• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Mangrove Gili Sulat Lombok Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keanekaragaman Jenis Burung di Kawasan Mangrove Gili Sulat Lombok Timur"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

448

Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI KAWASAN MANGROVE

GILI SULAT LOMBOK TIMUR

Diversity of Birds Species in Mangrove Area Gili Sulat East Lombok

Gito Hadiprayitno, Agil Al Idrus, M. Liwa Ilhamdi, dan I Gde Mertha Prog. Studi Pend. Biologi FKIP Unram, Jl. Majapahit 62 Mataram,

E-mail : g_prayitno@yahoo.co.id

Abstract- Mangrove at Gili Sulat is the important ecosystems that support the lives of many wildlife species, one of which is species of birds. Birds use the mangroves as searching of food, playing, searching for mates, and nesting. The aim of the research is to determine the diversity of birds species in the mangrove area at Gili Sulat East Lombok. The study was conducted by observations species of birds through surveys (direct observation) using binoculars and use the boat (during water conditions high tide). The result of this research have found nine species of birds, consisting of four species of water birds (Actitis hypoleucos, Butorides striatus, Chlidonias hibridus, and Egretta Garzetta) and five species of birds terrestrial (Lalage sueurii, Linkmera lombokia, Nectarinia jugularis, Merops ornatus, and Zosterops

palpebrosus) .

Keywords: Birds, Mangroves, Gili Sulat, East Lombok

PENDAHULUAN

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem penting yang mendukung berbagai jenis kehisdupan satwa liar. Salah satu satwa liar yang biasanya ditemukan menggunakan mangrove sebagai bagian dari habitatnya ialah burung. Berbagai jenis burung menggunakan hutan mangrove sebagai tempat mencari makan, menemukan pasangan kawin (berkembang biak, dan beristirahat (Zulfan, 2009; Dzatiyah, 2014). Pada saat sekarang ini, diperkirakan kondisi luasan mangrove yang ada di Indonesia mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh adanya penebangan yang digunakan untuk alih fungsi lahan terutama pengembangan budidaya perikanan seperti bandeng, udang, dan kepiting. Kondisi seperti ini mengakibatkan menurunya kualitas dan kuantitas habitat burung yang ditemukan di kawasan mangrove.

Menurunya kualitas dan kuantitas habitat burung ditengarai sebagai salah satu faktor penting yang dapat mengakibatkan menurunya keanekaragaman bahkan dapat mengakibatkan terjadinya kepunahan

beberapa jenis burung yang menggunakan kawasan mangrove sebagai habitatnya. Kegiatan inventarisasi jenis burung yang ditemukan di kawasan tersebut dipandang perlu untuk dilakukan. Hal ini dilakukan karena salah satu indikator kondisi optimum dan tingkat keberlanjutan suatu ekosistem mangrove dapat dilihat dari tingkat keanekaragaman flora dan faunanya, termasuk di dalamnya ialah keanekaragaman jenis burung.

Salah satu kawasan mangrove yang berperan penting dalam mendukung keanekaragaman jenis burung ialah kawasan mangrove yang ada di Gili Sulat Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mangrove yang ada di Gili Sulat memiliki pola zonasi dan karakteristik yang khas dibandingkan dengan mangrove yang ada di kawasan lain. Sebagian besar mangrove yang ditemukan berupa

Rhyzopora sp. dengan luas area yang ditumbuhi mangrove berkisar 562 Hektar.

Kegiatan penelitian yang selama ini dilakukan di Gili Sulat difokuskan pada penelitian tentang optimasi pemanfaatan ruang (Hilyana, 2011), pengelolaan hutan

(2)

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS

449

mangrove (Setyastuti, 2002), produktivitas

mangrove (Munir, 2004), dan beberapa penelitian lain terkait mangrove yang dilakukan oleh Al Idrus, dkk. (2013). Namun demikian penelitian yang terkait dengan burung yang menggunakan kawasan tersebut belum ada yang melakukan. Terkait hal tersebut maka penelitian tentang keanekaragaman jenis burung yang ditemukan di kawasan tersebut dilakukan.

