• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

PERTAMBANGAN NON-MIGAS DI INDONESIA

OLEH

NURUL MAISARAH S FATHAN H14052099

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

ABSTRACT

NURUL MAISARAH S FATHAN. Structure, Conduct and Performance Analysis of Non-Oil and Gas Mining in Indonesia (led by ARIEF DARYANTO).

This study aims to analyze the structure, conduct and performance of the mining industry of non-oil and gas in Indonesia and the factors that influence the performance of the mining industry of non-oil and gas in Indonesia. The data used are secondary data, the concentration ratio data, output value, value of inputs, value added, wages, production value and export value of minerals are available in a catalog issued by Statistics Indonesia Central Bureau of Statistics, in 2003 until 2007. Descriptive method used to analyze the behavior. Quantitative methods was two approaches, the SCP approach to analyze the structure and performance of non-oil mining and to analyze the performance of non-oil mining Indonesia using fixed effect panel data models.

(3)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

PERTAMBANGAN NON-MIGAS DI INDONESIA

Oleh

NURUL MAISARAH S FATHAN H14052099

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

RINGKASAN

NURUL MAISARAH S FATHAN. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia (dibimbing oleh ARIEF DARYANTO).

Penelitian ini bertujuan menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data rasio konsentrasi, nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi dan nilai ekspor barang tambang yang tersedia dalam katalog Statistik Indonesia yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik tahun 2003 sampai 2007. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perilaku. Metode kuantitatif dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan SCP untuk menganalisis struktur dan kinerja pertambangan non-migas dan untuk

menganalisis kinerja pertambangan non-migas Indonesia menggunakan panel data

fixed effect model.

Struktur pasar yang terjadi pada pertambangan non-migas adalah oligopoli ketat terlihat dari rasio konsentrasi dua perusahaan terbesar masing-masing barang tambang yaitu 93,08 persen. Hambatan masuk pasar dilihat dari rata-rata MES masing-masing barang tambang berada pada 77,94 persen berarti bahwa hambatan masuk untuk sektor ini tinggi. Perilaku pasar dapat terlihat dari strategi harga yang digunakan perusahaan adalah sebagai price takers karena harga yang berlaku dalam sektor pertambangan merupakan harga pasar (kesepakatan penjual dan pembeli) dunia. Strategi produk yang digunakan para pelaku usaha adalah dengan meningkatkan mutu produk yang dihasilkan sehingga dapat bersaing di pasar dunia, sedangkan strategi promosi, perusahaan mengeluarkan publikasi melalui media cetak maupun elektronik yang menunjukkan kualitas produk dan

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Nurul Maisarah S Fathan Nomor Induk Mahasiswa : H14052099

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Arief Daryanto, M. Ec.

NIP.19610618 198609 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim NIP.19641022 198903 1 003

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TNGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Februari 2010

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Nurul Maisarah S Fathan lahir pada tanggal 11 November 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan H. Syamsul AL Fathan dan Tuti Supriatini. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar di SDN Chandra Indah bekasi pada tahun 1999, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 259 Jakarta pada tahun yang sama dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 67 Jakarta dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu, mengembangkan pola pikir dan

memperluas jaringan silaturrahmi. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi setelah melalui masa Tingkat Persiapan Bersama selama satu tahun.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Organisasi baik di dalam maupun di luar kampus IPB. Penulis aktif sebagai anggota Koperasi

Mahasiswa IPB pada tahun 2005-2006. Pada tahun yang sama penulis menjabat sebagai staf Menteri Budaya, Olahraga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa KM IPB. Sejak 2005-sekarang penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman IPB dan menjabat sebagai badan pengurus harian yaitu sekretaris tahun 2006-2007, ketua Departemen PSDM 2007-2008 dan bidang Penelitian dan pengembangan Kebudayaan 2008-2009. Di luar kampus penulis aktif sebagai anggota komunitas Kampung Bogor dan menjabat sebagai pengurus bidang kebudayaan Daya mahasiswa Sunda (DAMAS) pada tahun 2007-2009. Penulis pernah dinobatkan sebagai Duta Budaya 2008 Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan pada tahun yang sama menerima beasiswa unggulan aktivis bidang kebudayaan dari DIKTI berupa studi banding ke Universitas Malaysia Sabah, Malaysia. Selain itu, pada tahun 2009 penulis bersama teman-teman Gentra Kaheman juga mendapat kesempatan dari Departemen Pendidikan Indonesia untuk mengadakan

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan Terima Kasih penulis sampaikan kepada :

1. Kedua Orang Tua penulis, yaitu Papa H. Syamsul AL Fathan, Mama Tuti Supriatini, dan adik-adik penulis yaitu Muhammad Nurul Abdul Qadri S Fathan, Muhammad Nurul Habibi S Fathan dan Desi Dwiyanti serta keluarga besar Gunung Putri, terutama Bibi Eni S Munawar sebagai panutan hidup penulis dan keluarga besar Pondok Ranji atas do’a, semangat, keceriaan dan dorongan materi serta moral yang sangat besar artinya bagi perjalanan hidup penulis.

2. Dr. Ir. Arif Daryanto, M. Ec selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah membimbing dan memberikan saran maupun kritik dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim dan Bapak Alla Asmara, M. Sc selaku dosen penguji

yang banyak memberikan masukkan dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Haikal Abdurrohman Malik (ITK ‘40) atas do’a, motivasi, dukungan, semangat, pengalaman, kesabaran dan kasih sayang.

5. Informan dari Indonesian Mining Association, Bapak Fori Hardika, dkk.

6. Seluruh staf dan dosen departemen Ilmu Ekonomi yang banyak membantu penulis dalam kelancaran perkuliahan, seminar dan sidang.

7. Teman-teman sebimbingan, yaitu Yuli Widyaningsih, Dhamar Kuncoro Dan Nugradiki Asariduan atas bantuan dan kerjasamanya.

8. Teman-teman organisasi Gentra Kaheman, Beasiswa Unggulan Aktivis, daya Mahasiswa Sunda, dll. Khususnya Emma Pratiwi, Ajeng Trimaharini, Desmia Tri Sujianti, Abdal Permana, Mulyadi, Teh Dita, Teh Fini, Teh Resti, Kang Badi, A’yun, Amel, Mei, Poppy, Mas Edi, Dede Rosyana, Syahrul Rifa’i, Punjung Renjani, Teh Ela, Roy Rimansyah, Asep Zanuarsyah, Agus Heriyanto, Icank, Didie, Yogi, Hadi, Nunu, K’Amal, Dayat, Febi, Vina, Didot, Mba Zikra, Mba Vita, Mba Wulan, Dion, Lilis, Putri dan teman-teman UMS, USM dan Korea yang selalu member dukungan.

9. Teman-teman Ilmu Ekonomi 42 dan kostan Fricy Nien Adji Fitriadini, Dina Nikmatina Ritonga, Riri Haerina Purnamasari, Wijayanti Tanjungsari, Rina Rachmawati Ruswandi, Istiana Mustika, Meikhal Saputra, Rian Novati Sandi, Suryarisman Pratama, Sundoro Ary, ahmad Wihono, Elby Julian Putra, Hendra, Dwi Maharani Purba, Khairani Putri, Echi, Rajiv, Joger, Aji, Murti, dll. Yang selalu mengingatkan dan menyemangati penulis. Tak lupa juga kepada Mba Rina yang membantu penulis dalam mengolah data penelitian.

10. Teman-teman semasa SMA, Harini (Nene), Mega, IA, Dilah, Puji (Bebeh), Dede, Tika, Adisa, Iwang, Fadil, Imam dan yang lainnya yang selalu saling mendukung walaupun kita berbeda universitas dan daerah.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia”. Pertambangan Non-Non-Migas merupakan salah satu komoditi yang membanggakan di Indonesia. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2010

(10)

DAFTAR ISI

2.1.1 Pengertian Pertambangan ... 6

2.1.2 Batubara ... 7

2.2 Penelitian Terdahulu ... 12

2.3 Kerangka Pemikiran ... 13

2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 13

2.3.1.1 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja ... 13

2.3.1.1.1 Struktur ... 14

2.3.1.1.1.1 Pangsa Pasar ... 15

2.3.1.1.1.2 Konsentrasi ... 16

2.3.1.1.1.3 Hambatan Masuk Pasar ... 16

2.3.1.1.2 Perilaku ... 16

2.3.1.1.3 Kinerja ... 17

2.3.1.1.3.1 Efisiensi ... 17

2.3.1.1.3.2 Kemajuan Teknologi ... 17

2.3.1.1.3.3 Keseimbangan Distribusi ... 18

2.4 Kerangka Pemikiran Operasional... 18

2.5 Hipotesis Penelitian ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 21

(11)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

PERTAMBANGAN NON-MIGAS DI INDONESIA

OLEH

NURUL MAISARAH S FATHAN H14052099

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

ABSTRACT

NURUL MAISARAH S FATHAN. Structure, Conduct and Performance Analysis of Non-Oil and Gas Mining in Indonesia (led by ARIEF DARYANTO).

This study aims to analyze the structure, conduct and performance of the mining industry of non-oil and gas in Indonesia and the factors that influence the performance of the mining industry of non-oil and gas in Indonesia. The data used are secondary data, the concentration ratio data, output value, value of inputs, value added, wages, production value and export value of minerals are available in a catalog issued by Statistics Indonesia Central Bureau of Statistics, in 2003 until 2007. Descriptive method used to analyze the behavior. Quantitative methods was two approaches, the SCP approach to analyze the structure and performance of non-oil mining and to analyze the performance of non-oil mining Indonesia using fixed effect panel data models.

(13)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

PERTAMBANGAN NON-MIGAS DI INDONESIA

Oleh

NURUL MAISARAH S FATHAN H14052099

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)

RINGKASAN

NURUL MAISARAH S FATHAN. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia (dibimbing oleh ARIEF DARYANTO).

Penelitian ini bertujuan menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data rasio konsentrasi, nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi dan nilai ekspor barang tambang yang tersedia dalam katalog Statistik Indonesia yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik tahun 2003 sampai 2007. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perilaku. Metode kuantitatif dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan SCP untuk menganalisis struktur dan kinerja pertambangan non-migas dan untuk

menganalisis kinerja pertambangan non-migas Indonesia menggunakan panel data

fixed effect model.

Struktur pasar yang terjadi pada pertambangan non-migas adalah oligopoli ketat terlihat dari rasio konsentrasi dua perusahaan terbesar masing-masing barang tambang yaitu 93,08 persen. Hambatan masuk pasar dilihat dari rata-rata MES masing-masing barang tambang berada pada 77,94 persen berarti bahwa hambatan masuk untuk sektor ini tinggi. Perilaku pasar dapat terlihat dari strategi harga yang digunakan perusahaan adalah sebagai price takers karena harga yang berlaku dalam sektor pertambangan merupakan harga pasar (kesepakatan penjual dan pembeli) dunia. Strategi produk yang digunakan para pelaku usaha adalah dengan meningkatkan mutu produk yang dihasilkan sehingga dapat bersaing di pasar dunia, sedangkan strategi promosi, perusahaan mengeluarkan publikasi melalui media cetak maupun elektronik yang menunjukkan kualitas produk dan

(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Nurul Maisarah S Fathan Nomor Induk Mahasiswa : H14052099

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Arief Daryanto, M. Ec.

NIP.19610618 198609 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim NIP.19641022 198903 1 003

(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TNGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Februari 2010

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Nurul Maisarah S Fathan lahir pada tanggal 11 November 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan H. Syamsul AL Fathan dan Tuti Supriatini. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar di SDN Chandra Indah bekasi pada tahun 1999, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 259 Jakarta pada tahun yang sama dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 67 Jakarta dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu, mengembangkan pola pikir dan

memperluas jaringan silaturrahmi. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi setelah melalui masa Tingkat Persiapan Bersama selama satu tahun.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Organisasi baik di dalam maupun di luar kampus IPB. Penulis aktif sebagai anggota Koperasi

Mahasiswa IPB pada tahun 2005-2006. Pada tahun yang sama penulis menjabat sebagai staf Menteri Budaya, Olahraga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa KM IPB. Sejak 2005-sekarang penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman IPB dan menjabat sebagai badan pengurus harian yaitu sekretaris tahun 2006-2007, ketua Departemen PSDM 2007-2008 dan bidang Penelitian dan pengembangan Kebudayaan 2008-2009. Di luar kampus penulis aktif sebagai anggota komunitas Kampung Bogor dan menjabat sebagai pengurus bidang kebudayaan Daya mahasiswa Sunda (DAMAS) pada tahun 2007-2009. Penulis pernah dinobatkan sebagai Duta Budaya 2008 Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan pada tahun yang sama menerima beasiswa unggulan aktivis bidang kebudayaan dari DIKTI berupa studi banding ke Universitas Malaysia Sabah, Malaysia. Selain itu, pada tahun 2009 penulis bersama teman-teman Gentra Kaheman juga mendapat kesempatan dari Departemen Pendidikan Indonesia untuk mengadakan

(18)

UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan Terima Kasih penulis sampaikan kepada :

1. Kedua Orang Tua penulis, yaitu Papa H. Syamsul AL Fathan, Mama Tuti Supriatini, dan adik-adik penulis yaitu Muhammad Nurul Abdul Qadri S Fathan, Muhammad Nurul Habibi S Fathan dan Desi Dwiyanti serta keluarga besar Gunung Putri, terutama Bibi Eni S Munawar sebagai panutan hidup penulis dan keluarga besar Pondok Ranji atas do’a, semangat, keceriaan dan dorongan materi serta moral yang sangat besar artinya bagi perjalanan hidup penulis.

2. Dr. Ir. Arif Daryanto, M. Ec selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah membimbing dan memberikan saran maupun kritik dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim dan Bapak Alla Asmara, M. Sc selaku dosen penguji

yang banyak memberikan masukkan dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Haikal Abdurrohman Malik (ITK ‘40) atas do’a, motivasi, dukungan, semangat, pengalaman, kesabaran dan kasih sayang.

5. Informan dari Indonesian Mining Association, Bapak Fori Hardika, dkk.

6. Seluruh staf dan dosen departemen Ilmu Ekonomi yang banyak membantu penulis dalam kelancaran perkuliahan, seminar dan sidang.

7. Teman-teman sebimbingan, yaitu Yuli Widyaningsih, Dhamar Kuncoro Dan Nugradiki Asariduan atas bantuan dan kerjasamanya.

8. Teman-teman organisasi Gentra Kaheman, Beasiswa Unggulan Aktivis, daya Mahasiswa Sunda, dll. Khususnya Emma Pratiwi, Ajeng Trimaharini, Desmia Tri Sujianti, Abdal Permana, Mulyadi, Teh Dita, Teh Fini, Teh Resti, Kang Badi, A’yun, Amel, Mei, Poppy, Mas Edi, Dede Rosyana, Syahrul Rifa’i, Punjung Renjani, Teh Ela, Roy Rimansyah, Asep Zanuarsyah, Agus Heriyanto, Icank, Didie, Yogi, Hadi, Nunu, K’Amal, Dayat, Febi, Vina, Didot, Mba Zikra, Mba Vita, Mba Wulan, Dion, Lilis, Putri dan teman-teman UMS, USM dan Korea yang selalu member dukungan.

9. Teman-teman Ilmu Ekonomi 42 dan kostan Fricy Nien Adji Fitriadini, Dina Nikmatina Ritonga, Riri Haerina Purnamasari, Wijayanti Tanjungsari, Rina Rachmawati Ruswandi, Istiana Mustika, Meikhal Saputra, Rian Novati Sandi, Suryarisman Pratama, Sundoro Ary, ahmad Wihono, Elby Julian Putra, Hendra, Dwi Maharani Purba, Khairani Putri, Echi, Rajiv, Joger, Aji, Murti, dll. Yang selalu mengingatkan dan menyemangati penulis. Tak lupa juga kepada Mba Rina yang membantu penulis dalam mengolah data penelitian.

10. Teman-teman semasa SMA, Harini (Nene), Mega, IA, Dilah, Puji (Bebeh), Dede, Tika, Adisa, Iwang, Fadil, Imam dan yang lainnya yang selalu saling mendukung walaupun kita berbeda universitas dan daerah.

(19)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia”. Pertambangan Non-Non-Migas merupakan salah satu komoditi yang membanggakan di Indonesia. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2010

(20)

DAFTAR ISI

2.1.1 Pengertian Pertambangan ... 6

2.1.2 Batubara ... 7

2.2 Penelitian Terdahulu ... 12

2.3 Kerangka Pemikiran ... 13

2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 13

2.3.1.1 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja ... 13

2.3.1.1.1 Struktur ... 14

2.3.1.1.1.1 Pangsa Pasar ... 15

2.3.1.1.1.2 Konsentrasi ... 16

2.3.1.1.1.3 Hambatan Masuk Pasar ... 16

2.3.1.1.2 Perilaku ... 16

2.3.1.1.3 Kinerja ... 17

2.3.1.1.3.1 Efisiensi ... 17

2.3.1.1.3.2 Kemajuan Teknologi ... 17

2.3.1.1.3.3 Keseimbangan Distribusi ... 18

2.4 Kerangka Pemikiran Operasional... 18

2.5 Hipotesis Penelitian ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 21

(21)

3.2.1 Analisis Struktur ... 22

3.2.1.1 Pangsa Pasar ... 22

3.2.1.2 Rasio Konsentrasi ... 22

3.2.1.3 Hambatan Masuk Pasar ... 23

3.2.2 Analisis Perilaku ... 23

3.2.2.1 Strategi Harga ... 24

3.2.2.2 Strategi Produk dan Promosi ... 24

3.2.3 Analisis Kinerja ... 25

3.2.4 Analisis Panel Data ... 26

3.2.4.1 Pendekatan Kuadrat Terkecil ... 28

3.2.4.2 Pendekatan Efek Tetap ... 29

3.2.4.3 Pendekatan Efek Acak ... 29

3.2.5 Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel ... 30

3.2.5.1Chow Test ... 30

3.2.5.2Hausman Test ... 31

3.2.6 Evaluasi Model ... 32

3.2.6.1 Multikolinearitas ... 32

3.2.6.2 Autokorelasi ... 33

3.2.6.3 Heteroskedastisitas ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia ... 35

4.1.1 Analisis Struktur Pasar Pertambangan Non-Migas ... 35

4.1.1.1Analisis rasio Konsentrasi ... 35

4.1.1.2Analisis hambatan Masuk Sektor ... 36

4.1.2 Analisis Perilaku Pertambangan Non-Migas ... 38

4.1.2.1Strategi Harga ... 38

4.1.2.2Strategi Produk dan Promosi ... 39

4.1.3 Analisis Kinerja Pertambangan Non-Migas ... 40

4.2 Analisis Panel Data ... 42

4.2.1 Indikator Kebaikan Model ... 43

(22)

DAFTAR TABEL

(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1.1 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut

Lapangan Usaha di Indonesia tahun 2007 ... 1 1.2 Nilai Ekspor Hasil Tambang Non-Migas Indonesia ... 3 2.1 Barang Tambang Non-Migas ... 12 2.2 Keterkaitan antara Struktur, Perilaku dan Kinerja ... 14 2.3 Skema Penelitian Operasional ... 19 3.1 Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel ... 28 4.1 Konsentrasi Dua Perusahaan Terbesar Sektor Pertambangan

Non-Migas di Indonesia ... 36 4.2 Presentase Pangsa Pasar Perusahaan Terbesar Pertambangan

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Tabel Hasil Poduksi Barang Tambang Non-Migas Indonesia ... 53 2. PCM : Nilai Tambah menurut Harga Pasar terhadap Nilai Output ... 54 3. Tabel Volume Penjualan Barang Tambang Non-Migas per

Perusahaan per Tahun ... 55 4. Tabel Presentase Pangsa Pasar per Perusahaan per Tahun ... 57 5. Efisiensi-X : Rasio Nilai Tambah menurut Harga Pasar terhadap

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam perekonomian dan pembangunan, pertambangan merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Pertambangan merupakan sektor ekonomi yang telah berkembang sejak jaman kolonial dan sampai sekarang mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian Indonesia karena mampu berkontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dalam jumlah yang cukup besar. Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa kontribusi pertambangan dan penggalian pada tahun 2007 sebesar 11,14 persen yang merupakan penyumbang terbesar ke-empat dalam PDB nasional.

Sumber: BPS, 2008 (diolah)

Gambar 1.1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Indonesia tahun 2007 (persen).

(26)

Dengan situasi yang semakin kompetitif dan berubah sangat cepat, mendorong pertambangan untuk terus berproduksi dalam menyediakan barang modal, bahan baku dan bahan penolong bagi sektor-sektor lain baik di dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini ditunjang dengan melimpahnya barang tambang di Indonesia.

Penelitian ini memfokuskan pada barang tambang non-migas. Hal ini disebabkan oleh potensi barang tambang non-migas yang merupakan barang tambang potensial dalam jumlah yang cukup besar, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk menanamkan modalnya, membuka usaha hingga membuka lahan untuk menggali potensi tersebut. Hal tersebut menyebabkan barang tambang non-migas layak menjadi objek dalam penelitian ini, serta masih sedikit penelitian dan berbagai potensi yang belum teroptimalkan dalam stuktur, perilaku dan kinerja sektor pertambangan non-migas di Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2005 yang berdampak pada kenaikan inflasi sebesar 17,11 persen memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat di berbagai sektor, termasuk juga didalamnya sektor pertambangan. Penerapan kebijakan dalam sektor ini akan berdampak pada proses produksi, distribusi hingga permintaan komoditi yang dihasilkan.

(27)

yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang hasil pertambangan yang lebih berdaya saing di pasar luar negeri sulit ditemukan.

Untuk memperkuat daya saing, perlu adanya kerjasama dan didukung oleh kebijakan di bidang investasi yang dapat mendorong produksi untuk dapat bersaing di pasar internasional, karena modal merupakan hal terpenting bagi pelaku usaha di sektor pertambangan. Lapangan usaha pertambangan dan penggalian merupakan sektor penyumbang devisa terbesar kedua setelah pariwisata. Ekspor hasil barang tambang selama priode 2003 sampai 2007 mengalami pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 95,82% persen per tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu mencapai 333,98 % dengan nilai ekspor mencapai 8.310 juta dolar dan pada tahun 2007 nilai ekspor pertambangan mencapai 9.092 juta dolar atau naik 0,60% dari tahun 2006.

Sumber : Dirjen ESDM, 2007.

Gambar 1.2 Nilai Ekspor Hasil Tambang Non-Migas Indonesia

Pertumbuhan nilai ekspor yang cukup tinggi ada tahun 2006 dipengaruhi oleh meningkatnya nilai hasil ekspor tambang bijih nikel sebesar 800% dan lonjakan nilai ekspor bijih tembaga sebesar 1.409%. Secara nominal, posisi nilai ekspor bijih nikel pada tahun 2007 mencapai 1,922 juta dolar dan nilai ekspor

2003 2003.5 2004 2004.5 2005 2005.5 2006 2006.5 2007

(28)

bijih tembaga mencapai 5,793 juta dolar. Nilai ekspor bijih nikel mengalami kenaikan 60,3% sedangkan nilai ekspor bijih tembaga menurun 3,57% dari tahun sebelumnya (Charoen Pokphand Indonesia, 2007).

Berdasarkan gambaran di atas, studi tentang struktur, perilaku dan kinerja pertambangan non migas di Indonesia perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana ketiga aspek tersebut saling mendukung dalam meningkatkan daya saing sektor pertambangan non-migas Indonesia, maka perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana struktur pasar pertambangan non-migas di Indonesia? 2. Bagaimana perilaku perusahaan pertambangan non-migas di

Indonesia?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis struktur pasar pertambangan non-migas di Indonesia. 2. Menganalisis perilaku perusahaan pertambangan non-migas di

Indonesia.

3. Menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia.

1.4 Manfaat penelitian

(29)

Indonesia, bagi pihak-pihak terkait seperti para pelaku usaha Industri pertambangan non-migas untuk meningkatkan kinerja Industri Indonesia di masa mendatang dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan tambahan informasi untuk peneitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengertian Pertambangan

Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak, granit dan bijih mangaan.

(31)

2.1.2 Batubara

Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification) memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal pembentukan yang menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya terbentuk antrasit. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi (Dirjen ESDM, 2007).

2.1.3 Bauksit

(32)

lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit. Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu. Potensi dan cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, Pulau Bangka, dan Pulau Kalimantan (Dirjen ESDM, 2007).

2.1.4 Granit

Granit merupakan salah satu batuan beku, yang bertekstur granitik dan struktur holokristalin, serta mempunyai komposisi kimia ±70% SiO2 dan ±15% Al2O3, sedangkan mineral lainnya terdapat dalam jumlah kecil, seperti biotit, muskovit, hornblende, dan piroksen. Umumnya granit berwarna putih keabuan, Sebagai batu hias warna granit lainnya adalah merah, merah muda, coklat, abu-abu, biru, hijau, dan hitam, hal ini tergantung pada komposisi mineralnya. Granit merupakan batuan beku asam plutonik atau terbentuk dan membeku dalam kerak bumi. Bentuk cebakan yang terjadi dapat berupa dike, sill, atau dalam bentuk masa yang besar dan tidak beraturan. Batuan lelehan dari granit disebut rhiolit, yang mempunyai susunan kimia dan mineral yang sama dengan granit tetapi tekstur dan strukturnya berlainan. Granit mempunyai sumber cadangan yang potensial, namun sampai saai ini belum banyak yang ditambang. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan (Dirjen ESDM, 2007).

2.1.5 Emas dan Perak

(33)

pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser. Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa dan lain-lain. Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Perak merupakan logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam emas, yang mempunyai warna putih. Mineral-mineral yang terpenting yang mengandung perak adalah Perak alam (Ag), Argentite (Ag2S), Cerrargyrite (AgCl), Polybasite (Ag16 Sb2 S11), Proustite (Ag2 As S3) dan Pyrargyrite (Ag3 Sb S3). Kebanyakan perak di dunia berasal dari cebakan hydrothermal yang mengisi rongga-rongga. Kegunaannya adalah untuk perhiasan, cindera mata, logam campuran dan lain-lain. Potensinya selalu berasosiasi dengan logam lainnya seperti emas dan tembaga (Dirjen ESDM, 2007).

2.1.6 Nikel

(34)

sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit. Potensi nikel terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan bagian tenggara, Maluku, dan Papua (Dirjen ESDM, 2007).

2.1.7 Tembaga

Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan. Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3), dan azurit (Cu3(OH)2(CO3)2). Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses hidrotermal atau metasomatisme. Logam tembaga digunakan secara luas dalam sektor peralatan listrik. Kawat tembaga dan paduan tembaga digunakan dalam pembuatan motor listrik, generator, kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan sektor, kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung

(35)

tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan bawah tanah dan menguasai pasar kawat berukuran kecil, peralatan sektor yang berhubungan dengan larutan, sektor konstruksi, pesawat terbang dan kapal laut, atap, pipa ledeng, campuran kuningan dengan perunggu, dekorasi rumah, mesin sektor non elektris, peralatan mesin, pengatur temperatur ruangan, mesin pertanian. Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan (Dirjen ESDM, 2007).

2.1.8 Timah

(36)

Batubara Bauksit Nikel

Emas dan Perak

Tembaga Timah Granit

Sumber : Dirjen ESDM, 2007.

Gambar 2.1 Barang tambang Non-Migas 2.2 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Safitri (2006) menunjukkan bahwa struktur pasar pada industri besi dan baja adalah oligopoli ketat namun ada perusahaan yang mendominasi pasar. Variabel X-EFF dan CR4 mempunyai pengaruh terbesar

dalam meningkatkan kinerja (PCM). Sedangkan dalam penurunan PCM variabel yang memiliki pengaruh terbesar adalah variable DUMMY, MES dan GROWTH. Berdasarkan analisis perilaku dari sektor besi baja di Indonesia diduga ada beberapa perilaku dari struktur pasar terhadap kinerja pada industri besi baja Indonesia. Perilaku yang terjadi antara adalah strategi harga, produk dan promosi dan distribusi.

(37)

menunjukkan bahwa faktor-faktor sektor manufaktur yang mempengaruhi kinerja sektor manufaktur dapat dilihat dari tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), tingkat rasio Efisiensi-X (X-EFF), produktivias (PROD), pertumbuhan nilai produksi (PROD), pertumbuhan nilai produksi (GROWTH), nilai ekspor (EX) dan nilai impor (IM). Untuk melihat perilaku pasar dalam sektor manufaktur melalui strategi harga, strategi produk, strategi promosi dan strategi distribusi dan perilaku pasar.

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

2.3.1.1 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja

(38)

Gambar 2.3.1.1.1 Struktur

Jaya (2001) m dalam mengamati va mempengaruhi kondi demikian, pengaruh i pasar juga menunjukk Dalam struktur pasar pangsa pasar (marke

hambatan-hambatan u

bar 2.2 Keterkaitan antara Struktur, Perilaku da

mengemukakan bahwa struktur pasar menjadi variasi dan kinerja industri, karena secara disi persaingan serta tingkat harga barang da h itu akhirnya sampai pada kesejahteraan ma kkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat pro sar terdapat tiga elemen pokok yang dapat d

rket share), konsentrasi pasar (market con

n untuk masuk pasar (barrier to entry).

dan Kinerja

adi ukuran penting ra strategis dapat dan jasa. Dengan manusia. Struktur proses persaingan. t dijelaskan yaitu

(39)

2.3.1.1.1.1Pangsa Pasar

Pangsa pasar adalah pangsa dari penjualan total. Pangsa pasar merupakan indikator yang paling penting dalam menentukan derajat kekuasaan monopoli, dalam skala ordinal (dibandingkan dari pangsa pasar yang tinggi atau paling rendah dalam pasar yang sama). Semakin tinggi pangsa pasar maka kekuasaan monopoli semakin besar sedangkan jika pangsanya rendah maka kekuatan monopoli yang dimiliki akan semakin kecil atau bahkan tidak ada sama sekali (Shepherd, 1990).

Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tipe-tipe pasar yang digambarkan berdasarkan pangsa pasar perusahaan yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 2.1. Tipe-tipe Pasar

Tipe Pasar Kondisi Pasar Contoh

Monopoli murni Suatu pasar yang memiliki 100% pangsa pasar

PLN, TELKOM, PAM

Perusahaan yang dominan Suatu perusahaan yang yang memiliki 50-100% pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat

Surat kabar lokal atau nasional, film Kodak, batu baterai

Oligopoli ketat Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60-100% kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga relatif mudah

Oligopoli longgar Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 40% atau kurang, kesepakatan diantara mereka untuk mendapatkan harga sebenarnya tidak mungkin

Kayu, perkakas rumah tangga, mesin-mesin kecil, perangkat keras, majalah, batu baterai, obat-obatan

(40)

2.3.1.1.1.2Konsentrasi

Menurut Greer dalam Andiani (2006), konsentrasi disebabkan oleh lima faktor yaitu pertama, adanya kesempatan dan keberuntungan. Kedua, adanya penyebab teknis (berupa besar pasar yang dimasuki, skala ekonomi, kemudahan memperoleh sumberdaya dan tingkat pertumbuhan pasar). Ketiga, adanya kebijakan pemerintah (berupa peraturan, pemberian paten, lisensi, tariff dan kuota). Keempat, kebijakan usaha (berupa merger dan adanya predatory pricing/exclusive deadling). Kelima, berupa differensiasi produk.

2.3.1.1.1.3Hambatan Masuk Pasar

Menurut Shepherd (1990), ada dua jenis hambatan masuk pasar, yaitu hambatan eksogen dan hambatan endogen. Hambatan eksogen, merupakan hambatan untuk ke dalam pasar yang bersifat dari luar perusahaan. Hambatan eksogen ini terdiri dari modal (capital requirement), skala ekonomi, differensiasi produk, difesifikasi intensitas penelitian dan pengembangan, investasi yang besar dan integrasi vertikal. Sedangkan hambatan endogen dapat berupa kebijakan harga dari establish firm, strategi penguasaan produk, strategi penguasaan bahan baku, strategi pemasaran produk dan image dari loyalitas merek suatu produk itu sendiri.

2.3.1.1.2 Perilaku

(41)

jenis antara lain, perilaku dalam strategi harga, perilaku dalam strategi produk dan perilaku dalam strategi promosi.

2.3.1.1.3 Kinerja

Menurut Jaya (2001), kinerja adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur perilaku. Menurut para ekonom, kinerja biasanya memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan kesinambungan dalam distribusi.

2.3.1.1.3.1Efisiensi

Efisiensi adalah menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara fisik maupun nilai ekonomis (harga). Efisiensi terdiri dari dua kategori, yaitu efisiensi internal (efisiensi-X) dan efisiensi alokasi. Efisiensi internal biasanya menggambarkan perusahaan yang dikelola dengan baik, menggambarkan usaha yang maksimum dari para pekerja dan menghindari kejenuhan dalam pelaksanaan perusahaan. Sedangkan efisiensi alokasi menggambarkan sumberdaya ekonomi yang dialokasikan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikkan nilai output.

2.3.1.1.3.2Kemajuan Teknologi

(42)

2.3.1.1.3.3Keseimbangan dalam Distribusi

Menurut istilah ekonomi, keseimbangan dalam distribusi disebut dengan keadilan (equity). Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan.

2.4 Kerangka Pemikiran Operasional

Pertambangan di Indonesia merupakan sektor yang strategis karena merupakan salah satu penggerak pembangunan dan tanpa sektor pertambangan, sektor lain sulit untuk berjalan. Eksistensi sektor ini harus mendapat perhatian agar pembangunan suatu negara dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan latar belakang itulah menarik untuk menganalisa struktur, perilaku dan kinerja pertambangan di Indonesia.

(43)

Ga

ermasalahan dan kerangka pemikiran yang dirumuskan hipotesis dari kerangka analisis

yang ada pada lapangan usaha pertambanga tuk perusahaan dominan dan diduga pula a pertambangan memiliki efisiensi serta pe ng cukup tinggi.

ungan antara struktur pasar dan kinerja, d (CR2 dan MES) berpengaruh positif terhadap

ahaan maka semakin besar pula tingkat ke . Sementara tingkat konsentrasi berpengaruh n

(44)

persaingan, dimana ketika tingkat konsentrasi meningkat maka tingkat persaingan akan menurun dan sebaliknya.

3. Faktor lain yang mempengaruhi keuntungan (PCM) yakni efisiensi-X diduga berpengaruh positif terhadap PCM. Semakin efisien suatu perusahaan maka tingkat produksi perusahaan lebih sedikit untuk memproduksi produk karena efisiensi merupakan pengurangan biaya sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam jangka panjang lebih murah. Adanya efisiensi maka tingkat keuntungan perusahaan meningkat.

4. Produktivitas diduga memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Produktivitas merupakan perbandingan antara nilai output dengan nilai input tenaga kerja. Semakin tinggi nilai output maka akan meningkatkan nilai prodiktivitas suatu perusahaan. Produktivitas yang meningkat menunjukkan kinerja yang meningkat pula maka akan menambah penghasilan dan keuntungan bagi perusahaan.

5. Ekspor memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Kemampuan perusahaan untuk melakukan ekspor yang tinggi dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

(45)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dalam bentuk time series dan cross section (panel data) dengan periode waktu tahunan yaitu dari tahun 2003 hingga tahun 2007. Untuk data barang tambang penulis hanya memasukkan barang tambang yang tersedia dalam katalog Statistik Indonesia yang dikeluarkan Badan pusat Statistik yang tersedia sejak tahun 2003 sampai 2007 sedangkan barang tambang yang tidak menyediakan data lengkap pada periode tersebut tidak diikutsertakan dalam estimasi secara kuantitatif, sedangkan untuk data penjualan perusahaan penulis hanya memasukkan perusahaan yang telah ikut serta dalam survey yang dilakukan Indonesian Mining Association (IMA). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio konsentrasi (CR), nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi dan nilai ekspor. Data tersebut berasal dari instansi-instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral dan Indonesian Mining Asociation (IMA).

3.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data

(46)

pendekatan panel data. Penelitian ini menggunakan bantuan Software Microsoft Office Excel 2007 dan E-Views 5.

3.2.1 Analisis Struktur 3.2.1.1 Pangsa Pasar

Setiap Perusahaan mempunyai pangsa pasar yang berbeda-beda berkisar antara 0 sampai 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Menurut literatur Neo-Klasik landasan posisi pasar perusahaan adalah pangsa pasar yang diraihnya. Pangsa pasar menggambarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya.

100%

(3.1)

dimana:

MSi = pangsa pasar perusahaan i (%) Si = penjualan perusahaan i (rupiah)

Stot = penjualan total seluruh perusahaan (rupiah)

3.2.1.2 Rasio Konsentrasi

Tingkat Konsentrasi dapat dihitung melalui Consentration Ratio (CR). Tingkat Konsentrasi merupakan suatu variabel yang dapat diukur. Penggunaan CR dalam menjelaskan struktur pasar dilakukan agar konsisten dengan penjelasan hubungan struktur dan profitabilitas dimana CR menggambarkan struktur pasar pada hubungan tersebut.

(47)

(mendekati 100 persen) berarti semakin besar konsentrasi dari produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Dengan demikian maka CRm dapat disimpulkan sebagai berikut:

X 100%

(3.2)

dimana:

CRm = rasio konsentrasi sebanyak m perusahaan (%) MSi = pangsa pasar perusahaan terbesar ke-i (%)

3.2.1.3 Hambatan Masuk Pasar

Hambatan masuk pasar dapat dilihat dengan banyaknya pesaing yang bermunculan untuk berpacu dalam mencapai target keuntungan yang diinginkan dan merebut pangsa pasar. Segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru merupakan hambatan untuk masuk. Salah satu cara yang paling efektif yang digunakan untuk melihat hambatan masuk pasar adalah dengan mengukur skala ekonomis yang didekati melalui output perusahaan. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan output total. Perhitungan ini disebut sebagai Minimum Efficiency Scale (MES).

(3.3)

3.2.2 Analisis Perilaku

(48)

perilaku sifatnya kulitatif yang sulit dikuantitatifkan. Elemen-elemen dalam perilaku antara lain dapat dijelaskan berikut ini:

3.2.2.1 Strategi Harga

Strategi penetapan harga tergantung dari beberapa faktor produksi terutama bahan baku. Dalam hal ini dapat dilihat bagaiman astrategi penetapan harga yang dilakukan oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian serta apakah ada perilaku kesepakatan harga antar sesama pesaing yang dapat menimbulkan persaingan tidak sehat. Strategi penentuan harga penting dalam perilaku karena harga merupakan unsur yang menghasilkan pendapatan (revenue) bagi produsen. Harga juga merupakan unsur yang paling flexibel dimana unsur ini dapat berubah dengan cepat.

3.2.2.2 Strategi Produk dan Promosi

Perusahaan–perusahaan akan melakukan strategi dalam mengeluarkan produknya karena konsumen akan mempertibangkan tiga hal, yakni: nilai, biaya dan kepuasan. Dalam hal ini akan dilihat apakah terdapat strategi khusus dalam menentukan produk yang akan dijual seperti adanya diversifikasi produk ataupun kesepakatan jumlah penawaran produk.

(49)

3.2.3 Analisis Kinerja

Analisis kinerja industri dilakukan dengan menggunakan analisis Price Cost Margin (PCM). PCM ini digunakan sebagai indikator hubungan struktur pasar terhadap kinerja perusahaan. Variabel endogen yang digunakan adalah proksi dari keuntungan yaitu PCM dan variabel eksogennya adalah rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar, nilai efisiensi-X, produktivitas, pertumbuhan nilai produksi, nilai ekspor dan nilai impor.

Berdasarkan pada penjelasan sebelumnya maka model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

PCM$% &'( & ) ( &)* + ,--$%( &./012 ( &3 ( 4 (3.4) dimana :

PCMit = rasio keuntungan industri pada barang tambang ke-i dan tahun

ke-t (%)

CR2it = konsentrasi industri dari dua perusahaan terbesar pada barang

tambang ke-i dan tahun ke-t (%)

X-effit = efisiensi-X pada barang tambang ke-i dan tahun ke-t (%) Prodit = produktivitas pada barang tambang ke-i dan tahun ke-t (%) Exit = nilai komoditi yang diekspor pada barang tambang ke-i dan tahun

ke-t (rupiah)

β

0 = intersep

β

n = slope masing-masing variabel bebas

εit

= simpangan/error pada barang tambang ke-i dan tahun ke-t

(50)

sebagai perkiraan kasar dari keuntungan industri. PCM dalam penelitian ini digunakan dengan menggunakan proxi nilai tambah yang diperoleh, artinya semakin tinggi nilai tambah, maka efisiensi kinerja industri tersebut dalam rangka meminimumkan biaya semakin besar sehingga keuntungan industri semakin besar. PCM juga didefinisikan sebagai presentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung, PCM dapat dirumuskan sebagai berikut :

/

5 6 78

5 9

* 100%

(3.5)

Tingkat konsentrasi dalam model persamaan diukur dengan rasio konsentrasi. Rasio konsentrasi yang digunakan menunjukkan besarnya nilai kontribusi penjualan output perusahaan terbesar terhadap total nilai produksi industri. Efisiensi dan produktivitas sebagai variable independen yang mempengaruhi PCM didasarkan pada penelitian Puspasari (2006), variable-variabel yang dimasukkan karena kinerja yang tinggi dapat disebabkan oleh adanya efisiensi dan banyaknya output yang dihasilkan. Efisiensi menunjukkan perbandingan antara nilai output yang diperoleh, sedangkan produktivitas mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan output pada periode waktu tertentu. Efisiensi dan produktivitas dapat ditulis dalam persamaan berikut :

- : ,;: + *

5 6

5

* 100%

(3.6)

/012<=> ? >@:

5 9

5 6 A B C

* 100%

(3.7)

3.2.4.Analisis Panel Data

(51)

merupakan gabungan antara data time series dan data cross section. Hal ini dikarenakan panel data menyediakan informasi yang cukup kaya untuk perkembangan teknik estimasi dan hasil teoritikal. Dalam bentuk praktis, peneliti telah dapat menggunakan data time series dan cross section untuk menganalisis masalah yang tidak dapat diestimasi jika hanya menggunakan salah satunya saja. Banyak keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan panel data, diantaranya adalah seabagai berikut (Baltagi, 1995) :

1. Mampu mengontrol heterogenitas individu

2. Memberikan lebih banyak informasi, lebih bervariasi, mengurangi kolinearitas antar variable, meningkatkan degree of freedom dan lebih efisien.

3. Lebih baik untuk study of dynamic adjustment.

4. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diperoleh dari data cross section murni atau time series murni. 5. Dapat menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks.

(52)

Gambar 3.1. Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel 3.2.4.1Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)

Model Pooled yaitu model yang didapatkan dengan mengkombinasikan atau mengumpulkan semua data cross section dan time series. Model ini kemudian diduga dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS), yaitu :

Y$% E ( &X$%( 4$% (3.8)

dimana :

Yit = variable endogen pada unit industry (cross section) ke-i pada tahun ke-t

Xit = peubah bebas ke-k pada unit industri

α = intersep

β = slope

i = industri ke-i, t = periode tahun t

(53)

3.2.4.2 Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Model efek tetap yaitu model yang didapatkan dengan mempertimbangkan bahwa peubah-peubahyang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Peubah dummy dapat ditambahkan ke dalam model untuk memungkinkan perubahan-perubahan intersep ini lalu model diduga dengan OLS yaitu :

F

E

'

( &*

G

)

E H

( 4

(3.9)

dimana :

Yit = variable endogen pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t

Xit = peubah bebas pada unit industri

α0 = intersep model

αi = intersep industry ke-i

Di = variable dummy

β = slope

i = industri ke-i, t = periode tahun t

ε = error/ simpangan

3.2.4.3 Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model)

(54)

sering disebut juaga model komponen error (error componen model). Bentuk model efek tetap dapat ditulis dalam persamaan berikut:

Y

$%

E ( ∑ &* ( 4

(3.10)

4

< ( ? ( I

(3.11)

dimana :

< ~KL0, N)O = komponen cross section error ? ~KL0, NP)O = komponen time series error

I ~KL0, NQ)O = komponen error kombinasi

Dengan mengasumsikan error industri dan error kombinasinya tidak saling berkorelasi.

3.2.5 Pemilihan model dalam Pengolahan Data Panel 3.2.5.1 Chow Test

Chow Test atau beberapa buku menyebutnya pengujian F Statistics adalah pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan Pooled Least Square atau

Fixed Effect. Seperti kita ketahui, terkadang asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan setiap unit cross section memiliki perilaku berbeda. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa berikut :

H0 : Model Pooled Least Square H1 : Model Fixed Effect

Dasar penolakan terhadap gipotesis nol adalah dengan menggunakan F-Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow :

RST

LUVV 7UVV)O/LX7 O

(55)

dimana :

ESS1 = Residual Sum Square hasil Pendugaan model fixed effect

ESS2 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Pooled Least Square N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series K = Jumlah variabel Penjelas

Statistik Chow mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas (N-1, NT-N-K). jika nilai CHOW Statistics (Stat) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya. Pengujian ini disebut seagai Chow Test yang digunakan untuk menguji stabilitas dari parameter (stability test).

3.2.5.2 Hausman Test

Hausman-test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam memilih apakah menggunakan fixed effect model atau random effect model. Seperti yang telah dijelaskan diatas, penggunaan fixed effect model mengadung suatu unsur trade off yaitu hilangnya derajat kebebasan dengan memasukkan variable dummy. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut ;

H0 : Random Effect model H1 : Fixed effect model

(56)

hausman-test signifikan (probability dari Hausman < α) maka H0 ditolak, artinya

fixed effect digunakan” :

Statistic Hausman dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :

L& + \O L '7 O7 L& + \O ] *)L=O (3.12)

dimana β adalah vektor untuk statistik variable fixed effect, b adalah vektor statistik variabel random effect, M0 adalah matriks kovarian untuk dugaan random effect model dan M1 adalah matriks kovarian dugaan fixed effect model. Jika nilai

m hasil pengujian lebih besar dari [2-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah fixed effect model, begitu juga sebaliknya.

3.2.6 Evaluasi Model 3.2.6.1 Multikolinearitas

Indikasi mulikolinearitas tercermin dengan melihat hasil t dan F statistik hasil regresi. Jika banyak koefisien parameter dari t statistik diduga tidak signifikan sementara dari hasil F hitungnya signifikan, maka patut diduga adanya multikolinearitas. Gejala multikolinearitas dalam suatu model akan menimbulkan beberapa konsekuensi diantaranya adalah :

1. Meskipun penaksir OLS mungkin bisa diperoleh namun kesalahan standarnya mungkin akan cenderung semakin besar dengan meningkatnya tingkat korelasi antara peningkatan variabel.

2. Standar error dari parameter diduga sangat besar sehingga selang kepercayaan untuk parameter yang relevan cenderung lebih besar.

(57)

4. Kesalahan standar akan semakin besar dan sensitif jika ada perubahan data.

5. Tidak mungkinnya mengisolasi pengaruh individual dari variable yang menjelaskan (Gujarati, 1995).

Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah melalui

correlation matrix, dimana batas terjadinya korelasi antara sesama variabel bebas adalah tidak lebih dari |0.80|, melalui correlation matrix ini dapat pula digunakan uji klien dalam mendeteksi multikolinearitas (Gujarati, 1995). Apabila terdapat nilai korelasi yang lebih dari |0.80|, maka menurut uji klien multikolinearitas dapat diabaikan selama nilai korelasi tidak lebih dari nilai Adjusted R-squared. Selain itu, Multikolinearitas dapat diatasi dengan memberi perlakuan cross section weights, sehingga baik t statistic maupun F hitung menjadi signifikan.

3.2.6.2Autokorelasi

Autokorelasi adalah gejala adanya korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan melalui deret waktu (time series). Adanya gejala autukorelasi pada suatu persamaan akan menyebabkan suatu persamaan akan memiliki selang kepercayaan yang semakin lebar dan pengujian menjadi kurang akurat. Hal ini mengakibatkan hasil uji-t dan uji-F menjadi tidak sah dan penaksiran regresi akan menjadi sensitif terhadap fluktuasi penyampelan (Gujarati, 1995).

(58)

maka hasil uji tidak disimpulkan. Oleh karena itu digunakan pengujian lain, yaitu dengan menggunakan uji Breunch and Godfrey Serial Correlation LM-Test.

Akan tetapi apabila kita gunakan uji Breunch and Godfrey Serial Correlation LM-Test maka jika nilai probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari taraf nyata tertentu, maka persamaan ini tidak mengalami autokorelasi. Bila nilai Obs*R-squared lebih kecil dari pada taraf nyata tertentu maka persamaan ini mengandung autokorelasi.

3.2.6.3Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linear klasik adalah varian residual bersifat homoskedastik atau bersifat konstan. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka varian residual tidak lagi bersifat konstan disebut dengan heteroskedastisitas.

(59)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Sektor Pertambangan Non-Migas

4.1.1 Analisis Struktur Pasar Sektor Pertambangan Non-Migas

Analisis struktur pasar pada sektor pertambangan non-migas di Indonesia dapat diketahui dengan melihat rasio konsentrasi dua perusahaan terbesar (CR2)

masing-masing barang tambang dan besarnya hambatan masuk. Rasio Konsentrasi diperoleh dengan mengukur besarnya kontribusi penjualan dua perusahaan terbesar terhadap total penjualan, sedangkan hambatan masuk dapat diproksi berdasarkan presentase output perusahaan terbesar terhadap total output perusahaan di bidang pertambangan non-migas Indonesia.

4.1.1.1 Analisis Rasio Konsentrasi

Konsentrasi merupakan kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan “oligopolis” dimana mereka menyadari adanya saling ketergantungan. Untuk menganalisis struktur pasar pada pembahasan kali ini dengan menggunakan rasio konsentrasi. Pengukuran rasio konsentrasi dilakukan pada dua perusahaan terbesar (CR2) dalam lapangan usaha pertambangan non-migas di Indonesia.

(60)

Berdasarkan h terbesar (CR2) dalam

adalah sebesar 93,08 terbesar tiap barang struktur pasar yang t m sektor pertambangan non-migas selama per ,08 persen. Jika dilihat dari rata-rata rasio d ng tambang selama periode tersebut, tidak g terjadi dalam sektor pertambangan non-miga ang tambang memiliki rasio diatas 60 persen

bahwa gabungan dua perusahaan terbesar yang 60 persen dikatakan memiliki struktur pasar n diantara mereka untuk menetapkan harga relai

ah).

sentrasi Dua Perusahaan Terbesar Sektor Pertam as Indonesia

ambatan Masuk Sektor

masuk pasar merupakan segala sesuatu yang nan, kesempatan atau kecepatan masuknya ng baru akan menimbulkan sejumlah implikasi

kapasitas yang menjadi bertambah, terjadinya ta perebutan sumber daya produksi yang terba man bagi perusahaan yang sudah ada (Jaya, 200

(61)

Salah satu yan terbesar tiap barang struktur pasar yang t

ilai MES diperoleh dari presentase output peru put sektor pertambangan non-migas. Tinggin bagi pesaing baru untuk memasuki pasar suatu

ah).

entase Pangsa Pasar Perusahaan Terbesar Sekto Migas Indonesia

(62)

pendatang baru ke dalam suatu sektor, yaitu skala ekonomi, kecukupan modal, biaya peralihan, akses ke saluran distribusi, ketidakunggulan biaya independen dan peraturan pemerintah.

4.1.2 Analisis Perilaku Sektor dalam Sektor Pertambangan Non-Migas Perilaku perusahaan di pasar merupakan kebijakan perusahaan tentang produk dan jasa dari barang yang dijual tersebut sebagai akibat dari struktur pasar yang dihadapinya, termasuk didalamnya kemungkinan adanya perubahan kebijakan yang dibuat sebagai reaksi terhadap kebijakan produk dan harga yang dibuat oleh pesaing,. Analisis perilaku pasar dilakukan secara deskriptif dengan mengacu pada struktur pasar yang telah ada. Berdasarkan hasil analisis, struktur pasar dalam lapangan usaha pertambangan non-migas di Indonesia adalah bersifat oligopoli. Hal ini akan menimbulkan beberapa perilaku yang dilakukan oleh para pelaku sektor pada sektor pertambangan non-migas di Indonesia. perilaku yang dilakukan tersebut antara lain adalah strategi harga, produk, promosi, disribusi, dan perilaku kolusi.

4.1.2.1 Strategi Harga

Pada umumnya strategi dalam penentuan harga dimiliki oleh setiap perusahaan yang bersaing dalam suatu sektor. Pada sektor pertambangan non-migas perusahaan bersifat “price takers”, harga produk yang ditetapkan merupakan harga pasar (kesepakatan penjual dan pembeli) dunia. Adanya penetapan harga tersebut maka produsen harus bersaing secara sehat.

(63)

perusahaan lain tidak bisa menentukan harga melainkan hanya mengikuti harga yang ditetapkan oleh perusahaan yang dominan tersebut, karena jika menetapkan harga yang lebih tinggi maka perusahaan tersebut akan kehilangan konsumen. Perusahaan dominan juga dapat melakukan pemotongan harga bagi pelanggan baru atau konsumen yang membeli dalam jumlah yang sangan besar.

4.1.2.2 Strategi Produk dan Promosi

Keistimewaan yang dimiliki oleh barang yang diproduksi oleh perusahaan oligopoli merupakan sumber lain yang dapat menghambat new entry. Pada strategi harga yang menjadi pokok permasalahan hanyalah perusahaan yang menaikkan, menurunkan atau bahkan tidak merubah harga, maka strategi produk dan promosi mencakup banyak alternatif yang tersedia.

Strategi produk yang dilakukan perusahaan dominan pada sektor pertambangan non-migas dalam rangka meningkatkan keuntungan perusahaan adalah peningkatan mutu melalui pengembangan kualitas produk yang sesuai dengan Standar Internasional, melakukan inovasi, menciptakan produk baru (desain produk) serta memberikan ketersediaan produk dalam jumlah yang cukup. Setiap alternatif strategi produk akan dapat menimbulkan reaksi yang bermacam-macam dari perusahaan pesaing, namun seringkali reaksi perusahaan pesaing akan timbul lebih lama bila dibandingkan dengan strategi harga sehingga jarang dapat membalas dengan cepat.

(64)

perbandingan produk yang satu dengan yang lainnya menjadi sulit untuk dilakukan karena berbeda. Diferensiasi produk sangat erat kaitannya dengan kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan penjualannya.

Promosi produk dilakukan oleh produsen yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada para konsumen tentang adanya suatu produk di pasar, untuk meningkatkan penjualan serta untuk merebut pangsa pasar dari produsen lain. Strategi promosi dalam sektor pertambangan non-migas dapat dilakukan melalui advertensi di berbagai media seperti media elektronik (televisi dan internet) dan media cetak (majalah dan koran), free samples, pelayanan yang lebih baik dan lain-lain.

4.1.3 Analisis Kinerja Sektor Pertambangan Non-Migas

Kinerja suatu sektor mencerminkan bagaimana pengaruh kekuatan pasar terhadap harga dan efisiensi. Tingkat keuntungan suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaannya. Tingkat keuntungan dapat dilihat melalui Price Cost Margin (PCM) dan tingkat efisiensi dapat dilihat melalui efisiensi-X (X-eff).

(65)

tambah yang meningkat sebesar 37 persen yang diperoleh namun upah total yang dibagikan tidak bergerak secara signifikan walaupun jumlah output meningkat. Pada tahun 2006 upah total baru terkena dampak kenaikan harga minyak dunia karena para pekerja menuntut kenaikan upah.

Sumber : BPS, 2007 (diolah).

Gambar 4.3 Price Cost Margin Pertambangan Non-Migas Indonesia

Peningkatan tersebut disebabkan adanya peningkatan nilai tambah,dengan nilai tukar harga pasar yang meningkat yang didapat dalam proses penjualan sehingga meskipun nilai output stabil pada periode tersebut tetapi pendapatan penjualan yang didapat lebih besar sehingga tingkat keuntungan yang diperoleh mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2006 sampai 2007 tingkat keuntungan tersebut mengalami penurunan karena nilai output lebih besar sedangkan nilai tambah cenderung menurun.

Pengukuran X-EFF diperoleh dari perbandingan nilai tambah dengan nlai input dalam sektor pertambangan non-migas. Pada lampiran 5 dapat dilihat X-eff

pada lapangan usaha pertambangan non-migas tahun 2003 sampai 2007 cenderung menurun dengan rata-rata sebesar 3,56 persen. Nilai X-eff tertinggi pada sektor pertambangan non-migas berada pada tahun 2005 sebesar 4,31 persen. Nilai X-eff tersebut mencerminkan kekurang mampuan sektor untuk

Gambar

Gambar 1.1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut
Gambar 1.2 Nilai Ekspor Hasil Tambang Non-Migas Indonesia
Gambar 2.1 Barang tambang Non-Migas
Tabel 2.1. Tipe-tipe Pasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

membran dengan metode ini adalah polimer yang digunakan harus larut pada. pelarutnya atau

[r]

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan ekstrak daun dan biji ( Datural matel L) untuk pembiusan induk ikan lele dumbo ternyata memberi pengaruh

Akan tetapi, kita akan gunakan hukum Gauss ini untuk menghitung kuat medan listrik dari sebuah benda- benda geometris sederhana seperti bola, silinder, pelat tipis, sebab

Bukan hanya itu, dengan adanya media sosial (Facebook) yang semakin canggih ini, banyak manusia yang terjerumus dan tertipu oleh berita-berita yang tidak benar

Dapat disimpulkan bahwa risiko likuiditas, risiko kredit, risiko pasar dan risiko operasional secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA

Kebutuhan akan tenaga listrik yang semakin meningkat menuntut suatu sistem tenaga listrik yang mempunyai keandalan dalam penyediaan dan penyaluran dayanya agar

Indeks bias bias sendiri dari prisma pada literatur dan hasil perhitunagn tidak sesuai, hal ini di sebabkan hal yang sama yaitu pengambilan data yang kurang teliti dan indeks