PENGARUH FAKTOR PENGELOLAAN PIUTANG TERHADAP
LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN
SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BEI
FITRIAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia Di BEI adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Fitriah
2
ABSTRAK
FITRIAH. Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia di BEI. Dibimbing oleh ABDUL KHOHAR IRWANTO.
Sektor industri dasar dan kimia adalah salah satu sektor yang termasuk dalam cabang industri manufaktur yang menghasilkan bahan-bahan dasar sehingga dapat merangsang produktifitas masyarakat. Sektor ini memiliki peran penting terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2012. Pengelolaan piutang yang efektif dapat mengurangi risiko likuiditas dan meningkatkan profitabilitas. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan sektor industri dasar dan kimia di BEI dilihat dari rasio piutang, likuiditas dan profitabilitas perusahaan (2) Menganalisis pengaruh komponen RTO dan ACP terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan sektor industri dasar dan kimia di BEI. Penelitian ini menggunakan data perusahaan sektor industri dasar dan kimia tahun 2012 yang dianalisis dengan menggunakan SEM. RTO dan ACP merupakan faktor loading dari laten RVB. CR dan QR merupakan faktor loading dari laten LIQUID. NPM, ROA, dan ROE merupakan faktor loading dari laten PROFIT. Hasil analisis faktor pengelolaan piutang terhadap likuiditas memiliki pengaruh tidak signifikan sedangkan terhadap profitabilitas tidak memiliki pengaruh.
Kata kunci: likuiditas, profitabilitas, pengelolaan piutang
ABSTRACT
FITRIAH. Influence of Receivable Management factors on Liquidity and Profitability of Basic and Chemical Industry Sector Companies at IDX. Supervised by ABDUL KHOHAR IRWANTO.
Basic and chemical industry is one of the sectors included in the branches of the manufacturing industry that produces raw materials for further processing into finished goods so it can stimulate the productivity of society. This sector has an important role in economic growth in 2012. Receivables management can effectively reduce liquidity risks and it can increase profitability. This research aims to (1) Analyze financial performance condition of basic and chemical industry sector companies at IDX based on receivable ratio, liquidity, and profitability of company (2) Analyze influence of Receivable Turn Over (RTO) and Average Collection Period (ACP) component to liquidity and profitability basic and chemical industry sector companies at IDX. This study use the data base of a company's from chemical industry sector in 2012 and analyze using SEM. RTO and ACP are factors that loading of the latent RVB. CR and QR are the factors that loading of the latent LIQUID. NPM, ROA, and ROE are factors that loading of the latent PROFIT. The results showed that receivable management factors do not significantly influence the liquidity but do not influence the profitability.
4
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Manajemen
PENGARUH FAKTOR PENGELOLAAN PIUTANG TERHADAP
LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN
SEKTOR INDUSTRI DASAR DAN KIMIA DI BEI
FITRIAH
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANEJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
6
Judul Skripsi : Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia di BEI. Nama : Fitriah
NIM : H24100013
Disetujui oleh
Dr Ir Abdul Khohar Irwanto, MSc Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 ini ialah piutang, dengan judul Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia di BEI.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Abdul Khohar Irwanto selaku pembimbing. Di samping itu, ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak dan Ibu penulis atas segala doa dan kasih sayangnya, serta terima kasih kepada seluruh keluarga, teman-teman, dosen dan staf Departemen Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014
8
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Penelitian Terdahulu 4
METODE 5
Kerangka Pemikiran Penelitian 5
Lokasi dan Waktu Penelitian 6
Pengumpulan Data 6
Pengolahan dan Analisis Data 7
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Gambaran Umum Sektor Industri Dasar dan Kimia 10
Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang Terhadap Likuiditas 15
Analisis Partial Least Square (PLS) 15
Pengujian Model SEM 15
Model Pengukuran (Outer Model) 15
Model Structural (Inner Model) 17
Implikasi Manajerial 19
SIMPULAN DAN SARAN 20
DAFTAR PUSTAKA 21
DAFTAR TABEL
1. Peran tiap cabang industri terhadap PDB industri non-migas (%) 2 2. Daftar jumlah perusahaan sektor industri dasar dan kimia 6
3. Hipotesis penelitian 10
4. Perusahaan dengan nilai komponen piutang, likuiditas, dan profitabilitas terbaik
11 5. Perusahaan dengan nilai komponen piutang, likuiditas, dan
profitabilitas terburuk
12
6. Nilai loading factor 15
7. Loading factor setelah dropping 16
8. Nilai AVE, composite reliability, dan cronbach alpha 16
9. Hasil r-square 17
10. Path coefficient (mean, STDEV, T-values) 17
DAFTAR GAMBAR
1. Grafik pertumbuhan industri pengolahan non-migas dan pertumbuhan PDB ekonomi (%)
1
2. Kerangka pemikiran penelitian 5
3. Model structural equation 10
4. Model SEM 16
DAFTAR LAMPIRAN
1. Tabel rekapitulasi hasil penelitian terdahulu 22 2. Daftar perusahaan sektor industri dasar dan kimia 24 3. Hasil perhitungan RTO, ACP, CR, QR, NPM, ROA, dan ROE
perusahaan sektor industri dasar dan kimia
26
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan PDB industri non-migas tahun 2012 mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011, dimana pada tahun 2012 pertumbuhan PDB industri non-migas sebesar 6,40% sedangkan tahun 2011 sebesar 6,74% (BPS 2013). Hal ini diperkirakan karena turunnya produksi pada beberapa subsektor industri yang konstribusinya terhadap PDB industri non-migas relatif besar. Selain itu, dari 6,23% pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2012, industri non-migas mampu memberikan sumbangan pertumbuhan terbesar yakni 1,47% (BPS 2013).
Gambar 1 Grafik presentase pertumbuhan industri pengolahan non-migas dan pertumbuhan PDB ekonomi (BPS 2013)
Industri non-migas yang tercatat di Bursa Efek Indonesia terdiri dari tiga sektor yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi. Sektor industri dasar dan kimia adalah salah satu sektor yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang selanjutnya akan diproses menjadi barang jadi. Sektor industri dasar dan kimia memiliki delapan sub sektor yaitu semen, keramik dan porselen, logam dan sejenisnya, kimia, plastik dan kemasan, pakan ternak, kayu dan pengolahannya, serta pulp dan kertas.
2
yang akan digunakan lagi untuk berproduksi sehingga produk-produk dari sektor industri dasar dan kimia dapat merangsang produktifitas masyarakat dan dapat menggambarkan seberapa besar peran masyarakat dalam melakukan produksi. Tabel 1 Peran tiap cabang industri terhadap PDB industri non-migas (%)
Lapangan Usaha 2007 2008 2009 2010 2011 2012 1. Makanan, Minuman,
Tembakau
29,80 30,40 33,16 33,60 35,20 36,33 2. Tekstil, Barang kulit, dan Alas
kaki
10,56 9,21 9,19 8,97 9,23 9,11 3. Barang kayu dan Hasil hutan
lainnya
6,19 6,43 6,33 5,82 5,44 4,99 4. Kertas dan Barang cetakan 5,12 4,56 4,82 4,75 4,47 3,89 5. Pupuk, Kimia, dan Barang dari
karet Sumber : Badan Pusat Statistik diolah Kementrian Perindustrian, 2013
Berdasarkan tabel di atas, kontribusi industri non-migas terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar 20.85%, dimana kontribusi sektor industri dasar dan kimia terhadap PDB industri non-migas tersebut sebesar 26,8%. Angka pertumbuhan tersebut mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, dimana kontribusi industri non-migas terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2011 sebesar 20,92% dan kontribusi sektor industri dasar dan kimia terhadap PDB industri non-migas sebesar 27, 39%.
Dalam rangka usaha untuk memperbesar volume penjualan, sebagian perusahaan termasuk perusahaan sektor industri dasar dan kimia menjual produknya dengan kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang. Piutang merupakan sejumlah uang hutang dari konsumen pada perusahaan yang membeli barang dan jasa secara kredit kepada perusahaan (Alexandri dan Benny 2009).
masyarakat terhadap perusahaan dan sebaliknya. Semakin besar piutang maka semakin besar kebutuhan dana yang tertanam pada piutang sehingga semakin besar pula risiko likuiditasnya. Pengelolaan piutang yang tepat akan membantu manajemen dalam meminimalisir risiko likuiditas sehingga dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Sehingga judul penelitian yang diambil adalah
“Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia di BEI.”
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka masalah - masalah yang relevan dengan penelitian ini adalah :
a. Bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan sektor industri dasar dan kimia di BEI dilihat dari rasio piutang, likuiditas dan profitabilitas perusahaan?
b. Bagaimana pengaruh komponen Receivable Turn Over (RTO) dan Average Collection Period (ACP) terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan sektor industri dasar dan kimia di BEI?
Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
a) Menganalisis kondisi kinerja keuangan perusahaan sektor industri dasar dan kimia di BEI dilihat dari rasio piutang, likuiditas dan profitabilitas perusahaan. b) Menganalisis pengaruh komponen Receivable Turn Over (RTO) dan Average Collection Period (ACP) terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan sektor industri dasar dan kimia di BEI.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dari penelitian yang dilakukan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam menerapkan pengelolaan piutang yang efektif guna menjaga likuiditas dan profitabilitas perusahaan, serta dapat membuat kebijakan atau regulasi yang tepat untuk menjaga stabilitas perusahaan.
2. Bagi Pihak lain
4
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini membahas tentang analisis pengaruh faktor pengelolaan piutang terhadap likuiditas dan profitabilitas perusahaan sektor industri dasar dan kimia. Ruang lingkup perusahaan yang akan digunakan adalah perusahaan sektor industri dasar dan kimia di BEI. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data laporan keuangan tahunan perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang telah tercatat di BEI tahun 2012. Tahun tersebut dipilih karena pada tahun 2012 kontribusi sektor industri dasar dan kimia terhadap PDB industri non migas mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, dimana tahun 2012 kontribusinya sebesar 26,8% sedangkan tahun 2011 kontribusinya sebesar 27,39%. (BPS 2013)
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Nurafiah (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektifitas Manajemen Piutang Terhadap Likuiditas Perusahaan Pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Tahun 2007-2011”. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektifitas manajemen piutang dengan menggunakan Receivable Turn Over, Average Collection Period, dan Average Investment of Receivable dalam hubungannya terhadap likuiditas Perusahaan.
Putri (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penerapan Kebijakan Manajemen Piutang dan Pengaruhnya Terhadap Cash Ratio, Net Profit Margin, dan Earning Power pada PT Angkasa Pura (persero) Cabang Bandar
Udara Sultan Hasanuddin Makassar”. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh
Average Collection Period terhadap Cash Ratio, Net Profit Margin, dan
Receivable On Investment.
Sitanggang (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas pada PT Gresik Cipta Sejahtera
Cabang Medan”. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh perputaran piutang
terhadap profitabilitas perusahaan.
Wahyuni (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Efektifitas Manajemen Piutang Sebagai Upaya Meningkatkan Rentabilitas dan Menjaga
Likuiditas Perusahaan pada PT Pesona Remaja Malang”. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat pengaruh perputaran piutang terhadap rentabilitas dan likuiditas perusahaan.
METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Sektor industri dasar dan kimia adalah salah satu sektor yang termasuk dalam cabang industri non-migas yang menghasilkan bahan-bahan dasar yang selanjutnya akan diproses menjadi barang jadi. Penelitian ini menggunakan dua alat analisis. Analisis pertama dengan menggunakan perhitungan rasio keuangan yang berkaitan dengan manajemen piutang. Rasio manajemen piutang yang digunakan adalah Receivable Turn Over (RTO) dan Average Collection Period
(ACP). Lalu untuk menghitung likuiditas, penelitian ini menggunakan Current Ratio (CR) dan Quick Ratio (QR) serta untuk tingkat profitabilitas, menggunakan rasio profitabilitas Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM). Analisis kedua dengan melakukan confirmatory analysis
yaitu dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM).
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
Profitability Ratio Liquidity Ratio
Rasio-rasio Manajemen Piutang
Confimatory Analysis : Structural Equation Modelling (SEM)
Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang Terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan
RTO ROE
Laporan keuangan sektor industri dasar dan kimia di BEI Pengelolaan piutang sektor industri dasar dan kimia di BEI
Pentingnya sektor industri dasar dan kimia sebagai penggerak perekonomian
Semakin besar piutang maka semakin besar risiko yang mungkin terjadi atas likuiditasnya, disamping akan memperbesar profitabilitas.
6
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang masuk dalam BEI. Sektor ini dipilih sebagai obyek penelitian karena dari 6,23% pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2012, Industri non-migas mampu memberikan sumbangan pertumbuhan terbesar yakni 1,47% (BPS 2013). Namun sektor industri dasar dan kimia memberikan kontribusi yang paling kecil terhadap kontribusi industri non migas yaitu sebesar 26,8% (BPS 2013). Penelitian dilakukan selama dua bulan yang dimulai pada bulan Desember 2013 sampai bulan Februari 2014.
Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang telah ada (studi literatur) berupa pencarian referensi teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan guna mendukung penelitian. Studi literatur didapat dari buku, jurnal ilmiah, situs internet dan skripsi-skripsi terdahulu. Penelitian ini menggunakan data perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang telah tercatat di BEI tahun 2012. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan satu tahun karena piutang merupakan bagian dari aktiva lancar dimana perubahan proporsi piutang cepat sehingga analisis pengelolaan piutang dapat dilakukan dengan menggunakan data laporan keuangan satu tahun.
Tabel 2 Daftar jumlah perusaahaan sektor industri dasar dan kimia yang tercatat di BEI tahun 2012
No Sub Sektor Industri Dasar dan Kimia Jumlah Perusahaan
1 Semen 3
2 Pulp dan Kertas 7
3 Plastik dan Kemasan 11
4 Pakan Ternak 4
5 Logam dan Sejenisnya 14
6 Kimia 10
7 Keramik, Porselen, dan Kaca 6
8 Kayu dan Pengolahannya 2
Total 57
Pengolahan dan Analisis Data
Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Return On Equity (ROE), Return On Assets (ROA), Net Profit Margin (NPM), Current Ratio
(CR), dan Quick Ratio (QR) sebagai variabel dependen. Variabel independen berupa Receivable Turn Over (RTO) dan Average Collection Period (ACP).
