• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN GURU PAI DALAM MEMBENTUK KARAKTER TOLERANSI SISWA TERHADAP PLURALITAS BERAGAMA DAN BUDAYA DI SMP KHARISMA BANGSA TANGERANG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN GURU PAI DALAM MEMBENTUK KARAKTER TOLERANSI SISWA TERHADAP PLURALITAS BERAGAMA DAN BUDAYA DI SMP KHARISMA BANGSA TANGERANG SELATAN"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

TANGERANG SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd)

Oleh:

Fitri Azzahra Sasty NIM. 11160110000019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

Membentuk Karakter Toleransi Siswa Terhadap Prulalitas Beragama dan Budaya di SMP Kharisma Bangsa Tangerang Selatan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi peran guru PAI dalam membentuk karakter toleransi siswa terhadap prulalitas beragama dan budaya di SMP Kharisma Bangsa Tangerang Selatan. Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah metode kualitatif deskriptif dan diamati secara langsung. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data menggunakan triangulasi sumber, triangulasi teknik dan waktu. Analisis data di lakukan dengan tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi kesimpulan.

Hasi Penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru PAI dalam membentuk karakter toleransi siswa memiliki peranan penting untuk membina, mengarahkan serta memberikan motivasi terkait toleransi antar umat beragama dan budaya kepada peserta didik. Agar peserta didik tidak menyimpang dan saling menghargai antar sesama pemeluk agama. Faktor pendukung dalam membentuk karakter toleransi siswa di SMP Kharisma Bangsa berupa lingkungan yang kondusif, dorongan kepala sekolah, tersedianya fasilitas yang memadai. Sedangkan faktor penghambat tidak terlalu terlihat, hanya saja ada beberapa seperti siswa belum bisa beradaptasi karena lingkungan yang berbeda dari biasanya.

(7)

ii

religious and cultural prelality in the Kharisma Bangsa Middle School in South Tangerang.

This study aims to determine the implementation of the role of Islamic Religious Education teachers in shaping the character of student tolerance towards religious and cultural prulality in SMP Kharisma Bangsa, South Tangerang. The research method used by researchers is descriptive qualitative method and observed directly. The data collection techniques used are interviews, observation and documentation. Checking the validity of the data uses triangulation techniques, time and source. Data analysis was performed in three stages, namely data reduction, data presentation, and verification of conclusions.

The results of this study indicate that the role of PAI teachers in shaping the character of student tolerance has an important role to foster, direct and provide motivation related to tolerance among religious and cultural communities to students. So that students do not deviate and respect each other among adherents of religion. Supporting factors in shaping the character of tolerance of students in theKharismaBangsa Middle School in the form of a conducive environment, the encouragement of school principals, the availability of adequate facilities. While the inhibiting factors are not very visible, it's just that there are some like students not being able to adapt because the environment is different from usual.

Keywords: The Role of Teachers in Islamic Religious Education, Tolerance, Religious and Cultural Prulality.

(8)

iii

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Guru PAI dalam Membentuk Karakter Toleransi Siswa Terhadap Prulalitas Beragama dan budaya di SMP Kharisma Bangsa Tangerang Selatan”. Shalawat serta salam, semoga tetap tercurahkan kepada junjungan baginda Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah membawa petunjuk kebenaran, untuk seluruh umat manusia, yang kita harapkan syafaatnya di akhirat kelak.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari adanya doa, bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, antara lain:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, M.A. selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Drs. Abdul Haris, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag selaku sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Siti Khadijah, MA, Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberi bimbingan, arahan dan semangat agar dapat menyelesaikan

(9)

iv

saya mendapatkan banyak ilmu mengenai pengajaran.

7. Sekolah Kharisma Bangsa School of Global Education yang telah mengizinkan saya untuk melaksanakan penelitian dan saya ucapkan terima kasih untuk para responden yang telah bersedia menyempatkan waktunya. 8. Kedua orangtua saya, Ayah Sutisra Arsy dan Mamah Isnawati. Terima

kasih karena tidak henti-hentinya memberikan do’a dan dukungannya baik moril maupun material, serta telah mengajarkan kemandirian, kerja keras, dan bersyukur terhadap segala sesuatu yang ada.

9. Fitra Annisa Sasty, M. Faqih Baqie Billah, Fathiya Azkiya Sasty. Kembaran dan adik-adik saya, terima kasih karena tidak henti-hentinya memberikan do’a dan dukungannya serta bantuannya. Dan yang telah menghibur dan menghilangkan kejenuhan selama pembuatan skripsi. 10. Kak Teguh Iswanto, S.Pd. Partner yang selalu mengingatkan untuk selalu

berdo’a, bersyukur, menemani, menyemangati dan menghibur selama proses pembuatan skripsi sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi dengan cepat dan tepat waktu.

11. Sahabat-sahabat tersayang saya dan teman seperjuangan di jurusan Pendidikan Agama Islam. Zakiyah, Andini, Bella, Ni’mah, Citra, Tuhfah Ummu, Fiki dan Hany, N. Fitri Ashari yang selalu mengingatkan untuk selalu berdo’a, bersyukur, berusaha, menemani, menyemangati dan menghibur selama proses pembuatan skripsi.

(10)

v

13. Teman-teman PAI 2016 khususnya PAI C yang senantiasa menyemangati saya dalam menyelesaikan skripsi.

14. Teman-teman seperjuangan HMI Distrik PAI dan teman-teman pengurus IRMADA Cipayung yang selalu mengerti dan memahami saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Demikian ucapan terima kasih yang dapat saya sampaikan dan iringan do’a selalu semoga amal yang kalian berikan akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis sadar, meskipun usaha telah maksimal tetapi sebagai manusia pastilah terdapat kekurangan. Oleh karena itu, dengan senang hati penulis menerima saran dan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini. Penulis sangat berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, dan juga bagi pengembangan pendidikan.

Tangerang Selatan, 14 Juni 2020 Penulis

Fitri Azzahra Sasty NIM. 11160110000019

(11)

vi

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi BAB I PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 6 C. Batasan Masalah ... 6 D. Perumusan Masalah ... 6 E. Tujuan Penelitian ... 7 F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORITIK ... 8

A.Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 8

1. Pengertian Peran Guru Pendidikan Agama Islam... 8

2. Syarat-syarat Guru ... 11

(12)

vii

3. Pendidikan Karakter ... 21

4. Tujuan Pendidikan Karakter ... 23

5. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa ... 24

C. Toleransi ... 27

1. Pengertian Toleransi ... 27

6. Tujuan Toleransi Beragama ... 30

7. Konsep Toleransi ... 31

8. Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Perspektif Islam ... 33

D.Pluralisme Beragama dan Budaya ... 35

1. Pengertian Pluralisme Beragama dan Budaya ... 35

2. Hubungan Pluralitas Agama dan Budaya di Indonesia ... 37

3. Dampak dan Solusi dalam Mengatasi Pluralitas Agama dan Budaya di Indonesia ... 38

E.Hasil Penelitian yang Relevan ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43

