• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kepatuhan Pajak Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham Emiten Pada Sektor Industri Kelapa Sawit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kepatuhan Pajak Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham Emiten Pada Sektor Industri Kelapa Sawit"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPATUHAN PAJAK

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

DAN PROYEKSI HARGA SAHAM EMITEN PADA

SEKTOR INDUSTRI KELAPA SAWIT

RIZQI FADLILAH SJARIEF

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Kepatuhan Pajak terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham Emiten pada Sektor Industri Kelapa Sawit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(4)

RINGKASAN

RIZQI FADLILAH SJARIEF. Pengaruh Kepatuhan Pajak Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham Emiten Pada Sektor Industri Kelapa Sawit. Dibimbing oleh ABDUL KOHAR IRWANTO dan TUBAGUS NUR AHMAD MAULANA.

Sebuah negara membutuhkan dana yang tidak sedikit dalam pelaksanaan pembangunan. Dana tersebut diperoleh diperoleh dari penerimaan dalam negeri dan luar negeri. Di Indonesia, pendapatan domestik didominasi oleh sektor pajak, yang telah berkontribusi rata-rata 70% dari total penerimaan dalam negeri selama satu dekade terakhir.

Namun karena karakteristik pajak yang dapat dipaksakan dan pembayar pajak tidak mendapatkan kontraprestasi secara langsung, banyak pihak yang berusaha melakukan penghindaran pajak, seperti perusahaan. Dengan adanya pajak yang harus dibayarkan, perusahaan akan memiliki laba yang relatif lebih kecil, sehingga kinerja keuangan perusahaan akan turun yang menyebabkan pamor perusahaan menurun di mata pemangku kepentingan. Bagi perusahaan yang telah terdaftar di bursa saham, hal ini dapat menyebabkan fluktuasi harga saham.

Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat pengaruh pajak terhadap kinerja keuangan perusahaan dan harga saham dari emiten sektor kelapa sawit. Pemilihan terhadap sektor kelapa sawit, dikarenakan sektor ini mengalami banyak perubahan sejak terjadinya lonjakan harga produk kelapa sawit di pasar domestik dan internasional.

Penelitian dilaksanakan dengan memilih 7 emiten industri kelapa sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebelum tahun 2009. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan jumlah data urut waktu yang terstruktur sekaligus data antar individu yang cukup untuk melakukan analisis data panel. Pengamatan berulang terhadap data antar individu yang memadai akan memungkinkan penelitian untuk mempelajari dinamika perubahan dengan data urut waktu. Melalui analisis regresi data panel, penelitian berusaha memantau pengaruh dari kepatuhan pajak terhadap kinerja keuangan perusahaan dan harga saham. Untuk proyeksi harga saham emiten, penelitian dilakukan melalui pembentukan model Vector Autoregression (VAR) dengan data panel.

(5)

SUMMARY

RIZQI FADLILAH SJARIEF. The Effects of Tax Compliance on Company‟s Financial performance and Stock Price Projection of Listed Palm Oil Companies. Supervised by ABDUL KOHAR IRWANTO and TUBAGUS NUR AHMAD MAULANA.

A country requires enormous funds to finance its development activities. The funds are obtained from various sources, within and outside the country. In Indonesia, domestic state revenue is dominated by taxes, which has contributed an average of 70% of total revenues in the last decade.

However, due to the characteristics of tax that can be imposed and its taxpayers are not getting direct considerations, a lot of taxpayers attempted to make tax evasion, such as companies. With the tax to be paid, the company will have small profit, so that the company‟s financial performance will go down which led to the declining of the company‟s

prestige in the eyes of stakeholders. For companies that have been listed on the stock exchange, this may cause fluctuations in stock prices.

This research was intended to look at the effect of taxes on company financial performance and stock price of listed palm oil companies. The selection of the palm oil sector was made because that sector has been experiencing a lot of changes since the surge in prices of palm oil products in the domestic and international markets.

This research was conducted by selecting 7 listed palm oil companies that have been listed on the Indonesia Stock Exchange before the year 2009, in order to obtain structured time-series data and sufficient cross-section data to perform the analysis of panel data. Repeated observations on adequate cross-section data will allow this research to study the dynamics of changes with time-series data. Through regression analysis of panel data, this research tried to observe the effect of the tax compliance on the company's financial performance and stock price. In projecting the stock price, this research was continued by making a Vector Autoregression model with a panel data.

