• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Kepala Sekolah Dan Guru Pai Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Di Sman 12 Kota Tangerang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Upaya Kepala Sekolah Dan Guru Pai Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik Di Sman 12 Kota Tangerang Selatan"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan Islam

Oleh

KOMARIYAH 109011000261

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAHJAKARTA

(2)

dalam menyelesaikan tugas akhir penulis.

Ku persembahkan jerih payahku ini untuk orang-orang yang sangat aku cintai

untuk kedua orangtua, adik-adik ku serta sahabat-sahabat yang selalu memberiku

motivasi, dukungan, nasehat-nasehat sehingga aku dapat menyelesaikan tugas

akhir ku ini.

(3)
(4)
(5)
(6)

i

Kata kunci : Upaya Sekolah Dalam Mengembangkan Karakter Anak Didik

Karakter bangsa merupakan sebuah keniscayaan untuk segera dilaksanakan. Ia menjadi pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karakter bangsa ibarant kemudi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Walaupun begitu penting, ternyata keajegan perhatian terhadap pembangunan karakter bangsa belum terjaga dengan baik, sehingga hasilnya belum optimal.

Padahal karakter bangsa merupakan amanat pendiri Negara dan telah dimulai sejak awal kemerdekaan. Dalam sebuah pidatonya pendiri Negara pernah berpesan bahwa tugas bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaannya adalah mengutamakan pelaksanaan nation and character building.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kepala sekolah dan guru pendidikan agama islam yang melakukan pengembangan karakter telah berhasil terbentuk pada diri siswa atau siswi SMAN 12 Kota Tangerang Selatan.

(7)

ii

Keywords: School Efforts In Developing Character in Students The character of a nation is a necessity to begin immediately. The character of the nation ibarant steering in national life. Although it is so important, it turns constancy of attention to the development of national character has not been properly maintained, so the results are not optimal.

Though the character of a nation is the mandate of the founders of the State and has started since the beginning of independence. In a speech Founding Fathers never told that the task of filling in the independence of Indonesia is prioritizing the implementation of nation and character building.

This study aims to determine whether principals and teachers of Islamic religious education is to develop the character has been formed on the student or students of SMAN 12 South Tangerang City.

To obtain these results the author uses descriptive qualitative method of data collection was conducted interviews and observation / direct observation. The author conducted a direct observation at SMAN 12 South Tangerang City.

(8)

iii

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam kami curahkan kepada

Nabi Muhammad SAW, sebagai utusannya yang telah membawa manusia dari jalan

yang sesat hingga menuju jalan yang lurus.

Tujuan penulisan skripsi ini dibuat sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Program Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif HidyatullahJakarta. Sebagai bahan penulisan diambil

berdasarkan hasil penelitian (eksperimen), observasi dan beberapa sumber literatur

yang mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan

dorongan dari semua pihak, maka penulisan skripsi ini tidak akan lancer. Oleh karena

itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Nurlena Rifa’i,MA. Ph.D

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag

3. Ucapan terima kasih kepada sekertariat Jurusan Ibu Marhamah Saleh, Lc. M.A

4. Abdul Ghofur M.A yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk

membimbing skripsi ini sampai selesai.

5. Seluruh dosen – dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

6. Bapak H.M. Syamsudin, H.S, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 12 Kota

Tangerang Selatan.

7. Siswa dan Siswi khususnya kelas XII IPA dan IPS SMA Negeri 12 Kota

Tangerang Selatan.

8. Orang tua tercinta Salawi dan Nursiyah dan adik-adikku yang telah memberikan

(9)

iv

Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk disebut satu persatu sehingga

terwujudnya penulisan ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh

sekali dari sempurna, untuk itu penulis mohon kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi

para pembaca yang berminat pada umumnya.

Jakarta, 02 Mei 2014

(10)

v

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK ... i

ABSTRAC ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. KARAKTER ... 8

1. Pengertian Karakter ... 9

2. Karakter yang Dikembangkan Kemendiknas ... 11

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 19

(11)

vi

b. Peran Kepala Sekolah ... 25

2. Pengertian Guru ... 29

C. PESERTA DIDIK ... 29

1. Pengertian Peserta Didik ... 29

2. Pandangan Tentang Peserta Didik ... 30

3. Hal-hal yang Perlu Dikenal dari Peserta Didik ... 31

4. Karakter yang Harus Dimiliki Peserta Didik ... 32

5. Etika Murid ... 33

6. Disiplin Pesera Didik ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Metodologi Penelitian ... 37

C.Teknik Pengumpulan Data ... 38

D.Sumber Data ... 43

E. Keabsahan Data ... 44

F. Metode Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Sekolah ... 46

1. Sejarah Sekolah ... 46

2. Visi dan Misi Sekolah ... 47

B. Deskripsi Data ... 47

C. Pembahasan ... 49

1. Karakter yang Dibentuk Kepala Sekolah dan Guru PAI Kepada Peserta Didik ... 49

a. Kedisiplinan Siswa ... 49

(12)

vii

d) Absensi Siswa ... 51

b. Nilai Keagamaan ... 50

a) Pengajian Jumat ... 52

b) Istigosah ... 52

c) Sholat Berjamaah ... 53

d) Sholat Duhha ... 53

e) Kegiatan Eskul Rohis ... 53

f) Salam, Sopan, Santun, Sapa, Senyum ... 54

c. Kejujuran ... 54

d. Kreativitas ... 55

e. Peduli Lingkungan ... 56

2. Larangan yang Berlaku Disekolah ... 56

a. Kehadiran siswa ... 57

b. Pakaian ... 58

c. Kepribadian ... 59

d. Ketertiban ... 60

e. Merokok ... 62

f. Bacaan Porno ... 62

g. Tawuran ... 63

h. Ancaman Dengan Kekerasan ... 64

i. Perjudian/ Miras/ Narkoba ... 64

j. Senjata Tajam ... 65

(13)

viii

DAFTAR PUSTAKA ... 69

SURAT KETERANGAN IZIN PENELITIAN

(14)

ix

(15)

x

1. Tabel 3.1 Instrumen wawancara Siswa ... 39

2. Tabel 3.2 Instrumen wawancara kepala sekolah dan guru ... 40

3. Tabel 4.7 Kehadiran ... 57

4. Tabel 4.8 Pakaian ... 58

5. Tabel 4.9 Kepribadian ... 59

6. Tabel 4.10 Ketertiban ... 61

7. Tabel 4.11 Merokok ... 62

8. Tabel 4.12 Bacaan Porno... 63

9. Tabel 4.13 Tawuran ... 63

10.Tabel 4.14 Ancaman dengan Kekerasan ... 64

11.Tabel 4.15 Perjudian/Minuman Keras/Narkoba ... 65

(16)

xi

1. Lampiran 1: Instrumen wawancara siswa ... 71

2. Lampiran 2: Instrumen wawancara guru ... 73

3. Lampiran 3: Hasil Wawancara Wakil Bidang Kesiswaan ... 75

4. Lampiran 4: Hasil Wawancara Wakil bidang Kurikulum ... 80

5. Lampiran 5: Hasil Wawancara Siswa XII IPA 1 ... 84

6. Lampiran 6: Hasil Wawancara Siswa XII IPS 1 ... 86

7. Lampiran 7: Hasil Wawancara siswa XII IPS 2 ... 88

8. Lampiran 8: Hasil Wawancara Siswa XII IPS 2 ... 91

9. Lampiran 9: Catatan Lapangan 1 ... 93

10.Lampiran 10: Catatan Lapangan 2 ... 94

11.Lampiran 11: Catatan Lapangan 3 ... 97

12.Lampiran 12: Catatan Lapangan 4 ... 98

13.Lampiran 13: Catatan Lampiran 5 ... 100

14.Lampiran 14: Catatan Lapangan 6 ... 101

15.Lampiran 15: Catatan Lapangan 7 ... 102

16.Lampiran 16: Catatan Lapangan 8 ... 103

17.Lampiran 17: Catatan Lapangan 9 ... 104

18.Lampiran 18: Catatan Lampiran 10 ... 106

19.Lampiran 19: Catatan Lapangan 11 ... 107

20.Lampiran 20: Catatan Lapangan 12 ... 108

21.Lampiran 21: Catatan Lapangan 13 ... 109

22.Lampiran 22: Hasil Wawancara Guru PAI ... 110

23.Lampiran 24: Struktur Organisasi Sekolah ... 113

24.Lampiran 23: Daftar Siswa Yang Mengikuti Kegiatan ROHIS ... 120

(17)