B. Metode Penelitian ... 43

C. Prosedur Pengumpulan Data ... 44

D. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 49

(13)

viii

2. Peran Guru PAI dalam Membentuk Karater Toleransi Siswa ... 61

3. Kondisi Pluralitas Beragama dan Budaya ... 69

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Toleransi Siswa ... 71

B.Pembahasan ... 72

1. Peran Guru dalam Membentuk Karakter Toleransi Siswa ... 72

2. Kondisi Pluralitas Beragama dan Budaya ... 75

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Toleransi Siswa ... 76

C.Keterbatasan Penelitian ... 78

BAB V PENUTUP ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(14)

ix

Table 2/3.1 Kisi-kisi Observasi ... 45

Table 3/3.2 Kisi-kisi Wawancara ... 47

Table 4/3.3 Kisi-kisi Dokumentasi ... 48

Table 5/4.1 Jumlah Siswa dan Rombel Tahun Pelajaran 2019/2020 ... 55

Table 6/4.2 Data Murid Non Muslim SMP Kharisma Bangsa ... 57

Table 7/4.3 Data Asal Negara Siswa SMP Kharisma Bangsa ... 57

Table 8/4.4 Jumlah PTK berdasarkan tingkat Kualifikasi Akademik ... 58

(15)

x

Gambar 4.2 One and One Meeting ... 65 Gambar 4.3 Class Activity ... 66

(16)

xi

Lampiran 2 Kisi-kisi………..117 Lampiran 3 Dokumentasi………..123 Lampiran 4 Uji Referensi………..125

(17)

1

Pembentukan karakter siswa tidak semata-mata menjadi tugas guru atau sekolah, melainkan juga menjadi tugas keluarga dan masyarakat. Hal ini dikarenakan siswa menghabiskan waktu dan beraktivitas tidak hanya disekolah, namun juga di rumah dan dimasyarakat. Namun, pada pendidikan formal di sekolah, guru merupakan orang yang memiliki peran sangat penting dalam pembentukan karakter siswa. Dalam pendidikan karakter, siswa tidak hanya belajar tentang teori dan praktek tetapi siswa diajak mencapai aspek kognitif “pengetahuan” dan juga menyetuh aspek “perilaku” dengan melibatkan seluruh aspek secara berkesinambungan.

Guru pendidikan agama Islam merupakan tenaga inti yang bertanggung jawab langsung dalam pembinaan watak, kepribadian, keimanan, dan ketakwaan siswa sekolah. Karena guru pendidikan agama Islam bersama kepala sekolah dan guru-guru lainnya mengupayakan seoptimal mungkin suasana sekolah yang mampu menumbuhkan iman dan taqwa (imtak) terhadap siswa siswi melalui beberapa program kegiatan yang dilakukan secara terprogram dan teratur.

Didalam undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional sebenarnya pendidikan karakter menempati posisi yang penting, hal ini dapat kita lihat dari tujuan pendidikan nasional yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis sera bertanggung jawab”.

(18)

Namun selama ini proses pembelajaran yang terjadi hanya menitik beratkan pada kemampuan kognitif anak sehingga ranah pendidikan karakter yang tercantum dalam tujuan pendidikan nasional tersebut hanya sedikit atau tidak tersentuh sama sekali. Hal ini terbukti bahwa standar kelulusan untuk tingkat sekolah dasar dan menengah masih memberikan prosentase yang lebih banyak terhadap hasil Ujian Nasional daripada hasil evaluasi serta menyeluruh terhadap semua mata pelajaran.1

Konsep pendidikan karakter sebenarnya telah ada sejak zaman Rasulullah SAW. Hal ini terbukti dari perintah Allah bahwa tugas pertama dan utama Rasulullah SAW adalah sebagai penyempurna akhlak bagi umatnya. Pembahasan subtansi makna dari karakter sama dengan konsep akhlak dalam islam, keduanya membahas tentang perbuatan prilaku manusia.2

Sedangkan arti karakter adalah nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata kehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang.3

Dari berbagai macam karakter yang disebutkan dalam sumber-sumber pendidikan karakter salah satunya adalah karakter toleransi yang harus dimiliki oleh setiap siswa dalam proses pendidikannya. Karakter toleransi menjadi salah satu karakter yang penting yang harus dimiliki oleh para siswa untuk menjaga nilai-nilai kebaikan seperti kedamaian, kerukunan antar sesama dan lain sebagainya.

Indonesia merupakan bangsa yang memiliki karakter unik yaitu terdiri dari macam-macam agama, ras, suku, dan bahasa yang terbagi dalam pulau-pulau. Feomena tersebut sering disebut dengan pluraritas atau multikultural. Kehidupan

1 Nur Ainiyah, Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam, Jurnal Al-Ulum,

Vol.12, 2013, h.27-28

2 Ibid., h.30 3 Ibid.,h.31

(19)

perkotaan yang individual, mengedepankan kompetisi sering kali melahirkan permasalahan sosial tersendiri seperti, kriminalitas, prostitusi, aborsi, kemiskinan, urbanisasi, pengangguran, dan permasalahan sosial lain. Hal tersebut ditambah dengan dinamika global yang masuk di Indonesia secara bebas dapat mempengaruhi secara langsung generasi penerus bangsa.4

Dalam rangka memperbaiki serta melangkah menuju Indonesia yang lebih baik, handaklah pertama-tama penanaman sikap toleransi yang harus dibangun melalui upaya pendidikan dilingkungan masyarakat terlebih dahulu. Karena hal tersebut dapat mempengaruhi pola hidup bangsa sehari-hari dalam pembangunan Indonesia. Selain itu, karena melihat keadaan Indonesia yang pluraritas atau multikultural maka perlu mengembangkan sikap toleransi dalam kehidupan bermasyarakat melalui pendidikan karakter toleransi.5

Seperti ditegaskan dalam (QS. Al-Kafirun 109:1-6) sebagai berikut:

يَآيٰ ْلُق

ََۙنْوُرِفٓكْلا اَه

١

ََۙنْوُدُبْعَ ت اَم ُدُبْعَا اَلَ

٢

ُدُبْعَا ااَم َنْوُدِبٓع ْمُتْ نَا اَلََو

ُۚ

٣

ٓاَل َو

ٓ اَنَا

ٓ دِباَع

ٓاَّم

ٓ ْمُّتْدَبَع

٤

ٓاَل َو

ْٓمُتْنَا

َٓن ْوُدِب ٰع

ٓااَم

ٓ ُدُبْعَا

-

٥

ْ مُكَل

ْ مُكُن يِد

َْيِل َو

ِْن يِد

‘’Katakanlah (Muhammad), “Wahai orang-orang kafir!, aku tidak akan

menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku

sembah, Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.”6

Ayat diatas menunjukkan bahwa Allah SWT, telah menunjukan kepada umatnya agar selalu dapat bertoleransi masalah agama, toleransi disini adalah dengan menganut agama masing-masing.

4 Muawanah, Pentingnya Pendidikan Untuk Tanamkan Sikap Toleran di Masyarakat, Jurnal

Vijjacariya, vol 5 No 1 thn 2018, h.58

5 Ibid., h.59

6 Departmen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Bandung: PT Sygma Examedia

(20)

Pembentukan karakter toleransi perlu dilakukan oleh guru PAI kepada siswa-siswi SMP untuk menjadi pijakan dalam membentuk generasi yang toleran. Tujuan pembentukan karakter toleransi pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak yang baik dan mempunyai karakter toleran yang melekat pada diri peserta didik.

