• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Alat Bantu Komunikasi Antar Tunanetra-Tunarungu Menggunakan Kode Braille Dan Pengenalan Pola Suara Per Kata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Alat Bantu Komunikasi Antar Tunanetra-Tunarungu Menggunakan Kode Braille Dan Pengenalan Pola Suara Per Kata"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

Jaringan

LAN

Program

(Visual Basic)

Sub sistem pada

sisi Tunarungu

Earphone

Mikrofon

Kode

Braille

Mikrokontroler

BS2P40

Jaringan

LAN

(7)

B

Mulai

Pengiriman dan Peneriman

Data pada tunarungu dan

tunanetra melalui LAN

push button

kiri ditekan?

“ENTER”

ditekan?

Teks menjadi

Suara

Data BS2P40

Solenoid

Kode Braille

A

B

push button

kanan

ditekan

?

A

mikrofon

earphone

Suara

menjadi

Teks

(8)

2

(9)

Kode

Braille

Karakter

Kata

100%

100%

60%

Teks menjadi

Suara

B. Inggris

B. Indonesia

100%

Suara

menjadi Teks

B. Inggris

B. Indonesia

Tanpa

Pelatihan

Pelatihan

43.57%

77.14%

(10)

Alat bantu komunikasi menggunakan kode braille dan

pengenalan pola suara dapat dirancang dan

direalisasikan

Untuk sistem konversi suara ke teks masih dalam tahap

penyelesaian

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)

PENGEMBANGAN ALAT BANTU KOMUNIKASI ANTAR

TUNANETRA-TUNARUNGU MENGGUNAKAN KODE

BRAILLE DAN PENGENALAN POLA SUARA PER KATA

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan pada

Program Studi Sistem Komputer Strata Satu di Jurusan Teknik Komputer

Oleh

Seliwati

10207091

Pembimbing Ir Syahrul, MT Sri Supatmi, S.Kom

JURUSAN TEKNIK KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(20)

vi

ABSTRAK

Pada tulisan ini dikemukakan hasil penelitian tentangpengembangan alat bantu

komunikasi antar tunanetra-tunarungu menggunakan kode Braille dan pengenalan pola suara per kata. Perancangan dan implemetansi yang dilakukan adalah bagaimana membangun bantuan komunikasi bagi penyadang tunanetra dan tunarungu agar dapat berkomunikasi dengan kode braille serta konversi tulisan menjadi suara dan penggenalan suara. Alat bantu kode braille yang dirancang menggunakan mikrokontroler BS2P40 untuk konversi karakter-karakter yang dikirim oleh komputer menjadi kode braille dan jenis karakter dari karakter tersebut. Untuk pembentuk

kode braille digunakan solenoid yang membutuhkan driver IC ULN2803 dan menggunakan

serial port untuk komunikasi antar komputer dan mikrokontoler.Pengenalan pola suara

menggunakan Teknik diktasidan dirancang menggunakan SAPI dan Program Visual basic 6.0

untuk membuat aplikasi.

Dari hasil perancangan dan implementasi yang dilakukan diperoleh semua karakter dan 10 kata dasar bahasa Indonesia yang dikirim dari komputer tunarungu ke tunanetra sudah dapat

mengubah tulisan menjadi karakter braille melalui pengkodean menggunakan solenoid,

sedangkan tulisan ke suara sudah dapat terdengar lafal dari 35 sampel kata Bahasa Inggris semuanya dinyatakan berhasil(lafal kata jelas terdengar). Sementara untuk sampel kata Bahasa Indonesia yang dinyatakan berhasil ±20 kata.

(21)

vii

ABSTRACT

At this writings is written the result of research about “development of the

communication tool to help between blind and deaf using braille code and

recognition of voice pattern”. The design and implementation is how to build a help

tool to let a deaf and blind person communicate using Braille code and also converting text into speech and speech recognition. The Braille code help tool is made of BS2P40 microcontroller to convert character sent by the computer into Braille codes and the type of the character as well.To make the Braille code, solenoid is used, which needs IC ULN2803 drivers and serial port as the tool to communicate between computer and microcontroller. The speech recognition uses dictation technique and its made by SAPI and visual basic 6.0 program for the application.

From the design and implementation, all characters is obtained and 10 basic

Indonesian language that’s sent by a deaf or blind person can be converted into

Braille character using codes of solenoid, while of the text to speech was audible pronunciation of the 35 samples of English words are all declared a succeeded (pronunciation of the word clearly audible). While for the sample said Indonesian language that was approved ± 20 words

(22)

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pemelihara alam

semesta, dan keluarga dan para pengikutnya yang setia hingga akhir masa.

Atas berkat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan

Skripsi ini, meskipun proses belajar sesungguhnya tak akan pernah berhenti. Skripsi

ini sesungguhnya bukanlah sebuah kerja individual dan akan sulit terlaksana tanpa

bantuan banyak pihak yang tak mungkin Penulis sebutkan satu persatu, namun

dengan segala kerendahan hati, Penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Kedua Orang Tua, kakak dan keluarga besar tercinta yang senantiasa

tidak henti-hentinya mencurahkan cinta, kasih sayang, perhatian, nasihat,

serta motivasi kepada penulis selama studi.

2. Ibu Sri Nurhayati, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknik Komputer,

Universitas Komputer Indonesia.

3. Bapak Ir. Syahrul, MT, selaku Pembimbing I yang telah banyak

memberikan arahan, saran, nasihat, motivasi dan bimbingan kepada

penulis selama menempuh studi.

4. Bapak Sri Supatmi, S. Kom., selaku Pembimbing II yang telah banyak

memberikan arahan, saran, nasihat, motivasi dan bimbingan kepada

Penulis selama menempuh studi.

5. Bapak Yusrila Y. Kerlooza selaku wali deson yang telah banyak

memberikan arahan, saran, nasihat, motivasi dan bimbingan kepada

Penulis selama menempuh studi.

6. Bapak dan Ibu seluruh staff dosen Jurusan Teknik Komputer dan yang

pernah mengajar penulis serta seluruh Staff Administrasi Universitas

Komputer Indonesia, yang telah banyak memberikan ilmu, motivasi dan

(23)

v

7. Teman – teman di Laboratorium Elektronika dan Sistem Digital terima

kasih atas dukungannya.

8. Teman – teman angkatan 2007, khususnya kelas 07 TK-2 yang telah

banyak membantu selama studi maupun selama proses pengerjaan tugas

akhir.

9. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas bantuan, dukungan dan

motivasinya selama melaksanakan studi dan menyelesaikan Skripsi ini.

Akhirnya, Penulis berharap semoga penelitian ini menjadi sumbangsih yang

bermanfaat bagi dunia sains dan teknologi di Indonesia, khususnya disiplin keilmuan

yang Penulis dalami.

Bandung,Agustus 2012

(24)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... ii HALAMAN PERNYATAAN ... iii KATA PENGANTAR ... iv ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii DAFTAR ISI ... viii DAFTAR TABEL ... xi DAFTAR GAMBAR ... xii BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Batasan Masalah ... 2

1.3 Metodelogi Penelitian ... 2

1.4 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II ... 4 LANDASAN TEORI... 4

2.1 Kode Braille ... 4

2.2 Perangkat Keras ... 5

2.2.1 Mikrokontroler Basic Stamp (BS2P40) ... 5

2.2.2 Pengenalan Basic Stamp Editor ... 6

2.2.3 Solenoid ... 10

2.2.4 Catu Daya ... 12

2.2.5 MAX232 ... 13

2.3 Suara ... 13

2.4 Speech Recognition ... 14

2.4.1 Mode Sistem Pengenalan Pembicaraan ... 14

2.4.2 Pemisahan Kata ... 15

2.4.3 Sifat Pengenalan Pembicaran ... 16

(25)

ix

2.4.5 Perbendaharaan Kata ... 17

2.4.6 Perangkat yang Dibutuhkan untuk Pengenalan Suara Menggunakan

SAPI 5.1 ... 17

2.4.7 Batasan Pengenalan Suara ... 19

2.5 Diktasi ... 19

2.6 Perangkat Lunak ... 20

2.6.1 Microsoft Speech Application Programming Interface ... 20

2.6.2 Visual Basic 6.0 ... 21

BAB III ... 23 PERANCANGAN SISTEM ... 23

3.1 Prinsip Kerja Sistem ... 23

3.2 Perancangan Perangkat keras ... 24

3.2.1 Perangkat keras pada Alat Bantu Tunanetra ... 25

3.2.2 Mikrokontroler Basic Stamp ... 25

3.2.3 Solenoid dan DriverSolenoid ... 26

3.2.4 Catu daya ... 27

3.3 Jalur Komunikasi ... 28

3.3.1 LAN(Local Areal Network) ... 28

3.3.2 Komunikasi Serial Max 232 ... 29

3.4 Perancangan Perangkat Lunak ... 30

3.4.1 Perancangan Visual Basic pada Tunarungu dan Tunanetra... 30

3.4.2 Perancangan Program Basic Stamp ... 37

3.4.3 Perancangan Pengenalan Pola Suara ... 40

BAB IV ... 41 PENGUJIAN DAN ANALISA ... 41

4.1 Pengujian Terhadap Perangkat Keras ... 41

4.1.1 Pengujian Kode Braille ... 41

4.1.2 Pengujian Terhadap Perangkat Lunak ... 44

4.2 Analisa Perangkat Lunak ... 51

4.2.1 Analisa Program pada Mikrokontroler Basic Stamp ... 51

4.2.2 Analisa Perangkat Lunak untuk Komunikasi Serial ... 51

(26)

x

4.2.4 Analisa Perangkat Lunak untuk Pengecekan Identifier ... 52

4.2.5 Analisa Perangkat Lunak untuk Pemicu Driver Solenoid ... 53

BAB V ... 54 KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1 Kesimpulan... 54

(27)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman serba modern seperti zaman sekarang ilmu pengetahuan dan

teknologi sangat diperlukan untuk membantu aktivitas manusia dalam kehidupan

sehari-hari. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) di dunia

komputasi didorong oleh suatu kebutuhan manusia akan tercapainya suatu

kenyamanan dan kepraktisan

Kenyamanan berkomunikasi tidak akan terjalin, apabila memiliki kekurangan

fisik, sebagai contoh yaitu komunikasi antar tunanetra dan tunarungu, dengan

kekurangan fisik yang dimiliki maka komunikasi antar tunanetra dan tunarungu sulit

untuk terjalin. Kesulitan komunikasi ini terjadi disebabkan masih jarangnya ditemui

alat bantu komunikasi antar tunanetra dan tunarungu.

Sistem ini telah dibuat sebelumnya oleh Mochamad Fajar Wicaksono dengan

NIM 10204002 angkatan 2004 dengan judul Alat Bantu Komunikasi Untuk

Penyadang Tunanetra dan Tunarungu Menggunakan Alat Bantu Kode braille dan

Pengenalan Pola Suara Per Karakter dan berfungsi dengan baik. Pada sistem yang

telah dibuat sebelumnya telah berhasil menterjemahkan karakter yang dikirim oleh

tunarungu ke tunanetra dengan karakter braille dengan bantuan solenoid.

Pada sistem sebelumnya memiliki kekurangan dalam pengiriman tulisan dari

tunarungu ke tunanetra hanya per karakter dan hanya tulisan saja. Sehingga sistem ini

dapat dikembangkan lebih baik pada sisi masukan dan keluarnya yaitu per kata dan

selain tulisan juga dengan suara dari masukannya dan pengembangan lainnya yaitu

komunikasi antara tunanetra dengan tunarungu yang berbasis jaringan LAN (Local

(28)

2

1.2 Batasan Masalah

Pada perancangan yang akan dibuat terdapat beberapa batasan masalah yaitu:

1. Penerapan alat bantu komunikasi untuk penyadang tunanetra dan tunarungu

menggunakan alat bantu dua buah komputer.

2. Aktuator yang digunakan dalam pembuatan kode braille adalah solenoid.

3. Tunarungu yang dimaksud adalah tunarungu sejak lahir, maka tunarungu

tersebut tidak bisa mendengar dan berbicara.

4. Pengenalan pola suara menggunakan mode Diktasi.

5. Komunikasi sistem berada pada jaringan LAN, misalnya pada suatu Gedung

Yayasan Sosial.

1.3 Metodelogi Penelitian

Metodologi penelitian yang dilakukan dalam penyelesaian tugas akhir ini

meliputi

1. Studi literatur

Suatu metode pengumpulan data dengan membaca atau mempelajari buku

yang berhubungan dengan masalah yang menjadi topik tugas akhir.

2. Perancangan

Mengaplikasikan teori yang peroleh dalam perancangan sistem untuk

perangkat keras, perangkat lunak dan pengujian sistem

3. Eksperimen

Melakukan eksperimen atau uji coba alat, komponen dan kerja alat bantu

(29)

3

4. Analisa data

Analisa yang dilakukan dari pengujian sistem dan mengambil sebuah

simpulan dari penelitian ini.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, batasan

masalah, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini membahas tentang teori-teori pendukung yang digunakan dalam

perencanaan dan pembuatan tugas akhir.

BAB III: Perancangan Sistem

Bab ini berisikan tentang perancangan alat yang dibuat untuk tugas akhir

ini, meliputi garis besar sistem, perancangan perangkat keras dan

perancangan perangkat lunak yang digunakan.

BAB IV : Pengujian dan Analisa Sistem

Bab ini berisi tentang pengujian–pengujian dan analisa data pada tugas

akhir ini.

BAB V : Simpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang simpulan yang diperoleh selama melakukan

penelitian dan saran untuk pengembangan alat.

(30)

4

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kode Braille

Braille adalah sejenis sistem tulisan sentuh yang digunakan oleh penyadang

cacat tunanetra. Sistem ini awalnya dirancang oleh Louis Braille yang

berkewarganegaraan Prancis yang buta sejak kecil. Ketika usia 15 tahun, Louis

Braille mengubah bentuk tulisan latin biasa menjadi tulisan sentuh yang dapat

digunakan tentara untuk membaca dalam gelap. Sistem ini dinamakan sistem braille

dengan tujuan mendapatkan kemudahan dalam membaca. Namun saat itu braille tidak

mempunyai huruf W, tetapi sekarang braille mempunyai huruf W. ada beberapa versi

tulisan braille diberbagai negara, yaitu Standar Braille, American Modified Braille,

US Computer Braille, US Extended Computer Braille, Euro Computer Braille , ISO

8859-I Braille, Russian Braille, Greek Braille, Hebrew Braille, Arab Braille, Japanese

Braille, Korean Braille, Chinese Braille, Braille ASCII, Unicode.

Selain standar braille, umumnya semua versi diatas memiliki perbedaan dalam

hal, yaitu membedakan antara huruf besar dan huruf kecil dalam satu blok,

membedakan antara huruf besar dan angka dalam satu blok, banyaknya jenis karakter

yang dapat diterjemahkan kedalam kode braille dan jumlah dot yang digunakan

(standar braille menggunakan 6 dot sedangkan versi lama braille menggunakan 8

[image:30.612.233.404.560.645.2]

dot).

(31)

5

2.2 Perangkat Keras

2.2.1 Mikrokontroler Basic Stamp (BS2P40)

Basic Stamp adalah suatu mikrokontroler yang dikembangkan oleh Parallax

Inc yang diprogram menggunakan bahasa pemrograman basic dan populer sekitar

pada tahun 1990-an. Mikrokontroler Basic Stamp membutuhkan catu daya saat

men-download dan program di download melaui port serial.

Kode PBasic (Pemograman Basic) disimpan di dalam EEPROM serial pada

board basic stamp. EEPROM digunakan dalam basic stamp 1 dan 2 yang dijamin

menyimpan selama 40 tahun ke depan dan mampu ditulisi ulang 10.000.000 kali per

lokasi memori.

Mikrokontroler Basic Stamp memiliki beberapa versi yang berbeda–beda,

yaitu basic stamp 1, basic stamp 2, basic stamp 1e, basic stamp 2P, basic stamp 2Pe

dan basic stamp 2sx. Basic Stamp jalan pada tegangan DC 5 sampai 15 volt. Basic

Stamp yang dipakai adalah BS2P40 yang mempunyai 40 pin I/O. Pemilihan basic

stamp ini karena membutuhkan banyak masukan atau keluaran yang dipakai dalam

[image:31.612.249.410.446.568.2]

pengontrolan solenoid. Berikut ini adalah tampilan mikrokontroler BS2P40.

Gambar 2.2 Modul Mikrokontroler BS2P40

Modul Basic Stamp 2p40 mempunyai spesifikasi perangkat keras sebagai

berikut:

1. Mikrokontroler Basic Stamp 2P40 Interpreter Chip (PBASIC48W/P40)

(32)

6

3. Kecepatan prosesor 20MHz Turbo dengan kecepatan eksekusi program hingga

12000 instruksi per detik.

4. RAM sebesar 38 byte (12 I/O, 26 variabel) dengan Scratch Pad sebesar 128 byte.

5. Jalur masukan/keluaran sebanyak 32 pin.

6. Tersedia jalur komunikasi serial UART RS-232 dengan konektor DB9.

7. Tegangan masukan 9 – 12 VDC dengan tegangan keluaran 5 VDC.

[image:32.612.259.391.243.522.2]

Berikut ini adalah alokasi pin yang terdapat pada mikrokontroler BS2P40.

Gambar 2.3 Alokasi Pin Basic Stamp

2.2.2 Pengenalan Basic Stamp Editor

Perangkat lunak merupakan faktor penting dalam tahap perancangan alat

bantu komunikasi antara tunanetra dan tunarungu. Perangkat lunak ini merupakan

algoritma atau listing program yang ditanamkan kedalam mikrokontroler. Program

dapat bermacam-macam bentuk dan bahasanya sesuai dengan spesifikasi dari

(33)

7

Mikrokontroler BS2P40 menggunakan bahasa pemrograman basic. Perangkat

lunak yang digunakan adalah basic stamp editor. Basic stamp editor adalah sebuh

editor yang dibuat oleh Paralax-Inc untuk menulis listing program meng-compile dan

men-download-nya ke mikrokontroler keluarga basic stamp. Program ini

memungkinkan penggunanya memprogram Basic Stamp dengan bahasa basic yang

relatif ringan dibandingkan bahasa pemrograman lainnya. Berikut ini beberapa

[image:33.612.195.447.250.554.2]

perintah-perintah dasar yang dapat digunakan pada mikrokontroler BS2P40.

Tabel 2.1 Beberapa Perintah Dasar Basic Stamp

Instruksi Keterangan

DO...LOOP Perulangan

GOSUB Memanggil prosedur

IF..THEN Percabangan

FOR...NEXT Perulangan

PAUSE Waktu tunda milidetik

IF...THEN Perbandingan

PULSIN Menerima pulsa

GOTO Loncat ke alamat memori tertentu

HIGH Menset pin I/O menjadi 1

LOW Menset pin I/O menjadi 0

2.2.2.1Memprogram Basic stamp

Dalam membuat sebuah program secara umum, dapat dibagi menjadi 4 bagian

(34)

8

1. Header

Header ditulis paling awal listing program yang dibuat. Bagian ini menentukan

tiga prosesor yang digunakan dan versi dari compiler PBASIC yang digunakan untuk

meng-compile bahasa basic menjadi bahasa mesin.

' {$STAMP BS2}

' {$PBASIC 2.5}

2. Variable

Beberapa ketentuan untuk mendeklarasikan variabel dalam mikrokontroler

PIN : PIN dari mikrokontroler (0-15)

VAR : variable

PIN yang digunakan sudah ditentukan sesuai dengan konfigurasi perangkat keras

yang digunakan adalah BS2P40.

3. Program utama

Pada bagian program utama bisa melakukan dua mode yaitu mode pengetikan

langsung atau mode pemanggilan prosedur. Mode pengetikan langsung akan efektif

jika program tidak terlalu banyak dan kasus yang sederhana, tetapi jika program

sudah mulai banyak atau rumit, maka sebaiknya program utama memanggil prosedur.

Pemanggilan prosedur akan mempermudah dalam pemeriksaan dan lebih terkendali.

Contoh program:

Main:

HIGH 8 'LED Mati

PAUSE 1000 „delay 1 detik

LOW 8 LED Hidup

PAUSE 5000 'delay 5 detik

GOTO Main „kembali ke main

4. Prosedur

Sebuah prosedur harus mempunyai nama prosedur yang disimpan dibagian paling

atas prosedur itu sendiri, serta harus diakhiri dengan return agar kembali lagi ke

(35)

9

Contoh Program:

Main:

GOSUB Hello

DEBUG "How are you?" END

Hello:

[image:35.612.113.559.227.557.2]

DEBUG "Hello, my friend!", CR RETURN

[image:35.612.181.464.506.598.2]

Gambar 2.4 Layar Editor Basic Stamp

(36)

10

2.2.3 Solenoid

Solenoid adalah alat yang dapat meng-konversi sinyal elektrik atau arus listrik

menjadi gerak mekanik. Solenoid dibuat dari kumparan dan inti besi yang dapat

digerakkan yang berfungsi sebagai aktuator pada alat bantu kode braille.

Secara skematik bentuk dari solenoid dapat dilihat pada gambar 2.6, dimana

solenoid terdiri dari n buah lilitan kawat berarus listrik (I), medan magnet yang

dihasilkan memiliki arah seperti pada gambar 2.6, dimana kutub utara magnet

mengikuti aturan tangan kanan.

Gambar 2.6 Solenoid dengan lilitan n

Gambar 2.7 Solenoid

Kuat medan magnet pada solenoid dengan jumlah lilitan persatuan panjang n

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini:

�= �0.�.�……….(2.1)

dimana:

�= �

�………..………(2.2)

keterangan:

B = Medan magnet

μ0 = Konstanta permeabilitas udara n = jumlah lilitan persatuan panjang

N = Jumlah lilitan

l = Panjang lilitan

(37)

11

2.2.3.1Cara Kerja Solenoid

Prinsip kerja dari solenoid berdasarkan pada pengantar yang membawa arus

kedalam kumparan sehingga kumparan akan menimbulkan medan magnet. Medan

magnet ini dibuat sedemikian rupa sehingga keadaannya selalu tolak-menolak antara

medan magnet, sedangkan untuk mengubah arah putaran solenoid dengan cara

membalikan polaritas sumber tegangannya.

2.2.3.2Driver Solenoid IC ULN2803

IC ULN2803 merupakan driver solenoid dengan desain dual in-lines

packages. IC ULN2803 memiliki 8 channel masukan dan 8 keluaran dan setiap

[image:37.612.218.427.336.444.2]

channel mengeluarakan arus 500 mA.

Gambar 2.8 Bentuk Fisik IC ULN2803

[image:37.612.253.387.480.676.2]
(38)

12

2.2.4 Catu Daya

Memperoleh suatu catu daya dengan nilai keluaran yang tetap, maka

digunakan IC catu daya 78xx untuk catu daya positif dan IC catu daya 79xx untuk

[image:38.612.115.514.183.284.2]

catu daya negatif

Gambar 2.10 Rangkaian Catu Daya Positif

2.2.4.1LM78xx (IC Catu Daya Tegangan Positif)

Pada gambar 2.11 dibawah ini terlihar bahwa IC LM78xx mempunyai tiga

kaki yang digunakan sebagai komponen pendukung dari Vcc untuk menghasilkan

tegangan 5, 6, 8, 9, 10, 12, 15, 18, 24 volt. Simbol “xx” menandakan besar tegangan

yang dihasilkan pada gambar tersebut, misalkan output-nya sebesar 5 volt maka nilai

untuk menandakan simbol “xx” tersebut adalah 05, jadi pada IC tersebut akan tertulis

LM7805. IC Catu daya ini befungsi untuk menstabilkan tegangan. Penerapan IC ini

mengharuskan Vi> Vo. IC Catu daya yang digunakan yaitu LM7805 untuk

menghasilkan keluaran 5 volt dan LM7809 untuk menghasilkan keluaran 9 volt.

[image:38.612.259.425.546.646.2]
(39)

13

2.2.5 MAX232

Komunikasi yang berhubungan dengan PC tidak bisa dilakukan begitu saja

tanpa ada penghubung antara PC dan mikrokontroler. Oleh karena itu mikrokontroler

membutuhkan komponen tambahan baik untuk berkomunikasi. Pada pembuatan

tugas akhir ini yang digunakan adalah komunikasi serial. Pada mikrokontoler sendiri

terdapat buffer yang dapat digunakan sebagai pendukung proses komunikasi serial.

Pada saat ini banyak komponen yang dapat digunakan untuk pendukung proses

komunikasi ini, salah satunya adalah Max232.

Max232 berfungsi sebagai perantara antara mikrokontoler dengan port serial,

karena mikrokontroler tidak dapat mengirim data begitu saja maka diperlukan

Max232.

Max232 mempunyai 16 kaki yang terdiri keperluan untuk port serial,

komunikasi mikrokontoler dengan maxim. Letak dari masing-masing port dapat

dilihat pada gambar 2.12

Gambar 2.12 Konfigurasi Pin MAX232

2.3 Suara

Suara adalah sesuatu yang dihasilkan oleh getaran yang berasal dari benda

bergerak, sesuatu yang menghasilkan bunyi, dan suara adalah sebuah tekanan

gelombang udara, maka memiliki nilai kontinu terhadap waktu. Suara atau bunyi

biasanya merambat melalui udara dan akan memantul apabila ada dinding, suara atau

[image:39.612.234.403.403.522.2]
(40)
[image:40.612.144.467.84.127.2]

14

Gambar 2.13 Skema Suara

Suara berhubungan erat dengan rasa “mendengar”. Suara/bunyi biasanya

merambat melalui udara. Suara/bunyi tidak bisa merambat melalui ruang hampa.

Gelombang suara bervariasi dalam tingkatan tekanan suara (amplitudo) dan dalam

frekuensi. Jumlah waktu yang diperlukan untuk terjadinya suatu getaran atau

gelombang dinamakan perioda (T), sedangkan jumlah gelombang yang terjadi setiap

detik dinamakan frekuensi (f) dengan satuan m/dt (Hz).

Suara yang berada pada jarak pendengaran manusia disebut “AUDIO”. Suara

di luar jarak pedengaran manusia dapat dikatakan “NOISE” (getaran yang tidak

beratur dan tidak berurutan dalam berbagai frekuensi, tidak dapat didengar manusia).

2.4 Speech Recognition

Teknologi pengenalan suara adalah teknologi yang menggunakan peralatan

dengan sumber masukannya berupa suara, seperti mikrofon menginterpretaskan suara

manusia sebagai metode alternatif interaksi dengan komputer. Teknologi pengenalan

suara tidak sama dengan teknologi voice recognition yang hanya mengenali suara

sebagai identifikasi keamanan. Sistem komersial untuk pengenalan suara telah ada

sejak tahun 1990. Walaupun teknologi ini sukses, masih sedikit orang yang

menggunakan sistem pengenalan suara pada komputer. Kebanyakan pengguna

komputer dalam berinteraksi dengan komputernya merasa lebih nyaman dengan

menggunakan peralatan-peralatan masukan konvensional yaitu keyboard dan mouse,

walaupun kenyatanya dengan menggunakan teknologi pengenalan suara

memungkinan pengguna untuk berbicara secara langsung dan cepat serta efisien.

2.4.1 Mode Sistem Pengenalan Pembicaraan

(41)

15

1. Mode Diktasi. Pada mode ini pengguna komputer mengucapkan kata atau

kalimat yang selanjutnya akan dikenali oleh komputer dan diubah menjadi data

teks. Kemungkinan jumlah kata yang dapat dikenali dibatasi oleh jumlah kata

yang telah terdapat pada database. Pengenalan mode diktasi merupakan speaker

dependent. Keakuratan mode ini tergantung pada pola suara dan akses pembicara

serta pelatihan yang telah dilakukan

2. Mode command and control. Pada mode ini pengguna komputer mengucapkan

kata atau kalimat yang sudah terdefinisi terlebih dahulu pada database dan

selanjunya digunakan untuk menjalankan perintah tertentu pada aplikasi

komputer, jumlah perintah yang dikenali tergantung dari aplikasi yang telah

didefinisikan terlebih dahulu pada database. Mode ini merupakan speaker

independent karena jumlah kata yang dikenali biasanya terbatas sekali dan ada

kemungkinan pembicara tidak perlu melakukan pelatihan pada sistem

sebelumnya.

Terdapat empat proses utama pada sistem pengenalan pembicaraan, baik pada mode

diktasi ataupun command and control yaitu: pemisahan kata, ketergantungan terhadap

pengguna, pencocokan kata dan perbendaharaan kata.

2.4.2 Pemisahan Kata

Pemisahan kata adalah proses untuk memisahkan suara yang diucapkan oleh

pengguna menjadi beberapa bagian. Masing-masing bagian dapat berupa kalimat atau

satu kata. Terdapat tiga macam metode yang digunakan pada proses pemisahan kata

ini yaitu: discrete speech, word spotting dan continuous speech.

1. Pada discrete speech, pengguna diharuskan mengucapkan kalimat secara

terpenggal dengan adanya jeda sejenak diantara kata. Jeda tersebut digunakan

oleh sistem untuk mendeteksi awal dan akhir sebuah kata. Discrete speech ini

mempunyai kelebihan yaitu sedikit resource yang digunakan oleh sistem untuk

mendeteksi suara, tetapi mempunyai kelemahan yaitu ketidaknyamanan

pengguna dalam mengucapkan sebuah kata atau kalimat.

2. Pada word spotting, dalam sebuah kalimat yang diucapkan pengguna, sistem

(42)

16

dan mengabaikan kata lain yang tidak dimilikinya. Sehingga walau pengguna

mengucapkan kalimat yang berbeda, bila di dalam kalimat tersebut terdapat

sebuah kata yang sama dan terdapat di perbedaharaan sistem, maka hasil

pengenalan akan sama. Kelemahan metode ini adalah besar kemungkinan sistem

melakukan kesalahan arti pengenalan dalam bentuk kalimat. Tetapi metode ini

mempunyai kelebihan yaitu pengguna dapat mengucapkan kalimat secara normal

tanpa harus berhenti diantara kata.

3. Pada metode continous speech, sistem akan mengenali dan memproses setiap

kata yang diucapkan. Metode ini cukup akurat dalam mengenali ucapan

pengguna. Tetapi di samping itu metode ini memerlukan resource yang besar

dalam prosesnya. Pada metode ini, sistem harus dapat mendeteksi awal dan akhir

setiap kata dalam kalimat tanpa adanya jeda diantara kata tersebut, dan setelah

berhasil memisahkan kata, langkah selanjutnya adalah mencocokkan dengan

perbendaharaan kata yang dimilikinya.

2.4.3 Sifat Pengenalan Pembicaran

Sistem pengenalan pembicaraan mempunyai beberapa sifat dilihat dari

ketergantungan tehadap pengguna yaitu speaker dependent, speaker independent dan

speaker adaptive.

1. Speaker Dependent, sistem membutuhkan pelatihan untuk setiap pengguna yang

akan menggunakan sistem tersebut. Sistem tidak akan dapat mengenali pengguna

yang belum pernah melakukan pelatihan.

2. Speaker Independent, pengguna tidak perlu melakukan pelatihan sebelum dapat

menggunakan sistem, karena sistem mampu mengenali suara semua pengguna

tidak tergantung warna suara dan dialek yang digunakan.

3. Speaker Adaptive merupakan perpaduan dari speaker dependent dan speaker

independent, dimana pengguna tidak perlu melakukan pelatihan dan keakuratan

pengenalan sistem akan makin meningkat jika pengguna yang sama bekerja terus

(43)

17

2.4.4 Pencocokan Kata

Pencocokan kata adalah proses untuk mencocokkan kata ucapan yang berhasil

di-identifikasidengan database yang dimiliki oleh sistem. Terdapat dua metode yang

dapat dipakai pada proses pencocokan kata ini, yaitu: whole-word matching dan

phoneme matching.

1. Pada whole-word matching, sistem akan mencari di dalam database kata yang

tepat atau persis dengan hasil ucapan pengguna

2. Phoneme Matching, sistem memiliki kamus fonem.

(fonem adalah bagian tekecil dan unik dari suara yang membentuk sebuah kata)

2.4.5 Perbendaharaan Kata

Perbendaharaan kata adalah bagian terakhir dalam sebuah pengenalan

pembicaraan. Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan pada perbendaharaan kata,

yaitu ukuran dan keakuratan. Jika perbendaharaan kata berjumlah banyak maka

sebuah sistem akan mudah dalam melakukan pencocokan kata, tetapi dengan makin

meningkatnya jumlah perbendaharaan kata, maka jumlah kata yang menpunyai

ucapan hampir sama juga meningkat, hal ini menurunkan keakuratan pengenalan.

Dan sebaliknya, jika sebuah sistem mempunyai perbendaharaan kata sedikit, maka

keakuratan pengenalan akan tinggi karena sedikitnya kata yang hampir sama, tetapi

akan semakin banyak kata yang tidak akan dikenali. Untuk sistem pengenalan

pembicaraan dengan mode command and control, akan lebih baik jika menggunakan

jumlah perbendaharaan kata sedikit (kurang dari 100 kata), tetapi untuk mode diktasi

akan membutuhkan jumlah perbendaharan kata yang banyak.

2.4.6 Perangkat yang Dibutuhkan untuk Pengenalan Suara Menggunakan SAPI 5.1

Sistem suara membutuhkan sumber daya yang intensif. Engine pengenalan

suara membutuhkan RAM(Random Access Memory) yang cukup dan disk space

untuk merespon permintaan pengguna dengan cepat. Oleh karena itu, sangat penting

(44)

18

mengimplementasikannya. Tidak semua komputer memiliki memory, disk space dan

perangkat keras yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan pengenalan suara dan

text-to-speech. Dibawah ini ada tiga kategori umum dari sumber daya yang

dibutuhkan:

1. Perangkat keras umum seperti kecepatan processor dan RAM

Sistem suara membutuhkan sumber suara processor dan RAM. Speech

Recognition (SR) services membutuhkan variasi tingkatan sumber daya yang

tergantung pada jenis engine pengenalan suara yang sudah terinstal dan tingkatan

dari services yang diimplementasikan, sedangkan kebutuhan text-to -speech (TTS)

engine lebih stabil karena hanya tergantung pada engine-text-to- speech yang

diinstal. SR dan TTS engine yang sekarang tersedia untuk SAPI 5.1 yang biasanya

dapat berhasil diimplementasikan menggunkan 486/33 processor chip dan

tambahan 1MB RAM. Tetapi konfigurasi seperti diatas direkomendasikan.

Disarankan processor yang digunakan adalah Pentium Processor (P60 atau lebih)

dan sedikitnya memiliki 16 MB dari total RAM. Sistem yang mendukung diktasi

pengenalan suara membutuhkan sumber daya yang lebih besar. Pada umumnya

yang menerapkan command and control (CnC) services hanya membutuhkan 1MB

dari RAM. Dictation sevices akan membutuhkan sedikitnya 8 MB dari RAM. Tipe

dari samping suara, analisa dan ukuran dari pengenalan kosakata semuanya

mempengaruhi sumber daya yang dibutuhkan.

2. Perangkat lunak seperti sistem operasi dan engine pengenalan suara dan

enginetext-to-speech.

Microsoft speech API hanya dapat diterapkan pada system operasi Windows 32 bit.

Oleh karena itu kita membutuhkan Windows 95, Windows NT atau versi yang lebih

besar lagi pada workstasion. Perangkat lunak yang sangat penting untuk

mengimplementasikan speech services adalah SR engine dan TTS engine. SR dan

TTS engine adalah back-end processing module dari SAPI 5.1 model. Selain

perangkat lunak diatas, perangkat lunak yang harus dimiliki adalah sebuah produk

(45)

19

3. Perangkat keras khusus seperti sound cards, mikrofon, speaker dan headphones.

2.4.7 Batasan Pengenalan Suara

Terdapat tiga batasan yang sangat vital dari teknologi pengenalan suara, yaitu:

1. Identifikasi pembicaran

Kesulitan dalam membedakan pembicara dan juga pada sistem diktasi engine

pengenalan suara tidak dapat membedakan jika ada beberapa pembicara yang

berbicara secara bersamaan.

2. Pengenalan input

Engine pengenalan suara tidak dapat mengenali bahasa alami karena engine

pengenalan suara hanya dapat mengenali kata yang terdapat pada kosakata yang

dimilikinya lalu memprosesnya berdasarkan aturan grammar yang speech engine

diketahui.

3. Akurasi pengenalan

Akurasi pengenalan dapat dipengaruhi oleh dialek, kualitas dari mikrofon dan

level noise yang ada selama sesi pengucapan. Sama seperti pada masalah

pengenalan suara, variasi dialek dapat mengurangi keberhasilan dari engine

pengenalan suara.

2.5 Diktasi

Diktasi merupakan salah satu jenis pengenalan suara di mana suatu mesin

mendengarkan apa yang diucapkan dan menterjemahkan ke dalam bentuk teks.

Semua itu terjadi di dalam speech engine. Kebanyakan dari dictation engines

yang modern menggunakan suatu langkah, di mana engine tersebut mendengarkan

kata yang diucapkan dan memecahkan menjadi suatu rangkaian hipotesis kata. Setiap

hipotesis kata berisi sebuah daftar kata-kata yang mungkin dengan memberikan

(46)

20

Setiap hipotesis kata kemudian disimpan dalam bentuk “context”. Jadi setiap

kata dipertimbangkan hubungannya dengan kata-kata sebelum dan sesudahnya.

Berdasarkan aturan-aturan pada konteks speech engine, maka hasil akhir yang didapat

adalah yang terbaik dari kata yang telah diucapkan. Ketepatan dari diktasi tergantung

dari kecepatan CPU dan sistem memori yang tersedia. Semakin banyak sumber daya

semakin banyak juga konteks yang dapat dipertimbangkan pada suatu waktu dan

dapat menghasilkan pengenalan yang akurat.

Yang penting untuk keakuratan dari pengenalan diktasi adalah engine dapat

mengerti suara setiap pembicara. Speech engines dikhususkan untuk suatu bahasa

tertentu bahkan mungkin hanya untuk suatu daerah. Inilah alasan mengapa ada

English Engine, French Engine, Chinese Engine dan lain-lain. Pada setiap bahasa

tersebut terdapat perbedaan-perbedaan (kadang perbedaan yang ekstrim). Seorang

anak perempuan berumur 5 tahun di komputer suaranya sangat berbeda dengan

seorang laki-laki berumur 47 tahun. Inilah alasanya mengapa kebanyakan mesin

diktasi memerlukan perlatihan suara karena pengenalan mode diktasi merupakan

speaker dependent, yaitu keakuratan pengenalan mode ini tergantung pada pola suara

dan akses pembicara serta pelatihan yang telah dilakukan. Semakin banyak sesi

pelatihan yang diselesaikan maka keakuratan pengenalan diktasi yang didapat akan

semakin baik.

2.6 Perangkat Lunak

2.6.1 Microsoft Speech Application Programming Interface

SAPI 5.1 (Speech Application Programming Interface) merupakan

API(Application Programming Interface) yang dikembangkan oleh Microsoft untuk

digunakan pada speech recognition dan speech synthesis dengan sistem operasi

berbasis Windows. Dengan menggunakan API tersebut dimungkinkan bagi pihak

ketiga 3rd party company atau individu untuk mengembangkan perangkat Speech

(47)

21

Diperkenalkan oleh Microsoft pada tahun 1995, SAPI 5.1 memungkinkan

sistem untuk mengenali suara manusia sebagai masukan dan keluaran berupa suara

manusia dari text. Fasilitas ini menyediakan hubungan interaksi baru antara manusia

dengan komputer, SAPI 5.1 merupakan bagian dari Windows Open Services

Architecture Model. Pada SR (Speech Recognition) dan TTS (Text to Speech)

terdapat beberapa modules yang disebut engines, yang telah tersedia pada semua

[image:47.612.204.437.245.364.2]

sistem operasi Windows XP. Berikut merupakan arsitektur SAPI 5.1:

Gambar 2.14 Arsitektur SAPI 5.1

SAPI 5.1 terdiri dari dua interface yaitu API dan DDI (Device Driver

Interface). SAPI 5.1 menyediakan sebuah high-level interface antara aplikasi dengan

speech engine. SAPI 5.1 juga mengimplementasikan semua detail level bawah yang

dibutuhkan untuk mengontrol dan mengatur operasi real-time dari berbagai speech

engines.

2.6.2 Visual Basic 6.0

Visual basic 6.0 selain disebut sebagai bahasa pemograman, juga sering disebut

sebagai sarana untuk menghasilkan program-program aplikasi berbasiskan windows.

Visual basic pada dasarnya adalah bahasa pemograman komputer. Bahasa

pemograman adalah perintah-perintah atau instruksi-instruksi yang dimengerti oleh

komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Visual basic yang dikembangkan

oleh Microsoft sejak tahun 1991 merupakan pengembangan dari pendahulunya yaitu

(48)

22

yang dikembangkan pada era 1950-an. Beberapa kemampuan atau manfaat dari visual

basic diantaranya :

1. Untuk membuat program aplikasi seperti windows.

2. Untuk membuat objek-objek pembantu program seperti misalnya : kontrol

activeX, file help, aplikasi internet, dan sebagainya.

3. Menguji program (debugging) dan menghasilkan program EXE yang bersifat

executable, atau dapat langsung dijalankan.

Gambar 2.15 Tampilan New Project pada Visual Basic

Tampilan Itegrated Development Environment (IDE) pada sebuah project

visual basic dengan sebuah form, label dan command button terlihat pada gambar

2.16 ini :

(49)
(50)

23

BAB III

PERANCANGAN SISTEM

Pada bab perancangan sistem ini akan membahas tentang prinsip kerja sistem,

perancangan perangkat keras, perancangan perangkat lunak.

3.1 Prinsip Kerja Sistem

Cara kerja dari alat bantu komunikasi tunanetra dan tunarungu adalah alat bantu

baca yang akan dibuat dapat meng-konversi karakter menjadi kode braille, yang pada

akhirnya kode braille tersebut dapat ditampilkan pada alat yang akan dibuat dan

membuat suara per-kata yang diucapkan diubah menjadi bentuk tulisan pada alat

yang akan dibuat. Adapun sistem yang akan dirancang sebagai berikut.

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem pada Tunarungu

(51)

24

Pada saat akan menjalankan alat bantu komunikasi tunanetra dan tunarungu

dengan menggunakan kode braille dan pengenalan suara per-kata, maka

langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu:

1. Menghidupkan komputer.

2. Memasang penghubung untuk koneksi antara komputer dengan alat bantu.

3. Memasang kabel LAN baik di sisi tunanetra dan di tunarungu.

4. Memasang speaker dan mikropon.

Setelah langkah-langkah diatas telah dilakukan dengan baik maka alat bantu

sudah dapat dijalankan dan proses pengenalan suara per-kata sudah dapat digunakan.

Pada saat penyadang cacat tunarungu mengetikkan suatu kata di komputer,

maka kata tersebut di-konversi-kan menjadi bilangan yang sudah ditetapkan pada saat

diprogram sebelumnya, bilangan tersebut dikirimkan ke mikrokontroler melalui port

serial sebagai antarmuka. Di dalam mikrokontroler bilangan tersebut di-konversi-kan

menjadi kode braille. Kode braille yang didapatkan dari hasil konversi di dalam

mikrokontroler tersebut berupa bilangan hexa (kode braille), yang kemudian

digunakan mikrokontroler sebagai VIN untuk mengatur pergerakan solenoid melalui

driver solenoid untuk menaikkan tombol maupun menurunkan tombol. Tombol naik

yang akan digunakan tunanetra dalam membaca karakter-karakter yang masuk pada

aplikasi pada tunanetra.

Penyadang tunanetra dapat mengucapkan kata yang akan dikenali oleh

perangkat lunak visual basic dan hasilnya akan ditampilkan pada aplikasi komputer.

3.2 Perancangan Perangkat keras

Alat bantu komunikasi tunanetra dan tunarungu dengan menggunakan kode

braille yang dirancang terdiri dari subsistem utama perangkat keras, yaitu sistem

(52)

25

3.2.1 Perangkat keras pada Alat Bantu Tunanetra

Desain perangkat keras merupakan salah satu faktor penting dalam

membangun alat bantu baca tunanetra, berfungsi untuk menyatukan keseluruhan

subsistem dalam satu kesatuan yang utuh.

Sistem mekanik dari alat bantu baca tunanetra terdiri dari shaf dan tombol.

Shaf digunakan untuk menaikkan ataupun menurunkan tombol ketika solenoid

bekerja, sedangkan tombol digunakan untuk menampilkan karakter dalam kode

braille.

Gambar 3.3 Perancangan Solenoid untuk Kode Braille

3.2.2 Mikrokontroler Basic Stamp

Jenis mikrokontroler yang digunakan adalah mikrokontroler BS2P40. Pada

pembuatan alat bantu baca untuk tunanetra, mikrokontroler digunakan untuk

mengimplementasikan pengaturan solenoid, meng-konversi-kan bilangan yang telah

ditetapkan pada program menjadi bilangan hexa braille dan mengecek tipe karakter

yang dikirimkan dari komputer tunarungu.

(53)

26

Berikut ini pin-pin pada mikrokontroler yang akan digunakan;

Tabel 3.1 Penggunaan I/0

I/0 Keperluan/Penggunaan

4-14 Mengirimkan data untuk identifier karakter IC ULN2803

5-15 Mengirimkan data untuk karakter ke IC ULN2803

2 dan 3 Sebagai penempatan push-button.

0 dan 1 Sebagai receiver (RX) dan transmisi (TX) untuk rangkaian MAX 232

Jumlah I/0 : 16

3.2.3 Solenoid dan Driver Solenoid

Solenoid merupakan komponen penting dari alat yang akan dibuat, yaitu alat

bantu baca tunanetra, untuk menggerakan solenoid diperlukan driver. Driver

solenoid ini diperlukan karena tegangan dan arus yang keluar dari mikrokontroler

kecil, sehingga perlu dikuatkan. Pada aplikasi yang dibuat menggunakan dua buah

driver yang masing-masing driver digunakan untuk menggerakan enam buah

solenoid. Driver yang digunakan dalam pembuatan alat bantu baca ini adalah IC

ULN2803.

(54)

27

3.2.4 Catu daya

Catu daya merupakan bagian yang penting dalam rangkaian pada aplikasi alat

bantu komunikasi tunanetra dengan tunarungu. Tegangan yang dibutuhkan untuk oleh

mikrokontroler adalah 9V DC dan tegangan untuk mengaktifkan push button ± 5V

dan untuk mengaktifkan solenoid membutuhkan catu daya dengan arus 3A.

Gambar 3.6 Rangkaian Catu Daya 9 Volt dan 5 Volt

Gambar 3.7 Rangkaian Catu Daya 3 Ampere

Pada gambar 3.6 digunakan transformator sebagai sumber tegangan AC

dengan arus 1A untuk masing-masing IC catu daya. Dalam rangkaian catu daya untuk

alat bantu komunikasi ini membutuhkan tegangan 5 volt dan 9 volt, oleh karena itu

dibutuhkan IC catu daya LM7805 untuk menghasilkan tegangan 5 volt positif dan IC

catu daya LM7809 untuk menghasilkan 9 volt positif. LED digunakan sebagai

indikator rangkaian catu daya untuk yang 5 volt dan 9 volt.

Untuk gambar 3.7 digunakan untuk tegangan penggerak solenoid, karena satu

(55)

28

membutuhkan catu daya 3A dan untuk mengubah arus AC menjadi DC yang

dibutuhkan dalam rangkaian catu daya digunakan gelombang penuh dioda bridge.

3.3 Jalur Komunikasi

Jalur komunikasi antara komputer tunarungu dengan alat bantu tunanetra

menggunakan komunikasi jaringan LAN (Local Area Network).

3.3.1 LAN(Local Areal Network)

Pembuatan program aplikasi alat bantu komunikasi tunarungu dan tunanetra

menggunakan dua buah komputer, kabel UTP sebagai media yang menyambungkan

antara dua komputer yang digunakan. Model jaringan LAN yang digunakan adalah

Peer To Peer.

Gambar 3.8 Model Jaringan Peer LAN

IP address adalah nomor unik yang ada pada komputer yang bisa berguna

untuk menghubungkan banyak komputer dalam jaringan sehingga juga dapat bertukar

data dan pada perancangan alat bantu komunikasi ini menggunakan IP kelas A. Bit

pertama IP address kelas A adalah 0, dengan panjang net ID 8 bit dan panjang host

ID 24 bit. Jadi byte pertama IP address kelas A mempunyai range dari 0-127. Jadi

pada kelas A terdapat 127 network dengan tiap network dapat menampung sekitar 16

juta host (255x255x255). IP address kelas A diberikan untuk jaringan dengan jumlah

host yang sangat besar dan IP address yang digunakan adalah 100.10.2.1 untuk

(56)

29

3.3.2 Komunikasi Serial Max 232

Converter MAX232 merupakan IC yang berfungsi untuk mengubah format

level sinyal TTL(Transistor-Transistor Logic) ke level sinyal RS-232 atau sebaliknya.

Rangkaian skematik converter MAX232 diberikan pada gambar 3.9 dari

mikrokontoler Basic Stamp digunakan pin 0 sebagai pin peneriman data serial yang

berasal dari pin 12 MAX232, sedangkan pin 1 sebagai pengiriman data serial ke pin

11 MAX232. Pin 11 MAX232 dihubungkan ke PC melalui konektor serial DB-9.

Adapun nama dan fungsi dari pin-pin pada Maxim 232 adalah sebagai berikut:

1. VCC (pin 16) : Catu daya

2. GND (pin 15) : Ground

3. T1IN dan R1OUT (Pin 11 dan Pin 12) pin ini terhubung dengan pin 1

mikrokontroler

4. T1IN dan R1OUT (Pin 11 dan Pin 12) pin ini terhubung dengan pin DB9

5. C1+ dan C1- : Kapasitor 1

6. C2+ dan C2- : Kapasitor 2

7. V+ dan V- : Tegangan referensi dari MAX232

(57)

30

3.4 Perancangan Perangkat Lunak

3.4.1 Perancangan Visual Basic pada Tunarungu dan Tunanetra

Perangkat lunak dari alat bantu baca tunanetra dibuat menggunakan visual

basic 6.0, dengan tampilan seperti pada gambar 3.10. Antarmuka perangkat lunak

dengan alat yang dibuat maka digunakan program visual basic yang aturan

penulisanya didasari dengan aturan penulisan program berorientasi objek. Antarmuka

[image:57.612.176.468.245.495.2]

pada tunarungu ini akan muncul setelah program visual basic di jalankan.

Gambar 3.10 PerancanganPerangkat Lunak di Komputer Tunarungu

Tabel 3.2 Keterangan Antarmuka pada Tunarungu

No Nama Keterangan

1 Nama

Pengguna Nama dari tunarungu

2 IP Tujuan Memberi IP komputer tujuan

3 Port Port yang digunakan komunikasi antara komputer tunanetra

dan komputer tunarungu

4 Tombol

[image:57.612.113.541.560.700.2]
(58)

31

5 Status Memberitahu status setelah tombol connect ditekan.

6 Layer

Percakapan

Digunakan untuk mengetahui kata-kata apa saja yang telah terkirim dan diterima

7 Layer

Pengiriman Digunakan untuk mengirimkan data

8 Tombol Send Digunakan untuk mengirim data yang telah diketik

9 Tombol Close Keluar dari koneksi LAN

Sedangkan antarmuka pada tunanetra dapat dilihat pada gambar 3.11.

Antarmuka ini akan muncul pada saat program pada visual basic dijalankan. Pertama

kali muncul pada saat di jalankan adalah nama pengguna/nama tunanetra yang akan

melakukan komunikasi atau yang akan belajar kode braille, IP tujuan dan port yang

akan digunakan. Pengisian nama pengguna, IP tujuan telah diberi pada program

visual basic-nya atau dengan kata lain tetapkan terlebih dahulu pada program visual

basic. Sedangakan pengisian untuk port atau alamat port yang digunakan harus

[image:58.612.113.539.82.209.2]

disamakan antara port pada tunanetra dengan tunarungu.

Gambar 3.11 Perancangan Perangkat Lunak di Komputer Tunanetra

Tabel 3.3 Keterangan Antarmuka padaTunanetra

No Nama Keterangan

1 Nama

Pengguna Nama dari tunanetra yang telah diatur secara otomatis

[image:58.612.176.470.380.573.2]
(59)

32

3 Port Port yang digunakan komunikasi antara komputer tunanetra dan komputer tunarungu

4 Penerimaan

Data Mengetahui data yang dikirim oleh tunarungu

Program ini akan memproses data yang masuk pada kolom penerimaan dari

tunarungu ke tunanetra dengan cara data yang di terima pada kolom penerimaan akan

menjadi kode braille. Selain braille yang dapat digunakan tunanetra untuk mengetahui

data yang dikirim oleh tunarungu, tunanetra juga dapat mengetahui lafal dari data

dikirim yang telah diproses pada visual basic.

Jika pengguna pada tunanetra akan mengetahui data yang dikirim oleh

tunarungu, maka tunanetra harus menekan sekali tombol push button kiri, maka pada

aplikasi akan memunculkan frame sebelah kiri dan memberikan datanya dari kolom

penerimaan ke kotak dengan nama data yang diterima, bersama dengan pengiriman

data tersebut, oleh visual basic akan langsung memproses dengan cara

membandingkan karakter-karakter yang diterima dengan data yang telah disimpan

pada visual basic dan hasil perbandingan tersebut akan di kirim ke mikrokontroler

untuk dicetak pada solenoid.

Mengetahui data yang dikirim dari tunarungu ke tunanetra dapat berupa

lafal/suara dari data yang dikirim dengan cara menekan “enter” pada keyboard maka aplikasi akan mengeluarkan suara dari lafal data yang diterima oleh aplikasi pada

[image:59.612.183.458.524.679.2]

tunanetra. Aplikasi pada tunanetra dapat dilihat pada gambar 3.12.

(60)

33

Setelah pengguna aplikasi pada tunanetra selesai untuk mengetahui data yang

dikirim oleh tunarungu, maka untuk membalasnya tinggal menekan push button yang

kanan, sehingga akan muncul form visual basic seperti pada gambar 3.13. Cara kerja

visual basic ini yaitu jika pengguna aplikasi pada tunanetra akan membalasnya

dengan cara berbicara maka pada saat akan bicara maka tunanetra harus menekan

tombol mulai terlebih dahulu, setelah ditekan maka tunanetra tersebut mulai berbicara

melalui mikrofon, tahap akhirnya yaitu mengirimkan data berupa teks hasil

[image:60.612.177.466.255.430.2]

perubahan dari masukan suara dengan cara menekan “spasi” pada keyboard.

(61)

34

Mulai

Kirim data ke Tunanetra melalui Jaringan LAN Input data pada Visual Basis pada

tunarungu

Data masuk ke visual basis pada

tunanetra

Apakah push button kiri ditekan?

Muncul pada solenoid untuk media membaca

Selesai Y

T

Data akan diproses pada mikrokontroler menjadi

kode braille

Diberi tegangan pada driver solenoid

Apakah tunanetra menekan enter pada

keyboard?

Apakah push button kanan ditekan?

Procedure Konversi Tulisan ke suara

A

A

Bicara Menggunakan Mikrofon

Procedure konversi suara ke tulisan pada

visual basic

T

T

Y

Y

(62)

35

Gambar 3.14 Flowchart Keseluruhan Sistem

Mulai

Masukan Nama dan IP Tujuan

Tekan Tombol Connect

Masukan Kata

Tekan Tombol Send

Apakah Tombol close di Click

Selesai Y T

[image:62.612.268.371.122.588.2]
(63)

36

Mulai

Nama dan IP harus ditetapkan

terlebih dahulu

Apakah tunarungu menekan tombol

Connect?

Apakah Tunanetra Push button sebelah kiri?

Tunanetra akan membaca melalui bantuan solenoid

Selesai Tidak terjadi pengiriman kata Y T T T Y Apakah tunanetra menekan enter pada

keyboard

Apakah Tunanetra Push button sebelah kanan?

Y A A Bicara Menggunakan Mikrofon Procedure Konversi

Suara ke tulisan pada Visual Basic Y

T

Procedure konversi suara ke tulisan

[image:63.612.140.506.80.644.2]
(64)

37

3.4.2 Perancangan Program Basic Stamp

Perangkat lunak ini berfungsi untuk mengendalikan keseluruhan sistem

elektronika alat bantu baca tunanetra. Secara umum, algoritma pada mikrokontroler

dimulai dari inisialisasi variabel yang digunakan, jika terdapat data yang masuk ke

mikrokontroler, maka penerimaan data bisa dimulai dan dibandingkan untuk

diberikan kode braille dari karakter-karakter yang dikirim ke mikrokontroler dan blok

identifier braille dari karakter-karakter yang ada. Kemudian setelah dibandingkan

maka akan memanggil prosedur untuk mengirim data yang telah menjadi kode braille

ke solenoid untuk dibaca oleh tunanetra dengan cara disentuh. Flowchart dari

antarmuka pada aplikasi tunanetra dapat dilihat pada gambar 3.16.

Perancangan perangkat lunak tidak akan lepas dengan perancangan

solenoid-nya, karena menggunakan kode braille standar yaitu kode braille yang menggunakan

6 dot, maka dibutuhkan peraturan urutan dari solenoid-solenoid yang digunakan agar

[image:64.612.216.468.418.542.2]

tidak keliru dalam memprogram mikrokontoler. Urutan solenoid dapat dilihat pada

gambar 3.17.

Gambar 3.17 Urutan solenoid

Program ini membutuhkan tabel dari karakter-karakter yang kira-kiranya akan

menjadi masukan pada mikrokontoler. Tabel tersebut harus berisi kode braille dan

bilangan yang dimisalkan untuk setiap karakter-karakter yang ada.Tabel kode braille

(65)
[image:65.612.113.494.107.701.2]

38

(66)
[image:66.612.201.439.63.669.2]

39

Tabel 3.5 Identifier Kode Braille

No Identifier Braille Biner

1 Huruf Kecil 04H 00 0100

2 Huruf Kapital 10H 01 0000

3 Angka 3CH 11 1100

4 Tanda Baca 00H 00 0000

Mulai

Data dikirim ke Mikro dari Visual Basic

Apakah data yang dikirim sesuai dengan kode di mikrokontroler?

Procedur konversi dan kirim data Solenoid bergerak T Y Selesai Inisialisasi 1 2 3 4 5 6 7

(67)
[image:67.612.122.519.120.337.2]

40

Tabel 3.6 Keterangan Flowchart Konversi Karakter Menjadi Kode Braille

No Keterangan

1 Algoritma mulai

2 Inisialisasi variabel-variabel yang dibutuhkan

3 Mikrokontoler menerima data dari PC

4

Pengecekan data mikrokontroler. Apakah bilangan data pada

mikrokontoler sesuai dengan kondisi yang dibandingkan, jika ya loncat

ke prosedur konversi dan cetak, jika tidak ulang ke proses tiga.

5

Prosedur untuk proses pemberian kode braille terhadap bilangan yang sesuai dengan kondisi yang berikan dan proses cetak untuk mengerakan

solenoid

6 Setelah selesai proses memberian kode braille maka kode tersebut

dikirim ke driver solenoid untuk menggerakan solenoid

7 Algoritma selesai

3.4.3 Perancangan Pengenalan Pola Suara

Pada pengenalan pola suara per kata menggunakan diktasi. Mode diktasi ini

menggunakan metode pemisahan kata dengan cara discrete speech, speaker

dependent, pencocokan kata, whole word dan large vocabulary.

Discrete speech, mengharuskan untuk mengucapkan kalimat secara

terpenggal dengan adanya jeda sejenak diantara kata. Jeda tersebut digunakan oleh

sistem untuk mendeteksi awal dan akhir sebuah kata. Speaker dependent sistem

membutuhkan pelatihan suara untuk setiap pengguna yang akan menggunakan

sistem. Sistem tidak dapat mengenali suara pengguna yang belum pernah melakukan

pelatihan. Pencocokan kata dengan kata hasil ucapan.

Diktasi dengan cara diatas membutuhkan minimal 8MB RAM dan processor

Pentium. Sedangkan untuk system windows 95, windows NT 3.5 dan yang lebih

(68)

41

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISA

Pada bab ini akan dibahas skema rangkaian dari sistem alat bantu baca

tunanetra secara keseluruhanan, analisa perangkat keras, pengolahan data di

perangkat lunak dan analisa perangkat lunak yang digunakan.

4.1 Pengujian Terhadap Perangkat Keras

Mengetahui dan mengukur tingkat keberhasilan suatu sistem yang dibuat dapat

dilakukan pengujian terhadap alat yang dibuat. Adapun pengujian yang dilakukan

untuk menguji alat yang dibantu adalah sebagai berikut:

4.1.1 Pengujian Kode Braille

Arus yang keluar dari mikrokontroler sangat kecil dan tidak bisa memicu

induktor yang terdapat dalam solenoid sebesar 0.25A, sehingga untuk menguatkan

arus dari mikrokontoler maka digunakan IC ULN2803 sebagai driver solenoid. Arus

normal yang dihasilkan dari ULN2803 tiap channel sebesar 500 mA.

Hasil pengujian tersebut terhadap kinerja sistem kode braille dapat dilihat

bahwa tegangan solenoid berbeda untuk setiap karakter yang diuji. Jika yang diuji

berupa huruf maka pada identifier yang akan membedakan antara huruf kapital atau

kecil. Sedangkan pengujian terhadap angka maupun tanda baca memiliki identifer

yang sama dan untuk pengujian pada blok karakter, solenoid yang bekerja tergantung

huruf, angka dan tanda baca yang diuji. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.1

dan pengujian untuk semua karakter termasuk juga identifier dapat dilihat pada

(69)
[image:69.612.132.511.96.266.2]

42

Tabel 4.1 Pengujian Kode Braille

NO

Karakter yang Diuji

Nomor Shaft yang Muncul

Tegangan tiap shaft dalam volt dengan beban

Identifier Karakter

Karakter Identifier Karakter S01 S02 S03 S04 S05 S06 S01 S02 S03 S04 S05 S06

1 A 6 1 3.2 3.2 3.2 3.2 3.2 0 0 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5 2 B 6 1, 2 2.5 2.5 2.5 2.5 2.5 0 0 0 1.8 1.8 1.8 1.8 3 C 6 1, 4 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 0 0 1.8 1.8 0 1.8 1.8 4 D 6 1, 4, 5 2.7 2.7 2.7 2.7 2.7 0 0 2.0 2.0 0 0 2.0 5 E 6 1, 5 2.6 2.6 2.6 2.6 2.6 0 0 1.8 1.8 1.8 0 1.8

Pengujian terhadap huruf kapital maupun huruf kecil membutuhkan arus yang

lebih besar jika dibandingkan dengan arus pada saat pengujian berupa angka maupun

tanda baca, hal ini bisa terjadi karena solenoid pada identifier untuk menunjukan

huruf kapital maupun kecil akan turun akan lebih banyak dibandingkan dengan angka

maupun tanda baca, misalnya ketika masukannya adalah “A” maka solenoid yang

turun adalah solenoid 1, 2, 3, 4 dan 6, sedangkan ketika masukanya berupa tanda baca

“!” solenoid yang turun hanya solenoid 1 dan 2. Hal ini membuktikan bahwa

identifier untuk huruf lebih banyak membutuhkan tegangan dibandingkan dengan

tanda baca maupun angka.

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, dari 75 buah karakter yang

diujikan tanpa beban/solenoid pada rangkaian driver solenoid, semuannya berhasil

ditampilkan baik pada blok identifier sebagai pengenalan untuk jenis karakter dan

pada blok karakternya. Maka perhitungan persentase keberhasilannya yaitu:

�� � � � Keberhasilan = Karakter yag berhasil tampil

Total karakter yang diuji ∗ 100%...(3.1)

= 75

75∗ 100% = 100%

Pengujian untuk kode Braille dengan memasangkan solenoid pada driver.

Pengujian ini dilakukan secara acak untuk huruf kapital lima huruf, huruf kecil lima

(70)

43

lebih jelas dapat lihat pada lampiran D. Sehingga jumlah karakter yang diujikan

adalah 20 karakter. Maka perhitungan persentase keberhasilannya yaitu:

�� � � � keberhasilan =Karakter yang berhasil tampil

Total karakter yang diuji ∗100%...(3.2)

= 20

20∗100% = 100%

Selain pengujian untuk setiap karakter, pengujian juga dilakukan terhadap

sebuah kata yang berbeda-beda sebanyak 10 kata. Kumpulan kata tersebut mewakili

semua alphabet indonesia serta didalam terdapat kombinasi dari huruf kecil dan huruf

besar untuk lebih jelasnya hasil pengujianya dapat dilihat pada lampiran D. Pertama

pengujian dilakukan untuk tingkat keberhasilan kemunculan karakter-karakter yang

terdapat disetiap kata yang ada dengan perhitungan persentase sebagai berikut:

�� � � � Keberhasilan = Karakter yang berhasil tampil

Jumlah karakter pad a sebuah kata ∗100%...(3.3)

=5

5∗100% = 100%

Sedangkan persentase keberhasilan muncul karater-karakter untuk setiap kata

dapat dilihat pada lampiran D, persentase ini diperoleh dengan rumus yang pada

persamaan 3.4. Merujuk ke hasil pengujian tersebut dapat dicari persentase

keberhasilan untuk semua kata dengan rumusan sebagai berikut:

�� � � � keberhasilan = � � � � keberhasilan

kata yang di uji %...(3.4)

=100% + 100% + 100% + 100% + 100% + 100% + 100% + 100% + 100% + 100% 10

= 1000%

10 = 100%

Pengujian dilakukan dengan dengan dua cara, yaitu melakukan pengujian

terhadap tegangan yang keluar tanpa beban (solenoid) dan pengujian dengan

menggunakan beban (solenoid). Hasil kedua pengujian ini memiliki perbedaan pada

(71)

44

solenoid dipasang pada driver solenoid. Untuk memperjelasnya pernyataan tersebut,

misal pengujian untuk huruf “A” maka solenoid yang turun, maka solenoid yang

membutuhkan tegangan yaitu solenoid dengan urutan nomor 2,3,4,5,6. Pada channel

driver solenoid ke-2 mengeluarkan tegangan 6,4 volt dan tegangan pada solenoid

sebesar 1.5 Volt, dari pengukuran tersebut dapat diambil selisih antara pengukuran

tersebut dengan cara, yaitu:

Selisih = VTanpa Beban - VBeban...(3.5)

= 6.4 – 1.5 = 4.9 Volt

Perbedaan pada kedua pengukuran tersebut menghasilkan selisih tegangan, dari

hasil selisih ini, pada saat solenoid bekerja sangat membutuhkan tegangan untuk

menggerakan kumparannya.

4.1.2 Pengujian Terhadap Perangkat Lunak

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kekurangan

dari perangkat lunak yang dibuat. Pengujian perangkat lunak dilaku

Gambar

Gambar 2.1 Contoh Kode Braille Huruf a
Gambar 2.2 Modul Mikrokontroler BS2P40
Gambar 2.3 Alokasi Pin Basic Stamp
Tabel 2.1 Beberapa Perintah Dasar Basic Stamp
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji ANOVA menunjukkan bahwa perbedaan jenis ikan laut yang digunakan berpengaruh nyata terhadap nilai kadar protein cumi-cumi analog (P<0,05) sehingga dapat

Untuk menampilkan sumber lain, Anda harus secara manual memilih satu dengan menekan tombol Source (Sumber) di remote atau keypad dan memilih satu dari menu Source (Sumber)

Berdasarkan hasil penelusuran tingkat kesalahan pada hasil postest diperoleh bahwa: (1) Untuk item soal mengenai PTK, sebanyak kurang dari 50% guru menjawab dengan

Prosedur pelaksanaan post tes sama dengan yang telah dilakukan pada saat pre tes begitu juga topik yang harus mahasiswa tulis dalam post tes sama dengan topik yang telah

Usia ketika hamil mempunyai hubungan yang signifikan dengan kehamilan remaja dimana responden yang berusia < 18 tahun memiliki risiko mengalami kehamilan pranikah sebesar 1,90

Sebagai insentif tambahan dan pengiktirafan terhadap industri pelancongan di Malaysia ini, Yang Amat Berhormat Perdana Menteri Malaysia menerusi pembentangan bajet 2011

Laju pertumbuhan bobot mutlak, laju pertumbuhan harian dan nisbah konversi pakan menunjukkan bahwa kelompok benih lele yang media hidupnya diberi tambahan 50%

Daerah ini juga masih mengandalkan sektor pertanian yang memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto ). Untuk sub sektor