METODE PENELITIAN

Pendataan jenis burung dan kelimpahannya yang ada di Gili Sulat dilakukan melalui survei (pengamatan langsung) dengan bantuan teropong binokuler. Survei dilakukan dengan menyisir kawasan mangrove yang ada di Gili Sulat menggunakan perahu (kapal motor) dan berjalan kaki terutama pada area-area walkboard yang masih dimungkinkan untuk dilalui. Kondisi walkboard sebagian besar tidak layak untuk dilalui sehingga tidak semua area bisa dilakukan pengamatan burungnya dengan menggunakan jalan kaki. Karena itu jenis-jenis burung yang teramati sebagian besar merupakan jenis burung yang melakukan aktivitas di kawasan mangrove pada saat kondisi perairan mengalami pasang. Pada setiap pengamatan, jenis burung yang

teramati dilakukan pencatatan nama jenis dan jumlah individu tiap jenisnya mengacu kepada Coates dan Bishop (2000). Survei burung dilakukan pada bulan September sampai dengan Nopember 2013 dan sebagian besar pengamatannya dilakukan pada pagi hari (07.00 wita) sampai dengan jam 13.00 wita. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Jenis Burung Gili Sulat

Jenis burung yang ditemukan selama penelitian terdiri dari 11 jenis yang termasuk ke dalam 9 famili (Tabel 1). Kesebelas jenis burung tersebut ialah Halcyon chloris, Halcyon sancta, Butorides striatus, Egretta garzetta, Lalage sueurii, Merops ornatus, Linkmera lombokia, Nectarinia jugularis, Actitis hypoleucos, Chlidonias hybridus, dan

Zosterops palpebrosus. Butorides striatus, Egretta garzetta, Actitis hypoleucos, dan

Chlidonias hybridus merupakan jenis burung yang dikategorikan ke dalam burung air, sedangkan jenis burung yang lain dikategorikan sebagai burung darat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar (64%) burung yang ditemukan di Gili Sulat merupakan burng air, sedangkan sisanya (36%) merupakan jenis burung darat

Tabel 1. Jenis Burng yang Ditemukan di Kawasan Mangrove Gili Sulat

Nama Famili Jenis Burung Status Perlindungan

Nama Latin Nama Indonesia

Alcedinidae Halcyon chloris Cekakak Sungai Tidak Dilindungi Halcyon sancta Cekakak Suci Dilindungi Ardeidae Butorides striatus Kokokan Laut Tidak Dilindungi

Egretta garzetta Kuntul Kecil Dilindungi Campephagidae Lalage sueurii Kapasan Sayap Putih Endemik NT Meropidae Merops ornatus Kirik-kirik Australia Tidak Dilindungi Nectarinidae Linkmera lombokia Isap Madu Topi Sisik Endemik NTB

Nectarinia jugularis Burung Madu Sriganti Dilindungi Scolopacidae Actitis hypoleucos Trinil Pantai Tidak Dilindungi Sternidae Chlidonias hybridus Dara Laut Kumis Dilindungi Zosteropidae Zosterops palpebrosus Kacamata Biasa Tidak Dilindungi

Hasil penelitian pada tabel 1 juga memberikan informasi bahwa jenis burung yang ditemukan di Gili Sulat apabila dilihat dari status perlindungan dan

keendemikannya dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori. Ketiga kategori tersebut ialah jenis burung yang dilindungi, tidak dilindungi, dan jenis burung endemik. Jenis

(3)

450

Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

burung Halcyon sancta, Egretta garzetta,

Actitis hypoleucos, Chlidonias hybridus , dan

Nectarinia jugularis merupakan jenis burung yang dilindungi. Jenis burung

Halcyon chloris, Butorides striatus, Merops ornatus, Actitis hypoleucos, dan Zosterops palpebrosus merupakan jenis burung yang tidak dilindungi. Sementara itu,

Lalage sueurii, dan Linkmera lombokia

merupakan jenis burung endemik yang ditemukan di Gili Sulat. Lalage sueurii

merupakan jenis burung endemik Nusa Tenggara, sedangkan Linkmera lombokia

merupakan jenis burung endemik Nusa Tenggara Barat.

