• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Ukuran-Ukuran Bagian Tubuh Lebah Pekerja Apis dorsata (Lebah Hutan) pada Empat Lokasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Ukuran-Ukuran Bagian Tubuh Lebah Pekerja Apis dorsata (Lebah Hutan) pada Empat Lokasi"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

44

PERBANDINGAN UKURAN-UKURAN BAGIAN TUBUH LEBAH

PEKERJA

Apis dorsata

(LEBAH HUTAN)

PADA EMPAT LOKASI

SKRIPSI

RIO BERTONI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

44 RINGKASAN

RIO BERTONI. D14096013. 2013. Perbandingan Ukuran-Ukuran Bagian Tubuh Lebah Pekerja Apis Dorsata (Lebah Hutan) Pada Empat Lokasi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof.Dr.Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc Pembimbing Anggota : Dr. Jakaria, S.Pt.,M.Si

Lebah Apis dorsata adalah jenis lebah lokal Indonesia dan umumnya ditemukan di kawasan sekitar hutan, sehingga saat ini lebah A. dorsata belum dapat dibudidayakan seperti lebah ternak A. cerana. Lebah A. dorsata merupakan lebah penghasil madu yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan dengan A. florea dan A. cerana. Keterbatasan informasi mengenai lebah penghasil madu khususnya A. dorsata menjadi dasar tujuan dari penelitian ini, yaitu membandingkan ukuran-ukuran bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata yang terdapat di Luwu Utara, Tesso Nilo, Sumbawa, dan Danau Sentarum.

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran bagian-bagian tubuh lebah pekerja

A. dorsata yang berasal dari ; Kabupaten Luwu Utara Propinsi Sulawesi Selatan, Taman Nasional Tesso Nilo Propinsi Riau, Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat, dan Taman Nasional Danau Sentarum Propinsi Kalimantan Barat. Lebah pekerja A. dorsata yang digunakan adalah 400 ekor, terdiri dari 100 ekor lebah pekerja A. dorsata yang didapat bersamaan dengan waktu panen madu di masing-masing wilayah. Pengukuran dilakukan terhadap delapan variabel berdasarkan Ruttner et al. (1988), yaitu panjang proboscis (X1), panjang sayap depan

(X2), dan lebar sayap depan (X3), lebar abdomen (X4), panjang femur kaki belakang

(X5), panjang tibia kaki belakang (X6), panjang metatarsus kaki belakang (X7), dan

lebar metatarsus kaki belakang (X8), data yang diperoleh dengan menggunakan

analisis statistik deskriptif dan uji-t dua-sampel bebas untuk membandingkan variabel yang diamati antara wilayah satu dan wilayah lainnya.

Perbedaan ukuran bagian-bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata Luwu Utara, Tesso Nilo, Sumbawa dan Danau Sentarum terdapat pada panjang proboscis (X1),

panjang sayap depan (X2), lebar sayap depan (X3) dan panjang femur kaki belakang

(X5). Ukuran bagian-bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata pada panjang tibia kaki

belakang (X6) antara wilayah Tesso Nilo dan Sumbawa tidak berbeda nyata,

perbedaan tidak nyata juga terdapat pada lebar abdomen (X4) antara wilayah Luwu

Utara dan Tesso Nilo.

Ukuran bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata pada panjang metatarsus kaki belakang (X7) tidak berbeda nyata antara wilayah Luwu Utara dan Tesso Nilo, Luwu

Utara dan Sumbawa, Luwu Utara dan Danau Sentarum, serta Tesso Nilo dan Sumbawa. Ukuran lebar metatarsus kaki belakang (X8) lebah pekerja A. dorsata

antara wilayah Luwu Utara dan Danau Sentarum, serta wilayah Sumbawa dan Danau Sentarum tidak berbeda nyata.

(3)

44 ABSTRACT

Comparison In The Size Of Body Parts Of Worker Bees Apis Dorsata (Forest Bees), in Four Location

Bertoni, R., C. Sumantri and Jakaria

Apis dorsata bee is Indonesia local bee, and generaly can be found in the forest. Until now A. dorsata bee has not been cultured like A. mellifera dan A. cerana. A. dorsata, a honey producing bee, has larger body size than A. florea and A. cerana. Limited information about the producing honey bee, especially A. dorsata, in this study it is to be compare the body sizes of A. dorsata worker bees. The data used in this study the results of measuring were the size of body parts of A. dorsata worker bees, those from; North Luwu, Tesso Nilo National Park, Sumbawa, and The Lake Sentarum National Park. The number of worker bees A. dorsata used in this study were 400 samples (100 samples from each location). The eight body variables based on Ruttner et al. (1988), which the length of proboscis (X1), the length of the front

wing (X2), the width of the front wing (X3), the width of abdomen (X4), the length of

hind leg femur (X5), the length of hind leg tibia (X6), the length of hind leg

metatarsus (X7), and the width of hind leg metatarsus (X8), and those eight variables

by descriptive statistical analysis and independent 2-sample t-test. Some differences in size of the body parts of worker bees A. dorsata among those from North Luwu, Tesso Nilo, Sumbawa and The Lake Sentarum are seen in the length of proboscis

(X1), the length of the front wing (X2), the width of the front wing (X3) and the

length of hind leg femur (X5).

(4)

44

PERBANDINGAN UKURAN-UKURAN BAGIAN TUBUH LEBAH

PEKERJA

Apis dorsata

(LEBAH HUTAN)

PADA EMPAT LOKASI

RIO BERTONI

D14096013

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(5)

44 Judul : Perbandingan Ukuran-Ukuran Bagian Tubuh Lebah Pekerja Apis

dorsata (Lebah Hutan) pada Empat Lokasi Nama : Rio Bertoni

NIM : D14096013

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota,

(Prof.Dr.Ir. Cece Sumantri, M.Agr, Sc) (Dr. Jakaria, S.Pt., M.Si) NIP. 19591212 198603 1 004 NIP. 19660105 199303 1 001

Mengetahui, Ketua Departemenn

Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

(Prof.Dr.Ir. Cece Sumantri, M.Agr, Sc) NIP. 19591212 198603 1 004

(6)

44 RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 8 Juli 1978 di Bandar Lampung, Lampung. Penulis adalah anak keenam dari enam bersaudara pasangan Bapak (Alm.) Zubaidi dan Ibu Sundarsih. Penulis telah menikah dengan Kiyomi Takeuchi dan memiliki anak bernama Nagomi Amalia Putri Takeuchi. Penulis mengawali pendidikan dasar di SDN 1 Segala Mider Bandar Lampung pada tahun 1984 dan diselesaikan pada tahun 1990. Pendidikan lanjutan menengah pertama dimulai pada tahun 1990 dan diselesaikan pada tahun 1993 di SMPN 1 Kedaton Bandar Lampung, dan pendidikan lanjutan menengah atas dimulai pada tahun 1993 dan diselesaikan pada tahun 1996 di SMAN 12 Bandar Lampung.

Penulis diterima di POLITEKNIK Pertanian Universitas Lampung pada tahun 1996 sebagai mahasiswa Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan, dan lulus pada tahun 2000. Tahun 2009 Penulis melanjutkan studi pada program Alih Jenis Peternakan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan.

(7)

44 KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas

segala rahmat dan hidayah-Nya Penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam disampaikan kepada Nabi Muhammad

SAW beserta para sahabat sebagai suri tauladan hingga akhir zaman. Skripsi dengan judul Perbandingan Ukuran-Ukuran Bagian Tubuh Lebah Pekerja Apis dorsata

(Lebah Hutan) Pada Empat Lokasi merupakan tugas akhir penelitian sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan di Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Lebah hutan (A. dorsata) merupakan salah satu lebah penghasil madu alam, lebah A. dorsata pada umumnya dapat dijumpai di hutan alam, hutan industri, perkebunan skala besar, perkebunan rakyat, dan juga perkampungan di beberapa wilayah yang memiliki kondisi alam cukup baik. Ketersedian pakan yang berasal dari tanaman menjadi daya dukung keberlangsungan A. dorsata, serta dapat menjadi indikator kelestarian hutan dan perubahan iklim. Kurangnya informasi mengenai lebah A. dorsata menjadi bagian penting dalam upaya pemanfaatan dan pelestarian lebah A. Dorsata. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan perbedaan ukuran-ukuran bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata. Perbedaan ukuran-ukuran bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata dapat ditentukan berdasarkan statistik deskriptif, dan uji-t 2-contoh bebas.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang membaca dan memberikan kontribusi bagi dunia peternakan, serta masyarakat sekitar hutan dalam pemanfaatan dan pelestarian hutan. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

(8)

44

Tingkah Laku Berpindah Tempat ... 6

(9)

44

Pengukuran Variabel ... 13

Rancangan dan Analisis Data ... 16

Statistik Deskriptif ... 17

Uji t ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 19

Luwu Utara ... 19

Tesso Nilo ... 20

Sumbawa ... 20

Danau Sentarum ... 21

Diskripsi Ukuran Tubuh Lebah Pekerja A. dorsata di Empat Daerah Pengamatan ... 23 Proboscis ... 26

Sayap Depan ... 28

Perut (Abdomen) ... 30

Kaki Belakang ... 32

KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

Kesimpulan ... 35

Saran ... 35

UCAPAN TERIMA KASIH ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(10)

44 DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Data Cuaca Empat Wilayah Pengamatan……… 23 2. Deskriptif Ukuran-Ukuran Tubuh Lebah Pekerja A. dorsata

di Empat Daerah Pengamatan (mm)………... 24 3. Urutan Kelas Ukuran-Ukuran Bagian Tubuh Lebah Pekerja

A. dorsata di Empat Lokasi Pengamatan ……… 25 4. Kalender Musim Panen Madu Hutan di Luwu Utara, Sumbawa,

Tesso Nilo, dan Danau Sentarum ……… 26

5. Hasil Statistik Uji-t Panjang Proboscis (X1) Lebah Perkerja

A. dorsata……… 26

6. Statistik Uji-t Panjang Sayap Depan (X2) Lebah Perkerja

A. dorsata……….... 28

7. Hasil Statistik Uji-t Lebar Sayap Depan (X3) Lebah Perkerja

A. dorsata……… 29

8. Hasil Statistik Uji-t Lebar Abdomen (X4) Lebah Perkerja

A. dorsata……… 31

9. Hasil Statistik Uji-t Panjang Femur (X5) Lebah Perkerja

A. dorsata………... 32

10. Hasil Statistik Uji-t Panjang Tibia (X6) Lebah Perkerja

A. dorsata………. 33 11. Hasil Statistik Uji-t Panjang Metatarsus (X7) Lebah Perkerja

A. dorsata………. 34

12. Hasil Statistik Uji-t Lebar Metatarsus (X8) Lebah Perkerja

(11)

44 DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Ukuran Tiga Spesies Lebah Madu Pekerja di Wilayah Asia………. 1 2. Sarang Lebah A. dorsata……….... 5 7. Preparat Preparat Sayap Depan Lebah Pekerja A. dorsata………… 12 8. Preparat Abdomen Lebah Pekerja A. dorsata………. 12

14. Pengukuran Bagian-Bagian Tubuh Lebah Pekerja A. Dorsata…… 16 15. Lokasi Kabupaten Luwu Utara Propinsi Sulawsi Selatan…………. 19 16. Lokasi Taman Nasional Tesso Nilo di Propinsi Riau……… 20 17. Lokasi Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat... 21 18. Lokasi Taman Nasional Danau Sentarum di Propinsi Kalimantan

Barat... 22 19. Kayu Tahun (Carallia bracteata) Tanaman yang Menjadi Sumber

Nektar Lebah A. dorsata di Danau Sentarum... 28 20. Tikung (Kayu yang Menempel pada Pohon Sebagai Sarang Lebah

A. dorsata)………... 30 21. Kondisi Danau Sentarum Saat Musim Hujan dan Musim

(12)

44 DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Hasil Statistik Uji-t 2 Sampel Bebas pada Lebah Perkerja A. dorsata Luwu Utara dan Tesso Nilo ….………..

41 2. Hasil Statistik Uji-t 2 Sampel Bebas pada Lebah Perkerja A.

dorsata Luwu Utara dan Sumbawa………..

41 3. Hasil Statistik Uji-t 2 Sampel Bebas pada Lebah Perkerja A.

dorsata Luwu Utara dan Danau Sentarum………..

42 4. Hasil Statistik Uji-t 2 Sampel Bebas pada Lebah Perkerja A.

dorsata Tesso Nilo dan Sumbawa………

42 5. Hasil Statistik Uji-t 2 Sampel Bebas pada Lebah Perkerja A.

dorsata Tesso Nilo dan Danau Sentarum………..

43 6. Hasil Statistik Uji-t 2 Bampel Bebas pada Lebah Perkerja A.

dorsata Sumbawa dan Danau Sentarum………..

43 7. Formulir Isian Ukuran-Ukuran Bagian Tubuh Lebah A.

dorsata………...

(13)

44 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lebah sebagai penghasil madu telah terdokumentasi sejak jaman Mesir kuno untuk kebutuhan sehari-hari. Pemanfaatan madu saat ini semakin luas baik dalam skala rumah tangga, skala industri dan farmasi. Apis dorsata merupakan lebah hutan penghasil madu yang banyak ditemukan di kawasan sub-tropis dan tropis Asia, seperti Indonesia, Filipina, India, Nepal, Kamboja dan Vietnam (Hadisoesilo dan Kuntadi, 2007).

Apis dorsata di Indonesia pada umumnya berkembang dihutan lindung seperti di kawasan Taman Nasional, hutan tanaman industri, perkebunan rakyat, dan hutan di pesisir pantai (hutan bakau), terutama di diwilayah Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Jawa, dan Kepulauan Nusa Tenggara. Potensi ketersedian madu dari spesies lebah A. dorsata di Indonesia sangat besar, karena Indonesia memiliki wilayah daratan dan hutan yang masih cukup baik.

Produk yang dihasilkan oleh A. dorsata sangat membantu perekonomian masyarakat sekitar hutan, terutama dari madu dan lilin yang dihasilkan. Keberadaan lebah A. dorsata yang membantu dalam penyerbukan tumbuhan memberikan dampak positif terhadap kelestarian hutan di Indonesia, karena A. dorsata pada masing-masing daerah tersebut telah membentuk sub-populasi tersendiri yang berbeda satu sama lain. Hal itu terjadi sebagai akibat dari proses adaptasi A. dorsata

terhadap lingkungan tempat hidupnya.

Ketersediaan sumber pakan pada masing-masing sub-populasi berpengaruh terhadap performa ukuran bagian-bagian tubuh lebah A. dorsata. Kondisi ketergantungan A. dorsata terhadap alam yang begitu tinggi dapat menjadi kontrol dalam melihat perubahan kondisi alam dari tahun ketahun, melalui hasil produksi madu di masing-masing wilayah. Kemampuan produksi madu yang dihasilkan lebah

A. dorsata lebih besar bila dibandingkan lebah ternak seperti A. cerana terlihat dari ukuran lebah, ukuran sarang dan kemampuan produksi madu yang dihasilkan.

(14)

44

mellifera dan A. cerana, terutama di kalangan masyarakat sekitar hutan dalam partisipasi menjaga kondisi lingkungan khusus hutan sebagai habitat lebah A. dorsata

tetap terjaga dengan baik.

Upaya pemanfaatan dan pelestarian potensi lebah hutan saat ini terus dikembangkan oleh semua pihak, mulai dari proses pemanenan, pasca panen, serta menjaga keseimbangan ketersediaan pakan dengan cara menanam tumbuhan sumber pakan nektar dan serbuk sari A. dorsata. Keterlibatan masyarakat sekitar hutan melalui kearifan lokalnya, institusi pemerintah, akademisi, peneliti, serta pemerhati diharapkan mampu membantu dalam pengembangan potensi lebah hutan secara lestari dan berkelanjutan. Kurangnya informasi mengenai ukuran-ukuran bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata menjadi dasar upaya pemanfaatan dan pelestarian lebah A. dorsata di beberapa wilayah di Indonesia.

Tujuan

(15)

44 TINJAUAN PUSTAKA

Apis dorsata

Apis dorsata merupakan spesies lebah penghasil madu yang berkembang hanya di kawasan sub tropis dan tropis Asia, seperti Indonesia, Malaysia, Philipina, Vietnam, India dan beberapa negara dan pulau lainnya, tetapi tidak dapat ditemukan di luar Asia (Sihombing, 1997). Menurut Morse (1978), spesies A. dorsata untuk di wilayah Cina tidak dapat ditemukan, begitu pula di Jepang yang hanya memiliki spesies A. cerana sebagai lebah penghasil madu.

Kemampuan terbang A. dorsata di wilayah Sumatera dan Jawa berkisar 900 hingga 1.200 meter (Morse, 1978). Lebah A. dorsata memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan spesies lebah penghasil madu lainnya seperti A. florea dan A. cerana (Seeley, 1985). Ukuran spesies lebah madu pekerja di wilayah Asia disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Ukuran Tiga Spesies Lebah Madu Pekerja di Wilayah Asia

Sumber : Seeley (1985)

(16)

44

stup (kotak sarang yang dibuat oleh manusia) karena ukuran sarang lebah A dorsata

yang lebih besar dan terdiri atas satu sisiran berbeda dengan lebah budidaya A. cerana. Keganasan A. dorsata yang memiliki sengat untuk menyemburkan racun lebah, serta mengeluarkan feromon (isofenil asetat dan desenil asetat) untuk mengundang lebah pekerja lain menyerang musuh yang mengganggu keberadaan sarang (Sihombing, 1997).

Klasifikasi Apis dorsata

Julmansyah (2010) melaporkan bahwa lebah hutan diklasifikasikan ke dalam phylum Arthopoda, subphyllum Mandibulata, kelas Insecta, subkelas Pterygota, ordo Hymenoptera, sub-ordo Clistogastra, sub-famili Apoidae, famili Apidea, genus

Apis dan species Apis dorsata. Dijelaskan lebih lanjut bahwa yang dimaksud dengan lebah hutan adalah spesies A. dorsata.

