• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi kualitas sanad hadis bab gibah kitab irsyad al-`ibad ila sabil al-rasyad (karya: syaikh zain al-din al-malibari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi kualitas sanad hadis bab gibah kitab irsyad al-`ibad ila sabil al-rasyad (karya: syaikh zain al-din al-malibari"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)

Oleh

ABDUL AZIZ

NIM: 102034024846

PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Abdul Aziz

STUDI KUALITAS SANAD HADIS BAB GÎBAH KITAB IRSYÂD AL-`IBÂD ILÂ SABÎL AL-RASYÂD(Karya: Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî)

Hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur´an. Kebenaran al-Qur´an tidak perlu diragukan lagi. Sedangkan hadis, masih perlu dikaji lagi apakah benar bersumber dari Nabi, dikarenakan jauhnya dari masa Nabi sebagai sumber hadis, dan semakin bertambahnya jumlah periwayat hadis. Pada waktu Nabi masih hidup ketika ada berita yang meragukan, dapat ditanyakan kepada Nabi langsung, sehingga dapat ditemukan jawabannya. Namun, setelah Nabi wafat, tidak dapat dilakukan. Untuk melakukan pengecekan berita yang bersumber dari Nabi, para sahabat terkadang mempertanyakan sahabat lain, apakah ia mendengar berita itu dari Nabi. Mengingat hadis sebagai sumber hukum Islam setelah al-Qur´an dan semakin banyak bertebaran hadis palsu, makan penelitian hadis menjadi penting. Tanpa dilakukan penelitian, maka hadis Nabi akan bercampur aduk dengan yang bukan hadis, dan ajaran Islam dipenuhioleh berbagai hal yang menyesatkan umat.

Dalam skripsi ini yang menjadi objek penelitian tentang bab gîbah kitab

Irsyâd al‘-Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd. Dikarenakan kitab ini banyak dikaji di

pesantren-pesantren salaf (tradisional) di Indonesia, dan juga didalam kitab ini banyak dikutip hadis-hadis tanpa disebutkan kualitasnya, sehingga perlu dilakukan penelitian.

Studi kualitas sanad hadis atau dikenal dengan takhrîj hadits merupakan sebuah metode untuk mengetahui kualitas hadis, apakah sampai kepada Nabi atau tidak. Kegiatan studi sanad dimulai dari mencari teks-teks hadis beserta rincian sanadnya, mencari biografi/rijalhadis nya, yang mencakup tahun lahir wafatnya, persambungan guru muridnya, penilaian ulama tentang jarh ta’dilnya. Kemudian

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji dan syukur kehadirat Allah Swt., yang telah

memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dengan izin-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurah

kepada Nabi Besar Muhammad Saw., yang menjadi panutan bagi semua umat.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasakan berbagai hambatan dan

kesulitan. Akan tetapi, munculnya berbagai hambatan dan kesulitan terasa ringan

berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak. Alhamdulillah, berkat bimbingan,

bantuan orang yang terlibat dan orang-orang yang berada di sekitar penulis

akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.

Dengan penuh rasa syukur, pada kesempatan ini ucapan terima kasih

penulis yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bpk. Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin,

beserta jajarannya.

2. Bpk. Dr. Bustamin, M.Si., Ketua Jurusan Tafsir-Hadis,

3. Bpk. Muhamad Rifki Fatkhi, M.A., Sekretaris Jurusan Tafsir-Hadis, atas

bimbingan dan bantuan referensinya.

4. Bpk. Dr. M. Isa H.A. Salam M.Ag., pembimbing skripsi penulis, yang telah

meluangkan waktunya untuk membimbing skripsi ini.

5. Seluruh staft dan dosen di Fakultas Ushuluddin, terutama dosen-dosen di

Jurusan Tafsir-Hadis yang telah berbagi ilmu kepada penulis. Semoga ilmu

yang telah diajarkan dan yang telah penulis terima bermanfaat di dunia dan

(7)

iii

7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs. H. Dudu Abdullah dan Ibunda

(Almh.) Sabitah, yang telah mendidik dan mengasuh dengan segala jerih

payah kasih sayangnya, dan selalu mendo‘akan dengan penuh keikhlasan dan

kesabaran hingga penulis dapat menempuh jenjang pendidikan dasar sampai

pendidikan tinggi.

8. Keluarga penulis, kakak; (Alm.) Muhamad Yusup, Khoerani, Ahmad Taufik

S.H.I., Nita Hendratika S.Psi., Adik: M. Sholahuddin, keponakan: M. Fauzan,

Sepupu: Husni Mubarak , atas dorongan dan do’anya.

9. Ahmad Sungkawa (Mang Cucu) dan Bi Pipah yang selalu memotivasi penulis,

dan Gibran yang selalu menghibur.

10. Keluarga besar Aki Zenal-Ema Omoh.

11.Umi, Najwa, Andri, atas do‘a dan dorongannya, dan telah memberikan

kehangatan di keluarga.

12. Yusup Panojer yang telah membantu penulis masuk UIN lewat jalur PMDK.

13. Kawan-kawan seperjuangan MAN Sukamanah angkatan 1999, Eva Noviana

B., Rika Afsari, Ratnasari, Imam Gumelar R., dan juga FOSIL KAHAZEFA.

14. Yayan Bunyamin (Amin) dan Ahmad Ubaidillah Hasbillah, yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk membantu menjelaskan, saat penulis

kesulitan mencari maksud-maksud tertentu yang dibahas dalam skripsi ini.

15. Ustadz-Ustadzah Pondok Pesantren Al-Ma‘mur Rancabolang Wargakerta

(8)

iv

16. Kawan-kawan HIMALAYA (Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya), tempat

penulis belajar berorganisasi sekaligus tempat bercanda dan bersenda gurau

khususnya: Kang Ahfaz, Akmal, Eno, Cucu, Asep Muhsin, Asep TM,

Dadan, Ana Mulyana, Nita Muti‘ah, Indra, Tatang, Dekus, Luthfi, Adi, dan

yang lainnya, yang selalu mendo‘akan dan memotivasipenulis.

17. Kawan-kawan LSI (Lembaga Survei Indonesia), Area Jawa Barat &

Jakarta-Banten, Kang Zezen, Ridwan, Nurbadruddin (Uun), Abre, Soleh.

18. Ba Marlin di PPIM (Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat).

19. Kawan-kawan TH-B 2002, Jalal, Sofwan, Asep BT, Saefuddin, Husen.

20. Semua pihak yang tidak tertulis, yang selalu mendengarkan keluh-kesahku

dan memberikan saran-saran dalam pembuatan skripsi ini.

Tulisan ini jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi, bahasa, penulisan

dan sebagainya. Oleh sebab itu, dengan keterbukaan hati, penulis menerima kritik

dan saran yang membangun.

Terakhir hanya kepada Allah penulis pasrahkan, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat adanya, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penulisan skripsi ini, semoga Allah membalas dengan yang lebih baik. Amin.

Jakarta, 2 Juni 2010

(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metode Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II SEKILAS TENTANG KITAB IRSYÂD AL-‘IBAD ILÂ SABÎL AL-RASYÂD A. Biografi Pengarang 1. Sketsa Kehidupannya ... 12

2. Karya-karyanya ... 14

B. Tinjauan KitabIrsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd 1. Format Kitab ... 15

2. Metode Penulisan Kitab ... 16

3. Isi Kitab... 17

4. Kandungan Hadis ... 18

BAB III ANALISA HADIS-HADIS BABGÎBAH A. Hadis Kesatu ... 23

B. Hadis Kedua ... 42

C. Hadis Ketiga... 57

D. Hadis Keempat ... 62

E. Hadis Kelima... 71

F. Hadis Keenam ... 78

G. Hadis Ketujuh ... 88

H. Hadis Kedelapan ... 102

I. Hadis Kesembilan ... 111

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 123

B. Saran-saran ... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(10)

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Di bawah ini daftar huruf Arab dan transliterasinya dalam huruf latin, sesuai Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis dan Disertasi, (Jakarta: CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h. 46-51).

Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ا tidak dilambangkan

ب b be

ت ts Te dan es

ث s es

ج j je

ح h ha dengan garis di bawah

خ kh ka dan ha

د d de

ذ dz de dan zet

ر r er

ز z zet

س s es

ش sy es dan ye

ص s es dengan garis di bawah

ض d de dengan garis di bawah

ط t te dengan garis di bawah

ظ z zet dengan garis di bawah

ع ‘ koma terbalik diatas hadap kanan

غ gh ge dan ha

ف f ef

ق q ki

ك k ka

ل l el

م m em

ن n en

و w we

ـھ h ha

ء ` apostrof

ي y ye

Vokal

Vokal dalam Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

(11)

vii

َ◌

- a fathah

ِ◌

- i kasrah

ُ◌

- u dammah

Vokal Rangkap

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

َ◌

-ي ai a dan i

ِ◌

-و au a dan u

Vokal Panjang

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ﺎ ـ َـ â a dengan topi di atas

ﻲ ـ ـ ِـ ـ ـ ـ î i dengan topi di atas

ﻮ ـ ـ ـ ُـ ـ ـ ـ û u dengan topi di atas

Kata Sandang

Kata sandang yang dalam Bahasa Arab dilambangkan dengan huruf

(

)

, dialih-aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun

hurufqamariyyah. Contoh =al-syamsiyyah, =al-qamariyyah.

Syaddah (Tasydîd)

Dalam alih-aksara, tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda tasydîd itu. Tetapi hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tasydîd itu terletak setelah kata sandang yang diikuti huruf-huruf samsiyyah maupun qamariyyah. misalnya, kata ة ر و ﺮ ﻀ ﻟ ا tidak ditulis ad-darûrahmelainkanal-darûrah, demikian seterusnya.

g.Ta Marbûtah

Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. begitu juga jika ta marbûtah tersebut diikuti kata sifat (na‘t). Namun jika ta marbûtah diikuti kata benda (ism), maka

huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.

contoh: = tarîqah, = al-Jâmi‘ah al-Islâmiyah, = Wahdât

al-Wujûd.

h. Huruf Kapital

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadis ataupun sunnah merupakan sumber ajaran yang kedua setelah

al-Qur‘ân. Al-Qur`an dan hadis satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Al-Qur`an

memuat ajaran-ajaran yang masih global, sedangkan hadis merupakan penjelasan

terhadap kandungan al-Qur`an. Tanpa menggunakan hadis, ajaran Islam tidak

dapat dimengerti dan diamalkan. Dapatkah melakukan salat, zakat, puasa, haji,

tanpa ada tuntunan yang rinci dari hadis? Jelas semuanya tidak mungkin.

Kedudukan hadis/sunnah sebagai sumber ajaran Islam didasarkan pada

ayat-ayat al-Qur`an, di antaranya sebagai berikut:

                             

)

/ : ٩

(

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur`an ) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (al-Nisâ`/4: 59)1

        ...

)

/ :

(

“Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah”…. (al-Nisâ`/4: 64).2

1 Departemen Agama (Depag) RI. Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Gema Risalah Press. tt). h. 128.

(13)

             .

)

/

:

(

“Barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah

mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”.

(al-Nisâ`/4: 80).3

...         ... ) / ٧ : ٥ ٩ (

….“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan

apa yang dilarangnya makatinggalkanlah”…..(al-Hasyr/ 59: 7).4

             

)

/

: ٩ (

“Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada

Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat

Allah) dengan terang”. (al-Mâ`idah/5: 92).5

Dengan petunjuk ayat-ayat di atas, maka jelaslah bahwa hadis atausunnah

Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam di samping al-Qur`an. Orang

yang menolak hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam berarti orang itu

menolak petunjuk-petunjuk al-Qur`an .6

Hadis pada umumnya oleh para ulama diartikan seperti sunnah sebagai

“segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad Saw., baik ucapan,

3Departemen Agama (Depag) RI.Al-Qur`an dan Terjemahnya, h. 132. 4Departemen Agama (Depag) RI.Al-Qur`an dan Terjemahnya, h. 916. 5Departemen Agama (Depag) RI.Al-Qur`an dan Terjemahnya, h. 177.

6M. Syuhudi Ismail,Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 9. Lihat Ali Mustafa Yaqub,Kritik Hadis,h. 37.

(14)

3

perbuatan dan taqrîr7 (ketetapan), maupun sifat fisik dan psikis, baik sebelum

beliau menjadi Nabi maupun sesudahnya”.8

Dari segi periwayatannya hadis Nabi berbeda dengan al-Qur`an, ayat-ayat

al-Qur`an diriwayatkan secara mutawatir,9 sedangkan untuk hadis Nabi, sebagian

periwayatannya berlangsung secara mutawatir, dan sebagian lagi berlangsung

secara ahad.10 Karena itu orisinalitas al-Qur`an tidak perlu disangsikan lagi

sehingga tidak perlu dilakukan penelitian. Akan halnya dengan hadis Nabi yang

berkategori ahad, masih butuh bahkan harus dilakukan penelitian. Dengan

penelitian akan diketahui apakah hadis yang bersangkutan dapat dipertanggung

jawabkan periwayatannya, berasal dari Nabi atau tidak?

Pada waktu Nabi masih hidup ketika ada berita yang meragukan, dapat

ditanyakan kepada Nabi langsung, sehingga dapat ditemukan jawabannya.

Namun, setelah Nabi wafat, tidak dapat dilakukan. Untuk melakukan pengecekan

berita yang bersumber dari Nabi, para sahabat terkadang mempertanyakan sahabat

lain apakah ia mendengar berita itu dari Nabi. Sebagai contoh, ketika Umar

mendapatkan berita dari tetangganya bahwa Nabi telah menceraikan istri-istrinya,

‘Umar langsung menghadap Nabi. Tetapi setelah ditanyakan kepada Nabi,

7 Taqrîr adalah segala sesuatu yang muncul dari sementara sahabat yang diakui keberadaannya oleh Nabi SAW., baik berupa ucapan maupun perbuatan dengan cara diam tanpa pengingkaran atau persetujuan dan keterusterangan beliau menganggapnya baik bahkan menguatkannya. Lihat Muhammad 'Ajaj Al-Khathib,Ushul Al-Hadits Pokok-pokok Ilmu Hadits. Penerjemah H.M. Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998), h. 3-4.

8M. Quraish Shihab,Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1994), h. 121.

9 Mutawatir adalah berita yang diriwayatkan oleh orang banyak pada setiap tingkat periwayat, mulai dari tingkat sahabat sampaimukharrij,yang menurut ukuran rasio dan kebiasaan, mustahil yang jumlahnya banyak itu bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta. Lihat Ismail,

Metodologi Penelitian Hadis Nabi,h. 3.

10Ahad adalah hadis yang periwayatnya tidak mencapai tingkat mutawatir. Lihat Ismail,

(15)

ternyata Nabi hanya bersumpah untuk tidak mengumpuli istri-istrinya selama satu

bulan.11

Semakin jauh dari masa Nabi sebagai sumber hadis, semakin bertambah

jumlah periwayat hadis dari Nabi. Kesenjangan antara wafatnya Nabi dengan

pembukuan hadis, menyebabkan maraknya upaya-upaya pemalsuan hadis.12

Pada mulanya faktor yang mendorong seseorang melakukan pemalsuan

hadis adalah kepentingan politik. Pada masa itu, telah terjadi pertentangan politik

antara ‘Alî bin Abî Tâlib dan Mu‘âwiyah bin Abî Sufyân. Para pendukung

masing-masing tokoh melakukan berbagai upaya untuk memenangkan perjuangan

mereka. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh sebagian dari mereka itu ialah

pembuatan hadis-hadis palsu.13

Para ulama mencatat sekurang-kurangnya ada enam motivasi pemalsuan

hadis,14yaitu:

1. Motivasi politik

2. Pendekatan kepada Allah

3. Menodai Islam

4. Menjilat penguasa

5. Mencari rezeki

6. Mencari popularitas

Selain itu ada juga karena panatisme terhadap madzhab.

Mengingat bahwa hadis sebagai sumber ajara Islam setelah al-Qur`ân, dan

semakin banyak bertebaran hadis-hadis palsu, maka penelitian terhadap hadis

11Ali Mustafa Yaqub,Kritik Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h.1-2.

12Usman Sya’roni,Otentisitas Hadis Menurut Ahli Hadis dan Kaum Sufi, (Jakarta: Pustaka Firdaus), h. 16.

(16)

5

menjadi sangat penting. Tanpa dilakukan penelitian, maka hadis Nabi akan

bercampur aduk dengan yang bukan hadis, dan ajaran Islam akan dipenuhi oleh

berbagai hal yang menyesatkan umat.

Selain itu, penelitian kualitas hadis perlu dilakukan, bukan berarti

meragukan hadis Nabi Saw., tetapi melihat keterbatasan periwayat hadis sebagai

manusia, yang adakalanya melakukan kesalahan, baik karena lupa maupun karena

didorong oleh kepentingan tertentu. Keberadaan periwayat hadis sangat

menentukan kualitas hadis, baik kualitas sanad maupun kualitas matan.15

Tujuan pokok penelitian hadis adalah untuk mengetahui kualitas hadis.

Kualitas hadis sangat perlu diketahui dalam hubungannya dengan kehujahan

hadis, apakah dapat diterima(maqbûl)atau ditolak(mardûd).

Dalam meneliti dan mengkaji suatu hadis para ulama menerapkan dua

metode yaitu: pertama, kritik sanad atau kritik ekstern (naqd sanad/naqd

al-khârijî)yang berkaitan dengan sanad atau rangkaian periwayat. Yang kedua kritik

matan atau kritik intern(naqd al-matn/naqd al-Dâkhilî). Dan yang pertama, kritik

sanad dikenal dengan istilahtakhrîjhadis.

Para ulama ahli hadis merumuskan kriteria-kriteria baik yang berkaitan

denganmatanmaupun silsilah periwayatan(sanad), bahwa hadis yang dinyatakan

sahih apabila ia diriwayatkan dengan sanad yang bersambung kepada Nabi Saw.,

sanad itu terdiri dari periwayat yang ‘adil (memiliki integritas moral), dabt

(memiliki kapasitas intelektual), sementara dalam sanad atau matannya tidak

terdapat ‘illah (kecacatan samar), dan sudzudz (berlawanan dengan hadis lain

yang lebih unggul kualitasnya).

(17)

Allah Swt. telah melarang berbuat gîbah (menggunjing) atau

menceritakan keburukan orang lain, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah

al-Hujurât/49: 12 berikut:



 

 















 

 







 





















)

/ :

(

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari

prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.

(al-Hujurât/49: 12).16

Ayat tersebut menyatakan hanya sebatas larangan menggunjing (gîbah),

tanpa menjelaskan apa itugîbahdan bagaimana akibatnya apabila melakukannya.

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu pungsi hadis, yaitu menjelaskan

Qur`ân yang masih global. Dalam sebuah kitab karya Syaikh Zain Dîn

al-Malîbârî bernama kitab Irsyâd al-Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, yang cukup terkenal

dikalangan pesantren salaf (tradisional), terdapat pembahasan mengenai gîbah.

Dalam pembahasan tersebut terdapat beberapa hadis Nabi, yang berkaitan dengan

gîbah.Namun, apakah hadis-hadis tersebut dapat dijadikanhujjah?.

Dalam mengutip hadis-hadis Nabi Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî tidak

mencantumkan sanad secara lengkap dan tidak mencantumkan kualitas hadisnya.

Hal tersebut dapatlah dimengerti karena kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd

bukanlah kitab asli yang bersanad.

(18)

7

Melihat keadaan tersebut, penulis ingin meneliti hadis-hadis bab gîbah

yang ada pada kitab Irsyâd al-‘Ibâd, yaitu dengan melakukan kritik sanad atau

takhrîj hadis. Karena dengan ilmu ini, kita dapat mengetahui apakah suatu hadis

itu benar-benar datang dari Nabi Saw.? Dan siapa saja yang ikut terlibat dalam

rangkaian periwayatan hadis itu sampai kepada Nabi?

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas itulah yang menarik

perhatian dan alasan penulis untuk menulis skripsi dengan judul:“Studi Kualitas

Sanad Hadis BabGîbah; KitabIrsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengkaji dan meneliti kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd berarti

tidak terlepas dari penelitian hadis-hadis yang terdapat dalam kitab tersebut. Hadis

yang terkandung di dalamnya dikelompokkan pada 44 bab, jika penulis

melakukan penelitian seluruhnya akan memakan waktu dan halaman yang

banyak. Maka, dalam penelitian ini penulis hanya akan meneliti hadis-hadis bab

gîbah.

Supaya lebih terarah dalam pembahasan skripsi ini, penulis merasa perlu

memberikan pembatasan dalam penelitian, yaitu:

1. Hadis-hadis yang akan diteliti sanadnya adalah hadis-hadis yang

terdapat dalam babgîbahyang berjumlah 9 hadis.

2. Teks hadis yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada Kitab

(19)

Atas dasar permasalahan tersebut di atas, maka dirumuskan masalah

pokok, bagaimana kualitas hadis-hadisgîbahdalam kitabIrsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl

al-Rasyâd?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan skripsi ini yaitu:

1. Untuk mengetahui sanad atau jalur periwayatan, identitas periwayat,

dan metode periwayatan hadis-hadis babgîbah.

2. Untuk mengetahui kualitas hadis-hadis babgîbah.

3. Guna melengkapi salah satu persyaratan pada program S1 Fakultas

Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dalam meraih gelar S.Th.I. (Sarjana Theologi Islam).

D. Tinjauan Pustaka

Penulis menelusuri skripsi yang membahas tentanggîbahdan KitabIrsyâd

al‘-Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, terutama yang terdapat di Fakultas Ushuluddin.

Penelusuran membuahkan hasil di antaranya:

1. Nur Hayati, dengan judul skripsi:“Takhrij Hadis-Hadis Fadilah Hari‘Asyûra”

Dalam KitabIrsyâd al-‘Ibâddankitab Tanbîh al-Ghâfilîn.

2. Eneng Maria Ulfah, dengan Judul: “Etika Menjaga Lisan dalam al-Qur`ân

(20)

9

3. Siti Fatimah, dengan judul: “Etika Pergaulan umat Islam dalam al-Qur`ân

(Tinjauan Surat al-Hujurât ayat 6-13).

4. Ahmad Fadhlah, dengan judul: Kajian Hadis-hadis sumpah palsu dalam kitab

Irsyâd al‘-IbâdSyaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî.

5. Suryadinata, dengan judul: Infotaiment dan Ghibah: Studi Atas Sanad dan

Matan Hadis larangan Ghibah.

Dari hasil penelusuran tersebut, skripsi yang ditulis oleh Nur Hayati dan

Ahmad Fadhlah, sama dalam kitabnya, sedangkan pembahasannya berbeda. Yang

ditulis oleh Eneng Maria Ulfah, Siti Fatimah, jelas berbeda karena mereka

bertolak dari ayat al-Qur`an. Yang ditulis Suryadinata menyamakan Infotainment

dengangîbah. Sedangkan penulis akan meneliti sembilan hadis yang ada pada bab

gîbah.Dan penulis hanya meneliti sanad-sanadnya, tanpa memberikan penjelasan

mengenai matannya.

E. Metode Penelitian

Dalam melakukan pengkajian dan penelitian hadis-hadis yang terdapat

dalam Kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, penulis sepenuhnya melakukan

telaah kepustakaan (library research). Sumber utama penelitian adalah Kitab

Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd.

Kitab yang menjadi rujukan utama penulis dalam penelitian adalah

kitab-kitab matan, di antaranya adalah: Kitab Sahîh al-Bukhârî, Sahîh Muslim, Sunan

Abî Dâwud, Sunan Tirmidzî, Sunan Nasâ`î, Sunan Ibn Mâjah, Sunan

(21)

Dalam penelusuran periwayat hadis penulis melakukan inventarisasi

melalui Kitab Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl karya al-Mizi, Tahdzîb

al-Tahdzîb karya Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Mîzân al-‘Itidâl karya Abu Abdullah

Muhammad Ahmad al-Dzahabi, Lisân al-Mîzân karya Ahmad ibn ‘Ali Ibn Hajar

al-‘Asqalânî, al-Jarh wa al-Ta‘dîl karya ‘Abdal-Rahman bin Abî Hâtim al-Râzî,

Siyaru A‘lâm al-Nubalâ karya Abdullah Muhammad Ahmad al-Dzahabî, dan

kitab lainnya.

Pembahasan dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis, yaitu melalui

pengumpulan data dan beberapa pendapat ulama dan pakar, untuk kemudian

diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan. Dan penulis

menggunakan metode induktif, yaitu proses berfikir yang bertolak dari satu atau

sejumlah data secara khusus kemudian diambil kesimpulan secara generalisasi.

Proses pengambilan sumber dan pengolahannya yang dilakukan penulis

secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Men-takhrîj hadis dengan menggunakan dua cara, yaitu: Pertama, melalui awal matan dengan menggunakan Kitab al-Jâmi‘ al-Sagir fî

Ahâdîts al-Basyîr wa al-Nadzîrkarya Jalâl al-Dîn‘Abd al-Rahman bin

Abi Bakr al- Suyûtî dan kitabMausû‘ah Atrâf Hadîts Nabawî

al-Syarîf karya Abû Hajir Muhammad al-Sa‘îd bin Basyunî Zaglûl.

