Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)
Oleh
ABDUL AZIZ
NIM: 102034024846
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
i
Abdul Aziz
STUDI KUALITAS SANAD HADIS BAB GÎBAH KITAB IRSYÂD AL-`IBÂD ILÂ SABÎL AL-RASYÂD(Karya: Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî)
Hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah al-Qur´an. Kebenaran al-Qur´an tidak perlu diragukan lagi. Sedangkan hadis, masih perlu dikaji lagi apakah benar bersumber dari Nabi, dikarenakan jauhnya dari masa Nabi sebagai sumber hadis, dan semakin bertambahnya jumlah periwayat hadis. Pada waktu Nabi masih hidup ketika ada berita yang meragukan, dapat ditanyakan kepada Nabi langsung, sehingga dapat ditemukan jawabannya. Namun, setelah Nabi wafat, tidak dapat dilakukan. Untuk melakukan pengecekan berita yang bersumber dari Nabi, para sahabat terkadang mempertanyakan sahabat lain, apakah ia mendengar berita itu dari Nabi. Mengingat hadis sebagai sumber hukum Islam setelah al-Qur´an dan semakin banyak bertebaran hadis palsu, makan penelitian hadis menjadi penting. Tanpa dilakukan penelitian, maka hadis Nabi akan bercampur aduk dengan yang bukan hadis, dan ajaran Islam dipenuhioleh berbagai hal yang menyesatkan umat.
Dalam skripsi ini yang menjadi objek penelitian tentang bab gîbah kitab
Irsyâd al‘-Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd. Dikarenakan kitab ini banyak dikaji di
pesantren-pesantren salaf (tradisional) di Indonesia, dan juga didalam kitab ini banyak dikutip hadis-hadis tanpa disebutkan kualitasnya, sehingga perlu dilakukan penelitian.
Studi kualitas sanad hadis atau dikenal dengan takhrîj hadits merupakan sebuah metode untuk mengetahui kualitas hadis, apakah sampai kepada Nabi atau tidak. Kegiatan studi sanad dimulai dari mencari teks-teks hadis beserta rincian sanadnya, mencari biografi/rijalhadis nya, yang mencakup tahun lahir wafatnya, persambungan guru muridnya, penilaian ulama tentang jarh ta’dilnya. Kemudian
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan syukur kehadirat Allah Swt., yang telah
memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dengan izin-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Nabi Besar Muhammad Saw., yang menjadi panutan bagi semua umat.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis merasakan berbagai hambatan dan
kesulitan. Akan tetapi, munculnya berbagai hambatan dan kesulitan terasa ringan
berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak. Alhamdulillah, berkat bimbingan,
bantuan orang yang terlibat dan orang-orang yang berada di sekitar penulis
akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan.
Dengan penuh rasa syukur, pada kesempatan ini ucapan terima kasih
penulis yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bpk. Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, M.A., Dekan Fakultas Ushuluddin,
beserta jajarannya.
2. Bpk. Dr. Bustamin, M.Si., Ketua Jurusan Tafsir-Hadis,
3. Bpk. Muhamad Rifki Fatkhi, M.A., Sekretaris Jurusan Tafsir-Hadis, atas
bimbingan dan bantuan referensinya.
4. Bpk. Dr. M. Isa H.A. Salam M.Ag., pembimbing skripsi penulis, yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing skripsi ini.
5. Seluruh staft dan dosen di Fakultas Ushuluddin, terutama dosen-dosen di
Jurusan Tafsir-Hadis yang telah berbagi ilmu kepada penulis. Semoga ilmu
yang telah diajarkan dan yang telah penulis terima bermanfaat di dunia dan
iii
7. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Drs. H. Dudu Abdullah dan Ibunda
(Almh.) Sabitah, yang telah mendidik dan mengasuh dengan segala jerih
payah kasih sayangnya, dan selalu mendo‘akan dengan penuh keikhlasan dan
kesabaran hingga penulis dapat menempuh jenjang pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi.
8. Keluarga penulis, kakak; (Alm.) Muhamad Yusup, Khoerani, Ahmad Taufik
S.H.I., Nita Hendratika S.Psi., Adik: M. Sholahuddin, keponakan: M. Fauzan,
Sepupu: Husni Mubarak , atas dorongan dan do’anya.
9. Ahmad Sungkawa (Mang Cucu) dan Bi Pipah yang selalu memotivasi penulis,
dan Gibran yang selalu menghibur.
10. Keluarga besar Aki Zenal-Ema Omoh.
11.Umi, Najwa, Andri, atas do‘a dan dorongannya, dan telah memberikan
kehangatan di keluarga.
12. Yusup Panojer yang telah membantu penulis masuk UIN lewat jalur PMDK.
13. Kawan-kawan seperjuangan MAN Sukamanah angkatan 1999, Eva Noviana
B., Rika Afsari, Ratnasari, Imam Gumelar R., dan juga FOSIL KAHAZEFA.
14. Yayan Bunyamin (Amin) dan Ahmad Ubaidillah Hasbillah, yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk membantu menjelaskan, saat penulis
kesulitan mencari maksud-maksud tertentu yang dibahas dalam skripsi ini.
15. Ustadz-Ustadzah Pondok Pesantren Al-Ma‘mur Rancabolang Wargakerta
iv
16. Kawan-kawan HIMALAYA (Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya), tempat
penulis belajar berorganisasi sekaligus tempat bercanda dan bersenda gurau
khususnya: Kang Ahfaz, Akmal, Eno, Cucu, Asep Muhsin, Asep TM,
Dadan, Ana Mulyana, Nita Muti‘ah, Indra, Tatang, Dekus, Luthfi, Adi, dan
yang lainnya, yang selalu mendo‘akan dan memotivasipenulis.
17. Kawan-kawan LSI (Lembaga Survei Indonesia), Area Jawa Barat &
Jakarta-Banten, Kang Zezen, Ridwan, Nurbadruddin (Uun), Abre, Soleh.
18. Ba Marlin di PPIM (Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat).
19. Kawan-kawan TH-B 2002, Jalal, Sofwan, Asep BT, Saefuddin, Husen.
20. Semua pihak yang tidak tertulis, yang selalu mendengarkan keluh-kesahku
dan memberikan saran-saran dalam pembuatan skripsi ini.
Tulisan ini jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi, bahasa, penulisan
dan sebagainya. Oleh sebab itu, dengan keterbukaan hati, penulis menerima kritik
dan saran yang membangun.
Terakhir hanya kepada Allah penulis pasrahkan, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat adanya, dan juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penulisan skripsi ini, semoga Allah membalas dengan yang lebih baik. Amin.
Jakarta, 2 Juni 2010
v
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 7
C. Tujuan Penelitian... 8
D. Tinjauan Pustaka ... 8
E. Metode Penelitian ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II SEKILAS TENTANG KITAB IRSYÂD AL-‘IBAD ILÂ SABÎL AL-RASYÂD A. Biografi Pengarang 1. Sketsa Kehidupannya ... 12
2. Karya-karyanya ... 14
B. Tinjauan KitabIrsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd 1. Format Kitab ... 15
2. Metode Penulisan Kitab ... 16
3. Isi Kitab... 17
4. Kandungan Hadis ... 18
BAB III ANALISA HADIS-HADIS BABGÎBAH A. Hadis Kesatu ... 23
B. Hadis Kedua ... 42
C. Hadis Ketiga... 57
D. Hadis Keempat ... 62
E. Hadis Kelima... 71
F. Hadis Keenam ... 78
G. Hadis Ketujuh ... 88
H. Hadis Kedelapan ... 102
I. Hadis Kesembilan ... 111
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 123
B. Saran-saran ... 124
DAFTAR PUSTAKA ... 125
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI
Di bawah ini daftar huruf Arab dan transliterasinya dalam huruf latin, sesuai Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis dan Disertasi, (Jakarta: CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007, h. 46-51).
Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
ا tidak dilambangkan
ب b be
ت ts Te dan es
ث s es
ج j je
ح h ha dengan garis di bawah
خ kh ka dan ha
د d de
ذ dz de dan zet
ر r er
ز z zet
س s es
ش sy es dan ye
ص s es dengan garis di bawah
ض d de dengan garis di bawah
ط t te dengan garis di bawah
ظ z zet dengan garis di bawah
ع ‘ koma terbalik diatas hadap kanan
غ gh ge dan ha
ف f ef
ق q ki
ك k ka
ل l el
م m em
ن n en
و w we
ـھ h ha
ء ` apostrof
ي y ye
Vokal
Vokal dalam Bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.
vii
َ◌
- a fathah
ِ◌
- i kasrah
ُ◌
- u dammah
Vokal Rangkap
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
َ◌
-ي ai a dan i
ِ◌
-و au a dan u
Vokal Panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ﺎ ـ َـ â a dengan topi di atas
ﻲ ـ ـ ِـ ـ ـ ـ î i dengan topi di atas
ﻮ ـ ـ ـ ُـ ـ ـ ـ û u dengan topi di atas
Kata Sandang
Kata sandang yang dalam Bahasa Arab dilambangkan dengan huruf
(
)
, dialih-aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupunhurufqamariyyah. Contoh =al-syamsiyyah, =al-qamariyyah.
