• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus Interpretasi Radiografi Gangguan Sistem Kardiovaskular Pada Anjing Di Klinik Hewan My Vets Bumi Serpong Damai Dan Kemang Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kasus Interpretasi Radiografi Gangguan Sistem Kardiovaskular Pada Anjing Di Klinik Hewan My Vets Bumi Serpong Damai Dan Kemang Selatan"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

SELATAN

JALALUDIN SYAHIRUL AMIN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Studi Kasus Interpretasi Radiografi Gangguan Sistem Kardiovaskular Pada Anjing di Klinik Hewan My Vets Bumi Serpong Damai dan Kemang Selatan adalah karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

(3)

JALALUDIN SYAHIRUL AMIN. Case Study Radiography Interpretation of Cardiovascular System Disorder in Dogs at My Vets Animal Clinic Bumi Serpong Damai and Kemang Selatan. Supervised by DENI NOVIANA and SITI ZAENAB.

This study was aimed to present radiographic interpretation of cardiovascular system disorder in dogs at My Vets Animal Clinic Bumi Serpong Damai Tangerang and Kemang Selatan. Radiographical interpretation was using Röntgen pictures from 7 dogs including their medical records. Parameters examined were VHS (Vertebrae Heart Size) measurement, dorsoventrally or ventrodorsally heart size to thorax cavity measurement, and enlargement of heart chamber. Furthermore, the other parameters that also performed in this study were enlargment of main blood vein measurement which was aorta, main pulmonary artery, caudal of vena cava, and lungs surface scoring. Main changes found were pulmonary vein dilatation which was found in all cases. Alveolar pattern change, air bronchogram, was found in 86% cases of lungs surface scoring. Main vein dilatation cases were 56% of all cases examined. Heart enlargement was found in 2 dogs. Along with those findings, another radiographic changes were also found with variying frequency. All radiographic findings on the cardiovascular system disorder described above lead to make a specific diagnosis and differential diagnosis of certain diseases that were discussed in depth in this study.

(4)

JALALUDIN SYAHIRUL AMIN. Studi Kasus Interpretasi Radiografi Gangguan Sistem Kardiovaskular Pada Anjing di Klinik Hewan My Vets Bumi Serpong Damai dan Kemang Selatan. Dibimbing oleh DENI NOVIANA dan SITI ZAENAB.

Penelitian ini bertujuan untuk menyajikan gambaran radiografi kasus penyakit gangguan sistem kardiovaskular pada pasien anjing di Klinik Hewan My Vets Bumi Serpong Damai Tangerang dan Kemang Selatan. Bahan interpretasi radiografi menggunakan hasil foto Röntgen 7 ekor anjing beserta data rekam medisnya. Parameter-parameter yang diamati adalah pengukuran nilai VHS (Vertebrae Heart Size), pengukuran nilai besar jantung terhadap rongga thoraks pada posisi dorsoventral atau ventrodorsal, dan pengukuran pembesaran ruang jantung. Pengamatan juga dilakukan terhadap perubahan ukuran pembuluh darah utama berupa pembesaran aorta, main pulmonary artery, caudal vena cava, dan penilaian lapang paru-paru. Perubahan-perubahan utama yang ditemukan adalah dilatasi vena pulmonary yang ditemukan pada semua kasus, perubahan pola alveolar berupa air bronchogram pada penilaian lapang paru-paru yaitu sekitar 86%, dilatasi pada pembuluh darah utama sekitar 56% dari kasus yang diamati, dan pembesaran jantung ditemukan pada hasil interpretasi 2 ekor anjing. Selain perubahan-perubahan utama di atas, ditemukan perubahan-perubahan radiografi lainnya dengan frekuensi yang beragam. Semua perubahan-perubahan radiografi pada sistem kardiovaskular yang ditemukan di atas menunjukan kearah dugaan diagnosa penyakit tertentu beserta diagnosa pembandingnya yang dibahas secara mendalam pada studi kasus ini.

(5)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2011

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(6)

SELATAN

JALALUDIN SYAHIRUL AMIN

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(7)

Nama : Jalaludin Syahirul Amin

NIM : B04060274

Disetujui :

Diketahui

DR. Nastiti Kusumorini

Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Tanggal Lulus:

Drh. Deni Noviana, Ph D Pembimbing I

(8)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan HidayahNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Peneletian ini dimulai pada bulan Juni 2010 dengan judul Studi Kasus Interpretasi Radiografi Gangguan Sistem Kardiovaskular Pada Anjing di Klinik Hewan My Vets Bumi Serpong Damai dan Kemang Selatan. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, khususnya ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada pihak klinik My Vets yang telah memberi dukungan terhadap penelitian ini melalui bentuk perizinan dalam pengambilan data rekam medis pasien dan gambar radiogram kasus pasien. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Djafar Effendi dan Saodah, kedua kakak, Faridah Lailatul Fitriah dan Subhan Fajrul Huda, yang telah memberikan do’a, dukungan, dan semangat. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada :

1. Drh. Deni Noviana, PhD selaku pembimbing I yang telah memberikan banyak arahan, motivasi, dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Drh. Siti Zaenab selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan nasehat yang sangat berguna.

3. Drh. M. Fakhrul Ulum yang telah memberikan dukungan, nasehat, dan masukan yang sangat berguna.

4. Seluruh pegawai bagian Bedah dan Radiologi FKH IPB yang telah memberikan semangat dalam penyelesaian skripsi.

5. Drh. Osye, drh. Eva, drh. Ayu, drh. Joanna, dan drh. Zulfa beserta pegawai rekam medis Klinik My Vets yang telah memberikan bantuan moral dan teknis.

6. Teman spesial Dianitha Phobe Yuliane Pertiwi yang memberikan semangat dan masukan psikis penulis.

(9)

Akhir kata, setiap insan di dunia pasti pernah berbuat kesalahan, demikian pula dengan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk khasanah ilmu pengetahuan tanah air tercinta, Indonesia.

Bogor, Maret 2011

(10)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Januari 1988 dari ayah Djafar Effendi dan ibu Saodah. Penulis merupakan putra ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari SD Negeri 09 Makasar dan lulus tahun 2000. Pendidikan penulis dilanjutkan ke SLTP Negeri 150 Jakarta Timur (2000-2003). Masa SMA penulis diselesaikan di SMA Angkasa 1 Halim Perdana Kusuma dan lulus pada tahun 2006 dan melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Mayor yang dipilih penulis di IPB adalah Fakultas Kedokteran Hewan.

Selama menjadi mahasiswa, sejak tingkat 1, penulis aktif dalam berbagai organisasi seperti DPM TPB Komisi C Infokom. Penulis berkesempatan menjadi Wakil IMAKAHI Cabang FKH IPB, Divisi Eksternal pada Minat dan Profesi Ornithologi dan Unggas, Divisi Pendidikan Veterinary Japanese Club, Divisi Zoonosis pada Forum Mahasiswa Indonesia Tanggap Flu Burung, dan menjadi Asisten Praktikum beberapa mata kuliah FKH IPB. Selain itu, prestasi yang pernah mendapatkan Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa IPB.

Tugas akhir dalam pendidikan tinggi diselesaikan penulis dengan menulis skripsi yang berjudul “Studi Kasus Interpretasi Radiografi Gangguan Sistem Kardiovaskular Pada Anjing di Klinik Hewan My Vets Bumi Serpong Damai dan Kemang selatan” sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana kedokteran hewan Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor dibawah bimbingan

(11)

DAFTAR ISI`

2.3 Interpretasi radiografi dan standar pandang radiografi ... 8

2.4 Interpretasi radiografi thoraks ... 10

2.4.1 Posisi tampilan radiografi pada trakhea ... 14

2.4.2 Posisi tampilan radiografi pada bronchi ... 15

2.4.3 Posisi tampilan radiografi pada paru-paru ... 15

2.4.4 Posisi tampilan radiografi pada diafragma ... 15

2.4.5 Posisi tampilan radiografi pada pleura ... 16

2.4.6 Posisi tampilan radiografi pada mediastinum ... 17

2.5 Radiografi anatomi pada sistem kardiovaskular ... 19

2.5.1 Jantung ... 19

2.5.2 Perikardium ... 20

2.5.3 Duktus vena ... 20

2.5.4 Vena cava dan vena azygos ... 20

2.5.5 Atrium kanan dan aurikel kanan ... 22

2.5.6 Ventrikel kanan ... 23

2.5.7 Arteri pulmonar dan duktus arteriosum ... 23

2.5.7 Vena pulmonar ... 25

2.5.8 Atrium kiri, aurikel kiri, dan ventrikel kiri ... 25

2.5.9 Arteri coronary ... 25

2.5.10 Aorta dan arteri utama ... 26

BAHAN DAN METODE ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

SIMPULAN DAN SARAN ... 57

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Nilai normal mAs, kVp, dan lama waktu saat penggunaan Grid ataupun tidak,

pada radografi thoraks hewan kecil. ... 13

2. Rekam medis Whisky ... 36

3. Rekam medis Alicia ... 39

4. Rekam medis Fluffy ... 41

5. Rekam medis Maxi ... 44

6. Rekam medis Moni ... 47

7. Rekam medis Olive ... 49

8. Rekam medis Tommy ... 51

9. Persentase kejadian pembesaran pembuluh darah utama pada pasien anjing melalui interpretasi radiografi ... 53

10.Nilai pengukuran VHS dan pengukuran nilai besar jantung anjing terhadap rongga thoraks secara radiografi pada posisi DV/VD ... 54

