• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis struktur perilaku kinerja industri pengolahan susu di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis struktur perilaku kinerja industri pengolahan susu di Indonesia"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH:

IKA MUSTIKA SARI (H14070056)

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

Industi Pengolahan Susu (IPS) merupakan salah satu industri yang berperan besar dalam perekonomian maupun dalam peningkatan gizi masyarakat. Konsumsi susu di Indonesia saat ini masih rendah dibandingkan negara-negara Asia lainnya yaitu hanya 11,9 liter per kapita per tahun, India mencapai 42,8 liter per kapita per tahun, Malaysia dan Filipina mencapai 22,1 liter per kapita per tahun, Thailand mencapai 31,7 liter per kapita per tahun, bahkan Vietnam masih lebih tinggi dari Indonesia yaitu 12,1 liter per kapita per tahun (Tetra Pak, 2010). Selain itu, produksi susu di Indonesia juga baru dapat memasok tidak lebih dari 26,5 persen, sisanya 73,5 persen berasal dari impor. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya arus informasi maka diperkirakan konsumsi nasional akan terus meningkat sehingga berdampak pada pertumbuhan industri pengolahan susu. Pertumbuhan industri pengolahan susu yang meningkat menyebabkan persaingan antar produsen semakin meningkat pula. Fenomena yang selanjutnya terjadi adalah timbulnya kekuatan-kekuatan ekonomi yang mengarah kepada terbentuknya konsentrasi kekuatan pasar. Kekuatan-kekuatan ini akan mempengaruhi struktur pasar di dalam industri. Kecenderungan yang akan timbul adalah terbentuknya struktur pasar yang mengarah pada monopoli ataupun oligopoli. Selanjutnya struktur pasar tersebut akan mempengaruhi perilaku-perilaku perusahaan-perusahaan pada industri ini sehingga akan mempengaruhi kinerja perusahaan tersebut.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur-perilaku-kinerja industri pengolahan susu di Indonesia serta hubungan antara struktur dan faktor-faktor lain dengan kinerja industri pengolahan susu. Untuk mencapai tujuan penelitian digunakan data sekunder dari tahun 1984 hingga tahun 2008. PendekatanStructure Conduct Performance(SCP) digunakan untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri, dapat dilihat dari tingkat keuntungan melalui Price Cost Margin (PCM) menggunakan model regresi yang diduga dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Tingkat keuntungan (PCM) diduga dipengaruhi oleh rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), Minimum Efficiency Scale (MES), produktivitas (PROD), tingkat pertumbuhan produksi (GROWTH), efisiensi internal (Xeff), dan total impor bahan baku (Tm).

(3)

(GROWTH) dan efisiensi internal (Xeff). Efisiensi internal merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa hanya efisiensi internal yang berpengaruh positif terhadap kinerja.

(4)

Oleh

IKA MUSTIKA SARI

H14070056

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(5)

NIM : H14070056

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir Arief Daryanto, M. Ec. NIP. 19610618 198609 1001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec. NIP. 19641022 198903 1 003

(6)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAUPUN LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juni 2011

(7)

di Bogor. Penulis anak terakhir dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Musanip dan Ibu Elly Suprianti. Penulis memulai pendidikan di TK Sejahtera II (1994-1995), SD Negeri Kebon Pedes I (1995-2001), SLTP Negeri 5 Bogor (2001-2004), dan SMA Negeri 2 Bogor (2004-2007). Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan penulis diterima pada Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan, Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen melalui proses seleksi yang cukup ketat.

(8)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada jungjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan Islam dan member petunjuk kepada seluruh umat manusia agar selamat di dunia maupun di akhirat. Penelitian ini berjudul “ Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri

Pengolahan Susu di Indonesia” disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi (S.E) pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak (Musanip) dan Mamah (Elly Suprianti) tercinta, atas segala doa, dukungan baik moril maupun materil, semangat, kepercayaan, dan kasih sayangnya setiap saat kepada penulis.

2. Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan dan semangat kepada penulis selama proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. 3. Dr. Ir Sri Mulatsih, MS dan Widyastutik, M.Si sebagai dosen penguji yang

telah memberikan banyak sekali saran dan kritik.

4. Kakak-kakakku serta keluarga besar Yayi Suparyi atas dukungan, nasihat dan doanya serta penghibur disaat keluh kesah.

5. Pegawai Badan Pusat Statistik (BPS), Kementrian Perindutrian RI, dan Lembaga Sumber Informasi (LSI) IPB atas kesediaan waktunya untuk membantu dalam pencarian data.

(9)

8. Sahabat dan teman satu PS (Fifi, Nhimas dan Nyenyo) yang telah melewati suka dan duka bersama selama menjalani proses ini.

9. Kakak-kakak IE angkatan 43 yang telah berbagi pengalaman dan Special Thank pada Kak Khilqa Istitho Ati Putri yang telah meminjamkan buku serta memberikan banyak informasi.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis baik moril maupun materil sehingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bogor, Juni 2011

(10)

Halaman

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 10

2.1 Konsep Industri... 10

2.2 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri ... 11

2.2.1 Struktur Industri ... 12

2.2.2 Perilaku Industri... 16

2.2.3 Kinerja Industri ... 17

2.3 Hubungan Struktur, Perilaku dan Kinerja ... 18

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 19

2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis... 21

2.6 Hipotesis Penelitian ... 23

III. METODE PENELITIAN... 25

(11)

3.3 Analisis Struktur (Structure) Industri ... 26

3.4 Analisis Perilaku (Counduct) Industri ... 28

3.5 Analisis Kinerja (Performance) Industri... 28

3.6 Hubungan Struktur dan Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Kinerja ... 30

3.7 Uji Statistik dan Ekonometrika... 32

IV. GAMBARAN INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU DI INDONESIA 37 4.1 Sejarah Industri Pengolahan Susu di Indonesia... 37

4.2 Profil Beberapa Industri Pengolahan Susu... 40

4.3 Perkembangan Industri Pengolahan Susu di Indonesia ... 45

4.3.1 Bahan Baku dan Populasi Sapi Perah di Indonesia... 45

4.3.2 Kapasitas dan Pertumbuhan Produksi ... 49

4.3.3 Perkembangan Nilai Impor... 50

4.4 Jumlah Perusahaan dan Status Penanaman Modal Industri ... 52

4.5 Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Susu di Indonesia . 53 V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 59

5.1 Analisis Struktur Pasar Industri Pengolahan Susu di Indonesia.. 59

5.1.1 Analisis Rasio Konsentrasi Industri ... 59

5.1.2 Analisis Hambatan Masuk Pasar ... 62

5.2 Analisis Perilaku Industri Pengolahan Susu di Indonesia... 65

(12)

5.2.3 Strategi Promosi... 71

5.3 Analisis Kinerja Industri Pengolahan Susu... 75

5.4 Hasil Analisis Hubungan Struktur dan Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Kinerja ... 77

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 84

6.1 Kesimpulan... 84

6.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA... 88

(13)

Nomor Halaman

1. Contoh Tipe Pasar ... 13

2. Perkembangan Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu ... 47

3. Perkembangan Industri Pengolahan Susu ... 49

4. Jumlah Produksi Susu Berdasarkan Jenis Produksi ... 50

5. Perkembangan Impor Susu dan Produk Susu di Indonesia ... 51

6. Jumlah Perusahaan Menurut Status Penanaman Modal... 52

7. Utilitas Kapasitas Produksi Industri Pengolahan Susu ... 64

8. Komposisi Biaya Input Industri Pengolahan Susu... 65

9. Hasil Regresi Model... 78

10. Matriks Korelasi antar Variabel Independen... 80

11. Hasil Uji Autokorelasi... 81

(14)

Nomor Halaman

1. Pohon Industri Produk Pengolahan Susu ... 4

2. Bagan Kerangka Pemikiran ... 22

3. Fluktuasi Nilai CR4... 61

4. Fluktuasi Nilai MES... 63

5. Fluktuasi PCM,Growth, dan X-eff... 75

(15)

Nomor Halaman

1. Tingkat Konsentrasi Rasio Tahun 1984-2008... 90

2. Price Cost Margin(PCM) Tahun 1984-2008 ... 91

3. Minimum Efficiency Scale(MES) Tahun 1984-2008 ... 92

4. Nilai Efisiensi-X Tahun 1984-2008... 93

5. Nilai Produktivitas Tahun 1984-2008... 94

(16)

1.1 Latar Belakang

Keberadaan industri pengolahan susu di Indonesia mempunyai sisi positif dan negatif. Sisi positifnya adalah industri ini berperan besar dalam perekonomian. Sektor ini mampu memberikan peluang kerja bagi penduduk Indonesia. Selain itu, sektor ini juga menggunakan input dari sektor peternakan. Sedangkan dari sisi negatif, industri ini menghadapi banyak masalah mulai dari persaingan pemasaran baik di pasar domestik maupun pasar internasional, kurangnya pasokan susu dalam negeri serta masih buruknya kualitas susu di tingkat peternak, menyebabkan industri pengolahan susu dalam negeri sulit menggunakan susu lokal sebagai bahan baku pembuatan susu olahan.

