KOMPOSISI JARINGAN PADA POTONGAN KARKAS DOMBA
GARUT DAN EKOR TIPIS UMUR ENAM BULAN DENGAN
RANSUMBERBASIS
Indigofera
sp
SUGMA GINANJAR
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Komposisi Jaringan pada Potongan Karkas Domba Garut dan Ekor tipis Umur Enam Bulan dengan Ransum Berbasis Indigofera sp. adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Sugma Ginanjar
ABSTRAK
SUGMA GINANJAR. Komposisi Jaringan pada Potongan Karkas Domba Garut dan Ekor tipis Umur Enam Bulan dengan Ransum Berbasis Indigofera sp..Dibimbing oleh RUDY PRIYANTO dan MUHAMMAD BAIHAQI.
Daging domba muda lebih disukai dibandingkan daging domba tua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh jenis dari domba lokal terhadap komposisi jaringan karkas dalam potongan komersial. Penelitian ini menggunakan empat ekor domba garut dan empat ekor dombaekor tipisusia tiga bulan. Domba kemudian diberi pellet dengan komposisi 30% Indigofera sp dan 70% konsentrat dan dibesarkan selama tiga bulan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa domba Garut dan domba Ekor tipis muda memiliki rataan persentase daging 62.48%, lemak 13.62%, tulang 23.89%. Domba garut memiliki tebal lemak punggung yang nyata (P<0.05) lebih tinggi dari domba Ekor tipis. Daging pada bagian breast dan shank domba Garut nyata (P<0.05) lebih tinggi dari domba Ekor tipis.
Kata kunci: domba muda, Indigofera sp., karkas, potongan komersial.
ABSTRACT
SUGMA GINANJAR. Tissues Composition In Carcasses Cuts of Garut and Thin Tail Sheep Aged Six Month With Fed Containing Indigofera sp.. Supervised by RUDY PRIYANTO and MUHAMMAD BAIHAQI.
Meat from younger lamb is more desirable than that from older lamb. The objective this study was to investigate the effect of breed from local sheep on carcass tissue composition and distribution within wholesale cuts. The experiment used four Garut and four Thin Tail lamb aged three months old. They were fattened for three month with pelleted ration comprising 30% Indigofera sp. and 70% concentrate. The results showed that carcass composition and distribution within wholesale cuts were similar between Garut and Thin Tail lamb. Garut lamb carcass had significantly higher twelveth rib fat thickness than that from Thin Tail lamb carcass. The results of this study indicate that Garut and Thin tail lamb had a meat yield, fat, and bone percentages of 62.48%, 13.62%, and 23.89% respectively. Garut sheep had significantly higher (P <0.05) back fat thicknesethan the thin tail lamb.The meatfrom the “breast” and “shank”cut were significantly higher (P <0.05) in Garut lamb compared Thin Tail lamb.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
KOMPOSISI JARINGAN PADA POTONGAN KARKAS DOMBA
GARUT DAN EKOR TIPIS UMUR ENAM BULAN DENGAN
RANSUM BERBASIS
Indigofera
sp.
