• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba KumisKucing (Orthosipone stamineus Benth) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Normal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba KumisKucing (Orthosipone stamineus Benth) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Normal"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96%

HERBA KUMIS KUCING

(Orthosiphon stamineus

Benth)

TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS

NORMAL

SKRIPSI

RIZKI HIDAYANTI RAMBE

1111102000013

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

(2)

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96%

HERBA KUMIS KUCING

(Orthosiphon stamineus

Benth)

TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS

NORMAL

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

RIZKI HIDAYANTI RAMBE

1111102000013

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI FARMASI

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Nama : Rizki Hidayanti Rambe

Program Studi : Farmasi

Judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba

KumisKucing (Orthosipone stamineus Benth) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Normal

Kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural esensial pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma.Kelebihan kolesterol akan menyebabkan kolesterol bereaksi dengan zat-zat lain dalam tubuh dan akan mengendap dalam pembuluh darah arteri. Hal yang akan terjadi selanjutnya adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah hingga penyumbatan dan pemblokiran aliran darah (aterosklerosis). Uji pendahuluan telah dilakukan. Ekstrak etanol Orthosiphone stamineus Benth menunjukkan adanya kandungan senyawa kolesterol didalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol96% Orthosiphon stamineus Benth terhadap kadar kolesterol total tikus normal.Tikus dibagi menjadi lima kelompok yang setiap kelompok terdiri dari lima ekor tikus. Kelompok 1 diberikan NaCMC 1% sebagai kontrol normal, kelompok 2 diberikan simvastatin 10 mg/kg sebagai kontrol positif dan kelompok 3, 4 dan 5 diberikan ekstrak Orthosiphone stamineusdengan dosis 250, 500 dan 1000 mg/kgBB.Setelah pemberian berulang melalui oral selama 20 hari, hasilnya menunjukkan kadar kolesterol total menurun 22,539%; 32,476%; 50,241% pada kelompok perlakuan dan 31,485% pada kelompok kontrol positif. Hal ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing dengan dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB dan 1000 mg/kgBBmampu menurunkan rata-rata kadar kolesterol total secara signifikan (p<0,05) terhadap kontrol normal, dan masih dalam rentang kadar normal.

Kata Kunci: Antikolesterol, Kolesterol total, Orthosiphon stamineus, etanol 96%, herba

(7)

vii

Name : Rizki Hidayanti Rambe

Program Study : Pharmacy

Title :Effect of 96% Ethanolic Extract of HerbOrthosiphone

stamineusBenth on Total Cholesterol Levels in Normal Rats

Cholesterolis alipidamphipathicandanessentialstructuralcomponent ofthemembraneandthe outer layer ofplasmalipoproteins. The excessof cholesterolwillcausethese cholesterol reactwithother substancesin the bodyandwill settlein thearteries. Thiscauseisnarrowingandhardening of the arteries to clogging andblockingbloodflow(atherosclerosis). Preliminary phytochemical tests were done. Ethanol extract of Orthosiphone stamineus Benth showed presence of cholesterol compound. The objective of this study was to investigate the effect of96% ethanolextract ofthe herbOrthosiphon stamineus Benthon total cholesterol levelsin normalrats. The rats were divided into five different groups of five rats each; group 1 received NaCMC 1% as normal control, group 2 received simvastatin 10 mg/kg as positive control and group 3, 4 and 5 were treated with 250, 500 and 1000 mg/kg of Orthosiphone stamineus extracts, respectively. After repeated daily oral administrations of the extract for 20 days, the result showedtotal cholesterol levelsdecreased 22,539%; 50,241%; 32,476% in the treatment groupand 31,485% in positive control group. It is concludedthatthe 96% ethanolextract ofthe herbOrthosiphon stamineus Benthat doseof 250mg/kg, 500mg/kgand 1000mg/kgwas a significant mean reduction of total cholesterol levels(p <0.05) againts normal control, and stillwithin the range ofnormaltotal cholesterol levels.

Keywords: Anticholesterol, total cholesterol, Orthosiphon stamineus, 96% ethanol, herb

(8)

viii

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak pernah lelah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari lembah kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba Kumis Kucing (Orthosipone stamineus Benth) Terhadap Kadar

Kolesterol Total TikusNormal” disusun sebagai salah satu syarat tugas akhir

untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Nurmeilis,M.Si.,Apt dan Prof.Dr.Atiek Soemiati,MS.,Apt selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan serta meluangkan waktu, tenaga, dan juga pikiran dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dr.Azri Fitria, M.Si.,Apt dan Ibu Eka Putri,M.Si.,Apt selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan evaluasi dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Arief Sumantri, SKM.,M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs.Umar Mansur,M.Sc.,Apt selaku Ketua Program Studi FarmasiFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Burhanuddin Rambe,SH.,MM dan ibu Drs.Mahyuni Siregar, yang selalu memberikan dukungan baik moril

maupun materil, serta kasih sayang dan do’a tiada henti. Kepada ketiga

adikku tercinta, Mar’ie Muhammad Abduh Rambe, Ibrahim Soleh Rambe,

(9)

ix

semangat serta do’a.

6. Keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

7. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Para staf karyawan dan laboran Program Studi Farmasi yang telah banyak membantu berlangsungnya penelitian ini.

9. Sahabat-sahabatku yang 10 tahun menimba ilmu ditempat dan kota yang sama Dede, Kak Iin, Bang Hafis, Ari, Sutan, Fahmi, Indah, Sukma,terima kasih buat dukungan, motivasi, pengalaman dankebersamaannya.

10.Sahabat-sahabatku Intan, Bilqis, Fifi, Erlin, Nuha,Mida dan teman-teman

House Mate” wina, nicki, ayu yang telah memberikan semangat dan pengalaman yang indah selama kuliah.

11.Teman yang berjuang bersama dalam berlangsungnya penelitian ini,

partner “Cat Whisker” Dini Fauzana.

12.Teman-teman Farmasi angkatan 2011 yang sama-sama berjuang menyelesaikan pendidikan ini.

13.Teman-teman Farmasi 2011 AC yang tidak membuat penulis menyesal telah menjadi bagian dari kalian.

14.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian ini.

Ciputat,5Juni 2015

Penulis

(10)
(11)

xi

HALAMAN JUDUL...ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. Error! Bookmark not defined.

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) ... 4

2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan ... 4

2.1.2Nama Lain ... 4

2.1.3Nama Daerah ... 5

2.1.4Uraian Tanaman ... 5

2.1.5Kandungan Kimia Tumbuhan ... 5

2.1.6Kegunaan Tumbuhan ... 6

2.2 Simplisia ... 7

2.3 Esktraksi ... 7

2.4 Kolesterol ... 9

2.4.1 Jenis Kolesterol ... 11

2.4.2 Sumber Kolesterol ... 14

2.4.3 Metabolisme Kolesterol ... 15

(12)

xii

2.5 Obat-Obat Penurun Kolesterol ... 20

2.6 Simvastatin ... 23

2.6.1 Definisi... 23

2.6.2 Farmakodinamik ... 23

2.6.3 Farmakokinetik ... 24

2.6.4 Efek Samping ... 24

2.7Cara Pengukuran Kadar Kolesterol Darah ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.2 Alat dan Bahan ... 26

3.3.1 Penyiapan Simplisia ... 27

3.3.2 Pembuatan Ekstrak Herba Kumis Kucing ... 27

3.3.3 Pengujian Parameter Ekstrak ... 27

3.3.3.1 Penetapan Susut Pengeringan ... 28

3.3.3.2 Penetapan kadar abu ... 28

3.3.3.3 Pemeriksaan Identitas Ekstrak ... 28

3.3.3.4 Pemeriksaan Organoleptis ... 28

3.3.3.5 Pengukuran Kadar Sinensetin ... 28

3.3.4Skrining Fitokimia ... 29

3.3.5 Penyiapan Hewan Uji ... 30

3.3.6 Rancangan Penelitian ... 30

3.3.7 Penyiapan Bahan Uji ... 31

3.3.7.1 Penentuan Dosis Ektrak Herba Kumis Kucing ... 31

3.3.7.2 Pembuatan Suspensi Na-CMC 1%... 31

3.3.7.3 Pembuatan Suspensi Ekstrak Herba Kumis Kucing ... 31

3.3.7.4 Dosis Simvastatin Sebagai Kontrol Positif ... 32

3.3.8 Uji Efek Antikolesterolemia ... 32

(13)

xiii

3.3.11 Uji Statistik Terhadap Kadar Kolesterol Darah ... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Determinasi herba kumis kucing (Orthosiphone stamineus Benth) ... 34

4.2 Hasil Ekstraksi Herba Kumis Kucing ... 34

4.3 Pengujian Parameter Ekstrak ... 35

4.4 Hasil Uji Penapisan Fitokimia ... 37

4.5 Hasil Uji Pengukuran Kadar Kolesterol Total ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1Kesimpulan ... 47

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN ... 54

(14)

xiv

Tabel 2.Pembagian Kelompok Hewan uji Berdasarkan Perlakuan ... 31

Tabel 3.Hasil Pengujian Parameter Ekstrak ... 35

Tabel 4.Hasil Penapisan Fitokimia Esktrak Herba Kumis Kucing ... 37

Tabel 5.Kadar kolesterol total sebelum dan setelah perlakuan ... 42

Tabel 6.Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Total (%) ... 43

Tabel 7.Conversion Animal Doses to HED on BSA ... 71

Tabel 8.Hasil Absorbansi Spektrofotometer ... 73

Tabel 9.Hasil Perhitungan Kadar Kolesterol Total ... 74

Tabel 10.Hasil Uji Normalitas ... 77

Tabel 11.Hasil Uji Homogenitas ... 78

Tabel 12.Hasil Uji One-Way Anova ... 79

Tabel 13.Hasil Uji Post Hock Data Kolesterol Total Awal ... 80

Tabel 14.Hasil Uji Post Hoc Data Kolesterol Total Akhir ... 81

Tabel 15.Hasil Uji Korelasi... 82

(15)

xv

Gambar 1 Tanaman kumis kucing ... 4

Gambar 2Biosintesis Kolesterol ... 10

Gambar 3Jalur metabolisme eksogen kolesterol ... 16

Gambar 4Diagram kadar kolesterol total tikus normal sebelum dan setelah perlakuan. ... 44

Gambar 5 Botol Maserasi ... 57

Gambar 6 Rotary Evaporator ... 57

Gambar 7 Timbangan Analitik ... 57

Gambar 8 Tanur tinggi ... 57

Gambar 9 Desikator ... 57

Gambar 10Ekstrak kental ... 57

Gambar 11 Sentrifuge ... 57

Gambar 12 Tube EDTA ... 57

Gambar 13 Spektrofotometri UV ... 57

Gambar 14.Simplisia ... 58

Gambar 15. Pelarut Etanol 96% ... 58

Gambar 16. Plasma Darah... 58

Gambar 17. Reagen Kolesterol ... 58

Gambar 18. Suspensi Bahan Uji ... 58

Gambar 19. Reagen Penapisan Fitokimia ... 58

Gambar 20. TLC-Scanner ... 58

Gambar 21. Proses Maserasi ... 59

Gambar 22. Proses Penyaringan ... 59

Gambar 23. Proses Pengentalan Ekstrak ... 59

Gambar 24. Pengambilan darah tikus ... 59

Gambar 25.Pemberian bahan uji ... 59

Gambar 26. Penimbangan Berat Badan Tikus ... 59

Gambar 27. Penambahan reagen ke plasma ... 59

Gambar 28. Pengukuran Absorbansi Sampel ... 59

Gambar 29. Pola Kromatografi Sinensetin ... 65

(16)

xvi

Lampiran 2.Alat dan Bahan ... 57

Lampiran 3.Prosedur kerja ... 59

Lampiran 4.Determinasi Herba Kumis Kucing (Orthosiphone stamineus) ... 60

Lampiran 5.Surat Keterangan Sehat Tikus ... 61

Lampiran 6.Alur Penelitian ... 62

Lampiran 7.Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Herba Kumis Kucing ... 63

Lampiran 8.Hasil Penapisan Fitokimia ... 64

Lampiran 9.Hasil Pengukuran Senyawa Sinensetin... 65

Lampiran 10.Pemeriksaan Parameter Ekstrak ... 67

Lampiran 11.Skema Uji Antikolesterol ... 68

Lampiran 12.Perhitungan Dosis Uji Ekstrak Herba kumis kucing ... 69

Lampiran 13.Perhitungan Dosis Tablet Simvastatin ... 71

Lampiran 14.Hasil Spektrofotometer Plasma Uji ... 73

Lampiran 15.Grafik Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus ... 76

Lampiran 16.Hasil Statistik Uji Antikolesterol ... 77

Lampiran 17.Hasil Uji Korelasi Berat Badan dan Kadar Kolesterol Total... 82

(17)

xvii PJK : Penyakit Jantung Koroner

EDTA : Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid

GC-MS : Gas Chromatography-Mass Spectro

cAMP : Cyclic Adenosine Monophosphate

HMG-KoA : Hidroksi Metil Glutamil-Koenzim HDL :High Density Lipoprotein

LDL : Low Density Lipoprotein

IDL : Intermediate Density Lipoprotein VLDL : Very Low DensityLipoprotein NaCMC : Natrium Karboksi Metil Selulosa

g : Gram

HCl : Hidroksi Klorida

HED : Human Equivalent Dose

BMI : Body Massa Index

TD : Tekanan Darah

TLC : Thin Layer Chromatography

UV : Ultraviolet

USDA : United States Department of Agriculture

(18)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural esensial pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma. Kolesterol terdapat dijaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau dalam bentuk simpanan, yang berikatan dengan asam lemak rantai-panjang sebagai ester kolesterol. Didalam plasma, kedua bentuk tersebut diangkut dalam lipoprotein. Senyawa ini disintesis dibanyak jaringan dari Asetil-KoA dan merupakan prekursor semua steroid dalam tubuh, termasuk kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D (Murray.,2009).

Kolesterol dalam takaran normal merupakan lemak yang berperan penting dalam tubuh. Namun, jika terlalu banyak kolesterol dalam aliran darah justru berbahaya bagi tubuh. Kelebihan kolesterol akan menyebabkan kolesterol bereaksi dengan zat-zat lain dalam tubuh dan akan mengendap dalam pembuluh darah arteri. Hal yang akan terjadi selanjutnya adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah hingga penyumbatan dan pemblokiran aliran darah yang lazim dikenal aterosklerosis (Srinilawati.dkk.,2008).Aterosklerosis yang terjadi pada arteri koroner dapat menyebabkan PJK. Manifestasi klinis yang sering timbul pada aterosklerosis adalah rasa nyeri pada dada (angina pektoris) yang menjalar ke lengan kiri yang disertai kerusakan otot jantung (infark miokard). Kerusakan otot jantung terjadi akibat terhentinya suplai darah ke otot jantung akibat penyumbatan yang pada arteri koroner (Nugraha et al.,2014).

Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional yang secara turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan tradisional dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Kemajuan pengetahuan dan tekhnologi modern tidak mampu menggeser peranan obat tradisional, bahkan pada saat ini pemerintah tengah menggalakkan pengobatan kembali ke alam (back to nature) (Wijayakusuma, 1999yang dikutip dari Krisyanella dkk.,2011). Selain murah dan mudah didapat, obat tradisional yang berasal dari tumbuhan pun memiliki efek

(19)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan kimia. Obat tradisional Indonesia masih sangat banyak yang belum diteliti, khususnya yang sebagian besar berasal dari bahan tumbuhan (I Wayan, S.,2004).

Orthosiphone stamineusyang umumnya dikenal sebagai misaikucingdan kumis kucing banyak tumbuhdiAsiaTenggaradannegara-negaratropis. Dauntanaman iniumum digunakandi AsiaTenggaradanNegara-negara Eropasebagai tehherbal, jugadikenal sebagai"Java tea" (Indubala, 2000). Tanaman ini memilikimanfaat yang luassecara tradisionaluntuk mengobati beberapapenyakit manusia. Studi ilmiahtelahditemukanbahwa Orthosiphone stamineus memiliki sifat farmakologiseperti, antioksidan dan hepatoprotektif (Yam, M.Fet al.,2007), antihipertensi (Azizan et al., 2012), penurun glukosa darah (Sriplang et al.,2007),vasodilatasi (Abraikaet al.,2012) dan memiliki aktivitas hipolipidemik (Umbare et al.,2009).

