• Tidak ada hasil yang ditemukan

hubungan kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs. Annida al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "hubungan kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs. Annida al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

DI MTs. ANNIDA AL-ISLAMY RAWA BUGEL

BEKASI UTARA

Skripsi ini diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh :

AHMAD SIROJUDDIN 204011002677

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

i Ahmad Sirojuddin (204011002677)

HUBUNGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DENGAN

EFEKTIVITAS PROSES PEMBELAJARAN DI MTs. ANNIDA AL-ISLAMY RAWA BUGEL BEKASI UTARA.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana hubungan kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif analisis. Metode analisis yang digunakan adalah studi korelasional yaitu dengan penelaahan hubungan antara dua variabel. Yaitu Kompetensi Profesional Guru (X) Efektivitas Proses Pembelajaran (Y). Data diperoleh dari penyebaran angket, sedangkan untuk menunjang penelitian ini diperoleh melalui angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa/i MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara, kemudian data diolah dengan menggunakan rumus product moment. Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh kesimpulan bahwa rxy sebesar 0,684 sedangkan r tabel 0,497 pada N = 16, taraf signifikansi 5 % dan 0,623 pada N = 16, taraf signifikansi 1 %. hal ini berarti bahwa

rxy atau “r” hitung lebih besar dari r tabel ( 0,684 > 0,497 dan 0,623). Maka Ho ditolak

dan Ha diterima yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompetensi profesional guru dengan efektivitas proses pembelajaran di MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.

(3)

ii

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah memberikan rahmat, pertolongan, menganugerahkan tetesan ilmu, kesehatan dan kekuatan, dengan segala kepayahan dan kecemasan akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Rasa syukur ini dibarengi dengan selalu bermunajat kehadirat Allah

SWT penulis berdo’a semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat pula

mempersembahkan karya yang lebih baik di masa mendatang. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada baginda Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang setia sampai akhir zaman. Amin.

Penulis menyadari begitu tulisan ini selesai, seketika itu juga penulis menyadari sekaligus menemukan betapa banyak kekurangan yang ada sehingga harus diperbaiki dan ditulis ulang. Dan ketika perbaikan telah selesai, maka kekurangan yang lain muncul lagi.

Hal ini merupakan ungkapan pengakuan dari kekurangan tulisan ini dan sekaligus permohonan maaf kalau tulisan ilmiah ini terlalu banyak kejanggalan, kedangkalan dan kesalahan analisis.

Meski demikian penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, menyita waktu yang tidak sedikit untuk menyelesaikan skripsi ini. Disadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu saya merasa berhutang budi dan menyampaikan rasa terima kasih dan persembahan yang setinggi-tingginya antara lain kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekertaris Jurusan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(4)

4. Bapak H. Mutawakkil Alallah, S.Ag (Kepala MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara) dan Bapak Fahrurozi, yang telah mengizinkan dan meluangkan waktunya untuk penulis melakukan penelitian.

5. Ayahanda H. Ahmad Zuhdi dan Ibunda Hj. Kholilah yang selalu berjuang dan berusaha memberikan dukungan moril dan sprituil yang begitu sucinya, serta merekalah sumber motivasi bagi penulis dalam menjalani semua aktivitas, sehingga penulis dapat menyelesaikan semua program perkuliahan dengan baik.

6. Kakanda tercinta Aa Khoirul Anwar, S.Pd dan Imam Aspihani, terima kasih atas segala bantuan dan kesabarannya.

7. Adinda tercinta Neneng Fitriyanah, Abdul Hafidz dan Elida Zulfa, terima kasih atas motivasinya.

8. Sahabat-sahabatku Bajul Comunnity: Hariyanto dan keluarga, Dedi Sumarna, Yana Supriyatna, M. Fakih Assalaf dan Ahmad Fauzi. Mereka semua sahabat sejati yang seiring selaras dalam berbagai episode akademik, yang tak bosan-bosannya mengajak berdiskusi, curhat dan berkeluh kesah.

9. Teman-temanku Mahfud Fauzi, Syahri Setiawan dan keluarga, Susanto, Bambang Gunawan, Miftahur Rahmat, Habib Masturi, Suryadi diningrat dan Anggun Mukhlisin. Yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

Terakhir sebagai insan akademik, merasa bangga dan senang apabila ada kritik dan saran yang sifatnya konstruktif dari pada cerdik dan cendikia demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis menyerahkan segalanya dengan harapan semoga karya ini bermanfaat.

Jakarta, Maret 2011 Penulis

(5)

iv

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori ... 8

1. Kompetensi Profesional Guru ... 8

Pengertian Kompetensi ... 8

Kompetensi Guru ... 10

Pengertian Profesional ... 17

Profesional Guru ... 21

2. Efektivitas Proses Pembelajaran ... 24

Pengertian Efektivitas ... 24

Pengertian Pembelajaran ... 25

a. Pengertian Belajar ... 28

b. Pengertian Mengajar ... 29

Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan ... 30

Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran ... 32

Efektivitas Proses Pembelajaran ... 35

(6)

B. Kerangka Berpikir ... 41

C. Hipotesis ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 44

B. Variabel Penelitian ... 44

C. Populasi dan Sampel ... 47

D. Tekhnik Pengumpulan Data ... 48

E. Tekhnik Analisa Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara ... 55

1. Sejarah Berdirinya ... 55

2. Struktur Organisasi ... 57

3. Visi, Misi dan Tujuan ... 58

4. Pengadaan Sarana dan Prasarana; Tenaga Pendidikan dan Karyawan, Siswa, Tanah dan Bangunan ... 59

a. Tenaga Pendidikan dan Karyawan ... 59

b. Data Siswa ... 60

c. Tanah dan Bangunan ... 60

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 60

a. Kompetensi Profesional Guru ... 62

b. Efektivitas Proses Pembelajaran ... 71

C. Pengujian Hipotesis ... 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

(7)

vi

DAFTAR TABEL

Gambar. Mekanisme kerja sekolah sebagai sebuah system ... 40

Tabel 1 Variabel Penelitian ... 45

Tabel 2 Pengambilan Sampel ... 48

Tabel 3 Kisi – kisi Angket ... 49

Tabel 4 Pengukuran secara Deskripsi ... 51

Tabel 5 Interpretasi Data ... 53

Tabel 6 Struktur Organisasi MTs Annida Al-Islamy RB ... 57

Tabel 7 Keadaan Guru dan Karyawan MTs Annida Al-Islamy RB ... 59

Tabel 8 Data Siswa MTs Annida Al-Islamy RB ... 60

Tabel 9 Keadaan Ruangan MTs Annida Al-Islamy RB ... 61

Tabel 10 Pemahaman Siswa tentang Materi yang diajarkan ... 62

Tabel 11 Penguasaan Guru dari pertanyaan yang diajukan oleh Siswa ... 63

Tabel 12 Pemberitahuan tentang Indikator (TIK) dari Materi Pelajaran ... 63

Tabel 13 Menggunakan Metode Kombinasi ... 64

Tabel 14 Pemberian Teguran kepada siswa yang Mengganggu PBM ... 65

Tabel 15 Guru Mengatur Murid dalam Kelas ... 65

Tabel 16 Ketegasan dalam Menghukum Siswa yang Melanggar ... 66

Tabel 17 Menganjurkan Menggunakan Buku Penunjang ... 66

Tabel 18 Penggunaan Media yang relevan dengan Materi Pelajaran ... 67

Tabel 19 Memberikan Pujian kepada Siswa yang hasil Tesnya Baik ... 67

Tabel 20 Pemberian Motivasi kepada Siswa ... 68

Tabel 21 Mengadakan Komunikasi Khusus kepada Siswa yang Kurang Mengerti ... 68

(8)

Tabel 24 Memberikan Saran tentang Tugas ... 70

Tabel 25 Pemanfaatan Jam Belajar di Kelas ... 71

Tabel 26 Membuat suasana belajar Kondusif dan Menyenangkan ... 71

Tabel 27 Masuk Kelas dengan Tepat Waktu ... 72

Tabel 28 Memberikan Giliran Siswa dalam Bertanya ... 72

Tabel 29 Menjawab Pertanyaan Siswa dengan Jelas dan Singkat ... 73

Tabel 30 Guru Memberikan Acuan pada Siswa untuk Bertanya ... 73

Tabel 31 Menghubungkan Materi Pelajaran dengan Pengalaman ... 74

Tabel 32 Menghubungkan Konsep antar Mata Pelajaran ... 74

Tabel 33 Menyimpulkan Pelajaran dengan Jelas ... 75

Tabel 34 Menyesuaikan Media Pembelajaran dengan tujuan Materi Pelajaran ... 75

Tabel 35 Menguasai Bahan Pengajaran ... 76

Tabel 36 Menyediakan Media Pembelajaran yang Sesuai dengan Kondisi Siswa ... 76

Tabel 37 Membuat Metode Pembelajaran dengan Kreatif ... 77

Tabel 38 Menciptakan Media Pembelajaran yang Efektif ... 77

Tabel 39 Tidak Mengambil Keuntungan dari Siswa ... 78

Tabel 40 Skor Angket Kompetensi Profesional Guru ... 79

Tabel 41 Skor Efektivitas Proses Pembelajaran ... 80

Tabel 42 Data Variabel Kompetensi Profesional Guru (X) dan Efektivitas Proses Pembelajaran (Y) ... 81

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1

Keberhasilan pendidikan sekolah ditentukan oleh keberhasilan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, yakni keterpaduan antara kegiatan guru dengan kegiatan siswa. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru, maka guru harus memiliki dan menguasai perencanaan kegiatan belajar-mengajar, melaksanakan kegiatan yang direncanakan dan melakukan penilaian terhadap hasil dari proses belajar-mengajar.

Dalam kegiatan belajar mengajar guru juga harus membuat metode pembelajaan untuk lebih efektifnya proses pembelajaran, metode pembelajaran dilakukan untuk menjadikan siswa sebagai sang pembelajar,

(10)

sedangkan guru hanya sebagai fasilitator sehingga menjadikan siswa aktif dengan melibatkan semua sumber pembelajaran.

Intinya education for life. Jadi buku bukan satu-satunya sumber ilmu dan proses pembelajaran menjadi begitu menyenangkan dan tidak membosankan bagi para siswa. Metode pembelajaran dengan cara guru berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai pusat dari pembelajaran memungkinkan anak untuk bisa mengeksploitasi kemampuan yang dimilikinya.2

Saat ini, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Negara Indonesia adalah dengan memberlakukan kurikulum baru yaitu KTSP pada sekolah. Namun, hal yang paling penting dalm hal ini pun adalah faktor guru, sebab secanggih apapun kurikulum dan sehebat apapun sistem pendidikan tanpa kualitas guru yang baik, maka semua itu tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien.

Seorang guru mempunyai nilai lebih. bahwa “Guru disamping melaksanakan tugasnya sebagai pengajar, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik, ia membantu pembentukan kepribadian, pembinaan akhlak, disamping menumbuhkan dan mengembangkan keimanan dan ketaqwaan para siswa.”3

Tugas guru dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyapaian informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntunan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam hal itu, guru dituntut memahami berbagai model

2

. Koran Jakarta, Rabu 17 Maret 2010, lembar Rona, edisi. 628, h. 17

(11)

pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara optimal.4

Dari penjelasan di atas terlihat tugas seorang guru itu cukup berat, karena ia tidak hanya mengajar tetapi juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan, maka disini seorang guru harus mempunyai kompetensi yang lebih pula.

Guru sebagai pendidik mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam proses belajar-mengajar, “Tanpa pendidik, tujuan pendidikan mana pun yang telah dirumuskan tidak akan dapat dicapai oleh

anak didik.”5

Demikianlah guru harus tahu tujuan pendidikan yang ingin di capai dengan berpedoman pada kurikulum dan silabus pembelajaran sehingga mempunyai persiapan yang mantap dalam proses pembelajaran.

Bila guru mengajar tanpa persiapan, itu merupakan jalan pintas dan tindakan yang berbahaya, yang dapat merugikan perkembangan peserta didik dan mengancam kenyamanan guru dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian kemampuan guru dalam melaksanakan tugas, dituntut untuk dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya, selain itu guru harus mengikuti banyak kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan bidangnya untuk meningkatkan kompetensi guru agar menjadi pendidik yang profesional.

Selain meningkatkan kompetensi profesionalnya, guru juga harus meningkatkan seluruh potensi yang ada pada dirinya. Karena pada dasarnya guru yang bermutu tidak hanya sebagai fasilitator pengajaran bagi siswa saja, tetapi juga meningkatkan serta menumbuh kembangkan integritas diri serta mutu kompetensi keguruannya secara

4

. E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesionai, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. Ke-8, h. 21

(12)

berkesinambungan baik atas inisiatif sendiri maupun karena dorongan atau bantuan pihak lain yang ikut bertanggung jawab terhadap mutu guru.

Peningkatan mutu guru merupakan tuntutan yuridis seperti yang tercantum dalam Undang-undang SISDIKNAS ( Sistem Pendidikan Nasional )Tentang Pendidik dan tenaga Kependidikan Bab XI Pasal 40 Ayat 2 :

“Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban : a. menciptakan suasanan pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogi; b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan c. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.”6

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan mengkaji dan meneliti lebih lanjut korelasi antara kompetensi guru dengan proses pembelajaran dalam bentuk skripsi yang berjudul “Hubungan antara Kompetensi Profesional Guru dengan Efektivitas Proses Pembelajaran di Mts Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara”

Adapun alasan penulis memilih judul di atas adalah sebagai berikut : 1. Guru adalah sosok yang bukan hanya mengajarkan ilmu

pengetahuan kepada murid-muridnya saja, tetapi ia juga harus menjadi suri tauladan dalam kesehariannya di sekolah maupun luar sekolah dalam pembentukan kepribadian, budi pekerti, tumbuh dan perkembangan iman dan taqwa bagi para muridnya.

2. Kompetensi Profesional guru merupakan tuntutan yang harus dimilikinya agar dapat meningkatkan pengatahuan dan keterampilan dalam mengajar dan mendidik, sehingga ketika kegiatan belajar mengajar dilaksanakan murid tidak akan merasa jenuh dan bosan.

(13)

3. Proses pembelajaran merupakan titik temu antara guru dan murid dalam suatu interaksi edukatif ( pengajaran dan pendidikan ) yang juga menjadi tolak ukur dalam tercapai atau tidaknya hasil belajar yang efektif.

4. Penulis tertarik pada profesi guru karena seorang guru juga mempunyai tanggung jawab, dia tidak hanya mengajar, tetapi juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan terhadap peserta didik.

B. Identifikasi Masalah

Adapun Identifikasi masalah penulisan skripsi ini sebagai berikut :

1. Adanya UU No. 14 Tahun 2005 yang menuntut seorang guru mempunyai kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan social. Agar guru lebih berkualitas dalam mengajar.

2. Pentingnya kompetensi guru terhadap efektivitas proses pembelajaran dan perkembangan siswa di kelas.

3. Seorang guru harus lebih profesional dalam menekuni profesinya sesuai dengan tuntutan zaman.

4. Kurangnya pengetahuan guru terhadap kompetensinya dalam proses pembelajaran.

5. Para guru kurang mendalami pengetahuan kompetensinya dengan mencari informasi dan mau belajar lagi.

(14)

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup yang diuraikan, maka untuk menghindari pembiasan penulisan dalam memahami pembahasan maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut :

1. Kompetensi yang dimaksud adalah kemampuan profesional guru dalam mengefektifkan proses pembelajaran di kelas.

2. Efektivitas proses pembelajaran yang di maksud adalah kemampuan guru dalam menciptakan proses pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM).

3. Guru disini adalah guru bidang studi secara umum yang mengajar pada satuan pendidikan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan masalah adalah :

1. Bagaimana kompetensi guru di MTs. Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara?

2. Bagaimana keprofesionalan guru dalam mengefektifkan proses pembelajaran di MTs. Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara?

(15)

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk :

1. Mengetahui kompetensi profesional guru yang ada di Mts Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.

2. Mengetahui efektivitas proses pembelajaran di Mts Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.

3. Mengetahui apakah ada hubungan antara kompetensi profesional guru terhadap efektivitas proses pembelajaran di Mts Annida Al-Islamy Rawa Bugel Bekasi Utara.

F. Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Guru, agar mengembangkan kompetensinya dan mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) sehingga kelas menjadi kondusif. 2. Siswa, agar dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya ke

arah yang lebih baik dalam segala pelajaran melalui bimbingan dan arahan dari guru.

(16)

8 BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Kompetensi Profesional Guru Pengertian Kompetensi

Kata kompetensi dari bahasa Inggris yaitu “Competency” yang

berarti kecakapan atau kemampuan W.Robert Houston Memberikan pengertian sebagai berikut : “competence” ordinaliry is defined as Adequency for a task “or as” posession of require knowledge, skill and abilities” disini dapat diartikan “kompetensi sebagai suatu tugas yang

memadai atau kepemilikan ilmu pengetahuan, keterampilan dan

kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang”.1

Dalam pengertian ini kompetensi lebih dititik beratkan pada tugas guru dalam mengajar.

Kompetensi juga dapat diartikan sebawai kewenangan atau kemampuan soorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Hal ini

sesuai dengan pendapat Barlow yang dikutip oleh Muhibbin Syah “The ability of a teacher to responsible perform has or her duties approriately”

yang diartikan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.2

1 Ny.Roestiyah Nk, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta, Bina Aksara, 1989), h.18

2

(17)

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa

kompetensi berasal dari kata “kompeten” yang berarti cakap, berkuasa,

memutuskan (menentukan) sesuatu.3

Menurut E. Mulyasa, kompetensi dapat diartikan sebagai :

“pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang

yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan

sebaik-baiknya.”4

Pengertian tersebut mengandung makna bahwa kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.

Ada beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan (knowledge); yaitu kesadaran dalam bidang kognitif, misalnya seorang guru mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan belajar dan bagaimana melakukan pembelajaran terhadap peserta didik sesuai dengan kebutuhannya.

2. Pemahaman (understanding); yaitu kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Misalnya seorang guru yang akan melaksanakan pembelajaran harus memiliki pemahaman yang baik tentang karakteristik dan kondisi peserta didik, agar dapat melaksanakan pembelajaran secara efektif dan efisien.

3. Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau perkerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemampuan guru dalam memilih dan membuat alat peraga sederhana untuk memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik.

4. Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya standar perilaku guru dalam pembelajaran (kejujuran, keterbukaan, demokratis dan lain-lain).

3 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h. 518

(18)

5. Sikap (attitude); yaitu perasaaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap sesuatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap upah/gaji dan sebagainya.

6. Minat (interest); adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan. Misalnya minat untuk mempelajari atau melakukan sesuatu.5

Sejalan dengan pendapat diatas W. Gulo juga mempunyai pendapat

tentang kompetensi, ia berpendapat bahwa : “kompetensi atau kemampuan

dapat di pahami dalam dua aspek, yaitu aspek yang tampak dan aspek

yang tidak tampak.”6

Kompetensi dalam aspek yang tampak disebut

performance atau penampilan, sedangkan kompetensi dalam arti yang tidak tampak disebut juga kompetensi dalam aspek rasional yang umunya dikenal dalam taksonomi Bloom sebagai kognitif, afektif dan psikomotorik.

Kompetensi Guru

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengembangkan standar kompetensi guru dan dosen, karena badan ini yang memiliki kewenangan untuk mengembangkan stnadar kompetensi guru Dan dosen yang hasilnya ditetapkan dengan peraturan Menteri. Namun dapat dicermati pendapat Johnson (1974) yang mengatakan kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 10 Ayat 1, disebutkan :

“Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.7

5 E. Mulyasa, Kurikulum BerbasisKompetensi…, h. 38

6 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), h. 34

(19)

Dengan demikian sebagaimana UU No. 14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen Pasal 10 Ayat 1 dapat dijelaskan yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik. Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.8

Sejalan dengan isi undang-undang tersebut, Cooper (1990), sebagaimana yang dikutip oleh Prof. Dr. H. Wina Sanjaya dalam bukunya, peran yang harus dilakukan guru sebagai penentu keputusan (decision maker). Terdapat tiga peran utama yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yakni :

1. Sebagai perencana program pembelajaran a. Mengembangkan indikator hasil belajar;

b. Mengembangkan isi dan materi pelajaran sesuai dengan indikator hasil belajar;

c. Merancang kegiatan pembelajaran baik dalam merancang strategi pembelajaran, menentukan metode pembelajaran serta menentukan skenario pembelajaran;

d. Menentukan sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa untuk mencapai indikator hasil belajar; dan

e. Menentukan dan mengembangkan alat evaluasi yang dapat mengukur keberhasilan siswa mencapai indikator hasil belajar.

8

(20)

2. Kemampuan guru dalam mengimplementasikan program pembelajaran

a. Kemampuan untuk membuka dan menutup pelajaran; b. Kemampuan mengembangkan variasi stimulus; c. Kemampuan bertanya;

d. Kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui bahasa yang komunikatif;

e. Kemampuan guru untuk memberikan penguatan terhadap respons siswa dengan bahasa maupun dengan isyarat; dan f. Kemampuan menggunakan berbagai media pembelajaran

baik media pembelajaran sederhana maupun media elektronik.

3. Sebagai evaluator

Kemampuan guru untuk menemukan berbagai kelemahan dirinya dalam mengelola pembelajaran yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi formatif serta kemampuan untuk menilai keberhasilan siswa dalam mencapai indikator hasil belajar yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi sumatif.9 Dengan demikian, sebagaimana penjelasan diatas selain guru harus mempunyai kompetensi yang harus dimiliki (pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial) sehingga guru dapat mengintegrasikan peran utamanya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, guru juga harus dapat mengerti makna dari kompetensi tersebut yang dapat meningkatkan profesinalitasnya dalam mengajar.

Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu), dan keterampilan (daya fisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan kata lain, kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi merupakan gabungan dari kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap,

9

(21)

sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang mendasari karakteristik seseorang untuk merunjuk kerja dalam menjaqlankan tugas atau pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam pekerjaan nyata. Jadi, kompetensi adalah seperangkat pengetahun, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas-tugas profesionalnya.

(22)

Sehingga pihak lain dapat menilai seseorang apakah dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya berkompeten dan profesional atau tidak.10

Dalam hubungannya dengan pembelajaran, kompetensi menunjukkan kepada perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Kompetensi selalu dilandasi oleh

rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa” dan “bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan. Dengan demikian kompetensi

merupakan hasil yang menunjukan perbuatan yang bisa diamati.

Berdasarkan pengertian diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kompetensi merupakan gambaran kualifikasi seseorang, baik yang sifatnya kualitatif maupun yang kuantitatif dalam melaksanakan profesi yang digelutinya berdasarkan pendidikan secara bertanggung jawab dan profesional.

Adapun perangkat kompetensi yang kita kenal dalam kurikulum sekolah adalah :

1. Kompetensi personal dan sosial, terdiri atas perangkat nilai kepribadian dan nilai-nilai sosial yang perlu dikuasai sebagai warga yang bertanggungn jawab.

2. Kompetensi akademik, yaitu perangkat kemampuan keahlian dalam bidang tertentu yang memungkinkan seorang lulusan mampu menginterpretasikan tugas-tugas secara ilmiah.

3. Kompetensi profesional, yaitu perangkat kemampuan yang memungkinkan seorang lulusan mampu menjalankan tugas-tugas profesinya pada tingkat tertentu.11

Perangkat-perangkat tersebut diuraikan dalam komponen-komponen, kemudian sekelompok yang mirip digabungkan menjadi satu satuan yang diberi nama mata pelajaran tertentu. Dengan kata lain, mata pelajaran merupakan satu satuan program yang tertuju pada penguasaan bagian tertentu dari kompetensi.

10 Syaiful Sagala, Kemampuan Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung : Penerbit Alfabeta, 2009), cet. Ke-1, h. 23-24

(23)

Untuk itu kurikulum menuntut kerjasama yang baik antara pendidikan dengan dunia kerja terutama dalam mengidentifikasi dan menganalisis kompetensi yang perlu dicapai kepada siswa di sekolah, agar lulusan dari suatu jenjang pendidikan dapat diterima di masyarakat dan mempunyai kompetensi yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

Dalam beberapa definisi di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa guru yang berkompeten, adalah guru yang memiliki kemampuan dan menguasai dengan baik hal-hal yang berhubungan dengan pengajaran dan sesuai dengan bidang yang ia tekuni sebagai seorang guru, serta mampu meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugasnya secara bertanggung jawab.

Dalam dunia pendidikan macam-macam kompetensi guru menurut para ahli berbeda-beda. Menurut Nana Sudjana misalnya membagi kompetensi guru tersebut menjadi tiga, yaitu :

1. Kompetensi Kognitif, yaitu kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil pengetahuan tentang kemasyarakatan, serta lainnya.

2. Kompetensi bidang sikap, adalah kesiapan dan kesedian terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesi.

3. Kompetensi prilaku, performance menyangkut keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu belajar siswa, keterampilan menyusun persiapan atau perencanaan mengajar, keterampilan melakukan administrasi kelas dan sebagainya.12

Selain ketiga kompetensi di atas, para ahli berpendapat ada tiga kompetensi yang lain yaitu kompetensi personal atau pribadi, sosial dan profesional. Sedangkan Nana Sudjana mengunakan istilah untuk komptensi pribadi dengan istilah kompetensi sikap dan prilaku meskipun demikian ia merinci kembali antara kompetensi sikap dan kompetensi perilaku.

12

(24)

Kompetensi keguruan meliputi kompetensi kepribadian, sosial dan kompetensi profesional. Banyak analisa tentang kompetensi keguruan, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial umumnya disatukan, hal ini wajar karena sosialisasi manusia dapat dipandang sebagai pengejewantahan pribadinya.

Dari uraian di atas penulis menfokuskan kompetensi keguruan pada kompetensi profesionalnya, sebagai seorang pengajar dan pendidik, profesional dalam mengefektifkan proses pembelajaran di kelas dengan menciptakan pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan dan juga menjadi tauladan di luar kelas.

Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dari seorang guru merupakan modal dasar guru bagi yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas keguruannya secara profesional. Rincian kompetensi tersebut adalah :

a. Guru menghayati serta mengamalkan nilai hidup (termasuk nilai moral dan keimanan)

b. Guru hendaknya bertindak jujur dan bertanggung jawab.

c. Guru mampu berperan sebagai pempimpin, baik didalam lingkungan sejolah maupung di luar lingkungan sekolah.

d. Guru bersifat bersahabat dan terampil berkomunikasi dengan siapapun demi tujuan yang baik.

e. Guru mampu berperan serta aktif dalam pelestarian dan pengembangan budaya masyarakat.

f. Dalam persahabatan dengan siapapun guru tidak kehilangan prinsip dan nilai yang diyakininya.

g. Guru ikut berperan serta dalam berbagai kegiatan sosial, baik dalam lingkungan kesejawatannya maupun dalam kehidupan masyarakat pada umumnya.

h. Guru adalah pribadi yang bermental sehat dan stabil i. Guru terampil secara pantas dan rapi

j. Guru mampu berbuat kreatif dengan penuh perhitungan dalam keseluruhan relasi sosial dan profesionalnya.

k. Guru hendaknya dapat menggunakan waktu luangnya (di luar tuntutan tugas keguruannya) secara bijaksana dan produktif.13

13

(25)

Dari penjelasan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang guru harus mempunyai kepribadian yang kuat dan integritas tinggi, maka kemungkinan besar tidak akan banyak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan berinteraksi dengan rekan kerja serta siswa. Untuk itu seorang guru yang profesional harus bisa menciptakan situasi dan kondisi lingkungan belajar yang efektif dan dapat menyelesaikan kegiatan administrasi sekolah dengan baik.

Pengertian Profesional

Profesionalisme merupakan sikap profesional yang berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok sabagai profesi dan bukan sebagai pengisi waktu luang atau sebagai hobi belaka. Seoarang professional mempunyai kebermaknaan ahli (expert) dengan pengetahuan yang dimilki dalam melayani pekerjaannya. Tanggung jawab

(responsibility) atas keputusannya baik intelektual maupun sikap dan memiliki rasa kesejawatan menjunjung tingi etika profesi dalam suatu organisasi yang dinamis. Seorang profesional memberikan layanan pekerjaan secara struktur. Hal ini dapat dilihat dari tugas personal yang memcerminkan suatu pribadi yaitu terdiri dari konsep diri (self concept),

idea yang muncul dari diri sendiri (self idea) dan realita atau kenyataan dari diri sendiri (self reality).

Dalam kehidupan sehari-hari “profesional dan profesi” telah menjadi kosa kata umum. Sering sekali terdengar orang mengatakan “Cara

orang itu melaksanakan usaha atau bisnisnya tidak profesional” atau “Pak

(26)

kepada siapa saja dengan mudah masyarakat memberikan gelar profesional.14

Dalam Al-Qur’an Surah al-Qashash (cerita-cerita) ayat 26, Allah juga telah memberikan konsep tentang profesionalisme, yang ayatnya sebagai berikut :

……….



