1

Karakter bangsa sebuah keniscayaan untuk segera dilaksanakan. Ia menjadi

pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karakter bangsa ibarat

kemudi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Walaupun begitu penting,

ternyata keajegan perhatian terhadap pembangunan karakter bangsa belum terjaga

dengan baik, sehingga hasilnya belum optimal.

Karakter bangsa merupakan salah satu amanat pendiri Negara dan telah

dimulai sejak awal kemerdekaan. Dalam sebuah pidatonya, pendiri Negara pernah

berpesan bahwa tugas bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaannya adalah

mengutamakan pelaksanaan nation and character building. Bahkan beliau telah

wanti-wanti “ jika pembangunan karakter bangsa tidak berhasil, maka bangsa

Indonesia akan menjadi bangsa kuli”.1

Terkait dengan penyalah gunaan narkotika, Badan Narkotika Nasional pada

tahun 2009 mencatat adanya 3,6 juta pengguna narkoba di Indonesia, dan 41%

diantara mereka pertama kali mencoba narkoba di usia 16-18 tahun, yakni usia

remaja SMP dan SMA, Persoalan yang cukup meresahkan juga antara lain

maraknya tawuran antar pelajar, dan lebih memprihatinkan lagi ketika korupsi

sudah menjadi budaya. Data tentang korupsi pejabat, misalnya, dari hasil riset

yang di lakukan Transparency International Corruption Perceptions Indeks 2009 masih menempatkan Indonesia pada peringkat yang sangat memperihatinkan.

Melihat penomena seperti ini, wajar jika pemerintah menjadikan pendidikan

karakter sebagai program unggulan. Ini artinya pemerintah serius menangani

persoalan bangsa. Tidak ingin bangsa ini menjadi bangsa kuli. Tidak ingin bangsa

ini terpuruk nilai-nilai moral yang berakibat rusaknya sendi-sendi tatanan bangsa.2

Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu mencapai

perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan melalui

1

NajibSulhan, Pengembangan Karater dan Budaya Bangsa, (Surabaya: PT. JePe Media Utama, 2011) hal. 2

2Ibid.,

(18)

akademis, religious maupun moral. Hal ini erat kaitanya dengan Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal ini menjadi penting

untuk diperhatikan bahwa pembentukan karakter siswa jauh lebih penting dari

pada menyehatkan badannya, mengisi otaknya dan membuatnya menjadi manusia

yang cakap.3

Jika sejak masa kanak-kanaknya, anak tumbuh berkembang dengan berpijak

pada landasan iman kepada Allah dan terdidik untuk selalu takut, ingat, bersandar,

meminta pertolongan dan respon secara instingtif di dalam menerima setiap

keutamaan dan kemuliaan, di samping terbiasa melakukan akhlak mulia. Sebab,

benteng pertahanan religious yang berakar pada hati sanubarinya, kebiasaan

mengingat Allah yang telah di hayati dalam dirinya dan introspeksi diri yang telah

menguasai seluruh pikiran dan perasaannya, telah memisahkan anak dari

sifat-sifat negative, kebiasaan-kebiasaan dosa dan tradisi-tardisi jahiliyah yang rusak.

Bahkan penerimaannya setiap pada kebaikan akan menjadi salah satu

kebiasaannya dan kesenangannya terhadap keutamaan, dan kemuliaan akan

menjadi sifat yang menonjol.

Hal ini telah dibuktikan oleh berhasilnya eksperimen secara praktis yang di

lakukan oleh kebnyakan orang tua beragama bersama anak-anaknya, dan

kebanyakan pendidik bersama murid-muridnya. eksperimen ini telah di kenal di

dalam perjalanan hidup kaum salaf, seperti telah di uraikan dalam sikap

Muhammad bin Siwar terhadap Putra saudara dari wanitanya At-Tusturi, ketika ia

mendidik dengan landasan iman dan memperbaiki diri dari tabiatnya. Kita telah

mengetahui bahwa diri At-Tusturi menjadi baik karena pamannya telah mendidik

atas dasar selalu ingat dan takut kepada Allah, yaitu memerintahkannya untuk

3

(19)

menyaksikanku”.

Jika pendidikan anak jauh dari akidah Islam, terlepas dari arahan religious

dan tidak berhubungan dengan Allah, maka tidak di ragukan lagi bahwa anak akan

tumbuh dewasa diatas dasar kefasikan, penyimpangan, kesesatan dan kekafiran.

Bahkan ia akan mengikuti hawa nafsu dan bergerak dengan motoh nafsu negatif

dan bisikan-bisikan setan sesuai dengan tabiat, fisik, keinginan dan tuntutannya

yang rendah.4 Tugas kita sebagai pendidik adalah meluruskan kekeliruan itu

dengan menerapkan pendidikan karakter di lembaga sekolah, agar anak tumbuh

menjadi manusia yang berguna bagi Nusa, Bangsa dan Agama serta orang tua

mereka.

Sekolah sebagai institusi pendidikan yang merupakan wadah tempat peroses

pendidikan dilakukan, memiliki system yang kompleks dan dinamis. Dalam

kegiatan sekolah bukan hanya sekedar tempat berkumpul guru dan murid, tetapi

sekolah berada dalam satu tatanan system yang rumit dan saling berkaitan. Oleh

karena itu sekolah di pandang sebagai suatu organisasi yang membutuhkan

pengelolaan. Kegiatan sekolah ini adalah mengelola sumber daya manusia yang di

harapkan menghasilkan lulusan yang berkualitas tinggi dengan tuntunan

kebutuhan masyarakat bangsa perlu di kelola,di atur, di catat dan di berdayakan

agar dapak menghailkan prodek atau hasil secara optimal.5

Begitu besar peran seorang guru dalam menghadapi satu perubahan.

Masyarakat bahkan Negara sangat menaruh harapan terhadap guru. Guru tidak

lagi sebagai pengajar di kelas untuk mencerdaskan anak didik dengan muatan

materi akademik. Di pundak guru ada tanggung jawab untuk mengubah kondisi

masyarakat yang carut marut. Guru kini berperan sebagai agen perubahan.