Sriplang et al(2007) meneliti efek dari ekstrak air Orthosiphone stamineus

dengan dosis 1,0 g/kg paling efektif menurunkan konsentrasi glukosa plasma, profil lipid, dan trigliserida plasma pada tikus normal dan tikus diabetes yang diinduksi streptozotocin dan juga dapat meningkatkan konsentrasi plasma HDL-kolesterol secara signifikan. Hal ini mengemukakan bahwaOrthosiphone stamineus efektif untuk mengurangi glukosa dan meningkatkan profil lipid pada tikus diabetes. Temuan bahwa tanaman Orthosiphon stamineus dapat mempengaruhi profil lipid juga diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Umbare et al (2009). Pada penelitian ini disebutkan bahwa ekstrak hidroalkohol kulit kayu Orthosiphon stamineus memiliki aktivitas hipolipidemik yang signifikan pada dosis 500 dan 750 mg/kg.

(20)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antikarsinogenik, antiinflamasi, dan anti-aterosklerosis (Gaoet al., 2008). Selain uraian diatas, hal yang mendasari penelitian ini adalah bahwa pada saat dilakukan uji pendahuluan tentang kandungan ekstrak herba kumis kucing menggunakan kromatografi gas-spektrofotometri massa (GC-MS) ditemukan senyawa kolesterol terkandung didalam ekstrak tersebut (Lampiran 1). Tanaman kumis kucing memiliki senyawa marker yaitu sinensetin. Sinensetin dilaporkan dapat meningkatkan adipogenesis dan lipolisis dengan meningkatkan jumlah cAMP dijaringan adiposit (Kang, S.I et al.,2015). Lipolisis jaringan adiposa merupakan proses katabolik yang berperan dalam pemecahan trigliserida yang disimpan dalam sel lemak dan juga berperan dalam pelepasan asam lemak dan gliserol.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dilakukan penelitian untuk mengetahui efek terhadap kadar kolesterol total tikus normal menggunakan ekstrak etanol 96% herba kumis kucing. Karena rerata kadar sinensetin tertinggi dalam ekstrak daun Orthosiphon stamineus Benth diperoleh dengan pelarut pengekstraksi etanol 96%(Arifianti et al.,2014).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini, yaitu : Apakah pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus) dapat mempengaruhi kadar kolesterol total tikus normal?

1.3 Hipotesis

Pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus) dapat menurunkan kadar kolesterol total tikus normal.

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus) terhadap penurunan kadar kolesterol total tikus normal.

1.5Manfaat Penelitian

(21)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) 2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan

Klasifikasi tanaman kumis kucing menurut USDA sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Tubiflorae Suku : Labiatae

Marga : Orthosiphon stamineus Benth.

Gambar1: Tanaman kumis kucing (sumber: USDA) 2.1.2 Nama Lain

Tanaman kumis kucing mempuyai nama botani Orthosiphon stamineus

Benth., dan mempunyai sinonim Orthosiphon aristatus Miq., Orthosiphon spicatus B.Bs, Orthosiphon grandiflorus Bold (Dalimartha, 2000). Kumis kucing juga dikenal sebagai Misai Kucing atau cats whiskers (Malaysia) (Almatar et al.,2013),Yaa Nuat Maeo, Rau Meo Cay Bac(Thailand),Moustaches de Chat

(Perancis), or Java Tea (Eropa) (Elsnoussiet al.,2011)

(22)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.1.3 Nama Daerah

Tanaman kumis kucing dapat ditemukan pada daerah yang teduh tidak terlalu kering; 1-700m di Jawa dan pulau-pulau lain nya di nusantara, tumbuh menjulang sepanjang anak air dan selokan, karena daunnya berkhasiat untuk pengobatan, sering dibiarkan tumbuh di halaman (Dalimartha.,2000). Kumis kucing yang merupakan tanaman obat yang telah banyak dikenal juga tumbuh di negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan negara tetangga lainnya (Almataret al.,2014). Kumis kucing juga tumbuh di Eropa yang

dikenal sebagai “Java Tea” (Elsnoussi et al.,2011)

2.1.4 Uraian Tanaman

Tanaman kumis kucing biasanya tumbuh di sepanjang anak sungai atau selokan atau biasanya ditanam di pekarangan rumah untuk digunakan sebagai tanaman obat keluarga, karena kumis kucing memiliki banyak khasiat dan mudah ditanam yaitu dengan cara menebar biji atau setek batang. Tanaman ini dapat ditemukan di dataran rendah pada ketinggian ± 700 m di atas permukaan laut.Tanaman kumis kucing tumbuh tegak dengan tinggi antara 50-150 cm. Batang berkayu, segi empat agak beralur, beruas, bercabang, berambut pendek atau gundul, berakar kuat. Daun tunggal, bulat telur, elips atau memanjang, berambut halus, tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing, tipis, panjang 2-10 cm, lebar 1-5 cm, warna hijau. Bunga majemuk dalam tandan yang keluar di ujung percabangan, berwarna ungupucat atau putih, benang sari lebih panjang dari tabung bunga.Buah berupa nuah kotak, bulat telur, masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna coklat.Biji kecil, masih muda berwarna hijau, setelah tua berwarna hitam (Dalimartha,2000).

2.1.5 Kandungan Kimia Tumbuhan

(23)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta biologis seperti antikarsinogenik, antiinflamasi, dan anti-aterosklerosis (Gao et al., 2008).

2.1.6 Kegunaan Tumbuhan

Studi farmakologi dari Orthosiphone stamineus yang ditentukan dari keseluruhan ekstrak, tingtur, fraksi yang dipilih dan senyawa murni. Studi tersebut menunjukkan aktivitas antioksidan, antitumor, diuretik, antidiabetes, antihipertensi, antiinflamasi, antibakteri, dan aktivitas hepatoprotektif (Adnyana et al.,2013). Selain itu, senyawa fenolik yang terkandung didalam Orthosiphone stamineus memiliki banyak aktivitas biologis seperti antikarsinogenik, antiinflamasi, dan anti-aterosklerosis (Gao et al.,2008).

Penelitian yang dilakukan oleh Yam et al(2013) menyatakan bahwa ekstrak metanol 50% daun kumis kucing tidak menimbulkan kematian dan tidak memperlihatkan efek samping terhadap kondisi umum, seperti pertumbuhan, berat badan dan berat organ, hematologi dan nilai biokimia lain pada dosis 1250, 2500 dan 5000 mg/kg pada tikus jantan dan betina galur Sprague-Dawley. Dosis oral yang dapat menyebabkan kematian pada tikus jantan dan betina yaitu pada dosis lebih dari 5000 mg/kg.

Committee on Herbal Medicinal Products/HMPC (2010) menyebutkan tentang manfaat daun kumis kucing yang telah melalui uji klinik yaitu sebagai diuretik, peningkat sekresi empedu dari hati dan pengobatan batu ginjal. Ekstrak air daun kumis kucing yang diberikan 5x100 ml sekali sehari selama 10-15 hari, dapat meningkatkan volume urin serta meningkatkan eliminasi urea dan klorida pada 14 pasien dengan kondisi azotaemic ureamia. Ekstrak daun kumis kucing juga dapat meningkatkan produksi empedu dan eliminasi asam empedu dari kandung empedu pada sukarelawan sehat.

(24)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2.2. Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan baku obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan, kecuali dinyatakan lain,simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh atau bagian tanaman (DepKes, 1985).

Menurut Material Medika (MMI,1995), simplisia dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu:

1. Simplisia nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia.

2. Simplisia hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian hewan zat- zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

3. Simplisia pelikan (mineral)

Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan- bahan pelican (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia.

2.3 Esktraksi

(25)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2000).Dalam proses ekstraksi suatu bahan tanaman, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kandungan senyawa hasil ekstraksi diantaranya: jenis pelarut, konsentrasi pelarut, metode ekstraksi dan suhu yang digunakan untuk ekstraksi (Senja,dkk.,2014).

Metode ekstraksi menurut Depkes (2000) ada beberapa cara, yaitu: maserasi, perkolasi, refluks, sokletasi, digesti, infundasi dan dekoktasi.

1. Maserasi

Maserasi adalah suatu cara penyarian simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur kamar, sedangkan remaserasi adalah pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya . Keuntungan metode maserasi adalah prosedur dan peralatannya sederhana (MMI III, 1979).

2. Perkolasi

Perkolasi adalah suatu cara penyarian simplisia menggunakan perkolator dimana simplisianya terendam dalam pelarut yang selalu baru dan umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Prosesnya terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) (Depkes, 2000).

Keuntungan metode perkolasi adalah proses penarikan zat berkhasiat dari tumbuhan lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan waktu yang lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes, 2007). 3. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya dalam jangka waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju pendingin dan kembali ke labu (Depkes, 2000).

