• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KEMAJUAN 70% PENELITIAN PEMBINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KEMAJUAN 70% PENELITIAN PEMBINA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1

Kode/Nama Rumpun Ilmu : 421 / TEKNIK SIPIL

LAPORAN KEMAJUAN 70%

PENELITIAN PEMBINA

ANALISIS EFEKTIVITAS BETON BERTULANG BAMBU

DENGAN STRAND BAMBOO (SBW)

PADA BANGUNAN AIR

Oleh :

Asep Kurnia Hidayat, MT / NIDN. 0026085901 Yusep Ramdani, MT / NIDN. 0412097501

UNIVERSITAS SILIWANGI

2017

(2)
(3)

3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan bahan-bahan bangunan dalam ilmu struktur bangunan dibagi dalam tiga jenis. Jenis pertama adalah bahan-bahan yang tahan terhadap tekanan yang dimulai dari batu, kemudian berkembang menjadi beton. Jenis kedua adalah bahan-bahan yang tahan terhadap tarikan seperti bambu dan tambang, kemudian besi dan baja, dan akhir-akhir ini menjadi baja mutu tinggi. Jenis ketiga adalah bahan-bahan yang tahan terhadap tekanan dan tarikan yaitu kombinasi antara beton dan baja, beton dan bambu.

Bambu dengan nama botani Dendrocalamus Asper di Indonesia dikenal dengan nama bambu petung. Bambu jenis ini mempunyai rumpun agak rapat, dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m diatas permukaan air laut. Pertumbuhan cukup baik khususnya untuk daerah yang tidak terlalu kering. Warna kulit batang hijau kekuning-kuningan, batang dapat mencapai panjang 10-14 m, panjang ruas berkisar antara 4060 cm, diameter 6-15 cm, dan tebal dinding 10-15 mm (Morisco, 1999). Saat ini, bambu sering digunakan sebagai bahan konstruksi karena sifatnya yang keras, kuat, ulet, mudah dibelah, dan mudah dikerjakan. Jenis bambu yang sering digunakan oleh masyarakat tradisional adalah bambu jenis betung dan ori karena memiliki sifat yang kuat dibandingkan dengan bambu jenis lainnya. Bambu merupakan produk hasil alam yang renewable yang dapat diperoleh dengan mudah, murah, mudah ditanam, pertumbuhan cepat, dapat mereduksi efek global warming serta memiliki kuat tarik sangat tinggi yang dapat dipersaingkan dengan baja (Agus Setiya Budi, 2010). Kuat tarik bambu 1000 – 2000 kg/cm2 dimana nilai tersebut merupakan ½ sampai ¼ dari tegangan tarik ultimit besi (Surjokusumo 1993), sehingga beberapa peneliti menyarankan penggunakan balok bertulang bambu untuk daerah tertinggal atau daerah dengan keterbatasan (Khare. 2005).

Metode penelitian ini melalui tahapan, yaitu pembuatan ayaman dari bambu yang dibuat sebagai tulangan beton plat untuk kemudian dilakukan pengujian tekan dan

(4)

4

menganalisis pengaruh formasi anyaman tersebut terhadap kuat tekan beton plat. Penelitian beton bertulang bambu dilakukan dengan pengujian kuat tekan dengan variasi susunan anyaman tulangan bambu untuk mengetahui kekakuan, kuat lentur dan momen runtuh balok tersebut yang kemudian dibandingkan dengan kuat balok beton betulang baja. Beton yang akan digunakan adalah beton K-175 dengan mutu kuat tekan rencana ± 17,5 MPa.

1.2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini diantaranya :

1. Bagaimana pengaruh anyaman Anyaman tunggal rapat dan renggang, Anyaman silang ganda rapat dan renggang, Anyaman tiga sumbu, Anyaman empat sumbu terhadap kuat lentur plat beton.

2. Bagaiman elastisitas beton bertulang dan sifat mekanik Anyaman tunggal rapat dan renggang, Anyaman silang ganda rapat dan renggang, Anyaman tiga sumbu, Anyaman empat sumbu terhadap sifat mekanik plat beton

3. Bagaiaman potensi bambu sebagai material alternatif pengganti tulangan baja pada bangunan air

1.3. Tujuan Khusus

Tujuan dari penelitian ini diantaranya adalah:

1. Mengetahui pengaruh bentuk anyaman bambu sebagai tulangan pada kuat tekan beton/plat

2. Mengetahui elastisitas beton bertulang dan sifat mekanik tulangan bambu terhadap sifat mekanik tulangan baja

3. Mengetahui potensi bambu sebagai material alternatih pengganti tulangan baja pada bangunan air

(5)

5

1.4. Urgensi (Keutamaan) Penelitian

1. Bangunan air saat ini hanya mengandalkan baja sebagai tulangan beton, sementara beton bertulang bambu, menurut penelitian memiliki kekuatan yang sama dibandingkan dengan beton bertulang baja.

2. Penelitian mengenai analisis efektivitas bambu pada bangunan air jarang dianalisis, khusunya beton dengan variasi anyaman bambu

3. Penggunaan material bambu pada bangunan air dapat menjadi alternatif jangka panjang dan dapat mengurangi perilaku manusia tergantung dengan bahan tambang.

4. Beton bertulang bambu tidak akan mengalami korosi akibat air laut, khususnya bambu bila dibandingkan baja.

1.5. Target Luaran Penelitian

Prototype plat beton dengan tulangan berupa anyaman bambu dengan variasi Anyaman tunggal rapat dan renggang, Anyaman silang ganda rapat dan renggang, Anyaman tiga sumbu, Anyaman empat sumbu.

(6)

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peta Jalan Pemikiran (Roadmaps Penelitian)

Roadmap penelitian ini didasarkan bahwa fakta dari kekuatan lentur bambu lebih baik dari baja, bambu merupakan kekayaan lokal dan keberadaan bambu berlimpah di daerah asia, pada kondisi direndam di dalam air laut, bambu lebih bertahan lama dari pada besi, sementara bangunan air untuk seawall adalah bangunan yang selalu terendam air. Berikut adalah roadmaps penelitian:

Gambar 2.1 Road Maps Penelitian tahun 2017-2020

(2017). Analisis anyaman bambu pada uji lentur beton

(2018). Analisis korosi bangunan air. beton bambu sebagai bangunan seawall (2019) Kajian performa implentasi tulangan bambu bangunan air sebagai seawall dengan (2020). Bangunan air dengan menggunakan tulangan bambu

(7)

7 2.2 State of the art

Beton adalah suatu campuran yang terdiri dari agregat halus, agregat kasar, batu pecah, atau agregat lain yang dicampur menjadi satu dengan suatu pasta yang terbuat dari semen dan air membentuk suatu massa mirip batuan (Mc Cormac 2004), (Pane. P.F. 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Putra 2013, dimana pengukuran kelenturan balok bertulang bambu memiliki hasil yang bervariasi terhadap posisi bilah bambu. Pada penelitian bilah bambu tidak disusun berdasarkan anyaman tetapi hanya tersusun tanpa adanya anyaman dengan variasi posisi kulit bambu pada beton. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa posisi bilah bambu yang saling berhadapan kulitnya memberikan nilai momen runtuh yang lebih besar dari pada formasi yang lainnya (Putra. D.P. 2013). Sementara hasil simulasi menunjukan terjadi berpengaruh dalam mengurangi lendutan oleh variasi anyaman bambu sebagai tulangannya. Perubahan pola anyaman, jumlah bilah bambu dan posisi lusi sebagai tulangan juga berpengaruh terhadap presentase pengurangan lendutan pada panel beton (Anandhita. G. 2014).

Beton memiliki kekuatan tekan yang tinggi tetapi lemah terhadap kuat tariknya. Kekuatan tekan beton dapat ditentukan dengan melakukan uji kegagalan terhadap benda uji kubus 15 cm x 15 cm x 15 cm. Kekuatan tekan beton juga dapat digambarkan dengan grafik hubungan tegangan-regangan seperti Gambar 2.2 berikut.

(8)

8

Beton normal tegangan tekan f’c terletak pada nilai regangan 0,002 sampai 0,003. Setelah titik maksimum dilalui, kurva akan turun dengan bertambahnya nilai regangan hingga benda uji hancur pada nilai regangan mencapai 0,003 – 0,005. SK SNKI T-15-1991-03 pasal 3.3.2 menetapkan bahwa regangan tekan maksimum (TM c) adalah 0,003 sebagai

batas hancur. Sesuai dengan teori elastisitas, kemiringan awal kurva menggambarkan nilai modulus elastisitas beton.

Beton bertulang merupakan kombinasi dua unsur bahan yaitu tulangan baja dan beton yang digunakan secara bersama sehingga desain stuktur elemen beton bertulang dilakukan berdasarkan prinsip yang berbeda dengan perencanaan dan desain suatu bahan (Nasution A 2009). Beton mempunyai kekuatan tekan yang besar, tetapi tidak mampu menerima gaya tarik. Kuat tarik beton bervariasi antara 8% - 15 % dari kuat tekannya.Ini berarti tulangan baja yang ditanam dalam beton menjadi unsur kekuatan yang memikul tegangan tarik.

Sifat utama beton yang kurang mampu menahan tarik, mengakibatkan perlunya penahan tegangan tarik pada beton dengan cara memasang baja tulangan pada daerah tarik sehingga terbentuk struktur beton bertulang yang dapat menahan lenturan. Apabila gaya geser yang bekerja sangat besar maka perlu dipasang baja tulangan tambahan untuk menahan geser tersebut (Fauzan dan Riswan 2002).

a) Tulangan Bambu

Bambu merupakan tanaman yang tidak bergantung pada musim dan hidupnya mengelompok membentuk suatu rumpun. Batang bambu berbentuk silinder dengan garis tengah atau diameter antara 2 cm – 30 cm dan panjangnya dapat mencapai 3 m – 35 m. Panjang garis tengah dan ketebalan batang bambu bergantung dari jenis spesies dan umur tanaman bambu. Batang bambu umumnya berongga dan terbagi atas interval-interval yang dibatasi oleh simpul atau ruas. Rongga antara ruas-ruas tersebut dipisahkan oleh diafragma (Surjokusumo dan Nugroho 1993). Kadar air rata-rata semua jenis bambu kering udara adalah sebesar 12 % atau tergantung umur bambu (Janssen. 1991). Massa jenis bambu juga tergantung pada umur bambu. Tabel 2 berikut ini merupakan nilai massa jenis bambu dengan kadar air 12% menurut Janssen (1991):

(9)

9

Tabel 2.1 Masa Jenis Bambu Sumber: Janssen JJA (1991)

Keterangan: ρ : massa jenis, Li : panjang, D : diameter luar, t : tebal, d : lebar.

Mekanisme interaksi antara bambu dengan pasta semen tidak cukup baik (Nindyawati and Umniati. 2016). Bambu mudah menyerap dan melepaskan air pada saat mengering, sehingga terjadi perubahan dimensi bambu. Hal tersebut juga terjadi ketika bambu diselimuti oleh pasta semen. Salah satu masalah dalam implementasi bambu sebagai tulangan beton adalah batang atau bilah bambu dapat menyerap air hinggi 25% pada 24 jam pertama (Wang. T. 1944), (Surjokusumo dan Nugroho. 1993), sehingga para peneliti menyarankan menggunakan bambu yang sudah tua atau melapisi bilah bambu dengan vernis, cat atau cairan aspal untuk mengurangi penyerapan air oleh bilah bambu (Ghavami, K. 2005).

Penelitian kelenturan beton bertulang bambu telah dilakukan beberapa peneliti. Uji tekuk pada beton bertulang bambu yang mana bilah bambu tersebut sebelumnya dicoating dengan cat yang ditaburi pasir menghasilkan 60% kekuatan tekuk dari baja (Nindyawati

(10)

10

dan Uminati. 2016). Bilah bambu yang dicoating dengan cat dan ditaburi pasir dimaksudkan pasir menambah pengaruh daya cengram (Ghavami, K. 2005). Pada penelitian ini tidak dilakukan analisis pengaruh anyaman bambu (woven) terhadap kekuatan uji beton bertulang bambu. Sementara studi di Jepang dimana berkaitan dengan uji untaian anyaman bambu (Strand Woven Bamboo (SBW)) dipercaya mampu menggantian peran kayu pada kondisi tertentu, dimana produksi tahunan dapat dipenuhi dengan lahan seluas 9651 m3 (Slamet, I. N. 2012).

b) Anyaman Bambu

Hasil eksperimen dan praktek menganyam oleh masyarakat yang telah berlangsung selama berabad-abad tersebut menghasilkan anyaman yang memiliki aneka ragam, pola dan motif. Anyaman yang ada saat ini memilki aneka arah, persilangan miring, disusun secara bolak-balik sehingga menghasilkan anyaman yang memiliki tingkat kerapatan yang berbeda, tergantung sudut atau jarak yang telah dipilih (Ranjan dalam Frick, 2004).

Anyaman bambu dari jumlah bilah dan bentuk polanya dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu :

Gambar 2.3 Anyaman tunggal rapat dan renggang (Dunkelberg,1985 dalam Anandhita. G. 2014)

(11)

11

Gambar 2.4 Anyaman silang ganda rapat dan renggang (Frick. 2004, Marlina 2014 dalam Anandhita. G. 2014)

Gambar 2.5 Anyaman tiga sumbu (Dunkelberg. 1985 dalam Anandhita. G. 2014)

Gambar 2.6 Anyaman empat sumbu (Dunkelberg. 1985, Marlina. 2014, dalam Anandhita. G. 2014)

(12)

12

c) Analisis kelenturan stuktur beton

Perhitungan struktur dengan metode elastis pada prinsipnya merupakan perhitungan struktur dengan cara lentur “n” yang memperhitungkan variabel “n”, dimana n = Es/Ec (Es = modulus elastisitas baja, Ec = modulus elastisitas beton), sehingga mutu beton dan mutu baja sangat mempengaruhi harga “n” serta perhitungan struktur. Semakin baik mutu beton, maka semakin rendah nilai “n” Asumsi-asumsi yang dipakai dalam perhitungan metode elastis :

1. Bidang-bidang rata dianggap tetap rata setelah mengalami lentur dan tetap tegak lurus pada sumbu konstruksi.

2. Regangan-regangan dalam garis penampang dianggap berbanding lurus dengan jaraknya ke garis netral.

3. Pada keadaan elastis dianggap terdapat hubungan linier antara tegangan tekan beton dan regangan tekan beton yang ditentukan oleh modulus tekan beton Ec. Dalam segala hal, modulus tekan beton tidak boleh kurang dari : Pembebanan tetap : Ec = 6400 •f’c (kg/cm2) Pembebanan sementara : Ec = 9600 •f’c (kg/cm2)

4. Setiap satuan luas baja dapat dianggap ekuivalen dengan “n” satuan luas beton dalam hal memikul tegangan, tegangan baja di suatu titik penampang dapat dianggap “n” kali tegangan beton di titik yang sama. Besaran “n” disebut angka ekuivalensi dan ditentukan oleh rumus : n = Es/Ec (Es = modulus elastisitas baja, Ec = modulu selastisitas beton).

Dari penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa bambu memberikan kekuatan lentur balok beton, variasi ayaman dan posisi bilah berpengaruh terhadap momen runtuh balok beton, tetapi perlu dilakukan pengujian real pengaruh variasi anyaman bambu terhadap kekuatan plat beton.

2.3 Kegiatan yang akan dikerjakan

Pada usulan penelitian ini, akan dilakukan pembuatan beberapa anyaman bambu dan kemudian anyaman bambu tersebut dijadikan tulangan plat beton. Plat beton di bentuk dengna ukuran 60 cm x 15 cm x 15 cm. Kemudian dilakukan pengujian kuat tekan pada plat beton tersebut.

(13)

13

Hasil dari pengujian akan menunjukan jenis anyaman yang bagaimana yang dapat memberikan kekuatan lentur yang paling tinggi pada plat beton tersebut.

2.4 Kebaruan dalam bidang penelitian

Kebaharuan pada penelitian ini adalah variasi pengaruh dari variasi anyaman bambu pada kekuatan lentur plat bambu.

Kontribusi dari hasil penelitian ini adalah:

1. Ditemukan anyaman yang sesuai untuk bagunan air dimana plat beton menggunakan tulangan bambu

2. Seawall dapat dibangun dengna menggunakan hasil penelitian ini, sehingga dapat mengurangi biaya pembangunan dan meningkatkan efesiensi bangunan

3. Menambah manfaat bambu pada teknik sipil khususnya pada konstruksi beton bertulang bambu

(14)

14

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Fishbone

Fishbode dari penelitian yang diusulkan terdiri dari beberapa tahap kegiatan diantaranya adalah:

Gambar 3.1 Fishbone Penelitian Tahapan Penelitian diantaranaya adalah:

1. Persiapan. Pembentukan tim peneliti dan menentukan target capaian penelitian 2. Pengumpulan bahan berupa bilah bambu, semen, paasir, split

3. Pembuatan anyaman bambu dengan 4 variasi berbeda

4. Pembuatan plat beton, yaitu pengecoran atau pencetakan plat beton 5. Pengujian plat beton yang telah kering dengan mesin press hidrolik 6. Dokumentasi penelitian

(15)

15

3.2. Tahapan Penelitian

Gambar 3.5. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan pemilihan bilah bambu, bambu dipilih yang kering dan tua, diupayakan bambu yang dipilih merupakan satu jenis bambu. Pembuatan anyaman bambu dibuat dengan bebrapa tipe anyaman yaitu:

1. Anyaman tunggal rapat dan renggang 2. Anyaman silang ganda rapat dan renggang 3. Anyaman tiga sumbu

4. Anyaman empat sumbu

Tahap berikutnya adalah perakitan tulangan plat beton dengan anyamana bambu tersebut. setelah perakitan selesai, maka tahap berikutnya adalah pengecoran plat beton. Plat beton dicetak pada ukuran 60cm x 15cm x 5cm. Setelah cetakan mengering, dilakukan uji tekan pada menggunakan mesin uji lentur.

Uji elastisitas beton digunakan rumus nilai modulus elastisitas beton sebagai berukut:

𝐸𝑐 = 0.043 𝑥 (𝑊𝑐)1.5 𝑥 √𝑓𝑐′ √𝑓𝑐 (𝑀𝑃𝑎) (𝑆𝑁𝐼 03 – 2847 − 2002) (1)

Dimana:

Wc = berat volume beton (kg/m3)

𝑓𝑐′ = Kuat tekan beton (Mpa) Pemilihan Bilah Bambu Penganyaman Bambu Perakitan Tulangan Plat Beton

Uji Tekan Plat

(16)

16

Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk beton dengan berat volume berkisar antara 1500 dan 2500 kg/m3. Untuk beton kepadatan normal dengan berat volumne ± 23 KN/m3 dapat digunakan nilai.

(17)

17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Penelitian

Pada penelitian ini dibuatkan sampel berdasarkan jenis anyaman bambu dan ketebalan elemen pelat beton. Variasi anyaman bambu dikelompokan ke dalam bentuk:

1. Anyaman tunggal 2. Anyaman silang 3. Anyaman tiga sumbu 4. Anyaman empat sumbu

Sedangkan mutu beton yang digunakan adalah mutu beton K 175 sehingga dibuatkan kubus beton berukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm untuk menguji spesifikasi beton yang direncanakan.

(18)

18

Gambar 4.2. Molen sebagai alat pencampur bahan beton

(19)

19

Gambar 4.4. Tulangan bambu untuk penulangan pelat beton

4.2. Pembahasan

Dari hasil penelitian di laboratorium diperoleh data hasil uji kuat tekan kubus beton yang dijelaskan pada tabel dan gambar sebagai berikut:

(20)

20

Tabel 4.1. Hasil uji kuat tekan kubus dalam variasi umur 7, 14 dan 28 hari

Gambar 4.5. Grafik kuat tekan beton dalam variasi umur (satuan kg/cm2)

1,00 K-175 12,00 7,94 15,00 15,00 225,00 2.351,11 7,00 28.500,00 126,67 2,00 K-175 12,00 7,76 15,00 15,00 225,00 2.299,26 7,00 29.500,00 131,11 3,00 K-175 12,00 8,00 15,00 15,00 225,00 2.368,89 7,00 28.500,00 126,67 128,15 4,00 K-175 12,00 7,91 15,00 15,00 225,00 2.342,22 14,00 36.100,00 160,44 5,00 K-175 12,00 8,05 15,00 15,00 225,00 2.383,70 14,00 35.500,00 157,78 6,00 K-175 12,00 8,04 15,00 15,00 225,00 2.380,74 14,00 37.100,00 164,89 161,04 7,00 K-175 12,00 8,01 15,00 15,00 225,00 2.371,85 28,00 40.000,00 177,78 8,00 K-175 12,00 8,00 15,00 15,00 225,00 2.368,89 28,00 42.500,00 188,89 9,00 K-175 12,00 8,06 15,00 15,00 225,00 2.388,15 28,00 39.500,00 175,56 180,74 Umur (hari) Beban maksimum (kg) Kekuatan tekan (kg/cm2) No Benda uji Perbandingan campuran dalam berat Slump (cm) Berat (kg) Panjang (cm) Lebar (cm) Luas penampang (cm2) Berat isi (kg/cm3) 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00 180,00 200,00 7 14 28

(21)

21

Pada pengujian uji lentur pelat beton digunakan variasi sampel sebanyak 10 jenis sampel dengan perincian sebagai berikut:

1. Anyaman tunggal kulit luar rapat 2. Anyaman tunggal kuliat luar rapat 3. Anyaman silang kulit luar

4. Anyaman tiga sumbu kulit luar 5. Anyaman empat sumbu kulit luar 6. Anyaman tunggal kulit dalam rapat 7. Anyaman tunggal kuliat dalam rapat 8. Anyaman silang kulit dalam

9. Anyaman tiga sumbu kulit dalam 10. Anyaman empat sumbu kulit dalam

Hasil uji lentur pelat beton setebal 5 cm dapat dijelaskan sebagai berikut: Tabel 4.2. Hasil uji lentur pelat beton dengan ketebalan 5 cm pada umur 14 hari

1 2500 600 50 0,17 luar tipe 1 Rapat 14

2 3000 600 50 0,20 luar tipe 1 Rapat 14

3 4500 600 50 0,30 luar tipe 1 Renggang 14

4 4000 600 50 0,27 luar tipe 1 Renggang 14

5 5000 600 50 0,33 luar tipe 2 14 6 6000 600 50 0,40 luar tipe 2 14 7 9500 600 50 0,63 luar tipe 3 14 8 8000 600 50 0,53 luar tipe 3 14 9 22500 600 50 1,50 luar tipe 4 14 10 23000 600 50 1,53 luar tipe 4 14

11 26000 600 50 1,73 dalam Tipe 1 Rapat 14

12 29000 600 50 1,93 dalam Tipe 1 Rapat 14

13 10000 600 50 0,67 dalam Tipe 1 Renggang 14

14 11000 600 50 0,73 dalam Tipe 1 Renggang 14

15 12500 600 50 0,83 dalam tipe 2 14 16 10000 600 50 0,67 dalam tipe 2 14 17 40000 600 50 2,67 dalam tipe 3 14 18 43000 600 50 2,87 dalam tipe 3 14 19 37500 600 50 2,50 dalam tipe 4 14 20 38500 600 50 2,57 dalam tipe 4 14 No Benda uji 2P (Beban Uji Maximum / Belah) / N L (Panjang Plat) / mm D (Tebal Plat) / mm fct (Kuat Tekan) / Mpa Keterangan Umur

(22)

22

Gambar 4.6. Grafik kuat lentur pelat beton kulit luar pada ragam anyaman

Gambar 4.7. Grafik kuat lentur pelat beton kulit dalam pada ragam anyaman

0 5000 10000 15000 20000 25000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 Hari (Kulit) 0 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 40000 45000 50000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 14 Hari (kulit)

(23)

23

DAFTAR PUSTAKA

Agus Setiya Budi, 2010. “Tinjauan Jenis Perekat pada Balok Laminasi Bambu terhadap Keruntuhan Lentur”, Prosiding Seminar Nasional “Pengelolaan Infrastruktur Dalam Menyikapi Bencana Alam”, ISBN: 979489-540-6, 1 Mei 2010.

Anandhita. G. 2014. Anyaman Bambu Sebagai Tulangan Panel Beton Pracetak. Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 2014

Examining The Potential Of Strand Woven Bamboo As An Alternative To Wood Construction Material In Japan. Research Report Presented to the Higher Degree Committee of Ritsumeikan Asia Pacific University in Partial of Fulfillment of the Requirements for the Degree of Master of Science in International Cooperation Policy

Frick, Heinz. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Ghavami, K. 2005. “Bamboo as Reinforcement in Structural Concrete Elements”. Journal

of Cement and Concrete Composites 27 (6): 637-49.

Janssen J JA. 1991. Mechanical propertis of bamboo. Eindhoven (NL): Eindhoven University of Technology.

Khare L. 2005. Perfomance evaluation of bamboo reinforced concrete beams [Internet]. [Diunduh 2013 April 28]; Texas (US): University of Texas. Tersedia pada :http://www.learningace.com/doc/1491267/bfa7323e7f692f daf7e7679125bd5c89/umi-uta-1098.

McCormac JC. 2004. Desain Beton Bertulang. Jilid ke-1.Sumargo, penerjemah; Simarmata L, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Design of Reinforced Concrete Fifth Edition

(24)

24

Nindyawati dan Uminati. S.B. 2016. Bond Strength of Bamboo Reinforcement in Light Weight Concrete. Journal of Civil Engineering and Architecture 10 (2016) 417-420. doi: 10.17265/1934-7359/2016.04.003

Pane. P.F. 2015.Pengujian Kuat Tarik Lentur Beton Dengan Variasi Kuat Tekan Beton. Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.5 Mei 2015 (313-321) ISSN: 2337-6732

PUTRA. D.P. 2013. Analisis Balok Beton Bertulang Bambu Profil Dengan Variasi Susunan Tulangan. Laporan skripsi. Departemen Teknik Sipil Dan Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Bogor 2013

Surjokusumo S, Nugroho N. 1993. Studi Penggunaan Bambu Sebagai Bahan Tulangan Beton. Laporan Penelitian. Bogor (ID): Fakultas kehutanan IPB

Gambar

Gambar 2.1 Road Maps Penelitian tahun 2017-2020
Gambar 2.2 Grafik tegangan-regangan beton
Tabel 2.1 Masa Jenis Bambu  Sumber: Janssen JJA (1991)
Gambar 2.3 Anyaman tunggal rapat dan renggang (Dunkelberg,1985 dalam Anandhita.  G. 2014)
+7

Referensi

Dokumen terkait

rekam medis rumah sakit.Direktorat jendral bina pelayanan medik.. Statistik Rumah Sakit Untuk Pengambilan

Kegiatan peningkatan kemampuan usaha kelompok kripik ubi jalar dapat meningkatkan pengetahuan anggota kelompok, baik segi teknis maupun manajemen. Mutu kripik ubi

[r]

Selepas tempoh 12 bulan tamat, Wood akan menyemak jumlah saham belian yang terdapat pada akaun saham dalam talian anda; hanya saham yang anda beli layak menerima saham padanan.

11 Norma jus cogens merupakan suatu norma dasar hukum internasional umum (peremptory norm of general international). Dalam Pasal 53 jo 3DVDO .RQYHQVL

The second reason the writer makes this research is she can get the great knowledge and experience about how to teach English using Audio Lingual

memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar, berfungsi sebagai narasumber dan fasilita- tor dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana