OLEH WINSIH H14103043
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
WINSIH. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia (dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS).
Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penerimaan devisa. Besarnya kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDB memberikan arti bahwa perekonomian nasional sampai saat ini (2000-2005) didominasi oleh sektor industri pengolahan. Bila sektor industri tersebut kinerjanya terganggu, maka secara langsung perekonomian nasional juga ikut terganggu.
Permasalahan yang terjadi dalam industri manufaktur didasari permasalahan pada tingkat produksi. Komponen yang digunakan dalam proses produksi industri manufaktur sampai saat ini masih diimpor, sehingga biaya produksi yang digunakan lebih mahal. Ini akan berpengaruh langsung pada nilai tambah yang dihasilkan oleh industri manufaktur. Permasalahan lainnya pada industri manufaktur adalah pada tingkat ekspor hasil komoditi. Selama ini ekspor yang terjadi dalam industri manufaktur di Indonesia hanya terpusat pada industri tertentu yaitu industri makanan dan minuman (kode 15), industri tekstil (kode 17) dan industri batu bara, pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi dan bahan bakar nuklir (kode 23), sehingga kekuatan pasar (market share) didominasi oleh kelompok industri tersebut. Keadaan seperti ini akan menghambat pelaku bisnis dari luar untuk masuk dan bersaing dalam industri manufaktur.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio konsentrasi (CR), nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi, nilai ekspor dan nilai impor. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.
Metode yang digunakan adalah pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur dan pendekatan panel data digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri menufaktur Indonesia. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Office Excel 2003 dan E-Views 5.
mengestimasi Price Cost Margin (PCM). Berdasarkan hasil estimasi dengan model efek tetap yang diperoleh bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terbesar dalam peningkatan kinerja adalah produktivitas (PROD) dan efisiensi-X (XEFF). Sedangkan variabel konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4),
pertumbuhan nilai produksi (GROWTH), ekspor (EX) dan impor (IM) tidak signifikan terhadap peningkatan keuntungan.
ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA
INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA
Oleh WINSIH H14103043
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Winsih
Nomor Registrasi Pokok : H14103043
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Penelitian : Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 132 158 758
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2007
Subang, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Sanaji dan Rastem.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari tingkat sekolah dasar SDN
Patimura di desa Cigugur (1990-1997). Kemudian melanjutkan pendidikan pada
sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTPN 1 Pusakanagara di kecamatan
Pusakanagara (1997-2000) dan pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1
Pamanukan di kecamatan Pamanukan. Penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu
Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kegiatan
pelatihan dan kepanitiaan. Pelatihan yang pernah diikuti penulis antara lain,
pelatihan Peningkatan kemampuan Penguasaan Komputer Bagi Mahasiswa TPB
dalam rangka DUE-Like IPB Batch III (tahun 2003), anggota Agri Farma-Faperta (tahun 2005), kepanitiaan dalam kegiatan HIPOTEX-R (tahun 2005) dan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, Rabb semesta alam, Rabb yang selalu menjawab doa hamba-hambanya dan
selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya, atas rahmat dan karunia-Nya
hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berjudul ”Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur
Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana struktur, perilaku
dan kinerja industri manufaktur di Indonesia, serta melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja industri manufaktur selama periode 2000-2004.
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya,
penulis sampaikan kepada:
1. Orang tua tercinta, Ayahanda Sanaji (Almarhum) dan Ibunda Rastem,
terimakasih atas unlimited support yang diberikan kepada penulis (menjelang detik-detik seminar dan sidang), kebebasan untuk memilih, kesabaran dalam
mendidik dan membesarkan penulis sampai saat ini. Untuk Nono dan Nata
yang dengan cara-caranya sendiri selalu memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis. Untuk ayahanda tercinta ini merupakan bingkisan yang tidak
sempat tersampaikan untuk ayah.
2. Muhammad Firdaus Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis, serta memberikan
masukan-masukan bagi penulis untuk penyusunan skripsi ini.
3. Alla Asmara, M.Si dan Sahara, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan
dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak saran
dan kritik demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
4. Teman-teman terbaik penulis (Rany, Lia, Sari, Ema, Ari, Eni-ASMI dan
5. Teman 284 tercinta (Extris, Nana, Eka-Rara), atas kebersamaan selama satu
tahun di Asrama A-3 284. Saat-saat kita pertama kali jauh dari orang tua dan
saat-saat kita pertama kali mengenal kota Bogor.
6. Kepandean Rangers (Bambang, Angga, Didik, Mila dan Dai), atas kebersamaan kalian selama dua bulan di desa Kepandean, kecamatan Dukuh
Turi, Tegal. Kita adalah satu tim KKP yang terkompak dalam segala hal
(makan, tidur, jalan-jalan, ngejayus, terkecuali ikutan program KKP).
7. Teman seperjuangan-sebimbingan (Heri dan Ryan), atas kebersamaan dan
masukan yang telah kalian berikan kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini.
8. Semua teman-teman IE angkatan 40 (Efa-Oma, Uut, Arum, Ana, Wilma,
Heni, Sri, Opie, Aji, Hendri, Lea, Any, Kiki, Rima, Windy, Mega), atas
bantuannya selama penulisan skripsi ini.
9. Ka Ade, atas waktu dan kesempatannya untuk mengajarkan panel.
10.Untuk semua pihak yang belum disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulisan skripsi ini baik langsung maupun tidak langsung, kebersamaan
kalian semua membuat segalanya mudah dan indah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik untuk perbaikan skripsi
ini sangat diharapkan penulis. Akhirnya semoga karya kecil ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor. Juli 2007
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Penelitian Terdahulu tentang Industri Manufaktur ... 8
2.2 Penelitian Terdahulu tentang Structure Conduct Performance (SCP) ... 9
2.3 Penelitian Terdahulu yang Menggunakan Panel Data ... 10
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 11
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 11
3.1.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri ... 11
3.1.2 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri ... 12
3.1.2.1 Struktur Industri ... 13
3.1.2.2 Perilaku Industri ... 17
3.1.2.3 Kinerja Industri ... 18
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 19
3.3 Hipotesis Penelitian ... 21
IV. METODE PENELITIAN ... 24
4.1 Jenis dan Sumber Data ... 24
4.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 24
4.2.1 Analisis Struktur Industri ... 25
OLEH WINSIH H14103043
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
RINGKASAN
WINSIH. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia (dibimbing oleh MUHAMMAD FIRDAUS).
Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penerimaan devisa. Besarnya kontribusi sektor industri terhadap pembentukan PDB memberikan arti bahwa perekonomian nasional sampai saat ini (2000-2005) didominasi oleh sektor industri pengolahan. Bila sektor industri tersebut kinerjanya terganggu, maka secara langsung perekonomian nasional juga ikut terganggu.
Permasalahan yang terjadi dalam industri manufaktur didasari permasalahan pada tingkat produksi. Komponen yang digunakan dalam proses produksi industri manufaktur sampai saat ini masih diimpor, sehingga biaya produksi yang digunakan lebih mahal. Ini akan berpengaruh langsung pada nilai tambah yang dihasilkan oleh industri manufaktur. Permasalahan lainnya pada industri manufaktur adalah pada tingkat ekspor hasil komoditi. Selama ini ekspor yang terjadi dalam industri manufaktur di Indonesia hanya terpusat pada industri tertentu yaitu industri makanan dan minuman (kode 15), industri tekstil (kode 17) dan industri batu bara, pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi dan bahan bakar nuklir (kode 23), sehingga kekuatan pasar (market share) didominasi oleh kelompok industri tersebut. Keadaan seperti ini akan menghambat pelaku bisnis dari luar untuk masuk dan bersaing dalam industri manufaktur.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur di Indonesia serta faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio konsentrasi (CR), nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi, nilai ekspor dan nilai impor. Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.
Metode yang digunakan adalah pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur dan pendekatan panel data digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri menufaktur Indonesia. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Office Excel 2003 dan E-Views 5.
mengestimasi Price Cost Margin (PCM). Berdasarkan hasil estimasi dengan model efek tetap yang diperoleh bahwa variabel yang mempunyai pengaruh terbesar dalam peningkatan kinerja adalah produktivitas (PROD) dan efisiensi-X (XEFF). Sedangkan variabel konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4),
pertumbuhan nilai produksi (GROWTH), ekspor (EX) dan impor (IM) tidak signifikan terhadap peningkatan keuntungan.
ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA
INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA
Oleh WINSIH H14103043
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa : Winsih
Nomor Registrasi Pokok : H14103043
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Penelitian : Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Muhammad Firdaus, Ph.D NIP. 132 158 758
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Ir. Rina Oktaviani, MS, Ph.D NIP. 131 846 872
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Juli 2007
Subang, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Sanaji dan Rastem.
Riwayat pendidikan penulis dimulai dari tingkat sekolah dasar SDN
Patimura di desa Cigugur (1990-1997). Kemudian melanjutkan pendidikan pada
sekolah lanjutan tingkat pertama di SLTPN 1 Pusakanagara di kecamatan
Pusakanagara (1997-2000) dan pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1
Pamanukan di kecamatan Pamanukan. Penulis diterima sebagai mahasiswa Ilmu
Ekonomi, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa penulis aktif dalam berbagai kegiatan
pelatihan dan kepanitiaan. Pelatihan yang pernah diikuti penulis antara lain,
pelatihan Peningkatan kemampuan Penguasaan Komputer Bagi Mahasiswa TPB
dalam rangka DUE-Like IPB Batch III (tahun 2003), anggota Agri Farma-Faperta (tahun 2005), kepanitiaan dalam kegiatan HIPOTEX-R (tahun 2005) dan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, Rabb semesta alam, Rabb yang selalu menjawab doa hamba-hambanya dan
selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya, atas rahmat dan karunia-Nya
hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini berjudul ”Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur
Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana struktur, perilaku
dan kinerja industri manufaktur di Indonesia, serta melihat faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja industri manufaktur selama periode 2000-2004.
Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya,
penulis sampaikan kepada:
1. Orang tua tercinta, Ayahanda Sanaji (Almarhum) dan Ibunda Rastem,
terimakasih atas unlimited support yang diberikan kepada penulis (menjelang detik-detik seminar dan sidang), kebebasan untuk memilih, kesabaran dalam
mendidik dan membesarkan penulis sampai saat ini. Untuk Nono dan Nata
yang dengan cara-caranya sendiri selalu memberikan dukungan dan semangat
kepada penulis. Untuk ayahanda tercinta ini merupakan bingkisan yang tidak
sempat tersampaikan untuk ayah.
2. Muhammad Firdaus Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada penulis, serta memberikan
masukan-masukan bagi penulis untuk penyusunan skripsi ini.
3. Alla Asmara, M.Si dan Sahara, SP, M.Si selaku dosen penguji utama dan
dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah memberikan banyak saran
dan kritik demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
4. Teman-teman terbaik penulis (Rany, Lia, Sari, Ema, Ari, Eni-ASMI dan
5. Teman 284 tercinta (Extris, Nana, Eka-Rara), atas kebersamaan selama satu
tahun di Asrama A-3 284. Saat-saat kita pertama kali jauh dari orang tua dan
saat-saat kita pertama kali mengenal kota Bogor.
6. Kepandean Rangers (Bambang, Angga, Didik, Mila dan Dai), atas kebersamaan kalian selama dua bulan di desa Kepandean, kecamatan Dukuh
Turi, Tegal. Kita adalah satu tim KKP yang terkompak dalam segala hal
(makan, tidur, jalan-jalan, ngejayus, terkecuali ikutan program KKP).
7. Teman seperjuangan-sebimbingan (Heri dan Ryan), atas kebersamaan dan
masukan yang telah kalian berikan kepada penulis selama penyusunan skripsi
ini.
8. Semua teman-teman IE angkatan 40 (Efa-Oma, Uut, Arum, Ana, Wilma,
Heni, Sri, Opie, Aji, Hendri, Lea, Any, Kiki, Rima, Windy, Mega), atas
bantuannya selama penulisan skripsi ini.
9. Ka Ade, atas waktu dan kesempatannya untuk mengajarkan panel.
10.Untuk semua pihak yang belum disebutkan satu per satu yang telah membantu
penulisan skripsi ini baik langsung maupun tidak langsung, kebersamaan
kalian semua membuat segalanya mudah dan indah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangannya, oleh karena itu saran dan kritik untuk perbaikan skripsi
ini sangat diharapkan penulis. Akhirnya semoga karya kecil ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan.
Bogor. Juli 2007
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Penelitian Terdahulu tentang Industri Manufaktur ... 8
2.2 Penelitian Terdahulu tentang Structure Conduct Performance (SCP) ... 9
2.3 Penelitian Terdahulu yang Menggunakan Panel Data ... 10
III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 11
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 11
3.1.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri ... 11
3.1.2 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri ... 12
3.1.2.1 Struktur Industri ... 13
3.1.2.2 Perilaku Industri ... 17
3.1.2.3 Kinerja Industri ... 18
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 19
3.3 Hipotesis Penelitian ... 21
IV. METODE PENELITIAN ... 24
4.1 Jenis dan Sumber Data ... 24
4.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data ... 24
4.2.1 Analisis Struktur Industri ... 25
4.2.3 Analisis Kinerja Industri ... 26
4.2.4 Analisis Panel Data ... 28
4.2.5 Pemilihan Model antara Fixed Effect dengan Random Effect .. 31
4.2.6 Evaluasi Model ... 32
4.3 Definisi Operasional ... 34
V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI MANUFAKTUR INDONESIA ... 36
5.1 Sejarah Industri Manufaktur Indonesia ... 36
5.2 Perkembangan Industri Manufaktur Indonesia ... 37
5.2.1 Pertumbuhan Tingkat Produksi Industri Manufaktur Indonesia ... 37
5.2.2 Perkembangan Nilai Ekspor Industri Manufaktur Indonesia ... 38
5.2.3 Perkembangan Nilai Impor Industri Manufaktur Indonesia .... 39
5.3 Kondisi Investasi Industri Manufaktur Indonesia ... 41
5.4 Kebijakan Industri di Indonesia ... 43
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46
6.1 Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur ... 46
6.1.1 Analisis Struktur Industri ... 46
6.1.1.1 Analisis Rasio Konsentrasi ... 46
6.1.1.2 Analisis Hambatan Masuk Pasar ... 48
6.1.2 Analisis Perilaku Industri dalam Industri Manufaktur ... 50
6.1.2.1 Strategi Harga ... 50
6.1.2.2 Strategi Produk dan Promosi ... 51
6.1.2.3 Strategi Distribusi ... 52
6.1.2.4 Kolusi ... 53
6.1.3 Analisis Kinerja Industri Manufaktur ... 55
6.2 Analisis Panel Data ... 56
6.2.1 Indikator Kebaikan Model ... 57
6.2.2 Hasil Estimasi ... 59
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
7.1 Kesimpulan ... 62
v
DAFTAR PUSTAKA ... 64
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1 Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut
Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2000-2005 (Milyar Rupiah) ... 1
3.1 Tipe-tipe Pasar ... 15
4.1 Kerangka Identifikasi Autokorelasi ... 33
5.1 Rencana Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yang Disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2000-2005
(Milyar Rupiah) ... 41
5.2 Rencana Penanaman Modal Asing (PMA) yang Disetujui Pemerintah Menurut Sektor di Indonesia Tahun 2000-2005 (Juta US $) ... 42
6.1 Tipologi Struktur Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2000-2004 ... 47
6.2 Klasifikasi MES Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2000-2004 ... 49
6.3 Hasil Estimasi dengan Model Efek Tetap (Fixed Effect Model) ... 57 6.4 Pertumbuhan Rata-rata Nilai Produksi dan Nilai Input Industri
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1.1 Pertumbuhan Rata-rata Indikator Industri Manufaktur Indonesia
Tahun 2000-2004 ... 3
3.1 Pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) ... 13 3.2 Skema Penelitian Operasional ... 21
5.1 Pertumbuhan Rata-rata Nilai Produksi Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2000-2004 ... 38
5.2 Perkembangan Nilai Rata-rata Ekspor Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2000-2004 ... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Kode Klasifikasi Industri Manufaktur Indonesia Menurut ISIC
Golongan Pokok (Division) 2 Digit... 68 2. Pertumbuhan Nilai Produksi Industri Manufaktur Indonesia
(2000-2004) ... 69
3. Pertumbuhan Nilai Tambah Industri Manufaktur Indonesia
(2000-2004) ... 70
4. Pertumbuhan Ekspor Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004) ... 71
5. Nilai Ekspor (EX) Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004) ... 72
6. Nilai Impor (IM) Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004)... 73
7. Nilai CR4 Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004) ... 74
8. Nilai Minimum Efficiency Scale (MES) Industri Manufaktur Indonesia (2000-2004) ... 75
9. Nilai Price Cost Margin (PCM) Industri Manufaktur Indonesia
(2000-2004) ... 76
10. Nilai Efisiensi-X (XEFF) Industri Manufaktur Indonesia
(2000-2004) ... 77
11. Nilai Produktivitas (PROD) Industri Manufaktur Indonesia
(2000-2004) ... 78
12. Hasil Estimasi dengan Menggunakan Model Efek Tetap
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian
Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam
pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan penerimaan devisa.
Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain
dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk industri selalu memiliki
term of trade yang tinggi serta menciptakan nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk lain. Hal ini disebabkan karena sektor industri
memiliki variasi produk yang sangat beragam dan mampu memberikan manfaat
yang tinggi kepada pemakainya (Dumairy, 2000).
Tabel 1.1. Produk Domestik Bruto atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2000-2005 (Milyar Rupiah)
Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Pertanian,
peternakan,
kehutanan dan perikanan
216.831,4 225.685,7 232.973,5 240.387,3 247.163,6 253.726,0
Pertambangan
dan penggalian 167.692,2 168.244,3 169.932,0 167.603,8 160.100,5 165.085,4 Industri
pengolahan 385.597,9 398.323,8 419.388,1 441.754,9 469.952,4 491.421,8 Listrik, gas dan
air minum 8.393,7 9.058,3 9.868,2 10.349,2 10.897,6 11.584,1 Bangunan 76.573,4 80.080,4 84.469,8 89.621,8 96.334,4 103.483,7 Perdagangan,
hotel dan restoran
224.452,0 234.273,1 243.409,3 256.516,6 271.142,2 293.877,2
Pengangkutan
dan komunikasi 65.012,1 70.276,1 76.173,1 85.458,4 96.896,7 109.467,1 Keuangan,
persewaan dan jasa perusahaan
115.463,1 123.085,5 130.928,1 140.374,4 151.123,3 161.384,3
Jasa-jasa 129.754,5 133.957,4 138.982,3 145.104,9 152.906,1 160.626,5 Total 1.389.770,3 1.442.984,6 1.506.124,4 1.577.171,3 1.556.516,8 1.750.656,1 Sumber: BPS, 2006
Pada Tabel 1.1 kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB lebih
besar dibandingkan dengan kontribusi dari sektor pertanian. Kontribusi sektor
industri pengolahan terhadap PDB hampir seperempat dari pendapatan nasional
berasal dari pendapatan industri pengolahan. Besarnya kontribusi sektor industri
terhadap pembentukan PDB memberikan arti bahwa perekonomian nasional
sampai saat ini (2000-2005) didominasi oleh sektor industri pengolahan. Bila
sektor industri tersebut kinerjanya terganggu, maka secara langsung
perekonomian nasional juga ikut terganggu.
Adanya pergeseran beberapa kegiatan dari sektor pertanian ke sektor
perdagangan, manufaktur dan jasa, ini merupakan dampak dari semakin tinggi
tingkat pembangunan ekonomi suatu negara. Ini akan berakibat pada peranan
sektor pertanian yang semakin menurun, sedangkan peran sektor industri semakin
besar. Hal ini berarti alokasi sumber daya dan dana lebih banyak dialokasikan
pada sektor industri.
1.2 Perumusan Masalah
Salah satu yang menjadi ukuran baik buruknya kinerja suatu industri
adalah dilihat dari tingkat produksi yang dihasilkan oleh industri tersebut.
Permasalahan yang terjadi dalam industri manufaktur didasari pada permasalahan
tingkat produksi. Pada Lampiran 2 rata-rata pertumbuhan produksi industri
manufaktur Indonesia selama periode 2000-2004 tercatat sebesar 25,55 persen per
tahun. Pertumbuhan produksi pada tahun 2000 sebesar 22,90 persen kemudian
mengalami peningkatan pada tahun 2001 sebesar 31,81 persen dan 35,08 persen
3
penurunan sebesar 2,09 persen. Pertumbuhan nilai produksi setiap tahunnya dapat
dilihat pada Gambar 1.1.
Ketidakstabilan politik, bencana dan kenaikan harga bahan bakar dunia
merupakan faktor yang menyebabkan pertumbuhan produksi pada industri
manufaktur Indonesia mengalami penurunan. Kenaikan harga bahan bakar dapat
menambah biaya produksi industri karena sampai saat ini komponen yang
digunakan dalam proses produksi industri manufaktur masih diimpor dari luar
negeri, sehingga kenaikan biaya produksi ini akan berpengaruh langsung pada
kinerja industri manufaktur Indonesia. Namun pada tahun 2004 pertumbuhan
produksi pada industri manufaktur mengalami peningkatan kembali sebesar 0,36
persen.
Sumber: BPS, 2000-2004 (diolah)
Gambar 1.1. Pertumbuhan Rata-rata Indikator Industri Manufaktur Indonesia Tahun 2000-2004
Jenis industri yang mengalami peningkatan produksi tiap tahunnya adalah
industri makanan dan minuman (kode 15), industri kayu, barang dari kayu (tidak
termasuk furnitur) dan barang-barang anyaman (kode 20), industri batu bara,
0 10 20 30 40 50 60 70
2000 2001 2002 2003 2004
pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi dan bahan bakar nuklir (kode
23), industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia (kode 24), industri radio,
televisi dan peralatan komunikasi serta perlengkapannya (kode 32) dan industri
furnitur dan industri pengolahan lainnya (kode 36). Perkembangan yang pesat dari
kelompok industri-industri tersebut disebabkan oleh dua faktor, yaitu sisi
permintaan dan sisi penawaran.
Dari sisi permintaan, permintaan pasar domestik untuk barang-barang
konsumsi berkembang pesat setiap tahunnya mengikuti pertumbuhan penduduk
dan peningkatan pendapatan masyarakat yang mendorong pertumbuhan
industri-industri di dalam negeri yang memproduksi barang-barang tersebut. Sementara
dari sisi penawaran, pengadaan sarana dan prasarana untuk menunjang industri
barang-barang konsumsi jauh lebih mudah serta aspek teknologi dan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang konsumsi
jauh lebih sederhana.
Nilai tambah merupakan ukuran untuk melihat efisiensi kinerja dalam
sebuah industri dalam rangka meminimumkan biaya, sehingga tingkat keuntungan
yang diperoleh industri semakin besar. Pada Lampiran 3 rata-rata pertumbuhan
nilai tambah industri manufaktur selama periode 2000-2004 sebesar 24,36 persen
per tahun. Pertumbuhan rata-rata nilai tambah dapat dilihat pada Gambar 1.1,
pada tahun 2000 nilai rata-rata yang dihasilkan sebesar 29.62 persen. Pada tahun
2001 mengalami penurunan sebesar 25,56 persen. Sementara pada tahun 2002
rata-rata pertumbuhan nilai tambah yang dihasilkan oleh industri manufaktur
5
pertumbuhan kembali mengalami penurunan sebesar 13.84 persen dan sebesar
11.67 persen pada tahun 2004. Penurunan tersebut disebabkan biaya yang
dikeluarkan, baik biaya produksi maupun biaya non produksi, lebih besar dari
pada biaya penggunaan output yang digunakan dalam proses produksi pada
industri manufaktur, sehingga nilai tambah yang dihasilkan menurun.
Kegiatan ekspor sangat terkait erat dengan kinerja sebuah industri di
dalam negeri. Untuk memperkuat daya saing di sektor industri perlu adanya
kerjasama dan didukung oleh kebijakan yang dapat mendorong industri untuk
dapat bersaing di pasar internasional, karena pangsa pasar merupakan hal
terpenting bagi pelaku usaha di sektor industri. Industri manufaktur merupakan
salah satu industri penyumbang devisa terbesar. Ini dapat dilihat dari
perkembangan ekspor industri manufaktur selama periode 2000-2004. Pada
Lampiran 4 rata-rata pertumbuhan ekspor industri manufaktur selama periode
tersebut tercatat sebesar 15,07 persen per tahun.
Pada tahun 2000 pertumbuhan ekspor tercatat sebesar 59,35 persen, namun
dari tahun 2001 sampai tahun 2003 pertumbuhan ekspor pada industri manufaktur
mengalami penurunan yang cukup tajam. Penurunan tersebut terjadi karena
adanya penurunan tingkat produksi pada industri manufaktur sehingga biaya
penggunaan nilai input lebih besar dari tingkat produksinya. Namun pada tahun
2004 pertumbuhan ekspor industri manufaktur melaju lebih cepat yaitu tumbuh
sebesar 29,70 persen. Pertumbuhan nilai ekspor dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Permasalahan yang terjadi pada tingkat ekspor hasil komoditi industri
Indonesia hanya terpusat pada industri tertentu (dapat dilihat pada Lampiran 5)
yaitu industri makanan dan minuman (kode 15), industri tekstil (kode 17) dan
industri batu bara, pengilangan minyak bumi, pengolahan gas bumi dan bahan
bakar nuklir (kode 23) yang memiliki pangsa 50 persen dari total ekspor
manufaktur. Sehingga kekuatan pasar (market share) didominasi oleh kelompok industri tersebut. Keadaan seperti ini akan menghambat pelaku bisnis dari luar
untuk masuk dan bersaing dalam industri manufaktur. Sehingga tingkat
keuntungan yang dihasilkan oleh industri manufaktur akan menurun. Hal ini
secara langsung akan berpengaruh pada kinerja industri yang ada. Oleh karena itu
studi tentang struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur Indonesia perlu
dilakukan.
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah yang dapat dikaji
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur di
Indonesia?
2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur di
Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri manufaktur di
7
2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri
manufaktur di Indonesia
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemerintah sebagai
regulator dalam menetapkan kebijakan yang mendukung kinerja industri
manufaktur Indonesia, bagi pihak-pihak terkait seperti para pelaku usaha industri
manufaktur untuk meningkatkan kinerja industri manufaktur Indonesia di masa
mendatang dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan tambahan
informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian tentang struktur, perilaku dan kinerja industri
manufaktur Indonesia ini hanya menganalisis kategori industri besar dan sedang
berdasarkan kode Internasional Standard Industrial Classification (ISIC) 2 digit revisi 2000 yaitu meliputi kode 15 sampai kode 36. Daftar klasifikasi industri
Hasil penelitian Azhari (2005) menunjukan bahwa sektor industri
pengolahan cenderung memiliki struktur pasar yang bersifat oligopoli, dimana
tingkat oligopolinya bervariasi antara oligopoli ketat, sedang dan longgar.
Pengaruh konsentrasi terhadap penyesuaian harga memiliki hubungan yang positif
dimana ketika konsentrasi meningkat maka koefisien penyesuaian harga juga akan
meningkat.
Irawan (2005) menyatakan bahwa faktor yang sangat mempengaruhi
pendapatan nasional pada sektor industri pengolahan adalah pendapatan nasional
tahun sebelumnya dan faktor yang sangat mempengaruhi kesempatan kerja sektor
industri pengolahan adalah PDB dan kesempatan kerja tahun sebelumnya.
Pengaruh sektor industri pengolahan terhadap pendapatan nasional cukup besar.
Terlihat dari sumbangan sektor industri pengolahan terhadap pendapatan nasional
dimana hampir seperempat dari pendapatan nasional berasal dari pendapatan
nasional industri pengolahan. Pengaruh sektor industri pengolahan terhadap
kesempatan kerja tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan oleh sektor industri
pengolahan lebih padat modal dibandingkan dengan sektor lain. Upaya
pemerintah dalam meningkatkan pandapatan nasional atau pertumbuhan ekonomi
melalui kebijakan produksi dan distribusi, ekspor-impor, dan menciptakan kondisi
9
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian
tentang industri manufaktur di analisis dari struktur, perilaku dan kinerja industri.
Industri manufaktur yang di analisis adalah industri besar dan sedang industri
berdasarkan kode ISIC 2 digit yaitu dari kode 15 sampai kode 36. Klasifikasi kode
industri dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.2 Penelitian Terdahulu tentang StructureConductPerformance (SCP)
Hasil penelitian Safitri (2006) menunjukan bahwa struktur pasar pada
industri besi dan baja adalah oligopoli ketat namun ada perusahaan yang
mendominasi pasar. Variabel XEF dan CR4 mempunyai pengaruh terbesar dalam
meningkatkan kinerja (PCM). Sedangkan dalam penurunan PCM variabel yang
memiliki pengaruh terbesar adalah variabel DUMMY, MES dan GROWTH.
Berdasarkan analisis perilaku dari perusahaan pada industri besi baja di Indonesia
diduga ada beberapa perilaku dari struktur pasar terhadap kinerja pada industri
besi baja di Indonesia. Perilaku yang terjadi antara lain adalah strategi harga,
produk, promosi dan distribusi.
Berdasarkan penelitian terdahulu, yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri
manufaktur dapat dilihat dari tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar
(CR4), tingkat rasio Efisiensi-X (XEFF), produktivitas (PROD), pertumbuhan
nilai produksi (GROWTH), nilai ekspor (EX) dan nilai impor (IM). Untuk melihat
perilaku pasar dalam industri manufaktur melalui strategi harga, strategi produk,
2.3 Penelitian Terdahulu yang Menggunakan Panel Data
Handriyas (2002) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pendekatan
pengaruh tetap dengan pembobot merupakan pendekatan yang terbaik dalam
analisis data panel pada kasus pendugaan permintaan mobil. Hal ini disebabkan
permintaan mobil antar propinsi yang beragam (heterogen) sehingga pembobotan
dengan ragam (heterogen) cross section akan menghasilkan dugaan parameter
model yang lebih efisien.
Hasil penelitian Sembiring (2005) menunjukan bahwa untuk menganalisis
kategori Bank berdasarkan aset menggunakan model efek tetap (fixed effect). Dari
hasil estimasi menunjukan koefisien variabel yang sama untuk setiap individu dan
intersep yang berbeda untuk setiap individu. Variabel penjelas signifikan secara
statistik untuk SEC (pertumbuhan surat-surat berharga), DEF (pertumbuhan
saving deposit), AR(1). Sedangkan SBI (pertumbuhan suku bunga SBI), DSBI1
(dummy slope kategori 1), DSBI3 (dummy slope kategori 3) dan DSBI4 (dummy
slope kategori 4) tidak signifikan pada α=10 persen.
Pada penelitian ini, analisis panel data dilakukan untuk melihat
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur Indonesia. Pendekatan
panel data yang digunakan pada penelitian ini untuk memilih antara model fixed
effect dengan random effect adalah menggunakan uji Hausman (Hausman Test)
dengan hipotesis, jika nilai H hasil pengujian lebih besar dari X2-Tabel, maka
cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol yaitu random
effect model, sehingga model yang digunakan adalah fixed effect model, begitu
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Dasar Ekonomi Industri
Menurut Shepherd (1990) yang dimaksud dengan ekonomi industri atau
disebut juga dengan organisasi industri adalah cabang dari ilmu mikroekonomi
atau aplikasi teori mikroekonomi yang menganalisis pasar, perusahaan dan
industri. Sebagai cabang dari ilmu ekonomi mikro, tujuan yang ingin dicapai oleh
para pelaku ekonomi (perusahaan) diasumsikan adalah bagaimana menggunakan
sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas
(Stigler dalam Daryanto, 2003).
Jaya (2001) mengemukakan bahwa ekonomi industri merupakan suatu
keahlian khusus dalam ilmu ekonomi. Ekonomi industri menelaah struktur pasar
dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan pada studi empiris dari
faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku dan kinerja pasar.
Dalam ekonomi industri terdapat dua sisi yang menarik. Pertama, ekonomi industri merupakan seperangkat konsep dan analisis mengenai persaingan dan
monopoli dengan berbagai macam pasar yang berada di antara keduanya. Kedua,
ekonomi industri juga berkaitan erat dengan pasar riil yang sangat diramaikan
oleh adanya persaingan antar perusahaan.
Pengertian industri sendiri terbagi menjadi dua lingkup, yaitu mikro dan
makro. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang
sifat substitusi. Dari segi pembentukan pendapatan yang cenderung bersifat
makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Dengan
kata lain, industri merupakan kumpulan dari perusahaan yang sejenis (Hasibuan,
1993).
3.1.2 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri
Untuk mengamati hubungan antara struktur, perilaku dan kinerja dalam
ekonomi industri menurut Hasibuan (1993), dapat dilihat dari hubungan struktur
dan kinerja industri, pengamatan kinerja dan perilaku yang kemudian dikaitkan
lagi dengan struktur menelaah kaitan struktur terhadap perilaku dan kemudian
baru diamati, oleh karena telah dijawab dari hubungan struktur dan perilakunya.
Struktur pasar menggambarkan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan.
Struktur pasar merupakan kunci penting dari pola konsep konvensional dalam
ekonomi industri. Struktur pasar juga mempengaruhi perilaku dari perusahaan.
Struktur dan perilaku akhirnya akan mempengaruhi kinerja pasar. Hal utama dari
struktur, perilaku dan kinerja adalah determinan-determinan yang membentuk
struktur itu sendiri, yaitu skala ekonomi dan disekonomi.
Dasar paradigma SCP sendiri dicetuskan oleh Edward S. Mason, seorang
dosen di University of Harvard tahun 1939, mengemukakan bahwa struktur
(structure) suatu industri akan menentukan bagaimana para pelaku industri berperilaku (conduct) yang pada akhirnya menentukan keragaan atau kinerja (performance) industri tersebut. Struktur biasanya diukur dengan rasio konsentrasi. Perilaku antara lain dilihat dari tingkat persaingan ataupun kolusi
13
inovasi, efisiensi dan profitabilitas. Hubungan SCP dapat digambarkan sebagai
[image:38.612.165.475.166.230.2]berikut:
Gambar 3.1. Pendekatan StructureConductPerformance (SCP) Sumber: Mason, 1939
3.1.2.1 Struktur Industri
Menurut Hasibuan (1993) pasar secara sederhana disebut sebagai
pertemuan antara penjual dengan pembeli. Pengertian penjual disini telah
mencakup setiap individu perusahaan dalam industri, sedangkan pengertian
pembeli telah tergabung dalam sejumlah pembeli. Pengertian pasar dapat
dipandang secara nyata dan dapat pula secara abstrak. Secara abstrak dapat
dinyatakan bahwa pasar adalah ratusan atau ribuan perusahaan dalam suatu
industri yang melakukan transaksi dalam suatu waktu, sedangkan secara nyata
yang dapat dilihat pada suatu lokasi adalah terjadinya transaksi jual beli. Sehingga
pengertian dari industri adalah kumpulan dari permasalahan-permasalahan yang
menghasilkan barang-barang yang mempunyai sifat saling mengganti (substitusi).
Melalui pengertian pasar inilah, struktur pasar dapat dinilai dan dikaji secara
mendalam.
Jaya (2001) mengemukakan bahwa struktur pasar menjadi ukuran penting
dalam mengamati variasi perilaku dan kinerja industri, karena secara strategis
dapat mempengaruhi kondisi persaingan serta tingkat harga barang dan jasa.
Dengan demikian, pengaruh itu akhirnya sampai pada kesejahteraan manusia.
Struktur pasar juga menunjukan atribut pasar yang mempengaruhi sifat proses
persaingan. Dalam struktur pasar terdapat tiga elemen pokok yang dapat
dijelaskan yaitu pangsa pasar (market share), konsentrasi pasar (market
contcentration) dan hambatan-hambatan untuk masuk pasar (barrier to entry).
a. Pangsa Pasar (Market Share)
Pangsa pasar adalah pangsa dari pendapatan penjualan total. Pangsa pasar
merupakan indikator yang paling penting dalam menentukan derajat kekuasaan
monopoli, dalam skala ordinal (dibandingkan dari pangsa pasar yang tinggi atau
paling rendah dalam pasar yang sama). Semakin tinggi pangsa pasar maka
kekuasaan monopoli semakin besar sedangkan jika pangsanya rendah maka
kekuatan monopoli yang dimiliki akan semakin kecil atau bahkan tidak ada sama
sekali (Shepherd, 1990).
Pangsa pasar sering digunakan sebagai indikator proksi untuk melihat
adanya kekuatan pasar dan menjadi indikator tentang seberapa penting perusahaan
di dalam industri. Pangsa pasar yang besar biasanya menandakan kekuatan pasar
yang besar dalam menghadapi persaingan dan sebaliknya. Pangsa pasar dapat
dihitung dengan beberapa cara yaitu berdasarkan nilai penjualan, unit penjualan,
unit produksi dan kapasitas produksi. Pada produk yang bersifat homogen
biasanya pangsa pasar diukur dengan menggunakan unit atau volume penjualan
sedangkan pada pasar yang produknya heterogen pangsa pasar dihitung terhadap
total penjualan. Beberapa tipe pasar dengan kondisi pangsa pasar dapat dilihat
15
Tabel 3.1. Tipe-tipe Pasar
Tipe Pasar Kondisi Utama Contoh
Monopoli murni Suatu perusahaan yang memiliki 100 persen dari pangsa pasar
PLN, TELKOM, PAM
Perusahaan yang dominan
Suatu perusahaan yang memiliki 50-100 persen dari pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat
Surat kabar lokal atau nasional, film kodak, batu baterai
Oligopoli ketat Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60-100 persen, kesepakatan di antara mereka untuk menetapkan harga relatif mudah
Bank-bank lokal, siaran TV, bola lampu, sabun, toko buku, rokok kretek dan semen
Oligopoli longgar Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki 40 persen atau kurang dari pangsa pasar, kesepakatan mereka untuk mendapatkan harga sebenarnya tidak mungkin
Kayu, perkakas rumah tangga, mesin-mesin kecil, perangkat keras, majalah, batu baterai, obat-obatan
Persaingan monopolistik
Banyak pesaing yang efektif, tidak satu pun yang memiliki lebih dari 10 persen pangsa pasar
Pedagang eceran, penjual pakaian
Persaingan murni Lebih dari 50 pesaing yang mana tidak satu pun yang memiliki pangsa pasar yang berarti
Sapi dan unggas
Sumber: Jaya, 2001
b. Konsentrasi (Concentration)
Konsentrasi atau pemusatan merupakan gabungan pangsa pasar dari
perusahaan-perusahaan oligopoli dimana mereka menyadari adanya saling
ketergantungan. Kombinasi pangsa pasar perusahaan membentuk suatu tingkat
pemusatan dalam pasar. Konsentrasi menunjukan tingkatan dari oligopoli dimana
pangsa pasar merupakan indikator tunggal yang menunjukan tingkatan kekuatan
monopoli dalam skala ordinal dimana membandingkan pangsa pasar yang lebih
besar atau lebih kecil pada industri yang sama. Pangsa pasar yang lebih tinggi
besarnya mengarah pada kekuatan monopoli, sedangkan pangsa pasar yang lebih
Menurut Greer dalam Andiani (2006), konsentrasi disebabkan oleh lima
faktor yaitu pertama, adanya kesempatan dan keberuntungan. Kedua, adanya
penyebab teknis (berupa besar pasar yang dimasuki, skala ekonomi, kemudahan
memperoleh sumber daya dan tingkat pertumbuhan pasar). Ketiga, adanya
kebijakan pemerintah (berupa peraturan, pemberian paten, lisensi, tarif dan kuota).
Keempat, kebijakan usaha (berupa merger dan adanya predatory pricing/exclusive
dealing). Kelima, berupa differensiasi produk.
Konsentrasi dapat diukur dengan menggunakan indeks konsentrasi yaitu
statistik yang dikembangkan untuk menghasilkan ukuran ringkasan struktur pasar.
Ukuran pasar konsentrasi yang umumnya digunakan adalah persentase dari
seluruh jumlah pengiriman yang dipasok oleh empat perusahaan terbesar. Ukuran
lain adalah Hirschmann-Herfindahl Index (HHI) yang menimbang pangsa pasar rata-rata dari semua perusahaan dalam sebuah industri (Asia Development Bank,
2001 dalam Puspasari, 2006).
c. Hambatan Untuk Masuk (Barrier to Entry)
Bentuk pesaing bermunculan untuk berpacu dalam mencapai target
keuntungan yang diinginkan dan merebut pangsa pasar. Persaingan yang terjadi
adalah persaingan yang potensial dimana perusahaan-perusahaan di luar pasar
yang mempunyai kemungkinan untuk masuk dan menjadi pesaing yang
sebenarnya. Konsep persaingan potensial dan kemudahan untuk masuk
merupakan intuisi sederhana serta telah lama digunakan. Hambatan-hambatan ini
mencakup seluruh cara dengan menggunakan perangkat tertentu yang sama
17
segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kecepatan pesaing baru
(Jaya, 2001).
Ada tiga hal hambatan memasuki suatu pasar, yaitu: pertama,
hambatan-hambatan timbul dalam kondisi pasar yang mendasar, baik dalam bentuk
perangkat legal maupun dalam kondisi-kondisi berubah dengan cepat. Kedua,
hambatan yang terbagi dalam beberapa tingkat yaitu hambatan rendah, sedang
serta tinggi. Ketiga, hambatan merupakan sesuatu yang kompleks.
Menurut Shepherd (1990), ada dua jenis barrier to entry, yaitu hambatan eksogen dan hambatan endogen. Hambatan eksogen merupakan hambatan untuk
ke dalam pasar yang bersifat dari luar perusahaan. Hambatan eksogen ini terdiri
dari modal (capital requirement), skala ekonomi, differensiasi produk, differsifikasi intensitas penelitian dan pengembangan, investasi yang besar dan
integrasi vertikal. Sedangkan hambatan endogen dapat berupa kebijakan harga
dari establish firm, strategi penguasaan produk, strategi penguasaan bahan baku, strategi pemasaran produk dan image dari loyalitas merek suatu produk itu sendiri.
3.1.2.2 Perilaku Industri
Menurut teori ekonomi industri, perilaku industri menganalisis tingkah
laku serta penerapan strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu
industri untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya. Perilaku
industri ini terlihat dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam
jenis antara lain, perilaku dalam strategi harga, perilaku dalam strategi produk dan
perilaku dalam strategi promosi.
Dalam perilaku industri dapat dijelaskan mengenai harga dan jumlah yang
ditetapkan oleh perusahaan, kolusi dan persaingan yang terjadi antara perusahaan,
diskriminasi harga, differensiasi produk, pengeluaran iklan dan promosi serta
pengeluaran riset dan pengembangan.
3.1.2.3 Kinerja Industri
Menurut Jaya (2001), kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi
oleh struktur dan perilaku industri. Menurut para ekonom, kinerja industri
biasanya memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi
dan kesinambungan dalam distribusi.
a. Efisiensi
Efisiensi adalah menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan
menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara fisik maupun nilai ekonomis
(harga). Efisiensi terdiri dari dua kategori, yaitu efisiensi internal (efisiensi-X) dan
efisiensi alokasi. Efisiensi internal biasanya menggambarkan perusahaan yang
dikelola dengan baik, menggambarkan usaha yang maksimum dari para pekerja
dan menghindari kejenuhan dalam pelaksanaan jalannya perusahaan. Sedangkan
efisiensi alokasi menggambarkan sumber daya ekonomi yang dialokasikan
sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat
19
b. Kemajuan Teknologi
Melalui penemuan dan pembaharuan teknologi, orang dapat membuat
suatu karya yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang
yang telah ada. Kemajuan teknologi dapat berpengaruh pada produksi, biaya dan
harga.
c. Kesinambungan dalam Distribusi (Keadilan/Equity)
Keadilan dalam pendistribusian sangat erat kaitannya dengan efisiensi
dalam pengalokasian. Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu
kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. Kesejahteraan dan pendapatan
berkaitan dengan nilai uang. Sementara kesempatan berkaitan dengan peluang
yang dimiliki setiap orang.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Pada alur kerangka operasional (Gambar 3.2) digambarkan bentuk bagan
alur yang saling berkaitan antara struktur, perilaku dan kinerja industri. Kerangka
pemikiran ini mengacu pada kerangka Structure Conduct Performance (SCP), dimana satu industri tidak terlepas dari adanya struktur, perilaku dan kinerja
industri itu sendiri. Pada model analisis SCP dikatakan bahwa struktur pasar suatu
industri mempengaruhi perilaku perusahaan yang ada didalamnya, kemudian
perilaku tersebut akan mempengaruhi kinerja dari industri tersebut.
Pendekatan ini dimulai dengan menganalisis struktur industri manufaktur
Di samping itu, struktur pasar yang ada akan mempengaruhi perilaku
industri manufaktur. Dalam penelitian ini, perilaku dianalisis secara deskriptif
karena secara umum untuk menganalisis perilaku pasar tidak dapat diukur secara
kuantitatif. Analisis perilaku ini dilihat dari bagaimana strategi perusahaan dalam
menetapkan harga jual, produk, melakukan promosi untuk memasarkan
produknya dan strategi distribusi. Perilaku ini selanjutnya akan dapat
mempengaruhi kinerja industri manufaktur.
Analisis kinerja industri dilihat dari bagaimana perkembangan tingkat
keuntungan perusahaan melalui nilai Price Cost Margin (PCM) dan nilai efisiensi. Sementara variabel struktur seperti konsentrasi rasio empat perusahaan terbesar
(CR4), efisiensi-X (XEFF), produktivitas (PROD), pertumbuhan nilai produksi
(GROWTH), nilai ekspor (EX) dan nilai impor (IM), digunakan untuk
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur
Indonesia. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur
Indonesia dianalisis dengan menggunakan pendekatan panel data yang diestimasi
melalui tiga pendekatan yaitu pooled (model kuadrat terkecil), fixed effect model
(model efek tetap) dan random effect model (model efek acak). Untuk memperoleh keputusan penggunaan model fixed effect model ataupun random
21
Gambar 3.2. Skema Penelitian Operasional
3.3 Hipotesis Penelitian
Penelitian mengenai pengaruh struktur terhadap kinerja industri telah
banyak dilakukan oleh para peneliti ekonomi, terutama oleh pengamat industri.
Hubungan variabel-variabel struktur dan kinerja dapat menghasilkan kesimpulan
yang berbeda. Hal ini disebabkan adanya penggunaan proksi yang berbeda oleh
para peneliti.
Berdasarkan pengamatan teori dan penelitian terdahulu yang mendasari
penelitian ini, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) memiliki pengaruh
positif terhadap PCM. Semakin tinggi konsentrasi suatu perusahaan maka Industri Manufaktur
di Indonesia
Struktur
Market Share
Concentration Ratio
Barrier to Entry
Perilaku
Strategi Harga
Strategi Produk
Strategi Promosi
Kinerja
Price Cost Margin
Efficiency
Hubungan Struktur-Perilaku-Kinerja
Industri
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya Kinerja Industri Manufaktur
semakin besar pula tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Sementara tingkat konsentrasi memiliki pengaruh negatif dengan
persaingan, dimana ketika tingkat konsentrasi meningkat maka tingkat
persaingan akan menurun dan sebaliknya.
2. Efesiensi-X (XEFF) memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Semakin
efisien suatu perusahaan maka tingkat produksi suatu perusahan lebih
sedikit untuk memproduksi komoditi karena efisiensi merupakan
pengurangan biaya sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
dalam jangka panjang lebih murah. Adanya efisiensi maka tingkat
keuntungan perusahaan akan meningkat.
3. Produktivitas memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Produktivitas
merupakan perbandingan antara nilai output dengan nilai input tenaga
kerja. Semakin tinggi nilai output akan meningkatkan nilai produktivitas
suatu perusahaan. Produktivitas yang meningkat menunjukan kinerja yang
meningkat pula maka akan menambah penghasilan dan keuntungan bagi
perusahaan.
4. Pertumbuhan nilai produksi mempunyai pengaruh positif terhadap PCM.
Pertumbuhan nilai produksi merupakan perbandingan nilai barang yang
dihasilkan tahun ini dikurangi dengan nilai barang yang dihasilkan tahun
sebelumnya dibagi dengan nilai barang yang dihasilkan tahun sebelumnya.
Jika pertumbuhannya semakin meningkat maka tingkat keuntungan yang
23
5. Ekspor memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Kemampuan perusahaan
untuk melakukan ekspor yang tinggi dapat meningkatkan keuntungan
perusahaan.
6. Impor memiliki pengaruh negatif terhadap PCM. Keberadaan barang
impor dapat mendorong produsen dalam negeri untuk menurunkan harga
4.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder
dalam bentuk time series dan cross section (panel data) dengan periode waktu
tahunan yaitu dari tahun 2000 hingga tahun 2004. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data rasio konsentrasi (CR), nilai output, nilai input, nilai
tambah, upah, nilai produksi, nilai ekspor dan nilai impor. Sumber data diperoleh
dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta dan literatur-literatur yang berkaitan
dengan penelitian ini.
4.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis
perilaku industri manufaktur. Metode kuantitatif dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan SCP untuk menganalisis struktur dan kinerja industri manufaktur dan
pendekatan panel data digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja industri menufaktur Indonesia. Pengolahan data dilakukan
dengan menggunakan bantuan software Microsoft Office Excel 2003 dan E-Views
25
4.2.1 Analisis Struktur Industri a. Pangsa Pasar (MS)
Setiap perusahaan mempunyai pangsa pasar yang berbeda-beda berkisar
antara 0 hingga 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar
menggambarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya.
………..………..………….. (3.1)
dimana:
MSi = pangsa pasar perusahaan i (%)
Si = penjualan perusahaan i (rupiah)
Stot = penjualan total seluruh perusahaan (rupiah)
b. Rasio Konsentrasi (CR)
Tingkat konsentrasi dapat dihitung melalui Concentration Ratio (CR).
Rasio konsentrasi merupakan persentase dari total output industri atau pendapatan
penjualan. Rasio sejumlah perusahaan mengukur pangsa pasar relatif dari total
output industri yang dipertanggungjawabkan oleh perusahaan-perusahaan itu.
..…....……….……… (3.2)
Semakin besar angka persentasenya (mendekati 100) berarti semakin besar
konsentrasi industri dari produk tersebut. Jika rasio konsentrasi suatu industri
mencapai 100 persen berarti bentuk pasarnya adalah monopoli.
c. Barrier to Entry
Hambatan masuk pasar dapat dilihat dengan banyaknya pesaing yang
bermunculan untuk berpacu dalam mencapai target keuntungan yang diinginkan
dan merebut pangsa pasar. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat
hambatan masuk pasar adalah dengan mengukur skala ekonomis yang didekati
melalui output perusahaaan. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan output
total industri. Perhitungan ini disebut sebagai Minimum Efficiency Scale (MES).
……….……... (3.4)
4.2.2 Analisis Perilaku Industri
Perilaku industri dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk
memperoleh informasi mengenai perilaku perusahaan dalam industri manufaktur.
Perilaku industri menganalisis tingkah laku serta penerapan strategi yang
digunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untuk merebut pangsa pasar dan
mengalahkan pesaingnya. Analisis ini sengaja dilakukan karena variabel yang
mencerminkan perilaku sifatnya kualitatif yang sulit dikualitatifkan.
4.2.3 Analisis Kinerja Industri
Analisis kinerja industri dilakukan dengan menggunakan analisis PCM.
PCM ini digunakan untuk menganalisis hubungan struktur pasar terhadap kinerja
perusahaan. Variabel endogen yang digunakan adalah proksi dari keuntungan
industri yaitu PCM dan variabel eksogennya adalah rasio konsentrasi empat
perusahaan terbesar, nilai efisiensi-X, produktivitas, pertumbuhan nilai produksi,
nilai ekspor dan nilai impor.
…. (3.5)
Total Output
Terbesar Perusahaan
Output MES=
it it it
it it
it it
it CR XEF od Growth EX IM
27
dimana:
PCMit = rasio keuntungan industri pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (%)
CR4it = konsentrasi industri dari empat perusahaan terbesar pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (%)
XEFit = efisiensi-X pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (%)
Prodit = produktivitas industri pada unit industrike-i dan tahun ke-t (rupiah)
Growthit = pertumbuhan nilai produksi pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (%)
EXit = nilai komoditi yang diekspor pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (rupiah)
IMit = nilai komoditi yang diimpor pada unit industri ke-i dan tahun ke-t (rupiah)
α0 = intersep
βn = slope masing-masing peubah bebas (independen)
εit = errror/simpangan pada unit industri ke-i dan tahun ke-t
Penggunaan variabel PCM sebagai proksi dari keuntungan telah dilakukan
oleh Sentosa (2005), PCM merupakan salah satu indikator kinerja yang digunakan
sebagai perkiraan kasar dari keuntungan industri. PCM dalam penelitian ini
digunakan dengan menggunakan proksi nilai tambah yang diperoleh. Artinya
semakin tinggi nilai tambah maka semakin efisien kinerja industri tersebut dalam
rangka meminimumkan biaya sehingga keuntungan industri semakin besar. PCM
juga didefinisikan sebagai persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas
biaya langsung, PCM dapat dirumuskan sebagai berikut:
..……….……. (3.6)
output Nilai
total Upah tambah
Nilai
Tingkat konsentrasi dalam model persamaan diukur dengan rasio
konsentrasi. Rasio konsentrasi yang digunakan menunjukan besarnya kontribusi
nilai penjualan output perusahaan terbesar terhadap total nilai produksi industri.
Formulasi dari rasio konsentrasi dapat dilihat pada persamaan 3.2.
Efisiensi dan produktivitas sebagai variabel independen yang
mempengaruhi PCM didasarkan pada penelitian Puspasari (2006),
variabel-variabel ini dimasukan karena kinerja yang tinggi dapat disebabkan oleh adanya
efisiensi dan banyaknya output yang dihasilkan. Efisiensi menunjukan
perbandingan antara nilai tambah dan nilai input yang diperoleh, sedangkan
produktivitas mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
output pada periode waktu tertentu. Efisiensi dan Produktivitas dapat ditulis
dalam persamaan berikut:
………..…… (3.7)
………..…… (3.8)
4.2.4 Analisis Panel Data
Dalam ekonometrika dikenal tiga bentuk data yaitu data deret waktu (time
series), data kerat lintang (cross section) serta data panel (pooled data). Data
panel merupakan gabungan antara data time series dan data cross section. Hal ini
dikarenakan panel data menyediakan informasi yang cukup kaya untuk
perkembangan teknik estimasi dan hasil teoritikal. Dalam bentuk praktis, peneliti
telah dapat menggunakan data time series dan cross section untuk menganalisis
input nilai
tambah Nilai
X Efisiensi− =
29
masalah yang tidak dapat diatasi jika hanya menggunakan salah satunya saja.
Banyak keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan panel data, diantaranya
adalah sebagai berikut (Baltagi, 1995):
1. Mampu mengontrol heterogenitas individu.
2. Memberikan lebih banyak informasi, lebih bervariasi, mengurangi
kolinearitas antar variabel, meningkatkan degree of freedom dan lebih
efisien.
3. Lebih baik untuk study of dynamic adjustments.
4. Mampu mengidentifikasai dan mengukur efek yang secara sederhana tidak
dapat diperoleh dari data cross section murni atau data time series murni.
5. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks.
Dalam pengelolaan panel data ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan,
yaitu pooled (OLS), fixed effect model (LSDV) dan random effect model (GLS).
Ketiga pendekatan ini dapat diterapkan pada dua jenis pembobotan yaitu dengan
pembobot (cross section weights) atau tanpa pembobot (no weighting). Dan untuk
memperoleh keputusan penggunaan model efek tetap atau model efek acak
ditentukan dengan menggunakan spesifikasi uji Hausman (Hausman test).
1. Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)
Model pooled yaitu model yang didapatkan dengan mengkombinasikan
atau mengumpulkan semua data cross section dan time series. Model data ini
kemudian diduga dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS), yaitu:
dimana:
Yit = variabel endogen pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t
Xit = peubah bebas ke-k pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t
α = intersep
β = slope
i = industri ke-i, t = periode tahun ke-t
ε = errror/simpangan
2. Pendekatan Efek Tetap(Fixed Effect )
Model efek tetap yaitu model yang didapatkan dengan
mempertimbangkan bahwa peubah-peubah yang dihilangkan dapat
mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series.
Peubah dummy dapat ditambahkan ke dalam model untuk memungkinkan
perubahan-perubahan intersep ini lalu model diduga dengan OLS yaitu:
…...………….…… (3.10)
Dimana:
Yit = variabel endogen pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t
Xit = peubah bebas pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t
α0 = intersep model
α1 = intersep industri ke-i
Di = variabel dummy
β = slope
i = industri ke-i, t = periode tahun ke-t
ε = errror/simpangan
it i i n
i it
it
X
D
Y
=
α
+
β
+
∑
α
+
ε
=231
3. Pendekatan Efek Acak(Random Effect)
Keputusan untuk memasukan variabel dummy akan menimbulkan
konsekuensi (trade off). Penambahan variabel dummy ini akan mengurangi
banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan
mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi, hal inilah yang disebut
sebagai model efek acak. Dalam model ini parameter-parameter antar daerah
maupun antar waktu dimasukan kedalam error. Oleh karena itu, model efek acak
sering disebut juga model komponen error (Error component model). Bentuk
model efek tetap dapat ditulis dalam persamaan berikut:
……..……...………….……… (3.11)
dimana:
= Komponen cross section error
= Komponen time series error
= Komponen error kombinasi
dengan mengasumsikan error industri dan error kombinasinya tidak saling
berkorelasi.
4.2.5 Pemilihan Model Antara Fixed Effect dengan Random Effect
Hausman-test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam
memilih apakah menggunakan fixed effect model atau random effect model.
Seperti yang telah dijelaskan diatas, Penggunaan fixed effect model mengandung
it t i
it
=
u
+
v
+
w
ε
)
,
0
(
~
v2t
N
v
δ
)
,
0
(
~
u2t
N
u
δ
)
,
0
(
~
w2t
N
w
δ
it it
it
X