Sudah menjadi kenyataan sejarah dalam implementasi pendidikan karakter di Indonesia, jauh sebelum pemerintahan berkeinginan melaksanakan pendidikan karakter bagi sekolah-sekolah di Indonesia sejak tahun 2010 yang lalu, sejumlah sekolah yang disebut sekolah unggul oleh masyarakat, telah lama melakukan implementasi pendidikan karakter sesuai visi dan misi sekolah yang bersangkutan.7

Banyak sekolah-sekolah unggul yang menerapkan pendidikan karakter tersebut umumnya sekolah swasta yang mandiri. Ada beberapa yang merupakan sekolah negeri. Mulai dari TK, SD, SMP. SMA dan juga SMK. Dalam kaitan ini Kementerian Pendidikan Nasional telah mengambil sejumlah sekolah unggul sebagai contoh pengalaman terbaik (best practice) bagaimana mengimplementasikan pendidikan karakter di sekolah.

Sekolah Kharisma Bangsa adalah salah satu bentuk kontribusi Yayasan Kharisma Bangsa dalam bidang pendidikan untuk Indonesia. Sekolah yang di dirikan tahun 2005 ini mencoba memberikan warna berbeda pada dunia pendidikan dengan beberapa konsep yang memaksimalkan semua potensi yang ada.

Sekolah Kharisma Bangsa ini memberikan perhatian yang sangat besar tentang pendidikan karakter. Karena memiliki tujuan untuk membangun generasi yang baru yang sangat kompeten di bidangnya dan memiliki moralitas yang tinggi. Sekolah Kharisma Bangsa ini juga mempunyai keunikan dengan perbedaan latar belakang dan lingkungan yang heterogen.

7 Muchlas Samani, Hariyanto, Pendidikan Karakter Konsep dan Model, (Bandung, PT

(21)

SMP Kharisma Bangsa ini adalah salah satu SMP yang menerapkan pendidikan karakter seperti karakter toleransi siswa. Implementasi pendidikan karakter di SMP Kharisma Bangsa ini berupa bentuk kegiatan keagamaan sebagai upaya menciptakan budaya religius, yang dilakukan dengan cara pembinaan, bimbingan dan ajakan (persuasif).

SMP Kharisma Bangsa ini juga mempunyai program dari department guidance (bimbingan), di setiap pelajaran ABP (Agama dan Budi Pekerti) satu minggu sekali yang diwakili oleh wali kelas setiap kelas untuk orang muslim dan tidak diwajibkan untuk yang Non Muslim. Di mana dalam pelajar ABP itu dibahas tentang topik-topik tentang pendidikan karakter toleransi siswa.

Dengan begitu maka sekolah Kharisma Bangsa harus menerapkan karakter toleransi dalam setiap diri siswa karena kondisi yang plural di lingkungan sekolah. Ada berbagai macam agama, suku, budaya, dan ras yang ada didalam sekolah Kharisma Bangsa. Karkater toleransi ini sudah sepatutnya dimiliki oleh setiap individu yang ada di sekolah baik murid, guru, orang tua, dan perangkat yang ada di lingkungan sekolah.

Oleh karena itu, pembentukan karakter sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan dan masih menjadikan angka-angka sebagai patokannya. Akibatnya banyak sekolah yang memberikan nilai instan hanya untuk memenuhi ambisi orang tua dan menjaga citra sekolahnya sebagai sekolah yang unggul dan berprestasi, tidak peduli anak-anaknya nanti kelimpungan dan tergusur mengejar materi yang tidak dikuasainya di sekolah lanjutan.8

Dari latar belakang inilah peneliti mengajukan judul skripsi “Peran Guru PAI dalam Membentuk Karakter Toleransi Siswa Terhadap Pluralitas Beragama dan Budaya di SMP Kharisma Bangsa Tangerang Selatan.”

8 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,

(22)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Masih adanya peserta didik yang berperilaku kurang sopan terhadap guru. 2. Heterogenitas yang ada pada siswa dalam aspek budaya, bahasa, agama, yang

memerlukan sikap toleransi.

3. Masih adanya peserta didik yang membatasi pergaulan terhadap budaya, agama, dan bahasa yang berbeda.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti hanya pada masalah yang ingin diungkap agar penelitian ini dapat terarah dan tercapai sesuai tujuan penelitian. Dengan fokus penelitian yaitu:

1. Peran guru PAI dalam membentuk karakter toleransi siswa di SMP Kharisma Bangsa.

2. Kondisi pluralitas beragama dan budaya di sekolah SMP Kharisma Bangsa. 3. Faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk karakter toleransi

siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Permasalahan tersebut adalah:

1. Bagaimana peran guru PAI dalam membentuk karakter toleransi siswa terhadap pluralitas beragama dan budaya di sekolah SMP Kharisma Bangsa? 2. Bagaimana kondisi pluralitas beragama dan budaya di sekolah SMP Kharisma

Bangsa?

3. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk karakter toleransi siswa?

(23)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran guru PAI dalam membentuk karakter toleransi siswa terhadap pluralitas beragama dan budaya di sekolah SMP Kharisma Bangsa. 2. Untuk mengetahui kondisi pluralitas beragama dan budaya di sekolah SMP

Kharisma Bangsa.

3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk karakter toleransi siswa.

F. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat yang baik bagi peneliti, yaitu:

1. Manfaat Teoritis: Melalui peneilitian ini, untuk mengembangkan ilmu/ kegunaan teoritis.

2. Manfaat Praktis: Melalui peneilitian ini, secara praktis akan bermanfaat bagi: a. Peneliti: Menambah pengetahuan dan informasi tentang pembentukan

karakter toleransi siswa terhadap prulalitas beragama dan budaya.

b. Guru: Diharapkan lebih memberikan pembinaan secara intensif untuk membentuk karakter siswa.

c. Siswa: Bisa selektif dalam memilih jalan hidup ke arah yang lebih baik. d. Peneliti lain: Hasil penelitian dalam rangka menggali tambahan informasi

tentang pembentukan karakter toleransi siswa terhadap prulalitas beragama dan budaya, sehingga dapat memperluas cakrawala berfikir sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan.

