• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN IMPLEMENTASI PROSEDUR PERAWATAN LUKA POST OPERASI OLEH PERAWAT DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN IMPLEMENTASI PROSEDUR PERAWATAN LUKA POST OPERASI OLEH PERAWAT DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN IMPLEMENTASI PROSEDUR PERAWATAN LUKA POST OPERASI OLEH PERAWAT DI RSU

PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Naskah Publikasi

Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh: ZOLFIKA ANGGRAINI

20120320006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016

(2)
(3)

Description of Implementation Procedures Postoperative Wound Care by Nurses in General Hospital PKU Muhammadiyah Bantul. School of Nursing. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Gambaran Implementasi Prosedur Perawatan Luka Post Operasi Oleh Perawat Di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Zolfika Anggraini1, Fahni Haris2 1

Mahasiswa Fakultas Kedokteran UMY, 2Dosen PSIK UMY

Abstract

Wound care operations that are not in accordance with standard operating procedures (SOP) are at risk of surgical site infection in patients and the risk of bad also for nurse itself. The risk requires nurses to be obedient in action postoperative wound care in accordance with SOP. This research aims for knowing the implementation procedures postoperative wound care in the ward room General Hospital PKU Muhammadiyah Bantul.

This research was quantitative with descriptive observational approach. Sample size in this research was 58 nurses. The sampling technique used total sampling. Data analysis used descriptive statistics. Questionnaires and checklist of SOP in General Hospital PKU Muhammadiyah in Bantul used for research instrument.

The results showed 56 (96.6%) of nurse (n=58) had implemented postoperative wound care procedures in accordance with the SOP, while who were not in accordance with the SOP was 2 nurses (3.4 %) and the result from the preparation of tools and materials showed that all nurse (100%) had preparing tools and materials in accordance with the SOP, but there is 1 nurse used 1 tools and materials for 2 patient.

Nurses at general hospital PKU Muhammadiyah Bantul already implemented postoperative wound care procedures in accordance with the SOP and all nurses has prepared a tool for the treatment of postoperative wounds correctly and appropriate with SOP. Further research is expected to take the data with the involvement of other people in order to avoid the nurse did not feel watched so that the bias can be avoided .

(4)

Intisari

Perawatan luka operasi yang tidak sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) akan berisiko terkena infeksi luka operasi pada pasien dan berisiko buruk pula untuk perawat itu sendiri. Resiko tersebut mengharuskan perawat untuk patuh dalam melakukan tindakan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prosedur implementasi perawatan luka post operasi di ruang rawat inap RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif observasional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 58 perawat. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling. Analisa data menggunakan deskriptif statistik. Instrument penelitian menggunakan kuesioner data demografi responden dan checklist SOP RSU PKU Muhammadiyah Bantul.

Hasil penelitian menunjukkan 56 perawat (96,6%) dari 58 perawat sudah melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP, sedangkan yang tidak sesuai dengan SOP 2 perawat (3,4%) dan dari hasil persiapan alat dan bahan menunjukkan bahwa semua perawat (100%) sudah menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan SOP, tetapi ada 1 perawat yang menggunakan 1 alat untuk 2 pasien.

Sebagian besar perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul sudah melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP dan seluruh perawat sudah menyiapkan alat untuk perawatan luka dengan benar dan sesuai SOP. Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengambil data dengan melibatkan orang lain untuk menghindari agar perawat tidak merasa diawasi sehingga bias dapat terhindari.

Kata Kunci: Implementasi Perawatan Luka, Post Operasi, Standar Operasional Prosedur

(5)

PENDAHULUAN

Luka operasi adalah luka akut yang dibuat oleh ahli bedah yang bertujuan untuk terapi atau rekonstruksi1. Penatalaksanaan perawatan luka post operasi pada saat ini masih belum optimal, hal ini ditunjukkan dengan belum patuhnya perawat dalam melakukan prosedur perawatan luka post operasi dengan benar seperti melakukan perawatan luka operasi dengan 1 set medikasi digunakan untuk pasien secara bersama-sama (banyak pasien), perawat tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan medikasi, perawat tidak memperhatikan tehnik steril seperti tidak memakai sarung tangan steril saat medikasi2. Perawatan luka sesuai dengan prosedur dan dengan teknik aseptik dapat mencegah infeksi luka operasi (ILO)3. Infeksi luka operasi merupakan salah satu indikator mutu dari suatu rumah sakit. Infeksi luka operasi atau infeksi tempat pembedahan (ITP) adalah Infeksi yang terjadi dalam waktu

30 hari post operasi atau dalam kurun satu tahun apabila terdapat implant. Sumber bakteri pada ILO dapat berasal dari pasien, dokter, tim kesehatan, lingkungan dan termasuk juga instrumentasi4.

