• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon warga desa Tajur Halang Bogor terhadap pernikahan dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon warga desa Tajur Halang Bogor terhadap pernikahan dini"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

S k r i p s i

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Kom.I)

Oleh:

Achyar Zulfikar 206051003897

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

S k r i p s i

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Kom.I)

Oleh: Achyar Zulfikar 206051003897

Pembimbing

NIP. 19610 2 199003 2 001

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

U N I V E R S I T A S I S L A M N E G E R I S Y A R I F H I D A Y A T U L L A H

(3)

TERHADAP PERNI KAHAN DIN I t el ah di uj i kan dal am si dang munaqas yah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Hari Senin, tanggal 13 Juni 2011, Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 17 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Sekretaris

Dra. Hi. Musfirah Nurlaily MA NIP. 19710412 200003 2 001

Penguji II guji I

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta.

Jakarta, Juli 2011

(5)

i Achyar Zulfikar

NIM : 206051003897

Respon Warga Desa Tajur Halang Bogor Terhadap Pernikahan Dini

Akhir-akhir ini terjadi pernikahan dini pada kalangan remaja. Pernikahan dini diartikan merupakan instituisi agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga. Ada beberapa faktor penyebab pernikahan dini, yaitu faktor pribadi dan faktor keluarga. Dari faktor pribadi remaja adalah karena ingin menghindari dosa (seks bebas), dan ada juga yang karena "kecelakaan". Sedangkan dari faktor keluarga adalah karena paksaan orang tua. Pernikahan dini dalam perspektif psikologi adalah tidak menghambat pendidikan. Bahkan bisa menambah motivasi. Yang dikhawatirkan adalah emosi mereka yang masih labil. Namun, jika sang remaja mampu mengendalikan diri, dan bersikap dewasa maka permasalahan tersebut akan terhindar. Sedangkan perspektif agama, pernikahan dini boleh saja. Apalagi jika untuk mencegah perbuatan dosa (seks bebas). Akhir-akhir ini marak terjadi pernikahan dini pada kalangan remaja. Hal itu terjadi pada umur kira-kira 15-19 tahun, yaitu pada saat SMP maupun SMA. Itulah sepenggal realitas sosial yang dihadapi masyarakat saat ini. Dorongan seksual remaja yang tinggi karena didorong oleh lingkungan yang mulai permisif dan nyaris tanpa batas.

Dari uraian tersebut penulis ingin mengetahui respon warga Desa Tajur Halang Bogor terhadap pernikahan dini. Adapun metode yang dipakai oleh penulis adalah menggunakan metode kuantitatif yaitu penelitian berupa menarik faktor-faktor dan informasi dari data lapangan yang ditemui secara angka dengan melihat inti objek penelitian. Sedangkan pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan angket, pada teknik ini peneliti terjun langsung dan mengamati fenomena yang ada di Desa Tajur Halang Bogor tersebut terhadap pernikahan dini. Sehingga peneliti menemukan sumber-sumber data yang akurat dan nyata di Desa Tajur Halang Bogor khususnya Rt 02/03.

(6)

ii

LEMBAR PERNYATAAN……… i

ABSTRAK……… ii

KATA PENGANTAR………. iii

DAFTAR ISI……… iv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……… 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 5

D. Metodologi Penelitian………...

6

E. Tinjauan Pustaka………...

(7)

iii

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Pemanfaatan……….. 11

1. Pengertian Pemanfaatan………. 11

B. Internet………. 11

1. Pengertian Internet………. 11

2. Bentuk dan Fungsi Internet………. 14

3. Pemanfaatan Internet………..

16

C. Pengetahuan……….. 18

1. Pengertian Pengetahuan……….. 18

(8)

iv

(9)

v

(10)

iii

Segenap puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang tak dapat terukur dikaruniakan-nya pada saya. Shalawat berserta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW dengan mukjizatnya, Al-Qur’an menunjukan hambanya pada yang benar.

Dalam judul skripsi : “Respon Warga Desa Tajur Halang Bogor Terhadap Pernikahan Dini”. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar dan baik.

Akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, bukan hanya karena kerja keras penulis, namun banyak pihak yang turut serta berjuang di dalamnya. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta Bapak Dr. H Arief Subhan, MA. Yang telah

memberikan sumbangsih kepada penulis.

2. Kordinator Teknis Program Non Reguler Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta Ibu Dra. Hj.

Asriati Jamil, M.Hum. Beserta Seketaris Ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA.

Segenap jajarannya yang telah memberi kemudahan selama skripsi berlangsung.

(11)

iv

4. Bapak dan Ibu dosen serta segenap Civitas Akademika Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Syarif Hidayahtullah Jakarta yang telah memberikan berbagai bekal ilmu kepada penulis.

5. Bagian kesektariatan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta Bapak Fatoni, S.Sos.I. yang telah meluangkan waktunya untuk penulis disaat membutuhkan dalam skripsi ini terima kasih.

6. Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga banyaknya kepada Bapak Amiruddin, A.Md dan Ibu Waryanti, atas segala dukungan, kesabaran, keikhlasan, perhatian dan kasih sayang yang tak habisnya, yang senantiasa memotivasi dan menguatkan penulis di saat lelah dan lemah hingga do’a dan munajatnya tak pernah berhenti memohon pada-nya untuk memberikan yang terbaik untuk penulis.

7. Masyarakat Desa Tajur Halang Bogor khususnya Bapak Lurah, Bapak Rt 02, dan Bapak Rw 03, yang telah membantu dan melengkapi data-data yang dibutuhkan penulis dalam menyelesaikan skripsi saya.

(12)

v

penulis dengan canda tawa di kala penulis sedang merasakan sedih dan senang dalam penulisan skripsi, terima kasih menjadikan hidup terasa amat berharga.

10. Teman-teman seperjuangan KPI Non-Reguler Angkatan 2006, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah Jakarta Agus Isnain, Hidayat Riyadi, Hakim Saputera, Johan Alkautsar, Muhammad Adzfar, Ade Wahyudi, Istiana, Bima, dll yang telah memberikan motivasi kepada penulis sehingga selesai juga skripsi ini. 11. Sahabat-sahabat seperjuangan di kehidupan saya, Danu, Habib, Torik,

Bian, Edin, Bghenk, Aryadi, Wahyu, Opik, Anis, dll yang telah memberikan waktu luang untuk menghibur dalam pengerjaan skripsi ini. 12. Teman-teman KKN 2009, Dayat, Johan, Papay, Cokro, Chaca, Sandra,

April, Wibi, Alvi, Yuli, Yanti, Feni, Ewis, dll semoga kalian bisa menyusul saya menjadi sarjana, amin.

(13)

vi

kasih.

Semoga allah membalas jasa orang-orang yang membantu dalam pembuatan skripsi ini, dengan balasan yang setimpal amin ya Rabbal A’alamin.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber dalam menambah pengetahuan dan wawasan terutama ilmu komunikasi penyiaran islam.

Jakarta, Juli 2011

(14)

vi

LEMBAR PERNYATAAN……… i

ABSTRAK……… ii

KATA PENGANTAR……… iii

DAFTAR ISI……… iv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……… 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 7

D. Metodologi Penelitian………..8

E. Tinjauan Pustaka………..11

F. Sistematika Penulisan……… 12

BAB II. TINJAUAN TEORITIS A. Respon………. 13

1. Pengertian Respon………. 13

2. Macam-Macam Respon………. 15

(15)

vii

2. Jenis-Jenis Warga………. 19

3. Fungsi Warga……… 20

C. Pernikahan Dini……… 21

1. Pengertian Pernikahan Dini……… 21

2. Faktor Penyebab………. 26

3. Dampak Pernikahan Dini……… 27

4. Macam-Macam Persfektif Pernikahan Dini……… 30

BAB III. GAMBARAN UMUM WARGA DESA TAJUR HALANG BOGOR A. Profil Desa Tajur Halang Bogor……… 34

B. Struktur Penduduk……… 35

C. Letak Geografis Desa Tajur Halang Bogor……… 37

BAB IV. RESPON WARGA DESA TAJUR HALANG BOGOR TERHADAP PERNIKAHAN DINI A. Identitas Responden……..……… 39

(16)

viii

3. Respon Konatif……… 89

C. Analisis Penelitian………. 99

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan……….... 101

B. Saran……….. 102

DAFTAR PUSTAKA……… 104

(17)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pernikahan dini, yaitu pernikahan laki-laki atau perempuan yang belum

baligh. Apabila batasan baligh itu ditentukan dengan hitungan tahun, maka

pernikahan dini adalah pernikahan di bawah usia 15 tahun menurut mayoritas

ahli figh, dan di bawah usia 17/18 tahun menurut Abu Hanifah.

Mayoritas besar ulama Fiqh ( Ibnu Mundzir ) bahkan menganggap sebagai

ijma’ ( konsensus ) ulama Fiqh mengesahkan penikahan dini. Menurut mereka

untuk masalah pernikahan, kriteria baligh dan berakal bukan merupakan

persyaratan bagi keabsahannya. Beberapa argumen yang dikemukakan antara lain

(18)

Artinya : “Bagi mereka yang telah putus haidnya, iddahnya adalah 3

bulan. Demikian juga bagi bagi mereka yang belum haid”.1

Sebagai contohnya adalah pernikahan Nabi Saw dengan Siti Aisyah yang

masih belia. Nabi Saw juga mengawinkan anak perempuan pamannya ( Hamzah )

dengan anak laki-laki Abu Salamah, keduanya ketika itu masih berusia muda.

Selain itu para sahabat Nabi Saw ada yang menikahkan putera-puterinya atau

keponakannya. Ali bin Abi Thalib mengawinkan anak perempuannya yang

bernama Ummi Kultsum dengan Umar bin Khathab. Ummi Kultsum ketika itu

juga masih muda. Urwah bin Zubair juga menikahkan anak perempuan

saudaranya yang lain, kedua keponakan itu sama-sama masih di bawah umur.

Tetapi beda halnya dengan kasus pernikahan Nabi Saw dengan Siti

Aisyah. Ibnu Syubrumah berpendapat bahwa hal itu merupakan perkecualian atau

suatu kekhususan bagi Nabi Saw sendiri yang tidak bisa diberlakukan bagi

umatnya. Pendapat Ibnu Syubrumah dewasa ini diikuti oleh undang-undang

Negara syaria. Beberapa hal yang menjadi dasar pertimbangan ketentuan ini

adalah prinsip istishlah atau kemaslahatan, realitas sosial, dan memperhatikan

beratnya tanggung jawab perkawinan.2

Undang-undang negara kita telah mengatur batas usia perkawinan. Dalam

Undang-undang Perkawinan Indonesia No.1 Tahun 1974 bab II pasal 7 ayat 1

1

KH. Husein Muhammad, Fiqih Perempuan, Yogyakarta : LKiS, 2002. Hal. 68. 2

(19)

disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria mencapai umur 19

(sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur 16 (enam

belas tahun) tahun.3

Kebijakan pemerintah dalam menetapkan batas minimal usia pernikahan

ini tentunya melalui proses dan berbagai pertimbangan. Hal ini dimaksudkan agar

kedua belah pihak benar-benar siap dan matang dari sisi fisik, psikis dan mental.

Dari sudut pandang kedokteran, pernikahan dini mempunyai dampak

negatif baik bagi ibu maupun anak yang dilahirkan. Menurut para sosiolog,

ditinjau dari sisi sosial, pernikahan dini dapat mengurangi harmonisasi keluarga.

Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih labil, gejolak darah muda dan cara

pikir yang belum matang. Melihat pernikahan dini dari berbagai aspeknya

memang mempunyai banyak dampak negatif. Oleh karenanya, pemerintah hanya

mentolerir pernikahan di atas umur 19 tahun untuk pria dan 16 tahun untuk

wanita, atau menurut psikolog usia terbaik menikah adalah antara 19 sampai

dengan 25 tahun.4

Hukum pernikahan dini menurut Islam secara umum meliputi lima

prinsip yaitu perlindungan terhadap agama, jiwa, keturunan, harta, dan akal. Dari

kelima nilai universal Islam ini, satu diantaranya adalah agama menjaga jalur

keturunan (hifdzu al nasl). Oleh sebab itu, Syekh Ibrahim dalam bukunya al

(20)

mendapatkan legalitas agama harus melalui pernikahan. Seandainya agama tidak

mensyari’atkan pernikahan, niscaya geneologi (jalur keturunan) akan semakin

kabur.

Agama dan negara terjadi perselisihan dalam memaknai pernikahan dini.

Pernikahan yang dilakukan melewati batas minimal Undang-undang Perkawinan,

secara hukum kenegaraan tidak sah. Istilah pernikahan dini menurut negara

dibatasi dengan umur. Sementara dalam kaca mata agama, pernikahan dini ialah

pernikahan yang dilakukan oleh orang yang belum baligh.Terlepas dari semua itu,

masalah pernikahan dini adalah isu-isu kuno yang sempat tertutup oleh tumpukan

lembaran sejarah. Dan kini, isu tersebut kembali muncul ke permukaan. Hal ini

tampak dari betapa dahsyatnya benturan ide yang terjadi antara para sarjana Islam

klasik dalam merespon kasus tersebut.

Isu pernikahan dini saat ini marak dibicarakan. Hal ini dipicu oleh

pernikahan Pujiono Cahyo Widianto, seorang hartawan sekaligus pengasuh

pesantren dengan Lutviana Ulfah. Pernikahan antara pria berusia 43 tahun dengan

gadis belia berusia 12 tahun ini mengundang reaksi keras dari Komnas

Perlindungan Anak. Bahkan dari para pengamat berlomba memberikan opini yang

bernada menyudutkan. Umumnya komentar yang terlontar memandang hal

tersebut bernilai negatif.

Di sisi lain, Syeh Puji, begitu ia akrab disapa berdalih untuk mengader

calon penerus perusahaannya. Dia memilih gadis yang masih belia karena

(21)

dalam pandangan Syeh Puji, menikahi gadis belia bukan termasuk larangan

agama.

Pada hakekatnya, penikahan dini juga mempunyai sisi positif. Kita tahu,

saat ini pacaran yang dilakukan oleh pasangan muda-mudi acapkali tidak

mengindahkan norma-norma agama. Kebebasan yang sudah melampui batas,

dimana akibat kebebasan itu kerap kita jumpai tindakan-tindakan asusila di

masyarakat. Fakta ini menunjukkan betapa moral bangsa ini sudah sampai pada

taraf yang memprihatinkan. Hemat penulis, pernikahan dini merupakan upaya

untuk meminimalisir tindakan-tindakan negatif tersebut. Dari pada terjerumus

dalam pergaulan yang kian mengkhawatirkan, jika sudah ada yang siap untuk

bertanggungjawab dan hal itu legal dalam pandangan syara’ kenapa tidak ?

Sebenarnya kalau kita mau menelisik lebih jauh, fenomena pernikahan

dini bukanlah hal yang baru di Indonesia, khususnya daerah Jawa. Penulis sangat

yakin bahwa mbah buyut kita dulu banyak yang menikahi gadis di bawah umur.

Bahkan jaman dulu pernikahan di usia ”matang” akan menimbulkan preseden

buruk di mata masyarakat. Perempuan yang tidak segera menikah justru akan

mendapat tanggapan miring atau lazim disebut perawan tua.

Namun seiring perkembangan zaman, image masyarakat justru sebaliknya.

Arus globalisasi yang melaju dengan kencang mengubah cara pandang

masyarakat. Perempuan yang menikah di usia belia dianggap sebagai hal yang

(22)

memberangus kreativitasnya serta mencegah wanita untuk mendapatkan

pengetahuan dan wawasan yang lebih luas.

Desa Tajur Halang adalah salah satu Desa di wilayah Kecamatan Cijeruk

Kabupaten Bogor, dengan luas wilayah 390,527 Ha yang terdiri dari 3 Dusun, 6

Rukun Warga (RW) dan 22 Rukun Tetangga (RT). Jumlah penduduk Desa Tajur

Halang Bogor sampai dengan akhir Desember 2009 tercatat 6.085. Lokasi yang

diteliti adalah Rt 02/Rw 03, dengan jumlah jiwa (110 LK dan 100 P). Jumlah

penduduk Desa Tajur Halang Bogor khususnya Rt 02/ Rw 03 sampai dengan

akhir Desember 2009 tercatat (210) jiwa.

Oleh karena itu hal ini menarik untuk diteliti. Secara umum penulis ingin

mengetahui Respon Warga Desa Tajur Halang Bogor Terhadap Pernikahan Dini.

Selain rasa keingintahuan penulis akan hal yang telah dikemukakan di atas penulis

merasa memiliki tanggung jawab lebih karena penulis pernah melaksanakan KKN

di Desa Tajur Halang selama satu bulan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, semoga penelitian yang

penulis garap sebagai topik penelitian skripsi dengan judul “Respon Warga Desa

Tajur Halang Bogor Terhadap Pernikahan Dini”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas penelitian ini berfokus

(23)

supaya pembahasan masalah tetap terarah dan fokus, maka perlu kiranya penulis

membatasi ruang lingkupnya, sehingga tidak melebar dan meluas. Untuk

memudahkan dan mempelancar penelitian, maka peneliti ini dibatasi pada:

a. Batasan masalah dan penelitian ini dibatasi pada responden yang telah

melakukan pernikahan dini.

b. Batasan masalah yang penulis batasi dimana tempat peneelitian dilakukan

yaitu wilayah Rt. 02/Rw. 03

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan di atas, maka pokok permasalahannya dapat

dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana Respon Warga Desa Tajur Halang Bogor Terhadap Pernikahan

Dini.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana Respon Warga Desa Tajur Halang Bogor

terhadap Pernikahan Dini.

2. Manfaat Penelitian

a. Segi Akademis

Sebagai dasar bagi studi-studi selanjutnya dan memberikan gambaran

(24)

dalam masyarakat ada yang berpendapat positif atau negatif, serta meningkatkan

dalam pendidikan mengenai akhlakul karimah.

b. Segi Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan terhadap masyarakat

yang berfikir bahwa pernikahan dini itu cenderung ke hal yang negatif. Padahal

banyak posisi positifnya. Dan selain itu diharapkan dapat memberikan sedikit

gambaran bagi peneliti-peneliti yang lain yang berkepentingan dalam penulisan

maslah ini.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau jalan untuk memperoleh

kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. Metode penelitian yang

digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Yaitu penelitian berupa mancari

faktor-faktor dan informasi dari data lapangan yang ditemui secara angka dengan melihat

inti objek penelitian berdasarkan tingkat beragam dalam data lapangan yang bisa

didapat secara akurat, tepat dan terpecaya. Untuk memperoleh data di lapangan

penulis menggunakan langkah-langkah antara lain:

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sisitematis

(25)

pencatatan. Penulis mengamati langsung keadaan prilaku subjek penelitian yang

ada di lapangan.5Yaitu warga Desa Tajur Halang Bogor.

b. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan

seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Selain itu

wawancara atau interview merupakan alat pengumpul informasi langsung tentang

beberapa jenis data, dengan tehnik ini peneliti bertemu secara langsung dengan

informan.6Penelitian ini langsung mewawancarai warga Rt 02 / Rw 03Desa Tajur

Halang Bogor.

c. Angket

Angket adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang telah disiapkan dan tersusun sedemikian rupa yang harus diisi

dan dijawab responden, yaitu warga Desa Tajur Halang Bogor. Karena ciri khas

angket terletak pada pengumpulan data melalui daftar pertanyaan tertulis yang

disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi atau keterangan dari

sumber data yang berupa orang.7

Bentuk angket yang penulis gunakan adalah angket tertutup yaitu alternatif

jawaban yang telah disediakan oleh penulis, karena dengan angket tertutup lebih

mudah diambil kesimpulan dan dihitung presentasinya dibandingkan dengan

angket terbuka.

5

Roni Hanitijo Soemitro, Metodelogi Penelitian Hukum, Jakarta : Ghlia Indonesia, 1985. Hal. 62.

6

Sutrisno Hadi. Metodelogi Research. (Yogyakarta : Andi offset, 1983). Hal.49. 7

(26)

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Dalam penelitian ini, jumlah populasi warga Desa Tajur Halang Bogor Rt

02 / Rw 03, sebanyak 210 jiwa. Tetapi yang melakukan pernikahan dini berjumlah

160 warga, (75 LK dan 85 Pr).

Dalam penelitian ini peneliti mengambil jumlah sampel sebanyak 32 jiwa

dari 160 jiwa (20%).

4. Teknik Analisa Data

Dalam hal analisa data digunakan bentuk analisa dengan menggunakan

jenis distribusi frekuensi.

a. Deskriptif, data-data yang diperoleh melalui angket, kemudian diproses

dengan beberapa tahapan, sebagai berikut :

1). Evaluasi, memeriksa jawaban responden untuk diteliti, ditelaah dan

dirumuskan pengelompokannya untuk memperoleh data-data yang

akurat.

2). Tabulasi, yaitu memindahkan jawaban-jawaban responden yang

diperoleh dari angket ke dalam bentuk tabel yang berdasarkan

tema-tema di BAB IV. Kemidian dicari frekuensi dan prosentasenya untuk

(27)

3). Kesimpulan, memberikan kesimpulan dari analisa dan penafsiran data.

Semua tahapan tersebut akhirnya di jelaskan pendeskripsiannya dalam

bentuk verbal (kata-kata) maupun angka sehingga menjadi bermakna.

b. Prosentase, data yang diperoleh dari deskripsi kualitatif kemudian diolah

menjadi analisa statistik prosentasi, sebagai berikut :

P = f x 100 %

Setalah penulis melakukan pengamatan atau penelitian langsung tentang

penulisan skripsi yang membahas tentang Respon Warga Desa Tajur Halang

Bogor Terhadap Pernikahan Dini, belum penulis temukan penelitian yang sama.

Penelitian-penelitian yang penulis temukan yaitu membahas tentang poligami,.

Seperti skripsi Novi Syaofia, NIM 105051001982, jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam yang membahas dan juga belum penulis temukan lokasi penelitian di Desa

Tajur Halang Bogor. Melihat hal itulah, maka peluang penulis mengangkat judul

skripsi “Respon Warga Desa Tajur Halang Bogor Terhadap Pernikahan Dini”

sangat terbuka sekali. Penulis juga merujuk pada buku pedoman penulisan skripsi,

(28)

F. Sistematika Penulisan

Agar skripsi ini teratur secara sistematis, penulis membagi pembahasan

menjadi 5 bab, masing-masing bab terdiri dari sub bab, yakni :

Bab I . Pendahuluan

Bab pertama membahas latar belakang masalah, batasan dan rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BabII . Kerangka Teoritis

Bab kedua membahas tentang pengertian respon, pengertian warga, dan

pengertian pernikahan dini.

Bab III . Gambaran Umum Tentang Desa Tajur Halang Bogor

Bab ketiga membahas profil Desa Tajur Halang Bogor, struktur penduduk,

dan letak geografis Desa Tajur Halang Bogor.

Bab IV . Analisi Data

Bab keempat membahas tentang identitas responden, Respon Warga Desa

Tajur Halang Bogor Terhadap Pernikahan Dini, analisis penelitian.

Bab V. Kesimpulan

Merupakan penutup yang mencakup kesimpulan, sara-saran, daftar

(29)
(30)

13

TINJAUAN TEORITIS

A.Respon

1. Pengertian Respon

Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan (reaction). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Respon adalah tanggapan, reaksi atau jawaban terhadap suatu gejala peristiwa yang terjadi.1

Sedangkan dalam Kamus Lengkap Psikologi disebutkan bahwa “Respon adalah sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh suatu perangsang atau berarti suatu jawaban, khususnya satu jawaban bagi pertanyaan tes atau suatu kuisioner, atau bisa juga berarti tingkah laku, baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi atau tersamar.2

Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan disebutkan bahwa respon adalah reaksi psikologis metabolik terhadap tibanya suatu rangsang, ada yang bersifat refleksi dan reaksi emosional langsung, adapula yang bersifat terkendali.3 Sedangkan menurut Scheerer, respon (balas) adalah proses pengorganisasian rangsang.

1

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002). Edisi ke-3. h. 585.

2

J.P. Chaplin, Kamus lengkap Psikologi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-9, h. 432.

3

(31)

Rangsang-rangsang proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi refresentasi fenomenal dari rangsang-rangsang proksimal itu. Proses inilah yang disebut respon.4

Sama halnya dengan pengertian di Kamus Besar Bahasa Indonesia, menurut Poerwadarminta, Respon diartikan sebagai tanggapan, reaksi dan jawaban.5 Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkain komunikasi. Dan meenurut Ahmad Subandi, meengemukakan respon dengan istilah umpan balik (feed back) yang memiliki peranaan atau pengaruh yang besar dalam menentukan balik atau tidaknya suatu komunikasi.6

Agus Sujanto mengemukakan bahwa, yang disebut tannggapan adalah gambaran pengamatan yang tinggal dikesadaran kita sesudah mengamati.7Tanggapan adalah gambaran ingatan dari pengamatan. Sedangkan menurut Abu Ahmadi, tangggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan dalam mana objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang waktu pengamatan. Jadi jika proses pengamatan sudah berhenti hanya kesannya saja. Peristiwa itu disebut sebagai “tanggapan”.8

Respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Komunikasi merupakan jalinan proses

4

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, (Jakarta: PT. Raaja Grafindo Persada, 2000), Cet. Ke-5, h. 84.

5

Poerwadarminta, Psikologi komunikasi, (Jakarta: UT, 1999), Cet. Ke-3, h. 43. 6

Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), Cet. Ke-2, h. 50. 7

Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet. Ke-2, h. 31. 8

(32)

komunikasi hanya akan berjalan secara efektif dan efisien, apabila unsure-unsur didalamnya terdapat keteraturan.

Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah sebelumnya terjadi serangkaian komunikasi. Sedangkan menurut Astrid S. Susanto mengatakan, respon adalah reaksi penolakan atau pengiyaan ataupun sikap acuh tak acuh yang terjadi dalam diri seseorang setelah menerima pesan.9

2. Macam-macam Respon

a. Respon kognitif, ialah respon yang berhubungan dengan pikiran atau penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu, yang tadinya tidak mengerti, yang tadinya bingung menjadi merasa jelas.10 Atau terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahu, dipahami, atau dipercayai atau dipersepsi khalayak. Hal ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi.

b. Respon afektif, ialah respon yang berkaitan dengan perasaan, timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Hal ini berkaitan dengan emosi, sikap, atau nilai.

9

Astrid S. Susanto, Komunikasi Sosial di Indonesia, (Jakarta: Bina Cipta, 1998) 10

(33)

c. Respon behavioral, ialah respon yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku.11

Sedangkan menurut Agus Sujanto dalam bukunya Psikologi Utama, mengemukakan macam-macam tanggapan sebagai berikut:

Tanggapan menurut indera yang mengamati, yaitu:

a. Tanggapan audit adalah tanggapan terhadap apa-apa yang telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan dan lain sebagainya.

b. Tanggapan visual adalah tenggapan terhadap sesuatu yang dilihatnya. c. Tanggapan perasa adalah tanggapan sesuatu yang dialami oleh dirinya. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu:

a. Tanggapan ingatan adalah ingatan masa lampau, artinya tanggapan terhadap kejadian yang telah berlalu.

b. Tanggapan fantasi adalah tanggapan masa kini artinya tanggapan terhadap sesuatu yang telah terjadi.

c. Tanggapan pikiran adalah tanggapan masa datang atau tanggapan terhadap yang akan terjadi.

Tanggapan menurut lingkungan:

a. Tanggapan benda, yakni tanggapan benda yang ada disekitarnya.

11

(34)

b. Tanggapan kata-kata, yakni tanggapan seseorang terhadap ucapan atau kata-kata yang dilontarkan oleh lawan bicara.12

3. Faktor-Faktor Terbentuknya Respon

Manusia dengan alat inderanya dan sesuai dengan fungsinya, terus memperhatikan, menggali segala sesuatu disekitarnya. Allah SWT telah mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha menggunakan alat inderanya dan menggali lingkungan sekitar serta aspek eksternal (yang mempengaruhi dari luar diri manusia). Seperti yang dikatakan oleh Bimo Walgito “alat indera itu alat penghubung antara individu dengan dunia luarnya.”13

Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi apabila terpenuhi factor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui supaya individu yang bersangkutan dapat menganggapi dengan baik pada proses awalnya individu mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapat respon individu, sebab individu melakukan terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang menarik dirinya. Dengan demikian, maka akan ditanggapi oleh individu selain tergantung pada stimulus juga tergantung pada keadaan individu itu sendiri dengan kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu akan bergantung pada dua faktor:

12

Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: Aksara Baru, 1991), h. 31-32. 13

(35)

a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam individu. Manusia itu tersendiri dari dua unsur, yaitu jasmani dan rohani. Maka seseorang yang mengadakan tanggapan sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu unsur saja, maka akan melahirkan hasil tanggapan atau akan berbeda tanggapannya tersebut antara satu orang dengan orang lain.

Unsur-unsur jasmani meliputi keberadaan, keutuhan dan cara bekerjanya alat indera, urat saraf dan bagian-bagian tertentu pada otak.

Unsur-unsur rohani meliputi keberadaan, perasaan (feeling), akal, fantasi, pandangan jiwa, mental, pikiran, motivasi, dan sebagainya.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada lingkungan (faktor pisis). Faktor ini intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan faktor stimulus.14

B. Warga

1. Pengertian Warga

Warga merupakan kumpulan dari penduduk. Sedangkan pengertian penduduk atau populasi berarti sejumlah makhluk sejenis yang mendiami atau menduduki tempat tertentu.

14

(36)

Warga adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.

Tatanan kehidupan, norma-norma yang mereka miliki itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dalam lingkungan mereka, sehingga dapat membentuk saat kelompok manusia yang memiliki ciri kehidupan yang khas. Dalam lingkungan itu, antara orang tua dan anak, antara ibu dan ayah, antara kakek dan cucu. Antara sesama kaum laki-laki dan wanita, larut melalui suatu kehidupan yang teratur dan terpadu dalam suatu kelompok manusia, yang disebut warga.

2. Jenis-Jenis Warga

Dalam pertumbuhan dan perkembangan suatu warga, dapat digolongkan menjadi warga sederhana dan warga maju (warga modern).

a. Warga Sederhana

Dalam lingkungan warga sederhana (primitif) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja dalam bentuk lain tidak terungkap dengan jelas, sejalan dengan pola kehidupan dan pola perekonomian (masyarakat primitif tidak atau belum sedemikian rumit seperti pada warga maju.

b. Warga Maju (modern)

(37)

Organisasi kewargaan itu dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan terbatas sampai pada cakupan nasional, regional, maupun internasional. Dalam lingkungan maju, dapat dibedakan sebagai kelompok warga non industry dan warga industry.15

3. Fungsi Warga

Warga sebagai suatu tipe sistem sosial dapat dianalisa dari empat fungsinya yang diperlukan, yakni :

a. Fungsi Pemeliharaan Pola

Fungsi ini berkaitan dengan hubungan antara warga sebagai sistem sosial dengan sub-sistem kultural. Fungsi ini mempertahankan prinsip-prinsip tertinggi dari warga sambil menyediakan dasar dalam berperilaku menuju realitas tertiggi.

b. Fungsi Integrasi

Fungsi ini mencakup koordinasi yang diperlukan antara unit-unit yang menjadi bagian dari suatu sistem sosial, khususunya berkaitan dengan kontribusi unit-unit pada organisasi dan fungsinya unit-unit-unit-unit terhaadap keseluruhan sistem.

c. Fungsi Pencapaian Tujuan

Fungsi ini mengatur hubungan antara warga sebagai sistem sosial dengan sub-sistem kepribadian. Fungsi ini tercermin dalam bentuk penyusunan skala prioritas dari segala tujuan yang hendak dicapai dan penentuan bagaimana suatu sistem memobilitas sumber daya serta tenaga yang tersedia untuk mencapai tujuan tersebut.

15

(38)

d. Fungsi Adaptasi

Menyangkut hubungan antara warga sebagai sistem sosial dengan sub-sistem organisme tindakan dan dengan alam fisiko-organik. Secara umum fungsi ini menyangkut kemampuan warga untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan hidupnya. Dalam pelaksanaan fungsi ini, teknologi sangat penting peranannya.16

C. Pernikahan Dini

Pernikahan dalam islam adalah suatu ikatan lahir batin antara laki-laki dan seorang perempuan untuk hidup bersama dalam rumah tangga dan berketurunan,yang dilaksanakan menurut ketentuan syariat islam. Sedangkan dini tersimpul dalam ungkapan seorang penulis,”Banyak orang mengatakan bahwa menikah saat kuliah akan mengganggu dan merugikan kita, padahal sangat menguntungkan. Bahkan ada yang mengatakan bahwa barang siapa mengetahui tentang keutamaan menikah sejak dini ( kuliah ) maka orang tersebut tidak ingin menundanya hingga esok hari, apalagi tahun depan”.17

Dari itu maka dapat dipahami bahwa yang dimaksud pernikahan dini adalah sebuah ikatan suami istri yang dilakukan pada saat kedua calon suami dan istri masih usia muda. Meskipun muda ini berbeda pengertian menurut daerah tertentu atau pernikahan masih remaja dalam satu ikatan keluarga. Pernikahan dini juga dinilai

16

Ankie M.M. Hoogvelt, Sosiologi Masyarakat Sedang Berkembang, (Jakarta: CV. Rajawali, 1985), Cet. Ke-1, h. 28-29.

17

(39)

dapat mempertahankan norma-norma agama yaitu menghindarkan pasangan muda-mudi dari dosa seks akibat pergaulan bebas. Sehingga sebagian orang mengartikan bahwa tujuan dari pernikahan adalah menghalalkan hubungan seks.18

Akhir-akhir ini marak terjadi pernikahan dini pada kalangan remaja. Hal itu terjadi pada umur kira-kira 15-19 tahun, yaitu pada saat SMP maupun SMA. Itulah sepenggal realitas sosial yang dihadapi masyarakat saat ini. Dorongan seksual remaja yang tinggi karena didorong oleh lingkungan yang mulai permisif dan nyaris tanpa batas. Pada akhirnya, secara fisik anak bisa lebih cepat matang dan dewasa, namun psikis, ekonomi, agama, sosial, maupun bentuk kemandirian lainnya belum tentu mampu membangun komunitas baru bernama keluarga.19

Bila dikaji lebih dalam lagi, fenomena ini akan beruntut pada masalah sosial lainnya. Sebut saja kehamilan yang tidak diinginkan/ketidaksiapan pasutri untuk membentuk keluarga baru yang ujungnya berakhir dengan perceraian, tindak kriminal aborsi, risiko PMS (penyakit menular seks), serta perilaku a-sosial lainnya. Tidak menutup kemungkinan pekerja seksual juga muncul dari ”budaya kebablasan” ini.

Pada kalangan remaja pernikahan dini dianggap sebagai jalan keluar untuk menghindari dosa, yaitu seks bebas. Ada juga yang melakukannya karena terpaksa, dan karena hamil di luar nikah. Fenomena tersebut cukup sering kita dengar. Namun bukankah pernikahan itu tidak hanya sekadar ijab qabul, dan menghalalkan yang

18

Ibid., h. 20 19

(40)

haram. Melainkan kesiapan moril dan materil untuk mengarungi dan berbagi apapun kepada pasangan. 20

Menikah hukum asalnya adalah sunnah (mandub). Perintah untuk menikah merupakan tuntutan untuk melakukan nikah. Namun tuntutan tersebut tidak bersifat pasti atau keharusan (ghairu jazim) karena adanya kebolehan memilih antara kawin dan pemilikan budak (milku al yamin). Maka tuntutan tersebut merupakan tuntutan yang tidak mengandung keharusan (thalab ghair jazim) atau berhukum sunnah, tidak wajib.

Namun hukum asal sunnah ini dapat berubah menjadi hukum lain, tergantung keadaan orang yang melaksanakan hukum nikah.

Rasulullah SAW menyarankan kepada orang yang sudah mampu agar segera menikah, sementara kepada yang belum mampu Rasul memberi jalan keluar untuk menangguhkan pernikahan yaitu dengan melaksanakan Shaum, karena shaum merupakan benteng. Ungkapan ini merupakan isyarat bahwa kita diperbolehkan menangguhkan pernikahan untuk lebih mematangkan persiapan. 21

Oleh karena itu, para ahli fiqih mendudukkan hukum pernikahan pada empat hukum:

1. Wajib menikah bagi orang yang sudah punya calon istri atau suami dan mampu secara fisik, psikis, dan material, serta memiliki dorongan seksual yang tinggi sehingga dikhawatirkan kalau pernikahan itu ditangguhkan akan menjerumuskannya pada zina.

20

Ibid., hal. 35. 21

(41)

2. Sunnah (thatawwu') menikah bagi orang yang sudah punya calon istri atau suami dan sudah mampu secara fisik, psikis, dan material, namun masih bisa menahan diri dari perbuatan zina

3. Makruh (tidak dianjurkan) menikah bagi orang yang sudah punya calon istri atau suami, namun belum mampu secara fisik, psikis, atau material. Karenanya, harus dicari jalan keluar untuk menghindarkan diri dari zina, misalnya dengan shaum dan lebih meningkatkan taqarrub diri kepada Allah dengan ibadah-ibadah lainnya.

4. Haram menikah bagi mereka yang seandainya menikah akan merugikan pasangannya serta tidak menjadi kemashlahatan (kebaikan). Maupun menikah dengan tujuan menyakiti pasangannya.22

Adapun menikah dini, yaitu menikah dalam usia remaja atau muda, bukan usia tua, hukumnya menurut syara’ adalah sunnah (mandub).

Menikah dini hakikatnya adalah menikah juga, hanya saja dilakukan oleh mereka yang masih muda dan segar, seperti para pelajar, mahasiswa atau mahasiswi yang masih kuliah. Maka dari itu hukum yang berkaitan dengan nikah dini ada yang secara umum harus ada pada semua pernikahan, namun ada pula hukum yang memang khusus yang bertolak dari kondisi khusus, seperti kondisi pelajar yang masih sekolah, bergantung pada orang tua dan belum mempunyai penghasilan sendiri, mahasiswa yang masih kuliah yang mungkin belum mampu memberi nafkah.23

22

Ibid., hal. 9-10. 23

(42)

Hukum umum tersebut yang terpenting adalah kewajiban memenuhi syarat-syarat sebagai persiapan sebuah pernikahan. Kesiapan nikah dalam tinjauan fiqih paling tidak diukur dengan 3 (tiga) hal :

Pertama, kesiapan ilmu, yaitu kesiapan pemahaman hukum-hukum fiqih yang berkaitan dengan urusan pernikahan, baik hukum sebelum menikah, pada saat nikah, maupun sesudah nikah.

Kedua, kesiapan materi atau harta. Yang dimaksud harta di sini ada dua macam, yaitu harta sebagai mahar (mas kawin) dan harta sebagai nafkah suami kepada isterinya untuk memenuhi kebutuhan pokok atau primer bagi istri yang berupa sandang, pangan, dan papan. Mengenai mahar, sebenarnya tidak mutlak harus berupa harta secara materiil, namun bisa juga berupa manfaat, yang diberikan suami kepada isterinya, misalnya suami mengajarkan suatu ilmu kepada isterinya. Adapun kebutuhan primer, wajib diberikan dalam kadar yang layak yaitu setara dengan kadar nafkah yang diberikan kepada perempuan lain

Ketiga, kesiapan fisik/kesehatan khususnya bagi laki-laki, yaitu maksudnya mampu menjalani tugasnya sebagai laki-laki, tidak impoten. Imam Ash Shanâani dalam kitabnya Subulus Salam juz III hal. 109 menyatakan bahwa al ba`ah dalam hadits anjuran menikah untuk para syabab di atas, maksudnya adalah jimaâ. Ini menunjukkan keharusan kesiapan fisik sebelum menikah.24

24

(43)

Faktor Penyebab

Ada dua faktor penyebab terjadinya pernikahan dini pada kalangan remaja, yaitu faktor pribadi dan faktor keluarga.

1.Faktor pribadi

Penyebab dari faktor pribadi adalah karena seks bebas yang mengakibatkan hamil duluar nikah. Sehingga akhirnya mereka melakukan pernikahan dini untuk menutupi dosa tersebut. Adapun penyebab dari faktor pribadi yang lain yaitu, karena pada remaja pernikahan dini dianggap sebagai jalan keluar untuk menghindari dosa, yaitu seks bebas. Mereka menganggap, dengan menikah dini, mereka akan terhindar dari yang namanya seks bebas.

2.Faktor keluarga

Kian maraknya seks bebas di kalangan remaja dan dewasa muda, maupun meningkatnya angka aborsi setidaknya menjadi indikator tingkat pergaulan bebas sudah berada pada tahap mengkhawatirkan dan harus segera dipikirkan solusinya.

(44)

Ada juga penyebabnya karena terpaksa. Hal itu terjadi pada orang tua yang masih belum paham pentingnya pendidikan. Para orang tua memaksa anak mereka untuk segera menikah. Hal itu biasanya terjadi setelah remaja lulus SMP atau bahkan belum. Mereka menganggap, pendidikan tinggi itu tidak penting. Bagi mereka, lulus SD saja sudah cukup. 25

Dampak Pernikahan Dini

Ada banyak dampak dari pernikahan dini. Ada yang berdampak bagi kesehatan, adapula yang berdampak bagi psikis dan kehidupan keluarga remaja.

1. Kanker leher rahim

Perempuan yang menikah dibawah umur 20 th beresiko terkena kanker leher rahim. Pada usia remaja, sel-sel leher rahim belum matang. Kalau terpapar human papiloma virus atau HPV pertumbuhan sel akan menyimpang menjadi kanker.

Leher rahim ada dua lapis epitel, epitel skuamosa dan epitel kolumner. Pada sambungan kedua epitel terjadi pertumbuhan yang aktif, terutama pada usia muda. Epitel kolumner akan berubah menjadi epitel skuamosa. Perubahannya disebut metaplasia. Kalau ada HPV menempel, perubahan menyimpang menjadi displasia yang merupakan awal dari kankes. Pada usia lebih tua, di atas 20 tahun, sel-sel sudah matang, sehingga resiko makin kecil.

25

(45)

Gejala awal perlu diwaspadai, keputihan yang berbau, gatal serta perdarahan setelah senggama. Jika diketahui pada stadium sangat dini atau prakanker, kanker leher rahim bisa diatasi secara total. Untuk itu perempuan yang aktif secara seksual dianjurkan melakukan tes Papsmear 2-3 tahun sekali.

2. Neoritis deperesi

Depresi berat atau neoritis depresi akibat pernikahan dini ini, bisa terjadi pada kondisi kepribadian yang berbeda. Pada pribadi introvert (tertutup) akan membuat si remaja menarik diri dari pergaulan. Dia menjadi pendiam, tidak mau bergaul, bahkan menjadi seorang yang schizoprenia atau dalam bahasa awam yang dikenal orang adalah gila. Sedang depresi berat pada pribadi ekstrovert (terbuka) sejak kecil, si remaja terdorong melakukan hal-hal aneh untuk melampiaskan amarahnya. Seperti, perang piring, anak dicekik dan sebagainya. Dengan kata lain, secara psikologis kedua bentuk depresi sama-sama berbahaya.

(46)

keduanya berasal dari keluarga cukup mampu, keduanya masih bisa menikmati masa remaja dengan bersenang-senang meski terikat dalam tali pernikahan.

Usia masih terlalu muda, banyak keputusan yang diambil berdasar emosi atau mungkin mengatasnamakan cinta yang membuat mereka salah dalam bertindak. Meski tak terjadi Married By Accident (MBA) atau menikah karena "kecelakaan", kehidupan pernikahan pasti berpengaruh besar pada remaja. Oleh karena itu, setelah dinikahkan remaja tersebut jangan dilepas begitu saja.

3. Konflik yang berujung perceraian

Sibuknya seorang remaja menata dunia yang baginya sangat baru dan sebenarnya ia belum siap menerima perubahan ini. Positifnya, ia mencoba bertanggung jawab atas hasil perbuatan yang dilakukan bersama pacarnya. Hanya satu persoalannya, pernikahan usia dini sering berbuntut perceraian.

Pernikahan dini atau menikah dalam usia muda, memiliki dua dampak cukup berat. Dari segi fisik, remaja itu belum kuat, tulang panggulnya masih terlalu kecil sehingga bisa membahayakan proses persalinan. Oleh karena itu pemerintah mendorong masa hamil sebaiknya dilakukan pada usia 20 - 30 tahun. Dari segi mental pun, emosi remaja belum stabil.

(47)

usia 19 tahun. Dan pada usia 20 - 24 tahun dalam psikologi, dikatakan sebagai usia dewasa muda atau lead edolesen. Pada masa ini, biasanya mulai timbul transisi dari gejolak remaja ke masa dewasa yang lebih stabil. Maka, kalau pernikahan dilakukan di bawah 20 tahun secara emosi si remaja masih ingin bertualang menemukan jati dirinya.

Bayangkan kalau orang seperti itu menikah, ada anak, si istri harus melayani suami dan suami tidak bisa ke mana-mana karena harus bekerja untuk belajar tanggung jawab terhadap masa depan keluarga. Ini yang menyebabkan gejolak dalam rumah tangga sehingga terjadi perceraian, dan pisah rumah.26

Macam-macam Perspektif Pernikahan Dini

1. Pernikahan Dini dalam Perspektif Psikologi

Sebetulnya, kekhawatiran dan kecemasan timbulnya persoalan-persoalan psikis dan sosial bahwa pernikahan di usia remaja dan masih di bangku sekolah bukan sebuah penghalang untuk meraih prestasi yang lebih baik, bahwa usia bukan ukuran utama untuk menentukan kesiapan mental dan kedewasaan seseorang, bahwa menikah bisa menjadi solusi alternatif untuk mengatasi kenakalan kaum remaja yang kian tak terkendali.

26

(48)

Di sekitar kita ada banyak bukti empiris dan tidak perlu dipaparkan di sini bahwa menikah di usia dini tidak menghambat studi, bahkan justru bisa menjadi motivasi untuk meraih puncak prestasi yang lebih cemerlang. Selain itu, menurut bukti-bukti (bukan hanya sekedar teori) psikologis, pernikahan dini juga sangat baik untuk pertumbuhan emosi dan mental, sehingga kita akan lebih mungkin mencapai kematangan yang puncak. Pernikahan akan mematangkan seseorang sekaligus memenuhi separuh dari kebutuhan-kebutuhan psikologis manusia, yang pada gilirannya akan menjadikan manusia mampu mencapai puncak pertumbuhan kepribadian yang mengesankan.

Bagaimana dengan hasil penelitian bahwa angka perceraian meningkat signifikan karena pernikahan dini? Ternyata, setelah diteliti, pernikahan dini yang rentan perceraian itu adalah pernikahan yang diakibatkan kecelakaan (yang disengaja). Hal ini bisa dimaklumi, sebab pernikahan karena kecelakaan lebih karena keterpaksaan, bukan kesadaran dan kesiapan serta orientasi nikah yang kuat.

Dari kacamata psikologi, pernikahan dini lebih dari sekedar alternatif dari sebuah musibah yang sedang mengancam kaum remaja, tapi ia adalah motivator untuk melejitkan potensi diri dalam segala aspek positif.

1. Pernikahan Dini dalam Perspektif Agama

(49)

"Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mencapai baah,

maka kawinlah. Karena sesungguhnya kawin lebih bisa menjaga pada pandangan

mata dan lebih menjaga kemaluan. Bila tidak mampu melaksanakannya maka

berpuasalah karena puasa baginya adalah kendali (dari gairah seksual) (HR. Imam

yang lima).

Hadits di atas dengan jelas dialamatkan kepada syabab (pemuda). Siapakah

syabab itu? Mengapa kepada syabab? Menurut mayoritas ulama, syabab adalah

orang yang telah mencapai aqil baligh dan usianya belum mencapai tiga puluh tahun.

Aqil baligh bisa ditandai dengan mimpi basah (ihtilam) atau masturbasi (haid bagi

wanita) atau telah mencapai usia lima belas tahun.

Kini, dengan kemajuan teknologi yang kian canggih, media informasi (baik cetak atau elektronik) yang terus menyajikan tantangan seksual bagi kaum remaja, maka tak heran apabila sering terjadi pelecehan seksual yang dilakukan oleh anak ingusan yang masih di bangku sekolah dasar. Karenanya, Sahabat Abdullah bin Mas'ud ra. selalu membangun orientasi menikah kepada para pemuda yang masih

single, dengan mengajak mereka berdoa agar segera diberi isteri yang shalihah.

(50)

yang beriman, sebenarnya, kita tak perlu risih dengan yang urusan yang begitu krusial dalam sebuah rumah tangga ini. 27

27

(51)
(52)

34

GAMBARAN UMUM

WARGA DESA TAJUR HALANG BOGOR

A. Profil Desa Tajur Halang

Desa Tajur Halang Bogor terletak di Kabupaten Bogor, Kecamatan Cijeruk. Adapun Perbatasan desa adalah sebelah utara: berbatasan dengan Desa Palasari, Sebelah Timur berbatasan dengan: Desa Tanjungsari, Sebelah Selatan berbatasan dengan: Tanah Kehutanan, Sebelah Barat berbatasan dengan: Desa Sukaharja.

Mayoritas tanah di daerah itu adalah sebagai tempat menanam nanas dan talas dan pertenakan sapi perah. Masyarakat Desa Tajur Halang Bogor bermata pencaharian sebagai petani, peternak, tukang ojek, warung, tetapi mayoritas di desa ini adalah petani dan peternak, petani menjual hasil bumi tidak hanya dijual ke Bogor saja, tetapi sampai ke Jakarta dan Depok.

(53)

kami annggap penting untuk diperhatikan. Sissi-sisi itu meliputi: sisi keagamaan, pendidikan, sosio-politik, kesehatan dan pemerintahan

B. Struktur Penduduk

1. Keadaan penduduk menurut jenis kelamin.

Jumlah Warga Desa Tajurhalang Bogor yang melakukan pernikahan dini khususnya di Rt 02/03 sampai dengan akhir Desember 2009 tercatat: 160 jiwa, terdiri dari:

 Laki-laki : 75 Jiwa.

 Perempuan : 85 Jiwa.

2. Keadaan penduduk menurut agama.

Mengenai keadaan penduduk berdasarkan agama yang dianutnya sebagai berikut:

 Islam : 160 Orang

 Katolik : --- Orang

 Protestan : --- Orang

 Budha : --- Orang

(54)

3. Keadaan penduduk menurut mata pencaharian.

Keadaan mata pencaharian penduduk Desa Tajur Halang sebagai berikut:

 Petani : 53 Orang

 Pedagang : 12 Orang

 Peternak : 37 Orang

 Pengrajin : 1 Orang

 Tukang Bangunan : 22 Orang

 Penjahit : 2 Orang

 Tukang Ojek : 11 Orang

 Bengkel/Tambal Ban : 2 Orang

4. Keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan.

Tingkat pendidikan Desa Tajur Halang adalah sebagai berikut:

 Tamat SD : 107 Orang

 Tamat SLTP : 53 Orang

 Tamat SLTA : ---- Orang

 Tamat Akademi/PerguruanvTinggi/Sarjana : ---- Orang 1

1

(55)

C. Letak Geografis Desa Tajur Halang Bogor

(56)

Batas Wilayah Desa Tajurhalang adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Palasari

 Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Tanjungsari

 Sebelah Selatan berbatasan dengan : Tanah Kehutanan

 Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Sukaharja

Jarak Kantor Desa Tajurhalang ke Ibukota Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, dan Ibukota Negara yaitu Jakarta adalah sebagai berikut:

 Ibukota Kecamatan Cijeruk : 5 Km.

 Ibukota Kabupaten Bogor : 35 Km.

 Ibukota Provinsi Jawa Barat : 120 Km.

(57)

39

RESPON WARGA DESA TAJUR HALANG BOGOR

TERHADAP PERNIKAHAN DINI

A. Identitas Responden

Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor memiliki luas wilayah 390,527 Ha yang terdiri 3 Dusun, 6 Rukun Warga (RW), dan 22 Rukun Tetangga (RT), dengan jumlah penduduk 6.085 jiwa. Yang terdiri dari 3.190 jiwa laki-laki dan 2.895 jiwa perempuan.

Dalam penelitian ini yang diambil sampel adalah warga Desa Tajur Halang RT 02/RW 03 kecamatan Cijeruk kabupaten Bogor. Adapun jumlah warga di RT 02/RW03 sebanyak 210 jiwa penduduk. Yang terbagi atas 110 jiwa laki-laki dan 100 jiwa perempuan. Tetapi warga yang melakukan pernikahan dini berjumlah 160 jiwa penduduk. Yang terbagi atas 75 jiwa laki-laki dan 85 jiwa perempuan.

Maka dalam penelitian ini diambil sempel 20% dari populasi 160 orang, dari warga Tajur Halang RT 02/RW 03 kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Adapun teknik pengambilan sempel dengan teknik acak sederhana

(58)

Rincian tentang identitas responden yang terlihat dalam penelitian ini dapat dilihat dari tabel ini :

Tabel 1

Jenis Kelamin Responden

No. Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase

1. Pria 14 44%

2. Wanita 18 56%

Jumlah 32 100%

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengambil sempel 32 orang, terdiri dari pria dan wanita dari warga Desa Tajur Halang RT 02/RW 03 kecamatan Cijeruk kabupaten Bogor. Berdasarkan data angket yang terkumpul dari 14 warga pria atau 44% dan 18 warga wanita atau 56%. Maka dapat disimpulkan bahwa data responden yang melakukan pernikahan dini yang valid adalah 32 warga.

(59)

Tabel 2

Kelompok Usia Responden

No. Kelompok Usia Frekuensi Prosentase

1. 17-30 15 47%

2. 31-40 17 53%

Jumlah 32 100%

Usia dari responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu 15 responden atau 47% usia antara 17-30 tahun, 17 responden atau 53% usia antara 31-40 tahun. Saat penulis membagikan angket kepada responden yang telah melakukan pernikahan dini responden berusia 17-40 tahun. Alasan penulis mengambil responden tersebut karena cukup bisa memahami dan menilai apa yang dibicarakan.

(60)

Tabel 3

Jenis Pekerjaan Responden

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Prosentase

1. Petani 12 38%

2. Pedagang 4 13%

3. Peternak 6 19%

4. Tukang Bangunan 3 9%

5. Penjahit 2 6%

6. Tukang Ojek 3 9%

7. Bengkel/Tambal Ban 2 6%

Jumlah 32 100%

(61)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga Desa Tajur Halang RT 02/RW 03 Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor yang melakukan pernikahan dini adalah bekerja sebagai petani.

Tabel 4

Jenis Pendidikan Terakhir Responden

No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Prosentase

1. SD / Sederajat 7 22%

2. SMP / Sederajat 23 72%

3. SMA / Sederajat 2 6%

Jumlah 32 100%

(62)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar warga Desa Tajur Halang Rt 02/RW 03 Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor yang melakukan pernikahan dini berlatar belakang pendidikan SMP/Sederajat.

B. Respon Warga Desa Tajur Halang Bogor Terhadap Pernikahan Dini

Untuk melihat respon warga Desa Tajur Halang Bogor terhadap pernikahan dini, penulis membagi menjadi tiga jenis respon, yaitu respon kognitif, afektif, dan konatif. Untuk lebih jelasnya penulis uraikan di bawah ini :

1.Respon Kognitif

Respon kognitif berkaitan erat dengan pengetahuan, kecerdasan, dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap apa yang dipahami atau dipersiapkan oleh khalayak.

(63)

Tabel 5

Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap Pernikahan Dini

No. Tingkat Pengetahuan Frekuensi Prosentase

1. Tahu 24 75%

2. Tidak Tahu 8 25%

Jumlah 32 100%

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan responden terhadap pernikahan dini adalah, 24 responden atau 75% menyatakan tahu, dan 8 responden atau 25% menyatakan tidak tahu.

Dengan keterangan data di atas maka sebagian besar warrga Desa Tajur Halang RT 02/RW 03 kecamatan Cijeruk kabupaten Bogor dapat disimpulkan bahwa, mayoritas responden mengetahui apa itu pernikahan dini.

(64)

Dengan adanya Undang-undang yang menyinggung masalah pernikahan di Indonesia tentu responden ada yang mengetahui dan ada juga yang tidak mengetahui tentang hal tersebut. Untuk melihat tingkat pengetahuan responden penulis menyajikan dalam bentuk tabel di bawah ini.

Tabel 5.1

Menurut Jenis Kelamin Yang Mengetahui Tentang Pernikahan

Dini

No. Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase

1 Pria 9 37%

2 Wanita 15 63%

Jumlah 24 100%

(65)

Yang mengetahui tentang pernikahan dini kebanyakan adalah wanita, dikarenakan wanita sering banyak bergaul, seperti mengikuti pengajian perkumpulan lainnya, dari situlah responden waita menngetahui informasi tentang pernikahan dini.

Tabel 5.2

Menurut Jenis Kelamin Yang Tidak Mengetahui Tentang

Pernikahan Dini

No. Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase

1. Pria 5 63%

2. Wanita 3 37%

Jumlah 8 100%

(66)

Responden pria banyak tidak mengetahui tentang pernikahan dini dikarenakan responden pria sibuk akan pekerjaannya masing-masing. Responden pria lebik baik memenuhi kenutuhan rumah tangga dibandingkan berkumpul atau mengikutu sebuah acara.

Tabel 5.3

Menurut Jenis Pekerjaan Responden Yang Menngetahui Tentang

Pernikahan Dini

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Prosentase

1. Petani 8 33%

2. Pedagang 4 17%

3. Peternak 4 17%

4. Tukang Bangunan 1 4%

5. Penjahit 2 8%

6. Tukang Ojek 3 13%

7. Bengkel/Tambal Ban 2 8%

(67)

Dengan data tabel di atas, bahwa jenis pekerjaan responden yang mengetahui tentang pernikahan dini, penulis mengambil sempel 24 responden, terdiri dari 8 responden atau 33% adalah petani, 4 responden atau 17% adalah pedagang, 4 responden atau 17% adalah peternak, 1 responden atau 4% adalah tukang bangunan, 2 responden atau 8% adalah penjahit, 3 responden atau 13% adalah tukang ojek, 2 responden atau 8% adalah bengkel / tambal ban.

Tabel 5.4

Menurut Jenis Pekerjaan Responden Yang Tidak Menngetahui

Tentang Pernikahan Dini

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Prosentase

1. Petani 4 50%

2. Pedagang -

-3. Peternak 2 25%

4. Tukang Bangunan 2 25%

5. Penjahit -

-6. Tukang Ojek -

(68)

-Jumlah 8 100%

Dengan data tabel di atas, bahwa jenis pekerjaan responden yang tidak mengetahui tentang pernikahan dini, penulis mengambil sempel 8 responden, yang terdiri dari 4 responden atau 50% adalah petani, 0 responden atau 0% adalah pedagang, 2 responden atau 25% adalah peternak, 2 responden atau 25% adalah tukang bangunan, 0 responden atau 0% adalah penjahit, 0 responden atau 0% adalah tukang ojek, 0 responden atau 0% adalah bengkel / tambal ban.

Tabel 5.5

Jenis Pendidikan Terakhir Responden Yang Mengetahui

Pernikahan Dini

No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Prosentase

1. SD / Sederajat 4 22%

2. SMP / Sederajat 18 72%

3. SMA / Sederajat 2 6%

(69)

Dengan data tabel di atas, bahwa jenis pendidikan terakhir responden yang mengetahui tentang pernikahan dini, penulis mengambil sempel 24 responden, yang terdiri dari 4 responden atau22% adalah SD/sederajat, 18 responden atau 72% adalah SMP/sederajat, 2 responden atau 6% adalah SMA/sederajat.

Responden yang mengetahui tentang pernikahan kebanyakan yang berpendidikan SMP/sederajat, dikarenakan responden pada saat itu sedang masa puber dan rasa ingin tahunya besar terhadap sesuatu terutama tentang pernikahan dini. Responden mendapatkan informasi tentang pernikahan dini dari sekolah, teman, pengajian, dan media.

Tabel 5.5

Jenis Pendidikan Terakhir Responden Yang Mengetahui Pernikahan

Dini

No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Prosentase

1. SD / Sederajat 4 22%

2. SMP / Sederajat 18 72%

3. SMA / Sederajat 2 6%

(70)

Dengan data tabel di atas, bahwa jenis pendidikan terakhir responden yang mengetahui tentang pernikahan dini, penulis mengambil sempel 24 responden, yang terdiri dari 4 responden atau 22% adalah SD/sederajat, 18 responden atau 72% adalah SMP/sederajat, 2 responden atau 6% adalah SMA/sederajat.

Responden yang mengetahui tentang pernikahan kebanyakan yang berpendidikan SMP/sederajat, dikarenakan responden pada saat itu sedang masa puber dan rasa ingin tahunya besar terhadap sesuatu terutama tentang pernikahan dini. Responden mendapatkan informasi tentang pernikahan dini dari sekolah, teman, pengajian, dan media.

Tabel 5.6

Jenis Pendidikan Terakhir Responden Yang Tidak

Mengetahui Pernikahan Dini

No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Prosentase

1. SD / Sederajat 3 37%

2. SMP / Sederajat 5 63%

3. SMA / Sederajat -

(71)

Dengan data tabel di atas, bahwa jenis pendidikan terakhir responden yang tidak mengetahui tentang pernikahan dini, penulis mengambil sempel 8 responden, yang terdiri dari 3 responden atau 37% adalah SD/sederajat, 5 responden atau 63% adalah SMP/sederajat, 0 responden atau 0% adalah SMA/sederajat.

Responden yang tidak mengetahui tentang pernikahan dini kebanyakan yang rasa ingin tahunya kurang dan responden kurang bergaul, kurang mengikuti perkumpulan seperti perngajian dan perkumpulan remaja yang diadakan di lingkungan setempat.

Tabel 6

Respon Warga Terhadap Undang-Undang Tentang Pernikahan di

Indonesia

No. Respon Warga Frekuensi Prosentase

1. Tahu 9 28%

2. Tidak Tahu 23 72%

(72)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa 9 responden atau 28% mengetahui Undang-undang pernikahan di Indonesia, dan 23 responden atau 72% tidak mengetahui Undang-undang pernikahan di Indonesia.

Dapat disimpulkan bahwa, maayoritas responden tidak mengetahui tentang Undang-undang pernikahan di Indonesia. Dikarenakan kurangnya informasi yang didapatkan responden, dan sebagian besar responden yang tidak mengetahui hal itu berpendidikan SD/Sederajat.

Tabel 6.1

Menurut Jenis Kelamin Yang Mengetahui Terhadap

Undang-Undang Tentang Pernikahan di Indonesia

No. Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase

1. Pria 4 44%

2. Wanita 5 56%

Jumlah 9 100%

(73)

terkumpul dari 4 pria atau 44% dan 5 wanita atau 56%. Maka dapat disimpulkan bahwa data responden yang mengetahui terhadap undang-undang tentang pernikahan di Indonesia adalah 9 warga.

Yang mengetahui terhadap undang-undang tentang pernikahan di Indonesia kebanyakan adalah wanita, dikarenakan wanita sering banyak bergaul, seperti mengikuti pengajian perkumpulan, dan media, dari situlah responden wanita menngetahui informasi terhadap undang-undang tentang pernikahan di Indonesia.

Tabel 6.2

Menurut Jenis Kelamin Yang Tidak Mengetahui Terhadap

Undang-Undang Tentang Pernikahan di Indonesia

No. Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase

1. Pria 10 43%

2. Wanita 13 57%

(74)

Berdasarkan hasil penelitian responden yang tidak mengetahui tehadap undang-undang tentang pernikahan di Indonesia, penulis mengambil sampel 23 responden, terdiri dari pria dan wanita. Berdasarkan data angket yang terkumpul dari 10 pria atau 43% dan 13 wanita atau 57%. Maka dapat disimpulkan bahwa data responden yang mengetahui terhadap undang-undang tentang pernikahan di Indonesia adalah 23 warga.

(75)

Tabel 6.3

Menurut Jenis Pekerjaan Responden Yang Menngetahui Terhadap

Undang-Undang Tentang Pernikahan di Indonesia

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Prosentase

1. Petani 3 33%

2. Pedagang 3 33%

3. Peternak 2 22%

4. Tukang Bangunan -

-5. Penjahit 1 12%

6. Tukang Ojek -

-7. Bengkel/Tambal Ban -

-Jumlah 9 100%

(76)

Tabel 6.4

Menurut Jenis Pekerjaan Responden Yang Tidak Menngetahui

Terhadap Undang-Undang Tentang Pernikahan di Indonesia

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Prosentase

1. Petani 9 39%

2. Pedagang 1 4%

3. Peternak 4 18%

4. Tukang Bangunan 3 13%

5. Penjahit 1 4%

6. Tukang Ojek 3 13%

7. Bengkel/Tambal Ban 2 9%

Jumlah 23 100%

Gambar

Tabel 1Jenis Kelamin Responden
Tabel 2Kelompok Usia Responden
Tabel 3Jenis Pekerjaan Responden
Tabel 4Jenis Pendidikan Terakhir Responden
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penyebab yang terakhir ini, sesungguhnya menggunakan pendekatan norma Hukum Islam, Adapun solusi yang penulis tawarkan adalah memberikan pemahaman terhadap dampak pernikahan dini

Jadi dapat kita artikan pernikahan dini adalah ikatan (akad) perkawinan sesuai ketentuan hukum dan agama sebelum waktu yang ditetapkan, atau dibawah umur yang ditetapkan

Terdapat hubungan penghasilan orang tua dengan pernikahan dini, berdasarkan Tabel 3 diperoleh hasil pada responden yang menikah dini banyak yang penghasilan orang

Pernikahan dini ialah pernikahan yang belum mencapai usia dewasa. Hal ini membuat penulis tertarik ingin mengkaji penyebab atau faktor terjadinya pernikahan dini dan

Skripsi yang berjudul : Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga Pernikahan Dini di Desa Tamban Baru Mekar Kabupaten Kapuas.. Nama Syifa

Latar Belakang: Pernikahan dini merupakan suatu pernikahan formal atau tidak formal yang dilakukan dibawah usia 18 tahun.kabupaten grobogan berada pada angka pernikahan

Menurut peneliti ada 6 remaja (18,2%)yang lingkungan pergaulan baik dengan pernikahan dini usia > 16 tahun ini terjadi bukan karna lingkungan pergaulan tapi

Berdasarkan catatan pernikahan di Kantor Urusan Agama (KUA) Rambah tahun 2020 ada sekitar 16 pasang remaja yang melangsungkan pernikahan usia dini di Desa