Syaddah (Tasydîd)
Dalam alih-aksara, tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda tasydîd itu. Tetapi hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tasydîd itu terletak setelah kata sandang yang diikuti huruf-huruf samsiyyah maupun qamariyyah. misalnya, kata ة ر و ﺮ ﻀ ﻟ ا tidak ditulis ad-darûrahmelainkanal-darûrah, demikian seterusnya.
g.Ta Marbûtah
Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. begitu juga jika ta marbûtah tersebut diikuti kata sifat (na‘t). Namun jika ta marbûtah diikuti kata benda (ism), maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.
contoh: = tarîqah, = al-Jâmi‘ah al-Islâmiyah, = Wahdât
al-Wujûd.
h. Huruf Kapital
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hadis ataupun sunnah merupakan sumber ajaran yang kedua setelah
al-Qur‘ân. Al-Qur`an dan hadis satu sama lainnya tidak dapat dipisahkan. Al-Qur`an
memuat ajaran-ajaran yang masih global, sedangkan hadis merupakan penjelasan
terhadap kandungan al-Qur`an. Tanpa menggunakan hadis, ajaran Islam tidak
dapat dimengerti dan diamalkan. Dapatkah melakukan salat, zakat, puasa, haji,
tanpa ada tuntunan yang rinci dari hadis? Jelas semuanya tidak mungkin.
Kedudukan hadis/sunnah sebagai sumber ajaran Islam didasarkan pada
ayat-ayat al-Qur`an, di antaranya sebagai berikut:
)
/ : ٩(
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur`an ) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (al-Nisâ`/4: 59)1
...
)
/ :(
“Dan Kami tidak mengutus seseorang Rasul, melainkan untuk ditaati dengan izin Allah”…. (al-Nisâ`/4: 64).2
1 Departemen Agama (Depag) RI. Al-Qur`an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Gema Risalah Press. tt). h. 128.
.
)
/
:(
“Barang siapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah
mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka”.
(al-Nisâ`/4: 80).3
... ... ) / ٧ : ٥ ٩ (
….“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan
apa yang dilarangnya makatinggalkanlah”…..(al-Hasyr/ 59: 7).4
)
/
: ٩ (“Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada
Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah menyampaikan (amanat
Allah) dengan terang”. (al-Mâ`idah/5: 92).5
Dengan petunjuk ayat-ayat di atas, maka jelaslah bahwa hadis atausunnah
Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam di samping al-Qur`an. Orang
yang menolak hadis sebagai salah satu sumber ajaran Islam berarti orang itu
menolak petunjuk-petunjuk al-Qur`an .6
Hadis pada umumnya oleh para ulama diartikan seperti sunnah sebagai
“segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad Saw., baik ucapan,
3Departemen Agama (Depag) RI.Al-Qur`an dan Terjemahnya, h. 132. 4Departemen Agama (Depag) RI.Al-Qur`an dan Terjemahnya, h. 916. 5Departemen Agama (Depag) RI.Al-Qur`an dan Terjemahnya, h. 177.
6M. Syuhudi Ismail,Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 9. Lihat Ali Mustafa Yaqub,Kritik Hadis,h. 37.
3
perbuatan dan taqrîr7 (ketetapan), maupun sifat fisik dan psikis, baik sebelum
beliau menjadi Nabi maupun sesudahnya”.8
Dari segi periwayatannya hadis Nabi berbeda dengan al-Qur`an, ayat-ayat
al-Qur`an diriwayatkan secara mutawatir,9 sedangkan untuk hadis Nabi, sebagian
periwayatannya berlangsung secara mutawatir, dan sebagian lagi berlangsung
secara ahad.10 Karena itu orisinalitas al-Qur`an tidak perlu disangsikan lagi
sehingga tidak perlu dilakukan penelitian. Akan halnya dengan hadis Nabi yang
berkategori ahad, masih butuh bahkan harus dilakukan penelitian. Dengan
penelitian akan diketahui apakah hadis yang bersangkutan dapat dipertanggung
jawabkan periwayatannya, berasal dari Nabi atau tidak?
Pada waktu Nabi masih hidup ketika ada berita yang meragukan, dapat
ditanyakan kepada Nabi langsung, sehingga dapat ditemukan jawabannya.
Namun, setelah Nabi wafat, tidak dapat dilakukan. Untuk melakukan pengecekan
berita yang bersumber dari Nabi, para sahabat terkadang mempertanyakan sahabat
lain apakah ia mendengar berita itu dari Nabi. Sebagai contoh, ketika Umar
mendapatkan berita dari tetangganya bahwa Nabi telah menceraikan istri-istrinya,
‘Umar langsung menghadap Nabi. Tetapi setelah ditanyakan kepada Nabi,
7 Taqrîr adalah segala sesuatu yang muncul dari sementara sahabat yang diakui keberadaannya oleh Nabi SAW., baik berupa ucapan maupun perbuatan dengan cara diam tanpa pengingkaran atau persetujuan dan keterusterangan beliau menganggapnya baik bahkan menguatkannya. Lihat Muhammad 'Ajaj Al-Khathib,Ushul Al-Hadits Pokok-pokok Ilmu Hadits. Penerjemah H.M. Qodirun Nur dan Ahmad Musyafiq (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1998), h. 3-4.
8M. Quraish Shihab,Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1994), h. 121.
9 Mutawatir adalah berita yang diriwayatkan oleh orang banyak pada setiap tingkat periwayat, mulai dari tingkat sahabat sampaimukharrij,yang menurut ukuran rasio dan kebiasaan, mustahil yang jumlahnya banyak itu bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta. Lihat Ismail,
Metodologi Penelitian Hadis Nabi,h. 3.
10Ahad adalah hadis yang periwayatnya tidak mencapai tingkat mutawatir. Lihat Ismail,
ternyata Nabi hanya bersumpah untuk tidak mengumpuli istri-istrinya selama satu
bulan.11
Semakin jauh dari masa Nabi sebagai sumber hadis, semakin bertambah
jumlah periwayat hadis dari Nabi. Kesenjangan antara wafatnya Nabi dengan
pembukuan hadis, menyebabkan maraknya upaya-upaya pemalsuan hadis.12
Pada mulanya faktor yang mendorong seseorang melakukan pemalsuan
hadis adalah kepentingan politik. Pada masa itu, telah terjadi pertentangan politik
antara ‘Alî bin Abî Tâlib dan Mu‘âwiyah bin Abî Sufyân. Para pendukung
masing-masing tokoh melakukan berbagai upaya untuk memenangkan perjuangan
mereka. Salah satu upaya yang telah dilakukan oleh sebagian dari mereka itu ialah
pembuatan hadis-hadis palsu.13
Para ulama mencatat sekurang-kurangnya ada enam motivasi pemalsuan
hadis,14yaitu:
1. Motivasi politik
2. Pendekatan kepada Allah
3. Menodai Islam
4. Menjilat penguasa
5. Mencari rezeki
6. Mencari popularitas
Selain itu ada juga karena panatisme terhadap madzhab.
Mengingat bahwa hadis sebagai sumber ajara Islam setelah al-Qur`ân, dan
semakin banyak bertebaran hadis-hadis palsu, maka penelitian terhadap hadis
11Ali Mustafa Yaqub,Kritik Hadis, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h.1-2.
12Usman Sya’roni,Otentisitas Hadis Menurut Ahli Hadis dan Kaum Sufi, (Jakarta: Pustaka Firdaus), h. 16.
5
menjadi sangat penting. Tanpa dilakukan penelitian, maka hadis Nabi akan
bercampur aduk dengan yang bukan hadis, dan ajaran Islam akan dipenuhi oleh
berbagai hal yang menyesatkan umat.
Selain itu, penelitian kualitas hadis perlu dilakukan, bukan berarti
meragukan hadis Nabi Saw., tetapi melihat keterbatasan periwayat hadis sebagai
manusia, yang adakalanya melakukan kesalahan, baik karena lupa maupun karena
didorong oleh kepentingan tertentu. Keberadaan periwayat hadis sangat
menentukan kualitas hadis, baik kualitas sanad maupun kualitas matan.15
Tujuan pokok penelitian hadis adalah untuk mengetahui kualitas hadis.
Kualitas hadis sangat perlu diketahui dalam hubungannya dengan kehujahan
hadis, apakah dapat diterima(maqbûl)atau ditolak(mardûd).
Dalam meneliti dan mengkaji suatu hadis para ulama menerapkan dua
metode yaitu: pertama, kritik sanad atau kritik ekstern (naqd sanad/naqd
al-khârijî)yang berkaitan dengan sanad atau rangkaian periwayat. Yang kedua kritik
matan atau kritik intern(naqd al-matn/naqd al-Dâkhilî). Dan yang pertama, kritik
sanad dikenal dengan istilahtakhrîjhadis.
Para ulama ahli hadis merumuskan kriteria-kriteria baik yang berkaitan
denganmatanmaupun silsilah periwayatan(sanad), bahwa hadis yang dinyatakan
sahih apabila ia diriwayatkan dengan sanad yang bersambung kepada Nabi Saw.,
sanad itu terdiri dari periwayat yang ‘adil (memiliki integritas moral), dabt
(memiliki kapasitas intelektual), sementara dalam sanad atau matannya tidak
terdapat ‘illah (kecacatan samar), dan sudzudz (berlawanan dengan hadis lain
yang lebih unggul kualitasnya).
Allah Swt. telah melarang berbuat gîbah (menggunjing) atau
menceritakan keburukan orang lain, sebagaimana yang dijelaskan dalam surah
al-Hujurât/49: 12 berikut:
)
/ :
(
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”.
(al-Hujurât/49: 12).16
Ayat tersebut menyatakan hanya sebatas larangan menggunjing (gîbah),
tanpa menjelaskan apa itugîbahdan bagaimana akibatnya apabila melakukannya.
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu pungsi hadis, yaitu menjelaskan
Qur`ân yang masih global. Dalam sebuah kitab karya Syaikh Zain Dîn
al-Malîbârî bernama kitab Irsyâd al-Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, yang cukup terkenal
dikalangan pesantren salaf (tradisional), terdapat pembahasan mengenai gîbah.
Dalam pembahasan tersebut terdapat beberapa hadis Nabi, yang berkaitan dengan
gîbah.Namun, apakah hadis-hadis tersebut dapat dijadikanhujjah?.
Dalam mengutip hadis-hadis Nabi Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî tidak
mencantumkan sanad secara lengkap dan tidak mencantumkan kualitas hadisnya.
Hal tersebut dapatlah dimengerti karena kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd
bukanlah kitab asli yang bersanad.
7
Melihat keadaan tersebut, penulis ingin meneliti hadis-hadis bab gîbah
yang ada pada kitab Irsyâd al-‘Ibâd, yaitu dengan melakukan kritik sanad atau
takhrîj hadis. Karena dengan ilmu ini, kita dapat mengetahui apakah suatu hadis
itu benar-benar datang dari Nabi Saw.? Dan siapa saja yang ikut terlibat dalam
rangkaian periwayatan hadis itu sampai kepada Nabi?
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas itulah yang menarik
perhatian dan alasan penulis untuk menulis skripsi dengan judul:“Studi Kualitas
Sanad Hadis BabGîbah; KitabIrsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengkaji dan meneliti kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd berarti
tidak terlepas dari penelitian hadis-hadis yang terdapat dalam kitab tersebut. Hadis
yang terkandung di dalamnya dikelompokkan pada 44 bab, jika penulis
melakukan penelitian seluruhnya akan memakan waktu dan halaman yang
banyak. Maka, dalam penelitian ini penulis hanya akan meneliti hadis-hadis bab
gîbah.
Supaya lebih terarah dalam pembahasan skripsi ini, penulis merasa perlu
memberikan pembatasan dalam penelitian, yaitu:
1. Hadis-hadis yang akan diteliti sanadnya adalah hadis-hadis yang
terdapat dalam babgîbahyang berjumlah 9 hadis.
2. Teks hadis yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada Kitab
Atas dasar permasalahan tersebut di atas, maka dirumuskan masalah
pokok, bagaimana kualitas hadis-hadisgîbahdalam kitabIrsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl
al-Rasyâd?.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan skripsi ini yaitu:
1. Untuk mengetahui sanad atau jalur periwayatan, identitas periwayat,
dan metode periwayatan hadis-hadis babgîbah.
2. Untuk mengetahui kualitas hadis-hadis babgîbah.
3. Guna melengkapi salah satu persyaratan pada program S1 Fakultas
Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam meraih gelar S.Th.I. (Sarjana Theologi Islam).
D. Tinjauan Pustaka
Penulis menelusuri skripsi yang membahas tentanggîbahdan KitabIrsyâd
al‘-Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, terutama yang terdapat di Fakultas Ushuluddin.
Penelusuran membuahkan hasil di antaranya:
1. Nur Hayati, dengan judul skripsi:“Takhrij Hadis-Hadis Fadilah Hari‘Asyûra”
Dalam KitabIrsyâd al-‘Ibâddankitab Tanbîh al-Ghâfilîn.
2. Eneng Maria Ulfah, dengan Judul: “Etika Menjaga Lisan dalam al-Qur`ân
9
3. Siti Fatimah, dengan judul: “Etika Pergaulan umat Islam dalam al-Qur`ân
(Tinjauan Surat al-Hujurât ayat 6-13).
4. Ahmad Fadhlah, dengan judul: Kajian Hadis-hadis sumpah palsu dalam kitab
Irsyâd al‘-IbâdSyaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî.
5. Suryadinata, dengan judul: Infotaiment dan Ghibah: Studi Atas Sanad dan
Matan Hadis larangan Ghibah.
Dari hasil penelusuran tersebut, skripsi yang ditulis oleh Nur Hayati dan
Ahmad Fadhlah, sama dalam kitabnya, sedangkan pembahasannya berbeda. Yang
ditulis oleh Eneng Maria Ulfah, Siti Fatimah, jelas berbeda karena mereka
bertolak dari ayat al-Qur`an. Yang ditulis Suryadinata menyamakan Infotainment
dengangîbah. Sedangkan penulis akan meneliti sembilan hadis yang ada pada bab
gîbah.Dan penulis hanya meneliti sanad-sanadnya, tanpa memberikan penjelasan
mengenai matannya.
E. Metode Penelitian
Dalam melakukan pengkajian dan penelitian hadis-hadis yang terdapat
dalam Kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, penulis sepenuhnya melakukan
telaah kepustakaan (library research). Sumber utama penelitian adalah Kitab
Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd.
Kitab yang menjadi rujukan utama penulis dalam penelitian adalah
kitab-kitab matan, di antaranya adalah: Kitab Sahîh al-Bukhârî, Sahîh Muslim, Sunan
Abî Dâwud, Sunan Tirmidzî, Sunan Nasâ`î, Sunan Ibn Mâjah, Sunan
Dalam penelusuran periwayat hadis penulis melakukan inventarisasi
melalui Kitab Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ` al-Rijâl karya al-Mizi, Tahdzîb
al-Tahdzîb karya Ibn Hajar al-‘Asqalânî, Mîzân al-‘Itidâl karya Abu Abdullah
Muhammad Ahmad al-Dzahabi, Lisân al-Mîzân karya Ahmad ibn ‘Ali Ibn Hajar
al-‘Asqalânî, al-Jarh wa al-Ta‘dîl karya ‘Abdal-Rahman bin Abî Hâtim al-Râzî,
Siyaru A‘lâm al-Nubalâ karya Abdullah Muhammad Ahmad al-Dzahabî, dan
kitab lainnya.
Pembahasan dalam skripsi ini bersifat deskriptif analitis, yaitu melalui
pengumpulan data dan beberapa pendapat ulama dan pakar, untuk kemudian
diteliti dan dianalisa sehingga menjadi sebuah kesimpulan. Dan penulis
menggunakan metode induktif, yaitu proses berfikir yang bertolak dari satu atau
sejumlah data secara khusus kemudian diambil kesimpulan secara generalisasi.
Proses pengambilan sumber dan pengolahannya yang dilakukan penulis
secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Men-takhrîj hadis dengan menggunakan dua cara, yaitu: Pertama, melalui awal matan dengan menggunakan Kitab al-Jâmi‘ al-Sagir fî
Ahâdîts al-Basyîr wa al-Nadzîrkarya Jalâl al-Dîn‘Abd al-Rahman bin
Abi Bakr al- Suyûtî dan kitabMausû‘ah Atrâf Hadîts Nabawî
al-Syarîf karya Abû Hajir Muhammad al-Sa‘îd bin Basyunî Zaglûl.