4. Sokletasi

(26)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga terisi dengan larutan ekstraksi dan ketika mencapai bagian atas tabung sifon, larutan tersebut akan kembali ke dalam labu (Depkes, 2000). 5. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, umumnya dilakukan pada suhu 40-60oC (Depkes, 2000).

6. Infus

Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama 15- 20 menit.

7. Dekoktasi

Dekoktasi adalah ekstraksi pada suhu 90oC- 98oC menggunakan pelarut air selama 30 menit (Agoes, 2007).

2.4 Kolesterol

Kolesterol terdapat di dalam jaringan dan lipoprotein plasma, yang bisa dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester kolesteril. Unsur ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh di dalam empedu sebagai garam kolesterol atau empedu. Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid lainnya di dalam tubuh, misal kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D (Murray.,2003).

Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap sebagai berikut :

 Tahap pembentukan mevalonat, yang merupakan senyawa enam-karbon, disintesis dari asetil-KoA.

 Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan menghilangkan CO2.

 Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk skualen.

 Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk, yaitu lanosterol.

(27)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sintesis squalen

Gambar 2: Biosintesis Kolesterol (Dipiro,2002)

Kolesterol merupakan zat yang berguna untuk menjalankan fungsi tubuh. Selain berguna untuk proses metabolisme, kolesterol berguna untuk membungkus jaringan saraf (mielin), melapisi selaput sel, dan melarutkan vitamin. Kolesterol pada anak- anak dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan otak. Kolesterol secara khas adalah produk metabolisme hewan, oleh karena itu terdapat pada makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati dan otak (Murray,2003).

Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara lemak jenuh dan kolesterol dan timbulnya penyakit jantung koroner, obesitas, serta sejumlah penyakit kanker, termasuk kanker payudara dan kanker usus besar (kolon).Untuk itu, kita dianjurkan untuk mengurangi konsumsi zat–zat ini. Kolesterol dan lemak

Asetil KoA

HMG KoA

Geranil pirofosfat Mevalonat

Mevalonat pirofosfat

Isopentenil pirofosfat

Fernesil pirofosfat

Ubiquinon

Kolesterol

(28)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berhubungan erat dengan timbulnya aterosklerosis, endapan lemak dan garam– garam lain dalam dinding pembuluh darah nadi (arteri) sehingga pembuluh darah menjadi kaku (sklerosis), yang mengakibatkan menurunnya aliran darah pada bagian yang seharusnya mendapat suplai. Jika sklerosis menyerang arteri koronaria yang menyalurkan darah ke dalam otot jantung maka jantung kekurangan suplai oksigen dan terjadilah angina pektoris atau infark jantung, yaitu suatu keadaan ketika jantung tidak dapat menjalankan fungsinya dengan benar (Uripi, 2002).

Arteriosklerosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan penebalan dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Aterosklerosis adalah bentuk arteriosklerosis yang paling umum ditemukan (Suyatna,1995). Aterosklerosis disebabkan oleh penebalan zat-zat lemak di dalam dan di bawah lapisan intima dinding pembuluh darah, yang juga terjadi pada arteri koroner. Athere (bahasa Yunani) berarti bubur encer sedangkan skleros berarti pengerasan. Jadi, arterosklerosis adalah penumpukan endapan jaringan lemak (atheroma) dalam pembuluh darah. Pengendapan lemak seperti ini disebut plaque (plak), terutama terdiri atas kolesterol dan ester kolesterol (Silalahi, 2006). Usaha untuk mencegah dan memperbaiki aterosklerosis adalah antara lain dengan menurunkan kadar kolesterol dalam plasma (Suyatna,1995).

2.4.1 Jenis Kolesterol

Di dalam darah ada tiga jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserida, dan fospolipid. Oleh karena itu sifat lipid yang susah larut dalam lemak, maka dibuat bentuk yang terlarut. Zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama apoliprotein atu apoprotein. Setiap jenis senyawa mempunyai apolipoprotein tersendiri. Misalnya VLDL, IDL, dan LDL mengandung apoprotein B100.

(29)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

densitylipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density

lipoprotein (HDL). Dari kelimanya yang penting untuk diketahui adalah LDL dan HDL.

1. Low density lipoprotein

LDL mengandung kolesterol dan fosfolipid yang cukup tinggi. LDL merupakan lipoprotein yang mengangkut kolesterol terbesar untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh dan pembuluh darah. LDL sering disebut kolesterol jahat karena efeknya yang arterogenik (mudah melekat pada dinding pembuluh darah), sehingga dapat menyebabkan penumpukan lemak dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis). Kadar LDL di dalam darah sangat tergantung dari lemak jenuh yang masuk. Semakin banyak lemak jenuh yang masuk, semakin menumpuk pula LDL. Hal ini disebabkan LDL merupakan lemak jenuh yang tidak mudah larut.

2. High density lipoprotein

HDL mengandung protein yang tinggi dan rendah kolesterol dan fosfolipid. HDL merupakan lipoprotein yang mengandung Apo-A, yang memiliki efek anti-aterogenik, sehingga disebut kolesterol baik. Fungsi utamanya adalah membawa kolesterol bebas dari dalam endotel dan mengirimkannya ke pembuluh darah perifer, lalu keluar tubuh lewat empedu. Dengan demikian penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang (Guyton.,2006).

Kolesterol tidak digunakan sebagai bahan bakar metabolik oleh sel. Kolesterol berfungsi sebagai komponen penting bagi membran plasma. Selain itu, beberapa jenis sel khusus menggunakan kolesterol sebagai prekursor untuk membentuk produk-produk sekretorik, misalnya hormon steroid dan garam empedu. Walaupun sebagian besar sel mampu mensintesis sebagian kolesterol yang diperlukan untuk membran plasma mereka sendiri, sel-sel tersebut tidak dapat membentuk dalam jumlah yang cukup, melalui makanan atau dari sel-sel yang mengkhususkan diri untuk mensintesis kolesterol, terutama sel-sel hati (Sherwood, 2003).

(30)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di membran plasma sel. Sewaktu suatu partikel LDL berikatan dengan salah satu reseptor membran, sel akan memakan partikel tersebut melalui proses endositosis. Di dalam sel, enzim-enzim lisosom akan menguraikan LDL untuk membebaskan kolesterol sehingga dapat digunakan oleh sel untuk mensintesis membran sel baru. Apabila terjadi penimbunan berlebihan kolesterol bebas di dalam sel, terjadi penghentian sintesis protein reseptor LDL (sehingga penyerapan kolesterol menurun) dan sintesis kolesterol oleh sel itu sendiri (sehingga kolesterol yang baru juga berkurang). Di pihak lain, apabila kekurangan kolesterol, sel akan membentuk lebih banyak reseptor LDL, sehingga sel dapat menyerap lebih banyak kolesterol dari darah (Sherwood, 2003).

Pemeliharaan penyaluran kolesterol darah ke sel melibatkan interaksi antara kolesterol dari makanan dan sintesis kolesterol oleh hati. Apabila jumlah kolesterol dari makanan meningkat, sintesis kolesterol oleh hati dihentikan karena kolesterol dalam darah secara langsung menghambat suatu enzim hati yang penting untuk sintesis kolesterol. Dengan demikian, semakin banyak kolesterol yang dimakan, semakin sedikit kolesterol yang dibentuk oleh hati. Sebaliknya, apabila asupan kolesterol melalui makanan berkurang, hati mensintesis lebih banyak kolesterol karena efek inhibisi koleterol pada enzim hati tersebut tidak ada (Sherwood, 2003).

(31)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 1.Klasifikasi Kolesterol Total, HDL, LDL dan Trigliserida

(Dipiro, 2009).

2.4.2 Sumber Kolesterol

Terdapat dua sumber kolesterol untuk tubuh:

 Asupan kolesterol melalui makanan, dengan produk-produk hewani, misal kuning telur, daging merah, dan mentega sebagai sumber utama lipid ini (lemak hewani mengandung kolesterol, sedangkan lemak nabati tidak) (Sherwood, 2003).

 Pembentukan kolesterol oleh banyak organ, terutama hati. Karena tubuh mampu membentuk kolesterol, tidak terdapat korelasi langsung antara kolesterol yang dimakan dengan kadar kolesterol dalam darah, walaupun penurunan asupan lemak hewani dapat menurunkan kolesterol darah

(32)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam tingkat sedang. Bagi sebagian orang,mungkin diperlukan obat untuk menurunkan kadar kolesterol darah (Sherwood.,2003).

