• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

B. Pembahasan

1. Peran Guru dalam Membentuk Karakter Toleransi Siswa

Dari interpretasi data di atas dapat diketahui bahwa guru PAI memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan karakter toleransi. Pendidik mempunyai posisi penting dalam pendidikan multikultural karena guru merupakan satu target dari strategi pendidikan. Dengan memiliki paradigma seperti itu maka guru dapat mengajarkan keberagaman di dalam beragama terlebih kondisi agama yang saat ini cenderung moderat. Maka guru akan mampu mengimplementasikan nilai-nilai keberagaman tersebut kepada siswa-siswi di sekolah.

Guru bukan hanya bertugas mengajar dan menyampaikan pembelajaran di dalam kelas saja, tetapi lebih dari itu bahwa guru memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pembentukan karakter peserta didik. Guru sebagai pekerjaan yang profesional mengharuskan guru tersebut untuk menjaga perilaku dan sikapnya dihadapan muridnya, karena apa yang dilakukan dan dicontohkan oleh seorang guru maka murid cenderung akan mengikuti apa

100 Hasil Wawancara dengan Bapak Sandra Susanto (Kepala Sekolah Kharisma Bangsa 27 Februari 2020) di Ruang Kepala Sekolah.

yang dicontohkan oleh seorang guru. Maka guru berperan sebagai role model bagi semua murid yang diajarkan olehnya. Jelas bahwa pembentukan karakter siswa dipengaruhi oleh peran seorang guru. Akhlak yang baik, ucapan yang baik, keteladanan seorang guru semua menjadi cerminan untuk seorang murid yang diajarnya.101

Guru PAI yang ada di sekolah SMP Kharisma Bangsa memiliki peran dalam menjaga nilai-nilai toleransi dengan berbagai macam program yang sudah dibuat oleh sekolah SMP Kharisma Bangsa. Character Building (pendidikan karakter) menjadi salah satu program dalam menanamkan nilai-nilai toleransi kepada siswa agar bisa menjadi karakter yang tertanam pada siswa di sekolah SMP Kharisma Bangsa. Dengan menanamkan dua aspek kegiatan yaitu proses pembelajaran PAI di dalam kelas dan proses kegiatan keagamaan di sekolah SMP Kharisma Bangsa.

Dan diperlukan adanya upaya-upaya untuk mengubah paradigma pendidikan yang ekslusif ke paradigma pendidikan yang toleran dan inklusif. Salah satu upaya tersebut adalah mengubah sudut pandang seorang guru yang selalu menekankan kebenaran terhadap salah satu agama tertentu. Ini adalah salah satu sudut pandang yang keliru dalam mengimplementasikan nilai-nilai toleransi beragama, memang masing-masing agama memiliki ajarannya masing-masing dalam menilai sebuah kebenaran.

Tetapi itu semua adalah kebenaran yang mutlak sedangkan dalam berinteraksi di dalam masyarakat atau lingkungan hidup kita dibutuhkan kebenaran yang merawat nilai-nilai toleransi. Dengan cara tersebut maka karakter toleransi akan lebih mudah terwujud dalam diri siswa.

Peran guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam menerapkan toleransi terhadap anak didiknya adalah:

101 Nuruddin Araniri, Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menamakan Sikap

a. Memiliki sikap demokratis tidak diskriminatif terhadap anak didik yang memiliki keyakinan (agama), etnis, bahasa, dan sebagainya yang berbeda baik dari sikap, pernyataan dan tingkah laku.

b. Segala bentuk kekerasan dalam memecahkan permasalahan sangat dilarang oleh agama apapun. Dialog, musyawarahdan kerjasama adalah bentuk solusi yang tepat yang dianjurkan oleh agama, maka dari itu guru PAI harus banyak mengedapankan dialog dan musyawarah bila mana akan mengadakan kegiatan keagamaan ataupun jika ada gesekan-gesekan kecil di sekolahnya.102

Peran guru di sekolah Kharisma Bangsa sudah menjalankan peran nya dengan baik, dengan adanya kerjasama antara kepala sekolah dan guru bidang studi serta berperan aktif mendidik, membimbing dan memotivasi dan memberikan keteladanan kepada peserta didik. Dengan adanya didikan, bimbingan motivasi dan keteladanan dari guru siswa mempunyai kesadaran untuk menerapkan nilai-nilai toleransi.

Penanaman nilai-nilai toleransi dalam pembelajaran PAI di sekolah SMP Kharisma Bangsa di implementasikan saat pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Dengan mengorganisir siswa di dalam kelas dan materi yang disampaikan Guru PAI memainkan peran nya untuk menanamkan nilai-nilai toleransi tersebut. Dalam aspek kegiataan keagamaan di sekolah SMP Kharisma Bangsa diimplementasikan oleh Guru PAI berupa sikap kerjasama dalam kegiataan keagamaan (Ramadhan Camp, buka puasa bersama, Peringatan Hari Besar Islam, Idul Adha,). Dan saling membantu tanpa memandang latar belakang agama.

2. Kondisi Pluralitas Beragama dan Budaya

Pluralis atau secara harfiah adalah keberagaman akan selalu kita jumpai di semua lingkungan kehidupan. Baik pluralitas dalam agama, budaya, suku dan bahkan bangsa yang ada di sekeliling kita. Dengan adanya keberagaman yang ada memaksa kita untuk menerima berbagai macam hal dari resiko keberagaman tersebut. Baik hal negatif maupun hal yang positif dari keberagaman yang ada. Keberagaman hadir bukan untuk memecah belah kesatuan yang telah dibangun oleh dasar persamaan dan kesatuan.

Adapun berdasarkan pemerintahan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan, didalamnya menyebutkan bahwa standar kompetensi lulusan satuan pendidikan pada semua jenjang pendidikan peserta didik mampu menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya.103

Sehubungan dengan hal tersebut, peran sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sangat penting dalam membangun lingkungan pendidikan yang pluralis dan toleran terjadap semua pemeluk agama. Untuk membentuk pendidikan yang menghasilkan manusia yang memiliki kesadaran prulalis dan toleran diperlukan rekontruksi pendidikan sosial keagamaan dalam pendidikan agama.104

Sekolah SMP Kharisma Bangsa sebuah lembaga pendidikan juga memiliki keberagaman, berbagai macam pluralitas yang ada di sekolah SMP Kharisma Bangsa baik keberagaman agama, budaya, bahasa, dan asal Negara. Agama Islam menjadi agama mayoritas yang ada di sekolah SMP Kharisma Bangsa selalu menjaga keberagaman dan perbedaan yang ada, tidak hanya Agama Islam ada juga Agama Kristen dan Protestan yang dianut oleh tenaga

103 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tanggal 23 Mei 2006.

104 Muhammad Yunus, Implementasi Nilai-Nilai Toleransi Beragama dalam Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (Sudi Pada SMP Negeri 1 Amparita Kec. Tellu Limpoekab. Sidrap), Jurnal

pendidik maupun peserta didik. Dengan keberagaman yang ada di sekolah SMP Kharisma Bangsa mereka menjaga kerukuan beragama tersebut dan tidak pernah membedakan dan memperdebatkan perbedaan dari agama-agama yang ada.

Asal Negara yang dimiliki oleh tenaga pendidik dan peserta didik juga menjadikan Pluralitas yang ada di sekolah SMP Kharisma Bangsa sebagai warna dan simbol dari bentuk keberagaman yang hadir di sekolah tersebut. Mayoritas pendidik dan peserta didik memang berasal dari Negara Indonesia, namun ada beberapa tenaga pendidik dan peserta didik yang berasal dari Negara Turki, Tajikistan, Amerika. Dengan berbedanya asal Negara yang ada di sekolah SMP Kharisma Bangsa menuntut bagi semua yang ada di lingkungannya untuk menjadi kesatuan dan persatuan dengan latar belakang Negara yang berbeda. Sudah pasti beda Negara beda pula Budaya dari masing-masing perbedaan tersebut, namun sekolah SMP Kharisma Bangsa hidup dengan kerukunan yang ada tanpa membeda-bedakan asal Negara dari masing-masing individu.

Oleh karena itu kondisi pluralitas yang ada di sekolah SMP Kharisma Bangsa menjadi kondusif dan selalu hidup rukun dengan menghargai perbedaan yang ada. Dengan perbedaan yang ada dan keberagaman baik keberagaman agama, budaya, dan asal Negara tidak menjadikan sekolah SMP Kharisma Bangsa menjadi terpecah belah. Perbedaan yang ada dijadikan dasar untuk sekolah tersebut hidup dalam persatuan dan kerukunan di tengah pluralitas.

3. Faktor Pendukung dan Penghambat Toleransi Siswa

Setiap tahapan dan proses berjalannya sesuatu pasti memiliki dua faktor, yaitu faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung selalu dijadikan acuan untuk menjadikan proses itu berjalan sesuai dengan rule yang telah di rencanakan atau dibuat diawal, sedangkan faktor penghambat selalu

dijadikan bahan evaluasi yang harus di selesaikan agar berjalannya proses yang sudah direncanakan diawal. Seperti sisi mata uang dua faktor ini tidak bisa dipisahkan. Juga proses penanaman karakter toleransi terhadap siswa di sekolah SMP Kharisma Bangsa sudah pasti memiliki dua faktor tersebut. Adapun proses awal penerapan toleransi siswa di SMP Kharisma Bangsa yakni sebelum siswa bersekolah di SMP Kharisma Bangsaakan di beri sosialisasi awal yang dihadiri oleh komite sekolah. Dengan adanya sosialisasi ini siswa akan mengerti dan berusaha membaur dengan teman teman nya yang lain.

Faktor pendukung dalam penanaman nilai-nilai toleransi di SMP Kharisma Bangsa lingkungan terbilang cukup berjalan dengan kondusif. Dalam menanamkan dan melestarikan sikap toleransi beragama siswa-siswi di sekolah SMP Kharisma Bangsa, pihak sekolah memiliki cara-cara tersendiri dengan mengadakan kegiatan keagamaan dan sosial, baik kegiatan itu mingguan atau bulanan.105

Dengan adanya kegiatan itu sekolah SMP Kharisma Bangsa memiliki kerhamonisan siswa-siswinya maupun guru-gurunya. Dengan begitu, siswa mampu membaur satu sama lain tanpa membedakan agama khususnya kelas yang didalamnya terdapat siswa yang berbeda latar belakang agamanya. Dan siswa mampu menghargai siswa lain ketika sedang mejalankan ibadah serta saling kerjasama dalam kegiatan keagamaan dan berjalan dengan baik.

Faktor penghambat yang ada dalam proses berjalannya penanaman nilai-nilai toleransi antara lain lingkungan sekitar siswa yang sudah terkontaminasi oleh lingkungan di luar sekolah. Lingkungan di luar sekolah SMP Kharisma Bangsa tentunya jauh dari apa yang sudah di terapkan di dalam lingkungan sekolah SMP Kharisma Bangsa. Ini menjadi penghambat dalam menanamkan nilai-nilai toleransi yang selalu ditanamkan oleh para

guru dan perangkat sekolah yang ada. Namun adanya faktor ini tidak serta merta menjadi halangan yang berarti dalam mengimplementasikan nilai-nilai toleransi terhadap siswa di sekolah SMP Kharisma Bangsa.106

Dan faktor penghambat bisa terjadi karena pendekatan dengan siswa, kurang peduli dalam mengevaluasi hal-hal yang menghambat penerapan sikap toleransi jadi kadang guru tidak semua berhasil dan kurang berhasil, bagi guru yang kurang peka maka akan membiarkan apa yang terjadi kepada siswa, sedangkan guru yang peka akan mengevaluasi apakah penyebab dari tidak keberhasilan siswanya.107

Sekolah Kharisma Bangsa sudah mempunyai program pendidikan karakter, di mana program itu siswa dan guru saling mengvaluasi kekurangan nya ketika di dalam kelas maupun di luar kelas. Dengan adanya program itu faktor penghambat yang terjadi bisa teratasi dengan baik.

Dokumen terkait