• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi dan Prestasi Siswa SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi dan Prestasi Siswa SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS

GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN

KABUPATEN SAMOSIR

ROTUA YULIANTI SIMARMATA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI KARYA TULIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi dan Prestasi Siswa SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

(4)
(5)

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS

GIZI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMA NEGERI 1

PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR

(Relationship between breakfast habit and nutritional status and academic performance of student in SMA Negeri 1 Pangururan, Samosir regency)

Rotua Yulianti Simarmata1, Hadi Riyadi2 1

Mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 16680 E-mail: simarmatarotua@gmail.com

2

Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, 16680

ABSTRACT

The aim of this study was to analyze the correlation of student’s breakfast habit to nutritional satus and academic performance. A cross sectional study was conducted in this study. Subjects were 35 female student and 35 male student. The result showed that male student (77.14%) and female student (85.71%) have normal nutritional status. The level of nutrition knowledge of male student (82.86) and female student (82.86%) were classified good. Breakfast frequency of female student (65.71%) more regular than male student (51.43%). Most of subjects were don’t have enough time to breakfast. Energy and protein adequacy were 25.25% and 18.26% from breakfast. Subjects academic level (58.57%) were classified as good category. Spearman rank correlation showed a not significantly correlation between nutrition knowledge and nutritional status (p>0.05). However, there was a significant correlation between breakfast and academic performance (p<0.05)

Keywords: Academic performance, breakfast, nutrition knowledge, nutritional status

ABSTRAK

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

pada Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN STATUS

GIZI DAN PRESTASI SISWA SMA N 1 PANGURURAN

KABUPATEN SAMOSIR

ROTUA YULIANTI SIMARMATA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi dan Prestasi Siswa SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir

Nama : Rotua Yulianti Simarmata NIM : I14100038

Disetujui oleh

Dr Ir Hadi Riyadi, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang MahaKuasa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2014 ini ialah sarapan, dengan judul Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi dan Prestasi Siswa SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Tidak lupa penulis ucapkan kepada :

1. Dr. Ir. Hadi Riyadi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan.

2. Dr. Ir. Ikeu Tanziha, MS selaku dosen pemandu seminar dan penguji siding skripsi.

3. Keluarga tersayang : Ibu (Megawati Lubis), Ayah (Maringan Simarmata), serta adik-adik (Yosi Olivia Simarmata, Lidya Idesma Simarmata, Sari Namarito Simarmata, Jojor Delima Simarmata, Golda Theresia Simarmata, Yulien Simarmata) dan seluruh keluarga atas segala doa, dukungan moril, dan kasih sayangnya.

4. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, para guru dan staf yang telah memberi dukungan selama penelitian berlangsung

5. Siswa-siswi SMA Negeri 1 Pangururan yang telah bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini.

6. Teman-teman Gizi Masyarakat 47 yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu atas segala perhatian, dukungan, semangat, dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.

Bogor, Desember 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 2

METODE PENELITIAN 3

Desain, Tempat, dan Waktu 3

Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh 4

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 4

Pengolahan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Keadaan Umum Lokasi Penelitian 8

Karakteristik contoh 9

Karakteristik sosial ekonomi keluarga 10

Status gizi 11

Pengetahuan gizi 12

Sarapan 13

Hubungan antar variabel 18

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

(14)

DAFTAR TABEL

1 Cara pengumpulan data penelitian 6

2 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia 9

3 Sebaran contoh berdasarkan uang saku 9

4 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga 10

5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua 10

6 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua 11

7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi 11

8 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi 12

9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi 13 10 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan di rumah 13

11 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi sarapan 14

12 Sebaran contoh berdasarkan alasan tidak sarapan 14

13 Sebaran contoh berdasarkan waktu sarapan 15

14 Sebaran contoh berdasarkan jenis menu sarapan 15

15 Asupan dan kontribusi sarapan contoh 16

16 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan

protein 17

17 Sebaran contoh berdasarkan data prestasi belajar 18

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran hubungan kebiasaan sarapan dengan status gizi

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu kesepakatan yang ingin dicapai dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh PBB yaitu mencapai kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Modal awal dalam pencapaian kesepakatan tersebut adalah dengan adanya sumber daya manusia yang cerdas dan berkompeten. Salah satu sumber daya manusia adalah remaja. Remaja merupakan aset yang akan menjadi generasi penerus pembangunan bangsa. Prestasi belajar remaja dapat dijadikan sebagai salah satu indikator sumber daya manusia yang berkualitas. Prestasi belajar dapat diukur melalui skor prestasi belajar dari beberapa mata pelajaran. Menurut Judarwanto (2004) skor prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai siswa pada mata pelajaran tertentu yang diwujudkan dalam bentuk angka. Prestasi yang memuaskan dapat dicapai dengan memperhatikan pola makanan dan aktifitas fisik.

Sarapan menjadi salah satu hal penting yang mendukung proses pembelajaran di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian Mhurchu et al.(2010) tentang kebiasaan menunda sarapan ternyata berdampak negatif pada kemampuan kognitif, prestasi akademik, kehadiran sekolah, fungsi psikologi dan perasaan anak atau remaja. Dengan kata lain, sarapan memiliki dampak positif terhadap kegiatan akademik siswa di sekolah. Hasil analisa Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, menyatakan bahwa masih banyak Anak Usia Sekolah (AUS) yang tidak terbiasa sarapan sehat, yaitu sekitar 35000 Anak Usia Sekolah yang hanya sarapan dengan minuman dan asupan energi sarapan kurang dari AKG energi.

Sarapan sehat terdiri dari makanan dan minuman yang mengikuti Pedoman Gizi Seimbang (PGS) (Pergizi 2014). Dalam pemilihan menu sarapan terkadang para remaja belum terlalu memperhatikan menu makanan. Tidak disediakannya sarapan dirumah menjadi kendala remaja tidak menyempatkan sarapan di rumah dan lebih memilih untuk jajan di sekolah sebagai pengganti sarapan. Menurut penelitian Hermina et al. (2000) di Desa Ciheuleut, menyebutkan ada sebagian siswa (35%) membeli sendiri makanan jajanan di sekolah dan dikonsumsi sebelum masuk kelas (pukul 06.00-07.00), jenis makanan yang dikonsumsi berupa bubur nasi, nasi uduk, buras/lontong dan gorengan. Namun bagi siswa yang tidak tahu memilih makanan jajanan untuk sarapannya, makanan yang meraka pilih memiliki kandungan energi yang sangat rendah dan kurang baik bagi kesehatan.

(16)

2

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Menganalisis kebiasaan sarapan dengan status gizi dan prestasi siswa SMA N 1 Pangururan Kabupaten Samosir.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik contoh yang terdiri dari umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, status gizi, uang jajan, dan pengetahuan gizi

2. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi orangtua contoh 3. Mengidentifikasi kebiasaan sarapan siswa SMA N 1 Pangururan 4. Mengidentifikasi prestasi siswa di SMA N 1 Pangururan

5. Mengidentifikasi asupan zat gizi siswa SMA N 1 Pangururan

6. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi, kebiasaan sarapan, status gizi dengan prestasi siswa SMA N 1 Pangururan

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran hubungan kebiasaan sarapan terhadap status gizi serta prestasi siswa di SMA N 1 Pangururan. Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada siswa maupun pihak sekolah yang bersangkutan mengenai sarapan. Bagi siswa diharapkan dapat mengetahui pentingnya mengkonsumsi sarapan yang beragam dan berimbang agar dapat berkorelasi positif terhadap kegiatan belajar mengajar di sekolah.

KERANGKA PEMIKIRAN

Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktifitas fisik pada hari itu. Sarapan sehat seyogyanya mengandung unsur empat sehat lima sempurna (Khomsan 2002). Menurut Pergizi (2014), sarapan yang sehat terdiri dari makanan dan minuman yang mengikuti Pedoman Gizi Seimbang (PGS) yaitu terdiri dari karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayuran dan buah-buahan. Kebiasaan sarapan remaja dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya frekuensi sarapan, watu sarapan, alasan tidak sarapan, serta menu yang dikonsumsi saat sarapan.

(17)

3 kemampuan kognitif, prestasi akademik kehadiran sekolah, fungsi psikologi dan psikologi anak atau remaja.

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu

Desain penelitian ini adalah cross-sectional study. Penelitian ini dilakukan Gambar 1 Kerangka pemikiran Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi dan

Prestasi Belajar Siswa SMA N 1 Pangururan Karakteristik Contoh

- Jenis kelamin - Usia

- Berat badan - Tinggi badan - Uang saku

Karakteristik sosial ekonomi keluarga

- Besar keluarga - Pekerjaan

orangtua - Pendapatan

orangtua

Kebiasaan sarapan

- Frekuensi sarapan - Waktu sarapan - Alasan tidak sarapan - Menu sarapan

Status gizi Prestasi belajar Pengetahuan gizi

(18)

4

(sengaja) dengan alasan SMA N 1 Pangururan merupakan salah satu SMA terbaik di Kabupaten Samosir. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014- Agustus 2014. Penelitian ini mengkaji kebiasaan sarapan, kebiasaan jajanan, status gizi serta prestasi siswa SMA N 1 Pangururan.

Jumlah dan Teknik Penarikan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA N 1. Pertimbangan pemilihan SMA N 1 Pangururan sebagai sampel karena SMA tersebut merupakan salah satu SMA terbaik di Kabupaten Samosir. Contoh dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA. Pemilihan kelas dilakukan secara purposive yaitu semua kelas XII IPA dengan kriteria inklusi siswa yang memiliki 1) status aktif sebagai siswa di SMA N 1 Pangururan jurusan IPA, 2) bersedia menjadi contoh dalam penelitian, 3) bersedia diukur, dan 4) tidak dalam keadaan sakit selama penelitian berlangsung. Pemilihan kelas XII IPA dilakukan karena hanya melihat prestasi belajar contoh pada mata pelajaran bidang IPA yaitu fisika, kimia, dan biologi. Besar contoh dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin (Singarimbun & Effendi 1995) sebagai berikut.

�= �

1 +�(�2)

Keterangan:

n = Jumlah contoh

N = Jumlah populasi

d = Tingkat kesalahan yang dapat ditolerir (10%)

Berdasarkan rumus diatas didapatkan jumlah sampel yang diambil adalah sebanyak 69 contoh dari jumlah populasi sebanyak 230 orang.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis dan data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuisioner yang diisi oleh contoh (siswa SMA) setelah mendapat penjelasan dari peneliti. Data sekunder diperoleh dari sekolah. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah jumlah siswa, lokasi, keadaan umum sekolah, serta data prestasi contoh.

(19)

5 antropometri dengan menimbang berat badan contoh menggunakan alat timbangan berat badan sedangkan data tinggi badan diperoleh dengan cara mengukur tinggi badan dengan menggunakan alat pengukur tinggi badan.

Data pengetahuan siswa tentang kebiasaan sarapan diperoleh dengan menggunakan kuisioner tentang kebiasaan sarapan pagi yang berisi 10 pertanyaan mengenai kebersihan individu dan makanan, kriteria makanan yang dijual di sekolah, sarapan yang sehat dan bergizi, jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh, alasan perlunya sarapan, serta yang terjadi jika tidak sarapan. Data praktik kebiasaan sarapan siswa diperoleh dengan menggunakan kuisioner tentang kebiasaan sarapan yang berisi 4 pertanyaan yaitu kebiasaan sarapan setiap hari, frekuensi sarapan dalam seminggu, alasan tidak sarapan dan jenis sarapan yang sering dikonsumsi.

Data sekunder lain yang dikumpulkan adalah data prestasi siswa. Prestasi belajar meliputi nilai Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester yaitu rata-rata dari 5 mata pelajaran, yaitu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (Biologi, Kimia, serta Fisika).

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 dan program SPSS versi 16.0 for windows dengan analisa deskriptif dan inferensia. Proses pengolahan meliputi editing, coding, cleaning, dan analyze. Rincian pengelompokan data disajikan pada Tabel 1. Data karakteristik contoh meliputi jenis kelamin dibagi ke dalam 2 kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Data umur dikelompokkan berdasarkan sebaran contoh. Data uang saku dihitung dikategorikan berdasarkan sebaran uang saku contoh yang diolah dengan cara statistik dengan mencari nilai rata-rata, minimum, dan maksimum. Data status gizi dihitung dengan menggunakan metode antropometri melalui perhitungan indeks masa tubuh dibandingkan dengan umur (IMT/U). Klasifikasi status gizi yang digunakan adalah menurut Kemenkes RI (2010) yang mengkategorikan status gizi menjadi 5 kategori yaitu : sangat kurus (<-3SD),kurus (-3 ≤ SD < -2), normal (-2 ≤ SD <+1), gemuk(1≤ SD <2) dan obesitas (> +2 SD).

Data karakteristik sosial ekonomi keluarga yang disajikan meliputi besar keluarga, pekerjaan orangtua, serta pendapatan orangtua contoh. Data besar keluarga contoh dikelompokkan menjadi 3 kelompok berdasarkan BKKBN (1998) yaitu <4 orang, 5-7 orang, serta >8 orang dalam satu rumah tangga. Data pekerjaan orangtua dikelompokkan berdasarkan sebaran pekerjaan orangtua contoh. Data pendapatan orangtua contoh yang diperoleh diubah menjadi pendapatan perkapita per bulan. Pendapatan perkapita dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu <Rp240310 per bulan (miskin) dan >Rp240310 per bulan (tidak miskin).

(20)

6

sedang jika skor 60%-80%, dan pengetahuan baik jika skor >80% (Khomsan 2000).

Recall konsumsi makanan dilakukan untuk mengetahui kebiasaan sarapan siswa dalam satu hari. Dilakukan recall 2 x 24 jam pada hari libur dan hari sekolah. Data yang diperoleh akan diolah dari jenis makanan yang dikonsumsi oleh responden. Jumlah makanan dalam bentuk gram/URT kemudian dikonversi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan. Data asupan zat gizi diolah dengan menggunakan Microsoft Excel 2007.

Selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat kecukupan zat gizi untuk membandingkan konsumsi aktual siswa dengan angka kecukupan gizi berdasarkan WNPG tahun 2013. Rumus umum untuk menghitung konsumsi adalah :

KGij = ((Bj/100) x (Gij) x (BDDj/100)) Keterangan :

KGij : Kandungan zat gizi-I dalam bahan makanan-j yang dikonsumsi (g) Bj : Berat bahan makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij : Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j BDDj : Persen bahan makanan-j yang dapat dimakan (%BDD)

Tingkat Kebutuhan Gizi dapat ditentukan dengan menggunakan rumus : TKG = (Konsumsi/AKGi) x 100%

Keterangan :

TKG : Tingkat Kecukupan Gizi

AKGi : Angka Kecukupan zat gizi yang dianjurkan

Tingkat kecukupan energi dan protein berdasarkan Depkes (1996) dikategorikan ke dalam 5 kategori yaitu defisit tingkat berat (<70%), defisit tingkat sedang (70-79%), defisit tingkat ringan (80-89%), normal (90-119%), dan kelebihan (>120%). Data prestasi belajar diperoleh dari nilai UTS (Ujian Tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir Semester) yang kemudian diperoleh rata-rata dari kedua nilai tersebut. Adapun mata pelajaran yang diikutkan adalah nilai dari mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Data prestasi siswa diolah secara statistik untuk memperoleh nilai rata-rata, minimum, dan maksimum.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16,0 for windows. Uji satistik yang dilakukan adalah uji korelasi Pearson dan rank Spearman untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kebiasaan sarapan jajanan dengan status gizi serta prestasi siswa.

Tabel 1 Cara pengolahan data penelitian

Aspek Variabel Pengelompokan Acuan

Karakteristik contoh

(21)

7 Tabel 1 Cara pengumpulan data penelitian (lanjutan)

Karakteristik 2. Tidak teratur ( < 4x/minggu)

Yang et. al

1. Makanan pokok + lauk hewani 2. Makanan pokok + lauk hewani

+ lauk nabati

3. Makanan pokok + lauk hewani + sayur 2. Defisit sedang ( 70-79% AKG) 3. Defisit ringan ( 80-89% AKG) 4. Normal (90-119% AKG)

(22)

8

Karakteristik sosial ekonomi keluarga adalah ciri khas yang dimiliki keluarga

berupa pekerjaan orang tua, pendapatan orangtua dan besar keluarga.

Pendapatan orangtua adalah jumlah pendapatan orangtua (ayah dan ibu) yang

diperoleh dari pekerjaan utama maupun pekerjaan tambahan dalam bentuk uang dalam sebulan.

Besar keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dirumah dan tercantum

dalam kartu keluarga. Besar keluarga dikategorikan menjadi tiga yaitu kecil

(≤4 orang), keluarga sedang (5-7 orang), dan keluarga besar (≥ 8 orang).

Pengetahuan kebiasaan sarapan adalah pemahaman siswa tentang kebersihan

individu dan makanan, pengertian makanan bergizi, jenis dan fungsi zat gizi, pengertian sarapan, fungsi sarapan, alasan tidak sarapan, dampak tidak sarapan bagi tubuh, yang diukur dari skor jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan dalam kuesioner.

Sarapan adalah kegiatan mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi

seimbang dan memenuhi 25%-30% dari kebutuhan energi total dalam sehari yang dilakukan pada pagi hari oleh siswa sebelum kegiatan belajar disekolah.

Prestasi Belajar adalah hasil belajar siswa yang diukur dengan menggunakan

nilai rata-rata ulangan harian, Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester.

Status gizi yaitu keadaan tubuh contoh yang ditentukan berdasarkan perhitungan

Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U), mengacu pada Kemenkes RI Pangururan, Kabupaten Samosir. Sekolah Menengah Atas ini dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai. Sekolah ini sedang dalam tahap pembangunan renovasi sekolah yang berlangsung sejak tahun 2011 hingga saat ini, sehingga banyak ruangan kelas yang direnovasi. Namun, renovasi tersebut tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar siswa. Sekolah Menengah Atas ini memiliki ruangan kelas sebanyak kurang lebih 24 kelas dengan sarana penunjang laboratorium kimia, laboratorium fisika, ruang komputer serta ruang perpustakaan. Selain ruangan penunjang kegiatan belajar, terdapat lahan terbuka di dalam sekolah yang digunakan untuk lapangan sepak bola, lapangan upacara serta lahan parkir.

(23)

9 kabupaten Samosir untuk siswa yang berprestasi. Kelas unggulan tersebut diterapkan pada siswa kelas XI IPA dan kelas XII IPA. Kegiatan pendidikan di sekolah ini tidak hanya terpaku pada kegiatan belajar mengajar di kelas, terdapat beberapa kegiatan ekstrakurikuler di luar jam kegiatan belajar mengajar sekolah yang dapat mengembangkan potensi diri siswa lebih baik. Sekolah ini tidak mengenakan biaya iuran per bulan kepada siswa.

Karakteristik contoh Jenis kelamin dan Usia

Jumlah contoh dalam penelitian ini berjumlah 70 orang terdiri dari 35 laki-laki dan 35 perempuan. Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan usia

Usia Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

16 12 34.29 9 25.71 21 30.00

17 23 65.71 24 68.57 47 67.14

18 0 0.00 2 5.71 2 2.86

Total 35 100.0 35 100.0 70 100.0

Rata- rata + SD 16.66 + 0.47 16.80 + 0.53 16.73 + 0.51

Usia contoh dalam penelitian ini berada pada rentang usia 15 hingga 18 tahun. Menurut Brown (2005), rentang usia 15 tahun hingga 18 tahun merupakan usia remaja pertengahan. Berdasarkan Tabel 2, persentase terbesar pada contoh laki-laki (65.71%) dan perempuan (68.57%) berada pada usia 17 tahun. Pada contoh perempuan terdapat beberapa contoh yang berusia 18 tahun.

Uang saku

Uang saku merupakan uang yang diterima siswa setiap bulan atau per hari dari orangtua sebagai pegangan untuk keperluan pribadi. Uang saku contoh dibagi menjadi 3 kategori yaitu <Rp25984, Rp25984 –Rp86827 dan >Rp86827 per minggu. Besaran uang saku pada contoh disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan uang saku

Uang saku Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

< Rp 25984 1 2.86 7 20.00 8 11.43

Rp 25984 –Rp 86827 28 80.00 22 62.86 50 71.43

>Rp 86827 6 17.14 6 17.14 12 17.14

Total 35 100 35 100 70 100

Rata-rata + SD 60771.43+ 30412.93 53285 + 30911.23 56405.80 + 30421.41

(24)

10

tidak mempengaruhi konsumsi energi dan tingkat gizi, karena alasan uang saku yang dikeluarkan bukan sebagian besar untuk membeli makanan, tetapi untuk transportasi, membeli hadiah, buku, dan pakaian. Menurut penelitian yang dilakukan Prabandari (2010) disimpulkan bahwa semakin besar pendapatan keluarga maka semakin besar uang saku yang diterima.

Karakteristik sosial ekonomi keluarga Besar keluarga

Besar keluarga menggambarkan keseluruhan jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan tercatat dalam satu kartu keluarga. Besar keluarga terbagi menjadi 3 kelompok, yaitu besar keluarga dengan jumlah anggota > 4 orang, 5-7 orang, dan lebih dari atau sama dengan 8 orang. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga

Besar keluarga Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

<4 orang 3 8.57 4 11.43 7 10.00

5 – 7 orang 22 62.86 21 60.00 43 61.43

>8 orang 10 28.57 10 28.57 20 28.57

Total 35 100.00 35 100.00 70 100.0

Rata-rata + SD 6.45 + 1.56 6.51 + 1.44 6.47 + 1.52 Berdasarkan Tabel 4, sebagian besar contoh laki-laki (62.86%) dan contoh perempuan (60.00%) memiliki besar anggota keluarga 5 sampai 7 orang. Terdapat contoh laki-laki (28.57%) dan contoh perempuan (28.57%) yang memiliki besar anggota keluarga >8 orang. Hanya sebagian kecil contoh yang memiliki jumlah anggota keluarga kurang dari 4 orang. Menurut Syahriil (2003) dinyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga maka akan semakin kecil pula pengeluaran rumah tangga tersebut untuk konsumsi pangannya. Pekerjaan orangtua

Pekerjaan orangtua dibagi menjadi 5 kelompok yaitu, petani, wiraswasta, PNS (Pegawai Negeri Sipil), pegawai swasta, serta tidak bekerja. Sebaran contoh berdasarkan bekerjaan orangtua dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua

Pekerjaan Ayah Ibu

n % n %

Petani 37 52.85 33 47.14

Wiraswasta 16 22.85 17 24.28

PNS 11 15.17 14 20.00

Pegawai Swasta 2 2.85 0 0.00

Tidak Bekerja 4 5.71 6 8.57

(25)

11 Berdasarkan Tabel 5, sebagian besar orangtua contoh bekerja sebagai petani baik ayah maupun ibu. Sebagian besar ayah contoh bekerja sebagai petani (52.85%), sedangkan ibu contoh sebagian besar bekerja sebagai petani (47.14%). Sebanyak 22.85% ayah contoh bekerja sebagai wiraswasta, sedangkan sebanyak 24.28% ibu yang bekerja sebagai wiraswasta. Ayah dan ibu yang bekerja sebagai PNS hanya sebanyak 15.17% dan 20.00%. Hanya sebagian kecil orangtua yang bekerja sebagai pegawai swasta bahkan yang tidak bekerja.

Pendapatan orangtua

Pendapatan orangtua merupakan penghasilan yang didapatkan orangtua per bulan untuk menghidupi kebutuhan keluarga baik pangan maupun non pangan. Pendapatan orangtua yang didapat selama sebulan diubah menjadi pendapatan perkapita per bulan. Pendapatan orangtua dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu miskin jika pendapatan perkapita per bulan < Rp 240310, dan tidak miskin jika pendapatan perkapita per bulan > RP 240310 (BPS Samosir 2013).

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pendapatan orangtua

Penghasilan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Miskin ( < Rp 240310) 10 28.57 5 14.29 15 21.43

Tidak miskin (>Rp 240310) 25 71.43 30 85.71 55 78.57

Total 35 100 35 100 70 100

Rata-rata + SD 445735+ 322474 519410+ 287006 482573+ 305299

Berdasarkan Tabel 6, didapat bahwa sebagian besar pendapatan orangtua contoh berada dalam kategori tidak miskin (78.57%). Sebanyak 21.43% pendapatan orangtua contoh berada dalam kategori miskin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prabandari (2010) disimpulkan bahwa semakin besar pendapatan keluarga maka semakin besar uang saku yang diterima.

Status gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi (Almatsier 2006). Pengukuran IMT pada remaja sangat berhubungan dengan usianya, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan komposisi dan densitas tubuh. Oleh karena itu, penilaian status gizi contoh dihitung dengan menggunakan IMT/U karena usia contoh masih berada pada rentang usia 15-18 tahun. Sebaran status gizi contoh secara lengkap disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi

Status Gizi Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Sangat Kurus 1 2.86 0 0.00 1 1.43

Kurus 4 11.43 0 0.00 4 5.71

(26)

12

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi (lanjutan)

Obesitas 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Total 35 100 35 100 70 100

Rata- rata + SD -0.71+ 1.24 0.03 + 0.88 -0.4 + 1.1

Sebagian besar contoh laki-laki (77.14%) dan perempuan (85.71%) memiliki status gizi normal. Namun, pada sebagian kecil contoh laki-laki masih ada yang memiliki status gizi kurus (11.43%) bahkan terdapat 1 contoh laki-laki yang memiliki status gizi sangat kurus (2.86%). Pada contoh perempuan, sebagian besar memiliki status gizi normal (85.71%), sebagian kecil memiliki status gizi gemuk (14.29%). Dapat dilihat bahwa status gizi laki-laki lebih cenderung kurus daripada perempuan. Perempuan lebih cenderung memiliki status gizi gemuk. Berdasarkan data RISKESDAS (2010), bahwa prevalensi status gizi laki-laki kurus (9.5%) lebih besar daripada perempuan (4.4%) sementara prevalensi status gizi gemuk pada perempuan (1.5%) lebih tinggi daripada laki-laki (1.3%).

Pengetahuan gizi

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana cara hidup sehat (Notoatmojo 2003). Pengetahuan gizi contoh diukur dengan menggunakan alat ukur kuesioner yang terdiri atas 10 pertanyaan mengenai pengetahuan gizi umum dan sarapan.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi

No Pertanyaan Laki-laki Perempuan

n % n %

1 Kebiasaan mencuci tangan yang benar 30 82.86 27 77.14

2 Kriteria makanan yang dijual di sekolah 34 97.14 35 100.00

3 Sarapan yang sehat dan bergizi 34 97.14 34 97.14

4 Makanan dan minuman yang tesrcemar 31 88.57 32 91.43

5 Efek makanan dan minuman yang tercemar 35 100.00 35 100.00

6 Makanan yang bergizi 33 94.29 34 97.14

7 Jenis zat gizi yang dibutuhkan tubuh 34 97.14 35 100.00

8 Alasan perlu sarapan 35 100.00 35 100.00

9 Yang terjadi jika tidak sarapan 35 100.00 35 100.00

10 Kebiasaan sarapan yang baik 34 97.14 33 94.29

(27)

13 Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi

Kategori Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Kurang (< 60%) 1 2.86 0 0.00 1 1.43

Sedang (60-80%) 5 14.29 6 17.14 11 15.71

Baik (>80%) 29 82.86 29 82.86 58 82.86

Total 35 100 35 100 70 100

Menurut Khomsan (2000), tingkat pengetahuan gizi contoh dapat dikategorikan menjadi pengetahuan kurang (<60%), pengetahuan sedang (60% - 80%), dan pengetahuan baik (>80%). Pada Tabel 9, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar contoh memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik. Tingkat pengetahuan contoh laki-laki (82.86%) dan contoh perempuan (82.86%) tergolong dalam tingkat pengetahuan yang baik. Hanya sebagian kecil contoh yang memiliki tingkat pengetahuan yang sedang maupun kecil. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam meilih makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi seseorang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang, diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya (Khomsan et al. 2007). Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Ruka et.al (2005), dinyatakan bahwa pengetahuan gizi yang baik dapat mempengaruhi pemilihan makanan yang baik pada remaja.

Sarapan Kebiasaan sarapan

Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Ini berarti kita benar-benar telah mempersiapkan diri untuk menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap (Khomsan, 2002). Pada tabel berikut akan disajikan contoh yang menyempatkan diri untuk sarapan di rumah dan yang tidak menyempatkan sarapan di rumah.

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan sarapan di rumah

Kebiasaan sarapan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

Selalu 11 31.43 8 22.86 19 27.14

Kadang-kadang 24 68.57 27 77.14 51 71.86

Tidak pernah 0 0.00 0 0.00 0 0.00

Total 35 100 35 100 70 100

(28)

14

Frekuensi sarapan

Frekuensi sarapan merupakan kebiasaan individu untuk melakukan sarapan setiap hari. Menurut Yang et.al (2006) menyatakan bahwa sarapan dikatakan teratur apabila > 4 kali, dan dikatakan tidak teratur apabila hanya melakukan sarapan sebanyak 3 kali. Data frekuensi sarapan yang diperoleh berkisar 1 hingga 7 kali. Berikut disajikan tabel sebaran contoh berdasarkan frekuensi sarapan.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan frekuensi sarapan

Frekuensi sarapan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

< 4 kali/minggu 17 48.57 12 34.29 29 41,43

> 4 kali/minggu 18 51.43 23 65.71 41 58.57

Total 35 100 35 100 70 100

Sebagian besar contoh laki-laki (60%) melakukan sarapan > 4 kali dalam seminggu, sama halnya dengan contoh perempuan, sebagian besar (65.71%) melakukan sarapan > 4 kali dalam seminggu. Namun terdapat 48.57% contoh laki-laki dan 34.29% contoh perempuan yang sarapan kurang dari 4 kali dalam seminggu. Terdapat berbagai alasan siswa sehingga tidak sempat melakukan sarapan. Menurut Khomsan (2005), alasan tidak sarapan, yaitu tidak sempat atau terburu-buru, merasa waktu sangat terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, tidak ada selera makan, maupun ingin diet supaya berat badan cepat turun. Giovannini et al. (2010) menyatakan bahwa sarapan yang teratur dapat mempengaruhi pemilihan diet dan pemilihan menu makanan yang lebih baik setiap hari.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan alasan tidak sarapan

Alasan tidak sarapan Laki-laki Perempuan

n % n %

Tidak disediakan di rumah 3 8.57 0 0.00

Tidak nafsu makan 11 31.43 12 34.29

Tidak sempat 21 60.00 23 65.71

Total 35 100 35 100

(29)

15

Waktu sarapan

Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktifitas fisik pada pagi hari (Khomsan 2002). Pada penelitian ini waktu sarapan dikategorikan ke dalam 4 bagian, yaitu sebelum pukul 06.00, pukul 06.01 – 08.00,pukul 08.01-09.59 serta diatas pukul 10.00 pagi.

Tabel 13 Sebaran contoh berdasarkan waktu sarapan

Waktu sarapan Laki-laki Perempuan Total

n % n % n %

< 06.00 8 22.86 3 8.57 11 15.71

06.01- 08.00 25 71.43 30 85.71 55 78.57

08.01- 09.59 1 2.86 0 0.00 1 1.43

> 10.00 1 2.86 2 5.71 3 4.29

Total 35 100 35 100 70 100

Berdasarkan Tabel 13, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar waktu sarapan contoh laki-laki (71.43%) dan perempuan (85.71%) melakukan sarapan antara pukul 06.01 hingga pukul 08.00. Sebagian besar contoh telah melakukan sarapan sesuai dengan waktu yang dianjurkan yaitu antara pukul 06.00 sampai dengan pukul 10.00 pagi (Khomsan 2002).

Jenis sarapan

Jenis sarapan pada penelitian ini di kategorikan menjadi 6 kelompok yaitu, makanan pokok + lauk hewani, makanan pokok + lauk hewani + sayur, makanan pokok + lauk hewani + lauk nabati, roti + susu, buah, serta jajanan. Jenis menu sarapan akan lebih baik apabila terdiri dari makanan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Menurut Khomsan (2002), sarapan dengan aneka ragam pangan yang terdiri dari nasi, lauk pauk, buah dan susu dapat memenuhi kenutuhan akan vitamin dan mineral. Dalam Tabel 14 disajikan jenis menu sarapan yang dikonsumsi contoh.

