• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREVALENSI TERJADINYA RELAPS SETELAH PERAWATAN DENGAN ALAT ORTODONTIK CEKAT (Evaluasi Menggunakan Peer Assessment Rating Index/PAR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PREVALENSI TERJADINYA RELAPS SETELAH PERAWATAN DENGAN ALAT ORTODONTIK CEKAT (Evaluasi Menggunakan Peer Assessment Rating Index/PAR)"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

i

(Evaluasi Menggunakan Peer Assessment Rating Index/PAR) Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat

Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: SHENDY DIANASTESI

20120340048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(2)

i

(Evaluasi Menggunakan Peer Assessment Rating Index/PAR) Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat

Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh: SHENDY DIANASTESI

20120340048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

(3)

ii

(Evaluasi menggunakan peer assessment rating index/PAR) DisusunOleh:

Shendy Dianastesi 20120340048

Telah diseminarkan pada tanggal 5 September 2016

Dosen Pembimbing

Dr. drg. Tita Ratya Utari, Sp. Ort NIK: 19730223200710173086 Dosen Penguji

drg. Bayu Ananda Paryontri, Sp. Ort NIK 19821129201510173214

Dosen Penguji

drg. Novarini Prahastuti, Sp.Ort NIK 19691113201404173228

Mengetahui,

Kaprodi Pendidikan Dokter Gigi FKIK Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta

(4)

iii Nama : Shendy Dianastesi

NIM : 20120340048

Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 24 Mei 2015 Yang membuat pernyataan,

(5)

iv

itu

adalah untuk dirinya sendiri.” (QS Al

-Ankabut [29]: 6)

“Barang siapa menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat maka

(6)

v

Keluarga saya yang selalu memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, khususnya kepada Ayah dan Ibu saya tercinta.

Ayah dan Ibu yang senantiasa memberikan dorongan, doa, dan semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Tidak ada kata yang dapat saya ungkapkan selain kata terimakasih.

(7)

vi

Alhamdulillahhirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan

kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Prevalensi Terjadinya Relaps Setelah Perawatan dengan Alat Ortodontik Cekat”. Karya tulis ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penyusunan karya tulis ini tidak lepas dari beberapa pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta memberikan kesehatan dan jalan kepada umat-Nya dalam menyelesaikan penulisan karya tulis ilmiah.

2. dr. Ardi Pramono, Sp. An., M. Kes. selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. drg. Hastoro Pintadi, Sp. Pros. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(8)

vii

(K), drg. Leony Agustina dan drg. EnnitaRakhmawaty, Sp. KGA yang telah memberi saran dan membantu mencarikan sampel dalam penelitian ini. 7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengarahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Bapak drg. Dede Rukasa M,kes dan Ibu Titin Wartini S.H., M.M yang selalu memberikan doa restu, motivasi, semangat dan cinta yang tiada henti. 9. Kakak-kakakku dr. Shanda Yudistiawan dan dr. Dhea Anyndita R yang

selalu memberikan arahan dan dukungan.

10. Teman-teman satu bimbingan Muchammad Sukur Imam Prakosa, Maharani Pangastuti, dan Andhika Surya Yoelanda yang selalu berbagi ilmu dan kerja sama yang baik.

(9)

viii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

INTISARI ... xii

ABSTRACT ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Perawatan Ortodontik Cekat ... 7

2. Relaps ... 9

3. Retainer ... 10

4. Indek PAR ... 13

B. Landasan Teori ... 21

C. Kerangka Konsep ... 23

D. Hipotesis ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

(10)

ix

H. Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

B. Pembahasan ... 37

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 41

(11)

x

Tabel 2. Derajat Pembobotan PAR Indeks ... 16

Tabel 3. Penilaian Skor Segmen Anterior ... 16

Tabel 4. Penilaian Skor Oklusi Bukal ... 17

Tabel 5. Penilaian Skor Overjet ... 18

Tabel 6. Penilaian Skor Overbite ... 19

Tabel 7. Penilaian Skor Garis Median ... 20

Tabel 8. Distribusi Subjek Menurut Keparahan Maloklusi ... 21

Tabel 9. Distribusi Subjek Keparahan Maloklusi Pra dan PascaPerawatan .... 33

Tabel 10. Skor PAR Indeks Katagori Ringan Menurut Keparahan Maloklusi Pra dan Pasca Perawatan ... 34

Tabel 11. Presentase Selisih Skor Setelah Lepas Bracket dan Saat Ini ... 35

Tabel 12. Hasil Uji Normalitas Data ... 36

(12)

xi

Gambar 2. Penilaian Skor Oklusi Bukal ... 17

Gambar 3. Penilaian Skor Overjet ... 18

Gambar 4. Penilaian Skor Overbite ... 19

Gambar 5. Penilaian Skor Garis Median ... 20

Gambar 6. Penggaris Plastik Indeks PAR ... 20

Gambar 7. Kerangka Konsep ... 23

(13)

xii

seperti sebelum dilakukan perawatan, dan masih menjadi masalah dalam perawatan ortodontik. Salah satu metode pengukuran relaps dilakukan dengan menggunakan PAR indeks (Peer Assessment Rating Indexs).

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat menggunakan indeks PAR.

Metode penelitian: Sampel yang digunakan berjumalah 24 cetakan gigi setelah lepas bracket dan 24 cetakan gigi saat penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisi data deskriftif dengan uji Shapiro-wilk untuk mengetahui normalitas dan homogenitas data dan uji Paired Sampel T test untuk uji perbedaan data berpasangan pada sebaran data yang normal.

Hasil: Hasil uji normalitas Shapiro-wilk pada skor setelah lepas bracket dan skor saat penelitian menunjukan p>0,05 yang artinya sebaran data normal. Hasil uji Paired T test pada skor setelah lepas bracket dan skor saat penelitian menunjukkan p<0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara skor PAR setelah lepas bracket dan skor saat penelitian. Hal ini menunjukkan masih terjadi relaps setelah perawatan ortodontik cekat namun masih dalam katagori yang ringan.

(14)

xiii

doing by PAR Index (Peer Assessment Rating Index).

Aim: The aim of this study was to know the relaps prevalence after Orthodontic treatment with fixed Orthodontic appliance using PAR index.

Methods: Sample of this study were 24 dental impression post treatment and 24 dental impression during the research. The method of this study was descriptive analitic with Shapiro-wilk test to get the data homogenity and normality, Paired T test to analyze the difference of paired data with normal distribution.

Results: Result showed saphiro wilk test after bracket removal score and the score when this study was performed was p>0,05 which means the distributione of data was normal. Paired sample t test showed the result after bracket removal score and the score when this study was performed was p<0,05 which means there were significance differences.

Conclusion: There were significance difference between PAR index after bracket removal and when this study was performed. This showed that there was prevalence of mild relapse after fixed orthodontics treatment.

(15)
(16)

xii

seperti sebelum dilakukan perawatan, dan masih menjadi masalah dalam perawatan ortodontik. Salah satu metode pengukuran relaps dilakukan dengan menggunakan PAR indeks (Peer Assessment Rating Indexs).

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat menggunakan indeks PAR.

Metode penelitian: Sampel yang digunakan berjumalah 24 cetakan gigi setelah lepas bracket dan 24 cetakan gigi saat penelitian yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah analisi data deskriftif dengan uji Shapiro-wilk untuk mengetahui normalitas dan homogenitas data dan uji Paired Sampel T test untuk uji perbedaan data berpasangan pada sebaran data yang normal.

Hasil: Hasil uji normalitas Shapiro-wilk pada skor setelah lepas bracket dan skor saat penelitian menunjukan p>0,05 yang artinya sebaran data normal. Hasil uji Paired T test pada skor setelah lepas bracket dan skor saat penelitian menunjukkan p<0,05 yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan.

Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang signifikan antara skor PAR setelah lepas bracket dan skor saat penelitian. Hal ini menunjukkan masih terjadi relaps setelah perawatan ortodontik cekat namun masih dalam katagori yang ringan.

(17)

xiii

doing by PAR Index (Peer Assessment Rating Index).

Aim: The aim of this study was to know the relaps prevalence after Orthodontic treatment with fixed Orthodontic appliance using PAR index.

Methods: Sample of this study were 24 dental impression post treatment and 24 dental impression during the research. The method of this study was descriptive analitic with Shapiro-wilk test to get the data homogenity and normality, Paired T test to analyze the difference of paired data with normal distribution.

Results: Result showed saphiro wilk test after bracket removal score and the score when this study was performed was p>0,05 which means the distributione of data was normal. Paired sample t test showed the result after bracket removal score and the score when this study was performed was p<0,05 which means there were significance differences.

Conclusion: There were significance difference between PAR index after bracket removal and when this study was performed. This showed that there was prevalence of mild relapse after fixed orthodontics treatment.

(18)

1 A. Latar Belakang Masalah

(19)

sekitar mulut untuk mengoreksi hubungan rahang atas dan rahang bawah. Periode pasif, merupakan periode setelah periode aktif selesai, dengan tujuan untuk mempertahankan kedudukan gigi-gigi yang telah dikoreksi agar tidak terjadi relaps (kembali seperti kedudukan semula) dengan menggunakan retainer (Sulandjari, 2008).

Menurut British Standard Institute, relaps adalah kembalinya gigi ke bentuk awal maloklusi setelah dikoreksi. Pengertian untuk masyarakat, relaps diartikan sebagai perubahan apapun dari posisi akhir gigi setelah perawatan. Ada beberapa penyebab terjadinya relaps yaitu relaps karena perubahan pertumbuhan, tekanan otot, kegagalan menghilangkan faktor penyebab dan faktor tidak memakai retainer (Bhalajhi, 2001). Untuk menstabilisasi koreksi dan menahan gigi pada posisi yang sudah dicapai baik dari segi estetik maupun fungsional maka digunakan suatu alat yaitu retainer (Profit, 2007).

Retainer adalah alat ortodontik pasif yang digunakan setelah tahap aktif dalam perawatan ortodontik (Profit, 2007), dimana alat ini akan menstabilisasi gigi dengan memberikan kesempatan reorganisasi struktur-struktur pendukung setelah tahap aktif dalam perawatan ortodontik. Terdapat berbagai macam jenis retainer dengan kelemahan dan kelebihan masing-masing. Retainer yang rumit, sulit pemakaiannya dan tidak nyaman akan menyebabkan hilangnya kooperatif pasien dalam memakainnya (Alawiyah dkk., 2012).

(20)
(21)

gigi erupsi di maksila dan mandibula dengan menggunakan metologi randomaized controlled trial, hasil menujukan terdapat 3 kelompok retensi dengan penggunaan setelah 1 tahun, tidak ada perbedaan yang signifikan antara salah satu dari tiga kelompok retensi menurut usia atau waktu perawatan periode aktif. Beberapa literatur menyatakan bahwa stabilitas dan relaps setelah perawatan ortodontik tidak dapat diprediksi, dengan kecenderungan relaps 33-90% setelah kurang lebih 10 tahun pasca perawatan (Olive dan Basford, 2003).

Hasil-hasil penelitian tersebut menunjukan masih adanya prevalensi relaps. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka timbul permasalahan yaitu bagaimana prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat menggunakan indeks PAR?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat menggunakan indeks PAR.

D. Manfaat Penelitian

(22)

1. Menambah wawasan keilmuan dan memperluas pengetahuan peneliti yang berkaitan dengan prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat.

2. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi para klinisi ortodontik mengenai prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat.

3. Sebagai wawasan dan catatan kepada pasien pentingnya menggunakan retainer setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat agar menghindari terjadinya relaps.

E. KeaslianPenelitian

1. Penelitan dengan judul “Evaluation of orthodontic treatment after 1 years

of retention a randomized controlled trial” pada tahun 2010 yang

dilakukan oleh G.Edman Tynelius. Pada penelitian tersebut memiliki tujuan mengevaluasi dan membandingkan tiga metode retensi yang berbeda dengan menggunakan metologi randomaized controlled trial. Hasil dari penelitian ini penggunaan retensi setelah 1 tahun ditemukan bahwa tiga metode retensi berhasil dalam mempertahankan hasil perawatan ortodontik untuk kelompok pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat.

(23)

dengan judul Penilaian Tingkat Keberhasilan Perawatan Ortodontik dengan Alat Ortodontik Lepasan Di RSGMP UNHAS Berdasarkan Indeks

PAR. Sebanyak 66 pasang model gigi dari 110 model gigi yang memenuhi

kriteria inklusi dan aturan dari Indeks PAR. Hasil penelitian menunjukkan perubahan skor PAR sebesar 35% untuk kelompok tanpa pembobotan dan 36% untuk kelompok dengan pembobotan, menggambarkan bahwa tingkat keberhasilan perawatan ortodontik lepasan di RSGMP UNHAS termasuk ke dalam kategori “ada perubahan”, namun nilai penurunan skor PAR

yang rendah cenderung mendekati tidak ada perubahan. Perbedaan dengan penelitian ini adalah mengetahui tingkat keberhasilan perawatan ortodontik cekat dalam terjadinya relaps berdasarkan indeks PAR.

3. Penelitian dengan judul Stability of orthodontic treatment outcome:

follow-up until 10 years postretention dilakukan oleh Yami pada tahun

(24)

7 A. Telaah Pustaka

1. Perawatan ortodontik cekat

Perawatan ortodontik cekat adalah alat yang dipasang secara cekat pada elemen gigi pasien sehingga alat tidak bisa dilepas oleh pasien sampai perawatan selesai (Rahardjo, 2009). Hasil perawatan ortodontik cekat ini dapat dipertahankan dengan alat khusus yang disebut retainer sehingga dapat mencegah terjadinya relaps. Perawatan ortodontik dibagi menjadi tiga menurut waktu dan tingkatan maloklusinya, antara lain: ortodontik preventif, ortodontik interseptif dan ortodontik kuratif.

Perawatan ortodontik preventif adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk menjaga gigi agar tidak terjadi malposisi yang semestinya menjadi oklusi normal pada waktu tertentu. Ortodontik preventif ini membutuhkan kemampuan untuk menilai dento-fasial yang normal, perkembangan, pertumbuhan dan penyimpangan dari arah normal. Pada perawatan ini, diharuskan untuk menghilangkan kebiasaan yang melibatkan struktur dento-fasial antara lain, malnutrisi, memelihara bentuk gigi dengan restorasi yang tepat, penggunaan space maintainer setelah gigi susu tanggal sebelum waktunya (Moyers, 1988).

(25)

tersebut adalah mengontrol karies, anatomi restorasi gigi, pemeliharaan ruang, koreksi kebiasaan buruk, kelainan genetik dan kongenital, dan pengawasan tanggalnya gigi desidui. Prosedur dalam bidang ortodontik preventif dan interseptif terlihat saling berhubungan, oleh karena itu keduanya tidak bisa terpisahkan. Pada ortodontik interseptif sudah terjadi adanya maloklusi atau malformasi gigi untuk ditangani sedangkan pada ortodontik preventif ditujukan untuk mencegah maloklusi atau malformasi (Moyers, 1988).

Ortodontik kuratif sama seperti ortodontik interseptif, sudah terjadi adanya maloklusi dan kebutuhan untuk menghilangkan gejala dan permasalahannya. Prosedur yang digunakan dalam ortodontik kuratif dapat berupa mekanik, fungsional, dan pembedahan (Moyers, 1988).

(26)

kemungkinan terjadinya relaps tersebut rendah. Periode ini dilakukan dengan mempertahankan menggunakan retainer. Alat-alat retainer bervariasi tergantung kasus pasien dan perawatan ortodontik yang dilakukan (Sulandjari, 2008).

2. Relaps

(27)

setelah perawatan ortodontik, penggunaan retainer harus dilanjutkan selama 4-5 bulan untuk memberikan jaringan periodontal berekontruksi kembali. Setelah masa ini, penggunaan retainer harus dilanjutkan selama 7-8 minggu lagi untuk memberikan jaringan gusi beradaptasi kembali dengan posisi barunya. 5). Peranan gigi molar ketiga, gigi molar ketiga muncul terakhir di masa pertumbuhan gigi geligi. Gigi molar ketiga erupsi sekitar usia 18 sampai 21 tahun. Tekanan yang dihasilkan karena erupsi gigi molar ketiga ini dianggap sebagai penyebab ketidakteraturan susunan gigi anterior yang rentan relaps. 6). Tarikan pada periodontal, saat gigi-gigi digerakan secara ortodontik, jaringan utama periodontal dan gingival yang mengelilingi gigi akan meregang. Jaringan yang merengang ini akan memendek sehingga dapat berpotensi menyebabkan relaps pada gigi. Menurut Bhalajhi (2001) membuktikan bahwa jaringan utama akan berekontruksi dalam 4 minggu. Sebaliknya, jaringan gingival supra alveolar butuh waktu selama 40 minggu untuk dapat menyesuaikan diri dengan posisi baru, sehingga mudah terjadi relaps kembali.

3. Retainer

(28)

merupakan periode setelah perawatan aktif selesai, saat memakai alat pasif seperti retainer lepasan atau cekat harus digunakan selama kurang lebih 2 tahun untuk menstabilkan oklusi yang telah dicapai. Graber (2000), memberikan alasan mengapa retainer dibutuhkan setelah perawatan ortodontik karena setelah gigi yang malposisi digerakkan ke posisi yang diinginkan, gigi tersebut harus didukung secara mekanis sampai semua jaringan yang terlibat di dalamnya mendukung dan menjaganya pada posisi yang baru, baik dalam struktur maupun fungsinya. (Mc Namara 2001).

Menurut Profit (2007), alasan utama mengapa retainer dibutuhkan adalah karena gingiva dan jaringan periodontal dipengaruhi pergerakan gigi dan memerlukan waktu untuk reorganisasi setelah alat dilepaskan, tekanan jaringan lunak dapat menimbulkan relaps apabila gigi pada posisi yang tidak stabil, pertumbuhan dapat mengubah hasil perawatan ortodontik.

(29)

rahang bawah. 3). Removable Wraparound Retainer, retainer ini merupakan versi kelanjutan dari spring aligner yang menutupi seluruh gigi. Satu lengkung penuh retainer wraparound diindikasikan untuk kasus kerusakan jaringan periodontal sebagai splinting. Kekurangannya adalah membuat pasien sulit untuk berbicara dan resiko terjadinya masalah TMJ (Profit, 2007). 4). Rickets Retainer, dikembangkan oleh Rickets, hampir sama dengan Hawley retainer kecuali kawat pada bagian labial bermula dari palatal kemudian melewati interproksimal antara gigi insisivus kedua dan kaninus. Busur labial melengkung ke arah distal kaninus menuju ke mesial. 5). Van Der Linden Retainer, popular di Eropa dikembangkan oleh Frans vander Linden dari Netherland. Retainer ini hampir sama dengan Hawley retainer dengan modifikasi busur labial pada gigi kaninus dalam oklusi sentrik. Gigi anterior harus berkontak dengan palatum dan gigi premolar serta molar harus beroklusi tanpa gangguan. Cengkram pada gigi molar terakhir dapat digunakan untuk menggeser molar kedua yang berada di bukal ke arah mesial dan palatal (Bennet, 2002). 6). Invisible

retainer/Vacuum Former Retainer, invisible retainer merupakan retainer

(30)

Retainer cekat terdiri dari tiga macam yaitu: 1). Banded Canine to

Canine Retainer, tipe retainer ini biasanya digunakan pada region anterior

bawah. Kaninus dipasang band dan kawat tebal dibentuk mengikuti aspek lingual gigi kemudian disolder di band gigi kaninus. Band yang terpasang di gigi kaninus menyebabkan kebersihan rongga mulut menjadi buruk dan tidak estetik (Profit, 2007). 2). Bonded Lingual Retainer, merupakan retainer yang diikat di permukaan lingual gigi. Kawat stainless steel atau kawat elgiloy biru ditempatkan di lingual mengikuti kurvatur anterior. Bagian ujungnya diletakkan di kaninus kemudian di bonding. Selain itu bonded lingual retainer dapat juga diletakkan dirahang atas setelah perawatan diastema antara gigi insisivus sentral. Retainer akan mencegah kembali celah di antara gigi insisivus sentral rahang atas. Kawat harus disesuaikan sehingga bisa diletakkan dekat cingulum agar tidak menyentuh kontak oklusal. Alternatif lain adalah menggunakan kawat padat yang dibuat tidak melewati daerah interproksimal sehingga pasien dapat melakukan flossing dengan benang gigi. 3). Band and Spur

Retainer, retainer tipe ini digunakan pada kasus dengan satu gigi yang

dirawat secara ortodontik terutama untuk mengkoreksi rotasi atau untuk labio-lingual displacement. Gigi yang sudah digerakkan telah di band dan

di spur disolder pada band sehingga mengikat gigi-gigi disampingnya.

4. Indeks PAR

(31)

malocclusion index (HMA), index of treatment need (IOTN), dan Indeks PAR. Indeks PAR adalah indeks yang dianggap lebih baik dibandingkan indeks yang lain, karena memiliki validitas dan reliabilitas yang telah teruji serta mempunyai keseragaman dalam intepretasi dan kriteria yang diteliti (Richmond, 1992). Indeks PARmerupakan salah satu indeks untuk menilai stabilitasi gigi setelah perawatan ortodontik. Skor Indeks PAR dapat digunakan untuk mengetahui peningkatan maloklusi berupa perbaikan saat perawatan dan untuk mengevaluasi stabilitas dan relaps pada pasien ortodontik yang telah terbukti valid dari beberapa penelitian (Sarah, 2005).

Penilaian antara kasus sebelum dan sesudah perawatan menggunakan indeks PAR memiliki 11 komponen, masing-masing komponen memiliki beberapa skor yang dinilai dengan kriteria tertentu berdasarkan keparahannya. Dari 11 komponen pada tabel 1, beberapa komponen individual tidak dimasukkan dalam bobot indeks PAR karena tidak memiliki nilai yang bermakna dalam memprediksi keberhasilan perawatan ortodontik. Segmen bukal (berjarak, berjejal dan impaksi) merupakan salah satu komponen dari bobot indeks PAR. Salah satu alasan yang dijelaskan adalah titik kontak antara gigi bukal sangat bervariasi. Jika perubahan letak (displacement) gigi parah, akan menghasilkan oklusi

crossbite dan skornya dicatat pada oklusi bukal kanan atau kiri (tidak lagi

(32)

sedikit, pencabutan premolar juga sering dilakukan pada kasus yang membutuhkan ruang sehingga tidak memberikan pengaruh dalam menilai keberhasilan perawatan.

Tabel 1. Komponen indeks PAR

No Komponen

Segmen bukal rahang atas kanan Segmen anterior rahang atas Segmen bukal rahang atas kir Segmen bukal rahang bawah kanan Segmen anterior rahang bawah Segmen bukal rahang bawah kiri Oklusi bukal kanan

Overjet Overbite Garis median Oklusi

Sumber: Richmond dkk (1992)

Dari 11 komponen pada tabel di atas, terdapat 5 komponen utama dalam pemeriksannya, masing-masing komponen tersebut dinilai dan diberi bobot bedasarkan besaran yang telah ditentukan. Setiap skor komponen diakumulasikan dan dikalikan bobotnya masing-masing, sehingga menghasilkan jumlah skor akhir dari 5 komponen utama yang digunakan.

(33)

Tabel 2. Derajat Pembobotan PAR Indeks.

Komponen Bobot

1. Segmen Anterior Atas dan Bawah 2. Oklusi bukal kanan dan kiri 3. Jarak Gigit

4. Tumpang Gigit 5. Garis Tengah

1 1 6 2 4 Sumber: Richmon dkk (1992)

a. Penilaian skor segmen anterior. Pengukuran pergeseran titik kontak dimulai dari mesial gigi kaninus kiri ke titik kontak mesial gigi kaninus kanan (Gambar 1). Penilaian skor pada kasus ini yaitu mengukur gigi berjejal (crowded), berjarak (spacing), dan impaksi gigi

(impacted teeth). Gigi kaninus yang impaksi dicatat pada segmen

anterior rahang atas dan rahang bawah (Tabel 3).

Gambar1. Penilaian skor segmen anterior dengan Metode Richmond,dkk menggunakan PAR Ruler.

Tabel 3.Penilaian skor segmen anterior

Skor Kelainan

0 1 2 3 4 5

0-1 mm 1,1 -2 mm 2,1-4 mm 4,1-8 mm

Lebih besar dari 8 mm Gigi impaksi

(34)

b. Penilaian skor oklusi bukal. Penilaian skor ini dicatat dalam keadaan oklusi gigi posterior di sisi kiri dan kanan mulai dari gigi kaninus ke molar terakhir (Gambar 2), dengan cara melihat dalam tiga arah yaitu, anteroposterior, vertikal dan transversal (Tabel 4).

Gambar 2. Penilaian skor oklusi bukal (Richmond dkk., 1992)

Tabel 4. Penilaian skor oklusi bukal

No Skor Komponen

Interdigitasi baik kelas I,II, III Kelainan kurang dari setengah unit

Kelainan pada setengah unit (cups to cups) 2.

0 1

Vertikal

Tidak ada kelainan

Gigitan terbuka sedikitnya pada dua gigi, dengan jarak lebih dari 2 mm

Tidak ada crossbite Kecenderungan crossbite Crossbite pada salah satu gigi Crossbite lebih dari satu gigi Lebih dari satu gigi scissor bite Sumber: Richmond dkk (1992)

(35)

Jika terdapat dua insisivus yang crossbite dan memiliki overjet 4 mm, skornya adalah 3 (untuk crossbite) ditambah 1 (untuk overjet 4 mm), sehingga total skornya adalah 4. Tabel penilaian skor overjet dapat dilihat pada tabel 5.

Gambar 3. Penilaian skor overjet dengan Metode Richmond dkk menggunakan PAR Ruler (Richmond dkk., 1992)

Tabel 5. Penilaian skor overjet

No Skor Komponen Tidak ada kelainan

Satu atau lebih gigi edge to edge Crossbite pada satu gigi

Crossbite pada dua gigi Crossbite lebih dari dua gigi Sumber: Richmond dkk (1992)

(36)

6). Skor yang dicatat adalah nilai overbite yang terbesar diantara gigi insisivus.

Gambar 4. Penilaian skor overbite (Richmond dkk., 1992)

Tabel 6.Penilaian skor overbite

No Skor Komponen

1. 0 1 2 3 4

Gigitan Terbuka

Tidak ada gigitan terbuka

Gigitan terbuka kurang dari atau sama dengan 1 mm Gigitan terbuka 1,1-2 mm

Gigitan terbuka 2,1-3 mm

Gigitan terbuka sama dengan atau lebih dari 4 mm 2.

0 1 2 3

Overbite

Besarnya penutupan kurang dari atau sama dengan 1/3 tinggi mahkota gigi insisivus bawah

Besarnya penutupan lebih dari 1/3, tetapi kurang dari 2/3 tinggi mahkota gigi insisivus bawah

Besarnya penutupan lebih dari 2/3 tinggi mahkota gigi insisivus bawah

Besarnya penutupan sama dengan / lebih dari tinggi mahkota gigi insisivus bawah

Sumber: Richmond dkk (1992)

(37)

insisivus bawah (Tabel 7). Jika gigi insisivus bawah sudah dicabut penilaian skor garis median tidak dicatat.

Gambar 5.Penilaian skor garis median (Richmond dkk., 1992)

Tabel 7.Penilaian skor garis median

Skor Komponen

0 1 2

Tidak ada pergeseran garis median – ¼ lebar gigi insisivus bawah Lebih dari ¼ - ½ lebar gigi insisivus bawah

Lebih dari ½ lebar gigi insisivus bawah Sumber: Richmond dkk (1992)

Pengukuran pada model sebelum dan sesudah perawatan dilakukan dengan penggaris khusus indeks PAR.

Gambar 6.Penggaris plastik indeks PAR (Richmond dkk., 1992)

Dua macam cara untuk menilai kemajuan hasil perawatan menggunakan PAR Index (Richmond dkk, 1992) yaitu: 1) jika skor pra perawatan ≥22 selisih dihitung berdasarkan berkurangnya skor, 2) jika

skor pra perawatan <22 selisih dihitung dalam persen.

(38)

pra maupun pasca perawatan seperti terlihat pada Tabel 8. (Richmond dkk, 1992).

Tabel 8. Distribusi subjek menurut keparahan maloklusi

Skor PAR Indeks Keparahan Maloklusi

0 Ideal

1-16 Ringan

17-32 Sedang

33-48 Parah

>48 Sangat parah

Pada penelitian Yami pada tahun 1999 pasien dievaluasi dengan menggunakan Peer Assessment Rating Indexs menunjukan 50% relaps terlihat setelah 2 tahun pasca penggunaan retainer, 28% relaps terlihat setelah 2-5 tahun pasca penggunaan retainer, dan 12% relaps terlihat setelah 5-10 tahun pasca penggunaan retainer dan menurut Pritartha S. Anindita pada tahun 2009 PAR index dapat digunakan untuk evaluasi tingkat keberhasilan perawatan ortodontik.

B. LandasanTeori

(39)

ortodontik merupakan prosedur jangka panjang yang bertujuan mendapatkan oklusi yang normal tanpa terjadinya rotasi dan diastema. Hasil perawatan ortodontik harus dipertahankan agar hasil yang sudah dicapai tidak berubah kembali seperti sebelum perawatan, atau mengalami relaps dengan menggunakan alat retainer.

Relaps adalah suatu kejadian atau keadaan yang dijumpai setelah perawatan ortodontik yang ditandai dengan kembalinya sebagian atau seluruhnya kondisi seperti sebelum dilakukan perawatan. Ada beberapa penyebab terjadinya relaps yaitu relaps karena perubahan pertumbuhan, tekanan otot, kegagalan menghilangkan faktor penyebab dan faktor tidak menggunakan retainer. Penelitian sebelumnya masih terdapat beberapa insidensi relaps yang diukur menggunakan PAR, pada 2 tahun pasca penggunaan retainer sebesar 50%, 2-5 tahun sebesar 28%, 5-10 tahun sebesar 12% , dan 78 pasien terdapat data kejadian penuruan PAR sebesar 62% .

(40)

komponen oklusi yang terdiri dari overbite, overjet, midline discrepancy,

anterior segment alignment, dan buccal occlusion.

C. Kerangka Konsep

Gambar 7. Kerangka konsep Maloklusi

Perawatan Ortodontik Cekat

Periode Aktif Periode Pasif

Penggunaan Retainer

Tidak Menggunakan

Retainer

Pengukuran dengan indeks

PAR

(41)

D. Hipotesis

(42)

27 A. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, jenis penelitian ini adalah penelitian observational deskriptif.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi dalam penelitian ini adalah cetakan gigi pasien yang telah melakukan perawatan ortodontik cekat di beberapa klinik dokter gigi di Yogyakarta.

2. Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan Rumus Federer sesuai dengan kriteria inklusi.

Rumus Federer = (t-1)(n-1)≥15 keterangan =

(2-1)(n-1)≥15 t= jumlah kelompok=2 n-1≥15 n=jumlah sampel n≥16

Sampel yang dipakai dalam penelitian ini berjumalah 24. Karena ada 2 kelompok yaitu cetakan setelah lepas bracket dan cetakan saat penelitian, maka terdapat 48 cetakan. Sampel yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari berbagai klinik gigi pribadi.

a. Kriteria Inklusi

1) Sudah selesai melakukan perawatan ortodontik cekat.

(43)

3) Tersedia cetakan saat minimal 3 bulan setelah lepas bracket. 4) Tidak dibedakan jenis kelamin.

b. Kriteria Eksklusi

1) Usia pasien dibawah 17 tahun karena masih mengalami pertumbuhan gigi geligi.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Mei 2016.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel pengaruh : Periode pasif perawatan ortodontik 2. Variabel terpengaruh : Terjadinya relaps

3. Variabel terkendali : a. Umur

b. Minimal 3 bulan setelah lepas bracket 4. Variable tak terkendali :

a. Kepatuhan dalam penggunaan retainer.

b. Lama waktu perawatan dengan alat ortodontik cekat. c. Jenis kelamin.

(44)

E. Definisi Operasional

1. Ortodontik adalah ilmu pengetahuan yang bertujuan meratakan atau membetulkan kedudukan gigi-gigi.

2. Relaps adalah perbedaan kondisi gigi saat lepas bracket dan kondisi gigi saat penelitian.

3. Indeks PAR adalah salah satu indeks yang digunakan untuk mengukur terjadinya relaps. Pada penelitian ini pengukuran dilakukan dengan cara mengukur cetakan setelah lepas bracket dan cetakan saat penelitian menggunakan penggaris PAR.

F. Alat dan Bahan Penelitian 1. Alat penelitian

a. Cetakan positif terakhir setelah lepas bracket b. Cetakan positif saat ini

c. Spatula. d. Rubber bowl. e. Sendok cetak. f. Penggaris PAR g. Handscoon 2. Bahan penelitian

(45)

G. Alur Penelitian Cara penelitian

1. Tahap persiapan awal

a. Dilakukan seleksi model study pada 48 kasus pasien yang dirawat di klinik ortodontik di Yogyakarta. Diperoleh 48 kasus yang memenuhi persyaratan dengan demikian diperoleh 48 model study yang terdiri dari 24 model setelah lepas bracket dan 24 model saat penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

a. Dilakukan pengukuran pada model study dengan menggunakan PAR ruler dan dilakukan penilaian sesuai dengan petunjuk penilaian PAR indeks. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali kemudian diambil reratanya. Pengukuran meliputi segmen anterior rahang atas dan rahang bawah. Oklusi bukal kanan dan kiri yang meliputi pengukuran anterior posterior, transversal dan vertikal. Pengukuran jarak gigit meliputi jarak gigit positif dan gigitan silang posterior, pegukuran tumpang gigit/overbite dan gigitan terbuka anterior ; pengukuran garis tengah.

b. Dilakukan skoring pada hasil pengukuran

c. Dilakukan skoring dihitung pembobotannya sesuai tabel

d. Dilakukan perhitungan jumlah total skor pra dan pasca perawatan.

e. Dilakukan perhitungan selisih skor untuk masing-masing kasus pra dan pasca perawatan. Poin B-E ditulis pada blanko penelitian (lampiran 1). f. Data hasil penelitian dikelompokan dengan ketentuan: 1). Jika skor pra

(46)

skor pra perawatan <22 selisih dihitung dalam % , dengan cara selisih skor dibagi skor sesudah lepas bracket di kali 100% (lampiran 2).

g. Skema jalannya penelitian

Gambar.8 Skema Jalannya Penelitian. Seleksi 48 model study

Dilakukan pengukuran PAR pada 24 model study sesudah lepas bracket

Jumlah skor total

Selisih skor

Dilakukan pengukuran Indeks PAR pada 24 model study saat penelitian

(47)

H. Analisis Data

(48)

33 A. Hasil Penelitian

Penelitian tentang prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Muhamadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Mei 2016. Sampel yang di peroleh sebanyak 24 sampel dari cetakan pada saat lepas bracket dan saat penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi. Penelitian dari 24 sampel cetakan gigi yang di hitung dengan menggunakan PAR Indeks menghasilkan data sebagai berikut:

Tabel 9. Distribusi subjek menurut keparahan maloklusi pra dan pasca perawatan. Skor Par

Indek

Maloklusi Pasca % Saat ini %

0 Ideal 2 8,33 2 8,33

1-16 Ringan 22 91,67 22 91,67

17-32 Sedang 0 0 0 0

33-48 Parah 0 0 0 0

>48 Sangat parah

0 0 0 0

(49)

Data pasca perawatan dan kondisi perawatan saat ini menunjukan dari 2 sampel termasuk dalam kelompok ideal (8,33%) dan 22 sampel termasuk dalam kelompok maloklusi ringan (91,67%). Tidak ada sampel yang masuk pada kelompok malokusi sedang, parah, sangat parah.

Tabel 10. Skor PAR indeks katagori ringan menurut keparahan maloklusi pra dan pasca perawatan

Tabel di atas menunjukan skor PAR indeks tertinggi pada skor 3 terdapat 5 (20,83%) sampel dan terendah dengan skor 1, 9, 10, 13, 14, 15 dan 16 terdapat 0 (0%) sampel pada kondisi setelah lepas bracket, sedangkan pada kondisi saat penelitian skor PAR indeks tertinggi dengan skor 5 terdapat 4 (16,67%) sampel dan terendah skor 1, 10, 13, 14, 15 terdapat 0 (0%) sampel.

Skor Par Setelah lepas bracket

% Saat

Penelitian

%

0 2 8,3% 2 8,3%

1 0 0% 0 0%

2 3 12,5% 1 4,17%

3 5 20,83% 3 12,5%

4 4 16,67% 1 4,17%

5 1 4,17% 4 16,67%

6 2 8,3% 3 12,5%

7 1 4,17% 1 4,17%

8 4 16,67% 3 12,5%

9 0 0% 1 4,17%

10 0 0% 0 0%

11 1 4,17% 2 8,3%

12 1 4,17% 1 4,17%

13 0 0% 0 0%

14 0 0% 0 0%

15 0 0% 0 0%

(50)

Tabel 11. Presentase selisih skor setelah lepas bracket dan skor kondisi saat ini

Tabel diatas menunjukan selisih skor 1 terdapat jumlah sampel 1 (4,17%), pada selisih skor 0 terdapat jumlah 6 sampel (25%), pada selisih skor -1 terdapat jumlah 4 sampel (16,67%), pada selisih skor -2 terdapat jumlah 4 sampel (16,67%), pada selisih skor 3 terdapat jumlah 6 sampel (25%), pada selisih skor -4 terdapat 1 jumlah sampel (-4,17%) dan pada selisih skor -5 terdapat 2 sampel (8,33%). Terdapat 17 sampel dengan (70,83%) yaitu mengalami peningkatan skor yang diasumsikan mengalami relaps.

Untuk menguji signifikansi perbedaan skor setelah lepas bracket dan skor saat penelitian dilakukan uji normalitas Shapiro-wilk dan dilanjutkan dengan uji Paired sample T test. Uji Shapiro-wilk digunakan untuk menguji normalitas dari distribusi data yang kuantitasnya kurang dari 50 data.

Selisih skor PAR Jumlah sampel Presentase

1 1 4,17%

0 6 25%

-1 4 16,67%

-2 4 16,67%

-3 6 25%

-4 1 4,17%

-5 2 8,33%

(51)

Tabel 12. Hasil uji normalitas data

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Skor setelah lepas bracket .188 24 .028 .938 24 .147

Skor saat penelitian .141 24 .200* .944 24 .201

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Uji normalitas Shapiro-wilk diatas menunjukan nilai p=0,147 (p>0,05) pada skor setelah lepas bracket dan nilai p=0,201 (p>0,05) pada skor saat penelitian, hal ini menunjukan bahwa data diatas normal.

Tabel 13. Hasil uji data berpasangan

Paired Differences

t df

Sig.

(2-tailed) Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

95% Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Pair

1

Skor setelah

lepas bracket – skor saat

penelitian

-1.7916

7

1.66757 .34039 -2.49582 -1.08751 -5.264 23 .000

(52)

B.Pembahasan

Hasil pengukuran menggunakan PAR indeks pada 24 cetakan gigi saat lepas bracket dan 24 cetakan saat penelitian, setelah diuji dengan menggunakan uji parametrik Paired Sampel T test diperoleh hasil yang menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara skor setelah lepas bracket dan skor saat penelitian. Perbedaan bermakna tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan skor, yang berarti terjadi perubahan susunan gigi geligi (terjadi relaps). Menurut Proffit (2000), gigi geligi berada pada sistem keseimbangan gaya dimana gigi terkena berbagai macam gaya (gaya mastikasi, penelanan dan bicara) yang berasal dari otot bibir, pipi, lidah namun gigi tidak bergerak ke posisi yang baru. Namun, jika sesuatu benda dikenai tekanan yang berlebihan maka benda tersebut akan bergerak keposisi yang lain. Sebagai contoh jika gigi diberi gaya dari alat ortodontik maka gigi akan bergerak. Gaya ortodontik telah mengubah sistem keseimbangan sebelumnya. Jika alat ortodontik di lepas, maka keseimbangan gigi didalam rongga mulut akan berubah sehingga gigi akan bergerak, mencari posisi keseimbangan yang baru. Perawatan ortodontik yang dilakukan berpotensi untuk tidak stabil. Oleh karenanya di perlukan alat retensi (Nanda RS, dkk (1992) dan Littel RM (2002)).

(53)

katagorikan ideal adalah suatu kondisi yang tidak terdapat penyimpangan gigi-gigi dari oklusi normal, sedangkan maloklusi yang dikatagorikan ringan adalah maloklusi yang gigi geligi sedikit berjejal dan sering terjadi pada gigi depan mandibula (Dika., dkk 2011).

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa prevalensi terjadinya releps setelah perawatan ortodontik cekat sebesar 70,83%. Hasil penelitian ini menunjukan walaupun relaps terjadi namun perubahan yang terjadi masih dalam katagori ringan, kemungkinan dikarenakan kooperatif pasien dalam menggunakan retainer, sesuai dengan pernyataan Profit (2007) yang menyatakan bahwa retainer merupakan alat pasif ortodontik yang membantu dalam menangani dan menstabilisasi gigi dalam waktu yang lama untuk memberikan kesempatan reorganisasi struktur-struktur pendukung setelah tahap aktif dalam perawatan ortodontik.

(54)

menjadi 2 mm dengan retroklinasi insisivus rahang atas akan memberikan poin sebesar 18 poin hanya selisih 4 poin dari hasil “sangat meningkat” (greatly

improved) sesuai dengan PAR nomogram. Walaupun secara estetik dan

(55)

40 A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang di peroleh dari penelitian tentang prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan dengan alat ortodontik cekat (evaluasi dengan meggunakan Peer Assessment Rating Index/PAR) maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara skor PAR setelah lepas bracket dan kondisi saat penelitian. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perubahan (peningkatan skor) relaps pasca perawatan ortodontik dengan alat cekat di beberapa klinik di Yogyakarta.

2. Terdapat 70,83% sampel yang mengalami peningkatan skor pada pasien pasca perawatan ortodontik cekat namun skor PAR masih dalam katagori ringan.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam menilai prevalensi terjadinya relaps setelah perawatan ortodontik cekat dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

(56)

41

DAFTAR PUSTAKA

Agusni, T. (2001). Beberapa indeks maloklusi. Maj Ked Gigi, 34: 3-17.

Alawiyah, Tuti & Sianti, P, P.(2012). Retensi dalam Perawatan Ortodonti. Jakarta: FKG UPDM.

Bennet J, C. (2002). Orthodontic management of the dentition with the

preadjusted appliance. Edinburgh: Mosby.

Bhalajhi, S, I. (2001). Otrhodontics: The art and science, (4th ed). Edinburgh: Mosby.

Brook, P,H.& Shaw, W, C. (1989).The Development of an Index of Orthodontic

Treatment Priority. European Journal of Orthodontics, Vol.20, pp.

309-320.

Danz J.C., Greuter C., Sifakakis, Fayed M., Pandis N., & Katsaros C. (2012).

Stability and Relapse After Orthodontic Treatment of Deep Bite Cases—a

Long-Term Follow-Up Study.European Journal of Orthodontics.

Dika D, D., Hamid T., & Sylvia M. (2011). Penggunaan Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) Sebagai Evaluasi Hasil Perawatan dengan Peranti Lepasan. Orthodontic Dental Journal, 2(1). 45-48.

Edman, G.T (2010). Evaluation of orthodontic treatment after 1 years of retention

a randomaized controlled trial.European Journal of Orthodontic.

Evans, R. & Shaw, W, C. (1987).Preliminary Evaluation of an Illustrated Scale

for Rating Dental Attractiveness. European Journal of Orthodontics,

Vol.9, pp. 314-318.

Finn SB. (2003). Clinical pedodontics,(4th ed). Birmingham: WB Saunders Co. Gill D, S. (2008). Orthodontics at a Glance. London:Backwell,p. 90-91.

Graber, TM. (2000).Orthodontic: Current Principles and Techniques (3rd ed.).St.Louis: Mosby.

Hamdan, AM & Rock, W. P. (1999). An appraisal of the Peer Assessment Rating

(PAR) Index and a suggested new weighting system. European Journal of

(57)

Hartanto E, Ismaniati N.A, & Risnawati. (2005). Evaluasi Perubahan Susunan Gigi Anterior Bawah Pasca Perawatan Ortodonti Menggunakan Irregularity Indexs. Universitas Indonesia. 12(3):132-138.

Hikmah. (2012). Gambaran Kebutuhan Perawatan Orthodontik Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Tamalanrea. Karya Tulis Ilmiah strata satu. Universitas Hasanuddin.

Irwansyah, Muh. (2011). Penilaian Tingkat Keberhasilan Perawatan Ortodontik dengan Alat Ortodontik Lepasan di RSGMP UNHAS Berdasrkan Indeks PAR. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Iswari S, H. (2012).Relaps dan Pencegahannya dalam Ortodonti. Majalah

IlmiahWidya, 29(319).

Lau P, Y, W., dan Wong R, W, K. (2006). Risk and complications in

orthodontictreatment.Hong Kong Dental Journal.Diakses 30 Maret

2015.Dari http://orthofree.com/cms/assets/22.pdf.

Little RM. Stability and Relapse : Early treatment of arch legth deficiency. Am J

Orthod Dentofac Orthop 2002;121:578-581.

MacNamara, J, A. (2001). Orthodontics and Dentiofacial Otrhopedics.Michigan: Needham Press,Inc.

Moyers, RE. (1988). Handbook of Orthodontics, (4th ed). Year Book Medical Publisher.Inc.

Nanda RS, Nanda SK. Consideration of dentofacial growth in long term retention and stability:Is active retention needed? Am Orthod Dentofac Orthop 1992;101: 297-302.

Nofrianto, D. (2008). BUKU AJAR ORTODONSIA I KGO I. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.

Pinkham J, R. (1994). Pediatric Dentistry: Infancy Through Adolescence, (2nd ed).Philadelphia: W.B. Saunders Company.

Parker W, S. (1988). Retention-Retainer May be Forever [Abstrak].American Journal of Orthodontics and Dentofacial Orthopedics, 95,505–513.

Pritartha S. A. (2009). Penggunan Peer AssessmentRating Index pada Evaluasi Hasil Perawatan Ortodontik dengan Teknik Begg. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada.

(58)

Profit, WR. (2007). Contemporary Orthodontic,(4th ed.).St.Louis: Mosby.

Rahardjo P.(2009). Orthodonti dasar. Surabaya: Airlangga University Press,; p.2-3, 60.

Richard J. Olive & Kaye B. Basford. (2003). A longitudinal index study of

orthodontic stability and relapse. Aust Orthod J.

Richmond S, Shaw WC. The PAR index (Peer Assessment Rating): methods to determine outcome of orthodontic treatment in terms of improvement and standards. Eur J Orthod 1992;14:180-187.

Rumampuk M, A., AninditaP, S., &Mintjelungan C. (2014). Kebutuhan Perawatan Ortodonsi Berdasarkan Index Of Orthodontic Treatment Need pada Siswa Kelas di Di Smp Negeri 2 Bitung. Jurnal e-GiGi (eG), 2(2). R. Linklater & N.A. Fox (2002). The long-term benefits of orthodontic treatment.

British dental journal.

Sarah, S. P., 2005, Effect of early treatment on stability of occlusion in patients

with a class II maloscclusion, Thesis. University of Florida.

Sulandjari,H. (2008). Buku Aar Ortodonsia I KGO I. Yogyakarta. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada.

Weiland FJ, Droschl H. Evaluation of contiuous arch and segmented arch leveling techniques in adult patients-a clinical study. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 1996;110;647-52.

Yami, Al. Kuijpers-Jagtman, van Hof. (1999). Stability of Orthodontic Treatment

Outcome: Follow-Up until 10 Years Postretention[Abstrak]. Am J Orthod

Dentofacial Orthop, 115: 300–304.

(59)

Umur : -

Lama Perawatan : -

Tanggal lepas ortodontik cekat : 7 Maret 2015 Tanggal terakhir di cetak : 7 Juli 2015

Nama Dokter yang merawat : drg. Tita Ratya Utari Sp.ort Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembootan 0 0 0 4 0

Skor dengan

pembobotan 0 0 0 8 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 4 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 0 0 4 0

Skor dengan

pembobotan 0 0 0 8 0

(60)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(61)

Umur : 20 tahun

Lama Perawatan : 4 tahun

Tanggal lepas ortodontik cekat : November 2015 Tanggal terakhir di cetak : 22 Maret 2016 Nama Dokter yang merawat : drg. Sulchan Sp.ort Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 0 0 3 0

Skor dengan

pembobotan 0 0 0 6 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 4 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 1 0 0 4 0

Skor dengan

pembobotan 1 0 0 8 0

(62)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(63)

Umur : 19 tahun

Lama Perawatan : 5 tahun

Bulan lepas ortodontik cekat : September 2015 Bulan terakhir di cetak : Februari 2016 Nama Dokter yang merawat : drg. Nuri Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 1 0 0 1 0

Skor dengan

pembobotan 1 0 0 2 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 5 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 1 0 0 2 0

Skor dengan

pembootan 1 0 0 4 0

(64)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(65)

Umur : 24 tahun

Lama Perawatan : 3,5 tahun

Bulan lepas ortodontik cekat : September 2015 Bulan terakhir di cetak : Januari 2016

Nama Dokter yang merawat : drg. Inge Santoso, Sp.ort Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 1 0 0 1 0

Skor dengan

pembobotan 1 0 0 2 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 5 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 2 0 0 2 0

Skor dengn

pembobotan 2 0 0 4 0

(66)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(67)

Umur : 21 tahun

Lama Perawatan : 3,5 tahun

Bulan lepas ortodontik cekat : Agustus 2015 Bulan terakhir di cetak : Februari 2016 Nama Dokter yang merawat : drg. Widiyawati Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 2 3 0 1 0

Skor dengan

Pembobotan 2 3 0 2 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 6 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 1 5 0 1 1

Skor dengan

pembobotan 1 5 0 2 4

(68)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(69)

Umur : 16 tahun

Lama Perawatan : 3 tahun

Bulan lepas ortodontik cekat : Juni 2015 Bulan terakhir di cetak : Januari 2016 Nama Dokter yang merawat : -

Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 2 4 0 3 0

Skor dengan

pembobotan 2 4 0 6 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 7 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 2 4 0 3 1

Skor dengan

pembobotan 2 4 0 6 4

(70)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(71)

Umur : 50 tahun

Lama Perawatan : 3 tahun

Tanggal lepas ortodontik cekat : September 2015 Tanggal terakhir di cetak : April 2016 Nama Dokter yang merawat : -

Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 0 0 2 1

Skor dengan

pembobotan 0 0 0 4 4

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 7 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

penmbobotan 1 0 0 3 1

Skor dengan

pembobotan 1 0 0 6 4

(72)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(73)

Umur : -

Lama Perawatan : -

Tanggal lepas ortodontik cekat : 7 Novermber 2014 Tanggal terakhir di cetak : 5 Juni 2015

Nama Dokter yang merawat : drg. Tita Ratya Utari Sp.ort Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 0 0 1 0

Skor dengan

pembobotan 0 0 0 2 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 7 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 1 0 1 0

Skor dengan

pembobotan 0 1 0 2 0

(74)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(75)

Umur : -

Lama Perawatan : -

Tanggal lepas ortodontik cekat : 26 Juli 2013 Tanggal terakhir di cetak : 18 Februari 2014

Nama Dokter yang merawat : drg. Tita Ratya Utari Sp.ort Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 0 0 1 0

Skor dengan

pembobotan 0 0 0 2 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 7 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 1 0 0 1 0

Skor dengan

pembobotan 1 0 0 2 0

(76)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(77)

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 34 tahun

Lama Perawatan : 4,5 tahun

Tanggal lepas ortodontik cekat : September 2015 Tanggal terakhir di cetak : Mei 2016

Nama Dokter yang merawat : drg. Wayan Sp.ort Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 1 0 0 2 0

Skor dengan

pembobotan 1 0 0 4 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 8 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 0 0 4 0

Skor dengan

pembobotan 0 0 0 8 0

(78)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(79)

Umur : -

Lama Perawatan : -

Tanggal lepas ortodontik cekat : 9 Desember 2012 Tanggal terakhir di cetak : 19 Agustus 2013

Nama Dokter yang merawat : drg. Tita Ratya Utari Sp.ort Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 2 0 0 1 0

Skor dengan

pembobotan 2 0 0 2 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 8 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 5 0 0 1 0

Skor dengan

pebobotan 5 0 0 2 0

(80)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(81)

Umur : 20

Lama Perawatan : 4 tahun

Tanggal lepas ortodontik cekat : 12 September 2015 Tanggal terakhir di cetak : 13 Mei 2016 Nama Dokter yang merawat : -

Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 1 0 0 1 0

Skor dengan

pembobotan 1 0 0 2 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 8 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 1 0 0 2 0

Skor dengan

pembobotan 1 0 0 4 0

(82)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(83)

Umur : -

Lama Perawatan : -

Tanggal lepas ortodontik cekat : 26 Mei 2012 Tanggal terakhir di cetak : 15 April 2013

Nama Dokter yang merawat : drg. Tita Ratya Utari Sp.ort Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 7 0 2 0

Skor dengan

pembobotan 0 7 0 4 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 11 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 1 7 0 4 0

Skor dengan

pembobotan 1 7 0 8 0

(84)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(85)

Umur : -

Lama Perawatan : -

Tanggal lepas ortodontik cekat : 20 Desember 2014 Tanggal terakhir di cetak : 11 Desember 2015 Nama Dokter yang merawat : drg. Tita Ratya Utari Sp.ort Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 2 0 3 0

Skor dengan

pembobotan 0 2 0 6 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 12 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 2 0 3 0

Skor dengan

pembobotan 0 2 0 6 0

(86)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(87)

Umur : -

Lama Perawatan : -

Tanggal lepas ortodontik cekat : 30 Juni 2014 Tanggal terakhir di cetak : 11 Juli 2015

Nama Dokter yang merawat : drg. Tita Ratya Utari Sp.ort Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 0 0 1 1

Skor dengan

pembobotan 0 0 0 2 4

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 13 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 0 0 1 1

Skor dengan

pembobotan 0 0 0 2 4

(88)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(89)

Umur : -

Lama Perawatan : -

Tanggal lepas ortodontik cekat : 27 Desember 2013 Tanggal terakhir di cetak : 29 April 2015

Nama Dokter yang merawat : drg. Tita Ratya Utari Sp.ort Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 1 0 0 1 0

Skor dengan

pembobotan 1 0 0 2 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 16 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 0 0 1 0

Skor dengan

pembobotan 0 0 0 2 0

(90)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(91)

Umur : -

Lama Perawatan : -

Tanggal lepas ortodontik cekat : 19 Oktober 2013 Tanggal terakhir di cetak : 23 Desember 2015 Nama Dokter yang merawat : drg. Tita Ratya Utari Sp.ort Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 2 0 3 0

Skor dengan

pembobotan 0 2 0 6 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 18 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 5 2 0 2 0

Skor dengan

pembobotan 5 2 0 4 0

(92)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(93)

Umur : -

Lama Perawatan : -

Tanggal lepas ortodontik cekat : 20 November 2013 Tanggal terakhir di cetak : 10 Juni 2015

Nama Dokter yang merawat : drg. Tita Ratya Utari Sp.ort Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 0 0 1 0

Skor dengan

pembobotan 0 0 0 2 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 19 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 0 0 2 0

Skor dengan

pembobotan 0 0 0 4 0

(94)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

(95)

Umur : -

Lama Perawatan : -

Tanggal lepas ortodontik cekat : 1 Februari 2014 Tanggal terakhir di cetak : 2 Januari 2016

Nama Dokter yang merawat : drg. Tita Ratya Utari Sp.ort Skor cetakan saat lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 0 0 0 2 0

Skor dengan

pembobotan 0 0 0 4 0

Kriteria maloklusi Ringan

Skor cetakan 23 bulan setelah lepas bracket:

Komponen Segmen

Anterior Oklusi Bukal Overjet Overbite Garis Median

Skor

Jumlah skor tanpa

pembobotan 1 0 0 2 0

Skor dengan

pembobotan 1 0 0 4 0

(96)

Rahang Atas

Setelah Lepas Braket Saat Ini

Gambar

Tabel 1. Komponen indeks PAR
Tabel 2. Derajat Pembobotan PAR Indeks.
Tabel 4. Penilaian skor oklusi bukal
Gambar 3. Penilaian skor overjet dengan Metode Richmond dkk menggunakan PAR  Ruler (Richmond dkk., 1992)
+7

Referensi

Dokumen terkait

torque koreksi interdigitasi jika diperlukan. Perawatan dilanjutkan dengan pemakaian retainer Gambar 1 dan 2 menunjukkan hasil perawatan menggunakan alat cekat