Menurut Julmansyah (2010), lebah hutan di beberapa daerah di Indonesia memiliki nama lokal, seperti tawon gung dan odeng di daerah Jawa, lebah sialang di Palembang dan Riau, labah gadang di Sumatera Barat, manye/muanyi di danau Sentarum Kalimatan Barat, harinuan di Tapanuli, wanyi di Meratus Kalimantan Selatan, soema di Ueesi Sulawesi Tenggara, wani di Palopo Sulawesi Selatan; sedangkan di Inggris giant honey bee karena berukuran tubuh besar.

Faktor lingkungan (biotik dan abiotik) secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi aktivitas hidup lebah A. dorsata, terutama untuk ketersediaan pakan di alam dan perkembangan populasi (Widhiono, 1983). Suhardjono et al. (1986) melaporkan bahwa A. dorsata sebagai penyerbuk bunga berperanan lebih penting dibandingkan lebah lain, terutama untuk jenis tumbuhan yang tidak mampu melakukan penyerbukan sendiri.

Sarang Apis dorasta

(17)

44 pada setiap pohon, beberapa wilayah sarang A. dorsata dapat mencapai 100 sarang dalam satu pohon (Sihombing, 1997). Sarang lebah A. dorsata disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Sarang Lebah A. dorsata

Lebah A. dorsata dalam satu koloni memiliki pembagian tugas sesuai dengan jenis kelamin dan fungsinya, yang terdiri dari satu lebah ratu (queen), ratusan lebah jantan (drones), dan ribuan lebah pekerja (worker-bees) yang hidup berdampingan dalam satu koloni (Sihombing, 1997).

Lebah Ratu (Queen)

Lebah ratu adalah lebah betina berukuran dua kali lebih besar dan berbobot 2,8 kali lebah pekerja, yang bekerja sebagai penghasil telur hingga 2.000 butir per hari untuk menghasilkan lebah pekerja (Sihombing, 1997). Menurut Oldroyd dan Wongsiri (2006), telur lebah yang akan menggantikan lebah ratu di seleksi oleh lebah pekerja, dengan memperhatikan ukuran dan tekstur mulai dari telur, larva, hingga pupa. Telur yang memiliki potensi menjadi lebah ratu akan menggantikan ratu yang lama, sedangkan lebah ratu yang masih hidup akan bermigrasi untuk membangun koloni baru (Singh, 1962).

Lebah Jantan (Drone)

(18)

44 Lebah jantan memiliki proboscis namun tidak cocok digunakan dalam mengumpulkan nektar sebagai pakan seperti lebah pekerja. Lebah jantan memiliki suara lebih keras bila dibandingkan lebah ratu atau lebah pekerja, dan musim paceklik bunga lebah jantan mengalami tingkat kematian yang sangat tinggi, karena pakan yang tersedia lebih diutamakan untuk lebah pekerja dan anak lebah yang masih berbentuk larva (Sihombing, 1997).

Lebah Pekerja (Worker-bees)

Lebah pekerja adalah betina dengan organ reproduksi yang tidak berfungsi sempurna, tetapi memiliki organ–organ fungsional dalam melakukan tugas khususnya dalam menyediakan pakan bagi lebah ratu dan jantan. Lidah lebah pekerja relatif panjang sehingga mampu menghisap nektar dari bunga, serta memiliki kantong khusus tempat membawa air dan nektar (Sihombing, 1997).

Lebah pekerja mempunyai organ-organ yang baik untuk melakukan banyak pekerjaan di dalam atau di uar koloni, beberapa bagian tubuh lebah pekerja yang berfungsi untuk pekerjaan tersebut lidah yang relatif panjang berfungsi untuk mencari nektar sebagai sumber pakan lebah jantan dan lebah ratu serta cadangan makanan di saat musim paceklik bunga, memiliki abdomen yang berfungsi untuk menyimpan nektar untuk di bawa ke sarang, kaki belakang yang memiliki kantung untuk membawa serbuk sari atau polen, memiliki sengat yang berkembang dengan sempurna untuk melindungi sarang dari serangan musuh, bagian kepala terdapat kelenjar penghasil royal jelly (makanan khusus lebah ratu dan larva), kelenjar ludah pada bagian dada untuk mematangkan madu di dalam sarang, empat pasang kelenjar dalam abdomen untuk menghasilkan malam atau lilin (Oldroyd dan Wongsiri, 2006).

Tingkah Laku Berpindah Tempat

Koloni lebah mempunyai kebiasaan untuk meninggalkan sarang baik temporer maupun permanen, sifat berpindah dibedakan atas tiga jenis yaitu manjae

(19)

44

dorsata dan diduga bersifat mewaris. Melarikan diri (abscond) merupakan tingkah laku lebah meninggalkan sarang secara total. Hal itu terjadi karena wilayah di sekitar sarang kekurangan air, bersuhu terlalu tinggi dan serangan penyakit yang terus-menerus (Sihombing, 1997).

Anatomi Lebah Madu

Ukuran dan bentuk merupakan dasar dalam penentuan variabel pembeda bagian-bagian tubuh pada lebah A. koschevnikovi (Raffiudin, 2005). Bentuk dan ukuran seekor hewan akan mempengaruhi secara langsung bagaimana hewan tersebut berinteraksi dengan lingkungan (Campbell et al., 2004). Lebah madu memiliki struktur yang terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kepala yang meliputi mata, antena, dan mulut; bagian dada (thorax) terdiri dari tiga pasang kaki dan dua pasang sayap; bagian perut (abdomen) mempunyai 10 segmen pada bagian perut, dan terdapat sengat (sting) berfungsi untuk menyemburkan racun lebah (apitoxin) bila sarang lebah mengalami gangguan (Sihombing, 1997). Anatomi lebah pekerja disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Anatomi lebah pekerja

Sumber : Google (2013)

Proboscis

(20)

44 Sayap Depan

Sayap depan pada lebah madu mampu beradaptasi dibandingkan insekta lainnya, yang berfungsi untuk melangsungkan gerakan-gerakan manuver, terbang cepat dan membawa beban berat. Sayap depan terdapat satu lipatan yang sesuai dengan satu kait sayap belakang sehingga pada saat terbang sayap depan dan belakang bersatu. Seekor lebah pekerja mampu membawa terbang lebah jantan yang memiliki bobot lebih berat dari lebah pekerja itu sendiri (Sihombing, 1997). Frost (1959) menyatakan lebah madu memiliki membran sayap modifikasi yang dapat berkembang menjadi tekstur yang bervariasi.

Perut (Abdomen)

Lebah ratu dan lebah pekerja merupakan lebah betina yang memiliki enam segmen yang dapat terlihat dengan jelas, sedangkan tiga segmen lainnya mengalami degenerasi dan perubahan bentuk sehingga tidak dapat dibedakan. Lebah jantan memiliki tujuh segmen yang dapat terlihat jelas. Setiap segmen terdiri dari dua lembaran atas yang disebut ternum dengan ukuran lebih besar dibandingkan dengan lembaran bawah yang disebut sternum. Setiap pemanjangan sternum menutupi dua ruangan bentuk oval yang didalamnya terdapat kelenjar-kelenjar malam (wax glands). Bagian atas sternum segmen terakhir ditutupi ujung segmen sebelumnya yang terdapat kelenjar bau (scent gland), kelenjar bau ini mensekresikan senyawa kimia seperti asam geraniol, sital, nerolat, geranik dan senyawa lain yang masih dapat di identifikasi (Sihombing, 1997).

Kaki

Lebah madu memiliki tiga pasang kaki, yaitu kaki depan, tengah dan belakang. Masing-masing kaki terdiri dari enam bagian atau segmen yang setiap antara segmen dihubungkan oleh penghubung flexible. Segmen pertama menempel pada dada yakni coxae, diikuti berturut-turut oleh trochanter, femur, tibia, tarsus

dan pretarsus (Sihombing, 1997). Winston (1987) menyatakan bahwa femur, tibia

(21)

44 MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Pengambilan sampel dilakukan di Luwu Utara, Sulawesi Selatan; Taman Nasional Tesso Nilo, Riau; Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dan Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan Barat. Pengukuran ukuran-ukuran bagian tubuh lebah pekerja A.dorsata dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai Oktober 2012, sedangkan pengolahan data dilakukan pada bulan November 2012.

Materi

Pengumpulan sampel A. dorsata pekerja berasal dari empat wilayah yang berbeda yaitu: Kabupaten Luwu Utara (Sulawesi Selatan), Taman Nasional Tesso Nilo (Riau), Kabupaten Sumbawa (Nusa Tenggara Barat), Taman Nasional Danau Sentarum (Kalimantan Barat) sebanyak 400 ekor (masing-masing daerah pengamatan 100 ekor). Pengambilan sampel dibantu oleh pemanen madu hutan yang berasal dari masyarakat di sekitar lokasi pengamatan.

Alat yang digunakan meliputi jangka sorong digital, pinset, gunting, gliserin, sonde, gelas objek, gelas penutup, jarum pentul, isolasi, tisu, alat tulis, botol tempat sampel dan kamera digital. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak statistika MINITAB® Release 14.12.0.

