• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I TEKNOLOGI ADUKAN MORTAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I TEKNOLOGI ADUKAN MORTAR"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

TEKNOLOGI ADUKAN/MORTAR

BAB I

TEKNOLOGI ADUKAN/MORTAR

 Adukan untuk pasangan bata dan plesteran

tersusun dari bahan perekat, agregat halus dan air sehingga merupakan campuran

yang memiliki kelecakan (konsistensi yang enak untuk dikerjakan/ workable).

6/3/17 NMR/ TEK-BAN 2 1

Adukan untuk pengisi (grouting)

mempunyai workability sangat tinggi

(2)

1.1 Bahan Adukan

1. Perekat

Umumnya perekat mineral, seperti :

• Semen Portland • Kapur

Kapur dan Pozolan

Semen Portland dan PozolanSemen Portland dan Kapur

2. Agregat halus

Pasir alam, seperti pasir alami dan pecahan batuAgregat halus buatan

3. Bahan pengisi

(3)

1.2 Persyaratan bahan

1. Agregat

a. Karena ketebalan adukan dibatasi 5 – 15 mm,

besar butir agregat maksimum dibatasi 1/

5 tebal

adukan.

b. Susunan butir pasir untuk adukan, antara lain

(4)

Persyaratan bahan

Agregat lanjutan ………….

c. Angka kehalusan (FinenessModulus) →2,2 - 2,6 yang ideal maksimum 2,8. Besar butir ideal 2,4 mm.

d. Workability yang baik, sebaiknya : antara ayakan 0,6-0,3 mm kurang lebih 15 % dan antara ayakan 0,15-0,075

maksimum 10 %.

e. Agregat harus keras antara lain mengandung silika dalam jumlah besar.

f. Agregat harus bersih butiran halus (< 0,075mm) dibatasi

maksimum 5%, karena jika terlalu banyak maka

penyusutan menjadi besar ; bersih dari zat organik agar tidak mengganggu rekatan dengan bahan perekat.

(5)

2. Perekat

Harus sesuai dengan :

a. Jenis bahan / komponen bahan bangunan yang

direkatkan

b. Kekuatan yang harus dicapai

c. Iklim dan cuaca dimana bangunan ditempatkan.

d. Penampakan yang diinginkan

e. Persyaratan mutu sesuai dengan standar mutu

(6)

Perekat lanjutan ………

Jenis-jenis perekat mineral yang digunakan untuk adukan antara lain :

a. Semen Portland,

b. semen Portland Pozolan, c. semen Pozolan kapur,

(7)

3. Air

a. Persyaratan umum air harus bersih

dan dapat diminum.

b. Apabila tidak memungkinkan, dapat

dipakai air yang tidak menurunkan kekuatan adukan. > 10% dari

(8)

4. Bahan Tambah

a. Serbuk halus

Untuk membuat adukan lebih lecak/plastis

b. Admixture

Sebaiknya pemakaian admixture

(9)

1.3 Jenis adukan

Jenis adukan dapat digolongkan menurut :

Menurut perekatnya : a. PC , pasir , air

b. Kapur, pasir, air

c. PC, kapur, pasir, air d. Kapur, tras, pasir, air

Menurut sifatnya

e. Aduk rapat air (trasraam) : tidak menyerap air,

mencegah rembesan air masuk ke tembok

f. Aduk biasa : tanpa penekanan sifat tertentu

Kedua macam adukan diatas dapat berupa

g. Aduk pasangan untuk merekatkan bata atau batako h. Aduk plesteran untuk menutup permukaan atau

(10)

Jenis adukan

lanjutan………..

Dalam pembuatan dinding tembok bata tergantung antara lain dari :

a. Sifat dari adukannya b. Sifat bata yang dipakai

c. Cara kerja dalam pemasangan bata

Adukan untuk pasangan harus memiliki sifat

d. Cukup plastis sehingga mudah dikerjakan

e. Menghasilkan rekatan yang baik antara aduk dengan

pasangannya

f. Menghasilkan rekatan yang baik antara bata dengan bata g. Dapat mengisi celah-celah antara bata dengan rapat dan

(11)

1.4 Perbandingan

campuran

Dalam buku analisa BOW, pedoman angka bahan

adukan sebagai berikut:

Misalnya adukan dengan 1 PC : 3 pasir, didapat:

(12)

Susunan campuran adukan harus memenuhi sebagian atau seluruh kriteria dibawah ini :

Kekuatan, disesuaikan dengan:

a. Jenis komponen bangunan yang akan

direkatkan.

b. Daya rekat yang dibutuhkan.

c. Kekuatan konstruksi yang dibuat.

Workability, disesuaikan dengan:

d. Jenis komponen bangunan e. Cara pengerjaan

(13)

1.5 Sifat adukan segar

1. Kelecakan/ konsistensi

2. Keplastisan dan kemudahan dikerjakan

(plasticity & workability)

3. Sifat dapat menahan air (Water

Retentivity)

4. Daya serap air bata (suction rate)

(14)

Sifat adukan lanjutan

………..

1. Kelecakan/ konsistensi

a. Kelecakan tergantung dari jumlah air

pencampur

b. Sifat lecak berhubungan dengan

kemudahan/ enak untuk dikerjakan.

c. Kelecakan yang diukur dengan meja alir

(15)

Sifat adukan segar

lanjutan…….

2. Keplastisan dan kemudahan

dikerjakan (plasticity & workability)

a. Kemudahan dikerjakan diartikan sebagai mudah untuk diaduk dengan sendok

tukang batu, dipasang diantara bata, tanpa banyak bahan yang jatuh/ lepas

(16)

Sifat adukan segar

lanjutan…….

3. Sifat dapat menahan air (Water Retentivity)

a. Setelah adukan ditambah air, ia mampu

untuk menahan air tersebut selama beberapa saat untuk memberikan kesempatan bagi

adukan mengeras tanpa terlepas.

b. Sifat ini dipengaruhi oleh jumlah butiran

(17)

c. Sifat dapat menahan air ini diuji di laboratorium

dengan mengukur perbedaan kelecakan adukan sebelum dan sesudah diisap airnya. Misalnya

sebelum diisap flownya 100 dan sesudah diisap dengan besarnya isapan 5cmHg = 85 maka nilai retentivitasnya = 85/100 x 100% = 85%

d. Makin kecil nilai retentivitas adukan kurang

(18)

Sifat adukan segar

lanjutan…….

4. Daya serap air bata (suction rate)

a. Diartikan sebagai kemampuan permukaan

bata untuk menyerap air pada menit

pertama bata tersebut bersentuhan dengan air. Untuk bata dengan ukuran standar sebaiknya daya serap air lebih kecil

dari 20 gr/dm2/menit.

b. Untuk memperoleh kekuatan ikatan yang

(19)

Sifat adukan segar

lanjutan…….

5. Daya rekat ( bond strength)

Daya rekat ditentukan oleh :

a. Jenis adukan

(20)

Untuk mendapatkan daya rekat yang baik antara adukan dengan bata perlu

diperhatikan hal-hal berikut :

a. Daya serap air bata hendaknya antara 10-20 gr/dm2/menit

b. Untuk bata yang daya serapnya tinggi, agar direndam dulu dalam air

supaya tidak menyerap air dari adukannya, serta mencuci debu yang melekat pada permukaan bata.

c. Bila tembok dibuat dari bata tras kapur, jangan direndam air cukup

dibasahi permukaannya sebelum dipasang.

d. Aduk yang terbuat dari campuran PC + kapur padam + pasir lebih

baik daya rekatnya karena aduk jenis ini memiliki kelecakan (keplastisan) dan workability yang baik.

e. Aduk yang mengandung tras halus atau pasirnya banyak

mengandung lumpur, memiliki daya rekat lebih baik.

f. Adukan yang memiliki angka flow  100% berdaya rekat lebih baik

dari yang kering. Oleh karena itu jangan menggunakan adukan kering.

g. Ketebalan adukan sebaiknya 10 mm.

h. Untuk mendapat daya rekat yang baik, bidang tembok yang akan

(21)

1.6 Sifat adukan keras :

1.

Kekuatan adukan

2.

Modulus elastisitas

3.

Modulus patah

(22)

Sifat adukan keras lanjutan

………

1. Kekuatan adukan

Kekuatan, dinyatakan sebagai kuat tekan yang sesuai dengan

kebutuhan konstruksi. Hal ini dapat dipenuhi dengan :

a. Modifikasi perekat b. Modifikasi agregat

(23)

Kekuatan adukan lanjutan ……….

Dari segi kekuatan, adukan digolongkan menjadi

Adukan dengan kekuatan sangat tinggi.

Untuk memikul beban langsung. Adukan berfungsi monolit dengan bagian konstruksi yang bersangkutan

Adukan berkekuatan tinggi.

Untuk memikul beban konstruksi dan mempunyai ikatan cukup kuat terhadap bagian konstruksi yang diberi adukan

Adukan berkekuatan sedang

Untuk penggunaan luar (eksterior) dimana adukan akan berhubungan terus menerus dengan air, gas, cuaca panas/ dingin, lumut, dsb, serta untuk interior

Adukan berkekuatan rendah.

Untuk konstruksi yang tidak memikul beban dan terlindung dari pengaruh cuaca.

Adukan berkekuatan sangat rendah.

(24)

Kuat tekan adukan ditentukan dengan cara uji yang sama dengan uji kuat

(25)

Syarat kuat tekan adukan ASTM C 270 membagi adukan dalam kekuatan

(26)

Menurut spesifikasi Inggris dibagi dalam 5 kelas (dalam

(27)
(28)

2. Modulus elastisitas

 Pada pekerjaan bata yang dibebani

secara vertikal yang penting bukan kekuatan tekan tetapi modulus

(29)

3. Modulus patah

 Kekuatan tarik dan daya rekat penting

untuk menilai modulus patah tersebut.

 Modulus patah tinggi dapat diperoleh dari

bata yang memiliki daya serap 5-30

gr/dm2/menit dengan retentivitas adukan

(30)

4. Kekekalan bentuk

 Akibat basah dan kering , dingin dan

panas, adukan dapat berubah bentuk terutama memanjang dan menyusut.

 Adukan yang gemuk, terlalu banyak

(31)

1.7 Yang harus diperhatikan

dalam pembuatan adukan

1. Pencampuran merata

2. Kadar air jangan berlebihan 3. Gradasi dengan besar butir

maksimum yang sesuai

4. Workability sesuai dengan teknik

pemasangan

(32)

1.8 Macam-macam

produk bata

1. Bata merah/ bata tanah liat dibakar

(33)

1. Bata merah/ bata tanah liat

dibakar

a. Bata pejal

Masif atau kalau mempunyai lubang , tidak lebih dari 15%, ukuran :

- Bata M6 : 230 x 110 x 55mm

- Bata M5a: 190 x 90 x 65mm

- Bata M5b: 190 x190 x 65mm

b. Bata berlubang

Jumlah luas penampang lubang antara 15% - 35%, ukuran :

 panjang 200,220,240,300mm

- lebar 105,115 ( untuk panjang 200-240mm) 175 untuk panjang 300mm

- tebal 52, 71, 115 mm

c. Bata berongga/ bata kerawang/ hollow brick

(34)

2. Bata tidak dibakar

a. Bata tanah stabilisasi

b. Bata tras kapur/ Batako c. Bata beton

Ukuran :

(35)

Kuat tekan bata

1. Bata merah/ bata tanah liat dibakar :

a. Bata pejal

Terbagi 6 tingkat mutu : 25, 50, 100, 150, 200, dan 250 kg/cm2

b. Bata berlubang

(36)
(37)

Ikatan pasangan bata

Untuk mendapatkan pasangan bata yang kuat, perlu diperhatikan hal sbb:

 Usahakan agar jumlah sambungan

sesedikit mungkin

 Seandainya bata harus dipotong

usahakan ukuran yang umum misalnya 1/

(38)

1.9 Sifat-sifat pasangan

bata

Karena sifat fisis dari elemennya, sifat pengerjaan, sifat aduk pasangan dan rencana konstruksi pasangan bata menjadi

penting dan berkaitan satu sama lain .

Beberapa sifat yang penting antara lain :

1. Kuat tekan dan kuat lentur

a. Kedua macam gaya ini menyatu menjadi gaya vertikal

dan gaya horizontal.

b.Beban vertikal biasanya tidak melebihi 7 kg/cm2 maka

adukpasangan dengan kuat tekan antara 52,5 sampai 175 kg/cm2 sudah mencukupi.

c.Ketahanan terhadap gaya yang bekerja tersebut

dipengaruhi oleh elemen pembentuknya, cara

(39)

Sifat-sifat pasangan bata

lanjutan ………

2. Pengaruh basah kering

a. Besarnya susut muai bata

dipengaruhi oleh bahan pembuatnya.

b.Bata yang berpori dapat

mengakibatkan naiknya air tanah ke tembok sehingga menjadi

lembab. Jika air tanah

mengandung sulfat tembok akan cepat rusak. Unuk mencegah hal tersebut dapat dibuat aduk rapat air

(40)

Sifat-sifat pasangan bata

lanjutan ………

3. Susut muai

a. Susut muai bata berkisar

31-33x10-4 inci/ F.Sebagai

perbandingan susut muai beton sebesar 604 x 10-5 inci/ F

(separuh dari bata).

(41)

Sifat-sifat pasangan bata

lanjutan ………

3. Pengaruh suhu tinggi

a.Pasangan bata tanah liat lebih tahan terbakar daripada bata beton.

Walaupun demikian untuk pemakaian tahan api sebaiknya

menggunakan bata yang khusus untuk itu, seperti bata samot yang diaduk dengan semen tahan api, karena perubahan panas dan dingin yang ekstrim akan menyebabkan bata biasa mudah retak.

b.Bata dari semen kurang tahan suhu tinggi lebih dari 300C dan akan hancur karena terhidrasi sepenuhnya pada suhu 900C. Dalam uji ketahanan terhadap kebakaran pasangan dinding

disembur api hingga suhu 600C selama waktu tertentu setelah itu disembur air.

Kerusakan pada permukaan dinding, misal pengelupasan, diamati. Derajat ketahanan kebakaran pengujian untuk bata tanah liat

(42)

Sifat-sifat pasangan bata

lanjutan ………

4. Kemampuan menyekat panas.

a. Kemampuan dinding untuk menahan panas pada

bagian muka sedangkan pada bagian dalam tidak – atau kecil- dipengaruhi panas.

b. Makin tinggi sifat menyekat panas berarti makin

tinggi kemampuan dinding menyimpan panas dan makin rendah panas yang diserap.

c. Pengukuran akan daya menahan panas ini disebut

Waktu tertahan (Time lag).

Contoh :

(43)

Sampai jumpa pada

pekerjaaan plesteran

Sampai jumpa pada

Referensi

Dokumen terkait

Capaian Pembelajaran : KU1: Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau implementasi ilmu pengetahuan dan

Bahasa Indonesia yang baik dan benar digunakan dengan sangat efisien dalam sebagian besar penulisan.. Bahasa Indonesia yang baik dan benar digunakan dengan sangat

192 melakukan penilaian pada saat proses pembelajaran berlangsung dan menilai hasil pembelajaran, guru mengukur sejauh mana peserta didiknya memahami pelajaran yang

Teknik tersebut sesuai menurut Muhdar Munawar &amp; Ate Suwandi (2013:47) yaitu pendamping membuka pintu dan mengarahkan tangan penyandang tunanetra ke pegangan pintu,

Kelas yang diobservasi oleh praktikan sebanyak 1 kelas yaitu X TKJ. Guru yang mengajar adalah Bapak Wahyudhi Hatmoko, S.Pd.T. Selaku guru mata pelajaran Pemrograman Dasar

Hasil wawancara ini sejalan dengan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 27 Februari sampai dengan 02 februari 2017 di MI Ahmad Maryam Surakarta

Menurut Bowlby (dalam Bretherton dkk,1997 ) internal working model dan figur lekat saling melengkapi serta saling menggambarkan dua sisi hubungan tersebut. Bayi yang diasuh

Peneliti melihat ada beberapa cara yang di lakukan oleh orang tua di Dusun Candi Rejo dalam membangun dan menerapkan peran pendidikan keluarga kepada anak-anak nya dalam