• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kebutuhan dan Kendala pada Pelaku Rantai Pasok Kentang Dieng dengan Metode Interpretive Structural Modeling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kebutuhan dan Kendala pada Pelaku Rantai Pasok Kentang Dieng dengan Metode Interpretive Structural Modeling"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBUTUHAN DAN KENDALA PADA PELAKU

RANTAI PASOK KENTANG DIENG DENGAN METODE

INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING

NURNYA IKTIKAF SANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kebutuhan dan Kendala pada Pelaku Rantai Pasok Kentang Dieng dengan Metode Interpretive Structural Modeling adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

(4)

ABSTRAK

NURNYA IKTIKAF SANI. Analisis Kebutuhan dan Kendala pada Pelaku Rantai Pasok Kentang Dieng dengan Metode Interpretive Structural Modeling. Dibimbing oleh ALIM SETIAWAN S dan M SYAMSUN.

Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan hortikultura yang dapat dijadikan produk diversifikasi pangan pengganti beras. Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah merupakan sentra produksi komoditas kentang yang memberikan kontribusi 23.63% dari produksi kentang nasional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis rantai pasok kentang Dieng dan mengidentifikasi sub elemen kunci dari setiap kebutuhan dan kendala dari pelaku rantai pasok. Pada penelitian ini, Interpretive Structural Modeling digunakan untuk menjelaskan hubungan antar kebutuhan dan kendala pada pelaku rantai pasok. Rantai pasok kentang berdasarkan tujuan akhir secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga jalur utama, yaitu pasar tradisional, pasar modern dan industri pengolahan. Petani dan Gapoktan merupakan pelaku yang paling berpengaruh terhadap pelaku lain, dengan kebutuhan penyediaan infrastruktur, peningkatan penyuluhan dan bantuan kredit untuk modal. Kendala para pelaku yang menyebabkan kendala yang lainnya yaitu iklim dan cuaca yang mudah mengalami perubahan dan modal petani yang terbatas.

Kata kunci: interpretive structural modeling, kebutuhan, kendala, pelaku, rantai pasok

ABSTRACT

NURNYA IKTIKAF SANI. The Analysis of Needs and Constraints on Supply Chain Actors of Dieng Potato with Interpretive Structural Modeling Method. Supervised by ALIM SETIAWAN S AND M SYAMSUN.

Potato (Solanum tuberosum L) is a horticultural product that can be used for diversification product as a substitute for rice. Dieng Plateau in Central Java is a center of potato production which contributes 23.63% of the national potato production. The purpose of this study is to identify and analyze the supply chain and identify key elements of the needs and constraints in the supply chain actors of Dieng potato. On this research, Interpretive Structural Modeling is used to explain the relationship between needs and constraints on the actors of supply chain. Potato supply chain that is based on final goal in general can be classified into three major flows, which are traditional market, modern market and manufacture industry. Farmer and combined farmers groups (Gapoktan) are two main actors that give most impact toward other actors, with needs infrastructure availability, training and credit helps for capital. The constraints of actors that cause other constraints are weather and climate that easily change and farmer capital that are limited.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

ANALISIS KEBUTUHAN DAN KENDALA PADA PELAKU

RANTAI PASOK KENTANG DIENG DENGAN METODE

INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING

NURNYA IKTIKAF SANI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Analisis Kebutuhan dan Kendala pada Pelaku Rantai Pasok Kentang Dieng dengan Metode Interpretive Structural Modeling Nama : Nurnya Iktikaf Sani

NIM : H24100097

Disetujui oleh

Alim Setiawan S STP, MSi Pembimbing I

Dr Ir M Syamsun MSc Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib STP MM Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 ini ialah rantai pasok, dengan judul Analisis Kebutuhan dan Kendala pada Pelaku Rantai Pasok Kentang Dieng dengan Metode Interpretive Structural Modeling.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Alim Setiawan S. S.TP, M.Si dan Bapak Dr. Ir. M. Syamsun M.Sc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Sutiyono dan Bapak Nindyo Sulistiyono selaku PPL di BPP Kecamatan Kejajar, Bapak Hari Susatyo selaku Kasi Sayuran Dinas Pertanian Wonosobo, Bapak Rosyadi selaku Kabid beserta staf tanaman pangan dan hortikultura Dinas Pertanian Banjarnegara, Ibu Abdul Rahman, Bapak Andi Purnomo dan Bapak Heri Eko Haryanto yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada abah, ibu, seluruh keluarga, serta seluruh sahabat dan keluarga manajemen 47 atas segala doa dan kasih sayangnya.

Penulis menyadari adanya keterbatasan ilmu dan kemampuan, sehingga dalam penelitian ini mungkin masih terdapat banyak kekurangan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

METODE 3

Kerangka Penelian 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 4

Jenis dan Sumber Data 4

Metode Pengambilan Sampel 5

Pengolahan dan Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Rantai Pasok Kentang Dieng 7

Identifikasi Elemen dan Sub Elemen 8

Implikasi Manajerial 24

SIMPULAN DAN SARAN 25

DAFTAR PUSTAKA 26

(10)

DAFTAR TABEL

1 Produksi sayuran di Indonesia tahun 2010-2012 (ton) 1

2 Perbandingan antara AHP, ANP dan ISM 2

3 Kebutuhan dan kendala pada pelaku rantai pasok kentang 9

4 SSIM elemen pelaku yang terlibat 11

5 Reachability Matrix (RM) awal pelaku 11 6 Reachability Matrix (RM) akhir pelaku 12

7 Implikasi manajerial 24

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran 4

2 Rantai pasok kentang 7

3 Rantai pasok kentang jenis Granola 8

4 Diagram model struktural elemen pelaku yang terlibat 12

5 Matriks DP-D elemen pelaku yang terlibat 13

6 Diagram model struktural elemen kebutuhan para pelaku 17

7 Matriks DP-D elemen kebutuhan para pelaku 18

8 Diagram model struktural elemen kendala para pelaku 22

9 Matriks DP-D elemen kendala para pelaku 23

DAFTAR LAMPIRAN

1 SSIM elemen kebutuhan para pelaku rantai Ppasok 28 2 RM awal kebutuhan pada rantai pasok para pelaku rantai pasok 28

3 RM akhir elemen kebutuhan pada rantai pasok 29

4 SSIM elemen kendala para pelaku rantai pasok 30 5 Awal kendala dalam rantai pasok para pelaku rantai pasok 30 6 RM akhir kendala dalam rantai pasok para pelaku rantai pasok 31

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang menggantungkan konsumsi utamanya pada produk pertanian beras. Kebutuhan produk pertanian semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk serta pola konsumsi masyarakat. Hal ini menyebabkan ketersediaan bahan pangan alternatif harus mencukupi kebutuhan masyarakat. Selain beras, produk hortikultura memiliki peranan besar dalam memenuhi kebutuhan pangan tersebut. Salah satu komoditas hortikultura, kentang (Solanum tuberosum L) juga memegang peranan penting dalam pengembangan diversifikasi pangan. Kentang sudah dijadikan sebagai salah satu sayuran yang mendapat prioritas untuk dikembangkan. Hal ini dibuktikan dengan data yang berasal dari Badan Pusat Statistik (2013) menunjukkan bahwa kentang termasuk salah satu komoditi yang memiliki rata-rata produksi yang relatif besar dibandingkan dengan beberapa jenis sayuran lain (Tabel 1).

Tabel 1.Produksi sayuran di Indonesia tahun 2010-2012 (ton)

Tahun Bawang

Merah Kentang Kubis Cabai Petsai/Sawi Wortel

2010 1.048.934 1.060.805 1.385.044 1.328.864 583.770 403.827 2011 893.124 955.488 1.363.741 1.903.229 580.969 526.917 2012 960.072 1.068.800 1.487.532 1.650.831 594.834 458.392 Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)

Kawasan Dieng seluas 54.974,27 ha secara administratif terletak di Provinsi Jawa Tengah, dan berada di 6 (enam) kabupaten yaitu Kabupaten Banjarnegara, Temanggung, Wonosobo, Kendal, Batang dan Pekalongan. Dilihat dari fungsinya, di dalam kawasan Dieng terdapat beberapa fungsi kawasan yaitu sebagai kawasan konservasi, kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan produksi, kawasan hutan lindung dan areal penggunaan lainnya. Secara umum kondisi penutupan dan kondisi lahan sangat kritis, tingkat erosi mencapai lebih dari 180 ton/ha/tahun. Di pihak lain justru sebagian besar luas wilayah kawasan dimanfaatkan untuk usaha budidaya tanaman kentang, sayuran dan tembakau (BPDAS dalam Martopo et al 2012).

Mata pencaharian penduduk di wilayah Dieng didominasi oleh sektor pertanian. Hal itu ditunjukkan dengan rasio rumah tangga tani terhadap jumlah rumah tangga yang menunjukkan angka 88,91%. Sektor pertanian yang berkembang terutama adalah pertanian tanaman kentang. Pada beberapa desa, seperti di Sembungan, Jojogan dan Sikunang seluruh penduduknya terlibat dalam kegiatan pertanian, terutama pertanian tanaman kentang. Dari keuntungan yang diperoleh, hampir semua petani di kawasan Dieng mengusahakan tanaman kentang. Namun demikian, keberhasilan pengusahaan tanaman kentang juga sangat tergantung terhadap harga jual kentang tersebut di pasaran (Sudibyakto et al 2002).

(12)

2

produk kentang. Pelaku-pelaku dalam rantai pasok produk kentang tersebut memiliki kebutuhan dan kendala yang perlu diidentifikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasok dalam mencapai tujuannya. Saxena dalam Rasdan et al (2013) menyatakan bahwa suatu program dalam ISM dapat dibagi menjadi sembilan elemen yaitu: 1) Sektor masyarakat yang terpengaruhi; 2) Kebutuhan; 3) Kendala utama; 4) Perubahan yang dimungkinkan; 5) Tujuan dari program; 6) Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan program; 7) Aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan; 8) Ukuran aktivitas guna mengevaluasi hasil yang dicapai; 9) Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program. Dari sembilan elemen tersebut dipilih elemen kebutuhan dan kendala pada pelaku rantai pasok kentang Dieng, karena elemen kebutuhan dan kendala dari pelaku dianggap elemen yang mendominasi menurut hasil wawancara dengan para ahli sehingga perlu dilakukan identifikasi.

Kebutuhan dan kendala dari pelaku rantai pasok akan terkait antara satu dengan yang lain. Pemenuhan salah satu kebutuhan akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan yang lain, begitu juga dengan kendala. Keterkaitan tersebut harus dikelola secara bersama agar memberikan kontribusi yang positif terhadap seluruh anggota rantai pasok dan mengurangi akibat negatif pada setiap anggota rantai pasok sehingga risiko yang terjadi dapat diminimalisir. Interpretive Structural Modeling (ISM) digunakan untuk menjelaskan hubungan antar kebutuhan, kendala dan pelaku rantai pasok kentang. ISM merupakan metode yang dapat diterapkan pada sebuah sistem agar dapat lebih memahami hubungan langsung dan hubungan tidak langsung antara komponen dalam system (Gorvett dan Liu dalam Astuti et al 2010).

Terdapat tiga teknik kontemporer seperti Interpretive Structural Modeling (ISM) , Analytic Network Process (ANP) dan Analytic Hierarchy Process (AHP) yang digunakan untuk pemodelan dan pengambilan keputusan. Thakkar et al dalam Shahabadkar et al (2012) membandingkan tiga teknik tersebut yang ditunjukkan pada Tabel 2 . Perbandingan ini bertujuan untuk menyajikan manfaat ISM, yaitu suatu metodologi untuk mengidentifikasi hubungan antara items tertentu, untuk mendefinisikan masalah tersebut.

Tabel 2. Perbandingan antara AHP, ANP dan ISM

No AHP ANP ISM

1 Disiplin hirarki harus diikuti secara ketat dari satu lebih rendah

Memperhitungkan saling

3 Gagal dalam masalah

(13)

3 Interpretive Structural Modeling (ISM) menyediakan suatu perintah dalam kerangka sebuah masalah yang kompleks dan memberikan keputusan berupa gambaran realistis tentang situasi dan variabel yang terlibat. Proses ISM melibatkan identifikasi faktor, definisi antar hubungan dalam faktor tersebut, memberikan urutan peringkat dan menjelaskan arah masalah yang kompleks dari perspektif sistem. Proses ISM mengubah suatu model menjadi lebih jelas dan terlihat sehingga model tersebut bisa didefinisikan dengan baik. Model ini membantu untuk menemukan faktor kunci atau elemen kunci terkait dalam sebuah masalah. Setelah identifikasi elemen kunci, strategi dapat dikembangkan untuk menangani masalah tersebut (Attri et al 2013).

Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimanakah rantai pasok kentang Dieng?; 2) Apa sajakah kebutuhan dan kendala pada pelaku yang terlibat dalam kegiatan rantai pasok kentang Dieng?; 3) Apa sajakan sub elemen kunci dari kebutuhan dan kendala pada pelaku yang terlibat dalam kegiatan rantai pasok kentang Dieng?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah 1) Menguraikan rantai pasok kentang Dieng; 2) Mengidentifikasi macam-macam kebutuhan dan kendala pada pelaku yang terlibat dalam kegiatan rantai pasok kentang Dieng; 3) Mengidentifikasi sub elemen kunci dari setiap kebutuhan dan kendala pada pelaku yang terlibat dalam kegiatan rantai pasok kentang Dieng.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menganalisis kebutuhan dan kendala pada pelaku yang terlibat dalam rantai pasok kentang di Dataran Tinggi Dieng. Rantai pasok yang dikaji dalam penelitian ini adalah kentang konsumsi jenis Granola.

METODE

Kerangka Pemikiran

(14)

4

guna meningkatkan keunggulan kompetitif dan menciptakan daya saing pada komoditas kentang. Adapun kerangka penelitian ini dapat diihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan November 2013 – Januari 2014. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara pakar yang bergerak di bidang produk kentang Dieng, yaitu petani besar, pengumpul, penyuluh pertanian, serta Dinas Pertanian dengan lokasi penelitian di Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Data sekunder diperoleh dari dokumen, literatur, jurnal ilmiah, laporan serta dari berbagai sumber seperti Biro Pusat Statistik, Departemen Pertanian dan pihak-pihak yang relevan. Sedangkan data primer diperoleh melalui beberapa cara yaitu observasi lapangan, wawancara dan pendapat pakar.

Potensi Kentang di Indonesia

Struktur Rantai Pasok Kentang Dieng

Pelaku-pelaku yang Terlibat dalam Rantai Pasok

Identifikasi Kendala pada Pelaku Rantai Pasok Kentang Identifikasi Kebutuhan

pada Pelaku Rantai Pasok Kentang

Analisis ISM

Evaluasi Sub Elemen Kunci

(15)

5

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel berdasarkan non probability sampling dimana pengumpulan informasi dan pengetahuan dari pakar menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan pakar yang dilibatkan dalam penelitian. Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menentukan pakar adalah kesesuaian pendidikan pakar, pengalaman pakar dan track record kepakarannya.

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Deskriptif

Analisis ini merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antar fenomena yang diselidiki. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode ini, sehingga dapat diperoleh gambaran karakteristik responden, hubungan kontekstual kebutuhan, kendala dan pelaku dalam rantai pasok kentang.

Interpretive Structural Modeling (ISM)

Langkah-langkah identifikasi hubungan antar sub elemen dalam suatu sistem yang komplek dengan metode ISM (Indrawanto 2009) adalah:

1. Identifikasi elemen-elemen sistem.

Elemen-elemen sistem dan sub elemennya sistem diidentifikasi dan didaftar. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui penelitian, brainstorming atau lainnya.

2. Penetapan hubungan kontekstual antar elemen.

Hubungan kontekstual antar elemen atau sub elemen ditetapkan sesuai dengan tujuan dari pemodelan.

3. Pembentukan Structural Self Interaction Matrix (SSIM).

Matriks ini merupakan hasil persepsi pakar responden terhadap hubungan kontekstual antar elemen atau antar sub elemen. Empat macam simbol untuk menyajikan tipe hubungan yang ada adalah:

a. Simbol V untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah ditetapkan diatas antara elemen Ei terhadap elemen Ej, tetapi tidak sebaliknya.

b. Simbol A untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah ditetapkan diatas antara elemen Ej terhadap elemen Ei, tetapi tidak sebaliknya.

c. Simbol X untuk menyatakan adanya hubungan kontekstual yang telah ditetapkan diatas secara timbal balik antara elemen Ei dengan elemen Ej d. Simbol O untuk menyatakan tidak adanya hubungan kontekstual yang

(16)

6

4. Pembentukan Reachability Matrix (RM)

Matriks ini adalah matriks biner hasil konversi dari SSIM. Aturan konversi dari SSIM menjadi RM adalah:

a. Jika simbol dalam SSIM adalah V, maka nilai Eij = 1 dan nilai Eji = 0

Matriks RM awal perlu dimodifikasi untuk menunjukkan direct dan indirect reachability, yaitu kondisi dimana jika Eij = 1 dan Ejk = 1 maka Eik = 1. Eij adalah kondisi hubungan kontekstual antara elemen Ei terhadap elemen Ej. Dari matriks RM yang telah dimodifikasi didapat nilai Driver Power (DP) dan nilai dependence (D). Berdasarkan nilai DP dan D, elemenelemen dapat diklasifikasikan kedalam 4 sektor, yaitu:

a. Sektor autonomous yaitu sektor dengan nilai DP rendah dan nilai D rendah. Elemen-elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem atau memiliki hubungan sedikit.

b. Sektor dependent yaitu sektor dengan nilai DP rendah dan nilai D tinggi. Elemen yang masuk dalam sektor ini elemen yang tidak bebas dalam sistem dan sangat tergantung pada elemen lain.

c. Sektor linkage yaitu sektor dengan nilai DP tinggi dan nilai D tinggi. Elemen yang masuk dalam sektor ini harius dikaji secara hati-hati karena perubahan pada elemen tersebut akan berdampak pada elemen lainnya dan yang pada akhirnya akan kembali berdampak pula pada elemen tersebut. d. Sektor independent yaitu sektor dengan nilai DP tinggi dan nilai D rendah.

Elemen yang masuk dalam sektor ini dapat dianggap sebagai elemen bebas. Setiap perubahan dalam elemen ini akan berimbas pada elemen lainnya sehingga elemen-elemen dalam sektor ini juga harus dikaji secara hatihati. 5. Pembuatan level partitioning.

Elemen-eleman diklasifikasikan kedalam level yang berbeda dari struktur ISM yang akan dibentuk. Untuk tujuan ini dua perangkat diasosiasikan dengan setiap elemen dalam sistem, yaitu reachability set (Ri) yang merupakan set elemen-elemen yang dapat dicapai oleh elemen Ei, dan antecedent set (Ai) yang merupakan set elemen-elemen dimana elemen Ei dapat dicapai.

6. Pembentukan canonical matrix.

Elemen-elemen dengan level yang sama dikelompokkan. Matriks ini selanjutnya digunakan untuk mempersiapkan digraph.

7. Digraph.

Digraph adalah sebuah grafik dari elemen-elemen yang saling berhubungan secara langsung, dan level hierarki.

(17)

7

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rantai Pasok Kentang Dieng

Rantai pasok produk merupakan aktifitas yang berawal dari bahan mentah sampai dengan penanganan purna jual. Rantai pasok ini mencakup aktivitas yang terjadi karena hubungan dengan produsen, pemasok dan hubungan dengan konsumen. Aktifitas ini merupakan kegiatan yang terpisah tapi sangat tergantung satu dengan yang lain, Porter dalam Aini (2013).

Menurut Indrajit dan Pranoto dalam Nugraha (2011), rantai pasokan adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Model rantai pasokan yaitu suatu gambaran mengenai hubungan mata rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat membentuk seperti mata rantai yang terhubung satu dengan yang lain. Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan rantai pasok adalah dengan menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan. Rantai pasok komoditas kentang dapat digambarkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Rantai pasok kentang

Rantai pasok kentang berdasarkan tujuan akhir secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga jalur utama, yaitu pasar tradisional, pasar modern dan industri pengolahan. Sebagian petani memiliki kontrak dengan industri pengolahan, seperti Indofood melalui kemitraan dengan jenis dan kualitas produk yang sudah ditentukan. Kentang jenis Granola biasanya dipasarkan ke pasar tradisional dan pasar modern, sedangkan kentang Atlantik untuk industri pengolahan. Rantai pasok kentang jenis Granola, yaitu kentang konsumsi dapat dilihat pada Gambar 3.

Petani umunya menjual hasil produksi kentangnya pada pedagang pengumpul. Beberapa petani menjual kentangnya langsung kepada pedagang

(18)

8

dengan hubungan saling percaya. Ada juga petani yang menjual kepada petani besar yang sudah memiliki jaringan pemasaran yang baik. Namun ada juga petani yang menjual langsung hasil panennya ke pasar tradisional di daerah Wonosobo dan Banjarnegara tetapi jumlahnya relatif sedikit.

Gambar 3. Rantai pasok kentang jenis Granola

Pedagang pengumpul menjual kentang kepada pedagang-pedagang besar di pasar induk atau pasar tradisional besar yang umumnya juga berada di kota-kota besar. Pedagang pengumpul biasanya sudah memiliki langganan tertentu di pasar-pasar besar tersebut. Pedagang besar di pasar-pasar induk menjual kepada sesama pedagang di pasar induk dan kepada pedagang di pasar tradisional lain. Di pasar tradisional, kentang masih mungkin didistribusikan oleh pedagang-pedagang kecil seperti pedagang keliling dan pedagang di kampong-kampung. Supermarket memperoleh kentang dari supplier yang telah ditunjuk berdasarkan kontrak.

Konsumen rumah tangga dapat membeli kentang dari berbagai macam pasar yang tersedia. Sebagian besar membeli di pasar tradisional dan supermarket. Jika konsumen membutuhkan kentang dalam jumlah yang besar dapat membeli di pasar induk. Namun di pasar indukpun terdapat pedagang-pedagang pengecer untuk konsumen yang membutuhkan kentang dalam jumlah kecil.

Identifikasi Elemen dan Sub Elemen

Hasil diskusi kelompok dengan para pakar, pihak terkait, penelitian di lapangan dan beberapa studi pustaka, diperoleh elemen kebutuhan dan elemen kendala pada pelaku yang terlibat dalam rantai pasok kentang. Elemen-elemen yang dipilih dalam melakukan analisis rantai pasok ini adalah elemen yang berperan secara dominan. Dari elemen tersebut dikaji dan diuraikan menjadi sub elemen berdasarkan pendapat para pakar, dilanjutkan dengan penilaian hubungan kontekstual antar sub elemen dari setiap elemen. Secara keseluruhan, kebutuhan dan kendala dari pelaku rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 3.

Petani

Pemasok

Pedagang Pengumpul

Supermarket

Pedagang Pasar Induk

Pedagang Pasar Lokal

Pedagang Keliling

(19)

9 Tabel 3. Kebutuhan dan kendala pada pelaku rantai pasok kentang

Pelaku Kebutuhan Kendala

a. Petani - Ketersediaan bibit - Ketersediaan lahan

b. Pemilik Lahan - Kepastian pasar dan harga - Bibit bersertifikasi

- Kualias dan kuantitas bibit - Kentang impor

- Bencana alam - Wawasan tentang

lingkungan

c. Gapoktan - Sumberdaya manusia yang berkualitas

d. Pengumpul - Kepastian pasar dan harga - Transportasi

- Jaringan komunikasi

- Kentang impor

e. Pedagang Pasar - Kepastian pasar dan harga - Jaringan komunikasi

- Akses pasar kurang f. Supermarket - Kualitas dan kuantitas

kentang

- Informasi kapasitas pasar

- Akses pasar kurang

g. Pemasok - Kepastian pasar dan harga - Jaringan komunikasi i. Pemerintah - Bibit bersertifikasi

- Jaringan komunikasi

- Kualias dan kuantitas bibit - Kentang impor

- Pascapanen kurang baik

Elemen Pelaku yang Terlibat dalam Rantai Pasok Kentang

(20)

10

pasok dengan 15 kebutuhan utama dan 14 kendala yang dihadapi oleh pelaku. Sub elemen dari elemen pelaku yang terlibat yang teridentifikasi yaitu petani (a), sebagian besar penduduk daerah Dieng menggantungkan hidupnya pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utamanya. Terdapat tiga jenis petani, yaitu petani pemilik lahan, petani pemilik lahan yang sekaligus juga menggarap lahan dan petani sebagai buruh tani. Kehidupan petani identik dengan pedesaan dan merupakan petani kecil yang memiliki sumberdaya terbatas sehingga menciptakan tingkat hidup yang rendah. Pemilik lahan (b) belum tentu ikut menggarap lahan, namun sebagian besar pemilik lahan ikut serta dalam proses budidaya kentang. Pemilik lahan harus berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan mengingat keadaan lingkungan Dieng sudah menghawatirkan sehingga sering terjadi bencana longsor akibat pemilik lahan kurang memperhatikan keadaan tanah yang digunakan untuk budidaya kentang dan penggunaan bahan-bahan kimia yang sangat merusak kesuburan tanah.

Gapoktan (c) yang terdiri dari beberapa kelompok tani dengan anggota petani yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah. Gapoktan harus berfungsi sebagai wadah petani itu sendiri dan sekaligus menjadi regulator dari semua kebutuhan petani. Diharapkan melalui program Gapoktan, masyarakat petani dapat lebih berdaya dan dalam segi hasil panen maupun finansial serta kesejahteraan hidupnya dapat meningkat. Dengan adanya Gapoktan, memudahkan para penyuluh pertanian melakukan pembinaan dalam memfasilitasi para petani dalam mengembangkan usahanya. Pengumpul (d) memiliki akses pasar yang luas sehingga seorang pengumpul membeli hasil panen petani dalam jumlah besar untuk kemudian dipasarkan kepada pedagang. Pedagang pengumpul biasanya sudah memiliki langganan tertentu di pasar-pasar besar.

Pedagang (e) berperan sebagai pelaku rantai pasok akhir sebelum kentang diterima oleh konsumen. Permasalahan yang dihadapi oleh pedagang tidak lepas dari permasalahan yang dihadapi petani. Misalnya besar variasi harga tiap waktu yang berkaitan dengan persoalan pasokan serta permintaan kentang. Kentang yang masuk ke supermarket (f) adalah kentang yang memiliki grade AB atau super tanpa cacat. Hanya kentang dengan kualitas dan mutu yang memenuhi syarat yang dapat diterima supermarket. Supplier (g) sebagai pemasok ke supermarket ataupun industri yang sudah memiliki kontrak jelas. Sebagian besar supplier mendapatkan produk kentang langsung dari petani dan menjual kembali kepada pelanggannya, seperti industri dan supermarket.

(21)

11 Hasil analisis menggunakan metode ISM terhadap 9 sub elemen pelaku dengan hubungan kontekstual antar pelaku yang satu mempengaruhi pelaku yang lain, diperoleh Structural Self Interaction Matrix (SSIM) dari hasil wawancara yang ditunjukkan pada Tabel 4.

Tabel 4. SSIM elemen pelaku yang terlibat

j i

a b c d e f g h i

a V X V V V V V V

b A O V O A A A

c V V O V V V

d O O O V O

e A A O A

f O O O

g O A

h A

i

Hasil SSIM diubah menjadi Reachability Matrix (RM) awal (Tabel 5). RM awal merupakan konversi dari SSIM. Aturan konversi dari SSIM menjadi RM yaitu jika simbol dalam SSIM adalah V, maka nilai Eij adalah 1 dan nilai Eji adalah 0 dalam RM. Jika simbol dalam SSIM adalah A, maka nilai Eij adalah 0 dan nilai Eji adalah 1. Jika simbol dalam SSIM adalah X, maka nilai Eij dan Eji adalah 1. Sedangkan jika simbol dalam SSIM adalah O, maka nilai Eij dan nila Eji adalah 0 dalam RM.

Tabel 5. Reachability Matrix (RM) awal pelaku

j i

a b c d e f g h i

a 1 1 1 1 1 1 1 1 1

b 0 1 0 0 1 0 0 0 0

c 1 1 1 1 1 0 1 1 1

d 0 0 0 1 0 0 0 1 0

e 0 0 0 0 1 0 0 0 0

f 0 0 0 0 1 1 0 0 0

g 0 1 0 0 1 0 1 0 0

h 0 1 0 0 0 0 0 1 0

i 0 1 0 0 1 0 1 1 1

(22)

12

Eij adalah kondisi hubungan kontekstual antara elemen Ei terhadap elemen Ej. Dari matriks RM yang telah dimodifikasi didapat nilai Driver Power (DP) dan nilai dependence (D) yang ditunjukkan pada RM akhir (Tabel 6).

Tabel 6. Reachability Matrix (RM) Akhir Pelaku j

i

a b c d e f g h i DP R

a 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 6

b 0 1 0 0 1 0 0 0 0 2 2

c 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 6

d 0 1 0 1 1 0 0 1 0 4 4

e 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1

f 0 0 0 0 1 1 0 0 0 2 2

g 0 1 0 0 1 0 1 0 0 3 3

h 0 1 0 0 1 0 0 1 0 3 3

i 0 1 0 0 1 0 1 1 1 5 5

D 2 7 2 3 9 3 4 5 3

Dari hasil RM Akhir diperoleh diagram model struktural pelaku rantai pasok yang ditunjukkan pada Gambar 4. Berdasarkan Driver Power (DP) dan Dependence (D) diperoleh matriks DP-D yang ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 4. Diagram model struktural elemen pelaku yang terlibat Pemasok

Pedagang

Supermarket Pemilik

Lahan

Pengumpul

Jasa Transportasi

Pemerintah

(23)

13

Gambar 5. Matriks DP-D elemen pelaku yang terlibat

Petani (a), Gapoktan (c) dan pemerintah (i) merupakan pelaku yang paling berpengaruh terhadap pelaku yang lain dalam rantai pasok kentang Dieng. Apabila ketiga pelaku tersebut dapat ditangani dengan baik, maka akan mendorong pelaku-pelaku yang lain melakukan perannya dalam kegiatan rantai pasok lebih baik pula.

Petani (a) berperan sangat besar dalam keberhasilan produk kentang, karena petani langsung turun tangan pada saat on farm. Petani dapat memperoleh teknik budidaya yang baik dari berbagai instansi, seperti penyuluhan dari dinas pertanian, pendampingan dari perusahaan mitra bagi petani kentang jenis Atlantik atau juga pertukaran informasi dari petani lain yang lebih sukses. Pengalaman secara turun-temurun di satu sisi memberikan tingkat keterampilan yang sangat baik dari para petani, namun disisi lain biasanya juga menimbulkan susahnya menerima inovasi baru terkait dengan budidaya kentang dalam rangka perbaikan produksi serta kelestarian alam.

Gapoktan (c), tujuan utama pembentukan dan penguatan Gapoktan adalah untuk memperkuat kelembagaan petani yang ada, sehingga pembinaan pemerintah kepada petani akan terfokus dengan sasaran yang jelas. Gapoktan diposisikan sebagai institusi yang mengkoordinasi lembaga-lembaga fungsional di bawahnya

Keterangan:

a.Petani f. Supermarket

b.Pemilik Lahan g. Pedagang

c.Gapoktan h. Jasa Transportasi

d.Pengumpul i. Pemerintah

(24)

14

yaitu para kelompok tani. Gapoktan lebih banyak berperan di luar aktivitas produksi atau usaha tani, karena kegiatan tersebut telah dijalankan oleh kelompok-kelompok tani serta petani secara individual. Gapoktan harus menciptakan relasi-relasi yang personal dengan mitra usaha. Sebagian besar Gapoktan di wilayah Dieng kurang berjalan dengan baik, kegiatan Gapoktan tidak berjalan sesuai visi misi dan tujuannya. Pemerintah (i) yaitu dinas pertanian berperan dalam pembinaan dan penyuluhan budidaya dan usaha kentang. Upaya mensukseskan pembangunan di bidang pertanian tidak terlepas dari peran seorang penyuluh sebagai fasilitator yang dapat memberikan kontribusi bagi para petani dalam hal menyelesaikan permasalahan di bidang pertanian.

Petani (a) dan Gapoktan (c) merupakan sub elemen kunci pada elemen pelaku yang terlibat yang menjadi dasar bagi sub elemen lainnya. Kedua pelaku tersebut sangat berpengaruh bagi pemerintah (i) dalam menjalankan aktifitas rantai pasok kentang. Ketiga pelaku tersebut mempunyai ketergantungan yang lemah terhadap pelaku lain dalam rantai pasok ini. Hal ini ditunjukkan pada matriks DP-D kebutuhan rantai pasok kentang. Dengan daya gerak yang besar dan ketergantungan yang lemah maka gapoktan, pemilik lahan dan pedagang merupakan pelaku yang diutamakan untuk dipenuhi dalam rantai pasok kentang ini.

Pemasok (e), pemilik lahan (b) dan jasa transportasi (h) merupakan pelaku yang tergantung pada pelaku lain dan mempunyai kekuatan penggerak yang lemah. Hal tersebut ditunjukkan pada matriks DP-D kebutuhan rantai pasok, yaitu ketiga kebutuhan tersebut terletak pada kuadran II pada sektor dependent. Pedagang pasar (g), pengumpul (d) dan supermarket (f) terletak pada kuadran I yaitu sektor Autonomous dengan nilai DP rendah dan nilai D rendah. Keempat sub elemen ini hanya memiliki sedikit hubungan, mempunyai kekuatan penggerak lemah dan mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap elemen-elemen yang lainnya.

Elemen Kebutuhan Para Pelaku Rantai Pasok

(25)

15 Jaminan kualitas dan kuantitas kentang yang memenuhi syarat (b). Upaya produksi sesuai dengan budidaya yang benar diperlukan untuk menghasilkan kentang berkualitas dengan produktivitas yang optimal. Pelaksanaan Prosedur Operasional Standar (POS) harus konsisten oleh setiap pelaku usaha untuk mendapatkan hasil kentang dengan kualitas dan kuantitas yang memenuhi syarat. Penggunaan bibit yang baik dan bersertifikat (c), sebagian besar petani akan memilih benih dengan kualitas yang lebih baik walaupun harganya lebih mahal. Benih yang baik yaitu yang bermutu dari varietas unggul yang bersertifikat. Tujuannya adalah menjamin benih yang ditanam jelas varietasnya, memiliki tingkat keseragaman yang tinggi, berproduktivitas tinggi dan menghasilkan kentang yang sehat. Jaminan ketersediaan bibit secara kontinu (d), kebutuhan benih dalam negeri masih belum bisa dipenuhi. Data dari Ditjen Hortikultura menunjukkan ketersediaan benih sayuran dalam bentuk biji baru bisa mencapai 61% dibandingkan kebutuhan, sedangkan ketersediaan benih sayuran dalam bentuk umbi seperti kentang dan bawang merah malah masih di bawah 15%. Khusus untuk benih kentang belum dapat mencukupi benih sumber dari varietas kentang untuk french fries dan terbatas untuk chip. Sedangkan untuk sayur yaitu varietas granola Indonesia sudah mampu memproduksinya. Salah satu faktor penyebabnya karena produsen benih yang berminat berusaha dalam industri benih kedua jenis sayuran ini masih terbatas (Jogja Benih 2010).

Ketersediaan lahan yang sesuai untuk bertanam kentang (e), lahan yang sesuai untuk tanaman kentang berada pada ketinggian di atas 1.000 m dpl, dengan kemiringan lahan anjuran 5-20°C dengan curah hujan berkisar 1.500-5.000 mm/tahun. Lahan yang digunakan bukan lahan bekas tanaman sejenis atau sefamili dan lahan bukan sumber penyakit tular tanah terutama Nematoda Sista kentang (Bank Indonesia 2011). Penyediaan fasilitas pergudangan (f), gudang berfungsi untuk melindungi kentang dari kerusakan akibar faktor luar. Gudang harus memenuhi persyaratan seperti ventilasi udara dan penyebaran cahaya yang baik, serta kebersihan gudang tetap terjaga yaitu bersih dari sisa-sisa kotoran umbi yang busuk. Penyediaan sarana transportasi yang layak (g), sarana transportani pada saat on farm dan off farm perlu diperhatikan agar kualitas kentang yang dihasilkan tanpa cacat akibat sarana transportasi yang digunakan. Sektor pertanian memerlukan dukungan sektor transportasi, keterkaitannya sangat penting dalam rangka mewujudkan jaringan kegiatan usaha pertanian.

Penyediaan infrastruktur yang layak (h), infrastruktur yang baik sangat menunjang bagi keberhasilan produk kentang. Dari infrastruktur hulu hingga hilir sangat penting dan perlu diperhatikan. Infrastruktur yang baik akan berimbas baik juga pada produksi pertanian. Petani tidak akan sejahtera jika infrastruktur, terutama jalan untuk akses produk pertanian rusak, karena mengganggu distribusi produk pertanian tersebut. Sumberdaya manusia yang berkualitas (i) sangat diperlukan untuk menghasilkan komoditas kentang yang berkualitas pula yaitu sumberdaya yang memiliki teknik budidaya yang baik dan memiliki wawasan lingkungan yang baik pula. Dengan sumberdaya manusia yang berkualitas pula kerusakan lingkungan dapat diminimalisir. Sumberdaya manusia yang dimaksud yaitu setiap pelaku dalam rantai pasok kentang.

(26)

16

sangat dibutuhkan. Mengingat di negara kita belum mampu menerapkan teknologi secara maksimal dan menyeluruh untuk ketiga pekerjaan tersebut. Namun buruh tani kurang diminati oleh kaum muda, sebagian besar tenaga kerja buruh telah berusia lanjut. Penyediaan jaringan komunikasi (k), perlu adanya komunikasi yang baik antara anggota rantai pasok sehingga informasi tentang produk akan cepat diterima. Interaksi petani dengan sesama petani dan pihak lainnya dalam sara produksi kentang saling terbuka, karena petani tinggal dalam satu lokasi dan lahan sehamparan biasanya saling kontak dan berkomunikasi satu sama lain. Jaringan komunikasi dapat dibentuk dalam kelompok tani maupun Gapoktan.

Pemberian fasilitas informasi tentang kapasitas pasar (l), petani perlu mengetahui informasi tentang kapasitas pasar sehingga mereka tahu kapan waktu yang tepat untuk menjual hasil panennya. Belum banyak perhatian dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, atas penyediaan informasi pertanian kepada para petani. Perhatian pemerintah lebih diarahkan kepada hal-hal seperti penyuluhan, pemberian pupuk ataupun bibit serta regulasi pertanian. Padahal, hal seperti itu tidak menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan bagi petani. Peningkatan penyuluhan bagi petani (m), sebagian petani kentang telah memiliki wawasan teknik budidaya yang diwariskan orang tuanya. Namun petani senantiasa memperbarui wawasannya dengan mengikuti penyuluhan, pelatihan teknis dan manajemen. Penyuluhan pertanian merupakan salah satu upaya pemberdayaan petani dan pelaku usaha pertanian lain untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraannya

Penyediaan bantuan kredit untuk modal petani (n), modal sangat dibutuhkan oleh petani untuk membeli perlengkapan budidaya terutama pembelian bibit yang berkualitas dan bersertifikat. Kemampuan petani untuk membiayai usahataninya sangat terbatas sehingga produktivitas yang dicapai masih di bawah produktivitas potensial. Peningkatan pendapatan setiap pelaku dalam rantai pasok (o), usaha budidaya kentang berdampak pada peningkatan pendapatan dan status sosial masyarakat. Setiap pelaku dalam rantai pasok kentang yang menekuni usahanya secara profesional mampu hidup secara berkecukupan karena memiliki kepastian pendapatan.

(27)

17

Gambar 6. Diagram model struktural elemen kebutuhan para pelaku rantai pasok

(28)

18

Gambar 7. Matriks DP-D elemen kebutuhan para pelaku rantai pasok

Pemerintah harus memberikan prioritas utama pada revitalisasi infrastruktur pertanian dengan menaikkan APBN lebih tinggi untuk infrastruktur pada sektor pertanian. Petani yang berdomisili di Banjarnegara harus membawa produk pertaniannya melewati Wonosobo sehingga jarak tempuh untuk distribusi ke luar kota, seperti Jakarta menjadi lebih jauh karena jalur terdekat dari Banjarnegara ke Jakarta tidak layak sehingga diperlukan pembangunan infrastruktur jalan raya yang memberikan akses terdekat. Jalan yang dilalui petani untuk mencapai lahan kentang juga perlu diperbaiki. Sebagian besar petani menanam kentang di daerah perbukitan yang memiliki kemiringan sangat curam dengan hanya melewati jalan setapak yang sangat berbahaya. Akses jalan yang layak sangat diperlukan oleh petani. Pemerintah harus memberikan prioritas utama karena di sektor inilah mayoritas masyarakat miskin menggantungkan kehidupannya.

Peningkatan penyuluhan bagi petani (m) merupakan kebutuhan yang mendapatkan prioritas utama. Sebagian besar petani kurang mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk memahami permasalahan pertanian mereka dan memilih pemecahan masalah yang tepat. Misalnya untuk memilih jarak tanam yang sesuai dan pemilihan pestisida yang tepat. Penyuluh

Keterangan:

a. Kepastian pasar & harga i. SDM berkualitas b. Kualitas & kuantitas kentang j. Tenaga kerja buruh c. Bibit bersertifikat k. Jaringan komunikasi d. Ketersediaan bibit l. Informasi kapasitas pasar e. Ketersediaan lahan m. Peningkatan penyuluhan f. Fasilitas pergudangan n. Bantuan kredit

(29)

19 bertugas untuk membantu petani dengan memberikan informasi dan memberikan pandangan terhadap masalah yang dihadapi. Penyuluhan pertanian meningkatkan kemampuan petani untuk mengelola usaha taninya dengan produktif, efisien dan menguntungkan, sehingga petani dapat meningkatkan kesejahteraannya.