11.Persentase kejadian pembesaran ruang jantung di anjing melalui interpretasi radiografi ... 55

12.Penilaian lapang paru-paru dengan perubahan patologis pada posisi lateral .. 56

(13)

DAFTAR GAMBAR

1. Panjang Gelombang pada sinar-x secara berurutan . ... 2

2. Sebuah atom dengan nukleus yang bernilai (+) pada bagian tengah dan elektron diseklitar nukleus yang bernilai (-). ... 3

3. Pancaran sinar-x yang dihasilkan pada tabung mesin sinar-x akibat beda potensial yang terjadi antara katoda dan anoda. ... 3

4. Skala kehitaman film yang diukur dari jumlah sinar-x yang terserap. ... 4

5. Hubungan kerapatan (density) terhadap paparan sinar-x. ... 5

6. Lima dasar opasitasitas radiografi akibat perbedaan penyerapan sinar-x. ... 5

7. Skema pengaruh ketebalan terhadap radioopasitas. ... 6

8. Skematis paparan sinar-x yang lewat pada fast film dan slow film... 7

9. Skema Focal spot-Film Distance (FFD). ... 8

10.Skema Object Film Distance (OFD). ... 8

11.Ilustrasi tatanama. ... 9

12.Radiografi pada thoraks anjing dengan posisi lateral kiri. ... 11

13.Radiografi pada thoraks anjing dengan posisi dorsoventral. ... 12

14.Pengukuran Vertebrae Heart Size (VHS). ... 14

15.Thoraks pada pandangan dorsal (A) dan melintang (B) ... 17

16.Pembagian mediastinum menjadi bagian kiri dan kanan, pada potongan melintang bagian thoraks pada anjing. ... 18

17.Struktur internal pada jantung hewan (A), aliran darah yang melewati tubuh (B). ... 21

18. Radiografi jantung anjing dan jalur peredaran darah di dalam jantung sebelah kanan pada posisi lateral. ... 22

19.Pandangan dorsoventral radiografi pada jantung anjing dan jalur peredaran darah di dalam jantung ... 23

20.Skematis letak pembuluh darah dan ruang jantung pada posisi dorsoventral. . 24

21.Radiografi jantung anjing dan jalur peredaran darah didalam jantung sebelah kiri pada posisi lateral. ... 24

22.Perhitungan Vertebrae Heart Size (VHS) pada posisi radiografi lateral hewan anjing ... 28

23.Skema pengukuran luas jantung dan rongga thoraks pada posisi dorsoventral atau ventrodorsal ... 28

24.Skema radiografi thoraks pada posisi lateral dengan pembesaran pada ruang jantung dan beberapa pembuluh utama ... 29

25.Radiografi thoraks pada posisi DV/VD dengan pembesaran pada ruang jantung dan beberapa pembuluh utama ... 30

26.Skema sisi lateral sistem pembuluh darah paru-paru. ... 32

27.Skema kejadian peribronchial pattern. ... 32

28.Skema bentuk tampilan peribronchial pattern. ... 32

29.Kejadian radiografi air bronchogram pada posisi lateral ... 33

30.Radiografi kejadian cotton like density pada posisi lateral ... 33

31.Radiografi kejadian lobar sign pada posisi DV/VD ... 34

32.Radiografi fissure line pada posisi DV/VD ... 34

(14)

34.Kasus 1 pada posisi lateral ... 36

35.Kasus 1 pada posisi dorsoventral ... 37

36.Kasus 2 pada posisi lateral ... 39

37.Kasus 2 pada posisi dorsoventral ... 40

38.Kasus 3 pada posisi lateral ... 42

39.Kasus 3 pada posisi dorsoventral ... 43

40.Kasus 4 pada posisi lateral ... 44

41.Kasus 4 pada posisi dorsoventral ... 45

42.Kasus 5 pada posisi lateral ... 47

43.Kasus 5 pada posisi dorsoventral ... 48

44.Kasus 6 pada posisi lateral ... 49

45.Kasus 6 pada posisi dorsoventral ... 50

(15)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radiografi merupakan sarana diagnosa penyakit dengan menggunakan radiasi sinar-X. Radiografi digunakan untuk menampilkan pencitraan organ dalam tubuh secara dua dimensi. Penentuan diagnosa penyakit akibat gangguan pada sistem kardiovaskular melalui evaluasi hasil Röntgen atau gambaran radiografi (radiogram) sangat penting dan diperlukan penilaian akurat untuk mendapatkan diagnosa yang tepat, namun diagnosa terkadang kurang tepat dikarenakan kurangnya pemahaman dalam penilaian evaluasi radiogram. Evaluasi radiogram pada thoraks hewan kecil adalah salah satu hal terpenting dan paling sering dilakukan untuk mendiagnosa penyakit pada praktek hewan kecil (Thrall 2002).

Pada proses evaluasi radiogram, perubahan pada struktur organ bisa terlihat berlebihan (radioopaque) atau rendah (radiolucent) (Thrall 2002), sehingga banyak kekeliruan atau jebakan dalam interpretasi radiografi yang dibuat (Godshalk 1994). Menurut Bonagura (2000) hasil radiografi yang kurang baik dengan penetrasi yang tidak cukup atau posisi pasien yang tidak benar mungkin dapat menyesatkan, oleh karena itu diperlukan pengetahuan yang baik dalam evaluasi radiogram dan penjelasan yang jelas serta tepat dalam menginterpretasikan gambaran radiografi untuk menentukan diagnosa.

1.2 Tujuan dan Manfaat

(16)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisika radiasi

Pada tanggal 8 November tahun 1895, seorang fikawan German Wilhelm Conrad Röntgen menemukan sinar-x (Thrall 2002). Menurut Lavin (2003) setelah melakukan investigasi lanjutan, Röntgen memberikan laporan tulisan kepada Society of Physics and Medical Sciences at the University of Wurzburg pada tanggal 28 November 1895, dengan memberikan hasil gambaran radiografi tangan istrinya yang dihasilkan dari tabung sinar-x buatannya. Setelah lebih dari 100 tahun penemuannya, sinar-x digunakan banyak aspek pada gambaran medis (Thrall 2002).

Sinar-x didefinisikan sebagai bentuk elektromagnetik radiasi serupa dengan cahaya tampak tetapi memiliki panjang gelombang yang pendek dan berurutan pada Gambar 1. Elektromagnetik radiasi merupakan sebuah cara pengiriman energi melalui jarak yang dicirikan oleh panjang gelombang, frekuensi, dan energi (Lavin 2003). Besar nilai panjang gelombang pada sinar-x sebesar 0,00000001 cm (Thrall 2002).

Gambar 1 Panjang Gelombang pada sinar-x secara berurutan (Lavin, 2007).

(17)

bernilai negatif mengenai anoda yang bernilai positif, dan elektron dengan jumlah besar akan menyebabkan beda potensial yang besar sehingga menghasilkan energi yang besar. Beda potensial di atur pada kilovoltage peak (kVp) pada mesin sinar-x, sehingga bila terjadi peningkatan pada kVp akan menyebabkan beda potensial yang besar di antara anoda dan katoda.

Gambar 2 Sebuah atom dengan nukleus yang bernilai (+) pada bagian tengah dan elektron diseklitar nukleus yang bernilai (-) (Lavin, 2003).

Gambar 3 Pancaran sinar-x yang dihasilkan pada tabung mesin sinar-x akibat beda potensial yang terjadi antara katoda dan anoda (Lavin, 2003).

2.2 Prinsip Radiografi

(18)

pulmonary, atau penyakit onkologik, sedangkan menurut Thrall (2002) radiografi digunakan untuk menilai struktur dalam tubuh.

Pembuatan gambar radiografi harus menggunakan metoda yang tepat agar gambar yang dihasilkan jelas dan bisa difahami untuk di interpretasikan (Thrall, 2002). Kehitaman pada radiografi tergantung pada jumlah sinar-x yang diserap oleh intensifying screen, dan dengan demikian sejumlah cahaya mengekspos film radiografi. Pada Gambar 4 menjelaskan daerah yang terpapar dengan sejumlah besar sinar-x akan hitam (radiolucent) setelah pengolahan film, sebaliknya pada daerah yang dilewati oleh sedikt sinar-x akan tembus cahaya (translucent) atau tampak putih (radiopaque), sedangkan derajat kehitaman pada film merupakan ukuran kerapatan masa (density), sehingga hubungan density dan kegelapan film terkait secara langsung (Berry et al 2002) pada Gambar 5.

(19)

Gambar 5 Hubungan kerapatan (density) terhadap paparan sinar-x (Thrall 2002).

Menurut Owens dan Biery (1992) karakteristik energi pancaran sinar-x berkemampuan untuk menembus dan melemahkan karena perbedaan density dan jumlah jaringan tubuh, ini digambarkan dalam lima dasar opasitas radiografi yaitu: udara, lemak, jaringan lunak, tulang, dan metal pada Gambar 6.

Udara Lemak Air Tulang Logam

RADIOPACITY RADIOLUCENCY OPTICAL DENSITY FILM BLACKNESS

RADIOGRAPHIC DENSITY

(20)

Selain density, ketebalan objek juga mempengaruhi radioopasitas yang terbentuk dari paparan sinar-x, oleh karena itu semakin tebal objek yang dilalui sinar-x maka semakin sedikit sinar-x yang dapat merubah film sehingga gambaran pada film berwarna putih (Berry et al 1997) pada Gambar 7.

Gambar 7 Skema pengaruh ketebalan terhadap radioopasitas (Thrall 2002).

(21)

Beberapa mesin sinar-x memiliki focal spot yang berukuran besar dan kecil. Pada penggunaan focal spot kecil menyebabkan kejelasan gambar yang bagus dibandingkan menggunakan focal spot besar, dikarekan penumbra yang dihasilkan pada focal spot yang besar lebih besar sehingga mempengaruhi kejelasan gambar. Pada Focal spot-Film Distance (FFD) adalah jarak film dengan focal spot. Pada Gambar 9 menjelaskan jarak focal spot yang semakin pendek akan menyebabkan penumbra yang besar, sedangkan focal spot yang lebih jauh menghasilkan penumbra lebih kecil sehingga kejelasan gambar lebih baik (Thrall & Widmer 2002).

Pada Object Film Distance (OFD) apabila jarak pasien terhadap film lebih dekat maka akan menghasilkan penumbra yang kecil, sebaliknya apabila jarak pasien terhadap film jauh akan menghasilkan penumbra yang besar sehingga kejelasan gambar berkurang pada Gambar 10. Intensifying screen digunakan untuk mengubah sinar-x menjadi cahaya tampak, karena Intensifying screen mengandung crystal phosphorescent yang memancarkan cahaya ketika terpapar sinar-x. Hamburan radiasi merupakan faktor utama yang berkontribusi pada pengurangan kejelasan gambar. Grid berbentuk datar dan persegi dengan jalur berseri dan landasan dari alumunium foil, sehingga grid memberikan kualitas diagnosa pada radiografi karena menyerap hamburan radiasi (Thrall & Widmer 2002).

(22)

Gambar 9 Skema Focal spot-Film Distance (FFD) apabila jarak focal spot semakin jauh maka menghasilkan penumbra yang lebih kecil, sehingga menghasilkan ketajaman gambar radiografi yang bagus (Thrall & Widmer 2002).

2.3 Interpretasi radiografi dan standar pandang radiografi

Interpretasi radiografi adalah dasar pada pengenalan dan analisa struktur dengan perbedaan yang relatif pada radiopasitas sebuah gambar hasil sinar x (Owens & Biery, 1992), sedangkan menurut Berry et al (2002) interpretasi Gambar 10 Skema Object Film Distance (OFD) apabila jarak pasien lebih dekat akan menghasikan

(23)

radiografi adalah evaluasi dari hasil radiografi yang dibuat dari awal sampai akhirnya menjadi gambaran radiografi. Secara filosofi interpretasi pertama kalinya merupakan pemeriksaan dan interpretasikan film tanpa mempertimbangkan riwayat hewan atau hasil pengujian lainnya kemudian menjadi suatu pengkajian film dari penemuan kasus dengan cahaya untuk membuat interpretasi klinis akhir (Gavahan 2003).

Pada evaluasi radiografi dengan hasil yang buruk, teknisi harus melihat hasil dari pemeriksaan fisiologis yang ditemukan, signalemen dan sejarah penyakit dari pasien untuk dapat membantu dalam penetapan diagnosa. Pada pemeriksaan radiografi yang spesifik pemeriksaan harus lengkap dan tidak terbatas pada satu area yang diambil. Pemeriksaan radiografi juga harus memiliki gambaran normal, ini guna untuk dapat dengan mudah melihat perubahan atau abnormalitas yang terjadi (Berry et al 2002).

Gambar 11 Ilustrasi tatanama yang digunakan untuk menggambarkan secara langsung pancaran sinar-x untuk radiografi (Lawhead dan Beaker 2005).

(24)

Menurut Thrall dan Widmer (2002) penamaan posisi di dalam radiografi secara langsung berdasarkan pada letak titik pusat penetrasi sinar-x terhadap tubuh, dari masuknya sinar-x sampai keluarnya sinar-x dari tubuh, penamaan penggambaran tampilan radiografi mengikuti terminology pada Nomina Anatomica Veterinaria yang dapat dilihat pada Gambar 11. Pada umumnya, standar pandang radiografi yang biasa dilakukan yaitu posisi Cranio-caudal, Latero-medial atau yang biasa disebut juga dengan Lateral recumbency, Ventro-dorsal, Dorso-ventral, dan Oblique.

2.4 Interpretasi radiografi thoraks

Radiografi thoraks satu dari antara banyaknya metoda yang dilakukan dokter hewan untuk pemeriksaan pada hewan yang mengalami penyakit pada jantung, paru-paru, dan gangguan sistem kardiovaskular (Adrian & Lamb 2002; Israel 2005; Bomassi 2007; Smith 2009). Radiografi thoraks sering digunakan di dalam pengenalan dan kajian pada penyakit kardiovaskular (Bonagura, 2000), sedangkan menurut Hansson (2004) radiografi thoraks merupakan salah satu alat diagnosa terpenting pada anjing dengan kasus kardiovaskular. Evaluasi radiografi pada thoraks hewan kecil merupakan salah satu hal terpenting dan banyak digunakan sebagai alat diagnosa pada praktek hewan kecil (Berry et al 2002). Radiografi thoraks biasanya dilakukan untuk pemeriksaan trakhea, paru-paru, jantung, oesophagus, diafragma, costae, ruang pleura dan thoraks (Bonagura, 2000).

(25)

Gambar 12 Radiografi pada thoraks anjing dengan posisi lateral kiri yang terdiri: (A) aspek cranial pada lobus paru-paru bagian cranial kiri, (B) lobus paru-paru cranial superimposed, (C) trachea, (D) lobar bronkus cranial, (E) bayangan jantung, (F) apex jantung, (G) caudal vena cava, (H) aorta desending, (I) difragma krus kanan, (J) difragma krus kiri, (K) dinding lambung, (L) kupula diafragma, (M) hati (Ticer 1984).

Pada DV/VD pancaran sinar-x terpusat pada tulang rusuk ke 6, posisi DV/VD di dalam film x-ray terbaca dengan terbalik, sebelah kanan dinding dada pada film berarti menunjukan sebelah kiri dinding hewan dan begitu sebaliknya (Kealy 1979). Menurut Ruehl dan Thrall (1981) di dalam Hansson (2004) posisi DV/VD sangat penting dalam pemeriksaan jantung, sedangkan menurut Silverman dan Suter (1975) di dalam Hansson (2004) pengambilan gambar di film x-ray ketika saat inspirasi penuh. Radiografi thoraks dilakukan pada saat inspirasi maksimum untuk meningkatkan kontras antara struktur radiolucent dan

radioopaque yang juga akan memperluas ruang thoraks dan mengembangkan

(26)

Gambar 13 Radiografi pada thoraks anjing dengan posisi dorsoventral yang terdiri: (A) lobus paru-paru kranial, (B) mediastinum kranial, (C) aspek vental pada paru-paru lobus cranial kanan, (D) aspek ventral pada mediastinum cranial yang bergerak ke kiri, (E) bayangan jantung, (F) arteri pulmonary lobar caudal, (G) caudal vena cava, (H) aspek vental medistinum caudal, (I) kupula diafragma, (J) air-field fundusI pada lambung (Ticer 1984).

(27)

Tabel 1 Nilai normal mAs, kVp, dan lama waktu saat penggunaan Grid ataupun tidak, pada radografi thoraks hewan kecil (Tilley et al 2008).

Daerah mA Time mAs Ketebalan (cm)/kVp

Tanpa Grid

Thoraks 100 1/60 1,7 3/48; 4/50; 5/52; 6/54; 7/56; 8/58; 9/60; 10 (cm)/62

Penggunaan Grid

Thoraks 200 1/60 3,3 11/66; 12/68; 13/70; 14/72; 15/74; 16 (cm)/76

300 1/60 5 17/76; 18/78; 19/80; 20/82; 21/84; 22 (cm)/86 mA: milliAmpere, mAs:milliAmpere seconds, kVp: kiloVolt peak.

Pada interpretasi radiografi thoraks, evaluasi pengukuran besar jantung umum dilakukan. Metode pengukuran pada jantung atau yang biasa disebut Vertebrae heart size (VHS) sudah lama dilakukan. Menurut Hansson (2004) penggunaan VHS sudah lama di sarankan oleh (Schulze & Nöldner 1957; Hamlin 1968; Uhlig & Werner 1969; Toombs & Ogburn 1985). Vertebrae Heart Size adalah cara pengukuran jantung dengan membandingkan panjang vertebrae thoracic melalui gambaran radiografi (Buchanan & Bücheler 1995). Menurut Lynne et al (2010) penghitungan VHS yaitu dengan penjumlahan dari long axis dan short axis, long axis merupakan pengukuran dari carina sampai ke puncak jantung dan short axis merupakan pengukuran luas bagian jantung pada sumbu tegak lurus terhadap sumbu panjang, pengukuran dimulai dari tepi cranial tubuh vertebrae thoracic ke 4 yang dapat dilihat pada Gambar 14. Pengukuran VHS cenderung banyak dilakukan pada anjing dengan kasus penyakit pada jantung (Adrian & Lamb 2002; Kraetschmer et al 2008; Buchanan & Bücheler 1995;

(28)

Gambar 14 Pengukuran Vertebrae Heart Size (VHS) yang di ukur dari penjumlahan long axis dan

short axis (O’Sullivan & O’Grady 2010).

Vertebrae heart size adalah bukan merupakan salah satu evaluasi yang dapat dilakukan dalam interpretasi radiografi thoraks. Menurut Kittleson (1998) dan Dark et al (1996) di dalam Ljubica et al (2006) identifikasi atau evaluasi sistem kardiovaskular pada anjing juga digunakan untuk mengevaluasi pembesaran jantung, pembesaran ruang jantung yang spesifik atau pembesarn pembuluh darah besar, parenkim pulmonar dan abnormalitas vascular, seperti halnya penentuan efusi pada rongga tubuh (efusi pleura dan ascites). Evaluasi pada radiografi thoraks bisa dilakukan dengan pemeriksaan pada pembesaran di aorta dan percabangan aorta, evaluasi ukuran dan bentuk pada main pulmonary artery, peripheral pulmonary arteries, dan vena, evaluasi pada pembesaran bagian tepi jantung dan posisi abnormal jantung, evaluasi peningkatan dan pengurangan radioopasitas pada paru-paru (Smith 2009; O’Sullivan & O’Grady 2010). Indikasi kerusakan pada jantung kiri atau biasa disebut Left-side heart failure juga sering dilakukan pada interpretasi radiografi thoraks (Erling & Mazzafero 2008); O’Sullivan & O’Grady 2010)

2.4.1 Posisi tampilan radiografi pada trakhea

(29)

Evaluasi trakhea paling mudah pada tampilan lateral, namun tampilan ventrodorsal berguna untuk penilaian perpindahan (Kneller 2002). Ukuran normal pada lumen trakhea sebesar ibu jari, sedangkan diameter trakhea lebih kecil dari pada diameter larynx dan lebarnya lebih lebar pada 1/3 proximal tulang rusuk ke tiga (Owens & Biery 1999)

2.4.2 Posisi tampilan radiografi pada bronchi

Bronchial adalah batang utama dari percabangan trakhea, sebagai pemasok ke jaringan paru-paru di kedua sisi dada (Dallas 2000). Menurut Kealy (1979) trakhea dibagi menjadi kanan dan kiri, atau batang utama pada bronchi, sedangkan pandangan secara radiografi di bronchi yaitu lateral dan VD/DV pada thoraks yang diperlukan untuk pemeriksaan rutin pada bronchi (Kealy 1979). Menurut Myer (2000) bronchi secara normal berdinding tipis dan terlihat jelas pada daerah hilus.

2.4.3 Posisi tampilan radiografi pada paru-paru

Paru-paru lobus kiri dibagi menjadi dua lobus yaitu cranial dan caudal. Lobus cranial dibagi menjadi bagian cranial (apical) dan bagian caudal (cardiac). Paru-paru lobus kanan dibagi menjadi empat yaitu cranial (apical), middle (cardiac), caudal (diafragma), dan aksesorius (azygomatikus), dan lobus paru-paru terpisah satu sama lainnya oleh fissure interlobular (Kealy 1979). Standar tampilan radiografi pada daerah thorax ini right lateral, left lateral, ventrodorsal (VD), dan dorsovental (DV) (Berry et al 2002). Pandangan radiografi pada paru-paru merupakan gabungan bayangan dari banyak struktur yaitu pembuluh pulmonary, alveoli, jaringan interstinal alveolar, duktus alveolar, bronkus dan bronkhiolus, lympatik, dan pleura (Kealy 1979).

2.4.4 Posisi tampilan radiografi pada diafragma

(30)

(Park 2002). Menurut Kealy (1979) anatomi pada diafragma pada daerah thoraks terlihat seperti kubah. Keberadaan suatu garis diafragma tergantung pada posisi hewan, fase dari siklus respirasi, arah Röntgen dan posisi pada hewan (Park 2002). Menurut Owens dan Biery (1999) tampilan radiografi pada diafragma tergantung pada jenis spesies, breed, posisi pada hewan, posisi pancaran x-ray, fase respirasi, dan tekanan pada intraabdominal. Pada tampilan radiografi diafragma pada proyeksi dorsoventral (DV) atau ventrodorsal (VD) bervariasi tergantung fokus dari pancaran sinar-x. Pada posisi lateral dan dorsoventral atau ventrodorsal nampak cupula di sebelah cranial dari diafragma dan lebih cembung (Park 2002).

Diafragma mungkin hanya terlihat sebuah garis, bentuk struktur kubah, atau dua atau tiga struktur kubah yang terpisah. Tiga struktur yang terlihat cupula dan dua crura. Sebuah kubah diafragma mungkin terlihat secara tampilan dorsoventral atau ventrodorsal dengan pancaran sinar-x yang di arahkan pada pada midabdomen atau midthoraks. Dua atau tiga struktur kubah yang terpisah terlihat pada hewan dalam posisi ventrodorsal dan pancaran sinar-x yang terfokus pada midthoraks, atau tampilan ventrodorsal dengan pancaran sinar-x yang terfokus pada bagian midabdomen (Park 2002).

2.4.5 Posisi tampilan radiografi pada pleura

(31)

Gambar 15 Thorax pada pandangan dorsal (A) dan melintang (B). gambar (A) menggambarkan hubungan costal, mediastinal, dan bagian diafragma terhadap pleura parietal, dan pada gambaran (B) merupakan hubungan bagaimana pleura mediastinal di dalam paru-paru sebagai pleura pulmonary (Thrall 2002).

Pleura secara normal tidak dapat terlihat secara radiografis (Thrall 2002), sedangkan menurut Owens dan Biery (1999) pleura secara normal tidak terlihat kecuali cerminan pleura seperti bagian caudoventral mediastinum dan cranioventral mediastinum. Pleura pulmonar diluar fisura interlobar tidak dapat di lihat karena bayangan hitam bersebelahan dengan jaringan lunak. Pleura pulmonar sampai celah intralobar dikelilingi oleh udara intrapulmonary, yang memberikan kontras, tetapi pleura sangat tipis yang umumnya tidak cukup menyerap sinar-x untuk menghasilkan opasitas radiografi yang terlihat. Buram pada garis tipis pleura kadang-kadang terlihat antara lobus. Tampilan ini mungkin dianggap penebalan pleura (Thrall 2002).

2.4.6 Posisi tampilan radiografi pada mediastinum

(32)

masing-masing memiliki kompartemen pada bagian ventral dan dorsal (Thrall 2002).

Gambar 16 Pembagian mediastinum menjadi bagian kiri dan kanan, pada potongan melintang bagian thoraks pada anjing (Thrall 2002).

(33)

2.5 Radiografi anatomi pada sistem kardiovaskular

Sistem kardiovaskular merupakan sistem peredaran darah pada seluruh tubuh. Pada sistem kardiovaskular banyak melibatkan kerja dari organ-organ tubuh dan pembuluh darah besar yang saling bersinambungan, berikut adalah organ serta pembuluh darah yang secara umum berkaiatan erat dengan sistem kardiovaskular.

2.5.1 Jantung

Jantung terletak di antara dua sisi dada (thoraks), dikelilingi oleh paru-paru, dan berada dalam tempat sebuah struktur yang disebut mediastinum (Dallas 2000), sedangkan menurut Strickland (2002) jantung terletak di dalam thoraks pada mediastinum. Jantung mamalia memilki empat ruangan (Lawhead & Baker 2005) yang di jelaskan pada Gambar 17 A. Jantung karnivora adalah ovoid dan di anjing kira-kira meluas dari tulang rusuk ke tiga sampai tulang rusuk ke enam (Strickland 2002). Jantung normal pada anjing sekitar 0,7% sampai 0,8% dari berat badan, walaupun keanekaragaman ini berhubungan dengan jenis kelamin, umur, breed, dan tingkat aktifitas (Strickland 2002).

Jantung terdiri atas dua pompa yang terpisah, yaitu jantung kanan yang memompakan darah ke paru-paru, dan jantung kiri yang memompakan darah ke organ-organ perifer, setiap bagian jantung yang terpisah ini merupakan dua ruang pompa yang dapat berdenyut, terdiri atas satu atrium dan satu ventrikel (Guyton 2007). Jantung memberikan dua jalur sirkulasi yang terpisahkan, pertama adalah lokasi pulmonar dimana darah dipompa menuju paru-paru untuk merubah karbondioksida menjadi oksigen, dan sirkulasi yang kedua mengalirkan darah sampai ke sirkulasi sistemik, dimana darah bergerak masuk ke tubuh pada Gambar 17 B. Sirkulasi sistemik mengalirkan darah kaya akan oksigen dan nutrisi untuk organ di tubuh (Lawhead & Baker 2005).

(34)

dari jantung sampai sistem kapiler dan kembali sampai ke vena, atrium dan ventrikel (Michaelsson dan Ho 2000).

2.5.2 Perikardium

Membran di sekeliling jantung adalah pericardium (Akers & Denbow 2008). Menurut Dallas (2000) di sekeliling jantung terdapat kantung fibrous yang tebal dan disebut dengan perikardium. Kantung perikardium terdapat arteri dan vena cranial yang dilindungi oleh os sternum pada semua mamalia, tetapi fiksasi terhadap diafragma berbeda di setiap spesies (Michaelsson & Ho 2000). Perikardium yang tipis dibagi menjadi pericardia fibrous dan sereous. Pada

pericardia fibrous adalah pembungkus luar dan menempel pada pembuluh utama

yang keluar dan masuk pada bagian bawah jantung, sedangkan serous perikardium berada dibaris kedua setelah pericardia fibrous dan membungkus jantung, juga pembentuk epikardium. Jarak antara dua lapisan pada pericardia serous dan

fibrous pericardia disebut dengan rongga perikardium, dan normalnya

mengandung sedikit cairan. Pada bagian lapisan pericardia serous setelah pericardia fibrous biasa disebut lapisan parietal dan pada bagian yang lebih dalamnya biasa disebut lapisan visceral (Strickland 2002).

2.5.3 Duktus vena

Saat fetus, duktus vena memberikan jalur darah dari induk sampai ke fetus melalui jalan pada umbilical vena dan vena cava caudal. Duktus vena terhubungkan dengan vena porta dan setelah lahir pada hewan karnivora duktus vena akan tertutup (Michaelsson & Ho 2000).

2.5.4 Vena cava dan vena azygos

Secara umum, darah vena masuk ke jantung melalui dua pembuluh besar yang disebut cranial dan caudal vena cava. Darah vena selalu masuk ke jantung melalui sirkulasi coronary. Tiga pembuluh utama yang berkontribusi pada aliran darah yang masuk ke cranial vena cava yaitu vena brachiocephalic, vena azygos, dan duktus thorakik. Cranial vena cava menerima darah dari kepala, leher, dinding dada, dan limb thorachic. Pembuluh azygos berjalan dari bagian ketiga vertebrae lumbar, darah terkumpul dari lumbar, subcostal, dorsal intercostals,

(35)

Michaelsson dan Ho (2000) vena azygous mengalir ke bagian lateral dan dorsal pada dinding thoraks dan terlihat pada karnivora, ruminansia, kuda dan terkadang pada babi.

Adanya variasi spesies berhubungan dengan formasi pada cranial vena cava. Pada anjing dan babi, bagian kiri vena eksternal jugular bergabung dengan vena subclavian sebelah kiri dan vena eksternal jugular sebelah kanan bergabung dengan vena subclavia sebelah kanan sampai bagian kiri dan kanan vena brachiocephalik, yang mana datang bersamaan ke bagian cranial vena cava. Pada caudal vena cava banyak pembuluh yang bergabung ke cranial yang melewati abdomen, pembuluh darah ini meliputi iliaka sirkumflexa, renal, testis atau ovari, phrenicoabdominal, dan vena hepatika (Strickland 2002). Pada Gambar 19 merupakan gambaran letak caudal vena cava pada pandangan dorsoventral.

(36)

2.5.5 Atrium kanan dan aurikel kanan

Atrium kanan menerima darah yang mengandung karbondioksida yang berasal dari cranial dan caudal vena cava juga sinus coronary. Atrium kanan menjalankan aliran darah vena sampai ventrikel kanan. Atrium kanan terbagi menjadi right atrial body dan aurikel. Aurikel kanan adalah sebuah kantung semu yang meluas ke cranial dari right atrial body, yang mana berada di dorsal dari ventikel kanan (Strickland 2002). Pada Gambar 18 dapat dilihat bentuk anatomi dari aurikel kanan dan atrium kanan.

Atrium sebagai pemompa pendahulu, dimana pada keadaan normal, darah terus mengalir dari vena-vena besar menuju atrium, kira-kira 80% dari darah tersebut akan mengalir langsung melewati atrium dan masuk ke dalam ventrikel bahkan sebelum atrium berkontraksi. Kontraksi atrium menyebabkan tambahan pengisian ventrikel 20%, oleh karena itu atrium disebut sebagai pompa primer yang meningkatkan efektifitas pompa ventrikel sebanyak 20%, karena secara normal jantung sudah mempunyai kemampuan untuk memompa darah 300 sampai 400% lebih banyak dari pada kebutuhan tubuh yang istirahat (Guyton 2006).

(37)

2.5.6 Ventrikel kanan

Ventrikel kanan memompa darah vena yang mengandung karbondioksida sampai ke sirkulasi pulmonar dengan tekanan yang rendah. Dinding pada ventrikel kanan lebih tipis dibandingkan dengan pada ventrikel kiri dikarenakan kebutuhan tenaga untuk mengalirkan darah tidak banyak untuk sampai tekanan rendah pada sirkulasi pulmonar (Strickland 2002). Gambaran ventikel kanan secara radiografi bisa dilihat pada Gambar 18.

2.5.7 Arteri pulmonar dan duktus arteriosum

Arteri pulmonary membawa darah yang mengandung karbondioksida dari ventrikel kanan sampai ke paru-paru. Main pulmonary artery (MPA) berawal dari tingkat katup pulmonik dan lengkungan dorsocaudal kesebelah kiri dari aorta dan dorsal atrium kiri. Main pulmonary artery membentuk percabangan arteri pulmonary kiri dan kanan yang berbeda, yang mana mengirim darah ke masing-masing lobus paru-paru. Arteri pulmonary kiri dan kanan berada disepanjang bronchus. Ligamentum arteriosum terhubung pada arteri pulmonary ke aorta Gambar 19 Pandangan dorsoventral radiografi pada jantung anjing dan jalus peredaran darah di

(38)

desending (Strickland 2002). Gambaran radiografi MPA pada pandangan lateral dapat di lihat pada Gambar 18. Gambar 20 gambaran skematis lokasi MPA pada pandangan dorsoventral. Pada Gambar 21 merupakan daerah dimana duktus ateriosum berada pada posisi lateral.

Gambar 20 Skematis letak pembuluh darah dan ruang jantung pada posisi dorsoventral (Owens dan Biery 1999).

(39)

Menurut Michaelsson dan Ho (2000) duktus arteriosum atau duktus ligamen menghubungkan bagian proximal arteri kiri pulmonary dengan aorta distal pada batang brachiocepalica di kuda dan ruminansia dan di distal arteri subclavia kiri pada hewan lain. Cabang-cabang arteri meninggalkan aorta asending dan ligamen yang terhubung ke kurva yang lebih rendah dari lengkungan awal dalam perjalanannya.

2.5.7 Vena pulmonar

Vena pulmonar membawa aliran darah yang mengandung oksigen dari paru-paru ke atrium kiri. Vena pulmonar berjalan di sepanjang bronchi pada bagian ventromedial, dan tiga vena pulmonar dari setiap sisi paru-paru masuk ke bagian dorsal atrium kiri. Vena pulmonar sering bertemu membentuk empat sampai enam vena, atau ostia, yang ditemukan pada bagian dorsal atrium kiri (Strickland, 2002), sedangkan menurut Michaelsson dan Ho (2000) jumlah vena pulmonar atau pertemuan vena yang memasuki atrium kiri bervariasi antara dua sampai delapan pada spesies dan antar spesies. Bentuk gambaran radiografi vena pulmonar dapat dilihat pada Gambar 18.

2.5.8 Atrium kiri, aurikel kiri, dan ventrikel kiri

Atrium kiri menerima dan membawa darah yang mengandung oksigen dari vena pulmonary. Atrium kiri terbagi menjadi left atrial body dan aurikel kiri. Aurikel kiri meluas ke bagian cranial pada sisi kiri jantung. Carina dari trachea dan saluran utama bronchi berada di dorsaldari left atrial body dan ventrikel kiri berada di bagian ventralnya. Percabangan MPA terjadi hanya di cranial dari left atrial body. Ventrikel kiri yaitu kantung yang memiliki dinding yang tebal dan memompa darah yang mengandung oksigen sampai ke sirkulasi sistemik. Ventikel kiri merupakan struktur jantung yang besar. Ventrikel kiri berbentuk kerucut, dan ketebalan dindingnya dua sampai tiga kali lebih tebal dibanding ventrikel kanan. Ventrikel kiri berada di sebelah caudal dan bagian ventral atrium disebelah kiri jantung (Strickland 2002).

2.5.9 Arteri coronary

(40)

masing-masing sinus. Pada anjing, arteri coronary kiri muncul dibawah saluran pulmonar dan dengan cepat membagi sampai ke sirkumflexa kiri dan paranocal interventricular (arteri coronary desending anterior sebelah kiri pada manusia) arteri coronary. Sirkumflexa kiri arteri coronary menyuplai bagian caudolateral ventrikel kiri dan sebagian besar di atrium kiri, sedangkan pada arteri coronary kanan penyuplai utama pada dinding ventrikel kanan, seperti halnya pada atrium kanan dan bagian arteri pulmonar proksimal dan aorta. Arteri coronary kanan lebih kecil dibanding dengan arteri coronary kiri (Strickland 2002).

2.5.10 Aorta dan arteri utama

(41)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Studi kasus diawali dengan pengumpulan literatur atau pustaka. Data-data kasus diambil dari klinik My Vets Bumi Serpong Damai Tanggerang dan Kemang Selatan Jakarta Selatan. Klinik tersebut beralamat Jl. Kalimantan E-2 no 4 Nusa Loka Serpong Tanggerang dan jln. Kemang Selatan 8 No. 7A Bukit Kemang. Pengambilan data kasus tersebut dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2010.

Bahan

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data rekam medis dan gambaran radiografi thoraks pada anjing yang didapat dari klinik My Vets. Data yang diambil berupa hasil foto Röntgen radiografi dan rekam medis anjing yang mengalami kelainan pada regio thoraks dari tahun 2008 hingga tahun 2010. Data foto Röntgen yang terkumpul berjumlah 7 dari 17 data radiografi thoraks pada anjing.

Metode

Pada ke 7 data foto Röntgen yang terkumpul dilakukan evaluasi radiografi dan interpretasi radiografi menggunakan 4 metode dengan illuminator, ke 4 metode tersebut: 1) pengukuran nilai VHS (Vertebrae Heart Size) dan pengukuran nilai besar jantung anjing terhadap rongga thoraks secara radiografi pada posisi DV/VD, 2) pengukuran pembesaran pembuluh darah utama, 3) pengukuran pembesaran ruang jantung, 4) penilaian lapang paru-paru secara radiografi. Akurasi diagnosa yang didapat berasal dari data rekam medis, hasil evaluasi radiografi, dan perbandiangan pustaka.

(42)

merupakan pengukuran luas bagian jantung pada sumbu tegak lurus terhadap sumbu panjang, selanjutnya yaitu mulai dari cranial os vertebral thoracalis 4 dan mengukur panjang sumbu dengan jumlah vertebral thoracalis (Gambar 22).

Gambar 22 Perhitungan vertebrae heart size (VHS) pada posisi radiografi lateral hewan anjing. T4 (vertebral thorachalis ke 4), VHS (Vertebrae Heart Size) (O'Sullivan & O'Grady 2010).

Gambar 23 Skema pengukuran luas jantung dan rongga thoraks pada posisi dorsoventral atau ventrodorsal dengan keterangan yaitu R (luas rongga thoraks sebelah kanan dari sisi kanan jantung sampai dinding rongga thoraks sebelah kanan), L (luas rongga thoraks sebelah kiri dari sisi kiri jantung sampai dinding rongga thoraks sebelah kiri), A (luas jantung dari sisi kanan jantung sampai sisi kiri jantung), dan B (luas rongga thoraks dari dinding rongga thoraks kanan sampai dinding rongga thoraks kiri) (O'Sullivan & O'Grady 2010) (modifikasi).

(43)

jantung terhadap rongga thoraks pada posisi DV/VD. Pada perbandingan luas rongga thoraks kiri dan rongga thoraks kanan jantung dapat di ukur dari perbandingan besar nilai luas rongga thoraks kanan (R) dan nilai luas rongga thoraks kiri (L) yang dapat di lihat pada Gambar 23. Menurut O'Sullivan & O'Grady (2010) nilai ukuran besar jantung terhadap rongga thoraks pada posisi DV/VD yaitu luas jantung (B) harus lebih kecil 2/3 dari luas rongga thoraks (A) pada Gambar 23.

Gambar 24 Skema radiografi thoraks pada posisi lateral dengan pembesaran pada ruang jantung dan beberapa pembuluh utama (O'Sullivan & O'Grady 2010) (modifikasi).

(44)

vertebral dan ditandai dengan arah panah warna merah tua (Gambar 25). Pada pembesaran main pulmonary artery (MPA) pada posisi lateral akan naik ke arah dorsal (O'Sullivan & O'Grady 2010) yang di tandai garis berwarna orange (Gambar 24) dan menurut Owens dan Biery (1999) MPA tidak dapat terlihat pada posisi lateral karena bayangan hitam pangkal jantung, sedangkan pada posisi DV/VD akan mengarah ke lateral didaerah sebelah kiri (Owens & Biery 1999) dengan tanda garis berwarna orange (Gambar 25). Pada pembesaran caudal vena cava secara radiografi pada posisi lateral maka akan terlihat bila besar caudal vena cava lebih besar dari aorta desending (O'Sullivan & O'Grady 2010) yang ditandai diantara arah panah berwarna putih pada posisi DV/VD Gambar 25.

Gambar 25 Radiografi thoraks pada posisi DV/VD dengan pembesaran pada ruang jantung dan beberapa pembuluh utama. Warna biru tua (pembesaran atrium kanan), warna merah cerah (pembesaran ventrikel kanan), warna biru muda (pembesaran ventrikel kiri), warna hijau cerah (pembesaran aurikel kiri), warna orange (pembesaran main pulmonary arteri, dan anak panah berwarna merah tua (pembesaran aorta) (O'Sullivan & O'Grady 2010) (modifikasi).

(45)

&Biery 1999). Pada pandangan lateral secara radiografi (Gambar 24) terdapat tanda arah panah sebagai arah pembesaran dan warna sebagai tanda pembesaran jantung. Pada posisi ini pembesaran yang terlihat yaitu warna merah cerah merupakan pembesaran ventrikel kanan, warna ungu pembesaran aurikel kanan, warna biru muda pembesaran ventrikel kiri, dan warna hijau tua pembesaran atrium kiri. Pada evaluasi radiografi pembesaran ventrikel kanan dan aurikel kanan secara radiografi akan terlihat peningkatan kontak pada sternum, peninggian bagian apex jantung dari sternum, dan peninggian ke arah dorsal pada caudal vena cava (CVC). Pada pembesaran ventrikel kiri (warna biru muda) akan terlihat bagian caudal jantung lebih vertikal, peninggian ke arah dorsal (trachea, carina, dan mainstem bronchi), sedangkan pada atrium kiri (warna hijau tua) yang dapat terlihat yaitu pembesaran dan penebalan pada bagian atrium kiri, peninggian ke arah dorsal pada bagian caudal trachea, carina, dan mainstem bronchi. Pada posisi DV/VD dapat dilihat pada Gambar 25, pada posisi ini yang terlihat yaitu pembesaran atrium kanan yang ditandai warna biru tua dengan arah pembesaran pada tanda panah putih. Pembesaran pada ventrikel kanan ditandai warna merah cerah dapat ditemukan dengan arah pembesaran pada tanda panah putih dan pada bagian apex jantung ke arah sebelah kiri membenyuk huruf “d”. Pembesaran pada ventrikel kiri ditandai warna biru muda dengan arah pembesaran pada tanda panah putih dan pada bagian apex jantung mengarah kesebelah kanan, selain itu pembesaran pada aurikel kiri ditandai warna hijau cerah dengan arah pembesaran pada tanda panah putih.

(46)

radiografi maka akan terlihat adanya penebalan pada dinding bronchus yang lebih radioopaque. Pada penampang melintang peribronchial pattern terlihat berbentuk donat dengan garis lebih radoopaque dan bagian tengah yang radiolucent pada Gambar 27. Pada potongan longitudinal maka akan nampak terlihat dua garis pararel yang radioopaque seperti jalan kereta api pada Gambar 27 dan Gambar 28 (O'Sullivan & O'Grady 2010).

Gambar 26 Skema sisi lateral sistem pembuluh darah paru-paru. Anak panah berwarna kuning merupakan letak dilatasi vena pulmonal dan T4 adalah vertebral thorachalis ke 4 (O'Sullivan & O'Grady 2010) (modifikasi).

Gambar 27 Skema kejadian peribronchial pattern. Pada penampang melintang (A) dan posisi lateral (B). peribronchial pattern di tujukan pada kepala panah hitam (O'Sullivan & O'Grady 2010) (modifikasi).

Gambar 28 Skema bentuk tampilan peribronchial pattern yang terlihat pada gambar radiografi, bentuk donat dan jalan kereta (O'Sullivan & O'Grady 2010).

(47)

Pada kejadian air bronchogram secara radiografi akan terlihat lebih radioopaque atau suatu gambaran kontras yang tajam di antara daerah alveoli. Pada paru-paru terisi dengan cairan (pulmonary edema) dengan daerah yang berisi udara yang ditunjukan pada kepala panah berwarna merah hati (Gambar 29). Cotton like density disebabkan karena lanjutan dari kejadian edema alveolar (air

bronchogram) dimana cairan yang berasal dari kapiler terakumulasi dalam ruang

interstisial perivascular dan peribronchial sehingga secara radiografi akan terlihat seperti kapas (Gambar 30).

Gambar 29 Kejadian radiografi air bronchogram pada posisi lateral yang di tujunkan kepala panah merah hati (O'Sullivan & O'Grady 2010) (modifikasi).

Gambar 30 Radiografi kejadian cotton like density pada posisi lateral yang di tandai dengan lingkaran elips berwarna hitam (O'Sullivan & O'Grady 2010) (modifikasi).

(48)

kejadian fissure line tidak jauh berbeda, hanya pada fissure line terlihat garis yang nampak lebih radioopaque (Gambar 32). Pada evaluasi radiografi kejadian leafing of lung lobes

Gambar 31 Radiografi kejadian lobar sign pada posisi DV/VD (A) dan posisi lateral (B) yang di tandai dengan arah panah hitam (O'Sullivan & O'Grady 2010) (modifikasi).

tidak berbeda jauh dengan fissure line, pada leafing of lung lobes pembentukan garis lebih luas dan hampir di seluruh tepi paru-paru (Gambar 33), sedangkan pada fissure line hanya beberapa.

Gambar 32 Radiografi fissure line pada posisi DVVD (A) dan posisi lateral (B) dengan di tandai kepala panah coklat (O'Sullivan & O'Grady 2010) (modifikasi).

(49)

Gambar 33 Radiografi leafing of lung lobes yang di tandai dengan arah panah berwarna ping pada posisi dorsoventral (O'Sullivan & O'Grady 2010) (modifikasi).

(50)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Interpretasi radiografi pada Gambar 34 menunjukan posisi lateral yang memberikan penilaian yaitu vertebral heart size (VHS) sebesar 9,4 v yang masih dikatakan normal, karena nilai normal VHS anjing antara 8,5-10,5 v (Smith 2009). Pembesaran pembuluh darah utama tidak terlihat pada posisi ini dan pembesaran jantung yang terlihat pada posisi lateral dapat dilihat pada Gambar 34. Pada penilaian lapang paru-paru ditemukan dilatasi pola vaskularisasi berupa vena pulmonary, pola interstitium berupa peribronchial pattern, dan pola alveolar berupa airbronchogram. Hasil interpretasi radiografi pada posisi ini yaitu diduga diagnosa hypertrophic cardiomyopathy dan dilated cardiomyopathy. Menurut

Gambar 34

Radiografi pada posisi lateral dengan interpretasi radiografi gambar di atas memiliki nilai

vertebrae heart size (VHS) 9,4 v. Pembesaran jantung terlihat yaitu pembesaran ventrikel kiri arah jam 04.00-05.00 (garis warna biru muda), pembesaran ruang jantung berupa ventrikel kanan arah jam 06.00-07.00 (garis warna merah cerah), pembesaran atrium kiri arah jam 01.00-03.00 (garis warna hijau tua), dan pembesaran aurikel kanan arah jam 07.00-08.00 (garis warna ungu). Pada penilaian lapang paru-paru diatas terlihat adanya perubahan patologis pola vascular berupa dilatasi vena pulmonary pada arah panah berwarna kuning, pola interstitial berupa peribronchial pattern pada kepala panah berwarna hitam, dan pola alveolar berupa airbronchogram yang di tunjukkan kepala panah berwarna merah hati.

(51)

Poteet (2008) di dalam Tilley et al (2008) pada kasus hypertrophic cardiomyopathy dan dilated cardiomyopathy terjadi pembesaran seluruh ruang jantung, sedangkan ukuran caudal vena cava (CVC) dapat terlihat normal ataupun membesar. Hypertrophic cardiomyopathy adalah sebuah penyakit utama myocardial dengan karakteristik morfologi pembesaran jantung tetapi bukan dilatasi, pembesaran pada umumnya pada ventrikel kiri (Fox 2003). Dilated cardiomyopathy adalah sebuah penyakit otot jantung dengan karakteristik dilatasi ruang jantung ventrikel kiri atau kedua ventrikel dan kelemahan fungsi sistolik, diikuti dengan atau tanpa congestive heart failure (Borton et al 1989; Mestroni et al 1999); Petric et al 2002; Vollmar et al 2003; Taylor et al 2006).

Interpretasi radiografi pada Gambar 35 menunjukan posisi dorsoventral yang memberikan penilaian yaitu nilai besar jantung 7,4 cm (A) lebih kecil dari 8,67 cm (2/3B) atau 7,4<8,67 cm. Ukuran jantung masih dalam batas normal karena

Gambar 35

Interpretasi radiografi di atas memiliki nilai ukuran besar jantung A=7,4 cm (arah panah dua arah berwarna hijau), sedangkan ukuran rongga thoraks B=13 cm (arah panah dua arah berwarna biru). Dalam kondisi normal, nilai besar jantung terhadap rongga thoraks secara dorsoventral yaitu A lebih kecil 2/3B. Pada kasus ini, nilai total (B) sebesar 13 cm di kali 2/3 atau 2/3B dan di dapat nilai yaitu 7,4<8,67, yang artinya masih dalam batas normal. Perbandingan luas dinding kiri 3 cm (L) dan luas dinding kanan 2 cm (R) jantung terhadap dinding thoraks yaitu luas sebelah kiri lebih besar dari kanan (L>R). Arah jam 12.00-01.00 menunjukan adanya pembesaran pada aorta (arah panah berwarna merah tua). Pembesaran ruang jantung dapat terlihat pembesaran ventrikel kiri arah jam 03.00-06.00 (garis berwarna biru muda), dan pembesaran ventrikel kanan arah jam 07.00-09.00 (garis merah cerah), selain itu terlihat adannya perubahan patologis pada daerah paru-paru berupa fissure line

(kepala panah panah berwarna coklat).

(A) (2/3B)

(52)

sesuai dengan standar penilaian besar jantung secara dorsoventral atau ventrodorsal yaitu A<2/3B. Perbandingan luas dinding kiri dan luas dinding kanan jantung terhadap dinding thoraks yaitu 3 cm dan 2 cm atau luas sebelah kiri lebih besar dari kanan (L>R) yang dapat dilihat pada Gambar 35. Pada posisi ini pembuluh darah utama yang mengalami dilatasi yaitu aorta, sedangkan pada ruang jantung terlihat adanya pembesaran pada ventrikel kiri dan ventrikel kanan. Pada penilaian lapang paru-paru dapat ditemukan fissure line. Hasil pemeriksaan pada posisi ini diduga terjadi kasus aortic stenosis. Pengambilan dugaan diagnosa ini diperkuat juga oleh karakteristik perubahan-perubahan radiografi pada kasus sama yang telah dilaporkan sebelumnya (Poteet, 2008). Aortic stenosis merupakan suatu proses degenerative dari katup akibat pemakaian dan beban yang berlebihan (Thubrikar et al 1986; Nistal et al 1994; Davies et al 1996; di dalam Chan 2003), sedangkan menurut Strickland (2008) aortic stenosis merupakan penyempitan atau pengurangan pada saluran aliran keluar ventrikel kiri pada bagian subvalvular (cincin fibrous atau otot), valvular, atau supravalvular.

Aortic stenosis merupakan salah satu penyakit kelainan jantung yang umum terjadi pada anjing (Schober et al 2002; Chan 2003). Aortic stenosis secara klinis sering terjadi pada hewan breed besar (Ware 2007), sedangkan menurut Högland et al (2007) aortic stenosis biasa terjadi pada anjing Boxer. Secara umum kejadian aortic stenosis menimbulkan murmur, tetapi pada data rekam medis Whisky memberikan informasi tidak ada murmur. Menurut Nakayama et al (1996) dan French et al (2000) didalam Ware (2007) dijelaskan bahwa pada beberapa anjing, murmur tidak dapat dideteksi sampai umur 1-2 tahun dan kerusakan terus berlanjut sampai buruk diluar umur tersebut. Pada data rekam medis didapatkan umur 5 tahun, yang merupakan kasus aortic stenosis yang sudah berat (Schober et al 2002). Pada kejadian batuk yang timbul kemungkinan karena adanya pulmonary edema yaitu sebuah cairan yang masuk kedalam interstitium dan atau alveoli pada paru-paru (O'Sullivan & O'Grady 2010). Menurut Ware (2007) batuk disebabkan karena adanya benda asing, akumulasi cairan pada saluran udara, saluran udara yang kolaps, dan efek dari mediator peradangan.

(53)

ini diperkuat dengan adanya dilatasi aorta. Pada indikasi dugaan diagnosa hypertrophic cardiomyopathy dan dilated cardiomyopathy merupakan differential diagnose pada kasus ini. Menurut Poteet (2008) di dalam Tilley et al (2008) pada hypertrophic cardiomyopathy dan dilated cardiomyopathy secara radiografi tidak terdapat dilatasi aorta, sedangkan pada kasus ini justru ditemukan dilatasi aorta.

Kasus 2

Tabel 3 Rekam medis Alicia

Breed Gender Age Signalement Presenting

Complaint

Pomeranian Betina 10 tahun Saat palpasi trakhea profundal terjadi batuk. auskultasi jantung ada suara tambahan dan ada hambatan paru-paru saat inspirasi dan ekspirasi. Lapang paru-paru menyempit terutama bagian caudal tidak nyaring.

Gejala batuk tidak berhenti

Penilaian interpretasi radiografi pada Gambar 36 yaitu posisi lateral memberikan penilaian vertebral heart size (VHS) sebesar 9 v yang masih dikatakan normal. Pembesaran pembuluh darah utama yang dapat terlihat pada

Gambar 36

Interpretasi radiografi di atas memiliki nilai VHS 9 v. Arah jam 02.00 merupakan tanda adanya dilatasi CVC (Tanda panah warna putih yang berada di antaranya). Pembesaran ruang jantung ventrikel kiri terlihat pada arah jam 04.00-05.00 (garis warna biru muda), pembesaran ventrikel kanan arah jam 05.00-07.00 (garis merah), pembesaran atrium kiri arah jam 01.00-03.00 (garis warna hijau tua). Pada interpretasi radiografi di atas juga terlihat adanya perubahan patologis dari penilaian lapang paru-paru berupa dilatasi vena pulmonary pada arah panah berwarna kuning, peribronchial pattern pada kepala panah berwarna hitam, dan

(54)

Gambar 36 ini hanya caudal vena cava (CVC) dan pembesaran jantung yang dapat terlihat yaitu ventrikel kanan, atrium kiri, dan ventrikel kiri. pada penilaian lapang paru-paru ditemukan dilatasi vena pulmonary, peribronchial pattern, dan

airbronchogram. Berdasarkan keterlibatan perubahan ukuran ruang-ruang jantung

dan pembuluh darah pulmonary di atas, dugaan diagnosa radiografi pada Gambar 36 adalah ventricular septal defect (VSD). Menurut Poteet (2008) di dalam Tilley

et al (2008) pada pandangan radiografi kejadian VSD ditemukan adanya

pembesaran ventrikel kanan, atrium kiri, dan ventrikel kiri. Pembuluh darah utama pada CVC juga dapat mengalami pembesaran atau terlihat normal (Poteet, 2008). Ventricular septal defect merupakan perkembangan abnormal jantung akibat hubungan di antara ventikel kiri dan kanan (Root & Bahr di dalam Thrall 2002).

Pada interpretasi radiografi Gambar 37 menunjukan posisi dorsoventral yang memberikan penilaian ukuran besar jantung sebesar 4 cm lebih besar dari luas 2/3B rongga thoraks sebesar 3,6 cm. Hasil ini menunjukkan jantung dalam

Gambar 37

Interpretasi radiografi di atas memiliki nilai ukuran besar jantung (arah panah dua arah berwarna hijau) sebesar 4 cm (A) terhadap rongga thoraks (arah panah dua arah berwarna biru) sebesar 3,6 cm (2/3B), sehingga nilainya 4>3,6. Perbandingan luas dinding kiri 0,6 cm (L) dan luas dinding kanan 1,5 cm (R) jantung terhadap dinding thoraks yaitu luas sebelah kiri lebih besar dari kanan (L<R). pembesaran pada MPA pada arah jam 01.00-02.00 (garis berwarna orange), dan pembesaran pada CVC arah jam 07.00 (di antara arah panah berwarna putih). Pembesaran ruang jantung pada interpretasi radiografi di atas dapat terlihat pembesaran ventrikel kiri arah jam 03.00-06.00 (garis berwarna biru muda) dan pembesaran aurikel kiri arah jam 03.00 (warna hijau cerah).

L A R

(55)

keadaan tidak normal. Nilai perbandingan luas dinding kiri dan luas dinding kanan terhadap rongga thoraks L<R dengan perbandingan nilai yang dapat dilihat pada Gambar 37. Pembesaran pembuluh darah utama yang dapat terlihat pada posisi ini yaitu main pulmonary artery (MPA) dan CVC. Pembesaran ruang jantung yaitu aurikel kiri dan ventrikel kiri juga ditemukan pada kasus ini. Hasil interpretasi ini menunjukan dugaan diagnosa VSD yang sama dengan hasil diagnosa pada Gambar 36. Hasil dugaan diagnosa yang diambil ini sesuai dengan penilaian menurut Ware (2007) dan Poteet (2008) pada pandangan radiografi yaitu pembesaran pada atrium kiri dan ventrikel kiri, sedangkan pembesaran pada ventrikel kanan dapat terjadi bila ada peningkatan resistensi vaskularisasi pulmonary atau hipertensi pulmonary.

Diagnosa pada tampilan radiografi Gambar 36 dan Gambar 37 yaitu VSD. Diagnosa ini diperkuat juga dengan data rekam medis pada Tabel 3, yaitu adanya suara tambahan dan hambatan yang diduga sebagai kejadian murmur. Murmur disebabkan karena adanya sirkulasi yang berlebihan pada paru-paru, atrium kiri, ventrikel kiri, dan aliran keluar ventrikel kanan sehingga menimbulkan murmur (Ware 2007; Root & Bahr di dalam Thrall 2002). Murmur bisa juga disebabkan gangguan pada aliran darah yang begejolak (Ware 2007; O'Sullivan & O'Grady 2010). Batuk yang timbul disebabkan adanya pulmonary edema (Ware 2007; Tilley et al 2008; O'Sullivan & O'Grady 2010).

Kasus 3

Tabel 4 Rekam medis Fluffy

Breed Gender Age Signalement Presenting Complaint

(56)

Penilaian hasil interpretasi radiografi pada Gambar 38 yaitu posisi lateral memberikan penilaian vertebral heart size (VHS) sebesar 9,8 v yang masih dikatakan normal karena jenis hewan yang sama dengan kasus ke 1 dan 2, serta sesuai dengan literatur yang didapat. Pembesaran jantung yang dapat terlihat yaitu ventrikel kanan, atrium kiri, dan ventrikel kiri. Pada penilaian lapang paru-paru terdapat dilatasi pada vena pulmonary dan ditemukannya pola alveolar berupa airbronchogram. Pada interpretasi radiografi yang dilakukan, diduga diagnosa kasus ini yaitu VSD dan mitral insufficiency (MI).

Secara radiografi tampilan pada kasus VSD sama dengan kasus ke 2, sedikit perbedaannya adalah tidak ada dilatasi CVC. Hasil dugaan diagnosa ini sesuai dengan kriteria literatur yang didapat (Poteet 2008). Pada kasus ini tidak ada peribronchial pattern seperti kasus ke 2. Mitral insufficiency disebut juga dengan mitral regurgitation (MR) yaitu aliran mundur sistolik dari ventrikel kiri ke atrium kiri (Sarano et al 2009). Menurut Abbott (2008) kejadian MR berhubungan dengan katup antara atrium kiri dan ventrikel kiri.

Gambar 38

Interpretasi radiografi di atas memiliki nilai VHS 9,8 v. Pada kejadian ini terlihat adanya pembesaran jantung pada ventrikel kiri arah jam 04.00-05.00 (garis warna biru muda), pembesaran ventrikel kanan arah jam 05.00-07.00 (garis merah cerah), dan pembesaran atrium kiri arah jam 01.00-03.00 (garis warna hijau tua). Arah panah berwarna kuning menunjukan adanya dilatasi vena pulmonary dan kepala arah panah berwarna merah menunjukan adanya kejadian airbronchogram yang merupakan kejadian dari perubahan patologis pada daerah paru-paru.

(57)

Pada interpretasi radiografi Gambar 39 menunjukan posisi dorsoventral yang memberikan nilai ukuran besar jantung sebesar 5,7<6,3 cm yang masih dalam kategori jantung normal. Nilai perbandingan luas dinding kiri dan luas dinding kanan terhadap rongga thoraks L>R dengan perbandingan nilai yang dapat dilihat pada Gambar 39. Pada posisi ini pembuluh darah utama yang mengalami pembesaran yaitu hanya aorta dan pembesaran ruang jantung pada ventrikel kanan dan ventrikel kiri. Hasil dugaan diagnosa pada kasus ini yaitu aortic stenosis dengan karakteristik perubahan radiografi yang sama dengan literatur yang didapat (Poteet 2008).

Pada hasil interpretasi radiografi kedua tampilan radiografi diatas memberikan kesimpulkan diagnosa berupa aortic stenosis, walaupun secara pandangan lateral tidak memberikan gambaran kejadian aortic stenosis. Kesimpulan diagnosa ini diperkuat dengan adanya dilatasi aorta pada posisi dorsoventral. Menurut Poteet (2008) di dalam Tilley et al (2008) pada VSD dan MI secara radiografi tidak terdapat dilatasi aorta. Data rekam medis pada Tabel 4 menunjukan adanya peningkatan heart rate sebesar 183 beat/minute . Nilai heart

Gambar 39

Interpretasi radiografi di atas memiliki nilai ukuran besar jantung (arah panah dua arah berwarna hijau) sebesar 5,7 cm (A) terhadap rongga thoraks (arah panah dua arah berwarna biru) sebesar 6,3 cm (2/3B), sehingga nilainya 5,7<6,3 cm. Perbandingan luas dinding kiri 2,3 cm (L) dan luas dinding kanan 2 (R) jantung terhadap dinding thoraks yaitu luas sebelah kiri lebih besar sedikit dari kanan (L>R). Pembesaran pada aorta arah jam 01.00 (Arah panah berwarna merah tua). Pembesaran jantung dapat terlihat pada ventrikel kiri arah jam 04.00-06.00 (garis berwarna biru muda) dan pembesaran ventrikel kanan arah jam 04.00-06.00-09.00 (garis warna merah).

2/3B A

Gambar

Gambar 15    Thorax pada pandangan dorsal (A) dan melintang (B). gambar (A) menggambarkan hubungan costal, mediastinal, dan bagian diafragma terhadap pleura parietal, dan pada gambaran (B) merupakan hubungan bagaimana pleura mediastinal di dalam paru-paru
Gambar 16     Pembagian mediastinum menjadi bagian kiri dan kanan, pada potongan melintang bagian thoraks pada anjing (Thrall 2002)
Gambar 17  Struktur internal pada jantung hewan (A), aliran darah yang melewati tubuh (B) (Lawhead dan Baker 2005)
Gambar 18     Radiografi jantung anjing dan jalur peredaran darah di dalam jantung sebelah kanan  pada posisi lateral, (AVC) cranial vena cava, (AV) persimpangan vena azygos  dengan AVC, (RU) aurikel kanan, (RV) ventrikel kanan, (CA) conus areteriosus, (PA
+7

Referensi

Dokumen terkait