• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi daya gabung dan heterosis jagung manis (Zea mays L. var. saccharata)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi daya gabung dan heterosis jagung manis (Zea mays L. var. saccharata)"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

RIZKI ANJAL PUJI NUGROHO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Daya gabung dan Heterosis Jagung ManisZea mays L. var.saccharataadalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2015

Rizki Anjal Puji Nugroho

(4)

Manis (Zea mays L. var. saccaharata). Dibimbing oleh MUHAMAD SYUKUR dan WILLY BAYUARDI SUWARNO.

Penelitian ini bertujuan mengetahui nilai daya gabung umum, daya gabung khusus, dan heterosis pada jagung manis melalui persilanganhalf dialel. Genotipe yang digunakan pada penelitian ini adalah 7 tetua, 21 hibrida, dan dua varietas pembanding yaitu Bonanza dan SG 75. Percobaan ini dilakukan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Dramaga, Bogor. Penelitian dilakukan selama tiga bulan dari bulan November 2014 - Januari 2015. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan kelompok lengkap teracak dengan tiga ulangan. Nilai daya gabung dihitung menggunakan metode Griffing II. Nilai heterosis dihitung berdasarkan nilai tetua tertinggi dan nilai rata-rata kedua tetua. Tetua JM8-4-3-1-15-14 mempunyai nilai daya gabung umum terbaik pada peubah kadar kemanisan, dan bobot tongkol tanpa kelobot. Genotipe JM14-4-10-10-13-15 mempunyai nilai daya gabung umum yang baik pada peubah panjang tongkol dan umur panen. Nilai daya gabung khusus terbaik untuk bobot tongkol tanpa kelobot dan panjang tongkol ada pada hibrida 17X14. Nilai heterosis yang tertinggi pada peubah panjang tongkol dan bobot tongkol tanpa kelobot ada pada hibrida 17X6.

Kata kunci: daya gabung,half dialel,hibrida, metode Griffing

ABSTRACT

RIZKI ANJAL PUJI NUGROHO. Combining Ability and Heterosis Evaluation of Sweet Corn (Zea maysL. var.saccharta). Supervised by MUHAMAD SYUKUR and WILLY BAYUARDI SUWARNO.

The aims of this research were to estimate the values of general combining ability, specific combining ability and heterosis in sweet corn using a half dialel mating design. There were 7 inbreds, 21 hybrids, and 2 checks varieties (Bonanza and SG 75) used in this research. This research was conducted in Leuwikopo experimental station Dramaga Bogor, from November 2014 to January 2015. The experimental design was a randomized complete block design with 3 replicates. General combining ability values were estimated by Griffing II method. Heterosis were calculated based on mid-parent and high-parent values. Inbred JM8-4-3-1-15-14 has the highest general combining ability in sugar content and yield. Inbred JM14-4-10-10-13-15 has the high general combining ability in ear length and days to harvest. Inbred JM17-6-13-1-12 has highest general combining ability for ear height. Hybrid 17 X 14 has the highest specific combining ability for yield and ear length. High heterosis values for yield and ear length were found in hybrid 17X6 hybrid.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

NAMA PENULIS

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTASPERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015

(6)
(7)

NIM : A24110108

Disetujui oleh

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

Tanggal lulus :

Prof Dr Muhamad Syukur, SP MSi

(8)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini dengan judul Evaluasi Daya gabung dan Heterosis Jagung ManisZea maysL. var.

saccharata.

Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Bapak, ibu, dan Sudi Didi Wahyono serta seluruh keluarga, atas doa, dukungan, dan kasih sayangnya.

2. Prof Dr Muhamad Syukur SP MSi dan Dr Willy Bayuardi Suwarno SP MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan bimbingan 3. Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto MSc selaku pembimbing akademik yang

telah memberikan bimbingan dan nasihat selama penulis menempuh pendidikan di Departemen Agronomi dan Hortikultura.

4. Dr Ir Heni Purnamawati sebagai penguji pada ujian akhir yang telah memberikan kritik dan saran dalam perbaikan skripsi. .

5. Seluruh staf pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah banyak memberikan ilmunya.

6. Bapak Undang, Bapak Nana, Bapak Maman, Abdul Hakim segenap teknisi Kebun Percobaan Leuwikopo, dan teman-teman laboratorium pemuliaan tanaman yang telah membantu penulis dalam melaksanakan kegiatan penelitian.

7. Amalia Nurul Huda, Yogi Dwiyantono, Muhamad Iqbal, dan Agief Julio Pratama atas bantuan, inspirasi dan dukungannya selama kegiatan penelitian.

8. Yos Rizal Prima Saputra, Gian Virgiawan dan segenap teman-teman lorong 5 C2 atas dukungan dan doa nya.

9. Teman-teman Dandelion atas doa dan inspirasinya Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2015

(9)

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Hipotesis Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Botani Jagung manis 2

Syarat Tumbuh 2

Genetika Jagung Manis 3

Daya Gabung 3

Heterosis 4

METODE PENELITIAN 4

Bahan dan Alat 4

Lokasi dan Waktu 5

Prosedur Penelitian 5

Rancangan Percobaan dan Analisis Data 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Kondisi Umum dan Karakter Kualitatif 11

Rekapitulasi Kuadrat Tengah 12

Daya Gabung umum 13

Daya gabung khusus 15

Keragaan tetua, hibrida, dan nilai heterosis 19

Heterobeltiosis 29

KESIMPULAN DAN SARAN 31

Kesimpulan 31

Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

LAMPIRAN 34

(10)

2 Analisis ragam daya gabung metode 2 model 1 Griffing 10

3 Rekapitulasi nilai kuadrat tengah 12

4 Nilai daya gabung umum umur panen, tinggi letak tongkol bobot tongkol

tanpa kelobot, panjang tongkol, dan kadar gula 13

5 Nilai daya gabung umum tinggi tanaman, diameter batang, panjang

malai bulai, dan kerebahan 14

6 Nilai daya gabung umum bobot tongkol berkelobot, baris biji, diameter

tongkol, dan produktivitas 15

7 Nilai daya gabung umum tongkol perpetak, jumlah tanaman menjelang panen, daya tumbuh, kebutuhan benih per hektar, dan umur berbunga 15 8 Nilai daya gabung khusus umur panen, tinggi letak tongkol bobot

tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol, dan kadar gula 16 9 Nilai daya gabung khusus bobot tongkol berkelobot, baris biji, diameter

tongkol, dan produktivitas 17

10 Nilai daya gabung khusus tinggi tanaman, diameter batang, panjang bulai,

panjang malaidan kerebahan 18

11 Nilai daya gabung khusus tongkol perpetak, jumlah tanaman menjelang panen, daya tumbuh, kebutuhan benih per hektar dan umur berbunga 19 12 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk panen dan kadar gula 20 13 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk bobot tongkol tanpa

kelobot dan tinggi letak tongkol 21

14 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk panjang tongkol 22 15 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk diameter tongkol

dan daya tumbuh 23

16 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk umur berbunga dan

produktivitas 24

17 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk baris biji dan tinggi tanaman 25 18 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk jumlah tongkol per petak

dan kebutuhan benih per hektar 26

19 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk diameter batang pajang malai 27 20 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk bobot tongkol berkelobot dan

jumlah tanaman menjelang panen 28

(11)

2 Bentuk tongkol jagung 6

3 Pengukuran panjang tongkol 7

4 Pengukuran panjang malai 7

5 Gejala serangan organisme penggangu tanaman 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Karakter kualitatif 34

2 Keragaan efek heterosis pada jagung manis yang diamati 36

3 Keragaan genotipe uji dan pembanding 36

4 Nilai heterobeltiosis umur panen, kadar gula, bobot tongkol tanpa kelobot,

tinggi letak tongkol, dan panjang tingkol 37

5 Nilai heterobeltiosis diameter tongkol, daya tumbuh, umur berbunga,

produktivitas, dan baris biji 38

6 Nilai heterobeltiosis tinggi tanaman, tongkol perpetak, kebutuhan benih

per hektar, diameter batang, dan panjang malai 39

7 Nilai heterobeltiosis bobot tongkol berkelobot, jumlah tanaman menjelang

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jagung manis merupakan salah satu tanaman hortikultura potensial. Hal ini karena permintaan jagung manis yang mencapai 1-1.5 ton per hari pada tahun 2011 (Syukur dan Aziz 2013). Kebutuhan jagung manis di Indonesia belum bisa terpenuhi dari produksi dalam negeri dikarenakan beberapa hal. Salah satu yang berpengaruh adalah varietas yang sesuai atau adaptif di lingkungan tropis serta tahan hama dan penyakit. Pengadaan varietas yang mempunyai potensi hasil tinggi juga merupakan salah satu hal yang diperlukan dalam pemenuhan produksi.

Penerapan sistem pemuliaan merupakan salah satu cara mengatasi masalah pengadaan varietas yang adaptif dan mempunyai potensi hasil tinggi. Pemuliaan tanaman diharapkan dapat mengkombinasikan beberapa sumber plasma nutfah dengan sasaran menghasilkan varietas hibrida unggul yang berasal dari dalam negeri khususnya instasi pemerintah. Dengan adanya pemuliaan tanaman diharapkan pengadaan varietas dapat disuplai dari dalam negeri. Selain itu dengan adanya varietas yang diproduksi dari dalam negeri maka daya adaptabilitas yang dihasilkan varietas cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan angka produksi jagung manis (Poehlman dan Sleeper 1994).

Tahapan dalam program pemuliaan tanaman jagung manis hibrida setelah persilangan dan seleksi adalah evaluasi daya gabung dan heterosis. Evaluasi daya gabung terdiri daya gabung umum (DGU) dan daya gabung khusus (DGK). Informasi daya gabung diperlukan untuk memilih tetua yang memiliki kombinasi hasil persilangan yang berpotensi hasil tinggi (Guerrero et al. 2014). Informasi heterosis digunakan untuk memilih hasil persilangan (F1) potensial yang mengalami peningkatan nilai tengah dibandingan kedua tetuanya.

Penelitian mengenai evaluasi daya gabung dan heterosisis untuk mengevaluasi hibrida jagung manis belum banyak dilakukan di dalam negeri. Efek dari hal ini adalah kurang adaptifnya varietas hibrida yang digunakan petani dimana kebanyakan varietas yang digunakan merupakan varietas introduksi. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui tetua yang memiliki kombinasi hasil persilangan yang berpotensi tinggi dan hibrida yang memiliki nilai heterosis tinggi. Hal tersebut dapat dilanjutkan untuk perakitan varietas jagung manis hibrida yang memiliki potensi hasil tinggi dan adaptif terhadap kondisi lingkungan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan tetua yang memiliki daya gabung umum dan daya gabung khusus yang besar

2. Mendapatkan hasil dari persilangan antar tetua yang memiliki nilai heterosis yang tinggi

(14)

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah:

1. Terdapat tetua yang memiliki daya gabung umum dan khusus yang tinggi 2. Terdapat galur hasil persilangan yang mempunyai nilai heterosis yang tinggi 3. Terdapat hibrida F1 yang memiliki potensi hasil melebihi tetua dan varietas

pembanding.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Jagung Manis

Jagung manis merupakan tanaman dari famili Graminae (rerumputan).

Jagung manis merupakan tanaman monokotil dan herbasius yang tumbuh sepanjang tahun (Rubatzky dan Yamaguchi 1995). Jagung manis merupakan tanaman berumah satu dimana bunga jantan (tassel) dan bunga betina (silk) terletak pada bunga yang berbeda namun pada satu tanaman (Syukur dan Aziz 2013). Bunga jantan pada jagung manis tumbuh pada ujung tanaman dan bunga betina tumbuh pada ketiak daun (Rubatzky dan Yamaguchi 1995).

Tanaman jagung manis mempunyai struktur akar serabut. Perakaran pada jagung manis terdiri dari akar primer dan akar sekunder atau akar adventif. Pertumbuhan akar diawali dengan adanya akar primer setelah adanya perkecambahan. Akar sekunder merupakan akar yang berkembang pada buku batang setelah adanya proses pembumbunan (Rubatzky dan Yamaguchi 1995).

Batang tanaman jagung manis mempunyai struktur yang kaku. Tinggi batang tanaman jagung manis berkisar antara 1.5-2.5 m (Syukur dan Aziz 2013). Batang tanaman jagung manis terbungkus oleh pelepah daun yang tersusun berseling. Daun tanaman jagung manis berasal dari setiap buku batang. Daun tanaman jagung manis mempunyai bulu pada permukaan dan tepi daun. Hal ini membedakan antara daun tanaman sorghum dan jagung manis.

Tanaman jagung manis memiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut

karyopsis (Tracy 2001). Biji pada tanaman jagung manis tersusun pada tongkol.

Endosperma biji tanaman jagung manis mengandung gula dalam bentuk sukrosa dan sebagian kecil glukosa, fruktosa, dan maltosa. Biji jagung manis juga mengandung amilosa dan amilopektin dalam jumlah yang cukup rendah (Rubatzky dan Yamaguchi 1995).

Syarat Tumbuh

(15)

antara 6.0-6.5 (Syukur dan Aziz 2013). Jagung manis mempunyai umur panen sampai dengan 70 hari setelah tanam (HST). Tanaman jagung manis dengan umur genjah umunya banyak dikembangkan karena dapat meningkatkan intensitas penanaman dan produksi.

Hama dan penyakit yang ada pada jagung manis terdiri dari beberapa macam. Hama yang ada pada jagung manis adalah hama ludi, ulat tanah, lalat bibit, ulat grayak, penggerek batang, dan penggerek tongkol. Penyakit yang umum menyerang jagung manis adalah bulai, hawar daun, karat daun, penyakit gosong, dan bakteri busuk batang (Rubatzky dan Yamaguchi 1995).

Genetika Jagung Manis

Jagung manis merupakan jagung pipilan (field corn)yang mengalami mutasi pada gen resesif su1 (Rubatzky dan Yamaguchi 1995). Kromosom pada jagung manis tersusun seperti jagung pada umumnya yaitu 2n = 2x = 20 (Syukur dan Aziz 2013). Pada jagung manis untuk varietas komersial juga terdapat beberapa gen yang berjumlah delapan gen resesif yang digunakan untuk varietas komersial. Gen yang menyusun kemanisan tersebut seperti : (1) amylose-extender 1 (ae1);

britle 1(bt1);britle 2 (bt2);sugary 1(su1); sugary enhancer (se);shrunken (sh2);

dull 1 (du1); dan waxy 1 (wx1) (Tracy 2001). Gen pengendali kemanisan pada

jagung manis terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang mengakumulasi gula pada biji dan mereduksi pati pada saat menjadi benih. Gen kelompok pertama terdiri dari gen: bt1, bt2, sh2, se (Boyer dan Shannon 1984). Gen ini meningkatkan kadar gula dan menurunkan kadar pati (Pulam dan Lertrat 2007). Kelompok kedua adalah gen yang mengubah tipe dan kandungan polisakarida yang dihasilkan. Kelompok kedua terdiri dari gen : ae1,

su1, du1,se1, danwx1 (Nelson 1980). Pengendali rasa manis tersebut merupakan

gen resesif yang terekspresi sehingga perlu adanya pemisahan saat penanaman (Irianyet al.2011).

Jagung manis termasuk kedalam tanaman menyerbuk silang seperti jagung pada umumnya (Poehlman dan Sleeper 1994). Jagung manis mempunyai dua jenis varietas berdasarkan genetiknya yaitu varietas bersari bebas dan varietas hibrida.

Daya Gabung

Daya gabung merupakan kemampuan tetua untuk dikombinasikan dengan tetua lain untuk menghasilkan varietas hibrida yang diinginkan (Akinci 2009). Daya gabung menentukan tetua mana yang dapat dikombinasikan dengan tetua lainnya untuk menghasilkan hibrida yang diinginkan. Daya gabung terdiri dari dua yaitu daya gabung umum dan daya gabung khusus.

(16)

(Singh dan Chaudary 1979). Nilai daya gabung umum yang tinggi dari satu galur yang diuji menunjukan bahwa galur tersebut mempunyai kemampuan bergabung dengan baik (Allard 1960).

Daya gabung khusus merupakan penampilan hasil persilangan kombinasi tertentu. Daya gabung khusus suatu galur dapat memberikan tanda tentang evaluasi aksi gen non aditif dan juga persilangan galur atau kombinasi yang dapat menghasilkan hibrida yang diinginkan (Tan 2010). Nilai persilangan yang baik antara suatu galur yang diuji dengan galur yang disilangkan menandakan bahwa nilai daya gabung khusus yang tinggi dari hasil kombinasi galur tersebut (Poehlman dan Sleeper 1994).

Daya gabung dari suatu galur yang diperoleh dapat memberikan informasi mengenai kombinasi yang dapat menghasilkan turunan yang berpotensi hasil tinggi. Nilai daya gabung galur yang tinggi tidak selalu mempunyai nilai daya gabung khusus yang tinggi pula. Karakter yang dapat dievalusai dengan efek daya gabung umum dan khusus, diantaranya berat biji, tinggi tanaman, dan ketahanan penyakit (Irianyet al.2011).

Heterosis

Varietas hibrida merupakan varietas hasil persilangan F1 yang memanfaatkan adanya sifat heterosis. Heterosis merupakan keunggulan turunan F1 diatas kisaran tetunya yang terdiri dari satu atau beberapa karakter (Syukur et al. 2012). Gejala heterosis pada tanaman juga sering disebut hybrid vigordimana sifat vigor yang baik dan produktivitas yang melebihi tetuanya (Acquah 2007). Heterosis disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adanya gen–gen dominan yang terkumpul pada individu (Kumar et al. 2013). Penyebab ini dinamanakan hipotesis dominan. Teori tentang penyebab heterosis selain akumulasi gen dominan adalah teori overdominan. Heterosis terjadi karena adanya interaksi antar gen dalam satu lokus. Alel dengan susunan heterozigot akan lebih unggul dari pada alel dengan susunan homozigot. Teori lain mengenai adanya heterosis adalah adanya interaksi antar alel yang berbeda. Teori ini menyatakan bahwa heterosis diakibatkan oleh ada nya interaksi gen–gen dominan pada lokus yang berbeda. Nilai heterosis dihitung dengan cara membandingkan antara selisih F1 dengan rata-rata kedua tetuanya. Nilai heterosis dapat juga dihitung dengan cara membandingkan antara F1 dengan rata-rata penampilan tetua terbaik (Syukuret al. 2012).

METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat

(17)

kandang kambing dengan dosis 10 ton ha-1. Pupuk anorganik yang digunakan yaitu urea, SP36, dan KCL. Dosis yang digunakan untuk pupuk anorganik yaitu 300 kg ha-1urea, 200 kg ha-1SP36, dan 100 kg ha-1KCl. Pengendalian hama dan penyakit berupa pestisida dengan bahan aktif Carbofuran 20 kg ha-1, insektisida dengan bahan aktif Profenofos dan Beta Siflutrin dengan dosis masing – masing 2 cc L-1. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat pertanian, jangka sorong, timbangan digital, kamera, alat tulis, meteran kayu panjang, dan hand

refractometer, dan kamera.

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo, Dramaga, Bogor dengan ketinggian 205 mdpl. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan dimulai dari bulan November 2014 hingga bulan Januari 2015.

Prosedur Penelitian Persiapan Lahan

Jarak tanam yang digunakan pada percobaan ini adalah 0.75 m x 0.25 m. Setiap genotipe ditanam dalam satu petakan dengan ukuran petak 3 m x 2 m. Ukuran tiap petakan ulangan adalah 15 m x 13 m. Secara keseluruhan lahan yang digunakan adalah ± 600 m2. Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan traktor dan cangkul. Pupuk kandang dengan dosis 10 ton ha-1diaplikasikan pada persiapan lahan.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dua kali aplikasi. Aplikasi pertama pada saat 7 HST yaitu 150 kg ha-1 urea, 200 kg ha-1 SP36, dan 100 kg ha-1 KCl. Aplikasi kedua pada saat umur 30 HST yaitu urea dengan dosis 150 kg ha-1. Pupuk diaplikasikan dengan cara dialur di samping tanaman.

Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penyiangan gulma, penyiraman, pengendalian hama dan penyakit, dan pembumbunan. Penyulaman dilakukan pada 1 MST. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan pembumbunan pada umur 4 dan 6 MST. Peyiraman dilakukan secara intensif pada fase pertumbuhan awal. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan aplikasi insektisida berbahan aktif Carbofuran.

Pengamatan

Peubah kuantitaf dan kualitatif yang diamati adalah : 1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur pada saat tanaman mulai berbunga. Pengukuran tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah sampai ujung malai. Pengukuran dilakukan pada 10 tanaman contoh.

2. Bentuk Penampang Batang

(18)

3. Diameter Batang (mm)

Diameter batang jagung diukur saat tanaman sudah berbunga dan diukur 10 cm di atas permukaan tanah.

4. Warna Batang

Warna batang pada jagung manis dibedakan menjadi hijau, hijau tua, dan hijau kekuningan dan dikuantifikasikan menurut RSHScolor chart.

5. Bentuk Daun

Bentuk daun dibedakan menjadi beberapa jenis dan diukur saat mulai berbunga. Bentuk daun diantaranya :

Gambar 1 Bentuk daun jagung 6. Warna Daun

Warna daun diklasifikasikan menjadi beberapa warna yang telah diklasifikasikan berdasarkan indeks pada RSHScolor chart.

7. Umur Berbunga (HST)

Umur berbunga betina dibedakan menjadi beberapa klasifikasi sebagai berikut : sangat genjah (< 38 hst), sangat genjah hingga genjah (38 - 41 hst), genjah (41.1 - 44 hst), genjah hingga sedang (44.1 - 47 hst), sedang (47.1 - 50 hst), sedang hingga lambat (50.1 - 53 hst), lambat (53.1 - 56 hst), lambat hingga sangat lambat (56.1 - 59 hst) sangat lambat (> 59 hst) .

8. Umur Panen (HST)

Umur panen ditentukan saat tanda – tanda siap panen muncul yaitu rambut pada kelobot jagung telah mengering.

9. Bentuk Tongkol

Bentuk tongkol jagung diklasifikasikan menjadi : conical, conico cylindrical,

dancylindrical.

(19)

10. Panjang Tongkol (cm)

Panjang tongkol diukur dari ujung bawah hingga ujung atas tongkol.

11. Panjang Malai (cm)

Panjang malai dikukur menurut ketentuan yang sudah ada.

12. Warnasilk

Warnasilkdibedakan menjadi kuning, putih, dan kuning keputihan. 13. Bentuk Malai

Bentuk malai terdiri dari bentuk kompak, sudut, sudut besar, dan besar terbuka. bBentuk malai diterapkan padatasselatau bunga jantan.

14. Diameter Tongkol (mm)

Diameter tongkol diukur dengan cara menggunakan jangka sorong. Bagian yyang diukur meliputi diameter ujung tongkol, tengah tongkol, dan bagian bbawah tongkol, kemudian dihitung rata-ratanya.

15. Jumlah Baris Biji (baris)

Jumlah baris pertongkol dihitung dengan cara menghitung baris pada satu lilingkar tongkol.

16. Warna Biji

Warna diklasifikasikan menjadi beberapa warna. Warna kuning dan kuning kkeputihan.

17. Bobot Tongkol Berkelobot (g)

Bobot tongkol ditimbang untuk tongkol sampel yang masih berkelobot. 18. Bobot Tongkol Tanpa Kelobot (g)

Bobot tongkol ditimbang untuk tongkol sampel yang telah dipisahkan kkelobotnya.

19. Jumlah Tanaman Per petak Menjelang Panen (tanaman)

Jumlah tanaman dalam satu petak genotipe dihitung menjelang panen. 20. Jumlah Tongkol Per petak (tongkol petak-1)

Jumlah tongkol perpetak dihitung dari keseluruhan populasi dalam satu genotipe.

Gambar 3 Pengukuran panjang tongkol jagung

(20)

21. Kebutuhan Benih Per hektar (benih hektar-1)

Kebutuhan benih dalam satu hektar disesuaikan dengan jarak tanam yang ddigunakan. Rumus yang digunakan [10 000 m2: (0.8 x 0.25)]

22. Daya Tumbuh (%)

Daya tumbuh dihitung pada umur 1 MST dengan melihat presentase tanaman yyang tumbuh.

23. Ketahanan Tehadap Bulai (%)

Pengamatan materi yang terserang bulai dilakukan pada tanaman berumur 22, 229, dan 36 hari setelah tanam (HST). Setelah itu data berupa rasio tanaman tterinfeksi dengan rumus sebagai berikut :

L = (A/B) x 100%

Keterangan: L = luas serangan

A = Jumlah tanaman terinfeksi

B = Jumlah tanaman yang tidak terinfeksi 24. Kadar Gula (0brix)

Tingkat kemanisan diukur dengan hand refractometer. Pengukuran dilakukan ppada tongkol sampel yang sebelumnya telah diselfing. Setelah itu tongkol ddipanen umur 18 – 24 hari setelah penyerbukan. Tingkat kemanisan jagung ddiukur dengan pipilan jagung yang dihaluskan dan diambil dari tiap genotipe. 25. Kerebahan (tanaman)

Kerebahan dihitung tiap petakan pada tanaman yang rebah 26. Produktivitas (ton ha-1)

Hasil (ton ha-1) = Produksi : Luasan Lahan 27. Tinggi Letak Tongkol (cm)

Tinggi letak tongkol diukur dari permukaan tanah.

Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan faktor tunggal yaitu genotipe tanaman. Percobaan ini terdiri dari 30 genotipe dengan 3 ulangan sehingga terdapat 90 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 30 individu tanaman yang ditanam dalam tiga baris sehingga terdapat 2700 individu tanaman. Model aditif linier yang digunakan adalah (Matjik dan Sumertajaya 2013) :

Yij= µ + αi+ βj+ εij

i = 1,2,3,....,30 dan j = 1,2,3 Keterangan :

Yij = respon pengamatan dari genotipe ke-i, kelompok ke-j µ = nilai tengah populasi

αi = pengaruh genotipe ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j

εij = pengaruh galat percobaan genotipe ke-i, kelompok ke-j

(21)

metode Griffing II. Uji lanjut BNT digunakan untuk mengetahui perbedaan genotipe antar tetua ataupun antar hibrida untuk nilai DGU dan DGK. Heterosis dihitung berdasarkan nilai tetua terbaik dan rata-rata dari nilai kedua tetua.

Analisis Perbedaan Genotipe

Tabel 1 Analisis ragam perbedaan genotipe

Sumber

keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F

Ulangan (R) r – 1

Keterangan: r = jumlah ulangan, t = jumlah perlakuan, JK = jumlah kuadrat, KT = kuadrat tengah, JKR = jumlah kuadrat replikasi, JKT = jumlah kuadrat perlakuan.

Analisis Daya Gabung

Analisis daya gabung dilakukan jika terdapat perbedaan nyata genotipe pada analisis ragam (Iriany et al.2011). Analisis daya gabung umum dan daya gabung khusus dilakukan menggunakan model 1 metode II Griffing (1956), sebagai berikut:

Yij= m + gi+ gj+ sij+ rij dimana:

Yij = rata – rata genotipe ke i x j M = nilai rata – rata umum

gi = efek daya gabung umum tetua ke-i gj = efek daya gabung umum tetua ke-j

sij = efek DGK untuk persilangan anatara tetua ke-i dan tetua ke-j, sedemikian sehingga sij = sji

rij = pengaruh resiprokal untuk persilangan anatara tetua ke-i dan tetua ke-j, sedemikian sehingga rij= rji = pengaruh galat percobaan pada pengamatan ke ijk

i = j = 1,2,3,...,7 (galur)

(22)

Tabel 2 Analisis ragam daya gabung metode 2 model 1 dari Griffing.

Sumber

keragaman Derajat bebas Jumlah kuadrat Kuadrat tengah F

DGU p – 1 Sg

Keterangan: p: jumlah tetua, r: jumlah ulangan, t: jumlah perlakuan, DGU: daya gabung umum, DGK: daya gabung khusus, KTDGU: kuadrat tengah daya gabung umum, KTDGK: kuadrat tengah daya gabung khusus, KTGalat: kuadrat tengah galat.

Bila dalam analisis daya gabung (Tabel 2), kuadrat tengah DGU dan DGK mempunyai nilai yang berbeda nyata terhadap galat maka nilai daya gabung dapat dihitung secara tersendiri. Perhitungan nilai mengacu pada Singh and Chaudhary (1979) sebagai berikut:

Nilai heterosis dapat dihitung jika pada nilai DGK berbeda nyata pada uji F taraf 5% sehingga terdapat efek heterosis. Nilai heterosis dinyatakan dalam (%) dan dihitung dengan perhitungan sebagai berikut (Halloran 1979):

1. Heterosis tetua tertinggi (High-parentheterosis) atau heterobeltiosis

HPH = X100

HP HP) (F1

2. Heterosis rata-rata tetua (Mid-parentheterosis)

MPH = X100

(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum dan Karakter Kualitatif

Penyakit yang menyerang pada awal penanaman adalah bulai. Bulai menyerang pada umur 4 minggu dimana terdapat beberapa genotipe yang banyak terserang bulai (JM14 X JM7 dan JM16 X JM7). Rata-rata serangan bulai tidak mencapai kisaran 50% pada umur 4 minggu.

Hama yang menyerang pada penelitian adalah hama ulat tongkol. Ulat tongkol menyerang pada fase munculnya bunga betina dimana terdapat telur yang masuk pada calon tongkol dan pada waktu tongkol masak ulat menyerang (Pracaya 2011). Hama lain yang menyerang adalah kutu pada bunga jantan. Kutu pada bunga jantan mulai menyerang pada saat akan mulai muncul bunga jantan yang masih tertutup daun. Pengendalian dilakukan dengan cara memberikan insektisida berbahan aktif Carbofuran pada bunga jantan.

Bentuk tongkol semua hibrida adalah conyco cylindrical kecuali untuk F1 JM8 X JM2, JM16 X JM7, dan JM17 X JM7 yang berbentuk cylindrical. Bentuk tongkol conical ditemui untuk seluruh tetua yang diujikan. Warna biji pada seluruh genotipe adalah kuning kecuali untuk F1 JM14 X JM2 dan tetua JM14-4-10-10-13-15 yang berwarna kuning keputihan (Lampiran 1).

Bentuk tassel yang ada pada seluruh genotipe yang diamati adalah kompak bersudut. Peubah warna silk pada seluruh genotipe yang diamati adalah warna kuning keputihan kecuali pada F1 JM2 X JM6 dan JM7 X JM2 yang berwarna kuning. Bentuk batang oval pada seluruh genotipe yang diamati. Bentuk daun pada seluruh genotipe yang diamati adalah runcing. Warna daun adalah (137A) menurut RSHS color chart. Warna batang adalah (144A) menurut RSHS color

chart(Lampiran 1).

(24)

Rekapitulasi Kuadrat Tengah

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata pada seluruh peubah kuantitatif yang diamati kecuali kerebahan, dan serangan bulai. Analisis ragam menunjukan pengaruh yang sangat nyata antar blok ulangan pada seluruh peubah yang diamati kecuali pada peubah kadar gula, tanaman menjelang panen, daya tumbuh, kerebahan, jumlah tongkol per petak dan serangan bulai (Tabel 3).

Analisis daya gabung menunjukan adanya pengaruh yang sangat nyata dan nyata pada nilai daya gabung umum untuk semua peubah kecuali umur berbunga, jumlah tanaman menjelang panen, jumlah tongkol per petak, dan serangan bulai. Analisis nilai daya gabung khusus menunjukan adanya pengaruh yang nyata dan sangat nyata pada semua peubah yang diamati kecuali serangan bulai (Tabel 3).

Tabel 3 Rekapitulasi nilai kuadrat tengah

Peubah Ulangan Genotipe Tetua (T) HibridaKuadrat tengah

(H) T vs H DGU DGK Tinggi letak tongkol 2409.2** 780.1** 1058.3** 317.0* 8094.3** 332.8** 234.8** Bobot tongkol tanpa

kelobot 43709.2** 6361.1** 5920.6** 1959.3* 97389.4** 580.2** 2565.9** Panjang tongkol 59.6** 9.0** 91.0** 50.6tn 130.2** 3.2** 3.4** Kadar gula 2.5tn 146.7** 5.5** 3.4** 44.4** 2.4** 1.6** Umur panen 165.5** 34.0** 37.0tn 70.4tn 933.4** 16.7** 35.9** Baris biji 3.4** 4.5** 5.3** 1.4tn 24.3** 3.8** 2.9** Umur berbunga 282.4** 39.2** 5.2** 0.6tn 220.7** 1.8tn 12.1** Tinggi tanaman 7000.7** 1594.1** 5.6** 1.1tn 73.4** 4.6** 4.9** Bobot tongkol

berkelobot 123232.5** 12158.4** 6.9** 1.8* 127.9** 5.9** 8.1** Diameter tongkol 155.2** 34.9** 6.3** 4.1** 102.3** 4.5** 9.3** Diameter batang 101.1** 20.8** 6.9** 1.3tn 20.0** 8.3** 1.8* Panjang malai 24.4* 64.5** 16.9** 2.0* 124.0** 9.3** 10.0** Produktivitas 124.8** 18.2** 6.1** 2.1* 96.6** 2.3* 7.7** Daya tumbuh 65.2tn 302.1** 5.6** 6.5** 0.4tn 14.2** 3.8** Jumlah tanaman

menjelang panen 14.3tn 11.7** 3.0* 0.6tn 78.7** 1.1tn 4.9** Jumlah tongkol per

(25)

Daya Gabung Umum

Daya gabung umum terbaik untuk umur panen terdapat pada tetua JM16-6A-15-2B-8 (-0.5). Daya gabung umum terbaik untuk umur panen diharapkan mempunyai nilai negatif yang menunjukan umur yang lebih genjah (Daryanto 2009). Daya gabung umum terbaik untuk kadar gula terdapat pada tetua JM8-4-3-1-15-14 dan JM2-2(6)-2(5)-9-10-6-16A-13 (0.7). Daya gabung umum terbaik pada bobot tongkol tanpa kelobot terdapat pada tetua JM8-4-3-1-15-14 (18.9). Daya gabung umum terbaik pada panjang tongkol terdapat pada tetua JM14-4-10-10-13-15 (0.8). Daya gabung umum panjang tongkol dipilih pada nilai yang positif dan besar (Conrado et al. 2014). Daya gabung umum terbaik pada tinggi letak tongkol terdapat pada tetua JM17-6-13-1-12 (-6.8) (Tabel 4). Tabel 4 menunjukan minimal terdapat sepasang tetua yang memiliki nilai daya gabung yang berbeda pada peubah umur panen, tinggi letak tongkol, bobot tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol, dan kadar gula.

Tabel 4 Nilai daya gabung umum umur panen, tinggi letak tongkol, bobot ttongkol tanpa kelobot, panjang tongkol, dan kadar gula

Keterangan: UP : Umur Panen; TLT: Tinggi letak tongkol; BTTK: Bobot Tongkol Tanpa Kelobot; PT: Panjang Tongkol; KG: Kadar Gula.

Daya gabung umum terbaik pada tinggi tanaman terdapat pada tetua JM8-4-3-1-15-14 (10.7). Daya gabung umum terbaik pada diameter batang terdapat pada tetua JM17-6-13-1-12 (2.6). Daya gabung umum terbaik pada panjang malai terdapat pada tetua JM14-4-10-10-13-15 (2.5). Penelitian megenai daya gabung umum pada peubah diameter batang dan tinggi tanaman sesuai dengan Rifiantoet al. (2013). Daya gabung umum terbaik pada serangan bulai terdapat pada tetua JM8-4-3-1-15-14 (-2.1). Daya gabung umum terbaik pada kerebahan terdapat pada tetua JM7-4-5-3A-14 (-0.6) (Tabel 5). Daya gabung umum terbaik pada tinggi tanaman, diameter batang, dan panjang malai dipilih untuk nilai yang positif dan besar (Haddadi et al. 2014). Tabel 5 menunjukan minimal terdapat sepasang tetua yang memiliki nilai daya gabung umum yang berbeda pada peubah tinggi tanaman, diameter batang, panjang malai, dan kerebahan.

Tetua

Nilai Daya Gabung Umum

UP TLT BTTK PT KG

JM17-6-13-1-12 0.8 -6.8 -2.4 -0.5 -0.8

JM16-6A-15-2B-8 -0.5 -5.2 -2.7 -0.6 -0.5

JM14-4-10-10-13-15 -1.3 6.1 9.4 0.8 0.2

JM8-4-3-1-15-14 -0.5 5.7 18.9 0.6 0.7

JM7-4-5-3A-14 1.0 -2.5 7.0 -0.0 0.2

JM6-1-4-10-6-3-1 0.7 5.7 -27.1 -0.7 -0.1

JM2-2(6)-2(5)-9-10-6-16A-13 0.0 -2.9 -3.7 0.4 0.7

(26)

Tabel 5 Nilai daya gabung umum tinggi tanaman, diameter batang, panjang malai, bbulai, dan kerebahan

Tetua

Nilai Daya Gabung Umum

TT DB PM Bu Ke

JM17-6-13-1-12 -4.5 2.6 -0.5 0.8 -0.3

JM16-6A-15-2B-8 -3.5 -1.1 -1.3 0.4 1.1

JM14-4-10-10-13-15 9.0 0.5 2.5 0.0 0.3

JM8-4-3-1-15-14 10.7 0.7 0.3 -2.1 -0.2

JM7-4-5-3A-14 -11.6 -1.6 -1.7 2.1 -0.6

JM6-1-4-10-6-3-1 -0.9 -1.3 -1.0 -1.3 0.1

JM2-2(6)-2(5)-9-10-6-16A-13 0.7 0.2 1.6 0.0 -0.3

BNT 5% 15.2 2.1 2.1 tn 1.4

Keterangan: TT: Tinggi Tanaman; DB: Diameter Batang; PM: Panjang Malai; Bu: Bulai; Ke: Kerebahan; tn: analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh genotipe tidak nyata pada taraf 5%.

Daya gabung umum terbaik pada bobot tongkol berkelobot terdapat pada tetua JM8-4-3-1-15-14 (33.1). Daya gabung umum terbaik baris biji terdapat pada tetua JM8-4-3-1-15-14 (0.9). Daya gabung umum terbaik diameter tongkol terdapat pada tetua JM2-2(6)-2(5)-9-10-6-16A-13 (1.5). Daya gabung umum terbaik pada produktivitas terdapat pada tetua JM8-4-3-1-15-14 (0.8). Daya gabung umum terbaik pada bobot tongkol berkelobot dipilih untuk nilai yang positif dan besar (Kumar et al. 2014) (Tabel 6). Tabel 6 menunjukan terdapat minimal sepasang tetua yang memiliki nilai daya gabung umum yang berbeda pada peubah bobot tongkol berkelobot, jumlah, tongkol pertanaman, baris biji, diameter tongkol, dan produktivitas.

Tabel 6 Nilai daya gabung umum bobot tongkol berkelobot, jumlah, tongkol per tanaman, baris biji, diameter tongkol, dan produktivitas

Keterangan: BTB: Berat Tongkol Berkelobot; JTT: Jumlah Tongkol per tanaman; BB: Baris Biji; DT: Diameter Tongkol; Pr: Produktivitas.

Tetua

Nilai Daya Gabung Umum

BTB BB DT Pr

JM17-6-13-1-12 -1.8 -0.1 0.2 -0.1

JM16-6A-15-2B-8 -22.3 0.1 0.3 -0.3

JM14-4-10-10-13-15 5.6 -0.01 -0.4 0.1

JM8-4-3-1-15-14 33.1 0.9 0.3 0.8

JM7-4-5-3A-14 -9.9 0.2 -1.1 -0.3

JM6-1-4-10-6-3-1 -16.3 -1.2 -0.9 -0.6

JM2-2(6)-2(5)-9-10-6-16A-13 11.6 0.1 1.5 0.5

(27)

Daya gabung umum terbaik jumlah tongkol per petak terdapat pada tetua JM14-4-10-10-13-15 (1.2). Daya gabung umum terbaik pada jumlah tanaman menjelang panen terdapat pada tetua JM14-4-10-10-13-15 (1.3). Daya gabung umum terbaik pada daya tumbuh terdapat pada tetua JM8-4-3-1-15-14 dan JM14-4-10-10-13-15 (6.1). Daya gabung umum terbaik pada kebutuhan benih per hektar terdapat pada tetua JM8-4-3-1-15-14 dan JM14-4-10-10-13-15 (-3226.4). Daya gabung umum terbaik pada umur berbunga terdapat pada tetua JM14-4-10-10-13-15 (-0.9) (Tabel 7). Tabel 7 menunjukan terdapat minimal sepasang tetua yang memiliki nilai daya gabung umum yang berbeda pada peubah daya tumbuh, kebutuhan benih per hektar, dan umur berbunga.

Tabel 7 Nilai daya gabung umum jumlah tongkol per petak, jumlah tanaman menjelang panen, daya tumbuh, kebutuhan benih per hektar, umur berbunga

Keterangan: JTPP: Jumlah Tongkol Per Petak; JTMP: Jumlah Tanaman Menjelang Panen; DTu: Daya Tumbuh; KBPH: Kebutuhan Benih per Hektar; UB: Umur Berbunga; tn: analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh genotipe tidak nyata pada taraf 5%.

Daya Gabung Khusus

Tujuan dari analisis nilai daya gabung khusus adalah mencari kombinasi tetua dengan pengaruh interaksi yang baik dalam rangka pembentukan hibrida yang lebih unggul dari pada tetuanya (Solomonet al.2012). Nilai daya gabung u

khusus yang diamati pada peubah umur panen, tinggi letak tongkol, bobot tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol, dan kadar gula disajikan pada Tabel 8.

Daya gabung khusus terbaik pada umur panen terdapat pada silangan JM17 X JM7 (-4.0). Nilai negatif pada daya gabung khusus umur panen menunjukan potensi umur panen lebih genjah yang dihasilkan dari persilangan dua tetua (Mardiawati 2013) (Tabel 8). Daya gabung khusus terbaik pada tinggi letak tongkol terdapat pada silangan JM14 X JM8 (-6.5). Daya gabung khusus terbaik pada bobot tongkol tanpa kelobot terdapat pada silangan JM17 X JM14 (57.4). Daya gabung khusus terbaik pada panjang tongkol terdapat pada silangan JM17 X JM6 (2.4). Daya gabung khusus terbaik pada kadar gula terdapat pada silangan JM8 X JM2 (2.4). Daya gabung khusus pada kadar

Tetua

Nilai Daya Gabung Umum

JTPP JTMP DTu KBPH UB

JM17-6-13-1-12 0.4 0.4 -7.4 3950.7 0.3

JM16-6A-15-2B-8 -0.1 -0.0 -3.4 1843.6 0.3

JM14-4-10-10-13-15 1.2 1.3 6.1 -3226.4 -0.9

JM8-4-3-1-15-14 0.1 -0.1 6.1 -3226.4 -0.3

JM7-4-5-3A-14 -0.4 -0.5 -3.7 1975.3 0.7

JM6-1-4-10-6-3-1 -0.7 -0.6 -0.3 131.7 0.2

JM2-2(6)-2(5)-9-10-6-16A-13 -0.6 -0.5 2.7 -1448.5 -0.3

(28)

gula terbentuk dari kedua tetua yang bernilai besar (Sadaiahet al.2013) (Tabel 8). Tabel 8 menunjukan adanya minimal sepasang silangan yang memiliki nilai daya gabung khusus yang berbeda pada peubah umur panen, tinggi letak tongkol, bobot tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol, dan kadar gula.

Tabel 8 Nilai daya gabung khusus umur panen, tinggi letak tongkol, bobot tongkol tanpa kelobot, panjang tongkol, dan kadar gula

Keterangan: UP: Umur panen; TLT: Tinggi letak tongkol; BTTB: Bobot tongkol tanpa

kelobot; PT: Panjang tongkol; KG: Kadar gula.

Daya gabung khusus terbaik pada bobot tongkol tanpa kelobot terdapat pada silangan JM6 X JM16 (94.1). Daya gabung khusus terbaik pada baris biji terdapat pada silangan JM7 X JM2 (2.3). Daya gabung khusus terbaik diameter tongkol terdapat pada silangan JM17 X JM7 (6.2). Daya gabung khusus terbaik pada produktivitas terdapat pada silangan JM17 X JM6 (4.1) (Tabel 9). Nilai daya gabung khusus pada bobot tongkol berkelobot yang besar sesuai dengan penelitian Rifiantoet al.(2013). Nilai daya gabung khusus pada produktivitas terbentuk dari dua nilai daya gabung umum yang besar dan kecil (Reddy et al. 2014). Tabel 9 menunjukan adanya minimal sepasang silangan yang memiliki nilai daya gabung khusus yang berbeda pada peubah bobot tongkol berkelobot, jumlah tongkol pertanaman, diameter tongkol, dan produktivitas.

Hibrida

Nilai daya gabung khusus

UP TLT BTTB PT KG

JM17XJM16 -3.4 3.1 31.6 1.5 0.3

JM17XJM14 -1.3 10.9 57.4 2.2 0.8

JM17XJM8 -1.4 -0.3 -4.0 -0.7 -0.7

JM17XJM7 -4.0 23.0 36.7 0.9 1.6

JM17XJM6 -3.2 18.3 54.5 2.4 0.6

JM17XJM2 -2.5 -2.2 8.8 -0.2 -0.2

JM16XJM14 -2.6 3.6 -1.8 0.2 1.2

JM16XJM8 -0.4 -1.3 38.7 0.5 0.2

JM16XJM7 -1.9 10.4 50.1 1.5 0.3

JM6XJM16 -1.6 18.1 47.6 2.2 0.7

JM16XJM2 -1.9 -1.5 -14.3 -0.2 1.8

JM14XJM8 0.7 -6.5 15.7 -0.1 -0.6

JM14XJM7 -1.5 6.4 23.3 1.4 0.1

JM14XJM6 -1.5 3.5 -4.5 -0.1 0.0

JM14XJM2 -0.8 9.4 8.2 0.6 0.2

JM8XJM7 -2.3 -4.6 23.3 0.0 0.3

JM8XJM6 -1.3 5.3 11.9 0.2 -0.8

JM8XJM2 0.8 3.6 3.3 1.0 2.4

JM6XJM7 -2.8 21.8 10.3 1.5 0.4

JM7XJM2 -0.7 -1.1 -12.2 -0.6 -0.5

JM2XJM6 -2.1 -0.8 19.9 -0.4 1.0

(29)

Tabel 9 Nilai daya gabung khusus bobot tongkol berkelobot, jumlah tongkol pertanaman, diameter tongkol, dan produktivitas

Hibrida

Nilai daya gabung khusus

BTB BB DT Pr

JM17XJM16 32.2 1.0 -1.4 0.6

JM17XJM14 52.7 1.4 -1.6 1.3

JM17XJM8 25.0 0.6 2.3 1.6

JM17XJM7 24.4 0.5 6.2 1.1

JM17XJM6 82.6 1.9 3.4 4.1

JM17XJM2 34.2 0.3 1.2 1.1

JM16XJM14 -3.1 -0.4 -0.3 -0.9

JM16XJM8 3.1 0.4 0.6 0.4

JM16XJM7 56.7 2.0 5.4 3.6

JM6XJM16 94.1 2.0 4.5 3.8

JM16XJM2 0.8 -1.3 1.3 0.1

JM14XJM8 23.6 -1.6 0.6 -0.2

JM14XJM7 -15.3 -0.3 1.9 -1.0

JM14XJM6 66.7 0.8 0.7 2.7

JM14XJM2 16.3 1.5 4.3 1.8

JM8XJM7 46.1 -0.8 -0.2 0.5

JM8XJM6 -4.2 0.9 1.3 0.0

JM8XJM2 31.8 0.6 0.7 1.4

JM6XJM7 22.8 0.6 0.3 0.5

JM7XJM2 21.9 2.3 1.1 -0.6

JM2XJM6 -8.5 0.0 -4.1 -0.4

BNT 5% 68.3 6.2 3.6 2.8

Keterangan: BTB: Bobot Tongkol Berkelobot; JTT: Jumlah Tongkol Per Tanaman; BB: Baris Biji; DT: Diameter Tongkol; Pr: Produktivitas.

Daya gabung khusus terbaik pada tinggi tanaman terdapat pada silangan JM7 X JM2 (32.7). Nilai daya gabung khusus pada tinggi tanaman yang besar sesuai dengan penelitian Han dan Han (2009). Daya gabung khusus terbaik pada diameter batang terdapat pada silangan JM17 X JM8 (2.6). Nilai daya gabung khusus pada diameter batang yang tinggi sesuai dengan penelitian Rifianto et al.

(30)

Tabel 10 Nilai daya gabung khusus tinggi tanaman, diameter batang, panjang mmalai, panjang malai, kerebahan, dan bulai

Keterangan: TT: Tinggi Tanaman; DB: Diameter Batang; PM: Panjang Malai; Kr: Kerebahan; Bu: Bulai; tn: analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh genotipe tidak nyata pada taraf 5%.

Daya gabung khusus terbaik tongkol per petak terdapat pada silangan JM6 X JM7 (3.7). Daya gabung khusus terbaik pada jumlah tanaman menjelang panen terdapat pada silangan JM8 X JM6 (4.1). Daya gabung khusus terbaik pada daya tumbuh terdapat pada silangan JM17 X JM8 (10.0). Daya gabung khusus terbaik pada kebutuhan benih perhektar terdapat pada silangan JM17 X JM8 (-5316.9). Daya gabung khusus terbaik umur berbunga terdapat pada silangan JM17 X JM2 dan JM16 X JM2 (-3.7) (Tabel 11). Tabel 11 menunjukan adanya minimal sepasang silangan yang memiliki nilai daya gabung khusus yang berbeda pada peubah jumlah tongkol per petak, jumlah tanaman menjelang panen, daya tumbuh, kebutuhan benih per hektar, umur berbunga.

.

Hibrida

Nilai daya gabung khusus

TT DB PM Kr Bu

JM17XJM16 9.3 -0.6 0.1 -1.3 -2.0

JM17XJM14 24.8 -0.4 1.9 -1.1 0.6

JM17XJM8 -4.3 2.6 -0.5 0.4 0.5

JM17XJM7 19.2 0.6 3.2 0.1 -2.6

JM17XJM6 25.6 1.4 4.7 -0.3 4.2

JM17XJM2 2.3 -1.7 1.6 0.5 -2.7

JM16XJM14 -6.8 0.4 0.1 -1.7 -5.7

JM16XJM8 19.4 1.1 4.4 -0.8 3.1

JM16XJM7 12.6 2.3 4.7 -1.1 1.1

JM6XJM16 11.2 2.3 4.9 -2.5 1.2

JM16XJM2 10.2 1.2 1.9 -1.0 -5.8

JM14XJM8 8.5 1.2 0.7 0.7 -4.3

JM14XJM7 5.0 -0.5 1.6 -0.3 -1.9

JM14XJM6 7.8 1.6 0.9 2.3 6.1

JM14XJM2 -5.0 -0.2 -1.4 1.1 0.2

JM8XJM7 20.9 2.0 4.0 -0.4 0.2

JM8XJM6 17.2 0.9 6.9 0.2 -1.9

JM8XJM2 -6.8 -0.7 -4.5 0.0 -2.1

JM6XJM7 8.7 0.7 0.3 -0.8 0.6

JM7XJM2 32.7 0.5 2.5 0.7 -3.0

JM2XJM6 0.1 0.8 1.1 -0.7 1.6

(31)

Tabel 11 Nilai daya gabung khusus jumlah tongkol per petak, jumlah tanaman mmenjelang panen, daya tumbuh, kebutuhan benih per hektar, umur bberbunga

Keterangan: JTPP: Jumlah Tongkol Per petak; JTMP: Jumlah Tanaman Menjelang Panen; DTu: Daya Tumbuh; KBPH: Kebutuhan Benih per Hektar; UB: Umur Berbunga.

Keragaan Tetua, Hibrida, dan Nilai Heterosis

Nilai heterosis digunakan untuk mengetahui keunggulan hibrida atau F1 dibandingkan nilai tengah rata-rata dari kedua tetuanya. Nilai heterosis yang tinggi akan didapat pada hibrida yang memiliki frekuensi gen dominan yang tinggi. Harapan dari adanya frekuensi gen dominan yang tinggi adalah terkumpulnya gen-gen dominan di berbagai lokus yang akan menutupi gen-gen resesif (Irianyet al.2011).

Hibrida

Nilai daya gabung khusus

JTPP JTMP DTu KBPH UB

JM17XJM16 1.9 1.9 -21.6 11539.2 -2.3

JM17XJM14 1.4 1.3 4.4 -2353.9 -0.8

JM17XJM8 1.8 2.0 10.0 -5316.9 -2.3

JM17XJM7 3.3 3.4 5.3 -2814.9 -3.3

JM17XJM6 1.9 1.9 0.8 -378.6 -3.1

JM17XJM2 1.8 1.8 -5.6 2979.5 -3.7

JM16XJM14 0.5 0.4 3.8 -2024.7 -1.8

JM16XJM8 3.0 3.1 7.1 -3802.5 -2.3

JM16XJM7 1.4 1.6 9.1 -4856.0 -3.0

JM6XJM16 3.0 3.0 -6.6 3506.2 -2.9

JM16XJM2 3.3 3.2 -5.1 2716.1 -3.7

JM14XJM8 -0.0 0.2 9.6 3045.3 0.2

JM14XJM7 3.1 3.3 9.6 -5119.4 -1.5

JM14XJM6 -2.2 -2.3 2.8 -1498.0 -1.7

JM14XJM2 0.3 0.3 -3.5 1860.1 -1.2

JM8XJM7 2.9 1.3 -2.6 1399.2 -0.7

JM8XJM6 3.9 4.1 -0.5 279.8 0.1

JM8XJM2 -1.9 -1.7 3.1 -1695.5 -1.7

JM6XJM7 3.7 3.8 -8.6 4559.7 -2.0

JM7XJM2 2.9 3.1 -0.4 214.0 -1.4

JM2XJM6 3.9 3.8 -1.6 872.4 -1.5

(32)

Nilai heterosis terbaik umur panen terdapat pada F1 JM17 X JM7 (-12.8%). Nilai heterosis terbaik pada kadar gula terdapat pada F1 JM16 X JM2 (43.8%). Nilai tengah terbaik umur panen terdapat pada F1 JM16 X JM14 (72.2 HST). Nilai tengah terbaik kadar gula terdapat pada F1 JM8 X JM2 (14.9 0brix) (Tabel 12). Nilai heterosis terbaik umur panen menunjukan terjadi penurunan umur panen 12.8% F1 dibanding rata-rata nilai tengah kedua tetuanya. Nilai heterosis yang tinggi pada kadar gula tidak selalu diikuti oleh nilai kadar gula yang tinggi pada hibrida yang dihasilkan sesuai dengan penelitian Izhar dan Chakraboty (2013).

Tabel 12 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk umur panen dan kadar gula

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%; P1: Tetua Betina; P2: Tetua Jantan; F1: Hibrida; MPH: heterosis.

Hibrida Umur panen (HST) Kadar gula (

0brix)

F1 P1 P2 MPH(%) F1 P1 P2 MPH(%)

JM2XJM6 75.7c-f 80.3 84.7 -8.3 12.6bc 10.2 9.9 25.6

JM7XJM2 77.3cd 85.7 80.3 -6.8 11.1c-g 9.7 10.2 12.0

JM8XJM2 77.3cd 78.0 80.3 -2.3 14.9a 12.0 10.2 34.4

JM14XJM2 75.0d-g 78.0 80.3 -5.3 12.1bcd 10.6 10.2 16.2

JM16XJM2 74.7efg 82.0 80.3 -8.0 13.1b 8.0 10.2 43.8

JM17XJM2 75.7c-f 86.3 80.3 -9.2 10.8d-g 8.3 10.2 16.2

JM6XJM7 76.0c-f 84.7 85.7 -10.8 11.2c-g 9.9 9.7 14.2

JM8XJM6 76.0c-f 78.0 84.7 -6.6 10.8c-g 12.0 9.9 -1.0

JM14XJM6 75.0d-g 78.0 84.7 -7.8 11.1c-g 10.6 9.9 7.7

JM6XJM16 75.7c-f 82.0 84.7 -9.2 11.2c-g 9.9 8.0 24.7

JM17XJM6 75.3def 86.3 84.7 -11.9 10.7d-g 8.3 9.9 17.3

JM8XJM7 75.3def 78.0 85.7 -7.9 11.9b-e 12.0 9.7 9.9

JM14XJM7 75.3def 78.0 85.7 -7.9 11.2c-g 10.6 9.7 9.7

JM16XJM7 75.7c-f 82.0 85.7 -9.7 10.7c-g 9.9 9.7 21.3

JM17XJM7 75.0d-g 86.3 85.7 -12.8 11.7b-f 8.3 9.7 29.8

JM14XJM8 76.0c-f 78.0 78.0 -2.6 11.3b-g 10.6 12.0 -0.3

JM16XJM8 75.7c-f 82.0 78.0 -5.4 11.5b-g 9.9 12.0 14.9

JM17XJM8 76.0c-f 86.3 78.0 -7.5 10.3d-g 8.3 12.0 1.2

JM16XJM14 72.7g 82.0 78.0 -9.2 11.9b-e 9.9 10.6 28.1

JM17XJM14 75.3def 86.3 78.0 -8.3 11.3b-g 8.3 10.6 18.8

JM17XJM16 74.0fg 86.3 82.0 -12.1 10.1efg 8.3 9.9 23.7

Bonanza 76.7cde 11.9b-e

(33)

Nilai heterosis terbaik pada bobot tongkol tanpa kelobot terdapat pada F1 JM17 X JM16 (194.8%). Nilai heterosis terbaik pada tinggi letak tongkol terdapat pada JM14 X JM8 (-0.7%). Nilai tengah pada bobot tongkol tanpa kelobot dan tinggi letak tongkol tidak menunjukan perbedaan dengan varietas pembanding yang diujikan. Nilai heterosis negatif pada tinggi letak tongkol menunjukan penurunan tinggi letak tongkol F1 dibanding rata-rata nilai tengah kedua tetuanya (Bekeleet al.2013) (Tabel 13).

Tabel 13 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk bobot tongkol tanpa kelobot dan tinggi letak tongkol

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%; P1: Tetua Betina; P2: Tetua Jantan; F1: Hibrida; MPH: heterosis.

Nilai heterosis terbaik pada panjang tongkol terdapat pada F1 JM17 X JM6 (37.9%). Nilai tengah pada peubah panjang tongkol tidak menunjukan perbedaan antara hibrida yang dihasilkan dengan varietas pembanding. Nilai heterosis yang tinggi pada panjang tongkol tidak di ikuti dengan nilai tengah panjang tongkol hibrida yang dihasilkan sesuai dengan penelitian Rameehet al.(2012) (Tabel 14).

Hibrida Bobot tongkol tanpa kelobot (g) Tinggi letak tongkol (cm)

F1 P1 P2 MPH(%) F1 P1 P2 MPH(%)

JM2XJM6 169.4c-h 166.1 56.2 52.4 92.9a-f 81.4 69.1 23.5

JM7XJM2 172.4b-h 130.5 166.1 16.3 84.3b-h 57.8 81.4 21.2

JM8XJM2 198.8a-g 173.8 166.1 17.0 97.1a-e 104.1 81.4 4.8

JM14XJM2 194.3a-g 150.0 166.1 22.9 103.4a-e 89.4 81.4 21.1

JM16XJM2 159.7e-h 99.1 166.1 20.5 81.2d-i 64.2 81.3 11.6

JM17XJM2 183.0a-h 83.1 166.1 46.9 78.9e-h 50.8 81.4 19.4

JM6XJM7 171.4c-h 56.2 130.5 83.6 115.8a 69.1 57.8 82.5

JM8XJM6 184.0a-h 173.8 56.2 60.0 107.5abc 104.1 69.1 24.2

JM14XJM6 158.1fgh 150.0 56.2 53.3 106.2a-d 89.4 69.1 34.0

JM6XJM16 198.16a-g 56.2 99.1 155.2 109.5ab 69.1 64.2 64.3

JM17XJM6 205.4a-g 83.1 56.2 194.8 108.1ab 50.8 69.1 80.3

JM8XJM7 230.6abc 173.8 130.5 51.6 89.3b-g 104.1 57.8 10.3

JM14XJM7 221.0a-f 150.0 130.5 57.6 100.8a-e 89.4 57.8 36.9

JM16XJM7 235.7ab 56.2 130.5 105.4 93.5a-f 69.1 57.8 53.3

JM17XJM7 222.6a-e 83.1 130.5 108.4 104.4a-d 50.8 57.8 92.3

JM14XJM8 224.4a-d 150.0 173.8 38.6 96.0a-e 89.4 104.1 -0.7

JM16XJM8 235.3ab 56.2 173.8 72.5 90.0b-g 69.1 104.1 7.0

JM17XJM8 192.9a-g 83.1 173.8 50.2 89.4b-g 50.8 104.1 15.4

JM16XJM14 185.3a-h 56.2 150.0 48.8 95.2a-e 69.1 89.4 24.0

JM17XJM14 244.8a 83.1 150.0 110.0 100.9a-e 50.8 89.4 44.0

JM17XJM16 207.0a-g 83.1 56.2 127.2 81.8c-i 50.8 69.1 42.4

Bonanza 240.7a 89.7b-g

(34)

Tabel 14 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk panjang tongkol

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%; P1: Tetua Betina; P2: Tetua Jantan; F1: Hibrida; MPH: heterosis.

Nilai heterosis terbaik pada diameter tongkol terdapat pada F1 JM16 X JM7 (32.6%). Nilai heterosis terbaik pada daya tumbuh terdapat pada F1 JM17 X JM7 (28.8%). Nilai tengah terbaik pada diameter tongkol terdapat pada JM14 X JM8 (47.7 mm) yang nyata lebih besar dibandingkan varietas pembanding SG 75 (Tabel 15). Penelitian mengenai adanya efek heterosis pada diameter tongkol dilakukan oleh Abuali et al. (2012) dimana terdapat efek heterosis pada karakter tersebut.

Hibrida Panjang tongkol (cm)

F1 P1 P2 MPH (%)

JM2XJM6 17.9cd 19.3 14.2 6.8

JM7XJM2 18.4bcd 16.3 19.3 3.4

JM8XJM2 20.6ab 19.3 19.3 6.9

JM14XJM2 20.4abc 18.0 19.3 9.2

JM16XJM2 18.2bcd 14.5 19.3 7.9

JM17XJM2 18.3bcd 14.5 19.3 7.9

JM6XJM7 19.4abc 14.2 16.3 27.2

JM8XJM6 18.7a-d 19.3 14.2 11.5

JM14XJM6 18.5a-d 18.0 14.2 15.0

JM6XJM16 19.5abc 14.2 14.5 35.7

JM17XJM6 19.8abc 14.5 14.2 37.9

JM8XJM7 19.2abc 19.3 16.3 7.9

JM14XJM7 20.8ab 18.0 16.3 21.0

JM16XJM7 19.5abc 14.2 16.3 26.5

JM17XJM7 19.0abc 14.5 16.3 23.2

JM14XJM8 19.8abc 18.0 19.3 6.3

JM16XJM8 19.0abc 14.2 19.3 12.6

JM17XJM8 18.0cd 14.5 19.3 6.4

JM16XJM14 18.9abc 14.2 18.0 16.7

JM17XJM14 21.1a 14.5 18.0 29.8

JM17XJM16 19.0abc 14.5 14.2 31.6

Bonanza 19.9abc

(35)

Tabel 15 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk diameter tongkol dan daya ttumbuh

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%; P1: Tetua Betina; P2: Tetua Jantan; F1: Hibrida; MPH: heterosis.

Nilai heterosis terbaik pada umur berbunga terdapat pada F1 JM17 X JM6 (-19.4%). Nilai heterosis terbaik pada umur berbunga menunjukan penurunan umur berbunga 19.4%. Nilai heterosis negatif pada umur berbunga menunjukan penurunan umur berbunga hibrida dibanding dengan rata-rata kdua tetanya sesuai dengan penelitian Ahsan et al. (2013) (Tabel 16). Nilai heterosis terbaik pada produktivitas terdapat pada F1 JM17 X JM6 (194.8%). Nilai heterosis positif dan tinggi pada produktivitas menunjukan peningkatan nilai produktivitas hibrida dibanding rata-rata nilai tengah kedua tetuanya (Rameehet al.2012) (Tabel 16).

Hibrida Diameter tongkol (mm) Daya tumbuh (%)

F1 P1 P2 MPH(%) F1 P1 P2 MPH(%)

JM2XJM6 38.9j-i 42.6 34.8 -3.4 86.7a-e 97.8 92.2 -8.8

JM7XJM2 40.7e-i 32.9 42.6 7.3 73.3ef 72.2 97.8 -13.7

JM8XJM2 41.3d-i 35.8 42.6 -0.7 85.6a-f 92.2 97.8 -9.9

JM14XJM2 42.8c-h 36.8 42.6 4.8 92.2ab 92.2 97.8 -2.9

JM16XJM2 41.9c-i 36.6 42.6 3.6 92.2ab 85.6 97.8 0.6

JM17XJM2 41.5d-i 36.2 42.6 2.9 53.3g 74.4 97.8 -38.1

JM6XJM7 43.9a-g 34.8 32.9 24.6 84.4a-f 92.2 72.2 2.7

JM8XJM6 43.1b-h 35.8 34.8 10.8 91.1ab 92.2 92.2 -1.2

JM14XJM6 42.8c-h 36.8 34.8 12.2 97.8a 92.2 92.2 6.2

JM6XJM16 43.6a-g 34.8 36.6 15.5 95.5a 92.2 85.6 7.5

JM17XJM6 40.5f-i 36.2 34.8 7.9 88.9abc 74.4 92.2 6.7

JM8XJM7 44.9a-f 35.8 32.9 22.8 97.8a 92.2 72.2 18.9

JM14XJM7 41.8d-i 36.8 32.9 16.7 94.4a 92.2 72.2 14.9

JM16XJM7 47.0ab 36.6 32.9 32.6 87.8a-d 85.6 72.2 11.3

JM17XJM7 45.1a-e 36.2 32.9 27.9 94.5a 74.4 72.2 28.8

JM14XJM8 47.7a 36.8 35.8 20.8 91.1ab 92.2 92.2 -1.2

JM16XJM8 46.3a-c 36.6 35.8 18.6 75.6c-f 85.6 92.2 -15.0

JM17XJM8 47.7a 36.2 35.8 22.5 80.0b-f 74.4 92.2 -4.0

JM16XJM14 45.5a-d 36.6 36.8 18.6 80.0a-f 85.6 92.2 -10.0

JM17XJM14 45.1a-e 36.2 36.8 18.1 78.9b-f 74.4 92.2 -5.3

JM17XJM16 45.2a-e 36.2 36.6 19.7 75.5c-f 74.4 85.6 -5.6

Bonanza 44.9a-f 95.5a

(36)

Tabel 16 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk umur berbunga dan pproduktivitas

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%; P1: Tetua Betina; P2: Tetua Jantan; F1: Hibrida; MPH: heterosis.

Nilai heterosis terbaik pada baris biji terdapat pada F1 JM6 X JM7 (56.2%). Nilai heterosis terbaik pada tinggi tanaman terdapat pada F1 JM17 X JM6 (50.8%). Nilai heterosis positif dan tinggi pada tinggi tanaman menunjukan peningkatan tinggi tanaman hibrida dibanding rata-rata kedua tetuanya sesuai dengan penelitian Worajinda et al. (2013). Nilai tengah terbaik pada baris biji terdapat pada JM6 X JM7, JM8 X JM7, JM16 X JM7, dan JM14 X JM8 (17 dan 16 baris biji) yang nyata lebih baik dibanding varietas pembanding SG 75 (Tabel 17).

Hibrida Umur berbunga (HST) Produktivitas (ton ha-1)

F1 P1 P2 MPH(%) F1 P1 P2 MPH(%)

JM2XJM6 52.7de 60.3 60.3 -12.7 9.0d-j 8.9 3.0 52.4

JM7XJM2 53.3c-e 61.7 60.3 -12.6 9.2c-j 7.0 8.9 16.3

JM8XJM2 54.0c-e 57.0 60.3 -8.0 10.6a-i 9.3 8.9 17.0

JM14XJM2 53.3c-e 56.0 60.3 -8.4 10.2d-j 8.0 8.9 22.9

JM16XJM2 52.0de 63.0 60.3 -15.7 8.5a-i 5.3 8.9 20.5

JM17XJM2 52.7de 62.7 60.3 -14.3 9.8a-f 4.4 8.9 46.9

JM6XJM7 53.3c-e 60.3 61.7 -12.6 9.1a-i 3.0 7.0 83.6

JM8XJM6 54.3cde 57.0 60.3 -7.4 9.8d-j 9.3 3.0 60.0

JM14XJM6 52.7de 56.0 60.3 -9.5 8.4a-j 8.0 3.0 53.3

JM6XJM16 52.0de 60.3 60.3 -15.7 10.6a-e 3.0 5.3 155.2

JM17XJM6 53.0de 62.7 60.3 -13.8 11.0a-d 4.4 3.0 194.8

JM8XJM7 52.0de 57.0 61.7 -12.4 12.3b-j 9.3 7.0 51.6

JM14XJM7 52.0de 56.0 61.7 -11.6 11.8h-j 8.0 7.0 57.6

JM16XJM7 52.3de 63.0 61.7 -16.0 12.6a-h 5.3 7.0 105.4

JM17XJM7 52.0de 62.7 61.7 -16.4 11.9a-i 4.4 7.0 108.4

JM14XJM8 52.0de 56.0 57.0 -8.0 12.0a-i 8.0 9.3 38.6

JM16XJM8 52.0de 63.0 57.0 -13.3 12.6abc 5.3 9.3 72.5

JM17XJM8 52.0de 62.7 57.0 -13.1 10.3a-j 4.4 9.3 50.1

JM16XJM14 50.7e 63.0 56.0 -14.8 9.9a-g 5.3 8.0 48.8

JM17XJM14 51.7e 62.7 56.0 -12.9 13.1a 4.4 8.0 110.0

JM17XJM16 50.7e 63.0 62.7 -19.4 11.0a-i 5.3 4.4 127.1

Bonanza 52.7de 12.8ab

(37)

Tabel 17 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk baris biji dan tinggi tanaman

Hibrida Baris biji (baris biji) Tinggi tanaman (cm)

F1 P1 P2 MPH(%) F1 P1 P2 MPH(%)

JM2XJM6 13g-j 13 9 20.0 183.2abc 168.0 146.1 16.7

JM7XJM2 14e-i 12 13 9.3 179.5a-d 110.6 168.0 28.9

JM8XJM2 14c-g 16 13 -0.2 203.3ab 177.2 168.0 17.8

JM14XJM2 14f-j 14 13 2.8 211.5a 184.1 168.0 20.1

JM16XJM2 13e-i 13 13 3.6 182.1abc 148.4 168.0 15.1

JM17XJM2 13g-j 12 13 4.9 184.6ab 135.8 168.0 21.6

JM6XJM7 17a 9 12 56.2 205.0a 146.1 110.6 59.8

JM8XJM6 15c-f 16 9 18.4 210.2a 177.2 146.1 30.1

JM14XJM6 14d-g 14 9 25.0 185.7ab 184.1 146.1 12.5

JM6XJM16 15a-d 9 13 38.0 209.9a 146.1 148.4 42.5

JM17XJM6 15a-d 12 9 44.0 212.6a 135.8 146.1 50.8

JM8XJM7 16abc 16 12 11.0 187.8ab 177.2 110.6 30.5

JM14XJM7 14e-i 14 12 6.6 199.2ab 184.1 110.6 35.1

JM16XJM7 16ab 13 12 23.5 180.8abc 148.4 110.6 39.6

JM17XJM7 15a-d 12 12 25.9 185.2ab 135.8 110.6 50.3

JM14XJM8 16abc 14 16 6.3 187.9ab 184.1 177.2 4.0

JM16XJM8 15b-d 13 16 2.5 190.0ab 148.4 177.2 16.7

JM17XJM8 15c-f 12 16 5.5 186.4ab 135.8 177.2 19.1

JM16XJM14 13g-j 13 14 -2.2 190.7ab 148.4 184.1 14.7

JM17XJM14 15c-f 12 14 14.3 203.5ab 135.8 184.1 27.2

JM17XJM16 15c-g 12 13 14.2 181.8abc 148.4 135.8 27.9

Bonanza 16abc 196.3ab

SG 75 14d-g 179.1a-d

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%; P1: Tetua Betina; P2: Tetua Jantan; F1: Hibrida; MPH: heterosis.

(38)

Tabel 18 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk jumlah tongkol per petak dan kebutuhan benih

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%; P1: Tetua Betina; P2: Tetua Jantan; F1: Hibrida; MPH: heterosis.

Nilai heterosis terbaik pada diameter batang terdapat pada F1 JM6 X JM7 (40.3%). Nilai heterosis terbaik pada panjang malai terdapat pada F1 JM6 X JM16 (46.3%). Nilai tengah terbaik pada diameter batang terdapat pada F1 JM17 X JM7 (25.1 mm) yang lebih baik dibandingkan varietas pembanding SG 75. Nilai tengah terbaik panjang malai terdapat pada JM8 X JM6 (48.4 mm) yang nyata lebih besar dibandingkan varietas pembanding SG 75 (Tabel 19).

Hibrida

Jumlah Tongkol per petak

(tongkol) Kebutuhan benih (benih ha-1)

F1 P1 P2 MPH(%) F1 P1 P2 MPH(%)

JM2XJM6 26.0ab 17 15 61.2 60445c-g 54519 57482 7.9

JM7XJM2 26.3ab 14 17 66.3 67556bc 68149 54519 10.1

JM8XJM2 26.0ab 19 17 45.0 61038b-g 57482 54519 9.0

JM14XJM2 25.0ab 25 17 19.1 57482fg 57482 54519 2.7

JM16XJM2 25.3ab 17 17 47.6 57482fg 61038 54519 -0.5

JM17XJM2 26.0abc 18 17 45.8 78223a 66964 54519 28.8

JM6XJM7 25.7ab 15 14 73.0 61630b-g 57482 68149 -1.9

JM8XJM6 27.0ab 19 15 57.3 58075fg 57482 57482 1.0

JM14XJM6 27.7ab 25 15 38.3 54519g 57482 57482 -5.1

JM6XJM16 27.0b-c 17 15 65.0 55704g 57482 61038 -6.0

JM17XJM6 26.0ab 18 15 58.4 59260efg 66964 57482 -4.8

JM8XJM7 21.3ab 19 14 28.0 54519g 57482 68149 -13.2

JM14XJM7 22.0a 25 14 12.8 56297g 57482 68149 -10.4

JM16XJM7 25.0a-d 17 14 57.4 59852efg 61038 68149 -7.3

JM17XJM7 26.0ab 18 14 59.2 56297g 66964 68149 -16.7

JM14XJM8 24.7ab 25 19 13.0 58074fg 57482 57482 1.0

JM16XJM8 26.0abc 17 19 44.4 66371b-e 61038 57482 12.0

JM17XJM8 27.0ab 18 19 44.6 64000b-f 66964 57482 2.9

JM16XJM14 26.3ab 17 25 26.4 64000b-f 61038 57482 8.0

JM17XJM14 25.3ab 18 25 17.8 64593b-f 66964 57482 3.8

JM17XJM16 25.0ab 17 18 43.4 66371b-e 61038 66964 3.7

Bonanza 26.0ab 58075fg

(39)

Tabel 19 Keragaan tetua, hibrida dan heterosis untuk diameter batang dan panjang malai

Hibrida Diameter batang (mm) Panjang malai (cm)

F1 P1 P2 MPH(%) F1 P1 P2 MPH(%)

JM2XJM6 18.9bc 19.6 12.9 16.3 43.8a-d 44.7 30.8 16.1

JM7XJM2 17.1cde 13.3 19.6 4.2 39.7def 30.6 44.7 5.6

JM8XJM2 20.4abc 17.1 19.6 11.1 44.8a-d 37.4 44.7 9.1

JM14XJM2 21.7abc 19.2 19.6 11.6 45.7abc 45.3 44.7 1.5

JM16XJM2 19.1bc 13.7 19.6 14.4 43.5a-d 31.6 44.7 14.1

JM17XJM2 20.2abc 23.5 19.6 -6.4 40.5c-f 35.7 44.7 0.8

JM6XJM7 18.4bcd 12.9 13.3 40.3 44.5a-d 30.8 30.6 45.1

JM8XJM6 19.6bc 17.1 12.9 30.9 48.4a 37.4 30.8 41.9

JM14XJM6 17.7cde 19.2 12.9 10.8 44.5a-d 45.3 30.8 17.0

JM6XJM16 20.0abc 12.9 13.7 50.2 45.6abc 30.8 31.6 46.3

JM17XJM6 21.9abc 23.5 12.9 20.5 46.0ab 35.7 30.8 38.3

JM8XJM7 19.4bc 17.1 13.3 27.9 39.5def 37.4 30.6 16.4

JM14XJM7 20.1abc 19.2 13.3 23.6 44.6a-d 45.3 30.6 17.5

JM16XJM7 18.9bc 13.7 13.3 40.2 43.9a-d 31.6 30.6 41.3

JM17XJM7 25.1a 23.5 13.3 36.5 41.5b-e 35.7 30.6 25.1

JM14XJM8 19.7bc 19.2 17.1 8.5 44.9a-d 45.3 37.4 8.6

JM16XJM8 19.2bc 13.7 17.1 24.7 44.9a-d 31.6 37.4 30.2

JM17XJM8 20.9abc 23.5 17.1 3.0 43.2a-d 35.7 37.4 18.1

JM16XJM14 19.6bc 13.7 19.2 18.7 44.3a-d 31.6 45.3 15.4

JM17XJM14 21.9abc 23.5 19.2 2.7 45.4abc 35.7 45.3 12.0

JM17XJM16 20.3abc 23.5 13.7 9.0 44.8a-d 35.7 31.6 33.2

Bonanza 20.1abc 39.8def

SG 75 18.8bc 41.9b-e

Keterangan : angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada uji lanjut DMRT taraf 5%; P1: Tetua Betina; P2: Tetua Jantan; F1: Hibrida; MPH: heterosis.

Gambar

Gambar 2 Bentuk tongkol jagung
Gambar 3 Pengukuran panjang tongkol jagung
Tabel 1 Analisis ragam perbedaan genotipe
Tabel 2 Analisis ragam daya gabung metode 2 model 1 dari Griffing.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir yang

Seorang muslim dalam usaha harus berhias diri dengan akhlak mulia, seperti: sikap jujur, amanah, menepati janji, menunaikan hutang dan membayar hutang dengan baik, memberi

Penggabungan sel pada index masa tubuh dilakukan dengan membagi dua kategori index masa tubuh yaitu &lt; 25 (normal) dan &gt;25 (berat badan lebih) dan pada

Penggunaan vaksin aktif tidak efektif dilakukan pada anak ayam dengan titer antibodi asal induk yang tinggi, karena antibodi tersebut akan dinetralisasi oleh

Penelitian beton bertulang bambu dilakukan dengan pengujian kuat tekan dengan variasi susunan anyaman tulangan bambu untuk mengetahui kekakuan, kuat lentur dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa,pada uji coba bukaan kran sudut 90˚ efesien nilai debit air yang di keluarkan,pada uji coba ukuran diameter turbin Pleton

▪ Guru dan Siswa dapat memberikan komentar terkait tugas yang diberikan ▪ Pilih Cek Tugas di pojok kanan atas untuk melihat status tugas siswa. Pilih Siswa Kelas yang tersedia

Penggu- naan pra-pengolahan spektra metode dg1 mampu memperjelas dan memunculkan informasi tersembunyi pada spektra NIRS, sehingga dapat meningkatkan nilai akurasi pendugaan