• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Finansial Jati Unggul Nusantara (JUN) di Desa Ciampea, Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Finansial Jati Unggul Nusantara (JUN) di Desa Ciampea, Bogor"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL JATI UNGGUL

NUSANTARA (JUN) DI DESA CIAMPEA, BOGOR

DAFID KURNIAWAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kelayakan Finansial Jati Unggul Nusantara di Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

(4)

ABSTRACT

DAFID KURNIAWAN. Financial Feasibilty Analysis of Superior Nusantara Teak in Ciampea Village, Bogor. Supervised by ABDUL KOHAR IRWANTO.

Superior Nusantara Teak (JUN) is clone of Plus Perhutani Teak (JPP). The objectives of the research are to analyze the financial feasibility and to analyze sensitivity of bussiness toward the change of operational cost and production quantity. Data was analyzed quantitavely with calculation of investment criteria,i.e, Net Present Value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio and Payback Period. Data was analyzed with microsof excel.

Based on analysis with 3 scenario, the NPV for each of them are IDR 39 411 026, IDR 108 832 704, and IDR 27 476 586 with discount factor (DF) 9.4%. While for DF 15%, the NPV for each scenario are IDR 27 409 019, IDR 75 166 147 and IDR 19 752 514. IRR are 39.28%, 49.59% and 37.07% for DF 9.4%. While for DF 15%, IRR are 39.17%, 49.49%, 36.67%. That means that the IRR is bigger than determined DF. Net value B/C are 1.14, 1.39, and 1.10 for DF 9.4%. While for DF 15%, net value are 1.11, 1.31, 1.08. Payback Period are 7.82, 7.88, 7.94 for both DF 9.4% and 15%. Based on switching value analysis, the limit of production quantity decline of JUN so that the bussiness feasible are 7.60%, 20.93% and 5.07% for DF 9.4% and 6.40%, 17.67%, 4.44% for DF 15%. The limit of income decline are 2.83%, 5.79% and 1.85% for both DF 9.4% and 15%.

Keywords: financial feasibility analysis, superior nusantara teak, switching value

ABSTRAK

DAFID KURNIAWAN. Analisis Kelayakan Finansial Jati Unggul Nusantara di Desa Ciampea, Bogor. Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO.

Jati Unggul Nusantara (JUN) adalah Jati hasil kloning Jati Plus Perhutani (JPP). Tujuan penelitian adalah menganalisis kelayakan finansial dan menganalisis sensitivitas usaha terhadap perubahan biaya operasional dan jumlah produksi. Pengolahan data secara kuantitatif menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi, yaitu Net Present Value, Internal Rate Of Return, Net Benefit Cost Ratio dan Payback Period. Analisis data menggunakan Microsoft Excel.

Berdasarkan analisis dengan 3 skenario, NPV sebesar Rp 39 411 026, Rp

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL JATI UNGGUL

NUSANTARA (JUN) DI DESA CIAMPEA, BOGOR

DAFID KURNIAWAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Finansial Jati Unggul Nusantara (JUN) di Desa Ciampea, Bogor

Nama : Dafid Kurniawan NIM : H24090109

Disetujui oleh

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmatnya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada Oktober – November 2013 ini adalah studi kelayakan finansial, dengan judul Studi Kelayakan Finansial Jati Unggul Nusantara (JUN) di Desa Ciampea.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Abdul Kohar Irwanto MSc selaku pembimbing skripsi, kepada Pak Dedi selaku supervisor wilayah Bogor dan Pak Irvan selaku pendamping petani penggarap program JUN di Ciampea yang telah membantu selama proses pengambilan data. Penulis memberikan apresiasi kepada pihak koperasi UBH KPWN dan pemerintah desa Ciampea yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian. Terima kasih penulis turut haturkan kepada Ibu, Ayah, serta seluruh keluarga atas doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada rekan-rekan seperjuangan yang mendukung, diantaranya: M Riza Febriano, angkatan Manusela dan seluruh anggota LAWALATA IPB, Yenny AH dan seluruh penggerak GCAT IPB, kawan kawan Supernova IPB, kawan kawan IPOK dan lainnya, kalian keren.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

(9)

DAFTAR ISI

Aspek Pemasaran, Produksi dan Sumber Daya Manusia 4

Aspek Pemasaran 4

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara (JUN) 8 Asumsi-Asumsi Dasar dalam Analisis Finansial Usaha JUN UBH-KPWN 8

Analisis Inflow Usaha JUN UBH-KPWN 10

Penerimaan Penjualan Pohon JUN Siap Panen 11

Analisis Outflow Usaha JUN UBH-KPWN 11

Biaya Investasi 11

Biaya Operasional 11

Bagi Hasil 12

Analisis Finansial Usaha JUN UBH-KPWN 12

Analisis Switching Value Usaha JUN UBH KPWN 13

SIMPULAN DAN SARAN 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 17

(10)

DAFTAR TABEL

1 Kondisi parameter menurut skenario yang dianalisis pada discount rate (dr) 9.4 % 9 2 Kondisi parameter menurut skenario yang dianalisis pada discount rate (dr) 15 % 9 3 Harga Jual Dasar (HJD) kayu jati 5 periode terakhir 9 4 Rekapitulasi hasil analisis finansial setiap skenario 13 5 Rekapitulasi hasil analisis switching value setiap skenario 13

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 3

2 Skema bagi hasil antar pihak pada usaha JUN 6

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil penelitian terdahulu 18

2 Perbandingan penelitian ini dengan penelitian terdahulu 19

3 Rencana fisik usaha JUN di Desa Ciampea 20

4 Indeks harga usaha JUN di Desa Ciampea 21

5 Persentase bagi hasil dan beban risiko para pihak 21

6 Bagi hasil antar pihak untuk skenario satu 22

7 Perhitungan cash flow dan Net Present Value (NPV) 22

A. Skenario satu dengan discount factor (df) 9.4 % 22

B. Skenario tiga dengan discount factor (df) 15 % 23

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan memiliki jasa yang sangat besar bagi kelangsungan makhluk hidup. Salah satu jenis hutan berdasarkan terbentuknya adalah hutan buatan disebut hutan tanaman, yaitu hutan yang terbentuk karena campur tangan manusia. Salah satu bentuk hutan buatan adalah hutan jati yang dibudidayakan karena berhasil dikembangkan rekayasa genetika untuk memperpendek masa panen umur jati dari 40 – 50 tahun menjadi 5- 15 tahun. Hasil utama dari hutan jati tersebut adalah kayu jati yang memiliki manfaat, seperti untuk bahan meubel.

Perum Perhutani sebagai perusahaan negara mendapat hak penanaman pohon jati secara luas di Pulau Jawa. Luas lahan kawasan tanaman jati Perum Perhutani mencapai sekitar 1.5 juta hektar, luas tersebut setara dengan 11 % dari total luas Pulau Jawa. Model pengelolaan tanaman jati Perum Perhutani umumnya memiliki masa panen daur panjang, yang membutuhkan waktu rata-rata masa panen 40 tahun. Model tersebut sebagai kelanjutan dari usaha perkebunan masa pemerintah Belanda sejak lebih dari seratus tahun yang lalu (Iskak et al. 2005).

Perkembangan industri pengolahan kayu untuk produk meubel, kerajinan, dan bahan bangunan di Pulau Jawa menuntut kebutuhan bahan baku kayu yang besar. Khusus untuk produk industri yang berbahan baku kayu jati, di Pulau Jawa hampir 95 % pasokan tergantung dari tegakan tanaman Perum Perhutani, Sidabutar (2007) dalam Efansyah (2011).

Industri pengolahan kayu jati sebagian besar merupakan perusahaan swasta berskala kecil dan menengah, yang pasokan kayu jatinya sangat tergantung dari Perum Perhutani. Saat ini industri-industri tersebut menghadapi kendala produksi yang disebabkan semakin berkurangnya sumber pasokan bahan baku kayu jati. Padahal, kebutuhan industri memerlukan kontinuitas pasokan kayu jati dengan jumlah yang terpenuhi. Menurut informasi dari ASMINDO (2008) dalam Puspitasari (2009), permintaan kayu jati di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 7 000 000 meter kubik, namun penawaran yang dapat dipenuhi hanya sebesar 700 000 meter kubik saja, sehingga terjadi kekurangan penawaran sekitar 90 persen. Kendala lain yang dihadapi dalam pemenuhan bahan baku kayu jati adalah umur tanam yang relatif lama. Semakin lama tanaman jati di tanam, maka kualitasnya dipercaya semakin baik (Puspitasari 2009).

(12)

2

tertarik membudidayakan JUN adalah Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN).

Perumusan Masalah

Salah satu daerah yang berpotensi untuk pengembangan JUN yaitu Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Saat ini telah dilaksanakan penanaman JUN di delapan desa yang terdapat di kecamatan Ciampea, salah satunya adalah Desa Ciampea. Jumlah pohon Jati yang ditanam di Desa Ciampea sebanyak 9 958 pohon. Pohon Jati yang ditanam sejak tahun 2008 dan 2009 tersebut, akan dipanen pada tahun 2014 dan 2015.

