STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER
SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA
(Scleropages)
LINDA SUGIARTI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER
SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA
(Scleropages)
LINDA SUGIARTI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ABSTRAK
LINDA SUGIARTI. Studi Morfologi dan Karakteristik Kelamin Sekunder sebagai Penentu Jenis Kelamin pada Ikan Arwana (Scleropages). Dibimbing oleh TRI HERU WIDARTO dan CHUMAIDI.
Ikan arwana merupakan ikan hias air tawar dengan bentuk tubuh dan warna sisik yang indah. Tingginya permintaan dan terbatasnya produksi budidaya membuat banyak ikan arwana ditangkap dari alam secara illegal dan dieksploitasi secara terus menerus. Keberhasilan pembudidayaan arwana ditentukan perancangan jumlah rasio jantan dan betina dalam kolam suatu kolam pemeliharaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis kelamin ikan Arwana Pinoh (Scleropages macrochepalus) dan Arwana Papua (Scleropages jardinii) berdasarkan ukuran morfologi dan karakteristik kelamin sekunder. Penelitian dilakukan dengan sample ikan Arwana
Silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus) dan ikan Arwana Papua (Scelropages jardinii) pada bulan Februari 2011 sampai dengan Juni 2011. Pengukuran morfometrik dan perbandingan alometrik tidak dapat membedakan jenis kelamin ikan arwana. Namun berdasarkan pengamatan morfologinya jenis kelamin dapat dibedakan dengan melihat mandibulanya. Ikan jantan memiliki mandibula kasar dan memiliki gerigi yang lebih banyak dengan garis-garis memanjang dan melintang sedangkan ikan betina mandibulanya lebih halus dan memiliki gerigi sedikit dengan lekukan memanjang.
Kata kunci : Scleropages jardinii, Scleropages macrocephalus var. Pinoh, penentuan jenis kelamin, morfologi, morfometrik, alometrik.
ABSTRACT
LINDA SUGIARTI. A Study of Morphology and Secondary Sex Characteristics as Determinants of Sexes on Arowana (Scleropages). Supervised by TRI HERU WIDARTO and CHUMAIDI.
Arowana is a freshwater fish with beautiful body shapes and colour scales. The high demand but limited supplies have made arowana caught and exploited from their natural habitats illegally and continuously. The success of arowana breeding is actually determined by a design of the sex-ratio of males and females in a raising pond. This study aimed to determine the sexes of Pinoh arowana (Scleropages macrochepalus) and Papua arowana (Scleropages jardinii) based on morphology and sizes of their secondary sex characteristics. The study was conducted with samples of Silver Pinoh arowana (Scleropages macrocephalus var. Pinoh) and Papua arowana (Scelropages jardinii) from February 2011 to June 2011. Based on morphometric measurements and allometric comparison, the sexes of arowana could not be distinguished. However, based on morphological observations, the sexes could be distinguished by looking at their mandibula. The male fish has a coarse mandibular and more separrations with stripes lengthwise and crosswise while the female fish has smoother mandibular and less indentations with dents lengthwise.
Judul Skripsi : Studi Morfologi dan Karakteristik Kelamin Sekunder sebagai
Penentu Jenis Kelamin pada Ikan Arwana (
Scleropages
)
Nama
: Linda Sugiarti
NIM
: G34070053
Disetujui
Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc
NIP. 19620513 198703 1 002
NIP. 19480708 198003 1 002
Drs. Chumaidi, M.S
Diketahui
Ketua Departemen Biologi
NIP. 19641002 198903 1 002
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, MS
Prakata
Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan izin-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW yang selalu menjadi suri tauladan bagi kita. Karya ilmiah ini merupakan
hasil penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai Juni 2011 dengan judul Studi
Morfologi dan Karakteristik Kelamin Sekunder sebagai Penentu Jenis Kelamin pada Ikan Arwana
(Scleropages).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Tri Heru Widarto, M.Sc dan Bapak
Drs. Chumaidi, M.S selaku dosen pembimbing yang selalu membantu dan banyak memberikan
saran dalam penelitian ini. Orang tua yang selalu tidak henti-hentinya memberikan doa dan
semangat, Mas Angga yang selalu membimbing dan bersedia menjadi tempat penulis bertanya
selama penelitian, Teman – teman yang selalu membantu serta seluruh anggota, asisten dan staf
Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis sangat
mengharapkan saran dam masukan yang bersifat membangun sebagai perbaikan di masa
mendatang. Semoga laporan studi lapang ini dapat bermanfaat, amin.
Bogor, 19 Desember 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Cimahi pada tanggal 18 Agustus 1989 sebagai anak sulung dari dua
bersaudara, dari pasangan Mugiono dan Suharlinah. Penulis menyelesaikan pendidikan di SDN
Sosial 2 Cimahi, lulus pada tahun 2001. Kemudian penulis menyelesaikan pendidikan menengah
di SMP Negeri 2 Cimahi, lulus pada tahun 2004 dan SMA Negeri 2 Cimahi yang lulus pada tahun
2007. Pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
( USMI ) sebagai mahasiswa biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa
(UKM) Inkai Karate-Do pada tahun 2007, dan turut aktif dalam kegiatan Unit Seni Sunda
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... vii
DAFTAR LAMPIRAN... vii
PENDAHULUAN Latar Belakang... 1
Tujuan... 2
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat... 2
Bahan dan Alat... 2
Metode... 2
HASIL... 3
PEMBAHASAN... 8
SIMPULAN... 10
SARAN... 10
DAFTAR PUSTAKA... 10
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perbandingan Alometrik Arwana Pinoh ... 4
2. Perbandingan Alometrik Arwana Jardini ... 4
DAFTAR GAMBAR
1. Ikan arwana Silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus var. Pinoh) ... 22. Ikan arwana Papua (Scelropages jardinii) ... 2
3. Ukuran morfometrik ikan arwana ... 3
4. Sirip punggung pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) ... 5
5. Sirip punggung pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana papua betina (bawah) ... 5
6. Sirip ekor pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) ... 5
7. Sirip ekor pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) ... 5
8. Sirip anal pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) ... 5
9. Sirip anal pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana papua betina (bawah) ... 6
10.Sirip perut pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah) ... 6
11.Sirip perut pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana Papua betina (bawah) ... 6
12.Sirip dada pada arwana pinoh jantan (atas) dan arwana pinoh betina (bawah) ... 6
13.Sirip dada pada arwana papua jantan (atas) dan arwana papua betina (bawah) ... 6
14.Dagu bawah pada arwana pinoh jantan (atas) dan arwana pinoh betina (bawah) ... 7
15.Dagu bawah pada arwana papua jantan (atas) dan arwana papua betina (bawah) ... 7
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan arwana merupakan ikan hias air tawar dengan bentuk tubuh dan warna sisik yang indah sehingga menjadi salah satu jenis hewan eksotis yang digemari banyak orang. Hingga saat ini sebanyak sepuluh spesies ikan Arwana telah berhasil dideskripsikan oleh para ahli taksonomi yang dikelompokkan dalam dua subfamilia Heterotidinae dan Osteoglossinae. Ikan arwana tergolong dalam anggota keluarga Osteoglossidae mendiami wilayah Asia Tenggara (Kottelat et al 1993). Menurut Poyaud (2006) Ikan Arwana Asia Tenggara terbagi dalam empat spesies berbeda, yaitu Arwana Hijau / Green Arwana (Scleropages formosus), Arwana Perak/ Indonesia Silver
Arwana (Scleropages macrocephalus), Arwana Emas / Red Tail Golden Arwana (Scleropages aureus) dan Arwana Merah / Super red Arwana (Scleropages legendrei). Arwana yang berasal dari habitat asli Indonesia ada dua jenis, yaitu jenis arwana yang mewakili Asia (Paparan Sunda) adalah arwana Kalimantan (Schleropages formosus) yang tersebar di Kalimantan dan Sumatra serta Arwana yang mewakili Australia (Paparan Australia), ikan arwana Papua (Schleropages jardinii) yang tersebar di Merauke, Papua, dan Australia Utara (Tjakrawidjaja 2007).
Pasar ekspor terbentang luas dan permintaan ikan ini meningkat dari tahun ke tahun. Ikan arwana dengan panjang tubuh lima inchi bisa dijual dengan harga US$ 250 – 300 atau Rp. 2.150.000,- sampai 2.580.000,- (Suhartono & Mardiastuti 2003). Ikan arwana dewasa harganya lebih mahal berkisar antara jutaan hingga ratusan juta rupiah. Tingginya permintaan dan terbatasnya produksi budidaya membuat banyak ikan arwana ditangkap dari alam secara illegal dan dieksploitasi secara terus menerus menjadi bahan komoditi bisnis sehingga keberadaan ikan arwana di alam saat ini sangat sedikit. Eksploitasi besar-besaran terhadap arwana ini menyebabkan arwana menjadi terancam punah. Ikan arwana bahkan termasuk ke dalam kategori APPENDIX-I dalam CITES (Convention on International Trade in Endagered Species of Wild Flora and Fauna), yang berarti bahwa ikan arwana yang berasal dari alam atau perairan umum dilarang untuk diperdagangkan maupun diekspor (Joseph el al 1986; Dawes et al
1999). Indonesia sendiri melindungi ikan arwana dengan Peraturan Pemerintah PP
No.7/ tahun 1999 dengan pemanfaatan ikan dengan penangkaran dalam SK Mentri
Kehutanan 2091/Kpts-II/2001. Namun
pelanggaran akan larangan pemanfaatan dari alam masih terus menerus terjadi. Kenyataan tersebut mendorong pengembangan budidaya ikan arwana ini sangat potensial sehingga dapat mencegah punahnya populasi ikan arwana sekaligus memenuhi permintaan pasar yang meningkat. Hal inilah yang menyebabkan ikan arwana menjadi komoditas budidaya yang sangat menguntungkan.
Usaha penangkaran arwana yang tepat sangat menentukan keberhasilan
pembudidayaan arwana. Pembenihan
merupakan faktor utama dalam pembudidayaan arwana. Benih yang berkualitas dalam jumlah yang banyak akan didapatkan apabila dalam kolam pemeliharaan terdapat sex – ratio yaitu perancangan jumlah rasio jantan dan betina dalam kolam suatu kolam pemeliharaan. Ikan arwana merupakan jenis monomorfik (Pouyaud 2006), yaitu hewan yang secara fisik susah untuk dibedakan antara jantan dan betinanya terutama pada tahap juvenil karena gonadnya belum berkembang. Induk jantan atau betina dapat dibedakan setelah dewasa, induk betina akan terlihat saat perutnya membesar ketika gonad matang sedangkan induk jantan akan terlihat ketika mengerami telur hasil pembuahan di dalam mulutnya terutama saat malam hari. Sifat monomorfik ini menyebabkan sulitnya perancangan rasio jantan dan betina. Tjakrawidjaja (2007) mengatakan bahwa sex ratio yang lebih aman dan pasti adalah 1:1 dengan jumlah jantan dan betina perbandingannya 1:1 atau jumlah jantan yang lebih sedikit dari betina. Sedangkan, menurut Christian (2006), memelihara ikan arwana yang baik di dalam kolam pemeliharaan memiliki rasio jantan dan betina arwana super red adalah 4 : 6.