Artinya : “………, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang

yang kuat lagi dapat dipercaya”.15

Asbabunnuzzul potongan ayat 26 diatas adalah tentang Nabi Musa yang sudah menolong dua orang wanita dengan memberikan minum ternak dua orang wanita itu, lalu Nabi Musa di panggil oleh bapak dua

wanita yang ditolongnya itu yang tak lain adalah Nabi Syu’aib dan Musa

menceritakan kepadanya mengenai dirinya. Singkat cerita salah seorang

dari dua wanita itu meminta kepada bapaknya (Nabi Syu’aib) agar mengambil Musa sebagai pekerjanya dengan meyakinkan Nabi Syu’aib

dengan potongan ayat diatas. Dengan demikian, penulis dapat menyimpulkan bahwa seseorang dapat dikatakan profesional kalau ia mempunyai kekuatan mental dan fisik serta dapat dipercaya semua orang.

Sedangkan dalam haditsnya, Rasulullah mengingatkan umatnya agar meyerahkan suatu urusan (pekerjaan) harus kepada ahlinya, karena apabila suatu urusan (pekerjaan) diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka waspadalah terhadap datangnya kehancurannya, yang mana haditsnya sebagai berikut :

14

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru………, h. 1-2

15

(27)

...

ةعاَّلارظتْناف هلْهارْيغ ىلإرْماْلا ِّوا إ

.

Artinya : “……….., “Apabila suatu urusan (pekerjaan)

diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka waspadalah terhadap datangnya saat (kiamat, kehancuran)”. (HR. Bukhari)16

Dari hadits Rasulullah diatas dapat penulis kesimpulkan bahwa menyerahkan sesuatu urusan atau pekerjaan kepada orang yang bukan ahlinya, ialah menyerahkannya kepada orang yang tidak mengerti, tidak sanggup, tidak cakap, tidak jujur, dan tidak pantas mengerjakannya, akibatnya ialah kehancuran dan kebinasaan.

Kata profesi berasal dari bahasa Yunani “pbropbaino” yang berarti menyatakan secara publik dan dalam bahasa latin disebut “professio” yang

digunakan untuk menunjukkan pernyataan publik yang dibuat oleh seorang yang bermaksud menduduki suatu jabatan publik. Profesi mengajar menurut Chandler adalah suatu jabatan yang mempunyai kekhususan bahwa profesi itu memerlukan kelengkapan mengajar atau keterampilan atau kedua-duanya yang menggambarkan bahwa seseorang itu dalam hal melaksanakan tugasnya.

Dalam UU No.14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen Pasal 7 Ayat 1 bahwa :

“Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus

yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : a. Memilki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;

b. Memilki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;

c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;

d. Memilki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;

e. Memilki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan;

f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja;

g. Memilki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;

16

(28)

h. Memilki jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan

i. Memilki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru”17

Oxford Dictionary menjelaskan profesional adalah orang yang melakukan sesuatu dengan memperoleh pembayaran, sedangkan yang amatir tanpa pembayaran. Artinya profesionalisme adalah suatu terminologi yang menjelaskan bahwa setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seorang yang mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Seseorang akan menjadi profesional bila ia memiliki pengetahuan dan ketermpilan bekerja dalam bidangnya. Hakekat profesi memiliki fungsi yang penting dalam kehidupan dan perkembangan masyarakat. Kecakapan atau keahlian seorang profesional bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari wawasan yang mantap, memiliki wawasan sosial yang luas, bermotivasi dan berusaha untuk berkarya.18

Kompetensi profesional guru adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru berhubungan langsung dalam pelaksanaan utama tugas keguruannya sebagai pengajar. Depdikbud sejak tahun 1979 – 1980 telah merumuskan sepuluh kompetensi profesional guru yang dikenal dengan rumusan P 3 G (Pendidikan, Pengayaan, Pengajaran Guru), antara lain :

1. Menguasai bahan

2. Mengelola program belajar mengajar 3. Mengelola kelas

4. Menggunakan media dan sumer dalam pelaksanaan pengajaran.

5. Menguasai landasan-landasan pendidikan. 6. Mengelola interaksi belajar-mengajar

7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. 8. Mengenal fungsi dam program bimbingan dan penyuluhan

di sekolah.

9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

17

Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan………, h. 214

18

(29)

10.Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.19

Dengan demikian, penulis dapat kemukakan bahwa seorang guru dapat dikatakan sebagai guru yang profesional di bidangnya, apabila ia telah memiliki kemampuan teoritis dalam melaksanakan tugasnya, dan tidak hanya mengetahui tetapi betul- betul melaksanakan apa yang menjadi tugas serta perannya dengan didasari wawasan yang mantap, memiliki wawasan sosial yang luas, bermotivasi dan berusaha untuk berkarya.

Profesional Guru

Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu menigkatkan mutu pendidikan, berarti juga meningkatkan mutu guru. Meningkatkan mutu guru bukan hanya dari segi kesejahteraannya, tetapi juga profesionalitasnya. UU No. 4 tahun 2005 Pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai seorang profesional guru harus memiliki kompetensi keguruan yang cukup. Kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan sejumlah konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.20

Undang-undang Sistem pendidikan Nasional tahun 2003 Bab XI tentang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Pasal 39 ayat (2) menyatakan bahwa pendidik atau guru merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Dalam Pasal 40 ayat (2) seorang pendidik berkewajiban (a) menciptakan suasana pendidikan yang

19

Sardiman AM, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta. Raja Grafindo Persada, 1996), cet ke-6, h. 162-178

20

(30)

bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; (b) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan (c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.21

Dengan demikian, menjadi guru adalah sebuah profesi yang harus di kembangkan agar menjadi pendidik yang profesional dengan memiliki kompetensi keguruan yang cukup, pandai dalam merencanakan pembelajaran dan meningkatkan wawasan sosial yang luas dan mantap berdasarkan pada Undang-undang SISDIKNAS 2003.

Profesionalitas guru menjalankan tugasnya dalam pembelajaran tidak terbatas pada penyampaian informasi kepada peserta didik. Sesuai kemajuan dan tuntutan zaman, guru harus memiliki kemampuan untuk memahami peserta didik dengan berbagai keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. Dalam pada itu, guru dituntut memahami berbagai model pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing peserta didik secara optimal.

Guru hendaknya memandang pembelajaran sebagai suatu sistem, yang jika salah satu komponennya terganggu, maka akan mengganggu seluruh sistem tersebut. Sebagai contoh, guru harus selalu membuat dan melihat persiapan setiap mau melakukan kegiatan pembelajaran, serta merevisi sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan perkembangan zaman.22

Guru adalah salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sebagai seorang profesional guru harus memilki kompetensi keguruan yang cukup, kompetensi keguruan itu tampak pada kemampuannya menerapkan konsep, asas kerja sebagai guru, mampu mendemonstrasikan sejumlah strategi maupun pendekatan pengajaran yang menarik dan interaktif, disiplin, jujur, dan konsisten.

21

Undang-undang SistemPendidikan Nasional, (Jakarta : Sinar Grafika, 2007), cet. Ke-4, h. 20 & 21

22

(31)

Kompetensi profesional berkaitan dengan bidang studi menurut slamet PH sebagaimana dikutip oleh Syaiful Sagala terdiri dari sub-kompetensi yang mencirikan guru profesional sebagai berikut.

1. Memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk mengajar;

2. Memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran yang tertera dalam Peraturan Menteri serta bahan ajar yang ada dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP);

3. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi materi ajar;

4. Memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; 5. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan

sehari-hari.23

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Syaiful Sagala, dapat dikemukakan bahwa Peran guru sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran, guru yang digugu dan ditiru adalah suatu profesi yang mengutamakan intelektualitas, kepandaian, kecerdasan, keahlian berkomunikasi, kebijaksanaan dan kesabaran tinggi. Dengan demikian, penulis dapat kemukakan bahwa 5 ciri-ciri dari kompetensi guru profesional di atas saling berhubungan apabila salah satunya tidak ada maka tidak dapat di katakan sebagai guru profesional.

23

(32)

2. Efektivitas Proses Pembelajaran Pengertian Efektivitas

Kata “efektivitas” merupakan kata sifat dari kata efektif yang berarti ada efeknya (akibat, pengaruh, kesan), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil, berhasil guna.24 Sedangkan kata efektivitas yang terdapat dalam Ensiklopedi Indonesia berarti tercapainya suatu tujuan, suatu usaha dapat dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuannya.25

Dalam karya bukunya, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen Suwarno Handayaningrat, efektivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Jelasnya bila sasaran atau tujuan telah tercapai sesuai dengan yang telah di rencanakan sebelumnya adalah efektif. Jadi kalau tujuan atau sasaran itu tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, pekerjaan itu tidak efektif.26

Dalam dunia pendidikan efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid. Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar siswa terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh.27

Ketercapaian tujuan-tujuan pembelajaran ini dapat dikategorikan menjadi beberapa kategori yaitu : Istimewa/maksimal, Baik Sekali/optimal, Baik/minimal, dan kurang.28Yang kriterianya adalah sebagai berikut :

24

Tim penyususnan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , “Kamus Besar Bahasa Indonesia ,(Jakarta : Balai Pustaka, 1996), cet. Ke-8, h. 961

25 Hasan sadhili, “Ensiklopedia Indonesia”,

(Jakarta ; Ikhtiar Baru Van Hoeven), jilid 2. h. 883

26

Suwarno handayaningrat, “Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen”, (Jakarta : PT. I dayu Press 1990), cet. Ke-10, h. 16

27

Madyo Eko Susilo dan R.B. Kasihadi, “Dasar-dasar Pendidikan”, (Semarang : Effhar Offset, 1990), cet. Ke-1, h. 63

28

(33)

a. Istimewa/maksimal :Apabila seluruh (100%) bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat dikuasai oleh siswa.

b. Baik Sekali/optimal :Apabila sebagian besar (76%-99%) bahan pelajaran itu dapat dikuasai siswa.

c. Baik/maksimal :Apabila hanya (60%-75%) bahan pelajaran yang diajarakan dikuasai oleh siswa.

d. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan itu kurang dari 60% dapat dikuasai oleh siswa.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ketercapaian suatu tujuan pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Berdasakan ketercapaian tujuan pembelajaran ini maka suatu kegiatan pembelajaran dikatakan memiliki tingkat efektivitas yang baik bila dapat mencapai minimal 60% dari tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Pengertian Pembelajaran

Pengertian Pembelajaran dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (20) tentang Ketentuan Umum, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.29

Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran. Peserta didik belajar untuk mengembangkan kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun

(34)

mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan mengembangkan diri. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subjek yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, mengurai, menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah.

Pembelajaran, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan kata benda atau nomina yang berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.30

Gagne mendefinisikan istilah pembelajaran sebagai “a set event embedded in purposeful activities that facilitate learning”. Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.

Yusufhadi Miarso memaknai istilah pembelajaran digunakan untuk menggantikan istilah “pengajaran” yang lebih bersifat sebagai aktivitas yang berfokus pada guru (teacher centered). Oleh karenanya, kegiatan pengajaran perlu dibedakan dari kegiatan pembelajaran. Istilah pembelajaran telah digunakan secara luas bahkan telah dikuatkan dalam perundang-undangan, yaitu dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003.

Sejalan dengan pandangan diatas, Gagne dan kawan-kawan dalam Richey sebagaimana yang dikutip oleh Benny A. Pribadi secara rinci mengemukakan pandangan yang berbeda antara pengajaran dengan pembelajaran sebagai berikut :

“…Istilah pembelajaran mengandung makna yang lebih luas dari pada istilah pengajaran. Pengajaran hanya merupakan upaya

transfer of knowledge semata dari guru kepada siswa, sedangkan pembelajaran memiliki makna yang lebih luas, yaitu kegiatan yang dimulia dari mendesain, mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi kegiatan yang dapat menciptakan terjadinya proses belajar.”31

30

Tim penyususnan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa , “Kamus Besar Bahasa Indonesia , (Jakarta, Balai Pustaka, 1996), h. 17

31

(35)

Walter Dick dan Lou Carey sebagaimana yang dikutip oleh Benny A. Pribadi, mendefinisikan pembelajaran sebagai rangkaian peristiwa atau kegiatan yang disampaikan secara terstruktur dan terencana dengan menggunakan sebuah atau beberapa jenis media. Proses pembelajaran mempunyai tujuan yang dirancang secara sistematik dan sistemik agar siswa dapat mencapai kompetensi seperti yang diharapkan, proses merancang aktivitas pembelajaran disebut dengan istilah desain sistem pembelajaran.32

Konsep belajar (learning) dan pembelajaran (instruction)

merupakan dua buah konsep kependidikan yang saling berkaitan. Konsep belajar berakar pada pihak peserta didik dan konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik (guru) dan keduanya bisa berdiri sendiri dan juga menyatu, tergantung pada situasi dari kedua kegiatan itu terjadi. Pembelajaran biasanya terjadi dalam situasi formal yang secara sengaja diprogramkan oleh guru dalam usahanya mentransformasikan ilmu kepada peserta didik, berdasarkan kurikulum dan tujuan yang hendak dicapai.33

Melalui pembelajaran peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Dengan demikian, unsur kesengajaan melalui perencanaan oleh pihak guru merupakan ciri utama pembelajaran. Upaya pembelajaran yang berakar pada pihak guru dilaksanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan langkah-langkah teratur dan terarah secara sistematik, yaitu secara utuh dengan memeperhatikan berbagai aspek. Maka konsep belajar dan pembelajaran merupakan dua kegiatan yang berproses dalam suatu sistem.34

32 Benny A. Pribadi, Model Desain Sistem……….., h. 10-11

33

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta Universitas Muhammadiyah Prof. Dr.Hamka, 2002), h. 11

34

(36)

Jadi dapat disimpulkan bahwa fungsi pembelajaran adalah merangsang dan menyukseskan proses belajar untuk mencapai tujuan, sedangkan fungsi belajar adalah dapat memanfaatkan semaksimal mungkin sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar, yaitu terjadinya perubahan dalam diri peserta didik.

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai konsep belajar dan pembelajaran, berikut dipaparkan kedua konsep itu.

a. Pengertian Belajar

Abu Ahmadi dalam bukunya psikologi belajar mengungkapkan :

“Bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.35

H.M Arifin mengemukakan pandangannya tentang belajar yang dikutip Drs. Yunus Namsa dalam bukunya Metodologi Pengajaran Agama

Islam bahwa “Belajar adalah suatu rangkaian proses kegiatan response yang terjadi dalam rangkaian belajar mengajar yang berakhir pada terjadinya perubahan tingkah laku baik jasmaniyah maupun rohaniah

akibat pengalaman atau pengetahuan yang diperoleh”36

Dari definisi belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar itu merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan melalui pengalaman dan latihan yang dilakukan manusia selama hidupnya melelui kegiatan membaca, mengamati, mendengkarkan, meniru, dan lain sebagainya.

Seorang dapat dikatakan belajar jika terjadi perubahan dalam dirinya. Dari tidak tahu menjadi tahu dari bodoh menjadi pintar, dari tidak bisa menjadi bisa dan dari kurang ajar menjadi terpelajar, belajar merupakan sesuati proses buku suatu hasil. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai

35

Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT.Rineka Cipta, 1991), cet ke-1, h. 121

36

(37)

bentyk perbuatan untuk mencapai tujuan. Meskipun belajar merupakan sesuatu proses, tatapi ia juga melihat hasilnya. Karena semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil dari belajar. Dengan belajar, seorang dapat mengaktifkan berpikir, beraksi, dan berbuat terhadap suatu objek yang dipelajari melalui berbaai aktivitas sehingga timbul suatu pengalaman baru dalam dirinya.

b. Pengertian Mengajar

Menurut pengertian lama, mengajar adalah “proses menanamkan pengetahuan kepada anak atau proses penyampaian kebudayaan kepada

anak”.37

Pengertian semacam ini yang aktif dan memegang peranan utama adalah guru, sedangkan murid pasif. Padahal murid yang diajar atau sebagai pihak yang belajar, juga harus aktif, sebab murid tidak dapat diberlakukan hanya seperti bejana atau wadah yang dengan mudah dapat diisi, karena murid adalah individu yang juga punya pribadi serta dinamika. Sedangkan menurut definisi modern menjara diartikan dengan

Teaching is the guidance of learning”38 mengajar adalah bimbingan kapada anak dalam proses belajar. Dalam definisi ini menunjukan bahwa yang aktif adalah anak, yang mengalami proses belajar. Sedangkan guru hanya membimbing, menunjukan jalan dengan memperhatikan kepribadian anak.

Dalam proses pembelajaran harus terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Interkasi ini dalam dunia pendidikan dikenal dengan istilah interaksi edukatif. Menurut Syaifuk Bahri Djamarah, interaksi edukatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :39

1. Mempunyai tujuan

2. Mempunyai prosedur yang direncanakan 3. Ditandai dengan penggarapan materi khusus 4. Ditandai dengan aktivitas siswa

5. Guru berperan sebagai pembimbing 6. Membutuhkan disiplin

37

Yunus Namsa,Metodologi… , h.104

38

Roestiyah, NK, Masalah-masalah…, h. 13

39

(38)

7. Mempunyai batas waktu. 8. Diakhiri dengan evaluasi

Dari penjelasan diatas, penulis dapat kemukakan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik, pendidik, bahan, metode dan media serta tujuan merupakan hal-hal yang sangat esensial, sebab, bila salah satu diantaranya tidak ada, maka proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung dalam suatu proses enteraksi adukatif. Tidak hanya itu, titik tekan dalam proses interaksi edukatif yaitu terletak pada posisi guru itu sendiri. Dimana guru memposisikan dirinya sebagai pembimbing, teman belajar mendialogkan materi yang sedang dipelajari bersama antara siswa dan guru.

Pembelajaran Aktif Kreatif dan Menyenangkan

Pembelajaran merupakan sebuah sistem dengan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk melakukan suatu sinergi, yaitu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Robert Heinich dkk, membuat kategori sistem pembelajaran ke dalam beberapa tipe, yaitu : Pembelajaran di kelas (tatap muka), pembelajaran dengan menggunakan siaran radio dan televisi, pembelajaran mandiri dengan menggunakan paket bahan ajar pada sistem pembelajaran jarak jauh, pembelajaran berbasis web, aktivitas belajar di laboratorium dan workshop, seminar, symposium dan studi lapangan (field study) dan pembelajaran dengan memanfaatkan komputer (multimedia) dan telekonferensi.

Dalam suatu sistem pembelajaran, output dari sebuah komponen merupakan input bagi komponen yang lain. Komponen-komponen dari sebuah sistem pembelajaran yang berinterfungsi meliputi siswa, tujuan, metode, media, strategi pembelajaran, evaluasi, dan umpan balik.40

(39)

Pembelajaran penuh makna sesuai kebutuhan dan minat peserta didik, dan sedekat mungkin dihubungkan dengan kenyataan dan kegunaannya dalam kehidupan, inilah yang disebut pembelajaran bermakna (meaningfull learning). Pembelajaran yang Aktif, Kreatif. Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) menjadi pilihan dalam pengajaran yang bermakna dan berhasil. Fokus PAKEM menurut Philip Rekdale adalah pada kegiatan belajar peserta didik di dalam bentuk group, individu, dan kelas, partisipasi dalam proyek, penelitian, penyelidikan, penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari imaginasi guru.41

Guru harus memahami dan mengerti bahwa perkembangan IPTEK, POLITIK, SOSBUD semakin lama semakin cepat, teknologi informasi/sumber belajar sangat beragam. Oleh karena itu pembelajaran yang mempersiapkan bekal memenuhi kebutuhan manusia modern, mandiri, bekerjasama, berpikir kritis, memecahkan masalah, persaingan internasional (Globalisasi), belajar lebih efektif/pendalaman menjadi sangat penting dalam pembelajaran. Proses PAKEM (1) peserta didik menjadi aktif dan kreatif; (2) guru sebagai fasilitator; (3) penerapan asas fleksibilitas; (4) persiapan guru matang; (5) multi interaksi; (6) latihan dan tugas lebih intensif; (7) sumber belajar bermacam-macam; dan (8) sudah memanfaatkan alat bantu.42

Kata Frida Dwiyanti Widjaya, salah satu guru di Sinarmas World Academy, agar pembelajaran lebih efektif dalam menggunakan metode pembelajaran dilakukan untuk menjadikan siswa sebagai sang pembelajar, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator sehingga menjadi

siswa yang aktif dengan melibatkan semua sumber pembelajaran. “intinya education for life. Jadi buku bukan satu-satunya sumber ilmu dan proses pembelajaran menjadi begitu menyenangkan dan tidak membosankan

bagi para siswa.”43

41

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru……….., h. 164 & 168

42

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional………, h. 169

43

(40)

Dengan demikian, agar proses pembelajaran lebih aktif kreatif dan menyenangkan guru harus berperan sebagai fasilitator dan siswa sebagai pusat dari pembelajaran agar memungkinkan anak untuk bisa mengeksploitasi kemampuan yang dimilikinya sehingga terciptalah pendidikan yang aktif, kreatif, dan meyenangkan (PAKEM).

Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Pembelajaran

Secara umum surya subrata membagi faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar (pembelajaran) itu kepada dua bagian :

a. Faktor yang berasal dari individu yang meliputi faktor–faktor fisiologis dan psikologis, seperti motivasi belajar, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan dan sosial ekonomi.

b. Faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi faktor– faktor sosial dan faktor sosial, seprti lingkungan belajar dan lain-lain.44

Sedangkan menurut Muhibbin Syah, faktor–faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar yaitu :

1. Karakteristik siswa yang meliputi kematangan dan intelektual, kondisi jasmani, status ekonomi, usia, dan jenis kelamin.

2. Karakteristik guru yang meliputi intelektual guru, ramah rasa dan karsa guru, usia, jenis kelamin dan sosial guru.

3. Karakteristik kelompok, sistem kelompok juga bisa berpengaruh.

4. Fasilitas fisik, baik yang berada di sekolah, maupun di rumah 5. mata pelajaran.

6. Pengaruh lingkungan luar yang meliputi lingkungan sekolah maupun lingkungan disekitar rumah kita.45

44

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2001) cet ke-10, h. 233

45

(41)

Itulah beberapa faktor yang harus diperhatikan agar segala kinerja yang dilakukan guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah mencapai kesuksesan sebab bila segala faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar, salah satunya diabaikan atau tidak diperhatikan, maka hal ini akan mengakibatkan kegiatan belajar mengajar menjadi tidak efektif sehingga tujuan pembelajaran tidak akan tercapai sesuai yang diharapkan.

Berbagai penelitian menunjukkan, kemampuan cara mengajar di depan kelas masih kurang dimiliki guru-guru. Padahal materi pelajaran yang dipelajari itu dimana-mana sama. Selama ini pembelajaran yang berlangsung di sekolah cenderung menunjukkan (1) guru lebih banyak ceramah; (2) media belum dimanfaatkan; (3) pengelolaan belajar cenderung klasikal dan kegiatan belajar kurang bervariasi; (4) tuntutan guru terhadap hasil belajar dan produktifitas rendah; (5) tidak ada pajangan hasil karya peserta didik; (6) guru dan buku sebagai sumber belajar; (7) semua peserta didik dianggap sama; (8) penilaian hanya berupa test; (9) latihan dan tugas-tugas kurang dan tidak menantang; dan (10) interaksi pembelajaran searah. Pembelajaran yang demikian ini tidak menunjukkan apapun mengenai upaya dari gurunya, hanya menghabiskan waktu dan anggaran tanpa kemajuan yang berarti.

Adapun penulis menambahkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistem pembelajaran diantaranya, yaitu : (1) Faktor guru; (2) Faktor siswa; (3) Faktor sarana dan prasarana; dan (4 ) lingkungan. Keempat faktor diatas sangat penting untuk diperhatikan dan agar dapat ditingkatkan lagi kualitasnya dalam proses pembelajaran.

(42)

diri tentu menyangkut kejujuran, kerja keras, disiplin, inovatif, cinta akan kualitas, dan pemberdayaan potensi secara optimal.46

Dari pendapat Hirsch diatas penulis menambahkan, selain guru harus mempunyai citra diri yang baik, guru yang profesional juga harus memperhatikan komponen proses pembelajaran, yaitu : (1) Proses pembelajaran; (2) Tujuan terhadap pembelajaran; (3) Materi pembelajaran yang akan disampaikan; (4) Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran; (5) Media pembelajaran; dan (6) Evaluasi. Sehingga dengan keenam komponen diatas guru lebih dapat mengkondisikan kelas agar dapat tercipta proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan bagi siswa-siswanya.

Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian kegiatan belajar – mengajar adalah tingkat dan fase yang dilakukan anak didik dalam mempelajari sesuatu melalui bimbingan yang diberikan oleh pendidik untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku. Baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan memperhatikan komponen proses pembelajaran dan kompetensi keguruan (Pedagogik, Profesional, Kepribadian dan Sosial).

46

(43)

Efektivitas Proses Pembelajaran

Pembelajaran ialah membelajarkan peserta didik menggunakan pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran. Peserta didik belajar untuk mengembangkan kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun mengembangkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan mengembangkan dirinya. Dalam pembelajaran peserta didik sebagai subjek yang aktif melakukan proses berpikir, mencari, mengolah, mengurai, menggabungkan, menyimpulkan dan menyesuaikan masalah.47

Menjadi guru kreatif, profesional, dan menyenangkan ditunut untuk memilki kemampuan mengembangkan pendekatan dan memilih metode pembelajaran yang efektif. Hal ini penting terutama untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Cara guru melakukan suatu kegiatan pembelajaran mugkin memerlukan pendekatan dan metode yang berbeda dengan pembelajaran lainnya.48

Peter Kline dalam The everiday genius yang dikutip oleh Syaiful Sagala mengatakan bagi kebanyakan orang, belajar akan sangat efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Setiap orang adalah guru dan sekaligus murid. Oleh karena itu ciptakanlah lingkungan yang baik, maka peserta didik akan berkembang dalam proses belajar mandiri. Jadi, pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) menjadi pilihan dalam pengajaran yang bermakna dan berhasil. Fokus PAKEM adalah pada kegiatan belajar peserta didik di dalam bentuk group, individu, dan kelas, partisipasi dalam proyek penelitian, penyelidikan,

47

Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional,,,,, (Bandung, ALFABETA, 2009) cet. Ke-1, h. 164

48 E. Mulyasa,.”Menjadi Guru Profesional”(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2009),

(44)

penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya dibatasi dari imaginasi guru.49

Efektif dalam belajar menurut Makmun yang dikutip oleh Syaiful Sagala adalah membawa pengaruh dan makna tertentu bagi pelajar itu (setidak-tidaknya sampai batas tertentu) relatif tetap dan setiap saat diperlukan dapat direproduksi dan dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah (problem solving) baik ujian ulangan dan sebagainya maupun penyelesaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Efektif belajar dapat ditunjukkan (1) tepat waktu, efisien waktu; (2) pertanyaan sederhana dapat informasi lengkap; (3) cepat menguasai konsep; (4) metode tepat sesuai dengan kompetensi dasar, standar kompetensi, indikator; dan (5) irit biaya. Berikut skema belajar efektif bahwa pelajaran dimulai dari apa yang diketahui peserta didik.

Konsep belajar adalah membangun makna terhadap pengalaman informasi oleh si pebelajar dan guru atas dasar pengetahuan yang dimilki. Makna ini te

Gambar

Gambar. Mekanisme kerja sekolah sebagai sebuah sistem
Tabel 1 Variabel Penelitian
Tabel 2 Pengambilan Sampel
Tabel 4 Pengukuran secara Deskripsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga evaluasi yang berhubungan dengan kemampuan guru dalam mewujudkan kompetensi profesional sudah dikatakan berjalan dengan baik. Untuk itu kegiatan pembelajaran

Hal ini berarti gaya belajar yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap pemahaman ekonomi siswa; (4) Ada pengaruh signifikan kompetensi profesional guru,

Selanjutnya merujuk pada permendiknas No 16 Tahun 2007 tentang kompetensi guru khususnya Kompetensi Profesional guru rumpuan PAI dan dibuktikan dengan penelitian yang

Kompetensi profesional merupakan suatu kemampuan yang harus ada dalam diri guru. Seorang guru wajib mempunyai kompetensi profesional yang mencakup, kemampuan dalam

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa kompetensi profesional guru adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru sesuai dengan standar kompetensi

Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi profesional guru mencakup kemampuan dalam hal (1)

Jenis masalah dalam penelitian ini adalah tentang kompetensi profesional yang dimiliki guru al-qur’an hadis belum mempunyai pengaruh terhadap efektivitas pembelajaran siswa

Kompetensi profesional guru Al-Qur’an adalah faktor yang berhubungan dengan kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentang belajar mengajar Al-Qur’an, bidang pembelajaran Al-Qur’an yang