Dengan demikian seorang guru di tuntut memiliki jiwa hijrah. Guru harus selalu

melakukan perubahan-perubahan. Tentunya perubahan kearah positif.6

4Abdullah Nashih ‘Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam

(20)

memaknai fungsi dan tujuan pendidikan. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan dalam bab II, pasal 3: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak yang mulia, sehat, berilmu, cakep, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.7

Guru dalam hal ini tidak hanya mentrasfer ilmu kepada anak didik. Guru

menyiapkan anak-anak untuk persiapan kedepan. Persiapan menghadapi

tantangan dan perubahan yang terus menerus. Fungsi dan tujuan pendidikan yang

di amanatkan lewat Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional cukup berat,

tetapi itu sangat mulia. Hanya orang-orang yang memiliki jiwa yang tulus dan

bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi pendidikan yang mampu

menghasilakan generasi yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Guru yang menyadari tentang tanggung jawabnya sebagai agen perubahan

tidak akan berhenti untuk berbenah diri. Guru yang menjadi agen perubahan

menyadari bahwa hakikatnya yang abadi adalah adalah perubahan. Jika tidak mau

menyadari tentang perubahan maka akan di gilas dengan perubahan. Amanat

undang-undang ini sangat jelas bahwa kemampuan anak, watak anak di bangun

lewat pendidikan. Begitu juga peradaban bangsa yang bermartabat, semua itu juga

di bangun lewat pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Itulah

fungsi yang di jalankan oleh pendidikan. Jika itu semua tidak bisa di laksanakan,

maka fungsi pendidikan gagal.

Begitu juga tujuan yang di harapkan di dalam pendidikan. Potensi peserta

didik di kembangkan agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa, beakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.8

7

Ibid., h. 199

8Ibid.,

(21)

pengetahuan yang mendalam tentang potensi dirinya serta mampu mewujudkan

potensi itu dalam sikap dean tingkah lakunya. Adapun ciri yang dapat di cermati

pada seseorang yang mampu memanfaatkan potensi dirinya adalah terpupuknya

sikap terpuji, seperti penuh reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis,

kreatif-inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar,

berhati-hati, rela berkorban, berani, dapat di percaya, jujur, menepati janji, adil,

rendah hati, malu berbuat salah, dll.9

Berdasarkan latar belakang masalah ini penulis mengangkat permasalahan ini dalam penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Kepala Sekolah dan Guru PAI Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik di SMA Negeri 12 Kota Tangsel

B. Identifikasi Masalah

1. Masih banyak siswa yang tidak jujur kepada orangtuanya

2. Masih banyak siswa yang tidak di siplin di sekolah

3. Pendidikan anak jauh dari akidah Islam

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, untuk menghindari kekeliruan dan

ketidaklarasan antara pembahasan dengan pokok masalah, maka dari judul ini

penulis membatasi masalahnya sebagai berikut:

1. Upaya- upaya yang di lakukan kepala sekolah dn guru pai dalam

membangun karakter peserta didik adalah kedisiplinan para murid dari

mulai masuk kelingkungan sekolah, cara berpakaian, menjaga kebersihan

lingkungan sekolah, tanggung jawab, membiasakan salam saat bertemu

guru, senyum, menyapa dan menegur.

2. Karakter yang di maksud disini adalah karakter yang di kembangkan

Kemendiknas. Adapun karakter yang termasuk di dalamnya yaitu: religius,

9

(22)

bersahabat, komunikatif dll.

3. Peserta didik yang di maksud disini adalah seluruh peserta didik SMAN 12

kelas XII.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses yang di capai dalam membentuk karakter peserta

didik di SMA Negeri 12 Tangsel?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam menanamkan karakter

pada peserta didik?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan identifikasi dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan

penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui upaya kepala sekolahdan guru PAI dalam

membentuk karakter peserta didik di SMAN 12 Kota Tangerang

Selatan.

b. Untuk menegethui faktor pendukung dan penghambat dalam

membentuk karakter peserta didik di SMAN 12 Kota Tangerang

Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah:

a. Sekolah

Dapat digunakan sebagai acuan atau masukan untuk meningkatkan

upaya-upaya yang harus dilakukan dalam pengembangan karakter

pada siswa di SMA Negeri 12 Tangsel khususnya dan bagi

(23)

Menambah pengetahuan penulis tentang uapaya sekolah dalam

menjalankan dan mengembangkan karakteristik peserta didik.

c. Masyarakat

Menambah pengetahuan masyarakat agar supaya dapat

menanamkan karakter sedini mungkin dan agar dapat terus

(24)

8

Karakter memberikan gambaran tentang suatu bangsa, sebagai penanda,

penciri sekaligus pembeda suatu bangsa dengan bangsa lainnya. Karakter

meberikan arahan tentang bagaimana bangsa itu menapaki dan melewati suatu

jaman dan mengantarkannya pada suatu drajat tertentu. Bangsa yang besar adalah

bangsa yang memiliki karakter yang mampu membangun sebuah peradaban besar

yang kemudian mempengaruhi perkembangan dunia. Demikian yang pernah

terjadi dalam sebuah perjanan sejarah.1

Nabi Muhammad SAW sebagai manusia sempurna yang pernah hidup dimuka

bumi telah memberikan contoh keteladanan bagaimana membangun sebuah

karakter bangsa yang mempengaruhi dunia. Sehingga Michael H. Hart penulis

buku 100 tokor berpengaruh di dunia menempatkan nabi Muhammad sebagai

manusia paling berpengaruh sepanjang sejarah kemanusiaan, karena mampu

mengubah sebuah sebuah wajah karakter masyarakat dari realitas masyarakat

yang sangat tidak beradab, suka menyembah patung suatu produk manusia yang

disembahnya sendiri, suka berjudi, suka membunuh anak perempuannya karena

dianggap melemahkan citra diri keluarga besar, member penghargaan atas wanita

dengan cara yang sangat murah dan keji, memperjual belikan manusia dengan

system perbudakan dengan menjadi peradaban dan bermoral. Semua realitas itu

kemudian diubah dengan cara yang sangat indah dan cerdas melalui keteladanan

dan dibangun karakter masyarakatnya, kemudian mampu mempengaruhi karakter

bangsanya sehingga dapat diakui dalam persatuan sebuah kawasan bahkan hingga

mampu mengubah sejarah perjalanan dunia.2

Peran sekolah sangat penting dalam usaha pembentukan karakter. Dalam

konteks tersebut, pendidikan karakter adalah usaha sekolah yang dilakukan

1Muwafik Shaleh, Membangun Karakter dengan Hati Nurani (Pendidikan Karakter Untuk Generasi Bangsa), (Jakarta: Erlangga, 2012). h. 2

(25)

bersama dengan guru, pemimpin sekolah dan seluruh warga sekolah, meliputi

semua kegiatan sekolah untuk membentuk akhlak, watak atau kepribadian peserta

didik melalui berbagai kebaikan yang terdapat dalam ajaran agama. Bagi yang

beragama islam, mereka senantiasa menjadikan al-Quran dan Sunnah sebagai

landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.3

1. Pengertian Karakter

Karakter menurut kamus besar indonesia di artikan sebagai sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang

lain. Karakter juga bisa di artikan tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang

selalu di lakukan atau kebiasaan. Karakter juga di artikan watak, yaitu sifat

batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku atau

kepribadian.4

Karakter adalah atribut atau cirri-ciri yang membentuk dan membedakan

cirri pribadi, cirri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu klompok

atau bangsa. Sementara itu The Free Dictionary dalam situs Onlinenya yang

dapat di unduh secara bebas mendefinisikan karakter sebagai suatu kombinasi

kualitas atau cirri-ciri yang membedakan seseorang atau kelompok atau suatu

benda dengan yang lain. Karakter juga didefinisikan sebagai suatu deskripsi

dan atribut, cirri-ciri atau kemampuan seseorang.5

Rumusan dari kementrian pendidikan nasional, khususnya direktorat

pendidikan tinggi menjelaskan bahwa secara umum arti karakter adalah

karakter mendemonstrasikan etika atau sistem nilai personal yang ideal (bai

dan penting) untuk eksistensi diri dan berhubungan dengan orang lain.