(17)

Industri Pengolahan Susu (IPS) mempunyai peranan penting dan strategis dalam upaya penyediaan dan pencukupan gizi masyarakat karena menurut FAO (the Food and Agriculture Organization) susu merupakan komoditas pangan yang hampir sempurna karena didalamnya terkandung sembilan bahan nutrisi pokok yang bermanfaat untuk menjaga tubuh manusia agar tetap sehat dan kuat. Ditinjau dari aspek konsumsi susu bangsa Indonesia, berdasarkan data Tetra Pak Indonesia tahun 2010, konsumsi susu di Indonesia saat ini masih rendah dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya yaitu hanya 11,9 liter per kapita per tahun, sedangkan India mencapai 42,8 liter per kapita per tahun, Malaysia dan Filipina mencapai 22,1 liter per kapita per tahun, Thailand mencapai 31,7 liter per kapita per tahun, bahkan Vietnam masih lebih tinggi dari Indonesia yaitu 12,1 liter per kapita per tahun. Selain itu, produksi susu di Indonesia juga baru dapat memasok tidak lebih dari 26,5 persen, sisanya 73,5 persen berasal dari impor. Hal tersebut menunjukkan masih kurangnya pemenuhan gizi masyarakat Indonesia.

(18)

lebih rendah dibandingkan dengan kapasitas produksi terpasang, sehingga peluang untuk meningkatkan produksi atau konsumsi susu cair dengan menggunakan tipe kemasan yang lebih murah masih sangat besar apalagi jika didukung dengan iklan promosi yang tepat sasaran. Penggunaan susu kental manis cukup beragam, pada umumnya sebagai pencampur kopi atau teh, oles roti hingga bahan martabak. Konsumsi susu pasteurisasi masih sangat rendah karena kendala jalur distribusi yang mensyaratkan adanyacold chain(jalur pendingin) dan tidak tahan lama serta mudah rusak.

(19)

Sumber: Depperindag (Dir P2H-Nak), 2008

Gambar 1. Pohon Industri Produk Pengolahan Susu

Pertumbuhan industri pengolahan susu yang meningkat menyebabkan persaingan antar produsen semakin meningkat pula. Persaingan antara industri pengolahan susu dalam beberapa tahun ini semakin ketat, yang terlihat dari pesatnya jumlah perusahaan dan produk-produk baru yang berinovasi dalam peningkatan mutu gizi serta dapat terlihat dari banyaknya promosi berbagai merek produk susu melalui iklan dimedia cetak maupun televisi guna meraih konsumen pasar yang lebih tinggi. Dalam menghadapi hal tersebut, maka perusahaan yang

(20)

bergerak dibidang industri pengolahan susu berusaha untuk meningkatkan nilai penjualan dan pangsa pasarnya dalam industri. Nilai penjualan dan pangsa pasar adalah salah satu indikator dalam menilai suatu kinerja perusahaan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2006), saat ini bentuk struktur pasar industri pengolahan susu Indonesia ialah oligopoli ketat dilihat dari tingkat konsentrasi rasio yang cukup tinggi dan jenis produk yang heterogen. Dari segi perilaku industri dalam strategi produk, industri pengolahan susu cenderung melakukan diversifikasi dan diferensiasi produk yag berkualitas dan bermutu tinggi. Dalam strategi promosi umumnya industri pengolahan susu melakukan strategi berbentuk merek dan melalui iklan,public relation, danpersonal selling. Dari segi kinerja, industri pengolahan susu Indonesia memiliki keuntungan yang cukup tinggi yang dilihat dari nilai PCM yang cukup besar dan nilai efisiensi yang cukup tinggi.

(21)

Pada perilaku pasar misalnya dalam selera konsumsi susu, masyarakat Indonesia lebih menyukai susu bubuk dibanding dengan susu segar. Hal ini diduga karena faktor kemudahan dalam penggunaan dan aman disimpan dalam waktu yang relatif lama. Berbeda dengan negara maju yang lebih banyak mengkonsumsi susu segar dibandingkan susu bubuk. Selera masyarakat yang demikian menyebabkan impor bahan baku meningkat tiap tahunnya. Oleh karena itu kajian mengenai struktur-perilaku-kinerja industri pengolahan susu menjadi menarik untuk diteliti dilihat dari sisi konsumsi, permintaan dan persaingan industri.

1.2 Perumusan Masalah

Dari sisi permintaan, produksi susu dalam negeri masih belum mencukupi untuk menutupi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Saat ini produksi dalam negeri baru memasok tidak lebih 30 persen dari permintaan nasional, sisanya berasal dari impor. Produksi susu segar dalam negeri yang masih rendah dibandingkan permintaan susu terhadap industri pengolahan susu serta mutu susu segar dalam negeri yang belum mampu memenuhi Standar Internasional (SI) mengakibatkan kebutuhan impor bahan baku semakin tinggi.

(22)

meningkatkan pangsa pasar (market share) para pelaku pasar domestik dalam industri pengolahan susu di Indonesia.

Dalam peta perdagangan internasional produk-produk susu, Indonesia berada pada posisi sebagai net-consumer dari hasil produksi susu segar nasional yang rendah, dimana sebagian besar (90 persen) dihasilkan oleh usaha rakyat dengan skala usaha 1-3 ekor sapi perah per peternak. Sehingga sampai saat ini industri pengolahan susu nasional masih sangat bergantung pada impor bahan baku susu. Jika kondisi tersebut tidak dibenahi dengan membangun sistem agribisnis yang berbasis peternakan, maka Indonesia akan terus menjadi negara pengimpor hasil ternak khususnya susu sapi.

Dilihat dari sisi konsumsi, sampai saat ini konsumsi masyarakat Indonesia terhadap produk susu masih tergolong sangat rendah bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Konsumsi produk susu Indonesia akan semakin meningkat seiring peningkatan dalam pengetahuan, pendidikan, pendapatan serta bertambahnya jumlah penduduk Indonesia.

(23)

Disamping itu pertumbuhan pasar Internasional dalam industri pengolahan susu pada saat ini menambah deretan faktor-faktor yang dapat merubah kinerja industri pengolahan susu dalam negeri. Mulai dari kebutuhan bahan baku, permintaan pasar, kebijakan dan persaingan dibidang industri pengolahan susu.

Berdasarkan uraian di atas, fenomena persaingan industri pengolahan susu ini merupakan suatu hal yang menarik untuk dianalisis. Adapun, permasalahan-permasalahan yang akan dianalisis antara lain:

1. Bagaimana struktur, perilaku dan kinerja industri pengolahan susu di Indonesia dalam peningkatan daya saing industri?

2. Bagaimana hubungan antara struktur dan faktor-faktor lain dengan kinerja industri pengolahan susu di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang serta perumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian mengenai industri pengolahan susu antara lain:

1. Menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri pengolahan susu di Indonesia dalam peningkatan daya saing industri.

(24)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan informasi serta gambaran tentang struktur, perilaku dan kinerja industri pengolahan susu nasional sebagai bahan rujukan bagi pengambilan kebijakan pengembangan industri pengolahan susu nasional dalam peningkatan daya saing industri pengolahan susu.

2. Penelitian ini diharapkan menjadi bahan tambahan wawasan dan pengetahuan bagi penulis dalam bidang keilmuan yang dipelajari.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Konsep Industri

Konsep-konsep industri sangat penting untuk diketahui dan dipahami. Konsep industri berkaitan erat dengan aspek ekonomi. Ekonomi industri merupakan seperangkat konsep dan analisa mengenai persaingan dan monopoli dengan berbagai macam pasar yang berada di antara keduanya (Jaya, 2001).

Ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi. Ilmu ekonomi ini membantu menjelaskan mengapa pasar perlu diorganisir dan bagaimana pengorganisasiannya memengaruhi cara kerja pasar industri. Definisi ekonomi industri adalah bahwa pada dasarnya teori-teori yang terdapat dalam ekonomi industri menekankan pada ilmu ekonomi studi empiris dan faktor-faktor yang memengaruhi struktur pasar, perilaku dan kinerja sehingga tercapai tingkat efisiensi bagi perusahaan, industri serta perekonomian secara keseluruhan (Jaya, 2001). Ekonomi industri ialah studi teoritik dan empirik tentang bagaimana struktur pasar dan tingkah laku penjual pembeli mempengaruhi kinerja dan kesejahteraan ekonomi.

(26)

unit usaha yang melakukan kegiatan ekonomi yang mempunyai tujuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang terletak pada satu bangunan atau lokasi tertentu serta memiliki catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggung jawab atas resiko usaha tersebut (Hasibuan, 1993).

Industri merupakan suatu kegiatan proses pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi maupun setengah jadi. Definisi perusahaan atau usaha industri adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang dan jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggungjawab atas usaha tersebut (BPS, 2002).

2.2 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri

(27)

2.2.1 Struktur Industri

Struktur industri menunjukkan atribut industri yang mempengaruhi sifat proses persaingan. Unsur-unsur struktur pasar meliputi, konsentrasi, diferensiasi produk, hambatan masuk dalam pasar, struktur biaya, dan tingkat pengaturan pemerintah. Struktur industri menentukan perilaku perusahaan yang menentukan kinerja industri. Tiga elemen pokok dalam struktur industri yaitu: pangsa pasar (market share), pemusatan (concentration) dan hambatan (barrier to entry).

1. Pangsa Pasar(Market Share)

(28)

Tabel 1. Contoh Tipe Pasar

TIPE PASAR KONDISI UTAMA

Monopoli Murni Suatu perusahaan menguasai 100 persen dari pangsa pasar

Oligopoli Ketat Penggabungan 4 perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar sebesar 60 persen sampai dengan 100 persen. Kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga relative lebih mudah. Perusahaan Dominan Suatu perusahaan yang menguasai minimal 50

persen sampai dengan 100 persen dari pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat.

Oligopoli Longgar Penggabungan 4 perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar sebesar 40 persen atau kurang. Kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga sebenarnya tidak mungkin. Persaingan Monopolistik Banyak pesaing yang efektif dan tidak ada satu pun

yang memiliki pangsa pasar lebih dari 10 persen. Persaingan murni Terdapat lebih dari 50 pesaing dan tidak ada satu

pun yang memiliki pangsa pasar yang berarti Sumber : Jaya, 2001

2. Konsentrasi (Concentration)

(29)

konsentrasi parsial. Indeks konsentrasi tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.

1. Indeks Konsentrasi Penuh

Indeks konsentrasi penuh merupakan presentase pangsa pasar untuk keseluruhan perusahaan dalam satu industri.

Keterbatasan:

a) Terlalu membesar-besarkan peranan perusahaan kecil.

b) Berbagai proposi pasar yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan terbesar diketahui, maka indeks Herfindahl yang dihitung berdasarkan atas data ini hanya sedikit berbeda dengan indeks yang dihitung berdasarkan sumbangan seluruh perusahaan yang ada dalam industri tersebut.

Kelebihan:

Terletak pada kemampuannya untuk melihat ketidakseimbangan penyebaran skala perusahaan dalam suatu industri.

2. Indeks Konsentrasi Parsial

Indeks konsentrasi parsial merupakan presentase produksi, pangsa pasar atau ukuran-ukuran lainnya yang dikuasai oleh beberapa perusahaan besar dalam satu industri.

Keterbatasan:

(30)

Pengukuran dengan cara ini lebih relatif sederhana karena didukung oleh data-data yang tersedia.

3. Hambatan Masuk Pasar (Barrier to Entry)

Persaingan yang terjadi adalah persaingan yang potensial dimana perusahaan-perusahaan di luar pasar yang mempunyai kemungkinan untuk masuk dan menjadi pesaing yang sebenarnya. Konsep persaingan potensial dan kemudahan untuk masuk merupakan intuisi sederhana serta telah lama digunakan. Hambatan-hambatan ini mencangkup seluruh cara dengan menggunakan perangkat tertentu yang sama (contoh: paten, franchise). Pada intinya, hambatan untuk masuk mencangkup segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kecepatan pesaing baru ( Jaya, 2001).

Shepherd (1990) juga mengemukakan dua jenis hambatan, yaitu hambatan eksogen dan hambatan endogen. Hambatan eksogen merupakan hambatan untuk masuk kedalam pasar yang bersifat dari luar perusahaan, yang terdiri dari modal, skala ekonomi, diferensiasi produk, diferensiasi intensitas penelitian dan pengembangan, investasi yang besar dan integritas vertikal. Hambatan endogen dapat berupa kebijakan harga dari establish firm, strategi penguasaan produk, strategi penguasaan bahan baku, strategi pemasaran produk dan image dari loyalitas merek suatu produk itu sendiri.

(31)

sekali, hambatan rendah, sedang sampai tingkatan tinggi dimana tidak ada lagi jalan masuk. Ketiga, hambatan merupakan sesuatu yang kompleks dimana hambatan yang besar dapat memperkuat kekuatan pasar suatu perusahaan dominan (Jaya, 2001).

2.2.2 Perilaku Industri

Menurut Hasibuan (1993) perilaku industri adalah pola tanggapan dan penyesuaian yang dilakukan suatu perusahaan di dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Biasanya perilaku itu dilakukan dengan melihat kondisi pasar yang akan dimasuki.

Menurut teori ekonomi industri, perilaku industri menganalisis tingkah laku serta penerapan strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untuk merebut pangsa pasar dan mangalahkan pesaingnya. Perilaku industri ini terlihat dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga dalam kebijakan produk. Perilaku Industri Pengolahan Susu terlihat dalam tiga strategi, yaitu: perilaku dalam strategi harga, perilaku dalam strategi produk dan perilaku dalam strategi promosi.

(32)

perekonomian secara umum bukan untuk menghadapi pesaing. Perilaku perusahaan monopoli dalam menetapkan harga dan jumlah produk bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Monopoli juga menetapkan harga secara administratif bukan melalui mekanisme pasar.

Perilaku setiap perusahaan akan sulit diperkirakan pada kondisi pasar oligopoli. Berbeda halnya dengan kondisi pasar persaingan sempurna dimana perusahaan hanya bersifat sebagai penerima harga, pada oligopoli yang dipimpin oleh suatu perusahaan dominan pada umumnya perusahaan yang mendominasi pasar akan berlaku seperti halnya perusahaan monopoli (Jaya, 2001).

2.2.3 Kinerja Industri

Menurut Jaya (2001), kinerja industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Menurut para ekonom, kinerja pasar biasanya memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam distribusi.

a. Efisiensi

(33)

dialokasikan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikan nilai output.

b. Kemajuan Teknologi

Melalui penemuan dan pembaharuan teknologi, orang dapat membuat suatu karya yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang yang telah ada. Kemajuan teknologi dapat berpengaruh pada produksi, biaya dan harga (Jaya, 2001).

c. Kesinambungan dalam Distribusi (Keadilan/Equity)

Keadilan dalam pendistribusian sangat erat kaitannya dengan efisiensi dalam pengalokasian. Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. Kesejahteraan dan pendapatan berkaitan dengan nilai uang. Sementara kesempatan berkaitan dengan peluang yang dimiliki setiap orang.

Kinerja pasar atau industri dapat juga dilihat dari pola keuntungan yang didapat dari perusahaan-perusahaan dalam industri. Pola keuntungan ini digambarkan melalui Price-Cost Margin (PCM). Selain itu pengukuran kinerja dapat juga dilakukan denga metode rasio dari kelebihan keuntungan terhadap penjualan, tingkat pengembalian dari asset atau modal dan nilai pasar dari surat-surat berharga perusahaan.

2.3 Hubungan Struktur, Perilaku dan Kinerja

(34)

industri (Jaya, 2001). Struktur pasar akan mempengaruhi perilaku pasar terutama dalam hal sikap terhadap kebijakan harga, strategi pengembangan usaha serta strategi dalam produk. Selanjutnya struktur dan perilaku yang dilakukan perusahaan akan mempengaruhi kinerja dalam perekonomian. Kinerja yang baik terutama mencangkup harga yang rendah, efisiensi, inovasi dan keadilan.

2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Analisis Struktur Perilaku Kinerja telah banyak dilakukan oleh para peneliti ekonomi, terutama penelitian mengenai industri. Hal ini terkait dengan perkembangan industri saat ini yang semakin pesat.

Beberapa penelitian mengenai Analisis Struktur Perilaku Kinerja Industri diantaranya:

1. Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesia yang dilakukan oleh Sunengcih (2009), hasil penelitian pengujian menunjukkan bahwa sebanyak dua dari empat variabel independen yang dirumuskan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya (PCM). Kedua variabel tersebut adalah efisiensi-X dan usaha, sementara nilai CR4 dan Growth tidak berpengaruh signifikan terhadap PCM.

(35)

strategi promosi yang dilakukan perusahaan susu Indonesia umumnya melalui strategi berbentuk merek, iklan,public relation, personal selling. Dari segi kinerja industri susu Indonesia memiliki nilai PCM yang cukup tinggi dan tingkat efisiensi yang cukup baik. Berdasarkan regresi, CR4dan PCM mempunyai hubungan yang positif dan nyata pada industri susu. Susu merupakan suatu komoditi yang sangat menarik untuk diteliti, karena didalamnya terdapat banyak sekali permasalahan yang perlu dipecahkan masalahnya mulai dari hulu ke hilir, mulai dari peternak hingga tingkat industri, bahkan kebijakan-kebijakan pemerintah yang mempengaruhi komoditi susu itu sendiri. Penelitian sebelumnya mengenai produk susu diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma (1997) mengenai Ekspor-Impor Susu Olahan Indonesia di Pasar Internasional. Hasil penelitian Kusuma (1997) menyimpulkan bahwa ekspor produk susu dalam laju pertumbuhan volume dan nilai ekspor berfluktuasi dari tahun ke tahun dan cenderung menurun, impor susu dalam laju pertumbuhan volume dan nilai impor cenderung stabil, penduduk daerah pedesaan dan perkotaan paling banyak mengkonsumsi susu kental manis serta pemasaran produk susu olahan memiliki prospek cukup baik di pasar domestik.

(36)

pendek dipengaruhi secara signifikan oleh produksi susu domestik, harga riil susu impor lag pertama, pendapatan perkapita lag ketiga dan nilai tukar riil Rupiah pada lag kedua dengan pengaruh yang bersifat negatif.

Terdapat beberapa perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian yang dilakukan Kusuma (1997), dan Amaliah (2007) menggunakan variabel, metode analisis dan tujuan penelitian yang berbeda dengan penulis, tetapi memiliki persamaan dalam meneliti produk susu dari perusahaan susu. Penelitian Sunengcih (2009) menganalisis mengenai Industri Minuman Ringan dan memiliki kesamaan dalam hal metode serta alat analisis yang digunakan dalam metode permasalah tersebut. Sedangkan penelitian Andiani (2006) memiliki persamaan dalam hal industri yang diteliti, metode dan variabel yang digunakan, perbedaannya ialah dalam penelitian ini terdapat pengembangan dari penelitian sebelumnya dimana penulis menambahkan beberapa variabel baru dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu Minimum Eficiency Scaledan Total Impor dalam rentang waktu 1984-2008.

2.5 Kerangka Pemikiran Teoritis

(37)

antar produsen. Kinerja suatu industri diukur antara lain dari derajat inovasi, efisiensi dan protabilitas (Mason, 1939).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keadaan industri persusuan Indonesia, dimana sebagian besar bahan baku industri persusuan Indonesia masih didatangkan dari luar. Sehingga mempengaruhi struktur perilaku kinerja industri pengolahan susu dan tingkat persaingannya.

Dari tinjauan pustaka dan beberapa dasar teori yang ada serta pemahaman terhadap penelitian sebelumnya, maka berikut ini gambar bagan kerangka konseptual dari industri pengolahan susu yang akan diteliti.

(38)

2.6 Hipotesis Penelitian

Penelitian mengenai Analisis Struktur Perilaku Kinerja suatu industri telah banyak dilakukan oleh para peneliti ekonomi. Hubungan variabel-variabel dalam estimasi model analisis dapat menghasilkan kesimpulan yang berbeda tergantung penggunaan proksi atau variabel yang dipakai oleh peneliti.

Berdasarkan pengamatan teori dan penelitian terdahulu mengenai analisis struktur perilaku kinerja maka hipotesis yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Tingkat konsentrasi empat perusahaan (CR4), memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Semakin tinggi konsentrasi suatu perusahaan maka semakin besar tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Sebaliknya jika tingkat konsentrasi memiliki pengaruh negative dengan pesaing maka tingkat persaingan akan menurun.

2. Efisiensi-X (Ef-X) memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Semakin efisien perusahaan maka tingkat produksi suatu perusahaan lebih sedikit untuk memproduksi komoditi karena efisiensi merupakan pengurangan biaya sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam jangka panjang lebih murah. Semakin tinggi efisiensi maka tingkat keuntungan perusahaan akan meningkat.

(39)

4. Produktivitas tenaga kerja (PROD) memiliki nilai positif terhadap PCM, dimana jika terjadi peningkatan produktivitas tenaga kerja maka tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan juga meningkat.

5. Minimum Efficiency Scale (MES) memiliki nilai positif terhadap PCM, dimana jika MES meningkat maka hambatan masuk dalam industri tersebut ikut meningkat menyebabkan pesaing baru sulit memasuki pasar sehingga keuntungan perusahaan meningkat dengan sedikitnya jumlah pesaing.

(40)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder time series (data deret waktu) tahun 1984-2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, beberapa perpustakaan dan hasil penelitian terdahulu. Data yang diolah adalah data Rasio Konsentrasi Empat (CR4) perusahaan terbesar, Minimum Efficiency Scale (MES), produktivitas (Prod), efisiensi internal (Xeff), Growth(tingkat pertumbuhan barang) serta total impor bahan baku susu (Tm). 3.2 Metode Analisis

(41)

3.3 Analisis Struktur (Structure) Industri 3.3.1 Pangsa Pasar (MS)

Setiap perusahaan mempunyai pangsa pasar yang berbeda-beda berkisar antara 0 hingga 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar menggambarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualan. MSi= Si x 100 %

Stot

Dimana:

MSi = pangsa pasar perusahaan i (persen) Si = penjualan perusahaan i (rupiah)

Stot = penjualan total seluruh perusahaan (rupiah)

3.3.2 Rasio Konsentrasi (CR)

Tingkat konsentrasi dapat dihitung melalui Concentration Ratio (CR). Rasio konsentrasi merupakan persentase dari total output industri atau pendapatan penjualan. Rasio sejumlah perusahaan mengukur pangsa pasar relatif dari total output industri yang dipertanggungjawabkan oleh perusahaan-perusahaan itu.

m CRm=∑ msi

i=1

Dalam penelitian ini, akan digunakan rasio dari empat perusahaan yang menunjukkan pangsa pasar empat perusahaan terbesar dalam industri persusuan Indonesia yang dirumuskan sebagai berikut:

4 CR4=∑ msi

(42)

Keterangan:

CR4 : rasio konsentrasi sebanyak 4 perusahaan (persen) msi : pangsa pasar perusahaan i (persen)

Pangsa pasar diukur dari tingkat konsentrasi melalui rasio konsentrasi. Rasio konsentrasi yang digunakan menunjukkan besarnya kontribusi nilai penjualan output perusahaan terbesar terhadap total nilai produksi industri.Semakin besar angka persentasenya (mendekati 100) berarti semakin besar konsentrasi industri dari produk tersebut. Jika rasio konsentrasi suatu industri mencapai 100 persen maka bentuk pasarnya adalah monopoli. Sebaliknya berdasarkan analisis struktur dalam ekonomi industri, struktur industri dikatakan berbentuk oligopoli bila empat perusahaan terbesar menguasai minimal 40 persen pangsa pasar penjualan dari industri yang bersangktan (Kuncoro, 2002).

3.3.3 Barrier to Entry(Hambatan)

Hambatan masuk pasar dapat dilihat dengan banyaknya pesaing yang bermunculan untuk berpacu dalam mencapai target keuntungan yang diinginkan dan merebut pangsa pasar. Salah satu cara yang digunakan untuk melihat hambatan masuk pasar adalah dengan mengukur skala ekonomis yang didekati melalui output perusahaan. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan output total industri, yang disebut sebagai perhitunganMinimum Efficiency Scale(MES), yang dirumuskan sebagai berikut :

Output Perusahaan Terbesar

MES = x 100%

(43)

3.4 Analisis Perilaku (Counduct) Industri

Dalam menganalisis perilaku dalam Industri Pengolahan Susu Indonesia digunakan analisis deskriptif agar dapat menganalisa secara mendalam mengenai gambaran umum yang obyektif mengenai industri itu sendiri. Analisis ini sengaja dilakukan karena variabel yang mencerminkan perilaku sifatnya kualitatif yang sulit dikualitatifkan. Perilaku industri menganalisis tentang tingkah laku serta penerapan strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya. Dalam perilaku dibahas secara selintas adanya diferensiasi produk yang terjadi pada perusahaan susu mengenai produk yang bervariasi yang terdiri dari produk baru dan produk yang sudah ada dan analisis mengenai perananadvertensi.

Proses observasi yang dilakukan dengan mengambil contoh empat perusahaan susu yang mempunyai pangsa pasar terbesar. Ada tiga komponen utama yang akan diteliti, yaitu:

1. Persaingan harga jual antara perusahaan susu 2. Jenis produk barang yang ditawarkan

3. Promosi penjualan barang

3.5 Analisis Kinerja (Performance) Industri

Analisis kinerja yang dilakukan untuk menganalisis kinerja industri susu adalah dengan menggunakan analisisPrice Cost Margin(PCM), efisiensi internal (effisiensi-X) dan pertumbuhan output (Growth).

(44)

Nilai tambah–upah

PCM = x 100%

Nilai barang yang dihasikan

PCM merupakan salah satu indikator kinerja yang digunakan sebagai perkiraan kasar dari keuntungan industri. PCM dalam penelitian ini digunakan dengan menggunakan proksi nilai tambah yang diperoleh. Artinya semakin tinggi nilai tambah maka semakin efisien kinerja industri tersebut dalam rangka meminimumkan biaya sehingga keuntungan industri semakin besar. PCM juga didefinisikan sebagai persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung.

Efisiensi menunjukkan kemampuan perusahaan dalam suatu industri untuk menekan biaya produksi. Semakin efisien suatu perusahaan maka semakin besar pula keuntungan yang diperoleh. Nilai efisiensi-X dapat dirumuskan sebagai berikut:

Nilai Input

Efisiensi-X = x 100%

Nilai Output

(45)

Nilai barang dihasilkan tahun t–nilai barang dihasilkan (t-1)

Growth= x 100 %

Nilai barang dihasilkan (t-1)

3.6 Hubungan Struktur dan Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Kinerja

Metode yang digunakan dalam menganalisis hubungan struktur dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja ialah menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) atau metode kuadrat sederhana. Hal ini dilakukan karena metode OLS merupakan metode yang paling tepat untuk menggambarkan hubungan antar variabel, selain itu metode ini merupakan metode sederhana dibandingkan metode lainnya serta adanya kemudahan dalam penggunaan serta pendeskripsian hasil regresi.

Bentuk umum persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut : Yi= β0+ β1X + Ut

Metode OLS menduga parameter β0 dan β1 dengan meminimumkan

jumlah kuadrat galatna (∑ Ut2).

Variabel tak bebas (dependen) yang digunakan dalam metode OLS ialah PCM. PCM dipilih karena mencerminkan keuntungan dari suatu industri serta mewakili variabel kinerja itu sendiri. Sedangkan variabel independen yang diduga yang dapat mempengaruhi variabel dependen terdiri dari enam variabel yaitu konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), Minimum Efficiency Scale (MES), Growth, Produktivitas (Prod), efisiensi-X (Xeff), dan total impor (TM)

(46)

penjualan dari industri pengolahan susu Indonesia. Efisiensi-X (Xeff) merupakan kemampuan industri persusuan Indonesia untuk menghasilkan output maksimal dengan input tertentu. MES merupakan salah satu indikator dalam menilai hambatan masuk, produktivitas tenaga kerja merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan nilai tambah berdasarkan input tenaga kerja.Growthdipilih karena mewakili pertumbuhan nilai barang yang dihasilkan berdasarkan permintaan pasar. Sedangkan Total Impor dipilih untuk melihat dampak impor susu terhadap kinerja Industri Pengolahan Susu Indonesia. Berikut adalah persamaan yang akan diestimasi dalam penelitian ini :

PCMt = β0+ β1CR4t + β2(MES) + β3 (Growth)t + β4Prod+ β5(Xeff)t+ β6Tm+Ut

Dimana,

t : tahun ke-t

PCM : proksi keuntungan perusahaan terbesar (persen) CR4 : rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar (persen) MES :Minimum Efficiency Scale(persen)

Xeff : efisiensi internal (persen)

Prod : Produktivitas Tenaga Kerja(persen)

Growth : Pertumbuhan Output

Tm : Total Impor

U : galat

β0 : intersep (β0> 0)

(47)

3.7 Uji Statistik dan Ekonometrika

Metode statistik akan digunakan dalam menganalisis hubungan-hubungan antar variabel dimana setelah menentukan parameter-parameter yang akan diestimasi maka dilakukan pengujian-pengujian agar suatu model tersebut dapat dikatakan baik. Pengujian tersebut dilakukan dengan uji statistik terhadap model penduga melalui uji F dan pengujian untuk parameter-parameter regresi melalui uji t serta melihat berapa persen variabel bebas (independen) dapat dijelaskan oleh variabel dependen melalui koefisien determinasi (R-Squared).

Pengujian ekonometrika yang akan dilakukan antara lain uji autokorelasi, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas serta uji normalitas.

3.7.1 Uji R-Squared(R2)

R-Squared (R2) atau biasa disebut Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan model regresi yang digunakan dalam memprediksi nilai keragaman yang dapat dijelaskan oleh variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya jumlah variabel independen yang dimasukan kedalam model. Menurut Gujarati (1995) nilai R2 mempunyai dua sifat, pertama nilai R2 merupakan besaran yang nilainya selalu positif dan besar nilai R2adalah 0 ≤R2≤ 1.

(48)

digunakan untuk membandingkan dua model karena niali R2adj sudah mengalami koreksi terhadap derajat bebas model ( koreksi terhadap∑ variabel) sehingga dua model yang berbeda derajat bebasnya dapat dibandingkan secara adil.

3.7.2 Uji F

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah model penduga yang digunakan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam model. Uji F dapat digunakan juga untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Hipotesis :

H0 : b1 = b2 = … = bi = 0 (artinya tidak ada variabel independen yang

berpengaruh terhadap variabel dependen)

HI : minimal ada salah satu bi≠ 0 (artinya ada variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen)

kriteria uji :

probability F-Statistic < taraf nyata (α), maka tolak Ho dan simpulkan minimal ada variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen. Probability F-Statistic > taraf nyata (α), maka terima H0 dan simpulkan tidak ada variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen.

3.7.3 Uji t

(49)

Hipotesis :

H0 : b1 = b2 = … = bi = 0 (artinya variabel independen-i tidak mempengaruhi variabel dependen)

H1 : bi ≠ 0 atau bi < 0 atau bi > 0 (artinya variabel independen-i mempengaruhi variabel dependen)

kriteria uji :

Probability t-Statistic < taraf nyata (α), maka tolak Ho dan simpulkan variabel independen-i berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Probability t-Statistic > taraf nyata (α), maka terima H0 dan simpulkan variabel independen-i tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3.7.4 Uji Normalitas

Uji Normalitas atau disebut juga Jarque-Bera Test digunakan untuk melihat error term. Jika jumlah sampel data yang digunakan kurang dari 30 maka perlu dilakukan uji normalitas dan jika sampel lebih dari 30 maka error termakan terdistribusi normal.

Hipotesis :

H0 =error termterdistribusi normal H1 =error termtidak terdistribusi normal kriteria uji:

Jika nilai probabilitas > taraf nyata (α) maka terima H0 dan

(50)

3.7.5 Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas merupakan salah satu pelanggaran dalam asumsi OLS. Suatu model dapat dikatakan baik jika tidak terjadi gejala multikolinearitas di dalamnya. Multikolinearitas ialah terjadinya korelasi yang tinggi antar sesama variabel independennya (variabel bebas βi). Salah satu cara untuk mendeteksi

adanya Multikolinearitas ialah model yang mengalami Multikolinearitas umumnya memiliki R2/R-Sq tinggi tetapi banyak var Yi yang tidak nyata (nilai t kecil atau P-value besar) atau jika nilai koefisien korelasi lebih besar│0.8│maka terdapat gejala Multikolinearitas.

Konsekuensi atau akibat adanya Multikolinearitas :

1. Jika Multikolinearitas yang terjadi tidak sempurna (Near Multikolinearitas), maka dampak yang terjadi adalah tidak dapat menginterpretasikan koefisien regresi dengan baik karena antar variabel independen berhubungan (asumsi cateris paribus sulit dipenuhi jika terjadi Multikolinearitas).

2. Jika Multikolinearitas yang terjadi sempurna (Perfect Multikolinearitas), maka menyebabkan tidak dapat menduga koefisien regresi.

3.7.6 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah hasil estimasi model tidak mengandung korelasi serial diantaradisturbance term.

Hipotesis : H0 : ρ = 0

(51)

Kriteria uji :

Probability Obs*R-Squared< taraf nyata (α), maka tolak H0 yang artinya terjadi autokorelasi (positif ataupun negative) dalam model.

Probability Obs*R-Squared > taraf nyata (α), maka terima H0 tidak ada autokorelasi.

3.7.7 Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi jika ragam error tidak konstan atau variabel (Ut) berbeda-beda. Gejala Heteroskedastisitas menunjukkan bahwa model tersebut tidak memenuhi syarat sebagai model yang baik. Model yang baik ialah memenuhi ragam error yang sama. Gejala tersebut dapat ditunjukan oleh

Probability Obs*R-Squaredpada uji WhiteHeteroskedastisitas. Hipotesis :

H0 : µ = 0 H1 : µ ≠0 Kriteria uji :

Probability Obs*R-Squared< taraf nyata (α), maka tolak H0 yang artinya terjadi heteroskedastisitas.

(52)

IV. GAMBARAN INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU DI

INDONESIA

4.1 Sejarah Industri Pengolahan Susu Indonesia

Keberadaan sapi perah di Indonesia berawal pada kebutuhan Susu Sapi segar orang Eropa yang bekerja di perkebunan-perkebunan milik Belanda. Ternak sapi perah pertama yang diimpor adalah jenis Sapi Hissar, yang didatangkan ke daerah Sumatra Timur, terutama di Medan dan Deli Serdang, pada tahun 1885. Sapi Hissar ini kemudian dipelihara oleh peternak sapi yang berasal dari India, yang memang telah lama menetap di daerah Sumatra Timur. Walaupun produksi susu sapi tersebut masih rendah, peternakan sapi perah yang sudah ada dapat mencukupi kebutuhan lokal.

Dalam perkembangan sapi perah, kebutuhan akan susu sapi terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah orang Eropa yang datang ke Indonesia. Belanda kemudian memutuskan untuk mendatangkan sapi jantan jenis Friesian Holstein ke Pasuruan, Jawa Timur, pada tahun 1891. Sapi pejantan ini digunakan untuk meningkatkan (grading-up) sapi–sapi lokal menjadi sapi perah. Pada tahun 1900 kembali didatangkan sapi Friesian Holstein ke daerah Lembang, Jawa Barat, yang akhirnya berkembang pesat dan menyebar ke daerah-daerah lain di sekitar Jawa Barat.

(53)

Australia. Grading-up ini menghasilkan sapi perah bangsa baru yang dikenal dengan nama sapi Grati. Sapi jenis ini telah mendapat pengakuan Internasional sebagai bangsa sapi perah Indonesia. Namun karena tidak ada pembinaan, kemampuan produksi sapi Grati kian hari kian menurun, termasuk juga populasinya.

Kebutuhan susu sapi yang terus meningkat tiap tahunnya menyebabkan pemerintah terus melakukan impor sapi perah dari beberapa negara, seperti dari negara Denmark dan Belanda. Tersebarmya sapi perah impor ini, akhirnya memang dapat menaikkan total produksi susu, tetapi tetap tidak maksimal seperti produksi susu di negara asalnya. Penyebabnya adalah pemberian pakan dan tata laksana pemeliharaan yang belum sempurna. Sapi-sapi impor ini juga menyebabkan lahirnya sapi perah peranakan Friesian, yang tidak dapat disebut sebagai sapi bangsa baru, karena merupakan hasil perkawinan yang tidak direncanakan. Produksi susu dari sapi peranakan Friesian sangat rendah, akhirnya banyak dari sapi peranakan Friesian ini dijual belikan sebagai ternak sapi pedaging (sapi potong).

(54)

bagi negara-negara yang sedang berkembang dengan nama perusahaan NV. Saridele.

Selanjutnya berdiri PT. INDOMILK (PT. Australia Indonesia Milk Industry) pada tahun 1967 yang merupakan bentuk kerjasama Australia dengan Indonesia sebagai perwujudan penanaman modal asing (PMA) dan pelopor dalam pembuatan susu yaitu susu kental manis secara modern di Indonesia. Berawal dari 200 karyawan, pengembangan produk dan usaha terus dilakukan hingga akhirnya diluncurkan produk lainnya seperti susu pasteurisasi merek INDOMILK pada tahun 1970 , produk mentega dengan merek ORCHID BUTTER dan untuk merek Golden Churn pada tahun 1971, produk es krim untuk merek Peter Ice Cream pada tahun 1972, serta susu bubuk INDOMILK yang diproduksi dengan sistem

toll manufacturingpada tahun 1985.

(55)

4.2 Profil Beberapa Industri Pengolahan Susu 1. PT Sari Husada

PT Sari Husada merupakan salah satu perusahaan susu yang memproduksi produk khusus bayi dan anak-anak di Indonesia. PT Sari Husada mulai berdiri dan beroperasi pada tahun 1954, awal mula berdirinya perusahaan ini merupakan hasil kerjasama UNICEF, FAO, dan pemerintah Indonesia dengan nama NV Saridele.

Keluarnya Indonesia dari PBB tahun 1962, menyebabkan UNICEF dan FAO ikut melepaskan Saridele. Kemudian perusahaan berganti nama menjadi PN Sari Husada, dengan memproduksi susu bubuk bayi SGM dan SNM untuk bayi berusia 6 bulan keatas. Hingga kini produk susu tersebut dikenal dan banyak digunakan masyarakat luas. Sekarang perusahaan selain memproduksi susu juga memproduksi produk makanan bergizi untuk bayi dan anak-anak.

Pada tahun 1968, perusahaan ini diakuisisi PT. Kimia Farma, sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada tahun 1972 Untuk meningkatkan permodalan, PT Kimia Farma mengadakan joint venture dengan PT Tigaraksa dengan komposisi modal Kimia Farma sebesar 55 persen dan Tigaraksa sebesar 45 persen, dan seiring dengan dibelinya sebagian sahamnya oleh PT Tiga Raksa.

(56)

Pada tahun 2006, agar lebih fokus dalam pengembangan usahanya, perusahaan mengajukan perubahan status dari perusahaan publik menjadi perusahaan privat. Kemudian di tahun 2007, Danone Group mengambil alih Royal Numico. Sejarah perusahaan yang panjang telah membuktikan bahwa Sari Husada merupakan salah satu aset nasional yang sangat penting dan perlu diperhitungkan. Tujuan utama PT Sari Husada adalah memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga Indonesia dengan menyediakan produk-produk berkualitas tinggi dengan harga terjangkau.

Beberapa produk yang diproduksi PT Sari Husada yaitu SGM, SGM-2, SNM, SNM Soy, LLM, VITALAC, VITALAC-2, Lactamil, VITA-NOVA, SGM-Junior, Sari Husada Full Cream Milk Powder, UHT, Lactamil Awal, Kehamilan, Lactamil Ibu Hamil, Lactamil Ibu Menyusui, dan sebagainya.

2. PT Indomilk (PT Australia Indonesia Milk Industry)

PT Indolakto yang merupakan salah satu anak perusahaan PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang diakuisisi sejak 2008 berawal dari nama PT. Australia Indonesian Milk Industry (PT. INDOMILK). PT INDOMILK ini didirikan pada tahun 1967 sebagai perwujudan penanaman modal asing (PMA) dan pelopor dalam pembuatan susu ketal manis di Indonesia.

(57)

oleh berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, Bangladesh, Vietnam, Myanmar, Taiwan, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Latin.

Sejalan dengan perkembangan usaha, INDOMILK Dairy Group telah melahirkan beberapa perusahaan dengan produknya masing-masing. Hingga tahun 2008, INDOMILK Dairy Group telah menaungi beberapa anak perusahaan dan berbagai produk susu sebagai berikut:

1. PT Australia Indonesian Milk Industry ( PT. INDOMILK ) : Susu Kental Manis, Susu Pasteurisasi, Mentega, dan Susu Cair Steril.

2. PT. Indomurni Dairy Industry : Susu Pasteurisasi, Set Yoghurt, Yoghurt Drink, dan Susu Cair Steril.

3. PT. Ultrindo : Susu Bubuk

4. PT. INDOLAKTO : Susu Kental Manis dan SusuUltra High Temperature 5. PT. Indoeskrim : Es krim

Saat ini produk-produk tersebut sudah diekspor kebeberapa negara, diantaranya: Singapura, Kamboja, Brunei Darussalam, Filipina, Hongkong, Taiwan, Jepang, dan Korea. Pada tahun 2008, untuk memperkuat perusahaan maka dilakukan merger terhadap PT. Australia Indonesian Milk Industry (PT. INDOMILK), PT. Indomurni Dairy Industry, PT. Ultrindo, PT. INDOLAKTO dan PT. Indoeskrim ke dalam satu payung usaha, yaitu PT. INDOLAKTO.

3. PT NESTLE INDONESIA

(58)

mendapat cukup ASI. Perusahaan Nestlé terus mengembangkan produknya dan menjadi pelopor beberapa produk, seperti susu kental di Eropa tahun 1905, susu coklat tahun 1929, kopi instant tahun 1938 dan lain-lain

Pada Maret 1971 NESTLE resmi mendirikan anak perusahaan di Indonesia dengan sejumlah mitra lokal. Saat ini PT. Nestlé Indonesia mengoperasikan tiga pabrik yang berlokasi di daerah Tangerang (Banten), Panjang (Lampung), dan Kejayan (Jawa Timur).

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang mewajibkan industri pengolahan susu untuk melakukan kerjasama dengan peternak lokal maka PT Nestle merealisasikan peraturan ini dengan bekerjasama dengan Koperasi Sinar Andandani Ekonomi (SAE) dari Pujon, Malang pada tahun 1975. Sekarang ini seluruh kebutuhan susu segar PT Nestle Indonesia dipasok oleh peternak lokal Jawa Timur yang tergabung dengan Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI).

Beberapa merek produk Nestlé yang dipasarkan di Indonesia antara lain : susu bubuk Nestlé Dancow, kopi instant Nescafé, Nestlé Milo, Nestlé Bubur Bayi, Kit Kat, Polo, dan lain-lain.

4. PT Frisian Flag Indonesia

(59)

Produk susu olahan perusahaan ini memakai merek BENDERA, baik produk Susu Kental Manis, Susu Cair dan Susu Bubuk. Susu Kental Manis merupakan salah satu produk andalan dari PT Frisian Flag karena hampir 50 persen pangsa pasar SKM dikuasai oleh perusahaan ini. PT Frisian Flag memperluas pasar dengan mengeluarkan produk susu bubuk untuk anak yang diberi merek dagang BENDERA 123 dan susu cair FRISTI.

5. PT Ultrajaya Milk

PT Ultrajaya Milk saat ini merupakan perusahaan pertama dan terbesar di Indonesia yang menghasilkan produk-produk susu, minuman dan makanan dalam kemasan aseptik yang tahan lama dengan merek-merek terkenal seperti Ultra Milk untuk produk susu, Buavita untuk jus buah segar dan Teh Kotak untuk minuman teh segar. Perusahaan yang berstatus PMA saat ini memiliki lokasi pabrik yang terletak strategis di Bandung.

Pemasaran hasil produksi perusahaan hampir 90 persen dipasarkan di seluruh Indonesia, sementara sisanya diekspor ke negara-negara di Asia, Eropa, Timur Tengah, Australia dan Amerika Serikat.

6. PT Nutricia Indonesia Sejahtera

(60)

Nutricia adalah salah satu perusahaan terkemuka yang berkembang pesat di pasar Indonesia dengan premi, nutrisi khusus dan inovatif untuk bayi dan balita. Perusahaan ini memiliki kualitas dan standar keamanan pangan yang tertinggi dalam industri dan menjamin kualitas premium produknya.

Dengan merek terkemuka dan bergengsi Nutrilon Royal dan Bebelac menawarkan produk nutrisi untuk tahap awal dan sangat penting dari kehidupan anak. Selain susu anak, perusahaan ini memasarkan susu untuk ibu menyusui dengan merek Nutricia Bunda dan susu rendah lemak Protifar.

4.3 Perkembangan Industri Pengolahan Susu Indonesia 4.3.1 Bahan Baku dan Populasi Sapi Perah di Indonesia

(61)

sulit menggunakan susu lokal sebagai bahan baku pembuatan susu olahan. Hampir bahan baku industri susu dalam negeri sepertiwhey protein concentrate, lactose, skim milk powder, butter milk powder, masih harus diimpor.

Disisi lain, perkembangan populasi sapi perah di Indonesia berpengaruh terhadap produksi susu segar dalam negeri. Untuk meningkatkan konsumsi susu segar masyarakat Indonesia, pemerintah mentargetkan populasi sapi perah di dalam negeri meningkat 200.000 ekor setiap tahunnya.

Peningkatan jumlah sapi perah nasional ini diperlukan untuk mendorong angka konsumsi susu segar masyarakat Indonesia, karena keterbatasan populasi sapi ini menyebabkan kebutuhan susu nasional tidak seluruhnya dapat terpenuhi. Dengan langkah ini kedepan diharapkan tingkat konsumsi susu segar masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan.

Penyebaran sapi perah di Indonesia, tidak merata karena terkonsentarasi di Pulau Jawa, seperti di :

 Jawa Barat : Pangalengan, Lembang, Kabupaten Bandung, Bogor dan Sukabumi.

 Jawa Timur : Nongkojajar, Pujon, Batu dan Pasuruan.

 Jawa Tengah : Boyolali, Ungaran, Salatiga, Solo.

 DKI Jakarta.

(62)

Saat ini jumlah peternak susu sekitar 118,75 ribu peternak. Populasi sapi perah mengalami peningkatan dari 361 ribu ekor (2005) meningkat menjadi 397,5 ribu ekor (2009) atau tumbuh sebesar (8,32 persen/tahun). Hal ini berbanding lurus dimana produksi susu juga meningkat dari 536 ribu ton pada tahun 2005 menjadi 658,08 ribu ton pada tahun 2009 atau tumbuh sebesar 5,05 persen pertahun. Tingkat produksi tersebut ternyata belum mampu memenuhi seluruh permintaan konsumen di dalam negeri. Hal ini karena perubahan peningkatan konsumsi susu relatif lebih cepat dibandingkan produksinya.

Tabel.2 Perkembangan Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu 2003-2010

Tahun Populasi Sapi Perah Produksi Susu

(Ribu Ekor) (Ribu Ton)

Sumber : Deptan dan Indocommercial, 2010

(63)

usaha peternak yang umumnya hanya memiliki skala 1-3 ekor sapi per peternak juga menjadi penghambat perkembangan produksi susu segar domestik.

Dalam hal pemasaran susu dari peternak dalam negeri, keberadaan Kepres No 4/1998 mengakibatkan posisi industri pengolahan susu menjadi jauh lebih kuat dibandingkan peternak karena industri pengolahan susu mempunyai pilihan untuk memenuhi bahan baku yang dibutuhkan dari dalam negeri maupun dari impor. Hal ini menyebabkan relatif rendahnya harga susu segar yang diterima oleh perternak dalam negeri.

Permasalahan lain yang dihadapi peternak adalah besarnya ketergantungan peternak terhadap industri pengolahan susu dalam memasarkan susu segar yang dihasilkannya. Absennya keberpihakan Pemerintah terhadap peternak, menyebabkan harga susu di tingkat peternak relatif rendah. Adanya pemberlakuan standar bahan baku yang ketat oleh kalangan industri pengolah susu mendudukkan peternak sapi perah pada posisi tawar (bargaining position) yang rendah. Selain itu keberadaan industri pengolahan susu di Indonesia yang hanya dikuasa oleh beberapa perusahaan besar, berdampak pada terbentuknya struktur pasar oligopsoni yang tentunya menekan peternak. Selain harga susu yang relatif murah pada struktur pasar tersebut, tekanan yang diterima peternak semakin bertambah dengan adanya retribusi yang diberlakukan oleh kebanyakan Pemda di era otonomi daerah ini.

(64)

ditingkatkan. Jalinan kerja sama itu otomatis akan mengontrol kualitas susu karena ada kontrol langsung dari IPS.

4.3.2 Kapasitas dan Pertumbuhan Produksi

Kapasitas dan pertumbuhan produksi pada industri pengolahan susu tidak terlepas dari banyaknya perusahaan, kapasitas izin dan produksi riil serta konsumsi masyarakat.

Tabel 3. Perkembangan Industri Pengolahan susu

URAIAN SATUAN TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009 2010*

Jumlah

Perusahaan Unit Usaha 35 44 44 46 46 51

Kapasitas Izin Ton 578 919 624 835 639 894 699,815 730 312 769 207

Produksi Riil Ton 536 000 616 500 636 900 644 540 658 080 672 560

Nilai Poduksi Rp. Milyar 7,034 6,824 7,973 14,967 15,745 16,325

Konsumsi

Dalam Negeri Ton 709 428 765 058 798 700 780,895 820 139 848 013

Sumber : Dirjen Mintem Perindustrian, 2010 (diolah) Ket : *) perkiraan

Berdasarkan data dari kementerian Perindustrian 2010, jumlah perusahaan dalam industri pengolahan susu mengalami peningkatan dari tahun 2005 sebesar 35 perusahaan menjadi 51 perusahaan pada tahun 2010, kapasitas izin, produksi riil serta nilai produksi tiap tahun mengalami peningkatan. Ini menunjukkan bahwa industri pengolahan susu di Indonesia berkembang seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat.

(65)

Tabel 4. Jumlah Produksi Susu Berdasarkan Jenis Produksi Tahun 2009

Total Jawa Timur 74,9 71,6 60,2 206,7 23,6

Jawa Barat Indolakto 5 164,3 47,8 217,1

Ultra Jaya 2,9 6 89,9 98,8

Danone Dairy

- - 13,8 13,8

Cisarua - - 0,2 0,2

Kalbe 6 - - 6

Total Jawa Barat 13,9 170,3 151,7 335,9 38,4

Jawa Tengah

Sari Husada 41,3 - - 41,3

Tigraksa 4,9 - - 4,9

Total Jawa Tengah 46,2 - - 46,2 5,3

Jakarta Frisian Flag - 187,6 61,2 248,8

Diamon - - 0,3 0,3

Total Jakarta - 187,6 61,5 249,1 28,4

Other 28,4 4,3

Total Keseluruhan 164,7 429,5 282,1 876,3 100,0

Sumber: CIC Consulting 2009

4.3.3 Perkembangan Nilai Impor

Impor dalam industri pengolahan susu terdiri dari impor bahan baku dan impor produk susu olahan. Kedua impor tersebut sangat berkaitan dan berpengaruh dalam industri pengolahan susu terutama menjadi salah satu faktor pemicu daya saing industri pengolahan susu dalam negeri dengan produk luar yang semakin marak.

(66)

impor masih terus berlangsung hingga sekarang. Namun dalam 2 tahun terakhir ini impornya cenderung terus menurun.

Menurut sumber Badan Pusat Statistik, pada tahun 2004 lalu impor susu dan produk susu baru tercatat sebesar 165.411 ton, yang kemudian meningkat menjadi 173.084 ton pada tahun berikutnya dengan nilai US$ 399.165. Dalam 2 tahun berikutnya impor terus meningkat dan mencapai 198.217 ton pada tahun 2007 senilai US$ 637.007. Pada tahun 2008 impor menurun menjadi 180.913 ton dan menurun lagi menjadi hanya 166.504 ton pada tahun 2009 dengan nilai US$ 411.612.

Tabel 5.Perkembangan Impor Susu dan Produk Susu Indonesia 2004-2009

Tahun Volume Kenaikan Nilai Kenaikan

Rata-rata (persen) per tahun 0,4 9,0

Sumber : BPS (diolah)

(67)

dirasa sudah cukup melindungi industri pengolahan susu domestik. Namun, pada Januari 2009 justru kebijakan baru BM tersebut muncul dan menjadikan BM susu pada posisi nol persen. Dibebaskannya bea masuk tersebut diputuskan melalui Peraturan Menteri Keuangan RI No. 145 Tahun 2008 tertanggal 7 Oktober 2008 dan diperbaharui dengan Permenkeu No. 19/PMK.011/2009 tertanggal 13 Februari 2009 yang menyatakan bahwa tarif bea masuk untuk produk olahan susu menjadi 0 persen. Padahal dalam peraturan World Trade Organization (WTO), bea masuk susu olahan impor akan menjadi nol persen pada tahun 2017 mendatang. Ironisnya bahan baku susu impor masih dikenakan tarif Bea Masuk 5 persen.

4.4 Jumlah Perusahaan dan Status Penanaman Modal

Berdasarkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), industri pengolahan susu dapat digolongkan berdasarkan status penanaman modal, yang terdiri dari Penanam Modal Asing (PMA), Penanam Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Lainnya. Perusahaan susu PMA adalah perusahaan yang modalnya berasal dari luar negeri, sedangkan perusahaan PMDN merupakan perusahaan yang modalnya berasal dari dalam negeri.

Tabel 6. Jumlah Perusahaan menurut Status Penanaman Modal dan Kode Industri, 2008

Kode Industri PMDN PMA Lainnya Total

15211 Susu- Powdered, condensed and preserved milk

13 7 16 46

Sumber : BPS 2009

(68)

dapat dimiliki oleh asing sepenuhnya. Perusahaan PMA terdiri dari 7 perusahaan, yaitu PT Nestle Indonesia, PT Frisian Flag Indonesia, PT Nutricia Indonesia Sejahtera, PT Foremost Indonesia, PT Sari Husada, PT Ultrajaya dan PT Danone Dairy Indonesia.

Perusahaan PMDN dapat dikelola sesuai dengan kepemilikan modalnya yaitu oleh swasta murni, BUMD ataupun koperasi. Perusahaan PMDN di Indonesia cukup berkembang baik. Terbukti menurut data CIC Consulting 2005, pada tahun 2004 jumlah perusahaan PMDN berjumlah 7 dan meningkat pada tahun 2008 menjadi 13 perusahaan. Beberapa perusahaan yang termasuk kedalam perusahaan PMDN yaitu, PT Indomilk, PT Diamond Cold Storage, dan PT Sugizindo.

Status penanaman modal industri pengolahan susu di Indonesia ada pula yang bukan termasuk status PMA ataupun PMDN. Perusahaan susu yang tergolong dalam non PMA atau non PMDN pada tahun 2008 terdiri dari 34 perusahaan, beberapa diantaranya yaitu, PT Citra Nasional, PT Fajar Taurus, PT Gizindo Prima Nusantara, GKSI, PT Griendfields Indonesia, KPBS, PT Minota KSM, PT Netania Kasih Karunia, PT Nutrifood Indonesia dan PT Shangyang Perkasa.

4.5 Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Susu di Indonesia

(69)

Indonesia adalah persusuan. Kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok untuk pengembangan persusuan. Sejarah kebijakan persusuan di Indonesia diawali dengan kebijakan pemerintah terhadap pengadaan input susu dan seiring perkembangannya mengharuskan pemerintah membuat kebijakan terhadap produksi susu.

4.5.1 Kebijakan Pemerintah Terhadap Pengadaan Input Susu di Indonesia Kebijakan pengadaan sarana produksi berupa penyediaan bibit sapi, pakan ternak, dan obat-obatan yang dikaitkan dengan sistem kredit yang layak dan mudah merupakan titik strategi dari pembangunan peternakan. Fungsi pengadaan sarana produksi sangat penting, karena pada umumnya peternak sapi perah rakyat kurang berpengetahuan tentang jenis ternak, pakan ternak, disinfektan, dan obat-obatan yang baik atau cocok dengan kondisi sehingga diharapkan usaha sapi perah rakyat dapat menghasilkan atau berproduksi dengan hasil yang tinggi dan tentunya efisien. Sedangkan sistem kredit diberikan karena peternak rakyat umumnya berekonomi lemah. Karena itu peran atau fungsi yang sangat penting ini tidak dipercayakan kepada badan usaha yang semata-mata mencari keuntungan.

Kebijakan pemasukan bibit ternak sapi perah, terdapat dalam tiga SK Menteri Pertanian, yaitu :

(70)

 SK Menteri Pertanian Nomor 752/Kpts/Um/10/82 tentang syarat-syarat teknik bibit sapi perah yang dimasukkan dari luar negeri.

 SK Menteri Pertanian Nomor 753/Kpts/Um/10/82 tentang kesehatan bibit sapi perah yang akan dimasukkan dari Australia dan Selandia Baru.

Inti dari kebijakan ini adalah menitikberatkan persyaratan teknis agar impor bibit sapi perah tidak berdampak negatif, terutama penyakit ternak atau mutu genetis sapi perah yang rendah. Hal ini dimaksudkan agar bibit sapi perah yang masuk ke Indonesia terjamin kualitasnya dan mempunyai standar kualifikasi tertentu. Sedangkan para peternak tersebut dilatih terlebih dahulu, agar memahami sepenuhnya apa yang harus dikerjakan untuk menghasilkan sapi-sapi prima. Jika ada peternak berpotensi tetapi terhambat modal maka perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah.

4.5.2 Kebijakan Pemerintah terhadap Produksi Susu di Indonesia

Tanpa kebijakan pemerintah yang mendukung tingkat konsumsi masyarakat Indonesia akan sulit menyamai dengan negara lain di tingkat ASEAN. Selain itu produk susu segar dalam negeri masih belum memenuhi kebutuhan industri pengolahan susu di Indonesia. Akibatnya sekitar 70 persen bahan baku industri pengolahan susu masih diimpor dari Australia dan New Zealand.

Gambar

Gambar 1. Pohon Industri Produk Pengolahan Susu
Tabel 1. Contoh Tipe Pasar
Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel.2 Perkembangan Populasi Sapi Perah dan Produksi Susu 2003-2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan terbentuknya struktur pasar oligopoli dalam industri manufaktur di Indonesia, yang merupakan bentuk persaingan tidak sempurna, maka saran yang dapat diberikan dalam

Hasil analisis dengan menggunakan regresi dan metode Ordinary Least Square (OLS), didapatkan bahwa Industri mobil di Indonesia termasuk dalam pasar oligopoli ketat, hal ini

Namun, diduga adanya kecenderungan pertumbuhan pabrik pakan ternak yang sampai saat ini telah membentuk oligopoli ditunjukkan dengan adanya (1) proporsi produksi pakan dari

Tabel 21 juga menunjukan bahwa komponen biaya variabel menyumbang pengeluaran terbesar dalam industri pengolahan susu kambing menjadi snack candy Ghonam Milk yaitu

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa industri semen di Indonesia memiliki struktur oligopoli dimana perilaku industri jauh dari

Struktur pasar yang oligopoli cenderung menciptakan perilaku kolusif diantara perusahaan yang memiliki pangsa pasar yang besar. Konsumsi terbesar komoditi kelapa sawit, khususnya

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) untuk menganalisis struktur pasar dan analisis regresi

Dengan berkembangnya industri pengolahan susu, baik dalam skala rumah tangga, kecil, sedang, dan besar, diharapkan akan dihasilkan beragam produk olahan susu, dengan harga yang