Prosedur

Pengumpulan Sampel

Sampel dikumpulkan pada saat proses pemanenan berlangsung. Proses pemanenan dilakukan dengan cara pengasapan untuk mengusir sementara A. dorsata

dari sarangnya. Asap dihasilkan dari rangkaian ranting kering yang disulut api sehingga membentuk obor. Pemanen membawa obor dan memanjat pohon tempat ditemukan sarang. Asap yang dihasilkan ditujukan ke arah sarang yang dilakukan sesuai dengan tiupan angin.

(22)

44

dorsata yang mati karena asap dan terendam cairan madu dalam ember, dipisahkan dan dipilih yang masih utuh sebanyak 100 lebah. Sampel dari setiap lokasi dimasukkan ke botol yang telah diisi dengan alkohol 70%. Botol yang telah berisi sampel A. dorsata dibawa ke laboratorium untuk diukur. Lebah pekerja A. dorsata

yang telah terkumpul dari masing masing wilayah disajikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Lebah Pekerja A. dorsata yang Telah Terkumpul dari Empat Wilayah Persiapan Preparat

Metode pengukuran variabel linear permukaan tubuh A. dorsata pekerja dilakukan berdasarkan Raffiudin et al. (2005) dan Mandasari, (2011) yang dibuat berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh Ruttner (1988). Pembuatan preparat dilakukan sebelum pengukuran.

Sampel lebah A. dorsata dari masing- masing wilayah dipisahkan, setelah itu dilakukan pelepasan bagian-bagian tubuh dan diletakkan pada setiap gelas obyek dengan menggunakan alat bantu pinset dan gunting. Bagian proboscis, sayap depan,

(23)

44 Gambar 5. Proses Pembuatan Preparat Bagian Tubuh Lebah Pekerja A. dorsata

Preparat Proboscis

Proboscis di ambil dengan menggunakan alat bantu pinset dari bagian mulut lebah A. dorsata. Proboscis yang telah terpisah satu-persatu dicelupkan ke dalam gliserin kemudian diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup. Bagian tepi gelas penutup direkat dengan menggunakan selotip. Masing-masing gelas objek terdiri atas enam proboscis dari enam sampel (Raffiudin et al., 2005). Preparat proboscis disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6. Preparat Proboscis Lebah Pekerja A. dorsata

Preparat Sayap Depan

(24)

44 penutup, bagian tepi gelas penutup direkat dengan menggunakan selotip (Raffiudin et al., 2005). Preparat sayap depan lebah pekerja A. dorsata disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Preparat Sayap Depan Lebah Pekerja A. dorsata

Preparat Perut (Abdomen)

Pembuatan preparat abdomen digunakan untuk mengukur lebar abdomen

lebah pekerja A. dorsata, dengan cara memisahkan bagian abdomen dan thorax

dengan menggunakan pinset. Abdomen yang telah tepisah ditusuk menggunakan jarum kemudian dimasukkan ke cawan yang berisi gliserin dan diletakkan pada gelas objek (Mandasari, 2011). Preparat abdomen lebah pekerja A. dorsata disajikan pada Gambar 8.

(25)

44 Preparat Kaki Belakang

Kaki belakang dicelupkan ke dalam gliserin kemudian diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan gelas penutup. Bagian tepi gelas penutup direkatkan dengan menggunakan selotip. Masing-masing gelas objek terdiri atas enam kaki belakang dari enam sampel (Raffiudin et al., 2005). Preparat kaki belakang A. dorsata disajikan pada Gambar 9.

Gambar 9. Preparat Kaki Belakang Lebah Pekerja A. dorsata

Pengukuran Variabel

Pengukuran dilakukan setelah preparat masing-masing bagian tubuh lebah A. dorsata setiap wilayah telah siap sesuai dengan jumlah yang akan digunakan yaitu 100 sampel. Variabel yang akan diukur meliputi panjang proboscis (X1), panjang

sayap depan (X2), dan lebar sayap depan (X3), lebar abdomen (X4), panjang femur

kaki belakang (X5), panjang tibia kaki belakang (X6), panjang metatarsus kaki

belakang (X7), lebar metatarsus kaki belakang (X8). Uraian berikut ini menyajikan

metode dan gambar pengukuran variabel ukuran-ukuran linear permukaan tubuh A. dorsata yang akan dilakukan.

Panjang Proboscis (X1). Panjang proboscis lebah pekerja A. dorsata yang

(26)

44 Gambar 10. Skema Panjang Proboscis Lebah Pekerja A. dorsata

Sumber : Ruttner et al. (1988)

Pengukuran panjang sayap depan (X2) dan lebar sayap depan (X3) lebah

pekerja A. dorsata seperti pada Gambar 11.

Gambar 11. Skema Panjang dan lebar Sayap Depan Lebah Pekerja A. dorsata

(27)

44 Perut (abdomen) merupakan tempat menyimpan nektar yang disebut kantung madu diukur melebar dari abdomen sebelah kiri ke sebelah kanan. Skema pengukuran lebar abdomen lebah pekerja A. dorsata disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12. Skema Lebar Abdomen Lebah Pekerja A. dorsata

Sumber : Ruttner et al. (1988)

Gambar 13. Skema Panjang Femur, Tibia, Metatarsus dan Lebar Metatarsus Kaki Belakang Lebah Pekerja A. dorsata

(28)

44 Pengukuran keempat variabel tersebut akan dilakukan berdasarkan bagian-bagian yang terdapat pada kaki belakang lebah pekerja A. dorsata yaitu panjang

femur kaki belakang (X5), panjang tibia kaki belakang (X6), panjang metatarsus kaki

belakang (X7), lebar metatarsus kaki belakang (X8).Kaki belakang berfungsi sebagai

kantong pollen yang didapat dari serbuk sari tanaman saat lebah menghisap nektar, yang menempel pada bulu kaki belakang lebah. Gambar 13 menyajikan illustrasi skema kaki belakang A.dorsata pekerja yang akan diukur.

Pengukuran bagian-bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata dalam penelitian ini menggunakan jangka sorong digital dalam satuan milimeter (mm), untuk mendapatkan nilai pengukuran yang cukup baik dua angka di belakang koma dimasukkan, dan setiap pengukuran dilakukan penetralan (kalibrasi) jangka sorong digital dalam kondisi normal (angka kosong). Pengukuran bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14. Pengukuran Bagian-Bagian Tubuh Lebah Pekerja A. dorsata

Rancangan dan Analisis Data

Statistik deskriptif merupakan metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna, data deskriptif yang akan didapat adalah rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman (Walpole, 1993). Ukuran bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata

(29)

t-44 test) untuk membandingkan variabel antara wilayah satu yang diamati dengan wilayah lainnya memiliki kesamaan atau perbedaan.

Statistik Deskriptif

Menurut Walpole (1993) statistik deskriptif merupakan metode-metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna. Metode yang digunakan adalah rataan, simpangan baku dan koefisien keragaman dengan rumus sebagai berikut:

Rumus rataan

:

=

Keterangan :

N

= rataan data contoh = data contoh

= banyak data contoh Rumus simpangan baku :

SB =

-Keterangan :

SB = simpangan Baku X1 = data contoh

= rataan data contoh n = banyaknya data contoh

Rumus koefisien keragaman: KK =

x

100% Keterangan:

KK = koefisien keragaman SB = simpangan baku

(30)

44 Uji t

Ukuran-ukuran bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata dari keempat wilayah pengamatan selanjutnya diuji dengan menggunaka uji t dengan menggunakan rumus Walpole (1993).

Keterangan :

t = uji banding variabel yang diamati pada lebah pekerja A. dorsata wilayah ke satu dengan lebah pekerja A. dorsata wilayah ke dua

(31)

44 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Luwu Utara

Luwu Utara adalah salah satu Daerah Tingkat II di Propinsi Sulawesi Selatan, ibu kota kabupaten ini terletak di Masamba. Luwu Utara terletak pada koordinat 2°30'45"–2°37'30"LS dan 119°41'15"–121°43'11" BT. Secara geografis kabupaten ini di bagian utara berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Tengah, di sebelah timur Kabupaten Luwu Timur, di sebelah selatan Kabupaten Luwu dan di sebelah barat Kabupaten Mamuju. Secara umum Kabupaten Luwu Utara beriklim tropis basah, hal ini berdasarkan data curah hujan yang dicatat di Stasiun Baliase dan Stasiun Sukamaju dengan curah hujan berkisar antara 2000 – 4000 mm pertahun suhu udara rata-rata berkisar antara 30,6 – 31,6 oC pada musim kemarau dan antara 25 – 28 oC pada musim penghujan (Dinas Kabupaten Luwu Utara, 2012). Peta lokasi wilayah Luwu Utara disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15. Lokasi Kabupaten Luwu Utara Propinsi Sulawsi Selatan

Sumber : Google Map (2012)

Luwu Utara merupakan salah satu wilayah penghasil madu hutan di Propinsi Sulawesi Selatan. Lebah hutan (Apis dorsata) merupakan salah satu penghasil madu dengan produksi yang masih terbatas, serta belum dapat dibudidayakan seperti lebah

Apis cerana dan Trigona sp. yang saat ini banyak dikembangkan masyarakat di Luwu Utara (Mahmud, 2008).

(32)

44 Tesso Nilo

Tesso Nilo merupakan daerah bekas hak pengusahaan hutan (HPH) seluas 188.000 ha yang terletak di Kabupaten Kuansing (Kuantan Singingi), Propinsi Riau 0o 0'5,1" - 0o 14' 56" LS, dan 101o 31' 14,6" – 101o 52' 1,9" BT. Daerah ini berbatasan di barat Suaka Marga Satwa Kerumutan, timur Cagar Alam Bukit Rimbang, sebelah utara Taman Nasional Bukit Tiga Puluh dan Taman Nasional Kerinci Seblat, serta berdekatan dengan dua kabupaten yaitu Kabupaten Kampar dan Kabupaten Palalawan (Suyanto et al., 2009). Peta lokasi wilayah Tesso Nilo disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16. Lokasi Taman Nasional Tesso Nilo di Propinsi Riau

Sumber : Google Map (2012)

Kawasan Hutan Tesso Nilo di Propinsi Riau merupakan salah satu lokasi penghasil madu hutan terbesar di wilayah Sumatera, sekitar 400 hingga 500 pohon sialang (pohon tempat menempelnya koloni lebah A. dorsata). Pada tahun 2009-2010 kemampuan potensi madu dari pohon sialang bisa mencapai 73 ton/tahun dan merupakan salah satu alternatif dalam peningkatan ekonomi masyarakat sekitar hutan Tesso Nilo (Hermanto et al., 2011).

Sumbawa

Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu kabupaten yang berada di Propinsi Nusa Tenggara Barat terletak pada sentral Pulau Sumbawa, yakni pada

(33)

44 posisi 8°8' – 9°7' LS dan 116°42' – 118°22' BT, dengan luas wilayah 6.643,98 km2. Di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa Barat, sebelah timur dengan Kabupaten Dompu, sebelah utara dengan Laut Flores, dan sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia (Dinas Kabupaten Sumbawa, 2012).

Wilayah Kabupaten Sumbawa memiliki topografi berbukit-bukit dengan ketingian 0 sampai 1.730 meter dari permukaan laut, sebanyak 41,81% berada pada ketinggian 100 – 500 m dpl, sedangkan kota-kota kecamatan berada pada ketinggian 10 – 650 m dpl. Rata-rata curah hujan di daerah daratan rendah berkisar 1300 mm, dan didaerah pegunungan berkisar 2500 mm, dengan suhu rata-rata 22 oC – 32 oC, kelembaban udara rata-rata 85%, dan penyinaran matahari 60% (Julmansyah, 2008). Peta lokasi wilayah Sumbawa disajikan pada Gambar 17.

Gambar 17. Lokasi Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat

Sumber : Google Map (2012)

Danau Sentarum

Taman Nasional Danau Sentarum berada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu Propinsi Kalimantan Barat. Letaknya kira-kira 700 km dari Pontianak. Secara administrasi kawasan ini meliputi 7 (tujuh) Kecamatan yaitu Kecamatan Batang Lupar, Badau, Embau, Bunut Hilir, Suhaid, Selimbau dan Kecamatan Semitau. Secara Geografis kawasan Taman Nasional terletak di antara 00º45´ – 01º02´ LU dan 111º55´ – 112º26´ BT atau berjarak sekitar 100 km di sebelah Utara garis Equator.

(34)

44 Topografi Danau Sentarum umumnya berbentuk cekungan datar atau lebak lebung yang merupakan daerah hamparan banjir yang dikelilingi oleh jajaran pegunungan, yaitu Pegunungan Lanjak di sebelah Utara, Pegunungan Muller di Timur, Dataran Tinggi Madi di Selatan dan Pegunungan Kelingkang di sebelah Barat (Gunadi et al.

2009). Peta lokasi wilayah Danau Sentarum disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18. Lokasi Taman Nasional Danau Sentarum di Propinsi Kalimantan Barat

Sumber : Google Map (2012)

Tingginya curah hujan sangat mempengaruhi kondisi kawasan Taman Nasional Danau Sentarum. Letak dan kondisinya yang berada di tengah-tengah jajaran pegunungan menjadikan kawasan ini sebagai daerah tangkapan air. Pada musim penghujan danau-danau di kawasan Danau Sentarum ini akan tergenang air, akibat adanya aliran air yang berasal dari bukit-bukit di sekitarnya dan dari luapan Sungai Kapuas yang masuk ke kawasan.

Kawasan yang sebagian besar merupakan dataran rendah, sekitar 9 –10 bulan dalam setahun kondisi danau yang berupa cekungan akan terendam dengan kedalaman antara 6 – 14 m, pada musim kemarau panjang sebagian besar danau akan mengalami kekeringan terutama bagian alur sungai, hanya danau permanen yang masih terisi air. Danau Sentarum merupakan sumber kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dan aktivitas masyarakat sehari-hari (Gunadi et al. 2009). Data cuaca empat wilayah pengamatan disajikan pada Tabel 1.

(35)

44 Tabel 1. Data Cuaca Empat Wilayah Pengamatan

Keterangan Wilayah

Luwu Utara Tesso Nilo Sumbawa Danau Sentarum

(mm/tahun) 2.000-4.000 2.000-3.000 1.300-2.500 1.200-1.500

Suhu (oC) 23-25 23-35 23-32 23-33

Kelembaban (%) 56-86 50-97 61-97 58-97

Kecepatan Angin

(km/jam) 25 16 25 20

Sumber : Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG, 2012)

Diskripsi Ukuran Tubuh Lebah Pekerja A. dorsata di Empat Daerah Pengamatan

Nilai rataan, simpangan baku, koefisien keragaman dari hasil pengukuran kedelapan variabel yaitu panjang proboscis (X1), panjang sayap depan (X2), lebar

sayap depan (X3), lebar abdomen (X4), panjang femur kaki belakang (X5), panjang

tibia kaki belakang (X6), panjang metatarsus kaki belakang (X7), dan lebar

metatarsus kaki belakang (X8), lebah pekerja A. dorsata dari keempat wilayah

disajikan pada Tabel 2.

Hasil pengamatan yang dilakukan (Martin, 1972) faktor yang mempengaruhi keseragaman dan produksi lebah antara lain; ketersediaan jenis tumbuhan penghasil nektar yang menjadi sumber pakan lebah untuk menghasilkan madu, keseimbangan kondisi lingkungan untuk perkembangan dan pertumbuhan lebah serta tinggi dan rendanya populasi koloni dalam satu wilayah saat persediaan nektar sedang tinggi, serta dipengaruhi oleh kemampuan fisik, sifat dan tingkah laku lebah A. dorsata

dalam koloni (Sulthoni, 1986).

(36)

44 vegetasi savana dan hutan bakau (mangrove) salah satunya lebah A. dorsata (Tantra dan Suwanda, 1977).

Keterangan : Angka dalam persen menunjukkan koefisien keragaman dan n = jumlah sampel

Keseragaman ukuran lebah pekerja A. dorsata dari masing-masing wilayah terjadi karena pengaruh seleksi alam, hal tersebut dapat dilihat dari urutan kelas berdasarkan ukuran-ukuran linear permukaan tubuh lebah pekerja A. dorsata di empat lokasi pengamatan.

Ukuran lebah pekerja A. dorsata yang berasal dari Sumbawa dan Luwu Utara memiliki ukuran linear permukaan tubuh lebih terseleksi bila dibandingkan lebah pekerja A. dorsata dari wilayah Tesso Nilo dan Danau Sentarum. Panjang

proboscis, panjang sayap depan, panjang femur, panjang tibia, lebar metatarsus

lebah pekerja A. dorsata Sumbawa lebih terseleksi bila dibandingkan lebah pekerja

A. dorsata dari wilayah Luwu Utara, Tesso Nilo dan Danau Sentarum. Lebah pekerja A. dorsata Luwu Utara lebih terseleksi pada bagian lebar sayap depan, lebar

(37)

44 wilayah Tesso Nilo, Sumbawa dan Danau Sentarum. Urutan kelas ukuran-ukuran bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata di empat lokasi pengamatan disajikan pada Sumbawa dikarenakan ketersedian sumber pakan yang berada hutan masih sangat baik, dan keanekaragaman tumbuhan sebagai sumber pakan yang masih cukup untuk populasi lebah A. dorsata yang berada di wilayah tersebut. Luwu Utara dan Sumbawa juga memiliki kesamaan dalam metode pemanenan madu yang dihasilkan lebah A. dorsata, yaitu dengan cara masuk ke dalam kawasan hutan untuk berburu mencari sarang lebah A. dorsata yang sudah bisa untuk di panen. Kondisi hutan sebagai lokasi sarang lebah A. dorsata dikedua wilayah juga memiliki kesamaan yaitu hutan pegunungan tropik.