(24)

8 A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Peranan dalam kamus umum bahasa Indonesia mempuunyai arti tugas dan fungsi Sedangkan menurut David Bery peranan sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok yang menempati kedudukan sosial tertentu.9

Guru adalah sosok yang menjadi teladan, baik dari segi pengetahuan maupun kepribadian bagi peserta didiknya. Oleh karena itu, seorang guru harus berhati-hati dalam bertutur kata dan bertingkah laku. Tutur kata dan tingkah laku yang tidak tepat pada tempatnya akan berakibat buruk pada tumbuh kembang peserta didik. Karena mereka bisa saja meniru tutur kata dan tingkah laku guru tanpa memperhitungkan benar salahnya.10

Guru dikenal dengan al-mu’alim atau al-ustadz dalam bahasa Arab, yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Artinya, guru adalah seseorang yang memberikan ilmu. Pendapat klasik mengatakan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (hanya menekankan satu sisi tidak melihat sisi lain sebagai pendidik atau pelatih) namun, pada dinamika selanjutnya, definisi guru berkembang secara luas.11

9 Sumarno, Peranan guru Pendidikan Agama Islam dalam Membangun Karakter Peserta

Didik, Jurnal Al-Lubab, Vol 2, No 1, Mei 2016, h.123

10 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter Konsep & Implementasinya Secara Terpadu

Dilingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi & Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media,

2014) h.134

11 Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kerja, Kualifikasi & Kompetensi

(25)

Makna guru atau pendidik pada prinsipnya tidak hanya mereka yang mempunyai kualifikasi keguruan secara formal yang diperoleh dari bangku sekolah perguruan tinggi, melainkan yang terpenting adalah mereka yang mempunyai kompetensi keilmuan tertentu dan dapat menjadikan orang lain pandai dalam matra kognitif, afektif dan psikomotorik.

Matra kognitif menjadikan peserta didik cerdas intelektualnya, matra efektif menjadikan siswa mempunyai sikap dan perilaku yang sopan, dan mitra psikomotrik menjadikan siswa terampil dalam melaksanakan aktivitas secara efektif dan efisien, serta tepat guna.12

Peranan guru dianggap dominan menurut Dr Rusman, M.Pd. diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Guru sebagai demonstrator

Melalui perannya sebagai demonstrator, guru hendaknya menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dan mengembangkannya, karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa.

b. Guru sebagai pengelola kelas

Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager). Guru hendaknya mampu melakukan penanganan pada kelas, karena kelas merupakan lingkungan yang perlu diorganisasi.

c. Guru sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator, guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup untuk media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Begitu juga guru sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang kiranya

(26)

berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.

d. Guru sebagai evaluator

Guru sebagai evaluator yang baik, guru hendaknya melakukan penilaian untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai apa tidak, apakah materi yang diajarkan sudah dikuasai atau belum oleh siswa, dan apakah metode yang digunakan sudah cukup tepat.13

Guru merupakan pendidik professional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Di ruang lingkup sekolah, guru memiliki peran yang sangat penting bagi peserta didik, selain mampu dalam mengajarkan ilmu yang dikuasai, sosok guru memiliki beban moral yang tinggi, terutama dalam memberikan motivasi agar siswa semangat untuk belajar dan memberi contoh perilaku yang baik dalam pergaulan kehidupan sehari-hari.14

Guru disebut guru PAI karena tugas utamanya terletak pada kemampuan membelajarkan bagaimana agama Islam bisa dipahami dan dilaksanakan oleh peserta didik secara tepat dan proporsional.15

Guru Agama Islam sebagai penanggung jawab mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yaitu mengajar ilmu pengetahuan agama Islam, menanamkan keimanan ke dalam jiwa anak didik, mendidik anak agar taat menjalankan agama, dan mendidik anak agar berbudi pekerti yang mulia.

13 Askhabul Kirom, Peran guru dan Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran Berbasis

Multikultural, Jurnal Al-Murrabi, Vol 3, No 1, Desember 2017, h.73-74

14 Sarip Munawar Holil, Peran guru PAI dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional

(EQ) dan Kecerdasan Spritual (SQ) Siswa SMP Negeri 1 Ciwaru, Jurnal Ilmiah Educator, Vol 4, No 2,

Desember 2018, h.95

(27)

2. Syarat-syarat Guru

a. Menjadi guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan dan menyampaikannya pada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan professional, karena guru yang professional, mereka harus memiliki keterampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.16

b. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 Bab VI tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan memuat tentang persyaratan menjadi guru seperti dimuat pada Pasal 28, yaitu: 1) Guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agent pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional.

2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang guru yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

3) Kompetensi sebagai agent pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi; kompetensi pedagodik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, dan kompetensi social.

4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan.atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memilki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi guru setelah melewati ujian kelayakan dan kesetaraan.17

16 Siti Suwaibatul Aslamiyah, Profesionalisme Guru dalam Perspetik Isam, Jurnal

Akademika, Vol 10, No 2, Desember 2016, h.176

(28)

Persyaratan-persyaratan yang dibebankan kepada guru itu wajar dan bisa dipahami. Dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan, guru itu menjadi tulang punggung dan ujung tombaknya dan memiliki peran yang strategis dan signifikan. Karena strategis dan signifikan, tidak mungkin peran ini diberikan kepada orang yang tidak jelas asal-usul dan kualitasnya. Dengan persyaratan yang cukup ketat ini, peran strategis guru dalam pengembangan SDM diharapkan bisa tetap terjaga dan berkesinambungan.18

3. Fungsi dan Peran Guru Menumbuhkan Karakter

Dalam UU No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bab 1 pasal 1, dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Untuk menjabarkan rumusan tersebut di atas, berikut merupakan penjelasan mengenai kata-kata operasional, yakni guru sebagai pendidik, pembimbing dan pelatih.

a. Guru sebagai Pendidik

Guru sebagai pendidik harus mendidik muri-murid sesuia dengan materi pelajaran yang diberikan. Muchtar buchori dalam salah satu tulisannya memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan mendidik adalah proses kegiatan untuk mengembangkan tiga hal, yaitu pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup pada diri seseorang atau kelompok orang lain.19

18 Yosep Aspat Alamsyah, Expert Teacher (Membedah syarat-syarat untuk menjadi guru Ahli

atau Expert Teacher), Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol 3, No 1, Juni 2016. H.30

19 Muchtar Buchori, Spektrum Problematika Pendidikan Di Indonesia, (Yogyakarta: Tiara

(29)

b. Guru sebagai Pengajar

Di samping sebagai pendidik, tugas guru juga sebagai tenaga pengajar (pada jenjang pendidikan dasar dan menengah). Tugas utama guru sebagai pendidik adalah mengajar pada satuan pendidikan. Dalam pundak guru, harus terbangun sikap komitmen dan mental profesional guna meningkatkan mutu pembelajaran ditempat mereka bertugas. Sebagaimana telah disinggung di atas, penyelenggaraan kegiatan pendidikan hanya dapat dilakukan oleh tenaga pendidik yang memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar dan mempunyai wewenang mengajar.