Kedua, melalui kata-kata mufradat dalam matan hadis dengan menggunakan kitab al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz Hadîts

al-Nabawikarya A.J. Wensinck dan J.P. Mensing.

2. Melakukan i’tibar (menyertakan sanad-sanad yang lain), agar terlihat

(22)

11

terlihat ada atau tidaknya pendukung yang berstatus muttabi‘ dan

syahid.

3. Kritik sanad, yaitu menelusuri data setiap periwayat, menilai

keadaanya, hubungan guru dan murid.

4. Dalam menilai kualitas para periwayat hadis, penulis akan

menyandarkan pada komentar ulama hadis, seperti: Abû Hatim, Ibnu

Hajar, al-Dzahabî, Ibnu Hibbân.

5. Jika terdapat perbedaan pendapat dalam sebuah penilaian, maka

penulis akan mengikuti kaidah al-jarh wa al-ta’dîl yang sudah

disepakati oleh jumhurmuhadditsîn.

Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada buku Pedoman

Akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2006/2007, dan Pedomam Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan

Disertasi) terbitan CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II tahun

2007.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya dalam empat bab, dimana

setiap babnya mempunyai spesifikasi dan penekanan mengenai topik tertentu,

yaitu:

Bab pertama pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah yang

menjadi pokok dalam skripsi ini, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

(23)

Bab kedua merupakan pembahasan mengenai Kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ

Sabîl al-Rasyâd, yang meliputi biografi singkat Zain al-Dîn al-Malîbârî, format

kitab, metode penulisan kitab, serta kandungan hadis.

Bab ketiga pembahasan kualitas hadis-hadis bab gîbah yang terdapat

dalam kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd karya Zain al-Dîn al-Malîbârî,

sebanyak 9 hadis.

Bab keempat merupakan penutup, yang meliputi kesimpulan dan

(24)

BAB II

SEKILAS TENTANG KITAB IRSYÂD AL-‘IBÂD ILÂ SABÎL AL-RASYÂD

A. Biografi Pengarang 1. Sketsa kehidupannya

Nama lengkap pengarang kitab ini adalah al-Syaikh Zain al-Dîn ibn

‘Abd al-‘Azîz bin Zain al-Dîn al-Malîbârî.1Penggunaan nisbah al-Malîbârî

adalah menjelaskan bahwa Zain al-Dîn berasal dari Malibar, sebuah kota

yang berada di India selatan.

Tidak dapat diketahui secara pasti, kapan Syaikh Zain Dîn

al-Malîbârî dilahirkan. Umar Rida Khalalah dalam karya besarnya hanya

mampu menginformasikan tahun wafatnya, yaitu pada tahun 1579 M/ 987

H.2dan di makamkan di pinggiran kota Ponani, India.

Dengan adanya informasi tahun wafatnya, paling tidak diprediksi

tahun kelahirannya. Yakni, bila standar manusia berkisar 63 tahun misalnya,

maka dapat diperkirakan bahwa beliau diperkirakan lahir tahun 924 H atau

1514 M. Dilihat dari konteks masa hidup Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî,

abad ke-16 Masehi, maka dapat dipastikan bahwa beliau mengalami masa

pemerintahan dinasti Mughal India, mulai Babur (1504-1530), Hamayun

(1530-1604), dan Akbar Agung (1556-1604).3

Syekh Zain al-Dîn merupakan keturunan bangsa Arab. Ia dikenal

pula dengan nama Makhdum Thangal. Julukan ini dikaitkan dengan daerah

1Khairi al-Dîn al-Ziraklî,al-‘Alâm Qamûs Tarâjum, Li Asyhûr al-Rijâl wa Nisâ` min al-‘Arabî wa al-Musta‘ribîn al-Mustasyriqîn,Juz 3 (Beirût: Dâr al-‘Ilmi li al-Malâyîn, 1989), h. 64.

2Umar Ridâ Kahâlah,Mu‘jam al-Mu`allifîn, jilid 1 (Beirût: Mu`asasah al-Risâlah, 1993), h. 741.

3Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005). h. 147-149.

(25)

tempat dirinya tinggal. Ada yang menyebutnya dengan nama Zain al-Dîn

Makhdum, atau Zain al-Dîn Thangal atau Makhdum Thangal. Julukan ini

mencerminkan keutamaan dan penghormatan masyarakat setempat kepada

dirinya.4

Masjid Agung Ponani atau Funani, adalah masjid Agung yang

pertama kali dibangun oleh Makhdum Thangal. Tidak seperti masjid masa

kini, Masjid Agung Ponani ini menggabungkan arsitektur lokal dengan

arsitektur Hindu. Hal ini dikarenakan, Islam masuk ke India yang dibawa

oleh pedagang Arab yang datang melalui laut dan diterima oleh raja-raja

Hindu setempat. Makam Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbari terletak di samping

masjid.5Tak hanya arsitektur masjid, masyarakat Muslim di India ini juga

mengadopsi gaya bangunan, pakaian dan makanan dengan menyesuaikan

pada kondisi yang ada.

Seperti kebanyakan ulama lainnya, Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî

juga dikenal sebagai ulama yang sangat tegas, kritis, konsisten, dan memiliki

pendirian yang teguh. Ia pernah menjadi seorang hakim dan penasehat

kerajaan, dan diplomat.

Syaikh Zain al-Dîn hidup dalam keluarga tradisi agamis dan berasal

dari keturunan terhormat dan disegani. Hal ini dibuktikan, bahwa kakeknya

yang bernama Zain al-Dîn Ibn ‘Ali merupakan ulama besar yang banyak

menghasilkan karya tulis, diantaranya sangat populer dalam tradisi

4 http://www.alkisah.web.id/search?max-results=100, diakses tanggal 25 Mei 2010, jam

10.19 WIB.

5 http://www.aswaja.net/aswaja-blogger/1010 , diakses tanggal 25 Mei 2010, jam 10.19

(26)

14

tasawuf.6Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî, selain dikenal sebagai ulama fikih

(Syafi‘i), ia juga dikenal sebagai ahli tasawuf, sejarah dan sastra.

2. Karya-karyanya

Di antara karya yang dihasilkannya:

1. Fath al-Mu’în(pintu pertolongan), adalah syarah(komentar) atas kitab

Qurrat al-‘Ain Hidayat al-Azkiyâ ilâ Tarîq al-Auliyâ.

2. Irsyâd al-Ibâd ilâ Sabîli al-Rasyâd. Dan kitab ini telah di-syarh-i atau

dikomentari oleh Syaikh Ihsan Jampes dengan judul: Manâhij

al-Imdâd, terbit pada tahun 1940 setebal + 1088 halaman, mengulas

tentang tasawuf.7

3. Tuhfat al-Mujâhidîn.

4. Mukhtasar fî Ahâdîts Dzikr al-Maut.

5. Ihkam Ahkam al-Nikâh.

Kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, telah diterjemahkan ke

dalam bahasa Jawa oleh Misbah b. Zain al-Mustafa.8Dan untuk

memudahkan para pembaca yang tidak bisa membaca kitab kuning yang

tidak berbaris, sudah ada usaha penerjemahan Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl

al-Rasyâdoleh H. Mahrus Ali9dan H. Salim Bahreisy.10

6Al-Ziraklî,al-‘Alâm Qamûs Tarâjum, Li Asyhûr al-Rijâl wa al-Nisâ` min al-‘Arabî wa al -Musta‘ribîn al-Mustasyriqîn,h. 64.

7 Syaikh Ihsan Jampes, Irsyâd al-Ikhwân fî Bayân al-Hukm al-Qahwah al-Dukhân. Penerjemah Ali Murtadho dan Mahbub Dje (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2009), h. xxiii.

8 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di

Indonesia(Bandung: Mizan. 1995). h. 165.

9Zain al-Dîn Ibn ‘Abd al-‘Azîz bin Zain al-Dîn al-Malîbârî,Irsyâd al‘-Ibâd ilâ Sabîl

al-Rasyâd.Penerjemah H. Mahrus Ali. (Surabaya: Mahkota,t.t.).