Pengertian secara khusus karakter adalah nilai-nilai yang khas baik (tahu nilai

kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik

terhadap lingkungan) yang terpatri dalam diri dan terwujud dalam prilaku.6

3Annas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (pendidikan berbasis agama dan budaya), (Bandung: Pustaka Setia, 2013), h. 45

4Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya: JePe Press Media Utama, 2011), h. 201 5Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 42

(26)

Karakter adalah menejmen untuk membangun prilaku yang mulia, bukan

bersifat normatif dan basa-basi. Karakter adalah pengawalan untuk

membangun kebiasaan agar tau nilai-nilai kebenaran, dan terbiasa untuk selalu

mengamalkan kebenaran yang diyakini.7

Kemendiknas (2010) menjelaskan bahwa karakter adalah “watak, tabiat,

akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi

barbagai kebijakan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara

pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebijakan terdiri atas sejumlah

nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain”. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.8

Pengertian karakter menurut pusat bahasa Depdiknas bawaan, hati, jiwa,

kepribadian, budi pekerti, prilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan

watak. Lain halnya dengan pendapat Tadzkiroatun Musfiroh, menurutnya “karakter mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), prilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Maka katakter itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai atau memfokuskan pada aplikasi nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau

tingkahlaku, sihingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan berprilaku

jelek di katakana sebagai orang yang memiliki karakter jelek. Sebaliknya

orang yang berprilaku sesuai dengan kaidah moral dinamakan berkarakter mulia”.9

Seorang filsuf Yunani kuno bernama Aristoteles mendefinisikan karakter

yang baik sehingga melakukan dengan tindakan-tindakan yang benar

sehubung dengan diri seseorang dan orang lain. Aristoteles mengingatkan

kepada kita tentang cnderung apa yang kita lupakan dimasa sekarang ini. .

kehidupan yang berbudi luhur termasuk kebaikan yang berorientasi pada diri

(27)

sendiri (seperti control diri dan moderasi) sebagaimana halnya dengan

kebaikan yang berorientasi pada hal lainya (seperti kemurahan hati dan belas

kasihan), dan kedua jenis kebaikan ini berhubungan.10

Karakter bangsa sebuah keniscayaan untuk segera di laksanakan. Ia

menjadi pilar penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Walaupun

begitu penting, ternyata keajegan perhatian terhadap pembangunan karakter

bangsa belum terjaga dengan baik, sehingga hasilnya belum optimal.

Karakter bangsa merupakan salah satu amanat pendiri Negara dan telah di

mulai sejak awal kemerdekaan. Dalam sebuah pidatonya, pendiri Negara

pernah berpesan bahwa tugas bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan

adalah mengutamakan pelaksanaan nation and character building. Bahkan beliau telah wanti-wanti, ”jika pembangunan karakter bangsa tidak berhasil, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli.”11

2. Karakter yang di Kembangkan Kemendiknas (2010)

Jems Fowler (Santrock, 1999a: 235) menyatakan bahwa setiap tahap

perkembangan manusia akan menentukan karaktristik terhadap perkembangan

keagamaan seseorang. Menurut James Fowler (dalam dacey&lenon, 1998) ada

enam tahap perkembangan keagamaan yaitu: (1) intuitive-projective faith

(iman intuitif-proyektif), (2) mythical-literal faith (3) poetic-conventional

faith, (4)individuating-reflective faith, (5) paradoxical-consolidation faith, (6)

universalizing faith. Dengan mengetahui tahap perkembangannya, akan

diketahui bagaimana memberikan langkah strategi pendidikan keagamaan

secara tepat terhadap individu. Selain itu motif-motif keagamaan seringkali

dijadikan dasar penentu sikap, pemikiran maupun prilaku seseorang.12

Kemendiknas 2010 menyatakan bahwa nilai-nilai yang di kembangkan

dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa di identifikasikan dari

sumber-sumber berikut:

10Thomas Lickona, Educating For Character (Mendidik Untuk Membentu Karakter), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), h. 81

11 Najib Sulhan, Pengembangan Karakter dan Budaya Bangsa Sinergi Sekolah dan Rumah,(Surabaya:JePe Press Media Utama) h. 1-2

(28)

a. Agama

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama. Oleh

karena itu, kehidupan individu masyarakat dan bangsa selalu di dasari

pada ajaran agama dan kepercayaan.

b. Pancasila

Negara kesatuan Republik indonesi ditegakan atas prinsip-prinsip

kehidupan bangsa dan kenegaraan yang di sebut pancasila. Artinya

nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi nilai-nilai yang

mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya

dan seni.

Pancasila yang dimaksud yang dimaksud disini adalah pancasila

yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 1945 yang berbunyi:

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

3) Persatuan Indonesia

4) Kerakyatan yang di pimpin oleh hikmah kebijaksanaan dan

permusyawaratan/ perwakilan

5) Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia

Pacasila adalah falsafah yang identic dengan pandangan hidup

bangsa Indonesia juga sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.

Sebagai falsafah Bangsa Idonesia Pancasila merupakan sumber

kehidupan bernegara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa

Indonesia berisikan ajaran yang mengandung nilai-nilai luhur yang

terkristalisasi dalam sila-silanya.13

c. Budaya

Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup

bermasyarakat yang tidak di dasari oleh nilai-nilai budaya yang di akui

oleh masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu di jadikan dasar dalam

pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi

antar anggota masyarakat itu.

(29)

d. Tujuan pendidikan Nasional

Sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga Negara

Indonesia, di kembangkan oleh berbagai suatu pendidikan di berbagai

jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai

kemanusiaan yang harus dimiliki warga Negara.14

Berdasarkan keempat sumber nilai diatas, teridentifikasi sejumlah nilai

untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut:15

1) Religius

Sikap dan perilaku yang patut dalam melaksanakan ajaran

agama yang di anutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah lain,

dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

Keterlibatan dan kepekaan social dapat menjadi sarana untuk

mengembangkan sikap religiusitas. Melihat keprihatinan dan

penderitaan hadup manusia, ajaran agama manapun akan mengajak

dan mendesak penganutmya untuk bertindak baik. Kegiatan social

kemanusiaan menjadi tempat untuk mewujudkan religiusitas anak

secara bersama dari berbagai macam agama dan kepercayaan yang

ada. Kepekaan dan keterlibatan untuk membantu orang yang

menderita merupakan panggilan bersama umat beragama.

Perwujudan dari ajaran agama akan menjadi nayat dalam

tindakan yang juga menyatukan semua orang dalam keprihatinan

yang sama. Perbuatan baik semacam ini merupakan amal baik

sesama yang juga menjadi ajaran dan tuntutan semua agama untuk

dilaksanakan oleh para pemeluk dan penganutnya.16

(30)

2) Jujur

prilaku yang di dasarkan pada upaya yang menjadikan dirinya

sebagai seorang yang selalu dapat di percaya dalam perkataan,

tindakan dan pekerjaan.17

Banyaknya persoalan yang terjadi dinegara kita saat ini antara

lain disebabkan oleh semakin menipisnya kejujuran. Bahkan, dapat

dikatakan bahwa kejujuran termasuk salah satu sendi utama yang

bias menopang tegaknya sendi-sendi kehidupan. Sebagai contoh,

pejabat yang tidak jujur membuat ia berbuat korupsi, pelajar yang

tidak jujur menyebabkan ia mencontek.18

Mengingat kejujuran merupakan salah satu sikap yang penting

dimiliki oleh semua lapisan masyarakat, maka perlu bagi sekolah

untuk menanamkan sikap ini kepada para peserta didik agar mereka

memahami pentingnya bersikap jujur sejak dini.19

Dalam membentuk karakter jujur pada peserta didik tidak dapat

dilakukan dengan cara yang instan. Sebab di lakukan proses yang

panjang dan konsisten agar bisa menanamkan sikap jujur sehingga

karakter tersebut mampu benar-benar menjadi karakter setiap

peserta didik.

3) Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,

etnis, pendapat, sikap dan tindakan orang lain yang berbeda dari

dirinya.

4) Disiplin

Tindakan yang menunjukan prilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.20 Tidak sedikit guru yang merasa

kewalahan dalam menghadapi peserta didik yang sulit diatur,

(31)

cenderung membantah saat dinasehati, dan sering kali melakukan

pelanggaran. Menghadapi keadaan semacam ini, maka tidak

heran jika ada diantara guru yang menggunakan jalan kekerasan

untuk menanamkan sikap disiplin pada peserta didiknya.

Menipisnya bahkan menghilangnya sikap disiplin pada peserta

didik merupakan masalah serius yang dihadapi oleh dunia

pendidikan. Dengan tiadanya sikap disiplin tentu saja proses

pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal, sehingga keadaan

itu akan menghambat tercapainya cita-cita pendidikan.

Akibat lain yang akan timbul oleh peserta didik yang karakter

disiplinya kurang terbangun dengan baik adalah terpuruknya

kebiasaan dan kecendrungan untuk berani melakukan berbagai

pelanggaran, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Hal ini tentu

saja dapat mendatangkan masalah tersendiri bagi peserta didik yang

bersangkutan.21

5) Kerja keras

Perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan

tugas dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif

Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau

hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.22 Sebagai mana yang

tertera dalam UU RI No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, pada hakikatnya pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan sekaligus membentuk watak

dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, serta bertujuan mengembangkan tujuan potensi

peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada

Tuhan Ynag Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

(32)

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan

bertanggung jawab. Jika dilihat atau di cermati dari undang-undang

tersebut, tampak jelas bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah

membentuk manusia agar memiliki karakter kreatif.

Apabila pendidikan bertujuan membentuk karakter kreatif,

tentunya setiap peserta didik dengan segala potensinya dapat dilatih

untuk menggagas ide-ide kreatif berdasarkan pengalaman

hidupnya.23

7) Mandiri

Sikap dan prilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas. Memiliki peserta didik yang

mandiri merupakan hal yang di dambakan para guru, sebab, dengan

sikap itu, proses yang dijalani oleh peserta didik akan menjadi lancar

sehingga guru juga dapat menikmati tugas mengajarnya. Peserta

didik yang mandiri bisa melayani kebutuhannya sendiri sekaligus

beranggug jawab terhadap dirinya sendiri.

Untuk mengetahui kemandirian siswa dapat dilihat melalui

kegiatan akskul. Bukan Karena faktor kegiatan itu tidak diawasi dan

dinilai oleh guru secara cermat, tetapi lebih kepada factor keberanian

siswa mengambil pilihan kegiatan, kemampuan mengorganisasi

waktu pribadi, pengenalan kemampuan diri, dan kemauan untuk

setia pada pilihan. Proses ini akan membawa iswa pada penggalian

potensi kemandirian berdasarkan sikap pribadi secara optimal.24

8) Demokratis

Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak

dan kewajiban dirinya dan orang lain. Kasus keributan yang sering

terjadi di lembaga DPR dan DPRD berkaitan dengan pembukaan

sidang maupun pembahasan terhadap suatu aturan atau

perundang-undangan yang terjadi pada akhir-akhir ini, yang bisa di lihat secara

(33)

kasat mata dan transparan melalui media masa, baik TV, radio,

maupun koran menjadi sebuah contoh yang menarik dan cocok

untuk di perkenalkan kepada siswa akan makna sebuah demokrasi

dan tidak mudahnya mewujudkan nilai demokrasi yang

sesungguhnya. Siswa dibuka pikiran dan kesadarannya bahwa

perbedaan yang mendasar antar demokrasi dalam teori ilmiah

dengan demokrasi dalam realita kehidupan sehari-hari. Dari berbagai

kasus penyimpangan dan contoh yang tidak benar tersebut, dapat

menjadi wahana yang tepat untuk membimbing anak mengenal

demokrasi yang sesungguhnya.25

Melalui pembahasan kasus-kasus yang muncul anak juga di latih

untuk mengkritisi kenyataan yang ada dan diajak untuk menentukan

sikap dalam kehidu[pan mereka. Melalui diskusi-diskusi semacam

ini, anak juga dipersiapkan agar tidak terprosok pada kesalahan yang

sama, yang dilakukan para pendahulunya. Demokrasi tidak hanya

sekedar suara yang banyak atau suara yang keras, namun demokrasi

menuju pada kebenaran yang dapat di pertanggung jawabkan untuk

mencapai kebaikan dan kesejahteraan bersama.

9) Rasa ingin tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih

mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan di

dengar.

10) Semangat kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan wawasan yang menempatkan

kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan

kelompoknya.

11)Cinta tanah air

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan,

kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,

lingkungan fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

(34)

12)Mengahgai prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan

mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13)Bersahabat/komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul

dan bekerjasama dengan orang lain.

14)Cinta damai

Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain

merasa senang dan nyaman atas kehadiran dirinya.

15)Gemar membaca

Kebiasaan myendikan waktu untuk membanca berbagai bacaan

yang memberikan kebijakan bagi dirinya.26

16)Peduli

Sikap peduli pada orang lain merupakan sikap yang sangat di

butuhkan oleh bangsa Indonesia, terutama saat bangsa ini

mengalami musibah dan bencana. Namun untuk membangun rasa

kepedulian, kita tidak perlu menunggu bencana terjadi. Sebab,

setiap saat selalu ada banyak hal yang meminta kepedulian kita.

Kepedulian merupakan sikap yang tidak bisa tumbuh dengan

sendirinya, sebab, diperlukan latihan, pengenalan, dan penanaman

yang intens, sehingga nilai-nilai kepedulian tersebut akan tumbuh

dan berakar kuat pada diri seseorang..

Mengingat sedemikian pentingnya rasa kepedulian tersebut,

maka sudah seharusnya gur maupun orang tua menanamkan

nilai-nilai kepedulian pada peserta didik sejak ia masih dini.27

17)Tanggung jawab

Sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,

(35)

masyarakat, lingkungan (alam, social dan budaya), Negara dan

Tuhan Yang Maha Esa.28

Rasa tanggung jawab merupakan pelajaran yang tidak hanya

perlu diperkenalkan dan diajarkan, namun juga perlu ditanamkan

kepada peserta didik, baik pada masa prasekolah maupun sekolah.

Peserta didik yang terlatih atau dalam dirinya sudah tertanam

nilai-nilai tanggung jawab, kelak ia akan tumbuh menjadi pribadi yang

bersungguh-sungguh dalam menjalankan berbagai aktifitasnya.

Kesungguhan dan tanggung jawab inilah yang akhirnya dapat

mengantarkannya dalam mencapai keberhasilan seperti yang

diinginkan.

Khusus di sekolah nilai tanggung jawab merupakan hal yang

perlu ditanamkan oleh guru, gurulah yang bertugas mengarahkan

peserta didik menjadi pribadi yang bertanggung jawab.29

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Adapun tujuan pendidikan karakter/budi pekerti sejalan dengan

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 3 (3): “pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan

keimanan dan ketakwaan serta kahlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dirumuskan dalam pasal 3: “Pendidikan nasional

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara

yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan komitmen tersebut dirumuskan tujuan pendidikan

karakter/budi pekerti secara umum adalah untuk membangun dan

mengembangkan karakter/budi pekerti peserta didik pada setiap jalur, jenis

28Yusuf dan Sugandhi. loc. cit.

