• Tidak ada hasil yang ditemukan

Effect of electrolyte drink made from palm sugar (Arenga pinnatamerr) for lamb transportation

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Effect of electrolyte drink made from palm sugar (Arenga pinnatamerr) for lamb transportation"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN ELEKTROLIT

BERBAHAN BAKU GULA AREN (

Arenga pinnata merr

)

UNTUK TRANSPORTASI DOMBA GARUT

Oka Tisna Senjaya

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Pemberian Minuman Elektrolit Berbahan Baku Gula Aren (Arenga pinnata merr) untuk Transportasi Domba Garut adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Oka Tisna Senjaya

(3)
(4)

RINGKASAN

OKA TISNA SENJAYA. Pengaruh Pemberian Minuman Elektrolit Berbahan Baku Gula Aren (Arenga pinnata merr) untuk Transportasi Domba Garut. Dibimbing oleh TOTO TOHARMAT dan IMAN HERNAMAN.

Transportasi ternak jarak jauh secara umum dapat menyebabkan stres. Stres merupakan suatu reaksi tubuh terhadap rangsangan yang mengganggu keseimbangan fisiologis normal. Kerugian yang disebabkan oleh buruknya penanganan transportasi diantaranya faktor psikologis, fisiologis dan ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi pengaruh pemberian minuman elektrolit berbahan baku gula aren (Arenga pinnata merr) untuk transportasi domba garut dan pengaruh pemberian minuman elektrolit terbaik pada domba yang mengalami stres transportasi terhadap respon fisiologis, penyusutan bobot badan, penurunan konsumsi pakan dan perubahan profil darah.

Penelitian ini menggunakan 20 ekor domba betina keturunan garut berumur kurang dari 12 bulan. Domba yang digunakan mempunyai bobot badan 20 ± 0.55 kg. Domba diangkut dari Cianjur ke Bogor dengan jarak tempuh ±120 km dengan waktu tempuh ±8 jam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) diulang sebanyak 5 kali. Perlakuan pada penelitian ini berupa waktu pemberian minuman elektrolit dengan metode pemberian sebagai berikut; P1 = kontrol (tidak diberikan minuman), P2 = diberikan minuman elektrolit sebelum transportasi, P3 = diberikan minuman elektrolit pasca transpotasi dan P4 = diberikan minuman elektrolit sebelum dan sesudah transportasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian minuman elektrolit tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap suhu tubuh, denyut jantung, laju respirasi. Persentasi penyusutan bobot badan, konsumsi pakan dan nilai neutrofil (P<0.05). Rata-rata penyusutan bobot badan rendah P.3 (5.73%) dan tertinggi P.1 (10.05%), penurunan konsumsi pakan terendah di P.2 (20%) tertinggi P.1 (42.6%) dan peningkatan nilai neutrofil P.3 (51,78%) dan tertinggi P.1 (67.76%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian minuman elektrolit berbahan baku gula aren dengan pemberian minuman elektrolit pasca transportasi (P.3) menunjukkan hasil positif terhadap penyusutan bobot badan dan nilai netrofil darah, tetapi untuk penurunan konsumsi terbaik diperoleh (P.2). Pemberian minuman elektrolit secara umum belum mampu memberikan pengaruh pemulihan stres dalam waktu singkat.

(5)

SUMMARY

OKA TISNA SENJAYA. Effect of electrolyte drink made from palm sugar (Arenga pinnatamerr) for lamb transportation. Supervised by TOTO TOHARMAT and IMAN HERNAMAN.

Long distance of sheep transportation can cause stress. In general, the losses caused by poor handled include physiological, phychological and economical factor. The aims of study was to observe the effect of initial information isotonic drink made from Palm Sugar (Arenga PinnataMerr),and the effect ofisotonic drinks best on the sheep transportation physiological responses, body weight shrinkage, feed intake reduction and changing in blood profiles. A total of 20 local garut sheep under 1 years old were trasported for 120 km distance and took aproximatly ±8 hours. The study used CRD (completely randomized design) consisted of three traetments with 5 replicates. The treatments were the time of offering isotonic drink as follows:P1= control (without isotonic drink), P2= offering isotonic drink an hour before trasnsportation, P3= offering isotonic drink after after transportation, and P4= offering isotonic drink before and after transportation. The results showed that on body temperature, heart rate, respiration rate. Shrinkage percentage of body weight, feed consumption and the value of neutrophils (P <0.05). Body weight shrinkage percentage, feed intake reduction and the value of neutrophils (P<0.05). Average body weight lowest shrinkage P3 (5.73%) and the highest P1(10,05%), the lowest decrease in feed consumption P2 (20%) P.1 highest (42.6%) and an increase in the value of neutrophils P3 (51.78%) and the highest P1(67.76%). It was concluded of this study was isotonic drink is the provision of an isotonic drink made from palm sugar with isotonic drinks granting post-transport P3 showed positive results for body weight and value depreciation blood neutrophils, but for best consumption reduction obtained P2. However, effect of isotonic drinks have not been able to provide the restorative effects of stress in a short time.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

PENGARUH PEMBERIAN MINUMAN ELEKTROLIT

BERBAHAN BAKU GULA AREN (

Arenga pinnata merr

)

UNTUK TRANSPORTASI DOMBA GARUT

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : Pengaruh Pemberian Minuman Elektrolit Berbahan Baku Gula Aren (Arenga pinnata merr) Untuk Transportasi Domba Garut. Nama : Oka Tisna Senjaya

NIM : D152100041

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Prof Dr Ir Toto Toharmat, MAgr Sc Ketua

Dr Ir Iman Hernaman, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Mei sampai Agustus 2012 di kandang kelompok Tani Jaya Makmur, Desa Gelaranyar, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur, dan kandang domba Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium

Fisiologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor serta Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dengan judul Pengaruh Pemberian Minuman Elektrolit Berbahan Baku Gula Aren (Arenga pinnata merr) untuk Transportasi Domba Garut.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Toto Toharmat, Magr Sc atas bimbingan, saran, motivasi, serta waktu untuk diskusi, sehingga dapat menghasilkan satu buah tulisan yang insyaalloh bermanfaat. Bapak Dr Ir Iman Hernaman, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan motivasi. Di samping itu, Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr Ir Didid Diapari, M.Sc selaku dosen penguji luar komisi atas saran dengan tujuan menyempurnakan tulisan ini. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dekan Fakultas Peternakan IPB Bapak Dr Ir Luki Abdullah, M.Sc dan Ketua program studi Ilmu Nutrisi dan Pakan Ibu Dr Ir Dwierra Evvyernie A, MS. M.Sc yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan program master ini.

Penghargaan penulis sampaikan kepada Ibunda Dede Sartika dan Ayahanda

Asep Sutisna yang telah memberikan do’a dan kasih sayangnya sampai penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Kepada adik-adiku Eva Aprilia dan Mira Amalia semoga termotivasi lebih baik lagi untuk lebih giat dan mempunyai semangat belajar. Teman-teman seperjuangan INP 2010 (Abdul Alim Yamin, Indra Heru, Dwi Sisri Yeni, Noor Hudia Krisna, Robert Poulis, dan Wira Wisnu Wardhani) terimaksih atas kebersamaannya selama ini. Kepada teman-teman di team Yess Yoghurt Corp terimakasih atas toleransi dan kerjasamanya. Kepada Dani Arisandi, Rizky, dan Wahyu terimkasih atas tumpangan rumahnya selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini. Kepada pihak-pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu penulis ucapkan banyak terimakasih.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Kerangka Pemikiran 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

METODE 4

Waktu dan Tempat 4

Materi 4

Metode 5

Pengukuran Peubah 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Penyusutan Bobot Badan Domba Garut yang Diberi Minuman Elektrolit 7 Perubahan Suhu Rektal, Denyut Jantung, Frekuensi Pernapasan Domba

Garut Pasca Transportasi 9

Perubahan Konsumsi Pakan Domba Garut Pasca Transportasi 10 Diferensiasi Sel Darah Putih Domba Garut Pasca Transportasi 11

SIMPULAN 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 17

(14)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi mineral tambahan dalam minuman isotonik 0 meq 5 2 Perubahan bobot badan, status faali dan hematologis domba 8 3 Perubahan Difrensiasi leukosit pada domba Garut 12

DAFTAR GAMBAR

1 Alur pemikiran yang menjadi dasar penelitian 3

DAFTAR LAMPIRAN

1 Prosedur Perhitungan Leukosit 17

(15)
(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu plasma nuftah di Indonesia adalah domba Garut. Domba lokal ini memiliki peluang untuk dikembangkan dalam ruang lingkup nasional karena mampu menunjukkan performa diatas rata-rata, apabila dibandingkan domba lokal lainnya di Indonesia. Domba Garut selain mempunyai pertumbuhan yang responsif juga memiliki kualitas daging dan kulit yang baik. Keunggulan lain yang dimiliki domba Garut adalah mempunyai nilai sosio-ekonomi yang sangat penting bagi masyarakat Jawa Barat, hal ini dikarenakan domba Garut jantan dapat dijadikan domba laga (tipe tangkas) sebagai pelestarian budaya Sunda (Heriyadi 2001). Peningkatan populasi domba Garut diikuti oleh meningkatnya permintaan pasar baik untuk kepentingan konsumsi (daging) maupun untuk pengembangan budidaya peternakan. Menurut Data Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) bahwa total populasi ternak domba nasional sebesar 12,66 juta ekor dan tiga perempatnya berada di Jawa Barat. Tingginya permintaan pasar dan meningkatnya minat para peternak domba terhadap komoditas domba Garut tentunya berhubungan erat dengan proses pendistribusian ternak. Proses distribusi ternak pada umumnya menimbulkan stres (cekaman) pada setiap individu. Proses pendistribusian ternak secara umum bertujuan untuk keperluan penjualan, penjagalan, dan pindah kepemilikan. Sarana transportasi menyebabkan beberapa kerugian diantaranya faktor psikologis, fisiologis ternak dan sisi ekonomi (Apple et al. 1995; Ndazo et al. 2007). Faktor kerugian lain adalah penyusutan bobot badan ternak dan terganggunya sel-sel imunitas (Grigor et al.

2004; Odore et al. 2004; Zulkifli et al. 2010).

Stres merupakan suatu reaksi tubuh terhadap rangsangan yang mengganggu keseimbangan fisiologis normal, kondisi ini sering dikaitkan dengan efek luar yang mengganggu. Faktor stres dapat terjadi pada waktu penanganan sebelum dan sesudah transportasi, serta pengaruh dari lama waktu perjalanan yang membuat ternak kelelahan. Ternak stres menunjukkan fisiologisnya dalam kondisi tidak normal Knowles et al. (1998). Pada umumnya stres disebabkan kegagalan dalam mempertahankan proses homeostasis (Fazio and Ferlazzo 2003). Penyebab lain yang memperburuk kondisi tersebut adalah ternak dipuasakan, artinya ternak dalam keadaan kelelahan kemudian tidak mendapatkan akses pakan dan minum selama perjalanan, sehingga performen ternak menurun (Mitchell and Kettlewell 2008; Zulkifli et al. 2010; Sugito et al. 2007) menyatakan bahwa ternak yang mengalami gangguan dari lingkungan luar seperti dampak transportasi yang menyebabkan peningkatan pelepasan hormon kortisol dan menggangu sel-sel imun.

(17)

2

elektrolit melalui urine dan feses. Oleh karena itu pemberian cairan elektrolit sebelum, selama dan setelah perjalanan dapat mengurangi kehilangan bobot tubuh (Smith dan Wilson. 1999). Hernaman (2003) melaporkan bahwa terjadi penurunan kandungan Na, Mg dan K plasma pada domba yang telah mengalami transportasi selama 5 jam. Stres mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan darah, denyut jantung, intake oksigen, dan gangguan pencernaan serta tidak seimbangnya elektrolit tubuh akibat dari peningkatan respirasi Das et al. (2001) dalam Ambore. (2009). Oleh karena itu peranan dan fungsi kestabilan nutrien diduga sangat dibutuhkan.

Salah satu sumber glukosa yang selama ini digunakan di kalangan peternakan rakyat untuk menanggulangi stres transportasi pada ternak adalah gula aren. Tanaman aren (Arenga pinnata merr) merupakan tanaman yang sangat banyak terdapat di daerah pedesaan, secara umum tanaman aren merupakan tanaman multiguna. Tanaman aren selain sumber produksi berbagai macam produk yang bernilai ekonomis seperti gula, kolang-kaling, ijuk, dan bahan bangunan. Tanaman aren juga berfungsi sebagai tanaman pencegah erosi tanah. Gula aren yang berawal dari nira yang diolah dan dicetak menjadi gula juga mempunyai nilai manfaat lain diantaranya sebagai suplemen untuk ternak pasca transportasi bagi para peternak di pedesaan. Proses pembuatannya sangat sederhana hanya dilarutkan dengan air, dan diberikan dengan cara dicekokan pada ternak agar lebih praktis.

Pemberian gula aren merupakan sumber karbohidrat (soluble carbohydrat)

dan mineral elektrolit yang pada umumnya merupakan bahan utama dalam proses metabolisme di dalam tubuh manusia atau hewan pada saat kekurangan cairan tubuh akibat stres. Stres diduga akibat terjadi defisiensi elektrolit dalam cairan tubuh serta banyak energi yang hilang. Kandungan glukosa sangat dibutuhkan oleh tubuh ternak sebagai sumber energi, sebab glukosa diperlukan sebagai substrat dalam proses pembentukan glikogen. Aspek lainnya, larutan glukosa yang berasal dari gula merah atau brown sugar berfungsi sebagai sumber energi. Gula aren melepaskan energi secara perlahan atau slow energy release, sehingga tidak terjadi kenaikan atau penurunan kadar gula secara tiba-tiba mengingat kandungan utama gula aren adalah sukrosa, glukosa dan fruktosa. Pemberian gula dan elektrolit dilaporkan dapat mengurangi dampak stres transportasi dalam jangka panjang pada ruminansia sebelum dipotong (Phillips 1997).

(18)

3 equivalen atau miliequivalen. Dietary cation-anion different (DCAD) yaitu perbedaan miliequivalen antara kation dan anion tertentu dalam ransum dengan cara pengurangan miliequivalen kation dalam seluruh ransum. Pada umumnya, mineral yang sering digunakan dalam perhitungan DCAD, yaitu dua macam kation (Na dan K) dan dua macam Anion (Cl dan S). Perhitungan nilai DCAD yang digunakan oleh Moore et al. (2000) berdasarkan persamaan Tucker et al. (2002) DCAD = ( Na+K) – ( Cl+S) (meq/100 g BK ransum).

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan kajian secara spesifik untuk mengetahui dampak pemberian gula aren yang ditambahkan mineral elektrolit terhadap ternak yang mengalami stres transportasi. Melalui pendekatan nutrisi diharapkan ternak yang mendapatkan suplemen minuman elektrolitdapat memperbaiki kondisi tubuh dengan cepat dan meminimalisir persentase penyusutan bobot badan domba Garut pasca transportasi.

Kerangka Pemikiran

Gambar.1 Alur pemikiran Stres Transportasi

Faktor Penyebab :

1. Penanganan kasar, lama transportasi, terbatasnya pakan dan minum. 2. Kegagalan mempertahankan homoestasis.

Kerugian :

 Penyusutan Bobot Badan

 Recovery lama

 Defisien elektrolit tubuh

 Kematian Ternak

Pemberianminuman elektrolit

Keluaran :

 Menguragi Kerugian Ekonomis

 Mengurangi Penyusutan Bobot Badan

 Recovery singkat

 Mengurangi mortalitas Pencegahan melalui

(19)

4

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh pemberian minuman elektrolit terhadap respon fisiologis, kehilangan bobot badan, konsumsi pakan, dan profil darah akibat stres transportasi.

2. Pemberian minuman elektrolit dengan metode pemberian terbaik terhadaprespon fisiologis, kehilangan bobot badan, konsumsi pakan, dan profil darah akibat stres transportasi.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, yaitu memeberikan informasi kepada masyarakat khususnya peternak domba maupun pengusaha di bidang ternak tentang cara penyusunan minuman elektrolit, metode pemberian terbaik untuk distribusi ternak supaya tidak terjadi kerugian seperti kehilangan bobot badan, lama waktu pemulihan, sampai meminimalisir kematian ternak pasca transportasi.

MATERI DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kandang kelompok Tani Jaya Makmur Desa Gelaranyar Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur, dan kandang domba Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisis dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi Fisiologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama tiga bulan dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2012.

Materi

1. Ternak

Percobaan menggunakan 20 ekor domba Garut jantan bobot 20 ± 0,55 kg, sehat dan sedang mengalami pertumbuhan. Ternak diperoleh dari Kelompok Ternak Jaya Makmur dan Pasar Ternak Kabupaten Cianjur.

2. Kandang

(20)

5 suatu naungan yang beratapkan asbes dan dinding kandang terbuka sehingga udara sangat mudah masuk ke dalam kandang.

3. Peralatan

Peralatan yang digunakan meliputi tempat pakan dan minum, timbangan analitik dengan ketelitian 0,001g. Timbangan kapasitas 2kg dengan ketelitian 0,1g, timbangan digital untuk menimbang bobot badan domba dengan ketelitian 0,5kg. Pengambilan sampel darah menggunakan syrink, venolject,

tabung berheparin. Suhu dalam kandang dicatat setiap pagi dan sore hari selama penelitaian dengan menggunakan termometer hygrometer. termometer rektal, dan termos es.

4. Pakan dan Minuman Isotonik

Bahan penyusun suplemen minuman isotonik terdiri dari air aquades, gula aren, dan mineral elektrolit antara lain Na2SO4, K2CO3, CaCl2 dan S.

Metode

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 5 ulangan. Penseleksian dilakukan dengan mengukur bobot badan dan memastikan gigi seri belum berganti (tanggal) yang menggambarkan domba berumur dibawah 1 tahun. Pemberian nomor di leher pada setiap individu ternak berdasarkan kelompok perlakuan. Sebelum pengujian stres transportasi domba diamati selama 3 hari sebelum dan 3 hari sesudah transportasi. Ternak diukur konsumsi pakan, suhu rektal, denyut jantung, frekuensi pernapasan dan sampel darah, data tersebut merupakan data awal yang akan dibandingkan dengan data pasca transportasi. Pakan yang diberikan adalah rumput gajah cv. Taiwan, sebelum diberikan rumput gajah dilayukan selama ±1 hari kemudian di cacah dengan ukuran ±5 cm. Pemberian pakan sebanyak 3 kali, waktu pemberian jam 07.00, 12.00 dan 17.00 WIB.

Pengujuian stres transportasi dilakukan pada hari ke empat sejak dimulainya pengamatan. Pemberian suplemen elektrolit sebanyak 500 ml pada setiap ekor ternak yang akan ditransportasikan dengan metode cekok. Pada tahap pengujian stres transportasi ternak di bawa keliling dari kandang kelompok ternak Jaya Makmur Desa Gelaranyar sampai ke Kandang Domba Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Puncak. Jalur yang dilalui berkelok-kelok dan kondisi jalan kurang baik serta naik turun. Jarak yang ditempuh sekitar 120 KM dengan waktu ±8 jam. Selama perjalanan ternak tidak diberikan makan dan minum. Domba ditempatkan didalam mobil pick up terbuka jenis carry dengan posisi berdiri dengan posisi acak. Perjalanan dimulai pagi hari pukul 06.00 dan sampai ke kandang Fapet IPB pukul 14.00 WIB.

(21)

6

Perlakuan

Keempat perlakuan di bawah ini akan di cobakan langsung kepada domba yang mengalami stres tranportasi. Semua perlakuan akan mendapatkan jenis minuman isotonik yang sama mulai dari komposisi maupun jumlah pemberiannya tetapi pemberianya saja yang berbeda.

P.1 = Tidak diberikan minum (kontrol),

P.2 = Diberikan minuman isotonik sebelum ditransportasikan, P.3 = Diberikan minuman isotonik setelah ditransportasikan,

P.4 = Diberikan minuman isotonik sebelum dan sesudah ditransportasikan

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rangcangan Acak Lengkap (RAL). Adapun model matematika yang digunakan adalah:

Yij = µ+τi +ij

Keterangan :

Yij = Nilai pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i

ij = Pengaruh perlakuan ke-i dan ulangan ke-j.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (Analysis of Variance / ANOVA), jika berbeda nyata dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (Steel dan Torrie 1993).

Peubah yang diamati

Penyusutan Bobot badan (kg dan %)

Penyusutan bobot badan (kg dan %), diukur dari selisih bobot badan awal sebelum transportasi dengan bobot badan akhir pasca transportasi, kemudian dihitung persentasenya.

Suhu Rektal(°C)

(22)

7

Denyut Jantung (detak/menit)

Denyut jantung diukur dengan menggunakan stetoskop, Ujung stetoskop ditempatkan pada daerah sekitar rongga dada kemudian dihitung banyaknya detak jantung untuk setiap satu menit dengan stopwatch secara duplo. Pengukuran denyut jantung pra transportasi dilakukan siang hari pukul 13.00-14.00 WIB. Kemudian pengukuran dilakukan kembali pasca transportasi, diistirahatkan selama 5-10 menit pada pukul 13.00-14.00 WIB dengan prosedur yang sama selama 3 hari pengamatan.

Frekuensi Pernapasan (respirasi/menit)

Frekuensi pernafasan (kali per menit), diukur dengan cara meletakkan punggung telapak tangan di muka hidung domba melalui perhitungan hembus nafas atau nafas pendek selama 1 menit dibantu dengan pengamatan naik-turunnya gerakan rusuk bagian dada.

Konsumsi Pakan (kg dan %)

Jumlah konsumsi pakan harian diperoleh dengan cara seperti di bawah ini: Jumlah konsumsi (gram) = Jumlah ransum yang diberikan (gram) – jumlah ransum keesokan harinya (gram) pengukuran ransum dilakukan setiap hari selama penelitian.

Diferensiasi Leukosit

Diferensiasi leukosit dilakukan dengan cara membuat preparat ulas darah. Sediaan apus darah pada gelas objek dikeringkan, lalu difiksasi dengan larutan methanol selama 5 menit, kemudian dikeringkan, lalu dimasukkan ke dalam larutan pewarna Giemsa selama 30 menit, selanjutnya dikeringkan di udara. Kemudian sediaan ulas darah diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x 10, pemeriksaan memakai minyak emersi, dan ditentukan masing-masing jenis leukosit hingga jumlahnya mencapai 100. Nilai absolut didapatkan dari hasil kali diferensiasi leukosit dengan jumlah leukosit total Kelley. (2001).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat stres yang dialami ternak pasca transportasi dapat diamati dari selisih antara data sebelum dikurangi data pasca transportasi. Parameter yang diamati terdiri atas: bobot badan, suhu tubuh, frekuensi pernafasan, konsumsi pakan dan profil darah. Data mengenai hal tersebut disajikan pada Tabel.1 dan Tabel 2.

(23)

8

Transpotasi ternak secara umum berdampak pada penyusutan bobot badan setelah di tempat tujuan, hal ini terjadi akibat lingkungan yang kurang memadai, hilangnya isi pencernaan, berkurangnya cairan tubuh dan turunnya kondisi tubuh karena interval pemberian pakan dan minum kurang teratur atau sama sekali kurang diperhatikan selama pengangkutan Minka and Ayo. (2009); Rhoda et al.

(2008). Persentasi penyusutan bobot badan akibat pemberian minuman isotonik pasca transportasi pada P.1 = 10.05%, P.2 = 5.91%, P.3 = 5.73%, dan P.4 = 6.91%. Perbedaan persentasi penyusutan bobot badan pada setiap perlakuan diduga adanya pengaruh pemberian minuman isotonik, akan tetapi perbedaan respon pada setiap individu ternak dalam mengatasi cekaman stres selama pengangkutan berbeda sesuai dengan kondisi individu ternak tersebut.

Perlakuan P.1 (kontrol) menunjukkan penyusutan tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainya. Domba P.1 (kontrol) diduga mengalami tingkat stres yang cukup berat, hal ini disebabkan ternak tidak mendapatkan asupan pakan atau minum sebelum, selama dan setelah perjalanan. Penyusutan bobot badan P.1= 10.05% dinilai sangat merugikan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Broom et al. (2003) domba yang mengalami pengangkutan selama 15 jam dalam keadaan terus bergerak mengalami penyusutan bobot badan sebesar 5,5%, sedangkan domba yang mengalami pengangkutan selama 15 jam dalam keaadan diam mengalami penyusutan bobot badan sebesar 3,6%. Penyusutan bobot badan seharusnya dapat diminimalisir supaya dalam penjualan ternak hidup peternak tidak terlalu banyak mengalami kerugian. Proses transportasi ternak banyak mengeluarkan energi dan elektrolit tubuh, hal ini terbukti dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urine dan feses. Semakin tinggi tingkat stres yang dialami domba selama pengangkutan, maka semakin tinggi pula penyusutanbobot badannya. Besarnya penyusutan pada penelitian ini relatif masih dalam kisaran normal akan tetapi pada perlakuan P.3 ternyata mempunyai penyusutan bobot badan terendah dibandingkan semua perlakuan. Dapat dicatat bahwa pemberian minuman isotonik pasca transportasi menberikan pengaruh positif terhadap penyusutan bobot badan. Menurut Smith et al.(1999) pemberian cairan elektrolit sebelum, selama dan setelah perjalanan dapat mengurangi kehilangan bobot badan. Penyusutan bobot badan juga sangat dipengaruhi oleh lama waktu perjalanan dan berkorelasi terhadap kondisi tubuh yang lemah pasca transportasi Knowles et al. (1999); Minka and Ayo. (2007).

Penurunan sistem kekebalan tubuh juga menunjukkan efek samping berupa perubahan sistem metabolis seperti aktifitas plasma kreatin kinase, perubahan jumlah leukosit serta rasio neutrofil dan limfosit yang pada akhirnya menyebabkan penyusutan bobot badan kambing Kannan et al. (2000). Semakin lama transportasi mengakibatkan keadaan fisologis ternak semakin lemah karena perbedaan lingkungan selama transportasi yang tidak memberikan kenyamanan baik siang maupun malam hari.

(24)

9 dalam kondisi kurang baik, walaupun jarak pengangkutan yang ditempuh sama. Kosongnya digesta atau saluran pencernaan sangat erat kaitannya dengan hilangnya bobot badan akibat urinasi dan defekasi sebagai ekspresi ternak yang mengalami cekaman atau stres. Kannan etal. (2000) menyatakan bahwa transpotasi yang cukup lama tanpa tersedianya pakan dan air minum akan menyebabkan penyusutan bobot badan pada ternak ruminansia sebesar 7% dari bobot hidup selama 18-24 jam.

Tabel 1. Perubahan Bobot Badan, status faali dan hematologis domba perlakuan

Peubah Perlakuan

P.1 P.2 P.3 P.4

PenyusutanBobot Badan (kg)

Sebelum Transportasi 18.90 18.92 18.36 19.38

Sesudah Transportasi 17.00 17.80 17.30 18.04

Perubahan -1.90a -1.12b -1.06b -1.34ab

Suhu Tubuh (oC)

Sebelum Transportasi 40.18 39.72 39.74 39.32

Sesudah Transportasi 39.64 39.96 39.80 39.86

Perubahan -0.54 0.24 0.06 0.54

Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05).

P1 = Tidak diberikan minum (kontrol), P.2 = Diberikan minuman elektrolit sebelum ditransportasikan, P.3 = Diberikan minuman elektrolit setelah ditransportasikan, P.4 = Diberikan minuman elektrolit sebelum dan sesudah ditransportasikan.

Perubahan suhu rektal, denyut jantung, frekuensi pernapasan domba Garut pasca transportasi.

(25)

10

perlakuan belum mampu meregulasi fungsi fisiologis tubuh dalam waktu singkat. Sejalan dengan pendapat Marai et al. (2007) bahwa peningkatan suhu lingkungan yang tinggi akan menyebabkan peningkatan laju respirasi, suhu tubuh, konsumsi air minum dan penurunan konsumsi bahan kering. Peningkatan suhu rektal pada domba pasca transportasi dari 38,49 menjadi 39,98oC Hernaman. (2003). Suhu rektal pada penelitian ini menunjukkan kisaran 39,64 menjadi 39,96oC. Artinya kenaikan suhu tersebut sebenarnya mengidikasikan terjadi perubahan fisiologis, tetapi tidak dalam kategori terkena stres berat.

Peningkatan suhu tubuh secara terus menerus maka akan menyebabkan ternak tersebut mengalami stres berat dan mengganggu mekanisme pengendalian homeostatik. Puncak peningkatan suhu tubuh pada saat proses transportasi terjadi setelah 30 menit Burdick et al. (2010). Perubahan proses metabolisme di dalam tubuh yang menyebabkan pergeseran dan perubahan adaptif fisiologi. Akibat adanya stressor maka terjadi proses metabolisme yang intensif untuk mempertahankan kondisi normal. Proses metabolisme tersebut selajutnya berdampak pada peningkatan suhu tubuh. Suhu tubuh erat kaitannya dengan suhu lingkungan yang tinggi, semakin tinggi beban panas yang diterima tubuh ternak maka akan mendorong meningkatnya metabolisme tubuh dalam proses homeostasis. Kadim et al. (2007) menyatakan bahwa tingginya suhu tubuh selama transportasi maupun pasca transportasi akan menimbulkan penyusutan bobot badan melalui hilangnya pengeluaran uap air dari pernapasan.

Frekuensi pernapasan domba garut betina yang dipelihara pada suhu 21.00-25.80°C dengan kelembaban 83-95% (pagi hari) adalah 32.00±4.32 respirasi/menit dan pada siang hari dengan suhu 26.00-36.00°C dengan kelembaban 52-86% adalah 64.00±7.09 respirasi/menit (Suherman. 2009). Pada penelitian ini frekuensi pernapasan berkisar antara (58,80-70,20/menit) artinya bahwa ternak tersebut sudah terjadi peningkatan fisiologis tubuh, hal ini diduga akibat adanya gangguan pada waktu proses transportasi. Peningkatan frekuensi pernapasan akan seiring dengan peningkatan suhu rektal. Sistem respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh serta membuang CO2 dari dalam tubuh Isnaeni. (2006). Oleh karena itu, proses transportasi pada

siang hari sangat beresiko tinggi dibandingkan pada malam hari, sehingga suhu rektal yang meningkat mengindikasikan pelepasan panas tubuh yang dialaminya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Das et al. (2001) dalam Ambore. (2009) bahwa selama transportasi akan terjadi perubahan fisiologis karena ketidakseimbangan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan respirasi. Hal ini telah terbukti bahwa fungsi-fungsi dari sistem respirasi tersebut membantu dalam regulasi keasaman cairan ekstraselular dalam tubuh, membantu pengendalian suhu, eliminasi air dan fonasi Frandson. (1992).

(26)

11 detak/menit. Artinya pada kondisi ternak selama transportasi mengalami beberapa pengaruh secara psikologis yang dapat menimbulkan cekaman, sementara itu jantung akan meresponnya dengan cara mengalirkan lebih cepat darah dari dalam tubuh ke permukaan kulit untuk melepaskan beban panas yang diproduksi dengan cara konveksi, sehingga pengaruh cekaman akibat beban panas internal dan panas dari lingkungan dapat dikurangi.

Perubahan Konsumsi Pakan Domba Garut Pasca Transportasi.

Pengamatan konsumsi pakan pasca transportasi dengan perlakuan pemberian minuman isotonik berbahan baku gula aren menunjukkan perbedaan tingkat konsumsi pakan. Penurunan konsumsi tertinggi sebesar 42,6% terjadi pada perlakuan P.1 (kontrol) dan terendah (P.4) 20 %. Perlakuan pemberian minuman isotonik diduga memberikan pengaruh positif terhadap kondisi tubuh secara umum, hal ini terbukti dengan penyusutan bobot badan ternak yang mengalami transportasi yang tidak mendapatkan perlakuan (kontrol) sehingga menghasilkan penurunan bobot badan tertinggi. Penurunan konsumsi akan berkorelasi dengan fungsi fisiologis yang ditunjukan kondisi tubuh. Kondisi tubuh baik maka tingkat konsumsi tinggi sebaliknya apabila kondisi tubuh buruk maka tingkat konsumsi dapat dipastikan akan mengalami penurunan. Hal ini sejalan dengan pendapat Church dan Pond.(1988) peningkatan atau penurunan tingkat konsumsi secara umum dipengaruhi oleh jenis kelamin, bobot badan, keaktifan, tahap pertumbuhan, kondisi fisiologis ternak dan kondisi lingkungan.

Pada kondisi normal tingkat konsumsi pakan secara umum akan meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan karena pada umumnya kapasitas saluran pencernaan meningkat dengan semakin meningkatnya berat badan. Pengaruh gangguan kesehatan atau sakit juga akan berdampak pada penurunan nafsu makan sehingga mengurangi tingkat konsumsi. Akan tetapi, penurunan tingkat konsumsi pakan dapat terjadi karena perbedaan kemampuan adaptasi dari setiap individu ternak terhadap faktor fisiologisnya Lynch et al.(1992). Ternak dengan instingnya akan mengurangi konsumsi pakan akibat faktor kelelahan. Berkaitan dengan fungsi metabolisme yang terganggu, maka ternak ada kemungkinan akan banyak mengkonsumsi air minum agar pembentukan panas tubuhnya dapat berkurang. Disisi lain, kurangnya asupan pakan yang berkepanjangan akan menyebabkan kebutuhan energi dan zat gizi lainnya untuk pertumbuhan menjadi berkurang sehingga akan berdampak pada proses recovery yang lama Al-Fataftah dan Abu-Dieyeh. (2007); Grandin et al. (1997).

(27)

12

Diferensiasi sel darah putih domba Garut pasca transportasi

Neutrofil

Berdasarkan Tabel.2 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai netrofil (P< 0.05) antar perlakuan. Nilai terandah pada penelitian ini adalah P.3 =51,78 % dan tertinggi terdapat pada perlakuan P.1= 67,76%. Tingkat stres pada ternak sering disebut juga cekaman. Cekaman merupakan kumpulan respon terhadap suatu stimulus. Ternak yang mengalami transportasi akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan salah satunya yaitu cekaman panas. Cekaman panas akan memberikan pengaruh pada performan dan mengganggu pembentukan sel-sel imun. Hal ini disebabkan meningkatnya pembentukan hormon-hormon stres (glukokortokoid). Hormon ini dapat menyebabkan gangguan pembentukan sel-sel imun dan gangguan pembentukan berbagai sitokin yang diperlukan untuk respons imun Mashaly et al. (2004). Cekaman panas menyebabkan terjadinya leukositosis. Hal ini disebabkan oleh peningkatan jumlah heterofil (pada jenis unggas) atau neutrofil (pada jenis hewan mamalia). Peningkatan neutrophil ini terjadi akibat adanya induksi glukokortikoid pada jalur pembentukannya dan juga pelepasan neutrofil cadangan pada sumsum tulang Blecha. (2000). Menurut Mc Curnin and Bassert. (2006) Nilai neutrofil tinggi mengidentifikasikan kemampuan fagositik dan bakterisidal berperan optimal dalam kondisi ternak apabila terjadi inflamasi efek dari proses trasnpsortasi.

Hasil percobaan pengujian stres transportasi menunjukkan bahwa pemberian minuman isotonik memberikan pengaruh positif dibandingkan dengan kontrol. Artinya minuman isotonik diduga dapat membantu meregulasi proses metabolisme, salah satunya dengan mempertahan fungsi fisiologis. Pemberian minuman isotonik pasca transportasi P.3 menunjukkan peningkatan netrofil paling rendah diantara P.2, P.4 dan P.1. Hal ini diduga terkait dengan pembentukan hormon glukokortiroid. Apabila stres yang dialami ternak semakin berat maka sebagai stimulus tubuh akan merespon dengan pembentukan hormon glukokortioid dalam darah. Peningkatan ini merupakan mekanisme endokrin terdepan pada hewan dalam mempertahankan keadaan bila ada stres Mostl dan Palme. (2002).

(28)

13 infeksi, hal ini dikarenakan neutrofil tidak mengkonfirmasi adanya infeksi sehingga proses non infeksius memperlihatkan peningkatan yang serupa dengan demikian akan tergambarkan tingkat stres yang dialami ternak sebagai bahan pertimbangan dalam proses pengangkutan. Menurut Foster et al. (2008), neutrofilia dapat terjadi karena faktor fisiologis (pengaruh dari epinefrin), adanya infeksi bakteri, stres berlebihan (dipengaruhi oleh kortikosteroid), ataupun biasanya disebabkan adanya infeksi akut, misalnya appendicitis, smallpox atau rheumatic fever, atau karena adanya inflamasi/kerusakan jaringan.

Tabel 2. Perubahan Diferensiasi Leukosit pada Domba Garut yang diberi

Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05). nd = tidak ditemukan data pada parameter tersebut.

P1 = Tidak diberikan minum (kontrol), P.2 = Diberikan minuman elektrolit sebelum ditransportasikan, P.3 = Diberikan minuman elektrolit setelah ditransportasikan, P.4 = Diberikan minuman elektrolit sebelum dan sesudah ditransportasikan.

Limfosit, Monosit, Eosinofil dan Basofil

(29)

14

Jumlah normal monosit pada bangsa domba berkisar antara 0-6% dan persentase monosit sekitar 2-8% dari total leukosit (Lawhead and Baker 2005). Berdasarkan Tabel 2 persentasi monosit sekitar 1,4-2 %. Artinya persentasi monosit masih dalam kisaran normal. Meyer (2004) menyatakan peningkatan jumlah monosit dapat terjadi pada saat terjadinya inflamasi dan bersifat fagosit pada infeksi bakteri kronis, kesakitan yang berlebihan (pada anjing dan kucing), adanya radang sup puratif, hemoragi internal, adanya infeksi kronis, stress,

hyperadrenocorticism, immune-mediated disease, epyogranulomatous disease, necrosis dan red cell regeneration. Selain faktor di atas, peningkatan jumlah monosit berkaitan dengan adanya penurunan jumlah neutrofil.

Jumlah normal eosinofil pada bangsa domba berkisar antara 0-6% dan persentase eosinofil sekitar1-2% dari total leukosit. Tabel 2 persentase eosisnofil sekitar 1,2-4,8%. Persentase eosinofil tersebut melebihi kisaran normal.Artinya bahwa domba-domba percobaan mengalami eosinofilia, namun belum diketahui secara klinis penyebabnya. Eosinofil merupakan sel fagosit yang lemah, dan menunjukkan fenomena kemotaksis. Eosinofil diproduksi dalam jumlah besar pada hewan terinfeksi parasit. Eosinofil ini bermigrasi dalam jumlah besar menuju jaringan yang diserang oleh parasit. Eosinofil juga diduga mampu mendetoksifikasi beberapa zat pencetus peradangan yang disebabkan oleh sel mast dan basofil, dan juga memfagositosis dan menghancurkan kompleks alergen-antibodi, sehingga mencegah penyebaran proses peradangan setempat Ganong. (1996).

Dari hasil pengamatan pada penelitian ini tidak ditemukan adanya basofil.Basofil mempunyai warna gelap dengan granul nukleus yang segmented

(Lawhead and Baker 2005). Karakteristik serupa dengan eosonofil, keduanya termasuk sel yang merespon terhadap reaksi alergi. Walaupun hasil pada penelitian ini tidak ditemukan artiya hewan yang percobaan tidak mengalami adanya alergi. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Kannan et al. (2002), bahwa kondisi stres tidak berpengaruh terhadap sekresi basofil.

SIMPULAN

(30)

15

DAFTAR PUSTAKA

Al-Fataftah ARA, and ZHM Abu Dieyeh. 2007. Effect of Chronic Heat Stress on Broiler Performance in Jordan. Intern. J. Poult. Sci. 6(1): 64-70.

Ambore B, Ravikanth K, Maini S, and Rekhe DS. 2009. Haemotological profile and growth performance of goats under transportation Stres. Vet. World. 2: 195-198.

Apple JK, Dikeman ME, Minton JE, McMurphy RM, Fedde MR, Leith DE, and Unruh JA. 1995. Effects of restraint and isolation Stres and epidural blockade on endocrine and blood metabolite status, muscle glycogen metabolism, and incidence of dark-cutting longissimus muscle of sheep. J. Anim. Sci.73:2295–2307.

Blecha F. 2000. Immune System Respon to Stress In GP Moberg dan JA Mench, editor. The Biology of Animals Stress Basic Principles and Implications for Animals Welfare.Wallingford CABI.

Broom DM. 2003. Causes of poor welfare in large animal during transport. Vet. Res. Commun. 27 (Suppl. 1): 515-518.

Burdick N, Carroll JA, Hulbert LE, Dailey JW, Willard S, Van R, Welsh T. and Randel R. 2010. Relationships between temperament and transportation with rectal temperature and serum concentrations of cortisol and epinephrine in bulls. Livest. Sci. 129: 166-172.

Church DC, and Pond WG. 1998. Basic Animal Nutrition and Feeding. 3rd Ed. Jhon Wiley and Sons, New York.

Data Statistik Peternakan dan Keehatan Hewan. 2012. Pupolasi Domba Tahun 2008-2012 per Provinsi. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Pertanian. Kementrian Pertanian.

Frandson. 1992. Anatomy and Physiologyof Farm Animals. Srigandono. Penerjemah. Yogyakarta : Gadjah Mada University press.

Ganong WF. 1996. Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Grandin T. 1997. Assessment of Stres During Handling and Transport J. Anim. Sci. 75: 249-257.

Grigor PN, Cockram MS, Steele WB, MacIntrye J, Williams CL, Leushuis IE, van Reenen CG. 2004. A Comparison of the walfare and meat quality of veal calves slaughtered on the farm with those subjected to transportation and lairage. Livest. Prod. Sci. 91: 219-228.

Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ed ke-9. Setiawan I, Tengadi KA, Santoso A, penerjemah; Setiawan I, editor. Jakarta: ECG. Terjemahan dari: Textbook of Medical Physiology 9th Ed.

(31)

16

Peternakan, IKA Fakultas Peternakan, dan Pusat Dinamika Pembangunan Universitas Padjadjaran. Bandung.

Hernaman I. 2003. Pengaruh Distribusi terhadap penyusutan bobot tubuh dan status hematologi pada domba dengan ransum yang disuplementasi seng dan minyak ikan. Jurnal Ilmu Ternak 3 (2):53-55.

Isnaeni W. 2006. Fisiologi Hewan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Kadim IT, Terrill TH, Alkindi AY, Almarzooqi WNM, Al-Saqri I, Almaney M, Mahmoud IY. 2007. Effect of transportation at high ambient temperatures on physiological responses, carcass and meat quality characteristics in two age groups of Omani sheep. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 20: 424-431.

Kannan G, Terrill TH, Kouakou B, Gazal OS, Gelaye S. Amoah EA, Samake S. 2002. Transportation of goats : Effects on physiological Stres responses and live weight loss J. Anim. Sci. 78:1450-1457.

Kannan G, Terrill TH, Kouakou B, Gazal OS, Gelaye S, Amoah EA, Samake S. 2000. Transportation of goats : Effects on physiological stress responses and live weight loss J. Anim. Sci. 78:1450-1457.

Katamoto H, Fukuda H, Oshima I, Ishikawa N, Kanai Y. 1998. Nitrobluetetrazolium reduction of neutrophils in heat Stresed goats is not influenced by selenium and vitamin E injection. J. Vet. Med. Sci. 60 (11) : 1243-1249.

Lynch JJ, Hinch G, Adam DD. 1992. The Behaviour of Sheep. CAB International, Wallingford.

Marai IFM, Haeeb AAM, 2007. Buffalo’s biological function as affected by heat

stress-A Review. Lives Sci 127:89-109.

Mashaly MM, Hendricks GL, Kalama MA, Gehad AE, Abbas AO, Patterson PH. 2004. Effect of heat stress on production parameters and immune responses of commercial laying hens. Poult. Sci. 83:889-894.

McCurnin DM, Bassert JM. 2006. Clinical Textbook for Veterinarians Technician. Ed ke-6. Philadelphia : Elsevier Saunders.

Meyer VJ. 2004. Veterinary Clinical Laboratory Technique. http : www.medaille. edu/vmacer/204 lec5_wbca_study.htm (22 April 2008).

Minka NS, Ayo JO. 2009a. Assessments of the stresses imposed on adult striches (Struthio camelus) during handling, loading, transportation and unloading. Vet. Rec. 162: 846-851.

Minka NS, Ayo JO. 2007b. Effects of loading behaviour and road transport stress on traumatic injuries in cattle transported by road during the hot-dry season. Life Sci. 107: 91-95.

Mitchell M. Kettwell P. 1994. Road transportation of broiler chickens; induction of physiological stress. World’sPoult. Sci. J. 50; 57-59.

Moore SJ. 2000. Effect of altering dietary cation-anion diffrence on calcium and energy metabolism in peripartum cow. J. Dairy Sci 83:2095-2104.

(32)

17 Odore RDA, Badino P, Bellino C, Pagliasso SRG. 2004. Road transportation affects blood hormone levels and lymphocyte glucocorticoid and adrenergetic receptor concentration in calves. Vet. J. 168, 297-303

Phillips A. 1997. Electrolyte and sugar supplements for slaughter cattle transported long distances. Pages 1–43 in Project Report NTA 020 for the Meat Research Corp. Sydney, Australia.

Puspianah, R. 2008. Pengaruh penyusutan dan konsentrat terhadap pemulihan bobot badan domba ekor gemuk pasca transportasi. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Schaefer AL, Stanley JRW. 1997. The use of electrolyte solutions for reducing transport stress. J. Anim. Sci. 75:258-265.

Sconberg S, Nockels CF, Bennett BW, Bruyninckx W, Balcquaert AMB, Am Craig. 1993. Effects of shipping, handling, adenocorticotropic hormone, and epinephrine on alpha-tocopherol content of bovine blood. Am. J. Vet. Res. 54 (8): 1287-1293.

Smith DL, Wilson LL. 1999. Effects of transportation and electrolyte administration on lamb, pig, and calf behavior, disstres, and performance traits. The Professional Animal Scientist 15:149-155.

Steel RGD, dan Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik. Terjemahan: B. Sumantri. Jakarta (ID) : Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari:

Principles and Prosedures of Statistics.

Sugito, Manalu W, Astuti, DA, Handharyani E, Chairul. 2007. Morfometrik usus dan performans ayam broiler yang diberi cekaman panas dan ekstrak

n-heksan kulit batang ”jaloh” (Salix tetrasperma Roxb). Media Pet.

30(3):198-206.

Suryadi U, Santosa U, Tanuwiria UH. 2011. Strategi Eliminasi Stres Distribusi pada Sapi Potong Menggunakan Kromium Organik. Unpad Press, Bandung.

Tizard I. 1982. Veterinary Immunology and Introduction 3rd Edition. Sanders WB. Diterjemahkan oleh Masduki Partadireja. Surabaya : Airlangga University Press.

Tucker WB. 1992. Sulful should be included when calculating the dietary catio-anion balanced of diets for lactating dairy cows. Anim Sci Res Rep: 141-150.

(33)

18

LAMPIRAN

1. Prosedur Analisis Minuman Isotonik

Prosedur Analisis pengujian mineral dari setiap pakan yang diberikan.Analisis mineral Na, K menggunakan metode Ritz et al. (1960) dengan menggunakan alat atomic absorption spectrophotometer (AAS). Analisis P berdasarkan metode Taussky dan Shorr (1953) dengan menggunakan spectrophotometer, analisis Cl dengan berdasarkan metode Argentometri (Balai Penelitian Tanah. 2005) dengan menggunakan alat spectrophotometer. Kemudian, dilakukan perhitungan nilai perbedaan kation anion ransum (PKAR) berdasarkan kandungan Na, K, Cl, dan S total ransum basal dengan menggunakan persamaan Tucker et al. 1992 berikut ini.

PKAR = ( Na+K) – ( Cl+S) (meq/100 g BK ransum)

Formulasi penambahan gula pada minuman isotonik berbahan baku gula aren dan mineral elektrolit dengan mengacu pada hasil penelitian sebelumnya (Gortel, 1992 dan Indriana. 2004). Gula aren sebagai sumber energi dinggunaan 5% bobot badan, yang dilarutkan dalam 500 ml air, ini merupakan hasil terbaik).Sedangkan penambahan elektrolit dengan nilai PKAR sebesar 0 meq dengan menghitung terbih dahulu kandungan PKAR pakan (Rumput danGula Aren) kemudian dilakukan penambahan untuk mencapai nilai PKAR 0 meq. Tabel.3 Komposisi Mineral minuman Isotonik 0 Meq

Komposisi Mineral (g) Perlakuan

P.1 P.2 P.3 P.4

Na2CO3 0.133 0.096 0.106 0.112

K2CO3 0.147 0.125 0.138 0.146

*hasil analisis di laboratorium ternak perah Fapet IPB 2013

P1 = Tidak diberikan minum (kontrol), P.2 = Diberikan minuman elektrolit sebelum ditransportasikan, P.3 = Diberikan minuman elektrolit setelah ditransportasikan, P.4 = Diberikan minuman elektrolit sebelum dan sesudah ditransportasikan.

2. Analisis Sampel Darah

(34)

19 Prosedur Perhitungan Leukosit

1. Dua buah objek gelas disiapkan dalam keadaan bersih.

2. Tempelkan darah sekitar 2 cm dari ujung objek gelas (sebelah kanan). Pegang bagian ujung lain gelas objek tersebut pada kedua sudutnya (sebelah kiri) dengan ibu jari dengan telunjuk tangan kiri (atau letakan saja gelas objek di atas meja yang rata). Dengan tangan kanan peganglah gelas objek lainnya (ibu jari dan keempat jari tangan kanan memegang pinggir-pinggir gelas objek) dan letakan bagian ujung depan gelas objek ini pada gelas objek yang pertama sehingga membentuk sudut 30o di depan setetes darah tadi.

Gerakan gelas objek yang di tangan kanan ke belakang (sudut tetap 30o) sampai menyinggung tetesan darah, sehingga darah menyebar sepanjang sudut antara kedua gelas objek.

3. Segera setelah darah menyebar, geserkan gelas objek ke depan, maka akan terbentuk sediaan apus darah yang tipis.

4. Sediaan apus dikeringkan dan diwarnai dengan Giensa, sebagai berikut : a. Sediaan darah yang sudah kering dimasukan ke dalam metil alkohol

(cairan fiksasi) selama 5 menit.

b. Angkat dan keringkan kemudian masukan ke dalam larutan zat warna Giemsa. Biarkan selama 30 menit.

c. Keringkan di udara.

5. Periksalah sediaan tersebut di bawah mikroskop. Neutrofil dengan granula netral, halus, bentuk muda mempunyai inti berbentuk batang sedangkan yang tua berbentuk segmen. Limfosit dengan initi bulat, biru tua, sitoplasma sedikit berwarna biru muda

1. Analisis ragam penyusutan bobot badan domba pasca transportasi

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F Sig

2. Uji duncan penyusutan bobot badan

(35)

20

3. Analisis ragam konsumsi pakan domba pasca transportasi

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F Sig

Kuadrat Bebas Tengah

Faktor Koreksi .687a

3 .229 3.052 .092

Intercep 158.413 1 158.413 2.112E3 .000

Pengaruh

Perlakuan .687 3 .229 3.052 .092

Galat .600 8 .075

Total 159.700 12

Total Koreksi 1.287 11

4. Uji duncan konsumsi pakan

Perlakuan Ulangan Subset

1 2

1 3 3.8333

2 3 3.2333

3 3 3.6667 3.6667

4 3 3.8000

Sig .495 .089

5. Analisis ragam neutrofil domba pasca transportasi

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F Sig

Kuadrat Bebas Tengah

Faktor Koreksi 553.200a

3 184.400 2.479 .098

Intercep 7068.800 1 7068.800 95.043 .000

Pengaruh

Perlakuan 553.200 3 184.400 2.479 .098

Galat 1190.000 16 74.375

Total 8812.000 20

Total Koreksi 1743.200 19

6. Uji duncan neutrofil

Perlakuan Ulangan Subset

1 2

1 5 12.20

2 5 25.80

3 5 21.60 21.60

4 5 15.60 1560

(36)

21

7. Analisis ragam limfosit domba pasca transportasi

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F Sig

Kuadrat Bebas Tengah Faktor Koreksi 388.800a

3 129.600 1.407 .277

Intercep 117351.200 1 117351.200 1.274E3 .000

Pengaruh Perlakuan 388.800 3 129.600 1.407 .277

Galat 1474.000 16 92.125

Total 119214.000 20

Total Koreksi 1862.800 19

8. Analisis ragam monosit domba pasca transportasi

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F Sig

9. Analisis ragam eosonofil domba pasca transportasi

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F Sig

10.Analisis ragam suhu rektal pasca transportasi

(37)

22

11.Analisis ragam laju pernapasan domba pasca transportasi

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F Sig

Kuadrat Bebas Tengah Faktor Koreksi 342.000a

3 114.000 .686 .574

Intercep 81920.000 1 81920.000 492.752 .000

Pengaruh Perlakuan 342.000 3 114.000 .686 .574

Galat 2660.000 16 166.250

Total 84922.000 20

Total Koreksi 3002.000 19

12.Analisis ragam denyut jantung domba pasca transportasi

Sumber Jumlah Derajat Kuadrat F Sig

Kuadrat Bebas Tengah Faktor Koreksi 1935.000a

3 645.000 1.054 .396

Intercep 356445.000 1 356445.000 582.426 .000 Pengaruh

Perlakuan 1935.000 3 645.000 1.054 .396

Galat 9792.000 16 612.000

Total 368172.000 20

(38)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut pada 09 september 1986 sebagai anak pertama dari pasangan Bapak Asep Sutisna S.Pd dan Ibu Dede Sartika S.Pd. Penulis mempunyai dua orang Adik yaitu Eva Aprilia dan Mira Amalia, serta penulis belum berkeluarga.

Gambar

Gambar.1 Alur pemikiran
Tabel 1. Perubahan Bobot Badan, status faali dan hematologis domba perlakuan
Tabel 2. Perubahan Diferensiasi Leukosit pada Domba Garut yang diberi

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan pada masa yang akan datang, pemaknaan dan pelaksanaan kemerdekaan dan kebebasan pers dilakukan secara utuh sebagaimana amanat Undang-undang, dimana

(2004) juga menunjukkan bahwa nilai kemiripan (identity values) dari sekuen nifH dan nifD pada Methylocapsa acidiphila B2 dan Beijerinckia lebih tinggi (98.5 % dan 96.6

Sejak dimulainya pengajuan permohonan pernyataan pailit seyogianya diberlakukan keadaan diam (standstill atau stay). Undang-undang kepailitan harus mengakui hak separatis dari

Hasil dari penelitian ini menunjukan tingkat serangan hama penggerek batang lada terendah teridentifikasi pada perkebunan lada dengan teknik pengendalian gulma yang

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENYIMPANAN TELUR TERHADAP KUALITAS TELUR AYAM RAS (GALLUS L) DI INSTALASI GIZI RSUP DR..

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Tim Kegiatan TNI Manunggal Membangun

Menurut Pasal 2 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terdapat 5 asas, yaitu: Asas manfaat menyatakan bahwa segala upaya dalam

Hadis-hadis di atas menjadi dalil bagi mereka yang menyatakan kebolehan ber- kurban seekor kambing, domba, atau biri-biri untuk orang yang berkurban dan keluarganya dengan