dari beberapa pengertian di atas, dapat diperoleh pengertian sebagai berikut:

a. Kepribadian rnerupakan organisasi dinarnis, terdiri dari sejurnlah aspek

atau unsur-unsur yang terus turnbuh dan berkernbang.

b. Aspek-aspek dalarn kepribadian tersebut rnerupal<an sernua unsur

yang berhubungan dengan rohani dan jasrnani, antara lain sifat-sifat,

kebiasaan, sikap, tingkah laku, bentuk-bentuk tubuh, ukuran, warna

kulit, dan sebagainya. Seluruhnya turnbuh dan berkernbang sesuai

dengan kondisi yang ada pada seseorang.

c. Sernua aspek kepribadian rnerupakan suatu sistern (totalitas) dalarn

rnenentukan cara yang khas dalarn penyesuaian cliri terhadap

lingkungan. Hal ini rnenunjukkan bahwa setiap orang rnerniliki cara

yang khas dalarn rnenarnpilkan diri di tengah lingkungannya.

Dapat dikatakan bahwa kepribadian itu rnencakup sernua aktualisasi dari

penarnpilan yang selalu tarnpak pada diri seseorang, mewpakan bagian yang

khas atau ciri dari seseorang. Misalnya ada orang yang mernilil<i sifat yang

pernarah tetapi jujur, tekun bekerja, suka rnenolong, rajin bel<erja, suka

berpakaian sederhana, dan sebagainya.

Di

lain pihak ada orang yang
(35)

dan sebagainya. Pola-pola sifat dan kebiasaan seperti yang telah disebutkan

di atas merupakan contoh pola atau bentuk kepribadian seseorang.

2.1.2 Kepribadian lima faktor

Kepribadian lima faktor merupakan bentuk tingkatan dari struktur kepribadian

yang terkait trait. Trait kepribadian didefinisikan sebagai suatu pola tingkah

laku yang relatif menetap secara terus menerus dan konsekuen yang

diungkapkan dalam satu deret keadaan. Trait menggambarkan kondisi relatif

menetap yang membedakannya dari suasana hati yang lebih bersifat

sementara (Costa, 1994).

Kepribadian dapat saja terbentuk dari sesuatu yang diturunkan secara

genetik dan setiap orang pada dasarnya merupakan kornbinasi dari beberapa

unsur bawaan. Beberapa orang ahli telah menemukan lirna komponen

dominan dalam kepribadian wirausahawan yang disebut dengan "the big

five". Kelima komponen hasil kajian Costa & Mccrae HQYAセWI@ ini lebih dikenal

dengan akronim OCEAN.

Menurut Kasali (2007:66), setiap orang pasti memiliki setiap unsur dalam

OCEAN tersebut namun besar atau kadarnya bisa bervariasi. Ada yang

(36)

Karena kelima komponen ini bukan biologikal, melainkan behavioral, maka ia

pun dapat di tumbuh kembangkan, dibentuk atau dibiarkan layu dan terkubur.

OCEAN adalah akronim dari segala jenis keterbukaan. Masing-masing unsur

OCEAN tersebut antara lain:

1. Openness to experience (keterbukaan terhadap pen9alaman hidup).

Keterbukaan pikiran, khususnya terhadap hal-hal baru, hal-hal yang

dialami dan dilihat dengan mata sendiri. Tokoh-tokoh perubahan dalam

panggung bisnis di Indonesia dan dunia adalah tokoh-tokoh yang pola

perilakunya tidak dogmatis dalam berpikir, tetapi terbuka terhadap hal-hal

baru, disiplin dalam menyelesaikan setiap proses, bukan penyendiri,

terbuka terhadap kesepakatan, percaya terhadap orang lain, dan secara

emosional mampu menghadapi segala tekanan dengan kepala dingin.

Keterbukaan terhadap pengalaman hidup ini sering juga disebut dengan

keterbukaan pikiran. Tuhan memberi empat fungsi pada otak manusia,

yaitu mengambil, menyimpan (merekam), memproses, dan

mengeluarkan. Otak adalah mesin penggerak tubuh tapi yang paling

penting dari hal tersebut adalah apakah ia dipakai unituk berpikir atau

tidak. la tidak cukup untuk dipakai menjadi gudang saja, yaitu untuk

(37)

Banyak manusia yang membiarkan semua ini terjadi begitu saja. Otaknya

hanya diisi pada saat ia muda, pada waktu mereka bersekolah, atau

awal-awal meniti karir. Semua disusun rapi di dalam otak, bagian yang

bertentangan dengan pandangan yang paling awal ditanamkan akan

ditolak. Orang yang larut dengan keindahan masa lalu, membuat ia tidak

lagi mampu melihat kebenaran-kebenaran baru. Lama-lama pribadi

seperti ini akan tertinggal jauh dari perkembangan jaman.

Manusia-manusia yang tak mampu mengambil pelajaran dari perjalanan hidupnya

tersebut cenderung mengurung diri dengan pikiran-pikirannya dan akan

terperangkap selamanya di sana.

Keterbukaan itu adalah kelenturan terhadap informasi yang membuat

seseorang menjadi tidak kaku terhadap apapun yang sudah diketahuinya.