Kedua, melalui kata-kata mufradat dalam matan hadis dengan menggunakan kitab al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz Hadîts
al-Nabawikarya A.J. Wensinck dan J.P. Mensing.
2. Melakukan i’tibar (menyertakan sanad-sanad yang lain), agar terlihat
11
terlihat ada atau tidaknya pendukung yang berstatus muttabi‘ dan
syahid.
3. Kritik sanad, yaitu menelusuri data setiap periwayat, menilai
keadaanya, hubungan guru dan murid.
4. Dalam menilai kualitas para periwayat hadis, penulis akan
menyandarkan pada komentar ulama hadis, seperti: Abû Hatim, Ibnu
Hajar, al-Dzahabî, Ibnu Hibbân.
5. Jika terdapat perbedaan pendapat dalam sebuah penilaian, maka
penulis akan mengikuti kaidah al-jarh wa al-ta’dîl yang sudah
disepakati oleh jumhurmuhadditsîn.
Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada buku Pedoman
Akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
tahun 2006/2007, dan Pedomam Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan
Disertasi) terbitan CeQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Cetakan II tahun
2007.
E. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya dalam empat bab, dimana
setiap babnya mempunyai spesifikasi dan penekanan mengenai topik tertentu,
yaitu:
Bab pertama pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah yang
menjadi pokok dalam skripsi ini, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
Bab kedua merupakan pembahasan mengenai Kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ
Sabîl al-Rasyâd, yang meliputi biografi singkat Zain al-Dîn al-Malîbârî, format
kitab, metode penulisan kitab, serta kandungan hadis.
Bab ketiga pembahasan kualitas hadis-hadis bab gîbah yang terdapat
dalam kitab Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd karya Zain al-Dîn al-Malîbârî,
sebanyak 9 hadis.
Bab keempat merupakan penutup, yang meliputi kesimpulan dan
BAB II
SEKILAS TENTANG KITAB IRSYÂD AL-‘IBÂD ILÂ SABÎL AL-RASYÂD
A. Biografi Pengarang 1. Sketsa kehidupannya
Nama lengkap pengarang kitab ini adalah al-Syaikh Zain al-Dîn ibn
‘Abd al-‘Azîz bin Zain al-Dîn al-Malîbârî.1Penggunaan nisbah al-Malîbârî
adalah menjelaskan bahwa Zain al-Dîn berasal dari Malibar, sebuah kota
yang berada di India selatan.
Tidak dapat diketahui secara pasti, kapan Syaikh Zain Dîn
al-Malîbârî dilahirkan. Umar Rida Khalalah dalam karya besarnya hanya
mampu menginformasikan tahun wafatnya, yaitu pada tahun 1579 M/ 987
H.2dan di makamkan di pinggiran kota Ponani, India.
Dengan adanya informasi tahun wafatnya, paling tidak diprediksi
tahun kelahirannya. Yakni, bila standar manusia berkisar 63 tahun misalnya,
maka dapat diperkirakan bahwa beliau diperkirakan lahir tahun 924 H atau
1514 M. Dilihat dari konteks masa hidup Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî,
abad ke-16 Masehi, maka dapat dipastikan bahwa beliau mengalami masa
pemerintahan dinasti Mughal India, mulai Babur (1504-1530), Hamayun
(1530-1604), dan Akbar Agung (1556-1604).3
Syekh Zain al-Dîn merupakan keturunan bangsa Arab. Ia dikenal
pula dengan nama Makhdum Thangal. Julukan ini dikaitkan dengan daerah
1Khairi al-Dîn al-Ziraklî,al-‘Alâm Qamûs Tarâjum, Li Asyhûr al-Rijâl wa Nisâ` min al-‘Arabî wa al-Musta‘ribîn al-Mustasyriqîn,Juz 3 (Beirût: Dâr al-‘Ilmi li al-Malâyîn, 1989), h. 64.
2Umar Ridâ Kahâlah,Mu‘jam al-Mu`allifîn, jilid 1 (Beirût: Mu`asasah al-Risâlah, 1993), h. 741.
3Badri Yatim,Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005). h. 147-149.
tempat dirinya tinggal. Ada yang menyebutnya dengan nama Zain al-Dîn
Makhdum, atau Zain al-Dîn Thangal atau Makhdum Thangal. Julukan ini
mencerminkan keutamaan dan penghormatan masyarakat setempat kepada
dirinya.4
Masjid Agung Ponani atau Funani, adalah masjid Agung yang
pertama kali dibangun oleh Makhdum Thangal. Tidak seperti masjid masa
kini, Masjid Agung Ponani ini menggabungkan arsitektur lokal dengan
arsitektur Hindu. Hal ini dikarenakan, Islam masuk ke India yang dibawa
oleh pedagang Arab yang datang melalui laut dan diterima oleh raja-raja
Hindu setempat. Makam Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbari terletak di samping
masjid.5Tak hanya arsitektur masjid, masyarakat Muslim di India ini juga
mengadopsi gaya bangunan, pakaian dan makanan dengan menyesuaikan
pada kondisi yang ada.
Seperti kebanyakan ulama lainnya, Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî
juga dikenal sebagai ulama yang sangat tegas, kritis, konsisten, dan memiliki
pendirian yang teguh. Ia pernah menjadi seorang hakim dan penasehat
kerajaan, dan diplomat.
Syaikh Zain al-Dîn hidup dalam keluarga tradisi agamis dan berasal
dari keturunan terhormat dan disegani. Hal ini dibuktikan, bahwa kakeknya
yang bernama Zain al-Dîn Ibn ‘Ali merupakan ulama besar yang banyak
menghasilkan karya tulis, diantaranya sangat populer dalam tradisi
4 http://www.alkisah.web.id/search?max-results=100, diakses tanggal 25 Mei 2010, jam
10.19 WIB.
5 http://www.aswaja.net/aswaja-blogger/1010 , diakses tanggal 25 Mei 2010, jam 10.19
14
tasawuf.6Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî, selain dikenal sebagai ulama fikih
(Syafi‘i), ia juga dikenal sebagai ahli tasawuf, sejarah dan sastra.
2. Karya-karyanya
Di antara karya yang dihasilkannya:
1. Fath al-Mu’în(pintu pertolongan), adalah syarah(komentar) atas kitab
Qurrat al-‘Ain Hidayat al-Azkiyâ ilâ Tarîq al-Auliyâ.
2. Irsyâd al-Ibâd ilâ Sabîli al-Rasyâd. Dan kitab ini telah di-syarh-i atau
dikomentari oleh Syaikh Ihsan Jampes dengan judul: Manâhij
al-Imdâd, terbit pada tahun 1940 setebal + 1088 halaman, mengulas
tentang tasawuf.7
3. Tuhfat al-Mujâhidîn.
4. Mukhtasar fî Ahâdîts Dzikr al-Maut.
5. Ihkam Ahkam al-Nikâh.
Kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd, telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Jawa oleh Misbah b. Zain al-Mustafa.8Dan untuk
memudahkan para pembaca yang tidak bisa membaca kitab kuning yang
tidak berbaris, sudah ada usaha penerjemahan Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl
al-Rasyâdoleh H. Mahrus Ali9dan H. Salim Bahreisy.10
6Al-Ziraklî,al-‘Alâm Qamûs Tarâjum, Li Asyhûr al-Rijâl wa al-Nisâ` min al-‘Arabî wa al -Musta‘ribîn al-Mustasyriqîn,h. 64.
7 Syaikh Ihsan Jampes, Irsyâd al-Ikhwân fî Bayân al-Hukm al-Qahwah al-Dukhân. Penerjemah Ali Murtadho dan Mahbub Dje (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2009), h. xxiii.
8 Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia(Bandung: Mizan. 1995). h. 165.
9Zain al-Dîn Ibn ‘Abd al-‘Azîz bin Zain al-Dîn al-Malîbârî,Irsyâd al‘-Ibâd ilâ Sabîl
al-Rasyâd.Penerjemah H. Mahrus Ali. (Surabaya: Mahkota,t.t.).
B. Tijauan KitabIrsyâd al-Ibâd ilâ Sabîli al-Rasyâd 1. Format Kitab
Pada umumnya Kitab Kuning yang berbahasa Arab klasik yang
dipelajari di Pesantren di Indonesia adalah kitab komentar (syarh, Indonesia
Jawa : syarah) atau komentar atas komentar (hasyiah) atas teks yang lebih
tua (matn, matan). Edisi cetakan dari karya-karya klasik ini biasanya
menempatkan teks yang di-syarah-i atau di-hasyiah-i dicetak di tepi
halamannya, sehingga keduanya dapat dipelajari sekaligus.11
Akan tetapi berbeda dengan Kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl
al-Rasyâd. Secara format penulisan, sama dengan kitab kuning lainnya.
sedangkan dari segi isinya, Kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd
bukanlah kitab syarh atau penulisan kembali. Tetapi merupakan kitab
ringkasan (mukhtasar)/ kutipan dari dua buah kitab, yaitu Kitab al-Zawâjir
dan Mursyid al-Tullâb. Sedangkan pinggirnya merupakan ringkasan
(mukhtasar) Ahâdîts Dzikr al-Maut.12
KitabIrsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd layaknya kitab klasik yang
paling umum di pakai di pesantren sedikit lebih kecil dari kertas kuarto,
dengan ukuran 18x26 cm., 128 halaman, dan tidak di jilid. Kitab ini
mempunyai ciri khas khusus yaitu desain sampul dan warnanya yang polos,
terdiri dari dua warna dan tidak mengikuti perkembangan dunia percetakan.
Selain itu, hampir seluruh sampul kitab kuning tidak dihiasi dengan back
ground gambar yang melukiskan ide dasar isi buku. Pada umumnya di
11Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia, h. 141.
12 Al-Malîbârî, Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd (Surabaya: Dâr Ihyâ` Kitab
16
pesantren tradisional, kitab seperti ini dinamai dengan kitab kuning, karena
memang kitab seperti ini di cetak di atas kertas berwarna kuning.
Lembaran-lembaran (koras-koras) tak terjilid dibungkus kulit sampul, sehingga para
santri dapat membawa hanya beberapa halaman yang kebetulan sedang
dipelajari saja. Ini adalah karakteristik fisik lain yang umumnya
mengandung makna simbolik, ia membuat kitab tersebut tampak lebih
klasik. Kitab yang ditulis pengarang modern, penerjemah atau pensyarah
modern tidak pernah dibuat mengikuti format ini. Banyak pemakai kitab
klasik yang sangat mengaitkan karakteristik ini dengan kitab klasik, dan
penerbit mengikuti saja selera konsumennya. Sebagian penerbit bahkan
mencetak kitab di atas kertas berwarna kuning (yang diproduksi khusus
untuk mereka, oleh beberapa perusahaan Indonesia) karena tampaknya kitab
berwarna kuning ini juga menjadi lebih klasik di pikiran para pemakainya.13
2. Metode penulisan kitab
Masing-masing kitab klasik berbeda satu sama lain dalam hal
penyajian. Bila dilihat dari segi makna dapat dibagi menjadi:14
1. Kitab Kuning yang berbentuk penawaran atau penyajian secara naratif
seperti: Sejarah, tafsir, syarah hadis dan lain-lain.
2. Menyajikan kaidah-kaidah keilmuan seperti:Nahwu, balagah, mustalah,
mantiq,dan lain-lain.
13Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di
Indonesia,h. 142. 14Ahmad Fadhlah
,”Kajian Hadis-hadis Sumpah palsu Dalam Kitab Irsyâd al-‘IbâdKarya
Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî,”(Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam
3. Tersusun secara panjang lebar dengan argumentasi ilmiah seperti:
filsafat, tasawuf, dan lain-lain.
Syaikh Zain al-Dîn al-Malîbârî mengambil bentuk yang pertama,
menulis dengan metode penawaran atau penyajian secara naratif dengan
bahasa yang mudah dipahami.
Bila di teliti lebih jauh lagi akan tampak bahwa Syaikh Zain al-Dîn
selain mengemukakan pokok-pokok pikirannya, beliau juga mengemukakan
dalil-dalil yang beliau sampaikan. Selain dalil ‘aqli yang sederhana beliau
juga menyertakan dalil naqli dari al-Qur`ân dan Hadis. Namun demikian
penggunaan dalil-dalil‘aqlitersebut tidak mencapai taraf argumentatif, yang
bertentangan dengan matan, karena Syaikh Zain al-Dîn memperlakukan
matan sebagai acuan standar. Sehingga, pendapat yang ia kemukakan paling
tidak dapat memberikan batasan antara pendapatnya dengan pendapat
matan.
Sebagai contoh: pembahasan tentang gîbah, Syaikh Zain al-Dîn
memulai pembahasan dari ayat-ayat al-Qur`ân, kemudian mengungkapkan
beberapa hadis Nabi Saw., yang kualitasnya tidak diketahui. Kemudian
mengungkapkan pendapat ulama, hikayat, dan diakhiri dengan peringatan
atau komentar beliau.
3. Isi Kitab
Dalammuqaddimah-nya (KitabIrsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd),
kitab ini merupakan ringkasan dari kitab al-Zawâjir danMursyid al-Tullâb,
18
dan kakek kami Zain al-Dîn al-Ma‘barî. Kemudian saya tambahkan
didalamnya hadis-hadis dan masalah fikih serta hikayat-hikayat (cerita) dan
nasehat-nasehat. Diberi nama Irsyâd al-`Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd(penuntun
manusia ke jalan yang baik), sambil mengharap dari Allah yang maha murah
semoga memimpin kami, dan semua manusia ke jalan yang bahagia dan
kekal, sungguh ia maha pemurah lagi pengasih.15
Bila ditelusuri point-point yang terdapat didalamnya maka dapat
digolongkan kitab ini sebagai kitab fikih sekaligus kitab akhlak. Dikatakan
demikian, karena didalamnya dibahas tentang bidang-bidang ibadat,
mu’amalat, dan akhlak yang meliputi tentang nasihat-nasihat. Seluruh
pembahasannya dikelompokkan pada 44 bab. Pada tiap bab terdapat
beberapa buah hadis.
4. Kandungan Hadis
Hadis-hadis yang ada dalam kitab Irsyâd al-‘Ibâd, hanya
mencantumkan riwayatnya saja, atau mukharrij-nya. Hal tersebut dapatlah
kita mengerti karena kitab Irsyâd al-‘Ibâd ilâ Sabîl al-Rasyâd bukanlah
kitab asli yang bersanad. Begitu juga dengan kualitasnya tidak dapat
diketahui tanpa dilakukannya penelitian. hadis-hadis yang ada di kitab
Irsyâd al-‘Ibâd ada yang marfû, dan ada juga yang mauqûf. Hadisnya
kurang lebih berjumlah 1078.
Kitab Irsyâd al-`Ibâd dalam penempatan bab perbab sudah
mengalami kemajuan. Terlihat dari sistematika penyusunan bab, kitab
tersebut mengelompokkan beberapa permasalahan yang identik atau
berkaitan. Berikut ini adalah pembahasan dalam kitabIrsyâd al‘-Ibâd:
Pendahuluan:
1. Bab : Iman (11 hadis).
Pasal : Murtad (2 hadis).
2. Bab : Ilmu (24 hadis).
3. Bab :Wudu‘(5 hadis).
Pasal : Hukum wudu‘, Sunnat wudu‘,makruhdalam wudu‘.
4. Bab : Mandi (12 hadis).
Pasal : Perkara yang mewajibkan mandi besar.
5. Bab : Keutamaan salat wajib (22 hadis).
Pasal : Haram mengakhirkan salat dari waktu yang ditentukan (6 hadis),
Hukum-hukum salat, wajibnya salat, sunat-sunat dalam salat (14
hadis), hal yang dimakruhkan dalam salat (2 hadis), yang
membatalkan salat (6 hadis), bacaandzikir ba‘da salat (19 hadis).
6. Bab : Salat Sunat (52 hadis).
7. Bab : Salat Jama‘ah(29 hadis).
Pasal : Syarat-syarat menjadi ma‘mum.
8. Bab : Salat Jum‘at(36 hadis).
Pasal : Syarat sahnya salat Jum‘at.
9. Bab : Pakaian dan perhiasan yang diharamkan bagi kaum lelaki dan
menyerupai dengan orang perempuan (14 hadis).
10. Bab : Menjenguk orang sakit (15 hadis).
20
Pasal : Bacaan untuk keselamatan dari siksa (12 hadis), Tentang sabar
terhadap musibah (9 hadis), menghibur orang yang berduka
cita/ta‘ziyah(3 hadis), ziyarah kubur (11 hadis).