(36)

dan jenjang pendidikan agar dapat menghayati dan mengamalkan

nilai-nilai luhur menurut ajaran agama dan nilai-nilai-nilai-nilai luhur dari setiap

butir-butir sila dari Pancasila. Secara khusus bertujuan mengembangkan potensi

anak didik agar berhati baik, berpikiran baik, berkelakuan baik, memiliki

sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negara, dan mencintai sesama

umat manusia.30

Ada beberapa pandangan mengenai tujuan pendidikan karakter,

diatranya pandangan menurut pemerintah dan menurut para pengamat,

yaitu:

a. Pemerintah

Pendidikan memiliki tujuan yang sangat mulia bagi kehidupan

manusia. Dan, berkaitan dengan pentingnya diselenggarakan

pendidikan karakter lembaga pendidikan formal, maka menurut

presiden Republik Indonesia, sedikitnya ada lima hal dasar yang

menjadi tujuan dari perlunya menyelenggarakan pendidikan karakter.

Kelima tujuan tersebut adalah:31

1) Membentuk manusia yang bermoral

Persoalan moral adalah masalah serius yang menimpa bangsa

Indonesia. Setiap saat, masyarakat dihadapkan pada kenyataan

merebaknya dekadensi moral yang menimpa kaum remaja, pelajar,

masyarakat pada umumnya, bahkan para pejabat pemerintah.

2) Membentuk manusia yang cerdas dan rasional

Pendidikan karakter tidak hanya bertujuan membentuk manusia

yang bermoral, beretika, dan berakhlak, melainkan juga

membentuk manusia yang cerdas dan rasiona. Seseorang disebut

mempunyai kepribadian atau karakter apabila ia mampu berpikir

rasional, mengambil keputusan yang tepat, serta cerdas dalam

memanfaatkan potensi yang dimilikinya.

30Maswardi Muhammad Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, (Jakarta: Baduose Media Jakarta, 2011), Hal. 36

(37)

3) Membentuk manusia yang inovatif dan suka bekerja keras

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang

diselenggarakan untuk menanamkan semangat bekerja keras,

disiplin, kreatif, inovatif pada diri peserta didik, yang diharapkan

akan mengakar menjadi karkater dan kepribadiannya. Oleh karena

itu pendidikan karakter bertujuan mencetak generasi bangsa agar

tumbuh menjadi pribadi yang inovatif dan mau bekerja keras.

4) Membentuk manusia yang optimis dan percaya diri

Sikap optimis dan percaya diri merupakan sikap yang harus

ditanamkan kepada peserta didik sejak dini. Kurangnya sikap

optimis dan percaya diri menjadikan faktor yang menjadikan

bangsa Indonesia kehilangan semangat untuk dapat bersaing

menciptakan kemajuan di segala bidang.

5) Membentuk manusia yang berjiwa patriot

Salah satu fungsi yang dimiliki oleh konsep pendidikan

karakter adalah terbinanya sikap cinta tanah air. Hal yang paling

inti dari sikap ini adalah kerelaan untuk berjuang dan berkorban,

serta kesiapan diri dalam memberikan bantuan kepada pihak-pihak

yang membutuhkan.

6) Pengamat

Sahrudin dan sari iriani berpendapat bahwa pendidikan karakter

bertujuan membentuk masyarakat yang tangguh, kompetitif, berakhlak

mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,

berkembang dinamis, serta berorientasi ilmu pengetahuan dan

tekhnologi, yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa sekaligus berdasarkan pancasila.32

Selain itu menurut sahrudin , pendidikan karakter memiliki

fungsi-fungsi sebagai berikut:

(38)

1) Mengembangkan potensi dasar peserta didik agar ia tumbuh

menjadi sosok yang berhati baik, berpikiran baik, dan berprilaku

baik.

2) Memperkuat dan membangun prilaku manusia yang multikultur

3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan

dunia.

4. Komponen Pendukung dalam Pendidikan Karakter

Sebagaimana halnya dunia pendidikan pada umumnya, pendidikan

karakter merupakan pendidikan yang mensyaratkan keterlibatan banyak

pihak di dalamnya. Kita tidak bisa menyerahkan tugas pengajaran,

terutama dalam rangka mengembangkan karakter peserta didik, hanya

semata-mata kepada guru. Sebab, setiap peserta didik memiliki latar

belakang yang berbeda, yang ikut menentukan kepribadian dan

karakternya. Oleh karena itu guru, orangtua maupun masyarakat

seharusnya memiliki keterlibatan, baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam prosen ini.

Selain itu ada beberapa komponen yang harus di perhatikan dalam

rangka menjalankan pendidikan karakter. Diantaranya adalah sebagai

berikut:33

a. Partisipasi Masyarakat

Dalam hal ini masyarakat meliputi tenaga pendidik, orangutan,

anggota masyarakat dan peserta didik itu sendiri. Semua komponen

tersebut hendaknya dapat bekerja sama dan saling membantu

memberikan masukan, terutama mengenai langkah-langkah

penanaman karakter bagi peserta didik.

Oleh sebab itu setiap sekolah yang akan menerapkan pendidikan

karakter bagi peserta didiknya harus memiliki badan khusus yang di

bentuk sebagai sarana komunikasi antara peserta didik, tenaga

pendidik, orangtua dan masyarakat. Badan ini bertugas membicarakan

(39)

konsep dan nilai-nilai yang di perlukan untuk mendidik karakter

peserta didik.

b. Kebijakan Pendidikan

Meskipun pendidikan karakter lebih mengedepankan aspek moral

dan tingkahlaku, namun bukan berarti sama sekali tidak menetapkan

kebijakan-kebijakan, sebagaimana dalam dunia pendidikan formal

pada umumnya.

Sekolah tetap menetapkan landasan filosofi yang tepat dalam

membuat pendidikan karakter, serta menentukan dan menetapkan

tujuan, visi dan misi maupun beberapa kebijakan lainnya. Hal ini bisa

di lakukan dengan mengadopsi dari iebijakan pendidikan formal atau

kebijakan baru.

c. Kesepakatan

Betapapun penting dan mendesaknya lembaga pendidikan

menerapkan pendidikan karakter sebagai tambahan kurikulum di

dalamnya, namun bukan berarti kebijakan itu di tetapkan secara

sepihak. Sekolah harus mengadakan pertemuan dengan orantua

peserta didik terlebih dahulu dengan melibatkan tenaga guru dan

perwakilan masyarakat guna mencari kesepakatan-kesepakatan

diantara mereka. Pertemuan itu bertujuan memperoleh kesepakatan

pemahaman tentang definisi pendidikan karakter, fungsi dan

manfaatnya, serta cara mewujudkannya.

d. Kurikulum Terpadu

Agar tujuan penerapan pendidikan karakter dapat berjalan dengan

maksimal sekolah perlu membuat kurikulum terpadu di semua

tingkatan kelas. Mengapa demikian? Sebab, setiap peserta didik

memiliki hak yang sama untuk mendapatkan materi mengenai

pengembangan karakter.34

(40)

Oleh karena itu meskipun pendidikan karakter harus di

perkenalkan sejak dini, namun bukan berarti tidak berlaku untuk

peserta didik yang sudah dewasa.

e. Bantuan Orangtua

Untuk mendukung keberhasilan, pihak sekolah hendaknya

meminta orangtua peserta didik untuk ikut terlibat dalam memberikan

pengajaran karakter ketika peserta didik berada di rumah. Bahkan

sekolah perlu memberikan gambaran umum tentang prinsip-prinsip

yang di terapkan di sekolah dan dirumah. Seperti aspek kejujuran,

kerjasama dan lain sebagainya.