Parameter yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pengelolaan Piutang
a) Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Perputaran piutang adalah masa-masa penerimaan piutang dari suatu perusahaan selama periode tertentu. Perputaran piutang akan menunjukkan berapa kali piutang yang timbul sampai piutang tersebut dapat tertagih kembali ke dalam kas perusahaan. Definisi perputaran piutang dikemukakan oleh beberapa ahli berikut ini:
Munawir (2002) memberikan keterangan bahwa posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang yaitu dengan membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata.
……….(1) Rasio ini dihitung dengan hanya memasukkan penjualan kredit karena penjualan kas tidak menimbulkan piutang. Karena laporan keuangan jarang mengungkapkan penjualan kas dan kredit secara terpisah, rasio ini sering kali harus dihitung dengan menggunakan angka penjualan bersih (asumsi penjualan kas tidak signifikan). Piutang rata-rata dihitung dengan menambahkan saldo awal dan saldo akhir piutang pada periode tersebut dan membaginya dengan dua.
Perputaran piutang yang semakin tinggi akan semakin baik karena modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah. Rata-rata perputaran piutang tahun 2012 pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yaitu 11 kali. Jadi, jika RTO perusahaan sektor industri dasar dan kimia lebih dari 11 kali maka perputaran piutang pada perusahaan tersebut baik dan sebaliknya. Naik turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi oleh hubungan perubahan penjualan dengan perubahan piutang. Perubahan perputaran piutang dari tahun ke tahun atau perbedaan perputaran piutang antar perusahaan merupakan refleksi dari variasi kebijaksanaan pemberian kredit atau variasi tingkat kemampuan dalam pengumpulan piutang.
b) Periode Pengumpulan Piutang (Average Collection Periode)
8
perusahaan sektor industri dasar dan kimia kurang dari 56 hari maka pengumpulan piutang pada perusahaan tersebut baik dan sebaliknya. Periode pengumpulan piutang dapat dihitung dengan rumus:
………(2)
2. Likuiditas
Likuiditas perusahaan menunjukkan kemampuan untuk membayar kewajiban financial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, persediaan.
a) Rasio Lancar (Current Ratio)
………...(3)
Semakin tinggi Rasio Lancar berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Rata-rata rasio lancar tahun 2012 pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yaitu 2,23. Jadi, jika CR perusahaan sektor industri dasar dan kimia lebih dari 2,23 maka rasio lancar pada perusahaan tersebut baik dan sebaliknya Aktiva lancar yang dimaksud termasuk kas, piutang, surat berharga, dan persediaan. Persediaan merupakan aktiva lancar yang kurang liquid dibanding dengan yang lain.
b) Rasio Cepat (Quick Ratio)
………..(4) Rasio ini seperti halnya current ratio, tetapi hanya memperhitungkan aktiva lancar yang benar-benar liquid saja, yakni aktiva lancar di luar persediaan. Rata-rata rasio cepat tahun 2012 pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yaitu 1,48. Jadi, jika QR perusahaan sektor industri dasar dan kimia lebih dari 1,48 maka rasio cepat pada perusahaan tersebut baik dan sebaliknya
3. Profitabilitas
a) Net Profit Margin (NPM)
Net profit margin merupakan ratio antara laba bersih (net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik operasi suatu perusahaan. Rata-rata net profit margin pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yaitu 0,02. Jadi, jika NPM perusahaan sektor industri dasar dan kimia lebih dari 0,02 maka NPM pada perusahaan tersebut baik dan sebaliknya.
………(5) b) Return on Asset (ROA)
Return on total Assets (ROA) atau yang sering juga disebut dengan
“return on investment” merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi ratio ini, semakin baik keadaan perusahaan. Rata-rata return on asset tahun 2012 pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yaitu 0,05. Jadi, jika ROA perusahaan sektor industri dasar dan kimia lebih dari 0,05 maka ROA pada perusahaan tersebut baik dan sebaliknya.
...(6) c) Return on Equity (ROE)
Return on equity merupakan suatu pengukuran dari pengahasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan. Semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan. Rata-rata return on equity pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia yaitu 0,14. Jadi, jika ROE perusahaan sektor industri dasar dan kimia lebih dari 0,14 maka ROE pada perusahaan tersebut baik dan sebaliknya.
10
Gambar 3 Model structural equation
Model ini terdiri dari Receivable Turn Over (RTO), Average Collection Period (ACP), Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Return On Assets (ROA),
Return On Equity (ROE) Dan Net Profit Margin (NPM). Berdasarkan beberapa indikator tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini yaitu :
Tabel 3 Hipotesis penelitian Hipotesis
H1 Piutang berhubungan dengan Likuiditas
H2 Piutang berhubungan dengan Profitabilitas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Sektor Industri Dasar dan Kimia
Pada tahun 2012 terdapat seratus tiga puluh perusahaan manufaktur (non-migas) yang tercatat di BEI yang terdiri dari 3 sektor, yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor industri barang konsumsi. Klasifikasi tersebut di dasarkan pada klasifikasi industri yang telah ditetapkan oleh BEI yaitu JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification).
CR QR
RTO ACP
RVB
NPM ROA ROE PROFIT
Produk yang dihasilkan dari sektor industri dasar dan kimia adalah produk yang akan digunakan lagi untuk berproduksi sehingga produk-produk dari sektor industri dasar dan kimia dapat merangsang produktifitas masyarakat dan dapat menggambarkan seberapa besar peran masyarakat dalam melakukan produksi. Jumlah perusahaan dalam sektor industri dasar dan kimia yang tercatat di BEI adalah yang paling banyak dibandingkan beberapa sektor lainnya di industri non migas. Oleh karena itu, sektor ini menjadi sektor yang penting bagi pertumbuhan ekonomi negara dan membantu dalam mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia. Menurut BPS (2013) sebesar 6,23% pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2012, industri non migas termasuk didalamnya sektor industri dasar dan kimia mampu memberikan sumbangan pertumbuhan terbesar yakni 1,47%.
Penelitian terhadap perusahaan sektor industri dasar dan kimia dilakukan dengan menggunakan rasio keuangan yang memiliki kedekatan dengan pengelolaan piutang, likuiditas, dan profitabilitas perusahaan. Komponen pengelolaan piutang terdiri dari RTO dan ACP. Komponen likuiditas terdiri dari CR dan QR. Komponen profitabilitas terdiri dari NPM, ROA, dan ROE. Hasil perhitungan RTO, ACP, CR, QR, NPM, ROA, dan ROE tiap perusahaan sektor industri dasar dan kimia dapat dilihat pada lampiran 3.
Tabel 4 Perusahaan dengan nilai komponen piutang, likuiditas, dan profitabilitas terbaik
Pengelolaan Piutang
No Variabel Nilai Variabel Nama Perusahaan Kode Saham 1 RTO 145 kali Keramika Indonesia Assosiasi Tbk KIAS 2 ACP 1 hari Keramika Indonesia Assosiasi Tbk KIAS
Likuiditas
No Variabel Nilai Variabel Nama Perusahaan Kode Saham
1 CR 9,34458 Lion Metal Works Tbk LION
2 QR 6,96479 Lion Metal Works Tbk LION
Profitabilitas
No Variabel Nilai Variabel Nama Perusahaan Kode Saham 1 NPM 0,81859 Kertas Basuki Rachmat Indonesia
Tbk KBRI
2 ROA 0,49001 Arwana Citramulia Tbk ARNA
3 ROE 3,22193 SLJ Global Tbk SULI
Perputaran piutang mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun (Warren dan Reeve 2006). Pada Receivable Turn Over
12
semakin baik. Tinggi rendahnya perputaran piutang tergantung pada besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Makin cepat perputaran piutang berarti semakin cepat modal kembali. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga menurut (Sawir 2005) makin tinggi rasio perputaran piutang berarti makin efisien modal yang digunakan.
Average Collection Period adalah angka yang menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk menagih piutang (Munawir 2002). Pada Average Collection Period (ACP), perusahaan PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk menjadi perusahaan tercepat rata-rata hari penarikan piutang usaha dengan lama hari penarikan piutang usaha selama1 hari. Hal tersebut dikarenakan rasio jumlah piutang usaha PT Keramika Indonesia Assosiasi Tbk terhadap penjualan yang paling kecil diantara perusahaan lain dalam sektor industri dasar dan kimia. Penagihan rata-rata hari piutang yang cepat dapat meminimalkan perusahaan dari risiko piutang tak tertagih sehingga mengurangi risiko likuiditas perusahaan dan memperbesar profitabilitas perusahaan,
Current ratio mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek, dengan asumsi semua aktiva lancar dikonversikan kedalam kas (Muslich 2002). Tingkat current ratio tertinggi terjadi pada PT Lion Metal Works Tbk. Hal tersebut terjadi karena perusahaan memiliki rasio aktiva lancar terhadap utang lancar yang optimal. Selain itu, perusahaan tersebut memiliki persediaan dan piutang usaha yang relatif besar bila dibandingkan dengan perusahaan lain pada subsektor yang sama yaitu subsektor logam dan sejenisnya. Semakin tinggi
current ratio berarti semakin terjamin hutang-hutang perusahaan kepada kreditur. Bagi kreditur semakin tinggi rasio current ratio semakin bagus, akan tetapi untuk perusahaan tertentu dapat berarti lain. Apabila rasio ini tinggi dapat diartikan perusahaan kelebihan aktiva lancarnya atau ada yang tidak optimal.
Quick ratio adalah kemampuan membayar hutang jangka pendek dengan aktiva lancar yang lebih liquid (Riyanto 2001). Demikian pula yang terjadi pada tingkat quick ratio tertinggi. PT Lion Metal Works Tbk juga menjadi perusahaan dengan tingkat quick ratio tertinggi. Perusahaan-perusahaan yang tercatat sebagai
current ratio tertinggi biasanya juga tercatat ke dalam quick ratio tertinggi. Tingginya quick ratio menunjukan bahwa perusahaan mampu menutupi hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang paling liquid (tanpa persediaan).
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak (Alexandri dan Benny 2009). PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia menjadi perusahaan dengan tingkat net profit margin tertinggi karena pada perusahaan tersebut memiliki penjualan yang relatif tinggi dibandingkan dengan perusahaan lain pada sektor yang sama sehingga laba yang didapatkannya pun tinggi. Selain itu, perusahaan tersebut juga memiliki rasio antara laba bersih terhadap penjualan yang optimal.
ahwa perusahaan mampu menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan.
ROE digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para pemegang saham (Harahap 2007). PT SLJ Global Tbk menjadi perusahaan dengan tingkat return on equity tertinggi pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia. Hal tersebut terjadi karena memiliki rasio antara laba bersih terhadap modal yang optimal. Semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan/posisi pemilik perusahaan.
Tabel 5 Perusahaan dengan nilai komponen piutang, likuiditas, dan profitabilitas terburuk
Receivable
No Variabel Nilai Variabel Nama Perusahaan Kode Saham 1 RTO 2 kali Intanwijaya Internasional Tbk INCI 2 ACP 157 hari Intanwijaya Internasional Tbk INCI
Likuiditas
No Variabel Nilai Variabel Nama Perusahaan Kode Saham
1 CR 0,23393 Alam Karya Unggul Tbk AKKU
2 QR 0,21906 Alam Karya Unggul Tbk AKKU
Profitabilitas
No Variabel Nilai Variabel Nama Perusahaan Kode Saham
1 NPM -1,26481 Alam Karya Unggul Tbk AKKU
2 ROA -0,19154 Alam Karya Unggul Tbk AKKU
3 ROE -0,51872 Alam Karya Unggul Tbk AKKU
Pada Receivable Turn Over (RTO), perusahaan PT Intanwijaya Internasional Tbk menjadi perusahaan terlama perputaran piutangnya karena perputaran piutang perusahaan tersebut yang paling rendah diantara perusahaan lain dalam sektor industri dasar dan kimia. Hal ini terjadi karena rata-rata piutang PT Intanwijaya Internasional Tbk cukup besar yang merupakan indikasi banyaknya piutang yang tak tertagih. Salah satu penyebab piutang tak tertagih adalah pembayaran yang dilakukan kreditur melewati waktu jatuh tempo dan kurangnya usaha perusahaan untuk mengumpulkan piutang yang dapat berpotensi mengalami kredit macet. Hal ini mencerminkan kualitas piutang yang semakin buruk. Makin lama perputaran piutang berarti semakin lama modal kembali. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang ditanamkan dalam piutang, sehingga makin rendah rasio perputaran piutang berarti semakin tidak efisien modal yang digunakan. Perputaran piutang dapat ditingkatkan dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit misalnya dengan jalan memperpendek waktu pembayaran.
14
hari. Hal tersebut dikarenakan perbandingan jumlah piutang usaha perusahaan terhadap penjualan yang sangat besar. Selain itu, perusahaan juga memiliki jumlah piutang usaha yang relatif besar bila dibandingkan dengan perusahaan lainnya dalam sektor industri dasar dan kimia. Penagihan rata-rata hari piutang yang lambat dapat meningkatkan risiko piutang tak tertagih. Besarnya piutang usaha diduga terjadi karena pihak manajemen beranggapan bahwa dengan meningkatkan kredit penjualan perusahaan akan dapat meningkatkan dan mendongkrak penjualan yang nantinya akan meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Perusahaan dengan tingkat current ratio terendah pada sektor industri dasar dan kimia adalah PT Alam Karya Unggul Tbk. Rendahnya tingkat current ratio PT Alam Karya Unggul Tbk disebabkan oleh jumlah utang lancar yang lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah aktiva lancar atau total aset perusahaaan.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi. Semakin rendah current ratio berarti semakin tidak terjaminnya hutang-hutang perusahaan kepada kreditur. Tingkat current ratio memiliki hubungan yang negatif atau berbanding terbalik terhadap tingkat profitabilitas . Semakin rendah tingkat current ratio perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan. Namun pada beberapa perusahaan hubungan tersebut kurang signifikan terjadi. Tingkat current ratio yang rendah pada perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang tinggi karena tidak mampu untuk membayar kewajiban jangka pendek.
Demikian pula yang terjadi pada tingkat quick ratio terendah. PT Gudang Garam Tbk menjadi perusahaan sektor industri dasar dan kimia yang memiliki tingkat quick ratio terendah. Perusahaan-perusahaan yang tercatat sebagai current ratio terendah biasanya juga tercatat ke dalam quick ratio terendah. Rendahnya
quick ratio menunjukan bahwa perusahaan kurang mampu menutupi hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang paling liquid (tanpa persediaan).
PT Alam Karya Unggul Tbk menjadi perusahaan dengan tingkat net profit margin, return on asset dan return on equity terendah pada perusahaan sektor industri dasar dan kimia. PT Alam Karya Unggul Tbk menjadi perusahaan dengan tingkat net profit margin terendah. Hal tersebut terjadi karena laba bersih yang negatif. Selain itu perusahaan tersebut memiliki rasio antara laba bersih terhadap penjualan yang paling kecil bila dibandingkan dengan perusahaan lain pada sektor maupun subsektor yang sama.
Pada PT Alam Karya Unggul Tbk, tingkat ROA yang rendah disebabkan oleh laba perusahaan yang negatif atau dengan kata lain rugi. PT Alam Karya Unggul Tbk, memiliki perbandingan rasio antara laba bersih terhadap total aktiva atau total aset yang sangat kecil bila dibandingkan dengan perusahaan lain dari sektor maupun subsektor yang sama. Return on asset yang rendah menunjukan bahwa perusahaan kurang mampu menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhanaktiva yang tersedia di dalam perusahaan.
atau penghasilan yang diperoleh semakin tidak baik kedudukan atau posisi pemilik perusahaan.
Pengaruh Faktor Pengelolaan Piutang terhadap Likuiditas dan Profitabilitas Perusahaan Sektor Industri Dasar dan Kimia
Analisis Partial Least Square (PLS)
Pada penelitian ini, pengujian model dilakukan dengan menggunakan SmartPLS yang terdiri dari tiga variabel laten. Variabel laten tersebut diantaranya adalah variabel laten piutang, likuiditas, dan profitabilitas. Masing-masing variabel laten memiliki variabel indikator. Variabel laten piutang memiliki variabel indikator receivable turn over (RTO) dan average collection period
(ACP). Variabel laten likuiditas memiliki variabel indikator current ratio (CR) dan quick ratio (QR). Variabel laten profitabilitas memiliki variabel indikator net profit margin (NPM), return on assets (ROA), dan return on equity (ROE).
Metode analisis digunakan untuk mengetahui bentuk dan pengaruh piutang sebagai variabel eksogen murni terhadap variabel laten endogen yaitu likuiditas dan profitabilitas. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) yang diolah dengan menggunakan SmartPLS.
Pengujian Model SEM
1) Model Pengukuran (Outer Model)
Outer model ialah hubungan antara variabel indikator dengan variabel latennya. Faktor loading menggambarkan seberapa besar keterkaitan indikator terhadap masing-masing variabel latennya. Nilai faktor loading > 0,70 menunjukkan indikator merefleksikan variabel laten (Ghozali 2012). Pada penelitian ini, indikator yang memiliki nilai faktor loading lebih kecil dari 0,70 akan dihapus atau didrop.
Tabel 7 Nilai loading factor
Variabel laten Indikator Sektor Industri Dasar dan Kimia Nilai
RVB RTO -0,041
ACP 0,908
LIQUIDITY CR 0,993
QR 0,995
PROFITABILITY
NPM 0,541
ROA 0.502
16
Tabel 8 Nilai loading factor setelah dropping
Variabel laten Indikator Sektor Industri Dasar dan Kimia Nilai
Berdasarkan Tabel 11, Nilai faktor loading untuk semua indikator sudah diatas 0,70, hasil ini berarti ada keterkaitan yang baik antara indikator-indikator dengan masing-masing variabel laten.
Model SEM awal Model SEM akhir sektor industri dasar dan kimia sektor industri dasar dan kimia
Gambar 4 Model SEM
Tabel 9 AVE, composite reliability, dan cronbach alpha
Variabel laten AVE composite reliability cronbachs alpha
LIQUID 0,988143 0,994036 0,988217
RVB 1,000000 1,000000 1,000000
Discriminant Validity digunakan untuk menentukan valid atau tidaknya masing-masing variabel laten atau konstruk. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai AVE masing-masing konstruk. Masing-masing variabel atau peubah laten dikatakan valid jika nilai AVE > 0,5 (Ghozali 2012). Berdasarkan tabel 12 diatas, dapat terlihat bahwa nilai AVE semua konstruk/peubah laten > 0.5 sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel laten nilainya valid.
Uji reliabilitas diukur dengan dua kriteria yaitu composite reliability dan
cronbachs alpha dari masing-masing konstruk. Menurut Ghozali (2012), sebuah variabel laten dinyatakan reliabel apabila nilai composite reliability dan cronbachs alpha di atas 0.70. Berdasarkan tabel 12 diatas, dapat terlihat bahwa seluruh nilai
composite reliability dan cronbachs alpha bernilai > 0,7 sehingga peubah-peubah tersebut bersifat reliabel.
2) Model Struktural (Inner Model)
Inner model merupakan model struktural yang menghubungkan antar variabel laten. Model ini dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen. bahwa piutang (RVB) dapat menjelaskan tingkat likuiditas (LIQUID) sebesar 4,06% dan sisanya sebesar 95,94% dijelaskan oleh variabel lain.
Tabel 11 Path coefficient (mean, STDEV, T-values) Original
LIQUID 0,201535 0,207187 0,139530 0,139530 1,444384
RVB →
PROFIT - - - - -
Untuk melihat pengaruh antar peubah laten dapat dilihat dari nilai T-Statistic. Jika T-Statistic > 1.96 pada selang kepercayaan 0,05 maka dapat disimpulkan peubah laten berpengaruh nyata terhadap indikator (Ghozali, 2012). Tabel 14 di atas menunjukkan bahwa pengaruh antara RVB dengan LIQUID adalah tidak signifikan dengan T-statistik sebesar 1,444384 (< 1,96). Nilai original sample estimate adalah positif yaitu sebesar 0,201535 yang menunjukkan bahwa arah hubungan antara RVB dengan LIQUID adalah positif. Dengan demikian hipotesis H1 dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa
‘receivable berhubungan dengan liquidity’ diterima sedangkan hipotesis H2 yang
menyatakan bahwa ‘receivable berhubungan dengan profitability’ ditolak karena
tidak adanya nilai T-Statistic dan original sample.
18
(Receivable Turn Over) yang dikarenakan pada model tersebut nilai faktor loading kurang dari 0,70 sehingga harus didrop.