SUGMA GINANJAR
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Komposisi Jaringan Pada Potongan Karkas Domba Garut Dan Ekor tipis Umur Enam Bulan Dengan Ransum Berbasis Indigofera sp Nama : Sugma Ginanjar
NIM : D14080257
Disetujui oleh
Dr Ir Rudy Priyanto Pembimbing I
Muhamad Baihaqi, S Pt M Sc Pembimbing II
Diketahui oleh
ProfDr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 ini ialah Komposisi Karkas, dengan judul Komposisi Jaringan Pada Potongan Karkas Domba Garut Dan Ekor tipis Umur Enam Bulan Dengan Ransum Berbasis
Indigofera sp.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Rudy Priyanto selaku pembimbing utama dan Bapak Muhamad Baihaqi, S Pt M Sc selaku pembimbing anggotaatas bimbingan dan motivasi yang diberikan selama kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih kepada Ibu Ir Sri Rahayu, M Si atas kesempatan yang diberikan untuk terlibat dalam Penelitian Unggulan Fakultas (PUF).Tidak lupa Penulis ucapkan terima kasih kepada Dr Ir Henny Nuraeni selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan kepada Penulis selama perkuliahan. Terima kasih kepada ibu Ir. Anita s. Tjakradidjaja Mrur. Sc dan Ibu Ir. Lucia Cyrila ENSD, M.Si selaku penguji atas semua saran dan masukan dalam perbaikan karya tulis ini.Terima kasih banyak kepada keluarga besar Laboratorium Ruminansia Besar dan keluarga besar Sekretariat LPPM IPB-Papua serta keluarga besar IPTP 45. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayahanda Sugih Gumilar dan Ibunda Eli Marliani dan kedua adik tercinta, Nur Septiani G. dan M. Taufik Akbar, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2013
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2 Waktu dan Lokasi Penelitian 2
Bahan 2
Alat 2
Prosedur 3
Analisis Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5 Karakteristik Karkas 5
Bobot Potong 5
Bobot Tubuh Kosong 6
Bobot Karkas 6
Persentasi Karkas 6
Tebal Lemak 7
Luas Udamaru 7
Karkas Kiri Dingin 7
Komposisi Jaringan Karkas 7
Distribusi Jaringan Karkas pada Potongan Komersial 8
Distribusi Daging pada Pontongan Komersial 9
Distribusi Lemak pada Potongan Komersial 10
Distribusi Tulang pada Potongan Komersial 10
SIMPULAN DAN SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA 11
DAFTAR TABEL
1 Komposisi bahan ransum Indigofera sp 2 2 Karakteristik karkas domba garut dan ekor tipis umur enam bulan
dengan ransum penggemukkan mengandung Indigofera sp. 5 3 Komposisi jaringan pada potongan karkas sebelah kiri domba garut
dan Ekor tipis umur enam bulan dengan ransum penggemukan
mengandung Indigoferas 7
4 Distribusi komponen jaringan karkas pada potongan komersial karkas Sebelah kiri domba garut dan ekor tipis umur enam bulan dengan
ransum mengandung Indigofera sp. 8
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Domba sebagai ternak pedaging sangat perlu untuk ditingkatkatkan kualitasnya sehingga menghasilkan produk karkas berkualitas juga. perbaikankualitas domba dapat dilakukan dengan cara seleksi, pemberian pakan tambahan dan tatalaksana pemeliharaan ternak. Penggemukan domba secara feedlot dengan pakan komplit dapat menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi, cepat, dan efisien. Purbowati et al. (2007) melaporkan, bahwa penggemukan domba dengan pakan komplit bentuk pelet dapat menghasilkan pertambahan bobot badan hingga 150 – 165 g/hari dan konversi pakan yang baik yaitu 5 – 6.5. Domba dengan kecepatan pertumbuhan yang tinggi diharapkan dapat menghasilkan bobot potong yang tinggi sehingga karkas yang dihasilkannya pun semakin tinggi, namun dikhawatirkan memiliki perlemakan yang tinggi pula.
Anggorodi (1990), menjelaskan bahwa domba jantan muda memiliki potensi untuk tumbuh lebih cepat daripada betina muda, pertambahan bobot badan lebih cepat, konsumsi pakan lebih banyak dan penggunaan pakan yang lebih efisien untuk pertumbuhan badan. Domba lokal pada umur muda dengan pemberian pakan legum mempunyai komposisi karkas hingga 38.8% (Wiryawan
et al 2009). Hal tersebut menunjukkan bahwa domba ekor tipis mempunyai
potensi untuk ditingkatkan kualitas karkasnya. Daging domba muda memiliki beberapa keunggulan yaitu daging lebih empuk, rendah lemak, juiciness, dan bau prengus rendah.
Domba ekor tipis dan domba garut sangat berpotensi untuk ditingkatkan kualitas karkasnya. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas karkas dari domba Ekor tipis dan domba garut umur 6 bulan berdasarkan peningkatan kualitas pakan menggunakan ransum penggemukan berbasis Indigofera sp.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari komposisi dan distribusi jaringan karkas dalam potongan-potongan komersial pada domba Garut dan domba Ekor tipis umur 6 bulan menggunakan ransum penggemukan berbasis
Indigofera sp.
Ruang Lingkup Penelitian
2
METODE
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kandang Percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil. Pemotongan ternakdilakukan di Kandang Percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Besar, dan untuk pengujian kualitas karkas dilakukan di Laboratorium Ternak Ruminansia Besar, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan (Mei - September 2011).
Alat
Fasilitas yang digunakan adalah kandang, ruang pendingin dan ruang diseksi. Kandang yang digunakan adalah kandang individu di Kandang Percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil,dengan ukuran 1.5 x 0.75 m. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Peralatan yang meliputibak pakan yang terbuat dari kayu, ember, timbangan, lampu, higrometer, termometer digital, tirai kandang, spoid, alat desinfektan, plastik pakan,pisau,gergaji karkas, penggantung karkas domba, dan kamera digital.
Bahan
Dalam penelitian ini digunakan 8 ekor ternak domba jantan yang berumur 3 bulan yang terbagidari 4 ekor domba garut dan 4 ekor domba ekor tipis. Ternak domba tesebut berasal dari peternakan rakyat. Ternak dipelihara selama 3 bulan didalam kandang individu.
Pakan hijauan dan konsentrat diberikan dalam bentuk pelet dengan komposisi 30% hijauan dan 70% konsentrat. Hijauan yang digunakan adalah
Indigofera sp, sedangkan konsentrat yang diberikan terdiri atas onggok, jagung ,
bungkil kelapa, dan bungkil kedelai. CaCO3, molases, dan NaCl juga digunakan
dalam pembuatan pelet. Kadar zat makanan dalam pakan disesuaikan dengan kebutuhan domba selama masa pertumbuhan (NRC 2007). Komposisi nutrisi dan bahan ransum penelitian dapat dilihat pada Tabel 1
(a) Indigofera sp. kering (b) Pelet Indigofera sp.
3
Tabel 1 Komposisi bahan ransum Indigofera sp.
Bahan Pakan Ransum Indigofera sp. (%)
Keterangan: Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan (2011). Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penanggulangan penyakit ekstoparasit maupun endoparasit yang kemungkinan dapat terjadi pada saat masa pemeliharaan dilakukan dengan caramenyediakan obat-obatan ternak seperti antibiotik, obat cacing, obat suntik intermectin, obat mata, obat diare, obat herbal ekstrak daun jambu dan anti bloat.
Prosedur
Percobaan dilaksanakan dalam beberapa tahap, yaitu pemeliharaan, pemotongan, dan penguraian karkas.Pemeliharaan ternak dilakukan selama tiga bulan dengan pemberian ransum yang telah dijadikan pelet.Pakan dan air minum diberikan secara ad libitum. Pelet diberikan sebanyak 1kg/ekor/hari pada pagi hari, apabila pelet tersebut telah habis maka ditambahkan pelet pada siang atau sore hari sebanyak 0.5-1 kg/ekor/hari dan air minum diberikan dengan awal pemberian air di pagi hari sebanyak 2 liter/ekor/hari.Pada hari berikutnya sisa pakan ditimbang untuk mengetahui konsumsi pakan harian.
Setelah masa penggemukan selama tiga bulan, dilakukan pemotongan terhadap domba muda. Domba yang dipotong dipuasakan terlebih dahulu selama 12 jam untuk mengurangi jumlah digesta dalam saluran pencernaan. Sebelum dilakukan pemotongan, domba ditimbang untuk mengetahui bobot potong, kemudian domba tersebut disembelih secara halal dengan memotong bagian leher dekat tulang rahang bawah, sehingga semua pembuluh darah, oesophagus dan
4
pemisahan kepala, kaki, dan jeroan, sehingga diperoleh karkas segar yang kemudian dilayukan selama 12 jam.
Karkas yang telah dilayukan kemudian di urai menjadi potongan-potongan komersial. Bagian karkas sebelah kiri diurai menjadi tujuh potongan komersial yaitu paha belakang (leg), pinggang (loin), rusuk dada (rack), bahu (shoulder), perut dada (breast), shank dan lipatan paha (flank). Setelah didapatkan potongan komersial, masing-masing bagian ditimbang lalu dipisahkan komponen karkasnya (otot, lemak,tulang).
Gambar 2 Potongan Komersial Karkas Domba Sumber :Romans et al. (1994).
Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan pada penelitian ini yaitu perbedaan bangsa domba umur 6 bulan yaitu domba Garut dan domba Ekor tipis yang berasal dari peternakan rakyat terhadap komposisi jaringan karkas berdasarkan pemberian ransum penggemukan berbasis
Indigoferasp. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat ulangan
sehingga terdapat delapan unit percobaan. Gasperz (1922) menjelaskan Bahwa model matematikanya adalah :
Yij = µ + Pi + Xij + εij dengan :
Yij = Produktifitas karkas domba umur enam bulan berdasarkan perbedaanbangsa ke-i dan ulangan ke-j
µ = Nilai rata-rata komposisi jaringan karkas domba umur enam bulan Pi = Pengaruh perbedaan bangsa ke-i (garut dan ekor tipis)
Xij = Pengukuran kovarian yang dihasilkan bangsa ke-i pada ulangan ke-j yang berkaitan dengan Yij
εij = Pengaruh galat percobaan pada taraf perbedaan bangsa ke-i pada ulangan ke-j
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Karkas
Karkas adalah bagian terpenting dari ternak potong, karena produksi daging dan nilai ekonomis ternak sangat ditentukan oleh produksi dan komposisi karkasnya.Karkas adalah bagian penting dari tubuh ternak setelah dibersihkan dari darah, kepala, keempat kaki bagian bawah dari sendi carpal untuk kaki depan dan sendi tarsal untuk kaki belakang, kulit, organ-organ internal seperti paru-paru tenggorokan, saluran pencernaan, saluran urin, jantung, limpa, hati, dan jaringan-jaringan lemak yang melekat pada bagian-bagian tersebut (Lawrie 2003). Menurut Berg dan Butterfield (1976) persentase karkas dipengaruhi oleh bobot ternak, bangsa, proporsi bagian-bagian non karkas, ransum, umur, dan jenis kelamin.
Karkas domba adalah bagian dari tubuh domba atau kambing yang disembelih secara halal sesuai dengan CAC/GL 24-1997, telah dikuliti, dikeluarkan isi perutnya, dipisahkan kepala dan kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi, ambing, ekor, dan lemak yang berlebih (Badan Standarisasi Nasional 2008).Respon yang dihasilkan untuk karakteristik karkas dari penggemukan domba Garut dan Ekor tipis umur enam bulan dengan ransum
Indigofera sp. dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Karakteristik karkas domba garutdan ekor tipisumur enam bulan dengan ransum penggemukkan mengandung Indigofera sp.*
Variabel perbedaan yang nyata (P<0.05).Data dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot awal pada 9.55 kg
Bobot Potong
6
kg, sedangkan domba ekor tipis memiliki bobot potong sebesar 17.91 kg. Rataan bobot potong yang diperoleh adalah 19.47 kg. Bobot potong didapat setelah domba dipuasakan selama 12 jam sebelum dilakukan proses pemotongan ternak. Pemberian ransum berkualitas tinggi dalam jumlah yang cukup akan meningkatkan pertambahan bobot hidup sehingga menghasilkan bobot potong yang tinggi, sehingga bobot karkas yang dihasilkan juga tinggi (Lestari et al
2005).
Bobot Tubuh Kosong
Bobot tubuh kosong didapatkan dari bobot potong yang telah dikurangi dengan bobot isi saluran pencernaan, isi kandung kemih, dan isi empedu. Hasil yang tidak berpengaruh nyata diitunjukan analisis peragam dari pengaruh perbedaan bangsa terhadap bobot tubuh kosong domba ekor tipis dan domba garut.Hal ini sesuai dengan pernyataan Meiaro (2008) yang menyatakan bahwa bobot potong pada domba lokal memiliki korelasi positif dengan bobot tubuh kosong, bobot potong yang semakin tinggi, maka bobot tubuh kosong juga akan semakin tinggi. Domba garut memiliki bobot tubuh kosong 18.71 kg dan ekor tipis 15.41 kg.
