• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH WINSIH H14103043

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

WINSIH. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia (dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS).

Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penerimaan devisa. Besarnya kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDB memberikan arti bahwa perekonomian nasional sampai saat ini (2000-2005) didominasi oleh sektor industri pengolahan. Bila sektor industri tersebut kinerjanya terganggu, maka secara langsung perekonomian nasional juga ikut terganggu.

Permasalahan yang terjadi dalam industri manufaktur didasari permasalahan pada tingkat produksi. Komponen yang digunakan dalam proses produksi industri manufaktur sampai saat ini masih diimpor, sehingga biaya produksi yang digunakan lebih mahal. Ini akan berpengaruh langsung pada nilai tambah yang dihasilkan oleh industri manufaktur. Permasalahan lainnya pada industri manufaktur adalah pada tingkat ekspor hasil komoditi. Selama ini ekspor yang terjadi dalam industri manufaktur di Indonesia hanya terpusat pada industri tertentu yaitu industri makanan dan minuman (kode 15), industri tekstil (kode 17) dan industri batu bara, pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi dan bahan bakar nuklir (kode 23), sehingga kekuatan pasar (market share) didominasi oleh kelompok industri tersebut. Keadaan seperti ini akan menghambat pelaku bisnis dari luar untuk masuk dan bersaing dalam industri manufaktur.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio konsentrasi (CR), nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi, nilai ekspor dan nilai impor. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

Metode yang digunakan adalah pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur dan pendekatan panel data digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri menufaktur Indonesia. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Office Excel 2003 dan E-Views 5.

(3)

mengestimasi Price Cost Margin (PCM). Berdasarkan hasil estimasi dengan model efek tetap yang diperoleh bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terbesar dalam peningkatan kinerja adalah produktivitas (PROD) dan efisiensi-X (XEFF). Sedangkan variabel konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4),

pertumbuhan nilai produksi (GROWTH), ekspor (EX) dan impor (IM) tidak signifikan terhadap peningkatan keuntungan.

(4)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA

Oleh WINSIH H14103043

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Winsih

Nomor Registrasi Pokok : H14103043

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Penelitian : Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 132 158 758

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D NIP. 131 846 872

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2007

(7)

Subang, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Sanaji dan Rastem.

Riwayat pendidikan penulis dimulai dari tingkat sekolah dasar SDN

Patimura di desa Cigugur (1990-1997). Kemudian melanjutkan pendidikan pada

sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTPN 1 Pusakanagara di kecamatan

Pusakanagara (1997-2000) dan pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1

Pamanukan di kecamatan Pamanukan. Penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu

Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kegiatan

pelatihan dan kepanitiaan. Pelatihan yang pernah diikuti penulis antara lain,

pelatihan Peningkatan kemampuan Penguasaan Komputer Bagi Mahasiswa TPB

dalam rangka DUE-Like IPB Batch III (tahun 2003), anggota Agri Farma-Faperta (tahun 2005), kepanitiaan dalam kegiatan HIPOTEX-R (tahun 2005) dan

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, Rabb semesta alam, Rabb yang selalu menjawab doa hamba-hambanya dan

selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya, atas rahmat dan karunia-Nya

hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul ”Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur

Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana struktur, perilaku

dan kinerja industri manufaktur di Indonesia, serta melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja industri manufaktur selama periode 2000-2004.

Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya,

penulis sampaikan kepada:

1. Orang tua tercinta, Ayahanda Sanaji (Almarhum) dan Ibunda Rastem,

terimakasih atas unlimited support yang diberikan kepada penulis (menjelang detik-detik seminar dan sidang), kebebasan untuk memilih, kesabaran dalam

mendidik dan membesarkan penulis sampai saat ini. Untuk Nono dan Nata

yang dengan cara-caranya sendiri selalu memberikan dukungan dan semangat

kepada penulis. Untuk ayahanda tercinta ini merupakan bingkisan yang tidak

sempat tersampaikan untuk ayah.

2. Muhammad Firdaus Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis, serta memberikan

masukan-masukan bagi penulis untuk penyusunan skripsi ini.

3. Alla Asmara, M.Si dan Sahara, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan

dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak saran

dan kritik demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

4. Teman-teman terbaik penulis (Rany, Lia, Sari, Ema, Ari, Eni-ASMI dan

(9)

5. Teman 284 tercinta (Extris, Nana, Eka-Rara), atas kebersamaan selama satu

tahun di Asrama A-3 284. Saat-saat kita pertama kali jauh dari orang tua dan

saat-saat kita pertama kali mengenal kota Bogor.

6. Kepandean Rangers (Bambang, Angga, Didik, Mila dan Dai), atas kebersamaan kalian selama dua bulan di desa Kepandean, kecamatan Dukuh

Turi, Tegal. Kita adalah satu tim KKP yang terkompak dalam segala hal

(makan, tidur, jalan-jalan, ngejayus, terkecuali ikutan program KKP).

7. Teman seperjuangan-sebimbingan (Heri dan Ryan), atas kebersamaan dan

masukan yang telah kalian berikan kepada penulis selama penyusunan skripsi

ini.

8. Semua teman-teman IE angkatan 40 (Efa-Oma, Uut, Arum, Ana, Wilma,

Heni, Sri, Opie, Aji, Hendri, Lea, Any, Kiki, Rima, Windy, Mega), atas

bantuannya selama penulisan skripsi ini.

9. Ka Ade, atas waktu dan kesempatannya untuk mengajarkan panel.

10.Untuk semua pihak yang belum disebutkan satu per satu yang telah membantu

penulisan skripsi ini baik langsung maupun tidak langsung, kebersamaan

kalian semua membuat segalanya mudah dan indah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik untuk perbaikan skripsi

ini sangat diharapkan penulis. Akhirnya semoga karya kecil ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor. Juli 2007

(10)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu tentang Industri Manufaktur ... 8

2.2 Penelitian Terdahulu tentang Structure Conduct Performance (SCP) ... 9

2.3 Penelitian Terdahulu yang Menggunakan Panel Data ... 10

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 11

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 11

3.1.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri ... 11

3.1.2 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri ... 12

3.1.2.1 Struktur Industri ... 13

3.1.2.2 Perilaku Industri ... 17

3.1.2.3 Kinerja Industri ... 18

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 19

3.3 Hipotesis Penelitian ... 21

IV. METODE PENELITIAN ... 24

4.1 Jenis dan Sumber Data ... 24

4.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 24

4.2.1 Analisis Struktur Industri ... 25

(11)

OLEH WINSIH H14103043

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

RINGKASAN

WINSIH. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia (dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS).

Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penerimaan devisa. Besarnya kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDB memberikan arti bahwa perekonomian nasional sampai saat ini (2000-2005) didominasi oleh sektor industri pengolahan. Bila sektor industri tersebut kinerjanya terganggu, maka secara langsung perekonomian nasional juga ikut terganggu.

Permasalahan yang terjadi dalam industri manufaktur didasari permasalahan pada tingkat produksi. Komponen yang digunakan dalam proses produksi industri manufaktur sampai saat ini masih diimpor, sehingga biaya produksi yang digunakan lebih mahal. Ini akan berpengaruh langsung pada nilai tambah yang dihasilkan oleh industri manufaktur. Permasalahan lainnya pada industri manufaktur adalah pada tingkat ekspor hasil komoditi. Selama ini ekspor yang terjadi dalam industri manufaktur di Indonesia hanya terpusat pada industri tertentu yaitu industri makanan dan minuman (kode 15), industri tekstil (kode 17) dan industri batu bara, pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi dan bahan bakar nuklir (kode 23), sehingga kekuatan pasar (market share) didominasi oleh kelompok industri tersebut. Keadaan seperti ini akan menghambat pelaku bisnis dari luar untuk masuk dan bersaing dalam industri manufaktur.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio konsentrasi (CR), nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi, nilai ekspor dan nilai impor. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

Metode yang digunakan adalah pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur dan pendekatan panel data digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri menufaktur Indonesia. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Office Excel 2003 dan E-Views 5.

(13)

mengestimasi Price Cost Margin (PCM). Berdasarkan hasil estimasi dengan model efek tetap yang diperoleh bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terbesar dalam peningkatan kinerja adalah produktivitas (PROD) dan efisiensi-X (XEFF). Sedangkan variabel konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4),

pertumbuhan nilai produksi (GROWTH), ekspor (EX) dan impor (IM) tidak signifikan terhadap peningkatan keuntungan.

(14)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA

Oleh WINSIH H14103043

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(15)

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Winsih

Nomor Registrasi Pokok : H14103043

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Penelitian : Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 132 158 758

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D NIP. 131 846 872

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juli 2007

(17)

Subang, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Sanaji dan Rastem.

Riwayat pendidikan penulis dimulai dari tingkat sekolah dasar SDN

Patimura di desa Cigugur (1990-1997). Kemudian melanjutkan pendidikan pada

sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTPN 1 Pusakanagara di kecamatan

Pusakanagara (1997-2000) dan pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1

Pamanukan di kecamatan Pamanukan. Penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu

Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kegiatan

pelatihan dan kepanitiaan. Pelatihan yang pernah diikuti penulis antara lain,

pelatihan Peningkatan kemampuan Penguasaan Komputer Bagi Mahasiswa TPB

dalam rangka DUE-Like IPB Batch III (tahun 2003), anggota Agri Farma-Faperta (tahun 2005), kepanitiaan dalam kegiatan HIPOTEX-R (tahun 2005) dan

(18)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, Rabb semesta alam, Rabb yang selalu menjawab doa hamba-hambanya dan

selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya, atas rahmat dan karunia-Nya

hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini berjudul ”Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur

Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana struktur, perilaku

dan kinerja industri manufaktur di Indonesia, serta melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja industri manufaktur selama periode 2000-2004.

Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya,

penulis sampaikan kepada:

1. Orang tua tercinta, Ayahanda Sanaji (Almarhum) dan Ibunda Rastem,

terimakasih atas unlimited support yang diberikan kepada penulis (menjelang detik-detik seminar dan sidang), kebebasan untuk memilih, kesabaran dalam

mendidik dan membesarkan penulis sampai saat ini. Untuk Nono dan Nata

yang dengan cara-caranya sendiri selalu memberikan dukungan dan semangat

kepada penulis. Untuk ayahanda tercinta ini merupakan bingkisan yang tidak

sempat tersampaikan untuk ayah.

2. Muhammad Firdaus Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah banyak

memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis, serta memberikan

masukan-masukan bagi penulis untuk penyusunan skripsi ini.

3. Alla Asmara, M.Si dan Sahara, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan

dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak saran

dan kritik demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

4. Teman-teman terbaik penulis (Rany, Lia, Sari, Ema, Ari, Eni-ASMI dan

(19)

5. Teman 284 tercinta (Extris, Nana, Eka-Rara), atas kebersamaan selama satu

tahun di Asrama A-3 284. Saat-saat kita pertama kali jauh dari orang tua dan

saat-saat kita pertama kali mengenal kota Bogor.

6. Kepandean Rangers (Bambang, Angga, Didik, Mila dan Dai), atas kebersamaan kalian selama dua bulan di desa Kepandean, kecamatan Dukuh

Turi, Tegal. Kita adalah satu tim KKP yang terkompak dalam segala hal

(makan, tidur, jalan-jalan, ngejayus, terkecuali ikutan program KKP).

7. Teman seperjuangan-sebimbingan (Heri dan Ryan), atas kebersamaan dan

masukan yang telah kalian berikan kepada penulis selama penyusunan skripsi

ini.

8. Semua teman-teman IE angkatan 40 (Efa-Oma, Uut, Arum, Ana, Wilma,

Heni, Sri, Opie, Aji, Hendri, Lea, Any, Kiki, Rima, Windy, Mega), atas

bantuannya selama penulisan skripsi ini.

9. Ka Ade, atas waktu dan kesempatannya untuk mengajarkan panel.

10.Untuk semua pihak yang belum disebutkan satu per satu yang telah membantu

penulisan skripsi ini baik langsung maupun tidak langsung, kebersamaan

kalian semua membuat segalanya mudah dan indah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik untuk perbaikan skripsi

ini sangat diharapkan penulis. Akhirnya semoga karya kecil ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor. Juli 2007

(20)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Penelitian Terdahulu tentang Industri Manufaktur ... 8

2.2 Penelitian Terdahulu tentang Structure Conduct Performance (SCP) ... 9

2.3 Penelitian Terdahulu yang Menggunakan Panel Data ... 10

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 11

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 11

3.1.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri ... 11

3.1.2 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri ... 12

3.1.2.1 Struktur Industri ... 13

3.1.2.2 Perilaku Industri ... 17

3.1.2.3 Kinerja Industri ... 18

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 19

3.3 Hipotesis Penelitian ... 21

IV. METODE PENELITIAN ... 24

4.1 Jenis dan Sumber Data ... 24

4.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 24

4.2.1 Analisis Struktur Industri ... 25

(21)

4.2.3 Analisis Kinerja Industri ... 26

4.2.4 Analisis Panel Data ... 28

4.2.5 Pemilihan Model antara Fixed Effect dengan Random Effect .. 31

4.2.6 Evaluasi Model ... 32

4.3 Definisi Operasional ... 34

V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA ... 36

5.1 Sejarah Industri Manufaktur Indonesia ... 36

5.2 Perkembangan Industri Manufaktur Indonesia ... 37

5.2.1 Pertumbuhan Tingkat Produksi Industri Manufaktur Indonesia ... 37

5.2.2 Perkembangan Nilai Ekspor Industri Manufaktur Indonesia ... 38

5.2.3 Perkembangan Nilai Impor Industri Manufaktur Indonesia .... 39

5.3 Kondisi Investasi Industri Manufaktur Indonesia ... 41

5.4 Kebijakan Industri di Indonesia ... 43

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

6.1 Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur ... 46

6.1.1 Analisis Struktur Industri ... 46

6.1.1.1 Analisis Rasio Konsentrasi ... 46

6.1.1.2 Analisis Hambatan Masuk Pasar ... 48

6.1.2 Analisis Perilaku Industri dalam Industri Manufaktur ... 50

6.1.2.1 Strategi Harga ... 50

6.1.2.2 Strategi Produk dan Promosi ... 51

6.1.2.3 Strategi Distribusi ... 52

6.1.2.4 Kolusi ... 53

6.1.3 Analisis Kinerja Industri Manufaktur ... 55

6.2 Analisis Panel Data ... 56

6.2.1 Indikator Kebaikan Model ... 57

6.2.2 Hasil Estimasi ... 59

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

7.1 Kesimpulan ... 62

(22)

v

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut

Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2000-2005 (Milyar Rupiah) ... 1

3.1 Tipe-tipe Pasar ... 15

4.1 Kerangka Identifikasi Autokorelasi ... 33

5.1 Rencana Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang Disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2000-2005

(Milyar Rupiah) ... 41

5.2 Rencana Penanaman Modal Asing (PMA) yang Disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2000-2005 (Juta US $) ... 42

6.1 Tipologi Struktur Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2000-2004 ... 47

6.2 Klasifikasi MES Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2000-2004 ... 49

6.3 Hasil Estimasi dengan Model Efek Tetap (Fixed Effect Model) ... 57 6.4 Pertumbuhan Rata-rata Nilai Produksi dan Nilai Input Industri

(24)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1 Pertumbuhan Rata-rata Indikator Industri Manufaktur Indonesia

Tahun 2000-2004 ... 3

3.1 Pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) ... 13 3.2 Skema Penelitian Operasional ... 21

5.1 Pertumbuhan Rata-rata Nilai Produksi Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2000-2004 ... 38

5.2 Perkembangan Nilai Rata-rata Ekspor Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2000-2004 ... 39

(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kode Klasifikasi Industri Manufaktur Indonesia Menurut ISIC

Golongan Pokok (Division) 2 Digit... 68 2. Pertumbuhan Nilai Produksi Industri Manufaktur Indonesia

(2000-2004) ... 69

3. Pertumbuhan Nilai Tambah Industri Manufaktur Indonesia

(2000-2004) ... 70

4. Pertumbuhan Ekspor Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004) ... 71

5. Nilai Ekspor (EX) Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004) ... 72

6. Nilai Impor (IM) Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004)... 73

7. Nilai CR4 Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004) ... 74

8. Nilai Minimum Efficiency Scale (MES) Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004) ... 75

9. Nilai Price Cost Margin (PCM) Industri Manufaktur Indonesia

(2000-2004) ... 76

10. Nilai Efisiensi-X (XEFF) Industri Manufaktur Indonesia

(2000-2004) ... 77

11. Nilai Produktivitas (PROD) Industri Manufaktur Indonesia

(2000-2004) ... 78

12. Hasil Estimasi dengan Menggunakan Model Efek Tetap

(26)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian

Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam

pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penerimaan devisa.

Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain

dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk industri selalu memiliki

term of trade yang tinggi serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri

memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat

yang tinggi kepada pemakainya (Dumairy, 2000).

Tabel 1.1. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2000-2005 (Milyar Rupiah)

Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Pertanian,

peternakan,

kehutanan dan perikanan

216.831,4 225.685,7 232.973,5 240.387,3 247.163,6 253.726,0

Pertambangan

dan penggalian 167.692,2 168.244,3 169.932,0 167.603,8 160.100,5 165.085,4 Industri

pengolahan 385.597,9 398.323,8 419.388,1 441.754,9 469.952,4 491.421,8 Listrik, gas dan

air minum 8.393,7 9.058,3 9.868,2 10.349,2 10.897,6 11.584,1 Bangunan 76.573,4 80.080,4 84.469,8 89.621,8 96.334,4 103.483,7 Perdagangan,

hotel dan restoran

224.452,0 234.273,1 243.409,3 256.516,6 271.142,2 293.877,2

Pengangkutan

dan komunikasi 65.012,1 70.276,1 76.173,1 85.458,4 96.896,7 109.467,1 Keuangan,

persewaan dan jasa perusahaan

115.463,1 123.085,5 130.928,1 140.374,4 151.123,3 161.384,3

Jasa-jasa 129.754,5 133.957,4 138.982,3 145.104,9 152.906,1 160.626,5 Total 1.389.770,3 1.442.984,6 1.506.124,4 1.577.171,3 1.556.516,8 1.750.656,1 Sumber: BPS, 2006

(27)

Pada Tabel 1.1 kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB lebih

besar dibandingkan dengan kontribusi dari sektor pertanian. Kontribusi sektor

industri pengolahan terhadap PDB hampir seperempat dari pendapatan nasional

berasal dari pendapatan industri pengolahan. Besarnya kontribusi sektor industri

terhadap pembentukan PDB memberikan arti bahwa perekonomian nasional

sampai saat ini (2000-2005) didominasi oleh sektor industri pengolahan. Bila

sektor industri tersebut kinerjanya terganggu, maka secara langsung

perekonomian nasional juga ikut terganggu.

Adanya pergeseran beberapa kegiatan dari sektor pertanian ke sektor

perdagangan, manufaktur dan jasa, ini merupakan dampak dari semakin tinggi

tingkat pembangunan ekonomi suatu negara. Ini akan berakibat pada peranan

sektor pertanian yang semakin menurun, sedangkan peran sektor industri semakin

besar. Hal ini berarti alokasi sumber daya dan dana lebih banyak dialokasikan

pada sektor industri.

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu yang menjadi ukuran baik buruknya kinerja suatu industri

adalah dilihat dari tingkat produksi yang dihasilkan oleh industri tersebut.

Permasalahan yang terjadi dalam industri manufaktur didasari pada permasalahan

tingkat produksi. Pada Lampiran 2 rata-rata pertumbuhan produksi industri

manufaktur Indonesia selama periode 2000-2004 tercatat sebesar 25,55 persen per

tahun. Pertumbuhan produksi pada tahun 2000 sebesar 22,90 persen kemudian

mengalami peningkatan pada tahun 2001 sebesar 31,81 persen dan 35,08 persen

(28)

3

penurunan sebesar 2,09 persen. Pertumbuhan nilai produksi setiap tahunnya dapat

dilihat pada Gambar 1.1.

Ketidakstabilan politik, bencana dan kenaikan harga bahan bakar dunia

merupakan faktor yang menyebabkan pertumbuhan produksi pada industri

manufaktur Indonesia mengalami penurunan. Kenaikan harga bahan bakar dapat

menambah biaya produksi industri karena sampai saat ini komponen yang

digunakan dalam proses produksi industri manufaktur masih diimpor dari luar

negeri, sehingga kenaikan biaya produksi ini akan berpengaruh langsung pada

kinerja industri manufaktur Indonesia. Namun pada tahun 2004 pertumbuhan

produksi pada industri manufaktur mengalami peningkatan kembali sebesar 0,36

persen.

Sumber: BPS, 2000-2004 (diolah)

Gambar 1.1. Pertumbuhan Rata-rata Indikator Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2000-2004

Jenis industri yang mengalami peningkatan produksi tiap tahunnya adalah

industri makanan dan minuman (kode 15), industri kayu, barang dari kayu (tidak

termasuk furnitur) dan barang-barang anyaman (kode 20), industri batu bara,

0 10 20 30 40 50 60 70

2000 2001 2002 2003 2004

(29)

pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi dan bahan bakar nuklir (kode

23), industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia (kode 24), industri radio,

televisi dan peralatan komunikasi serta perlengkapannya (kode 32) dan industri

furnitur dan industri pengolahan lainnya (kode 36). Perkembangan yang pesat dari

kelompok industri-industri tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu sisi

permintaan dan sisi penawaran.

Dari sisi permintaan, permintaan pasar domestik untuk barang-barang

konsumsi berkembang pesat setiap tahunnya mengikuti pertumbuhan penduduk

dan peningkatan pendapatan masyarakat yang mendorong pertumbuhan

industri-industri di dalam negeri yang memproduksi barang-barang tersebut. Sementara

dari sisi penawaran, pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang industri

barang-barang konsumsi jauh lebih mudah serta aspek teknologi dan Sumber

Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang konsumsi

jauh lebih sederhana.

Nilai tambah merupakan ukuran untuk melihat efisiensi kinerja dalam

sebuah industri dalam rangka meminimumkan biaya, sehingga tingkat keuntungan

yang diperoleh industri semakin besar. Pada Lampiran 3 rata-rata pertumbuhan

nilai tambah industri manufaktur selama periode 2000-2004 sebesar 24,36 persen

per tahun. Pertumbuhan rata-rata nilai tambah dapat dilihat pada Gambar 1.1,

pada tahun 2000 nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 29.62 persen. Pada tahun

2001 mengalami penurunan sebesar 25,56 persen. Sementara pada tahun 2002

rata-rata pertumbuhan nilai tambah yang dihasilkan oleh industri manufaktur

(30)

5

pertumbuhan kembali mengalami penurunan sebesar 13.84 persen dan sebesar

11.67 persen pada tahun 2004. Penurunan tersebut disebabkan biaya yang

dikeluarkan, baik biaya produksi maupun biaya non produksi, lebih besar dari

pada biaya penggunaan output yang digunakan dalam proses produksi pada

industri manufaktur, sehingga nilai tambah yang dihasilkan menurun.

Kegiatan ekspor sangat terkait erat dengan kinerja sebuah industri di

dalam negeri. Untuk memperkuat daya saing di sektor industri perlu adanya

kerjasama dan didukung oleh kebijakan yang dapat mendorong industri untuk

dapat bersaing di pasar internasional, karena pangsa pasar merupakan hal

terpenting bagi pelaku usaha di sektor industri. Industri manufaktur merupakan

salah satu industri penyumbang devisa terbesar. Ini dapat dilihat dari

perkembangan ekspor industri manufaktur selama periode 2000-2004. Pada

Lampiran 4 rata-rata pertumbuhan ekspor industri manufaktur selama periode

tersebut tercatat sebesar 15,07 persen per tahun.

Pada tahun 2000 pertumbuhan ekspor tercatat sebesar 59,35 persen, namun

dari tahun 2001 sampai tahun 2003 pertumbuhan ekspor pada industri manufaktur

mengalami penurunan yang cukup tajam. Penurunan tersebut terjadi karena

adanya penurunan tingkat produksi pada industri manufaktur sehingga biaya

penggunaan nilai input lebih besar dari tingkat produksinya. Namun pada tahun

2004 pertumbuhan ekspor industri manufaktur melaju lebih cepat yaitu tumbuh

sebesar 29,70 persen. Pertumbuhan nilai ekspor dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Permasalahan yang terjadi pada tingkat ekspor hasil komoditi industri

(31)

Indonesia hanya terpusat pada industri tertentu (dapat dilihat pada Lampiran 5)

yaitu industri makanan dan minuman (kode 15), industri tekstil (kode 17) dan

industri batu bara, pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi dan bahan

bakar nuklir (kode 23) yang memiliki pangsa 50 persen dari total ekspor

manufaktur. Sehingga kekuatan pasar (market share) didominasi oleh kelompok industri tersebut. Keadaan seperti ini akan menghambat pelaku bisnis dari luar

untuk masuk dan bersaing dalam industri manufaktur. Sehingga tingkat

keuntungan yang dihasilkan oleh industri manufaktur akan menurun. Hal ini

secara langsung akan berpengaruh pada kinerja industri yang ada. Oleh karena itu

studi tentang struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur Indonesia perlu

dilakukan.

Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dapat dikaji

dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur di

Indonesia?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur di

Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur di

(32)

7

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri

manufaktur di Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemerintah sebagai

regulator dalam menetapkan kebijakan yang mendukung kinerja industri

manufaktur Indonesia, bagi pihak-pihak terkait seperti para pelaku usaha industri

manufaktur untuk meningkatkan kinerja industri manufaktur Indonesia di masa

mendatang dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan tambahan

informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian tentang struktur, perilaku dan kinerja industri

manufaktur Indonesia ini hanya menganalisis kategori industri besar dan sedang

berdasarkan kode Internasional Standard Industrial Classification (ISIC) 2 digit revisi 2000 yaitu meliputi kode 15 sampai kode 36. Daftar klasifikasi industri

(33)

Hasil penelitian Azhari (2005) menunjukan bahwa sektor industri

pengolahan cenderung memiliki struktur pasar yang bersifat oligopoli, dimana

tingkat oligopolinya bervariasi antara oligopoli ketat, sedang dan longgar.

Pengaruh konsentrasi terhadap penyesuaian harga memiliki hubungan yang positif

dimana ketika konsentrasi meningkat maka koefisien penyesuaian harga juga akan

meningkat.

Irawan (2005) menyatakan bahwa faktor yang sangat mempengaruhi

pendapatan nasional pada sektor industri pengolahan adalah pendapatan nasional

tahun sebelumnya dan faktor yang sangat mempengaruhi kesempatan kerja sektor

industri pengolahan adalah PDB dan kesempatan kerja tahun sebelumnya.

Pengaruh sektor industri pengolahan terhadap pendapatan nasional cukup besar.

Terlihat dari sumbangan sektor industri pengolahan terhadap pendapatan nasional

dimana hampir seperempat dari pendapatan nasional berasal dari pendapatan

nasional industri pengolahan. Pengaruh sektor industri pengolahan terhadap

kesempatan kerja tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan oleh sektor industri

pengolahan lebih padat modal dibandingkan dengan sektor lain. Upaya

pemerintah dalam meningkatkan pandapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi

melalui kebijakan produksi dan distribusi, ekspor-impor, dan menciptakan kondisi

(34)

9

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian

tentang industri manufaktur di analisis dari struktur, perilaku dan kinerja industri.

Industri manufaktur yang di analisis adalah industri besar dan sedang industri

berdasarkan kode ISIC 2 digit yaitu dari kode 15 sampai kode 36. Klasifikasi kode

industri dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.2 Penelitian Terdahulu tentang StructureConductPerformance (SCP)

Hasil penelitian Safitri (2006) menunjukan bahwa struktur pasar pada

industri besi dan baja adalah oligopoli ketat namun ada perusahaan yang

mendominasi pasar. Variabel XEF dan CR4 mempunyai pengaruh terbesar dalam

meningkatkan kinerja (PCM). Sedangkan dalam penurunan PCM variabel yang

memiliki pengaruh terbesar adalah variabel DUMMY, MES dan GROWTH.

Berdasarkan analisis perilaku dari perusahaan pada industri besi baja di Indonesia

diduga ada beberapa perilaku dari struktur pasar terhadap kinerja pada industri

besi baja di Indonesia. Perilaku yang terjadi antara lain adalah strategi harga,

produk, promosi dan distribusi.

Berdasarkan penelitian terdahulu, yang membedakan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri

manufaktur dapat dilihat dari tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar

(CR4), tingkat rasio Efisiensi-X (XEFF), produktivitas (PROD), pertumbuhan

nilai produksi (GROWTH), nilai ekspor (EX) dan nilai impor (IM). Untuk melihat

perilaku pasar dalam industri manufaktur melalui strategi harga, strategi produk,

(35)

2.3 Penelitian Terdahulu yang Menggunakan Panel Data

Handriyas (2002) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pendekatan

pengaruh tetap dengan pembobot merupakan pendekatan yang terbaik dalam

analisis data panel pada kasus pendugaan permintaan mobil. Hal ini disebabkan

permintaan mobil antar propinsi yang beragam (heterogen) sehingga pembobotan

dengan ragam (heterogen) cross section akan menghasilkan dugaan parameter

model yang lebih efisien.

Hasil penelitian Sembiring (2005) menunjukan bahwa untuk menganalisis

kategori Bank berdasarkan aset menggunakan model efek tetap (fixed effect). Dari

hasil estimasi menunjukan koefisien variabel yang sama untuk setiap individu dan

intersep yang berbeda untuk setiap individu. Variabel penjelas signifikan secara

statistik untuk SEC (pertumbuhan surat-surat berharga), DEF (pertumbuhan

saving deposit), AR(1). Sedangkan SBI (pertumbuhan suku bunga SBI), DSBI1

(dummy slope kategori 1), DSBI3 (dummy slope kategori 3) dan DSBI4 (dummy

slope kategori 4) tidak signifikan pada α=10 persen.

Pada penelitian ini, analisis panel data dilakukan untuk melihat

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur Indonesia. Pendekatan

panel data yang digunakan pada penelitian ini untuk memilih antara model fixed

effect dengan random effect adalah menggunakan uji Hausman (Hausman Test)

dengan hipotesis, jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari X2-Tabel, maka

cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol yaitu random

effect model, sehingga model yang digunakan adalah fixed effect model, begitu

(36)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri

Menurut Shepherd (1990) yang dimaksud dengan ekonomi industri atau

disebut juga dengan organisasi industri adalah cabang dari ilmu mikroekonomi

atau aplikasi teori mikroekonomi yang menganalisis pasar, perusahaan dan

industri. Sebagai cabang dari ilmu ekonomi mikro, tujuan yang ingin dicapai oleh

para pelaku ekonomi (perusahaan) diasumsikan adalah bagaimana menggunakan

sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas

(Stigler dalam Daryanto, 2003).

Jaya (2001) mengemukakan bahwa ekonomi industri merupakan suatu

keahlian khusus dalam ilmu ekonomi. Ekonomi industri menelaah struktur pasar

dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan pada studi empiris dari

faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku dan kinerja pasar.

Dalam ekonomi industri terdapat dua sisi yang menarik. Pertama, ekonomi industri merupakan seperangkat konsep dan analisis mengenai persaingan dan

monopoli dengan berbagai macam pasar yang berada di antara keduanya. Kedua,

ekonomi industri juga berkaitan erat dengan pasar riil yang sangat diramaikan

oleh adanya persaingan antar perusahaan.

Pengertian industri sendiri terbagi menjadi dua lingkup, yaitu mikro dan

makro. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang

(37)

sifat substitusi. Dari segi pembentukan pendapatan yang cenderung bersifat

makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Dengan

kata lain, industri merupakan kumpulan dari perusahaan yang sejenis (Hasibuan,

1993).

3.1.2 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri

Untuk mengamati hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja dalam

ekonomi industri menurut Hasibuan (1993), dapat dilihat dari hubungan struktur

dan kinerja industri, pengamatan kinerja dan perilaku yang kemudian dikaitkan

lagi dengan struktur menelaah kaitan struktur terhadap perilaku dan kemudian

baru diamati, oleh karena telah dijawab dari hubungan struktur dan perilakunya.

Struktur pasar menggambarkan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan.

Struktur pasar merupakan kunci penting dari pola konsep konvensional dalam

ekonomi industri. Struktur pasar juga mempengaruhi perilaku dari perusahaan.

Struktur dan perilaku akhirnya akan mempengaruhi kinerja pasar. Hal utama dari

struktur, perilaku dan kinerja adalah determinan-determinan yang membentuk

struktur itu sendiri, yaitu skala ekonomi dan disekonomi.

Dasar paradigma SCP sendiri dicetuskan oleh Edward S. Mason, seorang

dosen di University of Harvard tahun 1939, mengemukakan bahwa struktur

(structure) suatu industri akan menentukan bagaimana para pelaku industri berperilaku (conduct) yang pada akhirnya menentukan keragaan atau kinerja (performance) industri tersebut. Struktur biasanya diukur dengan rasio konsentrasi. Perilaku antara lain dilihat dari tingkat persaingan ataupun kolusi

(38)

13

inovasi, efisiensi dan profitabilitas. Hubungan SCP dapat digambarkan sebagai

[image:38.612.165.475.166.230.2]

berikut:

Gambar 3.1. Pendekatan StructureConductPerformance (SCP) Sumber: Mason, 1939

3.1.2.1 Struktur Industri

Menurut Hasibuan (1993) pasar secara sederhana disebut sebagai

pertemuan antara penjual dengan pembeli. Pengertian penjual disini telah

mencakup setiap individu perusahaan dalam industri, sedangkan pengertian

pembeli telah tergabung dalam sejumlah pembeli. Pengertian pasar dapat

dipandang secara nyata dan dapat pula secara abstrak. Secara abstrak dapat

dinyatakan bahwa pasar adalah ratusan atau ribuan perusahaan dalam suatu

industri yang melakukan transaksi dalam suatu waktu, sedangkan secara nyata

yang dapat dilihat pada suatu lokasi adalah terjadinya transaksi jual beli. Sehingga

pengertian dari industri adalah kumpulan dari permasalahan-permasalahan yang

menghasilkan barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti (substitusi).

Melalui pengertian pasar inilah, struktur pasar dapat dinilai dan dikaji secara

mendalam.

Jaya (2001) mengemukakan bahwa struktur pasar menjadi ukuran penting

dalam mengamati variasi perilaku dan kinerja industri, karena secara strategis

dapat mempengaruhi kondisi persaingan serta tingkat harga barang dan jasa.

(39)

Dengan demikian, pengaruh itu akhirnya sampai pada kesejahteraan manusia.

Struktur pasar juga menunjukan atribut pasar yang mempengaruhi sifat proses

persaingan. Dalam struktur pasar terdapat tiga elemen pokok yang dapat

dijelaskan yaitu pangsa pasar (market share), konsentrasi pasar (market

contcentration) dan hambatan-hambatan untuk masuk pasar (barrier to entry).

a. Pangsa Pasar (Market Share)

Pangsa pasar adalah pangsa dari pendapatan penjualan total. Pangsa pasar

merupakan indikator yang paling penting dalam menentukan derajat kekuasaan

monopoli, dalam skala ordinal (dibandingkan dari pangsa pasar yang tinggi atau

paling rendah dalam pasar yang sama). Semakin tinggi pangsa pasar maka

kekuasaan monopoli semakin besar sedangkan jika pangsanya rendah maka

kekuatan monopoli yang dimiliki akan semakin kecil atau bahkan tidak ada sama

sekali (Shepherd, 1990).

Pangsa pasar sering digunakan sebagai indikator proksi untuk melihat

adanya kekuatan pasar dan menjadi indikator tentang seberapa penting perusahaan

di dalam industri. Pangsa pasar yang besar biasanya menandakan kekuatan pasar

yang besar dalam menghadapi persaingan dan sebaliknya. Pangsa pasar dapat

dihitung dengan beberapa cara yaitu berdasarkan nilai penjualan, unit penjualan,

unit produksi dan kapasitas produksi. Pada produk yang bersifat homogen

biasanya pangsa pasar diukur dengan menggunakan unit atau volume penjualan

sedangkan pada pasar yang produknya heterogen pangsa pasar dihitung terhadap

total penjualan. Beberapa tipe pasar dengan kondisi pangsa pasar dapat dilihat

(40)
[image:40.612.131.508.110.399.2]

15

Tabel 3.1. Tipe-tipe Pasar

Tipe Pasar Kondisi Utama Contoh

Monopoli murni Suatu perusahaan yang memiliki 100 persen dari pangsa pasar

PLN, TELKOM, PAM

Perusahaan yang dominan

Suatu perusahaan yang memiliki 50-100 persen dari pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat

Surat kabar lokal atau nasional, film kodak, batu baterai

Oligopoli ketat Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60-100 persen, kesepakatan di antara mereka untuk menetapkan harga relatif mudah

Bank-bank lokal, siaran TV, bola lampu, sabun, toko buku, rokok kretek dan semen

Oligopoli longgar Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki 40 persen atau kurang dari pangsa pasar, kesepakatan mereka untuk mendapatkan harga sebenarnya tidak mungkin

Kayu, perkakas rumah tangga, mesin-mesin kecil, perangkat keras, majalah, batu baterai, obat-obatan

Persaingan monopolistik

Banyak pesaing yang efektif, tidak satu pun yang memiliki lebih dari 10 persen pangsa pasar

Pedagang eceran, penjual pakaian

Persaingan murni Lebih dari 50 pesaing yang mana tidak satu pun yang memiliki pangsa pasar yang berarti

Sapi dan unggas

Sumber: Jaya, 2001

b. Konsentrasi (Concentration)

Konsentrasi atau pemusatan merupakan gabungan pangsa pasar dari

perusahaan-perusahaan oligopoli dimana mereka menyadari adanya saling

ketergantungan. Kombinasi pangsa pasar perusahaan membentuk suatu tingkat

pemusatan dalam pasar. Konsentrasi menunjukan tingkatan dari oligopoli dimana

pangsa pasar merupakan indikator tunggal yang menunjukan tingkatan kekuatan

monopoli dalam skala ordinal dimana membandingkan pangsa pasar yang lebih

besar atau lebih kecil pada industri yang sama. Pangsa pasar yang lebih tinggi

besarnya mengarah pada kekuatan monopoli, sedangkan pangsa pasar yang lebih

(41)

Menurut Greer dalam Andiani (2006), konsentrasi disebabkan oleh lima

faktor yaitu pertama, adanya kesempatan dan keberuntungan. Kedua, adanya

penyebab teknis (berupa besar pasar yang dimasuki, skala ekonomi, kemudahan

memperoleh sumber daya dan tingkat pertumbuhan pasar). Ketiga, adanya

kebijakan pemerintah (berupa peraturan, pemberian paten, lisensi, tarif dan kuota).

Keempat, kebijakan usaha (berupa merger dan adanya predatory pricing/exclusive

dealing). Kelima, berupa differensiasi produk.

Konsentrasi dapat diukur dengan menggunakan indeks konsentrasi yaitu

statistik yang dikembangkan untuk menghasilkan ukuran ringkasan struktur pasar.

Ukuran pasar konsentrasi yang umumnya digunakan adalah persentase dari

seluruh jumlah pengiriman yang dipasok oleh empat perusahaan terbesar. Ukuran

lain adalah Hirschmann-Herfindahl Index (HHI) yang menimbang pangsa pasar rata-rata dari semua perusahaan dalam sebuah industri (Asia Development Bank,

2001 dalam Puspasari, 2006).

c. Hambatan Untuk Masuk (Barrier to Entry)

Bentuk pesaing bermunculan untuk berpacu dalam mencapai target

keuntungan yang diinginkan dan merebut pangsa pasar. Persaingan yang terjadi

adalah persaingan yang potensial dimana perusahaan-perusahaan di luar pasar

yang mempunyai kemungkinan untuk masuk dan menjadi pesaing yang

sebenarnya. Konsep persaingan potensial dan kemudahan untuk masuk

merupakan intuisi sederhana serta telah lama digunakan. Hambatan-hambatan ini

mencakup seluruh cara dengan menggunakan perangkat tertentu yang sama

(42)

17

segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kecepatan pesaing baru

(Jaya, 2001).

Ada tiga hal hambatan memasuki suatu pasar, yaitu: pertama,

hambatan-hambatan timbul dalam kondisi pasar yang mendasar, baik dalam bentuk

perangkat legal maupun dalam kondisi-kondisi berubah dengan cepat. Kedua,

hambatan yang terbagi dalam beberapa tingkat yaitu hambatan rendah, sedang

serta tinggi. Ketiga, hambatan merupakan sesuatu yang kompleks.

Menurut Shepherd (1990), ada dua jenis barrier to entry, yaitu hambatan eksogen dan hambatan endogen. Hambatan eksogen merupakan hambatan untuk

ke dalam pasar yang bersifat dari luar perusahaan. Hambatan eksogen ini terdiri

dari modal (capital requirement), skala ekonomi, differensiasi produk, differsifikasi intensitas penelitian dan pengembangan, investasi yang besar dan

integrasi vertikal. Sedangkan hambatan endogen dapat berupa kebijakan harga

dari establish firm, strategi penguasaan produk, strategi penguasaan bahan baku, strategi pemasaran produk dan image dari loyalitas merek suatu produk itu sendiri.

3.1.2.2 Perilaku Industri

Menurut teori ekonomi industri, perilaku industri menganalisis tingkah

laku serta penerapan strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu

industri untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya. Perilaku

industri ini terlihat dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam

(43)

jenis antara lain, perilaku dalam strategi harga, perilaku dalam strategi produk dan

perilaku dalam strategi promosi.

Dalam perilaku industri dapat dijelaskan mengenai harga dan jumlah yang

ditetapkan oleh perusahaan, kolusi dan persaingan yang terjadi antara perusahaan,

diskriminasi harga, differensiasi produk, pengeluaran iklan dan promosi serta

pengeluaran riset dan pengembangan.

3.1.2.3 Kinerja Industri

Menurut Jaya (2001), kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi

oleh struktur dan perilaku industri. Menurut para ekonom, kinerja industri

biasanya memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi

dan kesinambungan dalam distribusi.

a. Efisiensi

Efisiensi adalah menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan

menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara fisik maupun nilai ekonomis

(harga). Efisiensi terdiri dari dua kategori, yaitu efisiensi internal (efisiensi-X) dan

efisiensi alokasi. Efisiensi internal biasanya menggambarkan perusahaan yang

dikelola dengan baik, menggambarkan usaha yang maksimum dari para pekerja

dan menghindari kejenuhan dalam pelaksanaan jalannya perusahaan. Sedangkan

efisiensi alokasi menggambarkan sumber daya ekonomi yang dialokasikan

sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat

(44)

19

b. Kemajuan Teknologi

Melalui penemuan dan pembaharuan teknologi, orang dapat membuat

suatu karya yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang

yang telah ada. Kemajuan teknologi dapat berpengaruh pada produksi, biaya dan

harga.

c. Kesinambungan dalam Distribusi (Keadilan/Equity)

Keadilan dalam pendistribusian sangat erat kaitannya dengan efisiensi

dalam pengalokasian. Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu

kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. Kesejahteraan dan pendapatan

berkaitan dengan nilai uang. Sementara kesempatan berkaitan dengan peluang

yang dimiliki setiap orang.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Pada alur kerangka operasional (Gambar 3.2) digambarkan bentuk bagan

alur yang saling berkaitan antara struktur, perilaku dan kinerja industri. Kerangka

pemikiran ini mengacu pada kerangka Structure Conduct Performance (SCP), dimana satu industri tidak terlepas dari adanya struktur, perilaku dan kinerja

industri itu sendiri. Pada model analisis SCP dikatakan bahwa struktur pasar suatu

industri mempengaruhi perilaku perusahaan yang ada didalamnya, kemudian

perilaku tersebut akan mempengaruhi kinerja dari industri tersebut.

Pendekatan ini dimulai dengan menganalisis struktur industri manufaktur

(45)

Di samping itu, struktur pasar yang ada akan mempengaruhi perilaku

industri manufaktur. Dalam penelitian ini, perilaku dianalisis secara deskriptif

karena secara umum untuk menganalisis perilaku pasar tidak dapat diukur secara

kuantitatif. Analisis perilaku ini dilihat dari bagaimana strategi perusahaan dalam

menetapkan harga jual, produk, melakukan promosi untuk memasarkan

produknya dan strategi distribusi. Perilaku ini selanjutnya akan dapat

mempengaruhi kinerja industri manufaktur.

Analisis kinerja industri dilihat dari bagaimana perkembangan tingkat

keuntungan perusahaan melalui nilai Price Cost Margin (PCM) dan nilai efisiensi. Sementara variabel struktur seperti konsentrasi rasio empat perusahaan terbesar

(CR4), efisiensi-X (XEFF), produktivitas (PROD), pertumbuhan nilai produksi

(GROWTH), nilai ekspor (EX) dan nilai impor (IM), digunakan untuk

menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur

Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur

Indonesia dianalisis dengan menggunakan pendekatan panel data yang diestimasi

melalui tiga pendekatan yaitu pooled (model kuadrat terkecil), fixed effect model

(model efek tetap) dan random effect model (model efek acak). Untuk memperoleh keputusan penggunaan model fixed effect model ataupun random

(46)

21

Gambar 3.2. Skema Penelitian Operasional

3.3 Hipotesis Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh struktur terhadap kinerja industri telah

banyak dilakukan oleh para peneliti ekonomi, terutama oleh pengamat industri.

Hubungan variabel-variabel struktur dan kinerja dapat menghasilkan kesimpulan

yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya penggunaan proksi yang berbeda oleh

para peneliti.

Berdasarkan pengamatan teori dan penelitian terdahulu yang mendasari

penelitian ini, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) memiliki pengaruh

positif terhadap PCM. Semakin tinggi konsentrasi suatu perusahaan maka Industri Manufaktur

di Indonesia

Struktur

™ Market Share

™ Concentration Ratio

™ Barrier to Entry

Perilaku

™ Strategi Harga

™ Strategi Produk

™ Strategi Promosi

Kinerja

™ Price Cost Margin

™ Efficiency

Hubungan Struktur-Perilaku-Kinerja

Industri

Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Kinerja Industri Manufaktur

(47)

semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Sementara tingkat konsentrasi memiliki pengaruh negatif dengan

persaingan, dimana ketika tingkat konsentrasi meningkat maka tingkat

persaingan akan menurun dan sebaliknya.

2. Efesiensi-X (XEFF) memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Semakin

efisien suatu perusahaan maka tingkat produksi suatu perusahan lebih

sedikit untuk memproduksi komoditi karena efisiensi merupakan

pengurangan biaya sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

dalam jangka panjang lebih murah. Adanya efisiensi maka tingkat

keuntungan perusahaan akan meningkat.

3. Produktivitas memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Produktivitas

merupakan perbandingan antara nilai output dengan nilai input tenaga

kerja. Semakin tinggi nilai output akan meningkatkan nilai produktivitas

suatu perusahaan. Produktivitas yang meningkat menunjukan kinerja yang

meningkat pula maka akan menambah penghasilan dan keuntungan bagi

perusahaan.

4. Pertumbuhan nilai produksi mempunyai pengaruh positif terhadap PCM.

Pertumbuhan nilai produksi merupakan perbandingan nilai barang yang

dihasilkan tahun ini dikurangi dengan nilai barang yang dihasilkan tahun

sebelumnya dibagi dengan nilai barang yang dihasilkan tahun sebelumnya.

Jika pertumbuhannya semakin meningkat maka tingkat keuntungan yang

(48)

23

5. Ekspor memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Kemampuan perusahaan

untuk melakukan ekspor yang tinggi dapat meningkatkan keuntungan

perusahaan.

6. Impor memiliki pengaruh negatif terhadap PCM. Keberadaan barang

impor dapat mendorong produsen dalam negeri untuk menurunkan harga

(49)

4.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder

dalam bentuk time series dan cross section (panel data) dengan periode waktu

tahunan yaitu dari tahun 2000 hingga tahun 2004. Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah data rasio konsentrasi (CR), nilai output, nilai input, nilai

tambah, upah, nilai produksi, nilai ekspor dan nilai impor. Sumber data diperoleh

dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan literatur-literatur yang berkaitan

dengan penelitian ini.

4.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis

perilaku industri manufaktur. Metode kuantitatif dengan dua pendekatan, yaitu

pendekatan SCP untuk menganalisis struktur dan kinerja industri manufaktur dan

pendekatan panel data digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja industri menufaktur Indonesia. Pengolahan data dilakukan

dengan menggunakan bantuan software Microsoft Office Excel 2003 dan E-Views

(50)

25

4.2.1 Analisis Struktur Industri a. Pangsa Pasar (MS)

Setiap perusahaan mempunyai pangsa pasar yang berbeda-beda berkisar

antara 0 hingga 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar

menggambarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya.

………..………..………….. (3.1)

dimana:

MSi = pangsa pasar perusahaan i (%)

Si = penjualan perusahaan i (rupiah)

Stot = penjualan total seluruh perusahaan (rupiah)

b. Rasio Konsentrasi (CR)

Tingkat konsentrasi dapat dihitung melalui Concentration Ratio (CR).

Rasio konsentrasi merupakan persentase dari total output industri atau pendapatan

penjualan. Rasio sejumlah perusahaan mengukur pangsa pasar relatif dari total

output industri yang dipertanggungjawabkan oleh perusahaan-perusahaan itu.

..…....……….……… (3.2)

Semakin besar angka persentasenya (mendekati 100) berarti semakin besar

konsentrasi industri dari produk tersebut. Jika rasio konsentrasi suatu industri

mencapai 100 persen berarti bentuk pasarnya adalah monopoli.

c. Barrier to Entry

Hambatan masuk pasar dapat dilihat dengan banyaknya pesaing yang

bermunculan untuk berpacu dalam mencapai target keuntungan yang diinginkan

(51)

dan merebut pangsa pasar. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat

hambatan masuk pasar adalah dengan mengukur skala ekonomis yang didekati

melalui output perusahaaan. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan output

total industri. Perhitungan ini disebut sebagai Minimum Efficiency Scale (MES).

……….……... (3.4)

4.2.2 Analisis Perilaku Industri

Perilaku industri dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk

memperoleh informasi mengenai perilaku perusahaan dalam industri manufaktur.

Perilaku industri menganalisis tingkah laku serta penerapan strategi yang

digunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untuk merebut pangsa pasar dan

mengalahkan pesaingnya. Analisis ini sengaja dilakukan karena variabel yang

mencerminkan perilaku sifatnya kualitatif yang sulit dikualitatifkan.

4.2.3 Analisis Kinerja Industri

Analisis kinerja industri dilakukan dengan menggunakan analisis PCM.

PCM ini digunakan untuk menganalisis hubungan struktur pasar terhadap kinerja

perusahaan. Variabel endogen yang digunakan adalah proksi dari keuntungan

industri yaitu PCM dan variabel eksogennya adalah rasio konsentrasi empat

perusahaan terbesar, nilai efisiensi-X, produktivitas, pertumbuhan nilai produksi,

nilai ekspor dan nilai impor.

…. (3.5)

Total Output

Terbesar Perusahaan

Output MES=

it it it

it it

it it

it CR XEF od Growth EX IM

(52)

27

dimana:

PCMit = rasio keuntungan industri pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (%)

CR4it = konsentrasi industri dari empat perusahaan terbesar pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (%)

XEFit = efisiensi-X pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (%)

Prodit = produktivitas industri pada unit industrike-i dan tahun ke-t (rupiah)

Growthit = pertumbuhan nilai produksi pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (%)

EXit = nilai komoditi yang diekspor pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (rupiah)

IMit = nilai komoditi yang diimpor pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (rupiah)

α0 = intersep

βn = slope masing-masing peubah bebas (independen)

εit = errror/simpangan pada unit industri ke-i dan tahun ke-t

Penggunaan variabel PCM sebagai proksi dari keuntungan telah dilakukan

oleh Sentosa (2005), PCM merupakan salah satu indikator kinerja yang digunakan

sebagai perkiraan kasar dari keuntungan industri. PCM dalam penelitian ini

digunakan dengan menggunakan proksi nilai tambah yang diperoleh. Artinya

semakin tinggi nilai tambah maka semakin efisien kinerja industri tersebut dalam

rangka meminimumkan biaya sehingga keuntungan industri semakin besar. PCM

juga didefinisikan sebagai persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas

biaya langsung, PCM dapat dirumuskan sebagai berikut:

..……….……. (3.6)

output Nilai

total Upah tambah

Nilai

(53)

Tingkat konsentrasi dalam model persamaan diukur dengan rasio

konsentrasi. Rasio konsentrasi yang digunakan menunjukan besarnya kontribusi

nilai penjualan output perusahaan terbesar terhadap total nilai produksi industri.

Formulasi dari rasio konsentrasi dapat dilihat pada persamaan 3.2.

Efisiensi dan produktivitas sebagai variabel independen yang

mempengaruhi PCM didasarkan pada penelitian Puspasari (2006),

variabel-variabel ini dimasukan karena kinerja yang tinggi dapat disebabkan oleh adanya

efisiensi dan banyaknya output yang dihasilkan. Efisiensi menunjukan

perbandingan antara nilai tambah dan nilai input yang diperoleh, sedangkan

produktivitas mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

output pada periode waktu tertentu. Efisiensi dan Produktivitas dapat ditulis

dalam persamaan berikut:

………..…… (3.7)

………..…… (3.8)

4.2.4 Analisis Panel Data

Dalam ekonometrika dikenal tiga bentuk data yaitu data deret waktu (time

series), data kerat lintang (cross section) serta data panel (pooled data). Data

panel merupakan gabungan antara data time series dan data cross section. Hal ini

dikarenakan panel data menyediakan informasi yang cukup kaya untuk

perkembangan teknik estimasi dan hasil teoritikal. Dalam bentuk praktis, peneliti

telah dapat menggunakan data time series dan cross section untuk menganalisis

input nilai

tambah Nilai

X Efisiensi− =

(54)

29

masalah yang tidak dapat diatasi jika hanya menggunakan salah satunya saja.

Banyak keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan panel data, diantaranya

adalah sebagai berikut (Baltagi, 1995):

1. Mampu mengontrol heterogenitas individu.

2. Memberikan lebih banyak informasi, lebih bervariasi, mengurangi

kolinearitas antar variabel, meningkatkan degree of freedom dan lebih

efisien.

3. Lebih baik untuk study of dynamic adjustments.

4. Mampu mengidentifikasai dan mengukur efek yang secara sederhana tidak

dapat diperoleh dari data cross section murni atau data time series murni.

5. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.

Dalam pengelolaan panel data ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan,

yaitu pooled (OLS), fixed effect model (LSDV) dan random effect model (GLS).

Ketiga pendekatan ini dapat diterapkan pada dua jenis pembobotan yaitu dengan

pembobot (cross section weights) atau tanpa pembobot (no weighting). Dan untuk

memperoleh keputusan penggunaan model efek tetap atau model efek acak

ditentukan dengan menggunakan spesifikasi uji Hausman (Hausman test).

1. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)

Model pooled yaitu model yang didapatkan dengan mengkombinasikan

atau mengumpulkan semua data cross section dan time series. Model data ini

kemudian diduga dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS), yaitu:

(55)

dimana:

Yit = variabel endogen pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t

Xit = peubah bebas ke-k pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t

α = intersep

β = slope

i = industri ke-i, t = periode tahun ke-t

ε = errror/simpangan

2. Pendekatan Efek Tetap(Fixed Effect )

Model efek tetap yaitu model yang didapatkan dengan

mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat

mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series.

Peubah dummy dapat ditambahkan ke dalam model untuk memungkinkan

perubahan-perubahan intersep ini lalu model diduga dengan OLS yaitu:

…...………….…… (3.10)

Dimana:

Yit = variabel endogen pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t

Xit = peubah bebas pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t

α0 = intersep model

α1 = intersep industri ke-i

Di = variabel dummy

β = slope

i = industri ke-i, t = periode tahun ke-t

ε = errror/simpangan

it i i n

i it

it

X

D

Y

=

α

+

β

+

α

+

ε

=2
(56)

31

3. Pendekatan Efek Acak(Random Effect)

Keputusan untuk memasukan variabel dummy akan menimbulkan

konsekuensi (trade off). Penambahan variabel dummy ini akan mengurangi

banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan

mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi, hal inilah yang disebut

sebagai model efek acak. Dalam model ini parameter-parameter antar daerah

maupun antar waktu dimasukan kedalam error. Oleh karena itu, model efek acak

sering disebut juga model komponen error (Error component model). Bentuk

model efek tetap dapat ditulis dalam persamaan berikut:

……..……...………….……… (3.11)

dimana:

= Komponen cross section error

= Komponen time series error

= Komponen error kombinasi

dengan mengasumsikan error industri dan error kombinasinya tidak saling

berkorelasi.

4.2.5 Pemilihan Model Antara Fixed Effect dengan Random Effect

Hausman-test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam

memilih apakah menggunakan fixed effect model atau random effect model.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, Penggunaan fixed effect model mengandung

it t i

it

=

u

+

v

+

w

ε

)

,

0

(

~

v2

t

N

v

δ

)

,

0

(

~

u2

t

N

u

δ

)

,

0

(

~

w2

t

N

w

δ

it it

it

X

Gambar

Tabel 1.1.
Gambar 3.1. Pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) Sumber: Mason, 1939
Tabel  3.1. Tipe-tipe Pasar
Tabel  4.1. Kerangka Identifikasi Autokorelasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

1. Industri telekomunikasi telepon seluler pada tahun 2013 mengarah kepada struktur pasar oligopoli, dengan ciri-ciri 1) Memiliki hanya beberapa penjual yaitu sebanyak 7

Untuk mengamati hubungan antara struktur-perilaku-kinerja dalam ekonomi industri maka dapat dilihat dari hubungan struktur dan kinerja industri, pengamatan kinerja dan perilaku

Sehingga variabel yang digunakan dalam menganalisis hubungan struktur pasar dan kinerja pada industri sepeda motor adalah PCM, kemudian faktor lain yang dapat mempengaruhi

Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa Bogasari memiliki pangsa pasar sebesar 57,3 persen yang merupakan pangsa pasar terbesar dalam industri tepung terigu.. Sedangkan posisi

Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa Bogasari memiliki pangsa pasar sebesar 57,3 persen yang merupakan pangsa pasar terbesar dalam industri tepung terigu.. Sedangkan posisi

Struktur pasar yang oligopoli cenderung menciptakan perilaku kolusif diantara perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang besar. Konsumsi terbesar komoditi kelapa sawit, khususnya

Berdasarkan penelitian terdahulu, yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur dapat dilihat

n *Klasifikasi struktur pasar dalam Indeks Herfindahl yaitu : IHH = 1, mengarah monopoli atau monopsoni IHH = 0, mengarah persaingan sempurna 0 < IHH < 1, mengarah oligopoli CR4