• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perilaku Industri dalam Industri Manufaktur

DAFTAR LAMPIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3. Pendekatan Efek Acak ( Random Effect )

5.4 Kebijakan Industri di Indonesia

6.1.2 Analisis Perilaku Industri dalam Industri Manufaktur

Perilaku perusahaan di pasar merupakan kebijakan perusahaan tentang produk dan jasa dari barang yang dijual tersebut sebagai akibat dari struktur pasar yang dihadapinya, termasuk didalamnya kemungkinan adanya perubahan kebijakan yang dibuat sebagai reaksi terhadap kebijakan produk dan harga yang dibuat oleh pesaing. Analisis perilaku pasar dilakukan secara deskriptif dengan mengacu pada struktur pasar yang telah ada. Berdasarkan hasil analisis, struktur pasar dalam industri manufaktur di Indonesia adalah bersifat oligopoli. Hal ini akan menimbulkan beberapa perilaku yang dilakukan oleh para pelaku industri pada industri manufaktur di Indonesia. Perilaku yang dilakukan tersebut antara lain adalah strategi harga, produk, promosi, distribusi dan perilaku kolusi.

6.1.2.1 Strategi Harga

Pada umumnya, strategi dalam penentuan harga dimiliki oleh setiap perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Pada industri manufaktur,

51

perusahaan bersifat ”price takers”, harga produk yang ditetapkan merupakan harga pasar (kesepakatan penjual dan pembeli). Adanya penetapan harga tersebut maka produsen harus bersaing secara sehat, namun pada saat yang sama juga tersedia kesempatan untuk bekerja sama melakukan kolusi.

Berdasarkan hasil analisis struktur pasar (MES) dikatakan bahwa di dalam industri manufaktur terdapat perusahaan yang mendominasi pasar. Dengan adanya perusahaan dominan tersebut hal ini akan menyebabkan perusahan lain tidak bisa menentukan harga melainkan hanya mengikuti harga yang ditetapkan oleh perusahaan dominan tersebut, karena jika menetapkan harga yang lebih tinggi maka perusahan tersebut akan kehilangan konsumen. Perusahaan dominan juga dapat melakukan pemotongan harga bagi pelanggan baru atau konsumen yang membeli dalam jumlah yang sangat besar.

6.1.2.2 Strategi Produk dan Promosi

Keistimewaan yang dimiliki oleh barang yang diproduksi oleh perusahaan oligopolis merupakan sumber lain perilaku pasar yang dapat menghambat new entry. Pada strategi harga yang menjadi pokok permasalahan hanyalah perusahaan yang menaikkan, menurunkan atau bahkan tidak merubah harga, maka strategi produk dan promosi mencakup banyak alternatif yang tersedia.

Strategi produk yang dilakukan perusahaan dominan pada industri manufaktur dalam rangka meningkatkan keuntungan perusahaan adalah peningkatan mutu melalui pengembangan kualitas produk yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI), melakukan inovasi, menciptakan produk baru (desain produk) serta memberikan ketersediaan produk dalam jumlah yang cukup.

Setiap alternatif strategi produk akan dapat menimbulkan reaksi yang bermacam-macam dari perusahaan pesaing, namun seringkali reaksi dari perusahaan pesaing akan timbul lebih lama bila dibandingkan dengan strategi harga sehingga jarang dapat membalas dengan cepat.

Persaingan akan berjalan dengan sempurna apabila pembeli dapat membandingkan barang yang satu dengan yang lain, sehingga perusahaan dalam sebuah industri harus dapat membedakan produknya dari produk pesaing untuk merebut pasar. Dengan adanya differensiasi produk persaingan akan menjadi tidak efektif, karena perbandingan produk yang satu dengan yang lain menjadi sulit untuk dilakukan karena berbeda. Differensiasi produk sangat erat kaitannya dengan kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan penjualannya. Strategi produk akan lebih efektif apabila terdapat homogeneous produk dalam industri, sebab dana yang dibutuhkan relatif besar.

Promosi produk dilakukan oleh produsen yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada para konsumen tentang adanya suatu produk di pasar, untuk meningkatkan penjualan serta untuk merebut pangsa pasar dari produsen lain. Strategi promosi dalam industri manufaktur dapat dilakukan melalui advertensi di berbagai media seperti media elektronik (televisi dan internet) dan media cetak (majalah dan koran), free samples, pelayanan yang lebih baik dan lain-lain.

6.1.2.3 Strategi Distribusi

Distribusi produk merupakan suatu cara yang dilakukan dalam menyampaikan barang atau produk yang diinginkan oleh pembeli. Strategi

53

distribusi yang dilakukan dalam industri manufaktur adalah berdasarkan kesepakatan antara produsen dan konsumen. Cara yang dilakukan dalam mendistribusikan produknya antara lain dengan mengantar produk yang dipesan sampai gudang pembeli dan jika jumlah yang ingin dibeli kurang dari batasan pesanan minimum maka yang berperan adalah distributor, sehingga konsumen yang ingin membeli dalam jumlah sedikit tidak pindah ke perusahaan lain.

6.1.2.4 Kolusi

Kolusi sangat tidak diinginkan oleh sebagian besar masyarakat khususnya para konsumen. Lain halnya dengan para produsen, mereka berharap dengan adanya kolusi dapat meningkatkan keuntungan. Di dalam pasar oligopoli, kolusi dapat terjadi jika terbentuk suatu kondisi yang mendukung terjadinya kolusi. Menurut Jaya (2001), Kondisi pasar yang dapat menimbulkan terjadinya kolusi tersebut antara lain seperti, terjadinya pemusatan kekuatan pasar, kesamaan biaya dalam produksi, kesamaan permintaan dari masyarakat, titik pusat, persaingan bukan harga dan informasi.

Pemusatan perusahaan merupakan salah satu kondisi yang dapat menimbulkan kolusi. Hal ini disebabkan ada sedikit penjual utama yang terdapat pada industri tersebut, sehingga mereka cepat mengetahui kecurangan yang dilakukan perusahaan lain. Menurut Jaya (2001), terdapat perbedaan perilaku pada setiap tingkat konsentrasi (pemusatan) yang dapat menimbulkan kolusi. Pada struktur pasar oligopoli ketat, penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60 sampai 100 persen, kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga relatif mudah dan pada struktur oligopoli longgar,

penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki 40 persen atau kurang dari pangsa pasar, maka kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga sebenarnya tidak mungkin.

Kesamaan biaya dalam produksi turut mendukung pembentukan kolusi. Kesamaan biaya dalam produksi membuat kerjasama lebih mudah karena harga yang ditetapkan relatif sama. Kondisi pasar lainnya yang mendukung adanya kolusi adalah adanya kesamaan permintaan dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan pergeseran permintaan yang tajam karena dapat menjebak pelaku oligopolis dalam mengontrol pasar dan memusatkan ekspektasi pada tingkat harga yang sama, misalnya produsen akan terdorong untuk memotong harga penjualan (diskon).

Titik pusat merupakan harga atau lokasi yang diketahui dan disetujui oleh semua pesaing, meliputi standar kenaikan harga, lokasi dan batas-batas geografis. Pada suatu industri yang sudah mapan, masing-masing pihak sudah mengetahui para pesaing sehingga hal ini akan mempermudah adanya kolusi, sebab tindakan dari tiap-tiap perusahaan akan lebih mudah diprediksi. Suatu harga yang dianjurkan atau lokasi yang telah ditentukan dapat menjadi dasar dalam kerjasama yang erat, sementara batas geografi seringkali menjadi dasar untuk membagi pasar dan koordinasi pasar menjadi lebih mudah.

Persaingan bukan harga dapat menjadi substitusi bagi kompetisi harga. persaingan bukan harga dapat dilakukan jika harga di pasar sudah stabil dan terdapat kesepakatan harga, biasanya persaingan ini dilakukan dalam bentuk wujud rancang produk, advertensi dan sebagainya. Kondisi terakhir yang dapat

55

menyebabkan terjadinya kolusi adalah informasi. Informasi dapat mempermudah kerjasama antar perusahaan, semakin baik informasi semakin cepat perusahaan dapat mendeteksi adanya pemotongan harga yang dilakukan perusahaan lain. Sistem informasi yang baik juga dapat membantu mempertahankan harga yang sudah ditetapkan.

Dokumen terkait