• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA PERUBAHAN KUALITAS AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOAGULASI FLOKULASI SEDIMENTASI DAN FILTRASI (Studi Kasus Air Sungai Progo Sandangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISA PERUBAHAN KUALITAS AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOAGULASI FLOKULASI SEDIMENTASI DAN FILTRASI (Studi Kasus Air Sungai Progo Sandangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGUNAKAN MODEL KOAGULASI FLOKULASI

SEDIMENTASI DAN FILTRASI

(Studi Kasus Air Sungai Progo Sandangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta)

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

RYAN AHMAD DWI NUGROHO

20120110235

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(2)

TUGAS AKHIR

ANALISA PERUBAHAN KUALITAS AIR BAKU DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL KOAGULASI FLOKULASI

SEDIMENTASI DAN FILTRASI

(Studi Kasus Air Sungai Progo Sandangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta)

Disusun guna melengkapi persyaratan untuk mencapai derajat kesarjanaan Strata-1

Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh :

RYAN AHMAD DWI NUGROHO

20120110235

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

(3)

iii

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah

selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan

hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.

( QS. Al-Insyirah, 6-8 )

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena

di dalam mencoba itulah kita menemukan dan membangun kesempatan untuk

berhasil.

( Mario Teguh )

Keluarga adalah sebuah alasan terkuat untuk kita berjuang menyelesaikan

semua masalah dalam kehidupan.

(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tugas Akhir ini aku persembahkan untuk :

Allah SWT atas segala nikmat dan karunianya yang senantiasa diberikan kepadaku, dan kepada Rasulullah SAW yang senantiasa memberikan tuntunan kepada seluruh

umat muslim.

Kedua orang tuaku yang selalu memberi motivasi serta dukungan secara moral maupun material. Terima kasih atas kasih sayang yang telah diberikan kepadaku serta

pengorbanan yang telah dilakukan untukku.

Kakak dan adikku tercinta yang selalu mendoakan serta mendukung sepenuh hati.

Teman-teman kelompok TA (Mukhtar, Sigap, dan Teddy) serta teman-teman yang telah membantu dalam proses pelaksanaan dan penyelesaian Tugas Akhir ini.

Semoga dengan selesainya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta bagi teman-teman mahasiswa lainnya.

(5)

v

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat serta hidayah-Nya, penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul

“ANALISA PERUBAHAN KUALITAS AIR BAKU DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL KOAGULASI FLOKULASI SEDIMENTASI DAN FILTRASI (Studi Kasus: Air Sungai Progo Sandangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta)”. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan jenjang studi Strata S-1 di Fakulatas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Tentunya dalam proses pelaksanaan serta penyelesaian laporan ini penyusun mendapatkan banyak bantuan dari banyak pihak. Atas segala bimbingan, pengarahan, petunjuk serta saran-saran hingga selesainya Tugas Akhir ini, penyusun ingin mengucapkan terima sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Burhan Barid, ST., MT. selaku dosen pembimbing 1 Tugas Akhir ini.

2. Bapak Puji Harsanto, ST., MT., Ph.D. selaku dosen pembimbing 2 Tugas Akhir ini.

3. Bapak Nursetiawan, ST., MT., Ph.D. selaku dosen penguji Tugas Akhir ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Kedua orang tua serta kakak dan adikku atas segala dukungan, kasih sayang, dan do’a yang senantiasa tercurah sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

6. Teman-teman yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian laporan Tugas Akhir ini.

(6)

teman-vi

teman mahasiswa lainnya dalam menambah ilmu pada jenjang perkuliahan. Amin Ya Robal Alamin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Yogyakarta, Desember 2016

(7)

vii HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

INTISARI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 2

D. Batasan Masalah ... 2

E. Keaslian Penelitian ... 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5

A. Koagulasi dan Flokulasi ... 5

B. Sedimentasi ... 6

C. Filtrasi ... 6

BAB III LANDASAN TEORI ... 8

A. Pengertian Sungai dan Klasifikasi Sungai ... 8

B. Kriteria Baku Mutu Air ... 9

C. Pengertian Koagulasi Flokulasi ... 10

D. Koagulan ... 12

E. Sedimentasi ... 13

F. Filtrasi ... 13

G. Parameter Uji Kualitas Air ... 13

BAB IV METODE PENELITIAN ... 16

(8)

viii

B. Alat UjiWater Treatment ... 18

C. Lokasi Penelitian... 19

D. Waktu Penelitian ... 20

E. Sumber Data ... 20

F. Langkah-Langkah Penelitian ... 20

G. Metode Pengujian ... 24

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Perubahan Kualitas Air ... 25

1. Nilai Kekeruhan Air ... 25

2. Nilai Kadar DO ... 28

3. Nilai Kadar pH ... 31

B. Polutan Terendapkan Pada Alat Uji ... 34

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 35

B. Saran ... 35

(9)

ix

Tabel 5.1 Hasil Pengujian Kekeruhan ... 25

Tabel 5.2 Hasil Pengujian Kadar DO ... 28

Tabel 5.3 Hasil Pengujian Kadar pH ... 31

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Bagan Alir Tahapan Penelitian ... 17

Gambar 4.2 Skema alat potongan memanjang ... 19

Gambar 4.3 Skema alat ujiwater treatmenttampak depan ... 23

Gambar 5.1 Grafik kekeruhan pada menit ke-0 ... 25

Gambar 5.2 Grafik kekeruhan pada menit ke-10... 26

Gambar 5.3 Grafik kekeruhan pada menit ke-20 ... 26

Gambar 5.4 Grafik kekeruhan pada menit ke-30 ... 27

Gambar 5.5 Grafik kadar DO pada menit ke-0... 28

Gambar 5.6 Grafik kadar DO pada menit ke-10... 29

Gambar 5.7 Grafik kadar DO pada menit ke-20... 29

Gambar 5.8 Grafik kadar DO pada menit ke-30... 30

Gambar 5.9 Grafik kadar pH pada menit ke-0 ... 31

Gambar 5.10 Grafik kadar pH pada menit ke-10 ... 32

Gambar 5.11 Grafik kadar pH pada menit ke-20 ... 32

Gambar 5.12 Grafik kadar pH pada menit ke-30 ... 33

(11)

xi LAMPIRAN I Skema Alat

LAMPIRAN II Foto Alat Dan Bahan LAMPIRAN III Hasil Pengujian

(12)
(13)

xii

Air merupakan suatu kebutuhan utama bagi semua mahluk hidup di dunia terutama bagi manusia, dengan terus bertambahnya jumlah populasi manusia, maka kebutuhan air bersih yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari akan terus bertambah setiap harinya. Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat indonesia yang mengalami kekurangan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Seiring berkembangnya zaman, kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan serta semakin banyaknya kawasan industri membuat lingkungan sekitar menjadi tercemar. Limbah cair dari industri menyebabkan turunnya kualitas air sehingga air harus melalui tahap pengolahan sebelum bisa digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka dari itu diperlukan inovasi baru dalam hal proses pengolahan air untuk mengubah air baku menjadi air bersih. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perubahan kualitas air baku setelah mengalami proses pengolahan air menggunakan alat uji water treatment sistem koagulasi menggunakan tawas, flokulasi model zig-zag, sedimentasi bendung dan filtrasi pasir silika dengan parameter yang diuji meliputi kadar kekeruhan, kadar DO, dan kadar pH.

Pelaksanaan penelitian dimulai dari survei lapangan untuk menentukan air sampel sungai yang akan digunakan, proses pembuatan dan mempersiapkan alat uji, lalu pengambilan sampel air sungai untuk dilakukan pengujian di Laboratorium Teknik Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Air sungai dialirkan pada alat uji water treatment lalu diambil sampelnya pada menit ke-0, menit ke-10, menit-ke 20, dan menit ke-30. Masing-masing sampel diambil setelah air melewati media koagulasi-flokulasi, media sedimentasi, dan media filtrasi untuk selanjutnya dilakukan pengujian dengan parameter kadar kekeruhan, kadar DO, dan kadar pH, serta penjgujian kadar polutan terendapkan.