Semua itu tidak dianggap sebagai suatu kebenaran mutlak. Perjalanan

hidup manusia, pada prinsipnya mirip dengan sebuah kegiatan eksplorasi.

Sebagian manusia hanya senang menjelajahi jalan yang sudah dirintis

oleh orang lain dan menyukai rutinitas. Sebab bagi mi:ireka kebenaran

internal (internal validity) jauh lebih penting dari pada kebenaran eksternal

(external validity). Padahal eksplorasi kehidupan ウ。ョセQ。エ@ memungkinkan

(38)

Alex lnkeles dan David H. Smith 1974 (dalam Suryana, 2003) adalah

salah satu di antara ahli yang mengemukakan tentang kualitas dan sikap

orang modern. Menurut lnkeles, kualitas manusia modern tercermin pada

orang yang berpartisipasi dalam produksi modern yang dimanifestasikan

dalam bentuk sikap, nilai, dan tingkah laku dalam kehidupan sosial. Salah

satu ciri-cirinya adalah keterbukaan terhadap pengalaman baru dan selalu

membaca perubahan sosial.

Orang yang terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru akan lebih

siap untuk menanggapi segala peluang, tantangan dan perubahan sosial,

misalnya dalam merubah standar hidupnya. Orang-orang yang terbuka

terhadap ide-ide baru ini merupakan wirausaha inovatif dan kreatif yang

ditemukan dalam jiwa kewirausahaan.

Keterbukaan pikiran adalah modal awal bagi pembaharuan. Seperti kata

orang-orang bijak, otak bekerja layaknya parasut, ia baru berfungsi kalau

terbuka. Keterbukaan terhadap pengalaman, bukan k:ata orang, bukan

menuruti dogma, atau old beliefs. Orang yang terbuka terhadap

pengalaman baru dan yang cenderung tertutup mempunyai ciri-ciri seperti

(39)

Tabel 2.1

Openness to experience

(keterbukaan terhadap pen 1alaman hiduol (tcasali, 2007) Cara berpikir cenderung

Cara berpikir terbuka tertutup

Fokus pada "sekarang" dan "di

lmajinatif dan kreatif sini", apa yang kasat mata

Lebih menyukai hal-hal yang Lebih menyukai keberagaman

rutin dan sudah dikenal (familiar) (variety) dan hal-hal baru (novelty)

Memiliki sedikit minat

Banyak pilihan dan minat

Lebih menyukai hal-hal yang Mengutamakan hal-hal baru yang

konvensional original

Tidak menganggap penting

emosi Sangat menghar£1ai emosi

Cenderung dogmatik

Cenderung fleksibel

Seorang wirausahawan sejati tidak menyukai pekerjaan yang mendatar

atau yang bersifat rutin. la lebih suka melakukan penyempurnaan dari apa

yang sudah ada sebelumnya dan senang menemukan dan

mengusahakan sesuatu yang belum pernah dibuat ッォセィ@ orang

sebelumnya. la senang memikirkan dan menciptakan hal-hal yang baru.

Biasanya, dalam usaha tidak mau ikut-ikutan, ia lebih menyukai

penemuan baru dan daya ciptanya.

Kalaupun ia membuat produk atau membuka jenis usaha yang sama

[image:39.595.58.452.95.490.2]
(40)

peluangnya masih besar, ia akan melakukan modifikasi, pengembangan

dan penyempurnaan-penyempurnaan agar lebih menarik konsumen.

Tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah dicapai, selalu ada ide

atau gagasan untuk mengembangkan apa yang telah ada. Dan ada

beberapa cara yang mungkin ditempuh. Bila satu cara tidak berjalan

sesuai dengan harapan maka ia akan mencoba cara yang lain.

2. Consciousness (Keterbukaan hati dan telinga)

Orang-orang yang menghargai perubahan adalah orang yang membuka

hati dan telinga mereka. Mereka bukan hanya mendengar, tetapi mereka

mendengar dan menyaringnya dalam hati dan pikiran mereka. Mereka

tidak asal mendengarkan, melainkan mendengar dengan cerdik dan tentu

saja menjalankannya dengan penuh disiplin dan dapat diandalkan.

Orang-orang dengan kesadaran atau keterbukaan hati yang tinggi cenderung

termotivasi tinggi, tidak perlu di dorong-dorong, sangat menghargai waktu

dan bekerja dengan target.

Seorang pembaharu bekerja secara sistematis meski belum tentu tertulis,

mereka menghancurkan nilai-nilai lama dan sekaligus membangunnya

kembali dengan perkiraan waktu. Seorang entrepreneur sejati pada

dasarnya juga seorang change maker, bekerja dengan disiplin, sistematis,

(41)

yang dapat dipercaya, dan tumbuh dari masa ke masa. la menciptakan

perubahan pada apa yang ia kerjakan. Orang dengan keterbukaan hati

dan telinga dicirikan pada label berikut:

Tabel 2.2

Consciousness (Keterbukaan hati dan エ・ャゥョセ。ャ@ (Kasali, 20071

Keterbukaan hati yang rendah Keterbukaan hiati yang tinggi

cenderung 」・ョ、Qセイオョァ@

Spontan, Random Terpola, Metodologis

Tak terorganisir, Kacau Terorganisir, Tertata (secara

bertahap)

Terlambat, tidak tepat waktu Menghargai waktu, tepat

Kurang bertanggung jawab Dapat diandalkan

Semaunya Disiplin diri

Tidak berambisi Ada dorongan yang kuat

Menunda-nunda, Mengabaikan

Persistency

tug as

Harus didorong-dorong Bergerak otomatis

Seorang wirausahawan sejati biasanya tidak mau diam dan tidak mudah

puas dengan yang sudah ada. la selalu memanfaatkan waktu

sebaik-baiknya dan bila dibutuhkan mereka siap bekerja sampai 24 jam sehari

dalam rangka mencapai prestasi usahanya. Waktu sangat penting dan

berharga bagi dirinya. Setiap waktu berarti untuk kep1entingan usahanya,

memikirkan, merencanakan, mempelajari data, membuat laporan,

melakukan negosiasi bisnis, membuat kontrak dan SE!terusnya. Seorang

wirausahawan sukses seolah-olah tampak seperti dikejar-kejar oleh

[image:41.595.62.441.182.464.2]
(42)

Waktu baginya sangat berharga. Dalam pandangannya, orang yang

menyia-nyiakan waktu adalah orang yang merugi (Mudjiarto, 2006).

3. Extrovertness

Keterbukaan diri terhadap orang lain, kebersamaan clan hubungan

-hubungan. Seorang extroversion bukanlah seorang introverts yang

cenderung mengurung diri dan memisahkan diri dari orang banyak yang

hanya mampu bekerja sendiri atau menikmati kesenclirian. la tidak pernah

khawatir dengan orang lain, karena pengaruhnya be£1itu kuat. Pengaruh

itu datang karena kepeduliannya pada orang lain. la Gukup peka terhadap

setiap kesulitan dan berempati kepada orang lain. la bekerja dengan hati,

dan penuh percaya diri.

Dalam suasana saling tidak percaya, orang menjadi 9ampang marah dan

melakukan tekanan-tekanan. Hanya orang-orang yang exstrovert dengan

hati yang tulus yang punya keinginan menghadapi semua itu dalam

suasana yang lebih rileks. Mereka cenderung aktif, mendominasi dan

senang dengan petualangan-petualangan. ciri-ciri extroversion di atas

(43)
[image:43.595.50.448.99.479.2]

Tabel 2.3

Extrovertness IKeterbukaan diri terhadao orana lain) (Kasali, 2007

Keterbukaan yang rendah Keterbukaan yang tinggi

cenderung cenderung

Senang menyendiri Senang berkawan, bekerja

dalam kelompok

Enggan mendatangi orang lain Senang mendatangi

Menjadi sangat pribadi Lugas

Bukan pencari kesenangan Mengukir pesta atau

kesenangan

Datar Tertantang dengan

emosi-emosi positif

Menghendaki ritme yang santai Berenergi, berilairah

Cenderung pasif, diam Mendominasi pembicaraan

Curiga pada siapapun Percaya orang lain

Rasa takut yang berlebihan Percaya diri, penuh keberanian

4. Agreeableness

Keterbukaan terhadap kesepakatan (tidak mudah mernilih konflik). Orang

dengan tipe ini tahu apa saja yang harus diperjuangkan dan mana yang

tidak, namun mereka cenderung tidak senang dengan keributan. Mereka

cinta damai, dan dapat berhari-hari memikirkan setiap konflik yang

dihadapinya. Sebisa mungkin menghindari setiap konfrontasi, namun bila

diperlukan mereka juga punya keberanian untuk menghadapinya. Berani

menghadapi segala bentuk konfrontasi dengan kepala dingin dan

(44)

Keberanian menghadapi dengan tatap muka, dapat rnenyelesaikan

masalah, mengurangi kecurigaan, meski juga beresiko pertengkaran dan

keributan-keributan fisik. Namun yang terpenting dalam unsur ini adalah,

adanya keinginan yang besar untuk melakukan pengorbanan (self

sacrificing), menyerahkan wewenang pada pihak-pihak tertentu dan

umumnya mempercayai orang lain. Lebih jelasnya ciri-ciri orang yang

terbuka dengan kesepakatan tertera pada tabel berikut:

Tabel2.4

Ag reeableness (Keterbukaan terhadap kesepakatanl (Kasali, 20 07)

Keterbukaan yang rendah Keterbukaan lfang tinggi

cenderung cenderung

Skeptis (ragu-ragu) Mempercayai

Merasa super Sederhana

Aragan

I

tinggi hati lngin melimpahkan wewenang

Enggan bekerja sama Kooperatif

Menolak/kasar Altruistik, memberi, bersahabat

Agresif Menerima

Kompetitif Mengorbankan pribadi sendiri

Wirausahawan sejati adalah orang yang terbuka terhadap kritik, karena

kritik sangat berguna bagi dirinya dan usahanya. la tidak bangga terhadap

pujian. Baginya keberhasilan merupakan adalah sesuatu yang wajar

sebagai hasil kerja keras dan bukan untuk dibangga-banggakan.

[image:44.595.62.440.166.521.2]
(45)

keberhasilannya bukan sepenuhnya karena dirinya, tetapi berkat

dukungan dan kerjasama dengan orang lain. la juga sanggup

mengungkapkan penghargaan dan pengakuan atas kelebihan orang lain.

la mampu melahirkan kenyamanan, keakraban dan kehangatan dalam

persahabatan. la tidak dengan serta merta atau den£1an mudah menilai

negatif orang lain.

5. Neuroticism

Keterbukaan terhadap tekanan. Dalam dunia ekonomi

tekanan-tekanan sering terjadi. Kadang tekanan-tekanan-tekanan-tekanan tersebut dapat

mempermalukan, menyulitkan, mengambil sesuatu yang kita miliki bahkan

membunuhnya. Bagi yang sudah terbiasa menghadapi hal-hal seperti itu,

mungkin tidak akan menjadi terlalu sensitif. Tetapi bagi orang yang tidak

biasa, tekanan dapat sangat mengganggu keseimbangan emosinya.

Pada akhirnya emosi yang labil dapat mempengaruhi kejernihan berpikir,

penyelesaian berpikir dan proses pengambilan keputusan sehingga

hubungan dengan orang lain juga menjadi terganggu. Orang yang cemas

akan mengambil langkah-langkah yang salah dan beruntun.

Kemampuan mengelola emosi agar lebih terkendali, lebih stabil, dan tak

terlihat emosional sangat penting. Orang yang emosional akan tampak

(46)

lain. Dalam suasana yang kurang percaya diri orang-orang yang secara

emosional kurang stabil sangat ingin menguasai orang lain. Padahal yang

harus mereka lakukan adalah menguasai diri sendiri. Mereka bertarung

melawan diri sendiri, mampu menghancurkan nilai-nilai lama tetapi belum

bisa dipakai untuk membangun sesuatu yang baru.

[image:46.595.60.448.177.539.2]

Tabel2.5

Neu roticism (Keterbukaan terhada l tekanan - tekanan) (Kasali, 2

007)

Keterbukaan yang rendah Keterbukaan yang tinggi

terhadap tekanan terhadap tekanan

Mudah bersedih Tenang

Pencemas, gelisah Tidak kenal takut

Mudah marah tak terkendali Tidak sensitif/ emosional

Mudah ekspresi Terkendali

Galau dalam ketegangan Mampu mengendalikan diri

Impulsive Resisten terhadap

godaan-godaan

Nervous dalam situasi-situasi

Tidak mudah cemas tertentu

Apabila menghadapi suatu kepahitan, kurang atau be•lum berhasil

mencapai tujuan usahanya, seorang wirausaha sejati tidak mudah begitu

saja meloncat ke usaha lain yang sama sekali berbecla. la tidak begitu

mudah menyalahkan faktor-faktor di luar dirinya, sepHrti menyalahkan

(47)

sehat, krisis ekonomi, kebijakan pemerintah yang kal<u dan sebagainya.

la akan berusaha mengumpulkan informasi dan mempelajari faktor-fal<tor

apa saja dari dalam diri dan dari luar diri yang menyeibabkan

kegagalannya.

Selama faktor-faktor tadi masih dapat diatasinya baik sendiri maupun

dengan bantuan orang lain, maka ia al<an melanjutkan usahanya dengan

penyesuaian-penyesuaian baru. la senang mempelajari apa saja yang

menyebabkan dirinya berhasil atau gagal, dari waktu ke waktu dan

hasilnya dapat dipergunakan untuk lebih menyempurnakan usaha

selanjutnya. Walaupun tidak senang ketika menemui kegagalan, namun ia

tidak akan lama-lama larut dalam kesedihan.

Seorang wirausahawan tidak memandang pesaing sebagai musuh,

pesaing adalah teman seperjuangan, pesaing adalah teman bergaul.

Dengan bergaul ia akan mengetahui apa l<elemahan-kelemahan pesaing

dan apa keunggulannya. Semua dapat menjadi masukan untul< lebih

(48)

2.2. Motivasi Berwirausaha

2.2.1. Definisi motivasi

Menurut Nasution dan Louis Allen (dalam Suryana, 200:3), ada tiga fungsi

motif, yaitu:

(1) Mendorong manusia untuk menjadi penggerak at.au sebagai motor

yang melepaskan energi.

(2) Menentukan arah perbuatan ke tujuan tertentu.

(3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dijalankan untuk mencapai suatu tujuan dengan

menghindari perbuatan yang tidak bermanfaat bagi pencapaian tujuan

itu.

Menurut Munandar (2001 :323), motivasi adalah suatu proses di mana

kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian

kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu. Terpenuhinya segala

tujuan akan mendatangkan kepuasan tersendiri. Sedangkan definisi motivasi

menurut Koontz (1980:115) adalah "keseluruhan dorongan-dorongan,

keinginan, kebutuhan, dan daya yang sejenis yang ュ・ョセQ。イ。ィォ。ョ@ perilaku."

Motivasi menurut Chaplin (2002:310) adalah: "suatu variabel penyelang

(49)

tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola,

mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran."

Mujib (2002: 244) mendefinisikan motivasi sebagai: "akumulasi daya dan

kekuatan yang ada di dalam diri seseorang untuk mendorong, merangsang,

menggerakkan, membangkitkan dan memberi harapan pada tingkah laku.