Dengan demikian, guru sebagai pengajar mempunyai tanggung jawab untuk merancang dan mendesain pembelajaran. Menyusun silabus, membuat rencana pembelajaran, melakukan pengembangan bahan ajar, mencari dan membuat sumber dan media pembelajaran, serta memilih pendekatan dan strategi pembelajaran yang efektif dan efiesien.

c. Guru sebagai pelatih

Guru harus bertindak sebagai pelatih, karena pendidikan dan pengajaran memerlukan bantuan latihan keterampilan baik intelektual, sikap maupun motoric. Agardapat berpikir kritis berlaku sopan, dan menguasai keterampilan, peserta didik harus mengalami banyak latihan yang teratur dan konsisten. Tanpa latihan peserta didik tidak akan mungkin mahir dalamberbagai keterampilan, kematangan dan keahlian yang dibutuhkan.20

Peranan guru sebagai pendidik professional sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas. Sosok seorang guru itu harus siap sedia mengontrol peserta

(30)

didik, kapan dan dimana saja. James B Brow berpendapat peran guru itu, menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan, mempersiapkan pelajaran sehari-hari mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.21

Peran guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pendidikan karakter siswa harus menempatkan pengembangan kreatifitas siswa lebih dari penguasaan materi. Strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk pendidikan karakter siswa dapat dilakukan melalui kegiatan intrakulikuler dan ekstra kurikuler, kegiatan intrakurikuler merupakan kegiatan yang pelaksanaannya dilakukan didalam kelas yang jadwal dan durasi waktunya sudah terstruktur secara paten. Dan kegiatan ekstrakurikuler kurikulum PAI merupakan kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang diselenggarakan diluar jam pelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan pengetahuan pengetahuan, pengembangan bimbingan dan pembiasaan siswa agar memiliki kemampuan dasar penunjang.22

Kemudian dari pada itu guru juga bereran sebagai lapis kedua setelah keluarga dalam perannya mendidik anak, mempunyai peran yang sangat besar dalam tumbuh kembangnya seorang anak. Oleh karena itu guru harus sadar betul akan tugas dan perannya dalam mendidik anak didiknya. Dengan demikian, seorang guru itu dapat menjadikan anak didiknya sebagai generasi yang berkarakter. Mereka pun akan menjadi manusia-manusia yang berkualitas, unggul, dan berdaya tahan tinggi dalam menghadapi perubahan.

21 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2014)

h.15

22 Badrut Tamami, Peran Guru Pendidikan Agama Islam Terhadap Pendidikan Karakter

Siswa di SMA Sultan Agung Kasiyan-Puger-Jember Tahun Pelajaran 2016-2017, Jurnal Tarlim, Vol

(31)

B. Karakter

1. Pengertian Karakter

Karakter dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikakan dengan “tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain, dan watak. Orang berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak. Maka seperi itu menunjukkan bahwa karakter identik dengan kepribadian atau akhlak.23

Istilah karakter sendiri sesungguhnya menimbulkan ambiguitas. Karakter secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “karasso”, berarti “cetak biru”, “format dasar”, “sidik” seperti dalam sidik jari. Sedangkan menurut istilah, ada beberapa pengertian mengenai karakter itu sendiri.24

Karakter dihubungkan dan dipertukarkan dengan istilah, etika, akhlak, dan atau nilai dan berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi “positif” bukan netral. Oleh karena itu Pendidikan karakter secara lebih luas dapat diartikan sebagai pendidikan yang mengembangkan nilai budaya dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat, dan warga Negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif.25

Kata karakter juga sering diartikan sebagai watak. Ahli pendidikan Darmiyati Zuchdi dalam Adisusilo, memaknai watak (karakter) sebagai perangkat sifat-sifat yang dikagumi sebagai tanda-tanda kebajikan, dan kematangan moral seseorang. Untuk mewujudkan karakter tersebut tidaklah

23 Samrin, Pendidikan Karakter (Sebuah Pendekatan Nilai, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 9, 2016,

h. 122-123

24 Abdul Jalil, Karakter Pendidikan untuk Membentuk Pendidikan Karakter, Jurnal

Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 2, Oktober 2012, h.182

25 Nur Ainiyah, Pembentukan Karakter Melalui Pendidikan Agama Islam, Jurnal Al-Ulum,

(32)

mudah. Karakter yang berarti mengukir hingga terbentuk pola itu memerlukan proses yang panjang melalui pendidikan.26

2. Nilai-Nilai Karakter

Saat ini di semua jenjang pendidikan mulai diterapkan pendidikan karakter yang merupakan satu kesatuan program kurikulum satuan pendidikan sehingga secara dokumen diintegrasikan ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mulai dari visi, misi, tujuan, struktur dan muatan kurikulum, kalender pendidikan, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)27

Pelaksanaan pendidikan karakter sesuai dengan panduan pelaksanaan dapat dilakukan melalui tiga jalur yaitu (1) integrasi melalui mata pelajaran, (2) integrasi melalui muatan lokal dan (3) integrasi melalui pengembangan diri. Pendidikan karakter yang terintegrasi di dalam mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri adalah pengenalan nilai-nilai yang diperolehnya kesadaran akan pentingnya dan bagaiman penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik di dalam maupun di luar kelas.

Saat ini guru dituntut untuk membuat silabus dan rencana persiapan pembelajaran (RPP) yang berkarakter, artinya, memuat beberapa nilai pendidikan karakter dalam indikator dan kegiatan pembelajarannya. Hal yang perlu dicermati adalah bagaimana agar nilai-nilai yang dicantumkan tersebut benar-benar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diajarkan. Guru selaku eksekutor di lapangan harus mengetahui karena guru yang membuat sendiri RPP nya sehingga tahu persis apa yang dibuatnya.

26 Amirul Mukminin Al-Anwari, Strategi Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan di

Sekolah Adiwiyata Mandiri, Jurnal Ta’dib, Vol XIX, No 2, November 2014, h.231

27 Huriah Rachmah, Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter Bangsa yang Berdasarkan

(33)

Dalam pendidikan karakter yang penting bukan apa yang ditulis guru dalam RPP tapi apa yang dilakukan dan dicontohkan guru ke peserta didik. Untuk itu perlu diketahui bagaimana kita selaku pendidik memberikan pendidikan karakter kepada peserta didik sehingga fungsi dan tujuan Kaya Karsa dapat tercapai. Gagasan lama yang sampai saat ini masih relevan atau kembali relevan dengan kondisi saat ini yaitu gagasan.

Pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada diri seseorang agar dapat hidup sebagai individu dan masyarakat yang berguna di masa yang akan datang. Pendidikan adalah upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), pikiran dan tubuh anak yang tidak dapat dipisah-pisahkan sehingga dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak.

Menurut Hasan, nilai-nilai karakter yang terindentifikasi dari sumber-sumber pendidikan karekter sebagai berikut:

Table 1/2.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Karakter

No Nilai Deskripsi

1 Religius Sikap dan prilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran yang dianutnya, toleransi terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2 Jujur Perilaku yang berdasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tidakan, dan pekerjaan.

(34)

3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya

4 Disiplin Tindakan yang menunjukan

perilaku tertib dan patuh pada berbagai peraturan

5 Kerja Keras Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi hambatan belajar dan tugas serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya

6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

8 Demokratis Cara berpikir, bersikap, dan betindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu

(35)

yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.

10 Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan kelompoknya.

11 Cinta Tanah Air Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan pengahrgaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan, fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12 Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat serta mengakui dan menghormati keberhasilan orang lain

13 Bersahabat/Komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan

yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

(36)

Dari beberapa pendapat di atas, nilai-nilai karakter yang didapat adalah hasil dari refleksi terhadap perjalanan bangsa Indonesia dari waktu ke waktu. Untuk keberhasilan mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, sekolah perlu mengembangkan dan membudayakanya dengan melibatkan semua komponen yang ada, termasuk mengintegrasikan dalam setiap mata pelajaran.28

28 Nurul Hidayah, Penanaman Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di

Sekolah Dasar 194 Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol.2, 2015, h. 195-197

untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan kepada dirinya.

16 Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17 Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18 Tanggung Jawab Sikap dan tindakan seseorang untuk melaksnakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya) negara dan Tuhan Yang Maha Esa

(37)

3. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter menurut Thomas Liekona adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan sebagainya. Aristoteles berpendapat bahwa karakter itu erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku. Definisi pendidikan karakter selanjutnya dikemukakan oleh Elkind & Sweet.

“Character education is the deliberate effort to help people understand, care about, and act upon core ethical values. When we think about the kind of character we want for our children, it is clear that we want them to be able to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe to be right, even in the face of pressure from without and temptation from within”.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.29

Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindkan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesame manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujudnya insan kamil.30

29 Heri Gunawan,Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung : Alfabeta,

2012), h.23-24

30 Nurla Isna Aunillah, Panduan menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah, (Yogyakarta :

(38)

Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya pemahaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antarsesama dan lingkungannya. Nilai-nilai luhur tersebut antara lain: kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan sosial, kecerdasan berpikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berpikir logis.31

Dalam pengertian yang sederhana pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarnya. Pendidikan karakter telah menjadi sebuah pergerakan pendidikan yang mendukung pengembangan sosial, pengembangan emosional, dan pengembngan etik para siswa. Merupakan suatu upaya proaktif yang dilakukan baik oleh sekolah maupun pemerintah untuk membantu siswa mengembangkan inti pokok dari nilai etik dan nilai-nilai kinerja, seperti kepedulian, kejujuran, kerajinan, fairness, keuletan diri sendiri dan orang lain. Pendidikan karakter menurut Burke semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian yang fundamental dari pendidikan yang baik.32

Dengan demikian, sekolah menjadi tempat istimewa bagi penanaman nilai-nilai dan laboratorium bagi pelaksanaan nilai yang membantu mengembangkan individu menjadi pribadi yang semakin utuh, menghayati kebebasan, dan bertanggung jawab sebagai individu dan makhluk social. Untuk itu patut ditelaah kegiatan yang akan menjadi moment bagi siswa dalah sekolah yang dapat dijadikan locus educationis pendidikan karakter di dalam lembaga pendidikan.33

31 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga

Pendidikan, (Jakarta : Kencana, 2011), h. 17

32 Muchlas Samani, Hariyanto, Op.Cit, h.43

33 Prawidya Lestari dan Sukanti, Membangun Karakter Siswa Melalui Kegiatan

(39)

4. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.34

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan pancasila.35

Tujuan pendidikan nasional jelas telah meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam menopang pembangunan karakter dan jati diri bangsa. Namun penyelenggaraan pendidikan telah mengalami degradasi yang sangat mengkhawatirkan, di mana nilai-nilai kearifan lokal telah terbungkus oleh kuatnya arus pendidikan global, kecerdasan pribadi intelektual menjadi ukuran yang lebih dominan untuk keberhasilan dalam menempuh pendidikan, dan upaya penyeragaman kemampuan telah membelenggu tumbuh dan berkembangnya keragaman kemampuan sebagai cerminan beragamnya kekayaan budaya bangsa.36

34 Sofan Amri, Ahmad Jauhari, Tatik Elisah, Implementasi Pendidikan Karakter dalam

Pembelajaran, (Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya, 2011), h.31

35 Heri Gunawan, Op.Cit, h.30

36 Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan, Pilar & Implementasi, (Jakarta :

(40)

5. Implementasi Pendidikan Karakter Siswa

Implementasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien, sehingga akan memiliki nilai. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter merupakan kegiatan inti dari pendidikan karakter.37

Penerapan pendidikan di sekolah setidaknya dapat ditempuh melalui empat alternatif strategi secara terpadu. Pertama, mengintegrasikan konten pendidikan karakter yang telah dirumuskan kedalam seluruh mata pelajaran. Kedua, mengintegrasikan pendidikan karakter kedalam kegiatan sehari-hari di sekolah. Ketiga, mengintegrasikan pendidikan karakter kedalam kegiatan yang diprogamkan atau direncanakan. Keempat, membangun komunikasi kerjasama antar sekolah dengan orang tua peserta didik.

a. Mengintegrasikan keseluruhan mata pelajaran yaitu pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa diintegrasikan kedalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam silabus dan RPP, mengintegrasikan ke dalam kegiatan sehari-hari.

b. Menerapkan keteladanan yaitu pembiasaan keteladanan adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari yang tidak diprogramkan karena dilakukan tanpa mengenal batasan ruang dan waktu. Keteladanan ini merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga pendidikan dan peserta didik dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi peserta didik lain. Misalnya nilai disiplin, kebersihan dan kerapian, kasih sayang, kesopanan, perhatian, jujur dan kerja keras. Kegiatan ini meliputi berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin

(41)

membaca, memuji kebaikan dan keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.

c. Pembiasaan rutin yaitu pembinaan rutin merupakan salah satu kegiatan pendidikan karakter yang terintegrasi dengan kegiatan sehari-hari di sekolah, seperti upacara bendera, senam, doa bersama, ketertiban, pemeliharaan kebersihan (jum’at bersih). Pembiasaan-pembiasaan ini akan efektif membentuk karakter peserta didik secara berkelanjutan dengan pembiasaan yang sudah biasa mereka lakukan secara rutin tersebut.

Implementasi Pendidikan Karakter dibagi menjadi dua, yaitu:38 a. Pendidikan Karakter dalam Keluarga

Jika sosialisasi dan pendidikan sangat penting dalam pendidikan karakter, maka sejak kapan sebaiknya hal itu dilakukan? Menurut Thomas Lickona yang dikutip Megawangi, pendidikan karakter perlu dilakukan sejak usia dini. Erik Erikson – yang terkenal dengan teori Psychososial Development – juga menyatakan hal yang sama. Erikson menyebutkan bahwa anak adalah gambaran awal manusia menjadi manusia, yaitu masa di saat kebajikan berkembang secara perlahan tapi pasti.

Jika dasar-dasar kebajikan gagal ditanamkan pada anak di usia dini, dia akan menjadi orang dewasa yang tidak memiliki nilai-nilai kebajikan. Selanjutnya, Hurlock menyatakan bahwa usia dua tahun pertama dalam kehidupan adalah masa kritis bagi pembentukan pola penyesuaian personal dan sosial. Oleh karena itu, bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangannya.

(42)

Apabila keluarga gagal untuk mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan kemampuan-kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagi institusi-institusi lain untuk memperbaiki kegagalan itu. Aspek penting dalam pembentukan karakter anak dalam keluarga adalah terpenuhinya tiga kebutuhan dasar anak, yaitu: maternal bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik dan mental. Maternal bonding (kelekatan psikologis dengan ibunya) merupakan dasar penting dalam pembentukan karakter anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan dasar kepercayaan kepada orang lain (trust) pada anak.

b. Pendidikan Karakter di Sekolah

Proses pendidikan karakter di sekolah dilakukan secara terpadu. Proses tersebut didasarkan bahwa sejauh ini muncul keyakinan bahwa anak akan tumbuh dengan baik jika dilibatkan secara alamiah dalam proses belajar. Istilah terpadu dalam pembelajaran berarti pembelajaran menekankan pengalaman belajar dalam konteks yang bermakna. Pengajaran terpadu dapat didefinisikan: suatu konsep dalam pendekatan belajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu, peserta didik akan memahami konsep yang dipelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahaminya melalui kesempatan mempelajari apa yang berhubungan dengan tema atau peristiwa autentik (alami).

Ciri pendidikan terpadu adalah: 1) berpusat pada peserta didik; 2) memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik; 3) pemisahan bidang studi tidak begitu jelas; 4) menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran; 5) bersifat

(43)

luwes, dan 6) hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik. Integrasi pembelajaran dapat dilakukan dalam substansi materi, pendekatan, metode, dan model evaluasi yang dikembangkan.

Tidak semua substansi materi pelajaran cocok untuk semua karakter yang akan dikembangkan, perlu dilakukan seleksi materi dan sinkronisasi dengan karakter yang akan dikembangkan. Pada prinsipnya semua mata pelajaran dapat digunakan sebagai alat untuk mengembangkan semua karakter peserta didik, namun agar tidak terjadi tumpang-tindih dan terabaikannya salah satu karakter yang akan dikembangkan, perlu dilakukan pemetaan berdasarkan kedekatan materi dengan karakter yang akan dikembangkan.

C. Toleransi

1. Pengertian Toleransi

Toleransi yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh ini dipahami sebagai sikap tenggang. Istilah tasamuh dalam bahasa Arab berarti tasahul, saling memudahkan. Kata dasar tasamuh adalah samh-samuha berarti jad, baik, indah. Dari kata ini terbentuk kata al-jud, pemurah, dermawan. Dari derivasi ini bisa dirangkai pemaknaan bahwa sikap pemurah atau dermawan, yang dengan itu orang bisa berbuat saling memudahkan.39

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia toleransi berarti bersifat atau bersikap menghargai, membiarkan, membolehkan, pendirian (pendapat, pandangan kepercayaan) yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri.40

39 Ahmad Izzan, Menumbuhkan Nilai Toleransi dalam Keragaman Beragama,

http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/Kalam Volume 11, No 1, Juni 2017. h.169

(44)

Pengertian tentang tasamuh atau toleransi dalam kehidupan beragama yang ditawarkan oleh Islam begitu sederhana dan rasional, Islam mewajibkan para pemeluknya membentuk batas yang tegas dalam hal akidah, dan kepercayaan, sambil tetap melindungi prinsip penghargaan terhadap keberadaan para pemeluk agama lain dan melindungi hak-hak mereka sebagai pribadi dan anggota masyarakat.41

Agama Islam adalah agama yang sangat menjunjung tinggi keadilan. Keadilan bagi siapa saja, yaitu menempatkan sesuatu sesuai tempatnya dan memberikan hak sesuai dengan haknya. Begitu juga toleransi dalam beragama. Agama Islam melarang keras berbuat zalim terhadap agama selain Islam dengan cara merampas hak-hak agama lain. Allah SWT, berfirman dalam Q.S al-Mumtahanah/60: 8-9 sebagai berikut:

َلَ

ْو َبََت ْنَا ْمُكِرَيِٰد ْنِٰم ْمُكْوُجِرُْيُ َْلََو ِنْيِٰدلا ِفِ ْمُكْوُلِتاَقُ ي َْلَ َنْيِذَّلا ِنَع ُٰٓللّا ُمُكىٓهْ نَ ي

ْمُه

َْيِْطِسْقُمْلا بُِيُ َٰٓللّا َّنِا

ْمِهْيَلِا ااْوُطِسْقُ تَو

ْۗ

٨

ِنَع ُٰٓللّا ُمُكىٓهْ نَ ي اََّنَِّا

اْوُرَهاَظَو ْمُكِرَيِٰد ْنِٰم ْمُكْوُجَرْخَاَو ِنْيِٰدلا ِفِ ْمُكْوُلَ تاَق َنْيِذَّلا

َنْوُمِلٰٓظلا ُمُه َكِٕى

ٓلوُاَف ْمَُّلََّوَ تَّ ي ْنَمَو ُْۚمُهْوَّلَوَ ت ْنَا ْمُكِجاَرْخِا ىآلَع

ٰۤ

-

٩

‘’Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. (8) Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan

(45)

mereka sebagai kawan, mereka itulah orang-orang yang zalim. (9)’’42

Toleransi berasal dari bahasa latin tolerantia, berarti kelonggaran. Kelembutan hati, keringanan dan kesabaran. Secara umum istilah toleransi mengacu pada sikap terbuka, lapang dada, suka rela dan kelembutan. Toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan dalam diri manusia yang berhubungan dengan akidah atau keutuhan yang diyakininya.43

Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusia adalah makhluk sosial dan akan menciptakan adanya kerukunan hidup. Adapun cara memelihara toleransi, antara lain:

a. Ciptakan kenyamanan

b. Kenalilah toleransi ketika anak terbuka terhadapnya c. Menolak sikap intoleransi yang dilakukan anak

d. Dukung anak ketika mereka korban dari sikap intoleransi

e. Bantu perkembangan seluruh pengalaman yang sehat dan identitas kelompok

f. Tampilkan barang-barang pajangan yang mengandung unsur perbedaan budaya dirumah

g. Beri kesempatan pada anak-anak untuk berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda dengan mereka

42 Departmen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Bandung: PT Sygma Examedia

Arkanleema), h.549.

43 Casram, Membangun Sikap Toleran Beragama dalam Masyarakat Plural. Jurnal Ilmiah

(46)

h. Dorong anak-anak untuk mendatangi sumber-sumber yang ada dilingkungan

i. Jujurlah terhadap perbedaan dan j. Berikan contoh pada orang lain.44

Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas menganut agama tertentu dan esok hari kita menganut agama yang lain atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualistas semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat.

Akan tetapi, toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.45

2. Tujuan Toleransi Beragama

Jurhanuddin dalam Amirulloh Syarbini menjelaskan bahwa tujuan kerukunan umat beragama adalah sebagai berikut: Pertama, meningkatkan keimanan dan ketakwaan masing-masing agama. Masing-masing agama dengan adanya kenyataan agama lain, akan semakin mendorong untuk menghayati dan sekaligus memperdalam ajaran-ajaran agamanya serta semakin berusaha untuk mengamalkan ajaran agama-agamanya.

Kedua, mewujudkan stabilitas nasional yang mantap. Dengan adanya toleransi umat beragama secara praktis ketegangan-ketegangan yang ditimbulkan akibat perbedaan paham yang berpangkal pada keyakinan keagamaan dapat dihindari. Apabila kehidupan beragama rukun, dan saling menghormati, maka stabilitas nasional akan terjaga.

44 Op.Cit., h.62-63

45 Muhammad Yasir, Makna Tolereansi dalam Al-Qur’an. Jurnal Ushuluddin Vol. XXII No.

(47)

Ketiga. Menjunjung dan menyukseskan pembangunan. Usaha pembangunan akan sukses apabila di dukung dan ditopang oleh segenap lapisan masyarakat. Sedangkan jika umat beragama selalu bertikai dan saling menodai, tentu tidak dapat mengarahkan kegiatan untuk mendukung serta membantu pembangunan, bahkan dapat berakibat sebaliknya.

Keempat, memelihara dan mempererat rasa persaudaraan. Rasa kebersamaan dan keadilan, perdamaian dam kerja sama yang saling menguntungkan serta menghindri semua keburukan.46

Dengan menerapkan sikap toleransi bertujuan untuk mewujudkan sebuah persatuan diantara sesama manusia dan warga Negara Indonesia khususnya, tanpa mempermasalahkan latar belakang agamanya. Seluruh agama yang di muka bumi ini mengajarkan tentang kebaikan, tidak ada yang mengajarkan untuk berbuat kerusakan atau kejahatan.47

3. Konsep Toleransi

Dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan kata toleransi secara luas adalah samanah atau tasamuh, artinya sikap lapang dada atau terbuka dalam menghadapi perbedaan yang bersumber dari kepribadian yang mulia. Dengan demikian, maka kata tasamuh memiliki keutamaan, karna melambangkan sikap pada kemuliaan diri dan keikhlasan.

Oleh karena itu, toleransi dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap

46 Ibid., h.216-217

47 Herman; Mohamad Rijal, Pembinaan Toleransi Antar Umat Beragama Perspektif

Pendidikan Agama Islam Bagi Remaja Kota Kendari, Jurnal Hasil Penelitian, Volume 13, No 2,

(48)

kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleeh mayoritas dalam suatu masyarakat.48

Toleransi juga dapat dikatakan istilah pada konteks agama dan sosial budaya yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap golongan-golongan yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas pada suatu masyarakat.49

Konsep tasamuh atau toleransi dalam kehidupn keberagamaan pada dasarnya merupakan salah satu landasan sikap dan perilaku penerimaan terhadap ketetapan Tuhan. Toleransi beragama disini tidak lantas dimaknai sebagai adanya kebebasan. Toleransi dalam kehidupan beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan akan adanya agama-agama lain selain agama yang dianutnya dengan segala bentuk sistem, serta memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing, tanpa harus bertabrakan dalam kehidupan sosial karena adanya perbedaan keyakinan tersebut.50

Dalam hubungan sosial, Islam mengenalkan konsep Ukhuwah dan jamaah. Ukhuwwah adalah persaudaraan yang berintikan kebersamaan dan kesatuan antar umat sesama. Kebersamaan dikalangan Muslim dikenal dengan istilah ukhuwah islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan aqidah. Nabi menggambarkan eratnya hubungan muslim dengan muslim sebagaimana anggota tubuh dengan anggota tubuh lainnya, jika salah satu anggota tubuh terluka, maka anggota tubuh lainnya merasakan sakitnya. Perumpaman tersebut mengisyaratkan hubungan yang erat antar sesama muslim. Karena itu persengketaan antar muslim berarti mencederai wasiat Rasul.51

48 Eko Digdoyo, Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, dan Tanggung Jawab Sosial

Media, Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, 2018. h. 46

49Ibid., h.47

50 Adeng Muchtar Ghazali, Toleransi Beragama dalam Perspektif Islam. Jurnal Agama dan

Lintas Budaya Vol 1, No 1, September 2016, h. 29

51Toto Suryana, Konsep dan Aktualisasi Kerukunan Antar Umat Beagama, Jurnal Pendidikan

(49)

4. Toleransi Antar Umat Beragama Dalam Perspektif Islam

Toleransi beragama mempunyai arti sikap lapang dada seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah mereka menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini tanpa ada yang menganggu atau memaksakan baik dari orang lain maupun dari keluarganya sendiri.52

Islam mengajarkan bahwa adanya perbedaan diantara manusia, baik dari sisi etnis maupun perbedayaan keyakinan dalam beragama merupakan fitrah dan sunnatullah atau sudah menjadi ketetapan Tuhan, tujuan utamanya adalah supaya diantara mereka saling mengenal dan berinteraksi. Barangkali adanya beragama perbedaan merupakan kenyataan sosial, sesuatu yang niscaya dan tak dapat dipungkiri.53

Dalam Islam toleransi dijelaskan dalam Al-Qur’an dapat dengan mudah mendukung etika perbedaan dan toleransi. Al-qur’an tidak hanya mengharapkan, tetapi juga menerima kenyataan perbedaan dan keragaman dalam masyarakat.

Hal ini sesuai firman Allah SWT dalam surat al-Hujurat ayat 13.

َآيٰ

َّنِا ُۚ اْوُ فَراَعَ تِل َلِٕى

ٰۤاَبَ قَّو ابًْوُعُش ْمُكٓنْلَعَجَو ىٓثْ نُاَّو ٍرَكَذ ْنِٰم ْمُكٓنْقَلَخ َّنَِّا ُساَّنلا اَه ي

ْمُكَمَرْكَا

ٌمْيِلَع َٰٓللّا َّنِاْۗ ْمُكىٓقْ تَا ِٰٓللّا َدْنِع

ٌْيِْبَخ

-١٣

‘’Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah

52 Op.Cit., h.227 53 Op.Cit., h.29

(50)

orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.’’54

Ayat tersebut menunjukkan adanya ketatanan manusia yang essensial dengan mengabaikan perbedaan-perbedaan yang memisahkan antara golongan yang satu dengan golongan yang lain, manusia merupakan tiap keluarga besar.55

Al-Qur’an menjelaskan bahwa bagaimanapun keadaannya, kita tidak boleh meninggalkan toleransi. Terlepas dari kekejaman yang dilakukan orang yang tidak beriman, kita jangan bertindak selain dengan keadilan dan tidak membalas dendam dengan cara yang sama kejamnya. Jika kalian melakukannya, maka kalian adalah sesat, kata lain untuk sebutan keislaman kalian menjadi tidak berarti.56

Penggunaan sikap toleransi akan memunculkan adanya kedamaian dan kerukunan beragama. Keadaan damai diartikan sebagai tidak adanya perang atau kerusuhan, padahal saat ini memang tidak terjadi konflik secara langsung namun yang terjadi dapat berbagai permasalahan secara internal dan laten pada keadaan yang masing-masing berusaha menjaga dan menahan diri sehingga sikap toleransi perlu tetap dijaga melalui karakteristik kepribadian yang dapat memahami kemajemukan secara optimis-optimis serta memiliki kematangan agama.57

54 Departmen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah, (Bandung: PT Sygma Examedia

Arkanleema), h.515

55 Bustanul Arifin,Implikasi Prinsip Tasamuh (Toleransi) Dalam Interaksi Antar Umat

Beragama. Jurnal Fikri,Vol 1 No 2, Desember 2016. h. 398

56 Abu Bakar, Konsep Toleransi dan Kebebasan Beragama, Jurnal Toleransi : Media

Komunikasi Umat Beragama, Vol 7 No 2, Juli-Desember 2015, h. 130

57 U. Abdullah Mukmin, Pendidikan Toleransi Perspektif Pendidikan Agama Islam (Telaah

Gambar

Gambar 4.2 One and One Meeting ............................................................................
Gambar 4.1 Grup Discussion
Gambar 4.2 One and One Meeting
Gambar 4.3 Class Activity

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak hanya berperan sebagai orang yang mentransferkan ilmu pengetahuan dan