(38)

44 daya dukungan potensi sumber daya hutan khususnya tanaman yang menjadi sumber pakan lebah A. dorsata, terlihat pada kemapuan panen madu yang dilakukan petani di Sumbawa lebih banyak dibandingkan ketiga wilayah lainnya. Kalender musim panen madu hutan di keempat wilayah disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kalender Musim Panen Madu Hutan di Luwu Utara, Sumbawa, Tesso Nilo dan Danau Sentarum

Daerah

Bulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov Dec

Luwu Utara x x x X

Tesso Nilo x x x x x x X

Sumbawa x X x x x x x x x X

Danau Sentarum x x x X

Keterangan : x = jadwal panen madu hutan pada tahun 2009

Proboscis

Panjang proboscis (X1) yangdigunakan sebagai alat penghisap cairan, seperti

nektar, air dan madu lebah pekerja A. dorsata wilayah Luwu Utara, Tesso Nilo, Sumbawa dan Danau Sentarum memiliki perbedaan ukuran. Hasil statistik uji t

panjang proboscis (X1) lebah pekerja A. dorsata disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Statistik Uji-t Panjang Proboscis (X1) Lebah Perkerja A. dorsata

Wilayah Luwu Utara Tesso Nilo Sumbawa

Luwu Utara

Tesso Nilo **

Sumbawa ** *

Danau Sentarum * ** **

Keterangan : * = nyata (P<0,05) dan ** = sangat nyata (P<0,01)

(39)

44

dorsata Luwu Utara berkisar 5,03 mm, Tesso Nilo 5,55 mm, Sumbawa 5,74 mm dan Danau Sentarum 5,23. Perbedaan panjang proboscis keempat wilayah dikarenakan perbedaan jenis tumbuhan di masing-masing wilayah.

Menurut Davies (1988) perpanjangan dan bentuk proboscis pada lebah penghasil madu yang sangat cepat sangat dipengaruhi jenis tumbuhan, karena

proboscis disesuaikan untuk mengekstrak nektar dari berbagai jenis tumbuhan yang menjadi sumber nektar lebah A. dorsata. Nektar merupakan yang cairan mengandung gula sekresi kelejar tumbuhan yang menjadi sumber pakan bagi lebah dipengaruhi oleh faktor internal mulai dari ukuran bunga, luas permukaan nektar, umur tumbuhan, umur bunga, posisi bunga pada tumbuhan dan spesies, sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi nektar pada tumbuhan adalah kelembapan tanah, tipe tanah, temperatur, angin, waktu dan hari (Sihombing, 1997).

Luwu Utara memeiliki hutan dataran tinggi tropis dengan keanekaragaman tumbuhan, dan kebun campuran masyarakat seperti durian, damar, serta tanaman kayu lainnya. Tesso Nilo didominasi jenis tanaman di yang dekat dengan pohon

sialang (tempat menempelnya sarah lebah A. dorsata) adalah A. mangium, karet dan kelapa sawit (Hadisoesilo et al., 2011).

Sumbawa memiliki sebaran spesies tanaman yang tersebar berdasarkan tipologi hutan, seperti hutan tropik kering didominasi jenis tanaman legum, hutan berduri dengan jenis tanaman seperti Kesambi (Schleichera oleosa), Pulai (Alstonia spp) dan Asam (Tamarindus spp). Wilayah Sumbawa juga memiliki hutan Riparian dicirikan dengan pohon Binong (Tetrameles nudiflora), Serianthes sp, Lagerstroemia speciosa dan Eugunia subglauca, serta hutan tropik lembab dengan jenis tumbuhan Kelicung (Dyospyros sp), Gaharu (Aquilaria caryota) dan Ipil (Instia bijuga) serta jenis tumbuhan lainnya (Julmansyah, 2010).

(40)

44 (Carallia bracteata) tanaman yang menjadi sumber nektar lebah A. dorsata di Danau Sentarum disajikan pada Gambar 19.

Gambar 19. Kayu Tahun (Carallia bracteata) tanaman yang menjadi sumber nektar lebah A. dorsata di Danau Sentarum

Sumber : Gunadi et al. (2009)

Sayap Depan

Lebah pekerja A. dorsata wilayah Luwu Utara, Tesso Nilo, Sumbawa dan Danau Sentarum memiliki perbedaan ukuran Panjang sayap depan (X2) dan lebar

sayap depan (X3). Sayap depan yang berfungsi untuk melangsungkan gerakan

manuver, terbang cepat dan membawa beban berat, bahkan seekor lebah pekerja mampu membawa terbang lebah jantan yang memiliki bobot lebih berat dari lebah pekerja itu sendiri (Sihombing, 1997). Hasil statistik uji t panjang (X2) dan lebar

(X3) sayap depan lebah pekerja A. dorsata disajikan pada Tabel 6 dan 7.

Tabel 6. Hasil Statistik Uji-t Panjang Sayap Depan (X2) Lebah Perkerja A. dorsata

Wilayah Luwu Utara Tesso Nilo Sumbawa

Luwu Utara

Tesso Nilo **

Sumbawa ** **

Danau Sentarum ** ** **

(41)

44 Perbedaan ukuran panjang dan lebar sayap depan lebah pekerja A. dorsata di empat wilayah pengamatan dipengaruhi oleh jarak tempuh, keberadaan tumbuhan di masing-masing wilayah yang menjadi sumber nektar lebah A. dorsata. Menurut Hadisoesilo dan Kuntadi (2007), panjang sayap depan lebah hutan A. dorsata

berkisar 12-14 mm. Hasil pengamatan untuk panjang sayap depan di wilayah Luwu Utara 14,04 mm, Tesso Nilo 13,13 mm, Sumbawa 13,48 mm dan Danau Sentarum 12,75 mm.

Tabel 7. Hasil Statistik Uji-t Lebar Sayap Depan (X3) Lebah Perkerja A. dorsata

Wilayah Luwu Utara Tesso Nilo Sumbawa

Luwu Utara

Tesso Nilo **

Sumbawa ** *

Danau Sentarum ** ** **

Keterangan : * = nyata (P<0,05) dan** = sangat nyata (P<0,01)

Luasan suatu kawasan hutan menjadi faktor yang mempengaruhi perbedaan panjang dan lebar sayap depan lebah pekerja A. dorsata di empat wilayah pengamatan. Hutan yang pada umumnya menjadi tempat berkembang biaknya lebah

A. dorsata memiliki berbagai jenis tumbuhan dengan jarak tumbuh yang sangat berbeda, sehingga mempengaruhi jarak tempuh dan wilayah jelajah lebah pekerja A. dorsata dalam mencari nektar sebagai sumber pakan, serta sebagai cadangan makanan disaat musim paceklik (tanaman tidak berbunga).

Kekuatan utama pada lebah pekerja A. dorsata juga dipengaruhi oleh besarnya otot sayap dan mekanis pelipatan sayap yang dikontrol oleh sejumlah otot kecil yang terdapat pada bagian dasar sayap (Morse dan Hooper, 1985). Apriani (2009) dan Anendra (2010) menjelaskan bahwa faktor lingkungan sangat mempengaruhi aktivitas terbang harian lebah pekerja. Kemampuan jelajah lebah A. dorsata bila berpindah tempat (migration) bisa mencapai 150-200 km, dengan ketinggian bisa mencapai 2000 meter (Ruttner, 1988). Tingkah laku lebah A. dorsata

(42)

44 Gambar 20. Tikung (Kayu yang Menempel pada Pohon Sebagai Sarang Lebah

A. dorsata)

Perbedaan ukuran panjang dan lebar sayap depan lebah pekerja A. dorsata

juga dipengaruhi posisi sarang lebah yan menempel pada pada pohon atau kayu yang sangat bervariasi. Sarang lebah lebah A. dorsata di Luwu Utara umumnya menempel pada pohon dengan ketinggian di atas 20 meter, sedangkan sarang lebah

A. dorsata di Tesso Nilo memiliki ketinggian rata-rata 50 meter dan memiliki diameter batang bisa mencapai 2 meter dengan jumlah sarang berkisar antar 40-60 sarang (Hermanto et al., 2011).

Lebah A. dorsata di Sumbawa membuat sarang di pohon dan juga di tebing-tebing kawasan hutan, sedangkan di Danau Sentarum sarang lebah A. dorsata berada di pohon besar dengan ketinggian lebih dari 20 m. Masyarakat juga membuat kayu seperti balok yang diletakkan pada pohon di kawasan danau sebagai tempat lebah A. dorsata membuat sarang baru dengan ketinggian di bawah 10 meter dari permukaan air. Kayu yang menempel pada pohon sebagai sarang lebah A. dorsata disajikan pada Gambar 20.