Bobot Karkas
Bobot karkas dapat dibagi menjadi dua yaitu berdasarkan karkas panas dan karkas dingin. Penelitian Carrasco et al. (2009) menunjukkan bobot karkas panas lebih tinggi dibandingkan bobot karkas dingin. Hasil Analisis peragam menunjukan bahwa pemberian pakan yang mengandung Indigofera sp terhadap kedua bangsa domba tidak menujukan hasil yang berbeda nyata (P>0.05) terhadap bobot karkas, baik itu bobot karkas panas maupun bobot karkas dingin.
Rataan yang didapat dari bobot karkas panas pada penelitian ini adalah 9.21 kg dan bobot karkas dinginnya adalah 8.85 kg.Bobot karkas dingin lebih rendah dibandingkan bobot karkas panas dikarenakan karkas mengalami penyusutan selama proses pendinginan di dalam cooler selama 12 jam.
Persentase Karkas
Hasil analisis peragam untuk persentase karkas dari kedua bangsa domba yang diberi pakan berbasis indigofera sp. menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata (P>0.05).Hal ini menunjukkan bahwa dua bangsa domba yang diberi ransum berbasis indigofera sp. tidak mempengaruhi persentase karkas yang dihasilkan, sama halnya dengan bobot potong dan bobot karkas.
Persentase karkas terhadap bobot potong pada domba garut adalah sebesar 47.38%, sedangkanpersentase karkas terhadap tubuh kosong adalah sebesar 53.24%. Untuk domba ekor tipis persentase karkas terhadap bobot potong adalah 47.16% dan persentase karkas terhadap tubuh kosong adalah 54.83%.
Tebal Lemak
7 Pada penelitian ini domba garut memiliki tebal lemak sebesar 1.79 mm dan domba Ekor tipis sebesar 0.63 mm. hal ini disebabkan domba garut berasal dari dataran tinggi, sehingga lemak subkutan yang terbentuk lebih banyak, ini berfungsi untuk menjaga suhu tubuhnya agar tetap nyaman. Tebal lemak punggung pada domba (rataan bobot badan 23 kg) yang diberikan pakan konsentrat yaitu sebesar 3.8mm (Haryanto 2000).Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar bobot badan ternak maka tebal lemak juga semakin besar.
Luas Udamaru
Luas urat daging mata rusuk (udamaru) diantara kedua bangsa domba menunjukkan hasil analisis peragam tidak berbeda nyata (P>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan bangsa domba yang diberi pakan yang mengandung Indigofera sp. tidak mempengaruhi luas udamaru. Domba garut memiliki luas udamaru sebesar 8.11cm2 dan domba ekor tipis sebesar 6.81cm2. Johnson et al. (1997) menyatakan bahwa penggunaan urat daging mata rusuk sebagai indikator perdagingan hanya terbatas pada karkas dengan bobot tinggi. Luas urat daging mata rusuk bukanlah indikator yang baik pada karkas dengan bobot yang rendah seperti domba, karena tingkat akurasinya juga rendah. Umur ternak domba yang digunakan pada penelitian ini masih relatif muda yaitu sekitar enam bulan sehingga pertumbuhannya belum optimal.
Karkas Kiri Dingin
Hasil Analisa peragam menunjukan bahwa domba garut memiliki bobot karkas kiri dingin yang nyata (P<0.05) lebih tinggi dari pada domba ekor tipis, meskipun pada bobot karkas dingin, kedua bangsa ini memiliki nilai yang tidak berbeda (P>0.05).
Karkas domba garut pada dasarnya memiliki bobot karkas dingin yang lebih tinggi dibandingkan dengan domba ekor tipis, walaupun secara statistik hasilnya tidak berbeda. Bobot setengah karkas ini dipengaruhi oleh bobot kakrkas, sehingga setelah dilakukan pembelahan karkas hasilnya menunjukan perbedaan yang nyata (P>0.05) di antara kedua bangsa domba tersebut. Domba garut memiliki bobot karkas dingin sebesar 4.77 kg, sedangkan domba ekor tipis memiliki bobot karkas dingin sebesar 4.01 kg.
Komposisi Jaringan Karkas
Komponen utama karkas adalah otot, lemak, dan tulang, Komposisi karkas seekor ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.Kedua faktor tersebut mempengaruhi laju pertumbuhan dan komposisi tubuh yg meliputi distribusi berat dan komposisi kimia komponen karkas. Umur berat hidup dan kadar laju pertumbuhan juga dapat mempengaruhi komposisi karkas. Soeparno (2005) menjelaskan bahwa proporsi otot, lemak, dan tulang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas. Bila proporsi salah satu variable lebih tinggi, maka proporsi salah satu atau kedua variable lainnya lebih rendah. Rataan bobot dan persentase komponen karkas domba garut dan domba ekor tipis yang diberi pakan
8
Tabel 3 Komposisi jaringan pada potongan karkas sebelah kiri domba garut dan ekor tipisumur enam bulan dengan ransum penggemukan mengandung
Indigofera sp.*
Keterangan* : Komposisi jaringan karkas dikoreksi berdasarkan rata – rata bobot awal pada bobot 9.55 kg.
Berdasarkan hasil analisa peragam komponen karkas menunjukan bahwa pemberian pakan berbahan indigoferasp.tidak menunjukan hasil yang berbeda nyata pada kedua bangsa domba, baik itu pada bobot daging, lemak, maupun tulang. Begitupun dengan persentase dari masing-masing komponen karkas tersebut, hasil analisa juga tidak menunjukan adanya perbedaan yang nyata. Bobot daging, lemak, dan tulang domba garut pada penelitian ini lebih besar dari pada domba ekor tipis yaitu 2.82 kg, 0.60 kg, 1.05 kg. Domba ekor tipis memiliki bobot daging, lemak, dan tulang sebesar 2.4 kg, 0.53 kg, 0.92 kg.Rataan bobot daging dan tulang pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Sumira (2010), yaitu bobot daging sebesar 1.81 kg dan bobot tulang sebesar 0.86 kg. Persentase masing –masing komponen karkas domba garut yang diperoleh pada penelitian ini adalah 62.84% untuk otot. lemak 13.53%, dan tulang 23.61%, Untuk domba ekor tipis memiliki persentase otot 62.11%, lemak 13.70%, dan tulang 24.17%. Perubahan komponen karkas sebanding dengan bertambahnya bobot karkas itu sendiri, bobot karkas yang semakin tinggi diikuti dengan pertambahan persentase lemak serta menurunnya persentase daging dan tulang. Tulang sebagai kerangka tubuh merupakan komponen yang tumbuhdan berkembang paling dini kemudian disusul oleh otot dan yang paling akhir adalah jaringan lemak(Soeparno 2005).
Distribusi Jaringan Karkas pada Potongan Komersial
Dalam pemasarannya karkas biasanya dijual dalam bentuk potongan-potongan karkas yang disebut potongan-potongan karkas komersial. Nilai komersial dari karkas pada umumnya dipengaruhi oleh ukuran, struktur, dan komposisinya, dimana sifat-sifat struktural karkas yang utama untuk kepentingan komersial tersebut meliputi bobot, proporsi jaringan-jaringan karkas, ketebalan lemak, dan penampilan luar dari jaringan tersebut serta kualitas dagingnya. Romans et al. (1994) membagi karkas menjadi potongan :leg, loin, rack,breast, shoulder,
flankdan shank. Potongan yang lebih umum dijumpai saat ini adalah
9 karkas.Distribusi jaringan karkas berdasarkan bobot pada potongan komersial dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Distribusi komponen jaringan karkas pada potongan komersial karkas sebelah kiri dombagarutdanekor tipisumur enam bulan dengan ransum mengandung Indigofera sp.*
perbedaan yang nyata (P<0.05).Data dikoreksi berdasarkan rata-rata bobot awal pada 9.55 kg
Distribusi Daging pada Pontongan Komersial
Daging merupakan salah satu komponen karkas yang memiliki nilai ekonomis dan sekaligus juga sebagai faktor penting penentu dari kualitas karkas. Letak dan bobot potongan komersial menyebabkan bobot daging pada masing-masing potongan komersial berbeda-beda. Tabel 4. menunjukan adanya perbedaan bobot daging pada domba garut dan domba ekor tipis yang diberi pakan berbasis
Indigofera sp.. Bobot daging pada bagian breast dan shank pada domba garut
10
(P>0.05), meskipun berat daging pada potongan komersial domba garut lebih besar dari pada domba ekor tipis. Rataan bobot daging paling tinggi pada potongan komersial kedua jenis domba ini terdapat pada bagian legyaitu 1005.25 gram, sedangkan rataan bobot terkecil terdapat pada bagian flank yaitu 62.87 gram. Hal ini disebabkan karena pada bagian leg didominasi oleh otot yang berukuran besar dan leg hanya memiliki komponen otot yang lebih sedikit.
Distribusi Lemak pada Potongan Komersial
Pemberian pakan berbahan indigofera kepada kedua jenis domba tidak berpengaruh (P>0.05) terhadap distribusi lemak pada potongan komersial karkas domba garut maupun domba ekor tipis. Domba ekor tipis memiliki bobot lemak yang lebih berat pada bagian shoulder dan breast dibandingkan dengan domba Garut.Perbedaan deposisi lemak pada shoulderdanbreast diantara kedua bangsa dapat dikarenakan pada bagian-bagian tersebut, domba ekor tipis lebih sedikit mengalami pergerakan dibandingkan dengan domba garut sehingga lebih banyak terjadi penimbunan lemak. Diketahui bahwa domba ekor tipis mengalami dewasa tubuh yang lebih cepat dibandingkan domba garut sehingga pada berat yang sama, domba Ekor tipis secara fisiologis lebih tua dari domba garut dan telah mengalami pertumbuhan yang lebih optimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Saparto (1981) bahwa pada domba jantan otot shoulder, leg, loin, dan breast mengalami masak dini sehingga pertumbuhan lebih cepat dibandingkan potongan bagian tubuh lainnya. Rataan bobot lemak yang paling tinggi dari kedua bangsa domba tersebut terdapat pada bagian shoulder yaitu 165.87 gram dan paling rendah terdapat pada bagian shank sebesar 15.37 gram.Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sumira (2010) dimana bobot lemak tertinggi berasal dari bagian
shoulder sebesar 84.82 gram dan terendah berasal dari bagian shank sebesar 12.05
gram. Soeparno (2005) menjelaskan bahwa yang menyebabkan lemak tubuh bervariasi adalah adanya perbedaan pertumbuhan, perkembangan tubuh yang tergantung pada bangsa, umur, jenis kelamin, dan latar belakang makanannya. Distribusi Tulang pada Potongan Komersial
11 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Domba garut dan domba ekor tipis yang diberi pakan berbasis indigofera
sp.Memiliki perbedaan yang nyata dalam karakteristik karkas pada nilai tebal lemak punggung. Domba garut memiliki nilai tebal lemak punggung yang lebih tinggi dari domba ekor tipis. Pada komposisi karkas tidak terlihat perbedaan antara domba garut dan domba ekor tipis. Pada distribusi jaringan karkas dalam potongan komersial, domba garut memiliki bobot daging yang lebih tinggi pada bagian breast dan shank dari pada domba ekor tipis.
Saran
Pakan indigofera ini kurang cocok untuk digunakan sebagai pakan utama untuk penggemukan domba muda lepas sapih, karena hasil yang ditunjukan kurang signifikan baik pada domba garut maupun domba ekor tipis. Penggemukan dengan domba garut di masyarakat lebih baik karena menghasilkan pbbh yang tinggi, mengandung komposisi daging yang tinggi dan juga rendah lemak.