2
diterapkan terdiri dari seperangkat pengukuran hitungan meristik dan pengamatan karakter morfologi khusus (Teugels 1986).
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jenis kelamin ikan arwana pinoh (Scleropages
macrochepalus) dan Arwana Papua
(Scleropages jardinii) berdasarkan ukuran morfologi dan karakteristik kelamin sekunder.
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Februari
2011 sampai dengan Juni 2011 di
Laboratorium Riset Budidaya Ikan Hias Depok, Jawa Barat.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah Ikan Arwana dengan dua jenis varietas berbeda yaitu ikan Arwana Silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus var. Pinoh) dalam Gambar 1 dan ikan Arwana Papua (Scelropages jardinii) dalam Gambar 2.
Gambar 1. Ikan arwana Silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus var. Pinoh)
Gambar 2. Ikan arwana Papua (Scelropages jardinii)
Alat – alat yang digunakan adalah jangka sorong, alat bedah, freezer dan wadah untuk menyimpan sampel.
Metode Penelitian
Persiapan
Sampel yang digunakan adalah 19 ekor ikan arwana yang terdiri dari tujuh ikan Arwana Silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus var. Pinoh) dan 12 ikan
arwana Papua (Sclropages jardinii). Sampel merupakan ikan arwana yang telah mati dan diawetkan dalam freezer dengan penambahan pengawet untuk menjaga agar tidak berubah sifat-sifat biologisnya.
Pengukuran morfometrik
Sampel yang telah diawetkan diukur secara morfometrik dengan menggunakan jangka sorong. Ikan uji diletakkan pada posisi kepala menghadap ke kiri dan sirip dibiarkan secara alami. Pemberian kode dan taging serta pengukuran karakter morfometrik yang ditetapkan dengan menggunakan alat kaliper sorong ketelitian 0,01 mm.
Pengukuran morfometrik ini terdiri dari 30 ukuran morfometrik ikan meliputi : 1. panjang total, 2. panjang baku, 3. tinggi badan, 4. lebar badan, 5. berat tubuh, 6. panjang kepala, 7. tinggi kepala, 8. lebar kepala, 9. panjang bagian kepala belakang mata, 10. lebar rahang atas, 11 .lebar rahang bawah, 12 lebar mulut, 13. tinggi pipi, 14.panjang ruang antar mata, 15. panjang antardepan mata, 16. tinggi di bawah mata, 17. panjang mata- operculum, 18. lebar mata, 19. panjang hidung, 20. panjang dasar sirip dorsal, 21. tinggi sirip dorsal, 22. panjang punggung sirip dorsal, 23. panjang punggung sirip ekor 24. tinggi sirip ekor, 25. panjang dasar sirip, 26. tinggi sirip anal, 27. panjang punggung sirip perut, 28. tinggi sirip perut, 29. panjang sirip dada, 30.tinggi sirip dada. (Gambar 3)
Perbandingan alometrik
3
Gambar 3. Ukuran morfometrik ikan arwana Pengamatan morfologi fisik ikan.
Sampel yang telah diukur dan dibandingkan diamati morfologinya secara langsung. Pengamatan deskriptif meliputi bentuk sirip, yaitu sirip punggung, ekor, anal, perut, dada dan permukaan dagu bawah (mandibula). Pengamatan terhadap ada atau tidaknya lengkungan di akhir pangkal sirip punggung, sirip punggung yang menyempit, kepala yang melebar, dan panjang badan ikan diamati sehingga dapat dibedakan antara ikan jantan dan betina berdasarkan karakteristik kelamin sekunder.
Pembedahan
Sampel setelah diukur dan diamati dibedah bagian dalamnya. Hal ini dilakukan untuk dapat diketahui jenis kelamin bagian dalam arwana dengan melihat adanya gonad atau tidak dalam perutnya, sehingga dapat diketahui jenis kelaminnya dan dapat dibandingkan dengan pengamatan morfologi yang ada.
HASIL
Pengukuran morfometrik
Terdapat 30 macam ukuran morfometrik berdasarkan pengukuran dari seluruh bagian tubuh ikan mulai dari kepala hingga ekor di kedua jenis ikan baik ikan arwana silver varietas Pinoh (Scleropages macrocephalus var. Pinoh) maupun ikan arwana Papua (Sclropages jardinii). Adapun hasil pengukuran morfometrik disajikan dalam lampiran.
Perbandingan Alometrik
4
Tabel 1. Perbandingan Alometrik Arwana Pinoh
Tabel 2. Perbandingan Alometrik Arwana Papua
Perbandingan Jantan (cm) Betina (cm)
A1 A21 A2 A3 A4 A20 A25
Rasio ramping badan 0,290 0,278 0,310 0,242 0,252 0,267 0,243
Rasio Besar kepala 0,429 0,833 0,478 0,788 0,814 0,864 0,788
Rasio Berat Badan 0,043 0,049 0,041 0,068 0,052 0,054 0,075
Rasio panjang sirip dada 0,135 0,161 0,150 0,122 0,115 0,144 0,134
Perbandingan Jantan (cm) Betina (cm)
A8 A10 A18 A6 A7 A9 A11 A13 A14 A15 A16 A17
Rasio ramping badan 0,272 0,242 0,246 0,216 0,269 0,247 0,237 0,273 0,266 0,262 0,242 0,257
Rasio Besar kepala 0,813 0,770 0,860 0,726 0,838 0,850 0,760 0,900 0,825 0,845 0,810 0,780
Rasio Berat Badan 0,024 0,044 0,047 0,121 0,026 0,035 0,050 0,030 0,035 0,037 0,039 0,047
5
Pengamatan morfologi fisik ikan
Terdapat lima jenis pengamatan fisik ikan yang dilakukan secara langsung. Pengamatan meliputi bentuk dari sirip punggung (Gambar 4 dan 5), sirip ekor (Gambar 6 dan 7), sirip anal (Gambar 8 dan 9), sirip perut (Gambar 10 dan 11), sirip dada (Gambar 12 dan 13), dan dagu ikan (Gambar 14 dan 15) pada kedua jenis ikan arwana tersebut. Sirip punggung (Gambar 4 dan 5) pada ikan Arwana Pinoh dan Papua memiliki dua bentuk yaitu membulat dan meruncing. Sirip yang membulat terlihat dari pinggiran sirip membentuk garis melengkung sedangkan sirip meruncing pinggiran sirip berbentuk tajam (meruncing).
Gambar 4. Sirip punggung pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah)
Gambar 5. Sirip punggung pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana papua betina (bawah)
Sirip ekor (Gambar 6 dan 7) menunjukkan bentuk yang membulat dengan pinggiran sirip yang melengkung dari ujung dorsal hingga bagian ventral hampir disemua ikan Arwana Pinoh maupun ikan Arwana Papua.
Gambar 6. Sirip ekor pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah)
Gambar 7. Sirip ekor pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana Papua betina (bawah)
Sirip anal (Gambar 8 dan 9) pada ikan Arwana Pinoh dan Arwana Papua memiliki bentuk yang hampir seragam dengan bentuk membulat panjang dari perut menuju anal.
Gambar 8. Sirip anal pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah)
♂
♀
♂
♂ ♂
♂
♀
♀
♀
6
Gambar 9. Sirip anal pada Arwana Papua jantan (atas) dan Arwana Papua betina (bawah)
Sirip perut (Gambar 10 dan 11) menunjukkan bentuk yang sama hampir di ikan Arwana Pinoh dan Papua dengan bentuk yang semakin meruncing di salah satu ujungnya.
Gambar 10. Sirip perut pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Pinoh betina (bawah)
Gambar 11. Sirip perut pada Arwana Papua jantan (atas) dan Papua betina (bawah)
Sirip dada (Gambar 12 dan 13) memiliki bentuk yang hampir sama dengan sirip perut namun memiliki bentuk yang lebih panjang dan lebih meruncing di salah satu ujungnya. Kedua jenis ikan memiliki bentuk yang hampir sama pada ikan Arwana Pinoh dan Arwana Papua.
Gambar 12. Sirip dada pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah)
Gambar 13. Sirip dada pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Arwana pinoh betina (bawah)
Dagu bawah atau mandibula (Gambar 14 dan 15) dengan bentuk melonjong memiliki guratan – guratan yang membedakan jenis kelamin ikan arwana. Ikan arwana jantan memiliki guratan yang lebih banyak dengan arah guratan vertikal dan horizontal yang menyebar di mandibula, sedangkan ikan arwana betina memiliki guratan lebih sedikit dengan arah guratan vertikal saja.
♀
♂
♂
♂
♂
♀
♀
7
Gambar 14. Dagu bawah pada Arwana Papua jantan (atas) dan Papua betina (bawah)
Gambar 15. Dagu bawah pada Arwana Pinoh jantan (atas) dan Pinoh betina (bawah)
Gambar 16. Perbesaran penampang dagu bawah ikan awana pinoh
Gambar 17. Perbesaran penampang dagu bawah ikan awana papua
Pembedahan
Berdasarkan hasil pembedahan yang telah dilakukan dari 19 ekor arwana jantan didapatkan, dua ekor ikan jantan dan lima ekor arwana betina dari ikan Arwana Pinoh, sedangkan dari ikan Arwana Papua didapatkan tiga ekor arwana jantan dan sembilan ekor arwana betina.
Berikut gambar dari beragam jenis sel telur dan testis setelah pembedahan (gambar 18). Terlihat bahwa ikan arwana jantan memiliki testis yang memanjang lurus, arwana betina memiliki sel telur yang telah matang gonad sehingga terlihat telur-telurnya yang bergerombol seperti buah anggur. Arwana jantan hanya ditemukan testis dengan umur setengah tua, sedangkan arwana betina ditemukan berbagai jenis sel telur dari sel telur yang masih muda, setengah tua hingga tua. Perbedaan sel telur muda dan tua terlihat dari bentuk telur yang masih sedikit dan kecil dengan yang sudah banyak dan besar.
Lebih bergerigi
Lebih halus
Lebih bergerigi
Lebih halus
♂
♂
♂
♂
♀ ♀
♀
8
Gonad Pinoh Jardini
Jantan Betina Jantan Betina
Muda Gambar A4 Gambar A6
Setengah Tua
Gambar A1 Gambar A20 Gambar A10 Gambar A11
Tua Gambar A2 Gambar A7
Gambar 18. Penampang sel telur dan testis pada ikan arwana yang telah dibedah
PEMBAHASAN
Ikan arwana dianggap sebagai jenis ikan monomorfik karena sulitnya membedakan jenis kelamin antara jantan dan betinanya. Penentuan rasio kelamin pada ikan arwana sangat penting karena menentukan nilai produktifitasnya. Pada penentuan jumlah yang optimal ikan jantan dan betina harus diketahui terlebih dahulu baru kemudian menerapkan
sex-ratio atau perbandingan jumlah jantan dan betina dalam suatu penangkaran. Perbandingan yang tidak tepat akan mengakibatkan produktivitas rendah bahkan bisa menghambat proses aktivitas reproduksi termasuk pemijahan (Allen 2002). Pembeda jenis kelamin melalui morfologi, yaitu pengukuran morfometrik dan pengamatan morfologi fisik ikan dianggap lebih praktis, akurat dan lebih mudah digunakan dilapangan oleh para pembudidaya arwana.
Pengukuran morfometrik dilakukan terhadap morfologi seluruh bagian ikan arwana. Berdasarkan 30 pengukuran morfometrik yang telah dilakukan baik pada
ikan arwana silver varietas Pinoh
(Scleropages macrocephalus var. Pinoh) maupun ikan arwana Papua (Sclropages jardinii), terdapat hasil pengukuran yang sangat bervariasi. Sample ikan yang digunakan memiliki ukuran dan umur yang
berbeda sehingga menghasilkan ukuran
morfologi yang berbeda - beda.
Tjakrawidjaja (2007) menggunakan
9
jantan dan betina berdasarkan pengukuran morfometriknya. Sebagian hasil morfometrik ini kemudian digunakan dalam perbandingan alometrik dengan menggunakan rasio – rasio perbandingan bagian tubuh tertentu yang diasumsikan dapat membedakan jenis kelamin pada arwana.
Berdasarkan ciri-ciri umum tersebut, dipilih lima karakter yang merupakan hasil dari perbandingan alometrik, yaitu kerampingan badan (rasio lebar badan dan panjang baku badan) dengan asumsi arwana jantan memiliki tubuh yang lebih ramping dari betina. Besaran kepala ( rasio tinggi kepala dan panjang kepala) dengan asumsi arwana jantan memiliki kepala yang lebih besar dari arwana betina untuk mengerami telur-telur hasil pembuahan. Berat badan (rasio tinggi dan bobot tubuh) dengan asumsi betina memiliki bobot tubuh yang lebih besar daripada jantan karena memiliki sel telur. Terakhir panjang sirip dada (rasio panjang sirip dada dengan panjang baku ikan) dengan asumsi arwana jantan memiliki sirip dada yang lebih panjang daripada arwana betina.
Hasil pengukuran alometrik dalam Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukan bahwa hasil ukuran morfometrik dari kedua jenis ikan arwana memiliki nilai yang bervariasi baik pada ikan jantan maupun betina. Keempat rasio yang digunakan baik kerampingan badan, rasio besar kepala, rasio lebar badan maupun rasio panjang sirip dada tidak menunjukan adanya perbedaan nilai yang spesifik bahkan cenderung beragam dalam kedua jenis ikan tersebut. Pada Tabel 3 dan 4 tersebut terlihat bahwa mayoritas relatif rasio ramping badan pada arwana jantan lebih tinggi dibandingkan betina. Setelah dilakukan pengujian menggunakan SPSS 16 terlihat bahwa hasil tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (P > 0,05) (Tabel 3).
Rasio berat badan secara umum menunjukkan bahwa arwana betina memiliki bobot yang relatif lebih tinggi daripada arwana jantan. Pengujian dengan program SPSS terlihat bahwa hasil tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan khas yang membedakan jenis kelamin arwana berdasarkan kerampingan dan berat tubuh. Rasio besar kepala dan panjang sirip dada menunjukkan hasil yang bervariasi antara ikan jantan dan betina. Namun demikian, hasil analisis data di SPSS 16 terhadap rasio besar kepala dan panjang sirip dada tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (P > 0,05).
Seluruh rasio perbandingan pada ikan arwana Papua (Tabel 2) menghasilkan nilai yang bervariasi baik pada rasio kerampingan badan, rasio besar kepala, rasio berat badan maupun rasio panjang sirip dada. Hal ini sesuai dengan pengujian seluruh perbandingan yang telah dilakukan, dimana seluruh perbandingan memiliki hasil yang tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (P > 0,05).
Arwana betina diketahui memiliki satu buah ovary yang terdiri dari 20-30 telur dengan diameter 1,9 cm. Namun ada beberapa betina memiliki 50-60 telur dalam satu buah kelompok telur. Pada arwana jantan terdapat seperti garis panjang yang menyerupai testis. Tidak ada yang dapat digunakan untuk membedakan jantan dan betina pada tahap juvenil. Ini akan terlihat berbeda setelah matang gonad pada umur 3-4 tahun. Perbedaan sex dapat terlihat dari bentuk tubuh dan ukuran mulut ikan arwana setelah dewasa. Ikan jantan memiliki tubuh yang lebih ramping dan dangkal daripada induk betina, mulut yang lebih besar dan warna yang terlihat lebih intens daripada betina. Betina memiliki ukuran kepala yang lebih besar. Induk jantan biasanya lebih agresif dan memimpin dalam kompetisi makanan. (Suleiman 2003)
Penelitian ini menunjukkan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan khas yang dapat membedakan jenis kelamin arwana jantan dan betina berdasarkan besar kecil ukuran morfologinya. Pengamatan morfologi fisik ikan dilakukan dengan mengamati morfologi secara langsung pada tubuh ikan arwana. Hasil dari pengamatan pada kedua jenis ikan arwana secara deskriptif dapat terlihat pada Gambar 4. Pada sirip punggung, bagian ujung dorsal bagian belakang menunjukkan tidak adanya perbedaan antara jantan dan betina.
10
beragam pula pada arwana jantan dan betina. Terdapat sirip punggung yang membulat seperti A8 dan meruncing seperti A18 pada ikan arwana jantan, serta bentuk sirip membulat seperti A6 dan meruncing seperti A9 pada ikan arwana betina.
Bentuk sirip ekor antara jantan dan betina juga tidak ada perbedaan, hampir semua ujungnya membulat baik pada ikan jantan maupun betina pada kedua jenis ikan arwana tersebut (Gambar 6 dan Gambar 7). Sirip anal memiliki bentuk yang hampir sama pada setiap ikan. Sirip membentuk setengah lingkaran dari perut menuju anal, seperti terlihat pada Gambar 8 (arwana pinoh) dan Gambar 9 (arwana papua). Sirip perut pada ikan arwana jantan maupun betina memiliki bentuk yang relatif sama, dengan bentuk meruncing dikedua jenis ikan yang terlihat pada Gambar 10 dan Gambar 11. Demikian pula bentuk sirip dada antara jantan dan betina juga tidak menunjukkan perbedaan dimana ujungnya kelihatan meruncing yang terlihat pada Gambar 12 dan Gambar 13.
Walaupun diasumsikan sirip dada pada jantan lebih panjang daripada betina, hasil pengukuran dan pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan bahkan cenderung beragam baik pada ikan arwana jantan maupun betina. Perbedaan mulai terlihat antara arwana jantan dan betina pada dagu bawah sebelah tepi (ventro lateral). Ketika diraba dagu tepi dari jantan terasa lebih bergerigi, sedangkan dagu tepi betina terasa lebih halus. Setelah pengamatan dengan menggunakan mikroskop perbedaan tersebut lebih jelas.
Pada Gambar 13 perbesaran penampang dagu bawah ikan arwana jantan dan betina, terlihat pada arwana jantan terdapat lekukan-lekukan melintang (transversal) dan memanjang (longitudinal). Sedangkan pada arwana betina hanya terlihat lekukan yang memanjang (longitudial) saja. Hal yang sama terlihat pada ikan arwana papua (Gambar 14). Arwana jantan memiliki lekukan yang lebih banyak dengan bentuk melintang (transversal) dan memanjang (longitudial), sedangkan arwana betina hanya memiliki lekukan memanjang (longitudial). Dengan adanya perbedaan ini dapat menunjukkan adanya perbedaan antara arwana jantan dan betina, sehingga dapat menentukan sex ratio dalam pembudidayaan ikan arwana.
Pembedahan adalah tahap terakhir yang dilakukan, namun merupakan penentu dari metode sebelumnya. Arwana yang digunakan merupakan arwana yang telah matang gonad
sehingga dapat diketahui jenis kelaminnya melalui pembedahan. Jenis kelamin ini ditentukan dari adanya sel telur atau tidak sebagai penentu arwana betina atau jantan. Berdasarkan hasil pembedahan diketahui bahwa dari tujuh ekor ikan arwana pinoh terdapat dua ekor arwana jantan dan lima ekor arwana betina, sedangkan dari 12 ekor arwana papua terdapat tiga ekor arwana jantan dan sembilan ekor arwana betina.
SIMPULAN
Ikan arwana yang termasuk dalam kategori ikan monomorfik yang sulit untuk dibedakan
jenis kelaminnya secara kasat mata.
Berdasarkan pengukuran morfometrik dan pengamatan morfologi ikan disimpulkan bahwa sebagian besar tubuh ikan arwana tidak dapat membedakan jenis kelamin jantan atau betina. Hal yang dapat membedakan jenis kelamin berdasarkan kelamin sekunder secara langsung baru didapatkan dari mandibula atau dagu bawah ikan arwana. Dagu yang lebih kasar dan memiliki gerigi yang lebih banyak dengan garis-garis memanjang dan melintang merupakan ikan arwana jantan sedangkan dagu yang lebih halus dan memiliki gerigi sedikit dengan lekukan memanjang adalah ikan arwana betina.
SARAN
Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang dapat membedakan jenis kelamin pada ikan arwana, serta penelitian lanjutan mengenai mandibula dari ikan arwana sehingga dapat membedakan jenis kelamin yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Allen GR. 1991. Field guide to the freshwater fishes of New Guinea. Christensen Research Institute. Madang. Papua New Guinea.
Allen GR, SH Midgey & M Allen. 2002. Field guide to the freshwater fishes of Australia, Western Australia Museum. Perth. Western Australia.
Christian J. 2006. Teknik Budidaya Ikan Arwana. Seminar Ikan Hias Nusantara 2006. P. 5
Dawes J, Lim LL, Cheong L. 1999. The dragon fish. England : Kingdom books. 1-96
11
Trafic bulletin. 8 : 73-73
Kottelat M, AJ Whitten, SN Kartikasari & S Wirjoatmo. 1993. Freshwater fishes of western Indonesia and Sulawesi. Perpiplus Edition. Indonesia
Kottelat M, T witten. 1996. Freshwater Biodiversity in Asia with Spesial
References to Fish. Singapur : World Bank Tech.
Muniarti. 1976. Sifat-sifat meristik dan sifat- sifat Morfometrik Ikan Mujair dan Ikan Nila. Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. Fakultas Perikanan. Institute Pertanian Bogor. Hlm 1
Pouyaud, L. 2006. Management of arwana in re-circulated water system a new challenge. Seminar Ikan Hias Nusantara 2006. P. 85.
Suhartono & Mardiastuti. 2003. Pelaksanaan konvensi CITES di Indonesia.
Perpustakaan Nasional. Jakarta
Suleiman MZ. 2003. Breeding technique of Malaysian golden arowana, Scleropages formosus in concrete tanks July-September 2003 (Vol. VIII No. 3)
Tave. 1993. Genetic for Fish Hatchery Managers 2nd edition. USA : The AVI publ.Comp.Inc New york. 418 hlm Teugels GG. 1986. A systematic Revision of
the African Spesies of the Genus Clarias.
Ann Mus Roy Cntr. 199 hlm
Tjakrawidjaja AH. 2007. Proses Domestikasi Ikan Arwana Irian. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor LIPI.
In press
12
Lampiran 1. Morfometrik Ikan Arwana Pinoh 1
Ukuran Morfometrik Jantan (cm) Betina (cm)
A1 A21 A2 A3 A4 A20 A25
Panjang Total 40 39,8 41,5 37,5 41 39 34
Panjang Baku 31 31 33,6 33 36,5 30,5 30,5
Tinggi badan 9 8,63 10,43 8 9,2 8,15 7,4
Lebar badan 4,2 5,02 5,05 4,05 4,2 4,4 4,1
Berat 726,6 638 812,8 480,2 690,4 561 403,2
Panjang kepala 9,4 9 9 8 9,7 8,1 8
Tinggi kepala 4,03 7,5 4,3 6,3 7,9 7 6,3
Lebar kepala 7,4 4,2 7,26 3,6 4,3 3,9 3,5
Panjang bagian kepala belakang mata 4,5 5,4 4,5 3,8 6 4,1 5 Lebar rahang atas 0,4 0,5 0,6 0,5 0,5 0,5 0,2 Lebar rahang bawah 0,7 0,6 0,7 0,7 0,6 0,7 0,5
Lebar mulut bukaan 2,2 6,3 2 1,1 1,5 6,2 5,6
Tinggi pipi 2,7 2,6 3 2,7 5,2 2,6 2,2
Panjang antar ruang mata 3,13 2,7 3,2 3 3,3 2,8 2,5 Panjang antar depan mata 0,9 0,8 1 1,5 1,5 0,7 0,7
Tinggi dibawah mata 1,8 0,9 1,2 0,7 0,8
Panjang mata - operkulum 5 5,6 4,7 4,1 6 4,2 5,1
Lebar mata 1,6 1,8 1,9 1,7 1,6 1,8 1,8
Panjang hidung 0,5 0,9 1,3 1 1 1,1 1
Panjang Dasar Sirip Dorsal 4 4,5 7,3 4,5 5,3 4,5 6,5
Tinggi sirip dorsal 5,4 2 4,4 2,5 2,5 3
Panjang Bagian Muka Sirip Dorsal 27 27,4 29,1 25,5 29 27,4 20,6
Panjang Batang Ekor 4 4,07 8 3,9 3,9 4,4 3,9
Tinggi Batang Ekor 2,85 2,5 2,7 2,16 2,5 2,75 2,2 Panjang dasar sirip anal 23 7,1 11,5 6,5 8 7,5 7
Tinggi sirip anal 5 2,2 5,5 2,5 2,5 3 1,8
panjang sirip perut 5 4,9 4,1 4,7 4,9 4,9 5,1
lebar sirip perut 1 1,2 0,7 0,9 1 0,9 0,7
panjang sirip dada 10,2 9,7 9,7 10,8 10 11,2 8,8
lebar sirip dada 2 2,1 1,5 1,8 2,1 2 1,7
Kematangan Gonad - - Matang Muda Muda Muda Muda
14
Lampiran 2. Morfometrik Ikan Arwana Papua
Ukuran Morfometrik Jantan (cm) Betina (cm)
A8 A10 A18 A6 A7 A9 A11 A13 A14 A15 A16 A17
Panjang Total 54,6 47,7 43 29,5 57 51,2 45,2 52,4 48,8 48,2 49,5 43 Panjang Baku 48,5 41,6 37,8 25,9 51 45,4 39,7 46,5 42,8 42,3 43,3 37,8 Tinggi badan 13,2 10,05 9,3 5,6 13,7 11,2 9,4 12,7 11,4 11,1 10,5 9,7
Lebar badan 6,4 5,03 5,15 2,9 6,3 5,4 5 6 5,5 5,4 5,3 4,8
Berat 2000 953,8 807,6 214,6 2000 1315,2 791,6 1500 1232,6 1133,4 1100,4 797,4 Panjang kepala 12,3 11,3 9,3 6,2 12 11,3 10,3 11 11,2 11 10,5 10 Tinggi kepala 10 8,7 8 4,5 10,05 9,6 7,83 9,9 9,24 9,3 8,5 7,8 Lebar kepala 5,5 4,72 4,2 2,67 5,3 4,4 4,2 5,3 5,2 5 4,6 4,3 Panjang bagian kepala belakang
mata 7,7 7,3 6,5 3,8 8 7 6,6 7,1 7 7 6,7 6,5
Lebar rahang atas 0,4 0,4 0,3 0,6 0,4 0,4 0,3 0,4 0,3 0,2 0,2 0,2 Lebar rahang bawah 1,1 0,7 0,7 0,5 1 1,4 1 1,1 0,9 0,8 0,8 0,7
Lebar mulut bukaan 2 3 4,5 3 2 2,7 3 3,5 3,6 3,7 3,7 4
Tinggi pipi 4,2 3,6 3,5 2,1 4,4 4 3,3 3,7 4,2 4 4 3
Panjang antar ruang mata 3,7 3,2 3 2 3,8 3,74 3 3,1 3 3,1 3,4 2,8 Panjang antar depan mata 1,2 0,9 0,8 0,9 1,5 0,9 1,1 0,8 1 0,9 0,8 0,9
Tinggi dibawah mata 2 1,4 1,8 1,9 1,5 1,2 1,5 1,6 1,8 2 1,5
Panjang mata - operkulum 8,8 8 6,4 3,2 8,9 7,9 6,8 8,2 7,7 7,8 7,8 6,5
Lebar mata 2 2 1,8 1,3 1,8 1,8 1,7 1,6 1,9 1,8 1,8 1,9
Panjang hidung 1 0,6 1 1 1 1 1 0,6 1,2 1 1 0,8
Panjang Dasar Sirip Dorsal 7,1 5,6 5,3 3,8 7,5 6,4 5,5 7 5,7 6 6 5 Tinggi sirip dorsal 4,5 3 2,5 2,3 3,5 3,4 2,5 3 2,8 2,5 3 2,5 Panjang Muka Sirip Dorsal 36,7 32,6 28,8 19,5 38,5 34,5 30,7 36 33,3 32 33,5 29,9 Panjang Batang Ekor 5,4 4,2 3,9 2,7 15,3 5,3 5 4,7 4,4 4,3 4,8 4,1 Tinggi Batang Ekor 3,5 2,66 2,75 1,7 3,9 3,25 2,74 3,5 3,1 3,1 3,3 2,9 Panjang dasar sirip anal 12,4 10 10,3 6,5 13,3 11,1 9,3 12,4 11 10,2 10,7 9,5 Tinggi sirip anal 3,5 3,6 3,2 1,6 3,8 3,6 3,1 3 4 3,7 3,4 2,5 panjang sirip perut 3,5 3,5 3 0 3,5 3,5 3,4 3,4 3,4 3,2 3,2 0
lebar sirip perut 1,5 1 0,9 0 1,2 1,2 0,9 1,2 1,1 0,7 0,9 0
panjang sirip dada 12 11,3 9,7 5,5 13,1 12 10,5 11,5 0,7 12 11,6 10,5
lebar sirip dada 2,5 2,5 2 1,2 1,2 3 2 2,5 3 2,3 2,5 2,2
Kematangan Gonad - - - Muda Matang Matang Matang Matang Matang Matang Matang Matang
14
Lampiran 3. Hasil T-test Perbandingan Alomterik Ikan Arwana Pinoh
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
kepala_ikan Equal variances assumed .391 .559 -.513 5 .630 -.34700 .67604 -2.08482 1.39082
Equal variances not assumed -.431 1.431 .723 -.34700 .80587 -5.53950 4.84550
bobot_ikan Equal variances assumed 2.984 .145 -1.042 5 .345 -.15500 .14875 -.53738 .22738
Equal variances not assumed -1.433 4.303 .220 -.15500 .10819 -.44722 .13722
sirip Equal variances assumed 2.655 .164 .338 5 .749 .05200 .15385 -.34350 .44750
Equal variances not assumed .503 4.965 .637 .05200 .10346 -.21452 .31852
ramping Equal variances assumed 1.913 .239 .769 4 .485 .09750 .12674 -.25440 .44940
14
Lampiran 4. Hasil T-test Perbandingan Alomterik Ikan Arwana Jardinii
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
ramping Equal variances assumed
1.913 .239 .769 4 .485 .09750 .12674 -.25440 .44940
Equal variances not assumed
1.098 3.641 .340 .09750 .08882 -.15900 .35400
kepala_ikan Equal variances assumed .391 .559 -.513 5 .630 -.34700 .67604 -2.08482 1.39082
Equal variances not assumed -.431 1.431 .723 -.34700 .80587 -5.53950 4.84550
bobot_ikan Equal variances assumed 2.984 .145 -1.042 5 .345 -.15500 .14875 -.53738 .22738
Equal variances not assumed -1.433 4.303 .220 -.15500 .10819 -.44722 .13722
sirip Equal variances assumed 2.655 .164 .338 5 .749 .05200 .15385 -.34350 .44750