Data yang diperoleh dari National

Nosocomial Infection Surveillence

(NNIS) United states of Amerika

mengindikasikan bahwa ILO merupakan infeksi ketiga tersering yang terjadi di rumah sakit sekitar 14-16% dari total pasien di rumah sakit mengalami ILO5. Survey World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa angka kejadian ILO atau Surgical Site Infection (SSI) di dunia berkisar antara 5% sampai 34%6. Menurut DEPKES RI tahun 2001 angka kejadian ILO pada rumah sakit di Indonesia bervariasi antara 2,30-18,30 %

7

. Di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta kejadian ILO mencapai 17% dan menduduki urutan kedua tersering setelah

(6)

Observasi yang dilakukan pada 4 orang perawat saat studi pendahuluan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul terkait dengan penerapan SOP perawatan luka didapatkan hasil yaitu kurang patuhnya perawat terhadap penerapan SOP perawatan luka post operasi, hal ini dibuktikan 3 dari 4 orang perawat tidak memakai alat pelindung diri seperti masker dan hanya memakai 1 sarung tangan. Hasil wawancara dari dua perawat PKU Muhammadiyah Bantul tentang ketidakpatuhan perawat dalam prosedur perawatan luka, didapatkan hasil bahwa perawat sering lupa prosedur perawataan luka saat melakukan perawatan luka sedangkan SOP perawatan luka sudah diletakkan di map

di nurse station dan sudah

disosialisasikan setiap meeting morning.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif observasional.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena dalam menemukan ide baru yang dilakukan dengan cara melihat implementasi perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP yang dilakukan oleh perawat9. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana di kelas II dan III di bangsal Al Araaf, Al Kautsar, Al Kahfi, Al Insan RSU PKU Muhammadiyah Bantul yakni sebanyak 58 perawat. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan

total sampling yaitu seluruh perawat

pelaksana.

Instrument yang digunakan dalam penlitian ini menggunakan kuesioner data demografi responden dan checklist SOP yang telah ditetapkan di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tersebut. Pengambilan data melalui pengamatan langsung pada setiap implementasi prosedur perawatan luka post operasi yang di lakukan di ruang rawat inap kelas II dan III bangsal Al Araaf, Al Kautsar,

(7)

Al Kahfi, Al Insan RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Penelitian dilakukan pada tanggal Mei-Juni 2016. Data yang sudah terkumpul sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu harus diolah sehingga menjadi informasi. Data dari penelitian ini akan dianalisis menggunakan uji univariat, yaitu analisis yang dilakukan bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel yang akan diteliti dan kemudian akan dianalisa secara deskripsi dalam bentuk frekuensi dan persentase seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja dan kriteria hasil implementasi perawatan luka sesuai SOP.

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini melihat kesesuain perawat dalam melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi berdasarkan SOP, menggunakan sampel yang berjumlah 58 perawat. Karakteristik perawat terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja.

Subjek dalam penelitian adalah perawat yang melakukan implementasi prosedur perawatan luka pada pasien post operasi di Ruang Rawat Inap kelas II dan III di RSU PKU Muhammadiyah Bantul yang berjumlah 58 perawat pelaksana. Adapun karakterisktik perawat yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja.

(8)

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi keberhasilan dalam melakukan implementasi perawatan luka post operasi sesuai sop berdasarkan karakteristik perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul

No Implementasi prosedur

perawatan luka post operasi

Jumlah

Karakteristik Sesuai Tidak sesuai

F % F % F % 1 Usia Dewasa awal 47 81,0 % 0 0 % 47 81,0 % Dewasa akhir 9 15,5 % 2 3,5 % 11 19,0 % 2 Jenis kelamin Laki-laki 14 24,1 % 0 0 % 14 24,1 % Perempuan 42 72, 4 % 2 3,5 % 44 75,9 % 3 Pendidikan D3 47 81,0 % 2 3,5 % 49 84,5 % S1 9 15,5 % 0 0 % 9 15,5 % 4 Masa kerja <5 19 32,8 % 0 0% 19 32,8 % >5 37 63,7 % 2 3,5 % 39 67,2 % Total 56 96,5% 2 3,5% 58 100%

Sumber: Data Primer, 2016 Dari tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 58 responden, perawat terbanyak berusia dewasa awal yaitu berjumlah 47 perawat (81,0%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu 44 perawat (75,9%), tingkat pendidikan terbanyak berpendidikan D3 yaitu sebanyak 49 perawat (84,5%) dan masa kerja terbanyak adalah di atas 5 tahun yaitu sebanyak 39 perawat (67,2%). Tabel 4.1 juga menunjukkan hasil bahwa perawat yang melakukan perawatan luka post

operasi tidak sesuai prosedur berdasarkan karakteristik perawat yaitu dewasa akhir sebanyak 2 perawat (3,5%), berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan sebanyak 2 perawat (3,5%), berpendidikan D3 sebanyak 2 perawat (3,5%) dan masa kerja lebih dari 5 tahun sebanyak 2 perawat (3,5%).

(9)

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi perawat dalam mempersiapkan alat dan bahan perawatan luka post operasi berdasarkan karakteristik perawat di RSU PKU Muhammadiyah Bantul

No Persiapan alat dan bahan

perawatan luka post operasi

Jumlah

Karakteristik Sesuai Tidak sesuai

f % F % f % 1 Usia Dewasa awal 47 81,0 - - 47 81,0 Dewasa akhir 11 19,0 - - 11 19,0 Total 58 100 - - 58 100 2 Jenis kelamin Laki-laki 14 24,1 - - 14 24,1 Perempuan 44 75,9 - - 44 75,9 Total 58 100 - - 58 100 3 Pendidikan D3 49 84,5 - - 49 84,5 S1 9 15,5 - - 9 15,5 Total 58 100 - - 58 100 4 Masa kerja <5 19 32,8 - - 19 32,8 >5 39 67,2 - - 39 67,2 Total 58 100 - - 58 100

Sumber: Data primer, 2016 Tabel 4.2 menunjukkan hasil bahwa seluruh perawat yang berjumlah 58 perawat (100%) sudah melakukan persiapan alat dan bahan sesuai dengan SOP. Dilihat dari usia dewasa awal dan dewasa akhir, jenis kelamin laki-laki dan perempuan, berpendidikan D3 dan S1,

dan masa kerja <5 tahun dan >5 tahun sudah menyiapkan alat dan bahan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP, tetapi ada 1 perawat yang menggunakan 1 alat dan bahan untuk 1 pasien.

PEMBAHASAN

1. Keberhasilan dalam melakukan implementasi perawatan luka post operasi sesuai SOP berdasarkan karakteristik perawat

Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan hasil perawat yang melakukan implementasi prosedur perawatan luka

(10)

post operasi yang sesuai dengan SOP yaitu perawat dengan usia dewasa awal sebanyak 47 perawat karena dari hasil observasi peneiti pada usia dewasa awal (20-40 tahun) masih memiliki daya ingat yang kuat dan semangat untuk bekerja lebih besar daripada usia yang sudah memasuki dewasa akhir, seperti yang dijelaskan juga oleh Monks (2000) bahwa secara fisiologis pertumbuhan dan perkembangan seseorang dapat digambarkan dengan pertumbuhan umur10. Dengan peningkatan umur diharapkan terjadi peningkatan kemampuan motorik sesuai dengan tumbuh kembangnya yang identik dengan semangat tinggi dan tenaga yang prima. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Permatasari (2013) yang mendapatkan hasil perawat yang berusia dewasa awal melaksanaan

universal precaution dengan kategori

baik11. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Syahrizal, Karim dan Nauli (2015) bahwa perawat yang

melaksanakan universal precaution

dengan kategori baik adalah dewasa awal, hal ini dikarenakan dewasa awal adalah usia yang produktif untuk bekerja, pada usia ini seorang perawat dapat melakukan berbagai tindakan keperawatan khususnya tindakan pemasangan infus12. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Wibowo (2013) yang menyebutkan bahwa perawat yang menggunakan sarung tangan lebih banyak pada usia dewasa awal (kurang dari 30 tahun)13.

Hasil penelitian Kusumaningtiyas, Kristiyawati & Purnomo (2013) menunjukkan bahwa usia dewasa akhir lebih patuh dalam melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan, hal ini dapat terjadi karena menurut Kusumaningtiyas, Kristiyawati & Purnomo (2013) semakin tingginya usia seseorang maka proses pemikirannya lebih matang dan semakin lanjutnya usia seseorang semakin lebih bertanggung jawab dan lebih tertib14.

(11)

Penelitian Kusumaningtiyas, Kristiyawati & Purnomo (2013) tentu berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh peneliti yang mendapatkan hasil bahwa pada usia dewasa akhir ada 2 orang perawat yang melakukan implementasi perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP dikarenakan pada usia dewasa akhir (41-60 tahun) biasanya mulai mengalami penurunan fungsi fisiologis yang dapat menyebabkan kurang baiknya dalam melakukan suatu aktivitas. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa perawat yang memiliki usia dewasa akhir melakukan implementasi perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP dengan alasan perawat sering lupa dengan

checklist SOP yang ada di rumah sakit

tersebut seperti perawat lupa menutup tirai untuk menjaga privasi pasien, perawat tidak menyiapkan pasien pada posisi nyaman, perawat mencuci tangan dan memakai sarung tangan di nurse

station. Hasil ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan oleh Adisetiawan (2010) yang menjelaskan pada usia-usia yang relatif tua, meskipun sudah memiliki pengalaman kerja yang lebih banyak, namun kondisi fisik yang menurun mengakibatkan penurunan produktivitas15. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang didapatkan oleh Kusumaningtiyas, Kristiyawati & Purnomo (2013) bahwa usia dewasa akhir lebih patuh dalam melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan14.

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti di RSU PKU Muhammadiyah Bantul dengan 58 perawat didapatkan bahwa sebagian besar perawat adalah perempuan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 2 perawat yang melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi yang tidak sesuai dengan SOP adalah perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Setyobudi

(12)

(2013) mendapatkan hasil bahwa perempuan memiliki tingkat kepatuhan lebih tinggi dari pada pria karena perempuan memiliki sifat yang sabar, tekun dan telaten16. Hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti dengan Setyobudi (2013) terdapat perbedaan, hal ini berbeda dengan hasil peneliti dikarenakan proporsi perempuan dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih banyak dibandingkan laki-laki sehingga frekuensi untuk melakukan kesalahan oleh perempuan pun akan lebih besar dari pada laki-laki. Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Bawelle (2013) bahwa perawat yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak daripada perawat yang berjenis kelamin laki-laki17. Penelitian ini juga memiliki kesamaan dengan teori yang dikemukakan oleh Rolinson dan Kish (2010) bahwa jenis kelamin perawat didominasi oleh perempuan, karena dalam sejarahnya keperawatan muncul sebagai peran care taking (pemberi

perawatan) secara tradisional di dalam keluarga dan masyarakat18.

Berdasarkan tabel 4.1 tingkat pendidikan perawat yang melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi yang tidak sesuai dengan SOP yaitu D3 sebanyak 2 orang. Seperti yang kita ketahui bahwa semakin tingginya pendidikan yang ditempuh oleh seseorang maka semakin tinggi juga pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan, sehingga akan semakin baik juga suatu pelayanan atau tindakan yang akan dilakukan oleh orang tersebut. Hal ini juga dijelaskan oleh Wola (2013) bahwa penataan pendidikan perawat adalah menuju tatanan profesionalisme dan globalisasi19. Rendahnya pendidikan dan pengalaman seseorang maka semakin rendah pelayanan keperawatan dan daya saing perawat tersebut dengan perawat asing. Tetapi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ali (2012) didapatkan bahwa perawat yang berpendidikan D3 yang melaksanakan implementasi

(13)

prosedur perawatan luka post operasi sudah tergolong baik dan sesuai dengan SOP20. Hasil penelitian yang didapatkan oleh Ali (2012) dengan yang dilakukan oleh peneliti terdapat sedikit perbedaan, hal ini bisa terjadi karena saat peneliti melakukan observasi 2 perawat yang melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP masih mengabaikan hal kecil tetapi sangat besar dampaknya untuk pasien bahkan untuk perawat itu sendiri, Perawat tidak melakukan beberapa prosedur sesuai dengan SOP seperti contoh perawat tidak menjaga privasi pasien, perawat tidak menyiapkan pasien pada posisi nyaman, perawat memakai sarung tangan dari nurse station dan perawat menjelaskan bahwa antara materi dan realita di lapangan kerja itu berbeda, sehingga dampaknya perawat jadi mengabaikan pentingnya melaksanakan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP. Hal ini terbukti bahwa kurangnya pengetahuan

perawat tentang pentingnya melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sesuai SOP.

Berdasarkan tabel 4.1 penelitian menunjukkan bahwa perawat yang melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP yaitu perawat dengan masa kerja kurang dari 5 tahun dan yang tidak sesuai dengan SOP yaitu lebih dari 5 tahun sebanyak 2 perawat. Hal ini bisa terjadi karena ada kaitannya dengan usia perawat yang semakin bertambah dan pendidikan perawat yang masih rendah sehingga masa kerja yang lama pun tidak menjadi patokan seseorang akan melakukan suatu pekerjaan dengan baik, seperti dari hasil observasi yang peneliti lakukan didapatkan hasil bahwa perawat yang masa kerjanya lebih lama melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP. Setiyobudi (2013) menjelaskan bahwa perawat dengan pengetahuan yang tinggi dengan lama

(14)

kerja yang masih rendah cenderung memiliki kepatuhan lebih tinggi dibandingkan perawat yang masa kerjanya lebih lama16. Penelitian ini juga didukung oleh Wola (2013) di RSU daerah Umbu Rara Meha Waingapu yang mendapatkan hasil bahwa perawat yang melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi yang tidak sesuai yaitu perawat yang masa kerjanya lebih dari 5 tahun19. Penelitian yang dilakukan oleh Hakim (2015) menunjukkan hasil yang berbeda dengan yang didapatkan oleh peneliti yaitu perawat yang masa kerjanya kurang dari 5 tahun melakukan perawatan luka tidak sesuai dengan SOP21. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa responden yang memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP, hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor-faktor lain seperti usia responden yang semakin lanjut,

pendidikan responden yang masih rendah dan ketidakpatuhan responden sehingga pelaksanaan implementasi prosedur perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP.

Berdasarkan tabel 4.1 peneliti melakukan observasi pada 58 perawat dan didapatkan hasil 56 perawat melakukan implementasi perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP, sedangkan yang melakukan implementasi perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP yaitu 2 perawat. Segala tindakan perawat yang akan dilakukan harus sesuai dengan SOP yang sudah ada di rumah sakit, begitu juga dengan implementasi perawatan luka post operasi harus dilakukan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan. Tindakan perawatan luka post operasi akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada protap yang telah ditetapkan seperti membaca rekam medis pasien, menyiapkan alat, mencuci tangan

(15)

sebelum melakukan tindakan dan lain sebagainya.

Ali (2012) menyatakan bahwa perawatan luka yang baik akan berdampak pada mutu pelayanan keperawatan serta kepuasan bagi penerima pelayanan keperawatan dan dapat mencegah timbulnya infeksi paska bedah apabila perawatan luka dilakukan sesuai dengan SOP20. Perawatan luka post operasi tidak dapat dilepaskan dari peran perawat sebagai tenaga kesehatan, sebagai salah satu sarana kesehatan dalam memberikan perawatan baik dalam bentuk fisik maupun psikologis, selain kinerja yang baik agar perawatan luka dapat dilakukan sesuai dengan SOP harus didukung pula oleh kelengkapan alat di rumah sakit, agar tercapai implementasi luka post operasi dapat dilakukan dengan baik sehingga mutu pelayanan keperawatan akan menjadi baik.

Hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti perawat dalam melakukan perawatan luka post operasi pada

umumnya sudah melakukan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP, hanya ada 2 perawat yang melakukan perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP. Perawat yang melakukan implementasi prosedur perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya perawat sering mengabaikan hal kecil tetapi berdampak besar bagi perawat terutama bagi pasien, seperti dari observasi yang didapatkan oleh peneliti perawat tidak mencuci tangan sebelum berkontak dengan pasien, tapi perawat mencuci tangan sewaktu masih di nurse

station, selain itu perawat juga tidak

menjelaskan terlebih dahulu prosedur apa yang akan dilakukan, kemudian untuk alat perawatan luka didapatkan 1 dari 2 perawat yang melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP menggunakan 1 alat untuk 2 pasien, tindakan yang dilakukan oleh perawat yang melakukan implementasi perawatan

(16)

luka post operasi yang tidak sesuai ini sangat menyimpang dari prosedur perawatan luka. Perawat yang melakukan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP tentunya lebih banyak dari pada yang melakukan perawatan luka post operasi tidak sesuai dengan SOP yaitu sebanyak 56 perawat sudah melakukan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perawat sudah memiliki kepatuhan yang baik dalam melakukan tindakan khususnya perawatan luka post operasi karena perawat sudah mendapatkan training tentang perawatan luka post operasi. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti didapatkan bahwa sebelum dilaksanakan perawatan luka perawat terlebih dahulu akan diingatkan kembali tentang prosedur perawatan luka saat dilakukan preconference, selain itu checklist SOP juga sudah ditempelkan disetiap nurse station agar perawat bisa membaca dan mempelajari kembali

checklist SOP agar tidak terjadinya kesalahan atau ketidaksesuaian dalam pelaksanaan perawatan luka, sehingga dari hasil penelitian didapatkan perawat yang melakukan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP lebih banyak dari pada yang melakukan perawatan luka post operasi tidak sesuai.

Hasil penelitian ini serupa dengan hasil yang dilakukan oleh Hakim (2015) di ruang bedah RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo didapatkan hasil bahwa dari 30 perawat, 27 perawat sudah melakukan perawatan luka sesuai dengan SOP dan yang melakukan perawatan luka tidak sesuai dengan SOP yaitu 3 orang21. Kepatuhan perawat dalam melakukan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP didukung juga oleh faktor sikap yang baik dan kebiasaan. Notoatmojo (2012) menjelaskan bahwa sikap yang baik dan kebiasaan merupakan faktor yang ada dalam individu yang akan mempengaruhi tindakan yang akan dilakukan oleh

(17)

individu itu sendiri, sehingga dengan memiliki sikap yang baik dan kebiasaan yang baik maka perawat akan semakin terlatih dan mampu melakukan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP22.

2. Kesesuaian dalam persiapan alat dan bahan perawatan luka post operasi berdasarkan karakteristik perawat

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan hasil bahwa seluruh perawat berdasarkan karakteristik perawat mulai dari usia, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja sudah menyiapkan alat dan bahan untuk perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP. Persiapan alat dan bahan dalam perawatan luka post operasi terdiri dari 10 poin yakni menyiapkan medikasi set steril dalam bak steril, menyiapkan pinset anatomis, pinset cirurgis, 2 buah kom steril, gunting jaringan, hipavik/dressing luka transparan, gunting verban, kassa steril secukupnya, NaCl 0,9% dan bengkok/kantong plastik, alat dan bahan perawatan luka yang digunakan sudah disiapkan oleh CSSD

(Central Sterilization Supply

Department) dan perawat mengecek

ulang dengan menggunakan checklist SOP. Perawat sudah menyiapkan alat dan bahan sesuai dengan SOP karena perawat sudah memahami apa saja alat dan bahan yang digunakan pada saat perawatan luka. Notoadmojo (2010) menjelaskan bahwa memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tertentu, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut23. Pemahaman perawat tentang alat dan bahan dalam perawatan luka post operasi ini dapat memberikan dampak yang baik untuk perawatan luka dan proses penyembuhan luka pasien, selain itu juga berdampak positif pada keberhasilan perawat dalam menyiapkan alat dan bahan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP. Selain faktor pemahaman, faktor pengetahuan perawat juga mempengaruhi hasil keberhasilan

(18)

perawat dalam menyiapkan alat dan bahan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP. Pengetahuan perawat sudah masuk dalam kategori baik, hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian bahwa perawat sudah menyiapkan alat dan bahan apa saja yang digunakan dalam perawatan luka dengan benar. Menurut Notoadmojo (2010) menjelaskan pengetahuan adalah wawasan yang diperoleh secara formal dan non formal. Secara non formal didapatkan dari pendidikan pelatihan atau pengalaman yang merupakan bagian dari upaya meningkat pengetahuan23. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Anawati, Novitasari dan Mawardika (2013) yang mendapatkan hasil sebagian besar perawat memiliki pengetahuan baik tentang penerapan SOP alat pelindung diri24. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yulianti, Rosyidah dan Hariyono (2011) yang menunjukkan hasil bahwa tingkat

pengetahuan perawat dalam menerapkan penggunaan antiseptik dan desinfektan masuk dalam kategori baik25. Berbeda dengan penelitian yang didapatkan oleh Madyanti (2012) bahwa sebagian besar perawat berpengetahuan rendah dalam melepaskan sarung tangan sebelum meninggalkan area perawatan26.

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti mendapatkan hasil seluruh perawat yang berjumlah 58 perawat sudah menyiapkan alat dan bahan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP. Hal ini dikarenakan perawat sudah mendapatkan pelatihan tentang perawatan luka dan persiapan alat dan bahan dalam perawatan luka. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga & Tarigan (2012) bahwa seluruh perawat di RSUD Djasamen Saragih sudah menyiapkan alat untuk perawatan luka post operasi sesuai dengan karakteristik luka pasien7. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

(19)

Rohmayanti & Kamal (2015) yang menunjukkan bahwa keterampilan dan kepatuhan perawat meningkat setelah diberikan pelatihan tentang implementasi perawatan luka modern27.

Walaupun seluruh perawat sudah menyiapkan alat dan bahan perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP, tetapi dari hasil observasi implementasi perawatan luka yang dilakukan oleh perawat kurang tepat, hal ini ditunjukkan dari hasil yang didapat bahwa 1 perawat menggunakan 1 alat perawatan luka untuk 2 pasien. Hal ini bisa terjadi karena perawat tidak mematuhi aturan dalam perawatan luka, ini dapat dibuktikan karena perawat sudah mendapatkan pelatihan tentang perawatan luka dan persiapan alat dan bahan dalam perawatan luka, dan saat perawat melakukan perawatan luka perawat menggunakan pinset yang sama untuk pasien yang lain. Hal ini tentu berdampak buruk bagi pasien dan mutu pelayanan yang diberikan perawat. Hasil ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Hardayanti (2010) bahwa perawat kurang patuh saat melaksanakan tindakan perawatan luka post operasi, hal tersebut dibuktikan dengan kurang sesuainya prosedur tetap terutama pada penggunaan sarung tangan dan mencuci tangan, tindakan yang tidak sesuai ini dapat menyebabkan timbulnya infeksi nosokomial dan berdampak buruk pada kualitas kinerja perawat28. Menurut Rakhmawati (2010) menjelaskan bahwa mutu pelayanan yang baik adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati dan juga merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan dan tercapainya suatu tujuan29. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa gambaran implementasi prosedur perawatan luka post operasi oleh perawat di RSU PKU

(20)

Muhammadiyah Bantul adalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar responden di RSU PKU Muhammadiyah Bantul melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP yang sudah ada di RSU PKU Muhammadiyah Bantul tersebut.

2. Seluruh responden yang melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sudah menyiapkan semua alat dan bahan dengan benar dan sesuai dengan SOP yang telah ada.

SARAN

1. Bagi Intitusi Rumah Sakit

Diharapkan pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada tahap implementasi di RSU PKU Muhammadiyah Bantul dapat dipertahankan dan bila perlu ditingkatkan untuk mendukung

kualitas serta mutu pelayanan agar menjadi lebih baik lagi.

2. Bagi Profesi Keperawatan

Perawat diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan implementasi prosedur perawatan luka post operasi sesuai dengan SOP dan diharapkan perawat menggunakan 1 alat dan bahan untuk 1 pasien.

3. Peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti dengan mengambil data melibatkan orang luar atau keluarga pasien, sehingga perawat tidak mengetahui jika sedang diawasi sehingga hasil dimanipulasikan dapat terhindar.

DAFTAR PUSTAKA

1. Murtutik, L. dan Marjiyanto. (2013). Hubungan Kadar Albumin Dengan Penyembuhan Luka Pada Pasien Post Operasi Laparatomy Di Ruang Mawar Rumah Sakit Slamet Riyadi

(21)

Surakarta. Jurnal Ilmu Keperawatan

Indonesia, Vol. 6 (3).

2. Rosaliya, Y., Suryani, M., & Shobirun. (2011). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi nosokomial Pada Pasien Luka Post Operasi Di RSUD Tugurejo Semarang.

3. Musta’an, Supartono & Suwarni, A. (2011). Diffeerennce Effect Of Antibiotic Topical And Nacl 0,9% Compress For Wounded Lead Process Post Operation In Anggrek III Room Rsud Dr. Moewardi Surakarta. Jurnal Ilmu Kepawatan

Indonesia. Vol. 1 (1).

4. Setyarini, E. A., Barus, L. S., & Dwitari, A. (2013). Perbedaan Alat Ganti Verband Antara Dressing Set Dan Dressing Trolley Terhada P Resiko Infeksi Nosokomial Dalam Perawatan Luka Post Operasi. Jurnal

Kesehatan Stikes Santo Barromeus.

5. Faridah, I. N., Andayani , T. M & Inayati. (2012). Pengaruh Umur Dan Penyakit Penyerta Terhadap Resiko Infeksi Luka Operasi Pada Pasien Bedah Gastrointestinal. Jurnal Ilmiah Kefarmasian, Vol. 2 (2), pp

187-194.

6. Yuwono. (2013). Pengaruh Beberapa Faktor Risiko Terhadap Kejadian Surgical Site Infection (SSI) Pada Pasien Laparotomi Emergensi.

Jambi Medical Journal, Vol. 1 (1)

pp. 16-25.

7. Sinaga, M. dan Tarigan, R. (2012). Penggunaan Bahan Pada Perawatan Luka. Jurnal Keperawatan Klini, Vol. 2 (1).

8. Dahesihdewi, A. (2015). Surveilans HAI’s di Rumah Sakit. Disampaikan

saat Seminar CNE dan

Pengangkatan Sumpah Ners

Angkatan XXII

9. Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi

3. Jakarta : Salemba Medika.

10. Monks, F.J. (2000). Psikologi Perkembangan Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta : Gadjah

Mada University Press.

11. Permatasari, D. (2013). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Pelaksanaan Universal

Precaution. Ejournal

STIKESMUKLA.

12. Syahrizal, I., Karim, D, & Nauli, F. A. (2015). Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Universal Precautions dengan Penerapan Universal Precautions pada Tindakan Pemasangan Infus. Jurnal Online

Mahasiswa, Vol. 2 (1).

13. Wibowo, A. S., Suryani, M., & Sayono. (2013). Hubungan Karakteristik Perawat dengan Penggunaan Sarung Tangan pada Tindakan Invasif di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Jurnal Ilmu Keperawatan. Diakses 31 Agustus 2016, dari http://pmb.stikestelogorejo.ac.id/ejou rnal/index.php/ilmukeperawatan/arti cle/view/157

14. Kusumaningtiyas, S., Kristiyawati, S. P., & Purnomo, E. C. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di RS. Telogoejo Semarang. Diakses 2

September 2016, dari http://download.portalgaruda.org/arti cle.php?article=183539&val=6378& title=FAKTOR%20%C3%A2%E2% 82%AC%E2%80%9C%20FAKTOR %20YANG%20BERHUBUNGAN

(22)

%20DENGAN%20TINGKAT%20K EPATUHAN%20PERAWAT%20M ELAKUKAN%20CUCI%20TANG AN%20DI%20RS.TELOGOEJO%2 0SEMARANG 15. Adisetiawan, S. (2010). Pengaruh

Umur, Pendidikan, Pendapatan, Pengalaman Kerja Dan Jenis Kelamin Terhadap Lama Mencari Kerja Bagi Tenaga Kerja Terdidik Di Kota Magelang. Skripsi strata

satu, Universitas Diponegoro, Semarang.

16. Setyobudi, N. (2013). Hubungan

Pengetahuan Dan Lama Kerja Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Di RS. Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso Surakart. Tesis strata dua, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

17. Bawelle, S.C., Sinolungan J.S.V., & Hamel, R.S. (2013). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna. Ejurnal Keperawatan

(e-Kp), Vol. 1 (1).

18. Rollinson, D & Kish (2010). Care

concept in advanced nursing. St.

Louis. Mosby A Harcourt Health Science Company.

19. Wola, R.R.G. (2013). Gambaran

Pelaksanaan Perawatan Luka Post Apendiktomi Di Ruang Rawat Inap

Bogenvil Rumah Sakit Umum

Daerah Umbu Rara Meha

Waingapu. Skripsi strata satu,

Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga.

20. Ali, J.R. (2013). Gambaran Implementasi Perawatan Luka Post Operasi Oleh Perawat Sesuai

Standar Operasional Prosedur.

Skripsi strata satu, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

21. Hakim, Y. (2015). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Perawat Tentang Pelaksanaan Standar

Operasional Prosedur (SOP)

Perawatan Luka Di Ruang Bedah RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Skripsi strata satu, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo.

22. Notoatmodjo, S. (2012). Promosi

Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.

Jakarta : Rineka Cipta.

23. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta.

24. Anawati, K. R., Novitasari, D., dan Mawardika, T. (2013). Hubungan

Pengetahuan dan Sikap dengan

Kepatuhan Perawat dalam

Penggunaan Alat Pelindung Diri di

Rumah Sakit Umum Daerah

Ambarawa. Skripsi strata satu, STIKES Ngudi Waluyo, Semarang. 25. Yulianti., Rosyidah., & Hariyono,

W. (2011). Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Penerapan Universal Precaution pada Perawat di Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 5 (2). ISSN:

1978-0575.

26. Madyanti, D. R. (2012).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Bidan saat Melakukan Pertolongan Persalinan di RSUD Bengkalis Tahun 2012. Skripsi strata

satu, Universitas Indonesia, Jakarta. 27. Rohmayanti & Kamal, S. (2015).

(23)

Modern di RS Harapan Magelang.

The 2nd university Research Coloquium. ISSN: 2407-9189.

28. Hardayanti, H. K. (2010).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kepatuhan Perawat dalam

Penerapan Protap Perawatan Luka Post Operasi di Ruang Cendana RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Skripsi strata satu, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

29. Rakhmawati, W. (2010). Pengawasan dan Pengendalian dalam Pelayanan Keperawatan (Supervisi, Manajemen Mutu & Resiko).

Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan.

Gambar

Tabel  4.1  Distribusi  frekuensi  keberhasilan  dalam  melakukan  implementasi  perawatan  luka  post  operasi  sesuai  sop  berdasarkan  karakteristik  perawat  di  RSU  PKU  Muhammadiyah Bantul
Tabel  4.2  Distribusi  frekuensi  perawat  dalam  mempersiapkan  alat  dan  bahan  perawatan  luka  post  operasi  berdasarkan  karakteristik  perawat  di  RSU  PKU  Muhammadiyah Bantul

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil analisa univariat didapatkan gambaran pemenuhan kebutuhan spiritual care oleh perawat kepada pasien rawat inap RS PKU Muhammadiyah Bantul dalam jumlah yang sama yaitu

Data primer adalah data atau materi yang dikumpulkan oleh peneliti pada saat berlangsungnya suatu penelitian. Metode pengumpulan data primer tentang stress kerja

Dari hasil uji statistik univariat didapatkan dapat disimpulkan bahwa gambaran implementasi mobilisasi dini oleh perawat pada pasien post ORIF fraktur ekstermitas

Sikap yang baik perawat ini tercermin melalui hasil observasi peneliti terhadap beberapa orang perawat yang melakukan perawatan luka dimana perawat ruangan bedah telah

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di t iga Rumah Sakit daerah Temanggung didapatkan data yaitu: RSUD Temanggung sudah melakukan pijat oksitosin terhadap

Sebelum melakukan perawatan luka, saya menjelaskan kepada pasien tentang tujuan dari tindakan yang akan saya lakukan Saya mengatur posisi yang nyaman dan