Perut (Abdomen)

(43)

44 cadangan disaat musim paceklik nektar (Sihombing, 1997). Lebar abdomen (X4)

lebah pekerja A. dorsata secara umum wilayah Luwu Utara, Tesso Nilo, Sumbawa dan Danau Sentarum memiliki perbedaan ukuran, dan memiliki kesamaan antara lebah pekerja A. dorsata Luwu Utara dan Tesso Nilo. Hasil pengamatan lebar abdomen lebah pekerja A. dorsata Luwu Utara 4,88 mm, Tesso Nilo 4,90 mm, Sumbawa 5,07 mm dan Danau Sentarum 4,50 mm. Hasil statistik uji t lebar

abdomen (X4) lebah pekerja A. dorsata disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Hasil Statistik Uji-t Lebar Abdomen (X4) Lebah Perkerja A. dorsata

Wilayah Luwu Utara Tesso Nilo Sumbawa

Luwu Utara

Tesso Nilo tn

Sumbawa ** **

Danau Sentarum ** ** **

Keterangan : tn = tidak nyata (P>0,05) dan** = sangat nyata (P<0,01)

Ukuran abdomen di masing-masing wilayah yang berbeda sangat nyata di pengaruhi oleh kondisi tumbuhan yang berada di sekitar hutan, semakin banyak jenis tumbuhan dengan kemampuan berbunga secara terus menerus maka semakin memungkin ukuran dari abdomen lebah pekerja A. dorsata menjadi lebih besar.

Lebah pekerja A. dorsata Danau Sentarum yang memiliki ukuran abdomen

lebih kecil bila dibandingkan Luwu Utara, Tesso Nilo dan Sumbawa (Tabel 3) sangat tergantung pada ketersedian air di kawasan danau, bila terjadi kekeringan dan kemarau panjang dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan panen madu, karena sumber nektar dari tanaman yang berada diwilayah Danau Sentarum tidak berbunga. Lebar abdomen lebah pekerja A. dorsata Luwu Utara dan Tesso Nilo memiliki kesamaan (tidak berbeda nyata), dikarenakan jenis tumbuhan yang menjadi sumber pakan lebah A. dorsata di kedua wilayah memiliki kesamaan jenis tumbuhan dan jumlah nektar.

(44)

44 yang beragam. Kondisi Danau Sentarum saat musim hujan dan musim kemarau disajikan pada Gambar 21.

Gambar 21. Kondisi Danau Sentarum Saat Musim Hujan dan Musim Kemarau

Sumber : Gunadi et al. (2009)

Kaki Belakang

Kaki belakang pada lebah pekerja secara umum memiliki struktur yang terdiri dari femur, tibia dan metatarsus yang dimodifikasi untuk membersihkan diri dan membawa pollen kembali ke sarang (Winston,1987). Menurut Hadisoesilo dan Kuntadi (2007) panjang kaki belakang lebah hutan A. dorsata berkisar 10,5-11,5 mm.

Tabel 9. Hasil Statistik Uji-t Panjang Femur (X5) Lebah Perkerja A. dorsata

Wilayah Luwu Utara Tesso Nilo Sumbawa

Luwu Utara

Tesso Nilo **

Sumbawa ** *

Danau Sentarum ** ** **

Keterangan : * = nyata (P<0,05) dan ** = sangat nyata (P<0,01)

Hasil pengamatan panjang kaki belakang yang meliputi panjang femur,

panjang tibia dan panjang metatarsus pada lebah pekerja A. dorsata Luwu Utara 12,26 mm, Tesso Nilo 11,96 mm, Sumbawa 12,07 mm dan Danau Sentarum 11,17 mm. Hasil statistik uji t panjang femur (X5) lebah pekerja A. dorsata disajikan pada

(45)

44 Panjang femur (X5) dan panjang tibia (X6) pada lebah pekera A. dorsata

keempat wilayah dari hasil uji t memiliki perbedaa ukuran, kecuali pada panjang

tibia lebah pekerja A. dorsata Tesso nilo dan Sumbawa yang tidak berbeda nyata. Perbedaan panjang femur dan tibia dikarenakan fungsi dari pinggiran dalam tibia

pada kaki belakang lebah pekerja A. dorsata berfungsi mengumpulkan polen dari daerah perut dengan menggunakan sisir polen, selain itu juga berfungsi untuk menerima polen yang dikumpulkan pasangan kaki bagian kedua. Polen yang terkumpul dibasahi dengan cairan, termasuk dengan menggunakan madu dari mulut dan kemudian dimuat ke dalam keranjang polen yang teletak pada bagian metatarsus

(Sihombing, 1997). Hasil statistik uji t panjang tibia lebah pekerja A. dorsata

disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Hasil Statistik Uji-t Panjang Tibia (X6) Lebah Perkerja A. dorsata

Wilayah Luwu Utara Tesso Nilo Sumbawa

Luwu Utara

Tesso Nilo **

Sumbawa ** tn

Danau Sentarum ** ** **

Keterangan : tn = tidak nyata (P>0,05) dan ** = sangat nyata (P<0,01)

Hasil uji t Panjang metatarsus (X7) dan lebar metatarsus (X8) lebah pekerja

A. dorsata dari wilayah Luwu Utara, Tesso Nilo, Sumbawa dan Danau Sentarum tidak berbeda nyata. Kesamaan yang terdapat pada bagian kaki belakang A. dorsata

karena fungsi metatarsus pada lebah A. dorsata memiliki kesamaan yaitu sebagai keranjang polen (corbicula atau pollen basket) yang berasal dari serbuk sari tumbuhan yang berada di hutan dengan ukuran yang sangat kecil berkisar 0,01-0,1 mm (Sihombing, 1997).

(46)

44 1996). Hasil statistik uji t panjang metatarsus (X7) dan lebar Metatarsus (X8) lebah

pekerja A. dorsata disajika pada Tabel 11 dan 12.

Tabel 11. Hasil Statistik Uji-t Panjang Metatarsus (X7) Lebah Perkerja A. dorsata

Wilayah Luwu Utara Tesso Nilo Sumbawa

Luwu Utara

Tesso Nilo tn

Sumbawa tn tn

Danau Sentarum tn * *

Keterangan : tn = tidak nyata (P>0,05) dan * = nyata (P<0,05)

Tabel 12. Hasil Statistik Uji-t Lebar Metatarsus (X8) Lebah Perkerja A. dorsata

Wilayah Luwu Utara Tesso Nilo Sumbawa

Luwu Utara

Tesso Nilo **

Sumbawa ** **

Danau Sentarum tn ** tn

Keterangan : tn = tidak nyata (P>0,05) dan ** = sangat nyata (P<0,01)

Perbedaan pada panjang metatarsus dan lebar metatarsus lebah pekerja A. dorsata sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Kelembapan yang tinggi akan mengakibatkan polen menjadi lengket dan sulit dikumpulkan, sehingga pada cuaca yang panas lebah pekerja A. dorsata akan menghasilkan polen lebih banyak bila dibandingkan musim dingin. Polen yang berbentuk pelet setelah dibasahi dengan cairan memiliki berat berkisar 14-20 mg yang tersimpan di kedua corbicula pada

(47)

44 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perbedaan ukuran bagian-bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata Luwu Utara, Tesso Nilo, Sumbawa dan Danau Sentarum terdapat pada panjang proboscis (X1),

panjang sayap depan (X2), lebar sayap depan (X3) dan panjang femur kaki belakang

(X5). Perbedaan ukuran bagian-bagian tubuh lebah pekerja A. dorsata terdapat juga

pada lebar abdomen (X4) dan panjang tibia (X6).

Perbedaan panjang metatarsus kaki belakang (X7) terdapat pada

perbandingan wilayah Tesso Nilo dengan Danau Sentarum dan perbandingan wilayah Sumbawa dengan Danau Sentarum. Perbedaan pada lebar metatarsus kaki belakang (X8) terdapat pada perbandingan wilayah Luwu Utara dengan Tesso Nilo,

Luwu Utara dengan Sumbawa, Tesso Nilo dengan Sumbawa dan Tesso Nilo dengan Danau Sentarum.

Ukuran bagian tubuh lebah pekerja A.dorsata dari wilayah Luwu Utara dan Sumbawa lebih terseleksi bila dibandingkan dengan lebah pekerja A. dorsata dari wilayah Tesso Nilo dan Dana Sentarum. Ukuran tubuh lebah pekerja A. dorsata

wilayah Danau Sentarum lebih kecil dibandingkan wilayah Luwu Utara, Tesso Nilo dan Sumbawa.

Saran

(48)

44 UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat

rahmat dan kasih sayang-Nya Penulis dapat menyelesaikan studi, penelitian dan penulisan skripsi. Shalawat serta salam disampaikan kepada Nabi Muhammad ASW sebagai suri tauladan hingga akhir zaman. Terima kasih Penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr,Sc., sebagai pembimbing utama dan Dr. Jakaria, S.Pt., M.Si. sebagai pembimbing anggota atas waktu, pikiran, bimbingan, arahan, nasehat dan kesabaran sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Kepada Ir. Rini H. Mulyono M. Si., Ir. Hotnida C.H. Siregar, M.Si. dan Dr. Ir. Asep Sudarman, serta Dr. Ir. Sri Darwati, M.Si. atas kritik dan sarannya sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Kepada Kesekretariatan dan anggota Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI), Organisasi Perkumpulan KABAN Kalimantan yang telah membantu ketersedia lebah pekerja A. dorsata sebagai media kepada Penulis untuk melaksanakan penelitian.

(49)

44 DAFTAR PUSTAKA

Anendra, Y. C. 2010. Aktivitas Apis cerana mencari polen, identifikasi polen, dan kompetisi menggunakan sumber pakan dengan Apis mellifera. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Apriani. 2009. Perilaku defensif dan karakterisasi gen dugaan pada QTL sting-2 lebah madu Apis cerana (Fab). (HYMENOPTERA: APIDAE). Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bailey, L. & B. V. Ball. 1991. Honey Bee Pathology. 2nd ed. Academic Press. Harpenden, Herts., UK.