Pada variabel laten profitabilitas, indikator NPM (Net Profit Margin), ROA (Return On Asset) terjadi aktivitas dropping karena memiliki nilai faktor loading kurang dari 0,7. Sedangkan untuk indikator ROE (Return On Equity) pada awalnya tidak terjadi aktivitas dropping karena memiliki nilai faktor loading lebih dari 0,7, sehingga hanya rasio ROE yang mewakili variabel laten solvabilitas. Namun, setelah indikator ROE secara langsung direfleksikan dari variabel laten
receivable tanpa melalui variabel laten profitabilitas maka setelah di hitung kembali indikator ROE memiliki faktor loading yang kurang dari 0,7 sehingga manifest ROE juga harus di drop dari model. Hal tersebut menjelaskan bahwa pada sektor industri dasar dan kimia indikator NPM, ROA dan rasio ROE yang mewakili tingkat profitabilitas perusahaan tidak bisa menjelaskan variabel laten
receivable yang telah dibuat.
Pada variabel laten likuiditas, faktor loading CR (Current Ratio) dan QR (Quick Ratio) tidak dilakukan aktivitas dropping. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat likuiditas, baik dihitung menggunakan current ratio maupun quick ratio
memiliki peranan yang sama penting. Dimana tingkat likuiditas pada perusahaan tersebut terjaga dengan baik sehingga perusahaan tersebut dapat melakukan pembayaran utang atau kewajiban jangka pendek tepat waktu sehingga terhindar dari risiko gagal bayar.
Berdasarkan hasil analisis diatas, jika hasil tersebut dihubungkan dengan karakteristik industri dasar dan kimia, maka dapat terlihat bahwa hubungan piutang (receivable) yang positif terhadap likuiditas dan pengaruhnya tidak signifikan diakibatkan oleh industri dasar dan kimia yang memang memiliki karakteristik produk yang akan digunakan lagi untuk berproduksi sehingga konversi produk ke kas lama dibandingkan industri barang konsumsi ataupun industri-industri lainnya. Hal ini menyebabkan perputaran piutang yang relatif lebih lama, sehingga berdampak pula pada semakin kecilnya kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Selain itu, pengaruh piutang terhadap likuiditas tidak signifikan dikarenakan tingkat likuiditas lebih dipengaruhi oleh aktiva lancar lainnya seperti kas.
tidak berdampak besar pada profitabilitas perusahaan, dimana profitabilitas perusahaan ini masih lebih baik dibandingkan PT Budi Acid Jaya Tbk.
Langkah-langkah strategis untuk para investor yang akan menanamkan modalnya di perusahaan sektor industri dasar dan kimia yaitu investor sebaiknya memilih perusahaan yang mengelola piutangnya dengan baik. Baik tidaknya pengelolaan piutang perusahaan dapat dinilai dari tingkat perputaran piutang (receivable turn over) dan periode rata-rata pengumpulan piutang (average collection period). Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik karena modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin rendah. Sebaliknya, semakin lama periode rata-rata pengumpulan piutang berarti semakin tidak baik karena semakin besar dana yang tertanam pada piutang tersebut. Selain itu, investor dapat melihat umur piutang usaha perusahaan di laporan keuangan perusahaan sebagai tolok ukur kinerja perusahaan dalam mengelola piutangnya. Jika banyak piutang perusahaan yang dibayarkan melewati waktu jatuh tempo, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut kurang baik dalam mengelola piutangnya dan sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis, pengelolaan piutang perusahaan di sektor industri dasar dan kimia memiliki hubungan positif dengan likuiditas. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya. Pengelolaan piutang yang baik dapat mempercepat modal perusahaan kembali sehingga perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya, termasuk dapat lancar memberikan dividen kepada investor. Oleh karena itu, penting sekali bagi investor untuk memperhatikan pengelolaan piutang dan tingkat likuiditas perusahaan sebelum menanamkan modalnya di perusahaan sektor industri dasar dan kimia.
Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial merupakan suatu rekomendasi strategi yang dapat digunakan oleh tim manajemen agar perusahaan dapat melakukan pengelolaan piutang dengan optimal sehingga dapat meningkatkan kondisi kinerja keuangan perusahaan. Berikut merupakan langkah strategis pengelolaan piutang :
1. Perspekif keuangan : Perusahaan dapat menggunakan syarat pembayaran dengan pemberian diskon tertentu jika debitur membayar kurang dari waktu yang telah ditentukan (jatuh tempo), misalnya syarat pembayaran kredit 5/10 – net/60 artinya jika piutang dibayar paling lambat 10 hari dari tanggal penjualan akan diberi diskon sebesar 5 % dan batas akhir pembayaran selama 60 hari. Kebijakan ini dapat mempercepat modal yang tertanan dalam piutang kembali ke perusahaan sehingga terhindar dari piutang tak tertagih dan dan meningkatkan pendapatan perusahaan.
2. Perspekif Stakeholder : Perusahaan sektor industri dasar dan kimia sebaiknya dapat menerapkan kebijakan piutang dengan baik agar meminimalisir dari resiko piutang tak tertagih sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusahaan yang akan berdampak pada peningkatan nilai untuk investor. 3. Perspekif Proses Bisnis : Perusahaan harus memperhatikan supply chain
20
aliran yaitu aliran barang, aliran uang, dan aliran informasi. Jika supply chain management baik maka dapat meningkatkan penjualan. Dengan penjualan yang meningkat, maka perputaran piutang pun akan semakin cepat karena naik turunnya perputaran piutang ini dipengaruhi oleh hubungan perubahan penjualan dengan perubahan piutang. Selain itu, perusahaan perlu membuat peramalan penjualan tahun depan, sehingga dapat meramalkan komposisi piutang perusahaan. Hal ini berguna untuk menyiapkan strategi dan kebijakan yang akan diambil perusahaan terkait pengelolaan piutang yang akan datang untuk tetap menjaga likuiditas dan profitabilitas perusahaan.
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran : Karyawan yang bergerak di bagian administrasi atau penatausahaan piutang di berikan sistem reward dan
punishment serta penilaian kinerja sebagai hasil dari kinerjanya. Dengan sistem reward dan punishment, karyawan dapat lebih termotivasi untuk memberikan kinerja terbaiknya, sehingga pengelolaan piutang menjadi lebih baik dan presentase penagihan piutang dapat terus meningkat. Penilaian kinerja sebagai suatu evaluasi dari pelaksanaan pekerjaan karyawan sehingga kebijakan dan pengelolaan piutang selanjutnya dapat lebih baik. Manajer perlu mengadakan pendidikan dan pelatihan yang rutin untuk karyawan, khususnya karyawan yang bergerak di bagian administrasi atau penatausahaan piutang agar dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan karyawan dalam mengelola piutang perusahaan dengan baik.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Kondisi kinerja keuangan perusahaan sektor industri dasar dan kimia dapat dilihat dari tingkat likuiditas perusahaan dan tingkat profitabilitas perusahaan. Setiap perusahaan di sektor industri dasar dan kimia memiliki kondisi kinerja keuangan yang bervariasi, namun secara keseluruhan kondisi kinerja keuangan perusahaan dikatakan bagus jika tingkat likuiditas dan profitabilitas perusahaan bagus.
2. Piutang (receivable) terhadap likuiditas memiliki hubungan positif, namun tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Sedangkan Piutang (receivable) terhadap profitabilitas tidak memiliki hubungan.
Saran
1. Perusahaan memperlihatkan unsur lima C sebelum memberikan kredit, yaitu
Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Conditions dalam membuat kebijakan kredit atau menilai kualitas pelanggan yang akan diberikan kredit oleh perusahaan agar risiko piutang tak tertagih menjadi rendah.
apabila terjadi keterlambatan pembayaran hutang dari tanggal jatuh tempo yang telah ditentukan.
3. Pada penelitian ini masih memiliki kekurangan, dimana peneliti hanya menggunakan data keuangan perusahaan selama satu tahun. Untuk penelitian selanjutnya, hendaknya menggunakan data time series yang panjang karena dengan tersedianya data tahun yang lebih panjang dapat menggambarkan secara jelas pengelolaan piutang dari tahun ke tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Alexandri, Benny M. 2009. Manajemen Keuangan Bisinis. Bandung (ID) : Alfabeta IKAPI.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Peran Cabang Industri terhadap PDB Industri Non-Migas. Jakarta (ID).
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jakarta (ID).
Ghozali I. 2012. Partial Least Square Konsep, Teknik dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 2.0 M3. Semarang (ID): Undip
Putri GG. 2012. Analisis penerapan kebijakan manajemen piutang dan pengaruhnya terhadap cash ratio, net profit margin, dan earning power
pada PT Angkasa Pura [skripsi]. Makassar (ID) : Universitas Hasanuddin. Harahap, Sofyan S. 2007. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta (ID) :
PT Raja Grasindo Persada.
Lestari, Maharani I, Toto S. 2007. Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisadan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : Universitas Gunadarma Pr.
Munawir S. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta (ID) : Liberty Yogyakarta.
Muslich M. 2002. Manajemen Keuangan Modern. Jakarta (ID) : Bumi Aksara. Nurafiah. 2012. Analisis efektivitas manajemen piutang dan pengaruhnya
terhadap likuiditas perusahaan pada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk [skripsi]. Medan (ID) : Universitas Hasanuddin.
Riyanto B. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta (ID) : Gajah Mada.
Sawir A. 2005. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Sitanggang SR. 2008. Pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas pada PT Gresik Cipta Sejahtera cabang Medan [skripsi]. Medan (ID) : Universitas Negeri Medan.
Wahyuni RT. 2003. Analisis efektifitas manajemen piutang sebagai upaya meningkatkan rentabilitas dan menjaga likuiditas perusahaan pada PT Pesona Remaja Malang [skripsi]. Malang (ID) : Universitas Brawijaya Malang.
22
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel rekapitulasi hasil penelitian terdahulu
Lanjutan lampiran 1
Tahun Judul Nama
Peneliti Metode Hasil
2003 Efektivitas Manajemen Piutang sebagai Upaya
Meningkatkan Rentabilitas dan Menjaga
Likuiditas Perusahaan pada PT. Pesona Remaja Malang
Ratna Tri Wahyuni
Perputaran Piutang, Rentabilitas, dan
Likuiditas
24
Lampiran 2 Daftar perusahaan sektor industri dasar dan kimia No. Kode
Saham Nama Perusahaan Sub sektor
1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk Semen
2 SMCB Holcim Indonesia Tbk Semen
3 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk Semen
4 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk Keramik, Porselen, Kaca 5 ARNA Arwana Citramulia Tbk Keramik, Porselen, Kaca 6 IKAI Intikeramik Alamasri Industri Tbk Keramik, Porselen, Kaca 7 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk Keramik, Porselen, Kaca 8 MLIA Mulia Industrindo Tbk Keramik, Porselen, Kaca 9 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk Keramik, Porselen, Kaca 10 ALKA Alakasa Industrindo Tbk Logam dan Sejenisnya 11 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk Logam dan Sejenisnya 12 BAJA Saranacentral Bajatama TbK Logam dan Sejenisnya 13 BTON Betonjaya Manunggal Tbk Logam dan Sejenisnya
14 CTBN Citra Tubindo Tbk Logam dan Sejenisnya
15 GDST Gunawan Dianjaya Steel Tbk Logam dan Sejenisnya 16 INAI Indal Aluminium Industry Tbk Logam dan Sejenisnya 17 JPRS Jaya Pari Steel Tbk Logam dan Sejenisnya 18 KRAS Krakatau Steel (Persero) Tbk Logam dan Sejenisnya 19 LION Lion Metal Works Tbk Logam dan Sejenisnya
20 LMSH Lionmesh Prima Tbk Logam dan Sejenisnya
21 NIKL Pelat Timah Nusantara Tbk Logam dan Sejenisnya 22 PICO Pelangi Indah Canindo Tbk Logam dan Sejenisnya 23 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk Logam dan Sejenisnya
24 BRPT Barito Pacific Tbk Kimia
25 BUDI Budi Acid Jaya Tbk Kimia
26 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk Kimia
27 EKAD Ekadharma International Tbk Kimia
28 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk Kimia
29 INCI Intanwijaya Internasional Tbk Kimia 30 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tbk Kimia
31 SRSN Indo Acidatama Tbk Kimia
32 TPIA Chandra Asri Petrochemical Tbk Kimia
33 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk Kimia
34 AKKU Alam Karya Unggul Tbk Plastik dan Kemasan 35 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk Plastik dan Kemasan 36 APLI Asiaplast Industries Tbk Plastik dan Kemasan
37 BRNA Berlina Tbk Plastik dan Kemasan
38 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk Plastik dan Kemasan 39 IGAR Champion Pacific Indonesia Tbk Plastik dan Kemasan 40 IPOL Indopoly Swakarsa Industry Tbk Plastik dan Kemasan 41 SIAP Sekawan Intipratama Tbk Plastik dan Kemasan
42 SIMA Siwani Makmur Tbk Plastik dan Kemasan
43 TRST Trias Sentosa Tbk Plastik dan Kemasan
Lanjutan lampiran 2. N
No
Kode
Saham Nama Perusahaan Sub sektor
46 JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk Pakan Ternak
47 MAIN Malindo Feedmill Tbk Pakan Ternak
48 SIPD Sierad Produce Tbk Pakan Ternak
49 SULI SLJ Global Tbk Kayu dan Pengolahannya
50 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk Kayu dan Pengolahannya
51 ALDO Alkindo Naratama Tbk Pulp dan Kertas
52 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk Pulp dan Kertas
53 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Pulp dan Kertas
54 INRU Toba Pulp Lestari Tbk Pulp dan Kertas
55 KBRI Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk Pulp dan Kertas
56 SPMA Suparma Tbk Pulp dan Kertas
26
Lampiran 3 Hasil perhitungan RTO, ACP, CR, QR, NPM, ROA, dan ROE perusahaan sektor industri dasar dan kimia
No Kode
Saham RTO ACP CR QR NPM ROA ROE
1 SMGR 9.127058 45.92818 1.705896 1.232361 0.251382 0.185358 0.271218
2 SMCB 12.33377 32.81647 1.404607 0.963282 0.149903 0.111008 0.160464
3 INTP 7.874933 51.82135 6.027629 6.027629 0.275494 0.209332 0.245299
4 IKAI 4.485598 91.90202 0.57443 0.23863 0.198754 0.07881 0.160676
5 MLIA 10.96799 34.02782 1.466988 0.790622 -0.00663 -0.00463 -0.02454
6 KIAS 145.5336 0.521026 5.860642 4.129722 0.091049 0.033137 0.035963
7 TOTO 4.394129 93.62192 2.154358 1.414914 0.149639 0.154956 0.262697
8 AMFG 10.58608 36.77005 3.887013 2.312809 0.121306 0.111256 0.141065
9 ARNA 5.324629 71.77805 1.166232 0.978633 0.142489 0.490013 0.262371
10 NIKL 5.109924 80.12466 1.208475 0.632127 -0.0457 -0.05848 -0.15165
11 LMSH 7.9827 46.20909 4.067414 2.694349 0.185058 0.321145 0.423301
12 TBMS 6.743538 49.78095 0.84016 0.615646 0.003834 0.013443 0.136068
13 JPRS 2.488305 141.7318 6.704342 4.942497 0.020841 0.024109 0.027654
14 PICO 6.734021 64.20069 1.241422 0.512903 0.018773 0.018731 0.055936
15 LION 6.767803 68.26443 9.344585 6.964795 0.25567 0.196942 0.229605
16 KRAS 7.17154 62.48488 1.124731 0.600502 -0.00855 -0.00763 -0.01753
17 INAI 5.293035 70.6139 1.99328 0.926706 0.039741 0.037822 0.179197
18 GDST 11.34949 38.94225 2.313931 1.593292 0.028272 0.040028 0.058758
19 CTBN 5.022569 92.92343 1.789217 0.822629 0.170843 0.127833 0.240625
20 ALMI 12.50578 29.26516 1.292044 0.64376 0.00433 0.007414 0.023728
21 BTON 9.3344 33.81771 3.295892 2.968637 0.159747 0.170652 0.218783
22 BAJA 6.673638 61.12796 1.051008 0.54013 0.017631 0.023012 0.073451
23 ALKA 5.465287 47.48566 1.635488 1.482519 0.006121 0.034642 0.093439
24 SOBI 8.732084 48.36035 1.659215 0.787352 0.064874 0.09809 0.16208
25 TPIA 15.94545 24.67597 1.434734 0.865374 -0.03816 -0.05169 -0.12099
26 UNIC 6.596519 50.64414 1.669697 0.849081 0.00356 0.0066 0.011727
27 SRSN 4.46863 63.95771 2.75208 1.137868 0.04414 0.042168 0.062986
28 BARITO 15.96338 24.65801 1.5288 0.96253 -0.05385 -0.05829 -0.12747
29 ETWA 3.513902 114.3111 0.771631 0.675734 0.049293 0.030869 0.067763
30 INCI 2.377044 157.5775 7.71089 6.74963 0.06876 0.033594 0.038388
31 EKAD 8.724846 44.19856 2.410914 1.319558 0.094011 0.13216 0.188552
32 DPNS 7.9139 40.98727 8.592333 5.629627 0.140489 0.111617 0.132363
33 BUDI 5.586491 79.89337 1.131628 0.800071 0.002215 0.002211 0.005952
34 IPOL 5.012785 73.71405 0.875235 0.663053 0.032954 0.026481 0.05311
35 TRST 5.699997 63.46447 1.303321 0.711251 0.031528 0.028085 0.04542
36 YPAS 6.486531 64.02507 1.343464 0.695415 0.039806 0.04714 0.100082
37 SIAP 6.172894 60.40263 1.318324 0.634314 0.015641 0.018386 0.032042
38 SIMA 8.581299 58.68028 0.689179 0.273411 -1.21167 -0.10724 0.334573
39 IGAR 5.227705 75.28226 4.363525 2.942366 0.079986 0.142496 0.183894
40 FPNI 9.156806 36.93351 0.912637 0.485569 -0.0289 -0.05177 -0.15624
Lanjutan lampiran 3
No Kode
Saham RTO ACP CR QR NPM ROA ROE
42 APLI 7.067557 43.17763 1.436719 0.988906 0.012232 0.012591 0.019227
43 AKKU 3.283073 101.6244 0.23393 0.219062 -1.26481 -0.19154 -0.51872
44 AKPI 5.453279 72.06707 1.404431 0.896946 0.020618 0.018145 0.036899
45 JPFA 22.51961 18.52425 1.824546 0.793256 0.060259 0.098032 0.225594
46 SIPD 9.053753 53.25487 1.156501 0.695425 0.003459 0.004567 0.011797
47 MAIN 17.05656 24.16778 1.048622 0.740671 0.090287 0.168023 0.443517
48 CPIN 13.54643 30.7142 3.31275 1.759772 0.125798 0.217099 0.327877
49 TIRT 19.64734 14.93707 1.194365 0.245154 -0.04943 -0.0474 -0.30598
50 SULI 16.69615 21.63825 0.372952 0.292747 -0.49348 -0.10467 3.221926
51 KBRI 20.34242 17.9428 2.29984 2.051572 0.818592 0.049331 0.051362
52 TKIM 6.328334 48.18839 2.407413 1.742864 0.026344 0.012982 0.044966
53 SPMA 6.94161 52.63575 2.646476 1.277623 0.031294 0.023969 0.051178
54 INKP 7.706712 44.94107 1.678139 0.792408 0.019734 0.007475 0.023974
55 INRU 35.08955 7.05389 0.728197 0.328197 -0.02892 -0.00994 -0.02543
56 FASW 6.563029 80.41989 0.583802 0.362787 0.001327 0.000949 0.002929
28
Lampiran 4 Daftar istilah
Istilah Pengertian
Profitabilitas Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit). Rasio
Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek atau kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka pendek tepat pada waktunya.
Piutang Sejumlah uang hutang dari konsumen pada perusahaan yang membeli barang dan jasa secara kredit kepada perusahaan. PDB Nilai pasar barang atau jasa yang diproduksi oleh suatu negara
pada periode tertentu.
RTO Mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun.
ACP Mengukur waktu rata-rata yang diperlukan untuk menagih piutang.
NPM Laba bersih setelah pajak dibagi dengan total penjualan. ROE Tingkat pengembalian atas total ekuitas.
ROA Tingkat pengembalian atas total aktiva.
CR Mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek, dengan asumsi semua aktiva lancar dikonversikan kedalam kas.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Fitriah, lahir pada tanggal 8 April 1992 di Bekasi. Penulis merupakan anak ketiga dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Salem dan Ibu Nani Munani. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Uswatun Hasanah Bekasi pada tahun 1997 hingga tahun 1998. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Kota Baru II Bekasi dan lulus pada tahun 2004. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan pada sekolah menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama Negeri 13 Bekasi pada tahun 2004 hingga 2007. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di Sekolah Menengah Atas Martia Bhakti Bekasi dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melaui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).