2.4.3 Metabolisme Kolesterol

Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu jalur metabolisme eksogen, endogen dan jalur revers cholesterol transport. Kedua jalur pertama berhubungan dengan metabolisme kolesterol- LDL dan trigliserida, sedang jalur revers cholesterol transport khusus mengenai metabolisme kolesterol HDL (Dipiro.,2009).

a. Jalur Metabolisme Eksogen

Pada metabolisme ini, trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan berlemak masuk ke usus dan dicerna. Selain itu, dalam usus juga terdapat kolesterol yang berasal dari hati yang disekresikan bersama dengan empedu ke usus halus. Kedua trigliserida dan kolesterol yang berasal dari makanan dan hati ini yang terdapat di usus halus disebut lemak eksogen.Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam enterosit mukosa usus halus. Trigliserida diserap dalam bentuk asam lemak bebas sedangkan kolesterol diserap sebagai kolesterol. Setelah melewati mukosa usus halus, asam lemak bebas akan diubah kembali menjadi trigliserida dan kolesterol diesterifikasi menjadi kolesterol ester. Kedua jenis molekul ini bersamaan dengan fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang disebut dengan kilomikron.

(33)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar 3.Jalur metabolisme eksogen kolesterol (Sheperd.,2001)

b. Jalur Endogen

Pembentukan trigliserida dan kolesterol disintesis oleh hati diangkut secara endogen dalam bentuk VLDL.VLDL akan mengalami hidrolisis dalam sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi IDL(Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL kemudian diambil oleh hati dan mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL.LDL akan diambil oleh reseptor LDL di hati dan mengalami katabolisme.LDL ini bertugas menghantar kolesterol kedalam tubuh. HDL berasal dari hati dan usus sewaktu terjadi hidrolisis kilomikron dibawah pengaruh enzim lecithin cholesterol acyltransferase(LCAT). Ester kolesterol ini akan mengalami perpindahan dari HDL kepada VLDL dan IDL sehingga dengan demikian terjadi kebalikan arah transpor kolesterol dari perifer menuju hati.Aktifitas ini mungkin berperan sebagai sifat antiterogenik (Adam.,2009).

c. Jalur Reverse Cholesterol Transport

Suatu proses yang membawa kolesterol dari jaringan kembali ke hepar. HDL merupakan lipoprotein yang berperan pada jalur ini.

2.4.4 Hiperlipidemia

(34)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta hiperlipidemiasekunder akibat salah satu gangguan ini termasuk pengaturan diet serta sejumlah obat-obat untuk penyebab utama hiperlipidemia (Mycek, dkk.,2001).

Sebelum menentukan apakah yang terjadi adalah hiperlipidemia primer, harus disingkirkan penyakit-penyakit yang menyebabkan hiperlipidemia sekunder seperti diabetes, hipotiroidisme, gagal ginjal kronis atau sindrom nefrotik, penyakit hati kronis, terutama pada alkoholik, dan obstruksi bilier kronis.

Selain hiperlipidemia primer dan sekunder, ada juga yang disebut hiperlipidemia genetik. Defek tunggal dalam metabolisme lipid jarang menyebabkan hiperlipidemia hebat. Namun variabilitas genetik umum atau status heterozigot merupakan penentu kadar kolesterol yang sangat penting pada populasi umum. Hiperkolesterol familial merupakan sekelompok gangguan gen tunggal yang mempengaruhi reseptor LDL dan menyebabkan berkurang atau tidak adanya ambilan pertikel LDL, sehingga terakumulasi dalam aliran darah. Homozigot (1/1.000.000) memiliki kadar kolesterol yang sangat tinggi (10-25 mmol/L) dan penyakit jantung koroner pada usia remaja atau 20-an. Heterozigot (1/500) memiliki kolesterol yang cukup tinggi (7-12 mmol/L) dan beresiko mengidap PJK dini. Pasien bisa memiliki arkus kornea, xantelasma, dan xantorna tendon.

Hiperkolesterolemia poligenetik dan hiperlipidemia gabungan familial merupakan keadaan yang diturunkan (1/300-600) ditandai oleh kadar kolesterol yang agak meningkat (7-12 mmol/L) dengan atau tanpa kadar trigliserida yang tinggi, tidak disebabkan oleh kelainan gen tunggal, walaupun pada beberapa kasus nampaknya diturunkan secara dominan autosomal yang merupakan penyebab penting pada peningkatan resiko aterosklerosis dalam populasi. Kadar trigliserida yang sangat tinggi bisa menyebabkan pankreatitis (Davey,Patrick.,2005).

2.4.5. Faktor Resiko Pemicu Kolesterol Tinggi

Setiap faktor yang meningkatkan timbulnya penyakit disebut sebagai faktor resiko. American Heart Association membagi faktor risiko ini menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut:

(35)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta seperti kadar kolesterol darah abnormal, tekanan darah tinggi, dan merokok.

 Faktor risiko tidak langsung (contributing risk factor): Faktor risiko ini dapat diasosiasikan dengan timbulnya penyakit jantung koroner. Hubungan antara faktor tersebut dengan penyakit jantung koroner seringkali bersifat tidak langsung. Faktor-faktor yang termasuk golongan resiko ini adalah diabetes melitus, kegemukan, tidak aktif, dan stress.

 Faktor risiko alami: Faktor risiko alami disebabkan karena keturunan, jenis kelamin, dan usia.

Faktor risiko utama dan tidak langsung dapat diperbaiki, bahkan dihilangkan atau diubah. Faktor risiko berkaitan satu dengan lainnya, misalnya penyakit diabetes dengan kegemukan. Hal yang perlu diperhatikan lagi adalah adakalanya faktor risiko yang satu mendorong timbulnya faktor risiko lain, seperti merokok dapat menyebabkan kadar kolesterol abnormal. Adapun beberapa faktor risiko yang mempengaruhi kadar kolesterol adalah sebagai berikut:

a. Merokok

Merokok akan meningkatkan kecenderungan sel-sel darah untuk menggumpal didalam pembuluh dan melekat pada lapisan dalam pembuluh darah. Hal ini akan meningkatkan kecenderungan sel-sel darah untuk menggumpal didalam pembuluh dan melekat pada lapisan dalam pembuluh darah. Hal ini meningkatkan risiko penggumpalan darah dan biasanya terjadi di daerah-daerah yang terpengaruh oleh adanya aterosklerosis. Kebiasaan merokok dapat menurunkan kadar kolesterol HDL yang baik dalam aliran darah sehingga menyebabkan darah mudah membeku. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya penyumbatan arteri, serangan jantung, dan stroke menjadi semakin besar.

b. Kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan

(36)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta c. Konsumsi alkohol secara berlebihan

Kebiasaan minum alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol total dan trigliserida. Alkohol juga menyebabkan jantung dan hati tidak dapat bekerja secara optimal.

d. Obesitas dan kurang aktivitas

Obesitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan adanya kelebihan lemak dalam tubuh secara abnormal. Obesitas dan kurangnya aktivitas merupakan salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner. Selain itu, obesitas juga mendorong timbulnya faktor risiko lain, seperti diabetes dan hipertensi yang pada taraf selanjutnya meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.

e. Diabetes melitus

Diabetes melitus pada dasarnya merupakan suatu gangguan metabolisme.Dalam kasus diabetes, produksi insulin oleh pankreas berkurang, atau mungkin terhenti sama sekali. Oleh karena itu, kadar gula dalam darah meningkat hingga melampaui batas sesudah makan. Selain gangguan metabolisme gula, konversi lemak oleh tubuh juga terganggu sehingga menyebabkan kadar lemak dalam darah meningkat (Srinilawati,dkk.,2008).

2.4.6Kolesterol dan Hubungannya Pada Beberapa Penyakit

Beberapa penyakit yang berhubungan dengan kolesterol adalah sebagai berikut:s

a. Infark jantung.Arteri koroner yang mensuplai darah ke jantung menjalar diseluruh bagian luar otot jantung dan dapat tersumbat oleh endapan kolesterol-kapur (aterosklerosis). Sekitar tempat penyempitan, yaitu bagian dalam pembuluh, dapat robek yang mengakibatkan pembekuan darah setempat. Bila suatu gumpalan darah beku (trombus) menyumbat aliran darah jantung (trombosis koroner), maka terjadilah infark jantung. Akibatnya bagian jantung tersebut tidak menerima lagi darah, zat-zat gizi serta oksigen dan dalam waktu 6-12 jam berangsur-angsur mati. Dijaringan mati terbentuk parut besar yang dapat menganggu fungsi-pompa jantung (Tjay,TH dan Kirana.,2008).

(37)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya CVA (cerebrovascular accident, infark atau pendarahan di otak). Penyebabnya diketahui hanya lebih kurang 10% dari semua kasus, antara lain akibat penyakit ginjal, juga akibat tumor di anak ginjal dengan efek overproduksi hormon-hormon tertentu yang berkhasiat meningkatkan TD (feochromytomaI). Dalam kebanyakan hal penyebabnya tidak diketahui, bentuk umum yang disebut hipertensi essensial. Faktor keturunan berperan penting pada timbulnya hipertensi ini (Tjay,TH dan Kirana.,2008).

c. Angina pektoris. Suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan kebutuhan oksigen jantung. Penyebab umumnya ialah aterosklerosis pembuluh darah epikardial. Gangguan perfusi miokardium pada insufisiensi koroner menimbulkan perubahan biokimiawi, elektrofisiologi dan mekanik jantung. Gejala klasik angina pektoris ditandai oleh adanya referred pain daerah dermatom yang dipersarafi oleh segmen T1-T4, yaitu nyeri substernal menjalar ke lengan kiri bagian medial. Bila iskemia berlangsung lama dan berat, maka akan terjadi infark jantung (Suyatna.,2007).

d. Obesitas. Obesitas atau kegemukan adalah penumpukan lemak tubuh yang berlebihan. Penumpukan lemak pada orang gemuk jelas terlihat di bagian perut, pinggul, atau paha. Kegemukan cenderung menyebabkan kadar kolesterol, VLDL, dan LDL tinggi.

2.5Obat-Obat Penurun Kolesterol

Hiperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid, atau trigliserida. Hiperlipoproteinemia adalah meningkatnya konsentrasi makromolekul lipoprotein yang membawa lipid dalam plasma. Ketidaknormalan lipid plasma dapat menyebabkan pengaruh yang buruk (prediposition) terhadap koroner , serebrovaskular, dan penyakit pembuluh darah perifer (Sukandar,dkk., 2008).

(38)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengubah gaya hidup (diet, latihan fisik, penurunan berat badan) selama 3-6 bulan sebelum mulai terapi. Sebelum pengobatan dimulai penyebab hiperlipidemia sekunder harus diobati/disingkirkan seperti diabetes melitus, sindrom nefrotik, penggunaan alkohol, kontrasepsi/esterogen, hipotiroidisme, kelebihan glukokortikoid, penyakit hati obstruktif dan lain-lain (Suyatna,2007).

Bila individu dengan hiperproteinemia dipacu oleh beberapa penyakit lain seperti diabetes melitus, pecandu alkohol atau hipotiroidisme maka penyakit tersebut perlu diobati. Individu tersebut dianjurkan menghindari faktor-faktor yang dapat meningkatkan pembentukan aterosklerosis, yaitu menghentikan rokok, mengobati hipertensi, olah-raga yang cukup dan pengawasan kadar gula darah pada pasien diabetes (Suyatna,2007).

Bila pengobatan secara non farmakologi tidak memberikan pengaruh maka diperlukan pengobatan dengan obat–obatan. Pemakaian obat–obatan harus diingat

pula tidak terlepas dari efek samping. Obat sesungguhnya adalah ”benda asing” yang dimasukkan ke dalam tubuh semacam ”racun” yang diharapkan memberikan

efek baik, tetapi sekaligus mencemaskan karena memendam pula efek yang tidak mengenakkan. Itulah sebabnya indikasi pemakaian obatpun hendaklah setepat mungkin, seakan tidak ada pilihan lain lagi kecuali terpaksa menelannya. Banyak obat antikolesterol yang kini beredar di pasaran. Obat–obat ini hanya boleh dipakai, apabila dengan diet yang ketat, latihan yang teratur dan pengendalian faktor–faktor resiko lainnya tidak lagi bisa menekan kadar kolesterol dalam darah (Baaras, 1993).

Adapun obat-obat penurun kolesterol adalah:

(39)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyebabkan peningkatan ekspresi reseptor LDL, yang meningkatkan bersihan kolesterol dari plasma. Bukti kuat bahwa statin menurunkan kolesterol plasma, terutama dengan meningkatkan jumlah reseptor LDL, adalah kegagalan obat untuk bekerja pada pasien dengan hiperkolesterolemia familial homozigot (yang tidak mempunyai reseptor LDL). Efek samping jarang terjadi, salah satu yang utama adalah miopati. Insidensi miopati meningkat pada pasien yang menerima terapi kombinasi dengan asam nikotinat atau fibrat. Statin tidak boleh diberikan selama kehamilan karena kolesterol penting untuk perkembangan normal fetus. 2. Resin pertukaran anion. Kolestiramin dan kolestipol adalah bubuk yang

digunakan dengan cairan . Kedua obat ini meningkatkan ekskresi asam empedu, menyebabkan lebih banyak kolesterol yang diubah menjadi asam empedu. Penurunan konsentrasi kolesterol hepatosit menyebabkan kompensasi peningkatan aktivitas HMG-KoA reduktase dan jumlah reseptor LDL. Tampaknya peningkatan ekspresi reseptor LDL hati merupakan mekanisme utama resin menurunkan kolesterol plasma, karena resin tidak bekerja pada pasien dengan hiperkolestrolemia familial homozigot. Efek samping terbatas pada usus, karena resin tidak diabsorpsi, dan mencakup rasa penuh, rasa tidak nyaman pada perut, diare, dan konstipasi.

3. Asam Nikotinat mengurangi pelepasan VLDL dan kemudian menurunkan trigliserida plasma (sekitar 30-50%). Asam nikotinat juga menurunkan kolesterol sebanyak (10-20%) dan meningkatkan HDL. Asam nikotinat merupakan obat penurun lipid pertama untuk mengurangi mortalitas keseluruhan pada pasien dengan penyakit arteri koroner, namun penggunaannya dibatasi oleh efek yang tidak diharapkan yang meliputi kemerahan yang diperantarai prostaglandin, pusing, dan palpitasi. Saat ini asam nikotinat hampir tidak pernah digunakan.

(40)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta nukleus, reseptor alfa peroksisom yang diaktivasi proliferator (PPAR- , peroxisom proliferator-activated receptor alpha), dan menstimulasi aktivitas lipoprotein lipase. Fibrat merupakan obat lini pertama pada pasien dengan kadar trigliserida plasma yang sangat tinggi yang berisiko mengalami pankreatitis. Semua fibrat dapat menyebabkan sindrom seperti miositis. Insidensi miositis meningkat dengan penggunaan bersama inhibitor HMG-KoA dan kombinasi tersebut sebaiknya dihindari.

5. Inhibitor pada absorbsi kolesterol usus. Ezetimibe menurunkan penyerapan kolesterol (dan fitosterol) dan menurunkan kolesterol LDL sekitar 18%) dengan sedikit perubahan pada kolesterol HDL. Hal ini mungkin sinergis dengan statin sehingga menjadi terapi kombinasi yang baik (Neal,M.J.,2006).

2.6 Simvastatin 2.6.1 Definisi

Simvastatin adalah obat golongan statin, digunakan untuk menurunkan kolesterol (agen hipolipidemik) pada keadaan hiperkolesterolemi dan juga dapat mencegah penyakit kardiovaskular. Statin saat ini merupakan hipolipidemik yang paling efektif dan aman (Suyatna, 2007).

2.6.2 Farmakodinamik

(41)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta trigliserida plasma dan peningkatan ringan kadar HDL kolesterol (Katzung, 1997).

Statin menurunkan kejadian penyakit jantung koroner fatal dan nonfatal, stroke, dan angka mortalitas totalnya (Suyatna, 2007).

2.6.3 Farmakokinetik

Semua statin, kecuali lovastatin dan simvastatin berada dalam bentuk asam

β-hidroksi. Kedua statin yang disebut di atas merupakan prodrug dalam bentuk

lakton dan harus dihidrolisis lebih dahulu menjadi bentuk aktif asam β-hidroksi.

Statin diabsorpsi sekitar 40-75%, kecuali fluvastatin yang diabsorpsi hampir sempurna. Semua obat mengalami metabolisme lintas pertama di hati. Obat-obat ini sebagian besar terikat protein plasma. Sebagian besar produk degradasi dieksresi melalui feses dan kurang dari 10% dalam urin. Kadar puncak lovastatin dalam plasma terlihat 2-4 jam sesudah pemberian oral tunggal. Sesudah 3 hari dengan pemberian 1x sehari, mantap akan tercapai dan kadar plasma 1½x kadar puncak pada pemberian tunggal. Kadar tetinggi bisa didapat bila lovastatin diberikan bersama makanan. Lovastatin agaknya tidak menginduksi sitokrom P450 (Suyatna, 2007).

2.6.4 Efek Samping

Efek samping statin yang potensial berbahaya adalah miopati dan rabdomiolisis. Efek samping lain yang dapat terjadi adalah gangguan saluran cerna, sakit kepala, rash, neuropati perifer dan sindroma lupus (Suyatna, 2007).

2.7Cara Pengukuran Kadar Kolesterol Darah

Spektrofotometri adalah suatu metode pengukuran serapan radiasi elektromegnetik pada panjang gelombang tertentu, spektrofotometer terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dan spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometri adalah alat pengukur intensitas cahaya yangdapat diabsorbsi (Ganiet al.,2010).

(42)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta minimum pada spektrum serapan yang diperoleh direkam dalam nm, demikian juga kekuatan absorbansi pada maksima dan minima yang khas (Harborne,1987).

(43)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah eksperimental meliputi penyediaan simplisia, pembuatan ekstrak, pengujian farmakologi, dan uji statistik terhadap data hasil percobaan.

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta. Proses pembuatan ekstrak dan penapisan fitokimia dilakukan dilaboratorium penelitian I, uji penurunan kolesterol terhadap hewan uji dilakukan di laboratorium Animal house. Penelitian berlangsung mulai dari bulan februari 2015 sampai mei 2015. 3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: timbangan analitik, erlenmeyer, gelas ukur, gelas piala, spatula, corong, batang pengaduk,

hot plate,tabung reaksi, kaca arloji, kertas saring, alumanium foil, pipet tetes, termometer, cawan penguap, botol timbang, rotary evaporator, oven, tanur tinggi, vortex, mikropipet, timbangan hewan, sentrifugasi, kandang tikus, kapas, sonde, tabung Effendrof, spuit,TLC scanner dan spektrofotometer UV.

3.2.2 Bahan 3.2.2.1 Bahan Uji

Bahan uji yang digunakan adalah bagian herba dari tanaman kumis kucing yang diperoleh dari PT.Karya Sari Jl. Klamono A5 No. 4 Jatiwaringin Asri, Pondokgede 17411, Bekasi, Indonesia sebanyak 1,5 kg.

3.2.2.2Bahan Kimia

Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest, etanol 96%, Natrium Karboksi Metil Selulosa (Na-CMC), simvastatin dari Kimia Farma, dan larutan pereaksi kolesterol ELITech yang mengandung:

 Pepes buffer pH 6,750 mmol/L

 Fenol 24 mmol/L

 Sodium kolat 5 mmol/L

(44)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 4-aminoantipirin 0, 5 mmol/L

 Kolesterol esterase 180 U/L

 Kolesteril oksidase 200 U/L

 Peroksidase 1000 U/L

3.2.2.3Hewan uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur Sparague-Dawley dengan berat badan 150-250 gram dan berumur 3-4 bulan yang diperoleh dari Institus Pertanian Bogor. Tikus yang digunakan berjumlah 30 ekor.

3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Penyiapan Simplisia

Sebanyak 1,5 kg simplisia kering yang diperoleh dari PT Karya Saridihaluskan dengan cara digrinder yang dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Universitas Indonesia .

3.3.2 Pembuatan Ekstrak Herba Kumis Kucing

Simplisia herba kumis kucing (Orthosiphone stamineus Benth) yang telah dihaluskan diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Serbuk yang diperoleh setelah dihaluskan ditimbang sebanyak 1,5 kg dan ditambahkan pelarut etanol 96% kedalam bejana tersebut kurang lebih hingga 2 cm diatas permukaan serbuk.Pelarut diganti setiap 3 hari sekali dan pengadukan dilakukan setiap harinya 2-3 kali sehari. Hasil maserat yang didapatkan kemudian disaring dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak kental yang diperoleh dikeringkan menggunakan oven vakum yang dilakukan di laboratorium fitokimia Universitas Indonesia selama 5 hari hingga didapatkan ekstrak kering.Perhitungan randemen dihitung dari ekstrak kental yang diperoleh sebelumnya.

%Randemen=

3.3.3 PengujianParameter Ekstrak

(45)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 3.3.3.1 Penetapan Susut Pengeringan

Ekstrak ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 1050C selama 30 menit dan telah ditara.Ekstrak yang ditimbang diratakan dalam botol timbang kemudian dimasukkan kedalam oven, sebelumnya tutup botol timbang dibuka dan dikeringkan pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, botol dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar (Depkes RI,2000).

3.3.3.2 Penetapan kadar abu

1 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan kedalam krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian diratakan. Pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang (Depkes, 2000).Hitung kadar abu dengan rumus sebagai berikut:

% Kadar abu=

Keterangan :

A : Berat cawan kosong

B : Berat cawan kosong + berat ekstrak sebelum dipanaskan C : Berat cawan kosong + berat ekstrak setelah dikeringkan 3.3.3.3 Pemeriksaan Identitas Ekstrak

Diidentifikasi dengan tata nama yang meliputi nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan,nama Indonesia tumbuhan, serta senyawa marker tumbuhan (Depkes, 2000).

3.3.3.4 Pemeriksaan Organoleptis

Diidentifikasi menggunakan panca indera untuk mengetahui bentuk, warna, bau, dan rasa (Depkes, 2000).

3.3.3.5 Pengukuran Kadar Sinensetin

(46)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Fase gerak yang digunakan adalah metanol, etil asetat, dan toluen dengan perbandingan 5:40:55 Masing-masing larutan standar ditotolkan sebanyak 10 l, 30 l,50 l, dan 70 l, sedangkan untuk larutan uji digunakan 20 l. Setelah dieluasi dan dikeringkan diudara, plat dideteksi dengan menggunakan UV 365 nm (European Pharmacopoeia Comission,2005). Untuk pengukuran kadar sinensetin dilakukan dengan menggunakan alat TLC-Scanner 3 yang dilengkapiprogram winCATS (Camag).

3.3.4 Skrining Fitokimia

1. Identifikasi golongan alkaloid

Sebanyak 0,5 gram esktrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian disaring. Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia. Kemudian ditambahkan kloroform 5ml dan dikocok perlahan-lahan untuk mengekstraksi basa alkaloid. Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi dengan 10 ml asam asetat, kemudian dibagi menjadi 2 bagian. Pada pembagian pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua ditambahkan reagen Dragendorff. Terbentuknya warna krem dengan reagen meyer dan endapan coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid (Ayoolaet al.,2008). 2. Identifikasi golongan flavonoid

0,5 gram ekstrak ditambah 50 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring, filtrat yang digunakan sebagai larutan percobaan. 5 ml larutan percobaan ditambahkan sedikit serbuk magnesium, 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amilalkohol, dikocok dengan kuat dan dibiarkan memisah, terbentuknya warna orange, merah, kuning pada lapisan amilalkohol menunjukkan adanya senyawa flavonoid (Wijono,2003).

3. Identifikasi golongan saponin

(47)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 4. Identifikasi golongan tannin

0,5 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung reaksi, lalu disaring. Kemudian ke dalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3. Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan adanya tannin (Ayoolaet al.,2008).

5. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid

0,5 gram ekstrak ditambahkan 2 ml kloroform, kemudian 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Libermann-Burchard). Jika terbentuk warna hijau kehitaman menunjukkan golongan steroid dan jika terbentuk warna merah yang cepat hilang menunjukkan adanya senyawa golongan triterpenoid (Ayoolaet al.,2008).

3.3.5Penyiapan Hewan Uji

Sebelum digunakan untuk penelitian, hewan diaklimatisasi selama 2 minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Selama diaklimatisasi, tikus diberikan minum dan makanan standar serta mengontrol kesehatan dan berat badan tikus.

3.3.6 Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini digunakan hewan uji tikus putih jantan dipilih secara acak sebanyak 30 ekor untuk dibagi menjadi 5 kelompok, dihitung berdasarkan rumus federer:

(n-1)(t-1) 15

Dimana: n = jumlah ulangan minimal dari tiap perlakuan t = jumlah perlakuan

Jumlah hewan uji yang digunakan adalah : (n-1) (t-1) ) 15 (n-1) (5-1) ) 15 (n-1) (4) ) 15 (5n-4) 15

5n 19

n 3,8 = 4 ekor

(48)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kelompok, hal ini karena untuk uji antihiperlipidemia digunakan minimal 5 ekor tikus pada masing-masing kelompok (Depkes RI,1993).

Tabel 2.Pembagian Kelompok Hewan uji Berdasarkan Perlakuan

Kelompok Jumlah Perlakuan

1 5 Sebagai kontrol normal diberikan suspensi

Na-Penyiapan bahan-bahan meliputi suspensi Na-CMC (kontrol), bahan uji (ekstrak herba kumis kucing), dan dosis simvastatin (pembanding).

3.3.7.1 Penentuan Dosis Ektrak Herba Kumis Kucing

Dosis ekstrak etanol 96% herba kumis kucing yang digunakan yaitu 250mg/kg BB, 500 mg/kg BB, dan 1000 mg/kg BB. Pemilihan dosis berdasarkan dosis yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sriplang et al.,2007). Volume larutan uji yang diberikan dibuat 2 ml yang disesuaikan dengan berat badan tikus.

3.3.7.2 Pembuatan Suspensi Na-CMC 1%

Sebanyak 1 gram NaCMC, didispersikan dalam 20 ml aquadest hangat hingga homogen didalam lumpang, lalu digerus dan ditambahkan sedikit demi sedikit aquadeshingga 100 ml.

3.3.7.3 Pembuatan Suspensi Ekstrak Herba Kumis Kucing

(49)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maka cara pembuatan suspensi ekstrak : Ekstrak etanol herba kumis kucing ditimbang masing-masing sebanyak 0,5g, 1g, dan 3g, dimasukkan ke dalam lumpang yang berisi sedikit suspensi Na-CMC 1%digerus homogen lalu dicukupkan dengan suspensi Na-CMC hingga 20 ml.

3.3.7.4 Dosis Simvastatin Sebagai Kontrol Positif

Dosis simvastatin yang digunakan untuk manusia adalah 5-10 mg/hari. Dosis yang digunakan untuk penelitian yaitu 10 mg/hari. Konversi dosis ke tikus berdasarkan rumus HED adalah 1,03 mg/kgBB. Pemberian simvastatin melalui oral dalam bentuk suspensi dengan menambahkan NaCMC.

3.3.8 Uji Efek Antikolesterolemia

a. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus putih jantan galur Sparague-Dawley. Kelompok tersebut terdiri dari kelompok kontrol normal, kontrol positif, uji dosis 250 mg/kg BB, 500 mg/kg BB, dan 1000 mg/kg BB.

b. Setiap hari semua tikus diberi pakan standar 120 gram/6 ekor tikus dan aquadest.

c. Sebelum diberikan perlakuan, masing-masing tikus diukur kadar kolesterol total.

d. Pada kelompok 1 diberikan suspensi NaCMC 1%, kelompok 2 diberikan suspensi simvastatin, kelompok 3 diberikan suspensi ekstrak herba kumis kucing dosis 250 mg/kgBB, kelompok 4 dengan dosis 500 mg/kgBB, dan kelompok 5 diberikan dosis 1000 mg/kgBB.

e. Masing-masing kelompok uji diberikan perlakuan selama 20 hari..

f. Pada hari ke 21 setelah pemberian ekstrak herba kumis kucing dilakukan pengambilan darah tikus pada semua kelompok melalui vena mata, kemudian dilakukan pengukuran kadar kolesterol total pada darah tikus. Sebelumnya tikus dipuasakan selama 12 jam.

3.3.9 Cara Pengambilan Darah

(50)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan jari tangan. Tikus dikondisikan senyaman mungkin, kemudian pipa kapiler digoreskan pada retro-orbital pleksus.Pipa kapiler diputar sampai melukai pleksus, lalu darah ditampung pada tube EDTA untuk tujuan pengambilan plasma darah . Darah yang diambil dari setiap mata tikus berkisar antara 1-1,5ml. Darah didiamkan selama 15 menit dan disentrifus selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.Plasma darah yang diperoleh dipipet menggunakan pipet mikro dan dimasukkan ke dalam tabung Effendorf lalu disimpan pada suhu -200C. 3.3.10 Cara Pengukuran Kadar Kolesterol

Pengukuran kadar kolesterol total tikus dilakukan dengan metode enzimatis dengan larutan pereaksi kolesterol ELITech yang mengandung pepes buffer, fenol, sodium kolat, 4-aminoantipirin, kolesterol esterase, kolesterol oksidase dan peroksidase. Plasma darah dipipet menggunakan mikropipet sebanyak 0,01 l dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan pereaksi kolesterol ELITech sebanyak 1 ml dan dibiarkan selama 20 menit pada suhu kamar. Sebagai blanko digunakan pereaksi kolesterol ELITech sebanyak 1 ml dan aquadest 0,01 ml, dan sebagai standar digunakan 0,01ml standar kolesterol dan 1 ml reagen kolesterol ELITech. Kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-visibel pada panjang gelombang 500 nm (Dachriyanus et al.,2007). Untuk mengetahui kadar kolesterol total dihitung menggunakan rumus:

(200 mg/dl)

3.3.11 Uji Statistik Terhadap Kadar Kolesterol Darah

(51)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi herba kumis kucing (Orthosiphone stamineus Benth)

Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan di Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor menunjukkan bahwa jenis simplisia yang digunakan pada penelitian ini adalah kumis kucing (Orthosiphone stamineus

Benth) dengan suku Lamiaceae (Lampiran 3). Determinasi dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi jenis simplisia yang digunakan.

4.2 Hasil Ekstraksi Herba Kumis Kucing

Dari 1500 g serbuk herba kumis kucing yang diekstraksi diperoleh ekstrak kental sebanyak 133 g sehingga randemen yang diperoleh yaitu 8,87 % (lampiran 10). Randemen merupakan perbandingan ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal.Menurut Farmakope herbal randemen ekstrak dari daun kumis kucing tidak kurang dari 8,7%, dan hasil randemen yang diperoleh pada penelitian ini adalah 8,87%. Metode maserasi yang digunakan dalam proses ektraksi ini dipilih karena maserasi merupakan metode sederhana dan baik untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan. Pemilihan pelarut etanol 96% sebagai pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi ialah karena senyawa sinensetin dari golongan flavonoid yang berperan dalam memberikan aktivitas farmakologi larut dengan baik dalam pelarut ini. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Arifiantiet al pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa rerata kadar sinensetin tertinggi dalam ekstrak daun Orthosiphon stamineus Benth diperoleh pada kelompok ekstrak dengan pelarut pengekstraksi etanol 96%. Selain itu, pelarut ideal yang sering digunakan adalah alkohol atau campurannya dengan air yang merupakan pelarut pengekstraksi yang mempunyai extractive power yang terbaik untuk hampir semua senyawa yang mempunyai berat molekul rendah seperti alkohol, saponin dan flavonoid.

Gambar

Gambar1: Tanaman kumis kucing (sumber: USDA)
Gambar 2: Biosintesis Kolesterol (Dipiro,2002)
Tabel 1.Klasifikasi Kolesterol Total, HDL, LDL dan Trigliserida
Gambar 3.Jalur metabolisme eksogen kolesterol (Sheperd.,2001)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol daun kumis kucing, daun sukun, dan herba putri malu terhadap penurunan kadar asam urat darah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji efek ekstrak etanol 70% daun kumis kucing (Orthosiphon stamineus) terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus

Pemberian ekstrak etanol 96% Anggur Merah ( Vitis Vinifera ) dosis 500mg/200gramBB darah pada tikus putih jantan galur wistar ( Rattus novergicus ) yang diberi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 0,7g/200g BB sediaan konsentrat ekstrak etanol 96% herba kemangi memiliki pengaruh yang sangat nyata terhadap bertambahnya lama waktu

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas diuretik dan kandungan mineral dalam urin setelah pemberian ekstrak tanaman kumis kucing serta menentukan dosis

Dari penelitian ini didapatkan bahwa dosis minimum ekstrak etanol herba krokot ( Portulaca oleracea L.) dalam menurunkan kadar trigliserida pada tikus obesitas

Pada gambar diatas menunjukkan dosis terbesar dalam menurunkan kadar kolesterol total yaitu pada perlakuan 5 yang diberi ekstrak etanol bawang putih dengan dosis 18mg/200gr

Penelitian ini bertujuan menelaah efek ekstrak etanol herba meniran daun ungu sebagai anti-inflamasi dan anti-diare dalam bentuk dosis tunggal dan variasi dosis ungu