Campbell N. A., J. B. Reece & L. G. Mitchell. 2004. Biologi. 5nd ed. Erlangga, Jakarta.

Crane, E. 1980. A Book of Honey. Oxford University Press. England.

Davies, R. G. 1988. Outlines of Entomologi. 7th ed. Chapman & Hall, London. Dinas Kabupaten Luwu Utara Propinsi Sulawesi Selatan. 2012. Selayang pandang,

topografi. http://www.luwuutara.go.id/ [Disunting terakhir 2012]. [17 Desember 2012].

Dinas Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat. 2012. Profil daerah, geografi. http://www.sumbawakab.go.id/ [Disunting terakhir 2012]. [17 Desember 2012].

Frost, S. W. 1959. Insect Life and Insect Natural History. 2nd ed. Dover Publications, Inc., New York.

Google Maps. 2012. Danau Sentarum. http://maps.google.com/ [Disunting terakhir 2012]. [17 Desember 2012].

Google Maps. 2012. Peta daerah Kabupaten Luwu Utara Propinsi Sulawesi Selatan. http://maps.google.com/ [Disunting terakhir 2012]. [17 Desember 2012]. Google Maps. 2012. Peta daerah Kabupaten Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara

Barat. http://maps.google.com/ [Disunting terakhir 2012]. [17 Desember 2012].

Google Maps. 2012. Tesso Nilo.http://maps.google.com/ [Disunting terakhir 2012]. [17 Desember 2012].

Gunadi H., S. Budi, C. Endik, B. Heru, P. Hendro & T. Agus. 2009. Buku Informasi Taman Nasional Danau Sentarum. Sintang, Kalimantan Barat.

Hadisoesilo, S. & Kuntadi. 2007. Kearifan tradisional dalam budidaya lebah hutan (Apis Dorsata). Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan, Jakarta.

(50)

44 Hermanto, Suhandri, M. Y. Agusrin, R. Wangsa, & Syamsidar. 2011. Manual

Panduan Pengelolaan Madu Hutan Tesso Nilo Secara Lestari. WWF Indonesia Program Riau – Asosiasi Petani Madu Hutan Tesso Nilo, Riau. http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Depan.bmkg. 2013. [Disunting terakhir 2013].

[7 Maret 2013].

http://cognitiobrevis.blog.com/files/2009/03/bagian-lebah.jpg. 2013 [Disunting terakhir 2011]. [7 Maret 2013].

Julmansyah. 2010. Madu Hutan Menekan Deforestasi. Jaringan Madu Hutan Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Julmansyah. 2008. Sumbawa Menjelang Setengah Abad. Humas Pemerintah Kabupaten Sumbawa, Sumbawa.

Mahmud, A. 2008. Pengembangan lebah madu dalam rangka gerakan pembangunan masyarakat di Propinsi Sulawesi Selatan. Jurnal Hutan dan Masyarakat Vol.

III No. 1 Mei 2008, 001-110. Dinas Kehutanan Propinsi Sulawesi Selatan. Mandasari, R.A. 2011. Perbandingan morfometrik Apis cerana budidaya dan hutan

di Kecamatan Kabahwetan, Kabupaten Kepahiang, Bengkulu. Skripsi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Martin, E.C. 1972. Pollination of Fruit Trees. Dept. Ent. Michigan State University. East Lancing, Michigan.

Morse, R.E. 1978. Honey Bee Pests, Predators, and Diseases. Comstock Publishing Associates a division of Cornell University Press, Ithaca and London.

Morse, R.E. & Hooper, T. 1985. The Illustrated Encyclopedia of Beekeping. 1st Edit. Blanford Press, Dorset.

Oldroyd, B. P. & Sirait Wongsiri. 2006. Asian Honey Bees. Harvard University Press. Cambridge, Massachusetts and London, England.

Purwanto, D.B. 1999. Some observations on beekeeping management with Apis dorsata in Belitung, South Sumatra, Indonesia. Thesis. Faculty of Forestry and Ecology University Gottingen, Germany.

Raffiudin, R., S. Hadisoesilo, & T. Atmowidi. 2005. Studi keragaman genetik dan morfologi lebah Apis koschevnikovi di Kalimatan Selatan. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ruttner, F. 1988. Biogeography and Taxonomy of Honeybees. Springer-Verlag,

Berlin.

Seeley, T. D. 1985. Honeybee Ecology A Study of Adaptation in Social Life. Princeton University Press. Princeton, New Jersey, United Kingdom.

Sihombing, D. T. H. 1997. Ilmu Ternak Lebah Madu. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Singh, S. 1962. Beekeeping in India. Indian Council of Agricultural Research, New Delhi.

(51)

44 Suhardjono, Y. R., W.A. Nurdjito & S. Kahono. 1986. Potensi lebah madu sebagai

penyerbuk tanaman budidaya. Prosiding Lokakarya Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Perum Perhutani, Sukabumi. Hal: 71-75.

Sulthoni, A. 1983. Aspek biologi lebah madu sebagai faktor utama pengembangan budidaya di kehutanan. Prosiding Lokakarya Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Perum Perhutani, Sukabumi. Hal: 29-32.

Suyanto A., M. H. Sinaga & A. Saim. 2009. Biodiversitas mamalia di Tesso Nilo, Propinsi Riau, Indonesia. Jurnal Fauna Tropika, Zoo Indonesia 2009. 18(2) : 79-88.

Tantra, I.G.M. & R. Suwanda A.P. 1977. Inventarisasi Jenis-Jenis Pohon yang Menghasilkan Sumber Makanan Lebah di Indonesia. Seminar Peternakan Lebah. Jakarta.

Walpole, R. E. 1993. Pengantar Statistika, Edisi Ke-3. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Widhiono, I. M.Z. 1983. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penambahan sel dalam sisiran lebah madu. Prosiding Lokakarya Pembudidayaan Lebah Madu untuk Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Perum Perhutani, Sukabumi. Hal: 39-41.

(52)
(53)

44 Lampiran 1. Hasil Statistik Uji-t 2 Sampel Bebas pada Lebah Perkerja A. dorsata

Luwu Utara dan Tesso Nilo

Variabel Nilai P Kesimpulan

Panjang Proboscis (X1) 0,000 **

Panjang Sayap Depan (X2) 0,000 **

Lebar Sayap Depan (X3) 0,000 **

Lebar Abdomen (X4) 0,392 tn

Panjang Femur (X5) 0,000 **

Panjang Tibia (X6) 0,000 **

Panjang Metatarsus (X7) 0,769 tn

Lebar Metatarsus (X8) 0,000 **

Keterangan : tn = tidak nyata (P>0,05) dan ** = sangat nyata (P<0,01)

Lampiran 2. Hasil Statistik Uji-t 2 Sampel Bebas pada Lebah Perkerja A.dorsata

Luwu Utara dan Sumbawa

Variabel Nilai P Kesimpulan

Panjang Proboscis (X1) 0,000 **

Panjang Sayap Depan (X2) 0,000 **

Lebar Sayap Depan (X3) 0,000 **

Lebar Abdomen (X4) 0,392 **

Panjang Femur (X5) 0,000 **

Panjang Tibia (X6) 0,000 **

Panjang Metatarsus (X7) 0,103 tn

Lebar Metatarsus (X8) 0,000 **

Gambar

Gambar 1.  Ukuran Tiga Spesies Lebah Madu Pekerja di Wilayah Asia
Gambar 2.
Gambar 3. Anatomi lebah pekerja
Gambar 4. Lebah Pekerja  A. dorsata yang Telah Terkumpul dari Empat Wilayah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pakaian kerja, sepatu kerja, alat keselamatan kerja, digunakan dengan baik dan benar tetapi prosedur kerja tidak dilaksanakan dengan

3.2 Analisis Galat dan Simulasi Pada penyelesaian analitik persamaan getaran pegas teredam yang telah dipaparkan dalam metode penelitian maka diperoleh solusi pada persamaan 3.8

SDM merupakan faktor utama dalam pengawasan karena jika tidak ada SDM yang terjadi adalah tidak akan ada proses pengawasan. Permasalahan SDM di BPKP menjadikan salah satu

Perlu dilakukan studi lebih lanjut tentang faktor lain yang mempengaruhi kristalinitas sintesis ZSM-5 secara langsung dari kaolin tanpa templat organik ini,

Jadi dalam penelitian ini akan membahas dampak hidup bertetangga dengan lokalisasi Gang Sadar terhadap keutuhan rumah tangga warga Desa Karangmangu yang

Setiap sekolah pada umumnya telah mempunyai perpustakaan yang diselenggarakan sekolah dan memenuhi standar nasional perpustakaan, maka sekolah tersebut memiliki

Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Peraturan Presiden Nomor 120 Tahun 2017

Para Wajib Pajak menggunakan tarif amortisasi untuk harta tidak berwujud dengan menggunakan masa manfaat kelompok masa 4 (empat) tahun sesuai pendekatan prakiraan harta tak