(27)

B. Tijauan KitabIrsyâd al-Ibâd ilâ Sabîli al-Rasyâd 1. Format Kitab

Pada umumnya Kitab Kuning yang berbahasa Arab klasik yang

dipelajari di Pesantren di Indonesia adalah kitab komentar (syarh, Indonesia

Jawa : syarah) atau komentar atas komentar (hasyiah) atas teks yang lebih

tua (matn, matan). Edisi cetakan dari karya-karya klasik ini biasanya

menempatkan teks yang di-syarah-i atau di-hasyiah-i dicetak di tepi

halamannya, sehingga keduanya dapat dipelajari sekaligus.11

Akan tetapi berbeda dengan Kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl

al-Rasyâd. Secara format penulisan, sama dengan kitab kuning lainnya.

sedangkan dari segi isinya, Kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd

bukanlah kitab syarh atau penulisan kembali. Tetapi merupakan kitab

ringkasan (mukhtasar)/ kutipan dari dua buah kitab, yaitu Kitab al-Zawâjir

dan Mursyid al-Tullâb. Sedangkan pinggirnya merupakan ringkasan

(mukhtasar) Ahâdîts Dzikr al-Maut.12

KitabIrsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd layaknya kitab klasik yang

paling umum di pakai di pesantren sedikit lebih kecil dari kertas kuarto,

dengan ukuran 18x26 cm., 128 halaman, dan tidak di jilid. Kitab ini

mempunyai ciri khas khusus yaitu desain sampul dan warnanya yang polos,

terdiri dari dua warna dan tidak mengikuti perkembangan dunia percetakan.

Selain itu, hampir seluruh sampul kitab kuning tidak dihiasi dengan back

ground gambar yang melukiskan ide dasar isi buku. Pada umumnya di

11Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di

Indonesia, h. 141.

12 Al-Malîbârî, Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd (Surabaya: Dâr Ihyâ` Kitab

(28)

16

pesantren tradisional, kitab seperti ini dinamai dengan kitab kuning, karena

memang kitab seperti ini di cetak di atas kertas berwarna kuning.

Lembaran-lembaran (koras-koras) tak terjilid dibungkus kulit sampul, sehingga para

santri dapat membawa hanya beberapa halaman yang kebetulan sedang

dipelajari saja. Ini adalah karakteristik fisik lain yang umumnya

mengandung makna simbolik, ia membuat kitab tersebut tampak lebih

klasik. Kitab yang ditulis pengarang modern, penerjemah atau pensyarah

modern tidak pernah dibuat mengikuti format ini. Banyak pemakai kitab

klasik yang sangat mengaitkan karakteristik ini dengan kitab klasik, dan

penerbit mengikuti saja selera konsumennya. Sebagian penerbit bahkan

mencetak kitab di atas kertas berwarna kuning (yang diproduksi khusus

untuk mereka, oleh beberapa perusahaan Indonesia) karena tampaknya kitab

berwarna kuning ini juga menjadi lebih klasik di pikiran para pemakainya.13

2. Metode penulisan kitab

Masing-masing kitab klasik berbeda satu sama lain dalam hal

penyajian. Bila dilihat dari segi makna dapat dibagi menjadi:14

1. Kitab Kuning yang berbentuk penawaran atau penyajian secara naratif

seperti: Sejarah, tafsir, syarah hadis dan lain-lain.

2. Menyajikan kaidah-kaidah keilmuan seperti:Nahwu, balagah, mustalah,

mantiq,dan lain-lain.

13Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di

Indonesia,h. 142. 14Ahmad Fadhlah

,”Kajian Hadis-hadis Sumpah palsu Dalam Kitab Irsyâd al-‘IbâdKarya

Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî,”(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam

(29)

3. Tersusun secara panjang lebar dengan argumentasi ilmiah seperti:

filsafat, tasawuf, dan lain-lain.

Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî mengambil bentuk yang pertama,

menulis dengan metode penawaran atau penyajian secara naratif dengan

bahasa yang mudah dipahami.

Bila di teliti lebih jauh lagi akan tampak bahwa Syaikh Zain al-Dîn

selain mengemukakan pokok-pokok pikirannya, beliau juga mengemukakan

dalil-dalil yang beliau sampaikan. Selain dalil ‘aqli yang sederhana beliau

juga menyertakan dalil naqli dari al-Qur`ân dan Hadis. Namun demikian

penggunaan dalil-dalil‘aqlitersebut tidak mencapai taraf argumentatif, yang

bertentangan dengan matan, karena Syaikh Zain al-Dîn memperlakukan

matan sebagai acuan standar. Sehingga, pendapat yang ia kemukakan paling

tidak dapat memberikan batasan antara pendapatnya dengan pendapat

matan.

Sebagai contoh: pembahasan tentang gîbah, Syaikh Zain al-Dîn

memulai pembahasan dari ayat-ayat al-Qur`ân, kemudian mengungkapkan

beberapa hadis Nabi Saw., yang kualitasnya tidak diketahui. Kemudian

mengungkapkan pendapat ulama, hikayat, dan diakhiri dengan peringatan

atau komentar beliau.

3. Isi Kitab

Dalammuqaddimah-nya (KitabIrsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd),

kitab ini merupakan ringkasan dari kitab al-Zawâjir danMursyid al-Tullâb,

(30)

18

dan kakek kami Zain al-Dîn al-Ma‘barî. Kemudian saya tambahkan

didalamnya hadis-hadis dan masalah fikih serta hikayat-hikayat (cerita) dan

nasehat-nasehat. Diberi nama Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd(penuntun

manusia ke jalan yang baik), sambil mengharap dari Allah yang maha murah

semoga memimpin kami, dan semua manusia ke jalan yang bahagia dan

kekal, sungguh ia maha pemurah lagi pengasih.15

Bila ditelusuri point-point yang terdapat didalamnya maka dapat

digolongkan kitab ini sebagai kitab fikih sekaligus kitab akhlak. Dikatakan

demikian, karena didalamnya dibahas tentang bidang-bidang ibadat,

mu’amalat, dan akhlak yang meliputi tentang nasihat-nasihat. Seluruh

pembahasannya dikelompokkan pada 44 bab. Pada tiap bab terdapat

beberapa buah hadis.

4. Kandungan Hadis

Hadis-hadis yang ada dalam kitab Irsyâd al-‘Ibâd, hanya

mencantumkan riwayatnya saja, atau mukharrij-nya. Hal tersebut dapatlah

kita mengerti karena kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd bukanlah

kitab asli yang bersanad. Begitu juga dengan kualitasnya tidak dapat

diketahui tanpa dilakukannya penelitian. hadis-hadis yang ada di kitab

Irsyâd al-‘Ibâd ada yang marfû, dan ada juga yang mauqûf. Hadisnya

kurang lebih berjumlah 1078.

Kitab Irsyâd al-`Ibâd dalam penempatan bab perbab sudah

mengalami kemajuan. Terlihat dari sistematika penyusunan bab, kitab

(31)

tersebut mengelompokkan beberapa permasalahan yang identik atau

berkaitan. Berikut ini adalah pembahasan dalam kitabIrsyâd al‘-Ibâd:

Pendahuluan:

1. Bab : Iman (11 hadis).

Pasal : Murtad (2 hadis).

2. Bab : Ilmu (24 hadis).

3. Bab :Wudu‘(5 hadis).

Pasal : Hukum wudu‘, Sunnat wudu‘,makruhdalam wudu‘.

4. Bab : Mandi (12 hadis).

Pasal : Perkara yang mewajibkan mandi besar.

5. Bab : Keutamaan salat wajib (22 hadis).

Pasal : Haram mengakhirkan salat dari waktu yang ditentukan (6 hadis),

Hukum-hukum salat, wajibnya salat, sunat-sunat dalam salat (14

hadis), hal yang dimakruhkan dalam salat (2 hadis), yang

membatalkan salat (6 hadis), bacaandzikir ba‘da salat (19 hadis).

6. Bab : Salat Sunat (52 hadis).

7. Bab : Salat Jama‘ah(29 hadis).

Pasal : Syarat-syarat menjadi ma‘mum.

8. Bab : Salat Jum‘at(36 hadis).

Pasal : Syarat sahnya salat Jum‘at.

9. Bab : Pakaian dan perhiasan yang diharamkan bagi kaum lelaki dan

menyerupai dengan orang perempuan (14 hadis).

10. Bab : Menjenguk orang sakit (15 hadis).

(32)

20

Pasal : Bacaan untuk keselamatan dari siksa (12 hadis), Tentang sabar

terhadap musibah (9 hadis), menghibur orang yang berduka

cita/ta‘ziyah(3 hadis), ziyarah kubur (11 hadis).

12. Bab : Zakat (12 hadis).

Pasal : Zakat emas, sedekah sunat (29 hadis), jamuan tamu (4 hadis),

zuhud (9 hadis), keutamaan fakir (11 hadis), mengungkit sedekah

(19 hadis).

13. Bab : Puasa (18 hadis)

Pasal : Hukum puasa (10 hadis), kelebihan sepuluh hari terakhir dan

lailât al-Qadr,itikafdan bangun malam pada malam hari rayat‘îd

al-Fitridan ‘îd al-Adhâ (13 hadis) Puasa sunat (23 hadis), penutup

keutamaan hari Asyura` (4 hadis).

14. Bab : Haji (6 hadis).

Pasal : Hukum-hukum haji, Fadilah kota Mekkah (11 hadis), Ziarah ke

kuburan Nabi Saw. dan fadilah ziarah ke Kota Madinah (7 hadis).

15. Bab : Keutamaan membaca al-Qur`ân (11 hadis).

Pasal : Keutamaan sebagian surat dan ayat-ayat al-Qur`ân yang didasari

dengan hadis-hadis (34 hadis).

16. Bab : Bacaan dzikir diwaktu pagi dan petang (23 hadis).

17. Bab : Bacaan ketika akan tidur dan bangun daripadanya (13 hadis).

18. Bab : Bacaan untuk sebagian keadaan (7 hadis)

19. Bab : Dzikir yang tidak terbatas pada waktu (18 hadis).

20. Bab : Keutamaan membaca Salawat pada Nabi Saw. (15 hadis).

(33)

22. Bab : Sombong dan ‘ujub/membanggakan diri atas suatu perbuatan

yang dilakukan (7 hadis). Penutup: Keutamaantawâdu‘(10 hadis)

23. Bab : Dengki dan iri hati (7 hadis).

24. Bab : Marah (7 hadis).

25. Bab :Gîbah(9 hadis).

26. Bab :Namîmah/ Mengadu domba (7 hadis).

27. Bab : Dusta (10 hadis).

28. Bab :‘Amar ma‘rûf nahyi al-Munkar(7 hadis).

29. Bab :Kasb/ kerja (14 hadis).

Pasal : Rukun jual beli, tentang riba (7 hadis), menimbun barang dan

memisahkan antara anak dan ibu (7 hadis), tipuan dalam jual beli

(4 hadis), menjual barang dengan sumpah palsu (4 hadis),

mengurangi sukatan timbangan dan ukuran (2 hadis), lapang dada

dalam jual beli dan memaafkan orang yang menyesal (4 hadis),

hutang piutang dan mekanismenya (11 hadis), penutup memberi

waktu pada orang yang tidak punya (5 hadis).

30. Bab : Mencela bea cukai yang melakukan pungli (9 hadis).

31. Bab :Dâlim/Penganiayaan (18 hadis)

Pasal : Makan harta anak yatim (3 hadis), penutup memelihara anak

yatim dan janda (9 hadis), khiyanat (8 hadis).

32. Bab : Wasiat (4 hadis).

(34)

22

Pasal : Rukun nikah (2 hadis), hal yang terjadi antara suami dan istri (3

hadis), suami atau istri menolak hal yang lain (10 hadis), nusyûz

(15 hadis), pembagian bermalam (4 hadis).

34. Bab : Memutuskan hubungan antara sesama muslim/boikot (5 hadis)

35. Bab : Durhaka terhadap kedua orangtua (9 hadis)

Penutup : Berbakti kepada kedua orangtua (7 hadis).

36. Bab : Memutuskan hubungan kekerabatan (6 hadis), Penutup (9 hadis).

Pasal : Hak budak sahaya (12 hadis), hak-hak tetangga (16 hadis).

37. Bab : Pembunuhan (14 hadis).

38. Bab : Jihad (28 hadis)

Pasal : berjalan di jalan Allah (8 hadis), Lari dari medan perang (6

hadis), gulûl/khianat/korupsi (9 hadis).

39. Bab : Perdukunan, mengadu nasib, tebak menebak, tenung (sihir), ilmu

nujum dan mencari nasib dengan burung (9 hadis).

40. Bab : Zina (14 hadis), Penutup: tentang zina mata, tangan dan

meneyendiri dengan wanita bukan mahram/ajnabiyah(16 hadis).

Pasal : Liwat atau pelacur laki-laki dengan laki-laki (9 hadis), penutup

al-Sihâq atau pelacur wanita dengan wanita (2 hadis), Menuduh

berzina orang yang sopan dengan zina atauliwât(3 hadis).

41. Bab : Minumkhamr (20 hadis), penutup tentang makan ganja (2 hadis)

42. Bab : Sumpah Palsu (5 hadis).

43. Bab : Saksi Palsu (4 hadis).

44. Bab : Taubat (10 hadis).

(35)
(36)

BAB III

ANALISA HADIS-HADIS BABGÎBAH

A. Hadis Pertama (Pengampunan yang menggîbah)

.

1

Artinya:

“Diriwayatkan oleh Baihaqî, al-Tabranî, Abû al-Syaikh, Ibn Abî Dunyâ, dari Jâbir dan Abî Sa’îd. Berhati-hatilah kamu, jangan sampai menyebut kejelekan orang lain. Sebab sesungguhnya menyebut kejelekan orang lain lebih sulit diampuni dosanya daripada zina. Ada orang bertanya

kepada beliau: “sesungguhnya seorang lelaki terkadang berzina, lantas (dia

bertaubat) dan Allah menerima taubatnya. Dan sesungguhnya orang yang menyebut kejelekan orang lain tidak akan diampuni dosanya sehingga orang yang disebut kejelekannya mengampuni pada orang yang

menebarkan kejelekan itu”.

Pelacakan hadis dilakukan melalui kata-kata isimdan fi‘ilyang ada dalam matan hadis, melalui Kitab Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî,

tidak ditemukan hadis tersebut. Selanjutnya pelacakan dilakukan melalui awal

matan. Melalui kitab al-Jâmi‘ al-Sagîrhadis tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Abî

al-Dunyâ dalam dzam al-gîbah dan Abû al-Syaikh dalam al-Taubîkh, keduanya

dari Jâbir dan Abî Sa‘îd.2Melalui Kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts Nabawî

al-Syarîf,ditemukan data sebagai berikut:

1Zain al-Dîn ibn ‘Abd al-‘Azîz bin Zainal-Dîn al-Malîbârî, Irsyâd `Ibâd ilâ Sabîl

al-Rasyâd, bâb al-gîbah,(Surabaya: Dâr Ihyâ` al-Kitab al-‘Arabiyah,t.t.), h. 72.

2 Jalâl al-Dîn ‘Abd al-Rahmân bin Abî Bakr al-Suyûtî, Jâmi‘ Sagîr fî Ahâdîts

al-Basyîr wa al-Nadzîr,Juz 1, hadis no. 2919, (Beirût: Dâr al-Fikr tt), h. 450.

(37)

3 / ) ( / ) ( ) (

1.Teks hadis

Riwayat al-Tabrânî

.

:

) :

(

:

)

(

.

4

Riwayat Ibnu Abî al-Dunyâ

.

) :

(.

5

Riwayat Abû Syaikh al-Asbihânî

)... 1 (

:

:

:

) :

3Abu Hajir Muhamad al-Sa‘îd bin BasyunîZaglûl,Mausû‘ah Atrâf Hadîts Nabawî

al-Syarîf,Juz 4(Beirut: Dâr al-Fikr. 1989), h. 144.

4Abî al-Qâsim Sulaimân bin Ahmad al-Tabrânî,al-Mu‘jam al-Ausât,jilid 6, hadis no 6590, (Kairo: Dâr al-Hadîts, 1996), h. 430.

5Abî Bakr ‘Abdullah bin Muhamad bin ‘Ubaid Ibnu Abî al-Dunyâ,Samt wa Adâb

al-Lisân, bâb dzam al-gîbah wa dzamihâ, hadis no. 164, (T.tp.: Dâr al-Kutub al-‘Arabî, 1997), h.

118-119.

(38)

25

:

.(

6 Riwayat al-Baihaqî

:

)

(

]

[

:

)

.(

:

:

.

.

7

...

) :

(.

8

Sedangkan dalam kitab al-Jâmi‘ Lisyu‘ab al-Îmân bukan ...

akan tetapi , yang pertama dianggap salah.9

6 Abû Muhamad, ‘Abdullah bin Muhamad bin Jafar bin Hayyân ِ◌Abû Syaikh al-Asbahâni, al-Taubîkh wa al-Tanbîkh, cet. Pertama,bâb al-nahyu ‘an al-gîbah wa mâ jâ`a fîhi,

hadis no. 168, (Beirût: Ihyâ al-Turâts al-Islâmî, 1987), h. 203.

7Abî Bakr Ahmad bin al-Husain al-Baihaqî,Su‘abu al-Îmân, juz 5,bab Fî Tahrîm A‘râd

al-Nâs,hadis no. 6741, (Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Ilmiyah, t.t.), h. 306.

(39)

2.Al-I‘tibâral-Sanad

Al-I‘tibâr yaitu menyertakan sanad-sanad yang lain, untuk dapat

mengetahui apakah ada periwayat lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad

dari sanad hadis dimaksud.10

Dengan dilakukannya al-I‘tibâr, maka akan terlihat dengan jelas seluruh

jalur sanad hadis yang diteliti, demikian juga nama, dan metode

periwayatnya. Jadi, kegunaan al-I‘tibâr adalah untuk mengetahui keadaan

hadis seluruhnya dilihat dari ada tidaknya pendukung (corroboration)

berupa periwayat yang berstatus mutabi‘ 11atau syahid.12Supaya lebih jelas

untuk melihat ada tidaknya periwayat yang berstatus mutabi‘ atau syahid,

maka perlu dibuatkan skema/ bagan hadis sebagai berikut:

10M. Syuhudi Ismail,Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 50, mengutif dari Ibnu al-Salâh dan al-Sakhâwî.

11Periwayat yang berstatus pendukung pada periwayat bukan sahabat.

12 Periwayat yang berstatus pendukung yang berkedudukan sebagai dan untuk sahabat

(40)
(41)

3. Penelitian Sanad

a. Sanad Ibnu Abî al-Dunyâ

Hadis kesatu, hadis yang diteliti yaitu, hadis yang mukharrijnya

Ibnu Abî al-Dunyâ.

Penelitian para periwayat hadis dimulai dari periwayat terakhir atau

mukharrijhadis.

Ibnu Abî al-Dunyâ (208-281 H.)

Nama lengkapnya: ‘Abdullah bin Muhamad bin ‘Ubaid bin

Sufyân bin Qais Qursyî Umawî, Abû Bakar Ibnu Abî Dunyâ,

al-Bagdâd al-Hâfiz.13

Gurunya: Ahmad bin Jamîl al-Marwazî, Zuhair bin Harb, Abî Dâwud Sulaimân al-Asy‘ats, Muhamad bin Ismâ‘îl al-Bukhârî, Hannâd

al-Syarî,Yahyâ Ibn Ayûb al-Maqâbirî,Yahyâ Ibnu Yûsuf al-Zâmî.

Muridnya: Ibnu Mâjah al-Tafsîr, ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim

al-Râzî, Abû al-Husain ‘Utsmân bin Muhamad bin ‘Allân al-Dzahabî.

Pendapat ulama hadis:

1. ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim:14 Saya menulis hadis darinya

beserta ayahku, kemudian bertanya tentangnya:ق و ﺪ ﺻ

2. Al-Khâtib: beliau seorang pendidik yang baik para putrakhalîfah.

3. Ahmad bin Kâmil: Ibnu Abî al-Dunyâ seorang pendidik yang handal.

13 Syihâb al-Dîn Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 4, (Beirût: Dar al-Fikr, 1995), h. 473. Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî,Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ`i al-Rijâl,jilid 16, (Beirût: Mu`asasah al-Risâlah, 1989), h. 72.

(42)

29

4. Berkata yang lainnya: Apabila datang seseorang pada Ibnu Abî

al-Dunyâ, dia bisa menghibur dan sedih/ menyentuh, dalam satu waktu,

untuk meluaskan ilmu dan penjelasan/ berita.15

5. Ismâ‘îl bin Ishâq al-Qâdî: Semoga Allah merahmati Abâ Bakr,

meninggal besertanya ‘ilmu yang banyak.

6. Dia lahir tahun 208 H. Ibnu al-Munâdî, dan yang lainnya: Beliau

meninggal tahun 281 H, bulan Jumadil Awal.

Terdapat pertemuan antara guru dan murid, pendapat para ulama

menilai positif(al-ta‘dîl).Beliau menerima hadis dengan cara (ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ ).

Yahyâ bin Ayûb al-Maqâbirî (157-233/243 H.)

Nama lengkapnya: Al-Imâm al-‘Âlim al-Qudwah al-Hâfiz,

Yahyâ bin Ayûb al-Maqâbirî, Abû Zakariyâ al-Bagdâdî al-‘Âbidi.16

Gurunya: Khalaf bin Khalîfah, Ismâ‘îl bin ‘Ûlayyah, ‘Abdullah

Ibn al-Mubârak, ‘Alî Ibn al-Ja‘ad, Wakî‘ bin al-Jarâh.

Muridnya: Muslim, Abû Dâwud, Ahmad bin HanbalAbû Bakar

Abdullah bin Muhamad bin Abî al-Dunyâ, Abû Hâtim al-Râzî.

Pendapat ulama hadis:

1. Abû al-Hasan al-Maimûnî, dari Ahmad bin Hanbal: Lelaki Saleh

orang yang mempunyai ketenangan.

2. ‘Alî Ibn al-Madînî, Abû Hâtim:17ق و ﺪ ﺻ

3. Abû Syu‘aib al-Harrânî: Yahyâ bin Ayûb al-Maqâbirî orang terpilih

yang rajin beribadah kepada Allah.

15Al-Dzahabî,Siyaru ‘Alâm al-Nubalâ`,jilid 13, h. 400.

16Al-Dzahabî,Siyaru A‘lâm al-Nubalâ, jilid 11, (Beirût: Mu`asasah al-Risâlah, 1996), h. 386. Al-Mizî,Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ` al-Rijâl,jilid 31, h. 338.

(43)

4. Mûsâ bin Hârun bin ‘Abdillah: Suraij bin Yûnus, dan Yahyâ bin

Ayûb keduanya Saleh.

5. Beliau lahir tahun 157 H. meninggal pada bulan Rabi‘ul Awwal,

malam Ahad,tahun 233 H/ 243 H. di Bagdad.

Terdapat pertemuan dengan muridnya, pendapat para ulama

menilai positif(al-ta‘dîl), menerima hadis dengan caratahdîts(ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ ).

Asbât bin Muhamad (W. 200H.)

Nama lengkapnya: Asbât bin Muhamad bin ‘Abdal-Rahmân bin

Khâlid bin Maisarah, al-Qurasyî, Abû Muhamad bin Abî ‘Amr al-Kûfî.18

Gurunya: Sa‘îd bin Abî ‘Arûbah, Sufyân al-Tsaurî, Abî Sinân

Sa‘îd bin Sinân al-Syaibânî, Sulaimân al-Taimî.

Muridnya : Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Muhamad bin Yahyâ

bin Sa‘îd al-Qattân, Hannâd al-Sarî.

Pendapat ulama hadis:19

1. ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal: bertanya pada ayahnya tentang

siapa yang lebih dicintai, dari Asbât, Sa‘îd atau al-Khaffâf? Asbât

lebih dicintai, beliau mendengarnya waktu di Kufah.

2. Abû Bakr bin Abî Khaitsamah, dari Yahya Ibnu Ma‘în:ﺔ ﻘ ﺛ

3. Abû Hâtim:ﺢ ﻟ ﺎ ﺻ

4. Al-Nasâ`î:

5. Ya‘qûb bin Syaibah: orang Kufah yang ﺔ ﻘ ﺛ ق و ﺪ ﺻ , dari golongan

Quraisy, meninggal di Kufah bulan Muharam tahun 200 H.

18Al-Dzahabî,Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`,jilid 9, h. 355.

19Al-Dzahabî,Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`,jilid 9, h. 355-356. Al-Mizi,Tahdzîb al-Kamâl fî

(44)

31

Para ulama menilainya positif (al-Ta‘dîl), menerima hadis

dengan cara‘an‘anah(ﻦ ﻋ ).

Abû Raja`al-Khurasânî

Nama lengkapnya: ‘Abdullah bin Wâqid al-Hârits bin ‘Abdullah

bin Arqam bin Ziyâd bin Mutarraf bin al-Nu‘mân bin Salamah bin

Tsa‘labah bin al-Du`ali bin Hanîfah al-Hanafî, Abû Raja` al-Khurasânî.20

Gurunya: Ibbâd bin Katsîr al-Tsaqafî al-Basrî, ‘Abdullah bin

‘Utsmân bin Khutsaim, Muhamad bin Mâlik al-Jûzânî.

Muridnya: Asbât bin Muhamad al-Qurasyî, Ishâq bin Mansûr al-Salûlî, Ismâ‘îl bin Abân al-Warrâq, Bisyr bin al-Walîd al-Kindî.