Hasil pengujian pada penelitian ini menunjukkan bahwa air Sungai Progo setelah mengalami proses pengolahan menggunakan alat uji water treatment menyebabkan terjadinya perubahan pada parameter yang diuji, meliputi : kadar kekeruhan menurun dari 53 NTU menjadi 2 NTU, kadar DO menurun dari 6,2 mg/l menjadi 5,3 mg/l, kadar pH menurun dari 7,0 menjadi 6,8. Kadar polutan terendapkan pada alat paling tinggi terdapat pada segmen 3 dimana terdapat polutan yang terendapkan yaitu sebanyak 3,1 mg.

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Air merupakan suatu kebutuhan utama bagi semua mahluk hidup di dunia terutama bagi manusia, dengan terus bertambahnya jumlah populasi manusia, maka kebutuhan air bersih yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari akan terus bertambah setiap harinya. Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat indonesia yang mengalami kekurangan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Seiring berkembangnya zaman, kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan serta semakin banyaknya kawasan industri membuat lingkungan sekitar menjadi tercemar. Limbah cair dari industri menyebabkan turunnya kualitas air sehingga air harus melalui tahap pengolahan sebelum bisa digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Berdasarkan PERMENKES RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010, air yang layak dipergunakan adalah air yang tidak berbau, berwarna dan berasa. Untuk mendapatkan air bersih kita dapat memanfaatkan sumber air baku seperti air hujan, air permukaan (air sungai, air danau, genangan air lainnya) dan air laut untuk diolah menjadi air bersih yang layak pakai.

(15)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisa perubahan kualitas air pada tiap segmen. a. Nilai kekeruhan air

b. Nilai kadar DO c. Nilai kadar pH

2. Mengetahui kadar polutan terendapkan pada alat uji untuk mengetahui segmen yang paling efektif dalam menurunkan nilai kekeruhan air.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi mengenai alternatif proses pengolahan air baku menjadi air bersih menggunakan alat uji water treatment dengan metode koagulasi menggunakan tawas, flokulasi model zig-zag, sedimentasi bendung, dan filtrasi pasir silika.

2. Dapat menarik minat mahasiswa lainnya untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.

3. Mengetahui kualitas Air Sungai Progo setelah dilakukan proses pengolahan air dengan menggunakan alat uji water treatment sederhana.

D. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Alat yang digunakan untuk pengujian dalan penelitian ini adalah alat uji

water treatment sederhana buatan penulis dan rekan-rekan, dengan media koagulasi menggunakan tawas (alumunium sulfat), flokulasi model zig-zag dengan bata ringan, media sedimentasi, dan filtrasi pasir silika.

2. Sampel air yang digunakan pada penelitian ini adalah air Sungai Progo. 3. Sampel air Sungai Progo yang digunakan diambil pada saat musim kemarau. 4. Larutan koagulan yang digunakan adalah tawas (alumunium sulfat) dengan

kadar ±100 mg/l

(16)

3

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang membahas mengenai pengolahan air sudah sangat banyak ditemukan saat ini, untuk itu penulis berinisiatif untuk mengembangkan penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya untuk mendapatkan sebuah alternatif baru proses pengolahan air yang lebih baik. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan pengolahan air salah satunya adalah : “Aplikasi Teknologi Filtrasi Menuju Desa Mandiri Air Bersih di Sumberwudi Karanggeneng

Kabupaten Lamongan”. Pada penelitian ini menggunakan bak sedimentasi volume

20 m3, bak roughing filter volume 8 m3, bak filtrasi volume 4 m3, dan bak penampungan akhir volume 12 m3. Waktu tinggal air pada bak sedimentasi ± 4 jam dan menghasilkan volume air bersih sebesar 72 m3/hari. Warna air sebelum diolah kecoklatan; pH 7,8; TDS 1850 mg/l; dan kekeruhan 25 NTU. Setelah dilakukan proses pengolahan air didapatkan hasil pH 7,5; TDS 400 mg/l; dan kekeruhan 4 NTU. Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian diatas adalah rancangan penelitian yang digunakan. Persamaan penelitian penulis dengan penelitian diatas adalah menggunakan sistem koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi (Sugito dan Pungut, 2012).

“Uji Model Fisik Water Treatment Sederhana dengan Gravity Filtering

System dengan Filtrasi Pasir” Studi kasus air tanah di Dusun Karang, Poncosari,

Srandakan, Bantul. Pada penelitian ini media yang digunakan adalah pasir yang telah lolos saringan no. 8 dan terahan pada saringan no. 10. Parameter yang diuji pada penelitian ini yaitu kadar DO, Fe, dan pH. Hasil dari penelitian ini adalah kadar Fe sebesar 1,25 mg/l, kadar DO sebesar 1,8 mg/l, dan pH sebesar 7,9. Hasil penelitian ini masih termasuk dalam kondisi tercemar karena kadar Fe tidak memenuhi syarat standar kualitas air yang telah ditetapkan KEPMENKES RI No. 907 tahun 2002 yaitu batas nilai Fe adalah 0,3 mg/l (Andriyanto, 2010).

“Uji Model Fisik Water Treatment Sederhana Sistem Koagulasi

Menggunakan Tawas Flokulasi Dengan Batuan Sedimentasi Bendung Dan Filtrasi

Kerikil”. Pada penelitian ini menggunakan koagulan tawas untuk proses

(17)

pada saringan no. 8 (2,36 mm) yang diletakan pada talang air ke-4 sepanjang 1,3 m dengan ketebalan kerikil 34 mm, filtrasi ini disebut juga sebagai Horizontal Roughing Filter. Parameter yang diuji pada penelitian ini adalah kekeruhan, DO, dan pH. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa setelah pengujian nilai kekeruhan air turun dari 162 NTU menjadi 10 NTU, pH mengalami peningkatan dari 6,4 menjadi 6,6, dan kadar DO mengalami peningkatan dari 4,9 mg/l menjadi 5,2 mg/l.

(18)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Koagulasi dan Flokulasi

“Pengaruh Penambahan Tawas Al2 (SO4) 3 dan kaporit Ca (OCL) 2 Terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Air Sungai Lambidoro” Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah karakteristik fisik air, temperatur, TDS, TSS, dan karakteristik kimia air (Cd terlarut, air raksa, timbal, sulfat, arsen, selenium, sianida, fluorida, amoniak bebas, nitrat, nitrit, BOD, COD, DO, tembaga, cobalt, sulfida, fospat, minyak dan lemak, deterjen dan fenol). Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan kaporit akan menurunkan nilai TDS, TSS, sianida, fluorida, ammonia, nitrit, BOD, sulfide, COD, fosfat, detergen, minyak dan lemak. Dan menaikkan kadar pH, sulfat serta kadar DO dalam air sungai yang diuji. Sedangkan penambahan tawas ternyata menurunkan kadar pH, TDS, TSS, sianida, ammonia, nitrit, BOD, COD, sulfida, detergen, minyak dan lemak, serta meningkatkan kadar sulfat, fluorida, serta kadar oksigen terlarut pada air sungai yang diuji. Pada penelitian ini didapatkan hasil kualitas air terbaik yaitu dengan penambahan 25 ppm tawas + 10 ppm kaporit (Aziz, Pratiwi, & Rethiana, 2013).

(19)

satunya dari 5,61 ppm menjadi 0,05 ppm; kadar mangan menurun salah satunya dari 0,344 ppm menjadi 0,014 ppm (Susanto, 2008).

B. Sedimentasi

“Penyisihan Fraksi Total Suspended Solid Air Limbah Industri Pada Unit Sedimentasi Berdasarkan Tipe Flocculent Settling”. Bahan air limbah yang digunakan adalah air limbah (IPAL). Penelitian ini dirancang untuk menentukan presentase penyisihan TSS skala laboratorium berdasarkan tipe flocculent settling

sehingga presentase penyisihan TSS, nilai waktu detensi, dan overflow rate dapat diprediksi berdasarkan kondisi karakteristik air limbah terkini. Metode penelitian dilakukan berdasarkan pengujian konsentrasi TSS air limbah hasil proses koagulasi flokulasi pada beberapa titik sampling per satuan waktu. Variasi presentase penyisihan adalah 10,20,30,40,50,60, dan 70%. Berdasarkan kurva isokonsentrasi, total penyisihan fraksi penyisihan terhadap nilai variasi presentasi penyisihan adalah 42,49; 56,79; 63,74; 70;43; 75,57; 78,21; 82,86%. Nilai tersebut menjadi acuan terhadap penentuan waktu detensi dan overflow rate unit sedimentasi (Wirasembada, & Kurniawan, 2015).

C. Filtrasi

“Penurunan Kandungan Mangan (Mn) Dari Dalam Air Menggunakan Metode Filtrasi”. Pada penelitian ini menggunakan dua jenis filtrasi dengan menggunakan filter dual media. Filter dual media yang digunakan yaitu filter pasir kwarsa-arang tempurung kelapa, dan filter pasir kwarsa-zeolit. Filtrasi dilakukan dengan sistem kontinyu dengan filter yang dibuat dari pipa PVC berdiameter 5 inch dan panjang 70 cm. Pengamatan dilakukan terhadap kemampuan media dalam menurunkan kandungan mangan dalam air. Sampel air yang digunakan adalah air simulasi yang dibuat dari MnSO4.H2O dengan konsentrasi rencana

(20)

7

(21)

8 BAB III

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sungai dan Klasifikasi Sungai

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai adalah jalur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air didalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Sungai sebagai wadah air mengalir selalu berada di posisi paling rendah dalam lansekap bumi. Mengingat posisinya selalu terletak paling rendah, kondisi sungai sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari kondisi daerah aliran sungai. Sungai memiliki fungsi yang amat penting bagi kehidupan manusia dan alam.

Sejarah telah mencatat bahwa sungai adalah tempat berawalnya peradaban. Sejak dahulu kala sungai telah dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Sungai memiliki berbagai fungsi bagi kehidupan manusia dan alam. Fungsi sungai bagi kehidupan manusia sangat banyak dan penting, antara lain pemanfaatan sungai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sanitasi lingkungan, pertanian, industri, pariwisata, olah raga, pertahanan, perikanan, pembangkit tenaga listrik, transportasi, dll. Demikian pula fungsinya bagi alam sebagai pendukung utama kehidupan flora dan fauna sangat menentukan.Kondisi ini perlu dijaga jangan sampai menurun. Oleh karena itu sungai perlu dipelihara agar dapat menjalankan fungsinya secara baik dan berkelanjutan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor Tahun 2011 tentang Sungai)

Karakteristik sungai berdasarkan sifat alirannya dapat dibedakan menjadi 3 macam tipe (Mulyanto, 2007 dalam Agustiningsih, 2012), yaitu:

1. Sungai permanen/perennial yaitu sungai yang mengalirkan air sepanjang tahun dengan debit yang relatif tetap. Dengan demikian antara musim penghujan dan musim kemarau tidak terdapat perbedaan aliran yang mencolok.

(22)

9

a. Spring fed intermiten river yaitu sungai intermitten yang sumber airnya berasal dari air tanah.

b. Surface fed intermitten river yaitu sungai intermitten yang sumber airnya berasal dari curah hujan atau pencairan es.

3. Sungai tidak permanen/ephemeral yaitu sungai tadah hujan yang mengalirkan airnnya sesaat setelah terjadi hujan. Karena sumber airnya berasal dari curah hujan maka pada waktu tidak hujan sungai tersebut tidak mengalirkan air.

B. Kriteria Baku Mutu Air

Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang di tenggang keberadaaannya dalam air (PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air). Untuk itu agar kualitas air tetap terjaga maka setiap kegiatan yang menghasilkan limbah cair yang akan di buang ke perairan umum atau sungai harus memenuhi standart baku mutu atau kriteria mutu air sungai yang akan menjadi tempat pembuangan limbah cair tersebut, sehingga kerusakan air atau pencemaran air sungai dapat dihindari atau dikendalikan (Yuliastuti, 2011).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menyebutkan bahwa klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu:

1. Kelas Satu : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas Dua : Air yang peruntukannnya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.

(23)

4. Kelas Empat : Air yang peruntukannnya dapat digunakan untuk mengairi pertamanan dan atau peruntukan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.

C. Pengertian Koagulasi dan Flokulasi

Koagulasi yaitu proses pencampuran koagulan (bahan kimia) atau pengendap ke dalam air baku dengan kecepatan perputaran yang tinggi dalam waktu yang singkat. Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air baku untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap secara gravimetri. Koagulasi merupakan proses pengolahan air dimana zat padat melayang ukuran sangat kecil dan koloid digabungkan dan membentuk flok-flok dengan cara penambahan zat kimia (misalnya PAC dan Tawas). Dari proses ini diharapkan flok-flok yang dihasilkan dapat di saring (Susanto, 2008).

Tujuan dari koagulasi adalah mengubah partikel padatan dalam air baku yang tidak bisa mengendap menjadi mudah mengendap. Hal ini karena adanya proses pencampuran koagulan kedalam air baku sehingga menyebabkan partikel padatan yang mempunyai padatan ringan dan ukurannya kecil menjadi lebih berat dan ukurannya besar (flok) yang mudah mengendap (Susanto, 2008).

Proses Koagulasi dapat dilakukan melalui tahap pengadukan antara koagulan dengan air baku dan netralisai muatan. Prinsip dari koagulasi yaitu di dalam air baku terdapat partikel-partikel padatan yang sebagian besar bermuatan listrik negatif. Partikel-partikel ini cenderung untuk saling tolak-menolak satu sama lainnya sehingga tetap setabil dalam bentuk tersuspensi atau koloid dalam air. Netralisasi muatan negatif partikel-partikel padatan dilakukan dengan pembubuhan koagulan bermuatan positif ke dalam air diikuti dengan pengadukan secara cepat (Susanto, 2008).

(24)

11

(agglomeration). Pengadukan lambat ini dilakukan secara hati-hati karena flok-flok yang besar akan mudah pecah melalui pengadukan dengan kecepatan tinggi (Susanto, 2008).

Proses koagulasi-flokulasi berlangsung dalam dua tahap yaitu : 1. Proses pengadukan cepat

Proses pengadukan cepat dimaksudkan untuk meratakan campuran antara koagulan dengan air buangan sehingga diperoleh suatu kondisi campuran yang homogen. Molekul-molekul serta partikel-partikel yang bermuatan negatif dalam air seperti koloid akan terlihat oleh molekul-molekul serta ion-ion yang bermuatan positif dari koagulan. Dalam proses pengadukan cepat diperlukan tenaga yang kuat dan waktu pengadukan yang cepat karena hidrolisa koagulasi terjadi sangat cepat dan destabilisasi partikel dalam waktu yang cepat. Waktu yang diperlukan untuk pengadukan cepat antara 1-5 menit, sedangkan gradien kecepatan > 300 det-1 (AWWA, 1964 dalam Elykurniati, 2010).

2. Proses pengadukan lambat

Proses pengadukan lambat bertujuan untuk mendapatkan partikel-partikel flokulan yang lebih besar dan lebih berat sehingga dapat mempercepat proses pengendapan. Waktu yang diperlukan untuk pengadukan lambat antara 10-30 menit, sedangkan gradien kecepatan 5-100 det-1 (AWWA, 1964 dalam Elykurniati, 2010).

Dalam pengolahan air, untuk mencapai proses koagulasi-flokulasi yang optimum diperlukan pengaturan semua kondisi yang saling berkaitan dan mempengaruhi proses tersebut. Koodisi-kondisi yang mempengaruhi antara lain adalah :

1. Pengaruh pH

Suatu proses koagulasi dapat berlangsung secara sempurna jika pH yang digunakan pada jarak tertentu sesuai dengan pH optimum koagulan dan flokulan yang digunakan (Susanto, 2008).

2. Pengaruh Suhu/Temperatur

(25)

lolos dari saringan, sedangkan pada suhu tinggi yang mempunyai kerapatan lebih kecil akan mengalir ke dasar kolam dan merusak timbunan lumpur (Susanto, 2008).

3. Konsetrasi Koagulan

Konsentrasi koagulan sangat perpengaruh terhadap tumbukan partikel, sehingga penambahan koagulan harus sesuai dengan kebutuhan untuk membentuk flok-flok. Jika konsentrasi koagulan kurang megakibatkan tumbukan antar partikel berkurang sehingga mempersulit pembentukan flok. Begitu juga sebaliknya jika konsentrasi koagulan terlalu banyak maka flok tidak terbentuk dengan baik dan dapat menimbulkan kekeruhan kembali (Susanto, 2008)

4. Pengadukan

Pengadukan yang baik diperlukan untuk memperoleh koagulasi dan flokulasi yang optimum. Pengadukan terlalu lamban mengakibatkan waktu pertumbuhan flok menjadi lama, sedangkan jika terlalu cepat mengakibatkan flok-flok yang terbentuk menjadi pecah kembali (Susanto, 2008)

D. Koagulan

Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan air untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya (Sutrisno, 2014 dalam Wityasari, 2015). Dalam penelitian ini menggunakan satu jenis koagulan, yaitu alumunium sulphate (tawas).

(26)

13

E. Sedimentasi

Proses sedimentasi adalah proses pengendapan flok yang telah terbentuk pada proses flokulasi akibat gaya gravitasi. Partikel yang mempunyai berat jenis lebih besar dari berat jenis air akan mengendap ke bawah dan yang lebih kecil akan mengapung atau melayang. Waktu yang dibutuhkan untuk pengendapan bervariasi, umumnya 30 menit sampai 4 jam semakin lama proses pengendapan air yang dihasilkan semakin bagus. Lumpur halus yang di endapkan sekitar 90 sampai 95% (BPSDM, 2014 dalam Wityasari, 2015).

F. Filtrasi

Filtrasi adalah proses pemisahan padatan dengan larutan, dimana larutan tersebut dilewatkan melalui suatu media berpori atau materi berpori lainnya untuk menyisihkan partikel tersuspensi yang sangat halus sebanyak mungkin. Proses ini dilakukan pada instalasi pengolahan air minum untuk menyaring air yang telah dikoagulasi dan diendapkan untuk menghasilkan air minum dengan kualitas yang baik (Saputri, 2011).

Filtrasi dapat digunakan dengan menggunakan beberapa jenis filter, antara lain: saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, bahkan dengan menggunakan teknologi membran. Pada pengolahan air minum umumnya dipergunakan saringan pasir cepat, karena filter jenis ini memiliki debit pengolahan yang cukup besar, penggunaan lahan yang tidak terlalu besar, biaya operasi dan pemeliharaan yang cukup rendah dan tentunya kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaan (Saputri, 2011).

G. Parameter Uji Kualitas Air

Parameter-parameter uji kualitas air menurut peraturan Menteri Kasehatan Republik Indonesia No : 492/MENKES/PER/IV/2010, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum adalah sebagai berikut :

1. Kekeruhan

(27)

berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel yang tersuspensi lainnya (Sutrisno, 2004 dalam Wityasari, 2015). Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan dapat disebabkan oleh bahan-bahan organik dan bahan organik baik tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir halus, plankton dan mikroorganisme. Kekeruhan pada sungai lebih dipengaruhi oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar yang hanyut terbawa oleh aliran air (Effendi, 2003 dalam Wityasari, 2015)

2. Oksigen terlarut (DO)

Oksigen terlarut merupakan salah satu unsur pokok pada proses metabolisme organisme, terutama untuk proses respirasi. Disamping itu juga dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas air (Odum 1971 dalam Wijaya, 2009). Pada umumnya oksigen terlarut berasal dari difusi oksigen dari udara ke dalam air dan proses fotosintesis dari tumbuhan hijau (Wijaya, 2009). Kecepatan difusi oksigen dari udara tergantung dari beberapa faktor seperti kekeruhan air, suhu, salinitas, pergerakan masa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang surut (Salmin 2005). Pengurangan oksigen terlarut disebabkan oleh proses respirasi dan penguraian bahan-bahan organik. Berkurangnya oksigen terlarut berkaitan dengan banyaknya bahan-bahan organik dari limbah indusri yang mengandung bahan-bahan yang tereduksi dan lainnya (Welch 1952 dalam Wijaya, 2009).

3. Derajat Keasaman (pH)

(28)

15

4. TSS (Total Suspended Solid)

(29)

16

A. Tahapan Penelitian

Tahap awal dalam melakukan penelitian ini dimulai dari studi pustaka yaitu mencari data serta informasi yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Selanjutnya melakukan survey lapangan dengan melakukan pengamatan fisik di beberapa air sungai yang nantinya akan dipilih sebagai air sampel pada penelitian. Kemudian mulai pembuatan alat uji water treatment

sederhana dengan segmen koagulasi, flokulasi, sedimentasi, dan filtrasi. Lalu melakukan simulasi pengujian menggunakan alat uji water treatment sederhana.

Setelah pembuatan alat uji water treatment sederhana selesai, maka langkah selanjutnya adalah mengambil sampel air sungai yang akan digunakan pada penelitian yaitu air sungai progo desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DI. Yogyakarta. Proses pengujian air sungai pada alat uji

(30)

17

Gambar 4.1 Bagan alir tahapan penelitian Mulai

Studi Pustaka

Persiapan :

1. Observasi lapangan 2. Bahan/Alat

Pengambilan Sampel

Pengujian Sampel Menggunakan Alat Uji

Pengambilan sampel hasil pengujian untuk diuji kekeruhan, kadar DO, pH di

BBTKLPP Yogyakarta

Analisis Data

Pembahasan dan Kesimpulan

Selesai

Pengambilan sampel hasil pengujian untuk diuji kadar

(31)

B. Alat Uji Water Treatment

Penelitian ini menggunakan alat uji water treatment sederhana dengan koagulasi menggunakan tawas, flokulasi model zig-zag, sedimentasi bendung, dan filtrasi pasir silika. Pembuatan alat uji water treatment ini berdasarkan ide dari sistem kerja pengolahan air di PDAM, lalu dibuat dengan skala yang lebih kecil sehingga dapat digunakan untuk dilakukan penelitian di laboratorium. Cara kerja alat uji water treatment yaitu dengan cara mengalirkan air sampel yang akan diuji menggunakan pompa air yang sudah diatur debit alirannya, yaitu sebesar 11 ml/detik. Bersamaan dengan mengalirnya air sampel ke alat uji, larutan tawas yang juga telah diatur debit tetesannya yaitu sebesar 0,26 ml/detik diteteskan ke alat uji agar terjadi proses koagulasi pada alat uji water treatment. Setelah air mengalami proses koagulasi maka selanjutnya air akan mengalir melalui bata ringan yang telah disusun model zig-zag pada talang air pertama dan talang air kedua dimana panjang tiap talang air pada alat uji yaitu sepanjang 2 meter. Aliran air yang melaju berkelok-kelok melewati bata ringan yang disusun model zig-zag bertujuan untuk proses pembentukan flok yang juga disebut sebagai proses flokulasi. Setelah melewati proses flokulasi selanjutnya air dibendung untuk mengendapkan padatan lumpur hasil dari proses flokulasi. Selanjutnya air yang telah melalui saluran sedimentasi disaring menggunakan media filtrasi pasir silika yang dimasukkan ke dalam tabung. Terakhir, air yang keluar dari tabung filtrasi masuk ke dalam bak penampung outlet.

(32)

19

Gambar 4.2 Skema alat potongan memanjang Keterangan :

a. Segmen 1 : Proses koagulasi-flokulasi, koagulasi menggunakan tawas, flokulasi model zig-zag menggunakan media bata ringan.

b. Segmen 2 : Unit sedimentasi.

c. Segmen 3 : Unit filtrasi menggunakan media pasir silika.

C. Lokasi Penelitian

(33)

untuk persiapan pengujian yaitu sebanyak ±125 liter. Sampel air hasil pengujian ini diujikan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta (BBTKLPP Yogyakarta).

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2016 dimulai dari studi pustaka, serta persiapan alat dan bahan. Pengambilan sampel air dilakukan pada sore hari tanggal 13 September 2016, selanjutnya pengujian sampel air pada alat uji water treatment dilakukan pada keesokan harinya yaitu pada tanggal 14 September 2016. Pengujian hasil sampel air dilakukan di BBTKLPP Yogyakarta pada tanggal 14 September 2016 dan data hasil pengujian dikeluarkan pada tanggal 7 Oktober 2016.

E. Sumber Data

Sumber-sumber data diperoleh dari : 1. Data Primer

Data primer didapatkan dari hasil pengujian menggunakan alat uji water treatment sederhana dengan parameter pengujian yaitu kadar DO, pH, dan kekeruhan.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung. Pada penelitian ini sumber data sekunder yang digunakan adalah Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 416 tahun 1990 dan Peraturan Mentri Republik Indonesia No. 492 tahun 2010

F. Langkah-Langkah Penelitian

1. Persiapan alat

(34)

21

berfungsi sebagai penyalur air dari talang atas ke talang yang ada dibawahnya.

b. Botol plastik 500 ml yang telah dimodifikasi dengan melubangi bagian bawah botol dan melubangi bagian tutup botolnya. Bagian bawah botol dilubangi untuk memasukkan larutan tawas ke botol, bagian tutup botol dilubangi lalu dipasang selang yang telah terpasang pengatur debit agar larutan tawas yang masuk ke alat pengujian dapat diatur debitnya.

c. Bak penampung air sebanyak 2 buah yang berfungsi untuk tempat sampel air inlet dan outlet.

d. Pompa air dan pipa diameter 0,5 inch dengan panjang 2 meter yang berfungsi untuk mengalirkan sampel air ke alat uji.

2. Bahan yang digunakan a. Sampel air

Sampel air yang digunakan pada penelitian ini adalah air Sungai Progo Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupeten Bantul, Yogyakarta. b. Bahan untuk koagulasi flokulasi

Bahan yang digunakan untuk koagulasi adalah tawas (alumunium sulfat)

dengan kadar 2 gram tawas dalam 400 ml air. Debit aliran larutan tawas yang digunakan yaitu 0,26 ml/dtk. Bahan yang digunakan untuk media flokulasi adalah bata ringan dengan ukuran 20 x 10 x 5 cm yang disusun zag pada talang air dengan jarak antar bata yaitu 5 cm. Susunan zig-zag bata ringan ini dipasangkan pada talang air pertama dan kedua supaya mendapatkan hasil pengadukan yang optimal.

c. Bahan untuk sedimentasi

Bahan yang digunakan untuk sedimentasi adalah bendung yang dibuat dengan cara mencetak beton setinggi 7 cm. Bendung di pasangkan pada talang air ketiga dengan jarak 1,5 meter dari bagian hulu talang air.

d. Bahan untuk filtrasi

(35)

Pasir silika yang dimasukkan ke dalam pipa PVC 4,5 inch sebagai media filtrasi yaitu setinggi 30 cm.

3. Pelaksanaan penelitian

a. Menentukan kadar tawas optimum dengan langkah sbb: 1) Melarutkan 2 gram tawas ke dalam 200 ml air

2) Mengambil larutan tawas sebanyak 5 ml, 10 ml, dan 15 ml, lalu dimasukan kedalam tiga sampel air sungai yang akan di uji sebanyak 1000 ml.

3) Mengaduk tiap sampel air sungai yang sudah dicampurkan larutan tawas selama 1 menit.

4) Amati tiap sampel air setelah didiamkan selama 10 menit, 20 menit, dan 30 menit.

5) Menentukan kadar optimum tawas yang akan digunakan untuk penelitian dengan cara mengamati sampel air yang telah dicampur larutan tawas secara kasat mata, sampel air manakah yang mengalami proses flokulasi tercepat lalu memilih kadar tawas yang seminimal mungkin.

b. Menentukan debit pompa air untuk aliran inlet dan debit penetes larutan tawas.

c. Mengambil sampel air hasil pengujian pada alat uji water treatment

(36)

23

Gambar 4.3 Skema alat uji water treatment tampak depan

Langkah-langkah pengambilan sampel aih hasil pengujian adalah sebagai berikut:

1) Sampel inlet diambil dari air pada bak penampung inlet yang telah dialirkan menggunakan pompa air menuju alat uji.

2) Sampel titik 1 menit ke-0 diambil setelah air mengalir di alat uji dan mengalami proses koagulasi flokulasi pada segmen 1. Air diambil sampelnya pada pipa yang menghubungkan segmen 1 dengan segmen 2.

3) Sampel titik 2 menit ke-0 diambil setelah air mengalami proses sedimentasi pada segmen 2. Air diambil sampelnya pada pipa pada segmen 2 sebelum memasuki segmen 3.

4) Sampel titik 3 menit ke-0 diambil setelah air mengalami proses filtrasi, yaitu setelah air keluar dari tabung filtrasi pada segmen 3.

(37)

d. Sampel air hasil uji pada setiap titik diambil diambil sebanyak 1500 ml untuk dianalisis kadar kekeruhan, DO, dan pH di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta (BBTKLPP Yogyakarta) serta pengambilan polutan lumpur yang tertinggal pada alat uji untuk mengetahui efektifitas segmen yang dapat meninggalkan polutan lumpur pada alat uji.

G. Metode Pengujian

Pada penelitian ini pengujian hasil sampel dilakukan di BBTKLPP Yogyakarta. Metode yang digunakan BBTKLPP Yogyakarta untuk pengujian kekeruhan yaitu dengan menggunakan alat netelometer metode uji SNI 06-6989.25-2005. Pengujian DO menggunakan alat DO meter hach model 16046 dengan metode APHA 2012, Section 4500-OG. Pengujian pH menggunakan metode uji SNI 06-6989.11-2004.

(38)

25 BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Perubahan Kualitas Air

1. Nilai Kekeruhan Air

Setelah dilakukan pengujian nilai kekeruhan air yang dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta (BBTKLPP Yogyakarta), maka didapatkan data nilai kekeruhan air seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.1 Hasil pengujian kekeruhan Segmen Kekeruhan

Sumber : Hasil Pengujian, 2016 (dalam lampiran III)

Gambar 5.1 Grafik kekeruhan pada menit ke-0 53

Inlet Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

(39)

Gambar 5.2 Grafik kekeruhan pada menit ke-10

Gambar 5.3 Grafik kekeruhan pada menit ke-20 53

Inlet Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

Ke

Inlet Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

(40)

27

Gambar 5.4 Grafik kekeruhan pada menit ke-30

Berdasarkan Tabel dan Gambar diatas dapat dilihat bahwa pada menit ke-0 terjadi penurunan nilai kekeruhan air pada segmen 1 dan segmen 2, namun terjadi peningkatan nilai kekeruhan pada segmen 3. Hal ini terjadi akibat pasir silika pada segmen 3 yang digunakan sebagai media filtrasi masih terdapat serpihan pasir berdiameter kecil sehingga terbawa aliran air dan mempengaruhi kekeruhan air uji. Pada menit ke-10, menit ke-20, dan menit ke-30 nilai kekeruhan mengalami penurunan pada tiap segmen. Hal ini terjadi karena sebagian besar lumpur pada air uji mulai tertinggal pada pasir silika yang digunakan sebagai media filtrasi pada segmen 3. Penurunan kekeruhan air setelah diuji selama 30 menit dari inlet sebesar 53 NTU turun mencapai 2 NTU menunjukan bahwa proses pengolahan air menggunakan alat uji water treatment efektif dalam mengurangi tingkat kekeruhan dalam air.

53

47

36

2

0 10 20 30 40 50 60

Inlet Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

Ke

keru

h

an

(N

T

U

)

(41)

2. Nilai Kadar DO

Setelah dilakukan pengujian kadar DO yang dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta (BBTKLPP Yogyakarta), maka didapatkan data kadar DO seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.2 Hasil pengujian kadar DO Segmen Kadar DO

Menit Ke-0

Kadar DO Menit Ke-10

Kadar DO Menit Ke-20

Kadar DO Menit Ke-30

Inlet 6,2 6,2 6,2 6,2

Segmen 1 5,4 5,6 5,6 5,6

Segmen 2 5,2 5,2 5,0 5,2

Segmen 3 5,2 5,3 6,2 5,3

Sumber : Hasil Pengujian, 2016 (dalam lampiran III)

Gambar 5.5 Grafik kadar DO pada menit ke-0 6.2

5.4

5.2 5.2

4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6 5.8 6 6.2 6.4

Inlet Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

Kad

ar

DO

(mg

/l

)

(42)

29

Gambar 5.6 Grafik kadar DO pada menit ke-10

Gambar 5.7 Grafik kadar DO pada menit ke-20 6.2

Inlet Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

Kad

Inlet Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

(43)

Gambar 5.8 Grafik kadar DO pada menit ke-30

Berdasarkan Tabel dan Gambar diatas menunjukan bahwa setelah mengalami proses pengolahan, kadar DO dalam air uji mengalami penurunan. Terlihat pada hasil pengujian menit ke-0 kadar DO turun dari inlet 6,2 mg/l menjadi 5,4 mg/l setelah melewati segmen 1, lalu turun menjadi 5,2 mg/l setelah melewati segmen 2 dan tetap 5,2 mg/l setelah melewati segmen 3. Pada menit ke 10 kadar DO inlet 6,2 mg/l turun menjadi 5,6 mg/l setelah melewati segmen 1, turun menjadi 5,2 mg/l setelah melewati segmen 2 lalu naik menjadi 5,3 mg/l setelah melewati segmen 3. Pada menit ke-20 kadar DO inlet 6,2 mg/l turun menjadi 5,6 mg/l setelah melewati segmen 1, turun menjadi 5,0 mg/l setelah melewati segmen 2, lalu naik menjadi 6,2 mg/l setelah melewati segmen 3. Pada menit ke-30 kadar DO inlet 6,2 mg/l turun menjadi 5,6 mg/l setelah melewati segmen 1, turun menjadi 5,2 mg/l setelah melewati segmen 2, lalu naik menjadi 5,3 mg/l setelah melewati segmen 3. Menurunnya kadar DO air terjadi karena tidak terjadinya difusi oksigen dalam air pada saat proses pengujian. Kecilnya debit aliran serta tidak adanya segmen aerasi menyebabkan turunnya kadar DO dalam air. Hal ini menunjukan bahwa proses pengolahan air menggunakan alat uji

water treatment pada penelitian ini tidak efektif dalam meningkatkan kadar DO dalam air.

6.2

5.6

5.2

5.3

4.6 4.8 5 5.2 5.4 5.6 5.8 6 6.2 6.4

Inlet Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

Kad

ar

DO

(mg

/l

)

(44)

31

3. Nilai Kadar pH

Setelah dilakukan pengujian kadar pH yang dilakukan di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Yogyakarta (BBTKLPP Yogyakarta), maka didapatkan data kadar pH seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.3 Hasil pengujian kadar pH Segmen Kadar pH

Menit Ke-0

Kadar pH Menit Ke-10

Kadar pH Menit Ke-20

Kadar pH Menit Ke-30

Inlet 7,0 7,0 7,0 7,0

Segmen 1 6,5 6,3 6,2 6,2

Segmen 2 6,1 6,1 6,1 6,2

Segmen 3 6,5 6,7 6,7 6,8

Sumber : Hasil Pengujian, 2016 (dalam lampiran III)

Gambar 5.9 Grafik kadar pH pada menit ke-0 7

6.5

6.1

6.5

5.6 5.8 6 6.2 6.4 6.6 6.8 7 7.2

Inlet Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

Kad

ar

p

H

(45)

Gambar 5.10 Grafik kadar pH pada menit ke-10

Gambar 5.11 Grafik kadar pH pada menit ke-20 7

6.3

6.1

6.7

5.6 5.8 6 6.2 6.4 6.6 6.8 7 7.2

Inlet Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

Kad

ar

p

H

Menit ke-10

7

6.2

6.1

6.7

5.6 5.8 6 6.2 6.4 6.6 6.8 7 7.2

Inlet Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

Kad

ar

p

H

(46)

33

Gambar 5.12 Grafik kadar pH pada menit ke-30

Berdasarkan Tabel dan Gambar diatas menunjukan bahwa pada segmen 1 dan segmen 2 terjadi penurunan kadar pH pada sampel air uji, dapat terlihat pada menit ke-0 kadar pH inlet yaitu 7,0 turun menjadi 6,5 setelah melewati segmen 1, turun lagi menjadi 6,1 setelah melewati segmen 2, lalu naik menjadi 6,5 setelah melalui filtrasi pada segmen 3. Pada menit ke-10 kadar pH inlet 7,0 lalu menurun menjadi 6,5 setelah melalui segmen 1, turun lagi menjadi 6,1 setelah mengalami segmen 2, lalu naik menjadi 6,7 setelah melewati segmen 3. Pada menit ke-20 kadar pH inlet 7,0 lalu turun menjadi 6,2 setelah melewati segmen 1, lalu turun menjadi 6,1 setelah melewati segmen 2, lalu kadar pH naik menjadi 6,7 setelah melewati segmen 3. Pada menit ke-30 kadar pH inlet 7,0 lalu menurun menjadi 6,2 setelah melewati segmen 1, pada segmen 2 pH tetap 6,2, lalu kadar pH meningkat menjadi 6,8. Penurunan kadar pH yang terjadi pada segmen 1 dan segmen 2 membuktikan bahwa proses koagulasi-flokulasi dan proses sedimentasi tidak dapat meningkatkan kadar pH dalam air. Selain itu koagulan tawas merupakan senyawa asam yang jika dilarutkan dalam air dapat menurunkan kadar pH dalam air. Namun proses filtrasi pasir silika pada segmen 3 meningkatkan kadar pH pada air uji, terlihat pada hasil pengujian setelah melewati segmen 3 pada menit ke-0, menit ke-10, menit ke-20, dan menit ke-30 kadar pH selalu mengalami peningkatan. Berdasarkan pembahasan diatas menunjukan bahwa air

7

6.2 6.2

6.8

5.8 6 6.2 6.4 6.6 6.8 7 7.2

Inlet Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

Kad

ar

p

H

(47)

setelah mengalami proses pengujian menggunakan alat uji water treatment tidak efektif dalam meningkatkan kadar pH dalam air.

B. Polutan Terendapkan Pada Alat Uji

Setelah dilakukan pengujian kadar polutan terendap pada alat uji yang dilakukan di Laboratorium Rekayasa Lingkungan UMY, maka didapatkan data kadar polutan terendapkan seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.4 Hasil pengujian kadar polutan terendapkan

Segmen Kadar Polutan Terendapkan (mg)

Segmen 1 0,82

Segmen 2 0,75

Segmen 3 3,10

Gambar 5.13 Grafik kadar polutan terendapkan pada alat uji

Berdasarkan tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa media pada alat uji yang paling banyak meninggalkan polutan yaitu terdapat pada segmen 3. Hal ini menunjukan bahwa segmen filtrasi pasir silika memiliki tingkat efektifitas yang lebih baik dari media lainnya dalam proses pemisahan air dengan polutan, sehingga air uji setelah mengalami proses filtrasi hasilnya akan mengalami perbaikan kualitas karena sebagian besar partikel polutan telah tersaring pada media filtrasi.

0.82 0.75

3.1

0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

Segmen 1 Segmen 2 Segmen 3

Polut

an

Te

re

n

d

ap

kan

(m

g

)

(48)

35 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka peneliti dapat mengambil beberapa kesimpulan, diantaranya :

1. Setelah air sampel mengalami proses pengolahan menggunakan alat uji water treatment maka didapatkan hasil sebagai berikut :

a. Kekeruhan air setelah diuji selama 30 menit mengalami penurunan dari inlet sebesar 53 NTU turun menjadi 2 NTU, hal ini menunjukan bahwa air hasil pengujian menggunakan alat uji water treatment efektif dalam mengurangi tingkat kekeruhan dalam air.

b. Kadar DO yang didapatkan setelah selesai pengujian selama 30 menit mengalami penurunan dari inlet sebesar 6,2 mg/l turun menjadi 5,3 mg/l. Hal ini menunjukan bahwa air hasil pengujian menggunakan alat uji

water treatment tidak efektif dalam meningkatkan kadar DO dalam air. c. Kadar pH setelah pengujian mengalami penurunan pada segmen 1 dan

segmen 2 namun meningkat setelah melewati segmen 3. Kadar pH inlet sebesar 7,0 setelah melalui proses pengujian selama 30 menit turun menjadi 6,8. Hal ini menunjukan bahwa air hasil pengujian menggunakan alat uji water treatment tidak efektif dalam meningkatkan kadar pH dalam air.

2. Setelah dilakukan pengujian kadar polutan lumpur yang tertinggal pada alat uji, dapat disimpulkan bahwa segmen filtrasi pada alat uji memiliki efektifitas yang lebih baik dalam proses pemisahan air dengan polutan pada sampel air.

B. SARAN

Pada penelitian ini tentu masih memiliki beberapa kekurangan yang sekiranya dapat diperbaiki pada penelitian selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Maka dari itu peneliti menyarankan :

(49)

2. Air sungai yang digunakan untuk pengujian sebaiknya langsung dilakukan pengujian setelah diambil dari sumbernya.

(50)

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Agustiningsih, D. (2012). Kajian Kualitas Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal Dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai(Doctoral dissertation, Program Magister Ilmu Lingkungan Undip). Semarang. Tersedia di http://eprints.undip.ac.id/36856/1/Naskah_Tesis.pdf (accessed September 22, 2016)

Aziz, T., Pratiwi, D. Y., Rethiana, L. (2013) Pengaruh Penambahan Tawas Al2(SO4) 3 dan Kaporit Ca (OCL) 2 Terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Air Sungai Lambidaro. Jurnal Teknik Kimia, 19(3)

Elykurniati. (2010). Pengendalian Koloid Pada Air Laut Dengan Proses Koagulasi-Flokulasi Secara Batch. Fakultas Teknologi Industrial. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”. Jawa Timur. Tersedia di http://eprints.upnjatim.ac.id/3923/1/pengendapan_koloid.pdf(accessed

September 22, 2016)

Hartono, D. (2005). Alternatif Pemenuhan Air Bersih Oleh PDAM di Kota Semarang (Doctoral dissertation, Program Pascasarjana Universitas

Diponegoro). Semarang. Tersedia di

http://eprints.undip.ac.id/14650/1/2005MTPWK3962.pdf (accessed

September 22, 2016)

Indonesia, Menteri Kesehatan Republik (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik. Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai.

Saputri, Afrike Wahyuni (2011).Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) Babakan PDAM Tirta Kerta Raharja Kota Tangerang. Program Studi Teknik Lingkungan. Universitas Indonesia, Depok. Tersedia di lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280164-S594-Evaluasi%20instalasi.pdf (accessed September 25, 2016)

Sofiah, Dewi. (2016). Perbandingan Penggunaan Poly Alumunium Chloride (PAC) dan Alumunium Sulphate (Tawas) Cair Pada Proses Pengolahan Air Bersih Di PDAM Jember.(accessedSeptember 29, 2016)

Sugito & Pungut. (2012). Aplikasi Teknologi Filtrasi Menuju Desa Mandiri Air Bersih di Sumberwudi Karanggeneng Kabupaten Lamongan. Tersedia di

http://digilib.unipasby.ac.id/files/disk1/6/gdlhub--sugitopung-266-1-sugito.pdf (accessedSeptember 22, 2016)

Susanto, R. (2008). Optimasi koagulasi-flokulasi dan analisis kualitas air pada

industri semen. Tersedia di

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/13050/1/RICKY SUANTO-FST.pdf (accessedSeptember 22, 2016)

Wjiaya, Habib Krisna (2009). Komunitas Perifiton dan Fitoplankton serta Parameter Fisika-Kimia Perairan sebagai Penentu Kualitas Air di Bagian Hulu Sungai Cisadane, Jawa Barat.

Wirasembada, Y. C., & Kurniawan, A. (2015). Penyisihan Fraksi Total Suspended Solid Air Limbah Industri Pada Unit Sedimentasi Berdasarkan

(51)

xiv

Wityasari, N. (2016).Penentuan Dosis Optimum PAC (Poly Aluminium Chloride) Pada Pengolahan Air Bersih Di IPA Tegal Besar PDAM Jember.Tersedia di

(52)

1

Naskah Seminar1

ANALISA PERUBAHAN KUALITAS AIR BAKU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KOAGULASI FLOKULASI SEDIMENTASI DAN FILTRASI

(Studi Kasus Air Sungai Progo Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta)

Ryan Ahmad Dwi Nugroho2, Burhan Barid3, Puji Harsanto4

ABSTRAK

Air merupakan suatu kebutuhan utama bagi semua mahluk hidup di dunia terutama bagi manusia, dengan terus bertambahnya jumlah populasi manusia, maka kebutuhan air bersih yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari akan terus bertambah setiap harinya. Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat indonesia yang mengalami kekurangan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Seiring berkembangnya zaman, kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan serta semakin banyaknya kawasan industri membuat lingkungan sekitar menjadi tercemar. Limbah cair dari industri menyebabkan turunnya kualitas air sehingga air harus melalui tahap pengolahan sebelum bisa digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka dari itu diperlukan inovasi baru dalam hal proses pengolahan air untuk mengubah air baku menjadi air bersih. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perubahan kualitas air baku setelah mengalami proses pengolahan air menggunakan alat uji water treatment sistem koagulasi menggunakan tawas, flokulasi model zig-zag, sedimentasi bendung dan filtrasi pasir silika dengan parameter yang diuji meliputi kadar kekeruhan, kadar DO, dan kadar pH.

Pelaksanaan penelitian dimulai dari survei lapangan untuk menentukan air sampel sungai yang akan digunakan, proses pembuatan dan mempersiapkan alat uji, lalu pengambilan sampel air sungai untuk dilakukan pengujian di Laboratorium Teknik Lingkungan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Air sungai dialirkan pada alat uji water treatment lalu diambil sampelnya pada menit ke-0, menit ke-1ke-0, menit-ke 2ke-0, dan menit ke-30. Masing-masing sampel diambil setelah air melewati media koagulasi-flokulasi, media sedimentasi, dan media filtrasi untuk selanjutnya dilakukan pengujian dengan parameter kadar kekeruhan, kadar DO, dan kadar pH.

Hasil pengujian pada penelitian ini menunjukkan bahwa air Sungai Progo setelah mengalami proses pengolahan menggunakan alat uji water treatment menyebabkan terjadinya perubahan pada parameter yang diuji, meliputi : kadar kekeruhan menurun dari 53 NTU menjadi 2 NTU, kadar DO menurun dari 6,2 mg/l menjadi 5,3 mg/l, kadar pH menurun dari 7,0 menjadi 6,8. Kadar polutan terendapkan pada alat paling tinggi terdapat pada segmen 3 dimana terdapat polutan yang terendapkan yaitu sebanyak 3,1 mg.

Kata kunci : Koagulasi-Flokulasi, Sedimentasi, Filtrasi

1

Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir

2

20120110235 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

3

Dosen Pembimbing 1

4

(53)

2

Air merupakan suatu kebutuhan utama bagi semua mahluk hidup di dunia terutama bagi manusia, dengan terus bertambahnya jumlah populasi manusia, maka kebutuhan air bersih yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari akan terus bertambah setiap harinya. Namun pada kenyataannya masih banyak masyarakat indonesia yang mengalami kekurangan air bersih untuk memenuhi

kebutuhan sehari-harinya. Seiring

berkembangnya zaman, kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungan serta semakin

banyaknya kawasan industri membuat

lingkungan sekitar menjadi tercemar. Limbah cair dari industri menyebabkan turunnya kualitas air sehingga air harus melalui tahap

pengolahan sebelum bisa digunakan

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan

sehari-hari.

Sungai Progo merupakan salah satu sungai yang mengalir di Provinsi Yogyakarta

yang menjadi batas alami Kabupaten

Kulonprogo dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara kasat mata, air pada Sungai Progo terlihat keruh berwarna coklat. Kekeruhan air pada sungai ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organik dan anorganik seperti lumpur dan sampah-sampah yang terbawa aliran sungai. Untuk itu peneliti

berinisiatif untuk melakukan pengujian

parameter kekeruhan air, kadar DO, dan kadar pH pada sampel air Sungai Progo dan didapatkan nilai kekeruhan air Sungai Progo sebesar 53 NTU, kadar DO 6,2 mg/l, kadar pH 7,0. Pada penelitian ini, peneliti berencana untuk menganalisa perubahan kualitas air pada sampel air sungai progo untuk memenuhi kebutuhan air bersih setelah dilakukan proses

pengolahan air menggunakan alat uji water

treatment sederhana yang telah dibuat penulis meliputi proses koagulasi-flokulasi (segmen

1), sedimentasi (segmen 2), dan filtrasi

(segmen 3).

B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisa perubahan kualitas air

pada tiap segmen.

a. Nilai kekeruhan air

b. Nilai kadar DO

c. Nilai kadar pH

efektif dalam menurunkan nilai kekeruhan air.

II. KAJIAN PUSTAKA

“Pengaruh Penambahan Tawas Al2

(SO4) 3 dan kaporit Ca (OCL) 2 Terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia Air Sungai

Lambidoro” Variabel yang diteliti pada

penelitian ini adalah karakteristik fisik air, temperatur, TDS, TSS, dan karakteristik kimia air (Cd terlarut, air raksa, timbal, sulfat, arsen, selenium, sianida, fluorida, amoniak bebas, nitrat, nitrit, BOD, COD, DO, tembaga, cobalt, sulfida, fospat, minyak dan lemak, deterjen dan fenol). Hasil penelitian menunjukan bahwa penambahan kaporit akan menurunkan nilai TDS, TSS, sianida, fluorida, ammonia, nitrit, BOD, sulfide, COD, fosfat, detergen, minyak dan lemak. Dan menaikkan kadar pH, sulfat serta kadar DO dalam air sungai yang diuji. Sedangkan penambahan tawas ternyata menurunkan kadar pH, TDS, TSS, sianida, ammonia, nitrit, BOD, COD, sulfida, detergen, minyak dan lemak, serta meningkatkan kadar sulfat, fluorida, serta kadar oksigen terlarut pada air sungai yang diuji. Pada penelitian ini didapatkan hasil kualitas air terbaik yaitu dengan penambahan 25 ppm tawas + 10 ppm kaporit (Aziz, Pratiwi, & Rethiana, 2013).

III. LANDASAN TEORI

A. Pengertian Sungai dan Klasifikasi Sungai

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai adalah jalur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa jaringan pengaliran air beserta air didalamnya, mulai dari hulu sampai muara, dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan. Sungai sebagai wadah air mengalir. Karakteristik sungai berdasarkan sifat alirannya dapat dibedakan menjadi 3

macam tipe (Mulyanto, 2007 dalam

Agustiningsih, 2012), yaitu:

1. Sungai permanen/perennial yaitu sungai

(54)

3

musim kemarau tidak terdapat perbedaan aliran yang mencolok.

2. Sungai musiman/periodik/intermitten

yaitu sungai yang alirannya tergantung pada musim. Pada musim penghujan ada alirannya dan musim kemarau sungai kering. Berdaarkan sumber airnya sungai intermittendibedakan :

a. Spring fed intermiten river yaitu

sungai intermittenyang sumber airnya

berasal dari air tanah.

b. Surface fed intermitten river yaitu

sungai intermittenyang sumber airnya

berasal dari curah hujan atau pencairan es.

3. Sungai tidak permanen/ephemeral yaitu

sungai tadah hujan yang mengalirkan airnnya sesaat setelah terjadi hujan. Karena sumber airnya berasal dari curah hujan maka pada waktu tidak hujan sungai tersebut tidak mengalirkan air.

B. Kriteria Baku Mutu Air Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air menyebutkan bahwa

klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu:

1. Kelas Satu : Air yang peruntukannya

dapat digunakan untuk air baku air minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas Dua : Air yang

peruntukannnya dapat digunakan untuk

prasarana/sarana rekreasi air,

pembudidayaan ikan air tawar,

peternakan, air untuk mengairi

pertanaman dan atau peruntukan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas Tiga : Air yang peruntukannnya

dapat digunakan untuk pembudidayan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas Empat : Air yang

peruntukannnya dapat digunakan untuk mengairi pertamanan dan atau peruntukan lain yang sama dengan kegunaan tersebut.

C. Pengertian Koagulasi dan Flokulasi Koagulasi yaitu proses pencampuran koagulan (bahan kimia) atau pengendap ke dalam air baku dengan kecepatan perputaran

yang tinggi dalam waktu yang singkat. Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air baku untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap secara gravimetri. Koagulasi merupakan proses pengolahan air dimana zat padat melayang ukuran sangat kecil dan koloid digabungkan dan membentuk flok-flok dengan cara penambahan zat kimia (misalnya PAC dan Tawas) (Susanto, 2008).

Fokulasi adalah penyisihan kekeruhan air dengan cara pengumpulan partikel kecil menjadi partikel yang lebih besar. Gaya antar molekul yang diperoleh dari agitasi meruakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap laju terbentuknya partikel flok. Salah satu

faktor penting yang mempengaruhi

keberhailan proses flokulasi adalah

pengadukan secara lambat, keadaan ini memberi kesempatan partikel melakukan kontak atau hubungan agar membentuk

penggabungan (agglomeration) (Susanto,

2008).

D. Koagulan

Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan air untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendap dengan sendirinya (Sutrisno,

2014 dalam Wityasari, 2015). Dalam

penelitian ini menggunakan satu jenis

koagulan, yaitualumunium sulphate(tawas).

Tawas atau alumunium suphate

merupakan bahan koagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah didapatkan di pasaran serta

mudah penyimpanannya. Alumunium sulphate

digunakan secara secara luas dalam industri kimia, alumunium sulfat banyak digunakan sebagai koagulan dalam proses pengolahan air bersih, pengolahan air limbah dan juga

digunakan pembuatan kertas untuk

meningkatkan ketahanan dan penyerapan tinta. Jumlah pemakaian tawas tergantung pada turbiditas (kekeruhan) air baku. (Pulungan, 2012 dalam Sofiah, 2016).

E. Sedimentasi

Proses sedimentasi adalah proses

(55)

4

F. Filtrasi

Filtrasi adalah proses pemisahan

padatan dengan larutan, dimana larutan tersebut dilewatkan melalui suatu media berpori atau materi berpori lainnya untuk menyisihkan partikel tersuspensi yang sangat halus sebanyak mungkin. (Saputri, 2011).

G. Parameter Uji Kualitas Air Parameter-parameter uji kualitas air

menurut peraturan Menteri Kasehatan

Republik Indonesia No :

492/MENKES/PER/IV/2010, tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum adalah sebagai berikut :

1. Kekeruhan

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Kekeruhan dapat disebabkan oleh bahan

organik dan bahan organik baik

tersuspensi maupun terlarut seperti

lumpur, pasir halus, plankton dan mikroorganisme. (Effendi, 2003 dalam Wityasari, 2015)

2. Oksigen terlarut (DO)

Oksigen terlarut merupakan salah satu unsur pokok pada proses metabolisme

organisme, terutama untuk proses

respirasi. Disamping itu juga dapat digunakan sebagai petunjuk kualitas air (Odum 1971 dalam Wijaya, 2009). Pada umumnya oksigen terlarut berasal dari difusi oksigen dari udara ke dalam air dan proses fotosintesis dari tumbuhan hijau (Wijaya, 2009).

3. Derajat Keasaman (pH)

pH merupakan istilah untuk menyatakan keadaan asam atau basa pada suatu larutan. Air murni mempunyai pH 7, pH di bawah 7 bersifat asam sedang pH di atas 7 bersifat basa (Kusnaidi, 2002 dalam Wityasri, 2015). Derajat keasamn (pH)

menggambarkan konsentrasi ion

hidrologen yang terkandung dalam

perairan. pH air akan sangat berpengaruh pada reaksi biokimia dalam air. (Effendi, 2003 dalam Wityasari, 2015).

4. TSS (Total Suspended Solid)

TSS atau padatan tersuspensi total adalah padatan yang tidak terlarut di dalam air,

lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air (Effendi, 2003 dalam Wityasari, 2015).

IV. METODE PENELITIAN

A. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang dilakukan dapat digambarkan dengan skema berikut ini :

Gambar 4.1 Bagan alir tahapan penelitian

B. Alat Uji Water Treatment Penelitian ini menggunakan alat uji water treatment sederhana dengan koagulasi menggunakan tawas, flokulasi model zig-zag, sedimentasi bendung, dan filtrasi pasir silika.

Pembuatan alat uji water treatment ini

Gambar

Gambar 4.1 Bagan alir tahapan penelitian
Gambar 4.2 Skema alat potongan memanjang
Gambar 4.3 Skema alat uji water treatment tampak depan
Tabel 5.1 Hasil pengujian kekeruhan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk penampilan sikap ketiga yaitu sense of political trust ditemukan bahwa sebagian besar sikap politik responden sangat baik dalam menyi- kapi pelaksanaan otoritas

Dalam naskah Ibrani, kitab ini tidak diberi judul, tetapi mengikuti kata-kata khas yang berupa ratapan "EKA" (=wai, 1:1;2:1;4:1) dan dimasukkan ke dalam Megiloth

Tipe pelarut, pH dan lama waktu pada penelitian pendahuluan mengacu pada berbagai hasil penelitian terdahulu pada ekstraksi pektin dari berbagai kulit jeruk yang menghasilkan

Pe n e l i t i an Pe n ga r uh Di p p i ng Menggunakan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi Linn.) Terhadap Total Bakteri dan Jamur (Kapang dan Khamir)

Ucapan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan berkat-Nya yang berlimpah, yang membuat kami sanggup menyelesaikan penulisan skripsi yang

Jika ditelaah dari pengertian-pengertian tasawuf tersebut dapat dikemu- kakan bahwa tasawuf merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT untuk mencapai makrifat dengan

Dalam kegiatan operasional yang dilakukan oleh Klinik Pratama Selamat selama ini masih bersifat manual dicatat dalam buku kas, mulai dari proses pendataan sampai dengan