Tanpa melibatkan peran orang tua dirumah, berarti sekolah akan

tetap kesulitan menerapkan pendidikan karakter terhadap peserta didik.

Sebab, interaksinya justru lebih banyak di habiskan dirumah bersama

keluarga.

f. Pengembangan Staf

Perlu di sediakan waktu pelatihan dan pengembangan bagi para

staf di sekolah sehingga mereka dapat membuat dan melaksanakan

pendidikan karakter secara berkelanjutan. Hal itu termasuk waktu

untuk diskusi dan pemahaman dari proses dan pemahaman dari proses

dan program, serta demi menciptakan rencana pelajaran dan kurikulum

selanjutnya. Perlu di ingat bahwa semua pihak di sekolah merupakan

sarana yang perlu di manfaatkan untuk membantu menjalankan

pendidikan karakter.35

g. Program

Program pendidikan karakter harus di pertahankan dan di

perbaharui melalui pelaksanaan dengan perhatian khusus pada tingkat

komitmen yang tinggi dari atas, dana yang memadai, dukungan utuk

koordinasi distrik staf yang berkualitas tinggi, pengembangan

professional berkelanjutan dan jaringan, serta dukungan system bagi

guru yang melaksanakan program tersebut.

(41)

B. Kepala Sekolah dan Guru 1. Pengertian Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah guru yang diberikan tugas tambahan untuk

memimpin suatu sekolah ayng diselenggarakan proses belajar mengajar

atau tempat terjadi interaksi antar guru yang member pelajaran dan murid

yang menerima pelajaran.

Secara etimologi kepala sekolah merupakan padanan dari school principal yang tugas kesehariannya menjalankan principalship atau kekepala sekolahan. Istilah kekepala sekolahan mengandung makna

sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi

sebagai kepala sekolah. Penjelasan ini dipandang penting, karena terdapat

beberapa istilah untuk menyebut jabatan kepala sekolah, seperti

administrasi kepala sekolah, pimpinan sekolah, manajer sekolah, dan

sebagainya.

a. Kriteria Kepala Sekolah

Seorang guru harus memiliki kreteria atau kualifikasi umum untuk

menjadi seorang kepala sekolah, yaitu:

1) Memiliki kualifikasi akademik sarjana, diploma, kependidikan atau

non kependidikan pada perguruan tinggi yang sudah terakreditasi.

2) Pada waktu diangkat sebagai kepala sekolah berusia

setinggi-tingginya 56 tahun.

3) Memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya 5 tahun

menurut jenjang sekolah masing-masing.

4) Memiliki pangkat serendah-rendahnya III/c bagi PNS dan Non

PNS disertakan dengan kepengangkatan yang dikeluarkan oleh

yayasan atau lembaga yang berwewenang.

b. Peran Kepala Sekolah

Berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006),

terdapat tujuh peran kepala sekolah yaitu educator (pendidik), manajer,

administrator, supervisor, leader (pemimpin), pencipta iklim kerja, dan

(42)

1) Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)

Pendidik adalah orang yang mendidik, sedangkan mendidik

diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak

dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat diartikan proses

pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran

dan latihan.

2) Kepala sekolah sebagai manajer

Seorang manajer atau kepala sekolah hakikatnya adalah

seorang perencana, organisator, pemimpin, dan seorang

pengendali. Menurut Stoner ada delapan macam fungsi seorang

manajer yang perlu dilaksanakan dalam suatu organsisi dan

merupakan fungsi kepala sekolah juga yaitu:

Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain (work

with and through other people), Kepala sekolah bertanggung jawab

dan mempertanggung jawabkan (responsible and

accountable)Dengan waktu dan sumber yang terbatas, seorang

kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan

(managers balance competing goals and set priorities), Kepala

sekolah harus berpikir secara analistik dan konsepsional (must

think analytically and conceptionally), Kepala sekolah sebagai juru

penengah (mediators), Kepala sekolah sebagai politisi (politicians),

Kepala sekolah adalah seorang diplomat, Kepala sekolah berfungsi

sebagai pengmbil keputusan yang sulit (make difficult decisions).

3) Kepala sekolah sebagai pemimpin

Kata “memimpin” memberikan arti memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan dan berjalan didepan (precede).

Pemimpin berperilaku untuk membantu organisasi dengan

kemampuan maksimal dalam mencapai tujuan. Kepemimpinan

adalah satu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab

(43)

menjadi seorang manajer yang efektif. Esensi kepemimpinan

adalah kepengikutan (followership), kemauan orang lain atau

bawahan untuk mengikuti keinginan pemimpin. Maka dengan kata

lain pemimpin tidak akan terbentuk tanpa bawahan.

4) Kepala sekolah sebagai administrator

Menurut Gorton (Sagala, 2009) bagi kepala sekolah ada tiga

alasan penting untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam

memberikan pelayanan pendidikan yaitu kepala sekolah dapat

mengembangkan rencana yang belum memiliki pola organisasi,

mengevaluasi dan memperbaiki struktur organisasi, dan membuat

rekomendasi dan mengevaluasi rencana struktur yang diusulkan.

Semua prinsip dan program pelayanan diorganisasikan sehingga

semua aktivitas dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien

dengan tujuan akhir membantu mencapai tujuan sekolah. Sebagai

administrator juga kepala sekolah hendaknya dapat

mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan

kompetensi guru yaitu dengan menghargai setiap guru yang

berprestasi.

5) Kepala sekolah sebagai supervisor

Secara specifik program supervise menurut Sestina (sagala

2009) meliputi: membantu guru secara individual dan secara

kelompok dalam memecahkan masalah pengajaran;

mengkoordinasikan seluruh usaha pengajaran menjadi perilaku

edukatif yang terintegrasi dengan baik, menyelenggarakan program

latihan berkesinambungan bagi guru-guru, mengusahakan alat-alat

yang bermutu dan mencukupi bagi pembelajaran, membangkitkan

dan memotivasi kegairahan guru yang kuat untuk mencapai

prestasi kerja yang maksimal, membangun hubungan yang baik

dan kerjasama antara sekolah, lembaga sosial dan instansi terkait

(44)

6) Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja

Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan

setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara

unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya.

Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja

yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan

prinsip-prinsip sebagai berikut : (1) para guru akan bekerja lebih giat

apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan,

(2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan

diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui

tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam

penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu

tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik

dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan,

(5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru,

sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E.

Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa,

2003).

7) Kepala sekolah sebagai wirausahaan

Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan

dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah

seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan

komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah

dengan sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan

perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk

perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses

(45)

2. Pengertian Guru

Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini

jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah.36

Guru adalah semua orang yang berwewenang dan bertanggung jawab

terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun secara

klasikal, baik di sekolah maupun diluar sekolah.37 Pendapat lain guru

adalah semua orang yang berwewenang dan bertanggung jawab untuk

membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun

klasikal di sekolah maupun diluar sekolah.38

C. Peseta Didik

1. Pengertian Pesera Didik

Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid, pelajar dan peserta

didik merupakan sinonim. Semuanya bermakna anak yang sedang berguru

(belajar, bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari

suatu lembaga pendidikan. Keempat kata tersebut biasanya dipergunakan

untuk tingkat TK sampai SMU, sedangkan pada perguruan tinggi biasanya

disebut mahasiswa.