12. Bab : Zakat (12 hadis).
Pasal : Zakat emas, sedekah sunat (29 hadis), jamuan tamu (4 hadis),
zuhud (9 hadis), keutamaan fakir (11 hadis), mengungkit sedekah
(19 hadis).
13. Bab : Puasa (18 hadis)
Pasal : Hukum puasa (10 hadis), kelebihan sepuluh hari terakhir dan
lailât al-Qadr,‘itikafdan bangun malam pada malam hari rayat‘îd
al-Fitridan ‘îd al-Adhâ (13 hadis) Puasa sunat (23 hadis), penutup
keutamaan hari Asyura` (4 hadis).
14. Bab : Haji (6 hadis).
Pasal : Hukum-hukum haji, Fadilah kota Mekkah (11 hadis), Ziarah ke
kuburan Nabi Saw. dan fadilah ziarah ke Kota Madinah (7 hadis).
15. Bab : Keutamaan membaca al-Qur`ân (11 hadis).
Pasal : Keutamaan sebagian surat dan ayat-ayat al-Qur`ân yang didasari
dengan hadis-hadis (34 hadis).
16. Bab : Bacaan dzikir diwaktu pagi dan petang (23 hadis).
17. Bab : Bacaan ketika akan tidur dan bangun daripadanya (13 hadis).
18. Bab : Bacaan untuk sebagian keadaan (7 hadis)
19. Bab : Dzikir yang tidak terbatas pada waktu (18 hadis).
20. Bab : Keutamaan membaca Salawat pada Nabi Saw. (15 hadis).
22. Bab : Sombong dan ‘ujub/membanggakan diri atas suatu perbuatan
yang dilakukan (7 hadis). Penutup: Keutamaantawâdu‘(10 hadis)
23. Bab : Dengki dan iri hati (7 hadis).
24. Bab : Marah (7 hadis).
25. Bab :Gîbah(9 hadis).
26. Bab :Namîmah/ Mengadu domba (7 hadis).
27. Bab : Dusta (10 hadis).
28. Bab :‘Amar ma‘rûf nahyi al-Munkar(7 hadis).
29. Bab :Kasb/ kerja (14 hadis).
Pasal : Rukun jual beli, tentang riba (7 hadis), menimbun barang dan
memisahkan antara anak dan ibu (7 hadis), tipuan dalam jual beli
(4 hadis), menjual barang dengan sumpah palsu (4 hadis),
mengurangi sukatan timbangan dan ukuran (2 hadis), lapang dada
dalam jual beli dan memaafkan orang yang menyesal (4 hadis),
hutang piutang dan mekanismenya (11 hadis), penutup memberi
waktu pada orang yang tidak punya (5 hadis).
30. Bab : Mencela bea cukai yang melakukan pungli (9 hadis).
31. Bab :Dâlim/Penganiayaan (18 hadis)
Pasal : Makan harta anak yatim (3 hadis), penutup memelihara anak
yatim dan janda (9 hadis), khiyanat (8 hadis).
32. Bab : Wasiat (4 hadis).
22
Pasal : Rukun nikah (2 hadis), hal yang terjadi antara suami dan istri (3
hadis), suami atau istri menolak hal yang lain (10 hadis), nusyûz
(15 hadis), pembagian bermalam (4 hadis).
34. Bab : Memutuskan hubungan antara sesama muslim/boikot (5 hadis)
35. Bab : Durhaka terhadap kedua orangtua (9 hadis)
Penutup : Berbakti kepada kedua orangtua (7 hadis).
36. Bab : Memutuskan hubungan kekerabatan (6 hadis), Penutup (9 hadis).
Pasal : Hak budak sahaya (12 hadis), hak-hak tetangga (16 hadis).
37. Bab : Pembunuhan (14 hadis).
38. Bab : Jihad (28 hadis)
Pasal : berjalan di jalan Allah (8 hadis), Lari dari medan perang (6
hadis), gulûl/khianat/korupsi (9 hadis).
39. Bab : Perdukunan, mengadu nasib, tebak menebak, tenung (sihir), ilmu
nujum dan mencari nasib dengan burung (9 hadis).
40. Bab : Zina (14 hadis), Penutup: tentang zina mata, tangan dan
meneyendiri dengan wanita bukan mahram/ajnabiyah(16 hadis).
Pasal : Liwat atau pelacur laki-laki dengan laki-laki (9 hadis), penutup
al-Sihâq atau pelacur wanita dengan wanita (2 hadis), Menuduh
berzina orang yang sopan dengan zina atauliwât(3 hadis).
41. Bab : Minumkhamr (20 hadis), penutup tentang makan ganja (2 hadis)
42. Bab : Sumpah Palsu (5 hadis).
43. Bab : Saksi Palsu (4 hadis).
44. Bab : Taubat (10 hadis).
BAB III
ANALISA HADIS-HADIS BABGÎBAH
A. Hadis Pertama (Pengampunan yang menggîbah)
.
1
Artinya:
“Diriwayatkan oleh Baihaqî, al-Tabranî, Abû al-Syaikh, Ibn Abî Dunyâ, dari Jâbir dan Abî Sa’îd. Berhati-hatilah kamu, jangan sampai menyebut kejelekan orang lain. Sebab sesungguhnya menyebut kejelekan orang lain lebih sulit diampuni dosanya daripada zina. Ada orang bertanya
kepada beliau: “sesungguhnya seorang lelaki terkadang berzina, lantas (dia
bertaubat) dan Allah menerima taubatnya. Dan sesungguhnya orang yang menyebut kejelekan orang lain tidak akan diampuni dosanya sehingga orang yang disebut kejelekannya mengampuni pada orang yang
menebarkan kejelekan itu”.
Pelacakan hadis dilakukan melalui kata-kata isimdan fi‘ilyang ada dalam matan hadis, melalui Kitab Mu‘jam al-Mufahras li Alfâz al-Hadîts al-Nabawî,
tidak ditemukan hadis tersebut. Selanjutnya pelacakan dilakukan melalui awal
matan. Melalui kitab al-Jâmi‘ al-Sagîrhadis tersebut diriwayatkan oleh Ibnu Abî
al-Dunyâ dalam dzam al-gîbah dan Abû al-Syaikh dalam al-Taubîkh, keduanya
dari Jâbir dan Abî Sa‘îd.2Melalui Kitab Mausû’ah Atrâf al-Hadîts Nabawî
al-Syarîf,ditemukan data sebagai berikut:
1Zain al-Dîn ibn ‘Abd al-‘Azîz bin Zainal-Dîn al-Malîbârî, Irsyâd `Ibâd ilâ Sabîl
al-Rasyâd, bâb al-gîbah,(Surabaya: Dâr Ihyâ` al-Kitab al-‘Arabiyah,t.t.), h. 72.
2 Jalâl al-Dîn ‘Abd al-Rahmân bin Abî Bakr al-Suyûtî, Jâmi‘ Sagîr fî Ahâdîts
al-Basyîr wa al-Nadzîr,Juz 1, hadis no. 2919, (Beirût: Dâr al-Fikr tt), h. 450.
3 / ) ( / ) ( ) (
1.Teks hadis
Riwayat al-Tabrânî
.
:
) :
(
:
)
(
.
4
Riwayat Ibnu Abî al-Dunyâ
.
) :
(.
5Riwayat Abû Syaikh al-Asbihânî
)... 1 (
:
:
:
) :
3Abu Hajir Muhamad al-Sa‘îd bin BasyunîZaglûl,Mausû‘ah Atrâf Hadîts Nabawî
al-Syarîf,Juz 4(Beirut: Dâr al-Fikr. 1989), h. 144.
4Abî al-Qâsim Sulaimân bin Ahmad al-Tabrânî,al-Mu‘jam al-Ausât,jilid 6, hadis no 6590, (Kairo: Dâr al-Hadîts, 1996), h. 430.
5Abî Bakr ‘Abdullah bin Muhamad bin ‘Ubaid Ibnu Abî al-Dunyâ,Samt wa Adâb
al-Lisân, bâb dzam al-gîbah wa dzamihâ, hadis no. 164, (T.tp.: Dâr al-Kutub al-‘Arabî, 1997), h.
118-119.
25
:
.(
6 Riwayat al-Baihaqî:
)
(
]
[
:
)
.(
:
:
.
.
7...
) :
(.
8Sedangkan dalam kitab al-Jâmi‘ Lisyu‘ab al-Îmân bukan ...
akan tetapi , yang pertama dianggap salah.9
6 Abû Muhamad, ‘Abdullah bin Muhamad bin Ja‘far bin Hayyân ِ◌Abû Syaikh al-Asbahâni, al-Taubîkh wa al-Tanbîkh, cet. Pertama,bâb al-nahyu ‘an al-gîbah wa mâ jâ`a fîhi,
hadis no. 168, (Beirût: Ihyâ al-Turâts al-Islâmî, 1987), h. 203.
7Abî Bakr Ahmad bin al-Husain al-Baihaqî,Su‘abu al-Îmân, juz 5,bab Fî Tahrîm A‘râd
al-Nâs,hadis no. 6741, (Beirut: Dâr al-Kitâb al-‘Ilmiyah, t.t.), h. 306.
2.Al-I‘tibâral-Sanad
Al-I‘tibâr yaitu menyertakan sanad-sanad yang lain, untuk dapat
mengetahui apakah ada periwayat lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad
dari sanad hadis dimaksud.10
Dengan dilakukannya al-I‘tibâr, maka akan terlihat dengan jelas seluruh
jalur sanad hadis yang diteliti, demikian juga nama, dan metode
periwayatnya. Jadi, kegunaan al-I‘tibâr adalah untuk mengetahui keadaan
hadis seluruhnya dilihat dari ada tidaknya pendukung (corroboration)
berupa periwayat yang berstatus mutabi‘ 11atau syahid.12Supaya lebih jelas
untuk melihat ada tidaknya periwayat yang berstatus mutabi‘ atau syahid,
maka perlu dibuatkan skema/ bagan hadis sebagai berikut:
10M. Syuhudi Ismail,Metodologi Penelitian Hadis Nabi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 50, mengutif dari Ibnu al-Salâh dan al-Sakhâwî.
11Periwayat yang berstatus pendukung pada periwayat bukan sahabat.
12 Periwayat yang berstatus pendukung yang berkedudukan sebagai dan untuk sahabat
3. Penelitian Sanad
a. Sanad Ibnu Abî al-Dunyâ
Hadis kesatu, hadis yang diteliti yaitu, hadis yang mukharrijnya
Ibnu Abî al-Dunyâ.
Penelitian para periwayat hadis dimulai dari periwayat terakhir atau
mukharrijhadis.
Ibnu Abî al-Dunyâ (208-281 H.)
Nama lengkapnya: ‘Abdullah bin Muhamad bin ‘Ubaid bin
Sufyân bin Qais Qursyî Umawî, Abû Bakar Ibnu Abî Dunyâ,
al-Bagdâd al-Hâfiz.13
Gurunya: Ahmad bin Jamîl al-Marwazî, Zuhair bin Harb, Abî Dâwud Sulaimân al-Asy‘ats, Muhamad bin Ismâ‘îl al-Bukhârî, Hannâd
al-Syarî,Yahyâ Ibn Ayûb al-Maqâbirî,Yahyâ Ibnu Yûsuf al-Zâmî.
Muridnya: Ibnu Mâjah al-Tafsîr, ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim
al-Râzî, Abû al-Husain ‘Utsmân bin Muhamad bin ‘Allân al-Dzahabî.
Pendapat ulama hadis:
1. ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim:14 Saya menulis hadis darinya
beserta ayahku, kemudian bertanya tentangnya:ق و ﺪ ﺻ
2. Al-Khâtib: beliau seorang pendidik yang baik para putrakhalîfah.
3. Ahmad bin Kâmil: Ibnu Abî al-Dunyâ seorang pendidik yang handal.
13 Syihâb al-Dîn Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-‘Asqalânî, Tahdzîb al-Tahdzîb, jilid 4, (Beirût: Dar al-Fikr, 1995), h. 473. Jamâl al-Dîn Abî al-Hajjâj Yûsuf al-Mizî,Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ`i al-Rijâl,jilid 16, (Beirût: Mu`asasah al-Risâlah, 1989), h. 72.
29
4. Berkata yang lainnya: Apabila datang seseorang pada Ibnu Abî
al-Dunyâ, dia bisa menghibur dan sedih/ menyentuh, dalam satu waktu,
untuk meluaskan ilmu dan penjelasan/ berita.15
5. Ismâ‘îl bin Ishâq al-Qâdî: Semoga Allah merahmati Abâ Bakr,
meninggal besertanya ‘ilmu yang banyak.
6. Dia lahir tahun 208 H. Ibnu al-Munâdî, dan yang lainnya: Beliau
meninggal tahun 281 H, bulan Jumadil Awal.
Terdapat pertemuan antara guru dan murid, pendapat para ulama
menilai positif(al-ta‘dîl).Beliau menerima hadis dengan cara (ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ ).
Yahyâ bin Ayûb al-Maqâbirî (157-233/243 H.)
Nama lengkapnya: Al-Imâm al-‘Âlim al-Qudwah al-Hâfiz,
Yahyâ bin Ayûb al-Maqâbirî, Abû Zakariyâ al-Bagdâdî al-‘Âbidi.16
Gurunya: Khalaf bin Khalîfah, Ismâ‘îl bin ‘Ûlayyah, ‘Abdullah
Ibn al-Mubârak, ‘Alî Ibn al-Ja‘ad, Wakî‘ bin al-Jarâh.
Muridnya: Muslim, Abû Dâwud, Ahmad bin HanbalAbû Bakar
Abdullah bin Muhamad bin Abî al-Dunyâ, Abû Hâtim al-Râzî.
Pendapat ulama hadis:
1. Abû al-Hasan al-Maimûnî, dari Ahmad bin Hanbal: Lelaki Saleh
orang yang mempunyai ketenangan.
2. ‘Alî Ibn al-Madînî, Abû Hâtim:17ق و ﺪ ﺻ
3. Abû Syu‘aib al-Harrânî: Yahyâ bin Ayûb al-Maqâbirî orang terpilih
yang rajin beribadah kepada Allah.
15Al-Dzahabî,Siyaru ‘Alâm al-Nubalâ`,jilid 13, h. 400.
16Al-Dzahabî,Siyaru A‘lâm al-Nubalâ, jilid 11, (Beirût: Mu`asasah al-Risâlah, 1996), h. 386. Al-Mizî,Tahdzîb al-Kamâl fi Asmâ` al-Rijâl,jilid 31, h. 338.
4. Mûsâ bin Hârun bin ‘Abdillah: Suraij bin Yûnus, dan Yahyâ bin
Ayûb keduanya Saleh.
5. Beliau lahir tahun 157 H. meninggal pada bulan Rabi‘ul Awwal,
malam Ahad,tahun 233 H/ 243 H. di Bagdad.
Terdapat pertemuan dengan muridnya, pendapat para ulama
menilai positif(al-ta‘dîl), menerima hadis dengan caratahdîts(ﺎ ﻨ ﺛ ﺪ ﺣ ).
Asbât bin Muhamad (W. 200H.)
Nama lengkapnya: Asbât bin Muhamad bin ‘Abdal-Rahmân bin
Khâlid bin Maisarah, al-Qurasyî, Abû Muhamad bin Abî ‘Amr al-Kûfî.18
Gurunya: Sa‘îd bin Abî ‘Arûbah, Sufyân al-Tsaurî, Abî Sinân
Sa‘îd bin Sinân al-Syaibânî, Sulaimân al-Taimî.
Muridnya : Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Muhamad bin Yahyâ
bin Sa‘îd al-Qattân, Hannâd al-Sarî.
Pendapat ulama hadis:19
1. ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal: bertanya pada ayahnya tentang
siapa yang lebih dicintai, dari Asbât, Sa‘îd atau al-Khaffâf? Asbât
lebih dicintai, beliau mendengarnya waktu di Kufah.
2. Abû Bakr bin Abî Khaitsamah, dari Yahya Ibnu Ma‘în:ﺔ ﻘ ﺛ
3. Abû Hâtim:ﺢ ﻟ ﺎ ﺻ
4. Al-Nasâ`î:
5. Ya‘qûb bin Syaibah: orang Kufah yang ﺔ ﻘ ﺛ ق و ﺪ ﺻ , dari golongan
Quraisy, meninggal di Kufah bulan Muharam tahun 200 H.
18Al-Dzahabî,Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`,jilid 9, h. 355.
19Al-Dzahabî,Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`,jilid 9, h. 355-356. Al-Mizi,Tahdzîb al-Kamâl fî
31
Para ulama menilainya positif (al-Ta‘dîl), menerima hadis
dengan cara‘an‘anah(ﻦ ﻋ ).
Abû Raja`al-Khurasânî
Nama lengkapnya: ‘Abdullah bin Wâqid al-Hârits bin ‘Abdullah
bin Arqam bin Ziyâd bin Mutarraf bin al-Nu‘mân bin Salamah bin
Tsa‘labah bin al-Du`ali bin Hanîfah al-Hanafî, Abû Raja` al-Khurasânî.20
Gurunya: Ibbâd bin Katsîr al-Tsaqafî al-Basrî, ‘Abdullah bin
‘Utsmân bin Khutsaim, Muhamad bin Mâlik al-Jûzânî.
Muridnya: Asbât bin Muhamad al-Qurasyî, Ishâq bin Mansûr al-Salûlî, Ismâ‘îl bin Abân al-Warrâq, Bisyr bin al-Walîd al-Kindî.
Pendapat ulama hadis:21
1. Ahmad bin Hanbal dan YahyâIbnu Ma‘în: ﺔ ﻘ ﺛ
2. Abû Zur‘ah: . Diakhir mengatakan:ﺔ ﻘ ﺛ
3. Al-Nasâ`î:
Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, para ulama
menilainya positif (al-ta‘dîl), menerima hadis dengan cara ‘an‘anah
(ﻦ ﻋ ).
Ibbâd bin Katsîr al-Tsaqafî al-Basrî (W. 150 H.)
Nama lengkapnya: ‘Ibbâd bin Katsîr al-Tsaqafî al-Basrî22
Gurunya: Idrîs bin Sinân, Tsâbit al-Bunânî, Sa îd al-Jurairî, Sufyân
al-Tsaurî, Mâlik bin Dînar, Hisyam bin‘Urwah.
Muridnya: Isma‘îl bin ‘Ayyâsy, Sa‘îd bin Râsyid, Abû Raja` Abdullah bin Wâqid al-Harawî,Muhamad bin Yûsuf al-Firyâbî.
Pendapat ulama hadis:23
1. ‘Abbâs al-Daurî:ﺚ
2. Ahmad bin Sa‘ad , dari YahyâIbnu Ma‘în:
3. Al-Dârimî, dari Yahyâ: dia lelaki saleh.
4. Al-Bukhârî:ه ﻮ ﻛ ﺮ ﺗ. tinggal di Mekah.
5. Al-Nasâ`î:24
6. Al-Dâruqutnî: .
7. Meninggal di Makkah tahun 150 H.
Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya, namun penilaian
para ulama menilainya negatif (al-jarh), menerima hadis dengan
‘an‘anah(ﻦ ﻋ ). Maka periwayatannya tidak dapat diterima.
Sa îd al-Jurairî (W. 144 H.)
Nama lengkapnya: al-Imâm, al-Muhaddits, al-Tsiqah, Sa‘îd bin
Iyâs al-Jurairî, Abû Mas‘ûd al-Basrî.25
Gurunya: Tsumâmah bin Hazn Qusyairî, Jabr bin Habîb,
al-Hasan Basrî,Abî Nadrah al-Mundzir bin Mâlik bin Qut ah al- Abdî.
Muridnya Hammâd bin Zaid, Hammâd bin Salamah, Sufyân
al-Tsaurî, ‘Abdullah Ibn al-Mubârak, Muhamad bin Dînâr.
Pendapat ulama hadis :26
1. Abû Tâlib: Ahli Hadis dari Basrah.
2. Abbâs al-Dûrî: dari Yahyâ Ibnu Ma‘în:ﺔ ﻘ ﺛ
23Al-Mizi,Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ`i al-Rijâl,jilid 14, h. 147-148. ‘Abd al-Rahmân bin Abî Hâtim,al-Jarh wa al-Tadîl, jilid 6, h. 84-85. Syams al-Dîn bin Ahmad al-Dzahabî.Mîzân al-I‘tidâl,jilid 4, (Beirût: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1995), h. 35.
24Abî ‘Abd al-Rahmân Ahmad bin Syu‘aib Al-Nasâ`î,Al-Du‘afâ wa al-Matrûkîn( Beirût: Dâr al-Fikr, 1987), h. 172.
25Al-Dzahabî,Siyaru ‘Alâm al-Nubalâ`, jilid 16, h. 153. Al-Mizî.Tahdzîb al-Kamâl,jilid 10 h. 338.
33
3. Abû Hâtim: Hafalannya berubah sebelum meninggal, maka tulis
darinya yang lama, diaﺢ ﻟ ﺎ ﺻ , dan ﺣ .27
4. Yahyâ bin Sa‘îd al-Qattân, dari Kahmas: Kami mengingkari
al-Jurairî pada masa tuanya (sekitar tahun 132 H.).
5. Yahyâ bin Ma‘în, dari Muhammad bin Abî ‘Addî: Kami tidak
berbohong kepada Allah, saya mendengar al-Jurairî, ia mukhtalit
28(kacau/ rusak hafalannya).
6. Al-Nasâ`î:ﺔ ﻘ ﺛ, tetapi diingkarinya pada masa tuanya.
7. Muhamad bin Sa‘ad: beliau meninggal tahun 144 H.
Terdapat pertemuan dengan gurunya, penilaian ulama positif
(al-ta‘dîl), tetapi diakhir umurnya/ pada masa tuanya dia ikhtilat (kacau hafalannya), menerima hadis dengan‘an‘anah(ﻦ ﻋ ).
Abî Nadrah (W. 197/198 H.)
Nama lengkapnya: al-Mundzir bin Mâlik bin Qit‘ah, Imâm
al-Muhaddits al-Tsiqah, Abû Nadrah al-‘Abdîal-‘Awaqî al-Basrî.29
Gurunya: Anas bin Mâlik, Jâbir bin Abdullah, ‘Abdullah bin
‘Abbâs, ‘Alî bin AbîTâlib,Abî Sa,îd al-Khudrî, Abî Hurairah.
Muridnya: Humaid al-Tawîl, Sa îd bin Iyâs al-Jurairî,
Sulaimân al-Taimî, Qatâdah bin Di‘âmah, Kahmas bin al-Hasan.
Pendapat ulama hadis:30
1. Yahya Ibn Ma‘în, Abû Zur‘ah, dan al-Nasâ` î:ﺔ ﻘ ﺛ
2. Muhamad bin Sa‘ad:
27‘Abd al-Rahman bin Abî Hâtim,al-Jarh wa al-Ta‘dîl,jilid 4, h. 1.
28Salâh al-Dîn Abû Sa‘îd al-‘Alâ‘,al-Mukhtalitîn(Kairo: al-Khânajî, t.t.), h. 37. 29Al-Dzahabî,Siyaru A‘lâm al-Nubalâ`,jilid 4 h. 529-530.
3. Ibnu Hibbân memasukkannya dalam Kitab al-Tsiqât. Ia dituduh
sesat, ia orang yang fasih di antara manusia, lumpuh di akhir
hidupnya.
4. Meninggal tahun 197/198 H.
Terdapat pertemuan dengan guru dan muridnya. Para ulama
berbeda pendapat dalam menilainya. Menerima hadis dengan cara
‘an‘anah(ﻦ ﻋ ).
Abû Sa‘îd al-Khudrî (Sahabat W63/74 H.)
Jâbir bin Abdillah (Sahabat W. 74H.)
Untuk tingkatan sahabat tidak diteliti rijal hadisnya. Karena
penulis mengikuti pendapat para ulama hadis bahwa para sahabat adil
dalam meriwayatkan hadis.
Analisa Sanad
Setelah diteliti satu persatu periwayat hadis, hadis kesatu melalui
Jâbir dan Abî Sa‘îd sanadnya bersambung. Akan tetapi terdapat periwayat
yang dinilai da‘îf, bahkan matrûk pada ‘Ibbâd bin Katsîr al-Tsaqafî.
Sehingga dihukumi da‘îf. Dengan demikian hadis pertama yang melalui
35
b. Sanad Al-Baihaqî
Dikarenakanhadis yang melalui Jâbir bin ‘Abdillah dan Abî Sa‘îd
da‘îf,maka penulis mencoba meneliti yang melalui jalur Anas bin Mâlik.
Al-Baihaqî (384-458 H.)
Nama lengkapnya: al-Imâm al-Hâfiz al-‘Allâmah al-Jalîl,
al-Usûlî al-Zâhid al-Wara‘, Syaikh‘Khurasân, Sâhib al-Tasânif: Abû Bakar
Ahmad bin al- Husain bin ‘Alî bin ‘Abdillah bin Mûsâ al-Baihaqî
al-Naisâbûrî.31
Lahir 384 H. pada bulan Sya‘ban, dan meninggal pada hari ke sepuluh
bulan Jumâdi al-Awal tahun 458 H.32
Gurunya: al-Hâkim Abî Abdullah al-Hâfiz, ‘Abdillah bin
Yûsuf al-Asbih