Pendapat ulama hadis:21

1. Ahmad bin Hanbal dan YahyâIbnu Ma‘în: ﺔ ﻘ ﺛ

2. Abû Zur‘ah: . Diakhir mengatakan:ﺔ ﻘ ﺛ

3. Al-Nasâ`î:

Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama

menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah

(ﻦ ﻋ ).

Ibbâd bin Katsîr al-Tsaqafî al-Basrî (W. 150 H.)

Nama lengkapnya: ‘Ibbâd bin Katsîr al-Tsaqafî al-Basrî22

Gurunya: Idrîs bin Sinân, Tsâbit al-Bunânî, Sa îd al-Jurairî, Sufyân

al-Tsaurî, Mâlik bin Dînar, Hisyam bin‘Urwah.

Muridnya: Isma‘îl bin ‘Ayyâsy, Sa‘îd bin Râsyid, Abû Raja` Abdullah bin Wâqid al-Harawî,Muhamad bin Yûsuf al-Firyâbî.

(45)

Pendapat ulama hadis:23

1. ‘Abbâs al-Daurî:ﺚ

2. Ahmad bin Sa‘ad , dari YahyâIbnu Ma‘în:

3. Al-Dârimî, dari Yahyâ: dia lelaki saleh.

4. Al-Bukhârî:ه ﻮ ﻛ ﺮ ﺗ. tinggal di Mekah.

5. Al-Nasâ`î:24

6. Al-Dâruqutnî: .

7. Meninggal di Makkah tahun 150 H.

Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, namun penilaian

para ulama menilainya negatif (al-jarh), menerima hadis dengan

‘an‘anah(ﻦ ﻋ ). Maka periwayatannya tidak dapat diterima.

Sa îd al-Jurairî (W. 144 H.)

Nama lengkapnya: al-Imâm, al-Muhaddits, al-Tsiqah, Sa‘îd bin

Iyâs al-Jurairî, Abû Mas‘ûd al-Basrî.25

Gurunya: Tsumâmah bin Hazn Qusyairî, Jabr bin Habîb,

al-Hasan Basrî,Abî Nadrah al-Mundzir bin Mâlik bin Qut ah al- Abdî.

Muridnya Hammâd bin Zaid, Hammâd bin Salamah, Sufyân

al-Tsaurî, ‘Abdullah Ibn al-Mubârak, Muhamad bin Dînâr.

Pendapat ulama hadis :26

1. Abû Tâlib: Ahli Hadis dari Basrah.

2. Abbâs al-Dûrî: dari Yahyâ Ibnu Ma‘în:ﺔ ﻘ ﺛ

23Al-Mizi,Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`i al-Rijâl,jilid 14, h. 147-148. ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim,al-Jarh wa al-Tadîl, jilid 6, h. 84-85. Syams al-Dîn bin Ahmad al-Dzahabî.Mîzân al-I‘tidâl,jilid 4, (Beirût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1995), h. 35.

24Abî ‘Abd al-Rahmân Ahmad bin Syu‘aib Al-Nasâ`î,Al-Du‘afâ wa al-Matrûkîn( Beirût: Dâr al-Fikr, 1987), h. 172.

25Al-Dzahabî,Siyaru ‘Alâm al-Nubalâ`, jilid 16, h. 153. Al-Mizî.Tahdzîb al-Kamâl,jilid 10 h. 338.

(46)

33

3. Abû Hâtim: Hafalannya berubah sebelum meninggal, maka tulis

darinya yang lama, diaﺢ ﻟ ﺎ ﺻ , dan ﺣ .27

4. Yahyâ bin Sa‘îd al-Qattân, dari Kahmas: Kami mengingkari

al-Jurairî pada masa tuanya (sekitar tahun 132 H.).

5. Yahyâ bin Ma‘în, dari Muhammad bin Abî ‘Addî: Kami tidak

berbohong kepada Allah, saya mendengar al-Jurairî, ia mukhtalit

28(kacau/ rusak hafalannya).

6. Al-Nasâ`î:ﺔ ﻘ ﺛ, tetapi diingkarinya pada masa tuanya.

7. Muhamad bin Sa‘ad: beliau meninggal tahun 144 H.

Terdapat pertemuan dengan gurunya, penilaian ulama positif

(al-ta‘dîl), tetapi diakhir umurnya/ pada masa tuanya dia ikhtilat (kacau hafalannya), menerima hadis dengan‘an‘anah(ﻦ ﻋ ).

Abî Nadrah (W. 197/198 H.)

Nama lengkapnya: al-Mundzir bin Mâlik bin Qit‘ah, Imâm

al-Muhaddits al-Tsiqah, Abû Nadrah al-‘Abdîal-‘Awaqî al-Basrî.29

Gurunya: Anas bin Mâlik, Jâbir bin Abdullah, ‘Abdullah bin

‘Abbâs, ‘Alî bin AbîTâlib,Abî Sa,îd al-Khudrî, Abî Hurairah.

Muridnya: Humaid al-Tawîl, Sa îd bin Iyâs al-Jurairî,

Sulaimân al-Taimî, Qatâdah bin Di‘âmah, Kahmas bin al-Hasan.

Pendapat ulama hadis:30

1. Yahya Ibn Ma‘în, Abû Zur‘ah, dan al-Nasâ` î:ﺔ ﻘ ﺛ

2. Muhamad bin Sa‘ad:

27‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim,al-Jarh wa al-Ta‘dîl,jilid 4, h. 1.

28Salâh al-Dîn Abû Sa‘îd al-‘Alâ‘,al-Mukhtalitîn(Kairo: al-Khânajî, t.t.), h. 37. 29Al-Dzahabî,Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`,jilid 4 h. 529-530.

(47)

3. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam Kitab al-Tsiqât. Ia dituduh

sesat, ia orang yang fasih di antara manusia, lumpuh di akhir

hidupnya.

4. Meninggal tahun 197/198 H.

Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. Para ulama

berbeda pendapat dalam menilainya. Menerima hadis dengan cara

‘an‘anah(ﻦ ﻋ ).

Abû Sa‘îd al-Khudrî (Sahabat W63/74 H.)

Jâbir bin Abdillah (Sahabat W. 74H.)

Untuk tingkatan sahabat tidak diteliti rijal hadisnya. Karena

penulis mengikuti pendapat para ulama hadis bahwa para sahabat adil

dalam meriwayatkan hadis.

Analisa Sanad

Setelah diteliti satu persatu periwayat hadis, hadis kesatu melalui

Jâbir dan Abî Sa‘îd sanadnya bersambung. Akan tetapi terdapat periwayat

yang dinilai da‘îf, bahkan matrûk pada ‘Ibbâd bin Katsîr al-Tsaqafî.

Sehingga dihukumi da‘îf. Dengan demikian hadis pertama yang melalui

(48)

35

b. Sanad Al-Baihaqî

Dikarenakanhadis yang melalui Jâbir bin ‘Abdillah dan Abî Sa‘îd

da‘îf,maka penulis mencoba meneliti yang melalui jalur Anas bin Mâlik.

Al-Baihaqî (384-458 H.)

Nama lengkapnya: al-Imâm al-Hâfiz al-‘Allâmah al-Jalîl,

al-Usûlî al-Zâhid al-Wara‘, Syaikh‘Khurasân, Sâhib al-Tasânif: Abû Bakar

Ahmad bin al- Husain bin ‘Alî bin ‘Abdillah bin Mûsâ al-Baihaqî

al-Naisâbûrî.31

Lahir 384 H. pada bulan Sya‘ban, dan meninggal pada hari ke sepuluh

bulan Jumâdi al-Awal tahun 458 H.32

Gurunya: al-Hâkim Abî Abdullah al-Hâfiz, ‘Abdillah bin

Yûsuf al-Asbih

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis penyelesaian soal berpikir kritis berstandar PISA dan wawancara dengan siswa berpkepribadian thinking , didapatkan bahwa siswa tersebut

Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Meidah (2013) tentang “Pengaruh Konflik Peran Ganda, Kecerdasan Emosional dan

ethnomathematics dan hypnoteaching dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi mahasiswa dalam mata kuliah matematika kimia karena ethnomathematics dan

Analisis data yang didapatkan sangat diperlukan dalam penciptaan busana ini dikarenakan ada beberapa pengubahan busana hanbok yang identik dikenal dengan model tradisional

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga tesis dengan judul Makna Pendidikan Karakter Bangsa Bagi

Temuan penelitian serupa yang menunjukkan bahwa infographic memiliki pengaruh pada peserta didik dengan berbeda gaya berpikir dan menyajikan argumen yang kuat (Williams,

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh ukuran berat benih terhadap perkecambahan benih pohon merbau darat dan benih berbobot berat