• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebaran spesies nematoda sista kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) berdasarkan ketinggian tempat di dataran tinggi Dieng Jawa Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sebaran spesies nematoda sista kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) berdasarkan ketinggian tempat di dataran tinggi Dieng Jawa Tengah"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

SEBARAN SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG

(

Globodera pallida

(Stone) Behrens

dan

Globodera

rostochiensis

(Woll.) Behrens) BERDASARKAN KETINGGIAN

TEMPAT DI DATARAN TINGGI DIENG JAWA TENGAH

NURJANAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Sebaran Spesies Nematoda

Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis

(Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa

Tengah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2009

Nurjanah

(3)

ABSTRACT

NURJANAH. Distribution of Potato Cyst Nematode (Globodera pallida

(Stone) Behrens and Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Based on Altitude in Dieng Highland Central Java. Supervised by SUPRAMANA and GEDE SUASTIKA.

Potato Cyst Nematodes / PCN, (Globadera pallida (Stone) Behrens and Globodera rostochiensis (woll) Behrens are the most important parasitic nematodes of potato. The nematodes have the ability to devastate and kill potato plants. Previous studies estimated the loss of potato at about 2 ton per Ha in every 20 eggs of these nematode per gram of soils. Therefore, this loss decreased the level of potato harvest up to 80%, particularly in the continuing of potato planting. This research was aimed to map out the regions of Potato Cyst Nematodes distributions of G.pallida and G.rostochiensis. This mapping out was based on the altitude of the potato plants in the Dieng higland in Central Java. Then, the result of this research was expected to be used as a material to verify the status of these two species related to the quarantine pest category A1 group II for G.pallida and quarantine pest category A2 group II for G. rostochiensis. The survey was carried out at the potato planting centers at Dieng highland in Central Java. The altitudes of planting centers were determined in the 5 ranges, i.e. <1250 m a. s. l. (above sea level), 1250 m – 1500 m, 1500 m – 1750 m, 1750 m – 2000 m dpl, and > 2000 m dpl. This determination was performed in 26 locations scattered in Wonosobo and Banjarnegara. Morphological characters and Polymerase Chain Reaction (PCR) assay were used to identify the PCN species. PCN was detected in 17 location from the 26 observation and survey locations which scattered within the Dieng highland at the altitude 1460 m a. s. l to the altitude 2123 m a. s. l. By counting the cysts of these nematodes, it was identified that the density of these nematodes were elevated in the location with the altitude at the range of 1750 m a. s. l to the 2000 m a. s. l. A mix species population of PCN was detected at all locations based on morphological and molecular identification. At the lower altitude (1250 – 1550 m a.s.l.), G.rostochiensis was more prevalence than G. pallida. However, G. pallida tend to predominate the area by increasing altitude of the plantation. It is assumed that the higher altitude, the cooler temperature and lower soil temperature were more favorable to G. pallida.

(4)

RINGKASAN

NURJANAH. Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah. Dibimbing oleh SUPRAMANA dan GEDE SUASTIKA.

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang saat ini menjadi bahan pangan alternatif, sebagai sumber karbohidrat untuk menunjang program diversifikasi pangan. Nematoda Sista Kentang/NSK (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) merupakan nematoda penting pada tanaman kentang karena kemampuan merusak dan mematikan tanaman kentang yang sangat besar. Telah dilakukan estimasi bahwa telah terjadi kehilangan hasil kentang sebesar 2 ton/Ha untuk setiap 20 telur/g tanah. Salah satu tugas pokok dan fungsi dari Unit Pelaksana Teknis di Badan Karantina Pertanian adalah melakukan survai & pemantauan daerah sebar OPT/OPTK, hasil survai dan dari pemantauan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penyempurnaan peraturan dan perundang-undangan karantina. Dari hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai sebaran NSK (G. pallida dan G. rostochiensis) berdasarkan ketinggian tempat. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk memverifikasi status G. pallida yang merupakan OPTK kategori A1 golongan II dan G. rostochiensis yang merupakan OPTK kategori A2 golongan II. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan daerah sebar Nematoda Sista Kentang G. pallida dan G. rostochiensis berdasarkan ketinggian tempat pada tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah.

Survei dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2008 di sentra pertanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng – Jawa Tengah dengan kisaran ketinggian tempat mulai kurang dari 1250 m dpl sampai dengan ketinggian tempat lebih dari 2000 m dpl pada 26 lokasi yang tersebar di Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Identifikasi spesies NSK dengan menggunakan karakter morfologi dilakukan dengan metode sidik pantat (perineal pattern) sista NSK dan untuk memverifikasi Spesies NSK dilakukan deteksi NSK menggunakan Metode PCR (Polymerase Chain Reaction).

Sista NSK ditemukan terdapat pada 17 lokasi dari 26 lokasi yang disurvai. Sista NSK ditemukan tersebar pada ketinggian tempat mulai dari ketinggian 1460 m dpl sampai dengan 2123 m dpl. Prevalensi NSK pada ketinggian tempat 1250 m – 1500 m sebesar 14,3%, pada kisaran ketinggian 1500 m – 1750 m prevalensi NSK sebesar 60%, dan prevalensi NSK pada ketinggian tempat lebih dari 1750 m mencapai 100%. NSK di Dataran tinggi Dieng Jawa Tengah merupakan populasi campuran G. pallida dan G. rostochiensis. Pada kisaran ketinggian tempat antara 1250 m – 1500 m diketahui bahwa spesies G. rostochiensis lebih dominan dibanding G. pallida. Seiring dengan semakin tinggi tempat, maka dominasi digantikan oleh G. pallida. Hasil identifikasi dengan teknik PCR terdeteksi campuran spesies G. Pallida (391 bp) dan G. rostochiensis (238 bp) pada 17 lokasi yang terdeteksi NSK.

(5)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(6)

SEBARAN SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG

(

Globodera pallida

(Stone) Behrens

dan

Globodera

rostochiensis

(Woll.) Behrens) BERDASARKAN KETINGGIAN

TEMPAT DI DATARAN TINGGI DIENG JAWA TENGAH

NURJANAH

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Entomologi/Fitopatologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)

Judul Tesis : Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah

Nama Mahasiswa : Nurjanah

NIM : A451064114

Disetujui : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Supramana, M.Si Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Entomologi/Fitopatologi

Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S

(8)

PRAKATA

Bismillahi rohmaani rohiim. Alhamdulillahi robbil’alamin.

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah”. Salawat dan salam tercurah kepada Rasullulah SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada Dr. Ir. Supramana M.Si. dan Dr. Ir. Gede Suastika M.Sc. atas bimbingan, kesabaran, pengkayaan wawasan, saran, kritik dan dukungan moril yang sangat besar peranannya dalam penyelesaian penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir. Syukur Iwantoro, MS, MBA, Dr. Ir. Eliza S. Rusli, Dr. Ir Catur Putra Budiman M.Agric. atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program magister di IPB.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Arifin Tasrif, M.Sc yang bersedia menjadi Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Aris Widiyanto ( Koordinator PHP Dinas Pertanian Kab. Banjarnegara) atas bantuannya selama survai di Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada rekan-rekan di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian Rumenda Ginting, Yani Dawi, Jati Adiputra, Dwi Sugipriatini, Titi Sumarti, Derhani LG, Rahmawati, Ummu Salamah R, Andi Prasetiawan, Ariningsih SE dan R. Yudiarto atas persahabatan dan kerjasamanya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mbak Tuti dari laboratorium Virologi IPB dan Bruce Ochieng Obura atas persahabatan dan bantuannya selama penelitian.

Rasa hormat yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Muhamad Saripin (alm), ibunda Julaecha dan kakanda Nurlaela yang telah mencurahkan kasih sayang, doa dan bimbingan. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga juga penulis ucapkan kepada suami tercinta Fajarudin Mijiono dan ananda tercinta Kamila Nurhanifah atas kesabaran, kasih sayang dan dukungannya. Ucapan terima kasih disampaikan pula pada Mertua Bapak M Dahlan dan Ibu Siti Absah, dan adik ipar Atun dan Tiyok atas doa, dorongan semangat dan bantuan moril selama ini.

Akhir kata saya haturkan terima kasih kepada semua pihak dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat untuk kepentingan umat manusia dan ilmu pengetahuan.

Bogor, 13 Januari 2009

(9)

RIWAYAT HIDUP

Nurjanah, SP. Dilahirkan di Bandung tanggal 13 Agustus 1976, sebagai

anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak Muhamad Saripin dan Ibu

Julaecha. Penulis menikah dengan Fajarudin Mijiono pada tahun 2005 dan

dikaruniai anak bernama Kamila Nurhanifah pada tahun 2006.

Penulis menempuh pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung, lulus pada

tahun 1994. Penulis melanjutkan ke pendidikan tinggi di Universitas Padjadjaran

Bandung, Fakultas Pertanian, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan pada

tahun 1994 -1999.

Penulis pernah bekerja sebagai Tenaga Pendamping Penyuluh Pertanian

pada Program Peningkatan Penyuluhan Pertanian Untuk Memberdayakan

Masyarakat Tani (kerjasama Deptan-IPB-Depkop PKM) tahun 1999-2000. Pada

Tahun 2000-2001 penulis bekerja sebagai Service Supervisor di PT. Rentokil

Indonesia di Jakarta, kemudian penulis bekerja sebagai Technical Executive di

PT. AGRICON Bogor tahun 2001-2005. Pada Tahun 2005-2006 penulis

diterima sebagai Tenaga Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan di

Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas II Cilacap. Kemudian sejak tahun 2006

penulis bekerja sebagai Tenaga Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan

di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian, Jakarta.

Pada tahun 2007 penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan ke

Program Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,

Program Studi Entomologi dan Fitopatologi. Beasiswa pendidikan pascasarjana

(10)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

PENDAHULUAN ...

Latar Belakang ...

Tujuan ...

Perumusan Masalah ...

Hipotesis ...

TINJAUAN PUSTAKA ...

Klasifikasi Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis dan

Globodera pallida)...

Morfologi Nematoda sista emas (G. rostochiensis) ...

Morfologi Nematoda sista putih (G. pallida) ...

Biologi dan Ekologi NSK ...

- Biologi NSK ...

- Ekologi NSK ...

Sebaran NSK ...

- Sebaran Geografi NSK ...

- Sebaran Horisontal NSK ...

Karakterisasi NSK ...

- Karakterisasi NSK berdasarkan Morfologi ...

- Karakterisasi NSK berdasarkan Biomolekuler ...

BAHAN DAN METODE ...

Tempat dan Waktu Penelitian ...

Metode Penelitian ...

- Penentuan lahan contoh ...

- Pengumpulan sampel tanah dari tanaman kentang yang terinfeksi

- Ekstraksi sista NSK ...

Identifikasi spesies NSK berdasarkan karakter morfologi ...

Identifikasi spesies NSK berdasarkan karakter molekuler...

(11)

SEBARAN SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG

(

Globodera pallida

(Stone) Behrens

dan

Globodera

rostochiensis

(Woll.) Behrens) BERDASARKAN KETINGGIAN

TEMPAT DI DATARAN TINGGI DIENG JAWA TENGAH

NURJANAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Sebaran Spesies Nematoda

Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis

(Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa

Tengah adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber

informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Januari 2009

Nurjanah

(13)

ABSTRACT

NURJANAH. Distribution of Potato Cyst Nematode (Globodera pallida

(Stone) Behrens and Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Based on Altitude in Dieng Highland Central Java. Supervised by SUPRAMANA and GEDE SUASTIKA.

Potato Cyst Nematodes / PCN, (Globadera pallida (Stone) Behrens and Globodera rostochiensis (woll) Behrens are the most important parasitic nematodes of potato. The nematodes have the ability to devastate and kill potato plants. Previous studies estimated the loss of potato at about 2 ton per Ha in every 20 eggs of these nematode per gram of soils. Therefore, this loss decreased the level of potato harvest up to 80%, particularly in the continuing of potato planting. This research was aimed to map out the regions of Potato Cyst Nematodes distributions of G.pallida and G.rostochiensis. This mapping out was based on the altitude of the potato plants in the Dieng higland in Central Java. Then, the result of this research was expected to be used as a material to verify the status of these two species related to the quarantine pest category A1 group II for G.pallida and quarantine pest category A2 group II for G. rostochiensis. The survey was carried out at the potato planting centers at Dieng highland in Central Java. The altitudes of planting centers were determined in the 5 ranges, i.e. <1250 m a. s. l. (above sea level), 1250 m – 1500 m, 1500 m – 1750 m, 1750 m – 2000 m dpl, and > 2000 m dpl. This determination was performed in 26 locations scattered in Wonosobo and Banjarnegara. Morphological characters and Polymerase Chain Reaction (PCR) assay were used to identify the PCN species. PCN was detected in 17 location from the 26 observation and survey locations which scattered within the Dieng highland at the altitude 1460 m a. s. l to the altitude 2123 m a. s. l. By counting the cysts of these nematodes, it was identified that the density of these nematodes were elevated in the location with the altitude at the range of 1750 m a. s. l to the 2000 m a. s. l. A mix species population of PCN was detected at all locations based on morphological and molecular identification. At the lower altitude (1250 – 1550 m a.s.l.), G.rostochiensis was more prevalence than G. pallida. However, G. pallida tend to predominate the area by increasing altitude of the plantation. It is assumed that the higher altitude, the cooler temperature and lower soil temperature were more favorable to G. pallida.

(14)

RINGKASAN

NURJANAH. Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah. Dibimbing oleh SUPRAMANA dan GEDE SUASTIKA.

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang saat ini menjadi bahan pangan alternatif, sebagai sumber karbohidrat untuk menunjang program diversifikasi pangan. Nematoda Sista Kentang/NSK (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) merupakan nematoda penting pada tanaman kentang karena kemampuan merusak dan mematikan tanaman kentang yang sangat besar. Telah dilakukan estimasi bahwa telah terjadi kehilangan hasil kentang sebesar 2 ton/Ha untuk setiap 20 telur/g tanah. Salah satu tugas pokok dan fungsi dari Unit Pelaksana Teknis di Badan Karantina Pertanian adalah melakukan survai & pemantauan daerah sebar OPT/OPTK, hasil survai dan dari pemantauan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penyempurnaan peraturan dan perundang-undangan karantina. Dari hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai sebaran NSK (G. pallida dan G. rostochiensis) berdasarkan ketinggian tempat. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk memverifikasi status G. pallida yang merupakan OPTK kategori A1 golongan II dan G. rostochiensis yang merupakan OPTK kategori A2 golongan II. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan daerah sebar Nematoda Sista Kentang G. pallida dan G. rostochiensis berdasarkan ketinggian tempat pada tanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah.

Survei dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Desember 2008 di sentra pertanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng – Jawa Tengah dengan kisaran ketinggian tempat mulai kurang dari 1250 m dpl sampai dengan ketinggian tempat lebih dari 2000 m dpl pada 26 lokasi yang tersebar di Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Identifikasi spesies NSK dengan menggunakan karakter morfologi dilakukan dengan metode sidik pantat (perineal pattern) sista NSK dan untuk memverifikasi Spesies NSK dilakukan deteksi NSK menggunakan Metode PCR (Polymerase Chain Reaction).

Sista NSK ditemukan terdapat pada 17 lokasi dari 26 lokasi yang disurvai. Sista NSK ditemukan tersebar pada ketinggian tempat mulai dari ketinggian 1460 m dpl sampai dengan 2123 m dpl. Prevalensi NSK pada ketinggian tempat 1250 m – 1500 m sebesar 14,3%, pada kisaran ketinggian 1500 m – 1750 m prevalensi NSK sebesar 60%, dan prevalensi NSK pada ketinggian tempat lebih dari 1750 m mencapai 100%. NSK di Dataran tinggi Dieng Jawa Tengah merupakan populasi campuran G. pallida dan G. rostochiensis. Pada kisaran ketinggian tempat antara 1250 m – 1500 m diketahui bahwa spesies G. rostochiensis lebih dominan dibanding G. pallida. Seiring dengan semakin tinggi tempat, maka dominasi digantikan oleh G. pallida. Hasil identifikasi dengan teknik PCR terdeteksi campuran spesies G. Pallida (391 bp) dan G. rostochiensis (238 bp) pada 17 lokasi yang terdeteksi NSK.

(15)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(16)

SEBARAN SPESIES NEMATODA SISTA KENTANG

(

Globodera pallida

(Stone) Behrens

dan

Globodera

rostochiensis

(Woll.) Behrens) BERDASARKAN KETINGGIAN

TEMPAT DI DATARAN TINGGI DIENG JAWA TENGAH

NURJANAH

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Entomologi/Fitopatologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(17)

Judul Tesis : Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah

Nama Mahasiswa : Nurjanah

NIM : A451064114

Disetujui : Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Supramana, M.Si Dr. Ir. Gede Suastika, M.Sc

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Entomologi/Fitopatologi

Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S

(18)

PRAKATA

Bismillahi rohmaani rohiim. Alhamdulillahi robbil’alamin.

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah”. Salawat dan salam tercurah kepada Rasullulah SAW, keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya.

Penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada Dr. Ir. Supramana M.Si. dan Dr. Ir. Gede Suastika M.Sc. atas bimbingan, kesabaran, pengkayaan wawasan, saran, kritik dan dukungan moril yang sangat besar peranannya dalam penyelesaian penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir. Syukur Iwantoro, MS, MBA, Dr. Ir. Eliza S. Rusli, Dr. Ir Catur Putra Budiman M.Agric. atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti program magister di IPB.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Dr. Ir. Arifin Tasrif, M.Sc yang bersedia menjadi Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Aris Widiyanto ( Koordinator PHP Dinas Pertanian Kab. Banjarnegara) atas bantuannya selama survai di Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada rekan-rekan di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian Rumenda Ginting, Yani Dawi, Jati Adiputra, Dwi Sugipriatini, Titi Sumarti, Derhani LG, Rahmawati, Ummu Salamah R, Andi Prasetiawan, Ariningsih SE dan R. Yudiarto atas persahabatan dan kerjasamanya. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada mbak Tuti dari laboratorium Virologi IPB dan Bruce Ochieng Obura atas persahabatan dan bantuannya selama penelitian.

Rasa hormat yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Muhamad Saripin (alm), ibunda Julaecha dan kakanda Nurlaela yang telah mencurahkan kasih sayang, doa dan bimbingan. Ucapan terima kasih yang tidak terhingga juga penulis ucapkan kepada suami tercinta Fajarudin Mijiono dan ananda tercinta Kamila Nurhanifah atas kesabaran, kasih sayang dan dukungannya. Ucapan terima kasih disampaikan pula pada Mertua Bapak M Dahlan dan Ibu Siti Absah, dan adik ipar Atun dan Tiyok atas doa, dorongan semangat dan bantuan moril selama ini.

Akhir kata saya haturkan terima kasih kepada semua pihak dan semoga hasil penelitian ini bermanfaat untuk kepentingan umat manusia dan ilmu pengetahuan.

Bogor, 13 Januari 2009

(19)

RIWAYAT HIDUP

Nurjanah, SP. Dilahirkan di Bandung tanggal 13 Agustus 1976, sebagai

anak kedua dari dua bersaudara, pasangan Bapak Muhamad Saripin dan Ibu

Julaecha. Penulis menikah dengan Fajarudin Mijiono pada tahun 2005 dan

dikaruniai anak bernama Kamila Nurhanifah pada tahun 2006.

Penulis menempuh pendidikan di SMA Negeri 11 Bandung, lulus pada

tahun 1994. Penulis melanjutkan ke pendidikan tinggi di Universitas Padjadjaran

Bandung, Fakultas Pertanian, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan pada

tahun 1994 -1999.

Penulis pernah bekerja sebagai Tenaga Pendamping Penyuluh Pertanian

pada Program Peningkatan Penyuluhan Pertanian Untuk Memberdayakan

Masyarakat Tani (kerjasama Deptan-IPB-Depkop PKM) tahun 1999-2000. Pada

Tahun 2000-2001 penulis bekerja sebagai Service Supervisor di PT. Rentokil

Indonesia di Jakarta, kemudian penulis bekerja sebagai Technical Executive di

PT. AGRICON Bogor tahun 2001-2005. Pada Tahun 2005-2006 penulis

diterima sebagai Tenaga Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan di

Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas II Cilacap. Kemudian sejak tahun 2006

penulis bekerja sebagai Tenaga Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan

di Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian, Jakarta.

Pada tahun 2007 penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan ke

Program Magister Sains pada Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor,

Program Studi Entomologi dan Fitopatologi. Beasiswa pendidikan pascasarjana

(20)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

PENDAHULUAN ...

Latar Belakang ...

Tujuan ...

Perumusan Masalah ...

Hipotesis ...

TINJAUAN PUSTAKA ...

Klasifikasi Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis dan

Globodera pallida)...

Morfologi Nematoda sista emas (G. rostochiensis) ...

Morfologi Nematoda sista putih (G. pallida) ...

Biologi dan Ekologi NSK ...

- Biologi NSK ...

- Ekologi NSK ...

Sebaran NSK ...

- Sebaran Geografi NSK ...

- Sebaran Horisontal NSK ...

Karakterisasi NSK ...

- Karakterisasi NSK berdasarkan Morfologi ...

- Karakterisasi NSK berdasarkan Biomolekuler ...

BAHAN DAN METODE ...

Tempat dan Waktu Penelitian ...

Metode Penelitian ...

- Penentuan lahan contoh ...

- Pengumpulan sampel tanah dari tanaman kentang yang terinfeksi

- Ekstraksi sista NSK ...

Identifikasi spesies NSK berdasarkan karakter morfologi ...

Identifikasi spesies NSK berdasarkan karakter molekuler...

(21)

Analisis Data ...

HASIL DAN PEMBAHASAN ...

Prevalensi NSK berdasarkan Ketinggian Tempat ...

- Hubungan antara Ketinggian Tempat dengan Jumlah Sista NSK..

- Hubungan antara Suhu Tanah dengan Jumlah Sista NSK...

- Korelasi antara Jumlah Sista NSK dengan Ketinggian Tempat

dan Suhu Tanah ...

Dominasi Spesies NSK berdasarkan Ketinggian Tempat ...

Verifikasi Spesies NSK melalui PCR ...

SIMPULAN DAN SARAN ...

DAFTAR PUSTAKA ...

23

24

24

26

27

28

30

31

37

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman 1

2

3

Daerah sebar NSK di Pulau Jawa ...

Perbedaan ciri morfologi G. rostochiensis dan G. pallida...

Hasil korelasi antara ketinggian, jumlah sista, suhu tanah dan

jumlah tanaman ...

12

20

(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Skema Siklus hidup Globodera spp (Evans & Stone 1977 dalam Marks & Brodie 1998) ...

Tipe bentuk sista untuk Globodera, Punctodera, Cactodera dan Heterodera (Marks & Brodie 1998) ...

Pola perkembangan fenestra dari sista Heteroderinae (Marks & Brodie 1998)...

Bagian perineal sista Globodera (Marks & Brodie 1998) ...

Bentuk ridge vulval-anal G. rostochiensis dan G. pallida (Marks & Brodie 1998) ...

G. rostochiensis (a), G. pallida (b) ...

Gejala serangan NSK (a) & (b), sista NSK di sekitar daerah perakaran tanaman kentang (c) (Nurjanah 2008) ...

Prevalensi sista NSK berdasarkan ketinggian tempat di Dataran tinggi Dieng Jawa Tengah ...

Hubungan antara ketinggian tempat dengan jumlah sista NSK ...

Hubungan antara suhu tanah dengan jumlah sista NSK ...

Pengaruh ketinggian tempat terhadap proporsi spesies NSK ...

Produk PCR sista G. rostochiensis dan G. Pallida yang diambil dari lokasi dengan ketinggian tempat 1250 m dpl – 1750 m dpl : ”...” ..

Produk PCR sista G. rostochiensis yang diambil dari lokasi pada ketinggian tempat 1750 m dpl – 2000 m dpl : ”...” ...

Produk PCR sista G. pallida yang diambil dari lokasi pada ketinggian tempat 1750 m dpl – 2000 m dpl : ”...” ...

Produk PCR sista G. rostochiensis, G. pallida yang diambil dari lokasi pada ketinggian tempat lebih dari 2000 m dpl: ”...” ...

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1

2

3

4

5

6

7

Lokasi Pengambilan sampel sista NSK ...

Daerah sebar NSK di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah ...

Data prevalensi NSK di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah

Hasil analisis regresi : Jumlah sista NSK versus ketinggian tempat ...

Hasil analisis regresi : Jumlah sista NSK versus suhu tanah ...

Identifikasi morfologi sista NSK ...

Hasil pengamatan sidik pantat sista NSK ...

43

44

47

48

49

50

(25)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura penting

di Indonesia yang saat ini menjadi bahan pangan alternatif, sebagai sumber

karbohidrat untuk menunjang program diversifikasi pangan.Kebutuhan kentang

dari tahun ke tahun semakin bertambah sejalan dengan bertambahnya jumlah

penduduk dan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan gizi (Rukmana

1997). Perubahan pada konsumsi masyarakat Indonesia dewasa ini juga turut

berperan dalam memacu peningkatan kebutuhan kentang.

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (2008) di indonesia setiap tahun

terjadi penurunan produksi kentang. Pada tahun 2007 terjadi penurunan

produksi kentang sebesar 5.887 ton, yaitu dari produksi 1.009.619 ton pada

tahun 2005 menjadi 1.003.732 ton pada tahun 2007. Pada tahun 2005 produksi

kentang mengalami penurunan sebesar 62.421 ton, yaitu dari produksi 1.072.040

ton pada tahun 2004 menjadi 1.009.619 ton pada tahun 2005.

Rendahnya produktivitas kentang disebabkan beberapa faktor, diantaranya

adalah gangguan hama dan penyakit, iklim, teknik budidaya, pembibitan (mutu

bibit) dan kesuburan tanah. Di antara faktor-faktor tersebut, gangguan hama dan

penyakit merupakan penyebab utama penurunan produksi kentang di Indonesia.

Penyakit penting yang menyebabkan penurunan produksi kentang di Indonesia

adalah penyakit tanaman yang disebabkan oleh berbagai cendawan, bakteri,

virus, viroids dan nematoda dengan intensitas serangan yang sangat tinggi.

Keberadaan nematoda pada tanaman kentang merupakan salah satu kendala

yang mempengaruhi produksi kentang. Nematoda Sista Kentang (Globodera

pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens)

merupakan nematoda terpenting pada tanaman kentang (Luc et al. 1995) karena

kemampuan merusak dan mematikan tanaman kentang yang sangat besar.

Nematoda sista kentang (NSK) dapat dengan mudah menyebar melalui tanah,

mesin pertanian , umbi kentang, dan melalui air.

Gejala yang nampak akibat serangan NSK adalah terjadinya kerusakan

akar yang menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan hara, sehingga

sistem perakaran berkurang, terdapat betina berwarna putih dan sista berwarna

(26)

pecah-pecah atau terdapat lekuk-lekuk kecil. Bagian tanaman di atas permukaan

tanah pertumbuhannya terhambat (kerdil) dan daunnya menguning (klorosis) dan

layu pada siang hari yang terik (Luc et al. 1995). Interaksi antara NSK dengan

patogen kentang lainnya menyebabkan kerusakan tanaman lebih parah

(kompleks penyakit). Menurut CABI (2007) tingkat keparahan penyakit, dalam

hubungannya dengan berat umbi kentang yang dihasilkan adalah tergantung dari

jumlah telur NSK per unit tanah.

Nematoda sista kentang diketahui terdapat di 70 negara khususnya di

daerah dingin pada wilayah trofis, subtrofis dan daerah temperate di dunia (CABI

2007). Telah dilakukan estimasi bahwa terjadi kehilangan hasil kentang sebesar

2 ton/Ha untuk setiap 20 telur/g tanah. Oleh karena itu dapat terjadi kehilangan

hasil panen kentang sekitar 80% jika populasi NSK terus meningkat akibat

penanaman kentang secara terus-menerus dan tingkat serangan NSK yang

sangat tinggi (Spears 1968).

Nematoda sista kentang Globodera spp., merupakan organisme

pengganggu tumbuhan karantina (OPTK), sebagaimana tercantum dalam Surat

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 38/Kpts/HK.060/1/ 2006, Tanggal 27

Januari 2006, Tentang Jenis-jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina

Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang,

Media Pembawa dan Daerah Sebarnya. G. pallida termasuk OPTK kategori A1

golongan II, sedangkan G. rostochiensis termasuk OPTK kategori A2 golongan II.

Sebagai OPT baru yang mempunyai potensi menyerang, menetap dan/atau

menyebar ke kawasan tertentu perlu dilakukan tindakan eradikasi/eliminasi

dengan tujuan akhir OPT tersebut berhasil dimusnahkan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lisnawita (2007) diketahui

bahwa NSK telah terdeteksi di sentra-sentra pertanaman kentang di Jawa Timur,

Jawa Tengah dan Jawa Barat dan diduga NSK sudah ada di daerah tersebut

untuk waktu yang cukup lama. Di Jawa Tengah, petani telah menanam kentang

dengan menggunakan bibit asal Jerman sejak tahun 1985 (Suwardiwijaya et al.

2007). Kondisi ini memungkinkan bagi NSK untuk menetap di daerah tersebut.

Menurut Brodie (1984), untuk dapat terdeteksi dan menyebabkan endemik di

suatu daerah, NSK memerlukan waktu sekitar 7 tahun.

Salah satu tugas pokok dan fungsi dari Unit Pelaksana Teknis di Badan

(27)

OPT/OPTK, hasil survai dan dari pemantauan dapat dijadikan bahan

pertimbangan untuk penyempurnaan peraturan dan perundang-undangan

karantina. Dari hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai sebaran

nematoda sista kentang (G. pallida dan G. rostochiensis) berdasarkan

ketinggian tempat. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

untuk memverifikasi status G. pallida yang merupakan OPTK kategori A1

golongan II dan G. rostochiensis yang merupakan OPTK kategori A2 golongan II.

Berdasarkan data perkembangan kumulatif luas serangan NSK, maka penelitian

dilaksanakan di beberapa sentra penanaman kentang di daerah Dieng – Jawa

Tengah.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk memetakan daerah sebar spesies NSK G.

pallida dan G. rostochiensis di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah.

Perumusan Masalah

Nematoda sista kentang (NSK) merupakan patogen yang sulit dikendalikan.

Menurut Stevenson et al. (2001) sekali NSK terinfestasi pada suatu lahan, maka

nematoda akan tetap ada di lahan tersebut dan mungkin lahan tersebut sulit

untuk dapat bersih dari NSK. Di Inggris dilaporkan ambang ekonomi untuk G.

rostochiensis adalah 15 telur/g tanah. Di Jerman dilaporkan infestasi G.

rostochiensis menimbulkan kerugian 11%, 27% dan 43% pada kepadatan

populasi 100, 1000 dan 10.000 larva/100 cm3 tanah (CABI 2007). NSK dapat

tersebar secara pasif bersama tanah atau umbi. Untuk mencegah penyebaran

NSK yang lebih luas, dibutuhkan survei mengenai sebaran NSK berdasarkan

ketinggian tempat. Dari hasil survai dapat diperoleh data mengenai jenis dan

jumlah NSK berdasarkan ketinggian tempat. Data yang diperoleh sangat

diperlukan untuk menentukan kepadatan populasi NSK, pola penguasaan ruang

oleh NSK dan tipe penyebaran NSK. Berdasarkan penelitian sebelumnya

(Lisnawita 2007) dinyatakan bahwa NSK telah terdapat di 4 desa yang di Dieng

pada kisaran ketinggian tempat antara 1600 m dpl – 1700 m dpl, sehingga

diperlukan data mengenai sebaran NSK pada ketinggian tempat di bawah 1400

m dpl dan di atas 1700 m dpl. Pada penelitian ini dilakukan survai di Dataran

Tinggi Dieng Jawa Tengah dengan kisaran ketinggian tempat antara 1250 m dpl

(28)

penyakit (prevalensi) NSK pada daerah-daerah yang sudah dilaporkan

terinfestasi maupun yang belum terinfestasi NSK.

Hipotesis

1. Terdapat korelasi antara ketinggian tempat dan sebaran spesies NSK.

2. Semakin tinggi tempat maka populasi Globodera pallida semakin

banyak.

3. Kejadian penyakit (prevalensi) NSK telah menyebar hampir di seluruh

hamparan pada sentra penanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng,

(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi Nematoda Sista Kentang (Globodera rostochiensis dan Globodera pallida)

Klasifikasi nematoda sista kentang berdasarkan CABI (2007) adalah

sebagai berikut : Globodera sp termasuk ke dalam superkingdom Eukaryota,

kingdom Animalia, phylum Nematoda, Kelas Chromadea, ordo Tylenchida,

subordo Tylenchina, superfamili Tylenchoidea, famili Heteroderidae, subfamili

Heteroderinae, dan genus Globodera. Globodera mempunyai 14 spesies,

terdapat 2 spesies yang menjadi parasit utama pada kentang yaitu spesies

Globodera rostochiensis (Wollenweber) Behrens dan Globodera pallida (Stone)

Behrens. G. rostochiensis dengan sista berwarna emas/kuning (Golden cyst

nematode), dan G. pallida dengan sista berwarna putih (white cyst nematode).

Morfologi Nematoda Sista Emas (G.rostochiensis)

Telur. Telur berada di dalam sista. Permukaan telur licin, mempunyai panjang 101 – 104 µm dan lebar 46 - 48 µm. Rasio panjang dan lebar adalah

2,1-2,5.

Juvenil. Juvenil 1 berada di dalam telur, Juvenil 2 (J2) menetas dari telur. Juvenil 2 berbentuk seperti cacing (vermiform) dengan kepala yang bulat dan

stilet berkembang dengan baik serta knob stilet bulat (rounded). Panjang tubuh

468,0 ± 100,0 µm. panjang kepala 4,6 ± 0,6 µm, panjang stilet 22,0 ± 0,7 µm,

panjang ekor 44,0 ± 12,0 µm, dan panjang ekor yang hilain 26,5 ± 2 µm.

Jantan. Jantan berbentuk seperti cacing (vermiform), bentuk kepala bulat dan stilet pendek dengan knob yang berkembang baik (Stone 1973). Jika

difiksasi tubuh akan melengkung seperi huruf C atau S. Testis tunggal terdapat di

tengah tubuh. Panjang tubuh 0,89 - 1,27 mm dengan lebar tubuh pada lubang

ekskresi 28 ± 1,7 µm, lebar dasar kepala 11,8 ± 0,6 µm, panjang kepala 7 ± 0,3

µm, dan panjang stilet 26,0 ± 1 µm.

(30)

setelah J2 berinvasi. Panjang stilet 23,0 ± 1 µm, lebar kepala 5,2 ± 0,7 µm, dan

jumlah lekukan antara vulva dan anus (cuticular ridges) adalah 21 ± 3.

Sista. Sista berbentuk globuler (Dropkin 1999). Sista berisi telur yang merupakan generasi berikutnya dari G. rostochiensis dan dibentuk dari kutikula

betina yang mati. Sista berwarna kuning sampai coklat muda, berkilat, berbentuk

bulat. Panjang sista tanpa leher 445 ± 50 µm dan lebar 382 ± 60 µm, panjang

leher 104 ± 19 µm. Rata-rata diameter fenestra 19 ± 2 µm. Jarak dari anus ke

fenestra 66,5 ± 10,3 µm, serta rasio Granek 3,6 ± 0,8 (CABI 2007).

Morfologi Nematoda Sista Putih (G.pallida)

Telur. Telur berada di dalam sista dan permukaan telur licin. Telur berukuran 108,3 ± 2 µm x 43,2 ± 3,2 µm.

Juvenil. Juvenil (J2) merupakan stadia yang infektif. J2 G.pallida umumnya lebih besar, stilet lebih panjang dengan knob stilet meruncing (pointed) dan lebih

kuat dibandingkan G. rostochiensis. Juvenil sering ditemukan di dalam tanah

bersama-sama dengan sista. Panjang tubuh 486 + 2,8 µm, panjang stilet 23,0 ±

1,0 µm, panjang ekor 51,1 ± 2,8 µm dan lebar ekor pada anus 12,1 ± 0,4 µm.

Jantan. Jantan berbentuk seperti cacing (vermiform), bentuk kepala bulat dan stilet pendek dengan knob yang berkembang baik. Bila diperlakukan dengan

panas maka tubuh akan berbentuk C atau S. Ekor pendek, setengah melingkar,

spikula terbuka di dekat ujung ekor. Terdapat testis tunggal yang berada

kira-kira 60% dari panjang tubuh jantan 1200 + 100 µm, lebar dasar kepala 12,3 + 0,5

µm, panjang kepala 6 ± 0,3 µm, panjang stilet 27,5 ± 1,0 µm, panjang ekor 5,2 ±

1,4 µm, lebar ekor pada anus 13,5 ± 2,1 µm

Betina. Betina berbentuk bulat, dengan leher yang pendek. Panjang stilet 27,4 ± 1,1 µm, lebar kepala 5,2 ± 0,5 µm, dan jumlah lekukan antara vulva dan

anus (cuticular ridges) adalah 12,5 ± 3,1 µm.

Sista. Sista berwarna krem sampai coklat muda, berkilat, berbentuk bulat dan mempunyai leher yang menonjol. Setiap sista berisi 200-500 telur. Sista

berukuran lebar 534 ± 66 µm, panjang tidak termasuk leher 579 ± 70 µm,

panjang leher 188 ± 20 µm. Rata-rata diemeter fenestra 24,5 ± 5 µm. Jarak dari

(31)

Biologi dan Ekologi NSK

Biologi NSK

Sebagian besar nematoda parasit tumbuhan hidup di dalam tanah dan

mendapat sumber bahan makanan dari perakaran tanaman. Nematoda sista

kentang merupakan endoparasit menetap, betina berkembang menjadi sista

(dapat bertahan hidup dalam tanah > 20 tahun). Sebagian besar spesies

Globodera sudah membentuk sista menempel dengan bagian anterior tubuhnya

menyusup dalam korteks, sedangkan bagian posteriornya di luar jaringan akar

(semi endoparasit). Bentuk sista membulat (globular atau spheroid), warnanya

sebagian besar kuning emas, sebagian lagi putih dan kuning tua sampai coklat

(Spears et al. 1968).

Siklus hidup nematoda sista kentang berlangsung selama 45 hari

(tergantung kesesuaian tanaman dan suhu tanah). Adapun siklus hidup NSK

adalah sebagai berikut :

- Fase telur

- Fase juvenil terdiri dari juvenil 1 (J1), juvenil 2 (J2), juvenile 3 (J3) dan

juvenile 4 (J4). Juvenil mengalami 4 kali pergantian kulit (molting).

- Nematoda dewasa yang terdiri dari nematoda jantan (♂) dan

[image:31.612.219.419.455.672.2]

nematoda betina (♀).

(32)

Bagian yang aktif dari siklus hidup dimulai ketika juvenil stadia ke dua (J2)

menetas dari telur. Penetasan terjadi bila temperatur tanah cukup hangat (di

atas 100C) dan ada rangsangan senyawa kimia yang dikeluarkan oleh ujung akar

tanaman inang (Clark & Hannessy 1984; Rawsthorne & Brodie 1986).

Rangsangan ini bersifat spesifik yaitu hanya terjadi pada tanaman dari famili

Solanaceae seperti kentang, tomat, terung dan S. dulcamara (sejenis gulma).

Menurut Devine & Jones (2000), sedikitnya ada sembilan senyawa kimia yang

disebut faktor penetasan (hatching factors) yang berperan dalam penetasan telur

NSK. Beberapa dari senyawa ini telah diidentifikasi dan dikarakterisasi, salah

satunya adalah solanoeclepin A (Mulder et al. 1997).

Rangsangan eksudat akar menyebabkan 60 – 80 % telur menetas, sekitar

5% penetasan terjadi di dalam air dan 30% penetasan terjadi secara spontan

tanpa inang (Fenwick 1994). Bila kondisi lingkungan tidak mendukung dan tidak

ada rangsangan untuk menetas, telur berada dalam kondisi dorman di dalam

sista. Pada stadia dorman, nematoda lebih resisten terhadap nematisida

(Spears et al. 1968).

Nematoda mempunyai empat stadia juvenil dan stadia dewasa (jantan dan

betina). J2 yang menetas dari telur, keluar dari sista, dan melakukan penetrasi

pada ujung akar tanaman inang. Selanjutnya J2 masuk ke dalam akar di dekat

titik tumbuh atau akar-akar lateral dengan menusukkan stiletnya pada sel

epidermis, masuk dan bergerak dalam akar secara intraselluler dan akhirnya

menetap dan memulai makan di perisikel, korteks atau endodermis. Tusukan

stilet menyebabkan masuknya saliva ke dalam sel dan merangsang

pembentukan sinsitium yang dikelilingi oleh satu lapisan sel hiperplastik yang

berguna untuk mentransfer nutrisi ke nematoda (Jones & Nortconte 1972).

Interaksi inang-parasit mempengaruhi perkembangan juvenile stadia empat

(J4) untuk menjadi betina atau jantan. Jenis kelamin dipengaruhi oleh

kecukupan nutrisi. Nutrisi yang kurang akan menghasilkan NSK jantan,

sebaliknya jika nutrisi cukup tersedia akan menghasilkan betina. Pada saat

terjadi infeksi berat, NSK jantan menjadi lebih dominan, dan sebaliknya. Proses

pelukaan terjadi pada saat NSK betina membengkak, memecah korteks akar,

dan mengeluarkan bagian posterior, sedangkan bagian kepala dan leher masih

tetap berada di dalam akar. Dalam perkembangannya, NSK jantan melingkar di

(33)

dewasa berbentuk cacing (vermiform), keluar dari akar dan masuk ke dalam

tanah (Evans & Turner 1998).

Reproduksi NSK terjadi secara seksual. Nematoda betina menghasilkan

feromon untuk memikat atau menarik jantan yang berada di dalam tanah.

Perkawinan segera terjadi beberapa saat kemudian. Setelah kawin, setiap

betina menghasilkan sekitar 200 – 500 telur, kemudian betina mati dan dinding

tubuhnya akan membungkus telur dan membentuk sista. Perkembangan embrio

terjadi di dalam telur hingga juvenil kedua. Penetasan kembali terjadi bila ada

rangsangan yang dihasilkan oleh akar tanaman inang dan kondisi lingkungan

yang sesuai dan siklus hidup akan berulang kembali. NSK akan melengkapi

siklus hidupnya selama 38-48 hari tergantung pada temperatur tanah (Lisnawita

2007).

Nematoda sista kentang mempunyai struktur untuk mempertahankan diri di

dalam tanah yang disebut sista. Sista merupakan tubuh betina yang telah mati,

yang di dalamnya berisi telur (Lisnawita 2007). Sista dan telur merupakan stadia

yang persisten dari siklus hidup NSK. Sista yang baru terbentuk mengandung

sekitar 500 telur. Telur dapat bertahan hidup selama 30 tahun di dalam sista.

Ketika tidak ada tanaman kentang, sista tetap tinggal di dalam tanah, sebagian

dari sista akan menetas secara alami untuk mengurangi kepadatan populasi, dan

sebagian sista lainnya akan tetap berada di dalam tanah untuk waktu yang lama

tanpa inang. Kemampuan bertahan hidup, reproduksi dan dinamika populasi

NSK sangat dipengaruhi oleh temperatur, kelembaban, panjang hari dan faktor

lingkungan di sekitarnya (Lisnawita 2007).

Ekologi NSK

Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah biotik (tanaman dan

organisme yang lain), dan abiotik (tanah, suhu, kelembaban, senyawa kimia, dll).

Di antara faktor lingkungan tersebut, suhu merupakan faktor abiotik yang paling

penting. NSK mempunyai temperatur optimum untuk metabolisme, pertumbuhan

dan aktivitasnya. Disamping itu temperatur juga mempengaruhi dormansi

(diapause) (Huang & Pereira 1994), siklus hidup, daya tahan hidup (survival) dan

perilaku (behaviour) NSK (Wharton et al. 2002). Aktivitas larva berlangsung

pada suhu mulai 10 oC dan terhenti pada suhu 40 oC. Temperatur optimum

untuk perkembangan G. rostochiensis pada tanaman inang berkisar antara 18 –

(34)

pada temperatur 29 - 32 oC, tetapi larva masih bisa keluar dari sista sampai

temperatur 37oC.

Populasi larva hidup dalam tanah tanpa adanya tanaman inang akan

menurun ± 18% per tahun pada tanah dingin, dan sampai 50 - 80% pada tanah

hangat. Tipe tanah juga berpengaruh terhadap laju perkembangan larva. Larva

yang menetas pada tanah berpasir jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan

pada tanah gembur dan tanah liat. Beberapa nematoda dapat bertahan sampai

28 tahun dalam tanah yang dingin (Ditlin 2007).

Distribusi/penyebaran NSK di dalam tanah tidak seragam. Nematoda

biasanya banyak ditemukan di sekitar daerah perakaran (rhizozphere) atau di

dalam jaringan akar. Biasanya NSK banyak ditemukan pada kedalaman antara 0

– 20 cm. Pola penyebaran yang demikian disebabkan karena nematoda

cenderung tertarik oleh zat yang dikeluarkan oleh akar tumbuhan inangnya.

Zat-zat yang dikeluarkan oleh akar tanaman juga dapat mempengaruhi proses

penetasan telur nematoda, sehingga zat tersebut sebagai faktor penetas

(hatching factor). Eksudat akar dari tanaman inang dapat merangsang 60-80%

larva untuk menetas. Ketika tidak ada tanaman kentang, umbi kentang yang

ditaruh di atas tanah (kentang kerap kali ditinggalkan di atas tanah pada saat

panen bahkan sampai keluar tunas) dapat mempertahankan sejumlah nematoda

(Ditlin 2007).

Nematoda mengambil nutrisi dari akar sehingga pasokan nutrisi dan air ke

batang dengan cara melukai akar dan daun berkurang akibatnya tanaman

tumbuh kerdil. Tingkat infestasi yang sedang (moderate) mempunyai sedikit

pengaruh terhadap penurunan pertumbuhan atau terhadap jumlah umbi yang

dihasilkan, namun berpengaruh terhadap ukuran umbi kentang (Ditlin 2007).

Laju perkembangbiakan pada tanaman inang tergantung pada kepadatan

populasi awal. Hal tersebut disebabkan oleh adanya kompetisi untuk ruang pada

akar yang berpengaruh terhadap sex ratio. Ketika terdapat sedikit telur per gram

tanah maka laju perkembangbiakan sebanyak 60 kali lipat, tetapi ketika terdapat

lebih dari 100 telur/g tanah, populasi setelah panen lebih kecil karena sistem

perakaran terbatas, sehingga serangan yang terjadi menurun (Ditlin 2007).

Kehilangan hasil berkorelasi dengan tingkat infestasi. Dilaporkan bahwa

setiap 20 telur/g tanah dapat menyebabkan kehilangan hasil 1 ton/acre.

Demikian pula, kemampuan populasi NSK untuk memperbanyak diri berbeda

(35)

Di Inggris dan Belanda, populasi dibedakan menurut pathotype tertentu,

tergantung pada kemampuannya berbiak pada galur resisten tertentu (Ditlin

2007).

Sebaran NSK

Sebaran Geografi NSK

Daerah asal tempat ditemukannya G.rostochiensis dan G. pallida adalah

Danau Titicaca (3850 m d.p.l.) Pegunungan Andes Amerika Selatan, kemudian

terintroduksi ke Eropa melalui kentang, yang kemungkinan terjadi pada

pertengahan abad 19. Dari Eropa kemudian NSK menyebar seiring dengan

penyebaran benih kentang ke area lainnya di dunia. NSK menyebar ke

pertanaman kentang di berbagai daerah trofis dan subtrofis di 70 Negara di dunia

(CABI 2007).

CABI (2007) menyatakan bahwa G. rostochiensis telah terdapat di

negara-negara Eropa (Albania, Austria, Belarus, Belgium, Bulgaria, Croatia, Cyprus,

Czech Republic, Denmark, Estonia, Faroe Island, Finland, France, Germany,

Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Latvia, Liechtenstein, Lithuania,

Luxembourg, Malta, Netherlands, Norway, Poland, Portugal, Romania, Russian

Federation, Serbia & Montenegro, Slovakia, Slovania, Spain, Sweden,

Switzerland, Ukraine, United Kingdom), negara-negara di Asia (Armenia, India,

Indonesia, Israel, Japan, Lebanon, Malaysia, Oman, Pakistan, Philippines, Sri

Lanka, Tajikistan, Turkey), negara-negara di Afrika (Algeria, Egypt, Libya, Sierra

Leone, South Africa, Tunisia, Panama), negara-negara di Amerika Utara

(Canada, Mexico, USA, Bolivia, Chile, Colombia, Ecuador, peru, Venezuela), dan

negara-negara di Oceania (Australia, New Zealand, Norfolk Island).

G. pallida telah menyebar di negara- negara Eropa (Austria, Belgium,

Croatia, Cyprus, Chech Republic, Denmark, Faroe Islands, Finland, France,

Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Latvia, Lithuania, Luxembourg,

Malta, Netherlands, Norway, Poland, Portugal, Romania, Spain, Sweeden,

Switzerland, Ukraine, United Kingdom), negara-negara di Asia (India, Japan,

Malaysia, Pakistan, Turkey), negara-negara di Afrika (Algeria, Libya, Afrika

Selatan, Tunisia, Panama), negara-negara di Amerika Utara (Canada, Mexico,

(36)

Ecuador, Falkland Islands, Peru, Venezuela), dan negara Di Oceania (New

Zealand) (CABI 2007).

Di Indonesia, berdasarkan penelitian yang dilakukan Lisnawita (2007)

diketahui bahwa NSK telah terdeteksi di sentra-sentra pertanaman kentang di

Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat dan diduga NSK sudah ada di daerah

tersebut untuk waktu yang cukup lama. Dari hasil survai Lisnawita (2007)

diketahui bahwa di Jawa Timur NSK telah terdapat pada ketinggian tempat mulai

dari 1600m dpl, di Jawa Tengah NSK ditemukan dilokasi survai dengan

ketinggian tempat antara 1600 m sampai dengan 1900 m, sedangkan di Jawa

Barat NSK telah ditemukan pada ketinggian tempat yang lebih rendah yaitu

antara 1343 m sampai 1544 m (Tabel 1). Di Jawa Tengah, petani telah

menanam kentang dengan menggunakan bibit asal Jerman sejak tahun 1985

(Suwardiwijaya et al. 2007). Kondisi ini memungkinkan bagi NSK untuk menetap

[image:36.612.133.510.360.689.2]

di daerah tersebut.

Tabel 1 Daerah sebar NSK di pulau Jawa (Lisnawita 2007)

No Lokasi Ketinggian tempat (m dpl) Jumlah Sista/ 100ml tanah Umur tanaman Kultivar

1 Desa Tulung Rejo Kota Batu Malang Timur 1600 1700 1800 21 44 675 40 40 >100 Granola kembang

2 Desa Pawuhan Banjarnegara Jawa Tengah

1900 400 Siap panen Granola

3 Desa Karangtengah Banjarnegara Jawa Tengah

1700 270 60 Granola

4 Desa Patak Banteng 1700 2 60 Granola Wonosobo Jawa Tengah

5 Desa Kepakisan Banjarnegara Jawa Tengah

1600 21 Siap panen Granola

6 Desa Sukamanah Pangalengan Jawa Barat 1456 1508 1544 28 2 19 70 50 70 Granola Granola Granola & Atlantik

7 Desa Mekarwangi Sindangkerta Jawa Barat

(37)

Sebaran Horisontal NSK

Sebaran/distribusi sista NSK pada area yang terinfeksi tidak bersifat acak.

Pola infestasi NSK pada tiap generasi mengikuti pola petak yang menyebabkan

terjadinya foci sekunder yang menyebar dengan cara serupa (Marks & Brodie

1998). Foci-foci kecil ini nampak seperti terisolasi, tetapi ketika infestasi sudah

terdeteksi seluruh lahan telah terinfeksi. Hal tersebut memerlukan beberapa

tahun dari infestasi pertama di lapangan sebelum kerusakan tanaman pada area

pertanaman diperhatikan untuk pertama kalinya. Foci seringkali berbentuk

lonjong, dengan kepadatan populasi yang besar pada pusat gejala serangan

NSK. Sebaran dan bentuk dari foci ditentukan oleh kegiatan mekanis, seperti

panen yang berpengaruh dalam memindahkan tanah pada proses penggarapan

tanah. Daerah sebar dari sista di lapangan dan sebaran sista dari foci awal

berarti posisi posisi sista tidak bebas dari sista lainnya di lapangan (Marks &

brodie 1998).

Frekuensi sebaran dari jumlah nematoda tidak menjelaskan penggunaan

ruang yang sesungguhnya, karena lokasi dari unit-unit sampel dikesampingkan

dan hanya daftar jumlah yang diambil. Oleh karena itu lokasi, bentuk, ukuran

dan jarak antara area terserang hampir tidak dapat ditentukan dengan frekuensi

sebaran, meskipun jumlah relatif unit dari kepadatan yang berbeda menghasilkan

beberapa informasi pengamatan area yang terserang. Khususnya, hubungan

antara unit yang tidak terinfestasi dan rata-rata kepadatan lahan mungkin dapat

ditelusuri (Marks & brodie 1998).

Beberapa peneliti menemukan bahwa pola sebaran dari sista NSK banyak

sekali/melimpah di lapangan adalah paling tepat mengikuti sebaran binomial

negatif (Marks & brodie 1998).

Karakterisasi NSK

Karakterisasi NSK berdasarkan Morfologi

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi spesies

NSK, yaitu secara konvensional, misalnya dengan pengamatan dan pengukuran

ciri-ciri morfologi. Metode sidik pantat sista NSK merupakan metode yang cukup

baik untuk membedakan spesies G. rostochiensis dan G. pallida.

(38)
[image:38.612.140.527.263.579.2]

Gambar 2 Tipe bentuk sista untuk Globodera, Punctodera, Cactodera dan Heterodera (Marks & Brodie 1998)

Gambar 3 Pola perkembangan fenestra dari sista Heteroderinae (Marks & Brodie 1998)

Bagian Perineal Vulva

Leher depan

Circum fenestra dari bagian vulva. Tidak terdapat fenestra pada anus. Contoh Globodera dan Cactodera

Circum fenestra dari bagian vulva dan bagian anus. Contoh Punctodera

Semifenestra-bifenestra dari bagian vulva. Tidak terdapat fenestra pada anus. Contoh Heterodera

Semifenestra-ambifenestra dari bagian vulva. Tidak terdapat fenestra pada anus. Contoh Heterodera

(39)

Gambar 4 Bagian perineal sista Globodera (Marks & Brodie 1998)

G. rostochiensis G. pallida

Gambar 5 Bentuk ridge vulval-anal G. rostochiensis dan G. pallida (Marks & Brodie 1998)

Karakterisasi NSK berdasarkan Biomolekuler

Polymerase Chain reaction (PCR) merupakan suatu reaksi In Vitro untuk

menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu dengan cara

mensintesis molekul DNA baru yang berkomplemen dengan molekul DNA target

tersebut dengan bantuan enzim dan oligonukleotida sebagai primer dalam suatu Anus Lapisan fenestra

Celah vulva

Garis transfenestra

Lengkungan papilate Fenestra

(40)

Thermocycler (Wulandari 2006). Teknik ini dipakai untuk menggandakan atau

memperbanyak urutan basa DNA spesifik. Teknik PCR dapat mengatasi

masalah jumlah DNA yang rendah per individu. Keuntungan teknik PCR

adalah sistem analisisnya cepat, tidak memerlukan DNA dalam jumlah banyak,

dapat dilakukan pada fase awal pertumbuhan, dan metode ekstraksi DNAnya

sederhana.

Teknik PCR memerlukan DNA polymerase, dNTPs, molekul DNA templete,

serta dua buah oligonukleotida sebagai primer. Reaksi amplifikasi sangat

tergantung pada keberadaan enzim polimerase sebagai katalisator, terutama

yang bersifat tahan panas. Produk PCR kemudian dielektroforesis melalui gel

(agarose gel) dengan prosentase tertentu untuk memisahkan DNA sesuai

dengan ukuran molekulnya, kemudian hasil elektroforesis divisualisasi di bawah

lampu Ultra Violet (Rustiani 2006).

Pada metode PCR yang digunakan untuk identifikasi nematoda, fragmen

DNA genom nematoda yang menjadi sasaran analisa diamplifikasi terlebih

dahulu dengan PCR. Dari analisis genom nematoda, diperoleh informasi bahwa

bagian internal transcribed spacer (ITS) dari rDNA merupakan daerah variabel

sebagai kandidat yang baik untuk studi taksonomi molekuler dan filogenik

sehingga sering digunakan untuk analisa patotipe suatu populasi nematoda

(Thiery & Mugniery 1996). Dalam bidang fitopatologi, teknik PCR banyak

digunakan untuk tujuan deteksi patogen, identifikasi patogen, karakterisasi

keanekaragaman patogen maupun untuk diferensiasi patogen tumbuhan.

Dengan demikian bersama-sama dengan teknik konvensional, prosedur yang

didasarkan analisis DNA dan protein secara kontinyu dikembangkan untuk

mengidentifikasi NSK sehingga dapat ditemukan metode pengendalian yang

tepat.

Penggunaan metoda PCR dalam mendeteksi G. rostochiensis dan G.

pallida telah banyak dilakukan, diantaranya adalah penelitian Pylyppenko et al.

(2005) yang melakukan identifikasi G. rostochiensis dan G. pallida di Ukraine

dengan menggunakan PCR, penelitian Ibrahim et al. (2001) yang melakukan

evaluasi teknik PCR, IEF dan ELISA untuk deteksi dan identifikasi NSK di

England dan Wales UK, penelitian Jogaite et al. (2007) yang melakukan

monitoring Globodera spp. di Lithuania dengan menggunakan karakter

(41)

populasi NSK (G. rostochiensis dan G. pallida) Eropa dan Czech menggunakan

(42)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Survei dilaksanakan di sentra pertanaman kentang di Dataran Tinggi Dieng

Jawa Tengah. Lokasi hamparan pengambilan contoh tanah ditandai dengan

GPS (Geo Positioning System) untuk mengukur posisi geografis dan elevasi

tanah dan dilakukan pengukuran suhu tanah. Penelitian dilaksanakan pada

bulan Agustus sampai dengan Desember 2008.

Metode Penelitian

Penentuan lahan contoh

Lahan yang digunakan untuk pengambilan sampel NSK (lahan contoh)

adalah hamparan tanaman kentang berumur lebih dari 50 hari, yang diduga

terinfeksi NSK di lapangan dengan gejala daun menguning, layu dan

pertumbuhan kerdil dari beberapa daerah pertanaman kentang di Dataran Tinggi

Dieng Jawa tengah.

Lokasi lahan contoh dibagi menjadi 5 wilayah berdasarkan ketinggian

tempat di atas permukaan laut (d.p.l.) (Lampiran 1) : kurang dari 1250 m, 1250 m

– 1500 m, 1500 m – 1750 m, 1750 m -2000 m dan Lebih dari 2000 m. Jumlah

lahan contoh yang digunakan berdasarkan ketersediaan lahan kentang (2 – 7

lahan / kategori).

Pengumpulan sampel tanah dari tanaman kentang yang terinfeksi

Pada setiap lokasi diambil 10 sampel tanah yang mewakili kondisi lahan

pada hamparan tersebut. Pengambilan sampel tanah dan akar tanaman

dilakukan dengan menggunakan metode yang dikembangkan oleh Been &

Schomaker (1996;2000) dalam Marks & brodie (1998) yang merekomendasikan

cara pengambilan sampel NSK dengan Sistem Grid yaitu mengambil sampel

tanah pada petak berukuran 5 x 5 m pada setiap titik infeksi NSK. Jumlah

sampel tanah yang diambil pada setiap petak adalah sebanyak 250 ml, jumlah

tersebut berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Southey (1974) mengenai

Probabilitas sista yang terdeteksi pada sampel tanah dari lahan yang terinfeksi

NSK, yang mengambil sampel tanah sebanyak 250 ml untuk setiap titik infeksi

(43)

Metode pengambilan sampel untuk mengetahui sebaran spesies NSK

berdasarkan ketinggian tempat dan prevalensi NSK, dilakukan dengan cara

mengambil sampel tanah sebanyak 250 ml/petak pada kedalaman 0-20 cm

(daerah perakaran tanaman/rizosfer). Pada setiap lokasi diambil 10 petak yang

mewakili kondisi lahan pada hamparan tersebut. Semua sampel tanah dan akar

dibawa dan dianalisis di laboratorium Nematologi dan laboratorium Biomolekuler

Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian. Dari 10 sampel yang terkumpul

yang berasal dari lokasi yang sama dilakukan pencampuran di laboratorium,

kemudian diambil sampel tanah sebanyak 500 ml ( Been & Schomaker 2000;

Reid et al. 2005) untuk dilakukan ekstraksi sista NSK (dilakukan pemisahan sista

dari tanah).

Prevalensi NSK diketahui dengan cara menghitung persentase lokasi

yang terserang NSK dari seluruh lokasi yang disurvai untuk setiap kisaran

ketinggian tempat, yang ditentukan dengan rumus :

Prevalensi NSK = Jumlah lokasi tanaman kentang bergejala NSK x 100%

Jumlah lokasi total tanaman kentang yang disurvai

Ekstraksi sista NSK

Ekstraksi sista NSK dilakukan terhadap 500 ml tanah/lokasi lahan contoh.

Tanah dicampur dengan air (1 : 3) ke dalam beaker glass, kemudian di aduk,

setelah itu bagian yang terangkat kepermukaan air (sista NSK , tanah, bahan

organik dan kotoran) diambil, kemudian ditiriskan selama 24 jam. Bahan yang

telah ditiriskan tersebut dimasukkan ke dalam beaker glass, kemudian dicampur

dengan ethanol (1:3) dan diaduk, sista akan terangkat ke permukaan ethanol.

Kemudian larutan yang mengandung sista NSK disaring, sista NSK yang

menempel di kertas saring diambil dan dihitung.

Identifikasi Spesies NSK berdasarkan Karakter Morfologi

Identifikasi spesies NSK dengan menggunakan karakter morfologi

dilakukan dengan metode sidik pantat (perineal pattern) sista NSK. Sista NSK

yang akan digunakan untuk sidik pantat diambil masing-masing 10 sista dari tiap

lokasi yang positif NSK berdasarkan kelas ketinggian. Kemudian sista dari kelas

ketinggian yang sama dicampur untuk kemudian diambil 10 sista untuk dilakukan

(44)

Pembuatan preparat untuk sista dilakukan dengan mengambil satu sista

menggunakan kuas, dan diletakkan diatas gelas objek, kemudian sista dipotong

3/4 bagian dari anterior di bawah mikroskop stereo dengan pembesaran 50X,

kemudian bagian anteriornya dibuang dan 1/4 bagian ujung posterior / pantat

digunakan untuk identifikasi. Telur dan juvenil yang berada di dalam sista

dikeluarkan dengan memencet bagian posterior dengan menggunakan kuas,

sehingga diperoleh irisan perennial pattern (sidik pantat). Irisan perennial pattern

dibersihkan dengan menambahkan satu tetes larutan asam laktat 45% sambil

dibersihkan perlahan-lahan dengan menggunakan kuas, lalu dibiarkan selama

beberapa jam. Asam laktat dibuang dengan menggunakan kertas tissue, setelah

itu ditambahkan lactofenol kemudian tutup dengan cover glass dan diberi kutek

dibagian sisi-sisi cover glass. Kemudian dilakukan pengamatan di bawah

mikroskop compound dengan pembesaran 200X.

Perbedaan ciri morfologi antara G. rostochiensis dan G. pallida diketahui

dengan melakukan penghitungan jumlah tonjolan kutikula antara anus dan

fenestra, melakukan pengukuran jarak antara anus dan fenestra, mengukur

diameter fenestra, dan dilakukan penghitungan rasio graneks (tabel 2 dan

gambar 6).

Rasio graneks = jarak antara anus dengan fenestra

Diameter fenestra

Tabel 2 Perbedaan ciri morfologi G. rostochiensis dan G. pallida (CABI 2007)

G. rostochiensis G. pallida Jarak anus –

fenestra

66,5 ±10,3 (µm) 50 ± 13,4 (µm)

Diameter fenestra (VB)

19 ± 2 (µm) 24,5 ± 5 (µm)

Rasio Granek 1,3 – 9,5 1,2 -3,5 (4,5) (2,3) Jumlah garis

/gelombang antara anus-fenestra (ridge) (CR)

16 -21

( umumnya sekitar 22)

(45)

(a) (b)

Gambar 6 (a) G. rostochiensis (b) G. pallida (CABI 2007)

Identifikasi Spesies NSK berdasarkan Karakter Molekuler

Ekstraksi DNA

Identifikasi NSK dengan menggunakan teknik PCR dilakukan untuk semua

sampel yang positif NSK. Metode ekstraksi DNA dilakukan berdasarkan metode

Fullaondo et al. (1999); Subotin et. al. (2001) dalam Lisnawita (2007) yang

dimodifikasi. Lima puluh sista dikumpulkan secara acak dari setiap sampel

(Cunha et al. 2008), kemudian dimasukkan ke dalam eppendorf steril yang berisi

150 µl buffer lisis (125 mM KCl; 25 mM Tris-HCl, pH 8,0 ; 3,75 mM MgCl2 ; 2,5

mM DTT ; 1,125% Tween 20 dan 0,025% gelatin) dan ditambahkan 5 µl

Proteinase K (600 µg/ml) (USB UK). Sista digerus dengan pistil mikro plastik

selama 2-3 menit, divorteks dan diinkubasi pada suhu 65oC selama 1 jam,

dilanjutkan pada suhu 95oC selama 10 menit, setelah itu disentrifugasi dengan

kecepatan 11000 rpm selama 10 menit. Supernatan dipindahkan pada tabung

baru dan ditambahkan 1 volume kloroform : isoamil alkohol (24:1), divorteks dan

disentrifugasi dengan kecepatan 11000 rpm selama 10 menit. Supernatan

dipindahkan ke tabung baru dan ditambahkan NAOAc 3 M (pH 5.2) 2.5 kali

volume total supernatan, kemudian diinkubasi selama 20 menit pada suhu -20oC.

Supernatan dibuang setelah disentrifugasi 14000 rpm selama 10 menit. Pelet

dicuci dengan 500 µl etanol 70% dan disentrifugasi 14000 rpm selama 10 menit.

Etanol dibuang kemudian pellet dikeringkan di dalam pompa vakum selama 10

menit, selanjutnya pellet diresuspensi dengan 20 µl ddH2O. Jika DNA belum

segera digunakan, dapat disimpan pada temperatur -20oC. DNA hasil ekstraksi

diamplifikasi dengan tehnik PCR berdasarkan metode Fullaondo et. al. (1999)

dalam Lisnawita (2007). AV

AV

V

V

A

A

CR

[image:45.612.132.507.79.230.2]
(46)

Reaksi PCR

Komposisi dari setiap reaksi PCR (25 µl) terdiri atas 25ng DNA template

dari masing-masing sampel, yang terdiri dari 50mM Tris-HCl (pH 9,0) ; 50 mM

KCl ; 1,5 mM MgCl2 ; 0,1% Triton X-100 ; 0,2 mM setiap dNTP (New England

Biolabs) ; 50 ng setiap primer dan 0,5 unit taq polymerase (New England Biolabs).

Tiga primer digunakan, masing-masing primer spesifik untuk G.

rostochiensis yaitu ITS-1R (5’- TGT TGT ACG TGC CGT ACC TT -3’), primer

spesifik untuk G. pallida yaitu ITS-1P (5’- GGT GAC TCG ACG ATT GCT GT -3’)

(Mulholland et al. 1996 dalam Luc et al. 2005)dan primer universal untuk NSK

yaitu 5,8 S rRNA (5’- GCA GAA GGC TAG CGA TCT TC -3’) (Eurogentec AIT)

(Mulholland et al. 1996 dalam Lisnawita 2007). Ukuran produk PCR untuk G.

rostochiensis adalah 238 bp dan untuk G. pallida adalah 391 bp.

Amplifikasi DNA dilakukan dengan denaturasi awal pada 96oC selama 2

menit, kemudian dilanjutkan dengan 35 siklus yang melalui tiga tahapan, yaitu

pemisahan utas DNA (denaturation) pada 94oC selama 1 menit, penempelan

primer (annealing) pada suhu 50oC selama 1 menit dan sintesis DNA (extention)

pada 72oC selama 2 menit. Khusus untuk siklus terakhir ditambah tahapan

sintesis selama 7 menit, kemudian siklus berakhir pada suhu 4oC.

Elekroforesis

Sepuluh µl fragmen DNA hasil amplifikasi PCR dianalisis dengan

elektroforesis pada 2% gel agarose dalam buffer TAE 1X dengan tegangan 75

Volt selama 60 menit dan diamati dengan UV transiluminator setelah diberi

warna dengan ethidium bromide.

Optimasi ekstraksi DNA sista NSK

Pada penelitian ini dilakukan juga optimasi ekstraksi DNA sista NSK yang

bertujuan untuk mengetahui jumlah minimal sista yang diekstraksi yang dapat

menghasilkan pola pita (band) pada gel agarose. Jumlah sista yang diekstraksi

dimulai dari 1, 5, dan 10 sista. Metode ekstraksi DNA disusun berdasarkan

metode Fullaondo et al. (1999); Subotin et. al. (2001) dalam Lisnawita (2007)

(47)

Analisis Data

Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan program Minitab 14.

Untuk mengetahui hubungan antara ketinggian tempat dengan jumlah sista NSK

dan hubungan antara suhu tanah dengan jumlah sista NSK digunakan analisis

reg

Gambar

Gambar 1 Skema Siklus hidup Globodera spp (Evans & Stone 1977 dalam Marks &  Brodie 1998)
Tabel  1  Daerah sebar NSK di pulau Jawa (Lisnawita  2007)
Gambar  2  Tipe bentuk sista untuk Globodera, Punctodera, Cactodera dan Heterodera (Marks & Brodie 1998)
Gambar 6  (a) G. rostochiensis   (b) G. pallida (CABI 2007)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hardjana =&gt; Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak- masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai, (8) Hebert

 Penelitian ilmiah di level S3 menggunakan metodologi dan metode penelitian untuk memecahkan masalah.. dengan pendekatan ilmiah dan tujuan akhir

Fleksibilitas yang mungkin disediakan oleh sambungan ataupun sendi di sistem struktural seperti sendi di dalam lengan yang memungkinkan gerakan atau lantai pertama dapat

Untuk melakukan Backup file atau data ke server dalam suatu jaringan, tentu komputer yang digunakan harus sudah terkoneksi ke suatu server dengan username dan account Anda.. Di

Desain terowongan head-race di- perlukan alternatif desain konstruksi yang berdasar pada mekanika teknik terowong-an yang kuat dari sisi besar momen, lintang dan normal yang

• Apa Anda sadar sejauh mana ketrampilan bahasa, pengetahuan membaca dan menghitung yang harus didemonstrasikan para siswa saat mengikuti pelatihan standar kompetensi?, dan

Penulis memilih surat kabar harian KOMPAS sebagai objek penelitian karena KOMPAS merupakan media massa nasional yang memiliki jam terbang yang cukup tinggi.. Selain itu, KOMPAS

Motivasi penelitian ini yaitu karena adanya perbedaan dari hasil penelitian terdahulu tentang pembentukan portofolio dengan menggunakan metode indeks tunggal dan metode CAPM