• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI SUSU DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI SUSU DI INDONESIA"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA

INDUSTRI SUSU DI INDONESIA

Oleh INDRI ANDIANI

H14101053

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(2)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Februari 2006

Indri Andiani H14101053

(3)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Indri Andiani lahir pada tanggal 16 Juni 1983 di Bogor, sebuah kota kecil yang berada di Provinsi Jawa barat. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Sofwan Bustomi dan Nani Indrawati. Penulis menamatkan pendidikan pada SDN Polisi 4 Bogor, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 4 Bogor dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai siswi di SMU Plus BBS Bogor dan lulus pada tahun 2001.

Pada tahun 2001, penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(4)

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA

INDUSTRI SUSU DI INDONESIA

Oleh INDRI ANDIANI

H14101053

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(5)

RINGKASAN

INDRI ANDIANI. Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Susu di Indonesia (dibimbing oleh TANTI NOVIANTI dan LUKYTAWATI ANGGRAENI).

Pergeseran struktur perekonomian dari basis pertanian menuju sektor industri mengakibatkan suatu pemikiran bahwa sektor perindustrian merupakan sektor yang berpotensial untuk menghasilkan value added (nilai tambah). Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan suatu industri muncullah berbagai masalah yang dihadapi suatu industri, salah satunya adalah persaingan usaha. Penelitian ini menganalisis struktur-perilaku-kinerja dari industri susu di Indonesia. Analisis struktur-perilaku-kinerja adalah analisis yang menggambarkan struktur pasar melalui konsentrasi rasio dan hambatan masuk/ keluar perusahaan; perilaku pasar melalui strategi harga, produk dan promosi; kinerja pasar melalui keuntungan/ profit perusahaan-perusahaan suatu industri. Hubungan struktur dan kinerja industri terlihat dari tingkat konsentrasi dan profit yang menjadi suatu hambatan masuk pasar.

Metode yang digunakan dalam mengestimasi model persamaan dengan menggunakan Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square) untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara linear. Software komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah E-Views 4.1. Data yang digunakan adalah data sekunder dari tahun 1983-2002. Data-data penelitian diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Perdagangan dan Departemen Perindustrian, CIC Consulting.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa industri susu memiliki struktur pasar oligopoli ketat dengan nilai konsentrasi rata-rata 73,79 persen. Hasil estimasi menunjukkan CR4 signifikan pada taraf 10 persen. Nilai koefisien CR4 bernilai positif sebesar 0,624595 yang artinya jika CR4 meningkat sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan PCM sebesar 0,624595 persen. Koefisien produktivitas (prod) sebesar 0,004607 dan nyata pada taraf 10 persen menunjukkan bahwa jika produktivitas meningkat sebesar 1 persen, maka akan meningkatkan PCM sebesar 0,004607 persen. Nilai koefisien Efisiensi-X sebesar 0,253553 menunjukkan bahwa jika Efisiensi-X dua tahun sebelumnya meningkat 1 persen maka diperkirakan PCM naik sebesar 0,253553 persen. Nilai koefisien Growth sebesar 0,254872 menunjukkan bahwa jika Growth tiga tahun sebelumnya meningkat 1 persen maka diperkirakan PCM naik sebesar 0,254872 persen. Efisiensi-X dan Growth nyata pada taraf 10 persen.

Strategi penetapan harga dan produk dilakukan dengan melakukan interdependensi antara pesaing yang satu dengan pesaing lainnya. Strategi penetapan harga dan produk juga dapat ditetapkan melalui kebijakan-kebijakan yang ditetapkan pada setiap perusahaan dalam industri susu. Strategi produk yang dilakukan adalah melalui diversifikasi produk. Dalam mempromosikan produknya, industri susu melakukan strategi berbentuk merek. Dari segi kinerja, industri susu di Indonesia memiliki nilai PCM yang cukup tinggi. Peningkatan

(6)

utilitas kapasitas produksi akan meningkatkan jumlah produk susu di pasar yang akan menyeimbangkan antara kelebihan penawaran dan permintaan yang besar. Nilai efisiensi industri susu yang cukup tinggi menggambarkan efisiensi industri susu cukup baik.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui struktur, perilaku dan kinerja industri susu di Indonesia, oleh karena itu ada beberapa saran yang direkomendasikan untuk perkembangan industri susu di Indonesia. Beberapa saran yang direkomendasikan yaitu para produsen susu diharapkan dapat meningkatkan kinerja perusahaannya melalui peningkatan efisiensi alokatif dengan penggunaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi yang efisien dan efektif, efisiensi teknis yang digambarkan pada efisiensi internal dimana pengelolaan perusahaan dengan peningkatan sumber daya manusia, pemerataan distribusi produk susu di seluruh wilayah Indonesia, penggunaan kemajuan teknologi dalam menghasilkan output, kualitas produk yang bermutu tinggi, perluasan kesempatan kerja dan pencapaian profit perusahaan. Saran yang terakhir, yaitu pemerintah perlu memberikan informasi akurat melalui media maupun penyuluhan mengenai produk susu yang layak dikonsumsi masyarakat sehingga mendorong masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi susu sebagai makanan pelengkap.

(7)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Indri Andiani

Nomor Registrasi Pokok : H14101053 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Susu di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Tanti Novianti, SP, M.Si NIP. 132 206 249

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS NIP. 131 846 872

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah SWT, pemilik seluruh alam semesta beserta isinya. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para pengikutnya sampai akhir zaman.

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Perkembangan perindustrian di Indonesia sudah semakin maju, salah satunya adalah industri susu. Industri susu merupakan industri yang telah memberikan kontribusi pada perekonomian dan pembangunan bangsa. Berkenaan dengan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul skripsi ”Analisis Struktur-Perilaku-Kinerja Industri Susu di Indonesia”. Skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Tanti Novianti, SP, M.Si dan Lukytawati Anggraeni, SP, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis dalam pembuatan skripsi ini hingga akhirnya skripsi dapat diselesaikan,

2. Ir. Wiwiek Rindayanti, M.Si atas kesediaannya untuk menjadi dosen penguji dan memberikan saran dan perbaikan pada penelitian ini,

3. Widyastutik, SE, M.Si sebagai Tim Komisi Pendidikan atas perbaikan tata cara penulisan skripsi ini.

4. Orang tua penulis, yaitu Ir. Sofwan Bustomi, M.Si dan Nani Indrawati serta adik-adik penulis. Perhatian, kesabaran dan dorongan mereka sangat besar artinya dalam proses pembuatan skripsi ini.

5. Sahabat-sahabat penulis serta pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, atas segala dorongan dan bantuannya.

(9)

Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2006

Indri Andiani H14101053

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 8

2.1 Konsep Industri ... 8

2.2 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri... 10

2.2.1 Struktur Industri ... 10

2.2.2 Perilaku Industri... 16

2.2.3 Kinerja Industri ... 17

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 18

2.4 Kerangka Konseptual ... 23

2.5 Penelitian Terdahulu ... 24

III. METODE PENELITIAN ... 27

3.1 Jenis dan Sumber Data... 27

3.2 Metode Analisis ... 27

3.2.1 Analisis Struktur Industri ... 27

3.2.2 Analisis Perilaku Industri... 28

3.2.3 Analisis Kinerja Industri ... 29

3.2.4 Uji Statistik dan Ekonometrika ... 30

3.3 Definisi Operasional... 34

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI SUSU DI INDONESIA ... 36

4.1 Sejarah Industri Susu di Indonesia... 36

(11)

4.2.1 Gambaran Produk Susu... 39

4.3 Kapasitas Industri Susu di Indonesia ... 44

4.4 Bahan Baku Susu ... 44

4.4.1 Perkembangan Populasi Sapi perah di Indonesia ... 45

4.4.2 Produksi susu di Indonesia... 46

4.4.3 Perkembangan Impor Susu Segar di Indonesia... 47

4.5 Penyebaran Industri Susu di Indonesia ... 48

4.6 Perusahaan Susu dan Status Penanaman Modal ... 49

4.7 Merek Lisensi Produk Susu dalam Industri Susu di Indonesia... 50

4.8 Kebijakan Persusuan di Indonesia ... 51

4.9 Profil Beberapa Perusahaan Susu di Indonesia... 55

4.10 Sistem Sewa Produksi (Makloon)... 61

V. ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI SUSU DI INDONESIA... 62

5.1 Analisis Struktur Industri Susu ... 62

5.1.1 Pangsa Pasar... 65

5.1.2 Hambatan Masuk Pasar... 67

5.2 Analisis Perilaku Industri Susu ... 72

5.2.1 Strategi Harga dan Produk ... 72

5.2.2 Strategi Promosi... 78

5.3 Analisis Kinerja Industri Susu ... 80

5.4 Hubungan Struktur dan Kinerja Industri Susu ... 82

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 88

6.1 Kesimpulan ... 88

6.2 Saran... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perkembangan Total Konsumsi Susu Tahun 2000-2004... 2

2. Perkembangan Konsumsi Susu Nasional Tahun 1998-2001 ... 4

3. Jenis-jenis Struktur Utama Pasar ... 11

4. Keterkaitan Tingkat Konsentrasi Pasar dengan Kinerja ... 20

5. Perusahaan dalam Industri Susu Tahun 2004 ... 37

6. Perkembangan Populasi Sapi Perah di Indonesia Tahun 2000-2004 45 7. Perkembangan Produksi Susu Segar di Indonesia Tahun 2000-2004 ... 46

8. Perkembangan Impor Bahan Baku Susu di Indonesia Tahun 2000-2004 ... 47

9. Penyebaran Industri Susu di Indonesia Tahun 2004... 48

10. Perusahaan dan Status Penanaman Modal Tahun 2004... 49

11. Beberapa Produsen yang Melakukan Sistem Makloon Tahun 2004... 61

12. Pangsa Pasar Masing-masing Perusahaan Susu Tahun 1998-2004 .. 65

13. Tingkat Konsentrasi Industri Susu di Indonesia Tahun 1998-2002.. 67

14. Skala Efisiensi Minimum Industri Susu Tahun 1998-2004 ... 69

15. Utilitas Kapasitas Produksi Industri Susu Tahun 1998-2003 ... 70

16. Struktur Biaya Input Industri Susu Tahun 1998-2002 ... 71

17. Harga Rata-rata Beberapa Susu Olahan Tahun 2005... 74

18. Beberapa Produsen dan Merek Dagang Tahun 2004... 77

19. Price Cost Marjin Industri Susu Tahun 1998-2002... 81

20. Efisiensi-X Industri Susu Tahun 1998-2002... 82

21. Hasil Regresi Persamaan PCM Industri Susu ... 83

22. Uji Autokorelasi ... 85

23. Uji Heteroskedastisitas... 86

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja Pasar... 22 2. Kerangka Pemikiran Konseptual... 23

(14)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan perekonomian yang maju agar terciptanya kestabilan perekonomian bangsa, terberantasnya kemiskinan, serta meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan nasional berkaitan erat dengan globalisasi yang merupakan salah satu aspek pada perekonomian suatu bangsa.

Sektor industri mempunyai hubungan dengan perkembangan perekonomian suatu bangsa karena kemajuan sektor industri merupakan salah satu pemicu menuju kestabilan perekonomian. Fakta yang muncul dalam perindustrian salah satunya adalah globalisasi. Aspek globalisasi ini mempunyai tiga dimensi, yaitu idiologi, teknologi dan pasar (aspek ekonomi). Idiologi lebih terkait kepada suatu paham liberalisme atau juga kelembagaan. Teknologi berkaitan dengan teknologi informasi yang maju dan pesat sehingga informasi penting mengenai dunia internasional dapat tersebar luas dengan cepat. Pasar merupakan aspek ekonomi yang berarti pasar bebas yang menyebabkan arus produk, jasa dan kapital dapat dengan mudah keluar masuk dari satu negara ke negara lainnya. Pergeseran struktur perekonomian dari basis pertanian menuju industri mengakibatkan suatu pemikiran bahwa sektor perindustrian merupakan sektor yang berpotensial untuk menghasilkan nilai tambah (value added) terutama bagi banyak perusahaan. Nilai tambah tersebut dapat diperoleh dari banyak faktor antara lain, adanya variasi produk yang beraneka ragam dan berkualitas yang

(15)

dihasilkan industri untuk menarik konsumen, teknologi modern yang digunakan untuk menghasilkan produk, serta kapital (modal) untuk menghasilkan profit sebesar-besarnya.

Salah satu industri yang muncul karena memberikan nilai tambah bagi konsumen dan produsennya adalah industri susu. Dalam tahun-tahun terakhir ini semakin maraknya persaingan antar perusahaan susu di Indonesia disebabkan oleh perubahan perkembangan pola konsumsi masyarakat yang sudah maju. Perkembangan pola konsumsi masyarakat terhadap produk susu dapat dilihat melalui peningkatan total konsumsi susu pada setiap tahunnya. Pada Tabel 1 menunjukkan konsumsi susu di Indonesia pada tahun 2000-2004 secara umum terdiri dari 17,10 persen untuk Susu Kental Manis (SKM), 75,41 persen untuk susu bubuk dan 7,49 persen untuk jenis susu cair.

Tabel 1. Perkembangan Total Konsumsi Susu Tahun 2000-2004 Konsumsi (Setara Kiloliter Susu Segar) Jenis 2000 2001 2002 2003 2004 d(%) % Cair SKM Bubuk 79 120,13 177 547,36 799 293,84 84 736,02 189 872,32 853 994,63 89 622,69 208 541,60 916 150,88 95 778,32 217 370,63 949 828,80 103 579,92 240 708,38 1 033 993,60 6,97 7,94 6,65 7,49 17,10 75,41 Sumber : CIC Consulting, 2005

Industri susu adalah salah satu industri yang mendapat sorotan dari pemerintah sehubungan dengan tingkat kesehatan dan gizi masyarakat di Indonesia. Suatu upaya yang dilakukan pemerintah terhadap industri susu adalah pengembangan Industri Pengolahan Susu (IPS). Tujuan pengembangan Industri Pengolahan Susu adalah untuk meningkatkan keadaan dan status gizi masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Dalam upaya pengembangan tersebut maka peran perusahaan sebagai produsen sangat dibutuhkan dalam menyediakan bahan pangan susu olahan berkualitas dan bergizi

(16)

tinggi dengan harga yang dapat dijangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan tinggi maupun berpenghasilan rendah.

Industri susu merupakan salah satu industri yang mampu memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam pembangunan Indonesia yaitu mampu menyediakan produk susu yang bervariasi serta bermutu gizi tinggi. Industri susu juga merupakan salah satu industri yang lebih mengandalkan mutu/ kualitas tinggi. Produk susu mempunyai peranan penting dalam tubuh manusia karena di dalam kandungan susu tersebut terdapat tambahan zat-zat gizi dan vitamin yang berguna bagi perkembangan otak serta organ tubuh lainnya. Susu juga merupakan salah satu sumber pembangun tubuh dan sumber energi untuk kesehatan masyarakat.

Pada kenyataannya kebiasaan mengkonsumsi susu belum menjadi sebuah tradisi bagi sebagian besar penduduk Indonesia (Lampiran 1). Beberapa faktor yang menyebabkan sebagian besar penduduk Indonesia belum terbiasa mengkonsumsi susu adalah kurangnya kesadaran diri dalam mengkonsumsi susu serta kurangnya informasi mengenai pentingnya dari produk susu itu sendiri. Indonesia merupakan negara berkembang yang mempunyai potensi bagi produsen susu untuk menghasilkan dan mengembangkan produk-produk susu yang berkualitas serta bergizi. Dengan berjalannya waktu, kesadaran masyarakat tentang kesehatan semakin tinggi, sehingga mengakibatkan konsumsi susu dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Perkembangan konsumsi susu nasional dapat dilihat pada Tabel 2.

(17)

Tabel 2. Perkembangan Konsumsi Susu Nasional Tahun 1998-2001

Tahun Jumlah Penduduk (juta jiwa)

Konsumsi per kapita (kg/jiwa/tahun) Konsumsi Nasional (juta/kg) (%) 1998 1999 2000 2001 208,00 212,15 216,39 220,70 5,16 7,00 7,56 8,17 1 073,28 1 485,05 1 635,91 1 803,12 - 38,37 10,16 10,22

Sumber : Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), Departemen Perdagangan, 1998-2001

Seiring dengan berkembangnya industri susu dan meningkatnya permintaan akan produk susu di Indonesia maka berdirilah perusahaan-perusahaan susu, beberapa diantaranya adalah PT Nestle Indonesia, PT Friesche Flag Indonesia, PT Sari Husada dan PT Australia Indonesia Milk Industry. Produk susu dapat dengan mudah ditemui di toko-toko maupun supermarket di Indonesia. Bahkan akhir-akhir ini dengan adanya kemajuan usaha dan teknologi, berbagai macam susu juga terdapat di kota-kota kecil.

Ada beberapa alasan pertumbuhan industri susu di Indonesia, baik ditinjau dari segi pasar ataupun segi industri. Jika ditinjau dari segi pasar berarti dilihat dari kepentingan konsumen yang mengkonsumsi berbagai macam produk susu. Jika ditinjau dari segi industri berarti memperhatikan para produsen yang dalam hal ini selaku perusahaan susu yang memproduksi susu.

Perkembangan besar industri susu ini dapat terlihat dengan semakin pesatnya jumlah perusahaan dan produk-produk baru yang bermutu gizi tinggi untuk meraih pangsa pasar yang lebih tinggi. Pertumbuhan industri susu yang meningkat menyebabkan persaingan antar produsen semakin meningkat pula. Untuk merebut perhatian konsumen susu, para produsen melakukan cara-cara beberapa diantaranya adalah dengan peningkatan produk-produk baru dengan

(18)

adanya inovasi dari tahun ke tahun dan dilakukannya promosi berupa iklan di televisi dan media cetak atau dilakukan di berbagai sarana pelayanan kesehatan seperti klinik bersalin. Untuk menghadapi hal tersebut, maka perusahaan yang bergerak di industri susu harus dapat meningkatkan nilai penjualan dan pangsa pasarnya dalam industri. Nilai penjualan dan pangsa pasar adalah salah satu indikator dalam menilai suatu kinerja perusahaan.

Beberapa tahun terakhir persaingan antar perusahaan susu semakin tinggi dan ketat, terlebih lagi dengan masuknya produk susu impor ke dalam negeri. Keadaan produsen susu dalam negeri mulai terusik dengan kehadiran beberapa perusahaan susu yang mengkhususkan diri pada produk susu impor. Dengan hadirnya perusahaan susu impor ini maka diperkirakan produk susu impor akan semakin besar pada masa yang akan datang, hal ini dikarenakan pindahnya produksi susu multi nasional ke mancanegara. Beberapa produk susu yang pada awalnya diproduksi dengan sistem sewa produksi (makloon) di pabrik susu yang terdapat di Indonesia secara perlahan dialihkan ke mancanegara yaitu ke Philipina dan Singapura sehingga perpindahan produksi susu multi nasional ke mancanegara akan mempengaruhi perkembangan industri susu dalam negeri.

Ketatnya persaingan antar perusahaan susu menyebabkan para produsen lebih mencermati keadaan pasar, misalnya dengan mencermati segmentasi produk berdasarkan umur seperti susu bayi, susu anak, susu dewasa dan susu ibu hamil atau susu ibu menyusui. Kondisi permintaan pasar terhadap kandungan susu yang sempurna untuk pertumbuhan bayi dan anak mendorong para produsen susu untuk memproduksi susu yang mengandung high value ingredient seperti kandungan

(19)

DHA, AA, vitamin, kalsium, linoleat, linolenat dan kandungan lainnya. Oleh karena itu kajian mengenai analisis industri susu di Indonesia cukup penting.

1.2 Perumusan Masalah

Pesatnya perkembangan industri susu menciptakan suatu kondisi dimana setiap perusahaan saling bersaing satu sama lain melalui persaingan harga, iklan, tekanan dari perusahaan yang baru memasuki pasar dan lain-lain. Persaingan yang ketat merupakan kendala bagi perusahaan-perusahaan dalam mencapai target usahanya. Dengan begitu, kendala tersebut dapat menyebabkan turunnya pangsa pasar perusahaan, sehingga dapat mengurangi perolehan laba bagi perusahaan tersebut.

Dengan semakin banyaknya perusahaan susu, kemungkinan adanya persaingan tidak sehat. Adanya persaingan tidak sehat bisa saja terjadi, sebagai contoh perusahaan melakukan praktik-praktik yang menyebabkan perusahaan susu yang lain tidak dapat memasuki pasar, salah satunya dengan melakukan tindakan monopoli dimana perusahaan tersebut berusaha menguasai pasar sepenuhnya. Eksternalitas pasar memungkinkan perusahaan yang mempunyai kekuatan pasar menggunakan kekuatan tersebut untuk menghancurkan pesaingnya (competitor eliminator) dengan cara yang tidak adil (unfair conduct).

Berdasarkan latar belakang tersebut, beberapa permasalahan industri susu yang muncul untuk dianalisis adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana struktur, perilaku dan kinerja industri susu di Indonesia ?

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian mengenai industri susu adalah : 1. Menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri susu di Indonesia.

(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Konsep Industri

Konsep industri berkaitan erat dengan aspek ekonomi. Hubungan inilah yang memunculkan suatu ilmu dalam ilmu ekonomi yang dinamakan ekonomi industri. Ilmu ekonomi industri adalah suatu disiplin yang terus berubah dan berkembang seiring dengan perkembangan teknologi walaupun tetap berbasis pada teori-teori ilmu ekonomi industri terdahulu. Pada awalnya ilmu ekonomi industri muncul sekitar tahun 1930-an. Ilmu ekonomi industri ini menjelaskan permasalahan dalam pasar. Menurut Jaya (2001), ekonomi industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi yang membantu menjelaskan mengapa pasar perlu diorganisasi dan bagaimana pengorganisasiaannya mempengaruhi cara kerja pasar industri. Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar, perilaku dan kinerja pasar. Menurut Hasibuan (1993), pengertian industri terbagi menjadi dua lingkup, yaitu mikro dan makro. Secara mikro, industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen atau barang-barang yang mempunyai sifat saling menggantikan (substitusi). Dari segi pembentukkan pendapatan yang cenderung bersifat makro, industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Industri merupakan kumpulan dari perusahaan yang sejenis. Definisi perusahaan atau usaha industri menurut Biro Pusat Statistik (BPS, 2002) adalah suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan

(22)

ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu dan mempunyai catatan administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seseorang atau lebih yang bertanggungjawab atas usaha tersebut. Industri merupakan suatu kegiatan proses pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi ataupun setengah jadi (BPS, 2002).

Istilah industri merujuk pada agregasi jumlah perusahaan dalam tingkat regional, nasional dan regional economic integration (free trade area, custom union, common market dan economic union). Dalam ekonomi industri yang menjadi salah satu teori dasar adalah pemahaman terhadap struktur, perilaku dan kinerja industri, faktor-faktor permintaan dan penawaran yang mempengaruhi industri serta kerangka kebijakan dalam industri dimana perusahaan tersebut berada.

Konsep-konsep industri sangat penting untuk diketahui dan dipahami. Konsep industri ini digunakan untuk mengurangi hubungan yang kompleks antara semua perusahaan yang terlibat dalam perekonomian menjadi suatu dimensi yang terkelola (manageable dimensions), memungkinkan untuk menurunkan suatu himpunan yang bersifat umum dimana kita dapat meramalkan tingkah laku kelompok yang saling bersaing yang merupakan pembentuk suatu industri serta memberikan kerangka analisis rintangan dan insentif masuk bagi perusahaan dalam suatu industri untuk mencapai keseimbangan output dan harga (Daryanto, 2004).

(23)

2.2 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri 2.2.1 Struktur Industri

Menurut Hasibuan (1993), pengertian struktur sering diidentikan dengan bentuk atau format tetapi untuk istilah struktur pasar disini adalah bentuk susunan. Struktur pasar merujuk pada jumlah dan ukuran distribusi perusahaan dalam pasar serta mudah atau sulitnya masuk dan keluar dari pasar. Struktur pasar ini menganalisis struktur pasar yang dipengaruhi berbagai faktor baik internal maupun eksternal dan juga mendeskripsikan karakteristik dan komposisi pasar dalam perekonomian. Pasar dapat diartikan sebagai suatu kelompok penjual dan pembeli yang saling bertransaksi, mempertukarkan barang yang dapat disubstitusikan. Melalui pengertian pasar inilah, struktur pasar dapat dinilai dan dikaji secara mendalam.

Dalam struktur pasar dapat dijelaskan mengenai tingkat konsentrasi industri, hambatan keluar masuk pasar, diferensiasi produk dan produk homogen, adanya interaksi antara penjual dan pembeli serta informasi mengenai harga dan lainnya. Hasibuan (1993) menjelaskan pula bahwa dalam struktur pasar terdapat elemen-elemen yang menjelaskan pangsa pasar, konsentrasi dan hambatan untuk masuk (barrier to entry).

a. Pangsa Pasar

Menurut Shepherd (1979), pangsa pasar menggambarkan besarnya tingkat penjualan relatif perusahaan, yaitu rasio antara besarnya penjualan perusahaan dengan total penjualan industri. Berikut ini disajikan jenis-jenis struktur utama pasar pada Tabel 3.

(24)

Tabel 3. Jenis-jenis Struktur Utama Pasar Ciri-ciri Monopoli Perusahaa

n Dominan Oligopoli Persaingan Monopolisti k Persainga n Murni Kondisi Utama Memiliki 100% pangsa pasar Menguasa i 50-100% pangsa pasar tanpa pesaing kuat Gabungan beberapa perusahaa n terkemuka yang pangsa pasarnya 60-100% Banyak peasaing yang efektif, tidak satupun memiliki lebih dari 10% pangsa pasar Lebih dari 50 pesaing yang tidak satupun memiliki pangsa pasar yang berarti Indeks Hirschman-Herfindahl (IHH) IHH = 1 0.25<IHH <1 0.01<IHH<0.18 0.01<IHH<0.1 IHH < 0.01 Jumlah

Produsen Satu Banyak Sedikit Banyak Sangat banyak Entry/ Exit

Barrier

Sangat

tinggi Tinggi Tinggi Rendah

Sangat rendah Tipe Produk Heterogen Heterogen Homogen atau

Heterogen Heterogen Homogen Kekuasaan

Menentukan

Sangat

besar Relatif Relatif Sedikit Tidak ada Persaingan

selain Harga Tidak ada Besar Besar Besar Tidak ada Informasi Sangat

terbatas Cukup terbuka Terbatas Cukup Terbuka Terbuka Profit Berlebih Berlebih Agak

berlebih Normal Normal

Efisiensi Kurang

baik Kurang baik Kurang baik Cukup Baik Baik Sumber : Alistair, 2004

Setiap perusahaan perlu mengetahui dengan pasti batas pasar operasi, artinya banyak pasar setiap jenis produk dari perusahaan tertentu perlu diketahui. Semua perusahaan memiliki pangsa pasarnya sendiri dan besarnya antara 0 sampai 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Ada hubungan antara pangsa

(25)

pasar dengan keuntungan karena dalam kenyataannya pangsa pasar merupakan tujuan dari setiap perusahaan, dengan demikian pangsa pasar merupakan gambaran keuntungan dari penjualan. Perusahaan dengan pangsa pasar yang baik akan meraih keuntungan dari penjualan produk. Pola pangsa pasar yang biasanya dijelaskan secara mendalam adalah empat perusahaan utama dari struktur pasar, yaitu monopoli, perusahaan dominan, oligopoli ketat dan persaingan ketat.

Pada pasar monopoli memiliki pangsa pasar 100 persen yang artinya satu produsen utama menguasai keseluruhan pangsa pasar. Jenis barang yang diproduksi sangat beragam sehingga dapat menghasilkan profit yang sangat besar. Dengan jumlah produsen yang hanya satu maka kekuasaan untuk menentukan keputusan sangat besar dipegang oleh perusahaan tersebut. Hambatan untuk masuk pasar sangat besar sehingga tingkat persaingannya sangat rendah dengan begitu pasar dapat dikatakan kurang efisien.

Dalam perusahaan dominan dapat diketahui bahwa satu pelaku usaha yang mendominasi pasar diantara beberapa atau banyak perusahaan dengan pangsa pasar 50-100 persen. Hambatan untuk masuk pasar cukup tinggi namun informasi yang dibutuhkan cukup terbuka untuk diperoleh. Pasar dominan mempunyai efisiensi yang kurang baik.

Pasar oligopoli merupakan gabungan beberapa perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60-100 persen. Barang yang dihasilkan dapat berupa satu jenis maupun beragam jenisnya. Hambatan untuk masuk pasar tinggi dan informasinya terbatas. Struktur pasar oligopoli kurang efisien walaupun tingkat persaingan selain harga cukup besar.

(26)

Pada pasar persaingan murni, lebih dari 50 pesaing yang tidak satupun memiliki pangsa pasar yang berarti. Dengan jumlah produsen yang sangat banyak karena hambatan untuk masuk pasar yang sangat rendah yang mengakibatkan para pesaing dengan mudah untuk keluar masuk pasar, para produsen memiliki profit yang normal dan efisiensi yang baik.

Dari penjelasan yang ada, dapat diketahui bahwa peranan pangsa pasar adalah sebagai sumber keuntungan bagi perusahaan. Menurut hipotesa umum menyatakan bahwa adanya hubungan antara pangsa pasar dengan tingkat keuntungannya. Konsep pasar mempunyai kaitan yang erat dengan penelitian ini, maka dari itu dalam penulisan ini dibahas sedikit mengenai pasar. Pasar merupakan kumpulan antara penjual dan pembeli yang saling mempertukarkan barang. Menurut Shepherd (1990) ”pasar” terbagi menjadi dua dimensi yaitu jenis produk dan area geografis. Pasar dibatasi oleh demand conditions dimana pengertiannya meliputi zona pilihan konsumen untuk barang tersebut.

b. Konsentrasi

Konsentrasi atau pemusatan merupakan gabungan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan oligopoli dimana mereka menyadari adanya saling ketergantungan. Kombinasi pangsa pasar perusahaan membentuk suatu tingkat pemusatan dalam pasar. Konsentrasi menunjukkan tingkatan dari oligopoli dimana pangsa pasar merupakan indikator tunggal yang menunjukkan tingkatan kekuatan monopoli dalam skala ordinal dimana membandingkan pangsa pasar yang lebih besar atau lebih kecil pada industri yang sama. Pangsa pasar yang lebih

(27)

tinggi besarnya mengarah pada kekuatan monopoli sedangkan pangsa pasar yang lebih kecil menunjukkan hal yang sebaliknya (Jaya, 2001).

Menurut Greer (1992), konsentrasi disebabkan oleh 5 faktor, yaitu : 1. Adanya kesempatan dan keberuntungan

2. Adanya penyebab teknis berupa : a. Besar pasar yang dimasuki b. Skala ekonomi

c. Kemudahan memperoleh sumber daya d. Tingkat pertumbuhan Pasar

3. Kebijakan pemerintah yang terdiri dari : a. Peraturan

b. Pemberian paten, lisensi, tarif dan kuota 4. Kebijakan usaha berupa :

a. Merger

b. Adanya predatory pricing/ exclusive dealing 5. Diferensiasi produk.

Indeks konsentrasi terbagi menjadi dua, yaitu indeks konsentrasi penuh dan indeks konsentrasi parsial. Indeks konsentrasi tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing.

1. Indeks Konsentrasi Penuh

Indeks konsentrasi penuh merupakan presentase pangsa pasar untuk keseluruhan perusahaan dalam satu industri.

(28)

Keterbatasan :

1. Terlalu membesar-besarkan peranan perusahaan kecil

2. Berbagai proposi pasar yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan terbesar diketahui, maka Indeks Herfindahl yang dihitung berdasarkan atas data ini hanya sedikit berbeda dengan indeks yang dihitung berdasarkan sumbangan seluruh perusahaan yang ada dalam industri tersebut.

Kelebihan :

Terletak pada kemampuannya untuk melihat ketidakseimbangan penyebaran skala perusahaan dalam suatu industri.

2. Indeks Konsentrasi Parsial

Indeks konsentrasi parsial merupakan presentase produksi, pangsa pasar atau ukuran-ukuran lainnya yang dikuasai oleh beberapa perusahaan besar dalam satu industri.

Keterbatasan :

Lebih menggambarkan perusahaan-perusahaan dominan dalam industri sehingga tidak dapat menunjukkan besarnya distribusi antar perusahaan.

Kelebihan :

Pengukuran dengan cara ini lebih relatif sederhana karena didukung oleh data-data yang tersedia.

c. Hambatan untuk Masuk (Barrierss to Entry)

Banyak pesaing bermunculan untuk berpacu dalam mencapai target keuntungan yang diinginkan dan merebut pangsa pasar. Persaingan yang terjadi adalah persaingan yang potensial dimana perusahan-perusahaan di luar pasar yang

(29)

mempunyai kemungkinan untuk masuk dan menjadi pesaing yang sebenarnya. Konsep persaingan potensial dan kemudahan untuk masuk merupakan intuisi sederhana serta telah lama digunakan. Hambatan-hambatan ini mencakup seluruh cara dengan menggunakan perangkat tertentu yang sama (contoh : paten, franchise) (Jaya, 2001). Pada intinya, hambatan untuk masuk mencakup segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kecepatan pesaing baru.

Menurut Shepherd (1979) ada tiga hal hambatan memasuki suatu pasar, yaitu : (1). Hambatan-hambatan timbul dalam kondisi pasar yang mendasar, baik dalam bentuk perangkat legal maupun dalam kondisi-kondisi berubah dengan cepat, (2). Hambatan yang terbagi dalam beberapa tingkatan yaitu hambatan rendah, sedang serta tinggi dan (3). Hambatan merupakan sesuatu yang kompleks.

Shepherd (1979) juga mengemukakan dua jenis hambatan, yaitu hambatan eksogen dan hambatan endogen. Hambatan eksogen merupakan hambatan untuk masuk ke dalam pasar yang bersifat dari luar perusahaan. Hambatan eksogen ini terdiri dari modal (capital requirements), skala ekonomi, diferensiasi produk, difersifikasi intensitas penelitian dan pengembangan, investasi yang besar dan integritas vertikal. Hambatan endogen dapat berupa kebijakan harga dari establish firm, strategi penguasaan produk, strategi penguasaan bahan baku, strategi pemasaran produk dan image dari loyalitas merek suatu produk itu sendiri.

2.2.2 Perilaku Industri

Perilaku biasanya mengacu pada tingkah laku (tindakan atau aksi) perusahaan dalam suatu pasar, keputusan yang mereka buat dan cara di mana keputusan itu dibuat (Daryanto, 2004). Menurut teori ekonomi industri, perilaku

(30)

industri menganalisis tingkah laku serta penerapan strategi yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya. Perilaku industri ini terlihat dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga dalam kebijaksanaan produk. Perilaku terbagi menjadi tiga jenis antara lain, perilaku dalam strategi harga, perilaku dalam strategi produk dan perilaku dalam strategi promosi.

Dalam perilaku pasar dapat dijelaskan mengenai harga dan jumlah yang ditetapkan oleh perusahaan, kolusi dan persaingan yang terjadi antara perusahaan, diskriminasi harga, diferensiasi produk, pengeluaran iklan dan promosi serta pengeluaran riset dan pengembangan.

2.2.3 Kinerja Industri

Hasibuan (1993) mengemukakan bahwa kinerja pasar atau industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. Menurut para ekonom, kinerja pasar biasanya memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam distribusi.

a. Efisiensi

Efisiensi adalah menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu. Baik secara kuantitas fisik maupun nilai ekonomis (harga). Efisiensi terdiri dari dua kategori, yaitu efisiensi internal dan efisiensi pengalokasian. Efisiensi internal biasanya menggambarkan perusahaan yang dikelola dengan baik, menggambarkan usaha yang maksimum dari para pekerja dan menghindari kejenuhan dalam pelaksanaan jalannya perusahaan. Sedangkan efisiensi alokasi menggambarkan sumber daya ekonomi yang

(31)

dialokasikan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikkan nilai dari output.

b. Kemajuan Teknologi

Melalui penemuan dan pembaharuan teknologi, orang dapat membuat suatu karya yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang yang telah ada. Kemajuan teknologi dapat berpengaruh pada produksi, biaya dan harga (Jaya, 2001).

c. Keadilan (Equity)

Keadilan dalam pendistribusian sangat erat kaitannya dengan efisiensi dalam pengalokasian. Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan. Kesejahteraan dan pendapatan berkaitan dengan nilai uang. Kesempatan berkaitan dengan peluang yang dimiliki setiap orang.

Kinerja pasar atau industri dapat juga dilihat dari pola keuntungan yang didapat dari perusahaan-perusahaan dalam industri. Pola keuntungan ini digambarkan melalui Price-Cost Margin (PCM).

2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

Dalam teori ekonomi industri dijelaskan suatu pola yang disebut structure-conduct-performance. Perekonomian di suatu negara tersusun dari kumpulan pasar-pasar individual yang berjumlah banyak, dimana masing-masing pasar tersebut memiliki ciri-ciri tersendiri, baik dari segi struktur, perilaku ataupun kinerjanya. Penting sekali untuk memperhatikan struktur, perilaku dan kinerja

(32)

dalam hal memahami kerumitan yang terjadi di pasar terutama pada pasar oligopoli. Pada pola tersebut, struktur pasar suatu industri diasumsikan mempengaruhi tingkah laku perusahaan yang ada di dalamnya dan pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja. Dalam metode structure-conduct-performance terdapat empat komponen, yaitu :

a. Kondisi dasar (Basic condition) yang menggambarkan kondisi permintaan dan kondisi penawaran suatu produk.

b. Struktur pasar (Market structure) menganalisis berbagai faktor internal dan eksternal dari suatu pasar, baik itu ukuran distribusi dari perusahaan (pangsa pasar dan konsentrasi), rintangan masuk keluar pasar maupun elemen-elemen lainnya.

c. Perilaku pasar (Market conduct) menganalisis tingkah laku perusahaan dalam suatu pasar, serta pengambilan keputusan yang mereka buat meliputi kerjasama dengan pesaing, staretegi melawan pesaing dan advertensi.

d. Kinerja pasar (Market performance) berhubungan dengan efisiensi dalam pengalokasian, kemajuan teknologi serta keseimbangan dalam distribusi.

Pola hubungan struktur-perilaku-kinerja dapat dibagi menjadi beberapa pandangan yaitu, pandangan Klasik, pandangan Chicago UCLA School, pandangan Behaviourist dan pandangan Potensial Competition. Pandangan klasik menerangkan bahwa struktur pasar mempengaruhi perilaku dan pada akhirnya perilaku akan mempengaruhi kinerja. Pandangan Chicago UCLA School menyatakan bahwa tingkat efisiensi relatif suatu perusahaan merupakan salah satu faktor penentu posisi perusahaan di dalam pasar dan perilaku perusahaan yang

(33)

mampu berproduksi lebih efisien dalam menghasilkan profit yang besar. Pandangan Behaviourist menerangkan bahwa perilaku perusahaan merupakan determinan yang lebih kuat dibandingkan dengan struktur. Pandangan Potential Competition merupakan pandangan baru mengenai pola struktur-perilaku-kinerja yang dijelaskan melalui teorinya Baumol (1982) mengenai contestable market.

Menurut teori Struktur-Perilaku-Kinerja terdapat suatu hubungan antara struktur dan kinerja industri. Berikut ini digambarkan keterkaitan antara struktur pasar melalui tingkat konsentrasi dan kinerja perusahaan yang berpengaruh pada profit perusahaan.

Tabel 4. Keterkaitan Tingkat Konsentrasi Pasar dengan PCM PCM

Tinggi Rendah

Tinggi Teori kekuasaan pasar/ hipotesis efisiensi Contestable Market/ inefisiensi CR/ HHI

Rendah Hipotesis efisiensi Teori kekuasaan/ inefisiensi Sumber : Nurdianto, 2004

Pada Tabel 4, dijelaskan bahwa jika PCM dan tingkat konsentrasi tinggi, maka teori yang berlaku di sini adalah teori kekuasaan pasar atau hipotesis efisiensi. Apabila PCM tinggi dan tingkat konsentrasi rendah maka menunjukkan hipotesis efisiensi saja yang berlaku. PCM rendah dan tingkat konsentrasi tinggi menyebabkan contestable market dan inefisiensi yang artinya teori kekuasaan pasar dan hipotesis efisiensi tidak berlaku. PCM dan tingkat konsentrasi rendah maka teori kekuasaan pasar berlaku dan terjadinya inefisiensi dalam industri. Yang dimaksud dengan teori kekuasaan pasar di sini adalah adanya kekuasaan pasar pada tingkat konsentrasi yang tinggi yang menyebabkan perolehan keuntungan yang semakin besar. Hipotesis efisiensi menyatakan bahwa

(34)

perusahaan yang efisien, efektif serta inovatif yang mampu meningkatkan konsentrasi suatu perusahaan dan meraih keuntungan besar.

Kondisi dasar merupakan aspek-aspek pembentuk jenis pasar atau industri. Kondisi pasar menggambarkan suatu pasar dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Sisi penawaran meliputi bahan baku, teknologi, ketahanan produk, nilai atau berat, sikap bisnis dan organisasi buruh. Faktor-faktor yang ada dalam sisi permintaan adalah elastisitas, tingkat pertumbuhan, substitusi, tingkat pemasaran, cara pembelian dan sifat-sifat siklis dan musiman.

Dalam struktur pasar dapat dilihat jumlah pembeli, skala pembeli, diferensisi produk, kondisi entry, konglomerasi, jumlah penjual, kondisi ongkos, integrasi vertikal, integrasi horizontal serta organisasi buruh. Perilaku dapat dijelaskan melalui strategi harga, strategi produk, paksaan, taktik legal, advertensi serta penelitian dan inovasi. Kinerja industri dinilai dari efisiensi alokatif, efisiensi teknis, kemajuan teknologi, pemerataan, kualitas produk, kesempatan kerja dan profit (Gambar 1). Kinerja perusahaan susu dapat digambarkan oleh PCM.

Adapun sekilas gambaran mengenai pendekatan structure-conduct-performance pasar berikut pada Gambar 1.

(35)

Kondisi Dasar Sisi Permintaan Elastisitas Tingkat Pertumbuhan Substitusi Tipe Pemasaran Cara Pembelian

Sifat-sifat Siklis dan Musiman

Sisi Penawaran Bahan Baku Teknologi Ketahanan Produk Nilai atau Berat Sikap Bisnis Organisasi Buruh Struktur Jumlah Pembeli Skala Pembeli Diferensiasi Produk Kondisi Entry Konglomerasi Jumlah Penjual Kondisi Ongkos Integrasi Vertikal Integrasi Horizontal Organisasi Buruh Perilaku Strategi Harga Strategi Produk Paksaan Taktik Legal Advertensi Penelitian dan Inovasi

Kinerja Efisiensi Alokatif Efisiensi Teknis Pemerataan Kemajuan Teknologi Kualitas Produk Kesempatan Kerja Profit Sumber : Scherer, 1974

(36)

2.4 Kerangka Konseptual

Perkembangan industri susu akan dipengaruhi beberapa faktor yaitu, era globalisasi dan perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Era Globalisasi berhubungan dengan kemajuan teknologi dan pasar bebas dimana terjadinya persaingan usaha tanpa hambatan-hambatan pasar yang dibatasi tarif ataupun beberapa peraturan lainnya. Perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap produk susu turut mempengaruhi perkembangan industri susu dimana perubahan pola konsumsi masyarakat yang sudah maju mendorong kinerja industri susu untuk tumbuh dan berkembang lebih baik lagi. Berikut ini digambarkan bagan kerangka konseptual dari industri susu.

Gambar 2. Bagan Kerangka Konseptual Struktur

Pangsa Pasar Konsentrasi Hambatan Masuk

Perilaku Strategi Harga dan Produk

Strategi Promosi

Kinerja Price Cost Margin Efisiensi

Utilisasi kapasitas produksi

Persaingan pada Industri Susu di Indonesia Globalisasi

Pasar Bebas

Kemajuan Teknologi Pola Konsumsi dan

Permintaan Susu

(37)

Tingkat keuntungan merupakan motivasi dasar dari perusahaan, maka tingkat keuntungan merupakan salah satu ukuran dalam mengukur kinerja suatu perusahaan. Keberhasilan meningkatkan kinerja akan berpengaruh pada keuntungan yang diraih oleh suatu perusahaan, sehingga antara struktur dan kinerja akan berhubungan satu sama lain. Pada akhirnya hal tersebut akan mempengaruhi perilaku perusahaan yang terjadi dalam persaingan usaha perusahaan susu.

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Setiawan (1992) tentang Analisis Pengembangan Produk Baru Susu Bubuk Instan ”Alpha”. Hasil penelitian Setiawan (1992) menyimpulkan bahwa variabel-variabel yang dipertimbangkan responden dalam memilih dan membeli susu bubuk instan diperoleh melalui kualitas produk, distribusi produk, harga susu serta program promosi dari produk susu itu sendiri, hasil penilaian dari variabel mengenai keputusan untuk memproduksi produk susu bubuk ”Alpha” adalah harga murah, rasa susu biasa dan kekentalan, kelarutan dan nutrisi bagus. Model yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah Analytic Hierarchis Process (AHP).

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Wihanasari (1993) mengenai Analisis Pengadaan Bahan Baku dan Nilai Tambah Pengolahan Susu pada PT Australia Indonesian Milk Industries, Jakarta. Hasil kesimpulan penelitian Wihanasari (1993) adalah bahan baku yang digunakan PT Indomilk adalah susu segar, susu bubuk skim dan lemak susu, dari analisis nilai tambah diketahui jenis susu olahan

(38)

yang memberikan nilai tambah dan keuntungan terbesar per kilogram bahan baku adalah susu pasteurisasi serta pola kebutuhan susu segar dan susu bubuk skim di PT Indomilk cenderung meningkat setiap tahunnya dengan kecenderungan peningkatan pemakaian susu segar lebih besar daripada susu bubuk skim. Model yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah Analisis Peramalan, Analisis Pengendalian Persediaan serta Analisis Nilai Tambah (Metode Hayami).

Penelitian Rahmad (1993) tentang Strategi Bauran Produk dan Bauran Harga dalam Pemasaran Susu Pateurisasi pada PT Australia Indonesian Milk Industries. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmad (1993) menyimpulkan bahwa pengembangan produk melalui diversifikasi dan pengembangan kegunaan, peranan strategi harga untuk meningkatkan pangsa pasar kurang begitu ditekankan karena persaingan yang terjadi di pasar adalah persaingan non harga, harga yang ditetapkan PT Indomilk adalah harus di atas harga pesaing untuk mengembangan citra produk yang bermutu tinggi serta peningkatan kegunaan susu pasteurisasi dilakukan untuk menerobos pasar yang belum dijangkau. Metode analisis data yang digunakan adalah Metode Tabulasi Langsung serta model yang digunakan dalam penelitian adalah Analisis Titik Impas (Break Event Point).

Kusuma (1997) melakukan penelitian tentang Ekspor-Impor Susu Olahan Indonesia di Pasaran Internasional. Hasil penelitian Kusuma (1997) menyimpulkan bahwa ekspor produk susu dalam laju pertumbuhan volume dan nilai ekspor berfluktuasi dari tahun ke tahun dan cenderung menurun, impor susu dalam laju pertumbuhan volume dan nilai impor cenderung stabil, penduduk daerah pedesaan dan perkotaan paling banyak mengkonsumsi susu kental manis

(39)

serta pemasaran produk susu olahan memiliki prospek cukup baik di pasar domestik.

Penelitian selanjutnya Primaswari (2001) tentang Optimalisasi Produksi Susu Kental Manis pada PT Friesche Vlag Indonesia, Jakarta. Dalam penelitian Primaswari (2001) menyimpulkan bahwa dari semua susu segar yang akan diolah oleh PT FVI mengalami proses pasteurisasi, tingkat produksi susu kental manis pada PT FVI selama periode Februari-April 2000 belum optimal dan dengan berproduksi pada tingkat optimalnya, PT FVI dapat memperoleh pendapatan yang lebih tinggi daripada kondisi aktualnya.

Ada beberapa perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian yang dilakukan Setiawan (1992), Wihanasari (1993), Rahmad (1993), Kusuma (1997) dan Primaswari (2001) menggunakan variabel, metode analisis dan tujuan penelitian yang berbeda dengan penulis dimana penulis menggunakan variabel PCM, CR4, produktivitas, efisiensi-X dan growth serta metode analisis yang digunakan adalah metode analisis struktur, perilaku dan kinerja industri. Tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah untuk menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri susu di Indonesia serta menganalisis hubungan antara struktur dan kinerja industri susu di Indonesia. Terdapat persamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian penulis adalah mempunyai kesamaan dalam meneliti produk susu dari perusahaan susu, tetapi penulis lebih meneliti produk susu secara global yang dihasilkan dari seluruh perusahaan dalam industri susu.

(40)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder time series (data deret waktu) tahun 1983-2002. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Departemen Perdagangan, Departemen Perindustrian, CIC Consulting, Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI), beberapa perpustakaan dan hasil penelitian terdahulu. Data yang diolah adalah data Rasio Konsentrasi Empat (CR4) perusahaan terbesar, produktivitas, X-efisiensi biaya serta growth (tingkat pertumbuhan barang).

3.2 Metode Analisis

Model analisis yang digunakan untuk meneliti perkembangan industri susu di Indonesia adalah dengan menggunakan pendekatan Struktur-Perilaku-Kinerja. 3.2.1 Analisis Struktur (Structure) Industri

Untuk mengetahui struktur industri susu di Indonesia digunakan alat analisis Rasio Konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4). Rasio konsentrasi

yang standar memerlukan data mengenai ukuran pasar secara keseluruhan dan ukuran perusahaan-perusahaan yang memimpin pasar terutama empat perusahaan terbesar yang menguasai pasar. Untuk mengetahui rasio konsentrasi, terlebih dahulu menghitung pangsa pasar. Pangsa pasar adalah perbandingan jumlah penjualan dari perusahaan susu terbesar terhadap total penjualan industri susu di

(41)

Indonesia. Rasio Konsentrasi adalah penjumlahan dari konsentrasi empat perusahaan terbesar. 4 CR4 = ∑ msi (1) i = 1 Keterangan :

CR4 : Rasio kosentrasi empat perusahaan terbesar susu di Indonesia msi : Persentase pangsa pasar dari perusahaan ke-i

Dalam mengikuti perkembangan industri, dapat dilihat juga melalui hambatan masuk pasar. Yang dimaksud dengan hambatan masuk pasar dapat dilihat dengan banyak pesaing bermunculan untuk berpacu dalam mencapai target keuntungan yang diinginkan dan merebut pangsa pasar. Persaingan yang terjadi adalah persaingan yang potensial dimana perusahan-perusahaan di luar pasar yang mempunyai kemungkinan untuk masuk dan menjadi pesaing yang sebenarnya. Dengan adanya kesempatan dan peluang dalam melakukan usaha bisnis memungkinkan banyak perusahaan baru yang masuk untuk menguasai pasar. Untuk melihat hambatan masuk ini adalah dengan mengukur skala ekonomis melalui output perusahaan.

MES = Output perusahaan terbesar (2) Output Total

(42)

3.2.2 Analisis Perilaku (Conduct) Industri

Analisis deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran secara mendalam dan obyektif mengenai perilaku industri susu di Indonesia berdasarkan observasi atas data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui survei dan penelitian kepustakaan. Dalam perilaku dibahas secara selintas adanya diferensiasi produk yang terjadi pada perusahaan susu mengenai produk yang bervariasi yang terdiri dari produk baru dan produk yang sudah ada dan analisis terhadap peranan advertensi.

Proses observasi yang dilakukan dengan mengambil contoh empat perusahaan susu yang mempunyai pangsa pasar terbesar. Ada tiga komponen utama yang akan diteliti, yaitu :

1. Persaingan harga jual antara perusahaan susu. 2. Jenis produk barang yang ditawarkan.

3. Promosi penjualan barang.

3.2.3 Analisis Kinerja (Performance) Industri

Analisis kinerja yang dilakukan untuk menganalisis kinerja industri susu adalah dengan menggunakan model Price Cost Margin (PCM). PCM ini digunakan untuk mengetahui hubungan struktur pasar terhadap kinerja perusahaan. Adapun kajian mengenai variabel-variabel bebas adalah sebagai berikut :

PCM = Nilai tambah – upah (1) Nilai barang yang dihasilkan

(43)

4

Pangsa Pasar (CR4) = ∑ msi (2)

i = 1

Produktivitas = Nilai Output (3) Nilai Input Tenaga Kerja

Efisiensi-X = Nilai tambah industri (4) Nilai Input

Growth = Nilai barang dihasilkan tahun t – nilai barang dihasilkan tahun t – 1 (5)

Nilai barang dihasilkan tahun t – 1

Persamaan yang akan diestimasi adalah :

PCMt = bo + b1CR4t + b2Prodt +b3XEfft +b4Growtht+ Ut

Keterangan :

PCM = Proksi keuntungan perusahaan (persen)

CR4 = Konsentrasi empat perusahaan susu terbesar (persen)

Prod = Produktivitas (persen) XEff = Extra Efisiensi (persen)

Growth = Tingkat pertumbuhan barang (persen) U = Unsur sisa (galat)

bo = Intersep, merupakan besaran parameter

b1, b2, b3, b4 = Nilai dugaan besaran parameter.

t = tahun ke-t

Price Cost Margin (PCM) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja industri susu. Four Concentration Ratio (CR4) adalah alat untuk

mengukur besarnya konsentrasi penjualan empat perusahaan terbesar dalam total pendapatan penjualan dari industri susu. Produktivitas (Prod) adalah perbandingan antara nilai output dan nilai input tenaga kerja. Extra Efisiensi (XEff) merupakan kemampuan industri susu untuk menghasilkan nilai tambah terhadap biaya input

(44)

perusahaan. Efisiensi ini biaya diukur dengan menggunakan perbandingan antara nilai tambah industri dengan biaya input. Growth adalah pertumbuhan nilai barang yang dihasilkan.

3.2.4 Uji Statistik dan Ekonometrika

Analisis ini menggunakan metode statistik. Pengujian-pengujian yang dilakukan menggunakan uji statistik terhadap model penduga melalui uji F dan pengujian untuk parameter-parameter regresi melalui uji t serta melihat berapa persen variabel bebas yang dijelaskan oleh variabel-variabel bebas terikatnya melalui koefisien determinan (R2). Uji ekonometrika yang digunakan adalah uji autokorelasi, uji multikolinear, serta uji heteroskedastisitas. Sebelum semua pengujian dilakukan maka dilakukan terlebih dahulu uji stasioner terhadap data time series untuk menghindari terjadinya regresi palsu. Pengujian stasioner ini dapat dilakukan melalui uji unit root yang dilakukan dengan bantuan komputer. a. Uji F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi. Uji F ini juga dapat diartikan pengujian yang digunakan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependennya.

Hipotesis :

H0 : b1 = b2 = ... = bi = 0 (tidak ada variabel independen yang berpengaruh

terhadap variabel dependen)

H1 : minimal ada salah satu bi ≠ 0 (ada variabel independen yang berpengaruh

(45)

Kriteria uji :

Probability F-Statistic < taraf nyata (), maka tolak H0 dan simpulkan minimal

ada variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya.

Probability F-Statistic > taraf nyata (), maka terima H0 dan simpulkan tidak ada

variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya. b. Uji t

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat signifikan variabel bebas atau untuk menguji secara statistik apakah regresi dari masing-masing variabel independen yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen.

Hipotesis :

H0 : b1 = b2 = ... = bi = 0 (variabel independen-i tidak mempengaruhi variabel

dependen)

H1 : bi ≠ 0 atau bi < 0 atau bi > 0 (variabel independen-i mempengaruhi variabel

dependen) Kriteria uji :

Probability t-statistic < , maka tolak H0 dan simpulkan variabel independen-i

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya.

Probability t-statistic > , maka terima H0 dan simpulkan bahwa variabel

independen-i tidak mempengaruhi variabel dependennya secara signifikan. c. Uji Autokorelasi

Suatu model dikatakan baik jika telah memenuhi asumsi tidak terdapat gejala autokorelasi. Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah hasil

(46)

estimasi model tidak mengandung korelasi serial di antara disturbance term. Pada program E-Views, uji autokorelasi dilakukan dengan melihat probability Obs*R-squared pada uji Breusch-Godfrey Correlation LM.

Hipotesis : H0 : ρ = 0

H1 : ρ ≠ 0

Kriteria Uji :

Probability Obs*R-Squared < , maka tolak H0

Probability Obs*R-Squared > , maka terima H0

Jika H0 ditolak maka terjadi autokorelasi (positif atau negatif) dalam model.,

sebaliknya jika H0 diterima maka tidak ada autokorelasi dalam model.

d. Uji Heteroskedastisitas

Suatu fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas (tidak terjadi heteroskedastisitas) atau memenuhi ragam error yang sama. Gejala adanya heteroskedastisitas dapat ditujukan oleh probability Obs*R-Squared pada uji White Heteroskedastisitas.

Hipotesis : H0 : μ = 0

H1 : μ ≠ 0

Kriteria uji :

Jika H0 ditolak, maka terdapat gejala heteroskedastisitas pada model. Sebaliknya

(47)

e. Uji Multikolinearitas

Asumsi lainnya yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat gejala multikolinearitas di dalam suatu model regresi, yaitu adanya kolerasi yang kuat pada sesama variabel bebas (eksogen). Uji Multikolinearitas ini dilakukan dengan melihat koefisien korelasi antar variabel eksogen yang terdapat pada matriks korelasi. Jika terdapat korelasi yang lebih besar dari І0.8І, maka terdapat gejala multikolinearitas.

3.3 Definisi Operasional

Analisis Struktur Perilaku Kinerja menggunakan berbagai macam variabel yang didefinisikan antara lain :

1. Concentration Ratio (CR4) merupakan alat untuk mengukur besarnya

konsentrasi penjualan empat perusahaan terbesar dalam total pendapatan penjualan dari industri susu.

2. Produktivitas merupakan produktivitas yang dihasilkan oleh industri susu. 3. Extra Efisiensi (XEff) merupakan kemampuan industri susu untuk

menghasilkan nilai tambah terhadap biaya input perusahaan. Efisiensi ini biaya diukur dengan menggunakan perbandingan antara nilai tambah industri dengan biaya input.

(48)

Terdapat istilah-istilah yang terkait dalam pengolahan data menurut Biro Pusat Statistik (2002) antara lain :

1. Input adalah biaya antara dalam proses industri yang berupa biaya bahan baku, bahan bakar, barang lainnya di luar bahan baku atau bahan penolong, jasa industri, sewa gedung dan biaya jasa non industri.

2. Output adalah nilai keluaran yang dihasilkan dari proses kegiatan industri yang berupa barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, jasa industri, keuntungan jual beli, penambahan stok barang setengah jadi dan penerimaan lain.

3. Value Added adalah besarnya output dikurangi besarnya nilai input.

4. Produktivitas adalah output dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang dibayar atau value added dibagi dengan jumlah tenaga kerja yang dibayar.

(49)

IV. GAMBARAN INDUSTRI SUSU DI INDONESIA

Perkembangan industri susu di Indonesia sudah cukup berkembang pesat, hal ini dapat diketahui melalui banyak perusahaan susu yang terlibat di dalamnya. Industri susu di Indonesia terdiri dari banyak perusahaan susu yang cukup kompeten untuk bersaing.

4.1 Sejarah Industri Susu di Indonesia

Perkembangan industri susu di Indonesia yang sudah cukup lama berawal dari berdirinya PT Sari Husada pada tahun 1954 di Indonesia. PT Sari Husada ini berdiri karena adanya kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Unicef (PBB) sebagai perwujudan dari program bantuan sosial dunia bagi negara-negara yang sedang berkembang dengan nama perusahaan NV Saridele.

Berikutnya pada tahun 1967, berdirilah perusahaan susu yang bernama PT Australia Indonesia Milk Industry (PT Indomilk). Pada mulanya, perusahaan ini berdiri karena adanya kerjasama antara Australia dengan Indonesia dalam bentuk usaha patungan (joint venture). PT Indomilk ini merupakan pioneer industri susu yang menghasilkan jenis Susu Kental Manis (SKM) di Indonesia.

Kedua perusahaan susu ini berkembang baik di Indonesia dengan diikuti oleh berdirinya perusahaan susu lainnya. Berdirinya perusahaan-perusahaan susu di Indonesia cukup mempengaruhi pasar dalam negeri dan tingkat gizi masyarakat. Pada kenyataannya, Indonesia yang mempunyai jumlah penduduk lebih dari 200 juta jiwa, mempunyai pasar yang cukup potensial untuk memproduksi komoditi susu. Potensi pasar yang besar ini mendorong perusahaan-

(50)

perusahaan masuk ke dalam sektor industri susu. Menurut CIC Consulting (2005), ada 34 perusahaan yang berdasarkan produksi dan kepemilikan merek dapat dikategorikan ke dalam empat kelompok, yaitu perusahaan produsen pemegang merek (18 perusahaan), perusahaan pemegang merek non produsen (6 perusahaan), perusahaan pabrikan (4 perusahaan) dan perusahaan importir murni (6 perusahaan).

Tabel 5. Perusahaan dalam Industri Susu, 2004

Kelompok Nama Perusahaan

1. Produsen Pemegang Merek

1. PT Cita Nasional

2. PT Danone Dairy Indonesia 3. PT Diamond Cold Storage 4. PT Fajar Taurus

5. PT Friesche Flag Indonesia 6. PT Gizindo Prima Nusantara

7. GKSI (PT Industri Susu Alam Murni) 8. PT Greenfields Indonesia

9. PT Indomilk

10. Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) 11. PT Mirota KSM

12. PT Nestle Indonesia 13. PT Netania Kasih Karunia 14. PT Nutricia Indonesia Sejahtera 15. PT Nutrifood Indonesia

16. PT Shangyang Perkasa 17. PT Sari Husada

18. PT Ultra Jaya Milk Industry 2. Produsen Non

Pemegang Merek

1. PT Foremost Indonesia 2. PT Indolakto

3. PT Sugizindo 4. PT Ultrindo Inti Jaya 3. Pemegang Merek Non

Produsen

1. PT Abbot Indonesia

2. PT Mead Johnson Indonesia 3. PT New Zealand Milk Indonesia 4. PT Tempo Scan Pasifik

5. PT Tiga Raksa Satria 6. PT Wyeth Indonesia 4. Perusahaan Importir

Murni

1. PT Madusari Nusa Persada 2. PT Mexindo Mitra Perkasa 3. PT Panen Lestari Utama 4. PT Protara Boga Indonesia 5. PT Sukanda Jaya

6. PT Tri Cipta Candra

(51)

Pada Tabel 5, perusahaan produsen pemegang merek merupakan perusahaan yang memiliki fasilitas produksi susu, termasuk perusahaan merek yang mengemas produknya di Indonesia. Beberapa perusahaan lainnya adalah PT Friesche Flag Indonesia, PT Indomilk, PT Ultra Jaya Milk Industry dan PT Nestle Indonesia. Dari perusahaan-perusahaan tersebut, beberapa diantaranya mampu menghasilkan produk susu jenis susu cair, susu bubuk dan SKM. Dan perusahaan lainnya hanya mengkhususkan pada satu jenis susu saja.

Perusahaan produsen non pemegang merek adalah perusahaan yang hanya memproduksi susu untuk perusahaan lain dan tidak memiliki merek dagang. Perusahaan yang berjumlah empat perusahaan ini beralifiasi dengan perusahaan pemegang merek dagang yang sudah exist. PT Indolakto dan PT Ultrindo beralifiasi dengan PT Indomilk, PT Foremost Indonesia beralifiasi dengan PT Friesche Flag Indonesia, PT Sugizindo beralifiasi dengan PT Sari Husada (CIC Consulting, 2005).

Kelompok ketiga adalah perusahaan pemegang merek non produsen yaitu perusahaan yang memproduksi produknya di perusahaan lain dengan sistem sewa produksi (makloon) dan atau yang mengimpor produknya dari mancanegara. Perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam kelompok ini terdiri dari enam perusahaan.

Kelompok terakhir adalah perusahaan importir murni. Perusahaan ini adalah perusahaan importir umum yang mengimpor dan memasarkan produk susu. Perusahaan jenis ini terdiri dari enam perusahaan.

(52)

4.2 Gambaran mengenai Produk Susu di Indonesia 4.2.1 Gambaran Produk Susu

Susu merupakan produk bahan pangan pelengkap yang bergizi tinggi. Selain itu, susu juga merupakan salah satu sumber pembangun tubuh dan sumber energi baik itu untuk kesehatan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Dalam slogan ”Empat Sehat Lima Sempurna” dikatakan bahwa susu merupakan unsur kelima dari kelengkapan gizi masyarakat.

Berdasarkan Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM), susu olahan adalah produk lanjutan dari susu segar yang mengalami proses penambahan atau pengurangan komponen, juga boleh ditambah dengan bahan tambahan makanan lain. Selain itu, susu juga mengalami proses pemanasan atau pendinginan, iradiasi atau perlakuan fisik lainnya.

Menurut Ressang dan Nasution dalam Primaswari (2001) dikatakan bahwa susu merupakan bahan makanan yang paling sempurna karena beberapa hal yaitu : (1). Air susu mengandung hampir semua zat-zat gizi yang diperlukan oleh badan. (2). Perbandingan sempurna dari kadar-kadar zat gizi terdapat dalam susu. (3). Zat gizi yang diperlukan dapat dicerna dan diabsorbsi secara sempurna oleh tubuh. (4). Protein dan lemak dalam susu bermutu lebih tinggi daripada protein dan lemak dalam bahan makanan lain. Susu merupakan hasil produk pertanian yang bersifat jumlah dan kualitas berubah, ’bulky’ yang berarti memerlukan penanganan transfer dan pergudangan besar serta ’perisable’ berarti memerlukan penanganan dan biaya proses yang mahal, demand hasil pertanian adalah relatif

(53)

inelastis sehingga menimbulkan ketidakstabilan harga produk (Tousley dalam Primaswari, 2001).

Sifat susu yang mudah rusak memerlukan tindakan pengamanan susu. Susu perlu mengalami proses perubahan menjadi susu olahan karena susu segar tidak awet dalam penyimpananya. Susu segar mudah sekali basi karena susu segar ini terdiri dari air, kandungan susu, lemak serta bakteri. Bakteri yang berkembang inilah yang menyebabkan kontraksi antara bakteri dengan udara terbuka. Hal ini menyebabkan susu menjadi mudah basi (Setiawan, 1992). Oleh karena itu, agar susu menjadi tahan lama maka susu harus dijaga keawetannya melalui pengolahan susu yang khusus. Pengolahan susu ini dilakukan dengan menggunakan teknologi. Teknologi pengolahan susu merupakan perpaduan antar penerapan ilmu-ilmu dasar dengan ketekhnikan disertai pertimbangan ekonomi dan kesehatan untuk penanganan pasca panen, pengawetan dan pengolahan susu dari sejak dipanen hingga menjadi komoditi yang siap dikonsumsi (Primaswari, 2001). Menurut pertimbangan-pertimbangan di atas dapat dijelaskan tujuan operasional pengolahan susu antara lain : (1). Mengurangi kerugian ekonomi dengan mengadakan perlindungan produk, (2). Menciptakan nilai tambah (value added) pada produk susu, (3). Menyediakan bahan pangan bergizi tinggi untuk masyarakat, (4). Melindungi konsumen terhadap hal-hal yang merugikan dan (5). Meningkatkan kepraktisan dalam penyimpanan bagi konsumen.

(54)

Menurut CIC Consulting (2005), secara garis besar produk susu olahan terbagi menjadi dua, antara lain :

1. Susu Setengah Jadi

Susu setengah jadi terdiri dari : Skim milk powder, Anhydrous milk fat dan Whole milk powder. Ketiga jenis susu ini merupakan jenis susu yang belum bisa dikonsumsi secara langsung oleh konsumen.

Dalam memproduksi produk susu setengah jadi ini digunakan teknologi yang modern. Dari tahun ke tahun perkembangan teknologi pembuatan susu semakin maju sehingga produk susu setengah jadi sudah dapat diproduksi secara langsung oleh industri pengolahan susu di Indonesia. Misalnya dalam pembuatan Susu Kental Manis (SKM) dan susu cair dapat dibuat dari susu segar sebagai bahan bakunya.

2. Susu Olahan Jadi

Berdasarkan bentuknya susu olahan jadi terbagi menjadi tiga jenis yaitu :

a. Susu Kental yang terdiri dari susu evaporasi dan Susu Kental Manis (SKM).

b. Susu Bubuk yang terdiri dari susu formulasi untuk bayi, susu formulasi untuk bayi lanjutan, susu formulasi spesialisasi dan susu full cream.

(55)

Pada pasar susu di Indonesia, produk susu terdiri dari bermacam-macam, beberapa diantaranya yaitu :

1. Susu Kental

Susu kental merupakan produk hasil pengolahan susu yang diperoleh dengan cara mengurangi (menguapkan) kandungan air susu sehingga kandungan air susu hanya sekitar 40 persen. Dengan kadar ini susu dapat disimpan tahan lama dengan keadaan baik. Apabila hendak diminum, susu kental ini harus dicairkan dengan air panas atau air hangat (Prameswari, 2001). Menurut Hadiwiyoto dalam Prameswari (2001), ada beberapa jenis susu kental antara lain :

a. Susu kental tidak manis (evaporated milk), yaitu susu yang diperoleh dengan cara menguapkan sebagian kandungan airnya.

b. Susu kental manis (sweetened condensed milk) merupakan susu kental yang diberi tambahan gula. Biasanya susu ini ditambahkan sirup sebanyak 65 persen atau sirup gula yang diberi laktosa. Kandungan gula sekitar 42 persen. Menurut CIC Consulting (2005), definisi Susu Kental Manis (SKM) adalah produk susu yang berbentuk cairan kental yang diperoleh dengan menghilangkan sebagian air dari susu segar yang telah ditambah gula atau hasil arekonstitusi susu bubuk berlemak penuh atau hasil rekombinasi susu bubuk tanpa lemak dengan susu lemak nabati dengan penambahan gula, dengan atau tanpa penambahan bahan tambahan makanan dan bahan lain yang diinginkan.

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Total Konsumsi Susu Tahun 2000-2004  Konsumsi (Setara Kiloliter Susu Segar)  Jenis  2000 2001 2002 2003  2004  d(%)  %  Cair  SKM  Bubuk    79 120,13 177 547,36 799 293,84  84 736,02  189 872,32 853 994,63  89 622,69  208 541,60 916 1
Tabel 2. Perkembangan Konsumsi Susu Nasional Tahun 1998-2001  Tahun  Jumlah Penduduk
Tabel 3. Jenis-jenis Struktur Utama Pasar  Ciri-ciri Monopoli  Perusahaa
Tabel 4. Keterkaitan Tingkat Konsentrasi Pasar dengan PCM  PCM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah hasil tangkapan bubu dasar dengan menggunakan lampu Light Emitting Diode (LED) berkedip bawah air dan membandingkan hasil

[r]

[r]

atau sebagai medium untuk mereproduksi.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang humanis itu sangat penting.Alasannya, melalui pendidikan yang humanis maka

dan prinsip sopan santun dalam teks anekdot sebagai sumber bahan ajar Bahasa. Indonesia jenjang SMA kelas X di

Class Object menggambarkan hubungan antara satu data dengan data lainnya yang digunakan dalam sistem yang akan dibangun mulai dari data apa saja yang dipakai

Tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga pendidikan yang berorientasi pada bisnis akan. mempertimbangkan kemampuan peserta didik untuk membayar biaya pendidikan

“PENERAPAN METODE ONE DAY ONE AYAT PADA SANTRI DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DI RUMAH TAHFI ẓ ALWAFA PALANGKA RAYA”.