• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) pada Tanaman Fast Growing Species dalam Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Rehabilitasi Lahan Kritis (Studi Pustaka)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Status Penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) pada Tanaman Fast Growing Species dalam Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Rehabilitasi Lahan Kritis (Studi Pustaka)"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan reboisasi atau penghutanan kembali dalam kawasan hutan, baik

untuk rehabilitasi lahan bekas penambangan, pembangunan hutan tanaman

industri (HTI), maupun rehabilitasi area bekas penebangan selalu dijumpai

kendala berupa rendahnya keberhasilan hidup tanaman dan pertumbuhan tanaman

di lapangan. Hal ini sering diakibatkan oleh kualitas bibit yang masih kurang baik

dan kondisi lahan yang tidak optimal untuk pertumbuhan tanaman. Kondisi lahan

kritis yang banyak terdapat di Indonesia ditandai oleh kandungan unsur hara yang

rendah, pH tanah dibawah normal, intensitas penyinaran matahari yang tinggi,

persediaan air tanah yang kurang, dan persaingan antar komponen biotik yang

kuat (Indriyanto 2008). Kondisi lahan seperti ini dapat menghambat keberhasilan

kegiatan rehabilitasi lahan dan pembangunan HTI.

Dalam rangka meningkatkan keberhasilan kegiatan rehabilitasi lahan kritis

dan pembangunan HTI, maka diperlukan upaya pendekatan ekologis. Pendekatan

ekologis yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah

strategi pemilihan jenis yang tepat dengan sifat mempunyai daya adaptasi yang

tinggi dan cepat tumbuh, yang lebih dikenal dengan istilah fast growing species

serta aplikasi bioteknologi yang dapat memperbaiki kondisi tanah dan

mempercepat laju pertumbuhan tanaman (Setiadi 1988). Aplikasi bioteknologi

tersebut dapat berupa penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) yang lebih

efektif dan bersahabat dengan lingkungan.

Skripsi ini memberikan gambaran tentang status penggunaan FMA pada

beberapa jenis tanaman fast growing species yang telah diaplikasikan pada tingkat persemaian dan di lapangan dalam rangka menunjang keberhasilan pembangunan

(2)

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengumpulkan informasi tentang berbagai penelitian yang berkaitan

dengan pemanfaatan dan peranan FMA untuk meningkatkan kualitas

pertumbuhan tanaman fast growing species di persemaian dalam pembangunan HTI dan kegiatan rehabilitasi lahan kritis kemudian merangkumnya sehingga

menjadi sesuatu informasi yang aplikatif bagi pembaca.

2. Mengevaluasi dan menganalisis data hasil penelitian mengenai jenis

FMA yang efektif, kombinasi perlakuan FMA dengan media tumbuh, pemupukan,

simbiosis dengan mikroba lain, dan teknik inokulasi di persemaian.

3. Menentukan jenis FMA yang efektif, kombinasi perlakuan FMA dengan media tumbuh, pemupukan, simbiosis dengan mikroba lain, dan teknik inokulasi

di persemaian pada masing-masing jenis tanaman fast growing species.

1.3. Manfaat

Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Memberikan data dan informasi mengenai aplikasi penggunaan FMA

untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan jenis tanaman fast growing species di persemaian dalam pembangunan HTI dan kegiatan rehabilitasi lahan kritis.

2. Memberikan informasi tentang jenis-jenis FMA yang efektif beserta

perlakuan kombinasinya pada beberapa jenis tanaman fast growing species. 3. Memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat

dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai jenis-jenis FMA yang efektif

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mikoriza

2.1.1. Tinjauan Umum

Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis mutualistis antara

cendawan (myces) dengan perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi (Setiadi 1992 dalam Supyandi 1999). Baik cendawan maupun tanaman inang sama-sama memperoleh keuntungan dari asosiasi ini. Adanya infeksi dari fungi ini dapat

bermanfaat untuk pengambilan unsur hara dan adaptasi tanaman yang lebih baik.

Di lain pihak, cendawan pun dapat memenuhi keperluan hidupnya berupa

karbohidrat dan keperluan tumbuh lainnya dari tanaman inang (Anas 1997).

Berdasarkan struktur tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang,

mikoriza dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu ektomikoriza,

endomikoriza atau yang sering disebut Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA), dan

ektendomikoriza (Imas et al. 1989). FMA merupakan tipe asosiasi mikoriza yang tersebar sangat luas dan ada pada sebagian besar ekosistem yang menghubungkan

antara tanaman dengan rizosfer. Simbiosis terjadi dalam akar tanaman dimana

cendawan mengkolonisasi apoplast dan sel korteks untuk memperoleh karbon dari

hasil fotosintesis dari tanaman (Delvian 2005). Endomikoriza hanya dijumpai

pada wakil-wakil species kebanyakan famili angiospermae. Endomikoriza juga

ditemukan pada konifer, kecuali Pinaceae serta pada pteridofita dan briofita

tertentu (Rao 1994). Fungi mikoriza arbuskula termasuk ke dalam kelas

Zygomycetes, dengan ordo Glomales yang mempunyai 2 subordo, yaitu

Gigasporineae dan Glomineae. Gigasporineae dengan famili Gigasporaceae

mempunyai 2 genus, yaitu Gigaspora dan Scutellospora. Glomaceae mempunyai 4 famili, yaitu famili Glomaceae dengan genus Glomus dan Sclerocystis, famili Acaulosporaceae dengan genus Acaulospora dan Entrophospora, Paraglomaceae dengan genus Paraglomus, dan Archaeosporaceae dengan genus Archaeospora

(INVAM 2009).

Cendawan FMA membentuk organ-organ khusus dan mempunyai

(4)

(arbuscule), dan spora. Vesikel merupakan struktur cendawan yang berasal dari pembengkakan hifa internal secara terminal dan interkalar, kebanyakan berbentuk

bulat telur, dan berisi banyak senyawa lemak sehingga merupakan organ

penyimpanan cadangan makanan dan pada kondisi tertentu dapat berperan sebagai

spora atau alat untuk mempertahankan kehidupan cendawan. Tipe FMA vesikel

memiliki fungsi yang paling menonjol dari tipe cendawan mikoriza lainnya. Hal

ini dimungkinkan karena kemampuannya dalam berasosiasi dengan hampir 90 %

jenis tanaman, sehingga dapat digunakan secara luas untuk meningkatkan

prosentase hidup tanaman. Arbuskula merupakan hifa bercabang halus yang

dibentuk oleh percabangan dikotomi yang berulang-ulang sehingga menyerupai

pohon dari dalam sel inang. Arbuskula merupakan percabangan dari hifa masuk

kedalam sel tanaman inang. Spora terbentuk pada ujung hifa eksternal. Spora ini

dapat dibentuk secara tunggal, berkelompok atau di dalam sporokarp tergantung

pada jenis cendawannya. Perkecambahan spora sangat sensitif tergantung

kandungan logam berat di dalam tanah dan juga kandungan Al. Kandungan Mn

juga mempengaruhi pertumbuhan miselium. Spora dapat hidup di dalam tanah

beberapa bulan sampai beberapa tahun (Pattimahu 2004).

2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan FMA

Banyak faktor biotik dan abiotik yaang menentukan perkembangan FMA.

Faktor biotik dan abiotik tersebut adalah sebagai berikut (Mosse 1981) :

1. Suhu

Suhu yang relatif tinggi akan meningkatkan aktivitas fungi. Suhu optimum

untuk perkecambahan spora sangat beragam tergantung pada jenisnya.

2. Kadar air tanah

Untuk tanaman yang tumbuh di daerah kering, adanya FMA

menguntungkan karena dapat meningkatkaan kemampuan tanaman untuk tumbuh

dan bertahan pada kondisi yang kurang air. Adanya FMA dapat memperbaiki dan

meningkatkan kapasitas serapan air tanaman inang.

3. Derajat keasaman (pH) tanah

Fungi pada umumnya lebih tahan terhadap perubahan pH tanah. Meskipun

(5)

berbeda-beda karena pH tanah mempengaruhi perkecambahan, perkembangan dan peran

mikoriza terhadap pertumbuhan tanaman.

4. Bahan organik

Bahan organik merupakan salah satu komponen penyusun tanah yang

penting disamping bahan anorganik, air dan udara. Jumlah spora FMA

mempunyai hubungan yang erat dengan kandungan bahan organik di dalam tanah.

5. Cahaya dan ketersediaan hara

Intensitas cahaya yang tinggi dengan kekahatan nitrogen ataupun fospor

sedang akan meningkatkan jumlah karbohidrat didalam akar sehingga membuat

tanaman lebih peka terhadap infeksi FMA. Derajat infeksi terbesar terjadi pada

tanah-tanah yang mempunyai kesuburan yang rendah.

6. Pengaruh logam berat dan unsur lain

Beberapa spesies FMA diketahui mampu beradaptasi dengan tanah yang

tercemar seng (Zn), tetapi sebagian besar spesies FMA peka terhadap kandungan

Zn yang tinggi. Selain itu kandungan Ca dalam tanah diketahui dapat

mempengaruhi perkembangan FMA.

7. Fungisida

Fungisida merupakan racun kimia yang digunakan untuk membunuh

cendawan penyebab penyakit pada tanaman. Penggunaan fungisida dalam dosis

yang rendah disamping mampu memberantas fungi penyebab penyakit juga

terbukti dapat menyebabkan turunnya kolonisasi FMA yang mengakibatkan

terhambatnya pertumbuhan tanaman dan pengambilan unsur P.

2.1.3. Manfaat Mikoriza

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh tanaman inang yang berasosiasi

dengan mikoriza adalah sebagai berikut (Setiadi 1989) :

1. Meningkatkan penyerapan unsur hara makro dan beberapa unsur hara mikro

2. Meningkatkan ketahanan tanaman terhadap kondisi kekeringan

3. Tahan terhadap serangan patogen akar

4. Mikoriza dapat memproduksi hormon dan zat pengatur tumbuh yang

(6)

5. Penggunaan mikoriza dibandingkan dengan pupuk buatan lebih

menguntungkan, disamping mampu menyerap usur N,P,K; mikoriza mampu

mengekstrak Ca, Mg serta beberapa unsur mikro yang biasanya bukan merupakan

bagian dari pupuk buatan

6. Mikoriza lebih aman dipakai, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan,

berperan aktif dalam siklus hara, serta dapat memperbaiki status kesuburan tanah.

2.2. Fast Growing Species

Jenis fast growing species merupakan jenis pohon yang cepat tumbuh dan mempunyai daur masak tebang maksimal 15 tahun. Jenis fast growing species

mempunyai hasil produksi minimum 10 m3 per hektar setiap tahunnya dengan

pertambahan tinggi yang dapat mencapai 60 cm per tahun (Dwivedi 1993 dalam

Huy 2004). Jenis fast growing species ini mampu menstabilkan dan memperbaiki kondisi tanah. Jenis pohon serbaguna ini secara luas digunakan pada sistem

agroforestri karena dapat menyediakan produk yang bermanfaat mencakup hasil

hutan berupa kayu dan hasil hutan non-kayu bagi masyarakat sekitar.

2.3. Aplikasi FMA pada Jenis Fast Growing Species dalam Kegiatan HTI dan Rehabilitasi Lahan Kritis

Penggunaan FMA untuk membantu meningkatkan pertumbuhan tanaman

baik tanaman pertanian maupun kehutanan telah banyak dilakukan. Anwar (2004)

menjelaskan Glomus etunicatum memberikan pengaruh yang paling efektif terhadap pertumbuhan Gmelina arborea. Penggunaan FMA terhadap tanaman kehutanan yang ditanam pada lahan-lahan marginal, seperti lahan-lahan bekas

tambang yang tercemar logam berat terbukti banyak memberikan keuntungan.

Sebagai contoh, inokulasi fungi mikoriza pada tanaman Thicospermum burretii,

Acacia mangium, dan Paraserianthes falcataria terbukti potensial untuk mereklamasi lahan kritis pasca tambang. Jenis-jenis tanaman tersebut

pertumbuhannya mampu meningkat 2-3 kali lipat dibanding dengan tanaman

kontrol. Hal ini hampir setara dengan pupuk urea 130 kg/ha, TSP 180 kg/ha dan

(7)

Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa fungi mikoriza dapat

menghasilkan hormon seperti cytokinin dan giberelin. Zat pengatur tumbuh seperti vitamin pernah dilaporkan sebagai hasil metabolisme FMA (Anas 1997).

Fungi mikoriza bisa membentuk hormon seperti auxin, cytokinin, dan giberelin, yang berfungsi sebagai perangsang pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman.

Tanaman yang dapat tumbuh pada limbah pertambangan batubara diteliti oleh

Rani et al. 1991 yang menunjukkan bahwa dari 18 spesies tanaman setempat yang diteliti, 12 diantaranya bermikoriza. Tanaman yang berkembang dengan baik di

lahan limbah batubara tersebut, ditemukan adanya oil droplets dalam vesikel akar mikoriza. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat mekanisme filtrasi, sehingga

(8)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2011 di

Perpustakaan Pusat Antar Universitas (PAU) Institut Pertanian Bogor,

Perpustakaan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan Perpustakan Pusat

Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (Puslitbang) Bogor.

3.2. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

merupakan hasil penelitian status isolat Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) pada

jenis fast growing species yang digunakan dalam pembangunan hutan tanaman industri (HTI) dan dalam kegiatan rehabilitasi lahan kritis.

3.3. Metode Penelitian :

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengumpulkan dan

menganalisis data hasil penelitian mengenai peranan Fungi Mikoriza Arbuskula

(FMA) dalam meningkatkan kualitas pertumbuhan jenis fast growing species di persemaian dalam pembangunan HTI dan kegiatan rehabilitasi lahan kritis.

Tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Semua hasil-hasil penelitian mengenai peran FMA dalam meningkatkan

kualitas pertumbuhan jenis tanaman fast growing species yang berupa buletin penelitian, skripsi, tesis, disertasi, jurnal, dan prosiding yang terdapat di

Perpustakaan PAU IPB, Perpustakaan Fakultas Kehutanan IPB, dan Perpustakaan

Puslitbang Bogor dikumpulkan. Berikut merupakan sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini :

Sumber data Jumlah

Buletin penelitian 4 buah

Skripsi 9 buah

Tesis 3 buah

Jurnal 3 buah

(9)

2. Pengelompokan hasil-hasil penelitian berdasarkan jenis-jenis tanaman

fast growing species yang meliputi Acacia crassicarpa, Enterelobium cyclocarpum, Eucalyptus urophylla, Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, dan Gmelina arborea beserta perlakuan inokulasi FMA yang digunakan.

3. Hasil penelitian setiap jenis tanaman fast growing species dan jenis isolat FMA beserta perlakuan kombinasi yang digunakan dikelompokkan dalam

sebuah tabel.

4. Pengelompokan dilakukan berdasarkan status FMA pada setiap jenis

tanaman fast growing species

No Jenis FMA Prosentase Infeksi Akar (%) Sumber

5. Pengelompokan dilakukan berdasarkan efektivitas FMA pada setiap

jenis tanaman fast growing species

No Jenis FMA Pertambahan

tinggi

6. Pengelompokan dilakukan berdasarkan interaksi FMA dengan media

tumbuh pada setiap jenis tanaman fast growing species

No Jenis FMA Jenis Media Rata-rata

7. Pengelompokan dilakukan berdasarkan interaksi FMA dengan

pemupukan pada setiap jenis tanaman fast growing species No Perlakuan Rata-rata

(10)

8. Pengelompokan dilakukan berdasarkan simbiosis FMA dengan mikroba

lain pada setiap jenis tanaman fast growing species

No Perlakuan Rata-rata

tinggi

9. Pengelompokan dilakukan berdasarkan teknik inokulasi FMA pada

setiap jenis tanaman fast growing species

No Teknik

Inokulasi

Jenis FMA Peningkatan Prosentase terhadap Kontrol (%) Sumber

Tinggi

10. Analisis dilakukan pada data hasil penelitian mengenai status mikoriza

(prosentase infeksi akar), efektifitas mikoriza, interaksi mikoriza dengan media

tumbuh, pemupukan, simbiosis dengan mikroba lain dan teknik aplikasi mikoriza

pada masing-masing jenis tanaman fast growing species.

11. Analisis data dilakukan dengan menghitung prosentase respon

pertumbuhan menggunakan rumus :

Ket : (X) = Perlakuan inokulasi FMA pada masing-masing parameter

Hasil + menunjukkan adanya pengaruh dari FMA dan atau perlakuan

kombinasi

Hasil - menunjukkan tidak adanya pengaruh dari FMA dan atau

perlakuan kombinasi

12. Sumber data penelitian yang diambil dibuat sebuah database.

No Tahun Peneliti Judul Tanaman Jenis Karya Instansi

% Respon = X – kontrol x 100%

(11)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. STATUS FMA

Hasil analisis data pada beberapa hasil penelitian mengenai status FMA pada

beberapa tanaman fast growing species disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Pengaruh jenis FMA terhadap prosentase infeksi akar tanaman fast growing species

No. Tanaman Jenis FMA Infeksi akar Sumber

1. Acacia crassicarpa Glomus manihotis dan Glomus sp 6

+ Putri (1998) dan Widyati

et al. (2005) 2. Acacia mangium Glomus fasciculatum + Nurdin (2001) 3. Paraserianthes falcataria Glomus sp dan Glomus

manihotis

+ Alkareji (2008) dan Putri (1998)

4. Gmelina arborea Mycofer (Campuran Glomus etunicatum, Glomus

manihotis, Gigaspora margarita, dan Acaulospora tuberculata) dan INDS-28 (Brown Glomus)

+ Hidayat (2003) dan Putri (1998)

5. Eucalyptus urophylla Glomus etunicatum + Surata et al. (2007)

Ket : + (berpengaruh positif)

4.1.2. EFEKTIFITAS FMA

Hasil analisis data pada beberapa hasil penelitian mengenai efektifitas FMA

pada pertumbuhan beberapa tanaman fast growing species disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Pengaruh jenis FMA terhadap parameter pertumbuhan tanaman fast

growing species

No. Tanaman Jenis FMA Parameter Sumber

ΔT ΔD BKT NPA

1. Acacia crassicarpa Glomus manihotis + + + + Putri (1998)

2. Acacia mangium Glomus fasciculatum + + + ta Nurdin (2001)

3. Paraserianthes falcataria

Gigaspora margarita + + + ta Dharmawan (2007)

4. Gmelina arborea INDM-22 (Brown

Glomus)

+ + + - Widyani (1997)

5. Eucalyptus urophylla Glomus etunicatum + + + + Surata et al. (2007)

(12)

4.1.3. INTERAKSI FMA DENGAN PEMUPUKAN

Hasil analisis data pada beberapa hasil penelitian mengenai interaksi FMA

dengan pemupukan pada beberapa tanaman fast growing species disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Pengaruh interaksi jenis FMA dengan pemupukan pada pertumbuhan tanaman fast growing species

No. Tanaman Perlakuan Parameter Sumber

ΔT ΔD BKT NPA 1. Acacia

crassicarpa

Glomus clarum + BO 5 % + + + - Pidjath (2006)

2. Acacia mangium ta ta ta ta ta -

3. Paraserianthes falcataria

Mycofer + Bio-nature 30 cc/l + + + + Rela (1999)

4. Gmelina arborea Mycofer (Campuran Glomus etunicatum, Glomus manihotis, Gigaspora margarita, dan

Acaulospora tuberculata) + 50 % omega

Ket : + (berpengaruh positif) - (tidak berpengaruh) ta (tidak terdapat data)

4.1.4. INTERAKSI FMA DENGAN MEDIA TUMBUH

Hasil analisis data pada beberapa hasil penelitian mengenai interaksi FMA

dengan media tumbuh pada tanaman fast growing species disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Pengaruh interaksi FMA dengan media tumbuh di persemaian

NO Tanaman Perlakuan Parameter Sumber

ΔT ΔD BKT NPA

1. Acacia crassicarpa ta ta ta ta ta -

2. Acacia mangium Glomus fasciculatum + media tanah : kompos (1:1)

+ + + ta Nurdin (2001)

3. Paraserianthes falcataria

Gigaspora margarita+ T.tambang : kompos (1:2)

+ + + + Mufidah (1999)

4. Gmelina arborea Glomus agregatum

+Tanah Podsolik Merah Kuning

+ ta + + -

5. Eucalyptus urophylla ta ta ta ta ta -

(13)

4.1.5. SIMBIOSIS FMA DENGAN MIKROBA LAIN

Hasil analisis data pada beberapa hasil penelitian mengenai simbiosis FMA

dengan mikroba lain tanaman fast growing species disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Pengaruh simbiosis FMA dengan mikroba lain terhadap parameter pertumbuhan tanaman fast growing species

No. Tanaman Perlakuan Parameter Sumber

ΔT ΔD BKT NPA Jumlah bintil akar

2. Acacia mangium Glomus 200 gr/pot+ Rhizobium 10 ml/pot

ta ta ta ta + Husin dkk (2007)

3. Paraserianthes falcataria

Ket : + (berpengaruh positif) ta (tidak terdapat data)

4.1.6. PENGARUH TEKNIK INOKULASI FMA TERHADAP

PERTUMBUHAN

Hasil analisis data pada beberapa hasil penelitian mengenai teknik inokulasi

FMA terhadap pertumbuhan tanaman fast growing species disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Pengaruh teknik inokulasi FMA terhadap parameter pertumbuhan

tanaman fast growing species

No Tanaman Teknik inokulasi

dan jenis FMA

Parameter Sumber

BKT Infeksi Akar

1. Acacia crassicarpa Direct technique, Glomus manihotis

+ + Putri (1998) dan Widyati

et al. (2005)

2. Acacia mangium Direct technique, Glomus fasciculatum

+ + Nurdin (2001)

3. Paraserianthes falcataria

Direct technique, Gigaspora margarita

+ + Alkareji (2008) dan Putri

(1998) 4 Gmelina arborea Direct technique, INDM-22

(Brown Glomus)

+ + Hidayat (2003) dan Putri

(1998) 5. Eucalyptus urophylla Direct technique,

Glomus etunicatum

+ ta Surata et al. (2007)

(14)

4.2. Pembahasan

Inokulasi Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) pada umumnya memegang

peranan yang penting dalam membantu pertumbuhan tanaman sehingga dapat

meningkatkan kualitas bibit yang dihasilkan. Berikut ini adalah analisis data-data

penelitian mengenai penggunaan FMA pada lima jenis tanaman yang termasuk

jenis fast growing species (Acacia crassicarpa, Acacia mangium, Paraserianthes falcataria, Gmelina arborea, dan Eucalyptus urophylla)dengan parameter status mikoriza (prosentase infeksi akar), efektifitas mikoriza, interaksi mikoriza dengan

media tumbuh, pemupukan, simbiosis dengan mikroba lain dan teknik aplikasi

mikoriza.

4.2.1. Status Mikoriza

Perkembangan dan keberadaan mikoriza pada suatu tanaman ditunjukkan

dengan nilai prosentase infeksi pada akar atau jumlah kolonisasi pada akar

tanaman. Semakin besar infeksi/kolonisasi mikoriza pada akar semai, maka

keefektifitasannya dalam penyerapan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman akan

semakin meningkat (Hidayat 2003). Berdasarkan Tabel 1, prosentase tertinggi

infeksi akar pada semai Acacia crassicarpa dihasilkan oleh FMA jenis Glomus manihotis dan Glomus sp 6 yang diinokulasi dari A. auriculiformis. Prosentase tertinggi infeksi akar pada semai Acacia mangium dihasilkan oleh FMA jenis

Glomus fasciculatum. Infeksi akar pada semai Paraserianthes falcataria paling tinggi dihasilkan oleh FMA jenis Glomus manihotis dan Glomus sp. Jenis Mycofer

dan Brown Glomus menghasilkan prosentase infeksi tertinggi pada semai

Gmelina arborea, sedangkan Glomus etunicatum menghasilkan prosentase infeksi akar tertinggi pada semai Eucalyptus urophylla. Prosentase infeksi akar yang tinggi pada tanaman inang tidak dapat dijadikan sebuah parameter tingkat

ketergantungan tanaman pada suatu jenis mikoriza. Perlu dilakukan uji efektifitas

mikoriza untuk melihat pengaruh/respon terhadap pertumbuhan tanaman inang

tersebut.

4.2.2. Efektifitas Mikoriza

Inokulasi FMA pada tanaman pada dasarnya dapat membantu pertumbuhan

(15)

unsur hara. Hal ini disebabkan karena FMA efektif dalam proses penyerapan

unsur hara makro dan mikro dalam tanah (Setiadi 1989). Suatu inokulan mikoriza

dikatakan efektif pada tanaman apabila inokulasi FMA tersebut menghasilkan

nilai biomassa atau berat kering total yang tinggi dan terdapat adanya tanda

infeksi jenis mikoriza tersebut pada suatu tanaman (Setiadi, komunikasi pribadi).

Berdasarkan Tabel 2, jenis mikoriza yang efektif dan memberikan respon

pertumbuhan yang positif pada Acacia crassicarpa adalah Glomus manihotis dan

Glomus sp 6 yang diisolasi dari Acacia auriculiformis. Mikoriza yang efektif dan memberikan respon pertumbuhan yang positif untuk Acacia mangium adalah

Glomus fasciculatum, sedangkan pada Paraserianthes falcataria dapat digunakan mikoriza jenis Gigaspora margarita. Inokulan INDM-22 (Brown Glomus) terlihat cukup efektif pada tanaman Gmelina arborea, dan CMA jenis Glomus etunicatum

untuk Eucalyptus urophylla.

4.2.3. Interaksi Mikoriza dengan Pemupukan

Pemupukan merupakan penambahan suatu bahan ke dalam tanah yang

bertujuan untuk meningkatkan kesuburan tanah. Dalam arti luas, pemupukan juga

termasuk penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki kesuburan tanah

(Hardjowigeno 1995).

Pemberian pupuk bio-organik pada Acacia crassicarpa dosis 5% pada Acacia crassicarpa yang diinokulasi Glomus clarum menghasilkan respon pertumbuhan semai terbaik sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman Acacia crassicarpa seperti yang tersaji pada Tabel 3. Pupuk yang memberikan hasil positif pada Paraserianthes falcataria adalah bio-nature dengan dosis 30 cc/l dengan kombinasi mikoriza jenis Mycofer. Jenis pupuk yang memberikan hasil

terbaik pada pertambahan tinggi dan diameter tanaman Gmelina arborea adalah jenis pupuk 50% omega 5 gram + 50% NPK plus dosis 10 gram dengan inokulasi

(16)

4.2.4. Interaksi Mikoriza dengan Media Tumbuh

Media tumbuh dalam persemaian berfungsi sebagai tempat berpijaknya bibit,

tempat pertumbuhan akar dan sumber nutrisi. Media tumbuh yang baik harus

memenuhi persyaratan fisik dan kimia tanah (Hardjowigeno 1995). Perlakuan

media tumbuh dari beberapa penelitian terhadap perkembangan mikoriza

menghasilkan pengaruh yang bervariasi.

Secara umum berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada Tabel 4,

pengaruh media tumbuh yang berupa campuran tanah tambang dengan kompos

dapat menghasilkan respon pertumbuhan yang positif pada semai Acacia mangium yang diinokulasi Glomus fasciculatum dan Paraserianthes falcataria

yang diinokulasi Gigaspora margarita. Tanah podsolik merah kuning (PMK) yang digunakan pada penelitian menggunakan semai Gmelina arborea yang diinokulasi Glomus agregatum juga memberikan hasil pertumbuhan yang cukup baik pada semai Gmelina arborea.

4.2.5. Simbiosis Mikoriza dengan Mikroba Lain

Mikroba lain dapat membentuk hubungan simbiosis mutualisme dengan

mikoriza untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Pada Tabel 5, parameter

pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering total dan nisbah pucuk akar pada

kombinasi perlakuan inokulasi Glomus sp, bakteri pelarut fosfat (1 ml/pot) dan rhizobium (1 ml/pot) menghasilkan pertumbuhan Acacia crassicarpa yang lebih baik dibandingkan kontrol. Selain itu, kombinasi perlakuan inokulasi Glomus sp sebanyak 200 gram dengan Rhizobium dosis 10 ml/pot juga menghasilkan respon

pertumbuhan yang baik pada semai Acacia mangium. Hal ini menunjukkan adanya simbiosis yang baik antara mikoriza, bakteri pelarut fosfat dan rhizobium

dengan tanaman inang. Simbiosis mikoriza jenis Glomus sp dan bakteri Glomus

sp 2 mampu meningkatkan nisbah pucuk akar dan jumlah bintil akar semai

Paraserianthes falcataria.

4.2.6. Pengaruh Teknik Inokulasi terhadap Pertumbuhan

Teknik inokulasi mikoriza yang efisien dan efektif ditentukan oleh beberapa

(17)

lingkungan, jenis inokulan dan ketersediaan inokulan mikoriza yang digunakan

(Indriyanto 2008). Menurut Setiadi (2005), pada umumnya terdapat dua cara

inokulasi FMA yang berhasil dicoba di persemaian, yaitu direct technique (teknik koakan) dan layering technique (teknik layering). Berdasarkan data pada Tabel 6, teknik koakan (direct technique) yang diterapkan di persemaian mampu memberikan respon yang positif terhadap infeksi akar dan parameter pertumbuhan

seluruh tanaman fast growing species. Kelebihan diterapkannya teknik inokulasi FMA ini pada semai antara lain adalah tingkat/prosentase infeksi akar yang lebih

tinggi, tingkat infeksi akar dapat lebih terkonsentrasi, dan proses infeksi akar

(18)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Jenis FMA yang efektif untuk diinokulasikan pada Acacia crassicarpa

adalah Glomus manihotis, jenis Acacia mangium dapat digunakan Glomus fasciculatum, dan pada Paraserianthes falcataria dapat digunakan FMA jenis

Gigaspora margarita. Inokulan INDM-22 (Brown Glomus) pada Gmelina arborea, dan FMA jenis Glomus etunicatum untuk Eucalyptus urophylla.

Inokulasi FMA tersebut dapat diberikan melalui teknik layering (layering technique) dan koakan (direct technique).

2. Media tanah podsolik merah kuning (PMK) dan jenis media tanah tambang

yang dicampur dengan kompos dapat diinokulasi dengan FMA untuk

meningkatkan pertumbuhan tanaman.

3. Efektivitas FMA dapat ditingkatkan dengan penambahan mikroba lain

seperti bakteri pelarut fosfat dan rhizobium.

5.2. Saran

1. Penggunaan FMA yang diaplikasikan pada tanaman fast growing species

hendaknya dijadikan manifestasi awal bagi pelaku kegiatan pembangunan HTI

dan revegetasi lahan kritis sehingga dapat dihasilkan bibit yang berkualitas untuk

dapat ditanam di lapang.

2. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut untuk mengetahui jenis FMA

yang lebih spesifik, jumlah/dosis pupuk yang tepat, dan jenis media tanam yang

(19)

STATUS PENGGUNAAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA

(FMA) PADA TANAMAN FAST GROWING SPECIES

DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

DAN REHABILITASI LAHAN KRITIS (STUDI PUSTAKA)

CYNTIA YUNI ARDANARI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(20)

DAFTAR ISTILAH

Arbuskula

Hifa bercabang halus yang dibentuk oleh percabangan dikotomi yang

berulang-ulang sehingga menyerupai pohon dari dalam sel inang

Auxin

Salah satu hormon tumbuh yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan

perkembangan suatu tanaman

Bakteri pelarut fosfat

Kelompok bakteri yang dapat melarutkan P yang terjerap permukaan

oksida-oksida besi dan almunium sebagai senyawa Fe-P dan Al-P

Bintil akar

Tonjolan kecil di akar (kebanyakan adalah anggota Fabaceae) yang

terbentuk akibat infeksi bakteripengikat nitrogen yang bersimbiosis secara

mutualistik dengan tumbuhan

Bioteknologi

Cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri,

fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim,

alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa

Briofita

Tumbuhan yang tergolong divisi tumbuh-tumbuhan tidak berbunga

Cytokinin

Salah satu zat pengatur tumbuh yang ditemukan pada tanaman dalam

proses pembelahan sel

Coniferae

Sekelompok tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dengan ciri yang

paling jelas yaitu memiliki runjung/cone sebagai pembawa biji

Dikotomi

Percabangan yang terbentuk pada ujung batang/cabang sebelumnya yang

(21)

Ektomikoriza

Hifa jamur yang menyelubungi masing-masing cabang akar di bagian luar

akar sehingga membentuk mantel akar, dikotomi, trikotomi dan

polikotomi

Ektendomikoriza

Bentuk intermediet antara ektomikoriza dan endomikoriza

Endomikoriza

Hifa jamur yang tidak membentuk selubung luar tetapi hifa akan

menembus masuk kedalam sel dan hidup dalam sel akar (intraseluler)

Fast Growing Species (FGS)

Jenis tanaman cepat tumbuh dan mempunyai masak tebang maksimal 15

tahun

Filtrasi

Proses penyaringan

Fungisida

Pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat cendawan

penyebab penyakit

Giberelin

Salah satu hormon tumbuh pada tanaman yang sangat berpengaruh pada

sifat genetik, pembuangan, penyinaran, parthenocarpy, mobilisasi

karbohidrat selama perkecambaha dan aspek fisiologi lainnya

Hifa

Struktur biologis berupa berkas-berkas halus yang merupakan bagian dari

tubuh vegetatif berbagai fungi

Hormon

Pembawa pesan kimiawi antarsel atau antarkelompok sel

Infeksi

Tahap awal terjadinya simbiosis antara akar tanaman dengan mikoriza

yang ditandai masuknya atau tertularnya akar oleh hifa-hifa mikoriza

Inokulasi

(22)

Kekahatan

Kekurangan terhadap zat (unsur) tertentu

Kolonisasi

Kondisi suatu mikroorganisme yang tidak bereplikasi pada jaringan yang

ditempatinya

Lahan kritis

Lahan yang tidak dapat dimanfaatkan secara optimal karena mengalami

proses kerusakan fisik, kimia, maupun biologi yang pada akhirnya

membahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi pertanian, pemukiman

dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat

Lahan marginal

Lahan yang memiliki beberapa faktor pembatas, sehingga hanya sedikit

tanaman yang mampu tumbuh

Mikroba

Organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya

diperlukan alat bantuan

Mikoriza

Suatu struktur khas pada sistem perakaran yang terbentuk sebagai

manifestasi adanya simbiosis mutualisme antara fungi (myces) dan

perakaran (rhiza) dari tumbuhan tingkat tinggi

Miselium

Kumpulan dari hifa seperti benang

Mutualisme

Hubungan sesama makhluk hidup yang saling menguntungkan kedua

pihak

Mycofer

Campuran beberapa jenis fungi mikoriza arbuskular

Ordo

Suatu tingkat atau takson antara kelas dan familia

Patogen

(23)

pH

Derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman

atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan

Pteridophyta

Tumbuhan paku (atau paku-pakuan) yang telah memiliki sistem pembuluh

sejati (kormus) tetapi tidak menghasilkan biji untuk reproduksinya

Reboisasi

Penanaman kembali hutan yang telah ditebang (tandus, gundul)

Rehabilitasi

Upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi

hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya

dalam menjaga sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

Rhizobium

Bakteri pengikat nitrogen dalam tanah

Rizosfer

Sejumlah volume lapisan tipis tanah yang langsung mengelilingi akar

tanaman, berperan sangat penting karena merupakan area bagi kegiatan

akar dan metabolisme.

Simbiosis

Interaksi antara dua organisme yang hidup berdampingan

Spora

Satu atau beberapa sel (bisa haploid ataupun diploid) yang terbungkus oleh

lapisan pelindung

Sporokarp

Organ penyimpan spora

Teknik koakan

Teknik inokulasi endomikoriza yang dilakukan pada saat tanaman akan

disapih, dengan cara memasukkan inokulum FMA sebanyak 10 - 20 gram

(24)

Teknik layering

Teknik inokulasi endomikoriza yang dilakukan pada saat tanaman pada

tahap kecambah, dengan cara disebarkan inokulum FMA dengan tebal 2-3

cm diantara lapisan pasir atau zeolit

Vesikel

Struktur cendawan yang berasal dari pembengkakan hifa internal secara

terminal dan interkalar, kebanyakan berbentuk bulat telur, dan berisi

banyak senyawa lemak sehingga merupakan organ penyimpanan cadangan

makanan dan pada kondisi tertentu dapat berperan sebagai spora atau alat

untuk mempertahankan kehidupan cendawan

Zat Pengatur Tumbuh

Sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk

secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil

dapat mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan,

perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan

Zygomycetes

Tumbuhan jamur yang terdiri dari benang-benang hifa yang bersekat,

tetapi ada pula yang tidak bersekat

(25)

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2009. Reference culture of species [terhubung berkala] http://invam. caf.wvu.edu/Myc-_info/Taxonomy/classification.htm. [5 November 2011].

Alkareji. 2008. Pemanfaatan Mycorrhizal Helper Bacteria (MHBs) dan fungi mikoriza arbuskula (FMA) untuk meningkatkan pertumbuhan sengon (Paraserianthes falcataria L.Nielsen) di persemaian [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Anas I. 1997.Bioteknologi Tanah. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Butarbutar T, Oka S, Sunarto. 2000. Aplikasi cendawan mikoriza arbuskuler (CMA) terhadap pertumbuhan tanaman Eucalyptus urophylla di lahan kritis Pulau Bintan. Konifera XV:9-19.

Darwo. 2003. Respon pertumbuhan Khaya anthoteca Dx. dan Acacia crassicarpa

A. Cunn Ex. Benth terhadap penggunaan endomikoriza, pupuk kompos dan asam humat pada lahan pasca penambangan semen [tesis]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Delvian. 2005. Respon pertumbuhan dan perkembangan cendawan mikoriza arbuskula dan tanaman terhadap salinitas tanah [terhubung berkala]. http://library.usu.ac.id / download / fp / hutan-delvian2. pdf. [1 September 2011].

Dharmawan IWS. 2007. Sinergisme molybdenum-endomikoriza terhadap pertumbuhan Paraserianthes falcataria (L.) NIELSEN dan serapan hara tanah. Info Hutan IV(4):323-333.

Gumelar MA. 1999. Pengaruh aplikasi mikoriza, pupuk NPK dan polimer pada

Acacia crassicarpa, Gmelina arborea dan Enterelobium cyclocarpum untuk tanaman reboisasi lahan kritis di Pulau Bintan [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Hardjowigeno. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta : Mediyatama Sarana Perkasa.

(26)

Husin EF, Syafri S, Musliar K, Rudi H. 1999. Respon pertumbuhan bibit mangium di persemaian terhadap mikoriza dan rhizobium. Prosiding Seminar Mikoriza I. Setiadi Y, Hadi S, Santoso E, Turjaman M, Irianto RSB, Prematuri R, Maryanti D, Widopratiwi R (editor). Kerjasama Asosiasi Mikoriza Indonesia, Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, British Council. Bogor. 15-16 Nopember 1999.

Huy LQ. 2004. Fast Growing Species Plantations : Myth and Realities and Their Effect on Species Diversity. India : College of Forestry DR.Y.S.Parmar University of Horticulture and Forestry.

Imas T, Setiadi Y. 1988. Mikrobiologi Tanah. Bogor : Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor.

Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Jakarta : Bumi Aksara.

Martin E, Syaiful I, Teten RS. 2004. Pengaruh endomikoriza dan media semai terhadap pertumbuhan pulai, bungur, mangium dan sungkai di persemaian.

Jurnal Penelitian Hutan Tanaman I(3):105-113.

Mufidah A. 1999. Respon pertumbuhan semai Gmelina arborea Roxb. Akibat inokulasi cendawan mikoriza arbuskular dan pemberian pupuk fosfat pada tanah latosol dan podsolik merah kuning [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Munir M. 2000. Pengaruh cendawan endomikorhiza, boron, dan klon terhadap pertumbuhan dan perkembangan bibit Paraserianthes falcataria L.Nielsen [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Mosse S. 1981. Vesicular Arbuscular Mycorrhiza Research for Tropical Agriculture. Honolulu : Hawaii Institute of Tropical Agriculture and Human Resources, University of Hawaii.

Nurdin. 2001. Kontribusi mikorhiza pada proses biogeokimia di tanah galian tambang emas dan serapan haranya untuk pertumbuhan semai Paraserianthes falcataria L.Nielsen dan Acacia mangium Willd [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Pattimahu DV. 2004. Restorasi lahan kritis pasca tambang sesuai kaidah ekologi [makalah mata kuliah falsafah sains]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

(27)

Pramono IB, Chairil AS. 1999. Pengaruh pemberian cendawan mikoriza arbuskular terhadap penampilan bibit Enterolobium cyclocarpum, Gmelina arborea, dan Acacia crassicarpa di P. Bintan, Riau. Buletin Penelitian Kehutanan 15:153-162.

Pratama MA. 2010. Pemanfaatan asam humat dan fungi mikoriza arbuskula (FMA) untuk meningkatkan pertumbuhan semai sengon buto (Enterelobium cyclocarpum Griseb.) dalam usaha penerapan pembenihan langsung [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Putri ER. 1998. Uji keefektifan beberapa isolat mikoriza arbuskula untuk meningkatkan pertumbuhan semai Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen,

Acacia crassicarpa A.Cunn.Ex Benth dan Acacia mangium Willd pada media tailing [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Rani DBR, Ragupathy S, Mahadevan A. 1991. Incidence of vesicular - arbuscular mycorrhizae (VAM) in coal waste. Biotrop Special Publication 42:77-81

Rao NS. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta : UI Press

Rela CDE. 1999. Pengaruh pemberian bio-Stimulant dan mikoriza terhadap pertumbuhan semai sengon (Paraserianthes falcataria L.Nielsen) [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Santoso E, Ragil SBI, Maman T. 2005. Prospek aplikasi teknologi mikroba simbiotik dalam mempercepat rehabilitasi hutan dan lahan terdegradasi.

Prosiding Hasil Penelitian Acacia mangium. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan. Bogor. 6 Desember 2005.

Shanty DPE. 1998. Pengaruh inokulasi cendawan mikoriza arbuskula (CMA) terhadap pertumbuhan semai beberapa provenans acacia (Acacia mangium

Willd) [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Sieverding E. 1991. Vesicular Arbuscular Mycorrhiza Management in Tropical Agrosystem. Eschborn : Technical Cooperation Federal Republic of Germany.

Setiadi Y. 1988. Peranan spesifik mikro organisme untuk memacu pertumbuhan tanaman hutan. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

_______. 1988. Prospek pengembangan inokulum mikoriza dan rhizobium dalam rangka pembangunan hutan tanaman industri. Technical Notes I(5):1-10.

(28)

_________. 1999. Status penelitian pemanfaatan cendawan mikoriza arbuskula untuk rehabilitasi lahan terdegradasi. Prosiding Seminar Mikoriza I. Setiadi Y, Hadi S, Santoso E, Turjaman M, Irianto RSB, Prematuri R, Maryanti D, Widopratiwi R (editor). Kerjasama Asosiasi Mikoriza Indonesia, Puslitbang Hutan dan Konservasi Alam, British Council. Bogor. 15-16 Nopember 1999.

Supyandi Y. 1999. Pengaruh pemberian biostimulant dan inokulasi cendawan mikoriza arbuskula (CMA) terhadap pertumbuhan semai Acacia mangium

Willd [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Surata IK, Agung SR. 2007. Inokulasi multimikroba pada bibit ampupu (Eucalyptus urophylla S.T.Blake) di Rarung, Pulau Lombok. Info Hutan IV(2):165-175.

Turjaman M, Irianto RSB, Sitepu IR, Enny W, Erdy S, Mas’ud AF. 2003. Aplikasi bioteknologi cendawan mikoriza arbuskula Glomus manihotis dan

Glomus aggregatum sebagi pemacu pertumbuhan semai jati (Tectona grandis

Linn. f.) asal Jatirogo di persemaian. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.

Widiawati E. 2007. Formulasi inokulum mikroba: MA, BPF dan Rhizobium asal lahan bekas tambang batubara untuk bibit Acacia Crassicarpa Cunn. Ex-Benth. Biodiversitas 8:238-241.

Widyani N. 1997. Pengaruh inokulasi cendawan mikoriza arbuskula (CMA) dan pemberian pupuk fosfat terhadap pertumbuhan semai gmelina (Gmelina arborea Roxb.) [skripsi]. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor

(29)

STATUS PENGGUNAAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA

(FMA) PADA TANAMAN FAST GROWING SPECIES

DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

DAN REHABILITASI LAHAN KRITIS (STUDI PUSTAKA)

CYNTIA YUNI ARDANARI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(30)

STATUS PENGGUNAAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR

(FMA) PADA TANAMAN FAST GROWING SPECIES

DALAM PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

DAN REHABILITASI LAHAN KRITIS (STUDI PUSTAKA)

CYNTIA YUNI ARDANARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(31)

RINGKASAN

CYNTIA YUNI ARDANARI. Status Penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) pada Tanaman Fast Growing Species dalam Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Rehabilitasi Lahan Kritis (Studi Pustaka). Bimbingan YADI SETIADI.

Kegiatan penghutanan kembali atau reboisasi dalam kawasan hutan, baik untuk rehabilitasi lahan bekas penambangan, pembangunan hutan tanaman industri (HTI), maupun rehabilitasi area bekas penebangan selalu dijumpai kendala berupa rendahnya keberhasilan hidup tanaman dan pertumbuhan tanaman di lapangan. Hal ini sering diakibatkan oleh kualitas bibit yang masih kurang dan kondisi lahan yang kurang optimal untuk pertumbuhan tanaman. Untuk meningkatkan kualitas bibit yang akan ditanam di lapangan dapat digunakan aplikasi bioteknologi berupa penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada persemaian.

Penelitian yang berupa studi pustaka ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang pemanfaatan dan peranan FMA untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman fast growing species di persemaian dalam pembangunan HTI dan rehabilitasi lahan kritis, mengevaluasi dan menganalisis data-data hasil penelitian mengenai jenis FMA yang efektif, kombinasi perlakuan FMA dengan media tumbuh, pemupukan, simbiosis dengan mikroba lain, dan teknik inokulasi di persemaian serta memberikan hasil informasi yang belum tersedia kepada pembaca.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah jenis mikoriza yang efektif digunakan pada Acacia crassicarpa adalah Glomus manihotis dan Glomus sp, Acacia mangium menggunakan Glomus fasciculatum, Paraserianthes falcataria

dapat digunakan Gigaspora margarita, inokulan INDM-22 (Brown Glomus) untuk Gmelina arborea, dan Glomus etunicatum untuk Eucalyptus urophylla. Kombinasi perlakuan yang dapat meningkatkan efektivitas FMA adalah teknik koakan (direct technique), pemupukan dengan dosis tepat, media tumbuh yang mendukung dan penambahan mikroba lain yang terbukti dapat bersimbiosis dengan FMA.

(32)

SUMMARY

CYNTIA YUNI ARDANARI. Utilization Status of Arbuscular Mycorrizhae Fungi (AMF) in Fast Growing Plant Species for Industrial Planted Forest (IPF) Development and Critical LandRehabilitation. Supervised by YADI SETIADI.

Reforestation in forest area, either for mined land rehabilitation, industrial planned forest (IPF) development, and logging area rehabilitation mostly got any difficulties such as low success of plant survivals and plants growth in planted area. It was mostly caused by the low quality of seedling and condition of land

that couldn’t support the growth of plant. To solve those problems, Arbuscular

Mycorrizhae Fungi (AMF) could be implemented in nursery to enhance the quality of seedling which used for reforestation.

This research was supposed to collect information in relation with utilization and role of AMF to enhance quality of fast growing plant species in nursery for IPF development and critical land rehabilitation, to evaluate and analyze research data about effective AMF species, combination of AMF and growing media, fertilizing, symbiosis with other microbe, and inoculation technique, and also to provide other information to reader.

There are some conclusions in this research, those are effective mycorrizhae species for Acacia crassicarpa was Glomus manihotis and Glomus

sp, Acacia mangium by using Glomus fasciculatum, Paraserianthes falcataria by using Gigaspora margarita, inoculants INDM-22 (Brown Glomus) for Gmelina arborea, and Glomus etunicatum for Eucalyptus urophylla. Treatment combination that could improve the effectiveness of AMF was direct technique, fertilizing with appropriate dosage, supporting growing media and addition of other microbe that has been proved could made a symbiosis with AMF.

(33)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Status Penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) pada Tanaman Fast Growing Species

dalam Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Rehabilitasi Lahan Kritis (Studi Pustaka) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah

pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir

skripsi ini.

Bogor, Desember 2011

Cyntia Yuni Ardanari

(34)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Status Penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) pada Tanaman Fast Growing Species

dalam Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Rehabilitasi Lahan Kritis (Studi Pustaka)

Nama Mahasiswa : Cyntia Yuni Ardanari

NRP : E44070034

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Yadi Setiadi, M.Sc NIP. 19551205 198003 1 004

Diketahui,

Ketua Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS NIP. 19601024 198403 1 009

(35)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, dengan limpahan

rahmat dan kasih sayang-Nya, serta segala kemudahan yang diberikan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Status Penggunaan Fungi

Mikoriza Arbuskular (FMA) pada Tanaman Fast Growing Species dalam Pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) dan Rehabilitasi Lahan Kritis (Studi Pustaka) yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Skripsi yang berupa studi pustaka ini menginformasikan tentang status dan

penggunaan FMA beserta perlakuan kombinasinya yang dapat meningkatkan

kulaitas dan pertumbuhan tanaman fast growing species dalam kegiatan pembangunan HTI dan kegiatan rehabilitasi lahan kritis.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan.

Penulis berharap adanya saran dan kritik yang bersifat membangun untuk

perkembangan penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

seluruh pihak.

Bogor, Desember 2011

(36)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan,

bantuan, dan doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Yadi Setiadi, M. Sc selaku dosen pembimbing atas bimbingan skripsi,

ilmu pengetahuan serta budi pekerti yang diberikan,

2. Dr. Ir. Jarwadi Budi Hernowo, M.Sc.F selaku dosen penguji atas saran, ilmu

dan bimbingan kepada penulis,

3. Kedua orang tua, dua adik tercinta dan seluruh keluarga besar yang tiada

hentinya memberikan dukungan, semangat, doa, dan motivasi,

4. Rudi Prasetya yang selalu setia memberikan perhatian, motivasi, hiburan,

bantuan, saran, kritik dan doa untuk penulis selama ini,

5. Sahabat terbaikku : Hana Faristi, Dwi Astutiningsih, Prita Widyastuti, Wening

Tri Dewi dan Arum Kusuma Ratna Dewi yang selalu memberikan semangat dan

doa,

6. Keluarga baruku : Dyah Ayu Fitriasari, Jenny Rumondang, Rusdi Indra Safutra,

Hariadi Propantoko, Rinenggo Siwi, Yuniar Safitri, Anindita K., Nurunnajah, Sri

Handayani, Said Firman F., Hendra P., Rhomi A., Rinal Syahputra L., dan seluruh

keluarga Silvikultur 44 atas kebersamaan dan persaudaraan kita selama ini,

7. Rekan-rekan Silvikultur 42, 43, 45, 46 : Mba Atu, Mba Deviyanti, Mba Lika,

Mba Decyl, Mba Ibel, Ka Luqman, Ka Niechi, Putri dkk, dan Oki dkk yang telah

memberi doa, masukan dan arahan kepada penulis,

8. Keluarga besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor yang telah

memberikan ilmu dan pengetahuan serta kekeluargaannya kepada penulis,

9. Keluarga besar PT. Tanjung Alam Jaya, Banjarbaru : Bapak Madroji, Bapak

Syarifuddin, Bapak Pandi, Bapak Bukhari atas ilmu, perhatian dan arahan kepada

penulis,

10. Keluarga besar PAU IPB : Mba Faiq, Bu Hanna, Pak Ari, Bu Nana, Bu Susan

(37)

11. Keluarga besar Laboratorium Ekologi Hutan: Bapak Iwan, Bapak Andri,

Bapak Cecep, Bapak Dadan, Ibu Yani, Umi Era dan rekan-rekan mahasiswa

Laboratorium Ekologi Hutan atas bantuan fasilitas, ilmu, kritik dan sarannya,

11. Keluarga besar Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB atas fasilitas

dan bantuannya selama ini,

12. Staff Perpustakaan LSI IPB, Perpustakaan Fakultas Kehutanan Institut

Pertanian Bogor dan Perpustakan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

(Puslitbang) Bogor atas fasilitas dan kerjasamanya selama penulisan skripsi ini,

13. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini dan tidak

dapat saya sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan

skripsi ini, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis

harapkan demi perkembangan penelitian selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat.

Bogor, Desember 2011

(38)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Boyolali pada tanggal 4 Juni 1989 dari pasangan Ir.

Dirham, M.Si dan EL. Roesdijanti HL, SH. Setelah lulus dari SMAN 1 Boyolali

tahun 2007, penulis melanjutkan studi di program mayor Silvikultur Fakultas

Kehutanan IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama

menuntut ilmu di IPB, penulis aktif berpartisipasi di organisasi dan kegiatan

kemahasiswaan yakni sebagai anggota Divisi Informasi dan Komunikasi

Himpunan Profesi Tree Grower Community Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB tahun 2009-2010, anggota Divisi Informasi dan Komunikasi

Himpunan PC Sylva Fakultas Kehutanan IPB tahun 2009-2010, anggota Project Divission Himpunan Profesi Tree Grower Community Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB 2010-2011, anggota Divisi PSDMK PC Sylva Fakultas

Kehutanan IPB tahun 2009-2010, dan supporter Greenpeace (2007-2010).

Semasa perkuliahan, penulis dipercaya untuk menjadi asisten praktikum

mata kuliah Dendrologi semester ganjil tahun 2011. Penulis pernah mengikuti

training ESQ oleh ESQ Way 165 (2007) dan training “Soil Amandement and Assessment for Revegetation Success on Degraded Site After Mining and Oil/Gas Operations” yang diselenggarakan oleh PT Green Earth Indonesia (2011). Penulis mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dari IPB selama

dua tahun (2008 dan 2010).

Penulis telah menyelesaikan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (2009)

yang bertempat di Pangandaran dan Gunung Sawal, Praktik Pengelolaan Hutan di

Hutan Pendidikan Gunung Walat dan KPH Cianjur (2010) dan Praktik Kerja

Profesi di PT. Tanjung Alam Jaya, Banjarbaru, Kalimantan Selatan (2011).

Guna memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis telah

(39)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang……….. 1

1.2Tujuan……… 2

1.3Manfaat………. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mikoriza………..……….. 3

2.2 Fast Growing Species..………. 6 2.3 Aplikasi CMA pada jenis Fast Growing Species

dalam Kegiatan HTI dan Rehabilitasi

Lahan Kritis ……… 6

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat ……… 8

3.2 Jenis Data……….. 8

3.3 Metode Penelitian……….. 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

4.1.1. Status FMA……….……… 11

4.1.2.Efektivitas FMA……….………. 11

4.1.3. Interaksi FMA dengan Pemupukan……… 12

4.1.4. Interaksi FMA dengan Media Tumbuh………….. 12

4.1.5. Simbiosis FMA dengan Mikroba Lain…………... 13

4.1.6. Pengaruh Teknik Inokulasi FMA terhadap

Pertumbuhan………... 14

4.2 Pembahasan

4.1.1. Status FMA……….……… 14

4.1.2.Efektivitas FMA……….………. 14

4.1.3. Interaksi FMA dengan Pemupukan……… 15

4.1.4. Interaksi FMA dengan Media Tumbuh………….. 16

(40)

4.1.6. Pengaruh Teknik Inokulasi FMA terhadap

Pertumbuhan………. 16

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 18

DAFTAR PUSTAKA………. 19

DAFTAR ISTILAH ... 23

(41)

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Pengaruh jenis FMA terhadap prosentase infeksi

akar tanaman fast growing species………. 11 2 Pengaruh jenis FMA terhadap parameter pertumbuhan

tanaman fast growing species ………... 11 3 Pengaruh interaksi jenis FMA dengan pemupukan

pada pertumbuhan tanaman fast growing species………... 12 4 Pengaruh interaksi FMA dengan media tumbuh

di persemaian ……… 12

5 Pengaruh simbiosis FMA dengan mikroba lain

terhadap parameter pertumbuhan tanaman fast growing species…... 13 6 Pengaruh teknik inokulasi FMA terhadap parameter

(42)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Status FMA pada semai Acacia crassicarpa……… 28 2 Rekapitulasi status FMA pada semai Acacia crassicarpa…………... 28 3 Status FMA pada semai Acacia mangium……….. 28 4 Rekapitulasi status FMA pada semai Acacia mangium ………... 29 5 Status FMA pada semai Paraserianthes falcataria………. 29 6 Rekapitulasi status FMA pada semai Paraserianthes falcataria …… 30 7 Status FMA pada semai Gmelina arborea ……….. 30 8 Rekapitulasi status FMA pada semai Gmelina arborea……….. 31 9 Status FMA pada semai Eucalyptus urophylla……… 31 10 Rekapitulasi status FMA pada semai Eucalyptus urophylla……….. 31 11 Efektivitas FMA pada semai Acacia crassicarpa……….. 31 12 Rekapitulasi efektivitas FMA pada semai Acacia crassicarpa …….. 32 13 Efektivitas FMA pada semai Acacia mangium………. 32 14 Rekapitulasi efektivitas FMA pada semai Acacia mangium………. 33 15 Efektivitas FMA pada semai Paraserianthes falcataria…………... 33 16 Rekapitulasi efektivitas FMA padasemai Paraserianthes

falcataria……….. 34

17 Efektivitas FMA pada semai Gmelina arborea……….. 35 18 Rekapitulasi efektivitas FMA pada semai Gmelina arborea………. 36 19 Efektivitas FMA pada semai Eucalyptus urophylla………... 36 20 Rekapitulasi efektivitas FMA pada semai Eucalyptus urophylla ….. 36 21 Interaksi FMA dengan media tumbuhpada semai

Acacia mangium………... 36

22 Rekapitulasi interaksi FMA dengan media tumbuh

pada semai Acacia mangium ……… 37

23 Interaksi FMA dengan media tumbuhpada semai

Paraserianthes falcataria ………. 38 24 Rekapitulasi interaksi FMA dengan media tumbuh

(43)

Halaman

25 Interaksi FMA dengan media tumbuh pada semai

Gmelina arborea……….. 38

26 Rekapitulasi interaksi FMA dengan media tumbuh

pada semai Gmelina arborea……… 39

27 Interaksi FMA dengan pemupukan pada semai

Acacia crassicarpa………... 39

28 Rekapitulasi interaksi FMA dengan pemupukan

pada semai Acacia crassicarpa……… 40

29 Interaksi FMA dengan pemupukan pada semai

Paraserianthes falcataria ………. 40 30 Rekapitulasi interaksi FMA dengan pemupukan

pada semai Paraserianthes falcataria ………. 41 31 Interaksi FMA dengan pemupukan pada semai

Gmelina arborea……….. 42

32 Interaksi FMA dengan pemupukan pada semai

Gmelina arborea……….. 43

33 Simbiosis FMA dengan mikroba lain pada semai

Acacia crassicarpa………... 44

34 Rekapitulasi simbiosis FMA dengan mikroba lain

pada semai Acacia crassicarpa ……… 44

35 Simbiosis FMA dengan mikroba lain pada semai

Acacia mangium………... 44

36 Rekapitulasi simbiosis FMA dengan mikroba lain

pada semai Acacia mangium……… 44

37 Simbiosis FMA dengan mikroba lain pada semai

Paraserianthes falcataria ………. 45 38 Rekapitulasi simbiosis FMA dengan mikroba lain

pada semai Paraserianthes falcataria ……….. 45 39 Pengaruh teknik inokulasi FMA terhadap parameter

pertumbuhan semai Acacia crassicarpa……….. 45 40 Pengaruh teknik inokulasi FMA terhadap parameter

pertumbuhan semai Acacia mangium……….. 46

41 Pengaruh teknik inokulasi FMA terhadap

parameter pertumbuhan semai Paraserianthes falcataria………... 46 42 Pengaruh teknik inokulasi FMA terhadap parameter

(44)

Halaman

43 Pengaruh teknik inokulasi FMA terhadap parameter

pertumbuhan semai Eucalyptus urophylla……… 47 44 Petunjuk aplikasi FMA pada Acacia crassicarpa…………..……… 48 45 Petunjuk aplikasi FMA pada Acacia mangium……….. 48 46 Petunjuk aplikasi FMA pada Paraserianthes falcataria……… 48 47 Petunjuk aplikasi FMA pada Gmelina arborea………. 49 48 Petunjuk aplikasi FMA pada Eucalyptus urophylla………... 49

(45)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegiatan reboisasi atau penghutanan kembali dalam kawasan hutan, baik

untuk rehabilitasi lahan bekas penambangan, pembangunan hutan tanaman

industri (HTI), maupun rehabilitasi area bekas penebangan selalu dijumpai

kendala berupa rendahnya keberhasilan hidup tanaman dan pertumbuhan tanaman

di lapangan. Hal ini sering diakibatkan oleh kualitas bibit yang masih kurang baik

dan kondisi lahan yang tidak optimal untuk pertumbuhan tanaman. Kondisi lahan

kritis yang banyak terdapat di Indonesia ditandai oleh kandungan unsur hara yang

rendah, pH tanah dibawah normal, intensitas penyinaran matahari yang tinggi,

persediaan air tanah yang kurang, dan persaingan antar komponen biotik yang

kuat (Indriyanto 2008). Kondisi lahan seperti ini dapat menghambat keberhasilan

kegiatan rehabilitasi lahan dan pembangunan HTI.

Dalam rangka meningkatkan keberhasilan kegiatan rehabilitasi lahan kritis

dan pembangunan HTI, maka diperlukan upaya pendekatan ekologis. Pendekatan

ekologis yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah

strategi pemilihan jenis yang tepat dengan sifat mempunyai daya adaptasi yang

tinggi dan cepat tumbuh, yang lebih dikenal dengan istilah fast growing species

serta aplikasi bioteknologi yang dapat memperbaiki kondisi tanah dan

mempercepat laju pertumbuhan tanaman (Setiadi 1988). Aplikasi bioteknologi

tersebut dapat berupa penggunaan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) yang lebih

efektif dan bersahabat dengan lingkungan.

Skripsi ini memberikan gambaran tentang status penggunaan FMA pada

beberapa jenis tanaman fast growing species yang telah diaplikasikan pada tingkat persemaian dan di lapangan dalam rangka menunjang keberhasilan pembangunan

(46)

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengumpulkan informasi tentang berbagai penelitian yang berkaitan

dengan pemanfaatan dan peranan FMA untuk meningkatkan kualitas

pertumbuhan tanaman fast growing species di persemaian dalam pembangunan HTI dan kegiatan rehabilitasi lahan kritis kemudian merangkumnya sehingga

menjadi sesuatu informasi yang aplikatif bagi pembaca.

2. Mengevaluasi dan menganalisis data hasil penelitian mengenai jenis

FMA yang efektif, kombinasi perlakuan FMA dengan media tumbuh, pemupukan,

simbiosis dengan mikroba lain, dan teknik inokulasi di persemaian.

3. Menentukan jenis FMA yang efektif, kombinasi perlakuan FMA dengan media tumbuh, pemupukan, simbiosis dengan mikroba lain, dan teknik inokulasi

di persemaian pada masing-masing jenis tanaman fast growing species.

1.3. Manfaat

Penelitian ini dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Memberikan data dan informasi mengenai aplikasi penggunaan FMA

untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan jenis tanaman fast growing species di persemaian dalam pembangunan HTI dan kegiatan rehabilitasi lahan kritis.

2. Memberikan informasi tentang jenis-jenis FMA yang efektif beserta

perlakuan kombinasinya pada beberapa jenis tanaman fast growing species. 3. Memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat

dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai jenis-jenis FMA yang efektif

Gambar

Tabel 1 Pengaruh jenis FMA terhadap prosentase infeksi akar tanaman fast
Tabel 4  Pengaruh interaksi FMA dengan media tumbuh di persemaian
Tabel 5  Pengaruh simbiosis FMA dengan mikroba lain terhadap parameter
Tabel 2  Pengaruh jenis FMA terhadap parameter pertumbuhan  tanaman  fast
+3

Referensi

Dokumen terkait

Aastatel 2005–2011 läbis Eestis kehavälise viljastamise protseduuri 4445 naist, kelle protseduuride ja ravimite eest tasuti Eesti Haigekassa eelarvest ja riigieelar- vest..

Perubahan penggunaan lahan tanpa konservasi mempengaruhi gerak aliran air menyebabkan penggerusan tebing sungai semakin intensif, sehingga diperlukan penelitian yang bertujuan untuk

Penetapan kadar asetosal dengan spektrofotometri UV memberikan kemungkinan hasil pengukuran yang kurang tepat karena asetosal mudah terurai menjadi asam salisilat dan asam

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa Sistem Akuntansi Penerimaan Kas yang terdiri dari prosedur, pihak, fungsi, dan dokumen pada PT Pelabuhan Indonesia I

Kontribusi adiwarman karim terhadap jasa perbankan syariah sangat besar, menurut beliau pengembangan produk perbankan syariah harus memperhatikan ketentuan yang sesuai

Penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ervina (2017) yang menyatakan bahwa LKS berbasis discovery learning efektif untuk

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa (1) Jenis burung yang ditemukan di Gili Sulat terdiri dari 11 jenis

Dari penjelasan tentang manajemen kurikulum yang dilaksanakan di MDNU ini sebenarnya sudah mencapai pada manajemen kurikulum yang cukup maju dan tidak seperti