GIGI DESIDUI DENGAN TAF DAN TANPA TAF SEBELUM
DAN SESUDAH PERENDAMAN PADA SUSU
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh : Architamora Ayu Hapsari
2012 034 0032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN TINGKAT KEKERASAN EMAIL ANTARA GIGI
DESIDUI DENGAN TAF DAN TANPA TAF SEBELUM DAN
SESUDAH PERENDAMAN PADA SUSU
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Disusun oleh : Architamora Ayu Hapsari
2012 034 0032
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
iii
Nama : Architamora Ayu Hapsari
NIM : 2012 034 0032
Program Studi : Pendidikan Dokter Gigi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dalam karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 27 Mei 2016
Yang membuat pernyataan,
Architamora Ayu Hapsari
iv
HALAMAN MOTTO
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan Maka apabila kamu telah sesela
(dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah
hendaknya kamu berharap.”
(QS Al-Insyirah : 5-8)
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
(QS Al-Baqarah : 153)
“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan
saat mereka menyerah”
(Thomas Alva Edison)
“Jangan bosan, nanti keterusan.”
v
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan karunianya sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.
Sujud syukur ku panjatkan kepada Allah SWT
Sholawat serta salam selalu terlimpah pada Rasulullah Muhammad SAW
Karya tulis ini ku persembahkan kepada orang yang ku kasihi dan ku sayangi,
Ibundaku, Indah Purnamasari Ayahandaku, Lilik Tri Hartanto Kakakku, Alin Kurniawan Purwanindita
Terimakasih yang tiada terhingga untuk segala pengorbanan, yang telah Mama, Papa dan Mas lakukan.
Terimakasih atas cinta kasih sayang, doa, nasihat dan motivasi, yang selalu Mama, Papa, dan Mas berikan.
Terimakasih Mama dan Papa selalu ada dan selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bisa membuat Mama, Papa dan Mas Alin bangga, dan semoga Karya Tulis Ilmiah ini bisa menjadi langkah awal
agar Adik bisa menjadi lebih baik kedepannya.
vi
KATA PENGANTAR
Assalaamu’alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Perbedaan Tingkat Kekerasan
Email antara Gigi Desidui Dengan TAF dan Tanpa TAF Sebelum dan Sesudah
Perendaman Pada Susu”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tidak lepas dari
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. dr. H. Ardi Pramono, Sp.An., M. Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. drg. Hastoro Pintadi, Sp.Pros, selaku Kepala Program Studi Kedokteran gigi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
3. drg. Atiek Driana Rahmawati, MDSc., Sp.KGA, selaku dosen pembimbing
Karya Tulis Ilmiah yang senantiasa dengan sabar membimbing, mengarahkan,
vii
memberikan bimbingan, pengetahuan serta pengarahan dan ilmu yang
bermanfaat.
5. Seluruh dosen Prodi Kedokteran Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat kepada penulis sehingga
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Pak Aji, kepala Laboratorium Bahan S1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang telah membantu jalannya penelitian
pada Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Kedua orang tua tercinta, ibunda Indah Purnamasari dan ayahanda Lilik Tri
Hartanto, yang telah memberikan dukungan dalam bentuk apapun. Terimakasih
atas cinta kasih sayang, doa, nasihat dan motivasi yang selalu diberikan.
8. Kakak tersayang Alin Kurniawan Purwanindita dan Weningesthi, serta
keponakan ku Fatih Azzaydan dan Awfa.
9. Teman satu bimbingan, Putri Andini dan Anggun Dwi Putri, yang telah
menunggu, menemani, dan membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah
ini.
10. Witri Setiatuti, Bella Septri, Sovia Raras, Meibi Murbi, Ghali Armadhana Ibnu
Hasbi, dan Nurakhvi Rizky, sahabat yang selalu menghibur dan memberikan
viii
11. Meuthia Nabila, Mardiana, Ina Farida, Fahmi Ardi, Iftitah Aulia, Ovi Dwi, Elin
Tamala dan Safira Irmina yang selalu berusaha menghibur dan membantu
melewati kesibukan di akhir tahun ke empat ini. Terimakasih atas dukungan dan
semangat yang diberikan agar penulis segera menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini.
12. Teman-teman seperjuangan Kedokteran Gigi UMY 2012.
13. PSM Sunshine Voice UMY yang telah menyita sebagian besar waktu di tahun
ke empat ini. Terimakasih telah memberikan pelajaran dan pengalaman berharga
tentang artinya perjuangan, kebersamaan, dan kekeluargaan.
14. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan Karya Tulis
Ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semua bantuan yang diberikan kepada penulis semoga mendapatkan karunia
Allah SWT. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi sempurnanya
penulisan ini. Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
kemajuan ilmu Kedokteran Gigi pada umumnya dan bermanfaat bagi pembaca pada
khususnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Yogyakarta, 27 Mei 2016
ix
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... iii
HALAMAN MOTTO... ... iv
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Desidui ... 10
3. Email Gigi ... 13
4. Kekerasan Email ... 14
5. Susu ... 17
6. Fluor dalam Kedokteran Gigi ... 20
B. Landasan Teori ... 24
C. Kerangka Konsep ... 26
D. Hipotesis ... 27
BAB III METODE PENELITIAN... 28
A. Desain Penelitian ... 28
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28
C. Sampel Penelitian ... 28
D. Kriteri Inklusi dan Eksklusi ... 29
E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 30
F. Instrumen Penelitian ... 32
G. Cara Kerja ... 33
H. Alur Penelitian ... 36
I. Analisa Data ... 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38
x
1. Uji Kekerasan email... ... 38
2. Paired Sampel T-Test... ... 41
3. Independent T-Test... ... 43
B. Pembahasan ... 44
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
A. Kesimpulan ... 48
B. Saran ... 48
xi
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii INTISARI
Latar belakang: Gigi desidui atau gigi susu adalah gigi pada anak yang sudah erupsi sempurna pada usia 2,5 tahun serta berfungsi untuk mastikasi, fonasi, estetik, dan mendukung jaringan periodontal anak. Struktur email gigi memiliki struktur yang berbeda dengan email gigi permanen. Email adalah struktur terluar dari gigi berupa jaringan keras yang mengandung hidroksiapatit. Demineralisasi dapat terjadi pada email akibat dari asam yang dapat melarutkan hidroksiapatit sehingga email menjadi lunak. Proses remineralisasi diperlukan untuk pembentukan kembali mineral gigi yang hilang. Kalsium, fosfor, dan fluor berperan dalam proses remineralisasi.
Tujuan: Penelitian ini bertujan untuk mengetahui perbedaan tingkat kekerasan email gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu.
Bahan dan metode: Desain penelitan yang digunakan adalah eksperimental laboratoris secara in vitro. Sampel penelitian adalah gigi desidui anterior hasil pencabutan. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada masing-masing sampel gigi tiap kelompok uji. Kekerasan gigi diukur sebelum dan setelah dilakukan perlakuan.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kekerasan email gigi desidui yang signifikan antara gigi yang diberi TAF dan tidak diberi TAF pada perendaman menggunakan susu (p<0,05). Tingkat kekerasan email gigi tanpa TAF pada perendaman menggunakan susu lebih tinggi dibandingkan dengan kekerasan email pada gigi yang telah diberi TAF dan direndam menggunakan susu.
xiv
perfectly at the age of 2.5 years as well as serving for the mastication, phonation, esthetic, and supporting periodontal tissues of children. The structure of tooth enamel has a different structure with permanent tooth enamel. Enamel is the outer structure of the teeth in the form of hard tissue that contains hydroxyapatite. Demineralization can occur in email as a result of which the acid can dissolve hydroxyapatite so that the enamel becomes soft. Remineiralization process required for the re-establishment of the missing tooth mineral. Calcium, phosphat, and fluor play a role in the remineralization process.
Purpose: This study aims to determine hardness differences of deciduous tooth enamel with TAF and without TAF before and after immersion using milk.
Materials and methods: Research design used is an experimental laboratory in vitro. Samples are deciduous anterior teeth post extraction. The study was conducted by giving treatment to each tooth samples each test group. Tooth hardness measured before and after treatment.
Result: The results showed that there are signifcant different hardness of deciduous teeth enamel hwith TAF and without TAF after immersion using milk (p<0,05). The tooth enamel without TAF on immersion using milk is harder than the tooth enamel that have been given TAF and soaked with milk.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan dan perkembangan gigi pada anak merupakan salah satu
hal yang perlu mendapat perhatian, khususnya gigi susu. Pada masa tumbuh
kembang, kesehatan gigi anak sering kali kurang diperhatikan oleh orang tua.
Orang tua beranggapan bahwa apabila gigi susu rusak, hal tersebut hanya
bersifat sementara karena nantinya akan digantikan oleh gigi permanen,
padahal kerusakan gigi susu dapat menjadi masalah kesehatan yang dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan gigi permanen. (Scheid, 2012).
Berg & Slayton (2009) dalam bukunya mengatakan bahwa karies adalah
masalah kesehatan gigi yang umum dihadapi oleh sebagian besar anak
diseluruh dunia.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan
prevalensi karies aktif pada penduduk Indonesia adalah sebanyak 53,2%.
Proporsi anak yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut sebanyak
1,1% pada kelompok usia < 1 tahun, sebanyak 10,4% pada kelompok usia 1 –
4 tahun dan sebanyak 28,9 % pada kelompok usia 5 – 9 tahun. Hasil riset
tersebut menunjukkan masih banyaknya masalah kesehatan gigi dan mulut
Gigi susu atau gigi desidui adalah gigi yang pertama kali tumbuh pada
anak. Gigi desidui mengalami perkembangan sejak anak masih dalam
kandungan. Perkembangan gigi desidui melalui beberapa tahap, mulai dari
pembentukan dan mineralisasi pada mahkota gigi serta kalsifikasi akar yang
kemudian diikuti dengan pertumbuhan jaringan pendukung disekitar gigi
(Nasution, 2008). Anak perlu mendapatkan nutrisi yang cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangannya agar tidak terjadi gangguan baik pada
gigi maupun pada tulang.
Susu merupakan salah satu minuman yang menjadi kegemaran anak.
Susu mengandung nilai gizi yang cukup tinggi untuk menunjang
pertumbuhan tulang dan gigi. Kandungan susu diantaranya adalah protein,
kalsium, fosfor, vitamin A dan vitamin B1. Anak dianjurkan mengonsumsi
susu untuk melengkapi kebutuhan gizi dan nutrisinya (Sulistyoningsih, 2011).
Pemberian susu terkadang dapat menimbulkan masalah kesehatan bagi anak,
salah satunya adalah masalah kesehatan gigi dan mulut. Susu memiliki
kandungan gula seperti sukrosa dan laktosa. Sukrosa akan melekat cukup
lama pada permukaan gigi dan dapat menjadi media pertumbuhan bakteri.
Laktosa dapat mempercepat demineralisasi email gigi dan akan berlanjut
menjadi karies (Nugroho, et al., 2012).
Email gigi adalah bagian terluar dari mahkota gigi yang mengalami
3
dari 96% mineral anorganik dan 4% mineral organik dan air. Mineral
anorganik yang terkandung dalam gigi adalah hidroksiapatit yang juga dapat
ditemukan pada tulang. Kandungan mineral yang tinggi menyebabkan
struktur email keras namun apabila terjadi karies dapat menyebabkan email
menjadi mudah rapuh. (Nanci, 2003). Karies merupakan suatu penyakit yang
ditandai dengan adanya demineralisasi pada jaringan keras gigi yang
disebabkan oleh empat faktor yang bekerja secara bersamaan, yaitu
mikroorganisme (bakteri), diet (karbohidrat), waktu, dan host (gigi).
Mikroorganisme yang bersifat kariogenik di antaranya adalah bakteri
Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp. Bakteri beserta
produk-produknya akan melekat pada gigi dan membentuk deposit lunak yang biasa
dikenal sebagai plak gigi. Beberapa jenis karbohidrat makanan seperti
sukrosa dan glukosa dapat diragikan oleh bakteri tersebut dan akan
membentuk asam. Asam yang terbentuk akan menurunkan pH plak hingga <5
sehingga akan menyebabkan demineralisasi permukaan gigi (Fajerskov &
Kidd, 2008). Miller (1989) mengatakan bahwa perlunakan email dan dentin
merupakan awal dari terjadinya karies.
Anak-anak pada umumnya lebih rentan terhadap karies karena gigi
desidui sangat peka terhadap kerusakan gigi. Hal ini dipengaruhi oleh
kebiasaan anak kecil yang suka mengonsumsi makanan dan minuman manis.
menyebabkan anak memiliki resiko karies yang tinggi (McDonald, et al.,
2008). Anak yang mempunyai kebiasaan mengonsumsi susu menggunakan
media botol susu sebelum tidur juga dapat meningkatkan resiko terjadinya
karies (Adhani, et al., 2014).
Tindakan preventif dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya karies
pada anak, yaitu pemberian topikal aplikasi fluor (TAF) pada email gigi,
fissure sealent pada pit dan fisur gigi, serta pencegahan terhadap plak dengan
sikat gigi dan dental floss. Topikal aplikasi fluor (TAF) merupakan tindakan
pengaplikasian larutan fluor pada permukaan insisal, oklusal, bukal, dan
lingual gigi. Bahan yang digunakan dalam TAF salah satunya adalah sodium
fluoride (NaF). Fluor bekerja untuk menghambat demineralisasi dan
meningkatkan remineralisasi, menghambat pembentukan asam dan
menurunan pH, serta dapat menghambat pembentukan plak (Bakar, 2012).
Lombo, et al., (2015) dalam penelitiannya mengatakan bahwa salah satu
tindakan pencegahan karies adalah dengan mengonsumsi air putih setelah
mengonsumsi susu. Anak yang mengonsumsi air putih setelah mengonsumsi
susu memiliki indeks karies yang rendah.
Susu merupakan minuman yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan
lebih baik jika bisa rutin dikonsumsi. Rasulullah SAW bersabda :
5
“Minum susu sebelum tidur itu fitrah” (HR. Al Haitsami dalam At Ta’bir
2008 dishahihkan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 2207)
Rasulullah SAW juga menganjurkan untuk berkumur setelah minum susu.
ا
ل
ف
ا ف
لا
ر
ا
“Apabila kalian minum susu maka berkumurlah, karena sesungguhnya susu meninggalkan rasa masam pada mulut” (HR.IbnuMajah:499)
Al-quran dalam surat An-Nahl menjelaskan bahwa susu merupakan
minuman yang dapat diminum.
“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat
pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu murni yang bersih antara kotoran dan darah
yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya” (An Nahl:66)
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang
perbedaan tingkat kekerasan email gigi desidui yang telah diberi TAF dan
gigi desidui yang tidak diberi TAF pada perendaman menggunakan susu.
ط
ف
ا
ر ل
ف
ل
B. Perumusan Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan dari latar belakang masalah
adalah apakah terdapat perbedaan tingkat kekerasan email antara gigi desidui
dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman pada susu.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum :
Mengetahui perbedaan tingkat kekerasan email antara gigi desidui
dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman pada susu.
2. Tujuan khusus
a. Mengkaji perbedaan tingkat kekerasan email gigi desidui yang tidak
diberi TAF sebelum dan sesudah direndam pada susu.
b. Mengekaji perbedaan tingkat kekerasan email gigi desidui yang telah
diberi TAF sebelum dan sesudah direndam pada susu.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi peneliti :
Menambah wawasan mengenai perbedaan tingkat kekerasan email
antara gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah
7
2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi di
bidang ilmu kedokteran gigi, khususnya kedokteran gigi anak.
3. Manfaat bagi masyarakat :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media informasi tentang
pengaruh mengonsumsi susu terhadap gigi anak, serta memberikan
informasi tentang pemberian TAF sebagai salah satu tindakan preventif
untuk karies gigi.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan antara lain :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Marcella, et al. (2014) yang berjudul
Effect of Coffee, Tea, and Milk Consumption on Tooth Surface Hardness
(In vitro study). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek
mengonsumsi kopi, teh, dan susu terhadap kekerasan permukaan gigi.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan
kekerasan permukaan gigi pada grup teh dan susu, sedangkan pada grup
kopi terdapat penurunan kekerasan permukaan gigi. Perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada sampel
2. Penelitian yang dilakukan oleh Abidin & Hutagalung (2010) yang
berjudul Pengaruh Teh Kombucha Terhadap Kekerasan Enamel.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh teh kombucha yang
diketahui memiliki kandungan fluor tinggi terhadap kekerasan enamel
gigi. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah perendaman gigi dengan
teh kombucha selama 30, 60, dan 120 menit dapat meningkatkan
kekerasan enamel. Semakin lama perendaman dengan teh kombucha
maka kekerasan enamel semakin meningkat. Perbedaan penelitian
tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada sampel
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Gigi Desidui
Gigi desidui atau yang umumnya dikenal sebagai gigi susu akan
erupsi secara lengkap saat anak berusia kurang lebih 2,5 tahun. Gigi
desidui berkembang mulai dari usia 6 bulan sampai dengan 6 tahun. Saat
anak berusia 6-13 tahun gigi permanen sudah mulai tumbuh
menggantikan gigi desidui namun beberapa gigi desidui masih ada di
rongga mulut, periode ini dinamakan dengan periode gigi bercampur.
Gigi desidui akan tanggal seluruhnya dan hanya ada gigi permanen di
rongga mulut pada saat anak berusia 13 tahun ke atas, periode ini
dinamakan dengan periode gigi permanen (Bakar, 2012).
Gigi desidui merupakan gigi yang penting karena memiliki fungsi
mastikasi, fonasi, estetika dan pendukung jaringan periodontal pada anak.
Orang tua sering kali kurang memperhatikan kesehatan gigi desidui
anaknya karena menganggap bahwa gigi desidui ini hanya sementara dan
nantinya akan digantikan oleh gigi permanen, padahal pertumbuhan dan
perawatan yang baik pada gigi desidui akan mempengaruhi pertumbuhan
Gigi desidui berbeda dengan gigi permanen. Perbedaan tersebut dapat
dilihat dari ukuran, struktur, dan warnanya. Mahkota gigi desidui
memiliki ukuran yang lebih kecil dan akar yang lebih pendek
dibandingkan dengan gigi permanen. Email gigi desidui lebih tipis dua
kali lipat dan permukaan gigi desidui memiliki struktur yang lebih halus.
Gigi desidui berwarna putih opak (Avery & Cheiego, 2006).
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Desidui
Pertumbuhan dan perkembangan gigi desidui sudah dimulai sejak
sebelum lahir. Perkembangan gigi melibatkan sel-sel epitelial rongga
mulut dan sel-sel mesenkimal. Sel-sel epitelial akan membentuk organ
enamel yang nantinya berperan pada pembentukan email gigi, sedangkan
sel-sel mesenkimal akan membentuk dental papila yang berperan dalam
pembentukan dentin (Avery & Cheiego, 2006).
Pada saat pertumbuhan dan perkembangan, gigi akan mengalami
aposisi dan kalsifikasi. Aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur
jaringan keras gigi seperti email dan dentin. Kalsifikasi adalah
pengendapan garam kalsium anorganik. Hipoplasia email dan
hipokalsifikasi dapat terjadi apabila terdapat gangguan pada saat aposisi
11
Hiatt & Gartner (2009) dalam bukunya yang berjudul Textbook of
Head and Neck Anatomy menjelaskan mengenai tahap-tahap
pembentukan gigi sebagai berikut :
a. Bud stage
Bud stage merupakan tahap pembentukan lamina dura.
Lamina dura adalah jaringan epitel yang mengalami penebalan
ditempat gigi akan muncul nantinya (Harshanur,1995).
b. Cap stage
Cap stage adalah tahap proliferasi sel-sel menjadi organ
enamel. Sel-sel yang mengalami prolifersai akan mengalami
pembesaran dan membentuk seperti topi / cap.
c. Bell stage
Pada tahap bell stage sel-sel mengalami histodiferensiasi dan
morfodiferensiasi. Histodiferensiasi adalah perubahan sel secara
hisologis, contohnya organ enamel menjadi ameloblas yang akan
membentuk email gigi. Morfodiferensiasi adalah perubahan
sel-sel membentuk garis luar dari mahkota dan akar sehingga akan
Erupsi merupakan proses pertumbuhan gigi menembus jaringan
lunak dan mukosa sehingga muncul di rongga mulut pada posisinya di
lengkung rahang, mencapai kontak oklusi dan dapat berfungsi
mastikasi(Avery & Cheiego, 2006).Tahap-tahap erupsi gigi :
a. Preeruptive phase
Pada tahap ini, gigi mengalami perkembangan dan
pembentukan mahkota serta akar di dalam tulang rahang. Gigi
belum muncul di dalam rongga mulut.
b. Prefunctional eruptive
Prefunctional eruptive adalah tahap dimana terjadi
pembentukan akar dan pergerakan gigi ke arah rongga mulut.
Akar yang mulai terbentuk mendorong mahkota gigi untuk
berpenetrasi menembus jaringan lunak dan mukosa rongga mulut
sehingga gigi muncul di dalam rongga mulut sampai mencapai
kontak oklusi.
c. Functional eruptive
Pada tahap ini, gigi desidui mencapai kontak oklusi dan dapat
berfungsi untuk mastikasi. Atrisi dan abrasi dapat terjadi pada
13
sebagai kompensasi adanya kehilangan struktur gigi untuk dapat
mencapai kontak oklusi.
Casamassimo, et al. (2013) dalam bukunya yang berjudul Pediatric
Dentistry Infancy Through Adolescence menuliskan tentang waktu erupsi
gigi desidui sebagai berikut :
Tabel 1. Waktu Erupsi Gigi Desidui
Insisivus
Email merupakan jaringan keras gigi yang membentuk mahkota dan
melindungi jaringan di bawahnya. Email terdiri dari 86% mineral, 12%
air, dan 2% material organik. Email mengandung kristal hidroksiapatit
[Ca10(PO4)6(OH)2] yang padat dan bersifat translusen. Warna putih
kekuningan yang biasa terlihat pada gigi sebenarnya adalah bayangan
dentin akibat sifat translusen dari email (Fajerskov & Kidd, 2008).
Ameloblas adalah sel yang membentuk email gigi, namun ameloblas
rongga mulut. Hilangnya ameloblas menyebabkan email menjadi lebih
rentan mengalami kerusakan, contohnya karies. Email yang mengalami
kerusakan tidak dapat digantikan atau dibentuk kembali. Email
memerlukan mineral-mineral untuk menjaga keutuhan email (Nanci,
2003).
4. Kekerasan Email
Email gigi memiliki struktur yang paling keras dibandingkan dengan
jaringan biologi lainnya dalam tubuh. Email terdiri dari kristal
hidroksiapatit yang tersusun padat sehingga menyebabkan struktur email
keras. Struktur email yang keras dapat menahan fraktur dari beban
pengunyaham, namun email rentan terhadap penetrasi partikel-partikel
yang menyebabkan demineralisasi (Nanci,2003). Kekerasan email dapat
diukur dengan menggunakan alat mikro vickers hardness tester (Prasetyo
2005).
a. Remineralisasi
Remineralisasi adalah proses pembentukan kembali
mineral-mineral email yang larut akibat proses demineral-mineralisasi. Proses
remineralisasi gigi dipengaruhi oleh ion kalsium dan fosfat. Kalsium
dan fosfat akan berdifusi pada email yang mengalami demineralisasi
15
dapat terjadi pada lingkungan dengan pH normal. (Widyaningtyas et
al., 2014).
b. Demineralisasi
Demineralisasi merupakan proses hilangnya sebagian atau seluruh
mineral email. Proses demineralisasi dipengaruhi oleh suasana rongga
mulut yang asam. Semakin asam maka ion hidrogen dapat merusak
ikatan hidroksiapatit dan akan melarutkan hidroksiapatit pada email
gigi (Widyaningtyas et al., 2014). Demineralisasi gigi dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu erosi dan karies. Erosi terjadi akibat
pengaruh asam namun tidak melibatkan aktivitas bakteri sedangkan
karies melibatkan aktivitas bakteri plak gigi (Welbury et al., 2005).
Karies adalah suatu penyakit infeksius yang menyerang jaringan
keras permukaan mahkota atau akar gigi dan dapat dicegah (Angela,
2005). Karies terjadi karena adanya pelarutan kimiawi atau
demineralisasi pada permukaan gigi yang menyebabkan hilangnya
sebagian kalsium dan fosfat pada email gigi sehingga struktur email
akan berporus dan terbentuk white-spot (Fajerskov & Kidd, 2008).
Karies dapat menyebar secara luas dan cepat pada anak-anak atau
biasa dikenal dengan nama rampan karies. Rampan karies sering
kebiasaan minum susu formula menggunakan botol susu (Bakar,
2012).
Welbury, et al. (2005) dalam bukunya yang berjudul Paediatric
Dentistry menuliskan tentang teori kemoparasitik atau lebih dikenal
dengan teori asidogenik yang dikemukakan oleh W. D. Miller. Teori
ini menjelaskan tentang etiologi dan proses karies. Proses karies
memiliki 4 ciri utama, yaitu :
1) Karbohidrat difermentasikan menjadi asam organik oleh
mikroorganisme pada plak di permukaan gigi
2) Penurunan pH yang terjadi secara berulang pada permukaan email
gigi akan menyebabkan email mudah larut, apabila pH semakin
rendah maka email akan semakin mudah larut.
3) Remineralisasi akan terjadi ketika karbohidrat tidak tersedia untuk
metabolisme mikroorganisme plak akibatnya pH dalam plak akan
naik dan menjadi netral.
4) Karies hanya terjadi apabila demineralisasi lebih banyak terjadi
dibandingkan dengan remineralisasi, apabila demineralisasi dan
remineralisasi terjadi secara seimbang maka dapat menghentikan
17
Demineralisasi yang disebabkan karena karies dapat dicegah
dengan meningkatkan remineralisasi pada gigi. Tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan antara lain :
1) Asupan fluor secara sistemik maupun lokal. Asupan fluor secara
lokal contohnya adalah topikal aplikasi fluor (TAF).
2) Fissure Sealent dengan mengaplikasikan bahan sealent pada pit
dan fisur gigi.
3) Pencegahan terhadap plak dan bakteri dengan menggosok gigi dan
dental floss. Anak berusia di bawah 5 tahun perlu bantuan dalam
mengosok giginya (Welbury et al., 2005).
5. Susu
a. Definisi Susu
Susu adalah salah satu minuman bergizi yang mengandung lemak,
protein, laktosa, mineral, enzim serta beberapa mikroorganisme dan
merupakan hasil dari sekresi kelenjar susu mamalia. Susu dapat
diperoleh dari proses pemerahan hewan ternak seperti sapi, kerbau,
kambing, dan kuda (Chotiah, 2008). Susu memiliki kandungan
Kalsium dan fosfat yang terkandung dalam susu berperan dalam
proses remineralisasi.(Widyaningtyas et al., 2014)
Susu memiliki kandungan gula seperti sukrosa dan laktosa.
Sukrosa dan laktosa dapat melekat pada permukaan email gigi dan
apabila mendekat dalam waktu yang lama dapat menjadi media
pertumbuhan bakteri. Bakteri dapat menghasilkan asam dan
menyebabkan demineralisasi pada email gigi yang berlanjut menjadi
karies (Nugroho, et al., 2012).
b. Macam susu
Badan Standardisasi Nasional pada tahun 2000 mengelompokkan
susu menjadi beberapa macam, yaitu :
1) Susu segar
Susu segar adalah susu yang diperoleh dari hewan ternak sehat
dengan cara pemerahan yang benar dan tidak diberi penambahan
atau pengurangan bahan.
2) Susu pasteurisasi
Susu pasteurisasi adalah susu segar yang dipanaskan untuk
membunuh mikroorganisme patogen dan bakteri pembusuk dari
19
menit atau 72ºC selama 15 detik. Susu ini hanya memiliki waktu
simpan sekitar 14 hari pada suhu rendah (5-6ºC).
3) Susu bubuk
Susu bubuk adalah susu sapi yang telah diubah menjadi bubuk
dengan melalui proses pengeringan. Susu bubuk ada 2 macam,
yaitu susu bubuk berlemak dan susu bubuk tanpa lemak. Susu
bubuk memiliki waktu simpan hingga 2 tahun.
4) Susu steril / UHT
Susu UHT adalah susu yang dipanaskan pada suhu 135ºC dalam
waktu singkat selama 2-5 detik. Pemanasan dengan suhu tinggi
bertujuan untuk membunuh mikrorganisme patogen, bakteri
pembusuk, dan spora. Waktu pemanasan yang singkat bertujuan
untuk mencegah kerusakan gizi susu dan untuk mendapatkan rasa,
warna, serta aroma yang tidak berubah seperti susu segar. Susu
UHT dapat disimpan selama tidak lebih dari 8 mnggu pada suhu
5) Susu kental manis
Susu kental manis adalah susu dengan tekstur kental berasal dari
susu cair yang diuapkan serta diberi penambahan air, gula, lemak
nabati, dan vitamin D
6) Susu Formula
Susu formula adalah susu yang telah diberi penambahan beberapa
zat antara lain laktosa, maltodekstrin, vitamin A, vitamin B1,
protein, kalsium, dan fosfor. Susu formula mengandung nilai gizi
yang cukup tinggi sehingga anak dianjurkan untuk mengonsumsi
tambahan susu formula untuk melengkapi kebutuhan gizi dan
nutrisinya (Sulistyoningsih, 2011). Susu formula memiliki
kandungan gula seperti sukrosa dan laktosa yang dapat
meyebabkan karies. (Nugroho et al., 2012).
6. Fluor dalam Kedokteran Gigi
a. Fluor
Fluor merupakan salah satu zat yang dapat digunakan untuk
mencegah terjadinya karies dan biasanya ditemukan dalam kandungan
susu, ikan, dan beberapa jenis sayuran. Fluor dapat diberikan secara
21
dilakukan dengan pemberian tablet dan fluoridasi air minum,
sedangakan secara lokal melalui pasta gigi, gel, dan larutan fluor.
Pencegahan karies akan lebih efektif jika fluor diberikan dalam
konsentrasi rendah. Pemberian fluor dalam jumlah banyak dapat
menyebabkan fluorosis atau hipomineralisasi pada email (Cameron &
Widmer, 2008).
Fluor berperan dalam penghambatan karies melalui mekanisme
fisik-kimiawi dan biologi. Mekanisme fisik-kimiawi adalah fluorida
dapat membentuk struktur tahan asam sehingga mengurangi
demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. Mekanisme biologi
adalah fluorida dapat menghambat metabolisme bakteri plak gigi
(Anusavice, 2003).
Fluor dapat membentuk fluorapatit [Ca10(PO4)6F2] untuk
menggantikan hidroksiapatit gigi saat proses remineralisasi. Mineral
gigi berupa karbonat apatit yang terdiri dari kalsium, fosfat, dan ion
hidroksil akan membentuk hidroksiapatit. Karbonat yang terkandung
dalam gigi dapat melemahkan struktur gigi sehingga gigi mudah
dirusak oleh asam. Asam dapat berasal dari makanan dan minuman
yang asam, selain itu asam juga dapat terbentuk akibat metabolisme
bakteri dan fermentasi karbohidrat oleh bakteri pada plak gigi yang
naik mendekati netral dan fluor akan membentuk fluoroapatit yang
memperkuat gigi sehingga menjadi lebih tahan oleh asam. (Welbury,
et al., 2005)
b. Topikal Aplikasi Fluor
Topikal aplikasi fluor (TAF) adalah salah satu tindakan preventif
untuk mencegah terjadinya karies. TAF adalah pemberian fluor secara
lokal pada gigi, yaitu dengan cara dioleskan pada permukaan bukal
lingual oklusal gigi anak. Salah satu bahan yang digunakan dalam
TAF adalah sodium sodium fluoride (Bakar, 2012)
Tahapan yang perlu dilakukan saat melakukan TAF yaitu :
1) Membersihkan gigi anak yang akan dioleskan fluor
2) Isolasi gigi dari saliva menggunakan kapas dan saliva ejektor
3) Keringkan gigi dengan menggunakan air syring
4) Oleskan larutan fluor pada seluruh permukaan gigi dengan
menggunakan kapas kecil yang di jepit dengan pinset dan biarkan
selama 4 menit
5) Bersihkan larutan fluor dari permukan gigi dan instruksikan
23
c. Mekanisme Fluor dalam TAF
Welbury, et al. (2005) dalam bukunya menyebutkan bahwa fluor
memiliki mekanisme kerja sebagai berikut :
1) Fluor saat pembentukan email dapat membuat kristal enamal lebih
stabil dan lebih kuat
2) Email dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan
menghambat enzim enolase saat glikolisis
3) Menghambat demineralisasi
4) Meningkatkan remineralisasi ketika bergabung dengan kalsium
B. Landasan Teori
Gigi desidui adalah gigi anak yang erupsi secara lengkap pada usia
kurang lebih 2,5 tahun. Gigi desidui sudah mulai terbentuk sejak anak masih
dalam kandungan. Gigi desidui akan berada di dalam rongga mulut sampai
gigi tersebut tanggal dan gigi permanen penggantinya erupsi. Banyak orang
tua yang kurang memperhatikan kesehatan gigi desidui anaknya karena
menganggap bahwa gigi desidui hanya gigi sementara yang nantinya akan
digantikan oleh gigi permanen, padahal gigi desidui memiliki fungsi yanng
penting yaitu untuk mastikasi, fonasi, estetik dan pendukung jaringan
periodontal pada anak.
Email gigi adalah jaringan keras gigi yang mengandung kristal
hidroksiapatit. Email dapat mengalami demineralisasi dan remineralisasi.
Demineralisasi adalah hilangnya mineral pada email sedangkan
remineralisasi adalah pembentukan kembali mineral gigi. Demineralisasi
terjadi karena pengaruh asam sehingga dapat melarutkan mineral
hidroksiapatit pada email gigi.
Susu adalah salah satu minuman bergizi tinggi yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak. Kandungan susu yang penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan gigi adalah kalsium dan fosfor. Kalsium dan
25
kandungan gula yang cukup tinggi dan dapat berpotensi menyebabkan
demineralisasi gigi yaitu karies.
Untuk mencegah terjadinya demineralisasi pada gigi anak yang
disebabkan oleh karies, tindakan pencegahan yang dapat dilakukan salah
satunya adalah menggunakan Topikal Aplikasi Fluor (TAF). Fluor dapat
meningkatkan remineralisasi gigi. Fluor membentuk fluorapatit untuk
C. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep Gigi desidui
Struktur kekerasan email gigi
Demineralisasi
Pertumbuhan dan perkembangan gigi
Remineralisasi
Perlunakan email
Topikal aplikasi fluor
Mempengaruhi kekerasan email
Karies Erosi
Kekerasan email
27
D. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat
kekerasan email antara gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan
28 A. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian
eksperimental laboratoris secara in vitro terhadap kekerasan email gigi
desidui.
B. Tempat dan Waktu
1. Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan S1 Teknik Mesin, Fakultas
Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
2. Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2015 – April 2016
C. Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang digunakan adalah gigi desidui yang masih
utuh mahkotanya. Perhitungan untuk menentukan jumlah sampel
menggunakan rumus Federer (1997) sebagai berikut :
29
Keterangan
t = banyak kelompok perlakuan
r = jumlah sampel
Kelompok perlakuan dalam penelitian ini ada 2 kelompok uji :
( t – 1 ) ( r –1 ) ≥ 15
( 2 – 1 ) ( r –1 ) ≥ 15
r – 1 ≥ 15
r ≥ 16
Maka jumlah sampel minimal yang digunakan dalam setiap kelompok
perlakuan berjumlah 16 buah gigi.
D. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
1. Kriteria Inklusi
a. Gigi desidui anterior rahang atas dan rahang bawah dari hasil
pencabutan
2. Kriteria Eksklusi
a. Mahkota gigi mengalami fraktur
b. Gigi desidui dengan akumulasi kalkulus pada bagian mahkota
c. Gigi desidui dengan anomali struktur dan morfologi
E. Identifikasi Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel pengaruh :
1) Susu
2) Fluor
b. Variabel terpengaruh : kekerasan email gigi desidui
c. Variabel terkendali :
1) Jenis susu yang digunakan
2) Volume susu yang digunakan
3) Lama perendaman gigi desidui
d. Variabel tidak terkendali
31
2) Jumlah fluor yang dioleskan pada gigi
3) Suhu minuman
4) Kekerasan awal gigi desidui
2. Definisi operasional
a. Gigi desidui adalah gigi sulung bagian anterior rahang atas dan rahang
bawah yang didapat dari hasil pencabutan tanpa anomali struktur dan
morfologi serta dalam keadaan yang utuh tanpa fraktur mahkota dan
bebas dari karies.
b. Susu adalah susu kotak dalam bentuk sedian cair yang diolah secara
UHT dengan merk dagang Frisian Flag dan perasa coklat sebanyak
225 ml.
c. Topikal aplikasi fluor adalah salah satu tindakan pencegahan gigi
berlubang dengan cara mengoleskan larutan fluor pada seluruh
permukaan mahkota gigi menggunakan bahan NaF 2% dalam sediaan
cair dengan merk dagang Fluocal Solution.
d. Kekerasan email adalah sifat fisik email gigi yang tingkat
kekerasannya dapat diukur dengan menggunakan alat Micro Vickers
Hardness Tester dan didapatkan hasil dalam satuan VHN (Vickers
F. Instrumen Penelitian
1. Alat
a. Hand scoon
b. Kapas
c. Pinset
d. Wadah balok es batu
e. Wadah kotak plastik
f. Mangkok plastik kecil
g. Pengaduk
h. Lilin malam (clay)
i. Stopwatch
j. Spidol marker
k. Micro Vickers Hardness Tester dengan merk Buehler
2. Bahan
a. Gigi desidui
33
c. Fluor dalam sedian cair dengan merk dagang Fluocal Solution
d. Resin dan katalis
G. Cara Kerja
1. Tahap Persiapan
a. Mengumpulkan sampel gigi desidui
b. Mengurus surat izin
c. Menyiapkan alat dan bahan
2. Tahap Pelaksanaan
a. Meletakkan malam (clay) pada dasar wadah balok es batu sedemikian
rupa sehingga menutupi dasar wadah balok es batu setinggi ± 3 mm.
b. Meletakkan gigi pada malam (clay) dengan posisi sebagian
permukaan mahkota bagian labial tertanam pada malam (clay).
c. Membuat balok resin yang didapat dari pencampuran resin dan katalis
secukupnya lalu diaduk dalam mangkok plastik kecil.
d. Menuang adonan resin ke dalam wadah balok es batu sampai gigi
e. Mengeluarkan balok resin dari wadah balok es batu dan
membersihkan sisa malam (clay) yang masih menepel pada permukan
labial gigi.
f. Menuliskan kelompok uji dan nomor sampel pada balok resin
tersebut.
g. Mengukur kekerasan email sebelum dilakukan perlakuan pada sampel
gigi menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester, lalu catat hasil
pengukurannya.
h. Menyiapkan variabel pengaruh yang meliputi
1) Susu merk dagang Frissian Flag dengan perasa coklat sebanyak
225ml
2) NaF 2% dalam sediaan cair dengan merk dagang Fluocal Solution
i. Merendam sampel gigi desidui kelompok uji 1 pada susu selama 45
menit.
j. Mengoleskan NaF 2% pada permukaan labial sampel gigi desidui
kelompok uji 2 yang tidak tertutup resin dan didiamkan selama 4
menit, kemudian dibersihkan dan dibiarkan selama 30 menit.
k. Merendam sampel gigi desidui kelompok uji 2 yang telah diberi TAF
35
l. Mengukur kembali kekerasan email setelah dilakukan perlakuan pada
sampel gigi menggunakan alat Micro Vickers Hardness Tester lalu
catat hasilnya.
m. Membandingkan data kekerasan email yang didapat sebelum dan
sesudah perlakuan.
n. Mengolah dan menganalisa data.
H. Alur Penelitian
Gambar 2. Alur Penelitian Gigi Desidui
Sampel gigi desidui ditanam dalam balok resin
Sebelum dilakukan perlakuan sampel gigi desidui diukur kekerasannya menggunaan
Mikro Vickers Hardness Tester
Kelompok Uji 1 Kelompok Uji 2
Sampel gigi desidui diberi TAF, didiamkan selama 4 menit, dibersihkan dan dibiarkan
selama 30 menit
Setelah dilakukan perlakuan sampel gigi desidui diukur kekerasannya menggunaan
Mikro Vickers Hardness Tester
Sampel gigi desidui direndam dalam susu selama 45 menit
37
I. Analisa Data
Sampel pada penelitian ini diuji normalitas datanya menggunakan
Shapiro Wilk karena sampel berjumlah <50 buah. Analisa data dilakukan
menggunakan Paired T-Test apabila distribusi data normal atau
menggunakan Wilcoxon apabila distribusi data tidak normal untuk
membandingkan hasil sebelum dan setelah perlakuan pada masing-masing
sampel, dan menggunakan Independent T-Test untuk menganalisa perbedaan
kedua kelompok uji jika didapatkan distribusi normal atau Mann Whitney jika
38 A. Hasil Penelitian
1. Uji Kekerasan Email
Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui nilai kekerasan email gigi
desidui dengan TAF dan tanpa TAF sebelum dan sesudah perendaman
menggunakan susu. Kekerasan email gigi desidui diukur menggunakan
alat Micro Vickers Hardness Tester. Alat tersebut bekerja dengan cara
memberikan beban menggunakan indentor pada permukaan bahan yang
akan diuji kekerasannya sehingga didapatkan diameter 1 (d1) dan
diameter 2 (d2). Diameter tersebut dihitung rata-ratanya (d), kemudian
kekerasannya dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
VHN =
185,4 x P d2 Keterangan :
VHN : Vickers Hardness Number
P : beban yang diberikan (100 gr)
39
Hasil perhitungan kekerasan menggunakan rumus tersebut sebelum dan
sesudah perendaman menghasikan data sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Perhitungan Kekerasan Email Kelompok Uji 1 pada Perendaman Menggunakan Susu
Tabel 3. Hasil Perhitungan Kekerasan Email Kelompok Uji 2 pada
Rata-rata 0,297 Rata-rata 0,366
Keterangan tabel :
d1 = diagonal vertikal
d2 = diagonal horisontal
41
d2 = nilai kuadrat dari panjang diagonal (d)
VHN = nilai kekerasan email
Pada masing-masing tabel terdapat nilai d1, d2, d (rata-rata diameter),
d2, hasil perhitungan (VHN), serta dapat dilihat perbedaan hasil
perhitungan kekerasan antara sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan.
Diketahui rata-rata kekekerasan email pada perendaman menggunakan
susu (0,458) lebih besar dibandingkan pada perendaman menggunakan
TAF dan susu (0,366), hal ini berarti bahwa rata-rata kekerasan email gigi
yang direndam menggunakan Susu lebih keras dibandingkan gigi yang
direndam menggunakan TAF dan susu.
2. Paired Sample t-Test
Paired sample t-Test atau uji t berpasangan adalah uji yang digunakan
untuk menganalisis data pada sampel yang sama namun mengalami dua
perlakuan yang berbeda. Sebelum melakukan uji t berpasangan, perlu
dilakukan uji normalitas terlebih dahulu. Uji t berpasangan dapat
dilakukan apabila distribusi data normal.
Uji normalitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah
distribusi data sampel normal atau tidak. Uji normaltias yang digunakan
adalah Shapiro-Wilk karena jumlah sampel < 50. Hasil uji normalitas
sebelum perlakuan pada kelompok uji satu menggunakan susu
menunjukkan angka signifikan 0,260 (P>0,05) dan sesudah perlakuan
kelompok uji satu berdistribusi normal. Hasil uji normalitas sebelum
perlakuan pada kelompok uji dua menggunakan susu dan TAF
menunjukkan angka signifikan 0,888 (P>0,05) dan sesudah perlakuan
menunjukkan angka signifikan 0,053 (P>0,05), maka data sampel pada
kelompok uji 2 beridistribusi normal. Uji normalitas pada masing-masing
kelompok uji menunjukkan data sampel yang berdistribusi normal
sehingga penelitian dapat dilanjutkan menggunakan uji t berpasangan.
Pada penelitian ini, uji t berpasangan dilakukan untuk menganalisis
data sebelum dan sesudah perlakuan pada sampel. Berikut adalah hasil
dari uji t berpasangan data sampel :
Tabel 4. Hasil Uji T Berpasangan
Mean Std. Deviation df Sig (2-tailed) Susu -0,184437 0,130269 15 0,000 Susu dan TAF -0,069062 0,085934 15 0,006
Tabel 4 menunjukkan hasil uji t berpasangan pada kelompok uji 1 dan
kelompok uji 2. Pada kelompok uji 1 yang menggunakan susu didapatkan
nilai signifikan 0,000 (P<0,05) sehingga kekerasan email antara sebelum
dan sesudah perendaman menggunakan susu memiliki perbedaan yang
signifikan. Pada kelompok uji 2 yang menggunakan TAF dan susu
43
antara sebelum dan sesudah perendaman menggunakan TAF dan susu
memiliki perbedaan yang signifikan.
3. Independent T-Test
Independent t-test atau uji t tidak berpasangan adalah uji yang
digunakan untuk menganalisis data pada sampel yang bebas dan tidak
berhubungan. Sebelum melakukan uji t tidak berpasangan, perlu
dilakukan uji homogenitas terlebih dahulu. Uji t tidak berpasangan dapat
dilakukan apabila sampel data homogen.
Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah
sampel mempunyai varians yang sama. Hasil uji homogenitas
menggunakan Levene’s Test didapatkan nilai signifikan 0,087 (P>0,05)
maka data sampel tersebut mempunyai varians yang sama atau homogen.
Uji hommogenitas menunjukkan data sampel yang homogen atau
mempunyai varians sama sehingga penelitian dapat dilanjutkan
menggunakan uji t tidak berpasangan.
Pada penelitian ini, uji t tidak berpasangan dilakukan untuk
menganalisis data antara dua kelompok uji. Berikut adalah hasil dari t
Tabel 5. Hasil Uji T Tidak Berpasangan
Mean Difference
Std. Error
Deviation df Sig (2-tailed) Equal
Berdasarkan uji homogenitas yang dilakukan sebelumnya, sampel
mempunyai varians yang sama atau homogen sehingga jika dilihat pada
Email gigi memiliki struktur yang keras terdiri dari kristal-kristal
hidroksipatait yang tersusun padat, namun gigi memiliki kerentanan terhadap
asam yang dapat menyebabkan demineralisasi gigi. Gigi yang mengalami
demineralisasi dapat terjadi perlunakan karena kehilangan struktur kristal
hidroksiapatit. Remineralisasi diperlukan untuk memperbaiki struktur
hidroksiapatit yang hilang dari email gigi (Nanci, 2003).
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekerasan email
45
menggunakan susu. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan S1 Teknik
Mesin, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Penelitian
dilakukan dengan mengukur sampel sebelum perlakuan dan setelah
perlakuan. Uji t berpasangan dilakukan untuk menganalisis perbedaan
kekerasan antara sebelum dan sesudah perlakuan, sedangkan uji t tidak
berpasangan dilakukan untuk menganalisis perbedaan kekerasan dari dua
kelompok uji.
Hasil uji t berpasangan pada kelompok uji satu menunjukkan bahwa
kekerasan email antara sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu
memiliki perbedaaan yang signifikan. Email gigi terdiri dari kristal
hidroksiapatit yang terdiri dari ion kalsium dan fosfat. Susu merupakan
minuman yang mengandung kalsium dan fosfor. Kandungan kalsium dan
fosfor pada susu berperan dalam pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dan
fosfor dari susu dapat membantu proses remineralisasi. (Fajerskov & Kidd,
2008). Remineralisasi adalah proses pembentukan kembali mineral-mineral
gigi. Hal ini dapat menyebabkan email menjadi keras karena mineral-mineral
gigi yang yang kembali utuh dan tersusun padat (Nanci, 2003). Proses difusi
berperan dalam remineralisasi gigi. Ion kalsium dan fosfat yang terdapat pada
susu akan terdeposit pada permukaan enamel dan berdifusi ke dalam
mikroporositas gigi sehingga terjadi proses remineralisasi. (Widyaningtyas et
Hasil uji t berpasangan pada kelompok uji dua menunjukkan bahwa
kekerasan email antara sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu
dan TAF memiliki perbedaaan yang signifikan. Topikal aplikasi fluor adalah
salah satu cara untuk mencegah terjadinya karies (Bakar, 2012). Fluor
berperan dalam menghambat terjadinya karies melalui mekanisme
fisik-kimawi. Fluor mampu mengurangi demineralisasi dan meningkatkan
remineralisasi (Anusavice, 2003). Fluor akan membentuk fluoroapatit saat
proses remineralisasi dan menggantikan hidroksiapatit. Fluoroapatit dapat
memperkuat gigi dan menjadikan gigi lebih tahan terhadapt asam. (Welbury
et al., 2005).
Hasil uji t tidak berpasangan pada kedua kelompok menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan kekerasan yang signifikan pada kedua kelompok
uji (p<0,05). Kalsium, fosfor, dan fluor diketahui berperan dalam proses
remineralisasi gigi. Kalsium dan fosfor pada susu dapat membentuk
hidroksiapatit, sedangkan fluor dari TAF akan membentuk fluoroapatit. Saat
proses remineralisasi fluor akan bersubstitusi dengan ion hidroksil
membentuk fluoroapatit (Welbury et al., 2005). Rata-rata kekekerasan email
pada perendaman menggunakan susu lebih besar dibandingkan pada
perendaman menggunakan TAF dan susu. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil dari penelitian yang di lakukan oleh Rahardjo, dkk. (2014) yang berjudul “The Effect of Milk or its Combination with Tea and 0,2% NaF on
47
Tomography”, yaitu remineralisasi enamel lebih efektif pada aplikasi susu
murni dibandingkan dengan susu yang di tambahkan dengan NaF 0,2%.
Proses remineralisasi dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya
adalah derajat keasaman daerah sekitar gigi (pH), waktu, konsentrasi, dan
viskositas larutan yang mengandung ion-ion pendukung proses
remineralisasi. Lingkungan yang asam akan membuat enamel gigi terjadi
mikroporusitas yang lama kelaman terus menerus akan mendemineralisasi
gigi sedangkan remineralisasi diperlukan lingkungan dengan pH normal.
(Fajerskov & Kidd, 2008). Pada penelitian ini tidak digunakan larutan asam
untuk menghasilkan permukaan porus. Porus sampel gigi bergantung pada
keadaan dan kekerasan awal gigi yang tidak dapat di kontrol. Susu memiliki
viskositas yang rendah. Semakin rendah viskositas larutannya, maka akan
semakin mendukung proses remineralisasi karena larutan mudah melakukan
48 A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian tentang perbedaan
tingkat kekerasan email antara gigi desidui yang diberi TAF dan tidak diberi
TAF pada perendaman menggunakan susu, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Terdapat perbedaan tingkat kekerasan email antara gigi desidui dengan
TAF dan tanpa TAF pada perendaman menggunakan susu.
2. Kekerasan email gigi desidui tanpa TAF pada perendaman menggunakan
susu lebih tinggi tingkat kekerasannya dibandingkan dengan gigi yang
diberi TAF dan direndam menggunakan susu.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efektivitas TAF terhadap
proses remineralisasi pada gigi yang mengalami demineralisasi akibat
karies dan erosi.
2. Dapat dilakukan penelitian serupa dengan menggunakan variabel
49
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Trimurni & Hutagalung, Mita Z. 2010. Pengaruh Teh Kombucha Terhadap Kekerasan Enamel. Dentika Dental Journal, Vol 15 : 16-70.
Adhani, R., Sari, Nadya N., & Aspriyanto, Didit. 2014. Nursing Mouth Caries Anak 2-5 Tahun di Puskesmas Cempaka Banjarmasin.
Angela, Ami. 2005. Pencegahan Primer pada Anak yang Berisiko Karies Tinggi. Anusavice, Kenneth J. 2003. Philips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Ed
10. Jakarta : EGC
Avery, James K. & Cheiego D. J. 2006. Essentials of Oral Histology and Embryologi. 3rd edition. Canada : Mosby, Inc
Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis. Ed 2. Yogyakarta: Quantum Sinergis Media
Berg, Joel H. & Slayton, Rebecca L. 2009. Early Childhood Oral Health. USA: Wiley-Blackwell.
Cameron, Angus C., & Widmer, Richard P. 2008. Handbook of Pediatric Dentistry. 3rd edition. USA : Elsevier Limited.
Casamassimo, Paul S., Fields, Henry W., Mctigue Dennis J., & Nowak, Arthur J. 2013. Pediatric Dentistry Infancy Through Adolesence. 5th edition. Missouri : Elsevier Inc.
Chotiah, Siti. 2008. Beberapa Bakteri Patogen yang Mungkin Dapat Ditemukan pada Susu Sapi dan Pencegahannya.
Fejerskov, Ole, & Kidd, Edwina. 2008. Dental Caries: The Disease and Itts Clinical
Management. 2nd edition. UK: Blackwell Munksgaard Ltd.
Harsanur, Itjiningsih W. 1995. Anatomi Gigi. Jakarta : EGC
Hiatt, James L., & Gartner, Leslie P. 2009. Textbook of Head and Neck Anatomy. 4th edition. Philadelphia : LWW
49
Nanci, Antonio. 2003. Ten Cate’s Oral Histology: Development, Structure and
Function. 6th edition. USA: Mosby Inc.
Nasution, Minasari Imran. 2008. Morfologi Gigi Desidui dan Gigi Permanen. Medan : USU Press
Nugroho, T.A., Kusumawati, Y., & Raharjo, B. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Orang Tua Tentang Pemberian Susu Botol dengan Kejadian Karies Gigi pada Siswa Prasekolah. Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 5, No. 2 : 165-174.
Prasetyo, Edhie A., 2005. Keasaman Minuman Ringan Menurunkan Kekerasan Permukaan Gigi. Majalah Kedokteran Gigi (Dent J), Vol 38, No 2, 60-63 Rahardjo, A., Sahertian, Raisa D., Ramadhani, Siti A., Maharani, Diah A., Latief.
2014. The Effect of Milk or its Combination with Tea and 0,2% NaF on Dental
Enamel Demineralization Analyzed by Micro Computed Tomography. Journal
of Dentistry Indonesia, Vol 21, No 2, 53-56.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Scheid, R. C. 2012. Anatomi Gigi. Ed 8. Yogyakarta : EGC.
Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. p. 2-9.
Welbury, Richard R., Duggal, Monty S., & Hosey, Marie-Therese. 2005. Paediatric
Dentistry. 3rd edition. US: Oxford University Press Inc.
,169 16 ,200* ,932 16 ,260
,128 16 ,200* ,969 16 ,826
Sebelum_Susu Setelah_Susu
Stat istic df Sig. Stat istic df Sig.
This is a lower bound of the true signif icance.
Stat istic df Sig. Stat istic df Sig.
Kolmogorov -Smirnova Shapiro-Wilk
This is a lower bound of the true signif icance. *.
Lillief ors Signif icance Correction a.
Paired T Test Susu dan TAF
Paired Samples Test
-Test of normality Susu dan (Susu dan TAF)
This is a lower bound of the true signif icance. *.
Lillief ors Significance Correction a.
Independen T Test Susu dan (Susu dan TAF)
Independent Samples Test
3,122 ,087 2,957 30 ,006 ,115562 ,039084 ,035741 ,195384
Gigi pada clay sebelum ditanam dalam balok resin
Mencampur resin dengan katalis untuk membuat balok resin
Alat Micro Vickers Hardness Tester
Indenter menekan pada permukaan gigi
Perbedaan Tingkat Kekerasan Email antara Gigi Desidui Dengan TAF
dan Tanpa TAF Sebelum dan Sesudah Perendaman pada Susu
The Hardness Difference between Deciduous Tooth Enamel With and
Without TAF Before and After Soaking in Milk
Architamora Ayu Hapsari1, Atiek Driana Rahmawati2 1
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2
Dosen Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Abstrak
Kata kunci : Kekerasan email, Gigi desdui, TAF, Fluor, Susu
Abstract
Background: Deciduous teeth is the children’s teeth which already erupted perfectly at
the age of 2.5 years as well as serving for the mastication, phonation, esthetic, and
supporting periodontal tissues of children. The structure of tooth enamel has a different
structure with permanent tooth enamel. Enamel is the outer structure of the teeth in the
form of hard tissue that contains hydroxyapatite. Demineralization can occur in email
as a result of which the acid can dissolve hydroxyapatite so that the enamel becomes
soft. Remineiralization process required for the re-establishment of the missing tooth
mineral. Calcium, phosphat, and fluor play a role in the remineralization process.
Purpose: This study aims to determine hardness differences of deciduous tooth enamel
with TAF and without TAF before and after immersion in milk. Materials and methods:
Research design used is an experimental laboratory in vitro. Samples are deciduous
anterior teeth post extraction. The study was conducted by giving treatment to each
tooth samples each test group. Tooth hardness measured before and after treatment.
Result: The results showed that there are signifcant different hardness of deciduous
teeth enamel with TAF and without TAF after immersion in milk (p<0,05). The tooth
enamel without TAF on immersion in milk is harder than the tooth enamel that have
been given TAF and soaked in milk.
Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan gigi pada anak merupakan salah satu hal yang
perlu mendapat perhatian, khususnya gigi desidui. Gigi desidui mengalami
perkembangan sejak anak masih dalam kandungan. Perkembangan gigi desidui melalui
beberapa tahap, mulai dari pembentukan dan mineralisasi pada mahkota gigi serta
kalsifikasi akar yang kemudian diikuti dengan pertumbuhan jaringan pendukung
disekitar gigi.1
Email gigi adalah bagian terluar dari mahkota gigi yang mengalami mineralisasi
dan berfungsi untuk melindungi jaringan gigi. Kandungan mineral yang tinggi
menyebabkan struktur email keras namun apabila terjadi demineralisasi dapat
menyebabkan email menjadi mudah rapuh.2 Demineralisasi merupakan proses
hilangnya sebagian atau seluruh mineral email. Remineralisasi adalah proses
pembentukan kembali mineral-mineral email yang larut akibat proses demineralisasi.
Proses remineralisasi gigi dipengaruhi oleh ion kalsium dan fosfat.3
Karies merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya demineralisasi
pada jaringan keras gigi. Perlunakan email dan dentin merupakan awal dari terjadinya
karies. Anak-anak pada umumnya lebih rentan terhadap karies karena gigi desidui
sangat peka terhadap kerusakan gigi.4
Susu merupakan salah satu minuman yang menjadi kegemaran anak. Susu
mengandung nilai gizi yang cukup tinggi untuk menunjang pertumbuhan tulang dan
gigi. Kandungan susu diantaranya adalah protein, kalsium, fosfor, vitamin A dan
Topikal aplikasi fluor (TAF) adalah salah satu tindakan preventif untuk
mencegah terjadinya karies. Fluor dapat membentuk fluorapatit untuk menggantikan
hidroksiapatit gigi saat proses remineralisasi. Fluor berperan dalam penghambatan
karies melalui mekanisme fisik-kimiawi dan biologi. Mekanisme fisik-kimiawi adalah
fluorida dapat membentuk struktur tahan asam sehingga mengurangi demineralisasi dan
meningkatkan remineralisasi. Mekanisme biologi adalah fluorida dapat menghambat
metabolisme bakteri plak gigi.5
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kekerasan
email antara gigi desidui yang telah dilakukan pemberian TAF dan tidak dilakukan
pemberian TAF pada perendaman menggunakan susu.
Bahan dan Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratoris secara in vitro
untuk menguji perbedaan kekerasan email gigi desidui dengan TAF dan tanpa TAF
sebelum dan sesudah perendaman menggunakan susu. Penelitian ini dilakukan di