Motivasi menjadi pengarah dan pembimbing tujuan hidup seseorang,

sehingga ia mampu mengatasi inferioritas yang benar-bEmar dirasakan dan

mencapai superioritas yang lebih baik. Makin tinggi motivasi hidup seseorang

maka makin tinggi pula intensitas tingkah lakunya, baik secara kuantitatif

maupun kualitatif."

Motivasi menurut Satrio (2006:21) adalah "daya dorong" yang muncul dari

dalam jiwa seseorang, yang bersifat abstrak, intangible, tetapi pengaruhnya

dapat dirasakan. Dengan motivasi yang tinggi seseorang dapat melejitkan

prestasinya melampaui kebanyakan orang.

Kemauan untuk melakukan sesuatu tergantung kepada sesuatu yang

mencetuskannya. Cetusan kemauan ini bisa kuat dan bisa pula lemah.

Cetusan inilah yang dinamakan motif. Motif akan mengarahkan seseorang

kepada suatu sasaran atau tujuan. Motivasi seseorang untuk melakukan

(50)

tujuan yang dikehendakinya itu. Motif atau pencetusan kemauan seseorang

untuk melakukan sesuatu sangat bergantung pula kepada kepribadian

manusia itu sendiri.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah dorongan untuk berbuat sesuatu (drive) dalam memenuhi kebutuhan.

Manusia biasanya akan melakukan sesuatu, jika ia mempunyai dorongan dan

kemauan untuk itu.

2.2.2. Definisi berwirausaha

Menurut Wardhana (2007:7) sebenarnya kata wirausaha dan wiraswasta

memiliki kesamaan makna. "Dari sudut etimologi kata, wira bermakna teladan

atau layak dicontoh, sedangkan usaha bermakna kemauan keras. Kata

swasta sendiri bermakna berdiri di atas kaki sendiri." Dengan begitu,

wirausaha atau wiraswasta adalah:

a. Suatu bentuk usaha untuk mewujudkan suatu "impian" dengan modal

kesanggupan dan kreativitas pribadi.

b. Suatu bentuk usaha berdiri di atas kaki sendiri, tidak bergantung pada

(51)

c. Suatu bentuk usaha untuk mencapai sukses dengan menggunakan

segala kemampuan dan kepercayaan pada diri sendiri.

Pengertian wirausaha menurut Mudjiarto (2006: 2) adalah "seorang yang

mempunyai kemampuan dalam melihat peluang mencari dana, serta sumber

daya lain yang diperlukan untuk meraih peluang tersebut dan berani

mengambil resikonya dengan tujuan tercapainya kesejallteraan individu dan

nilai tambah bagi masyarakat."

Wirausaha dalam konteks manajemen menurut Usman (dalam Mudjiarto,

1997) adalah "seseorang yang memiliki kemampuan dalam menggunakan

sumber daya seperti finansial (money), bahan mentah (materials), dan

tenaga kerja (labors), untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru,

proses produksi atau pengembangan organisasi usaha.''

Dari beberapa pengertian mengenai wirausaha di atas dapat disimpulkan

bahwa wirausaha adalah suatu usaha untuk menciptakan nilai melalui suatu

peluang bisnis dengan segala keterampilan yang dimiliki mengatasi setiap

resiko, memanfaatkan segala sumber daya alam, manusia dan modal yang

(52)

Kewirausahaan sebenarnya bukan hanya diperlukan di lbidang bisnis yang

hanya berorientasi pada profit semata, namun juga layak diterapkan pada

semua bidang, termasuk dalam bidang non bisnis. Dalam kaitan ini,

kewirausahaan dapat diartikan dua hal, yaitu sebagai suatu sikap mental

yang dapat diterapkan di semua tempat dan bidang pekerjaan, dan juga

dapat berarti suatu bidang pekerjaan itu sendiri. Sikap mental kewirausahaan

itu merupakan prasyarat mutlak bagi seorang yang men9inginkan hidupnya

lebih berkualitas dan prestatif.

Enterpreneur adalah seorang yang menyukai perubahan, melakukan

temuan-temuan yang membedakan dirinya dengan orang lain, menciptakan nilai

tambah, memberi manfaat bagi dirinya dan orang lain. Karyanya dibangun

berkelanjutan, bukan ledakan sesaat, tetapi dilembagakan, agar lembaga itu

kelak dapat bekerja efektif di tangan orang-orang lain, termasuk kepada

generasi-generasi berikutnya.

Konsep dasar kewirausahaan menurut Kao (1987:29) adalah "Suatu proses

penciptaan sesuatu yang baru (kreasi) dan membuat sesuatu yang berbeda

dari yang sudah ada (inovasi), yang tujuannya adalah tercapainya

(53)

2.2.3. Motivasi berwirausaha

Sebenarnya semua orang punya bakat menjadi wirausaha, tetapi tidak

semua orang menyadari kemampuan terpendam tersebut di dalam dirinya.

Setelah terlibat dalam suatu kegiatan usaha barulah orang tersebut akan

mengetahui potensi yang dimilikinya. Pada saat itulah ia membutuhkan

kemauan belajar yang sangat besar untuk membangkitkan semua potensi

yang belum sepenuhnya teraktifkan.

Mc Clelland (dalam Nugroho, 2006) mengajukan konsep motivasi untuk

memberikan gambaran mengenai kewirausahaan yang diartikan sebagai

dorongan yang menyebabkan seseorang ingin selalu berbuat lebih baik dan

terus maju, dan memiliki tujuan yang realistis dengan mengambil resiko yang

benar-benar telah diperhitungkan. Seseorang yang memiliki motivasi yang

tinggi biasanya lebih menyukai situasi-situasi kerja yang dapat mereka

ketahui apakah akan mengalami kemajuan atau tidak, uang bagi mereka

bukanlah tujuan.

Para ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha

karena adanya suatu motif tertentu. Faktor dasarnya adalah adanya

kebutuhan yang harus dipenuhi. Teori motivasi ini pertama kali dikemukakan

(54)

hierarki kebutuhan yang mendasari motivasi. Menurutnya, kebutuhan itu

bertingkat sesuai dengan tingkatan pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik

(physiological needs), kebutuhan akan keamanan (security needs),

kebutuhan sosial (social needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan

kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization needs).

Seluruh kehidupan manusia tak terlepas dari proses tantangan dan jawaban

itu sendiri. Karena tanpa itu hidup menjadi tidak berarti. Bahkan interaksi

antar manusia pun tak terlepas dari proses ini. Mereka yang melarikan diri

dari tantangan hidup, akan merasakan kehidupan di muka bumi penuh

dengan kehampaan dan kesunyian.

Proses hidup inilah yang harus selalu diperhatikan setiap pribadi dalam

meningkatkan motivasi. Oleh karena itu, berdasarkan percobaan dan

perhitungan yang dilakukan oleh pakar di bidang ini, dapat dipaparkan

mengenai relasi positif antara kuatnya motivasi seseorang, dengan

kemungkinan keberhasilannya dalam mengatasi suatu tantangan hidup.

McClelland dan John W. Atkinson (tanpa tahun) (dalam Effendi, 1999)

menemukan grafik kenaikan motivasi seseorang seiring dengan keberhasilan

individu dalam mengatasi tantangan hidup, sampai menGapai nilai 50%. Jika

(55)

kadar motivasi itu secara perlahan-lahan akan menurun hingga mencapai titik

nol.

Dengan kata lain, apabila kebutuhan terpuaskan, maka kebutuhan tersebut

tidak lagi memotivasi perilaku. Dengan demikian, kebutuhan yang

mempunyai kekuatan tinggi di saat sudah terpuaskan, rnaka dengan

sendirinya kebutuhan tersebut sudah tercapai dan posisinya dalam

berkompetisi dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya al<an bergeser l<e tingl<at

yang lebih rendah.

Kepuasan atau tercapainya suatu l<ebutuhan dapat mengubah kel<uatan

motivasi seseorang dalam melal<ukan sesuatu dan beralih kepada kebutuhan

lainnya. Dapat disimpulkan bahwa perkembangan tingka1t kebutuhan dalam

kehidupan manusia dapat merangsang daya dorong atau semangat untuk

memenuhi l<ebutuhan tersebut. Jadi, ketika suatu kebutuhan sudah

terpenuhi, pada saat itu pula kekuatannya akan berubah dan perilaku orang

pun otomatis berubah untul< mendapatkan kebutuhan-kebutuhan berikutnya.

Secara simplistis, menurut Effendi (1999) motivasi berwirausaha sangat

berpengaruh pada tujuan yang ingin dicapai. Seseorang yang sudah

termotivasi tidak selamanya dapat mempertahankan motivasinya. Hal ini

(56)

yang dialarninya. Jalannya perubahan tersebut cepat atau larnbat bergantung

kepada sifat individu yang bersangkutan.

Dari banyak kasus orang-orang yang rnenjadi wirausahawan rnenurut

Arnbadar (2006:25) terjadi karena dilatarbelakangi oleh banyak alasan.

Diantaranya karena terbiasa dengan lingkungan usaha tersebut (pengalarnan

dari keluarga), belajar atau terpaksa rnenjadi wirausaha rnelalui perjuangan

penuh tantangan rnenghadapi seleksi alarniah. Apapun alasannya bila telah

rnenjadi atau rnelakukan rnaka seseorang akan berusaha untuk terus belajar

dari pengalarnannya untuk rnenjadi lebih baik.

Gitrnan dan McDaniel (dalarn Winarto, 2006) rnenyatakan bahwa rnotivasi

seseorang untuk rnenjalankan wirausaha ada berrnacam-rnacarn, ada yang

didorong karena ingin rnenjalankan usaha sesuai dengan keinginan,

rnendapatkan lebih banyak uang, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya berikut

hasil survey yang dilakukan Gitrnan dan McDaniel (1995) tentang rnotivasi

(57)

anak-anak dan keluarga, untuk mendapatkan kesetiaan suami atau

isteri, untuk membahagiakan ayah dan ibu.

(4) Alasan pemenuhan diri (peluang untuk memperoleh kontrol alas

kemampuan diri dan memanfaatkan potensi yang dimiliki)

Yaitu untuk menjadi atasan atau mandiri, untuk rnencapai sesuatu

yang diinginkan, untuk menghindari ketergantungan pada orang lain,

untuk menjadi lebih produktif, dan untuk menggunakan kemampuan

pribadi.

Salah satu kemungkinan yang makin terbuka lebar sejak satu dekade terakhir

ini adalah satu orang dapat menekuni beberapa karier S<:lkaligus, sehingga

kemampuannya untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraannya

semakin tinggi (Harefa, 2002).

2.2.4. Sikap-Sikap yang menghambat kewirausahaan

Kasali 2002 (dalam Nugroho, 2006) mengidentifikasikan beberapa sikap yang

berkembang dalam masyarakat yang menghambat tumbuhnya

kewirausahaan, yaitu:

1. Sikap terhadap usaha rumahan yang negatif, padahal banyak usaha

(58)

2. Sindrom formalitas, menyaratkan berbagai hal sebelum memulai suatu

usaha. Seperti, harus punya uang dulu jika berbisnis, harus

mempunyai kantor dulu serta harus memiliki sekretaris dulu.

3. Sindrom tidak akan berhasil

Tidak akan berhasil karena sudah ada orang yang melakukannya,

sudah ada produk serupa di pasaran, sayang terhadap penghasilan

tetap (gaji).

Kenyataannya: seorang wirausahawan berhasil karena visi yang sulit

dimengerti oleh kebanyakan orang pada mulanya. Contohnya Purdi

Chandra yang membuka Entrepreneur University di mana para

mahasiswanya belum dianggap lulus jika belum membuka usaha.

4. Sindrom "no-track-record': anggapan bahwa orang lain pasti tidak mau

bekerjasama dengan para pemula atau orang-orang yang belum

berpengalaman. Kenyataannya banyak usaha yang berhasil seperti

Microsoft dan Dell Computer dibangun para pendirinya pada usia

(59)

5. Sindrom "priyayi": orang lebih dihargai jika bekerja sebagai karyawan

di perusahaan besar dari pada menjadi pemilik (bos) di

perusahaannya sendiri yang masih kecil.

2.2.5. Wirausaha dalam perspektif Islam

Islam adalah ajaran yang sangat menekankan amal. Penilaian terhadap

derajat seseorang lebih didasarkan pada amalannya. Amal seseorang tidak

saja menjanjikan kebahagiaan hidupnya di dunia, tapi juga di akhirat kelak.

Bekerja atau beramal dapat memperkuat eksistensi manusia. Artinya,

manusia akan terangkat harkat dan martabatnya bila ia bekerja. Islam sangat

mencela orang yang malas dan hanya menggantungkan hidupnya kepada

orang lain (Effendi, 1999).

QS. Al-Najm 53:39-41

t .,-,: ,.. .,. -.: ,.. .... .,, -;; f. } "' .... .... ,.. .... .... ,. ,.., -!' ,J _.,.,} -,.. ,.. .,,,.,

olj

セ@

セセ@

':i!J

t..

セ@

セ@

olj

jセ@

J r

l.;y1

ei

(.-3

<Dy?:

セQ⦅[NNji@

.... ., t ,,,,.,

J.,

Iエゥセ@

Artinya

"Dan bahwasanya seorang manusia tiada mempero/eh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan

(60)

Berdasarkan ayat ini jelaslah bahwa manusia baru diakui eksistensinya

apabila ia bekerja atau beramal. Sedang manusia dianggap merugi, bahkan

nilainya akan terpuruk kepada derajat yang sangat hina, apabila tidak

memiliki iman dan amal shalih. Oleh karena itu, manusia dianjurkan agar

dapat memanfaatkan waktunya dengan bekerja atau beramal guna mencapai

kehidupan yang bahagia dunia dan akhirat. Hal ini seba9aimana yang

dijelaskan dalam ayat berikut:

Artinya:

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Artinya:

"Bagi manusia ada malaikat-ma/aikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya alas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri

(61)

sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia".

Dari ayat di atas dapat diketahui bahwa manusia yang tidak mampu

memanfaatkan waktu seoptimal mungkin di jalan kebaikan termasuk

ke dalam golongan orang-orang yang merugi karena dengan demikian berarti

ia telah berbuat aniaya kepada dirinya sendiri. Nasib seseorang itu

tergantung pada setiap perbuatannya, seseorang yang tidak pernah tergerak

untuk merubah nasibnya maka selamanya ia tidak akan pernah beranjak dari

problema kehidupan yang dihadapinya. Manusia akan terhindar dari kerugian

atau kehampaan makna hidupnya berkat iman dan karya yang dihasilkannya.

Manusia akan terhindar dari keterpurukan ke lembah kahinaan dan kerugian

karena iman dan amal salehnya. Karena iman dan amal saleh itulah yang

akan memberikan keuntungan yang berkesinambungan kepada dirinya

hingga kepada kehidupan di akhirat kelak.

Oleh karena itu, setiap muslim hendaknya berhati-hati atau bertindak arif

dalam memanfaatkan waktu dan kesempatan yang telah diberikan oleh

Tuhan padanya untuk mengejar kehidupan dunia dan akhirat secara

seimbang. Hal ini disebutkan dalam hadist berikut:

(62)

Dalam kerangka ini, maka seorang muslim setelah menunaikan kewajiban

rutinnya kepada Allah, kemudian ia diperintahkan bertebaran di muka bumi

untuk mencari rizki yang telah disiapkan Allah untuk harnba-Nya agar mereka

memperoleh kesuksesan. Sebagaimana firman-Nya:

Qs. Al-Jumu'ah 62:10

ャセjセNL[Z@

Zセ@

Sセt@

セ⦅LNZNLエ[@

J

オZッZN[セ|@

i;::\j

セ@ jZ。Nセ@

;&T

ェセtェ@

:&T

セ@

, ,

,Pi

--f --

J "'J

セオセq@

Artinya:

"Apabi/a telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan cari/ah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung"

Karunia Allah itu ada dalam setiap jenis usaha yang di upayakan manusia,

namun jenis usaha yang banyak mendapat sorotan dalam Islam adalah dunia

perdagangan atau berwirausaha. Islam sangat menganjurkan umatnya untuk

berwirausaha (dalam An-Nabhani, 2004). Himbauan unl:uk mencari rezki

yang halal dari dunia perdagangan dijelaskan dalam beberapa hadits.

Keutamaan berdagang seperti disebutkan dalam hadist berikut ini:

"Perhatikan/ah olehmu sekalian perdagangan, sesungguhnya di dunia perdagangan itu ada sembilan dari sepuluh pintu rizki" (Hadist riwayat Ahmad).

Dari hadis di atas terlihat bahwa Allah membukakan sepuluh pintu rezki bagi

manusia, sembilan diantaranya (90%), berada di dunia perdagangan, dan

(63)

persentase demikian maka wajar jika seorang ー・、。ァ。ョAセ@ jauh lebih sejahtera

dibandingkan dengan orang-orang yang memilih ュ・ューQセイ・「オエォ。ョ@ rezki di luar

dunia perdagangan.

Namun yang juga harus diperhatikan dalam menjalankan suatu usaha yakni

perintah dan dorongan untuk bersikap jujur dan benar. Islam sangat mencela

perbuatan curang dalam praktek usaha. Karena hal tersebut dapat membawa

kerugian dan bahaya bagi orang lain. Hal ini terdapat dalam firman Allah:

Qs. Al-Muthaffifin/83: 1-3

J J A,.. J セjN@

セNゥMGjjオセq@

Artinya:

"Kece/akaan besarlah bagi orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang-orang lam mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menlmbang untuk orang lain, mereka mengurangi."

Allah SWT sangat menghargai pedagang yang jujur dan maanah, karena

pedagang merupakan salah satu pofesi wirausaha. Rasulullah bersabda:

"Pedagang yang jujur dan amanah akan tinggal bersama para Nabi, para shiddiq dan para syuhada' di hari kiamat." (Hadits Riwayat Turmudzi dan lbnu Majah).

lni adalah suatu penghargaan yang luar biasa yang disediakan bagi para

pedagang yang jujur dan amanah, karena mereka akan ditempatkan di

samping para Nabi dan para shiddiq di akhirat bersama para manusia pilihan

(64)

Membicarakan bisnis sebenarnya membicarakan tentang "menjual sesuatu".

Menjual di sini dapat berarti menjual produk, menjual jasa, menjual gagasan,

ide dan yang menjadi pain penting adalah menjual nilai. Nilai-nilai yang

dimaksud di sini adalah nilai-nilai spiritual seperti contoh riil yang telah

diperlihatkan oleh nabi Muhammad SAW sebagai pedagang jauh sebelum

munculnya Bill Gates dan ribuan pebisnis sukses lainnya.

Dari beberapa ayat di atas jelaslah bahwa dalam jual-be,li atau praktek usaha

harus dilakukan secara transparan. Begitu pula dalam berbagai pekerjaan

lainnya, harus dilakukan secara jujur, jauh dari kecurangan dan penipuan

apapun bentuknya.

2.3. Mah

Gambar

Tabel 2.1 Openness to experience (keterbukaan terhadap
Tabel 4.3 fo ......................................................................................
Gambar 1 llustrasi Kerangka Berpikir Dalam Bagan ........................ 61
Tabel 2.1 Openness to experience
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan gambaran sumber nilai makna hidup sampel ditinjau dari tipe kepribadian big five, dapat dilihat bahwa tidak ada kecenderungan orang dengan tipe kepribadian

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu ”Adakah Hubungan Antara Tipe Kepribadian Dengan Motivasi Untuk Menyelesaikan Skripsi

(Studi Deskriptif tentang Perilaku Komunikasi Mahasiswa Tipe Kepribadian Sanguinis dalam Interaksi Nonformal

Dari hasil pengujian interaksi antara perbedaan kecenderungan bunuh diri ditinjau dari tipe kepribadian dan harga diri diperoleh nilai F=0,408; p=0,525 (p&gt;0,05) yang

Terbukti dari faktor yang mempengaruhi hipertensi yang salah satuya terdapat tipe kepribadian, dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anis Prabowo walaupun

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang signifikan antara kepribadian model lima faktor yang terdiri dari faktor neuroticism,

Oleh karen itu, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menyimpulkan hubungan antara tipe kepribadian antara tipe kepribadian terhadap motivasi belajar dan prestasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa tipe kepribadian neuroticism mempunyai korelasi negatif dengan orentasi religiusitas, tipe