• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TEKNIK NAFAS DALAM DAN MURROTTAL TERHADAP SKALA NYERI SESUDAH PERAWATAN LUKA PADA PASIEN POST OPERASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TEKNIK NAFAS DALAM DAN MURROTTAL TERHADAP SKALA NYERI SESUDAH PERAWATAN LUKA PADA PASIEN POST OPERASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH TEKNIK NAFAS DALAM DAN MURROTTAL TERHADAP SKALA NYERI SESUDAH PERAWATAN LUKA PADA PASIEN POST

OPERASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh

Derajat Sarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

ARDHINA PERMATA SARI 20120320042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH TEKNIK NAFAS DALAM DAN MURROTTAL

TERHADAP SKALA NYERI SESUDAHPERAWATAN

LUKAPADA PASIEN

POST

OPERASIDI RSU PKU

MUHAMMADIYAH BANTUL

Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh

DerajatSarjana Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

ARDHINA PERMATA SARI 20120320042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini kami selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Nama : Ardhina Permata Sari NIM : 20120320042

Judul : Pengaruh teknik nafas dalam dan murrottal terhadap skala nyeri sesudah perawatan luka pada pasien post operasidi Rsu Pku Muhammadiyah Bantul

Setuju/tidak setuju*) naskah ringkasan penelitian yang disusun oleh yang bersangkutan dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan nama pembimbing sebagai co-author.

Demikian harap maklum.

Yogyakarta, Agustus 2016 Mahasiswa,

(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini Saya persembahkan kepada:

Allah SWT atas kemudahan jalan yang diberikan-Nya, atas cinta-Nya dan karunia-Nya yang tak pernah berhenti kepada hamba

Rasulullah Muhammad SAW yang senantiasa mencintai umatnya

Ibunda (Sri Chayati) dan Ayahanda (Sarwandi) yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan baik secara materil maupun moril. Karya Tulis Ini tidak akan cukup untuk membalas semua jasa kalian, dan tak lupa untuk saudara laki-laki yang sangat Saya

sayangi (Ardian Jati Permana)

Semua keluarga di pacitan ( Nenek , Paman, Bibi) dan semua yang sudah memberikan dukungan selama Saya menjalani kuliah, yang selalu menanti kepulangan Saya. Untuk

keluarga jauh Om Samno hadi, Sukini, Rizka Anisah dan Pak Agus yang selalu memberikan Saya semangat untuk segera menyelesaikan Karya tulis Ini.

Selain itu Saya persembahkan kepada sahabat-sahabat Saya. Sahabat wanita Saya selama 4 tahun yang penuh cerita yaitu: Hafidha, Zerlinda dan Ma’rifatul. Sahabat-sahabat sebimbingan yang selalu memberikan semangat, yang selalu menguatkan Ani,

Zolfika, Hasrul dan Ayu.Sahabat jauh yang sangat saya sayangi Nurul dan Anton.Tidak lupa untuk kos putri familia tempat tidur selama 4 tahun ini.

Untuk semua teman-teman PSIK 2012 trimakasih untuk semua ceritanya selama 4 tahun ini semoga kita semua menjadi orang yang bermanfaat dan sukses.

Dan semua pihak yang membantu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak bisa Saya sebutkan satu persatu

(5)

MOTTO HIDUP

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang

Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar

kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al „Alaq: 1-5)

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(QS. Al-Insyirah: 5-6)

Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan

anak-anak cerdas ~ Dian Sastrowardoyo

Pengalaman dapat menjadi guru yang terbaik dan buanglah ingatan tentang hal yang buruk jika itu memupuk dengki di dalam hati

“Kita hanyalah makhluk hidup, partikel-partikel debu yang beterbangan berputar-putar di dalam kehampaan abadi dan tak terhingga.Diri kita hanya untuk menyerah

dan patuh.Jika kita mencintai, cinta kita juga tidak berasal dari kita, juga bukan kepunyaan kita. Sekiranya kita bahagia, kebahagiaan kita tidaklah dalam diri kita,

tapi dalam kehidupan itu sendiri” (Kahlil-Gibran)

Pengetahuan tidaklah cukup; kita harus mengamalkannya.Niat tidaklah cukup; kita harus melakukannya. ~ Johann Wolfgang von Goethe

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Ardhina Permata Sari NIM : 20120320042

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Yogyakarta, 26 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan,

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah ini. Sholawat dan salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Ucapan terima kasih ingin penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proposal karya tulis ini, khususnya kepada:

1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Sri Sumaryani S.Kep.,Ns., M.Kep., Sp.Mat., HNC selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Fahni Haris, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing Saya hingga menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Erfin Firmawati, S.Kep., MNS selaku penguji yang telah memberikan saran dan masukannya untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Keluarga besar, sahabat, teman-teman yang selalu memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis sadar masih banyak kekurangan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan bimbingan, kritik dan saran demi kemajuan bersama.Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR SKEMA DAN TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 10

1. Nyeri ... 10

2. Perawatan Luka ... 18

3. TeKnik Relaksasi ... 24

4. Murrottal ... 27

B. Kerangka Konsep ... 30

C. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 35

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Definisi Operasional ... 36

F. Instrumen Penelitian ... 37

G. Cara Pengumpulan Data ... 38

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

I. Analisa Data ... 43

J. Etik Penelitian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Wilayah Penelitian ... 44

B. Hasil Penelitian ... 45

C. Pembahasan ... 49

(9)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 62 B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR SKEMA DAN TABEL

Skema1.Kerangka konsep ... 30

Skema 2.Hubungan antar variabel ... 35

Tabel 1. Desain penelitian two group pre-post test ... 30

Tabel 2. Definisi operasional ... 36

Tabel 3.Distribusi frekuensi karakteristik responden ... 46

Tabel 4. Gambaran tingkat nyeri responden ... 47

Tabel 5.Hasil uji Wilcoxon ... 48

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Studi Pendahuluan

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Kelayakan Etik Penelitian

Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6. Lembar Kuesioner

Lampiran 7.Lembar prosedur pelaksanaan teknik relaksasi nafas dalam Lampiran 8.Lembar prosedur pelaksanaan murrottal

(13)
(14)

Ardhina Permata Sari (2016). Pengaruh Teknik Nafas Dalam dan Murrottal terhadap Skala Nyeri Sesudah Perawatan Luka pada Pasien Post Operasi

Dosen Pembimbing: Fahni Haris, S.Kep.,Ns.,M.Kep

INTISARI

Latar Belakang: Luka post operasi adalah luka yang berasal dari adanya suatu pembedahan. Perawatan luka merupakan tindakan untuk mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka, tetapi dalam pelaksanaannya dapat meningkatkan intensitas nyeri. Nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada pasien setelah mengalami suatu tindakan perawatan luka. Perawatan untuk manajemen nyeri yang dapat dilakukan adalah dengan teknik nafas dalam dan murrottal.

Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh teknik nafas dalam dan murrottal terhadap skala nyeri sesudah perawatan luka pada pasien post operasi.

Metode: Quasi-eksperimen dengan pendekatan two group pre-test and posttestt design. Jumlah sampel sebesar 36 responden yang terdiri dari 18 responden kelompok nafas dalam dan 18 responden kelompok murrottal dengan teknik purposive sampling. Instrument untuk mengukur skala nyeri menggunakan NRS (Numeric Rating Scale). Data diuji dengan menggunakan uji Data dianalisis dengan uji Wilcoxon dan Mann-Whitney U.

Hasil: Terdapat pengaruh teknik nafas dalam dan murrottal terhadap skala nyeri sesudah perawatan luka pada pasien post operasi dengan nilai Sig. p= 0,000. Tidak ada perbedaan bermakna antara teknik nafas dalam dan murrottal terhadap skala nyeri sesudah perawatan luka pada pasien post operasi dengan nilai Sig. p= 0,656.

Kesimpulan dan Saran: Terdapat pengaruh teknik nafas dalam dan murrottal terhadap skala nyeri sesudah perawatan luka pada pasien post operasi. Pemberian teknik relaksasi nafas dalam dan murrottal berpengaruh untuk mengurangi nyeri pada pasien post operasi sesudah dilakukan perawatan luka. Perawat diharapkan dapat menjadikan intervensi dalam penelitian ini menjadi salah satu intervensi di rumah sakit. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengontrol waktu pemberian intervensi dan mengendalikan faktor-faktor pengganggu.

(15)

Ardhina Permata Sari (2016). The effect of deep breathing and murrottal to pain scale after wound care in patient post surgery

Advisor: Fahni Haris, S.Kep.,Ns.,M.Kep

ABSTRACT

Background: Postoperative wound is a wound that comes from the existence of a surgery will be performed treatments. A wound care measures to prevent infection and improve wound healing process, but in actual use can increase the intensity of pain. Pain is one of the most common complaints in patients after suffering a wound care measures. The treatment or pain management that can be done is deep breathing technique and murrottal.

Purpose: To determine the effect of deep breathing techniques and murotal the scale of pain after wound care in patients post-surgery.

Methode: Quasy-eksperiment approach to two-group pretest and posttest design. The sample amount is 36 respondents consisting of 18 respondents in the deep breathing group and 18 respondent murrottal group with technique of purposive sampling. Instruments for measuring pain scale use NRS (Numeric Rating Scale). Data had been analyzed using Wilcoxon and Mann-Whitney U test.

Result: There is effect of deep breathing and murrottal to reducepain scale during wound care in patient post surgery The p value is p=0.000. There are no significant between deep breathing techniques and murrottal to the pain scale during wound care in patient post surgery with the p= 0,656.

Conclusion and Suggestion:Giving murrottal and deep breathing relaxation technique has effect to reduce pain in postoperative patient. Nurses are expected to use interventions in this study into one of intervention in the hospital. For the next researcher in order to control confounding factors

Keywords: Murrottal, Deep breathing, Pain, Wound care

(16)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuat sayatan serta diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Sayatan atau luka yang dihasilkan merupakan suatu trauma bagi penderita dan bisa menimbulkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering ditemukan oleh pasien setelah tindakan operasi adalah nyeri. Nyeri pasca bedah disebabkan oleh luka operasi, tetapi sebab lain harus dipertimbangkan (Sjamsuhidajat, 2005).

Tindakan operasi menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan tubuh. Untuk menjaga homeostasis, tubuh melakukan mekanisme untuk segera melakukan pemulihan pada jaringan tubuh yang mengalami perlukaan. Pada proses pemulihan inilah terjadi reaksi kimia dalam tubuh sehingga nyeri dirasakan oleh pasien (Farida dan Ani, 2010).

(17)

meningkatkan sensitifitas reseptor nyeri dan akan menyebabkan rasa nyeri tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

Luka yang dihasilkan dari adanya suatu pembedahan akan dilakukan perawatan. Perawatan lukamerupakan tindakan untuk mencegah infeksi dan mempercepat proses penyembuhan luka, tetapi dalam pelaksanaannya dapat meningkatkan intensitas nyeri (Swarihadiyanti, 2014). Banyak orang yang menganggap bahwa perawatan luka menyakitkan (Sinaga, 2012). Rasa nyeri pada saat perawatan lukadisebabkan karena prosedur pelepasan balutan atau verban, rangsangan mekanik akibat pembersihan luka, selain itu nyeri dapat juga disebabkan karena luka masih dalam fase inflamasi. Variasi intensitas nyeri yang dirasakan pasien dapat terjadi, hal ini disebabkan karena kemampuan setiap individu berbeda dalam merespon dan mempersepsikan nyeri yang dialami (Swarihadiyanti, 2014).

Nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada pasien setelah mengalami suatu tindakan perawatan luka (Brunner & Suddart, 2008). Nyeri pasca bedah termasuk masalah keluhan pasien tersering di Rumah Sakit. Sebanyak 77% pasien pasca bedah mendapat pengobatan anti nyeri yang tidak adekuat dengan 71% pasien masih mengalami nyeri setelah diberi obat dan 80%nya mendiskripsikan masih mengalami nyeri sedang hingga berat (Agung, Andriani dan Sari 2013).

(18)

mencari upaya untuk mengurangi nyeri yang dirasakannya (Nurhayati, Herniyatun & Safrudin, 2011). Salah satu tindakan yang dilakukan oleh perawat akan melakukan intervensi nyeri atau menghilangkan nyeri untuk mengembalikan pasien dalam keadaan nyaman (Potter&Perry, 2006).

Nyeri berdasarkan serangannya dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut dan nyeri kronis (Potter & Perry, 2006). Nyeri akut yang dirasakan oleh pasien post bedah harus dikendalikan oleh petugas kesehatan agar perawatan tidak menjadi lebih lama dan tidak berkembang menjadi nyeri kronis.Nyeri pasien post bedah jika tidak diatasi akan memperlambat masa penyembuhan atau perawatan, menimbulkan stres dan ketegangan yang akan menimbulkan respon fisik dan psikis (Potter & Perry, 2006). Respon fisik ditandai dengan perubahan keadaan umum, suhu tubuh, wajah, denyut nadi, sikap tubuh, pernafasan, kolaps kardiovaskuler dan syok apabila nafas semakin berat. Respon psikis yang timbul akan merangsang respon stres sehingga dapat mengganggu sistem kekebalan dalam peradangan dan menghambat proses penyembuhan, serta respon yang lebih parah akan mengancam rusaknya diri sendiri (Potter & Perry, 2006).

(19)

farmakologi merupakan metode yang lebih sederhana, murah, praktis, dan tanpa efek yang merugikan (Potter & Perry, 2006).

Metode pereda nyeri non farmakologis biasanya mempunyai resiko yang sangat rendah. Tindakan tersebut diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit (Karendehi, Rompas dan Bidjuni, 2015). Tindakan non farmakologis dapat dilakukan dengan menggunakan teknik relaksasi dan distraksi. Teknik relaksasi dapat digunakan saat individu dalam kondisi sehat atau sakit dan merupakan upaya pencegahan untuk membantu tubuh segar kembali dengan meminimalkan rasa nyeri (Potter & Perry, 2005).

(20)

relaksasi nafas dalam untuk mengendalikan nyeri yang dirasakan, maka tubuh akan meningkatkan komponen saraf parasimpatik secara stimulan, maka ini menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon kortisol dan adrenalin dalam tubuh yang mempengaruhi tingkat stress seseorang sehingga dapat meningkatkan konsentrasi dan membuat klien merasa tenang untuk mengatur ritme pernafasan menjadi teratur (Smeltzer & Bare, 2002).

Selain teknik nafas dalam juga bisa dilakukan dengan menggunakan teknik distraksi yaitu dengan mendengarkan ayat suci Al-Qur’an (murrottal).Mendengarkan musik atau ayat suci Al-Qur’an dapat menstimulus gelombang delta di otak yang menyebabkan pendengar dalam keadaan tenang, tentram dan nyaman.Seseorang dapat menoleransi, menahan nyeri atau pain tolerance atau dapat mengenali jumlah stimulus nyeri (Ekawati, 2013). Terapi murrottal Al-Qur’an atau bacaan Al-Qur’an dengan keteraturan irama dan bacaan yang benar mampu mendatangkan ketenangan dan meminimalkan kecemasan 97% bagi mereka yang mendengarnya, 65% mendapatkan ketenangan dari bacaan

Al-Qur’an dan 35% mendapatkan ketenangan dari bacaan bahasa Arab (Wahida,

Nooryanto & Andarini, 2015). MenurutPotter & Perry (2006) mengatakan bahwa waktu yang dibutuhkan dalam auditoris therapy (terapi pendengaran) supaya dapat memberikan efek terapeutik adalah minimal selama 10 menit

(21)

operasi. Berdasarkan wawancara dan observasi dengan 4 orang pasien post operasipada saat perawatan lukamengatakan bahwa 2 orang pasien mengalami nyeri dengan skala 3 dan 2 orang mengalami nyeri pada skala 5. Pasien mengatakan nyeri hilang timbul ditandai dengan respon verbal yaitu keluhan nyeri yang dirasakan oleh pasien dan respon nonverbal yaitu pasien tampak meringis menahan sakit. Pasien mengatakan belum ada intervensi nonfarmakologi yang dilakukan dari perawat untuk mengurangi rasa nyeri pada saat perawatan luka.

Terapi murrottal dan teknik relaksasi dapat menurunkan intensitas nyeri. Apakah terapi murrottal lebih cepat menurunkan intensitas nyeri dibandingkan dengan teknik relaksasi belum diketahui, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti tentang keefektifan antara pemberian terapi murrottal dan teknik relaksasi.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan

judul “pengaruh teknik nafas dalam dan murrottal terhadap skala nyeri saat

perawatan lukapada pasien post operasi. B.Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam dalam penelitian

ini adalah “Bagaimana pengaruh teknik nafas dalam dan murrottal terhadap skala

nyeri saat perawatan lukapada pasien post operasi?. C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

(22)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui data demografi responden.

b. Mengetahui pengaruh teknik nafas dalam sebelum (pretest)dan sesudah (posttest)terhadap skala nyeri saat perawatan luka pada pasien post operasi. c. Mengetahui pengaruh murrottal sebelum (pretest) dan sesudah

(posttest)terhadap skala nyeri saat perawatan luka pada pasien post operasi. d. Mengetahui perbedaan skala nyeri sesudah(posttest)antara kelompok teknik

nafas dalam dan murrottal saat perawatan luka pada pasien post operasi D.Manfaat Penelitian

1. Bagi keperawatan

Penelitian ini diharapkan untuk mengetahui skala nyeri pada pasien post operasi saat perawatan luka antara menggunakan teknik nafas dalam dan murrottal, sehingga bisa menjadi informasi dibidang keperawatan dan dapat diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan.

2. Bagi responden

Penelitian ini dapat diterapkan bagi responden untuk mengatasi nyeri yang dirasakannya.

3. Bagi ilmu pengetahuan

(23)

4. Bagi Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien post operasisaat dilakukan perawatan lukauntuk penurunan skala nyeri dengan menggunakan non farmakologi yaitu dengan teknik nafas dalam dan murrottal.

5. Bagi penelitian selanjutnya

Dapat memberikan informasi dan data dasar untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan teknik nafas dalam dan murrottal terhadap penurunan skala nyeri saat perawatan luka pada pasien post operasi.

E.Keaslian Penelitian

Menurut pengetahuan peneliti, belum ada penelitian yang sama tentang pengaruh teknik relaksasi dan murrottal terhadap intensitas nyeri saat wound care pada pasien post operasi. Dibawah ini adalah penelitian terkait dengan penelitian ini:

(24)

pengaruh signifikan pada pemberian teknik relaksasi nafas dalam terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi. Persamaan dalam penelitian ini adalah dalam pengambilan teknik sampel yaitu dengan menggunakan teknik purposive sampling. Perbedaan dalam penelitian ini terletak padaresponden dan tempat penelitian.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori

1. Nyeri

Nyeri adalah perasaan tidak nyaman dan sangat individual yang tidak dapat dirasakan atau dibagi dengan orang lain. Secara umum nyeri adalah suatu rasa tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri menyangkut dua aspek yaitu psikologis dan fisiologis yang keduanya dipengaruhi fakor-faktor seperti budaya, usia, lingkungan dan sistem pendukung, pengalaman masa lalu, kecemasan dan stress (Potter, 2006; Smeltzer , 2002).

Nyeri menurut International Association for study of pain (IASP) nyeri adalah sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensia, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.Menurut Potter (2005) nyeri didefinisikan sebagai suatu kondisi perasaan yang tidak menyenangkan, bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya.Nyeri setelah pembedahan normalnya hanya terjadi dalam durasi yang terbatas, lebih singkat dari waktu yang diperlukan untuk perbaikan alamiah jaringan-jaringan yang rusak (Nurhayati, 2011).

(26)

secara fisiologis dan dengan perilaku.Berbeda dengannyeri kronik bersifat dalam, tumpul diikuti dengan berbagai berbagai macam gangguan. Proses terjadinya lambat dan meningkat secara perlahan sampai beberapa detik atau menit. Nyeri ini biasanya berhubungan dengan kerusakan jaringan yang bersifat terus-terusan dan intermiten.

Fisiologis nyeri menurut (Potter & Perry, 2006) adalah reseptor nyeri berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.Organ tubuh ini berperan hanya terhadap stmulus kuat yang secara potensial merusak.Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri bermyelin dan ada juga yang tidak bermyelin dari syaraf perifer.

Nyeri merupakan campuran dari reaksi fisik, emosi, dan tingkah. Nyeri dapat dirasakan penderita jika reseptor nyeri menginduksi serabut saraf perifer aferen, yaitu serabut A-delta dan serabut C. Serabut A-delta memiliki myelin yang menyampaikan impuls nyeri dengan cepat, menimbulkan sensasi yang tajam, dan melokalisasi sumber nyeri serta mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C tidak memiliki myelin sehingga menyampaikan impuls lebih lambat dan berukuran sangat kecil. Serabut A-delta dan serabut C akan menyampaikan rangsangan dari serabut saraf perifer ketika mediator-mediator biokimia yang aktif terhadap respon nyeri seperti pottasium dan prostaglandin dibebaskan akibat adanya jaringan yang rusak (Potter & Perry, 2006).

(27)

dorsalis, neurotransmitter seperti substansi P dilepaskan sehingga menimbulkan suatu transmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus.Impuls atau informasi nyeri selanjutnya disampaikan dengan cepat ke pusat thalamus (Potter & Perry, 2006).

Menurut Smaltzer dan Barre (2002) faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah usia, jenis kelamin, budaya dan perhatian. Usia dapat mempengaruhi seseorang dalam merespon terhadap nyeri yang dirasakannya. Anak-anak menganggap bahwa nyeri sebagai hukuman atas perbuatan yang salah. Nyeri dapat mengakibatkan lebih agresif, rasa malu yang mengakibatkan mereka menarik diri dari lingkungan, sedangkan pada usia dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis.

Jenis kelamin secara umum tidak berbeda dalam merespon terhadap nyeri.Beberapa kebudayaan menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi merespon terhadap nyeri yang dirasakannya (Potter & Perry, 2005). Keyakinan dan nilai budaya mempengaruhi cara individu untuk mengatasi nyeri. Hal ini meliputi bagaimana cara bereaksi terhadap nyeri (Potter & Perry, 2005).

(28)

Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan dengan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang biasanya akan menyebabkan gangguan rasa nyaman atau nyeri setelah dilakukannya prosedur. Nyeri post operasi adalah nyeri yang dirasakan akibat hasil dari suatu pembedahan. Kejadian, intensitas, dan durasi nyeri post operasi berbeda-beda dari pasien yang satu dengan yang lainnya. Lokasi pembedahan mrupakan aspek yang penting yang dapat dirasakan oleh pasien yang mengalami nyeri post operasi. (Sepri, 2011).

(29)

Nyeri yang dialami klien setelah menjalani proses pembedahan akan meningkatkan stres post bedah dan memiliki pengaruh terhadap proses penyembuhan. Dibutuhkan kontrol nyeri setelah proses pembedahan, nyeri yang dapat dikontrol dapat mengurangi kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam, dan dapat mentoleransi mobilisasi yang cepat. Pengkajian nyeri dan kesesuaian analgesik harus dilakukan untuk memastikan bahwa nyeri post bedah dapat diatasi dengan baik (Potter & Perry, 2006).