Dalam bahasa arab term peserta didik diungkapkan pada kata tilmidz

(jamaknya dari kata talamidz dan talamidzah) dan thalib (jamaknya

Thullab), yang berarti mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh. Kedua istilah tersebut digunakan untuk menunjukan pelajar secara umum.39

Peserta didik adalah salah satu komponen dalam pengajaran, di

samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu

komponen maka dapat di katakana bahwa peserta didik adalah komponen terpenting diantara komponen lainnya. Pada dasarnya “ia” adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya peserta didik,

36 id.m.wikipedia.org/wiki/guru

37Sudirman, Interaksi dan Motivasi BelajarMengajar, (Jakarta: Rajawali, 2001)

38Djamarah, S.B, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994)

(46)

sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Sebabnya ialah karena

peserta didiklah yang membutuhkan pengajaran dan bukan guru, guru

hanya berusaha memenuhi kebutuhan yang ada pada peserta didik. 40

Dalam literatur lain dikatakan bahwa anak didik atau peserta didik itu

adalah anak yang akan diproses untuk menjadi dewasa, menjadi manusia

yang memiliki kepribadian dan watak bangsa yang diharapkan, yaitu

bangsa Indonesia yang memiliki kepribadian dan akhlak mulia, seperti

yang tercantum dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas.

Agar berhasil membawa anak kearah kedewasaan, tentunya pendidik atau

orang tua yang harus memahami karaktristik anak, seperti berikut ini:

a. Anak itu makhluk individu yang memiliki dunia tersendiri yang tidak

boleh disamakan dengan dunia orang dewasa.

b. Anak memiliki potensi yang berkembang.

c. Anak memiliki minat dan bakat yang berbeda dengan yang lain.41

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpukan, bahwa anak didik

merupakan semua orang yang belajar, baik pada lembaga pendidikan

formal maupun lembaga pendidikan non-formal.

2. Pandangan Tentang Peserta Didik Sebagai Anak

Setidak-tidaknya terdapat 3 jenis pandangan tentang anak, yaitu:42

a. Pandangan lama, menyebutkan bahwa anak adalah oarng dewasa yang

kecil. Karena itu segala sesuatu perlu dipersamakan seperti halnya

orang dewasa. Anak perlu di beri pakaian dewasa dalam bentuk yang

kecil. Sebagai anak ia di pandang masih bersih dan oarang dewasalah

yang menentukan akan di jadikan apa anak itu.

b. Anak adalah sebagai anak. Anaka tidak bisa dan tidak mungkin di

persamakan sebagai oarang dewasa. Ia memiliki ciri-ciri tersendiri.

40Depertemen Agama Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta:2005. Hal. 46

41Mohamad Surya, Abdul Hasim & Rus Bambang Suwarno,Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, (Bogor: Ghalia Indonesia: 2010), Hal. 25

(47)

Perlakuan terhadap anak tidak boleh dipersamakan dengan perlakuan

orang dewasa. Setiap anak berbeda pada tahap sedang berkembang, ia

memiliki banyak potensi-potensi yang dimilki, oleh anak itulah

perbuatan pendidikan yang dilakukan.

c. Anak adalah hidup dalam masyarakat dan di persiapkan untuk hidup di

dalam masyarakatnya. Sebagai calon anggota masyarakat maka ia

harus di persiapkan sesuai dengan masyarakat setempat. Pandangan ini

di kenal dengan istilah Child in his society.

3. Hal-hal yang perlu dikenal tentang peserta didik

Banyak aspek dan pribadi peserta didik yang perlu dikenal, yaitu:43

a. Latar Belakang Masyarakat

Kultur masyarakat dimana peserta didik tinggal, besar pengaruhnya

terhadap sikap peserta didik. Latar belakang kultur ini meneybabkan

para peserta didik memiliki sikap yang berbeda-beda tentang agama,

politik, masyarakat lain, dan cara bertingkah lakunya. Pengalaman

anak di luar sekolah yang hidup di masyarakat kota sangat berbeda

dengan pengalaman-pengalaman peserta didik yang tinggal di

pedesaan, demikian pula kesempatan berkreasi, pembinaan kesehatan,

fasilitas pendidikan yang ada di dalam masyarakat sangat berpengaruh

terhadap pandangan peserta didik, motivasinya, minatnya dan sikapnya

terhadap berbagai aspek kehidupan. Tiap masyarakat memberi

pengaruh yang berlainan terhadap peserta didik sehingga setiap peserta

didik, memiliki pribadinya sendiri-sendiri pula.

b. Latar Belakang Keluarga

Situasi di dalam keluarga besar pengaruhnya terhadap emosi,

penyesuaian sosial, minat, sikap, tujuan, disiplin dan perbuatan peserta

didik di sekolah. Apabila dirumah peserta didik sering mengalami

tekanan, merasa tak aman, frustasi maka ia juga akan mengalami

(48)

perasaan asing di sekolah. Apa yang menarik minatnya dirumah akan

kelihatan pula apa yang menjadi minatnya di sekolah. Kalau dirumah

ia di tolah maka di sekolahpun ia akan merasa tidak diterima, dan

menunjukan gejala-gejala maladjustment. Jabatan orang tua, keadaan

ekonomi, status sosial orang tua di masyarakat, kultur keluarga yang

rendah, norma agama, dan lainya akan mempengaruhi sikap, tujuan

dan tingkah laku peserta didik di sekolah. Sehingga guru sering

mengalami kesulitan untuk memahaminya.

Guru perlu mengenal situasi, kondisi dalam keluarga peserta didik.

Agar dapat merencanakan kegiatan-kegiatan yang serasi, kendatipun

pengaruh keluarga ini tidak mutlak menentukan berhasilnya seorang

peserta didik, karena pada kenyataannya sering juga terjadi dimana

anak mengalami maladjustment sebagai akibat lingkungan sekolah. c. Sifat-Sifat Kepribadian

Guru perlu mengenal sifat-sifat kepribadian peserta didik agar guru

mudah mengadakan pendekatan pribadi dengan mereka. Dengan

demikian, hubungan pribadi menjadi lebih dekat dan akan mendorong

pengajaran lebih efektif. Selain dari itu guru dapat pula menyediakan

kegiatan-kegiatan yang serasi dengan kepribadian merekadan

memelihara sifat-sifat yang baik serta sedapat mungkin mengurangi

sifat-sifat yang jelek.

4. Karakter Yang Harus Dimiliki Peserta didik.

Secara fitrah, anak memerlukan bimbingan dari orang yang lebih

dewasa. Hal ini dapat dipahami dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang

dimiliki oleh seriap orang yang baru lahir. Allah SWT berfirman:44

Gambar

Tabel Halaman
Table 3.1 Instrument Wawancara Siswa
Table 3.2
Tabel 4.7 kehadiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebudayaan memberikan desain bagi setiap manusia untuk mendesain pribadinya menjadi manusia yang utuh dalam kehidupan keluarga, sosial, kelompok dan masyarakat. Uraian

Variabel bebas adalah masing-masing Kepuasan Konsumen (X1), Kepercayaan pada Merek (X2) sedangkan variable terikat adalah Loyalitas Konsumen (Y).Dalam penelitian menggunakan

RELAKSASI NAFAS DALAM DENGAN TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP SKALA INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT IBU DAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan pengaruh pemberian immediate feedback dan delay feedback terhadap self-efficacy dan hasil belajar siswa di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara: 1) motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa, 2) disiplin belajar

diterangkan oleh variabel-variabel bebas (X) yang ada di dalam model persamaan regresi linier berganda secara bersama-sama. Degan kata lain perlu ditentukan derajat hubungan

Dalam percobaan yang dilakukan selama Praktek Uji Kopetensi Lapangan (PUKL) pada tanggal 23-24 Febuari 2015, akan ditentukan salinitas dalam sample air laut

Dukungan informasi melalui pendidikan seks yang baik pada anak remaja dimungkinkan akan berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja, termasuk tingkat pengetahuan dan