• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bisnis Pendidikan di Negeriku kelas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bisnis Pendidikan di Negeriku kelas"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Bisnis Pendidikan di Negeriku

Pendidikan ? siapa sih yang tidak kenal dengan pendidikan ? salah satu aspek penentu

kemajuan bangsa yang selalu hangat untuk dibicarakan. Fetullah Gulen, seorang filosof

intelektual Turki kontemporer percaya bahwa pendidikan adalah solusi strategis yang paling

efektif untuk memerangi masalah dengan cepat, serta dapat mencapai peningkatan kualitas hidup

bagi seluruh umat manusia. Begitu strategisnya peran pendidikan hingga aspek tersebut tersirat

dalam amanat pembukaan UUD 1945 alenia keempat dengan bunyi “mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Dalam sejarah Indonesia, perjuangan kemerdekaan Indonesia digagas oleh orang-orang

terdidik. Pendidikan menjadi salah satu penyebab terbukanya mata dan kesadaran mereka

tentang pentingnya kemerdekaan dan negara yang berdaulat. Pendidikan telah membukakan

pintu wawasan, menyalakan cahaya ilmu dan pengetahuan, serta menguatkan pilar ketahanan

moral. Persinggungan dengan pendidikan telah memungkinkan para perintis kemerdekaan

Indonesia untuk memiliki gagasan besar. Gagasan dan perjuangan yang menjadikan Indonesia

sebagai percontohan bagi bangsa-bangsa di Asia – Afrika untuk merdeka. Itulah contoh peran

penting pendidikan dalam memerangi masalah bangsa.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidiksn nasional

berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, jelas bahwa

pendidikan merupakan salah satu wahana pembentuk karakter bangsa.

Pendidikan juga diperlukan dalam mempersiapkan Generasi Emas Indonesia yang telah

dicanangkan oleh pemerintah. Generasi Emas ini akan menjadi generasi penduduk dunia yang

transkultural namun tetap hidup sebagai sebuah bangsa yang bermartabat. Berbagai upaya telah

(2)

program peningkatan profesionalisme guru, perbaikan kurikulum, serta peningkatan sarana dan

prasarana pendidikan.

Namun, hingga saat ini pendidikan masih menjadi hal mewah yang belum dapat

dirasakan oleh semua orang di pelosok negeri ini. Data dari Badan Pusat Statistika menyebutkan

bahwa pada tahun 2014 terdapat 5,72 % masyarakat perkotaan dan 9,36 % masyarakat pedesaan

yang ada di Indonesia yang tidak/belum pernah sekolah. Data tersebut menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan di pedesaan lebih rendah dari pada di perkotaan.

Sebuah kajian tentang Anak Putus Sekolah yang dilakukan bersama oleh Kementrian

Pendidikan, UNESCO, dan UNICEF di tahun 2011 menunjukkan bahwa 2,5 juta anak usia 7-15

tahun masih tidak bersekolah, dimana kebanyakan dari mereka putus sekolah sewaktu masa

transisi dari SD ke SMP. Tingkat putus sekolah anak di desa dapat mencapai 3% jika

dibandingkan dengan anak di perkotaan.

Keterbatasan ekonomi merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab tingginya

tingkat putus sekolah di Indonesia. Tingginya biaya pendidikan menyebabkan pendidikan

menjadi barang mewah bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan pendidikan. Bagi mereka,

pendidikan masih menjadi impian yang memerlukan tetesan keringat untuk mencapainya.

Keadaan tersebut diperparah dengan adanya bisnis pendidikan yang menjadikan pendidikan

sebagai sebuah hasil tawar menawar antara peserta didik dan penyelenggara pendidikan.

Maraknya pertumbuhan lembaga pendidikan dalam beberapa tahun terakhir di satu sisi

menunjukkan dinamisnya sektor pendidikan serta tingginya tingkat kesadaran akan pendidikan.

Namun, pertumbuhan lembaga pendidikan tersebut hanya terjadi di beberapa daerah yang padat

penduduk seperti di Pulau Jawa. Adapun daerah-daerah yang jauh dengan pusat pemerintahan

dan jarang penduduknya hanya memiliki sedikit fasilitas pendidikan.

Jika dilihat dari kacamata bisnis, pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling

menguntungkan dan mudah perizinannya. Maka tak heran jika di lembaga pendidikan

bermunculan di Pulau Jawa. Lembaga pendidikan tersebut pada umumnya bersaing untuk

mendapatkan siswa dengan menjanjikan fasilitas-fasilitas yang mampu menarik hati siswa dan

orang tua. Adapun lembaga pendidikan yang tidak mampu bersaing terancam tutup dan gulung

(3)

Persaingan antar lembaga pendidikan merupakan sebuah proses evolusi. Maksudnya

adalah pergeseran konteks, substansi, dan tujuan lembaga pendidikan dari sebuah upaya

mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi sebuah bisnis pendidikan. Persaingan antar lembaga

pendidikan merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan dan berlangsung semakin ketat.

Hal itu sangat ironis mengingat banyak sekali daerah-daerah yang kekurangan fasilitas

pendidikan atau bahkan belum bisa merasakan bangku sekolah. Anak-anak di daerah terpencil

tersebut harus berjuang keras untuk bisa mendapatkan haknya tersebut. perjalanan jauh dan

kondisi sekolah yang tidak layak pun tidak membuat mereka patah semangat dalam menempuh

asa. Bagi mereka, tak ada pilihan lain untuk memperoleh pendidikan selain dengan cara tersebut.

Seandainya lembaga pendidikan tersebar secara merata di seluruh pelosok negeri dan

tidak dijadikan sebagai sebuah bisnis, maka kasus ditutupnya lembaga pendidikan akan

berkurang. Namun, egosentrisme dan keinginan untuk memperoleh keuntungan melalui lembaga

pendidikan membuat para investor dan pemilik modal enggan untuk mendirikan lembaga

pendidikan di daerah yang benar-benar membutuhkannya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa lembaga pendidikan yang berorientasi pada bisnis akan

mempertimbangkan kemampuan peserta didik untuk membayar biaya pendidikan sesuai dengan

fasilitas yang ia berikan. Meskipun pemerintah telah membantu meringankan beban biaya

pendidikan melalui beberapa kebijakan seperti Bantuan Operasional Sekolah dan Bantuan Siswa

Miskin, namun bantuan-bantuan tersebut tidak bisa diandalkan karena sering terjadi hambatan

dalam proses pencairan dana sehingga lembaga pendidikan kesulitan untuk mengoperasikan

uang, misalnya untuk membayar honorium guru dan kebutuhan sarana serta prasarana sekolah.

Maka tak heran jika banyak lembaga pendidikan yang hanya memberikan kuota kurang dari 20%

bangku sekolahnya untuk siswa yang kurang mampu.

Oleh karena itu perlu ada kesatuan visi dan tujuan antara pemerintah, lembaga

pendidikan, dan peserta didik dalam penyelenggaraan pendidikan. Bukan hanya pemerintah yang

harus selalu memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi lembaga pendidikan juga

perlu memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan

demikian, pemerataan pendidikan dapat diwujudkan dan Generasi Emas Indonesia sebagai

(4)

SIMPULAN

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan bangsa serta

mewujudkan visi Indonesia Emas yang dicanangkan oleh pemerintah. Berbagai upaya telah

dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kualitas pendidikan dan mewujudkan pemerataan

pendidikan di seluruh pelosok negeri. Namun usaha pemerintah tersebut tidak diimbangi dengan

kesadaran dari lembaga-lembaga pendidikan itu sendiri. Banyak lembaga pendidikan yang

menjadikan pendidikan sebagai sebuah bisnis sehingga mereka mencari keuntungan

sebesar-besarnya dari penyelenggaraan pendidikan itu sendiri. Akibat mahalnya biaya pendidikan,

banyak anak-anak yang putus sekolah. Selain itu, terjadi persebaran fasilitas sekolah yang tidak

merata di Indonesia. Oleh karena itu, perlu kesamaan visi dan tujuan antara pemerintah, lembaga

pendidikan, dan peserta didik itu sendiri untuk mewujudkan pemerataan pendidikan dan

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Farah, Mutiara. 2014. Faktor Penyebab Anak Putus Sekolah dan Dampak Negatifnya bagi Anak. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diunduh melalui http://eprints.ums.ac.id pada 31 Oktober 2015 pukul 01:37 WIB.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diunduh melalui http://www.luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU20-2013Sisdiknas.pdf pada 22 Oktober 2015 pukul 17:29 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian ini sejalan dengan hasil penilitian Kesuma, dalam penelitiannya, likuiditas berpengaruh positif tidak signifikan terhadap harga saham (nilai perusahaan)

Hasil perhitungan nilai MPN coliform dan colifekal, memperlihatkan penurunan nilai MPN coliform dan colifekal pada sampel air sumur yang telah dilewatkan dalam

Dari hasil penelitian dilapangan bahwa dengan adanya manajemen syariah yang ditawarkan Perusahaan Perumahan Sharinata City kepada konsumen/custemer merupakan daya tarik

Pagelaran Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Nusa Tenggara Timur Tahun 2018-2023, yang dlaksanakan

Setiap sumber daya manusia yang bekerja di BUMDes Tirta Mandiri diberikan upah sesuai dengan UMR Kabupaten Klaten, hal ini bertujuan untuk memicu para pemuda Desa

Dari kendala-kendala yang ada maka RSUD Dr.Soedjono Selong, kabupaten Lombok Timur memenuhi kebutuhan hak-hak ibu hamil dan melahirkan berdasarkan Peraturan Daerah

Dosen pengampu mata kuliah menyampaikan Draft Modul Praktikum (MP), Lembar Kerja Praktikum (LKP), dan Rubrik Penilaian Aktivitas Praktikan (RPAP) kepada Ketua

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (5) Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2017 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah