• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Perkebunan Bangun Koling Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Perkebunan Bangun Koling Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah"

Copied!
175
0
0

Teks penuh

(1)

(Elaeis guineensis Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASILKAN

(TM) DI PERKEBUNAN BANGUN KOLING ESTATE,

PT.WINDU NABATINDO ABADI,

BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP,

KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

WILLY CANDRA

A24080132

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

Koling Estate, PT.Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin East, Central Kalimantan

Abstract

The internship was done in Bangun Koling Estate, Bumitama Gunjaya Agro for three months beginning on 13 Februari 2012 to 13 Mei 2012. The internship covers activity concerning both technical and manajerial aspect such as worker, foreman, and as an assistant.The purpose of this internship program is to improve technical and managerial skill. The data were gained are primary data (direct method) and secondary data (indirect method). Primary data are all information which was gained directly from observation by the writer on the field covering accuracy of variety, accuracy of time, accuracy of dosage, accuracy of fertilization method, accuracy of fertilization where, deficiency ditermined by direct discussion with labors and staff about palm oil. Secondary data was gained from office garden files, oscar office files, and literary study. The secondary data gained were climate data, productivity, fertilizer recommendation and realization, organization structure and matters pertain to man power. From the data gathered then it is analyzed by using descriptive method. Based on the observation, fertilization in plantation of Bangun Koling Estate in general has fulfilled the accuracy of fertilization method and accuracy of variety precises.

Key words :Oil Palm, accuracy of fertillization, dosage, time.

(3)

WILLY CANDRA. Studi Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Perkebunan Bangun Koling Estate,

PT. Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah (Dibimbing oleh SUDRADJAT).

Kegiatan magang mempunyai tujuan untuk memperoleh pengalaman kerja, keterampilan teknis dan manajerial pada perusahaan perkebunan kelapa sawit. Selain itu tujuan khusus magang yaitu memperdalam pengetahuan mahasiswa dalam penanganan permasalahan dan teknik budidaya kelapa sawit khususnya pada aspek manajemen pemupukan, sehingga dapat meningkatkan efesiensi dan efektivitas pemupukan pada tanaman menghasilkan kelapa sawit. Magang dilaksanakan di perkebunan Bangun Koling Estate, PT. Windu Nabatindo Abadi, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah pada bulan Februari-Mei 2012.

Studi ini dilaksankan selama tiga bulan dari tanggal 13 Februari sampai 13 Mei 2012. Metode yang digunakan dalam studi ini yaitu secara langsung dan tidak langsung. Metode langsung dilakukan untuk mendapatkan data primer dengan bekerja secara langsung di lapangan sesuai dengan jenjang jabatan yang ada di kebun. Selain itu juga dengan wawancara kepada karyawan lapangan dan staf kebun. Metode tidak langsung dengan mendapatkan data sekunder kebun dan arsip kebun berupa laporan harian, bulanan, dan tahunan. Pengamatan secara khusus yaitu dengan mengambil data primer dan sekunder kemudian dianalisis baik secara deskriptif maupun kuantitatif.

(4)

hingga tahun 2011 menjadi 21 892 ton TBS.

(5)

STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASILKAN

(TM) DI PERKEBUNAN BANGUN KOLING ESTATE,

PT.WINDU NABATINDO ABADI,

BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP,

KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN TENGAH

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

WILLY CANDRA

A24080132

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

(6)

 

Judul

:

STUDI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis

guineensis Jacq.) PADA TANAMAN MENGHASI-

LKAN (TM) DI PERKEBUNAN BANGUN

KOLING ESTATE, PT. WINDU NABATINDO

ABADI, BUMITAMA GUNAJAYA AGRO GRUP,

KOTAWARINGIN TIMUR, KALIMANTAN

TENGAH

Nama

:

WILLY CANDRA

NIM

:

A24080132

Menyetujui, Pembimbing

Dr Ir Sudradjat, MS NIP. 19541120 198003 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Dr Ir Agus Purwito, M. Sc. Agr. NIP. 19611101 198703 1 003

(7)

 

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Willy Candra dilahirkan di Banyumas, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 5 Maret 1989. Penulis anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Kismo dan Ibu Dasminah. Tahun 2002 penulis lulus dari SDN 2 Darmaji, kemudian pada tahun 2005 menyelesaikan studi di SMPN 2 Purwokerto. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Purwokerto pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI. Kemudian penulis diterima di IPB sebagai mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian pada tahun 2009.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif diberbagai organisasi kemahasiswaan. Pada tahun 2010 menjabat sebagai Ketua Masa Perkenalan Departemen Agronomi dan Hortikultura dan staff divisi PSDM Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) IPB. Tahun 2011 menjabat sebagai Ketua Festival Tanaman XXXII (FESTA XXXII) sekaligus pada tahun itu sebagai Ketua Divisi Litbangtan Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) IPB. Penulis juga sebagai Ketua Divisi Kesekretariatan KOPERASI AGROHOTPLATE HIMAGRON tahun 2011.

(8)

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Studi Pemupukan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada Tanaman Menghasilkan (TM) di Perkebunan Bangun Koling Estate, PT.Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah” dengan baik dan tepat waktu. Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk dapat menyelesaikan program studi strata satu di Departemen Agronomi dan Hortikultura Institut Pertanian Bogor.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari dukungan semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tak langsung. Penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Orang tua tercinta atas doa, kasih sayang, perhatian, dukungan, dan kepercayaan kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ir. Sudradjat, MS selaku pembimbing skripsi karena telah membantu memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi.

3. Bapak Dr.Ir Hariyadi, MS dan Dr. Ir. Eko Sulistyono, MSi selaku dosen pembimbing akademik dan dosen penguji.

4. Bapak Sutikno, SP (Asisten Divisi II), Bapak Turmudzi (Asisten Divisi III), Bapak Najamudin, SP (Asisten Divisi I), Bapak Khairul Ahmad, SP (Estate Manager), dan Bapak Khairul Ikhwan, SP (Kasie) selaku pembimbing lapangan dan manajerial yang telah membimbing selama menjalani magang.

5. Keluarga besar kebun Bangun Koling Estate dan PT. Bumitama Gunajaya Agro.

Bogor, Juli 2012

(9)

 

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL

...

viii

DAFTAR GAMBAR

...

ix

DAFTAR LAMPIRAN

...

x

PENDAHULUAN ...

...

1

Latar Belakang ...

...

1

Tujuan ...

...

2

TINJAUAN PUSTAKA ...

...

3

Botani Kelapa Sawit ...

...

3

Syarat Tumbuh ... 3

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit ... 4

METODE MAGANG ...

...

7

Waktu dan Tempat ...

...

7

Metode Pelaksanaan ...

...

7

Pengamatan dan Pengumpulan Data ... 8

Analisis data dan Informasi ...

...

10

KEADAAN UMUM ...

...

11

Letak Wilayah Administratif ...

...

11

Keadaan Iklim dan Tanah ...

...

12

Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan ...

...

13

Keadaan Tanaman dan Produksi ...

...

13

Fasilitas Kebun ... 15

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ...

...

16

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ...

...

19

Pelaksanaan Teknis ... 19

Pengendalian Hama, Penyakit Tanaman, dan Gulma ……... 19

Pemupukan ...……… 23

Aplikasi Janjang Kosong Kelapa Sawit ……….... 33

Pemanenan TBS …...………. 34

Perawatan Jalan dan Piringan Manual ………... 39

Kegiatan Stimulasi Kebun (Field Visit) ………... 40

Penggunaan Bor Biopori ………... 41

Kegiatan Sekat Air, Monding, dan Siltpit …...………….. 41

Penunasan ……..……… 42

Aspek Manajerial ...

...

43

Karyawan Non-Staf …………...………... 43

Karyawan Staf ………... 46

PEMBAHASAN ...

...

47
(10)

 

Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk ………... 54

Hambatan dan Upaya Peningkatan Keefektifan Pemupukan ... 55

Defisiensi Tanaman ...………. 57

Biaya Pemupukan dan Cost/Ha Pemupukan ... 57

KESIMPULAN DAN SARAN ...

...

58

Kesimpulan ...

...

58

Saran ...

...

58

DAFTAR PUSTAKA ...

...

60
(11)

 

DAFTAR TABEL

Nomor

1. Kisaran Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan pada

Tanah Mineral ... 6

2. Jenis Tanah Kebun BKLE ... 12

3. Topografi Lahan Kebun BKLE ... 12

4. Luas HGU dan Tata Guna Lahan di BKLE ... 13

5. Komposisi Bibit Tanaman Kelapa Sawit di BKLE ... 14

6. Populasi Tanaman per Tahun Tanam di Kebun BKLE ... 14

7. Produksi dan Produktivitas TBS Kebun BKLE Tahun 2009-2011 ... 15

8. Jumlah Staf dan Non Staf Kebun BKLE ... 17

9. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk RP ... 30

10. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk HGFB ... 30

11. Ketepatan Dosis Pupuk MOP di Lapangan ... 31

12. Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk ... 32

13. Pengamatan Gejala Defesiensi Hara Kebun BKLE ... 32

14. Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan RP ... 33

15. Komposisi Kandungan Nutrisi JJK ... 34

16. Peralatan Panen Kebun BKLE ... 36

17. Realisasi Pemupukan Kebun BKLE Tahun 2011 ... 48

18. Rencana Aplikasi Pemupukan kebun BKLE ... 51

19. Realisasi Aplikasi Pemupukan BKLE Bulan Januari-April 2012 ... 51

20. Profil Pemupuk dan Prestasinya ... 55

(12)

 

DAFTAR GAMBAR

Nomor

1. Fasilitas Kebun BKLE (a. TPA; b. Kantor BSS; c. Kantor Traksi; d.Perumah- an Karyawan; e. Kantor Divisi II; f. Kantor Kebun; g. Masjid; h. Gudang dan

Kantor BMS; i. Polibun) ... 16

2. Pengendalian Gulma Secara Manual (a. Tebas Gawangan; b. Babat Piring- an dan Garuk Kacangan) ... 21

3. Pengendalian Gulma Secara Kimia pada Piringan ... 22

4. Pentil sebagai Acuan Pengambilan Anak Daun ... 25

5. Penyimpanan Pupuk di Gudang BMS ... 26

6. Penguntilan Pupuk di Gudang BMS ... 27

7. Pelangsiran Pupuk di Jalan CR ... 28

8. Penaburan Pupuk RP ... 29

9. Grafik Pengamatan Ketepatan Aplikasi Pemupukan RP Blok L23 ... 31

10. Aplikasi Janjang Kosong TBS ... 34

11. Curah Hujan BKLE Bulan Januari-April 2012 ... 51

                     

(13)

 

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas ... 63

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor ... 65

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten ... 67

4. Peta Kebun Bangun Koling Estate (BKLE) ... 71

5. Data Curah Hujan Kebun BKLE Tahun 2007-2011 ... 72

6. Peta Jenis Tanah ... 73

7. Struktur Organisasi Kebun Wilayah 4 ... 74

8. Struktur Organisasi BKLE ... 75

9. Peta Status Hara Pada Tanaman Kelapa Sawit Kebun BKLE ... 76

10. Biaya Pemeliharaan TM Kebun BKLE Tahun 2011 ... 77

(14)

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas tanaman perkebunan unggulan di Indonesia. Prospek pengembangan tanaman kelapa sawit di Indonesia ini masih prospektif. Tanaman ini merupakan salah satu penghasil devisa non migas terbesar bagi negara kita. Pada sektor perkebunan, kelapa sawit merupakan komoditas ekspor yang berperan penting dalam pembangunan perekonomian negara. Volume ekspor minyak kelapa sawit menunjukan data yang terus meningkat setiap tahunnya. Ekspor minyak kelapa sawit pada tahun 2008 mencapai 18,141,006 ton dengan nilai US$ 14,110,229 dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan dengan volume ekspor 20,615,958 ton dengan nilai US$ 12,626,595 (Ditjenbun, 2011).

Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek cerah karena seiring dengan berjalannya waktu, industri-industri yang berbasis bahan baku produk kelapa sawit meningkat pesat. Peningkatan produksi minyak sawit sejalan dengan pertambahan luas areal perkebunan kelapa sawit dan produksi tandan buah segarnya. Data menunjukan pada tahun 2008 terdapat 7,363, 847 ha luas areal kelapa sawit dengan produksi CPO sebesar 18,141,006 ton dan tahun 2010 meningkat menjadi 8,430,027 ha dengan produksi CPO 20,615,958 ton (Ditjenbun, 2011).

Produktivitas yang sesuai dengan standar kelas lahan kelapa sawit dapat dicapai melalui kegiatan pemeliharaan. Menurut Febriana (2009) pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan pengendalian gulma, pemeliharaan piringan, pemeliharaan pasar pikul, pemeliharaan Tempat Pengumpulan Hasil (TPH), pemeliharaan gawangan, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pemupukan sendiri merupakan faktor yang sangat mempengaruhi produktivitas kelapa sawit.

(15)

 

pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup guna mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman dan produksi, serta ketahanan terhadap hama dan penyakit.

Pemupukan pada perkebunan kelapa sawit dapat dibagi menjadi dua yaitu, pemupukan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Perbedaan pemupukan ini didasarkan pada tujuan pemupukannya. Pemupukan pada TBM lebih ditujukan untuk memacu pertumbuhan vegetatifnya, sedangkan pemupukan pada TM ditujukan untuk mendukung pertumbuhan generatif. Secara umum pemupukan bermanfaat menyediakan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi dan produksi yang maksimal dapat tercapai (Qomar, 2010).

Pemupukan dapat meningkatkan kesuburan tanah yang menyebabkan tingkat produksi tanaman menjadi relatif stabil (Pahan, 2010). Selain itu, pemupukan sangat bermanfaat dalam melengkapi persediaan unsur hara di dalam tanah sehingga kebutuhan tanaman terpenuhi. Pemberian pupuk dilakukan dua kali setahun, yaitu pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. Dosis pupuk ditentukan berdasarkan umur tanaman, jenis tanah, kondisi penutup tanah, kondisi visual tanaman. Waktu pemupukan ditentukan berdasarkan jadwal umur tanaman. Peningkatkan produktivitas tanaman dapat dilakukan dengan pemupukan yang efektif dan efisien dalam manajemen pemupukan. Manajemen pemupukan yang baik meliputi penentuan jenis pupuk, dosis pupuk, metode pemupukan, waktu pemupukan, frekuensi pemupukan, dan pengawasan mutu pupuk.

Tujuan

Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa sesuai kompetensinya agar dapat memahami dan melaksanakan proses kerja secara nyata, meningkatkan pengetahuan tentang budidaya kelapa sawit dan kemampuan teknis lapangan serta manajerial dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan kebun kelapa sawit. Selain itu, tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah mempelajari manajemen pemupukan tanaman kelapa sawit, mencakup efisiensi dan efektivitas pemupukan yang dilakukan oleh tenaga kerja pemupukan di perusahaan ini.

(16)
(17)

Botani Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae, famili Arecaceae, dan genus Elaeis (Mangoensoekarjo, 2007). Nama latin kelapa sawit Elaeis berasal dari elaion yang berarti minyak, guineensis berasal dari kata guinea berarti Pantai Barat Afrika, dan Jacq yang merupakan botanis Amerika pemberi nama latin kelapa sawit.

Batang kelapa sawit tidak memiliki cabang dan kambium dengan tipe pertumbuhan primer. Titik tumbuhnya berada pada ujung batang. Tinggi maksimum kelapa sawit yang ditanam di perkebunan mencapai 18 meter, sedangkan yang tumbuh di alam mencapai 30 meter.

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tersier, dan kuarter. Akar primer tumbuh hingga perbatasan air tanah, sedangkan akar sekunder, tersier, kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah  bahkan akar tersier dan kuarter menuju lapisan atas yang mengandung banyak zat hara.

Daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang daun sejajar. Daun membentuk pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7.5 – 9 meter, dimana jumlah anak daun 250 – 400 helai per pelepah.

Syarat Tumbuh

(18)

 

Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada tanah gembur, subur, tekstur ringan, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Kemiringan yang paling baik untuk areal pertanaman kelapa sawit adalah 0 - 15°. Kelapa sawit tumbuh baik pada pH 5.0 – 5.6, tetapi tanaman ini masih dapat tumbuh pada pH 4.0 – 6.0.

Manajemen Pemupukan Kelapa Sawit

Manajemen pemupukan yang baik pada kelapa sawit harus mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi. Tujuan dari manajemen aplikasi pupuk di perkebunan kelapa sawit yaitu menciptakan kondisi kesuburan tanah yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit sehingga dapat memberikan produksi yang ditargetkan sesuai dengan produktivitas kelas lahannya (Adiwiganda, 2007). Menurut Andayani (2008) pemupukan merupakan upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup untuk mendorong peertumbuhan vegetatif tanaman dan produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum dan ekonomis, serta untuk ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemberian pupuk yang tepat dapat meningkatkan produksi untuk mencapai produtivitas standar yang sesuai dengan kelas kesesuaian lahan.

Kegunaan unsur hara

Jenis dan kegunaan unsur hara penting dalam kegiatan pemupukan di perkebunan kelapa sawit. Pengetahuan ini bertujuan untuk meningkatkan ketepatan baik jumlah, saat pemupukan, dan efektivitas pupuk terhadap produksi tanaman. Beberapa unsur hara yang penting bagi kelapa sawit, antara lain:

1. Nitrogen (N), unsur hara ini diperlukan dalam jumlah banyak dan berguna bagi pertumbuhan tanaman, pembentukan protein, sintesis klorofil. Kekurangan unsur N mengakibatkan pertumbuhan tanaman menurun dan produksi daun juga menurun. Gejala kekurangan N adalah pertumbuhan terhambat dan daun tua berwarna hijau pucat kekuningan. Sumber pupuk yang mengandung N adalah Urea atau ZA.

(19)

 

penyusun kode genetik tanaman, memperkuat perakaran dan batang tanaman, serta meningkatkan mutu buah. Kekurangan P menyebabkan tanaman tumbuh kerdil dan daun berwarna keunguan. Sumber unsur hara P antara lain pupuk SP-18, rock phosphat, SP-36.

3. Kalium (K), unsur ini juga diperlukan dalam jumlah banyak, penting untuk penyusunan minyak, pengaktifan enzim, mengangkut hasil fotosintesis dan mempengaruhi jumlah dan ukuran tandan. Kekurangan unsur K akan terjadi pada daun tua karena K diangkut ke daun muda. Gejalanya akan timbul bercak transparan, lalu megering. Sumber unsur hara K adalah pupuk KCl. 4. Magnesium (Mg), diperlukan dalam jumlah cukup banyak, berfungsi dalam

proses fotosintesis, respirasi tanaman, dan pengaktifan enzim. Kekurangan unsur Mg ditandai dengan gejala ujung daun tua nampak kekuningan jika terkena sinar matahari, sedangkan daun yang terlindung tidak terjadi hal tersebut. Sumber hara Mg adalah kapur dolomit.

Ketepatan pemupukan

Pupuk adalah sumber hara utama yang menentukan tingkat pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit. Oleh sebab itu, pemupukan perlu dilakukan secara efisien dan efektif karena biaya yang di butuhkan dalam pemupukan tidaklah sedikit. Menurut Darmosarkoro (2003) biaya pemupukan kurang lebih 24% dari total biaya produksi atau sekitar 40-60% dari total biaya pemeliharaan. Pemupukan yang efektif dan efisien harus memperhatikan 5T yaitu tepat dosis, tepat cara, tepat waktu, tepat jenis, dan tepat tempat.

Tepat dosis. Pemupukan yang optimal adalah pemupukan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman (tepat dosis). Tepat dosis artinya pupuk harus diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman tidak berlebihan dan juga tidak kekurangan. Dosis pupuk yang berlebih tidak hanya membuat biaya pemupukan semakin tinggi, tetapi juga merugikan tanaman. Beberapa kisaran dosis pemupukan tanaman kelapa sawit menghasilkan pada tanah mineral dapat dilihat pada Tabel 1.

(20)

 

Tabel 1. Kisaran Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan pada Tanah Mineral

Kelompok Umur (tahun)

Jenis dan Dosis Pupuk (kg/pohon)

Urea SP-36 MOP Kieserite

3 – 8 2 1.5 1.5 1

9 – 13 2.75 2.25 2.25 1.5

14 – 20 2.5 2 2 1.5

21 – 25 1.75 1.25 1.25 1

Sumber: Lubis (2008)

Tepat waktu. Pemupukan yang efektif dilakukan pada saat tanah mengandung cukup air yaitu pada awal musim hujan atau akhir musim hujan. Biasanya pemupukan di lakukan dua kali dalam setahun. Waktu pemupukan harus disesuaikan dengan keadaan tanaman dan juga curah hujan. Pagi sampai siang hari adalah waktu yang tepat untuk aplikasi pemupukan pada kelapa sawit (Qomar, 2010).

Tepat jenis. Jenis pupuk yang sering digunakan pada perkebunan kelapa sawit yaitu pupuk urea atau ZA (unsur N), rock phosphate atau SP-36 (unsur P), MOP atau KCl (unsur K), Dolomit atau Kieserit (unsur Mg), dan HGF-Borat (unsur B). Pupuk yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan tanaman kelapa sawit.

Tepat cara dan tempat. Aplikasi pupuk pada tanaman menghasilkan untuk kelapa sawit dibedakan atas sifat masing-masing seperti :

(a) Nitrogen sebaiknya ditaburkan antara batang tanaman sampai batas bokoran. (b) P2O5 dan MgO (Phosphate dan Magnesium) ditaburkan sekitar 25 cm dari

tanaman sampai ujung bokoran. Namun apabila Rock phosphate yang digunakan, tempat penaburan pupuknya adalah disekitar gawangan di pinggir 

rumpukan pelepah dan diatas gulma lunak yang tumbuh disana. (c) K2O (Kalium) ditaburkan diujung bokoran.

(21)

 

METODE MAGANG

Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini dilakukan selama tiga bulan dimulai dari tanggal 13 Februari 2012 sampai dengan 13 Mei 2012 di Bangun Koling Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang yang dilaksanakan meliputi seluruh kegiatan aspek teknis di lapangan dan aspek manajerial baik di kebun maupun di kantor. Kegiatan yang dilaksanakan antara lain penulis sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, pendamping asisten divisi. Kegiatan pada tiga minggu pertama adalah melaksanakan kegiatan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) dan melaksanakan semua kegiatan di lapangan sesuai dengan kegiatan kebun. Sebagai KHL penulis melaksanakan kegiatan penanaman, pemupukan, pengendalian gulma, sanitasi, panen, dan pengangkutan tandan buah segar sampai dengan pabrik pengolahan kelapa sawit. Jurnal harian sebagai KHL dapat dilihat pada Lampiran 1.

Selama tiga minggu selanjutnya, kegiatan magang dilaksanakan sebagai pendamping mandor. Penulis mempelajari kewenangan dan tanggung jawab seorang mandor. Jurnal kegiatan harian sebagai pendamping mandor dapat dilihat pada Lampiran 2. Pada enam minggu terakhir sebagai pendamping asisten/kepala divisi. Sebagai pendamping asisten divisi penulis belajar cara-cara manajerial tingkat divisi, misalnya menyusun rencana kerja divisi, melaksanakan rencana kerja yang telah disusun, mengawasi pelaksanaan pekerjaan yang telah dijadwalkan, mengevaluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan. Jurnal harian sebagai pendamping asisten divisi dapat dilihat pada Lampiran 3.

(22)

 

lapang. Selain itu juga mempelajari pengelolaan analisis daun, rekomendasi pemupukan, aplikasi pupuk di lapangan, tenaga kerja dan pengawasan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode langsung (data primer) dan metode tidak langsung (data sekunder). Data primer adalah informasi yang didapatkan secara langsung melalui pengamatan di lapangan maupun diskusi dengan KHL, mandor dan asisten kebun. Ada beberapa indikator yang harus diamati secara detail oleh penulis agar pemupukan pada perusahaan tersebut efektif dan efisien. Kemudian dibandingkan dengan standar yang ada di perusahaan tersebut. Data ini meliputi ketepatan dosis dan jenis pupuk yang diberikan, ketepatan cara pemupukan, jumlah HK yang dipakai pada kegiatan pemupukan, dan pengamatan gejala kekurangan hara tanaman.

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi: (1) data kondisi kebun, meliputi peta areal, jenis tanah, topografi lahan, kondisi populasi tanaman, produksi dan produktivitas, data curah hujan, serta data rekomendasi pemupukan kelapa sawit; (2) standar dan target kebun meliputi: pemeliharaan, pemanenan, produksi, dan tenaga kerja; (3) organisasi dan manajemen seperti: struktur organisasi, jumlah dan status karyawan, dan (4) sarana dan prasarana kebun.

Data primer yang diamati penulis dengan metode sampling secara acak (Simple Random Sampling) adalah:

a. Ketepatan dosis pemupukan

Data diperoleh dengan mengambil 60 contoh pokok pada beberapa tempat disesuaikan dengan standar dosis rekomendasi pupuk yang ditetapkan oleh perusahaan. Data tersebut diambil dari tiga blok sebagai ulangan.

b. Gejala defisiensi hara

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan 330 pokok contoh pada beberapa tempat dengan melaksanakan pengamatan visual dari gejala defisiensi hara yang muncul pada tanaman contoh pada perusahaan tersebut. c. Ketepatan tempat pupuk ditebar

(23)

 

dilakukan pengamatan terlebih dahulu terhadap jumlah pokok terpupuk dan tidak terpupuk pada tempat tersebut. Data tersebut diambil dari tiga blok sebagai ulangan.

Selain data di atas, data yang diamati adalah mengenai tenaga kerja pemupukan yaitu :

a. Ketepatan dosis untilan pupuk

Pengamatan ketepatan dosis untilan dilakukan pada empat orang penguntil yang dilakukan selama empat hari dengan mengambil sample sebanyak 30 untilan. Ketepatan untilan dilakukan dengan menimbang kembali bobot untilan, kemudian dibandingkan dengan standar bobot untilan yang telah ditetapkan oleh kebun.

b. Aplikasi dan waktu pemupukan

Data diperoleh dengan mengambil 15 penabur untuk diamati ketepatan cara menabur pupuknya, lalu disesuaikan dengan standar perusahaan dan dibandingkan dengan pustaka. Untuk ketepatan waktu pemupukan dengan mengamati waktu realisasi pemupukan kemudian menganalisis berdasar data curah hujan.

c. Efisiensi tenaga kerja

Data primer ini penulis peroleh dengan menghitung prestasi kerja pemupuk berdasar bobot pupuk/HK dan dibandingkan dengan standar kerja yang diterapakan oleh perusahaan. Prestasi kerja berdasar bobot pupuk/HK yang diamati meliputi jenis pupuk, jumlah pupuk, dan jumlah tenaga kerja dalam satu blok.

d. Manajemen dan distribusi pemupukan di lapangan

Data ini diamati secara pengamatan visual dari gudang pupuk (HK, waktu sampai ke blok, kebutuhan angkut setiap truk, bobot pupuk), distribusi mandor di blok (HK, waktu pelangsiran pupuk pada blok, bobot pupuk, jumlah tenaga kerja), dan pekerja (HK, jumlah tenaga kerja, kebutuhan pupuk, waktu).

(24)

 

Analisis Data dan Informasi

Semua data dan informasi yang diperoleh selama kegiatan magang dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif dengan menggunakan perhitungan matematis yang meliputi nilai rata rata dan standar deviasi, uji korelasi, persentase, ataupun perhitungan matematis sederhana lainnya. Data disajikan dalam bentuk grafik, tabel, dan diagram sesuai dengan kebutuhkan. Setelah itu, data dan informasi tersebut dibandingkan dengan standar dan aturan kerja dari setiap kegiatan yang berlaku.

 

(25)

 

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

PT Windu Nabatindo Abadi adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang mengelola tiga unit usaha, yaitu Sungai Bahaur Estate (SBHE), Sungai Cempaga Estate (SCME), Bangun Koling Estate (BKLE). Untuk masing-masing unit melakukan kegiatan sistem operasional dengan manajemen yang terpisah, namun ketiga unit usaha ini masih berada dalam satu induk perusahaan, yaitu PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA).

Ketiga unit usaha tersebut mempunyai satu pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu Selucing Agro Mill (SAGM) yang terletak tidak jauh dari masing-masing estate. Pabrik ini yang mengolah tandan buah segar kelapa sawit menjadi

produk Crude Palm Oil (CPO). Sebelumnya kebun ini bernama Tumbang Koling

Estate, tetapi karena ada perbedaan arti nama kebun maka pada tahun 2009 berubah nama menjadi Bangun Koling Estate.

Letak Geografis dan Administratif

(26)

  Keadaan Iklim dan Tanah

Iklim di kebun BKLE menurut klasifikasi Schmidth-Ferguson termasuk tipe iklim A (sangat basah). Daerah ini memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pada bulan Juli dan bulan September adalah puncak dari musim

kemarau sedangkan bulan April dan bulan Oktober puncak dari musim hujan

berdasarkan data curah hujan dari tahun 2007-2011. Rata-rata curah hujan selama 5 tahun terakhir adalah 4,099 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan yaitu 145 hari per tahun. Suhu rata-rata harian adalah 27 °C dengan kisaran 23-33°C. Rata-rata bulan kering 0.8 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 10.8 bulan/tahun. Keadaan curah hujan di BKLE tahun 2006-2011 dapat dilihat pada Lampiran 5.

Secara umum kebun ini memiliki 4 jenis tanah, yaitu tanah entisol, tanah gambut, tanah inceptisol, dan tanah ultisol. Tanah yang dominan pada kebun BKLE adalah tanah inceptisol. Tanah ini berwarna beraneka ragam tergantung jenis bahan induknya. Komposisi jenis tanah disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jenis Tanah Kebun BKLE

Jenis Tanah Luas (ha) Persentase (%)

Entisol (Pasir) 982.67 38.85

Histosol (Gambut) 179.84 7.11

Inceptisol (Kaolin) 1,349.14 53.33

Ultisol (Podzolik) 18.67 0.71

Sumber : Data Kebun BKLE (2012)

Keadaan topografi lahan ini mayoritas relatif datar dengan tingkat kemiringan 0-8% dan sedikit daerah bergelombang dengan tingkat kemiringan 9-15% serta daerah berbukit dengan kemiringan 15-30%. Untuk lebih jelasnya keadaan topografi lahan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Topografi Lahan Kebun BKLE

Topografi Luas (ha) Persentase (%)

Datar (0%-8%) 2,484 98.18

Bergelombang (9%-15%) 42 1.69

Berbukit (15%-30%) 4 0.16

Sumber: Data Kebun BKLE (2012)

(27)

 

dilakukan dengan cara penanaman LCC (Legum Cover Crop), pemupukan yang

efektif dan efisien, dan aplikasi bahan organik sehingga dapat meningkatkan produktifitas tanaman kelapa sawit.

Luas Hak Guna Usaha (HGU) dan Tata Guna Lahan

Luas HGU kebun BKLE adalah 3,203 ha, dengan rincian 2,530 ha sudah diusahakan yang terdiri dari 2,087 ha tanaman menghasilkan (TM) dan 443 ha tanaman belum menghasilkan (TBM). Kemudian untuk areal prasarana seluas 140 ha dan areal yang mungkin bisa ditanam yaitu seluas 178 ha. Kebun ini memiliki empat divisi , yaitu Divisi I seluas 813 ha, Divisi II seluas 641 ha, divisi III seluas 876 ha, dan Divisi VI seluas 200 ha. Luas areal dan tata guna lahan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas HGU dan Tata Guna Lahan di BKLE

Uraian Luas (ha) I. Areal yang diusahakan

A. Areal yang ditanam

Tanaman Menghasilkan (TM) 2,087 Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) 443

TOTAL AREAL DITANAM 2,530

B. Areal Prasarana

Emplasemen 67

Jalan dan Jembatan 73

TOTAL AREAL PRASARANA 140

II. Areal mungkin bisa ditanam/perluasan

C. Okupasi 178

TOTAL AREAL MUNGKIN BISA DIUSAHAKAN 178

D. Tanah Desa 53

E. Bukit, Sungai, Lembah, Rawa, Tanah Tandus 303

TOTAL AREAL TDK BISA DIUSAHAKAN 356 GRAND TOTAL 3,203 Sumber: Data Kebun BKLE (2012)

Keadaan Tanaman dan Produksi

(28)

  varietas Marihat V. Komposisi bibit yang ditanam di kebun BKLE dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Komposisi Bibit Tanaman Kelapa Sawit di BKLE

Jenis bibit Luas (ha) Persentase (%)

ASD/Costarica 421.79 16.67

Lonsum 2 144.65 5.71

Lonsum 8.07 0.32

PNG 438.06 17.31

Marihat V 1,323.3 52.31

Socfindo 193.8 7.66

Sumber: Data Kebun BKLE (2012)

Jarak tanam yang digunakan yaitu 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar baris 7.97 m dan jarak dalam baris 9.2 m sehingga populasi dalam 1 ha 136 tanaman. Namun fakta di lapangan menunjukan bahwa terdapat jarak tanam yang berbeda-beda pada satu blok dan populasi yang berbeda-beda juga pada setiap satu hektar. Hal ini di akibatkan karena kondisi lahan yang tidak memungkinkan untuk ditanami, adanya lahan rawa, dan serangan hama penyakit tanaman. Jumlah populasi tanaman di kebun BKLE dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Populasi Tanaman per Tahun Tanam di Kebun BKLE

Tahun Tanam Luas Areal (ha) Populasi Satuan Pokok/Ha

(pkk/ha)

2006 560.06 76,097 136

2007 1,526.55 204,666 134

2008 261.05 37,727 145

2009 34.63 5,025 145

2010 122.33 16,622 136

2011 25.01 3,401 136

TOTAL 2,529.65 343,535 136

Sumber: Data Kebun BKLE (2012)

Kebun ini mulai berproduksi pada tahun 2009 karena tahun tanam pertama adalah tahun 2006. Produksi dan produktivitas kelapa sawit di kebun BKLE untuk 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7.

(29)

  Tabel 7. Produksi dan Produktivitas TBS Kebun BKLE Tahun 2009-2011

Tahun Luas Lahan

(ha)

Produksi (ton)

Jumlah Janjang (JJR)

BJR Produktivitas (ton/ha)

2009 2,264 1,868 470,984 3.97 0.83

2010 2,348 10,441 2,544,210 4.10 4.45 2011 2,348 21,892 4,602,846 4.76 9.33 Sumber: Data Kebun BKLE (2012)

Dari data diatas terlihat bahwa produksi tandan buah segar meningkat setiap tahunnya. Data menunjukan bahwa kebun BKLE terus mengalami peningkatan produksi dari 1 868 ton TBS pada tahun 2009 menjadi 21 892 ton TBS pada tahun 2011. Hal tersebut karena peningkatan adanya luas areal dan pemeliharaan tanaman yang efektif meliputi kegiatan pengendalian gulma, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. Selain itu juga peningkatan produksi akibat dari bertambahnya areal TM yang ada di kebun BKLE.

Fasilitas Kebun

Fasilitas yang dimiliki oleh kebun BKLE yaitu kantor kebun, kantor divisi,

poliklinik, Tempat Penitipan Anak (TPA), kantor Blok Manufaring System (BMS)

dan Blok Spraying System (BSS), beberapa gudang bahan dan alat-alat kebun,

masjid, lapangan sepak bola, lapangan voli, dan lapangan bulutangkis. Semua

fasilitas yang ada di kebun BKLE bertujuan untuk memenuhi kebutuhan karyawan guna meningkatkan kinerja karyawan. Kantor kebun berfungsi untuk pusat administrasi kebun. Kantor divisi sebagai tempat administrasi masing-masing divisi, misalnya sebagai tempat rapat divisi. Divisi kebun dipimpin oleh

seorang asisten divisi. Kebun BKLE juga menyediakan perumahan untuk semua

karyawannya. Perumahan untuk karyawan staff dan Divisi II terletak di sekitar 

kantor kebun sedangkan untuk karyawan Divisi I, III, dan IV ada di setiap divisi masing-masing. Pihak kebun menyediakan bus untuk antar jemput putra-putri karyawan yang sekolah. Beberapa fasilitas yang tersedia di kebun BKLE dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(30)
[image:30.595.114.508.75.445.2]

 

Gambar 1. Fasilitas Kebun BKLE (a.TPA; b. Kantor BSS; c. Kantor Traksi; d. Perumahan Karyawan; e. Kantor Divisi II; f. Kantor Kebun; g. Masjid; h. Gudang dan Kantor BMS, i. Polibun)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PT Windu Nabatindo Abadi (WNA) merupakan salah satu unit usaha dari PT Bumitama Gunajaya Agro Grup (BGA Grup). PT WNA dipimpin oleh

seorang Kepala Wilayah yang bertanggung jawab kepada GMP (General Manajer

Plantation). Seorang Kepala Wilayah akan dibantu Admin Wilayah untuk

melaksanakan kegiatannya, Departemen Support yang terdiri dari staf PAD

(Public Affair Departement), staf GIS (Geographic Information System), Chief

Keamanan, Estate manager, Mill manager, Kepala Tata Usaha (KTU), dan

Kepala Traksi Wilayah. Struktur organisasi PT WNA wilayah IV dapat dilihat pada Lampiran 6.

Kebun Bangun Koling Estate dipimpin oleh seorang Estate Manager (EM)

yang dibantu oleh Kepala Administrasi (Kasie) dan tiga Asisten Divisi. Asisten Divisi akan dibantu oleh mandor I, kerani divisi, kerani panen, kerani transport,

a b c

d e f

g h i

(31)

 

mandor perawatan, mandor panen, mandor chemis (semprot), mandor pupuk, dan

mandor mekanik. Bagian kantor yaitu Kasie akan dibantu oleh accounting,

kasier, admin, personalia, dan mantri tanaman.

Seorang Estate Manager (EM) memiliki tanggung jawab untuk mengelola

dan memimpin kebun dengan baik, menyusun anggaran tahunan dan bulanan yang meliputi produksi, sumber daya manusia, dan biaya yang dibantu oleh asisten divisi dan kepala administrasi. Seorang EM dalam kinerjanya bertanggung jawab langsung dengan Kepala Wilayah.

Asisten Divisi memiliki tugas untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan teknis di lapangan di divisi masing-masing, meningkatkan produktivitas melalui pengembangan kompetensi dan karier sumber daya manusia di divisi. Selain itu juga memonitoring semua kegiatan teknis di lapangan dan melaporkan kepada manajer kebun. Asisten divisi bertanggung jawab langsung kepada EM dan dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh mandor I, mandor dan kerani divisi.

Kepala Administrasi yaitu orang yang bertanggung jawab dalam mengelola semua kegiatan administrasi di kebun. Dalam tugasnya dibantu oleh karyawan di kantor kebun. Struktur organisasi kebun Bangun Koling Estate (BKLE) dapat dilihat pada Lampiran 7.

Kebun BKLE mempunyai karyawan staf dan karyawan non staf.

Karyawan staf yaitu Estate Manager (EM), Asisten Divisi, dan Kepala

Administrasi sedangkan karyawan non staf yaitu pekerja langsung di lapangan dan tidak langsung seperti mandor, kerani, dan lain-lain. Pekerja langsung terdiri dari Karyawan Harian Lepas (KHL), Karyawan Harian Tetap (KHT) dan Karyawan Bulanan. Data jumlah karyawan staf dan non staf di kebun BKLE dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Jumlah Staf dan Non Staf Kebun BKLE

No Status Pegawai Jumlah

1 Staf 5

2 Bulanan 14

3 Karyawan Harian Tetap (KHT) 199

4 Karyawan Harian Lepas (KHL) 180

Indeks Tenaga Kerja (ITK) 0.16

Sumber: Data Kebun BKLE (2012)

(32)

  Hari kerja setiap minggu adalah enam hari dengan 7 jam kerja, sedangkan hari jumat hanya 5 jam kerja. Indeks tenaga kerja adalah hasil dari pembagian antara jumlah total tenaga kerja dan luas areal kebun. Pada kebun BKLE diperolah hasil HK/ha yaitu 0.16. Menurut Pahan (2010) perkebunan kelapa sawit memerlukan HK/ha atau tenaga kerja sebanyak 0.2 orang setiap ha nya. Sistem pembayaran gaji untuk karyawan berbeda-beda tergantung pada statusnya. Perbedaan terletak pada jumlah gaji dan tunjangan yang didapatkan dari perusahaan. Ketentuan yang berlaku pada kebun BKLE untuk karyawan adalah sebagai berikut :

1. Karyawan Bulanan: mendapatkan tunjangan beras, mendapat fasilitas rumah dan listrik, gaji per bulan sesuai dengan golongan dan kebijakan kebun, mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dari perusahaan dan tunjangan biaya kesehatan apabila sakit untuk berobat.

2. Karyawan Harian Tetap (KHT): mendapatkan tunjangan beras, mendapatkan fasilitas rumah dan listrik, gaji per bulan dihitung sesuai dengan UMR perusahaan yaitu Rp 1,456,000 per bulan, mendapatkan tunjangan JAMSOSTEK dan fasilitas biaya kesehatan apabila sakit.

3. Karyawan Harian Lepas (KHL): tidak mendapatkan tunjangan beras dan tunjangan JAMSOSTEK, mendapatkan fasilitas rumah dan listrik, gaji yang didapatkan per bulan yaitu jumlah upah harian sebesar Rp 58,240 per HK dikalikan hari kerja, setelah bekerja tiga bulan KHL dapat diangkat menjadi karyawan KHT.

(33)

 

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Kegiatan magang yang dilakukan terdiri dari aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yaitu melakukan kegiatan teknis di lapangan selama menjadi karyawan harian. Aspek manajerial yaitu melakukan kegiatan sebagai supervisor untuk mempelajari manajerial dan sistem administrasi kebun. Dalam pelaksanaan magang selalu diarahkan oleh manajer kebun, asisten divisi, kasie

kebun, mandor I, krani divisi, mandor pupuk, mandor chemist (semprot), mandor

perawatan, mandor panen, dan krani panen.

Pelaksanaan Teknis

Penulis melakukan kegiatan teknis dengan menjadi Karyawan Harian

Lepas (KHL), pendamping mandor, dan pendamping asisten. Pelaksanaan kegiatan dimulai dari mengikuti apel pagi pukul 04.45 WIB. Pada apel pagi dijelaskan untuk kegiatan hari itu dimasing-masing kemandoran dengan terlebih dahulu melakukan absensi. Apel dipimpin oleh asisten divisi atau mandor I. Semua pekerjaan selesai pada pukul 13.25 WIB dengan waktu untuk istirahat antara pukul 10.00-10.30 WIB. Pekerjaan teknis yang dilakukan penulis meliputi pemupukan, pengendalian hama/penyakit dan gulma, aplikasi janjang kelapa sawit, dan pemanenan.

Pengendalian Hama, Penyakit Tanaman dan Gulma

Pengendalian Hama

Kegiatan pengendalian hama penting dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit dan sanitasi kebun. Pengendalian hama dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati untuk mengendalikan ulat api.

Kebun BKLE menanam tanaman Turnera ulmifolia dan Neprolephis biserata

untuk mengendalikan ulat api. Tanaman ini adalah inang bagi predator hama ulat

api. Tanaman Turnera ulmifolia ditanam disepanjang jalan utama dan jalan antar

(34)

 

yang disebut dengan ferotrap. Perangkap ini dipasang di jalan antar blok. Di

dalam perangkap ini terdapat bahan kimia yang disebut feromond yang dapat

menarik kumbang tanduk jantan datang karena aroma bahan kimia ini seperti zat yang dikeluarkan kumbang tanduk betina, sehingga merangsang kumbang jantan masuk ke dalam perangkap.

Pengendalian Gulma

Gulma yang banyak ditemukan di kebun BKLE adalah Mikania micranta,

Chromolaena odorata, Ageratum conizoides, Dicrapnotheris linearis,

Neprolephis biserata, Melastoma malabathricum, dan Clidemia hirta. Khusus

untuk gulma Neprolephis biserata dibiarkan hidup pada gawangan mati dan

pokok kelapa sawit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat evaporasi pada tanah sehingga kelembaban tetap terjaga.

Pengendalian gulma manual. Pengendalian gulma dengan cara manual dilakukan di gawangan dan piringan. Alat yang digunakan yaitu parang dan golok. Kegiatan pengendalian gulma secara manual di gawangan dilakukan dengan cara membabat atau menebas gulma anak kayu yang ada pada gawangan mati ataupun gawangan hidup. Standar kerja pengendalian gulma secara manual di gawangan adalah 2 HK setiap gawangan (1 ha).

Pembabatan dilakukan dengan sistem ancak giring, pembabat akan berpindah dari gawangan yang telah dibabat ke gawangan lain yang belum selesai. Gulma ditebas ± 20 cm dari permukaan tanah. Prestasi kerja gawangan manual 0.5 ha/HK. Kegiatan piringan manual adalah membersihkan gulma yang terdapat pada piringan pokok dan mengutip brondolan hitam agar tidak tumbuh menjadi kentosan serta menarik kacangan yang menutupi tanaman kelapa sawit. Prestasi kerja untuk piringan manual yaitu 0.5 ha/HK. Kegiatan pengendalian gulma manual umumnya dilakukan pada tanaman yang baru menghasilkan, karena pada kondisi ini tanaman memerlukan banyak perawatan dan keadaan piringan yang harus bersih.

(35)
[image:35.595.112.497.123.257.2]

  dan lahan yang curam. Di bawah ini adalah gambar kegiatan pengendalian gulma secara manual yang dilakukan karyawan kebun BKLE.

Gambar 2. Pengendalian Gulma Secara Manual. (Gambar a. Tebas Gawangan; Gambar b. Babat Piringan dan Garuk Kacangan)

Pengendalian gulma dengan menggunakan kimia. Metode ini menggunakan herbisida, aplikasinya dengan cara disemprotkan langsung pada gulmanya secara merata. Penyemprotan dilakukan pada TBM dan TM kelapa sawit. Pengendalian gulma dilakukan pada gawangan, piringan, TPH, dan pasar pikul. Bahan herbisida yang digunakan untuk pengendalian di gawangan adalah

Meta-prima 20 WP (metil metsulfuron) sedangkan pada piringan menggunakan

KLEENUP 480 SL (glifosat).

KLEENUP 480 SL adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat sistemik berbentuk larutan, berwarna coklat muda, digunakan untuk mengendalikan alang-alang pada pertanaman kelapa sawit, dan lahan tanpa tanaman serta gulma berdaun sempit. Bahan aktifnya yaitu isopropil amina glifosat 480 g/l atau setara dengan glifosat 356 g/l.

Meta-prima 20 WP adalah herbisida pra dan purna tumbuh yang bersifat selektif, berbentuk butiran berwarna putih keabuan yang dapat didispersikan dalam air untuk mengendalikan gulma berdaun lebar, sempit, dan teki pada kelapa

sawit. Bahan aktifnya adalah metil metsulfuron 20%. Herbisida ini digunakan

untuk mengendalikan Ageratum conyzoides, Clidemia hirta, Synedrella nudiflora,

dan Colopogonium mucunoides.

Metode pengendalian gulma yang dilakukan di kebun BKLE adalah

sistem Blok Spraying System (BSS), yaitu penyemprotan dari blok satu ke blok

yang lain. Tim semprot menggunakan TUS (truk untuk semprot) yang memiliki tangki berkapasitas 2,000 liter air. Tim BSS TUS kebun BKLE memiliki 30

a b

(36)

  tenaga kerja dan 2 tenaga pengairan atau pembawa herbisida yang dibagi menjadi 10 Kelompok Kecil Penyemprot (KKP) dan digunakan untuk satu estate. Alat sprayer yang digunakan adalah SA-15 dengan nozel VLV 100 dan VLV 200.

Kapasitas sprayer ini yaitu 15 liter. Nozel VLV 100 memiliki flow rate 400-430

ml/menit untuk semprot piringan dan semprot semak sedangkan VLV 200

memiliki flow rate 900-915 ml/menit untuk semprot gawangan. Warna nozel

memiliki lebar semprot yang berbeda-beda. Nozel merah memiliki lebar semprot

2 meter dengan flow rate 2,475 ml/menit, nozel biru lebar semprot 1.5 meter

dengan flow rate 1,630 ml/menit, nozel hijau lebar semprot 1 meter dengan flow

rate 900 ml/menit, nozel kuning lebar semprot 0.5 meter dengan flow rate 680 ml/menit. Penyemprotan piringan, pasar pikul, dan gawangan menggunakan nozel warna merah, hijau, dan biru. Warna biru digunakan untuk semprot alang-alang. Contoh perhitungan volume semprot nozel hijau dengan kecepatan jalan 48 meter/menit adalah:

Volume semprot = ,

.

= , /

/

= 187,500 ml/menit

= 187.5 l/menit

[image:36.595.112.505.591.729.2]

Perlengkapan yang dibutuhkan untuk penyemprot adalah bendera batas ancak, topi, sarung tangan, masker, baju semprot, kacamata, sepatu boot, dan rompi. Peralatan ini sangatlah berguna untuk kesehatan penyemprot karena menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Namun pada kenyaatannya banyak tenaga penyemprot yang kurang memperhatikan alat kelengkapan diri tersebut sehingga mengganggu keamanan penyemprotan.

Gambar 3. Pengendalian Gulma Secara Kimia pada Piringan

(37)

  Pengendalian gulma pada piringan, pasar pikul dan TPH dilakukan dengan menggunakan herbisida glifosat (merek dagang KLEENUP 480 SL) dan metil

metasulfuron (merek dagang Meta-prima 20 WG). Dosis glifosat adalah 0.3

liter/ha sedangkan metil metsulfuron adalah 0.016 kg/ha. Sebelumnya glifosat

sudah dicampur dengan air 1:1 dan metil metsulfuron juga dicampur dengan air 1:10, kemudian dicampur dengan glifosat. Biasanya dosis yang digunakan untuk

glifosat 100 cc dan meta prima 30 cc yang diencerkan sesuai dengan volume kap 15 liter. Tangki diisi penuh sehingga dalam satu tangki semprot dapat mengisi hingga 126 kali kap yang bervolume 15 liter. Standar prestasi kerja untuk penyemprotan piringan adalah 3 ha/HK dan untuk semprot gawangan 2 ha/HK. Rotasi kerja semprot yaitu 4 kali setahun.

Pemupukan

Pengambilan contoh daun (LSU)

Leaf Sampling Unit (LSU) adalah satu unit areal yang digunakan sebagai pengambilan contoh daun dari tanaman yang telah ditetapkan sebagai pokok pengamatan Kesatuan Contoh Daun (KCD) dengan tujuan sebagai contoh yang cukup serta mewakili untuk informasi kesuburan tanah dan perlakuan yang diberikan dalam suatu luasan blok. Kegiatan ini bertujuan untuk menentukan status hara tanaman kelapa sawit pada tanaman menghasilkan dalam rangka penyusunan program pemupukan tahunan yang dilakukan oleh Departemen Riset Bumitama Gunajaya Agro Group, menentukan pelepah ke 1 dan 17 dengan tepat yang merupakan tempat pengambilan sample daun dan rachis yang benar.

Beberapa ketentuan yang digunakan dalam penentuan pokok yang dijadikan sebagai tanaman contoh adalah:

1. Titik pengamatan diambil dari tanaman yang normal, homogen, dan

tidak terkena penyakit tanaman.

2. Selain itu tanaman juga tidak terletak dipinggir jalan dan bangunan.

3. Apabila pokok yang diamati mati maka KCD bergeser satu pokok ke

depannya.

(38)

 

4. Jumlah blok yang diambil sebagai blok KCD adalah seluruh blok TM

yang ada.

5. Jumlah tanaman yang diambil sebagai sampel dalam satu blok /KCD

adalah 1 % dari total pokok blok/KCD.

Penentuan contoh tanaman diambil dari baris ketiga dari ujung blok tanaman di pinggir jalan utama dan dihitung setiap 10 baris tanaman. Tanaman contoh pertama mulai dari pokok ketiga kemudian selang 10 tanaman sebagai contoh tanaman kedua. Apabila sampai ujung blok tidak sampai 10 baris tanaman maka KCD selanjutnya pindah1-2 tanaman ke dalam blok, kemudian dihitung 10 baris tanaman dari tanaman terakhir. Kemudian tanaman diberi tanda dengan cat biru pada pangkal pelepah untuk semua pengamatan KCD sampai seluruh tanaman dalam satu blok selesai agar tahun berikutnya tidak terjadi kesalahan, tanda tersebut digunakan sampai tanaman diremajakan. Apabila tanaman contoh mati maka KCD adalah tanaman yang letaknya dua pohon di depannya. Kemudian tanaman diberi tanda panah (arah ke atas) artinya memasuki jalur pokok sampel pada pokok pertama jalur masuk dan tanda panah ke arah samping (sesuai arah perpindahan jalur sampel) artinya tanda keluar dari baris tersebut dan pindah ke baris berikutnya pada pokok terakhir saat keluar jalur sampel.

Penanganan contoh daun

Sebelum mengambil daun yang digunakan untuk dianalisis dilakukan pengamatan gejala defisiensi (N, K, Mg, B dan Cu) atau kondisi abnormal lainnya pada tanaman saat pengambilan sampel di lapangan dengan ketentuan sebagai berikut : a) Nilai 0 : apabila tanaman di sekitar pokok KCD tidak terdapat tanaman yang mengalami defisiensi, b) Nilai 1 : apabila tanaman disekitar pokok KCD terdapat 1-2 tanaman yang defisiensi, c) Nilai 2 : apabila tanaman disekitar pokok KCD terdapat 3-4 tanaman yang defisiensi, d) Nilai 3 : apabila tanaman

disekitar pokok KCD terdapat 5-6 tanaman yang defisiensi.

(39)

  egrek/parang/gergaji. Bagian tengah pada pelepah itu digunakan sebagai pengambilan contoh daun. Untuk mengetahui bagian tengahnya dengan cara meraba permukaan pelepah sampai ketemu bagian yang dinamakan “pentil” pada pelepah itu. Selanjutnya satu jengkal dari bagian pentil diambil 12 anak daun yang masing 6 helai daun dari sebalah kanan dan kiri. Contoh dari masing-masing blok dimasukan kedalam kantong plastik dan diberi tanda atau label yang jelas. Plastik dari masing-masing blok jangan sampai tercampur dengan blok lain.

[image:39.595.110.442.212.401.2]

Contoh daun dikirim ke bagian research untuk dilakukan analisis.

Gambar 4. Pentil sebagai Acuan Pengambilan Anak Daun

Bagian sampel anak daun yang diambil untuk dianalis di laboratorium adalah 1/3 bagian lembar anak daun ke arah pangkal atau kira-kira diiambil 20 cm. Sampel daun jangan sampai kotor karena jatuh ke tanah atau kena cat. Lidi dari sampel daun dilepaskan dari helaian daun dan dibuang. Apabila sampel daun belum dikirim ke laboratorium karena hari libur, maka sampel tersebut jangan di tutup rapat di dalam plastik, kalau cuaca cerah, untuk menghindari proses fermentasi, sampel di jemur atau dioven selama 24 jam dengan suhu 60-65°C. Setelah dikeringkan, sampel daun kemudian digiling (dihancurkan) menggunakan alat penggiling daun, selanjutnya dimasukkan kedalam kantong plastik dan diberi label dengan jelas.

Sampel daun setiap KCD dibagi menjadi 2 bagian; satu bagian untuk dikirim ke laboratorium tanah dan satu bagian lagi disimpan sebagai file (pertinggal) dan disimpan pada tempat yang kering dan dingin (suhu ruangan 25

°C). Lama penyimpanan file (pertinggal) adalah dua tahun, setelah itu baru dapat

dibuang, hal ini untuk mengantisipasi apabila terjadi kesalahan analisa (perhitungan) oleh pihak laboratorium, maka dapat dilakukan analisa kembali

(40)

  dengan menggunakan file (pertinggal) yang ada. Kemudian seluruh sampel daun yang telah digiling (dihancurkan) diberi label, dimasukkan kedalam kantong plastik besar dan ditutup dengan rapat, di pack (bungkus) dengan rapi untuk dikirim. Sebelumnya harus pastikan bahwa kolom pada blangko isian LSU terisi semua dengan data yang di ambil di lapangan.

Penyimpanan Pupuk

Pupuk yang akan diaplikasikan ke lapangan terlebih dahulu disimpan di gudang pupuk. Pada kebun BKLE terdapat dua gudang yaitu di divisi II dan divisi III. Gudang ini masih dibuat dari kayu namun sirkulasi udara dalam ruangan sudah cukup. Pupuk yang diletakan di dalam gudang diberi alas dari kayu agar tidak lembab. Lantai untuk gudang pupuk disemen agar tidak mudah lembab juga. Pupuk ditata rapi di dalam gudang agar memudahkan dalam pengangkutan.

Gambar 5. Penyimpanan Pupuk di Gudang BMS

Tenaga Kerja Pemupukan

Jumlah tenaga kerja tim pemupukan adalah 32 orang yang terdiri dari 7 orang penguntil pupuk, 4 orang tenaga bongkar muat, 7 orang tenaga pengecer, dan 14 orang tenaga penabur. Pada kebun BKLE tenaga penabur dan pengecer dibagi menjadi 7 Kelompok Kecil Pemupuk (KKP) yang digunakan untuk satu estate. Satu KKP terdiri dari 1 tenaga pelangsir dan 2 tenaga penabur. Satu anggota KKP tetap menjadi satu tim kecil. Apabila salah satu dari anggota KKP tidak bekerja maka diganti oleh tenaga kerja penguntil. Tenaga kerja bongkar muat selalu bergantian dengan tenaga penguntil dalam hal pembagian kerja. Selain sebagai bongkar muat pupuk, tenaga kerja bongkar muat juga berkewajiban

mengumpulkan kembali karung pupuk yang tececer di jalan Collection Road (CR)

(41)

  dan melipatnya per 10 karung dan diletakkan di gudang pupuk kembali. Jika tidak ada pupuk yang diuntil maka semua tenaga kerja akan dikerahkan di lapangan.

Sistem Teknis Pemupukan

Teknis pemupukan di kebun BKLE menggunakan disiplin aplikasi pupuk 5T (Tepat Dosis, Tepat Cara, Tepat Tempat, Tepat Waktu, Tepat Jenis dan Administrasi).

Penguntilan pupuk. Kegiatan penguntilan dilakukan untuk memudahkan dalam pelangsiran pupuk ke lapang, menjamin agar pupuk yang diaplikasikan tepat dosis, dan menjamin agar pupuk tidak menggumpal. Penguntilan pupuk adalah kegiatan menakar kembali pupuk dari karung sak ke dalam karung untilan agar pupuk yang diapalikasikan tepat dosis sesuai rekomendasi perusahaan. Pupuk yang diuntil didahulukan pupuk yang stok lama. Berat untilan untuk masing-masing pupuk berbeda-beda tergantung standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Pupuk RP dan MOP berat tiap untilannya adalah 16 kg, sedangkan pupuk borat berat tiap untilan10 kg. Karung-karung untilan disusun teratur agar mudah untuk dihitung saat bongkar muat. Prestasi kerja untuk penguntil pupuk RP dan Borat adalah 2 ton/HK. Contoh perhitungan kebutuhan pupuk RP adalah:

Pemupukan pada blok K16 (tahun tanam 2007, luas 26.59 ha, dan jumlah pokok 3,042 ). Pupuk diuntil menjadi 16 kg/untilan. Artinya tiap untilan untuk 8 pokok tanaman karena dosisnya 2 kg/pokok. Kebutuhan pupuk yaitu = 3,042 x 2 kg= 6,084 kg.

Jumlah pupuk dibutuhkan = 6,084 kg: 50 kg/karung = 122 karung.

Jumlah untilan pupuk yang dibutuhan 6,084 kg : 16 kg/untilan =380 untilan.

Gambar 6. Penguntilan Pupuk di Gudang BMS

(42)

  Pengambilan pupuk di gudang. Kegiatan ini dilakukan olen tenaga bongkar muat. Biasanya pengambilan pupuk dilakukan pagi hari ketika apel pagi dan dilakukan oleh 2-4 orang. Teknis pengambilan pupuk terlebih dahulu harus mengetahui berapa ton untuk kegiatan pupuk pada hari itu. Setelah itu dimuat ke

dump truck. Kapasitas truck maksimal adalah 7 ton. Jumlah pupuk yang diaplikasikan tiap hari berbeda-beda tergantung tenaga kerja yang ada. Waktu

yang diperlukan untuk bongkar muat pupuk ke dump truck adalah 30-45 menit.

Norma kerja untuk tenaga bongkar muat yaitu 4 ton/HK.

Pelangsiran pupuk. Pelangsiran pupuk adalah kegiatan memindahkan

pupuk dari gudang ke tempat aplikasi dengan menggunakan drump truck.

Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga bongkar muat sebanyak 2 orang. Untilan

pupuk yang telah dimasukan ke dalam truck ditempatkan pada pasar pikul. Jumlah

untilan yang diletakan disesuaikan dengan dosis per pokok dan jumlah pokok per setengah pasar pikul (dua kali untuk mencari tembusan pasar pikul) yang ada pada blok tersebut sehingga kita mengetahui jumlah untilan yang dibutuhkan. Untilan

diletakan di jalan Collection Road (CR) kemudian oleh tenaga pelangsir pupuk

diletakan dipasar pikul. Untilan pupuk jangan sampai diletakkan di parit dan pengikat karung untilan jangan sampai lepas untuk menghindari pupuk tercecer di jalan. Tenaga pelangsir pupuk juga akan mengumpulkan kembali bekas karung untilan dan menggulung per 10 karung untuk di bawa ke gudang lagi. Pupuk yang telah dilangsir harus habis diaplikasiakan pada hari itu juga dan jangan sampai ada untilan pupuk yang tertinggal di lahan.

Gambar 7. Pelangsiran Pupuk di Jalan CR

Pengeceran pupuk. Kegiatan pengeceran pupuk adalah memindahkan

untilan pupuk dari pinggir jalan Collection Road (CR) ke dalam blok. Setiap satu

(43)

  1:2. Pengeceran pupuk dilakukan dengan cara dipikul atau menggunakan angkong dan diletakkan di pinggir pokok sampai dengan pasar tengah, dengan terlebih dahulu mengetahui dosis per pokok dan berat untilan sehingga kita mengetahui pada selang berapa pokok untilan itu akan diletakan. Bekas karung untilan pupuk dibawa dan diletakkan di jalan CR dan diambil oleh tenaga pelangsir.

Penaburan pupuk. Penaburan pupuk dilakukan oleh dua orang tenaga dalam satu KKP. Penabur harus mengetahui dosis pupuk per pokok dan takaran

yang disesuaikan untuk bobot masing-masing pupuk. Metode pemupukan RP,

MOP, dan kieserite menggunakan sistem tebar membentuk huruf U atau mengikuti sistem penempatan pelepah daun yang disebut U-shape. Tujuan dari penggunaan sistem ini agar pupuk dapat memepercepat pelapukan pelepah yang

disusun di gawangan mati. Selain itu juga akar tanaman yang aktif banyak

dijumpai dibawah tumpukan pelepah daun. Pemupukan borate dilakukan melingkari pokok dan diaplikasikan di piringan dengan jarak 5-8 cm dari pokok

sawit. Pupuk Chelated Zinkcoper diaplikasikan dengan cara ditugal empat lubang

pada setiap pokok sawit dengan jarak 45-50 cm dari pokok.

Gambar 8. Penaburan Pupuk RP

Pengawasan kualitas pemupukan. Kegiatan pengawasan dilakukan oleh mandor pupuk dan asisten divisi dengan tujuan untuk memastikan kegiatan pemupukan sudah berjalan sesuai dengan SOP pemupukan kebun BKLE. Hasil dari pengawasan ini digunakan sebagai bahan evaluasi dan upaya untuk memperbaiki kinerja pemupukan kebun BKLE.

Premi Pemupukan. Premi yang dilakukan di kebun BKLE yaitu premi tetap dan premi hari libur. Premi tetap Rp 400,000/bulan untuk mandor pupuk dan Rp 2,500/hari untuk karyawan. Premi hari libur Rp 45,000/hari hadir untuk

(44)

  mandor pupuk dan Rp 36,670 untuk karyawan pupuk. Selain itu juga karyawan

akan mendapat extra fooding berupa susu satu kaleng untuk 6 hari.

Pengamatan Ketepatan Dosis Untilan

Kegiatan di lapangan yang penulis amati adalah ketepatan dosis saat menguntil pupuk di gudang. Penulis menimbang kembali sampel untilan yang telah diuntil oleh pekerja yaitu pupuk Rock Phospate (RP) dan Borate. Data yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 9. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk RP

∑ TK (orang) Bobot/Until (kg) Bobot Rataan (kg) Ketepatan Dosis (%)

4 16 15.5 96.8

4 16 15.8 98.7

4 16 15.7 98.1

4 16 15.5 96.8

Rata-rata 97.6

Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh persentase rata-rata ketepatan dosis penguntilan pupuk RP yaitu 97.6%.

Tabel 10. Ketepatan Dosis Untilan Pupuk HGFB

∑ TK (orang) Bobot/Until (kg) Bobot Rataan (kg) Ketepatan Dosis (%)

2 10 9.5 95

5 10 9.7 97

5 10 9.3 93

4 10 9.8 98

Rata-rata 95.7

Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)

Hasil pengamatan ketepatan dosis untilan pupuk HGFB diperoleh bahwa persentase rata-rata sebesar 95.7%.

Pengamatan ketepatan dosis pemupukan MOP

Ketepatan dosis aplikasi di lapangan penting karena tanaman kelapa sawit akan mengalami defesiensi hara apabila kekurangan unsur hara yang dibutuhkan.

(45)
[image:45.595.101.520.62.815.2]

  Dibawah ini hasil pengamatan terhadap ketepatan dosis aplikasi pupuk MOP yang dilakukan di tiga blok.

Tabel 11. Ketepatan Dosis Pupuk MOP di Lapangan Blok/

Ulangan

∑pokok diamati

(pohon) Dosis/pokok (kg) Dosis tidak sesuai (pohon) % dosis tidak sesuai

% tepat dosis

1 60 1.25 9 15 85

2 60 1.25 12 20 80

3 60 1.25 8 13.33 86.67

Rata-rata 9.67± 2.08 83.89

Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)

Hasil pengamatan diperoleh untuk rata-rata ketepatan dosis pemupukan di lapangan sebesar 83.89% dari rekomendasi yang telah ditetapkan untuk per pokok tanaman.

Pengamatan Ketepatan Aplikasi Pemupukan RP

Aplikasi penaburan pupuk berpengaruh terhadap persentasi pupuk yang diserap oleh tanaman. Penulis melakukan pengamatan ketepatan aplikasi pupuk RP pada satu blok. Ketepatan diamati dari kondisi penyebaran pupuk dan jarak taburnya. Hasil pengamatan terhadap ketepatan aplikasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Sumber: Pengamatan Lapang (2012)

Gambar 9. Grafik Pengamatan Ketepatan Aplikasi Pemupukan RP Blok L23 Gambar diatas menunjukan bahwa rata-rata ketepatan aplikasi pupuk RP yang penulis amati mempunyai nilai ketepatan sebesar 93%.

(46)

  Pengamatan Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk

[image:46.595.113.519.205.351.2]

Prestasi tenaga kerja pemupuk sangat berpengaruh terhadap tingkat efesiensi pemupukan. Semakin efisien dalam kegiatan pemupukan maka dapat meningkatkan kualitas pemupukan dari tenaga kerja. Hasil pengamatan terhadap prestasi tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Prestasi Tenaga Kerja Pemupuk

Tanggal Jenis pupuk Dosis/pokok (kg) Jumlah pupuk diaplikasi (kg) Standar (kg) Tenaga kerja (orang) Prestasi kerja (kg/HK)

21/02/12 RP 2 kg 10,000 600 15 666.67

23/02/12 RP 2 kg 10,000 600 15 666.67

24/02/12 RP 2 kg 8,117 600 15 541.13

05/03/12 MOP 1.25 kg 4,000 550 7 571.42

07/03/12 MOP 1.25 kg 4,534 550 9 503.77

08/03/12 MOP 1.25 kg 4,793 550 9 532.55

Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap prestasi kerja tenaga penabur diperoleh rata-rata untuk pemupukan RP sesuai dengan standar kebun tetapi untuk pemupukan MOP ada yang belum sesuai dengan standar kebun.

Pengamatan Gejala Defesiensi Hara

Ketersediaan hara dalam tanah yang rendah dapat mengakibatkan tanaman mengalami defesiensi hara. Apabila tanaman mengalami defesiensi hara akan mengurangi hasil produksi buah yang dihasilkan. Di bawah ini tabel hasil pengamatan gejala defesiensi hara pada kebun BKLE.

Tabel 13. Pengamatan Gejala Defesiensi Hara Kebun BKLE

Ulangan ∑ pokok

diamati

(pohon)

∑ pokok

defesiensi

(pohon)

Defesiensi Hara (pohon)

N P K Mg B

1 330 245 124 24 63 2 32

2 330 273 95 14 103 32 29

3 330 271 139 25 82 7 18

Total 990 789 358 63 248 41 79

Rata-rata 119.33±22.3 21±6.08 82.67±20.00 13.67±16.07 26.33±7.37

% 79.69 36.16 6.36 25.05 4.14 7.98

Sumber: Pengamatan Lapang (2012)

[image:46.595.79.527.551.737.2]
(47)

  Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis terhadap gejala defesiensi hara diperoleh jumlah persentase tanaman terdefesiensi pada kebun BKLE yaitu sebanyak 79.69%.

Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan Rock Phospate

[image:47.595.95.521.68.822.2]

Pengamatan ketepatan tempat dilakukan untuk mengetahui tingkat kemerataan pupuk dan lokasi tempat pupuk ditebar. Lokasi penebaran dapat mempengaruhi tingkat keefektifan penyerapan unsur hara oleh tanaman. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Pengamatan Ketepatan Tempat Pemupukan RP

Sumber: Pengamatan Lapang (2012)

Hasil pengamatan terhadap ketepatan tempat untuk pemupukan RP yaitu sebanyak 76.7% telah sesuai pada tempatnya yaitu disusunan limbah pelepah.

Aplikasi Janjang Kosong Kelapa Sawit

Aplikasi janjang kosong (jangkos) bertujuan untuk konservasi tanah, menurunkan temperatur tanah, mempertahankan kelembaban tanah, mengurangi

losses nutrisi melalui proses pencucian dan aliran permukaan atau menjaga terjadinya erosi tanah, dan menambah unsur hara pada tanaman kelapa sawit karena sebagai pupuk organik. Selain itu dapat meningkatkan efektifitas pemupukan dan sumber hara tambahan terutama kalium. Janjang kosong merupakan hasil limbah dari pabrik pengolahan kelapa sawit yang berasal dari stasiun perebusan dan stasiun pemipilan. Komposisi nutrisi yang terkandung dalam janjang kosong sawit disajikan pada tabel 15.

Ulangan Jumlah Pengamatan

(pohon)

Distribusi pupuk Lokasi penebaran

Terpupuk (pohon) Tidak terpupuk (pohon) Susunan Pelepah (pohon) Piringan (pohon) Gawangan (pohon) Susunan Pelepah dan Gawangan (pohon) Susunan Pelepah dan Piringan (pohon)

1 60 59 1 43 3 4 2 7

2 60 58 2 41 1 7 4 5

3 60 60 0 52 0 1 3 4

Total 180 178 3 136 4 12 9 16

% 98.8 1.2 76.7 2.3 6.7 5.2 9.1

(48)

  Tabel 15. Komposisi Kandungan Nutrisi Janjang Kosong Sawit

Unsur Hara Kadar Hara dalam JJK

(kg/ha/tahun)

Sebanding dengan Pupuk per Ton JJK

N Nitrogen 5.4 8.0 kg Urea

P Phosphorus 0.4 2.9 kg RP

K Kalium, Potasium 35.3 18.3 kg MOP

Mg Magnesium 2.7 5.0 kg Kieserit

Sumber: SOP BGA (2012)

Rata-rata 1 ton JJK mengandung unsur hara utama sebanding dengan 8 kg urea, 2.9 kg RP, 18.3 kg MOP, 5 kg kieserit. Cara aplikasi janjang kosong di kebun BKLE dilakukan secara manual pada Divisi II. JJK diangkut dari PKS

setelah mengantar TBS dan diletakan di pinggir jalan Collection Road (CR). Satu

truk berisi sekitar 7 ton JJK. Alat yang digunakan untuk aplikasi yaitu tandu dan gancu. Tenaga kerja yang digunakan untuk satu tumpukan atau 7 ton JJK yaitu 2 orang. Aplikasi JJK dilakukan dengan rotasi 1 tahun sekali pada lahan yang sama.

Dosis aplikasi JJK yaitu 27 ton/ha atau ± 200 kg/pokok ( 1 ha 136 pokok). Berdasar kalibrasi untuk bobot 1 tandu adalah 50 kg sehingga 1 pokok diperkirakan di butuhkan 4-5 tandu. Aplikasinya disusun pada sisi susunan pelepah berbentuk kotak atau di gawangang mati. Penebaran JJK satu lapis untuk

menghindarkan berkembangnya hama Oryctes rhinoceros. Prestasi kerja untuk

aplikasi JJK yaitu ±3,000 kg/HK.

Gambar 10. Aplikasi Janjang Kosong TBS

Pemanenan TBS

Panen adalah kegiatan dari mulai pemotongan TBS, pengutipan brondolan, pemotongan pelepah, pengangkutan tandan dan brondolan ke TPH, dan

(49)

  pengangkutan tandan dan brondolan ke PKS. Faktor yang menentukan keberhasilan panen adalah kesiapan sarana dan prasarana, kriteria kematangan tandan, dan manajemen panen (rotasi, sistem panen). Pada kebun BKLE ini

menerapkan sistem BHS (Block Harvesting System).

Persiapan panen

Persiapan panen dimulai dari kondisi prasarana dari lapangan sampai dengan ke pabrik pengolahan. Sarana jalan yang memadai akan meningkatkan kinerja karyawan sehingga produksi akan tetap meningkat. Selain itu yang harus diperhatikan adalah:

1. Pasar pikul, jalan ini dibuat dengan interval 2 baris tanaman 1 jalan pikul

dan lebar 1.2 m. Jalan pikul harus tetap dalam kondisi bersih agar proses pengangkutan TBS dari piringan pohon ke TPH berjalan baik. Pembuatan jalan ini dengan menggunakan manual atau mekanik.

2. Titi panen, beton atau kayu yang digunakan pemanen untuk menyebrang

parit dalam mengangkut buah dari piringan ke TPH.

3. Pasar tengah, jalan di tengah-tengah blok yang memotong jalan pikul

untuk mempermudah pengecekan oleh asisten. Jalan ini harus selalu dalam kondisi bersih.

4. Pasar kumis, jalan yang memotong ujung gawangan untuk mengarah ke

TPH dengan lebar 1.2 m.

5. TPH (Tempat Pengumpulan Hasil), setiap 3 pasar pikul dibuat 1 TPH

dengan ukuran 4 m x 6 m. Tempat ini harus selalu bersih dan sebaiknya dibuat secara permanen.

Peralatan panen

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan panen dapat dilihat pada Tabel 16.

(50)

  Tabel 16. Peralatan Panen Kebun BKLE

No Alat Fungsi

1 Dodos memotong TBS umur < 6 tahun

2 Egrek memotong TBS umur > 6 tahun

3 Angkong (Kereta

buah)

mengangkut TBS dari piringan ke TPH

4 Gancu menarik tandan buah dan menyusun buah di TPH

5 Karung wadah mengumpulkan brondolan dan sebagai alas

brondolan pada TPH

6 Tojok memuat TBS dari TPH ke truk buah dan

menyusunnya

7 Stempel cap sebagai identitas pemanen

Sumber: Hasil Pengamatan Lapang (2012)

Tenaga pemanen

Kebutuhan tenaga panen tergantung pada keadaan topografi, kerapatan panen, luas kebun, dan umur tanaman. Standar yang diterapkan p

Gambar

Tabel 5. Komposisi Bibit Tanaman Kelapa Sawit di BKLE
Gambar 1. Fasilitas Kebun BKLE (a.TPA; b. Kantor BSS; c. Kantor Traksi; d.
Gambar 2. Pengendalian Gulma Secara Manual. (Gambar a. Tebas Gawangan;
Gambar 3. Pengendalian Gulma Secara Kimia pada Piringan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah (1) wujud pemakaian bahasa Jawa oleh santri pondok pesantren Hadziqiyyah Kabupaten Jepara antara lain

Convention dan Exhibition Centre di Solo Baru Penekanan pada Arsitektur Modern Kontemporer adalah sebuah bangunan yang menjadi wadah pusat koordinasi kegiatan yang

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, guru akan memecahkan masalah tersebut dengan menggunakan media pembelajaran Karsunaga dalam peningkatan performansi

kelembaman dari partikel bermassa m yang melakukan gerak rotasi dengan jari-jari R, yang diberi lambang I, dan F.R adalah momen gaya F terhadap titik O, sehingga diperoleh

3.0 Rekam keperawatan File Nama pegawai Pendaftaran File Jabatan pegawai File data identitas File data kunjungan File data anamnesa File data tindakan Manajemen RS 4.0

Pada kegiatan KKN-PPM periode XIII ini, penulis berkesempatan untuk mendampingi keluarga Ibu I Wayan Wija yang bertempat tinggal di Banjar Dinas Tonja. Luas areal rumah

Tulisan ini merupakan ulasan menge- nai penyakit karat yang meliputi gejala, penyebab, siklus penyakit, faktor-faktor yang memengaruhi penyakit, tanaman inang,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn pada materi kemerdekaan mengemukakan pendapat dengan menggunakan metode role playing pada siswa