Sampai saat ini, belum ada yang melakukan kajian bagaimana kelayakan usaha JUN yang dilakukan di desa Ciampea. Berdasarkan uraian tersebut, perumusan masalah penelitian ini adalah : (1) Bagaimana kelayakan finansial usaha Jati Unggul Nusantara di Desa Ciampea? (2) Bagaimana kepekaan (sensitivitas) usaha JUN oleh UBH-KPWN terhadap perubahan yang terjadi pada lingkungan, seperti perubahan biaya operasional dan jumlah produksi?

Tujuan Penelitian

(1) Menganalisis kelayakan usaha terutama aspek finansial dari pengelolaan Jati Unggul Nusantara di Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (2) Menganalisis kepekaan (sensitivitas) usaha Jati Unggul Nusantara UBH-KPWN terhadap perubahan biaya operasional dan jumlah produksi.

Manfaat penelitian

(1) Bagi pemerintah desa, penelitian ini menjadi sumber informasi yang bermanfaat dalam menentukan kebijakan. (2) Bagi akademisi dan peneliti, penelitian ini mampu mendorong berkembangnya penelitian program JUN lebih lanjut (3) Bagi masyarakat, penelitian ini sebagai bahan masukan dan informasi dalam melaksanakan program JUN.

Penelitian Terdahulu

(13)

3 Penelitian terdahulu lainnya yaitu Maulana (2013) dan Putri (2013). Aspek yang dilihat pada penelitian terdahulu yaitu tujuan dan metode berupa penentuan sampel, analisis data dan hasil analisis. Sebagai pembanding antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu maka dibuatkan matriks berupa tabel yang dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

METODE

Kerangka Pemikiran

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Desa Ciampea, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober hingga November 2013.

Pengumpulan Data dan Informasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak supervisor

Program JUN di Ciampea Kebutuhan Kayu Jati

Analisis Kelayakan Finansial NPV

IRR Net B/ C

Payback Period

Analisis switching value

Layak Tidak Layak

(14)

4

lapangan untuk wilayah bogor dan tenaga pendamping petani desa Ciampea dan staf kantor UBH KPWN di Bogor. Data primer mencakup aspek kegiatan usaha antara lain: harga input, biaya investasi yang terdiri atas biaya operasional dan biaya variabel, sistem manajemen dan harga jual produk.

Data sekunder berupa kondisi geografis yang diperoleh dari instansi – instansi terkait, yaitu : UBH – KPWN, kantor Kelurahan Ciampea, situs internet, dan kepustakaan yang relevan dengan penelitian ini, yaitu : laporan penelitian sebelumnya, buku mengenai manajemen penelitian dan studi kelayakan usaha.

Metode dan Analisis Data

Analisis deskriptif untuk menganalisis aspek kelayakan usaha JUN terutama aspek non finansial. Aspek kelayakan finansial dilakukan secara kuantitatif menggunakan perhitungan kriteria-kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Periode. Analisis data menggunakan Microsoft Excel.

GAMBARAN UMUM USAHA

Profil UBH-KPWN

Unit Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara merupakan salah satu unit usaha yang dimiliki oleh Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara (KPWN). Unit Usaha ini dibentuk untuk melaksanakan usaha yang bergerak dibidang usaha budidaya jati dengan pola bagi hasil. UBH-KPWN juga menerapkan sistem manajemen pohon (trees management) agar mempermudah perhitungan dan pengontrolan dalam pelaksanaan usaha.

Aspek Pemasaran, Produksi dan Sumber Daya Manusia

Aspek Pemasaran

Kajian aspek pemasaran berkaitan dengan bagaimana penerapan strategi pemasaran dalam rangka meraih sebagian pasar potensial atau peluang pasar yang ada tersebut. Informasi pasar kayu Jati hasil JUN juga diperoleh dari supervisor wilayah Bogor. Menurut pak Edi, hasil JUN yang berasal dari Bogor termasuk Desa Ciampea akan dikirim ke salah satu anak perusahaan dari Perhutani yang berlokasi di daerah Purwokerto Jawa Tengah.

(15)

5 kayu bulat jati sebesar 517 627 dengan rincian 137 173 dihasilkan di provinsi Jawa Barat dan Banten, 186 613 dihasilkan di provinsi Jawa Tengah, 1 229 dihasilkan di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dan 191 269

dihasilkan di provinsi Jawa Timur.

Aspek Produksi

Usaha pada kegiatan on farm sangat tergantung dengan keadaan lingkungan, seperti kondisi lahan dan iklim. Kegiatan on farm atau budidaya tanaman memiliki karakteristik tanam yang berbeda-beda, karena itu dilaksanakan di lokasi yang sesuai. Pemilihan lokasi tanam yang sesuai dengan karakteristik tanam merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi. Sesuai dengan karakteristik tumbuhnya, maka budidaya JUN sangat baik dilakukan di daerah Jawa.

Pemilihan lokasi tanam didasarkan pada pertimbangan karakteristik lahan dan aksesibilitas. Lokasi yang dinilai layak sebagai lahan tanam JUN harus memiliki persyaratan sebagai berikut: bukan lahan persawahan, tidak tergenang air atau banjir atau becek setelah hujan, tidak terkena nauangan pohon atau bangunan, ketinggian lokasi maksimum 400 meter dari permukaan laut dan diprioritaskan di daerah yang tanaman jati dapat tumbuh dengan baik.

Persyaratan lokasi penanaman ini ditetapkan oleh UBH-KPWN berdasarkan literatur penanaman tanaman JUN. Selain karakteristik lahan, aksesibilitas lokasi tanaman menjadi pertimbangan karena memudahkan pengadaan input. Akses lokasi yang mudah juga mendorong minat investor untuk melihat lokasi tanam, memudahkan pemasaran hasil panen dan pelaksanaan pengawasan.

Pemilihan input dan peralatan merupakan hal yang harus diperhatikan. Ketepatan pemilihan input dan peralatan akan menunjang pelaksanaan usaha. Input utama dalam usaha ini adalah bibit JUN. Pengadaan bibit JUN ini bekerjasama dengan PT. Setyamitra Bhaktipersada, sehingga pasokan bibit JUN dapat terjamin. Pengadaan pupuk organik formula khusus juga telah bekerjasama dengan PT. Pancakokoh.

Berdasarkan lokasi tanam, iklim dan cuaca, serta ketersediaan bahan baku maka aspek manajemen produksi JUN di desa Ciampea sudah baik. Desa Ciampea yang menjadi area penanaman JUN dekat dengan tebing kapur yang memiliki unsur hara untuk menunjang pertumbuhan jati.

Aspek Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang mendukung usaha JUN di Ciampea yaitu adanya petani penggarap JUN, pendamping petani, pihak pengamanan dan supervisor wilayah Bogor serta buruh lepas yaitu masyarakat sekitar desa yang dibutuhkan seperti saat pemanenan.

Karakteristik masyarakat desa Ciampea sebelum ada budidaya usaha JUN adalah petani penggarap palawija. Ketika usaha JUN ada lahan garapan di desa Ciampea berganti menjadi lahan budidaya JUN sehingga petani beralih menjadi petani penggarap JUN. Pihak pengamanan lahan JUN adalah KOPASSUS yang merupakan pemilik lahan tersebut.

(16)
(17)

7 Berdasarkan bagan tersebut maka :

1. Unit Usaha Bagi Hasil KPWN berperan melaksanakan pengelolaan usaha JUN dengan memanfaatkan dana dari investor, lahan milik perorangan, lahan desa, maupun lahan badan usaha, serta tenaga kerja petani penggarap yang terlibat dalam usaha JUN. Imbal jasa atas peranannya tersebut, UBH-KPWN akan mendapat bagian hasil panen sebanyak 15 persen dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi apabila ada tanaman JUN yang mati atau hilang maka bagian hasil panen tersebut dikurangi 0,3 bagian dari jumlah yang mati atau hilang.

2. Investor berperan sebagai pihak yang menanamkan modal untuk digunakan dalam pelaksanaan usaha. Dana tersebut digunakan untuk biaya pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan, peralatan, upah petani, dan biaya manajemen yang terdiri atas manajemen kantor dan manajemen lapangan. Investor akan mendapat bagian hasil panen sebanyak 40 persen dari jumlah pohon yang ditanam. Bila terjadi kehilangan atau kematian pohon investor tidak menanggung risiko.

3. Pemilik lahan berperan menyediakan lahan untuk ditanami JUN. Hubungan pemilik lahan dengan UBH-KPWN bukan sewa menyewa melainkan kerja sama. Pemilik lahan akan mendapat bagian hasil panen sebanyak 10 persen dari jumlah pohon yang ditanam dan bebas risiko bila ada JUN yang mati atau hilang.

4. Petani Penggarap berperan dalam melaksanakan pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, dan pengamanan JUN. Imbal jasa petani penggarap sebesar 25 persen dari jumlah JUN yang ditanam. Selain itu petani penggarap mendapat upah dari pengelolaan tiap pohon JUN. Petani penggarap menanggung risiko 0.5 bagian bila ada JUN yang mati atau hilang.

5. Perangkat desa berperan memberikan dukungan dan bantuan dalam rangka memastikan keabsahan kepemilikan lahan, melaksanakan sosialisasi, menggerakkan masyarakat untuk menjadi peserta usaha JUN, membantu melaksanakan pengawasan lapangan dan pengamanan. Pihak desa akan mendapat bagian hasil panen untuk pembangunan desa sebesar 10 persen dari jumlah pohon yang ditanam, tetapi apabila ada yang mati atau hilang maka bagian hasil panen tersebut dikurangi sebanyak 0.2 bagian dari jumlah yang mati atau hilang. Bagian hasil panen masing-masing pihak dikaitkan dengan tingkat kematian atau kehilangan dapat dilihat pada Lampiran 5.

Keadaan Umum Desa Ciampea

Secara administratif Desa Ciampea terletak di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Total luasan wilayah mencapai 246 ha/ dengan jumlah bulan hujan 9 bulan dan suhu rata-rata harian 30 C. Batas administrasi desa Ciampea sebagai berikut :

Utara : Desa Ranca Bungur Kecamatan Ranca Bugur. Selatan : Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea. Timur : Desa Benteng Kecamatan Ciampea.

(18)

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Kelayakan Finansial Usaha Jati Unggul Nusantara (JUN)

Analisis finansial bertujuan melihat sejauh mana kelayakan pelaksanaan usaha JUN UBH-KPWN pada aspek keuangan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria penilaian investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PP). Analisis kriteria tersebut menggunakan arus kas untuk mengetahui besarnya manfaat dan biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Sebelum membuat arus kas terlebih dahulu menentukan asumsi-asumsi dan analisis terhadap pemasukan (inflow) dan pengeluaran (outflow).

Asumsi-Asumsi Dasar dalam Analisis Finansial Usaha JUN UBH-KPWN

1. Umur usaha 8 tahun berdasar pada umur tanam dan panen JUN.

2. Jumlah pohon JUN yang ditanam pada tahap pertama sebanyak 5 598 dan pada tahun kedua sebanyak 4 360 pohon (sumber oleh supervisor lapangan).

3. Pola tanam monokultur berdasarkan pola tanam Jati Unggul Nusantara. 4. Biaya operasional terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap

meliputi biaya manajemen kantor sedangkan biaya variabel meliputi biaya penanaman, perawatan tanaman, upah tenaga kerja dan pemanenan.

5. Perhitungan biaya variabel berdasar pohon per pohon (trees management). 6. Peralatan yang dipergunakan petani untuk penanaman, perawatan, dan

penyiangan adalah milik petani sendiri, UBH-KPWN hanya menyediakan beberapa peralatan untuk dipinjamkan pada waktu tertentu saja.

7. Bibit, pupuk dan obat-obatan untuk JUN disediakan oleh UBH - KPWN. 8. Harga jasa investasi yang ditawarkan kepada investor sebesar Rp 60 000 per

pohon pada tahun pertama (2008) dan Rp 65 000 per pohon pada tahun kedua (2009) yang keseluruhannya digunakan untuk biaya usaha JUN.

9. Investor membeli seluruh tanaman JUN yang telah ditanam.

10. Penyusutan investasi dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Nilai sisa ditetapkan untuk aset-aset yang masih memiliki umur ekonomis ketika umur proyek telah berakhir.

11. Tingkat kematian tanaman JUN berdasarkan data pihsak UBH KPWN tahun 2012, lalu 1 % dari tahun 2012 untuk masa panen.

12. Semua hasil panen JUN diserap oleh pasar.

13. Pohon JUN dipanen pada usia 5 tahun dengan harga jual per pohon JUN di kebun sebesar Rp 377 000 (berdasar harga pohon dengan rata-rata diameter yang ditentukan (sumber oleh supervisor lapangan).

14. Bagi hasil didasarkan atas penerimaan penjualan (revenue sharing) yaitu jumlah pohon yang ditanam dikalikan dengan harga jual yang berlaku.

15. Proporsi bagi hasil pihak-pihak yang terlibat dalam usaha JUN adalah a. Investor : 40 persen

(19)
(20)

10

Data menunjukkan bahwa penetapan kenaikan harga secara rata-rata dalam waktu lima periode terakhir sebesar Rp 225 000/ tahun. Mengacu harga rata-rata jati pada seluruh kelas mutu berdiameter 16-19 cm sebesar Rp 1 979 000/ , maka : 1) Harga tahun 2013 diproyeksikan Rp 1 979 000/ ditambah kenaikan HJD

rata-rata Rp 225 000/ maka harga rata-rata tersebut Rp 2 204 000/ .

2) Harga tahun 2014 dapat diproyeksikan Rp 2 204 000/ , ditambah kenaikan HJD rata-rata Rp 225 000 maka harga rata-rata tersebut Rp 2 429 000/ .

3) Harga Tahun 2015 dapat diproyeksikan Rp 2 429 000/ , ditambah kenaikan HJD rata-rata Rp 225 000 maka harga rata-rata tersebut Rp 2 654 000/ .

Asumsi mutu kayu JUN yang terjual merupakan kelas mutu Pertama (P), maka harga jual rata-rata tahun 2012 Rp 2 251 000/ dengan kenaikan rata-rata kelas mutu tersebut Rp 227 000/tahun, sehingga :

1) Harga Tahun 2013 diproyeksikan Rp 2 251 000/ dengan kenaikan harga rata-rata kelas mutu tersebut Rp 227 000/tahun, maka Rp 2 478 000/ .

2) Harga Tahun 2014 dapat diproyeksikan Rp 2 478 000/ , ditambah kenaikan HJD rata-rata Rp 2 227 000 maka harga rata-rata tersebut Rp 2 705 000/ . 3) Harga Tahun 2015 dapat diproyeksikan Rp 2 705 000/ , ditambah kenaikan

HJD rata-rata Rp 2 227 000 maka harga rata-rata tersebut Rp 2 932 000/ . Bila asumsi mutu kayu JUN yang terjual merupakan kelas mutu Empat (M), dengan harga jual rata-rata pada tahun 2012 Rp 1 726 000/ dengan kenaikan rata-rata kelas mutu tersebut Rp 205 000/tahun, maka :

1) Harga Tahun 2013 dapat diproyeksikan Rp 1 726 000/ , ditambah kenaikan HJD rata-rata Rp 205 000/ maka harga rata-rata tersebut Rp 1 931 000/ . 2) Harga Tahun 2014 dapat diproyeksikan Rp 1 931 000/ , ditambah kenaikan

HJD rata-rata Rp 205 000 maka harga rata-rata tersebut Rp 2 136 000/ .

Sesuai rentang kelas mutu kayu tersebut maka harga kayu JUN sortimen A1 tersebut, dapat diproyeksikan pada saat panen dapat terjual pada rentang harga antara Rp 2 136 000/ sampai dengan Rp 2 932 000/ , dengan harga rata-rata seluruh kelas mutu Rp 2 654 000/ .

Harga jual dasar tersebut dapat diacu jika tidak ada perubahan harga pokok produksi Perum Perhutani secara signifikan, atau bila ada perubahan indikator ekonomi secara signifikan. Harga jual juga dipengaruhi oleh tingkat permintaan kebutuhan kayu saat penjualan dan kemudahan akses rantai pemasaran kayu terhadap pembeli akhir (Biro Pemasaran Perum Perhutani, 2012).

Analisis Inflow Usaha JUN UBH-KPWN

Komponen inflow usaha JUN diterima dari penerimaan penjualan jasa investasi dan penerimaan penjualan pohon JUN siap panen. Penerimaan penjualan diperoleh dengan mengalikan harga jual dengan total penjualan.

Penerimaan Penjualan Jasa Investasi

(21)

11 penjualan jasa investasi baru diterima pada tahun kedua, karena pada tahun pertama usaha belum berjalan secara optimal.

Penerimaan Penjualan Pohon JUN Siap Panen

Pohon JUN baru dapat dipenen pada tahun keenam, yaitu saat umur JUN lima tahun. Harga jual pohon JUN di kebun pada saat panen diproyeksikan Rp 377 000 per pohon. Jika diasumsikan tingkat kematian pohon JUN sebesar satu persen dari data terahir tahun 2012 dan tanaman JUN yang hidup dapat seluruhnya diserap pasar, maka total penerimaan dari penjualan pohon JUN sebesar Rp 3 653 884 000. Total penerimaan dari penjualan tanaman JUN diperoleh dengan mengalikan jumlah pohon dengan harga jual tanaman JUN per pohon.

Analisis Outflow Usaha JUN UBH-KPWN

Arus pengeluaran dalam usaha JUN dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu biaya investasi, biaya operasional, dan bagi hasil kepada mitra usaha.

Biaya Investasi

Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada saat awal proyek yaitu pada tahun pertama. Apabila terdapat aset yang memiliki umur ekonomis kurang dari umur proyek, maka dilakukan reinvestasi. Biaya investasi pada usaha JUN terdiri dari biaya investasi perlengkapan kantor dan biaya investasi peralatan produksi. Total biaya investasi yang diperlukan sebesar Rp 21 500 000.

Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan secara berkala selama pelaksanaan usaha. Biaya operasional terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. a) Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produk yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan pihak koperasi JUN UBH-KPWN yaitu menyangkut biaya manajemen kantor sebesar Rp 31 700 000. b) Biaya Variabel

(22)

12

Bagi Hasil

Pihak-pihak yang terlibat dalam usaha budidaya JUN UBH-KPWN antara lain investor, petani penggarap, pemilik lahan, pemerintah desa dan UBH-KPWN. Pihak-pihak ini akan mendapat imbal jasa berupa bagian hasil dari penjualan tanaman JUN tersebut. Bagian hasil ini dapat diperoleh mulai tahun ketujuh dan kedelapan.

a. Bagi Hasil yang diterima UBH-KPWN

Imbal jasa yang akan diterima UBH-KPWN adalah sebesar 15 persen dari jumlah pohon yang ditanam. Sesuai dengan kesepakatan, bila kematian yang terjadi disebabkan oleh kelalaian sumber daya manusia, UBH-KPWN turut menanggung sebesar 30 persen dari risiko kematian. Sehingga bagian hasil yang dapat diterima oleh UBH-KPWN sebesar Rp 533 040 300.

b. Bagi Hasil yang diterima investor

Imbal jasa yang akan diterima investor adalah sebesar 40 persen dari jumlah tanaman JUN yang ditanam. Jika terjadi kematian yang diakibatkan kelalaian sumber daya manusia, investor tidak ikut menanggung risiko. Sehingga total bagian hasil yang dapat diterima oleh investor akan tetap, yaitu sebesar Rp 1 501 666 400.

c. Bagi Hasil yang diterima pemilik lahan

Imbal jasa yang akan diterima pemilik lahan adalah sebesar 10 persen dari jumlah tanaman JUN yang ditanam. Jika terjadi kematian yang diakibatkan kelalaian sumber daya manusia, investor tidak ikut menanggung risiko. Sehingga total bagian hasil yang dapat diterima oleh pemilik lahan akan tetap, yaitu sebesar Rp 375 416 600.

d. Bagi Hasil yang diterima petani penggarap

Imbal jasa yang diterima petani penggarap berupa upah dan bagian hasil sebesar 25 persen dari jumlah tanaman JUN yang ditanam. Jika terjadi kematian yang diakibatkan kelalaian sumber daya manusia, petani penggarap ikut menanggung risiko. Petani penggarap turut menanggung sebesar 50 persen dari risiko kematian, hal tersebut didasarkan atas kewajiban petani yang memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan budidaya di lahan. Total upah yang dapat diperoleh petani dalam usaha JUN ini sebesar Rp 21 500 per pohon untuk penanaman dan perawatan tanaman dalam lima tahun. Total bagian hasil yang dapat diterima oleh petani penggarap sebesar Rp 888 400 500.

e. Bagi Hasil yang diterima pemerintah desa

Imbal jasa yang akan diterima pemerintah desa adalah upah Rp 500 per pohon dalam satu tahun dan bagian hasil sebesar 10 persen dari jumlah tanaman JUN yang ditanam. Jika terjadi kematian yang diakibatkan kelalaian sumber daya manusia, pemerintah desa ikut menanggung risiko. Pemerintah desa turut menanggung sebesar 20 persen dari risiko kematian. Sehingga total bagian hasil yang dapat diterima oleh pemerintah desa sebesar Rp 355 360 200.

Analisis Finansial Usaha JUN UBH-KPWN

(23)
(24)
(25)

15 (DF) yang ditetapkan. Dengan demikian, berdasarkan kriteria IRR usaha JUN UBH-KPWN ini layak untuk dilaksanakan. Nilai Net B/C yang diperoleh yaitu sebesar 1.14, 1.39 dan 1.10 pada DF 9.4 %. Nilai Net B/C pada DF 15 % sebesar 1.11, 1.31 dan 1.08. Nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu sehingga usaha ini layak untuk dilaksanakan. Nilai Payback Period yang diperoleh sebesar 7.82, 7.88 dan 7.94 untuk skenario 1, skenario 2 dan skenario 3 pada DF 9.4 % dan 15 %. Nilai Payback Period ini masih berada dibawah umur usaha sehingga berdasarkan kriteria Payback Period usaha ini layak untuk dilaksanakan.

Berdasarkan analisis switching value, diperoleh hasil untuk peningkatan biaya operasional senilai 7.60 persen untuk skenario 1, 20.93 persen untuk skenario 2 dan 5.07 untuk skenario 3 pada DF 9.4 %. Sedangkan pada DF 15 % sebesar 6.46 %, 17.67 % dan 4.44 %. Untuk penurunan volume produksi senilai 2.83 persen untuk skenario 1, 5.79 % untuk skenario 2 dan 1.85 % untuk skenario 3 baik pada DF 9.4 % dan 15 %. Berdasar hasil ini dapat disimpulkan penurunan jumlah produksi menunjukkan pengaruh yang lebih besar dibandingkan peningkatan biaya operasional terhadap kelayakan usaha, sehingga bila usaha menghadapi kondisi perubahan melebihi batas tersebut maka usaha menjadi tidak layak secara finansial.

Saran

Pelaksanaan usaha budidaya JUN sangat dipengaruhi oleh keadaan iklim dan lingkungan sehingga memiliki risiko kematian tanaman yang cukup besar. Berdasarkan hasil analisis switching value, perubahan jumlah produksi JUN sangat sensitif terhadap kelayakan usaha, oleh karena itu pihak UBH-KPWN harus mencegah kematian atau kehilangan JUN dengan meningkatkan pengawasan di lapangan. Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai analisis risiko yang lebih mendetail, nilai manfaat dan dampak secara sosial ekonomi petani penggarap serta tingkat kepuasan berbagai pihak yang terlibat dalam usaha JUN di Desa Ciampea agar usaha ini dapat terus berjalan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Awang SA. 2002. Hutan Rakyat, Sosial Ekonomi dan Pemasaran. Yogyakarta (ID). BPFE – Yogyakarta.

Gittinger. 2008. Analisa Ekonomi Proyek – Proyek Pertanian. Jakarta (ID): UI – Press.

Iskak M, Siswamartana S, Rosalina U, Wibowo A. 2005. Produktivitas Tegakan Jati JPP Intensif Sampai Umur 20 Tahun Ke Depan, Seperempat Abad Pemuliaan Jati Perum Perhutani. Jakarta (ID): Pusat Pengembangan Sumber Daya Hutan (P3SDH) Perum Perhutani. hlm 143-153.

(26)

16

Maulana M. 2013. Analisis Kelayakan Finansial dan Dampak Ekonomi Usaha Jati Unggul Nusantara (Studi Kasus Unit Usaha Bagi Hasil – Koperasi Perumahan Wanabakti Nusantara Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[PERHUTANI]. 2011. Keputusan Direksi Perum Perhutani tentang Harga Jual Dasar (HJD) Kayu Budar Jati, Kayu Bahan Parket (KBP) Jati dan Kayu Bakar Jati. Jakarta (ID): PERHUTANI.

Puspitasari R. 2009. Analisis Kelayakan Usaha Jati Unggul Nusantara Pola Bagi Hasil [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Putri SN. 2013. Analisis Kelayakan Usahatani Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) dengan Sistem Kemitraan (Studi Kasus : D Lup Farm. Desa Sudajaya Girang, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat). [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Perumahan Wanabhakti Nusantara (UBHKPWN). 2007. Rancangan Rencana Bisnis (Bisnis Plan) Unit usaha Bagi Hasil Koperasi Perumahan Perumahan Perumahan Wanabhakti Nusantara, tahun 2007 – 2016. Dalam Rangka Pengembangan Usahatani Jati Unggul Nusantara Pola Bagi Hasil. Jakarta (ID): UBH-KPWN.

(27)

17

(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti melakukan penelitian di Desa Saba Padang Kecamatan Huta Bargot Kabupaten Mandailing Natal terhadap kandungan merkuri (Hg) pada bak pembuangan air

Kebutuhan hidup masyarakat yang dimaksudkan adalah komponen-komponen yang menjadi penunjang ketahanan hidup masyarakat secara jangka panjang. Kebutuhan tersebut meliputi

Dia menunjukkan bahwa ketika tingkat pertumbuhan perusahaan tinggi, atau dengan kata lain perusahaan memerlukan dana untuk kebutuhan investasi, maka perusahaan

Variabel Bebas (X), yaitu Tayangan iklan layanan masyarakat “Dua Anak Lebih Baik” di televisi. • Informative adalah menginformasikan pesan

Produksi buah pohon kontrol tahun berikutnya, dalam ha1 ini pohon yang tidak pernah diberi perlakuan kerat batang, baik pada masa off year (sebelum percobaan

Pelaksanaan kebijakan pajak ekspor menyebabkan kurva penawaran di pasar dunia bergeser dari ES ke ES t , yang diakibatkan oleh menurunnya jumlah ekspor negara A ke pasar dunia yaitu

bersosialisasi dengan lingkungan disekitar dan menjadi beban dirinya, merasa dirinya aneh dan takut dikatakan tidak normal. Peristiwa tersebut membuat subjek harus