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia, Jakarta (ID).
Badan Standardisasi Nasional Indonesia. 2008. Mutu Karkas dan Daging
Kambing/Domba. Standar Nasional Indonesia. 3925: 2008, Jakarta (ID).
Berg RT, Butterfield R.1976. New Concept of Cattle Growth. Sydney University Press. Sydney (AU).
Black, A. Schoknecht PA, Ralston SL, Shapses SA. 1999. Diurnal variation and age differences in the biochemical markers of bone turnover in horse. J. Anim. Sci. 77: 75-83.
Carrasco S, Ripoll G, Panea BJ, Alvarez-Rodriguez, Joy M. 2009. Carcass tissue composition in light lambs: Influence of feeding system and
predictionequations. Livest. Sci. doi:10.1016/j.livsci.2009.06.006.
Gaspersz V. 1992. Teknik Analisis Dalam Penelitian Percobaan. Volume 2. Tarsito, Bandung (ID).
Haryanto B. 2000. Penggunaan probiotik dalam pakan untuk meningkatkan kualitas karkas dan daging domba. JITV. 5 (4): 224-228.Lawrie, R. A. 2003. Ilmu Daging. Terjemahan oleh Aminuddin Parakkasi. Edisi kelima. Indonesia University Press, Jakarta (ID).
Johnson ER, Priyanto R, Taylor DG. 1997. Investigation into the accuracy of prediction of beef carcass composition using subcutaneous fat thickness and carcass wight II. Improving the accuracy of prediction. J. Meat Sci. 46 (2): 193-200.
12
Lestari CM, Dartosukarno S, Puspita I. 2005. Edible portion domba lokal jantan yang diberi pakan dedak padi dan rumput gajah. Fakultas Peternakan (karya ilmiah). Universitas Diponegoro, Semarang (ID).
Meiaro, A. 2008. Bobot potong, bobot karkas, dan non karkas domba lokal yang digemukkan dengan pemberian ransum komplit dan hijauan [skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor (ID).
National Research Council. 2007. Nutrient Requirement of Sheep. Revised Edition. National Academy Press, Washington(US).
Oberbauer AM, AM Arnold, ML Thoney. 1994. Genetically size-scaled growth and composition of Dorest and Suffolk rams. Anim. Prod. 59: 223-234. Purbowati E, Sutrisno CI, Baliarti E, Budhi SPS, Lestariana W. 2007. Pengaruh
Pakan Komplit dengan Kadar Protein dan Energi yang Berbeda pada Penggemukan Domba Lokal Jantan secara Feedlot terhadap Konversi Pakan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Bogor (ID). Hal: 394-401.
Romans JR, Costello WJ, Carlson CW, Greaser ML, Jones KW. 1994.The Meat
We Eat. 13th Ed. Interstate Publishers Inc. Danviile. Illinois (US).
Saparto. 1981. Pertumbuhan perkembangan potongan karkas domba (karya Ilmiah). Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor (ID).
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cetakan Keempat. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta (ID).
Sumira BW. 2010. Distribusi bobot potongan komersial daging pada karkas domba lokal jantan dengan rasio pemberian rumput, legum pohon, dan konsentrat yang berbeda [skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor (ID). Wiryawan KG, Astuti DA, Priyanto R, &Suharti S. 2009. Optimalisasi
13
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 12 April 1990 di Bandung. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sugih Gumilar dan Ibu Eli Marliani.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Putra Tujuh Gunung Putri pada tahun 1996. Tahun pertama sampai akhir tahun kedua dilalui penulis di SD Negeri V Gunung Putri. Tahun ketiga sampai tahun ke enam dilalui penulis di SD Negeri III Kasomalang. Pendidikan menengah pertama diselesaikan penulis pada tahun 2005 di SMP Negeri I Jalan Cagak dan dilanjutkan ke pendidikan menengah atas di SMA Negeri III Subang yang diselesaikan pada tahun 2008. Penulis diterima di Istitut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun yang sama dan terdaftar sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan.