SKRIPSI
ANALISIS DISKRIMINAN DALAM MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN
OLEH
MAY SAFITRI 120501156
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSETUJUAN PERCETAKAN
Nama : May Safitri
Nim : 120501156
Departemen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan
Judul Skripsi : Analisis Diskriminan dalam Memprediksi Financial Distress dengan Menggunakan Metode Altman
Tanggal, ______________ Ketua Program Studi,
NIP. 19710503 200312 1 003 Irsyad Lubis,S.E,M.Soc.Sc.Ph.D
Tanggal, ______________ Ketua Departemen,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN
Nama : May Safitri
PERSETUJUAN
Nim : 120501156
Departmen : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan
Judul Skripsi : Analisis Diskriminan dalam Memprediksi Financial Distress dengan Menggunakan Metode Altman
Tanggal, ______________ Pembimbing,
NIP. 19730408 199802 1 001 Syarief Fauzie, S.E, M.Ak, Ak
Penguji I, Penguji II,
Wahyu Ario Pratomo, SE, M. Ec
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Diskriminan dalam Memprediksi
Financial Distress dengan Menggunakan Metode Altman” adalah benar hasil
karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, November 2015 Penulis,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh working capital to
total assets, retained earning to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets dalam
membedakan kelompok financial distress dan nonfinancial distress dan untuk mengetahui rasio keuangan yang paling dominan dalam memprediksi financial distress menggunakan analisis diskriminan dengan metode Altman.
Populasi pada penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai 2013 sebanyak 37 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yang telah ditentukan sehingga terpilih 8 perusahaan dalam kondisi financial distress dan 8 perusahaan dalam kondisi nonfinancial distress.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel working capital to total
assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets berpengaruh positif dan signifikan dalam
membedakan kelompok financial distress dan nonfinancial distress. Sedangkan variabel retained earning to total assets tidak dimasukkan ke dalam pengujian, karena variabel ini tidak berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami financial distress dan nonfinancial distress. Dan variabel working
capital to total assets merupakan variabel yang paling dominan dalam
memprediksi financial distress.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of working capital to total assets, retained earnings to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets in distinguishing groups of financial distress and nonfinancial distress and to determine the most dominant financial ratios to predict financial distress using discriminant analysis method Altman.
The population in this study are all companies manufacturing consumer goods industry sectors listed on the Indonesia Stock Exchange in 2011 through 2013 as many as 37 companies. Samples were selected using purposive sampling method that has been determined so chosen 8 companies in financial distress and 8 companies in the nonfinancial distress condition.
The results showed that the variables of working capital to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets positive effect significant in distinguishing groups of financial distress and nonfinancial distress. While the variable retained earnings to total assets not included in the testing because these variables did not differ significantly among companies experiencing financial distress and nonfinancial distress. And variables working capital to total assets is the most dominant variable in predicting financial distress.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah yang Insya Allah akan selalu diberikan pada setiap hamba-Nya. Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari alam kegelapan ke alam terang benderang.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini teristimewa dipersembahkan kepada Ayahanda tersayang Bunjel Dalimunthe dan Ibunda tercinta Murti Lubis serta abang dan kakak penulis yang selalu memberikan curahan kasih sayang dan do’a.
Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Karena itu dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac.Ak, CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Irsyad Lubis, SE,M.Soc.Sc, Ph.D, selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.ec, selaku Dosen Pembanding I saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Inggrita Gusti Sari NST, SE, M.si, selaku Dosen Pembanding II saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh Dosen dan staf Pengajar Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.
8. Seluruh pegawai dan staf administrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan. 9. Kepada teman-teman dan semua pihak yang turut membantu penyelesaian
skripsi ini, namun tidak dituliskan pada lembaran ini, penulis mohon maaf dan tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya. Amin
Medan, November 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 9
2.1.1 Financial Distress (Kesulitan Keuangan) 9 2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Financial Distress 10 2.1.3 Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan 12 2.1.4 Rasio-rasio yang Digunakan dalam Menganalisis
Laporan Keuangan 13
2.1.5 Metode Altman dalam Memprediksi Financian Distress 17
2.1.6 Analisis Diskriminan 23
2.1.7 Penelitian Terdahulu 24
2.2 Kerangka Konseptual 30
2.3 Hipotesis 34
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian 35
3.2 Batasan Operasional 35
3.3 Defenisi Operasional 36
3.4 Jenis dan Sumber Data 39
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian 39
3.6 Metode Analisis Data 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.3 Pengujian Hipotesis 56
4.4 Pembahasan 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 67
5.2 Saran 67
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Interprestasi Nilai Z-Score 23
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu 28
Tabel 3.1 Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel 38 Tabel 3.2 Perusahaan yang Termasuk dalam Kondisi Financial Distress 41 Tabel 3.3 Perusahaan yang Termasuk dalam
Kondisi Nonfinancial Distress 41
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif 50
Tabel 4.2 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 52
Tabel 4.3 Hasil Uji Independent Sample T-test 54
Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas 56
Tabel 4.5 Test of equality of group means 57
Tabel 4.6 Hasil Uji Wilk’s Lambda 58
Tabel 4.7 Eigenvalues 58
Tabel 4.8 Standardized Canonical Discriminan Function Coefficient 59
Tabel 4.9 Canonical Discriminant Fuction Coefficient 60
Tabel 4.10 Function at Group Centroids 61
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual I 30
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh working capital to
total assets, retained earning to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets dalam
membedakan kelompok financial distress dan nonfinancial distress dan untuk mengetahui rasio keuangan yang paling dominan dalam memprediksi financial distress menggunakan analisis diskriminan dengan metode Altman.
Populasi pada penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sampai 2013 sebanyak 37 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yang telah ditentukan sehingga terpilih 8 perusahaan dalam kondisi financial distress dan 8 perusahaan dalam kondisi nonfinancial distress.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel working capital to total
assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets berpengaruh positif dan signifikan dalam
membedakan kelompok financial distress dan nonfinancial distress. Sedangkan variabel retained earning to total assets tidak dimasukkan ke dalam pengujian, karena variabel ini tidak berbeda secara signifikan antara perusahaan yang mengalami financial distress dan nonfinancial distress. Dan variabel working
capital to total assets merupakan variabel yang paling dominan dalam
memprediksi financial distress.
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of working capital to total assets, retained earnings to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets in distinguishing groups of financial distress and nonfinancial distress and to determine the most dominant financial ratios to predict financial distress using discriminant analysis method Altman.
The population in this study are all companies manufacturing consumer goods industry sectors listed on the Indonesia Stock Exchange in 2011 through 2013 as many as 37 companies. Samples were selected using purposive sampling method that has been determined so chosen 8 companies in financial distress and 8 companies in the nonfinancial distress condition.
The results showed that the variables of working capital to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of debt, sales to total assets positive effect significant in distinguishing groups of financial distress and nonfinancial distress. While the variable retained earnings to total assets not included in the testing because these variables did not differ significantly among companies experiencing financial distress and nonfinancial distress. And variables working capital to total assets is the most dominant variable in predicting financial distress.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi sekarang ini pembangunan perusahaan mulai gencar
didirikan baik itu di sektor perbankan, manufaktur, industri makanan dan
konsumsi, dan sektor pertambangan. Hal ini menyebabkan semakin bertambah
ketatnya persaingan diantara perusahaan. Dengan adanya persaingan usaha ini
menuntut perusahaan untuk mengembangkan inovasi, memperbaiki kinerja, dan
memperhatikan kondisi keuangannya. Hal ini dilakukan agar perusahaan tetap
bisa bertahan dan bersaing di era globalisasi sekarang ini.
Kinerja suatu perusahaan sangat mendukung kemampuan bersaing dan
kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Baik tidaknya kondisi suatu
perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan keuangan merupakan
proses akhir dalam proses akuntansi yang mempunyai peranan penting bagi
pengukuran dan penilaian kinerja sebuah perusahaan.
Perusahaan di Indonesia khususnya perusahaan yang sudah go public
diharuskan untuk menyusun laporan keuangan setiap periodenya. Laporan
keuangan mempunyai tujuan untuk memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar
kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan
ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
tersebut akan digunakan banyak pihak antara lain investor, manajemen, dan
pemerintah.
Bagi pihak investor laporan keuangan berguna untuk membantu
menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi mereka.
Bagi pihak manajemen laporan keuangan digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam penyusunan rencana kegiatan perusahaan di periode yang akan datang.
Bagi pihak pemerintah laporan keuangan digunakan untuk mengatur aktivitas
perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun
statistik pendapatan nasional dan lainnya.
Informasi yang dihasilkan laporan keuangan akan sangat bermanfaat bagi
pengguna laporan keuangan apabila informasi tersebut disajikan secara tepat
waktu dan akurat. Hal ini sangat dibutuhkan oleh beberapa pihak untuk
menganalisa kondisi keuangan perusahaan tersebut serta membuat strategi untuk
mengantisipasi kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya permasalahan
keuangan yang mungkin menyerang perusahaan. Seperti contohnya ketika krisis
keuangan terjadi tahun 1998 membuat banyak perusahaan mengalami kesulitan
keuangan karena banyak perusahaan yang memiliki hutang pada pihak ketiga,
dimana pada saat itu bunga hutang melonjak sangat tinggi karena adanya krisis,
sehingga jumlah kewajiban mereka pun ikut tinggi.
Financial distress sendiri didefinisikan sebagai tahap penurunan kondisi
keuangan perusahaan yang terjadi sebelum terjadi kebangkrutan ataupun likuidasi
(Platt dan Platt, 2002). Financial distress dapat diakibatkan oleh penyebab yang
financial distress adalah saat arus kas perusahaan kurang dari jumlah utang porsi
utang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Hal ini berarti perusahaan tidak
mampu memenuhi pembayaran kewajibannya yang seharusnya dibayar pada saat
itu juga.
Permasalahan keuangan (financial distress) sudah menjadi momok bagi
seluruh perusahaan, karena permasalahan keuangan dapat menyerang seluruh
jenis perusahaan walaupun perusahaan yang bersangkutan adalah perusahaan
yang besar. Peliknya permasalahan keuangan pada perusahaan ini menjadi bahan
yang menarik untuk diteliti karena banyak perusahaan berusaha untuk
menghindari permasalahan ini. Selain itu, permasalahan keuangan memiliki
pengaruh yang besar, dimana bukan hanya pihak perusahaan yang mengalami
kerugian, tetapi juga stakeholder dan shareholder perusahaan juga akan terkena
dampaknya.
Dalam menganalisa financial distress suatu laporan keuangan dapat
dilakukan dengan beberapa metode analisa salah satunya dengan menggunakan
metode Altman. Untuk mengukur financial distress suatu perusahaan dapat
dilakukan dengan mengambil referensi terhadap penelitian-penelitian yang
terdahulu. Adapun beberapa penelitian yang pernah dilakukan, seperti penelitian
Luciana (2003) tentang Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta
memberikan hasil bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk
memprediksikan financial distress suatu perusahaan.Variabel yang digunakan
rasio profitabilitas, rasio financial leverage, rasio posisi kas, rasio pertumbuhan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan dapat digunakan
untuk memprediksi financial distress suatu perusahaan.
Nico Tantra Hartoyo (2013) telah melakukan penelitian tentang Prediksi
Financial Distress Menggunakan Analisis Diskriminan Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011. Variabel
yang digunakan adalah rasio-rasio yang ditetapkan oleh Altman. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada
tahun 2010-2011, pemilihan sampel dengan menggunakan metode purposive
sampling. Pengujian dalam penelitian dengan menggunakan analisis diskriminan. Penelitian ini memberikan hasil bahwa variabel working
capital/total assets, retained earning/total assets, EBIT/total assets, market value equity/book value of total debt, sales/total assets berpengaruh positif yang
signifikan terhadap kondisi perusahaan. Rasio retained earning/total assets
merupakan variabel yang paling berpengaruh signifikan dalam model diskriminan.
Altman melakukan penelitian dengan mengkombinasikan beberapa
pengukuran dan profitabilitas risiko sebanyak 22 rasio keuangan, kemudian
ditemukan 5 rasio keuangan yang dianggap paling berkontribusi dalam
memprediksi kebangkrutan perusahaan, yaitu working capital to total assets,
retained earning to total assets, earning before interest and tax to total assets, market value equity to book value of total debt, sales to total assets.
Dengan cara melakukan analisis rasio terhadap laporan keuangan yang
mengukur resiko kebangkrutan perusahaan. Analisis rasio merupakan alat yang
sangat penting untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil
yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah
dilaksanakan. Tetapi masih terdapat masalah dalam pemakaian analisis rasio ini
karena masing-masing rasio memiliki kegunaan dan memberikan indikasi yang
berbeda mengenai kesehatan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, jika hanya
bergantung pada perhitungan rasio secara individual maka para investor akan
mendapat kesulitan dan kebingungan untuk memutuskan apakah perusahaan
dalam kondisi sehat atau sebaliknya.
Pada analisis rasio memiliki keterbatasan sehingga untuk melengkapinya
dapat dipergunakan alat analisis yang dikenal dengan analisis Score. Analisis
Z-Score adalah alat yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk memprediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Analisis Z-Score sendiri
merupakan sebuah alat prediksi kebangkrutan yang dibuat oleh Dr. Edward I.
Altman pada tahun 1968. Metode ini menggunakan rasio-rasio tertentu dalam
rangka memprediksi resiko kebangkrutan sebuah perusahaan. Metode ini juga
telah mengalami revisi pada tahun 1983, dengan mengubah beberapa variabel
dalam formula Z-Scorenya. Analisis Z-Score Altman mengkombinasikan beberapa
rasio menjadi model prediksi dengan teknik statistik yaitu analisis diskriminan
yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan metode
Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi sebagai objek penelitian, karena terdapat banyaknya jenis
perusahaan yang ada pada sektor industri ini yang menyebabkan banyaknya
persaingan. Dengan banyaknya persaingan ini akan dapat menyebabkan
terjadinya financial distress pada perusahaan. Adanya indikasi tersebut
menjadikan peneliti tertarik untuk melakukan prediksi kebangkrutan
perusahaan atau financial distress pada perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi menggunakan model diskriminan analisis, karena
penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Edward I.
Altman memprediksi kebangkrutan perusahaan atau financial distress.
Terkait hal itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Diskriminan dalam Memprediksi Financial Distress dengan Menggunakan Metode Altman”.
1.2 Rumusan Masalah
Penggunaan model analisis diskriminan dalam memprediksi financial
distress dengan menggunakan metode Altman dalam penelitian ini akan
memperlihatkan pengaruh rasio-rasio keuangan dalam membedakan perusahaan
yang mengalami financial distress dan perusahaan yang tidak mengalami financial
1. Apakah terdapat pengaruh working capital to total assets, retained earning
to total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value of equity to book value of debt, sales to total assets dalam membedakan kelompok financial distress dan nonfinancial distress?
2. Rasio keuangan manakah yang paling dominan dalam memprediksi
financial distress?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pengaruh working capital to total assets, retained earning to
total assets, earnings before interest and taxes to total assets, market value of equity to book value of debt, sales to total assets dalam membedakan kelompok financial distress dan nonfinancial distress.
2. Mengetahui rasio keuangan yang paling dominan dalam memprediksi
financial distress.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi
perusahaan, bagi manajemen perusahaan mengenai financial distress
sehingga manajemen dapat mengetahui faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya financial distress dan dapat menghindarkan perusahaan yang ia
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan literatur untuk
sumber referensi pada penelitian selanjutnya, sehingga dapat menambah
pengetahuan pembaca mengenai financial distress pada perusahaan dan
apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya financial distress dalam
perusahaan.
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan tentang metode Altman dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Financial Distress (Kesulitan Keuangan)
kesulitan keuangan untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya artinya perusahaan
berada dalam posisi yang tidak aman dari ancaman kebangkrutan atau kegagalan
pada usaha perusahaan tersebut. Financial distress menurut Altman (1968) adalah
perusahaan yang secara hukum bangkrut. Platt dan Platt (2006) mendefenisikan
financial distress merupakan suatu kondisi dimana keuangan perusahaan dalam
keadaan tidak sehat atau sedang krisis.
Menurut (Hanafi, 2003:263) financial distress dapat didefenisikan dalam
beberapa pengertian yaitu :
1. Economic Distressed (Kegagalan Ekonomi)
Kegagalan dalam ekonomi artinya bahwa perusahaan kehilangan uang
atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini
berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari
arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus
kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang
2. Financial Distressed (Kegagalan Keuangan)
Pengertian financial distressed mempunyai makna kesulitan dana baik
dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja.
Sebagai asset liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk
menjaga agar tidak terkena financial distressed.
2.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Financial Distress
Terjadinya financial distress diawali saat arus kas perusahaan kurang dari
jumlah utang porsi utang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Financial
distress juga dapat ditimbulkan karena pengaruh dari dalam perusahaan itu
sendiri maupun dari luar perusahaan (Murtanto, 2002:48). Faktor penyebab
financial distress dalam perusahaan lebih bersifat mikro, faktor-faktor internal
yang menyebabkan financial distress adalah kesulitan arus kas. Kesulitan arus
kas ini terjadi ketika penerimaan pendapatan perusahaan dari hasil operasi
perusahaan tidak cukup untuk menutupi beban-beban usaha yang timbul atas
aktivitas operasi perusahaan. Kesulitan arus kas juga disebabkan adanya
kesalahan manajemen ketika mengelola aliran kas perusahaan untuk pembayaran
aktivitas perusahaan yang memperburuk kondisi keuangan perusahaan.
Besarnya jumlah hutang juga merupakan faktor internal yang
menyebabkan financial distress. Kebijakan pengambilan hutang perusahaan untuk
menutupi biaya yang timbul akibat operasi perusahaan akan menimbulkan
kewajiban bagi perusahaan untuk mengembalikan hutang di masa depan. Ketika
membayar tagihan-tagihan yang terjadi maka kemungkinan yang dilakukan
kreditur adalah mengadakan penyitaan harta perusahaan untuk menutupi
kekurangan pembayaran tagihan tersebut.
Selain kesulitan arus kas dan besarnya jumlah hutang faktor lain yang
dapat menyebabkan financial distress adalah kerugian dalam kegiatan operasional
perusahaan selama beberapa tahun. Kerugian operasional perusahaan
menimbulkan arus kas negatif dalam perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena
beban operasional lebih besar dari pendapatan yang diterima perusahaan.
Sedangkan faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan financial
distress adalah perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh
perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam
pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut perusahaan harus selalu mengantisipasi
kebutuhan pelanggan dengan menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan
pelanggan.
Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan
bahan baku yang digunakan untuk produksi juga dapat mengakibatkan terjadinya
financial distress. Untuk mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu
menjalin hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan kebutuhan
bahan baku pada satu pemasok sehingga risiko kekurangan bahan baku dapat
diatasi.
Selain kedua hal tersebut faktor debitor juga harus diantisipasi untuk
menjaga agar debitor tidak melakukan kecurangan dengan mengemplang hutang.
pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aktiva menganggur yang
tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi
perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu
memonitor piutang yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa melakukan
perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.
2.1.3 Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan
Informasi tentang prediksi kebangkrutan suatu perusahaan merupakan hal
yang positif untuk melihat tanda-tanda awal kabangkrutan bagi perusahaan
khususnya. Menurut (Hanafi, 2003:261) informasi prediksi kebangkrutan dapat
bermanfaat untuk:
1. Pemberi pinjaman
Informasi kebangkrutan digunakan untuk pengambilan keputusan tentang
pemberian pinjaman dan monitoring.
2. Investor
Informasi kebangkrutan digunakan untuk pengambilan keputusan terhadap
surat berharga perusahaan.
3. Pihak pemerintah
Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan tindakan awal yang bisa
dilakukan terutama terhadap perusahaan BUMN.
4. Akuntan
Informasi kebangkrutan digunakan untuk menilai kemampuan going concern
5. Manajemen
Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah
preventif sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari dan atau diminimalisir.
2.1.4 Rasio-Rasio yang Digunakan dalam Menganalisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan
keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang
bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik
antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses
menghasilkan keputusan tepat (Sofyan, 2010:189). Rasio adalah suatu rumusan
secara sistematis dari hubungan atau korelasi antara suatu jumlah dengan jumlah
tertentu lainnya. Rasio keuangan atau financial ratio adalah angka yang diperoleh
dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Sofyan, 2010:297).
Pada dasarnya analisis rasio bisa dikelompokkan ke dalam lima
macam kategori, yaitu :
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek
perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap
hutang lancarnya (hutang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan).
Meskipun rasio ini tidak bicara masalah kewajiban jangka panjangnya, dan
likuiditas yang jelek dalam jangka panjang juga akan mempengaruhi
solvabilitas perusahaan. Dua rasio likuiditas jangka pendek yang sering
digunakan adalah current ratio dan quick ratio.
a. Current Ratio
Current ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang
jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang
akan berubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau satu siklus
bisnis). Rasio yang rendah menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi,
sedangkan current ratio yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan
aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik
terhadap profitabilitas perusahaan.
b. Quick Ratio
Dari ketiga komponen aktiva lancar (kas, piutang, dan persediaan),
persediaan biasanya dianggap merupakan asset yang paling tidak likuid.
Hal ini berkaitan dengan semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk
sampai menjadi kas, yang berarti waktu yang diperlukan untuk
menjadi kas semakin lama, dan juga ketidakpastian nilai persediaan.
2. Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa asset kemudian menentukan berapa
tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas
yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin
kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih
produktif.
Empat rasio aktivitas antara lain:
a. Rata-Rata Umur Piutang
Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untuk
melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata-rata
piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang. Semakin
besar rata-rata umur piutang berarti semakin besar dana yang tertanam
pada piutang.
b. Rasio Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya
persediaan berputar dalam satu tahun dan ini menandakan efektivitas
manajemen persediaan. Sebaliknya, perputaran persediaan yang rendah
menandakan tanda-tanda mis-manajemen seperti kurangnya
pengendalian persediaan yang efektif.
c. Perputaran Aktiva Tetap
Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini
memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan menggunakan
aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif
d. Rasio Perputaran Total Aktiva
Sama seperti halnya rasio perputaran aktiva tetap, rasio ini menghitung
efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya
menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah
harus membuat manajemen mengevaluasi strategi pemasarannya dan
pengeluaran modalnya.
3. Rasio Solvabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvable adalah
perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya.
Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan
demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Rasio yang digunakan
adalah rasio hutang. Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan
oleh kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage
keuangan yang tinggi. Penggunaan leverage keuangan yang tinggi akan
meningkatkan return on equity dengan cepat, tetapi sebaliknya apabila
penjualan menurun, return on equity akan menurun cepat pula.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham yang tertentu. Ada
tiga rasio profitabilitas, yaitu : profit margin, return on total asset (ROA), dan
a. Profit Margin Ratio
Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini
bisa diinterprestasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan
biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Profit
margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan
laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Profit margin yang rendah
menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya yang
tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan yang tertentu,
atau kombinasi dari kedua hal tersebut.
b. Return On Total Asset (ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asset yang tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan
efisiensi manajemen asset, yang berarti efisiensi manajemen.
c. Return On Equity (ROE)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.
2.1.5 Metode Altman dalam Memprediksi Financial Distress
Kegiatan analisis laporan keuangan suatu perusahaan untuk melakukan
prediksi kondisi masa depan bukanlah suatu hal yang mudah. Apalagi perusahaan
prediksi financial distress yang di gunakan pada perusahaan harus mempunyai
ketepatan prediksi yang baik dengan memperhatikan karakteristik perusahaan.
Ketepatan prediksi masa depan berlaku selama emiten mempunyai kondisi
keuangan yang sama dengan pada saat prediksi dilakukan. Apabila emiten
melakukan perbaikan kinerja melalui strategi yang tepat, kemungkinan besar ada
ketidaktepatan prediksi. Namun kelemahan apapun yang dihadapi pada
kenyataannya prediksi masih selalu di lakukan untuk pengambilan keputusan.
Prediksi kesulitan keuangan salah satunya dikemukakan oleh seorang
profesor di New York University bernama Edward Altman yang disebut dengan
Altman Z-Score (1968). Rumus Z-Score ini menggunakan komponen laporan
keuangan sebagai alat prediksi terhadap kemungkinan bangkrut tidaknya
perusahaan. Model Altman Z-Score (1968) merupakan salah satu model analisis
multivariat yang berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan
tingkat ketepatan dan keakuratan yang relatif dapat dipercaya. Altman
menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk
melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut.
Kelima rasio keuangan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Working Capital to Total Assets
Rasio working capital to total assets termasuk ke dalam rasio likuiditas
yang merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio working capital to total assets
terdiri dari 2 komponen, yaitu modal kerja dan total aktiva. Modal kerja di
working capital merupakan nilai keefektifan modal kerja yang digunakan
perusahaan. Apabila nilai yang diperoleh tinggi maka mengindikasikan
kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan rendahnya perputaran
persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar. Sedangkan
apabila nilainya rendah maka mengindikasikan adanya kelebihan hutang
jangka pendeknya, sehingga akan berpengaruh tidak baik bagi tingkat likuiditas
perusahaan.
Sedangkan komponen rasio working capital to total assets yang kedua
adalah aktiva. Manfaat ekonomi masa depan yang terwujud dalam aktiva
adalah potensi dari aktiva tersebut untuk memberikan sumbangan, baik secara
langsung maupun secara tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada
perusahaan. Besar kecilnya nilai aktiva sangat menentukan keberlangsungan
usaha di masa depan, mengingat potensinya yang berbentuk sumbangan yang
diberikan oleh manfaat aktiva tersebut.
Dari dua komponen tersebut perhitungan rasio working capital to total
assets dilakukan. Sedangkan pengertian rasio working capital to total assets
adalah rasio yang mendeteksi kemampuan likuiditas dari total aktiva dan posisi
modal kerja (neto). Jika dikaitkan dengan indikator kebangkrutan, maka dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas
perusahaan seperti indikator ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak,
utilitas modal (kekayaan) menurun, penambahan hutang yang tidak terkendali
dan beberapa indikator lainya. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio
2. Retained Earning to Total Assets
Retained earning to total assets adalah rasio profitabilitas yang dapat
mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, yang
ditinjau dari kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba di bandingkan
dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efisiensi usaha.
Rasio retained earning to total assets terdiri dari 2 komponen, yaitu laba di
tahan dan total aktiva. Laba di tahan adalah laba bersih yang di akumulasikan
dalam suatu keuntungan setelah dividen di bayarkan. Laba di tahan adalah laba
tak di bagi atau surplus yang di peroleh. Rasio retained earning to total assets
dapat dihitung dengan rumus :
3. Earning Before Interest And Tax to Total Assets
Rasio earning before interest and tax to total assets juga termasuk ke
dalam rasio profitabilitas yang merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio earning before interest and tax
to total assets merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan Working Capital to Total Assets = ������� ������ −������� �����������
�����������
Retained Earnings to Total Assets = �������� �������
modal yang di investasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan
keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang obligasi dan saham. Rasio
ini dapat dihitung dengan rumus :
4. Market Value Equity to Book Value Of Total Debt
Rasio market value equity to book value of total debt termasuk ke dalam
rasio aktivitas yang merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio
market value equity to book value of total debt merupakan rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap
hutangnya melalui modalnya sendiri. Rasio market value equity to book value
of total debt dapat dihitung dengan rumus :
5. Sales to Total Assets
Rasio sales to total assets juga termasuk kedalam rasio aktivitas. Rasio
sales to total assets merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana
perusahaan yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam satu
periode tertentu. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam
Earning Before Interest and Tax to Total Assets = ����
���� �������
Market Value Equity to Book Value of Total Debt = ������ ����� ������
menggunakan aktiva untuk menghasilkan revenue. Rasio ini dapat dihitung
dengan rumus :
Z-Score Altman (1968) ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai
berikut: (Cheng F. Lee 1984:97)
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Keterangan :
Z : Overall Index
X1 : Working Capital to Total Assets (modal kerja dibagi total aktiva)
X2 : Retained Earnings to Total Assets (laba ditahan dibagi total aktiva)
X3 : Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets (laba sebelum
pajak dan bunga dibagi total aktiva)
X4 : Market Value of Equity to Book Value of debt (nilai pasar modal
dibagi dengan nilai buku hutang)
X5 : Sales to Total Assets (penjualan dibagi total aktiva)
Kelima rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan
keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan
terjadinya kebangkrutan pada perusahaan.
Sales to Total Assets = �����
Hasil perhitungan nilai Z-Score bisa dijelaskan dengan tabel sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Interprestasi Nilai Z-Score
Sumber :Financial Analysis and Planning, (Cheng F. Lee 1984:99)
2.1.6 Analisis Diskriminan
Analisis diskriminan adalah salah satu teknik statistik yang biasa
digunakan pada hubungan dependensi (hubungan antar variabel dimana sudah
bisa dibedakan mana variabel respon dan mana variabel penjelas) (Ghozali, 2006
:289). Lebih spesifik lagi, analisis diskriminan digunakan pada kasus dimana
variabel respon berupa data kualitatif (misalnya, laki-laki atau perempuan,
bangkrut atau tidak bangkrut) dan variabel penjelas berupa data kuantitatif.
Analisis diskriminan bertujuan untuk mengklasifikasikan suatu individu atau
observasi ke dalam kelompok yang saling bebas dan menyeluruh berdasarkan
sejumlah variabel penjelas. Analisis diskriminan mempunyai asumsi bahwa
sejumlah variabel penjelas harus berdistribusi normal dan matriks kovarian kedua
kelompok harus sama.
Nilai Z-Score INTERPRESTASI
Z > 2,99 Perusahaan tidak mengalami masalah dengan kondisi keuangan
2,7 < Z < 2,99 Perusahaan memiliki sedikit masalah dengan kondisi keuangan (meskipun tidak serius)
1,88 < Z < 2,69 Perusahaan akan mengalami permasalahan keuangan jika tidak melakukan perbaikan yang berarti dalam manajemen maupun struktur keuangan
Jika dianalogikan dengan regresi linier, maka analisis diskriminan
merupakan kebalikannya. Pada regresi linier, variabel respon yang harus
mengikuti distribusi normal dan homoskedastis, sedangkan variabel penjelas
diasumsikan tetap, artinya variabel penjelas tidak disyaratkan mengikuti sebaran
tertentu. Analisis diskriminan, variabel penjelasnya seperti sudah disebutkan di
atas harus mengikuti distribusi normal dan homoskedastis, sedangkan variabel
responnya tetap.
2.1.7 Penelitian Terdahulu
1. Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi (2003)
Luciana Spica Almilia dan Emanuel Kristijadi telah melakukan
penelitian tentang Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah profit
margin, rasio likuiditas, rasio efisiensi operasi, rasio profitabilitas, rasio financial leverage, rasio posisi kas, rasio pertumbuhan. Pengujian dalam penelitian dengan menggunakan regresi logit untuk mengetahui
kekuatan prediksi rasio keuangan terhadap penentuan financial distress
suatu perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa :
1. Rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi
financial distress suatu perusahaan.
2. Rasio keuangan yang paling dominan dalam menentukan financial
dibagi dengan penjualan (NI/S), rasio financial leverage yaitu hutang
lancar dibagi dengan total aktiva (CL/TA), rasio likuiditas yaitu aktiva
lancar dibagi dengan hutang lancar (CA/CL), rasio pertumbuhan yaitu
rasio pertumbuhan laba bersih dibagi dengan total aktiva (GROWTH
NI/TA).
2. Aprilianasari Pudjiono (2009)
Aprilianasari Pudjiono telah melakukan penelitian tentang Prediksi
Corporate Financial Distress yang Terjadi Pada Perusahaan Go Public di
Indonesia dengan Menggunakan Analisis Diskriminan Model altman
(Z-Zcore). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio, quick ratio, working capital to total asset ratio, inventory turnover, working capital turnover, debt to equity ratio, debt ratio, long term debt to equity ratio, net profit margin, return on equity, return on assets, price earning ratio. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang tercatat di BEI periode 2006-2008. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis diskriminan.
Hasil penelitian ini adalah dari 14 rasio keuangan yang
diidentifikasi dan dianalisis, terpilih 3 rasio yang paling dominan dalam
membedakan perilaku perusahaan yang mengalami financial distress dan
3. Riesta Devi Kumalasari (2012)
Riesta Devi Kumalasari telah melakukan penelitian tentang
Indikasi Financial Distress Berdasarkan Analisis Z-Score Altman Pada
Perusahaan Tekstil yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Selama Tahun
2008-2010. Variabel yang digunakan adalah rasio-rasio yang ditetapkan
oleh Altman. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
perusahaan tekstil yang terdaftar di BEI pada tahun 2008-2010. Pengujian
dalam penelitian dengan menggunakan analisis diskriminan. Penelitian
ini memberikan hasil bahwa variabel modal kerja terhadap total aktiva,
EBIT terhadap total aktiva, nilai pasar modal terhadap nilai buku hutang,
penjualan terhadap total aktiva berpengaruh positif yang signifikan untuk
mengetahui indikasi pengelompokan perusahaan yang mengalami
financial distress. Sedangkan variabel laba ditahan berpengaruh negatif
atau berlawanan terhadap penentuan indikasi financial distress perusahaan
tekstil. Variabel penjualan terhadap total aktiva merupakan variabel yang
paling berpengaruh signifikan untuk mengetahui perusahaan yang
mengalami financial distress.
4. Nico Tantra Hartoyo (2014)
Nico Tantra Hartoyo telah melakukan penelitian tentang Prediksi
Financial Distress Menggunakan Analisis Diskriminan Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI pada tahun 2010-2011, pemilihan sampel dengan
menggunakan metode purposive sampling. Pengujian dalam penelitian
dengan menggunakan analisis diskriminan. Penelitian ini memberikan
hasil bahwa variabel working capital/total assets, retained earning/total
assets, EBIT/total assets, market value equity/book value of total debt, sales/total assets berpengaruh positif yang signifikan terhadap kondisi
perusahaan. Rasio retained earning/total asset merupakan variabel yang
Secara ringkas, hasil penelitian terdahulu disajikan dalam tabel 2.2.
pertumbuhan yaitu rasio pertumbuhan laba bersih dibagi
yaitu working capital
Nama
2.2 Kerangka Konseptual
BERBEDA
Working Capital to Total Asset
Sales to Toatal Asset Market Value of Equity to Book Value of Total Debt Earning Before Interest and
Tax to Total Asset Retained Earnings to Total
Assets
Working Capital to Total Asset
Retained Earnings to Total Assets
Earning Before Interest and Tax to Total Asset
Market Value of Equity to Book Value of Total Debt
Sales to Toatal Asset Perusahaan yang mengalami
Financial Distress
Perusahaan yang tidak mengalami Financial Distress
Working Capital to Total Asset
Earning Before Interest and
Tax to Total Asset
Retained Earnings to Total Assets
Market Value of Equity
to Book Value of Total Debt
Sales to Total Asset
Financial Distress
Dari kerangka konseptual di atas dapat dijelaskan bahwa :
Rasio working capital to total assets menunjukkan potensi cadangan kas
yang ada akibat selisih yang terjadi antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
Semakin besar rasio ini maka semakin baik, karena modal kerja merupakan
ukuran keamanan dari kepentingan kreditur jangka pendek dan juga sebagai dana
yang tersedia untuk diinvestasikan. Jadi, semakin besar rasio working capital to
total assets menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya sehingga semakin besar kemungkinan perusahaan
terhindar dari financial distress. Sebaliknya, semakin kecil rasio working capital
to total assets menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya sehingga semakin besar kemungkinan perusahaan
mengalami financial distress.
Rasio retained earnings to total assets menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba
ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham.
Dengan kata lain, laba ditahan menunjukkan berapa banyak pendapatan
perusahaan yang tidak dibayarkan dalam bentuk deviden kepada para pemegang
saham. Jadi, semakin besar rasio retained earnings to total assets maka semakin
besar kemungkinan perusahaan terhindar dari financial distress. Sebaliknya,
semakin kecil rasio retained earnings to total assets maka semakin besar
kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
Rasio earning before interest and tax to total assets menunjukkan
pembayaran bunga dan pajak. Jadi, semakin besar rasio earning before interest
and tax to total assets maka semakin besar kemungkinan perusahaan terhindar
dari financial distress. Sebaliknya, semakin kecil rasio earning before interest and
tax to total assets maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
Rasio market value equity to book value of debt menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modal
sendiri. Jadi, semakin besar rasio market value equity to book value of debt maka
semakin besar kemungkinan perusahaan terhindar dari financial distress.
Sebaliknya, semakin kecil rasio market value equity to book value of debt maka
semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.
Rasio sales to total assets menunjukkan perputaran total aktiva diukur dari volume penjualan, dengan kata lain seberapa jauh kemampuan semua aktiva
menciptakan penjualan. Rasio perputaran total aktiva yang tinggi menunjukkan
semakin efektif perusahaan dalam penggunaan aktivanya untuk menghasilkan
penjualan. Semakin efektif perusahaan menggunakan aktivanya untuk
menghasilkan penjualan diharapkan dapat memberikan keuntungan yang semakin
besar bagi perusahaan. Jadi, semakin besar rasio sales to total assets maka
semakin besar kemungkinan perusahaan terhindar dari financial distress.
Sebaliknya, semakin kecil rasio sales to total assets maka semakin besar
2.3 Hipotesis
Hipotesis yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah :
H1= Rasio-rasio keuangan yang terdiri dari working capital to total assets
(X1), retained earnings to total assets (X2), earning before interest and
tax to total assets (X3), market value of equity to book value of debt
(X4), sales to total assets (X5) berpengaruh positif signifikan dalam
membedakan kelompok financial distress dan nonfinancial distress.
H2= Variabel working capital to total asset (X1) adalah variabel independen
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang disusun
dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah
yang berasal dari subjek atau objek penelitian (Sanusi, 2011:13). Penelitian
kuantitatif dapat diartikan sebagai positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008:13). Berdasarkan
pendapat tersebut, pada dasarnya penelitian deskriptif kuantitatif adalah jenis
penelitian yang menggambarkan secara terperinci dan mendalam mengenai
objek penelitian dengan analisis data yang bersifat kuantitatif/statistik untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
3.2 Batasan Operasional
Objek pada penelitian ini hanya terdiri dari perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan dalam
penelitian ini menggunakan data laporan keuangan yang dipublikasikan oleh
3.3 Defenisi Operasional
Penjelasan dari masing-masing variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008:59).
Pada penelitian ini variabel dependennya adalah kondisi financial distress
atau kebangkrutan perusahaan dalam bentuk kategori. Perusahaan yang
mengalami financial distress dinyatakan dengan 0 dan perusahaan yang
nonfinancial distress dinyatakan dengan 1.
b. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Variabel independen pada penelitian ini adalah rasio keuangan
yang digunakan dalam persamaan Z-Score Altman (1968) yang dinotasikan
dengan X1, X2, X3, X4, X5. Kelima rasio tersebut adalah : • Working Capital to Total Assets (X1)
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya.
Working Capital to Total Assets = ������� ������ −������� �����������
• Retained Earnings to Total Assets (X2)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba ditahan dari total aktiva perusahaan.
• Earning Before Interest and Tax to Total Assets (X3)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba dari aktiva perusahaan, sebelum pembayaran bunga dan pajak.
• Market Value of Equity to Book Value of debt (X4)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri. Nilai pasar modal
dibagi dengan nilai buku hutang.
Retained Earnings to Total Assets = �������� �������
����� ������
Earning Before Interest and Tax to Total Assets = ����
����� ������
Market Value Equity to Book Value of Total Debt = ������ ����� ������
• Sales to Total Asset (X5)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan
aktiva untuk menghasilkan penjualan.
Secara ringkas defenisi operasional variabel dan pengukuran variabel
disajikan pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel
No Variabel Penelitian Defenisi Operasional Skala
Pengukuran
1 Financial Distress Perusahaan dikatakan
mengalami financial distress apabila memperoleh nilai
Z-Score < 2,99, sedangkan
perusahaan dikatakan
nonfinancial distress apabila
memperoleh nilai Z-Score > 2,99
Nominal
2 Working Capital to Total Assets
Perbandingan antara modal kerja (aktiva lancar dikurangi kewajiban lancar) dengan total aktiva.
Rasio
3 Retained Earnings to Total Assets
Perbandingan antara laba ditahan dengan total aktiva
Rasio
4 Earning Before Interest and Tax to Total Assets
Perbandingan laba sebelum pajak dan bunga dengan total aktiva
Rasio
5 Market Value Equity to Book Value of debt
Perbandingan nilai pasar modal dengan nilai buku hutang
Rasio
6 Sales to Total Assets Perbandingan antara penjualan
dengan total aktiva
Rasio
Sumber : Penulis, 2015
Sales to Total Assets = �����
3.4 Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam penulisan skripsi ini adalah dari berbagai sumber
buku, jurnal dan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian. Sedangkan
untuk sumber data yang akan diolah dalam penelitian ini menggunakan data
sekunder, yaitu data laporan keuangan auditan perusahaan tahun 2011 sampai
2013 yang telah dipublikasikan di website Bursa Efek Indonesia
Data laporan keuangan tahun 2012 sampai 2013 digunakan sebagai
pedoman penentuan apakah suatu perusahaan mengalami financial distress atau
tidak. Sedangkan data laporan keuangan tahun 2011 merupakan data yang akan
diolah untuk perhitungan rasio keuangan sebagai prediktor dalam satu tahun
sebelum terjadinya kondisi financial distress. Hal ini dilakukan karena kondisi
financial distress seharusnya dianalisis sebelum peristiwa financial distress itu
terjadi. Rasio-rasio keuangan tersebut dihitung menggunakan perangkat lunak
Microsoft Excell kemudian di analisis dengan perangkat lunak SPSS.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:115).
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah sekitar 37
oleh populasi. Pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
purposive sampling yaitu metode berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu (Sugiyono, 2008:116). Teknik ini ditujukan untuk mendapatkan
sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria
yang digunakan untuk pemilihan sampel pada penelitian ini adalah :
1. Terdaftar sebagai perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi di
Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan tahun 2011 sampai 2013
secara berturut-turut.
2. Perusahaan yang mengalami financial distress dengan indikasi memiliki nilai
Z-Score < 2,99 selama 2 tahun berturut-turut.
3. Perusahaan yang nonfinancial distress dengan indikasi memiliki nilai Z-Score
> 2,99 selama 2 tahun berturut-turut. Dipilih berpasangan berdasarkan dari
industri yang sejenis, laporan keuangan pada tahun yang sama dan besar asset
yang mendekati dengan asset yang digunakan untuk perusahaan dalam
kategori financial distress.
Berdasarkan metode purposive sampling yang digunakan maka penelitian
ini menggunakan sampel sebanyak 16 perusahaan. Perusahaan yang dikatakan
mengalami financial distress sebanyak 8 perusahaan yang dikategorikan “0” dan
perusahaan yang nonfinancial distress sebanyak 8 perusahaan yang dikategorikan
Perusahaan yang mengalami financial distress berdasarkan kriteria diatas dapat
dilihat pada tabel 3.2.
Tabel 3.2
Perusahaan yang Termasuk dalam Kondisi Financial Distress
No Kode Nama Perusahaan
1 DVLA PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk
2 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur,Tbk
3 INAF PT. Indofarma (Persero),Tbk
4 LMPI PT. Langgeng Makmur Industri, Tbk
5 PYFA PT. Pyridam Farma, Tbk
6 RMBA PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk
7 SCPI PT. Merck Sharp Dohme Pharma,Tbk
8 STTP PT. Siantar TOP,Tbk
Sumber : Data Hasil Olahan Excel, Lampiran 3
Perusahaan yang nonfinancial distress berdasarkan kriteria diatas dapat dilihat
pada tabel 3.3.
Tabel 3.3
Perusahaan yang Termasuk dalam Kondisi Nonfinancial Distress
No Kode Nama Perusahaan
1 HMSP PT. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk
2 INDF PT. Indofood Sukses Makmur,Tbk
3 KAEF PT. Kimia Farma, Tbk
4 KICI PT. Kedaung Indah Can,Tbk
5 KLBF PT. Kalbe Farma, Tbk
6 MERK PT. Merck, Tbk
7 MYOR PT. Mayora Indah,Tbk
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian
agar dapat diinterprestasikan sehingga laporan yang dihasilkan dapat dipahami.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
diskriminan dengan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution).
Analisis diskriminan merupakan bentuk regresi dengan variabel terikat berbentuk
non-metrik atau kategori. Analisis diskriminan mempunyai asumsi bahwa data
berdistribusi normal dan matrik kovarian kedua kelompok adalah sama (Ghozali,
2006:301). Adapun tahapan analisis yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Statistik Deskriptif
Data yang dikumpulkan dan yang akan diolah dalam penelitian ini
dianalisis dengan alat statistik yaitu statistik deskriptif. Pengujian statistik
deskriptif menggunakan SPSS untuk memudahkan perolehan data sehingga dapat
menjelaskan variabel-variabel yang digunakan. Pengujian statistik deskriptif pada
dasarnya memaparkan secara numerik ukuran pemusatan data, mengukur
penyebaran suatu data, dan mengukur distribusi suatu data. Penelitian dengan
menggunakan statistik deskriptif yang terdiri dari rata-rata, nilai maksimum,
minimum, dan standart deviasi (Trihendradi, 2012:75). Dalam penelitian ini
angka-angka tersebut adalah rasio-rasio keuangan dan kondisi perusahaan yang
dikategorikan dalam dua kelompok, yaitu kodisi financial distress (0) dan
perusahaan yang nonfinancial distress (1) selama 1 tahun sebelum terjadinya
b. Uji Asumsi Diskriminan 1. Uji Normalitas
Hasil analisis diskriminan sangat sensitif jika terjadi
penyimpangan atas asumsi yang digunakan. Asumsi kenormalan data
penting untuk menguji signifikansi variabel bebas dan fungsi diskriminan
(Ghozali, 2006:301). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah
dalam sebuah model variabel bebasnya mempunyai distribusi normal atau
mendekati distribusi normal. Uji ini dilakukan dengan menggunakan
one-sample kolmogorov-smirnov test. Pengambilan keputusan dilakukan
dengan melihat nilai asymp. Sig (2-tailed) > 0,05.
Ketentuan :
a. Asymp. Sig (2 tailed) > 0,05, maka data berdistribusi normal
b. Asymp. Sig (2 tailed) < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal
2. Independent Samples T-Test
Uji beda t-test digunakan untuk menentukan apakah dua sampel
yang berhubungan memiliki rata-rata yang berbeda. Uji beda t-test
dilakukan dengan standart error dari perbedaan rata-rata dua sampel
dalam menilai rata-rata terdistribusi normal (Ghozali, 2005:56).