• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI KEPRIBADIAN MODEL LIMA FAKTOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KORELASI KEPRIBADIAN MODEL LIMA FAKTOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PENELITIAN INTERNAL

KORELASI KEPRIBADIAN MODEL LIMA FAKTOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

Disusun Oleh :

dr. Henny Erina Saurmauli Ompusunggu, M.Biomed NIDN: 0105068401

FAKULTAS KEDOKTERAN UNUVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN 2019

(2)

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perguruan tinggi merupakan satuan pendidikan yang menjadi terminal akhir bagi seseorang yang berpeluang belajar setinggi-tingginya melalui jalur pendidikan sekolah dan menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan professional yang dapat mengembangkan pengetahuan, teknologi dan seni.1,2 Hasil pembelajaran dan mutu pendidikan mahasiswa setelah mengikuti proses pembelajaran pada perguruan tinggi dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai oleh individu dengan nilai rata-rata Indeks Prestasi (IP) mulai dari semester pertama sampai dengan semester paling akhir yang telah ditempuh.3,4

Prestasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah (pendengaran, penglihatan, dan struktur tubuh) dan faktor psikologi (kepribadian, kecerdasan, minat dan bakat, perhatian, motivasi belajar, emosi dan kemampuan kognitif). Faktor eksternal meliputi kurikulum pendidikan, fasilitis penunjang, dosen yang mengajar, bahan bacaan, lingkungan sosial, dan latar belakang orangtua. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada prestasi akademik adalah kepribadian.5,6

Kepribadian merupakan karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat stabil dan dapat diramalkan.7 Model kepribadiaan yang paling banyak dipercaya dan digunakan peneliti pada saat ini adalah model lima-faktor oleh MacCrae dan Costa.8 Kepribadian model lima faktor ini terdiri atas faktor neuroticism, extraversion, agreeableness, openness to experience, dan conscientiousness.8 Faktor- faktor tersebut terdapat di dalam setiap individu dengan karateristisk nilai tinggi atau rendah.9

Penelitian yang dilakukan oleh Soraya Hakim pada tahun 2011 terhadap 285 orang mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Management Tehran University, didapati korelasi yang signifikan antara kepribadian dengan prestasi akademik.10 Hasil yang sama juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Zahra Salehi pada tahun 2013 terhadap 357 orang mahasiswa/i Pendidikan Fisika di Islamic Azad University Iran, didapati korelasi yang signifikan antara kepribadian dengan prestasi akademik.11 Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert Tomsik pada tahun 2014 terhadap 385 orang mahasiswa/i Slovak University Slovakia, didapati korelasi yang signifikan antara kepribadian dengan prestasi akademik.12 Sementara pada penelitian yang dilakukan oleh

(3)

2

Syedeh Maryam pada tahun 2012 terhadap 146 orang mahasiswa/i Universitas Tehnologi Malaysia didapati kepribadian faktor conscientiousness dan openness to experience yang berkorelasi sangat kuat dengan prestasi belajar.13

Di Indonesia juga ada dilakukan penelitian mengenai hubungan kepribadian dengan prestasi belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Maresa Lusiana pada tahun 2009 terhadap 95 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, didapati hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan prestasi akademik.14 Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Annisa pada tahun 2013 terhadap 34 orang mahasiswi kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, didapati adanya hubungan antara kepribadian dengan prestasi akademik.15 Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dias Syeh pada tahun 2012 terhadap 107 mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia, didapati hasil tidak ada hubungan antara tipe kepribadian dengan prestasi akademik.16

Dari semua penelitian di Indonesia yang menilai hubungan kepribadian dengan prestasi belajar, pada umumnya peneliti menggolongkan kepribadian sampel penelitian berdasarkan tipe kepribadian dengan menggunakan model kepribadian tipe A dan B yang diperkenalkan oleh Frieldman dan Ray Rosenman atau menggunakan 4 tipe kepribadian yaitu melankolik, plegmatik, sanguin, dan kolerik. Belum ada penelitian yang menganalisa menggunakan kepribadian model lima faktor.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai korelasi kepribadian model lima faktor dengan prestasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat korelasi yang signifikan antara kepribadian model lima faktor dengan prestasi belajar mahasiswa FK UHN Medan?“

1.3. Hipotesis

a. Terdapat korelasi yang signifikan antara faktor neuroticism dengan prestasi belajar mahasiswa FK UHN Medan.

b. Terdapat korelasi yang signifikan antara faktor extraversion dengan prestasi belajar mahasiswa FK UHN Medan.

(4)

3

c. Terdapat korelasi yang signifikan antara faktor openness to experience dengan prestasi belajar mahasiswa FK UHN Medan.

d. Terdapat korelasi yang signifikan antara faktor agreeableness dengan prestasi belajar mahasiswa FK UHN Medan.

e. Terdapat korelasi yang signifikan antara faktor conscientiousness dengan prestasi belajar mahasiswa FK UHN Medan.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum

Yang menjadi tujuan umum dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui korelasi antara faktor neuroticism dengan prestasi belajar mahasiswa FK UHN Medan.

b. Untuk mengetahui korelasi antara faktor extraversion dengan prestasi belajar mahasiswa FK UHN Medan.

c. Untuk mengetahui korelasi antara faktor openness to experience dengan prestasi belajar mahasiswa FK UHN Medan.

d. Untuk mengetahui korelasi antara faktor agreeableness dengan prestasi belajar mahasiswa FK UHN Medan.

e. Untuk mengetahui korelasi antara faktor conscientiousness dengan prestasi belajar mahasiswa FK UHN Medan.

1.4.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui gambaran faktor neuroticism, extraversion, openness to experience, agreeableness dan conscientiousness pada mahasiswa FK UHN Medan.

b. Untuk mengetahui gambaran prestasi belajar pada mahasiswa FK UHN Medan.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

a. Institusi Pendidikan

Menambah referensi penelitian dan masukan yang dapat digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar mahasiswa FK UHN Medan.

b. Mahasiswa

(5)

4

Mahasiswa yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat mengetahui gambaran kepribadian model lima faktor dalam dirinya dan indeks prestasi rata-rata sebagai hasil belajar yang telah dilalui untuk menjadi bahan evaluasi diri.

c. Peneliti

Meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai korelasi kepribadian model lima faktor dengan prestasi belajar.

(6)

5 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan

Prof. Brodjonegoro dalam Suwarno menyebutkan beberapa istilah pendidikan diantaranya paedagogiek (ilmu menuntun anak), opvoeding (membesarkan), panggulawentah (mengubah), educar (melatih atau mengajarkan) dan erzhicung (membangkitkan atau mengaktifkan).17 Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan sikap, dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Sementara itu, berdasarkan UU SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) no.20 tahun 2003 : pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.18 Dalam memahami pendidikan, ada dua istilah yang dapat mengarahkan pada pemahaman hakikat pendidikan, yakni kata paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie bermakna pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan (Purwanto, 1995:3).19

Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2008) semua jenis pendidikan mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

a. Peserta didik merupakan subjek didik yang ingin mengembangkan diri guna dapat memecahkan masalah-masalah dalam kehidupannya.

b. Pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik.

c. Interaktif edukatif merupakan interaksi/komunikasi yang timbul secara timbal balik antara peserta didik dengan pendidik yang terarah pada tujuan pendidikan.

d. Tujuan pendidikan merupakan tujuan dari keseluruhan jenis kegiatan selama berlangsungnya peristiwa-peristiwa pendidikan.

e. Materi pendidikan berperan sebagai sarana pencapaian tujuan pendidikan.

f. Lingkungan pendidikan dibagi menjadi 3 tempat dan biasa disebut tri pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat.17

(7)

6 2.2. Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang banyak dilakukan, tiap waktu, dimana saja, kapan saja dan sedang melakukan apa saja untuk mendapatkan suatu perubahan yang positif dalam dirinya melalui pelatihan dan pengalaman.20

American Heritage Psychology secara lebih luas memerinci belajar sebagai : a. To gain knowledge, comprehension, or mastery through experince or study

(bertambahnya pengetahuan dan keahlian melalui pengalaman belajar).

b. To fix in the mind or memory(perpaduan antara berpikir dan mengingat, menghafalkan).

c. To acquire through experience (kesiapan untuk memperoleh pengalaman).

Menurut Thorndike terdapat 3 hukum pada belajar pokok, yaitu :

a. Law of readinessmerupakan reaksi terhadap stimulus yang didukung oleh kesiapan untuk bertindak dan bereaksi.

b. Law of exercisemerupakan hubungan stimulus respon apabila sering digunakan akan makin kuat melalui repetition (pengulangan).

c. Law of effect merupakan respon dimana semakin kuat atau lemahnya hubungan akibat dari hasil yang dilakukan.

2.2.1. Prinsip-prinsip Belajar

Ada beberapa hal yang menjadi prinsip-prinsip dalam belajar, yaitu :21

a. Perhatian dan motivasi mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar.

Tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar, tanpa adanya motivasi tidak ada tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan seseorang untuk belajar.

b. Keaktifan merupakan adanya dorongan pada siswa untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri.

c. Keterlibatan langsung/ berpengalaman belajar tidak hanya sekedar mengamati, tetapi harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab atas hasilnya.

d. Pengulangan dilakukan untuk melatih daya-daya yang ada baik daya mengamati, menanggapi, mengingat, mengkhayal, merasakan, dan daya berpikir agar dapat berkembangnya daya yang dimiliki.

e. Dalam belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu ada hambatan yaitu dalam mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan dengan mempelajari bahan belajar tersebut yang

(8)

7

mengandung banyak masalah yang perlu dipecahkan, membuat siswa tertantang untuk mempelajari dan mengatasinya.

f. Balikan dan penguatan dimana siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik untuk usaha belajar selanjutnya.

g. Setiap orang memiliki perbedaan satu sama lain (karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat) yang berpengaruh terhadap cara belajar dan hasilnya.

2.2.2. Ciri -ciri Belajar

a. Perubahan yang terjadi secara sadar dimana individu belajar menyadari terjadinya perubahan atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perbahan dalam dirinya.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional dimana suatu perubahan yang terjadi akan menimbulkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif dimana dalam belajar perubahan selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara perubahan dalam belajar itu bersifat permanen.

e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah dimana perubahan terjadi karena adanya tujuan yang akan dicapai.22

Perubahan yang terjadi pada seseorang merupakan hasil dari belajar, yang mana dia dapat mengetahui dari hal yang belum tau menjadi tau.22 Teori koneksionisme disebut juga S.R. Bond Theory dan S.R. Psyochology atau terkenal dengan sebutan “trial and error learning” menyatakan ciri-ciri belajar sebagai berikut :20

a. Adanya motif yang mendorong aktivitas b. Adanya berbagai respon terhadap situasi

c. Adanya eliminasi respon-respon yang gagal atau salah d. Adanya kemajuan reaksi-reaksi dalam mencapai tujuan.

(9)

8 2.2.3. Aktivitas–aktivitas Belajar

Aktivitas dalam belajar merupakan suatu kegiatan yang kita jalani dalam berlangsungnya proses belajar mengajar Dalam proses belajar mengajar ada beberapa aktivitas yang dilakukan. Aktivitas–aktivitas tersebut mencakup: mendengarkan, memandang, meraba, membau dan mencicip atau mengecap, menulis atau mencatat serta membaca.

Mendengar adalah salah satu aktivitas belajar dimana pada umumnya setiap orang yang belajar akan mendengarkan pelajaran yang diajarkan. Menjadi pendengar yang baik sangatlah dituntut bagi setiap orang yang belajar untuk memusatkan perhatiannya dalam situasi belajar. Akan tetapi, mendengarkan bukan satu-satunya aktivitas belajar yang tepat sebab belajar tidak hanya melalui mendengar saja dan aktivitas ini sangatlah terbatas bagi penderita tunarungu.22

Dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang dapat kita pandang yang bisa menjadi pelajaran untuk dipelajari, salah satunya dengan memandang alam sekitar kita dimana objek-objek tersebut memberikan kesempatan pada kita untuk belajar. akan tetapi tidak semua yang kita pandang termasuk dalam aktivitas belajar. Pada dunia pendidikan, memandang merupakan salah satu kategori aktivitas belajar karena dengan memandang, kita bisa menjadi lebih mengerti akan apa yang kita lihat sebelumnya.22

Aktivitas meraba, membau, mengecap menggunakan indera manusia yang dapat dijadikan sebagai alat untuk kepentingan belajar, seperti belajar mengenali rasa asin atau manis atau asam, mencium aroma khas pada jahe, meraba suatu benda untuk mengetahui bagaimana bentuknya, permukaannya, dll. Akan tetapi aktivitas ini harus disadari oleh suatu tujuan dimana aktivitas tersebut didorong oleh adanya kebutuhan, motivasi untuk mencapai tujuan dengan menggunakan situasi tertentu untuk perubahan tingkah laku.22

Menulis atau mencatat merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari aktivitas belajar. Mencatat merupakan aktivitas yang sering dilakukan akan tetapi tidak setiap mencatat adalah belajar. Dalam aktivitas ini mencatat tidak sekedar mencatat, tetapi mencatat yang dapat menunjang pencapaian tujuan belajar.22

Aktivitas membaca adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan selama belajar.

Dengan membaca kita dapat menyerap banyak ilmu atau informasi dalam aktivitas belajar. Oleh karena itu, kalau belajar adalah untuk mendapatkan ilmu, maka membaca adalah jalan menuju pintu ilmu pengetahuan.22

(10)

9 2.3. Prestasi Belajar

Menurut Muhibbin Syah, prestasi belajar adalah taraf keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh pengajar. Dalam uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat atau tes tertentu.22

2.3.1. Jenis dan Indikator Prestasi Belajar

Menurut Ahmad Tafsir, prestasi belajar merupakan suatu target atau tujuan pembelajaran yang meliputi tiga aspek, yaitu: tahu, mengetahui (knowing),terampil melaksanakan atau mengerjakan yang ia ketahui (doing),melaksanakan yang ia ketahui secara rutin dan konsekuen (being).

Menurut Benjamin S. Bloom yang dikutip oleh Abu Muhammad Ibnu Abdullah, hasil belajar diklasifikasikan kedalam tiga ranah, yaitu : ranah kognitif,ranah afektif,ranah psikomotor 22

Di Indonesia, khususnya Perguruan Tinggi menggunakan simbol huruf-huruf (A,B,C,D,E) untuk menilai prestasi belajar siswa. Simbol huruf-huruf ini dapat dipandang sebagai terjemahan dari simbol angka-angka. 23

Tabel 2.1 Perbandingan Nilai Angka dan Huruf

Simbol – Simbol Nilai Angka dan Huruf Predikat

Angka Huruf

8 - 10 = 80 - 100 = 3,1 – 4 A Sangat Baik 7 - 7,9 = 70 - 79 = 2,1 – 3 B Baik

6 - 6,9 = 60 - 69 = 1,1 – 2 C Cukup

5 - 5,9 = 50 - 59 = 1 D Kurang

0 - 4,9 = 0 - 49 = 0 E Gagal

Sumber: Syah M. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; 2010.hal 151

(11)

10

Perlu diketahui simbol nilai angka yang berskala antara 0 sampai 4 seperti yang tampak pada tabel di atas lazim dipakai perguruan tinggi. Skala angka yang berinterval jauh lebih pendek daripada skala angka lainnya itu dipakai untuk menetapkan indeks prestasi (IP) mahasiswa, baik pada setiap semester maupun akhir penyelesaian studi.23

2.3.2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Dalam mencapai suatu prestasi belajar kita harus mengetahui sebelumnya bahwa prestasi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor dari dalam diri seseorang (internal) maupun faktor yang dipengaruhi dari luar diri seseorang (eksternal). Faktor internal berupa kondisi fisiologis dan kondisi psikologis. Faktor eksternal berupa lingkungan social dan lingkungan sosial dan lingkungan fisik.

Keadaan jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka diperlukan usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu, sebaliknya kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Fungsi fisiologis pancaindera terutama mata dan telinga juga sangat mempengaruhi hasil belajar. Dalam proses belajar, pancaindera merupakan pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia sehingga manusia dapat mengenal dunia luar. Oleh karena itu, baik pengajar maupun pelajar perlu menjaga pancaindera dengan baik secara preventif dan kuratif.

Kondisi psikologismeliputi bakat, minat, motivasi, sikap dan intelektual mahasiswa. Secara umum, bakat (aptitude) didefenisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang pelajar untuk belajar.

Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajari, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu yang disebabkan ketergantungannya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, kebutuhan. Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan kegiatan belajar individu secara aktif yang mendorong, memberikan arah dan menjaga perilaku siswa setiap saat untuk melakukan kegiatan belajar. Sikap merupakan gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, dan peristiwa baik secara positif maupun negatif. Sikap individu dalam belajar dapat

(12)

11

dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran dan lingkungan.

Pada umumnya intelektual (kecerdasan) diartikan sebagai kemampuan psikofisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingungan melalui cara yang tepat. Kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Bila dikaitkan dengan kecerdasan, otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ lainnya karena fungsi otak itu sendiri sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir seluruh aktivitas manusia. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar.22

Lingkungan sosial meliputi teman, guru, keluarga dan masyarakat.Guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seseorang.

Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik disekolah. Para pendidik dan orangtua perlu memperhatikan dan memahami bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya untuk mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa untuk memilih jurusan sesuai dengan bakatnya.

Keluarga sangat mempengaruhi kegiatan belajar seseorang. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengolaan keluarga, semuanya memberikan dampak terhadap aktivitas belajar seseorang. Hubungan baik dan harmonis antara anggota keluarga (orangtua-anak, kakak-adik) akan membantu seseorang dalam kegiatan belajar yang baik.

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal individu akan mempengaruhi belajarnya. Jika di lingkungan tersebut banyak pengangguran ataupun anak yang terlantar maka aktivitas belajar individu tersebut dapat terganggu, paling tidak ia akan kesulitan ketika memerlukan teman untuk belajar dan berdiskusi.22

Lingkungan fisik meliputi sekolah, sarana prasarana, tempat tinggal (rumah, asrama, kos).6 Faktor instrumental dalam lingkungan sosial yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan menjadi dua jenis. Pertama, hardware (perangkat keras) seperti, gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar. Kedua, software (perangkat lunak) seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan dan lain-lain.22

(13)

12 2.4. Kepribadian

2.4.1. Definisi Kepribadian

Istilah kepribadian berasal dari kata latin yaitu persona (topeng). Kepribadian dapat didefinisikan sebagai sifat dan karateristik yang persisten dan bertahan lama, termasuk cara seseorang berpikir, perasaan dan bersikap (cara berhubungan dengan orang lain dan menangani situasi antarpersonal).24,25

2.4.2. Kepribadian Model Lima Faktor

Kepribadiaan yang dikembangkan oleh Costa dan McCrae pada tahun 1985.

Kepribadian model lima faktor menyatakan bahwa dalam setiap individu terdapat lima faktor, yaitu:8,9,26,27

a. Faktor neuroticism adalah faktor yang mengukur penyesuaian dengan stabilitas emosi. Faktor ini mengidentifikasikan kerentanan individu terhadap tekanan, ide- ide tidak realistis, keinginan atau dorongan berlebihan, dan kegagalan untuk memberikan respons yang tepat.

b. Faktor extraversion adalah faktor yang mengukur kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, tingkat aktivitas, kebutuhan untuk mendapatkan stimulasi, dan kapasitas untuk berbahagia.

c. Faktor openness to experience adalah faktor yang mengukur pencarian yang proaktif, penghargaan terhadap setiap pengalaman, toleransi bagi serta eksplorasi terhadap hal-hal yang tidak biasa, ingin mencoba hal-hal baru, penuh berisi ide- ide yang kuat, imajinasi yang jernih dan perasaan yang kuat.

d. Faktor agreeableness adalah faktor yang mengukur kualitas orientasi interpersonal seseorang dari penuh kasih sayang hingga antagonis dalam pikiran, perasaan, dan perbuatan.

e. Faktor conscientiousness adalah faktor yang mengukur tingkat organisasi, kekakuan, dan motivasi untuk berperilaku yang mengarah pada tujuan dalam diri individu. Faktor ini membandingkan seseorang yang dapat diandalkan dan cepat mengambil tindakan dengan mereka yang lambat.

(14)

13

Tabel 2.1. Kepribadian Model Lima Faktor Kepribadian Model

Lima Faktor

Karateristik Nilai Tinggi

Karateristik Nilai Rendah

Faktor Neuroticism

Cemas Tegang

Emosi yang tidak stabil Hipokondriakal

Rapuh

Santai

Cenderung tenang Emosi stabil

Puas dengan diri sendiri

Faktor Extraversion

Gemar bersosialisasi Gemar berbicara Ramah

Optimis Semangat

Penuh kasih sayang

Tertutup Pendiam Pemalu

Kalem, submisif Tidak percaya diri Tidak antusias Faktor

Opennes to Experience

Imajinatif Ingin tahu Kreatif Orisinal

Tidak tradisional

Tidak imajinatif Tidak analitis Tidak artistik Konvensional

Memilki minat yang sempit

Faktor

Agreeableness

Berhati lembut Penuh kepercayaan Murah hati

Pemaaf Polos

Langsung pada

permasalahan

Kasar

Penuh kecurigaan Pelit

Tidak pemaaf Manipulatif Tidak kooperatif

Faktor

Conscientiousness

Terorganisasi Dapat diandalkan Pekerja keras Berhati-hati Ambisius

Tidak memiliki tujuan Tidak dapat diandalkan Pemalas

Ceroboh, pelupa

Memiliki keinginan yang lemah

Sumber: Feist J, Feist GJ. Theories of personality. Ed.7. New York: McGraw-Hill; 2009. hal. 426.

(15)

14 2.5. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Kepribadian Model Lima Faktor:

1. Faktor Neuroticism 2. Faktor Extraversion

3. Faktor Openness to Experience 4. Faktor Agreeableness

5. Faktor Conscientiousness

Prestasi Belajar

(16)

15 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian analitik korelasi dengan desain cross sectional.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di FK UHN Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2018.

3.3. Populasi Penelitian 3.3.1. Populasi Target

Populasi target pada penelitian ini adalah mahasiswa FK UHN Medan.

3.3.2. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiwa FK UHN Medan angkatan 2016 dan 2017.

3.4. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel 3.4.1. Sampel

Sampel pada penelitian ini mencakup seluruh mahasiswa FK UHN Medan angkatan 2016 dan 2017 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

3.4.2. Cara Pemilihan Sampel

Cara pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling.

3.5. Besar Sampel

Besar sampel minimal pada uji hipotesis dengan menggunakan koefisien korelasi (r) pada penelitian ini sebagai berikut:

(17)

16 Keterangan:

n = Sampel

r = Perkiraan koefisien korelasi yaitu 0,4

Zɑ= 10% hipotesis dua arah sehingga deviat baku alfa yaitu 1,645 Zβ= 20 % hipotesis satu arah sehingga deviat baku beta yaitu 0,842

Penyelesaian:

Dengan demikian total minimal sampel adalah 38 orang.

3.6. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.6.1. Kriteria Inklusi

Mahasiswa FK UHN Medan angkatan 2016 dan 2017 yang masih aktif kuliah.

3.6.2. Kriteria Eksklusi

Tidak bersedia mengikuti penelitian.

3.7. Cara Kerja

a. Pada tahap awal permohonan izin pelaksanaan penelitian diajukan kepada Komite Etik di FK UHN Medan.

b. Menemui langsung responden kemudian menjelaskan identitas diri, judul dan tujuan penelitian kepada responden.

c. Apabila responden sudah mengerti, lalu peneliti menanyakan kesediaannya untuk mengikuti penelitian dengan mengisi informed consent.

d. Mencatat hasil Tes Kesehatan Mental Indonesia (TKMI) yang dilakukan oleh departemen Ilmu Kedokteran Jiwa FK UHN.

e. Mencatat indeks prestasi rata-rata semua sampel penelitian dari admin akademik FK UHN.

f. Pengambilan data terhadap responden hanya dilakukan satu kali.

(18)

17 3.8. Identifikasi Variabel

1. Variabel bebas : Kepribadian model lima faktor a. Faktor Neuroticism

b. Faktor Extraversion

c. Faktor Openness to Experience d. Faktor Agreeableness

e. Faktor Conscientiousness.

2. Variabel terikat : Prestasi belajar.

3.9. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Faktor

Neuroticism

Faktor pada kepribadian model lima faktor yang terdiri dari beberapa sifat yaitu cemas, tegang, panik, depresi, impulsif dan rapuh.

Data sekunder dari hasil TKMI.

1. Rendah = 0 2. Sedang = 1 3. Tinggi = 2

Kategorik

Faktor Extraversion

Faktor pada kepribadian model lima faktor yang terdiri dari beberapa sifat yaitu ramah, bersahabat, asertif, aktif, penuh kasih sayang, semangat dan optimis.

Data sekunder dari hasil TKMI.

1. Rendah = 0 2. Sedang = 1 3. Tinggi = 2

Kategorik

Faktor

Opennes to Experience

Faktor pada kepribadiaan model lima faktor yang terdiri dari beberapa sifat yaitu selalu ingin mencoba hal-hal baru, mempunyai ide-ide yang kuat, imajinatif, kreatif dan perasaan yang kuat.

Data sekunder dari hasil TKMI.

1. Rendah = 0 2. Sedang = 1 3. Tinggi = 2

Kategorik

Faktor Conscientious ness

Faktor pada kepribadian model lima faktor yang terdiri dari beberapa sifat yaitu kompeten, pekerja keras, teratur, tenang, berhati-hati dan disiplin.

Data sekunder dari hasil Kuesioner TKMI.

1. Rendah = 0 2. Sedang = 1 3. Tinggi = 2

Kategorik

(19)

18 Faktor

Agreeableness

Faktor pada kepribadian model lima faktor yang terdiri dari beberapa sifat yaitu dapat dipercaya, berhati lembut, terus terang, pemaaf, rendah hati.

Data sekunder dari hasil TKMI.

1. Rendah = 0 2. Sedang = 1 3. Tinggi = 2

Kategorik

Prestasi belajar

Prestasi belajar merupakan tingkat keberhasilan yang dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang dapat memberikan kepuasan emosional, dan dapat diukur dengan alat tes tertentu.

Data sekunder dari nilai Indeks Prestasi semester rata- rata

0,00-4,00 Numerik

(20)

19 3.10. Alur Penelitian

Alur penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Persiapan penelitian

Mengumpulkan data dan jumlah mahasiswa FK UHN angkatan 2016-2017

Ya

Kriteria Inklusi

Tidak

Kriteria Eksklusi

Tidak Ya

Sampel N = 91

Pengumpulan data hasil TKMI dan IP rata-rata

Analisis data

(21)

20 3.11. Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan program komputer dengan tahapan analisis sebagai berikut:

3.11.1. Analisis Univariat

Analisis ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi atau besarnya proporsi berdasarkan variabel yang diteliti.

3.11.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang signifikan antara kepribadian model lima faktor yang terdiri dari faktor neuroticism, extraversion, agreeableness, openness to experience dan conscientiousness dengan prestasi belajar. Sebelum melakukan analisis bivariat dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan uji Kolmogorov-Smirnov. Kemudian melihat korelasi kedua variabel yang diteliti menggunakan uji korelasi Spearman.

(22)

21 BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan yang beralamat di Jl. Sutomo No.4A, Kota Medan. Waktu penelitian ini pada bulan Oktober-Desember 2018.

4.1.2. Karaterisitik Sampel Penelitian

Adapun teknik pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 91 orang.

Tabel 4.1. Karateristik Sampel Penelitian

Angkatan Jenis Kelamin n %

2016 Laki-laki 15 16,48

Perempuan 36 39,56

2017 Laki-Laki 13 14.29

Perempuan 27 29,67

Total 91 100

4.1.3. Distribusi Kepribadian Model Lima Faktor

Tabel 4.2. Distribusi Kepribadian Model Lima Faktor

Kategori O C E A N

n % n % n % n % n %

Rendah 25 27.5 0 0 1 1.1 1 1.1 12 13.2

Sedang 60 65.9 34 37.4 62 68.1 66 72.5 62 68.1 Tinggi 6 6.6 57 62.5 28 30.8 24 26.4 17 18.7

Total 91 100 91 100 91 100 91 100 91 100

Keterangan: O= Opennes to experince, C=Conscientiousness, E=Extraversion, A=Agreeableness, N=

Neuroticism.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa mempunyai faktor agreeableness pada kategori sedang yaitu 72,5% dan faktor conscientiousness pada kategori tinggi yaitu 62,5% (Tabel 4.2).

(23)

22

4.1.4. Gambaran Prestasi Belajar Sampel Penelitian

Tabel 4.3. Gambaran Prestasi Belajar Sampel Penilitan

Min Max Mean Std. Deviasi *p (value)

IPK 2,80 3,67 3,28 0,17 0,13

*Uji Kolmogorov-Smirnov

Data hasil IPK rata-rata telah diuji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, didapati hasil sebaran data terdistribusi normal (p = 0,13). Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rara IPK mahasiswa penelitian ini adalah 3,28 ± 0,17.

4.1.5. Korelasi Kepribadian Model Lima Faktor dengan Prestasi Belajar

Tabel 4.4. menyajikan hasil analisis korelasi Spearman. Tabel terdiri atas koefisien korelasi (r) dan nilai p.

Tabel 4.4. Hasil Analisis Korelasi Kepribadian Model Lima Faktor dengan Prestasi Belajar

Kepribadian IPK

Model 5 Faktor r p

Opennes to Experience 0,032 0,766

Conscientiousness -0,090 0,394

Extraversion 0,022 0,839

Agreeableness 0,082 0,438

Neuroticism -0,084 0,426

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kepribadian model lima faktor dengan prestasi belajar (p > 0,1).

4.2. Pembahasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor opennes to experience mahasiswa paling banyak pada kategori sedang (Tabel 4.2). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa memiliki imajinasi yang baik, kreatif dan mempunyai keinginan untuk mencari hal-hal yang baru. Tetapi beberapa mahasiswa mempunyai faktor opennes to experience pada kategori rendah yang menunjukkan minat yang kurang, bersifat konservatif dan kurang aktif.28

Faktor conscientiousness mahasiswa pada penelitian ini paling banyak pada kategori tinggi (Tabel 4.2). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas

(24)

23

mahasiswa memiliki disiplin yang tinggi, tegas, pekerja keras, bertanggung jawab, memiliki keinginan yang kuat, dapat diandalkan dan selalu berhati-hati dalam setiap hal.29,30

Faktor extraversion mahasiswa pada penelitian ini paling banyak pada kategori sedang (Tabel 4.2). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa penuh semangat dan antusias dalam melakukan sesuatu. Mahasiswa juga mempunyai rasa optimis, komunikatif dan perhatian satu dengan yang lain.31

Faktor agreeableness mahasiswa pada penelitian ini paling banyak pada kategori sedang (Tabel 4.2). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa dapat dipercaya, pemaaf, ramah, memiliki tujuan yang baik dalam setiap hal dan dapat bekerjama dengan baik.28

Faktor neuroticism mahasiswa pada penelitiaan ini paling banyak pada kategori sedang (Tabel 4.2). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa sudah mampu mengendalikan emosi, percaya pada diri sendiri dan dapat memberikan respon yang tepat pada setiap kegagalan.28,31

Perbedaan kategori pada setiap faktor dalam kepribadian pada individu dipengaruhi oleh faktor genetika yang disebut genetika perilaku. Selain itu, sistem saraf, neurotransmitter dan hormon juga memberikan pengaruh dalam kepribadian pada setiap individu.28 Faktor neuroticism, conscientiousness dan agreeableness berhubungan dengan kadar serotonin yang tinggi, sedangkan faktor extraversion dan openness to experience berhubungan dengan kadar dopamin yang tinggi.32,33 Lateralisasi belahan otak kanan diasosiasikan dengan aktivasi emosi negatif dan perasaan malu, sedangkan belahan otak kiri diasosiasikan dengan energi yang tinggi, impulsivitas, keberanian dan antusias. Hormon kortisol dan testosteron juga terlibat dalam kepribadian. Hormon kortisol yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal memfasilitasi reaksi terhadap stres dan hormon testosteron mempengaruhi pengembangan karateristik jenis kelamin sekunder dan juga diasosiasikan dengan dominasi, perasaan berkompetisi dan agresi.28

Hasil penelitiaan ini menunjukkan bahwa prestasi belajar mahasiswa yang dinilai dari rata-rara IPK mahasiswa adalah 3,28 ± 0,17, dengan nilai tertinggi adalah 3,67 dan nilai terendah adalah 2,80 (Tabel 4.3). Hasil penelitiaan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Minhayati Saleh pada tahun 2014 terhadap 265 mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan semester tiga keatas, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang dimana didapatkan rata-rata nilai

(25)

24

prestasi belajar mahasiswa adalah 3,45 sedangkan nilai tertinggi adalah 4,00 dan nilai terendah adalah 1,87.34

Salah satu faktor yang juga mempengaruhi prestasi belajar adalah kepribadian, tetapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kepribadian model lima faktor dengan prestasi belajar (Tabel.4.4). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dias Syeh pada tahun 2012 terhadap 107 mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Indonesia, didapati hasil tidak ada hubungan antara tipe kepribadian dengan prestasi akademik.16

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Soraya Hakim pada tahun 2011 terhadap 285 orang mahasiswa/i Fakultas Ekonomi Management Tehran University, didapati korelasi yang signifikan antara kepribadian dengan prestasi akademik.10 Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Robert Tomsik pada tahun 2014 terhadap 385 orang mahasiswa/i Slovak University Slovakia, didapati korelasi yang signifikan antara kepribadian dengan prestasi akademik.12 Sementara pada penelitian yang dilakukan oleh Syedeh Maryam pada tahun 2012 terhadap 146 orang mahasiswa/i Universitas Tehnologi Malaysia didapati kepribadian faktor conscientiousness dan openness to experience yang berkorelasi sangat kuat dengan prestasi belajar.13

Di Indonesia juga ada dilakukan penelitian mengenai hubungan kepribadian dengan prestasi belajar. Penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Maresa Lusiana pada tahun 2009 terhadap 95 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, didapati hubungan yang bermakna antara tipe kepribadian dengan prestasi akademik.14 Begitu juga dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Annisa pada tahun 2013 terhadap 34 orang mahasiswi kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, didapati adanya hubungan antara kepribadian dengan prestasi akademik.15

Faktor opennes to experience adalah faktor yang menilai pencarian yang proaktif dan eksploratif terhadap hal-hal baru. Faktor ini terdiri atas dua subkepribadian yaitu intelektual dan keterbukaan.32 Intelektual lebih sensitif pada konektivitas di korteks prefrontalis medial, sedangkan keterbukaan lebih sensitif pada default network yang terletak pada garis tengah di korteks prefrontalis medial dan korteks parietalis medial. Default network merupakan daerah yang lebih aktif bekerja pada saat tubuh beristirahat sehingga dapat mempersiapkan tubuh untuk kegiatan selanjutnya, mengembalikan serta memodifikasi memori pada otak.36,37

(26)

25

Faktor conscientiousness terdiri atas dua subkepribadian yaitu ketekunan dan keteraturan. Ketekunan merupakan kemampuan untuk menekan impuls yang mengganggu dan bekerja keras dalam mencapai tujuan, sedangkan keteraturan berhubungan dengan kemampuan dalam beradaptasi dan mematuhi peraturan atas kesadaran diri sendiri atau paksaan dari orang lain. Faktor conscientiousness berhubungan dengan serotonin yang tinggi dan konektivitas yang lebih besar pada daerah cognitive network di korteks prefrontalis dan salience network di gyrus frontalis inferior. Cognitive network berfungsi mengatur perencanaan, memori kerja, perhatian dan perilaku sosial, sedangkan salience network berfungsi untuk menekan atau mengabaikan hal-hal yang mengganggu perhatian. Dengan demikian, faktor ini lebih sensitif bekerja pada daerah konsentrasi dalam otak.32,35

Faktor extraversion merupakan faktor yang menilai bagaimana seseorang bersosialisasi dan berorientasi pada orang lain. Faktor ini terdiri atas dua subkepribadian yaitu ketegasan dan antusiasme. Faktor ini berhubungan dengan neurotransmitter dopamin yang bekerja lebih sensitif pada pengaturan emosi di amygdala. Faktor ini juga memiliki konektivitas yang tinggi pada pusat penghargaan di ventral tegmental area (VTA) dan striatum. Selain itu, penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa extraversion hanya berhubungan dengan pengaturan motivasi di hemisfer serebrum kiri pada saat individu memiliki emosi positif.32,35

Faktor agreeableness terdiri atas dua subkepribadian yaitu empati dan kesopanan. Empati berkaitan dengan emosi dan kepedulian terhadap orang lain, sedangkan kesopanan berhubungan dengan kemampuan dalam menekan dan menghindari impuls yang agresif atau melanggar norma. Faktor ini berhubungan dengan serotonin yang tinggi dan lebih sensitif bekerja pada daerah pengaturan emosi di sistem limbik dan korteks prefrontalis lateral. 32,35

Faktor neuroticism merupakan faktor yang menilai kestabilan emosional pada individu. Faktor ini terdiri atas dua subkepribadian yaitu pertahanan dan penarikan diri.29 Faktor neuroticm ini berhubungan dengan Behavioral Inhibition System (BIS), Fight-Flight-Freeze System (FFFS) dan Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA). BIS bekerja di amygdala dan hippocampus, yang berfungsi mengatur pertahanan diri.

FFFS bekerja di hipotalamus dan sistem limbik, yang berfungsi mengatur emosi dalam penarikan diri. Neurotransmitter serotonin juga terlibat dalam memodulasi BIS dan FFFS dan lebih sensitif bekerja pada pengaturan emosi di dalam diri individu.35,36

(27)

26

Selain teori dan penelitian sebelumnya, terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi hasil pada penelitian ini yaitu komponen-komponen dalam kepribadian, stabilitas kepribadian model lima faktor, regulasi diri, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, emosi serta kecerdasan emosional.

Pertama, komponen-komponen dalam kepribadian (kultural, etika, kerja keras, sikap, pengalaman, persepsi dan perubahan kehidupan pada individu) melalui proses dinamis dapat memberikan pengaruh pada interpretasi ataupun keluaran kepribadian model lima faktor dalam diri individu. Komponen-komponen dalam kepribadian ini dapat mempengaruhi hasil dari uji kepribadian pada penelitian ini. Komponen- komponen tersebut dapat diperbaiki atau ditingkatkan dengan cara menyelesaikan masalah dalam diri, mengatur sikap serta penerimaan terhadap diri sendiri.31 Untuk itu, mahasiswa membutuhkan bimbingan dan konseling agar dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam komponen tersebut sehingga kepribadian model lima faktor dapat kembali pada keadaan semula.37

Kedua, kepribadian model lima faktor yang dikemukakan oleh McCrae dan Costa memiliki stabilitas jangka panjang dan stabilitas crosssectional yang berarti kepribadian ini tetap atau kemungkinan untuk berubah sangat sedikit. Tetapi, beberapa ahli berpendapat bahwa kepribadian sangat dipengaruhi juga oleh lingkungan individu. Oleh sebab itu, uji kerpibadian model lima faktor yang dilakukan pada saat seleksi mahasiswa baru dapat mengalami perubahan sehingga kurang menggambarkan kepribadian mahasiswa saat ini.

Ketiga, regulasi diri yang merupakan kapasitas diri untuk menentukan tujuan- tujuan pribadi, merencanakan strategi, serta mengevaluasi dan memodifikasi perilaku yang akan dilakukan. Regulasi diri akan mempengaruhi seseorang dalam mengimplementasikan kepribadian model lima faktor dalam dirinya.28

Keempat, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar. Motivasi belajar diatur pada sistem limbik dan hipotalamus. Motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh stress, dorongan homeostatis, pengalaman, penghargaan, hukuman dan emosi. Faktor- faktor tersebut dapat mempengaruhi kerja pada sistem limbik. Stress akan mempengaruhi jumlah epinefrin yang dibebaskan menuju sistem limbik dan hipotalamus sehingga mempengaruhi motivasi belajar.36 Daerah korteks yang lebih tinggi tingkatannya juga dapat memperkuat atau menekan respons perilaku dasar pada daerah sistem limbik dan dapat mempengaruhi motivasi dalam individu. Pengalaman- pengalaman pada individu dapat merangsang pusat penghargaan dan penghukuman di

(28)

27

sistem limbik sehingga menghasilkan sensasi menyenangkan dan tidak menyenangkan yang dapat mempengaruhi motivasi belajar.36 Hal ini juga berkaitan dengan Cognitive Evaluation Theory (CET). CET adalah teori yang dikembangkan oleh SDT yang menjelaskan bahwa kognitif dapat mengatur dan mengintegrasikan bagaimana hukuman, hadiah, penghargaan dan evaluasi dapat mempengaruhi proses dari motivasi belajar terutama pada motivasi intrinsik, yang akan berdampak pada prestasi belajar.38

Kelima, emosi dan kecerdasan emosional. Emosi mencakup perasaan emosional yang diatur pada pusat sistem limbik terutama pada amygdala.39 Emosi dapat menyebabkan seseorang merasakan senang, sedih, cemburu, cinta, aman, takut dan semangat. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, menghadapi masalah dan mengendalikan suasana perasaan. Emosi dan kecerdasan emosional juga dapat mempengaruhi suasana perasaan dan pikiran individu dalam menjalani setiap ujian yang menjadi indikator prestasi belajar, maupun pada saat uji kepribadian berlangsung sehingga mempengaruhi hasil penelitian ini.40

Selain kepribadian ada hal-hal lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa seperti harapan, bakat, minat, intelektual dan lingkungan.41 Harapan merupakan sesuatu yang dicapai oleh individu dan tujuan dari perilaku di masa depan.

Harapan terhadap keberhasilan dapat meningkatkan dan menggerakkan seseorang ke arah pencapaian tujuan sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar individu.

Semakin tinggi harapan, maka individu semakin bersungguh-sungguh dalam mencapai harapan tersebut.42

Bakat mahasiswa juga memberi pengaruh pada pretasi belajar. Bakat didefenisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat juga diartikan sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang pelajar untuk belajar. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajari, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil dalam mencapai tujuan tersebut.

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu yang disebabkan ketergantungannya seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, dan kebutuhan. Minat berikatan erat dengan sikap dalam pembelajaran dimana fungsinya mendorong seseorang bersikap pada objek tertentu.

Salah satu faktor yang mempengaruhi minat adalah emosi. Kondisi emosi yang baik

(29)

28

dan positif pada seseorang berpengaruh pada cara kerja struktur otak manusia dan berdampak pada proses belajar serta hasil belajar yang akan menunjang keberhasilan dalam belajar dan mencapai tujuan-tujuannya.

Intelektual (kecerdasan) diartikan sebagai kemampuan psikofisik dalam menanggapi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar.41

Lingkungan sosial meliputi teman, guru, tenaga administrasi, keluarga dan masyarakat juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar seseorang. Hubungan yang harmonis antara semua unsur lingkungan sosial tersebut dapat menjadi pendukung bagi mahasiswa untuk bersungguh-sungguh dalam belajar di kampus.

Keluarga sangat mempengaruhi kegiatan belajar seseorang. Lingkungan fisik meliputi sekolah, sarana prasarana, tempat tinggal (rumah, asrama, kos). Faktor instrumental dalam lingkungan sosial yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan menjadi dua jenis. Pertama, hardware (perangkat keras) seperti, gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar. Kedua, software (perangkat lunak) seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan dan lain-lain. Kondisi ini akan mempengaruhi kenyamanan, konsentrasi serta kedisplinann mahasiswa dalam proses belajar dan hal ini juga berdampak pada prestasi belajar mahasiswa.41

(30)

29

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian mengenai korelasi kepribadian model lima faktor dengan motivasi belajar pada mahasiswa FK UHN Medan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Faktor opennes to experience, extraversion, agreeableness dan neuroticism mahasiswa FK UHN Medan paling banyak pada kategori sedang dan faktor conscientiousness paling banyak pada kategori tinggi.

2. Rata-rara IPK mahasiswa FK UHN Medan adalah 3,28 ± 0,17.

3. Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara faktor opennes to experience dengan prestasi belajar pada mahasiswa FK UHN Medan.

4. Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara faktor conscientiousness dengan prestasi belajar pada mahasiswa FK UHN Medan.

5. Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara faktor extraversion dengan prestasi belajar pada mahasiswa FK UHN Medan.

6. Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara faktor agreeableness dengan prestasi belajar pada mahasiswa FK UHN Medan.

7. Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara faktor neuroticism dengan prestasi belajar pada mahasiswa FK UHN Medan.

5.2. Saran

1. Untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar seperti harapan, keadaan jasmani, pancaindera, bakat, minat, intelektual dan lingkungan selain dari kepribadian.

(31)

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Mayangsari M. Motivasi berprestasi mahasiswa ditinjau dari penerimaan orangtua. J Ecopsy. 2013;1:21–7.

2. Mukti W, Suhartadi S, Yoto Y. Hubungan antara percaya diri dalam belajar dan motivasi belajar dengan prestasi belajar mahasiswa jurusan teknik mesin Fakultas Teknik Universitas Negri Malang. J Tek Mesin. 2017;(1):91–105.

3. Lapu E, Tjahyono A, Sidarta S. Hubungan motivasi masuk kedokteran dengan prestasi belajar mahasiswa angkatan 2008 FK UNDANA. Universitas Nusa Cendana;

2013.

4. Yuliyanti T. Kemampuan metakognitif, lingkungan dan motivasii belajar menigkatkan prestasi akademik mahasiswa Poltekkes Bhakti Mulia. Indones J Med Sci. 2015;2(1).

5. Yuliawan A. Hubungan antara motivasi belajar dan latar belakang pendidikan dengan prestasi belajar mahasiswa. PROFESI. 2016;14(September):15–24.

6. Riezky A, Sitompul A. Hubungan motivasi belajar dengan indeks prestasi kumulatif mahasiswa program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama. J Aceh Med. 2017;1(2):79–86.

7. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Ed.2. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;

2015. hal. 343.

8. Nevid JS. Psikologi konsepsi dan aplikasi. Ed.3. Bandung: Penerbit Nusa Media;

2017. hal. 931-936.

9. Friedman HS, Schustack MW. Kepribadian: Teori klasik dan riset modern. Ed.3.

Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008. hal. 305.

10. Hakimi S, Hejazi E, Lavasani MG. The relationships between personality traits and students academic achievment. Social and Behavioral Sciences. 2011;29:836-845.

11. Salchi Z, Khak AF, Alam S. Correlation between the five-factor model of personality- happiness and academic achievment of physical education students. Euro. J. Exp. Bio.

2013;3(6):422-426.

12. Tomsik R. Impact of big five personality traits on academic performance of university students. [Internet]. 2016. [dikutip 10 Oktober 2018]. Tersedia pada:

https://www.researchgate.net/profile/Robert_Tomsik2.pdf.

13. Geramian MS, Mashayekhi S, Ninggal TM. The relationship between personality traits of international students and academic achievment. Procedia-Social and Behavioral Science. 2012;46:4374-4379.

(32)

31

14. Lusiana M, Risma D, Lesmana DS. Hubungan tipe kepribadian dengan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau ANGKATAN 2006.

JIK. 2009;3(1):59-66.

15. Rospitasari FAN. Hubungan tipe kepribadian dengan prestasi belajar mahasiswa program studi DIII Kebidanan Universitas Sebelas Maret. 2016.Placentum;4(1):1-7.

16. Tarmidzi SD. Hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dengan prestasi akademik mahasiswa fakultas teknik Universitas Indonesia. [Internet]. 2012.

[dikutip 10 Oktober 2018]. Tersedia pada:

http://lib.ui.ac.id/detail?id=20311983&lokasi=lokal.

17. Purwanto N. Pengantar Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2014. hal.19.

18. Ihsan HF. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta Timur: CV. Rama Edukasitama; 2013.

19. Sukardjo M, Komarudin U. Landasan Pendidikan. jakarta: PT. RajaGrafindo Persada;

2009. hal.7.

20. Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi perkembangan. jogjakarta: AR-RUZZ Media;

2014.

21. Dimyati, Mudjiono. Belajar dan pembelajaran. jakarta: PT. Rineka Cipta; 2013.

22. Wahab R. Psikologi Belajar. jakarta: PT. RajaGrafindo Persada; 2016. hal.19-21.

23. Syah M. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; 2010. hal.151.

24. Koswara E. Teori-teori kepribadian. Bandung: PT Eresco; 2015. hal.10.

25. Puri BK, Laking PJ, Treasaden I. Buku ajar psikiatri. Ed.2. Jakarta: EGC; 2011.

hal.282.

26. Feist J, Feist GJ. Theories of personality. Ed.7. New York: McGraw-Hill; 2009.

hal.426.

27. Cervone D, Pervin LA. Kepribadian: teori dan penelitian. Ed.10. Jakarta: Salemba Humanika; 2012. hal.5.

28. Cervone D, Pervin LA. Kepribadian: teori dan penelitian. Ed 10. Jakarta: Salemba Humanika; 2012. Hal 5.

29. Nevid JS. Psikologi konsepsi dan aplikasi. Ed 3. Bandung: Penerbit Nusa Media;

2017. Hal 931-936.

30. Friedman HS, Schustack MW. Kepribadian: teori klasik dan riset modern. Ed 3.

Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008. Hal 305.

31. Feist J, Feist GJ. Theories of personality. Ed 7. New York: McGraw-Hill; 2009. Hal 426.

32. DeYoung CG. Cybernetic big five theory. Journal of Research in Personality

(33)

32

[Internet]. Juni 2015 [dikutip 24 Agustus 2018];56:33–58. Tersediapada:

http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0092656614000713.

33. Smillie LD, Wacker J, Heekeren HR. Dopaminergic foundations of personality and individual differences. Frontiers in Human Neuroscience [Internet]. 2014 [dikutip 24

Agustus 2018];8:1–3. Tersedia pada:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4214189/pdf/fnhum-08-00874.pdf.

34. Motivasi P, Saleh M. Pengaruh motivasi, faktor keluarga, lingkungan kampus dan aktif berorganisasi terhadap prestasi akademik. Vol. 4, Jurnal PHENOMENON.

2014.

35. Widger TA. The oxford handbook of the five factor model. Ed 1. New York: Oxford University Press; 2017. Hal 324-340.

36. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Ed 8. Terjemahan oleh: Bram UP.

Jakarta: EGC; 2015. Hal 168-170.

37. McLeod J. Pengantar konseling: teori dan studi kasus. Ed 3. Jakarta: Kencana; 2008.

Hal 5-18.

38. Ryan RM, Deci EL. Self-determination theory and the facilitation of intrinsic motivation, social development, and well-being self-determination theory. 1985

[dikutip 24 Agustus 2018]; Tersedia pada:

https://selfdeterminationtheory.org/SDT/documents/2000_RyanDeci_SDT.pdf.

39. Snell RS. Neuroanatomi klinik. Ed 5. Terjemahan oleh: Liliana Sugiarto. Jakarta:

EGC; 2006. Hal 341.

40. Uno H. Orientasi baru dalam psikologi pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara; 2010.

Hal 62-73.

41. Wahab R. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada; 2016. hal 19-21.

42. Danarjati D prasetia, Mutiadi A, Ekawati AR. Psikologi pendidikan. Yogyakarta:

Graha Ilmu; 2014. hal 28.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti bekerjasama dengan guru kolaborasi untuk merencanakan tindakan, antara lain: (1) menentukan Standar Kompetensi dan

Selain itu pada tahun 2008 terjadi krisis ekonomi global meskipun begitu baik Cina dan Indonesia sama – sama masih bisa bertahan dan pada tahun 2010 perekonomian kedua negara

Guru Agama Islam sebagai penanggung jawab mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu mengajar ilmu pengetahuan agama Islam, menanamkan keimanan ke dalam jiwa

Lulusan program sarjana (S1) pada rumpun bidang ilmu Informatika (Ilmu Komputer, Teknik Informatika, Teknologi Informasi, Sistem Informasi, Sistem/Teknik Komputer dan yang

Wawancara yang dilakukan untuk mengetahui rencana strategi pemerataan pembangunan infrastruktur dan pelayanan dasar dalam RPJMN 2015-2019 di Kawasan Perbatasan, serta wawancara

2. Kongres Pemuda Kedua adalah kongres pergerakan pemuda Indonesia yang melahirkan keputusan yang memuat ikrar untuk mewujudkan cita-cita berdirinya negara Indonesia, yang

Divertikular disease merupakan penyakit pada saluran pencernaan yang timbul karena adanya penonjolan berbentuk kantung dari dinding kolon dengan besar

Penglibatan Ustazah Khaironnisa dalam pendidikan bermula sejak di bangku sekolah apabiia beliau dan rakan-rakannya dipilih menjadi guru pelatih di Madrasah Al-Mashoor