Untuk menilai skala nyeri terdapat beberapa macam skala nyeri yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri seseorang antara lain:

1. Verbal Descriptor Scale (VDS)

Verbal Descriptor Scale (VDS) adalah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang telah disusun dengan jarak yang sama

sepanjang garis. Ukuran skala ini diurutkan dari “tidak terasa nyeri” sampai

“nyeri tidak tertahan”.Perawat menunjukkan ke klien tentang skala tersebut

dan meminta klien untuk memilih skala nyeri terbaru yang dirasakan.Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan seberapa jauh nyeri terasa tidak menyakitkan.Alat VDS memungkinkan klien untuk memilih dan mendeskripsikan skala nyeri yang dirasakan (Potter & Perry, 2006).

2. Visual Analogue Scale (VAS)

(30)

nyeri yang dirasakan.VAS sebagai pengukur keparahan tingkat nyeri yang lebih sensitif karena klien dapat menentukan setiap titik dari rangkaian yang tersedia tanpa dipaksa untuk memilih satu kata (Potter & Perry, 2006).

Penjelasan tentang intensitas digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1: Skala pengukur Nyeri VAS

Skala nyeri pada skala 0 berarti tidak terjadi nyeri, skala nyeri pada skala 1-3 seperti gatal, tersetrum, nyut-nyutan, melilit, terpukul, perih, mules.Skala nyeri 4-6 digambarkan seperti kram, kaku, tertekan, sulit bergerak, terbakar, ditusuk-tusuk.Skala 7-9 merupakan skala sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol oleh klien, sedangkan skala 10 merupakan skala nyeri yang sangat berat dan tidak dapat dikontrol.Ujung kiri pada

VAS menunjukkan “tidak ada rasa nyeri”, sedangkan ujung kanan

(31)

3. Numeric Rating Scale (NRS)

Gambar 2: Skala Pengukur Nyeri NRS

Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3 menunjukkan nyeri yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri sedang, sedangkaan angka 7-10 merupakan kategori nyeri berat. Oleh karena itu, skala NRS akan digunakan sebagai instrumen penelitian (Potter & Perry, 2006). Menurut Skala nyeri dikategorikan sebagai berikut:

1. 0 : tidak ada keluhan nyeri, tidak nyeri.

2. 1-3 : mulai terasa dan dapat ditahan, nyeri ringan.

3. 4-6 : rasa nyeri yang menganggu dan memerlukan usaha untuk menahan, nyeri sedang.

4. 7-10 : rasa nyeri sangat menganggu dan tidak dapat ditahan, meringis, menjerit bahkan teriak, nyeri berat.

4. Wong-Baker FACES Pain Rating Scale

(32)

sangat ketakutan yang berati skala nyeri yang dirasakan sangat nyeri (Potter & Perry, 2005).

Gambar 3: Skala Pengukur Nyeri FRS

Skala nyeri tersebut Banyak digunakan pada pasien pediatrik dengan kesulitan atau keterbatasan verbal.Dijelaskan kepada pasien mengenai perubahan mimik wajah sesuai rasa nyeri dan pasien memilih sesuai rasa nyeri yang dirasakannya.

Potter & Perry (2006), membagi dua cara yang digunakan untuk metode penanggulangan nyeri:

1. Manajemen Farmakologi

a. Analgesik narkotika (opioid)

(33)

otak. Dampak penggunaan analgesik narkotika adalah sedasi dan peningkatan toleransi obat sehingga kebutuhan dosis obat akan meningkat (Tamsuri, 2007).

Obat-obat yang termasuk opioid analgesik adalah adalah morfin, metadon, meperidin (petidin), fentanil, buprenorfin, dezosin, butorfanol, nalbufin, nalorfin, dan pentasozin. Jenis obat tersebut memiliki rata-rata waktu paruh selama 4 jam (Biworo, 2008).

b. Analgesik non narkotika (non opioid)

Analgesik non narkotika sering disebut Nonsteroid Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs) seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen.Obat jenis ini tidak hanya memiliki efek antinyeri namun dapat memberikan efek antiinflamasi dan antipiretik.Efek samping yang paling sering terjadi pada pengguna adalah gangguan pencernaan seperti adanya ulkus gaster dan perdarahan gaster. NSAIDs mungkin dikontraindikasikan pada klien yang memiliki gangguan pada proses pembekuan darah, perdarahan gaster atau tukak lambung, penyakit ginjal, trombositopenia, dan mungkin juga infeksi (Tamsuri, 2007).

(34)

2. Perawatan Luka

Perawatan luka adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk merawat luka agar dapat mencegah terjadinya trauma (injuri) pada kulit membran mukosa atau jaringan lain, fraktur, luka operasi yang merusak kulit. Serangkaian kegiatan itu meliputi pembersihan luka, pemasangan balutan, mengganti balutan, memfiksasi balutan, tindakan pemberian rasa nyaman yang meliputi membersihkan kulit dan daerah drainase, irigasi, pembuangan drainase, pemasangan perban (Bryant, 2007).

Tujuan tenaga kesehatan menangani luka adalah membantu proses penyembuhan normal agar berjalan efektif dengan waktu masing-masing fase seminimal mungkin. Prosedur penanganan luka berbeda-beda dengan tergantung jenis luka namun secara garis besar terdiri dari pembersihan luka baik dengan irigasi maupun debridement.Sebelum melakukan perawatan luka diawali dengan melakukan anamnesis. Sebelum melakukan perawatan luka diperlukan adanya pengkajian, dicari informasi penyebab luka, kapan terjadinya luka, apa saja yang dilakukan untuk mengurangi luka (Suryadi, Maliawan, 2012).

(35)

perawat dapat dengan tepat menentukan tujuan perawatan luka dan pemilihan balutan (Bryant, 2007).

Tahap pencucian luka yang baik dan benar akan mengurangi waktu perawatan luka atau mempercepat proses penyembuhan luka. Wound cleansingbiasanya dilakukan sesaat setelah balutan lama dibuka dan sebelum proses debridement dilakukan. Tujuan dari pencucian luka diantaranya mengurangi resiko terjadinya infeksi, mengurangi nyeri, mengurangi trauma mekanik, mengurangi iritasi kimiawi, memberikan kenyamanan pada psien (Aminudin, 2010).

Menurut Hermana, (2013) menyebutkan bahwa debridemen adalah proses pengangkatan jaringan avital atau jaringan mati dari suatu luka. Jaringan avital dapat berwarna lebih pucat, cokelat muda atau hitam dan dapat kering atau basah.Terdapat 4 meode debridemen yaitu autolitik, mekanikal, enzimatik dan surgikal.Metode debridemen yang dipilih tergantung pada pada jumlah jaringan nekrotik, luasnya luka, lokasi luka dan adanya penyakit sistemik.

(36)

mempunyai keuntungan diantaranya prosesnya aman dan menggunakan mekanisme pertahanan tubuh sendiri untuk membersihkan luka debris, sedangkan kerugian dari metode ini adalah tidak secepat debridemen surgikal dan luka harus dimonitor secara ketat untuk melihat adanya tanda-tanda infeksi (Hermana,2013).

Metode debridemen enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk merangsang debridemen, seperti kolagenase.Metode debridemen enzimatik dilakukan setelah debridemen surgikal atau debridemen otolitik dan mekanikal dimana metode debridemen enzimatik direkomndasikan untuk luka kronis.Metode ini memiliki keuntungan diantaranya meminimalkan adanya kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan yang tepat dan juga memiliki kerugian diantaranya memerlukan balutan sekunder, dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman (Hermana, 2013).

Metode debridemen mekanik dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang melekat pada luka.Debridemen ini nonselektif karena tidak dapat membedakan antara jaringan sehat dan jaringan mati, hanya memerlukan penggantian balutan yang sering.Adapun kerugian dari metode ini adalah bersifat nonselektif sehingga dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau jaringan penyembuhan, memerlukan waktu lebih lambat dan dapat mengakibatkan nyeri (Hermana, 2013).

(37)

Keuntungan debridemen surgikal adalah hanya bagian avital atau jaringan mati yang dibuang, debridemen surgikal dengan cepat mengangkat jaringan mati, dapt dilakukan di tempat tidur pasien, atau di dalam ruang operasi setelah pemberian anestesi.Sedangkan kerugian dari metode ini diantaranya biaya yang digunakan lebih mahal (Hermana, 2013).

Dressing adalah bahan yang digunakan secara topikal pada luka untuk melindungi luka dan membantu untuk penyembuhan luka. Ada beberapa tipe dressing yaitu: film, komposit, hidrogel, hidrokoloid, alginate, foam. Pemilihan dressing tergantung dari jumlah dan tipe eksudat yang terdapat pada luka.Dressing hidrogel, film dan komposit baik digunakan untuk luka dengan jumlah eksudat sedikit sedangkan luka dengan eksudat sedang menggunakan hidrokoloid dan luka dengan eksudat banyak menggunakan alginate,foam (Suryadi, 2011).

Perawatan luka berdasarkan karakteristik luka:

a. Perawatan luka yang memiliki jaringan nekrotik yang sering dijumpai pada luka kronis seperti ulkus iskemi, ulkus neuropati, ulkus vena dan ulkus dekubitus. Luka yang memiliki karakteristik banyak nekrotik dilakukan dengan cara debridemen. Debridemen merupakan pengangkatan jaringan yang sudah mengalami nekrosis yang bertujuan untuk menyokong pemulihan luka. Indikasi debridemen adalah luka akut atau luka kronik dengan jaringan nekrosis..

(38)

Kebanyakan luka kronik terkontaminasi oleh mikroorganisme yang sangat banyak. Pada luka nfeksi yang menghasilkan bau dapat menggunakan balutan dengan arang aktif (Activated Charcoal dressing) sebagai penghilang bau yang efektif. Jika terdapat eksudat dalam jumlah yang tidak terlalu banyak, maka balutan busa yang menyerap dan dilapisi arang (Morissson, 2004).

c. Perawatan luka dengan banyak eksudat

Eksudat dapat mengikis tepi luka jika jaringan sekitarnya menjadi terendam air. Volume eksudat berkurang pada waktunya, tetapi sampai stadium tersebut diperlukan balutan yang bisa menyerap dan tidak melekat (Morisson, 2004).

Perawatan luka berdasarkan etiologinya (Suriadi, 2004) a. Luka insisi bedah

Lakukan pengkajian kondisi area operasi yang meliputi kondisi balutan, adanya perdarahan, drain, insisi, jahitan. Lakukan pembersihan luka dimulai pada pusat luka ke arah keluar secara perlahan-lahan. Gunakan normal salin untuk pembersihan luka. Pertahankan kondisi luka agar tetap bersih. Penggantian balutan tergantung pada kondisi balutan bersih atau kotor. Jenis balutan yang disarankan adalah balutan yang dapat mempertahankan kelembaban.

(39)

Lakukan pengkajian adanya tanda-tanda infeksi, bila keadaan luka kering dan eskar keras, jangan dilakukan debridemen. Lakukan balutan dengan teknik steril dan pertahankan lingkungan dalam keadaan lembab. Pada saat berbaring posisi kepala ditinggikan 5 sampai 7 derajat yang bertujuan untuk menyokong sirkulasi daerah kulit dan ekstremitas.

c. Ulkus Vena

Lakukan pengkajian kondisi area luka. Ganti balutan dengan teknik steril. Bersihkan luka dengan normal salin. Bila ada jaringan nekrotik lakukan debridemen. Lakukan peninggian posisi pada daerah kaki. Prinsip perawatan luka pada ulkus vena adalah meningkatkan pengisian kembali ke vena,yang akan menyebabkan statis vena menurun.

d. Neuropati perifer ulkus diabetik

Penggunaan balutan pada neuropati perifer ulkus diabetik dapat disesuaikan dengan jumlah eksudat yang dihasilkan oleh luka. Balutan yang sering digunakan adalah hidrogel. Balutan ini digunakan ketika luka sedang kering dengan tujuan menghasilkan sedikit cairan untuk melembabkan permukaan luka. Balutan foam digunakan ketika luka menghasilkan cairan eksudat yang banyak sampai sedang dan balutan alginat digunakan ketika luka menghasilkan banyak cairan eksudat.

e. Ulkus dekubitus

(40)

yang lebih luas. Debridemen bertujuan untuk mengangkat jaringan yang sudah nekrosis. Gunakan normal salin untuk pembersihan luka.

3. Teknik Relaksasi

Penanganan nyeri dengan menggunakan teknik relaksasi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi nyeri. Penanganan nyeri dengan tindakan relaksasi mencakup teknik relaksasi nafas dalam dan guided imagery. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi (Soehono, 2010). Teknik relaksasi dapt digunakan saat individu dalam kondisi sehat maupun sakit dan merupakan upaya pencegahan untuk membantu tubuh kembali segar dengan meminimalkan nyeri secara efektif (Perry, 2005).

(41)

Teknik relaksasi pernafasan merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah.Teknik relaksasi pernafasan dapat menghilangkan nyeri post operasi, karena aktivitas-aktivitas diserat besar dirangsang oleh tindakan ini, sehingga gerbang untuk aktivitas serat berdiameter kecil (nyeri) tertutup (Semeltzer & bare, 2002).

Smeltzer & Bare (2002) menyatakan bahwa tujuan dari relaksasi pernafasan adalah untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, meningkatkan efisiensi batuk, mengurangi stress fisik maupun emosional yaitu dapat menurunkan intensitas nyeri dan mengurangi kecemasan. Selain itu tujuan dari teknik relaksasi adalah mencapai keadaan relaksasi menyeluruh, mencakup keadaan relaksasi secara fisiologis, kognitif dan secara behavioral. Secara fisiologis, keadaan relaksasi ditandai dengan penurunan kadar epinefrin dan non epinefrin dalam darah, penurunan frekuensi denyut jantung, penurunan tekanan darah, penurunan frekuensi nafas, penurunan ketegangan otot, metabolisme menurun, vasodilatasi dan peningkatan temperatur pada ekstremitas (Patasik, Tangka, rottie, 2013).

(42)

b. Usahakan tetap rileks dan tenang

c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara melalui hitungan 1, 2, 3, 4

d. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan ekstremitas atas dan ekstremitas bawah rileks.

e. Ketika menghembus nafas, hitung sampai tga atau empat lagi, usahakan agar tetap konsentrasi atau bisa dilakukan dengan mata terpejam.

f. Pada saat konsentrasi pusatkan pada daerah nyeri

g. Cobalah bernafas melalui hidung dan meghembuskan melalui mulut, hembuskan nafas dari mulut dengan lembut.

Tiga mekanisme dalam teknik relaksasi nafas dalam sehingga dipercaya dapat menurunkan skala nyeri yaitu:

1. Dengan merelaksasikan spasme otot skelet yang disebabkan insisi (trauma) jaringan saat pembedahan (Smeltzer & Bare, 2002).

2. Relaksasi otot skelet akan menyebabkan aliran darah meningkat ke daerah yang mengalami trauma sehingga mempercepat proses penyembuhan dan menurunkan atau menghilangkan rasa nyeri akibat post bedah. Nyeri post bedah merupakan nyeri yang disebabkan adanya trauma jaringan, oleh karena itu jika trauma sembuh maka nyeri juga akan hilang (Brunner & Suddarth; Smeltzer & Bare, 2002).

(43)

4. Murrottal

Murrottal adalah rekaman suara Al-Qur’an yang dilagukan oleh seorang

qori’/qori’ah (pembaca Al-Qur’an).Lantunan Al-Qur’an secara fisik

mengandung unsur suara manusia, sedangkan suara manusia merupakan instrumen penyembuhan yang menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau.Mendengarkan musik atau ayat suci Al-Qur’an dapat menstimulus gelombang delta yang menyebabkan pendengar dalam keadaan tenang, tentram dan nyaman. Mendengarkan rekaman suara Al-Qur’an dapat membuat seseorang menoleransi, menahan nyeri (paint tolerance), atau dapat mengenali jumlah stimulasi nyeri yang dirasakannya (Heny, 2013).

Berikut ini adalah beberapa manfaat dari murrottal (mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an) t Deby 2014:

a. Mendengarkan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan tartil akan mendapatkan ketenangan jiwa.

(44)

tersebut sangat baik menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.

Bacaan surat Al-Qur’an yang terbaik adalah Al-Faatihah, karena intisari dari Al-Qur’an adalah surat Al-Faatihah, dan pemahaman terhadap Al-Qur’an diawali dengan pemahaman terdapat surat Al-Faatihah. Surat tersebut juga dapat digunakan untuk mengurangi/ menurunkan kecemasan.Keseluruhan efeknya telah menjadikan Al-Faatihah sangat selaras dengan nuansa sholat dan ibadah. Uraiannya yang singkat dan jelas, serta kualitas nada hurufnya yang tinggi membuat surat Al-Faatihah mudah dibaca dan dihafal semua orang dengan latar belakang apapun (Siswantinah, 2011)

(45)

Mendengarkan Al-Faatihah tanpa mengetahui maknanya juga bermanfaat walaupun tidak sebesar bila mengetahui maknanya. Bacaan Al-Faatihah yang didengarnya, impuls dari talamusakan tetap dikirim ke amigdala, walaupun tidak ditransmisikan ke korteks. Apabila seseorang medengar bacaan Al-Faatihah secara tartil dan didengar dengan hati yang ridha dan ikhlas, maka bacaan Al-Faatihah akan berpengaruh positif terhadap mental.

c. Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti Skema: 1 Kerangka Konsep

Teknik Nafas Dalam

Murrottal

Tingkat Nyeri

saat perawatan

luka

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri:

1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Budaya 4. Perhatian 5. Medikasi

tidak nyeri

ringan

sidang

(46)

d. Hipotesis

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode Quasy Experiment meggunakan pendekatan two group pre-test and posttestt design yang terdiri dari 2 kelompok yang masing-masing kelompok diberikan intervensi yang berbeda. Kelompok pertama diberikan intervensi teknik nafas dalam dan kelompok kedua diberikan intervensi murrottaldengan cara dilakukan pengukuran sebelum dan sesudah intervensi. Rancangan ini tidak menggunakan kelompok kontrol, tetapi dilakukan observasi pertama (pretest) yang memungkinkan peneliti untuk menguji perubahan-perubahan yang terjadi setelah adanya perlakuan (posttest) (Nursalam, 2013)

Bentuk rancangannya dapat digambarkan sebagai berikut: Subjek Pre-Test Perlakuan Posttestt

Teknik nafas dalam Oa 1

Xa Oa

2

Murrottal Ob

1

Xb Ob

2

Tabel 1: Desain penelitian two group pre-post test

Keterangan :

Oa1 : Skala nyeri kelompok eksperimen dengan teknik nafas dalam sebelum diberikan intervensi (pretest).

Oa2 : Skala nyeri kelompok eksperimen dengan teknik nafas dalam setelah diberikan intervensi (posttest).

Ob1 : Skala nyeri kelompok eksperimen dengan murrottal sebelum diberikan intervensi (pretest).

(48)

Xa : Pemberian intervensi teknik nafas dalam Xb : Pemberian intervensi murrottal

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien post operasisebanyak 288 orang yang dirawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul pada periode Bulan November 2015.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling karena sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditentukan. Sampel pada penelitian ini adalah responden yang dirawat di bangsal bedah yaitu bangsal Araaf, bangsal Kautsar, bangsal Kahfi dan bangsal Al-Insan RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Jadi dalam penelitian ini setiap pasien post operasiyang memenuhi kriteria penelitian dan secara kebetulan dijumpai selama proses pengumpulan data, akan dilibatkan sebagai subjek dalam penelitian (Nursalam, 2013)

Adapun kriteria sampel penelitian ini adalah pasien post operasiyang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia menjadi responden. Menentukan sampel dengan menggunakan rumus (Nursalam, 2013) :

n= �.� 2. . �2 �−1+2. .

= 288 1,96

(49)

=18 responden Keterangan:

n= perkiraan besar sampel N= perkiraan besar populasi

Z= nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)

P= perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50% Q= 1-p (100%-p)

d= Tingkat kesalahan yang dipilih (d=0,05)

Sampel diambil oleh peneliti sebanyak 20 responden pada kelompok intervensi nafas dalam dan 20 responden pada kelompok murrottal yang sesuai dengan :

1. Kriteria Inklusi

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel yang ditemui saat dilakukan penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: a. Bersedia menjadi subjek penelitian.

b. Klien yang sedang menjalani perawatan lukadi RS PKU Muhammadiyah Bantul

c. Belum pernah dilakukan teknik nafas dalam dan murrottal sebelumnya a. Kriteria nyeri dengan skala sedang sebelum dilakukan intervensi (skala

4-6)

2. Kriteria Eksklusi

a. Klien non muslim untuk pemberian murrottal

b. Klien yang didiagnosa memiliki gangguan pernapasan oleh dokter c. Klien yang didiagnosa memiliki gangguan pendengaran oleh

(50)

B.Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di bangsal bedah yaitu: bangsal Al-Araaf, bangsal Al-Kautsar, bangsal Al-Kahfi dan bangsal Al-Insan RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

2. Waktu penelitian

Pengambilan data dilakukan dalam rentang waktu 1 bulan, yaitu dari bulan Juni sampai Juli 2016.

C.Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang diamati adalah: 1. Variabel bebas (independent)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah intervensi teknik nafas dalam dan murrottal.

2. Variabel terikat (dependent)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah skala nyeri

Skema 2: Hubungan antar variabel Nafas dalam

Murrottal

Skala Nyeri saat perawatan

luka

Tidak nyeri

Ringan

Sedang

(51)

D.Definisi Operasional

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka kosep diatas maka definisi operasionalnya dalam penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 2 : Definisi operasional Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

(52)

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Murrottal Salah satu teknik distraksi yaitu teknik pengalihan fokus perhatian terhadap nyeri yang dirasakan oleh responden dengan cara mendengarkan

Al-Qur’an selama 4 kali dengan bacaan surat Al-Fatihah yang dierdengarkan melalui handphone.

headset - -

E.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam adalah panduan teknik relaksasi nafas dalam. Instrumen yang digunakan untuk mengukur intensitas nyeri yang dirasakan klien dengan menggunakan skala NRS (Numeric Rating Scale) dan disertakan instrumen data demografi responden. 1. Data Demografi Responden

a. Tanggal/waktu penelitian : b. Nama responden :

c. Usia :

d. Jenis Kelamin :

e. Jenis Operasi :

(53)

NRS milik McCaffery et al (1999) merupakan sebuah instrumen yang digunakan untuk mengukur skala nyeri sebelum dan sesudah pemberian teknik relaksasi nafas dalam dan murrottal adalah dengan skala nyeri jenis Numeric Rating Scale (NRS). Pasien diminta untuk melaporkan rasa sensasi nyeri apa adanya pada salah satu angka dari 0 sampai 10 yang dianggap paling tepat untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan. Skala ini merupakan pengukuran nyeri yang paling efektif digunakan pada pengkajian skala nyeri sebelum dan sesudah intervensi (Agency for Health Care Policy and Research [AHCPR], 1992 dalam Potter & Perry, 2006).

Keterangan: 0

0 : Tidak nyeri 1-3 : Nyeri ringan 4-6 : Nyeri sedang 7-10 : Nyeri berat

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa pertanyaan yang akan diajukan kepada responden. Pertanyaan tersebut mengenai tingkat nyeri saat perawatan lukayang dirasakan oleh responden.Peneliti mengisi kuesioner sesuai dengan skala intensitas nyeri yang dirasakan responden.

(54)

Cara pengumpulan data diawali dengan tahap persiapan.Peneliti menyusun proposal penelitian yang dilanjutkan dengan melakukan studi pendahuluan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.Peneliti mengurus segala bentuk perizinan terkait penelitian baik dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan RSU PKU Muhammadiyah Bantul selanjutnya peneliti melakukan uji etik penelitian di FKIK UMY dengan keputusan layak etik pada tanggal 4 Juni 2016.

Tahap pelaksanaan diawali setelah mendapatkan izin, peneliti menuju ke bangsal untuk meminta izin kepada kepala ruangselanjutnyamencari informasi terkait pasien yang melakukan perawatan luka.Peneliti menemui pasien untuk berkenalan, menyampaikan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh teknik nafas dalam dan murrottal terhadap perbedaan skala nyeri selama perawatan luka dan menjelaskan proses penelitian.

(55)

menyebutkan skala nyeri yang dirasakan.Peneliti dibantu oleh asisten penelitian yang bertugas untuk mencatat semua informasi ke lembar kuesioner.

Tahap pelaksanaan peneliti meminta responden untuk melakukan prosedur pelaksanaan teknik nafas dalam sesuai penjelasan sebelumnya, sebagai berikut:

1. Mengatur kenyamanan responden dengan berbaring ditempat tidur dan menciptakan suasana yang nyaman dan tenang

2. Instruksikan klien untuk menarik atau menghirup nafas dalam dari hidung sehingga rongga paru-paru terisis oleh udara melalui hitungan 1, 2, 3, 4 kemudian ditahan sekitar 5-10 detik.

3. Instruksikan klien untuk menghembuskan nafas, hitung sampai tiga secara perlahan melalui mulut.

4. Instruksikan klien untuk berkonsentrasi dan pusatkan pada rasa nyeri yang dirasakannya, bisa dengan memejamkan mata.

5. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang. 6. Ulangi sampai 15 kali, dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.

Pemberian intervensi murrottal dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Mengatur kenyamanan responden dengan tetap berbaring diatas tempat tidur 2. Menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman

3. peneliti menyiapkan handphone yang sudah berisikan murrottal surah Al-fatihah untuk diperdengarkan kepada responden

(56)

5. Responden mendengarkan murrottal yang diputarkan selama 4 kali

Setelah dilakukan teknik nafas dalam dan murrottalselanjutnya peneliti melakukan posttest kepada kelompok nafas dalam dan murrottal dengan mengkaji ulang nyeri pasien atau dengan melakukan pengukuran skala nyeri kedua dengan menggunakan instrumen pengukur nyeri NRS.Asisten peneliti bertugas untuk mencatat semua informasi ke dalam lembar kuesioner.Setelah peneliti selesai mengambil data kemudian peneliti mengucapkan terimakasih dan berpamitan kepada responden dan keluarga.Tahap akhir setelah didapatkan data, selanjutnya dikumpulkan dan dianalisa menggunakan uji Wilcoxon dan Mann-Whitney U G.Uji Validitas dan Reliabilitas

Peneliti pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji validitas dan reabilitas karena skala pengukuran intensitas nyeri yang dipakai merupakan alat ukur yang sudah baku yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebelumnya.

1. Uji Validitas

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Li,Liu dan Herr (2007) yang diaplikasikan pada pasien pasca bedah menunjukkan validitas yang baik dengan menggunakan uji validitas intraclass correlation coefficients (ICCs) skala nyeri NRS (Numeric Rating Scale) menunjukkan hubungan kekuatan atau validitas 0,90 (Swarihadiyanti, 2014)

(57)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Li, Liu & Herr (2007) bahwa skala nyeri NRS (Numeric Rating Scale) menunjukkan reliabilitas lebih dari 0,95 (Swarihadiyanti, 2014)

H.Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data

Tahap pengolahan data diawali denggan data penelitian yang telah terkumpul kemudian dilakukan pemeriksaan data baik dari identitas responden maupun hasil pengukuran nyeri. Kemudian peneliti memberikan kode untuk mempermudah dalam proses pengolahan data. sebagai berikut. Dalam penelitian ini, variabel usia, jenis kelamin dan skala nyeri dilakukan pengkodean. Kategori usia diberikan kode “1” untuk kategori remaja akhir (17-25 tahun), kode “2” untuk kategori dewasa awal (26-35 tahun), kode “3” untuk kategori dewasa akhir (36-45 tahun), kode “4” untuk kategori lansia awal (46-55 tahun) dank ode “5” untuk kategori lansia akhir (56-65 tahun).Pengkodean juga diberikan untuk karakteristik responden jenis kelamin dengan kode “1” untuk jenis kelamin laki-laki dan kode “2” untuk jenis kelamin perempuan.Pengkodean skala nyeridengan kode “1” untuk kategori

skalatidak nyeri, kode “2” untuk kategori ringan, kode “3” untuk kategori

sedang dan kode “4” untuk kategori berat.Selanjutnya peneliti memproses

(58)

2. Analisa Data

Setelah data terkumpulkan kemudian dilakukan analisa data secara univariat untuk menghitung distribusi frekuensi sehingga dapat diketahui gambaran karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin dan jenis operasi.Analisa bivariatuntuk menganalisa 2 dataskala data termasuk data ordinal sehingga menggunakan uji non parametrik.Untuk mengetahui perbedaan nilai pretest dan posttestpada kelompok teknik nafas dalan dan murrottal menggunakan uji Wilcoxon Sign Rank Test. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri sesudah dilakukan intervensi (posttest) nafas dalam dan murrottalmenggunakan uji Mann-Whitney U Test.

I. Etik Penelitian

Prinsip Manfaat (Beneficience)ini berarti bahwa klien bebas dari penderitaan, eksploitasi, memperhatikan risiko yang akan terjadi, dan keuntungan yang akan didapatkan klien.Manfaat penelitian untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien yang sedang menjalani perawatan luka . Tindakan yang diberikan merupakan tindakan keperawatan alternatif yang tidak memiliki risiko cedara dan merugikan.

(59)

menghentikan proses intervensi dan memutuskan untuk berhenti menjadi responden. Tidak ada unsur paksaan atau hukuman bagi klien yang menolak untuk menjadi responden penelitian, karena penelitian ini bersifat sukarela.

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran umum lokasi penelitian

Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul berdiri di atas luas lahan sekitar 5.700 m2, sejak berdiri tahun 1966 dengan status Rumah Bersalin Khusus Ibu dan Anak (RB-KIA) sampai tahun 1995 meningkat menjadi Rumah Sakit Khusus (RSK) yaitu Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) dan pada tahun 2001 menjadi Rumah Sakit Umum. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul mengijinkan RSKIA Muhammadiyah Bantul menjadi Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Bantul dengan memperhatikan surat ijin pengembangan RSKIA menjadi RSU nomor 167/ III.0.H/ 2001 tanggal 11 Agustus 2001 dan hasil pemeriksaan tim perijinan pelayanan kesehatan swasta dinas kesehatan Kabupaten Bantul tanggal 9 Oktober 2001 serta persyaratan untuk menyelenggarakan Rumah Sakit Umum telah dipenuhi. Oleh karena itu Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Muhammdiyah Bantul menjadi Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul.

(61)

Rumah sakit PKU Muhammadiyah mempunyai 6 bangsal perawatan yaitu: Al-fath dengan jumlah perawat sebanyak 4 orang, An-Nisa dengan jumlah perawat sebanyak 10 orang, Ar-Rahman dengan jumlah perawat sebanyak 15 orang, Al-Kahfi dengan jumlah perawat sebanyak 19 orang, Al-Insan dengan jumlah perawat sebanyak 18 orang, An-Nuur dengan jumlah perawat sebanyak 12 orang.

Peneliti melakukan penelitian di 4 bangsal yaitu: bangsal Al-Araaf, bangsal Al-Kautsar, bangsal Al-Kahfi dan bangsal Al-Insan yang mana terdapat pasien post operasi. Jenis operasi yang terbanyak adalah post abses perineal, abses inguinal, apendiktomi, prostaktomi, hernia umbilical, hernia femoral, kolostomi dan hemoroid.Biasanya dalam sehari peneliti mendapatkan 3 sampai 4 responden yang dilakukan perawatan luka.Selama perawatan luka perawat memberikan latihan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien.

B. Hasil Penelitian

(62)

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pasien post operasi yang mengalami nyeri sedang dengan skala 4-6 di RSU PKU Muhammadiyah Bantul Yogyakarta dengan jumlah 36 responden. Adapun karakteristik responden adalah sebagai berikut:

Tabel 3 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasrkanusia, jenis kelamin dan jenis operasi

NO Karakteristik

(63)

9responden (50%) pada kelompok nafas dalam dan dan sebanyak 14 responden pada kelompok murrottal (77,8%).Jenis kelamin mayoritas adalahlaki-laki dengan rincian pada kelompok teknik nafas dalam sebanyak 12 orang (66,7%) sedangkan dikelompok murrottal sebanyak 10 orang (55,6%) dan jenis operasi terbanyak adalah apendiktomi pada kelompok nafas dalam sebanyak 5 responden (27,8%) dan abses perineal pada kelompok murrottal sebanyak 4 responden (22,2%).

b. Gambaran tingkat nyeri responden pada kelompok nafas dalam dan kelompok murrottal

Tabel 4Distribusi tingkat nyeri pasien post operasi sebelum dan sesudah perawatan luka (n=36) di RSU PKU Muhammadiyah

Pretest Posttest Pretest Posttest

f % f % f % f %

(64)

2. Analisa Bivariat

Tabel 5Perbedaan skala nyeri pretest dan posttest pada kelompok nafas dalam dan kelompok murrottal dengan uji wilcoxon (n=36)

Pretest Posttest

Kelompok

Median (minimum-maksimum)

Median (minimum-maksimum)

p

Nafas Dalam (n=18) 5 (4-6) 3 (2-5) 0,000

Murrottal(n=18) 5 (4-6) 3 (2-5) 0,000

P<0,05

(65)

Tabel 6 Hasil Analisa Perbedaan Skala Nyeri pada KelompokNafas dalam dan Kelompok Murrottal Setelah Intervensi(posttest) dengan Uji Mann-WhitneyU(n=36)

Skala Nyeri

Kelompok

P Nafas Dalam (n=18) Morottal (n=18)

Mean Rank Mean Rank

Posttest 17,78 19,22 0,656

P< 0,05

Tabel 6 menyajikan hasil uji Mann-Whitney U posttest pada kelompok nafas dalam dan murrottal diperoleh nilai p sebesar 0,656 (p>0,05). Hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa “tidak ada perbedaan bermakna antara

pemberian teknik nafas dalam dan murrottal terhadap skala nyeri pada pasien post operasi saat perawatan luka di RSU PKU Muhammadiyah Bantul.Teknik nafas dalam dan murrottal sama-sama efektif terhadap penurunan skala nyeri.

C. Pembahasan

1. Karakteristik Responden Penelitian a. Usia

(66)

mudahnya beradaptasi dengan lingkungan yang baru maka akan mempengaruhi respon pasien terhadap tingkat kecemasan, dimana kecemasan ini berbanding lurus dengan intensitas nyeri. Pada rentang usia dewasa pada umumnya aktif dan mempunyai masalah kesehatan.Usia berpengaruh terhadap sensitifitas nyeri yang disebabkan karena faktor fisiologi, perubahan biokimia dan perubahan mekanisme homeostatik dalam jalur somatosensorik yang berpengaruh terhadap pengolahan dan persepsi nyeri individu (Yezierski, 2012). Rasa nyeri yang dirasakan terletak pada aspek kemampuan dalam mengungkapkan secara verbal karena nyeri bersifat subjektif, hal ini sesuai dengan penelitian (Lewis et al, 2011), bahwa keadekuatan dan penanganan nyeri didasarkan pada laporan nyeri bukan berdasarkan pada usia.

b. Jenis Kelamin

(67)

laki-laki dan perempuan tidak mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap nyeri.

c. Jenis Operasi

(68)

2. Perbedaan tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik nafas dalam

Berdasarkan hasil penelitian responden pada teknik nafas dalam sebelum dilakukan intervensi rata-rata tingkat nyeri pada rentang nyeri sedang sebanyak 18 responden (100%) dan setelah dilakukan intervensi rata-rata rentang nyeri menurun menjadi nyeri ringan sebanyak 14 responden (77,8%). Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi pada kelompok pretest dan posttest sebesar 0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat pengaruh pemberian teknik nafas dalam terhadap penurunan skala nyeri.

Pada penelitian ini teknik nafas dalam diberikan ketika respondendilakukan perawatan luka.Peneliti memberikan instruksi kepada responden yang kemudian diminta untuk melakukan nafas pelan dan dalam melalui hidung selama 4 detik sambil menutup mata, dan menahan napas (inspirasi) secara maksimal selama 3 detik lalu menghembuskan melalui mulut yang dimonyongkan selama 5 detik dengan posisi berbaring terlentang atau miring kanan/kiri.

(69)

baik fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan. Teknik ini juga dapat menghilangkan nyeri post operasi, karena aktivitas-aktivitas di serat besar dirangsang oleh tindakan ini, sehingga rasa nyeri dapat menghilang.

Menurut Yusrizal, Zamzahar dan Anas (2012) mengatakan bahwa teknik relaksasi nafas dalam suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi. Keefektifan teknik nafas dalam untuk menurunkan nyeri telah dibuktikan oleh beberapa penelitian diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Wirya dan Sari (2013) yang menunujukkan bahwa, ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post appendiktomi di RS HKBP, Sumatera Utara dengan nilai signifikansi (p=0,017) yang mengatakan bahwa melakukan teknik nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien untuk mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat membantu pasien relaks dan juga meningkatkan kualitas tidur.

(70)

dirasakan oleh pasien turun menjadi nyeri kala 2, sehingga dari uji statistik Wilcoxon Signed Rank Test ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap intensitas nyeri pada pasien post-operasi sectio. Hasil penelitan ini sesuai dengan prinsip yang mendasari penurunan nyeri oleh teknik relaksasi nafas dalam yaitu terletak pada fisiologi sistem syaraf otonom yang merupakan bagian dari sistem syaraf perifer yang mempertahankan homeostatis lingkungan internal individu. Teknik relaksasi nafas dalam dipercaya dapat menurunkan intensitas nyeri melalui mekanisme relaksasi otot skelet yang mengalami spasme disebabkan oleh peningkatan prostalglandin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah yang kemudian meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemi ( Sujadmiko , 2013 ).

Gambar

Tabel   1. Desain penelitian two group pre-post test .....................................
Gambar 1: Skala pengukur Nyeri VAS
Gambar 2: Skala Pengukur Nyeri NRS
Gambar 3: Skala Pengukur Nyeri FRS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis juvenil udang di perairan Morosari; mengetahui kelimpahan juvenil udang, mengetahui keterkaitan antara kelimpahan dengan

Proses yang terjadi dalam pembuatan sabun disebut. sebagai saponifikasi (Girgis,

Shock merupakan komponen yang digunakan untuk meredam getaran dan goncangan yang berlebih pada jetski ketika kendaraan ini berjalan di darat.Jenis shock yang

PALI Tahun Anggaran 2016, dengan ini kami umumkan pemenang lelang pekerjaan tersebut diatas :.. Pemenang

[r]

Rumah gadang, sebagai warisan budaya masyarakat minangkabau, juga mewarisi tradisi masyarakatnya, tercermin dalam komponen bangunannya, salah satu komponen yang

Dari hasil penyelesaian model awal program linier ini didapatkan hasil bahwa nilai optimal tiap harinya untuk produk bakso dengan kemasan isi 20 butir sebesar 34 bungkus

(1990) telah menyenaraikan sebanyak 2,830 spesies pokok terdapat di Semenanjung Malaysia dengan diwakili 532 genus dan 100 famili dan daripada jumlah itu 746 spesies adalah