Penyediaan bantuan kredit untuk modal petani (n) juga merupakan kebutuhan yang diutamakan berdasarkan hasil analisis. Lemahnya permodalan masih menjadi salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh pelaku usaha pertanian. Petani tidak mudah mengakses modal dari lembaga pembiayaan akibat prosedur dan persyaratan yang ketat dan tingkat suku bunga yang tinggi. Peran pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi permodalan petani dengan memberikan bantuan subsidi kepada petani yang memiliki keterbatasan modal.

Apabila ketiga kebutuhan tersebut terpenuhi maka akan dapat mendorong tercapainya sumberdaya manusia yang berkualitas (i), pemberian fasilitas informasi tentang kapasitas pasar (l) penggunaan bibit yang baik dan bersertifikasi (c) dan penyediaan jaringan komunikasi (k). Ketujuh kebutuhan tersebut mempunyai ketergantungan yang lemah terhadap kebutuhan lain dalam rantai pasok ini. Hal ini ditunjukkan pada matriks DP-D kebutuhan rantai pasok kentang. Dengan daya gerak yang besar dan ketergantungan yang lemah, maka penyediaan infrastruktur yang layak, peningkatan penyuluhan bagi petani, penyediaan bantuan kredit untuk modal petani, sumberdaya manusia yang berkualitas, pemberian fasilitas informasi tentang kapasitas pasar, penggunaan bibit yang baik dan bersertifikasi dan penyediaan jaringan komunikasi merupakan kebutuhan yang diutamakan untuk dipenuhi dalam rantai pasok kentang ini.

Jaminan kualitas dan kuantitas kentang yang memenuhi syarat (b), ketersediaan lahan yang sesuai untuk bertanam kentang (e), penyediaan fasilitas pergudangan (f), Penyediaan sarana transportasi yang layak (g) dan penyediaan tenaga kerja buruh (j) terletak pada kuadran 3 pada matriks DP-D yang berarti menempati sektor linkage. Hal ini menunjukkan terpenuhinya kelima sub elemen tersebut sangat dipengaruhi oleh tercapainya sub elemen lain sekaligus juga sangat mempengaruhi tercapainya sub elemen lain pula, oleh karena itu sub elemen ini harus ditangani secara hati-hati. Pada diagram model kebutuhan ditunjukkan bahwa kelima sub elemen ini dipengaruhi oleh ketujuh sub elemen yang terletak dibawahnya dan sekaligus mempengaruhi tercapainya tiga sub elemen yang terletak di atasnya.

Jaminan kepastian pasar dan harga (a), jaminan ketersediaan bibit secara kontinu (d) dan peningkatan pendapatan setiap pelaku dalam rantai pasok (o) merupakan kebutuhan yang tergantung pada kebutuhan lain dan mempunyai kekuatan penggerak yang lemah. Hal tersebut ditunjukkan pada matriks DP-D kebutuhan rantai pasok, yaitu ketiga kebutuhan tersebut terletak pada kuadran II pada sektor dependent.

Elemen Kendala Para Pelaku Rantai Pasok

(30)

20

pasokan bibit terbatas (a), penyebab kurang berhasilnya usaha budidaya kentang adalah rendahnya kualitas bibit yang dipakai yang disebabkan oleh kesulitan memperoleh bibit yang bebas virus. Kurangnya akses pasar menyebabkan terbatasnya peluang pasar (b), lemahnya posisi tawar petani umumnya disebabkan petani kurang memiliki akses pasar. Petani kesulitan menjual hasil panennya sendiri karena tidak memiliki jalur pemasaran sendiri, sehingga pada umumnya hasil penjualan panen menjadi milik tengkulak.

Lahan yang sama tidak dapat dilakukan penanaman secara kontinu (c), secara umum lahan yang digunakan untuk budidaya kentang bukan lahan bekas tanaman sejenis atau sefamili sehingga memungkinkan 3 musim tanam. Satu musim tanam berlangsung selama 4 bulan atau sekitar 150 hari. Cara mengatasi lahan yang digunakan untuk budidaya tidak dapat ditanami secara berurutan, sebagian besar petani menyewa lahan lain yang tidak ditanami kentang pada musim sebelumnya (Bank Indonesia 2011). Masuknya kentang impor (d) tanpa pengendalian yang baik dari pemerintah sangat mematikan produk kentang domestik karena harga yang lebih murah sehingga kentang domestik menjadi kalah di pasaran. Permintaan kentang dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan, baik sebagai konsumsi sayur, olahan kentang beku, kentang untuk industri maupun kentang sebagai bahan untuk mendapatkan karbohidrat pengganti beras. Karena permintaan kentang yang begitu tinggi dengan tidak diimbangi oleh produksi kentang yang mencukupi permintaan tersebut, pemerintah berupaya dengan impor kentang ke indonesia. Namun upaya kentang impor tersebut membuat petani kentang di Indonesia menjadi rugi karena harga kentang impor merusak harga kentang lokal.

Modal petani yang terbatas (e), bercocok tanam kentang memerlukan modal besar yang dapat diperoleh petani melalui lembaga keuangan yang menyediakan bantuan modal berupa kredit bagi petani. Keterbatasan modal yang dimiliki petani tidak berimbang dengan mudahnya bantuan kredit yang diterima oleh petani, dengan alasan high risk. Teknik budidaya belum sesuai standar (f), teknik budidaya petani sebagian besar didapat dari pengalaman secara turun-temurun disatu sisi memberikan tingkat keterampilan yang sangat baik namun di sisi lain dapat menimbulkan susahnya menerima inovasi baru terkait dengan budidaya kentang dalam rangka perbaikan produksi serta kelestarian alam.

Penanganan pascapanen yang kurang baik (g), tahap pascapanen biasa dilakukan di kebun oleh petani dengan melakukan penyortiran dan penggolongan umbi yang baik dan sehat serta memisahkan umbi cacat dan terkena penyakit. Kegiatan pascapanen yang kurang baik dapat menyebabkan penularan penyakit kepada umbi yang sehat. Harga sewa truk yang mahal (h), mahalnya harga bahan bakar sangat mempengaruhi biaya sewa truk. Dengan biaya transportasi yang mahal, maka biaya produksi untuk budidaya kentang akan tinggi. Biaya produksi yang tinggi akan mengurangi keuntungan petani. Sering terjadi bencana alam (longsor) sehingga distribusi terganggu (i), daerah dataran tinggi berisiko besar terhadap bencana alam terutama longsor. Longsor sangat mengganggu jalur pemasaran produk sehingga biaya sewa truk akan lebih mahal karena melewati jalur lain yang lebih jauh.

(31)

21 mudah mengalami perubahan (k), cuaca dan iklim berparuh terhadap sektor pertanian karena waktu tanam dan tanaman yang akan di tanam harus di sesuaikan dengan cuaca dan iklim yang sedang terjadi. Namun sekarang cuaca sering berubah ubah sehingga terjadinya krisis air dan tanaman juga sering mengalami kerusakan karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan. Cuaca ekstrim di Dieng mengakibatkan gagal panen karena adanya embun upas pada spot-spot tertentu tanpa diduga. Petani dan pengusaha kurang berwawasan mengenai lingkungan (l), di Indonesia pada umumnya kentang dibudidayakan di dataran tinggi, hal ini menjadi perhatian banyak pihak terutama para pemerhati lingkungan dan kelestarian alam. Usaha budidaya kentang di dataran tinggi secara terus menerus dan tidak terkendali dapat merusak lingkungan, terutama karena dapat mengakibatkan erosi dan menurunkan produktivitas tanah.

Pemilihan lokasi dan penentuan musim tanam harus tepat (m), daerah dataran tinggi seperti Dieng merupakan lokasi yang sesuai untuk usaha budidaya kentang, dengan pemilihan lokasi dan penentuan musim tanam yang tepat, sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas kentang yang dihasilkan. Demikian juga waktu tanam yang tepat untuk memberikan kepastian ketersediaan air, karena tanaman kentang sangat membutuhkan air yang cukup. Pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit yang kurang intensif (n), pemupukan secara intensif diperlukan untuk menghasilkan kentang yang tumbuh optimal. Produk pertanian sangat rentan terhadap hama dan penyakit sehingga perlu perhatian yag lebih intensif.

Hasil analisis menggunakan metode ISM terhadap 14 sub elemen kendala para pelaku yang terlibat dalam rantai pasok kentang, dengan hubungan kontekstual antar kendala yang satu menyebabkan kendala yang lain, diperoleh Structural Self Interaction Matrix (SSIM) dari hasil wawancara yang ditunjukkan pada Lampiran 4. Hasil SSIM diubah menjadi Reachability Matrix (RM) awal (Lampiran 5). RM awal merupakan konversi dari SSIM dengan aturan penilaian berdasarkan metode ISM. Matriks Reachability Matrix (RM) awal perlu dimodifikasi untuk menunjukkan direct dan indirect reachability. Dari matriks RM yang telah dimodifikasi didapat nilai Driver Power (DP) dan nilai dependence (D) yang ditunjukkan pada Reachability Matrix (RM) akhir (Lampiran 6). Dari hasil RM Akhir diperoleh diagram model struktural kebutuhan yang ditunjukkan pada Gambar 8. Berdasarkan Driver Power (DP) dan Dependence (D) diperoleh matriks DP-D yang ditunjukkan pada Gambar 9.

Iklim dan cuaca yang mudah mengalami perubahan (k) dan modal petani yang terbatas (e) merupakan kendala yang perlu ditangani terlebih dahulu sebelum kendala yang lain. Apabila kedua kendala tersebut bisa ditangani maka akan mendorong penanganan kendala yang terletak diatasnya sesuai hasil diagram model struktural elemen kendala.

(32)

22

Gambar 8. Diagram Model Struktural Elemen Kendala Para Pelaku Rantai Pasok Modal petani yang terbatas (e) juga merupakan kendala yang perlu penanganan serius. Permasalahan modal bagi petani menjadi prioritas utama unuk kemajuan pertanian di negara ini, khususnya bagi petani kentang Dieng. Selama ini petani sangat erat hubungannya dengan rentenir atau sumber keuangan non formal yang dengan mudahnya mendapatkan dana namun disertai bunga yang tinggi. Untuk mendapatkan akses modal bagi petani sangat sulit karena pertanian merupakan sektor dengan tingkat risiko yang tinggi dikarenakan output yang

Sewa truk mahal Kentang

impor

Kualitas & kuantitas bibit

Akses pasar kurang

Pascapanen kurang baik

Lokasi & musim tanam

Pemupukan

Perubahan iklim Lahan

secara kontinu

Teknik budidaya

Kerusakan lahan

Wawasan lingkungan

(33)

23 dihasilkan lebih dipengaruhi oleh iklim.Peran pemerintah sangat diharapkan untuk membantu meringankan modal petani.

Gambar 9. Matriks DP-D elemen kendala para pelaku rantai pasok

Iklim dan cuaca yang mudah mengalami perubahan (k), modal petani yang terbatas (e), lahan yang sama tidak dapat dilakukan penanaman secara kontinu (c), teknik budidaya belum sesuai standar (f), degradasi lahan atau kerusakan lahan (j) dan petani dan pengusaha kurang berwawasan mengenai lingkungan (l) merupakan sub elemen kunci, berdasarkan Driver Power dan Dependence, keenam sub elemen kendala tersebut berada pada kuadran IV yaitu pada sektor Independent, hal ini menunjukkan bahwa interaksi antar sub elemen tersebut memiliki daya penggerak yang kuat dan ketergantungan yang lemah terhadap sub elemen yang lainnya. Berdasarkan gambar diagram model struktural kendala menunjukkan keenam sub elemen ini memiliki pengaruh yang kuat terhadap sub elemen yang lain.

Sering terjadi bencana alam (longsor) sehingga distribusi terganggu (i), pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit yang kurang intensif (n), penanganan pascapanen yang kurang baik (g), pemilihan lokasi dan penentuan musim tanam harus tepat (m), kurangnya akses pasar menyebabkan terbatasnya

Keterangan:

(34)

24

peluang pasar (b), kualitas dan kuantitas pasokan bibit terbatas (a), masuknya kentang impor (d) dan harga sewa truk yang mahal (h) merupakan kebutuhan yang tergantung pada kebutuhan lain dan mempunyai kekuatan penggerak yang lemah. Hal tersebut ditunjukkan pada matriks DP-D kebutuhan rantai pasok, yaitu ketiga kebutuhan tersebut terletak pada kuadran II pada sektor dependent.

Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial dari rantai pasok kentang yaitu upaya peningkatan produktivitas dan daya saing komoditas kentang agar dapat menjawab permasalahan peningkatan pendapatan khususnya pada petani kentang. Beberapa strategi peningkatan daya saing kentang yang dapat diimplementasikan, antara lain dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Implikasi Manajerial

No Elemen Sub Elemen Implikasi Manajerial

1 Pelaku Gapoktan Gapoktan harus menciptakan relasi-relasi yang personal dengan mitra usaha. Gapoktan hendaknya merencanakan dan melaksanakan pertemuan-pertemuan berkala baik di dalam Gapoktan, antar Gapoktan atau dengan instansi atau lembaga terkait. Hendaknya Gapoktan memiliki kemampuan lebih nyata dalam penyediaan sarana produksi pertanian, permodalan, peningkatan atau perluasan usaha tani ke sektor hulu sampai hilir, pemasaran serta kerjasama dalam peningkatan posisi tawar. Petani Petani harus mulai disadarkan akan pentingnya

kelestarian lingkungan. Bercocok tanam bukan hanya berorientasi pada hasil, namun juga harus menjaga kelestarian lingkungan, dengan cara menggunakan pupuk pertisida sesuai kebutuhan dan menjaga keseimbangan alam dengan terus menanam pohon tegakan.

(35)

25 Lanjutan Tabel 7.

No Elemen Sub Elemen Implikasi Manajerial 2 Kebutuhan Penyediaan

infrastruktur yang layak

Pemerintah harus memberikan prioritas utama pada revitalisasi infrastruktur pertanian dengan menaikkan APBN lebih tinggi. Anggaran tersebut meliputi perbaikan jalan, baik jalan yang dilalui untuk jalur distribusi produk kentang sehingga biaya transportasi lebih rendah maupun jalan kecil yang dilalui petani untuk sampai ke lahan pertaniannya.

Peningkatan penyuluhan bagi petani

Pemberdayaan petani melalui penyuluhan perlu ditingkatkan untuk meningkatkan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi dengan melalui pendekatan partisipatif untuk dapat mengakomodasikan aspirasi dan peran aktif petani.

Penyediaan bantuan kredit untuk modal petani

Pemerintah dapat memberikan subsidi terhadap tingkat suku bunga untuk mendukung pelaksanaan usaha tani. Selama ini program pemerintah berupa Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Mandiri perlu dikembangkan di daerah kehidupan masyarakat pertanian atau yang diharapkan mampu memberikan kontribusi lebih nyata.

Peningkatan kemampuan antisipatif sangat diperlukan untuk menekan dampak negatif akibat perubahan iklim dan cuaca. Perlunya dilakukan pemetaan daerah-daerah yang sensitif terhadap penyimpangan iklim dan meningkatkan kemampuan peramalan dengan mempelajari sifat-sifat iklim dan memanfaatkan hasilnya untuk menyesuaikan pola tanam.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Rantai pasok kentang berdasarkan tujuan akhir secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga jalur utama, yaitu pasar tradisional, pasar modern dan industri pengolahan.

(36)

26

3. Sub elemen kunci dari pelaku rantai pasok yaitu petani, Gapoktan dan pemerintah. Dengan sub elemen kunci dari kebutuhan dan kendala:

a. Pada elemen kebutuhan yang perlu ditangani terlebih dahulu yaitu penyediaan infrastruktur yang layak, peningkatan penyuluhan bagi petani dan penyediaan bantuan kredit untuk modal petani.

b. Pada elemen kendala, masalah yang perlu diselesaikan terlebih dahulu yaitu iklim dan cuaca yang mudah mengalami perubahan dan modal petani yang terbatas

Saran

Saran tindak lanjut dari penelitian ini adalah perlu dilakukan penelitian lanjutan terhadap hubungan antar elemen sehingga keterkaitan dan hubungan dari setiap sub-elemen akan menjadi lebih jelas dengan menggunakan Design Structure Matrix Methods.

DAFTAR PUSTAKA

Aini H. 2013. Analisis Risiko Rantai Pasok Kakao di Indonesia dengan Metode Analytic Network Process dan Failure Mode Effect Analysis Terintegrasi. [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Astuti R, Marimin, Poerwanto R, Machfud, Arkeman Y. 2010. Kebutuhan dan Struktur Kelembagaan Rantai Pasok Buah Manggis. Integritas-Jurnal Manajemen Bisnis [Internet].[diunduh 2013 Des 9]; 3(1): 99-115. Tersedia pada: http://www.managementupdate.org/uploads/dokumen/Jurnal%20Integri tas%2 0 Vol.%203%20No.%201%20Artikel%205%20.pdf

Attri R, Dev N, Sharma V. 2013. Interpretive Structural Modelling (ISM) approach: An Overview. Research Journal of Management Sciences [Internet]. [diunduh 2014 Jan 8]; 2(2): 3-8. Tersedia pada:http://www.isca.in/IJMS/Arch ive/v2i2/2.ISCA-RJMS-2012-054.pdf

Bank Indonesia. 2011. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Budidaya Kentang Industri. Jakarta (ID): Bank Indonesia

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 2010-2012. Jakarta (ID) : Badan Pusat Statistik

(37)

27 Jogja Benih. 2010. Jaminan Investasi di Industri Benih. [internet]. [diacu 2014 April 14]. Tersedia dari: wns.gamatechno.net/devel/jogjabenih/informasi/ artikel/1792-jaminan-investasi-di-industri-benih

Martopo A, Hardiman G, Suharyanto. 2012. Kajian Tingkat Penghidupan Berkelanjutan (Sustainable Livehood) di Kawasan Dieng. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. 2012 September 11; Semarang, Indonesia. Semarang (ID): Undip. Hlm 412

Nugraha A C. 2011. Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi di Kabupaten Garut Jawa Barat. [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Rasdan R, Eriyatno, Affandi MJ, Machfud. 2013. Analisis Struktur Program Penguatan Bisnis Pemula bagi Wirausaha Pemuda Menggunakan Interpretive Structural Modeling. Jurnal Aplikasi Manajemen. [Internet].[diunduh 2013 Des 9]; 11(4): 527. Tersedia pada: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q =&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CDAQFjAB&url=http%3A%2F%2Fjur naljam.ub.ac.id%2Findex.php%2Fjam%2Farticle%2Fview%2F589%2F606&ei =pW9rU-aGHc-GuASn2YKAAg&usg=AFQjCNEgR_OiH1ei8s4MnXGQk-kw8tEPzw&bvm=bv.66330100,d.c2E

Shahabadkar P, Hebbal SS, Prashant S. 2012. Deployment of Interpretive Structural Modeling Methodology in Supply Chain Management-An Overview. International Journal of Industrial Engineering and Production Research. [Internet].[diunduh 2013 Des 20]; 23(3): 195-205. Tersedia pada: http://ijiepr.iust.ac.ir/files/site1/user_files_2hops2/eng/pramodshahabadkar-A-10-283-2-3819602.pdf

(38)

28

LAMPIRAN

Lampiran 1. SSIM elemen kebutuhan para pelaku rantai pasok

a b c d e f g h i j k l m n o

a A A O A A A A A A A A A A V

b A V X X V A A X A A A A V

c V O O O A A V O A A O V

d A A A A A O A A A A O

e O O A V O O A A O V

f O A A V O A A A V

g A A V O A A A V

h V V V V X X V

i V V X A A V

j O A A A V

k A A O V

l A O V

m X V

n V

o

Lampiran 2. RM awal kebutuhan para pelaku rantai pasok

a b c d e f g h i j k l m n o

a 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1

b 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1

c 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

d 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

e 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

f 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1

g 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1

h 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

i 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1

j 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1

k 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1

l 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1

m 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

n 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1

(39)

29 Lampiran 3. RM akhir elemen kebutuhan pada para pelaku rantai pasok

a b c d e f g h i j k l m n o DP R

a 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2 2

b 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 8 4

c 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 9 5

d 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

e 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 8 4

f 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 8 4

g 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 8 4

h 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 7

i 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 12 6

j 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 8 4

k 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 9 3

l 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 12 6

m 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 7

n 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 7

o 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1

(40)

30

Lampiran 4. SSIM elemen kendala para pelaku rantai pasok

a b c d e f g h i j k l m n

a A O V O O O O A A A O O O

b O V A O O O O O O O A O

c V O X O O O A A O O O

d A A A O O O A O O O

e V O V O O A O V V

f V O O O A X V V

g O O O O A X A

h A O O O O O

i A A A V O

j A A V O

k V V O

l V V

m O

n

Lampiran 5. RM awal kendala para pelaku rantai pasok

a b c d e f g h i j k l m n

a 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

b 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

c 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0

d 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

e 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1

f 0 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1

g 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

h 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0

i 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0

j 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0

k 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0

l 0 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1

m 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

(41)

31 Lampiran 6. RM akhir elemen kendala para pelaku rantai pasok

a b c d e f g h i j k l m n DP R

a 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2

b 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 3

c 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 7

d 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1

e 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 8

f 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 7

g 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 5 4

h 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1

i 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 7 6

j 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 7

k 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 9

l 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 7

m 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 5 4

n 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 6 5

(42)

32

Lampiran 7. Kuesioner

ANALISIS KEBUTUHAN DAN KENDALA PADA PELAKU RANTAI PASOK KENTANG DIENG DENGAN METODE

INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELING

IDENTIFIKASI DAN STRUKTURISASI ELEMEN KUNCI Dengan Interpretive Structural Modeling (ISM)

Studi Kasus Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah

EXPERT SURVEY

Nama Responden : ………

Jabatan Responden : ………....

Keahlian Responden : ………

Alamat Responden : ………

………

………

(43)

33 Lanjutan Lampiran 7.

1. ELEMEN PELAKU YANG TERLIBAT DALAM RANTAI PASOK

Terdapat 9 Sub Elemen pelaku yang telah dirumuskan dan Saudara dimohon untuk memberikan pendapat tentang Hubungan Kontekstual (tingkat dukungan) antar Sub-Elemen Kebutuhan dengan mengisi sel matrik hubungan kontekstual kebutuhan dengan :

V: Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Pelaku ke- i ,Mempengaruhi terpenuhinya Sub-elemen Pelaku ke- j,

Dan Sub elemen ke- j Tidak Mempengaruhi terpenuhinya Sub-elemen Pelaku ke-i.

A: Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Pelaku ke- i Tidak Mempengaruhi Sub-elemen Pelaku ke- j,

Dan Sub elemen Pelaku ke- j Mempengaruhi terpenuhinya Sub-elemen Pelaku ke- i.

X: Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Pelaku ke- i dan Sub-elemen ke- j Saling Mempengaruhi.

(44)

34

Lanjutan Lampiran 7.

PELAKU:

Sub-Elemen PELAKU ke-i

Sub - Elemen PELAKU ke-j

a b c d e f g h i

a.Petani

b.Pemilik Lahan

c.Gapoktan

d.Pengumpul

e.Pedagang Pasar

f.Supermarket

g. Pemasok

h. Jasa Transportasi

(45)

35 Lanjutan Lampiran 7.

2. ELEMEN KEBUTUHAN

Terdapat 15 Sub Elemen kebutuhan yang telah dirumuskan dan Saudara dimohon untuk memberikan pendapat tentang Hubungan Kontekstual (tingkat dukungan) antar Sub-Elemen Kebutuhan dengan mengisi sel matrik hubungan kontekstual kebutuhan dengan :

V: Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Kebutuhan ke- i ,Mendukung terpenuhinya Sub-elemen Kebutuhan ke- j,

Dan Sub elemen ke- j Tidak Mendukung terpenuhinya Sub-elemen Kebutuhan ke-i.

A: Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Kebutuhan ke- i Tidak Mendukung Sub-elemen Kebutuhan ke- j,

Dan Sub elemen Kebutuhan ke- j Mendukung terpenuhinya Sub-elemen Kebutuhan ke- i.

X: Apabila menurut pendapat Saudara Sub-elemen Kebutuhan ke- i dan Sub-elemen ke- j Saling Mendukung.

(46)

36

Sub - Elemen KEBUTUHAN ke-j

Gambar

Tabel 2. Perbandingan antara AHP, ANP dan ISM
Gambar 1. Kerangka pemikiran
Gambar 2. Rantai pasok kentang
Gambar 3. Rantai pasok kentang jenis Granola
+7

Referensi

Dokumen terkait