Status perlindungan jenis burung yang ditemukan di Gili Sulat mengacu pada PP No. 7 tahun 1999, sedangkan status keendemikan burung yang ditemukan mengacu pada Coates dan Bishop (2000). Ditemukannya beberapa jenis burung yang dilindungi dan berstatus sebagai burung endemik di Gili Sulat memberikan informasi bahwa kawasan mangrove Gili Sulat memberikan peranan dalam mempertahankan keberadaan beberapa jenis burung yang bernilai penting dalam konservasi. Karena itu, penetapan Gili Sulat sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak saja memberikan dampak terhadap upaya pelestarian flora fauna perairan semata, akan tetapi dapat memberikan dampak penting terhadap pengelolaan jenis burung yang menggunakan mangrove sebagai habitatnya. Terkait hal tersebut, seharusnya dapat diberikan pertimbangan untuk menjadikan Gili Sulat tidak hanya ditetapkan sebagai KKLD, akan tetapi dapat

dijadkan sebagai salah satu kawasan yang berperan penting dalam melesatrikan beberapa jenis burung, terutama jenis burung air yang dilindungi oleh undang-undang. Hal ini diperlukan karena dari 4 jenis burng air yang ditemukan di Gili Sulat, 3 jenis diantaranya (75%) merupakan jenis burung air yang dilindungi. Status perlindungan terhadap jenis burung air yang ditemukan dalam penelitian, memiliki kemiripan dengan status jenis burung air yang ditemukan oleh Hadiprayitno (2012) yang menemukan bahwa sebagian besar burung air yang ditemukan di Pulau Lombok merupakan jenis

1.2 Kelimpahan dan Indeks Keanekaragaman Jenis Burung Gili Sulat

Kelimpahan jenis burung yang ditemukan di Gili Sulat menunjukkan variasi. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2. diketahui bahwa Linkmera lombokia

memiliki kelimpahan relatif tertinggi (41.8%), diikuti secara berturut-turut oleh

Zosterops palpebrosus (12.7%), Nectarinia jugularis (9.1%), Halcyon sancta, dan

Chlidonias hibridus masing-masing 7.3%. Selanjutnya diikuti oleh Butorides striatus

dengan kelimpahan relatif sebesar 5.5%. Sementara itu Egretta garzetta, Lalage sueurii, Merops ornatus, dan Actitis hypoleusos masing-masing memiliki kelimpahan relatif yang sama yaitu 2%. Jenis burng Halcyon chloris yang ada di Gili Sulat ditemukan memiliki kelimpahan relatif yang paling rendah yaitu 1.8%. Perbedaan kelimpahan tiap jenis burung yang ditemukan dalam penelitian ini memberikan dampak terhadap nilai indeks keanekaragaman jenis burung yang ada di Gili Sulat.

Tabel 2. Kelimpahan dan Indeks Keanekaragaman Jenis Burung di Gili Sulat

Jenis Burung Jumlah Kerlimpahan Relatif (%) pi ln pi

Halcyon chloris 1 1.8 -0,073

Halcyon sancta 4 7.3 -0,191

(4)

Seminar Nasional XI Pendidikan Biologi FKIP UNS

451

Egretta garzetta 2 3.6 -0,121 Lalage sueurii 2 3.6 -0,121 Merops ornatus 2 3.6 -0,121 Linkmera lombokia 23 41.8 -0,365 Nectarinia jugularis 5 9.1 -0,218 Actitis hypoleucos 2 3.6 -0,121 Chlidonias hybridus 4 7.3 -0,191 Zosterops palpebrosus 7 12.7 -0,262 H' (Indeks Keanekaragaman) 1,940

Nilai H’ pada tabel 2 (1.940) apabila dikonversi ke dalam perolehan nilai H’

maksimum sebesar 2.398 dapat dikategorikan secara relatif bahwa indeks keanekaragaman jenis burng yang ditemkan di Gili Sulat termasuk ke dalam kateori sedang. Hal ini disebabkan oleh bebrapa faktor. Salah satu faktor diantaranya ialah besarnya nilai kelimpahan relatif burung Linkmera lombokia sebesar 41.8 yang berbeda jauh dengan jenis burung yang lain. Perbedaan nilai kelimpahan relatif ini memberikan pengaruh terhadap kemerataan jenis burung yang ada di Gili Surat sehingga memberikan kontribusi terhadap nilai indeks keanekaragaman

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa (1) Jenis burung yang ditemukan di Gili Sulat terdiri dari 11 jenis yang termasuk ke dalam 9 famili (2) Jenis burung Linkmera lombokia memiliki kelimpahan relatif tertinggi (41.8%), sedangkan Halcyon chloris

memiliki kelimpahan relatif terendah (1.8%), dan (3) Indeks keanekaragaman jenis burung di Gili Sulat 1.940 (secara relatif dapat dikategorikan sedang). Beberapa jenis burung yang ditemukan di Gili Sulat berperan penting dalam konservasi karena statusnya dilindungi undang-undang dan sebagai burung endemik. Karena itu, disamping Gili Sulat ditetapkan sebagai KKLD perlu juga direkomendasikan untuk dijadikan sebagai daerah penting untuk kehidupan burung (Important bird area / IBA yang ada di Kabupaten Lombok Timur

DAFTAR PUSTAKA

Al Idrus, A., Hadiprayitno, G., Ilhamdi, M.L., & Mertha, I.G. 2-13. Inventarisasi Flora dan Fauna Kawasan Mangrove Gili Sulat untuk Pengembangan Bahan Ajar Ekologi dan Penunjang Ekowisata NTB. Laporan Penelitian (Tidak dipublikasikan). Universitas Mataram. Mataram.

Coates, B.J. & Bishop, K.D. 2000. Burung-burung di Kawasan Wallacea. BirdLife International Indonesia Programme. Bogor.

Dztiyah, T.H. 2014. Keanekargaman dan Kelimpahan Jenis Burung di Kawasan Hutan Mangrove Baros Kretek Bantul Yogyakarta. Skripsi (Tidak Dipublikasikan). UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Hadiprayitno, G. 2012. Kajian Pengelolaan Jenis Burung Air dan Habitatnya secara Partisipatif Bersama Masyarakat di Danau Meno Lombok Utara. Disertasi (Tidak dipublikasikan) Universitas Negeri Malang. Malang.

Hilyana, S. 2011. Optimasi Pemanfaatan Ruang Kawasan Konservasi Gili Sulat/Gili Lawang Kabupaten Lombok Timur. Disertasi (Tidak dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Munir. 2004. Pendugaan Produktivitas Serasah Hutan mangrove di Pulau Gili Sulat Nusa Tenggara Barat. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Setyastuti, T.A. 2002. Kajian Pengelolaan Hutan Mangrove Berbasis Masyarakat di Desa Sambelia Kabupaten Lombok Timur Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis ((Tidak dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Zulfan. 2009. Keanekaragaman Jenis Burung di Hutan Mangrove Krueng Bayeun,

(5)

452

Biologi, Sains, Lingkungan, dan Pembelajarannya_

Kabupaten Aceh Timur Provinsi

Nangroe Aceh Darussalam. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Gambar

Tabel 1. Jenis Burng yang Ditemukan di Kawasan Mangrove Gili Sulat
Tabel 2. Kelimpahan  dan Indeks Keanekaragaman Jenis Burung di Gili Sulat

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis korelasi dan sidik lintas, karakter jumlah anakan produktif dan jumlah gabah total memiliki pengaruh langsung dan positif terhadap hasil

Ada ungkapan setiap zaman pasti memiliki pemikir yang disebut sebagai anak zaman, dan dari tiap pemikir tersebut pasti akan menghasilkan berbagai konsepsi yang berbeda-beda,

Metode penelitian menggunakan berbagai pendekatan, termasuk penjelajahan (reconnaissance), membuat garis transek dan pembuatan plot dengan metoda Nest- Quadrat, wawancara

Untuk mengetahui urutan langkah mitigasi (proactive action) yang paling paling efektif dalam mengurangi kemungkinan terjadinya risk agent sesuai kemampuan pendanaan dan resources

Ekstrak Co turunan klorofil memiliki daya antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak klorofil alami dan ekstrak feofitin. Hasil uji toksisitas dengan

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kemampuan tetas telur jangkrik paling tinggi diperoleh pada media tanpa pasir (87,2%) dan daya tahan hidup jangkrik yang paling baik

Permasalahan yang muncul dalam perancangan ini adalah bagaimana sistem Stanford POS Tagger melakukan training pada dokumen, menentukan jenis tagset bahasa Indonesia

Adapun penetapan harga yang diperbolehkan, bahkan diwajibkan, adalah ketika terjadinya pelonjakan harga yang cukup tajam disebabkan oleh ulah para pedagang