Tabel 14 Sebaran contoh berdasarkan jenis menu sarapan

Jenis sarapan Laki-laki Perempuan Total

Makanan pokok + lauk hewani 10 28.57 11 31.43 21 30.00

makanan pokok + lauk hewani + lauk nabati 3 0.00 13 37.14 16 22.86

makanan pokok + lauk hewani + sayur 6 17.14 4 11.43 10 14.29

roti + susu 6 17.14 2 5.71 8 11.43

buah 0 0.00 5 14.29 5 7.14

jajanan 10 28.57 0 0.00 10 14.29

Total 35 100 35 100 70 100

(30)

16

sarapan. Tidak ada contoh perempuan yang mengkonsumsi jajanan sebagai sarapan. Jajanan yang dikonsumsi sebagai menu sarapan dapat dipengaruhi oleh waktu sarapan dimana contoh sudah berada di sekolah saat melakukan sarapan. Dalam penelitian Matthys et al. (2006) contoh yang diberi perlakuan konsumsi sarapan yang berkualitas memiliki asupan yang lebih baik daripada contoh yang diberi perlakukan sarapan dengan kualitas yang kurang. Florence et al. (2008) menyatakan bahwa ada kaitan antara pemilihan menu makanan dan diet dengan prestasi akademik siswa. Menurut Florence et al. (2008) sarapan sebaiknya tidak mengonsumsi satu jenis zat gizi (single nutrient) melainkan dengan mengombinasikan makanan dengan aneka ragam zat gizi.

Asupan dan kontribusi makanan sarapan

Menurut Hardinsyah (2012), sarapan merupakanan makan di awal hari biasanya dilakukan di pagi hari berupa makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang dikonsumsi di pagi hari menyediakan energi dan zat gizi yang cukup agar perasaan, berpikir, dan bekerja atau stamina yang lebih baik. Sarapan sebaiknya menyediakan 15-25% kebutuhan gizi sehari.

Tabel 15 Asupan dan kontribusi sarapan contoh

Energi Laki-laki Perempuan Total

Asupan kontribusi sarapan (kkal/hari) 280 249 257

Kontribusi terhadap asupan sehari (%) 27.32 24.00 25.25

Kontribusi terhadap kecukupan gizi (%) 10.79 11.33 11.68

Protein

Asupan kontribusi sarapan (g/hari) 9.6 7.9 8.4

Kontribusi terhadap asupan sehari (%) 20.38 17.07 18.26

Kontribusi terhadap kecukupan gizi (%) 14.79 14.42 16.21

Pada Tabel 15, asupan energi dari sarapan pada contoh laki-laki (280 kkal) lebih besar daripada asupan energi perempuan (249 kkal). Kontribusi sarapan terhadap asupan energi sehari pada laki-laki sebesar 27.32% lebih besar daripada perempuan sebesar 24.00%. Pada asupan protein dari sarapan pada contoh laki-laki sebesar 9.6 gram lebih besar daripada perempuan sebesar 7.9 gram.

Berdasarkan tabel 15, sarapan yang dikonsumsi contoh memberikan asupan 257 + 102 kkal/hari. Menurut Hardinsyah (2012), konsumsi makanan sarapan sebaiknya memenuhi 300-500 kkal/hari. Sarapan yang dikonsumsi memberikan kontribusi energi (25.25%) terhadap asupan total sehari. Kontribusi sarapan yang dikonsumsi memberikan kontribusi energi (11.68) terhadap kecukupan gizi.

Rata-rata asupan protein yang dikonsumsi contoh dari sarapan (8.4 + 3.1 g/hari). Asupan protein dalam sarapan sebaiknya memenuhi 6-10 g/hari (Hardinsyah 2012). Sarapan yang dikonsumsi memberikan kontribusi (18.26%) terhadap asupan total sehari dan memberikan kontribusi protein (16.21%) terhadap kecukupan gizi.

(31)

17 jajanan, sementara jajanan yang dikonsumsi memiliki kandungan gula dan lemak yang tinggi dan rendah vitamin dan mineral. Dalam penelitian C. Matthys et al. (2006) juga disebutkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada contoh yang diberi sarapan yang berkualitas dan yang tidak berkualitas.

Konsumsi pangan dan kecukupan gizi

Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu (Kusharto

& Sa’adiyah 2006). Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan

energi dan protein disajikan pada tabel 16.

Tabel 16 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan protein

Tingkat kecukupan

TKE TKP

Laki-laki Perempuan Total Laki-laki Perempuan Total

n % n % n % n % n % n %

Sebagian besar contoh memiliki tingkat kecukupan gizi yang tergolong defisit berat. Sebanyak 85.71% contoh memiliki tingkat kecukupan energi yang tergolong defisit berat. Terdapat 7.14 % contoh berada pada kategori defisit sedang, sebanyak 1.43% berada pada kategori defisit ringan. Hanya sebagian kecil contoh (4.29%) berada pada kategori normal. Pangan yang menghasilkan energi yang paling sering dikonsumsi contoh adalah nasi dan mie. Selain nasi dan mie, contoh juga sering mengkonsumsi ikan mujahir, ikan mas, dan ikan teri sebagai lauk hewani. Sawi, kangkung dan buncis sebagai sayur yang paling sering dikonsumsi. Porsi yang kurang tentunya berpengaruh terhadap tingkat kecukupan energi contoh. Menurut Soekirman (2000), kekurangan konsumsi energi dari kecukupan yang diperlukan dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan dan bila terus berkelanjutan dapat mengakibatkan seseorang menjadi kurus.

Tingkat kecukupan protein sebagian besar contoh (42.86%) tergolong dalam kategori defisit berat. Terdapat sebanyak 25.71% contoh yang tergolong dalam kategori normal untuk tingkat kecukupan protein. Namun sebanyak 11.43% contoh berada dalam kategori lebih untuk tingkat kecukupan protein. Sebagian besar contoh mengkonsumsi pangan golongan ikan seperti ikan mujahir, ikan mas, dan ikan teri sebagai sumber penghasil protein. Selain ikan, contoh juga mengkonsumsi daging ayam dan telur ayam sebagai penghasil protein.

Prestasi belajar

(32)

18

Matematika, Fisika, Kimia, dan Biologi. Nilai diperoleh dengan merata-ratakan ke enam mata pelajaran. Data prestasi contoh disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan data prestasi belajar

Prestasi belajar Laki-laki Perempuan Total

Berdasarkan Tabel 17, sebagian besar contoh (58.57%) memiliki prestasi belajar dengan kriteria nilai yang baik. Terdapat contoh (41.42%) yang memiliki kriteria lebih dari cukup terhadap prestasi belajar. Pada Tabel 17, dapat disimpulkan bahwa contoh perempuan memiliki prestasi belajar yang lebih baik dinyatakan dengan nilai rata- rata 83 + 3 lebih tinggi daripada contoh laki-laki dengan nilai 81 + 4. Sebagian besar contoh perempuan memiliki nilai prestasi belajar yang tergolong baik (80.00%), berbanding terbalik dengan laki-laki yang sebagian besar memiliki prestasi belajar yang tergolong lebih dari cukup (60.00%).

Hubungan antar variabel

Hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi dan sarapan

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan status gizi siswa (p=0.710; r= 0.044). Semakin baik pengetahuan gizi seseorang tidak menjamin seseorang memiliki status gizi yang semakin baik. Sedangkan hasil uji korelas Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan gizi dengan kebiasaan sarapan (p=0.499 ; r=-0.082). Dalam penelitian (2008) menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dan status gizi. Hubungan yang tidak signifikan dapat disebabkan karena hampir seluruh hasil pengetahuan gizi contoh tergolong baik. Homogennya hasil pengetahuan gizi dapat menunjukkan hasil yang signifikan jika menggunakan analisis statistik. Menurut Rohayati (2003) pengetahuan gizi yang baik belum tentu mempunyai kebiasaan makan yang baik. Kebiasaan lingkungan terdekat dapat memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kebiasaan sarapan maupun kebiasaan makan anak atau remaja. Hubungan sarapan dengan status gizi

(33)

19 al.(2009) secara tidak langsung sarapan dapat menekan resiko terjadinya status gizi obes.

Hubungan status gizi dengan prestasi belajar

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar (p=0.157; r=0.171). Semakin baik status gizi seseorang tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar yang semakin baik. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Mutiah (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubugan yang nyata antara prestasi dengan status gizi. Namun hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Effendi (2012) mengenai hubungan status gizi dan prestasi belajar yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang kuat antara status gizi dan tingkat prestasi belajar. Hal ini disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi diantaranya faktor psikologi (minat, bakat, motivasi), faktor sosial, dan pendekatan belajar (metode dan strategi belajar) yang lebih kuat daripada status gizi yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Agustini et al. (2013) status gizi berdasarkan IMT/U bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak, karena masih bannyak faktor lain yang mempengaruhi. Seorang siswa yang bersikap conserving (apatis) terhadap ilmu pengetahuan biasanya cenderung mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, seorang sisea yang berintelegendi tinggi dan mendapat dorongan positif dari orangtuanya, mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran (Syah 2010). Agustini et al. (2013) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang paling banyak berpengaruh pada prestasi belajar.

Hubungan sarapan dengan prestasi belajar

Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antar sarapan dengan prestasi belajar (p=0.027; r=0.264). Semakin baik kualitas sarapan yang dilakukan setiap hari maka prestasi belajar seseorang akan semakin baik. Menurut Khomsan (2001), bagi anak sekolah sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar dapat menjadi lebih baik. Dalam penelitian Murphy (2007) sarapan dapat menghasilkan energi dalam jangka yang singkat maupun panjang selama proses belajar di sekolah. Individu yang melewatkan sarapan sebenarnya dapat meningkatkan kemampuan belajar akan tetapi selama proses belajar mereka pasti memiliki memori dan konsentrasi yang kurang karena energi yang sedikit. Kleinman et al (2002) juga menemukan bahwa anak yang memiliki intake yang kurang memiliki indeks prestasi yang rendah.

(34)

20

kebiasaan sarapan cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada anak yang tidak memiliki kebiasan sarapan. Kalori sarapan yang baik menunjukkan terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi. Ketersediaan kalori yang didapat bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis tubuh terutama otak untuk melangsungkan proses metabolisme dan menghasilkan ATP sehingga kemampuan kerja otak menjadi optimal. Kebiasaan sarapan yang baik akan meningkatkan gairah dan kemampuan konsentrasi. Optimalnya zat-zat gizi akan memperbaiki status gizi anak dan kemampuan konsentrasi anak sehingga akan meningkatkan prestasi belajar siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Usia contoh berkisar antara 16- 18 tahun. Semua contoh merupakan siswa kelas XII IPA. Orangtua contoh memiliki pekerjaan yang bervariasi yaitu petani, wiraswasta, PNS, serta pegawai swasta. Rata-rata uang saku contoh berkisar antara Rp25984 –Rp86827 per minggu. Contoh memiliki besar keluarga yang berkisar antara 4 hingga 7 orang. Sebagian besar pendapatan orangtua contoh lebih dari Rp 240310 per kapita per bulan. Status gizi contoh laki-laki (77.14%) dan contoh perempuan (85.71%) memiliki status gizi normal. Pengetahuan gizi contoh laki-laki (82.86%) dan perempuan (82.86%) memiliki tingkat pengetahuan gizi yang tergolong baik. Frekuensi sarapan perempuan (65.71%) memiliki kebiasaan yang lebih teratur daripada laki-laki (51.43). Sebagian besar contoh memiliki alasan tidak cukup waktu untuk melakukan sarapan di rumah. Tingkat kecukupan energi dan protein yang diperoleh dari sarapan contoh adalah 25.25% dan 18.26%. Prestasi belajar contoh (58.57%) tergolong ke dalam kategori baik. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan gizi dan status gizi (p>0.05). Namun terdapat hubungan yang signifikan antara sarapan dengan prestasi belajar (p< 0.05).

Saran

(35)

21 Psychology of Learning and Motivation Advanced in Research and Theory. Basch, C. E. (2011). Breakfast and the achievement gap among urban minority

youth. Journal of School Health, 81(10), 635-640.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir. 2013. Pembangunan Manusia. Samosir.

[BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 1998. Gerakan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN Brown, et al. 2005. Nutrition Through The Life Cycle. Second

Edition.WadsworthInc. USA.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia (Riskesdas). 2013

[Depkes] Departemen Kesehatan. 1996. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang. Jakarta: Direktorat Bina Gizi Kesehatan Keluarga

Deshmukh-Taskar, P. R., Nicklas, T. A., O'Neil, C. E., Keast, D. R., Radcliff e, J. D., & Cho, S. (2010). The relationship of breakfast skipping and type of breakfast consumption with nutrient intake and weight status in children and adolescents: the National Health and Nutrition Examination Survey 1999-2006. Journal of the American Dietetic Association, 110(6), 869-878.

Effendi, F. 2012. Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Prestasi Belajar Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Indramayu [skripsi]. Yogyakarta (ID) : Universitas Negeri Yogyakarta.

Florence MD, Asbridge M, Veugelers PJ. 2008. Diet quality and academic performance. Journal of School Health. 78 (4). 209-215.doi: 10.1111/j.1746-1561.2008.00288.x

Giovannini M, Agostoni C, Shamir R.2010. Symposium overview: Do we all eat breakfast and is it important?. Critical Reviews in Food Science & Nutrition. 50(2). 97-99. doi : 10.1080/10408390903467373.

Gleason, P. M. & Dodd, A. H. (2009). School breakfast program but not school lunch program participation is associated with lower body mass index. Journal of the American Dietetic Association, 109(2 Supplement 1), S118-S128.

Hardinsyah.2012. Healthy Breakfasat [Internet]. [diunduh 2014 September 18]. Tersedia pada : www. persagi.org

(36)

22

Intan NR. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Berdasarkan Persen Lemak Tubuh pada Remaja di SMA Islam Terpadu Nurul Fikri Depo Tahun 2008 [skripsi]. Depok (ID) : Universitas Indonesia

Judarwanto. W. 2004. Mengatasi Kesulitan Makan Anak. Jakarta : Puspaswara. Kemenkes RI. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak.

Khomsan, Ali. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Khomsan, Ali. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Kleinman R.E, S.Hall, H.Green, D. Korzec-Ramirez, K. Patton, M.E. Pagano, and J.M. Murphy. 2002. Diet, Breakfast, and Academic Performance in children.[Suppl.1]. Annals of Nutrition Metabolism. 46. 24-30. doi : 10.1159/000066399.Murchu, C.N et al. 2010. Effects of a free school breakfast programme on school attendance, achievement, psychosocial function, and nutrition : a stepped wedge cluster randomized trial. BMC Public Health 10. 738.

Kusharto CM, Sa’adiyah NY. 2006. Diktat Penilaian Konsumsi Pangan. Bogor :

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Mariza Yuni Yanti, Kusumastuti, Aryu Candra. 2013. Hubungan antara Kebiasaan Sarapan dan Kebiasaan Jajan dengan Status Gizi pada Anak Sekolah Dasra di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang [skripsi]. Semarang (ID) : Universitas Diponegoro

Matthys C, De Henauw S, Bellemans M, De Mayer M, De Baker G. 2006. Breakfast habit affect overall nutrient profiles in adolescents. Public Health Nutrition. 10940. 413-421.doi: 10.1017/S1368980007248049.

Murchu CN et al. 2010. Effects of a free school breakfast programme on school attendance, achievement, psychosocial function, and nutrition : a stepped wedge cluster randomized trial. BMC Public Health 10.738

Murphy JM. 2007. Breakfast and learning : An updated review. Journal of Current Nutrition & Food Science. 3(1). 3-36.

Mutiah W. 2012. Konsumsi ikan, status gizi dan prestasi belajar siswa sekolah dasar kelas IV di daerah pantai dan daerah non pantai [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Notoatmojo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. [Pergizi] Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia. 2014. Deklarasi Pekan

Sarapan Nasional [Internet]. [2014 12 15]. Tersedia pada www.pergizi.org Prabandari IO. Studi perbandingan perilaku gizi mahasiswa Mayor Ilmu Gizi,

Mayor Teknologi Pangan, dan Mayor Statistika Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(37)

23 Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi Antropometri. Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Rohayati I. 2009. Beberapa faktor yang berhubungan dengan kebiasaan sarapan dan prestasi belajar siswa SD 2 Jepang Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus [skripsi], Semarang (ID) : Universitas Diponegoro

Singarimbun M, Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3ES Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Suntari NLPY, Widianah L. 2012. Hubungan Kalori Sarapan dengan Kemampuan Konsentrasi Anak Usia Sekolah di SD Negeri 3 Canggu [skripsi]. Bali (ID) : Universitas Udayana.

Syah, M. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Syahril, M. 2002. Tinjauan Pola Makan Keluarga Pada Suku Batak Toba dan Suku Jawa di Kecamatan Percut Sei Tuan [skripsi]. Medan (ID) : Universitas Sumatera Utara

[WNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. 2013. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta (ID) : LIPI

(38)

24

(39)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 16 Juli 1992 dari ayah Maringan Simarmata dan ibu Megawati Lubis. Penulis adalah putri pertama dari tujuh bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Pangururan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Gizi Masyarakat.

Selama mengikuti perkuliahan penulis menjadi asisten praktikum Pendidikan Gizi pada tahun ajaran 2013/2014, asisten praktikum Gizi Olahraga pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis juga pernah aktif dalam berbagai organisasi kampus. Penulis pernah menjabat sebagai Staf Divisi Hubungan Masyarakat di Himpunan Mahasiswa Gizi (HIMAGIZI), Staf Divisi Olahraga non Atletik pada Klub Gizi Olahraga (Gizor), Sektretaris Komisi Persekutuan PMK.

Gambar

Tabel 1 Cara pengolahan data penelitian
Tabel 1 Cara pengumpulan data penelitian (lanjutan)
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua
Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi
+5

Referensi

Dokumen terkait

PG76 dalam bentuk formula molase, kompos, dan talc terhadap infeksi nematoda puru akar ( Meloidogyne sp.) dan pertumbuhan tanaman kopi.. Percobaan dilakukan di laboratorium

(5) Tahap pengakhiran layanan bimbingan kelompok tentang kedisiplinan belajar SMA SANTUN UNTAN Pontianak memperoleh hasil baik, disarankan kepada peserta didik agar dapat

Menurut opini kami, laporan keuangan terlampir menyajikan secnra wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Reksa Dana Panin Dana Teladan tanggal 31

Dari hasil estimasi diketahui nilai probabilitas F statistik pada model permintaan uang sederhana yang dirumuskan Chowdhury dan Leventakis memiliki nilai 0.0000

Berdasarkan fenomena di atas peneliti tertarik untuk meneliti kalimat transformasi fokus pada teks terjemahan Alquran yang mengandung etika berbahasa dan dampak

As a result of the probit regressions, strong evidence emerges that the significant variables are political instability, foreign exchange reserves, domestic credit/GDP, lending

Bab ini berisi tentang landasan teori yang meliputi Manajemen Keuangan, Pasar Modal, Return Saham, Pengaruh Variabel Kinerja Keuangan Terhadap Return Saham, Penelitian

PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET. Surakarta