The results showed that the tax compliance does not have a significant impact on company‟s financial performance. Furthermore, the results showed that tax compliance simultaneously along with the financial performance after tax compliance, affect the stock price. This research also concluded that the projection of stock price of of listed palm oil companies can be done with the help of financial data of 7 (seven) previous trimester. Keywords: company financial performance, palm oil companies, stock price,

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Progam Studi Ilmu Manajemen

RIZQI FADLILAH SJARIEF

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

PENGARUH KEPATUHAN PAJAK

TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

DAN PROYEKSI HARGA SAHAM EMITEN PADA

(8)
(9)

Judul Tesis : Pengaruh Kepatuhan Pajak Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham Emiten Pada Sektor Industri Kelapa Sawit

Nama : Rizqi Fadlilah Sjarief NIM : H251120101

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Diketahui oleh

Tanggal Ujian: 29 Agustus 2014 Tanggal Lulus: Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr Dr Ir Abdul Kohar Irwanto, MSc

Ketua

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala

atas segala karunia-Nya sehingga tesis dengan judul “Pengaruh Kepatuhan

Pajak Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan dan Proyeksi Harga Saham

Emiten Pada Sektor Industri Kelapa Sawit” dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir pada Program Studi Ilmu Manajemen, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Penyelesaian tesis ini dapat terlaksana berkat bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Istri tercinta (Aty Mulyati), kedua anakku (Thoriq Azhar Raditya dan Luthfi Akhtar Rayyan), Papa, Mama, dan semua keluarga atas doa dan dukungan yang selalu diberikan. Ungkapan terima kasih penulis kepada Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc dan Ir. Tb. Nur Ahmad Maulana, MBA, MSc, PhD selaku komisi pembimbing, serta Dr. Ir. Muhamad Sjamsun, M.Sc selaku dosen metode penelitian manajemen yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tesis. Tak lupa ungkapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Prof. Dr. Ir. Noer Azam Achsani, MS selaku penguji di luar komisi yang telah memberikan masukan dan saran untuk perbaikan tesis ini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan atas bantuan data statistik kepatuhan perpajakan emiten kelapa sawit untuk periode 2009-2013. Tidak lupa penulis pun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kelas Manajemen khususnya angkatan September 2012, atas kebersamaan dan bantuan selama perkuliahan, serta kepada semua staf dan karyawan PascaSarjana Ilmu Manajemen atas bantuan selama perkuliahan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

DAFTAR PERSAMAAN x

1 PENDAHULUAN 1 

Latar Belakang 1 

Perumusan Masalah 4 

Tujuan Penelitian 5 

Manfaat Penelitian 6 

Ruang Lingkup Penelitian 6 

2 TINJAUAN PUSTAKA 6 

Definisi Pajak 6 

Kepatuhan Pajak (Tax Compliance) 7 

Wajib Pajak Patuh 9 

Perencanaan Pajak 9 

Rasio Keuangan 10 

Analisis Earning Per Share (EPS) 11 

Analisis Dupont : Pendekatan Integratif pada Analisis Rasio 12  Economic Value Added (EVA) dan Market value Added (MVA) 13

Rasio Keuangan Lainnya 14

Penelitian Terdahulu yang Relevan 14 

3 METODE PENELITIAN 16 

Kerangka Pemikiran Penelitian 16 

Pendekatan Penelitian 17 

Jenis Data dan Sumber Data 17

Variabel Penelitian 17

Populasi dan Sampel 17

Pengolahan dan Analisis Data: Analisis Regresi dengan Data Panel 18 Vector Autoregression (VAR) dengan Data Panel 21

Hipotesis Penelitian 23

Lokasi dan Waktu Penelitian 24

Limitasi 24

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24 

Analisis Linier Berganda dengan Data Panel 26  Vector Autoregression (VAR) dengan Data Panel 30

Pengujian Hipotesis 33 

Implikasi Manajerial 41

5 SIMPULAN DAN SARAN 42 

DAFTAR PUSTAKA 43 

(12)

DAFTAR TABEL

1. Daftar emiten sektor industri kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan nilai market capitalization selama tahun 2013 2  2. Perusahaan yang dijadikan contoh penelitian 18 

3. Uji Chow 27

4. Output metode FEM 28

5. Impulse response function harga saham 31

6. Variance decomposition dari harga saham 32

7. Uji kausalitas 32

8. Analisis regresi FEM untuk pengaruh kinerja keuangan setelah

pelaksanaan kepatuhan pajak 38

9. Koefesien dalam perhitungan peramalan VAR 39

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pemikiran penelitian 16 

2. Uji statistik Durbin-Watson 21

3. Penerimaan PPh badan sektor kelapa sawit tempat emiten terdaftar 25 4. Beban PPh badan emiten kelapa sawit 2009-2013 26

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar istilah 46 

2. Daftar emiten sektor industri kelapa sawit dalam Jakarta Islamic

Index 47 3. Daftar emiten sektor industri kelapa sawit dalam Kompas 100 48

4. Daftar emiten sektor industri kelapa sawit dalam LQ45 49

5. Uji multikolinearitas dan autokorelasi 50 

6. Uji heteroskedastisitas 51

7. Metode Fixed Effect (FEM) dalam mengukur pengaruh kepatuhan pajak dan rasio keuangan terhadap harga saham 52 8. Persamaan Vector Auto Regression (VAR) dalam proyeksi harga

saham emiten industri kelapa sawit 53

9. Uji Kausalitas 58

(13)

DAFTAR PERSAMAAN

1. Basic EPS 11 

2. Diluted EPS 11 

3. ROE (Analisis Dupont) 12

4. ROE (Analisis Dupont) 12

5. ROA (Analisis Dupont) 12

6. ROA (Analisis Dupont) 13

7. ROA (Analisis Dupont) 13

8. ROE (Analisis Dupont) 13

9. ROE (Analisis Dupont) 13

10.EVA 13

11.MVA 13

12.MVA 14

13.Quick Ratio (QR) 14

14.Net Profit Margin (NPM) 14

15.Price Earning Ratio (PER) 14

16.Kerangka dasar model regresi data panel 19

17.Model efek tetap data panel 19

18.Model efek random data panel 19

19.Model persamaan awal penelitian 20

20.Model VAR untuk variabel y 22

21.Model VAR untuk variabel x 22

22.Model persamaan regresi hasil penelitian 28

23.Model persamaan VAR hasil penelitian 31

(14)
(15)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan kelapa sawit yang sangat signifikan dalam satu dekade terakhir, membuat sektor industri ini menjadi salah satu sumber penerimaan pajak nasional yang potensial. Dengan perkebunan terluas di dunia dan produksi terbesar dunia, komoditas kelapa sawit Indonesia juga menguasai pasar ekspor dunia. Komoditas ini menjadi penyumbang terbesar devisa sektor perkebunan dan penyerap tenaga kerja yang besar. Berdasarkan informasi yang dirilis oleh situs Opini-Indonesia.com (2013), perkebunan kelapa sawit saat ini tersebar hampir di seluruh wilayah di Indonesia dan didominasi oleh 2 kepulauan besar, Sumatera dan Kalimantan. Pada tahun 2012, Sumatera memiliki lahan kelapa sawit dengan luas sebesar 62,5% dari total lahan kelapa sawit nasional (5,913,585 hektar) dan menjadi penyumbang produktivitas sebesar 73,6% dari total produksi nasional (17,317,295 ton). Sementara Kalimantan memiliki lahan kelapa sawit dengan luasan kebun sebesar 31% (2,814,782 hektar) menjadi penyumbang produktivitas sebesar 23,5% (5,520,207 ton).

Kementerian Pertanian (2013) merilis berita bahwa nilai PDB perkebunan secara kumulatif terus meningkat cukup fantastis, dari Rp. 81,66 triliyun pada tahun 2007 tumbuh menjadi Rp.153,731 trilyun pada tahun 2011 dan terus melambung menembus angka Rp.159,73 trilyun pada tahun 2012 atau tumbuh rata-rata per tahunnya sebesar 14,79%. Realisasi ekspor komoditas kelapa sawit tahun 2012 telah mencapai volume 20,57 juta ton (minyak sawit/CPO dan minyak sawit lainnya) dengan nilai US $19,35 milyar. Neraca perdagangan untuk komoditas kelapa sawit tahun 2012 telah mencapai US $19,34 milyar. Menurut Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) tahun 2008 perkebunan kelapa sawit mempekerjakan 3,06 juta orang dimana 3,047 juta bekerja di perkebunan besar, 308.000 di PTPN. Sementara itu terdapat 1.920.000 petani sawit skala kecil. Sedangkan dari 470 pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di Indonesia, atau yang tercatat di GAPKI, mempekerjakan 63.450 orang.

(16)

berita pada tanggal 21 Mei 2013 tentang pernyataan Duta Besar Uni Eropa (UE) Untuk Indonesia, Brunei Darussalam dan ASEAN, bahwa masyarakat Uni Eropa sangat menggemari minyak kelapa sawit, hasil produksi dari Indonesia, karena kualitasnya bagus dan bisa digunakan untuk makanan. Tentunya informasi ini menjadi potensi bagi peningkatan pendapatan bagi para pelaku industri kelapa sawit Indonesia melalui perluasan cakupan wilayah penjualan.

Tabel 1 Daftar emiten sektor industri kelapa sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan nilai market capitalization selama tahun 2013 (Dalam Milyar Rupiah)

No. Nama Perusahaan Volume

Transaksi

Market Capitalization

% 1. PT Astra Agro Lestari Tbk 1.574.745.000 39.526,09 0,94 2. PT Austindo Nusantara Jaya

Tbk

3.333.350.000 4.966,69 0,12 3. PT BW Plantation Tbk 4.336.211.750 5.767,16 0,14 4. PT Dharma Satya Nusantara

Tbk 2.119.700.000 4.345,38 0,10

5. PT Gozco Plantation Tbk 6.000.000.000 660,00 0,02 6. PT Jaya Agra Wattie Tbk 3.774.685.500 1.434,38 0,03 10. PT Sampoerna Agro Tbk 1.890.000.000 3.780,00 0,09 11. PT Salim Ivomas Pratama

Tbk

Sarana Tbk 9.525.000.000 7.810,50 0,19

14. PT Tunas Baru Lampung

Jumlah 92.767.609.906 122.784,99 2,91

Jumlah Market Capitalization di BEI 4.219.020,24 Sumber : www.sahamok.com (2014)

(17)

tahun pajak 2002 sampai dengan 2005 sebagaimana disampaikan oleh Indonesian Corruption Watch (ICW) dalam siaran pers tanggal 30 Januari 2014. Modus yang dijalankan antara lain pembebanan biaya fiktif, transfer pricing, dan transaksi hedging atau lindung nilai. Berdasar kasus ini, peneliti tertarik untuk meneliti apakah perusahaan industri sawit yang lain juga memiliki intensi untuk melakukan hal yang sama dengan Asian Agri Group. Peneliti ingin mengetahui apakah pada saat suatu perusahaan sawit terungkap kondisi kepatuhan perpajakannya, maka kondisi tersebut akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan. Untuk mempersempit ruang lingkup penelitian dan kemudahan mendapatkan data laporan keuangan perusahaan, peneliti memilih untuk meneliti perusahaan industri sawit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini dilakukan karena data keuangan para emiten telah dipublikasikan oleh masing-masing emiten, sesuai dengan ketentuan BEI, sehingga akan memudahkan dalam pengumpulan data laporan keuangan. Untuk meneliti perubahan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap para emiten di sektor kelapa sawit, peneliti menggunakan perubahan harga saham tiap emiten setelah terungkapnya kondisi pemenuhan kewajiban perpajakan di masing-masing perusahaan. Nilai perubahan harga saham ini pun telah dipublikasikan oleh BEI sebagai otoritas pengelola bursa efek.

Data laporan keuangan dipublikasikan oleh para emiten kelapa sawit, dengan maksud selain untuk memenuhi ketentuan yang ditetapkan BEI, namun juga untuk menarik minat para calon investor. Para emiten sektor kelapa sawit ini berusaha untuk memberikan informasi terkini dari perusahaan mereka mulai dari besaran perusahaan, luasan perkebunan, besaran produksi, tingkat kinerja perusaaan yang baik, serta prospek perusahaan di masa mendatang. Semua itu dilakukan dengan menggunakan berbagai metode sehingga para calon investor dapat memperoleh gambaran terkini perusahaan. Salah satu alat ukur yang dipergunakan oleh para calon investor dalam menilai kinerja keuangan perusahaan adalah rasio keuangan untuk menentukan tingkat likuiditas, profitabilitas, leverage dan efesiensi perusahaan (Brealey et al. 2007). Wild et al. (2003) memberikan contoh rasio likuiditas antara lain: Current Ratio (CR), Acid-test Ratio (AR) dan lainnya. Sedangkan rasio profitabilitas yang paling sering dijadikan bahan rujukan bagi calon investor ataupun pemegang saham untuk mempertimbangkan untuk melakukan investasi atau untuk melepas investasi adalah Earning Per Share (EPS), Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE), Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Pretax Profit Margin (PPM), Net Profit Margin (NPM), dan lainnya. Brealey et al. (2007) menjelaskan bahwa beberapa contoh rasio leverage antara lain: Debt Ratio (DR), Times Interest Earned Ratio, Cash Coverage Ratio, dan lainnya. Sedangkan contoh rasio efesiensi yang dapat digunakan adalah Collection Period, Days to sell Inventory, Inventory Turnover Ratio, dan lainnya.

(18)

yang melonjak cukup tajam di tahun 2007-2008, dan secara berkesinambungan dilakukan hingga saat ini. Pembayaran pajak dari industri kelapa sawit dapat dikatakan cukup besar, namun untuk dapat dikatakan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri kelapa sawit sebagai Wajib Pajak Patuh, masih harus diteliti lebih lanjut. Harinurdin (2009) mengungkapkan bahwa dengan berlakunya „self assessment” di Indonesia, peran wajib pajak sangat krusial dalam proses pemungutan pajak dalam menghimpun penerimaan negara. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terhutang. Sistem ini diterapkan atas dasar kepercayaan pihak otoritas pajak kepada wajib pajak. Dengan demikian, pelaksanaan kepatuhan pajak dalam hal pembayaran dan pelaporan pajak yang terutang dari emiten sektor industri kelapa sawit akan lebih didasari oleh itikad baik dari masing-masing emiten. Pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan yang baik tentunya akan menunjukkan tingkat kepatuhan pajak setiap emiten. Apabila hal ini terlihat oleh para calon investor, terdapat 2 hal yang terlintas dalam pikiran mereka. Pertama, dengan tingkat kepatuhan pajak yang baik, apakah emiten di sektor industri kelapa sawit memiliki rasio keuangan yang baik, mengingat nilai pembayaran pajak dari emiten tidaklah sedikit. Sedangkan hal yang kedua, dengan adanya informasi tingkat kepatuhan pajak yang baik, apakah akan meningkatkan kepercayaan calon investor terhadap perusahaan yang berujung pada meningkatnya permintaan terhadap saham perusahaan dan naiknya harga saham perusahaan..

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis akan melakukan dan menganalisis pengaruh kepatuhan pajak terhadap nilai perusahaan dan prospektus saham perusahaan pada emiten sektor perkebunan kelapa sawit yang diberi judul “Pengaruh Kepatuhan Pajak Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Dan Proyeksi Harga Saham Emiten Sektor Industri Kelapa Sawit”.

Perumusan Masalah

(19)

memandang perusahaan secara lebih positif, sehingga membuat nilai perusahaan meningkat dan membuat peluang permintaan terhadap saham perusahaan lebih besar daripada sebelumnya.

Dua hal inilah yang menarik bagi penulis untuk diteliti, sebab dua hal yang kontradiktif tadi memiliki pengaruh masing-masing terhadap perusahaan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kepatuhan pajak perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan, dan di sisi lain sejauh mana pengaruh kepatuhan pajak tersebut dalam membentuk kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan, yang pada akhirnya membuat mereka memilih untuk menanamkan investasinya dengan cara membeli saham perusahaan. Peningkatan permintaan terhadap saham perusahaan ini, sesuai dengan hukum permintaan, pada akhirnya akan membuat harga saham tersebut meningkat. Namun apabila hal yang sebaliknya terjadi, maka tentunya akan membuat permintaan terhadap saham menurun dan menyebabkan menurunnya harga saham.

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh kepatuhan pajak terhadap kinerja keuangan perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit?

2. Bagaimana pengaruh image “wajib pajak patuh” yang melekat pada

perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit akan mempengaruhi pola pergerakan harga saham industri kelapa sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

3. Bagaimana pengaruh rasio keuangan setelah beban pajak akan mempengaruhi pola pergerakan harga saham industri kelapa sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

4. Sejauh mana perubahan kepatuhan pajak dan perubahan rasio keuangan akan mempengaruhi proyeksi harga saham emiten kelapa sawit?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan:

1. Untuk menganalisis pengaruh kepatuhan pajak terhadap kinerja perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit.

2. Untuk menganalisis pengaruh image wajib pajak patuh yang melekat pada perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit akan mempengaruhi pola pergerakan harga saham industri kelapa sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk menganalisis pengaruh kinerja perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit setelah adanya pelaksanaan kepatuhan pajak terhadap pola pergerakan harga saham emiten industri kelapa sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(20)

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Dengan adanya penelitian ini, maka penulis akan lebih memahami pengaruh transaksi perpajakan yang dilakukan perusahaan,baik terhadap kinerja perusahaan, maupun terhadap kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan.

2. Sebagai dasar/referensi serta menambah kepustakaan yang diperlukan untuk peneliti-peneliti yang lain yang memiliki topik yang sama sehingga dapat dijadikan perbandingan.

3. Memberikan gambaran kepada perusahaan kelapa sawit yang terdaftar sebagai emiten di Bursa Efek Indonesia, mengenai pengaruh kepatuhan pajak terhadap kinerja perusahaan dan pergerakan harga saham dan permintaannya dalam bursa saham.

4. Membantu pemerintah, khususnya Direktorat Jenderal Pajak dalam menghimpun penerimaan negara melalui intensifikasi perpajakan.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian difokuskan pada emiten pada sektor industri kelapa sawit yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan cakupan data laporan keuangan tahun 2009-2013. Metode penelitian yangdipilih adalah metode kuantitatif dengan alat analisis Analisis Regresi Berganda dengan data panel dan Vector Auto Regression (VAR).

2 TINJAUAN PUSTAKA

Definisi Pajak

Brotodiharjo (1982) dalam Sukardji (1999) menyitir definisi dari Prof. Dr. P.J.A Adriani sebagai berikut:

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan

dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.” Sedangkan Soemitro (1988) dalam Sukardji (1999) memberikan definisi pajak sebagai berikut:

“Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik

berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan imbalan (tegenprestatie) yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat pendorong, penghambat atau pencegah untuk

mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan negara.”

(21)

pengaruh sosial,moral dan psikologis dari pembayar pajak , juga oleh dinamika serta birokrasi dari otoritas pajak dalam menangani pembayaran pajak, pelaporan pajak dan pemotongan pajak, baik yang tepat maupun yang keliru. Berlakunya „self assessment” di Indonesia mempunyai peranan wajib pajak dalam menentukan penerimaan negara dari sektor pajak. Masalahnya, apakah kepatuhan pajak sudah mendukung pelaksanaan sistem tersebut. Dalam sistem self assessment, wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terhutang. Sistem self assesment diterapkan atas dasar kepercayaan pihak otoritas pajak kepada wajib pajak (Rahayu 2007 dalam Harinurdin 2009).

James dan Alley (2004) menyatakan bahwa self-assessment memberikan sebuah risiko kepada otoritas pajak dalam pemenuhan kepatuhan perpajakan pembayar pajak dimana pelaksanaannya didukung oleh administrasi pajak yang dapat membuat pembayar pajak mau melakukan pemenuhan pajak, baik melalui penegakan hukum berupa penalti ataupun birokrasi perpajakan. Gangl et al. (2013) menyimpulkan penelitian yang dilakukannya bahwa supervisi yang terlalu ketat justru dapat memberikan dampak yang buruk pada otoritas perpajakan, sehingga sanksi

perpajakan justru hanya menjadi “biaya” yang harus dikeluarkan untuk

ketidakpatuhan, namun tidak memberikan efek jera bagi pembayar pajak yang tidak patuh.

Feld dan Frey (2007) memberikan kesimpulan dalam penelitiannya bahwa kepatuhan pajak di Swiss-dimana penelitian dilakukan- dan juga negara lainnya, terbentuk dari sistem demokrasi yang membangun sebuah hubungan pertukaran fiskal antara pembayar pajak dengan negara, melalui sistem reward and punishment. Doran (2009) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa dalam sistem pajak self assessment, sistem yang baik dari denda pajak seharusnya tidak hanya mendefinisikan kepatuhan pajak tetapi juga secara efektif meningkatkan kepatuhan wajib pajak, sebab tidak semua pembayar pajak mau menghitung dan melaporkan pembayaran pajaknya dengan itikad yang baik.

Kepatuhan Pajak (Tax Compliance)

Tax compliance atau kepatuhan pajak diartikan sebagai kondisi ideal wajib pajak yang memenuhi peraturan perpajakan serta melaporkan penghasilannya secara akurat dan jujur. Dari kondisi ideal tersebut,

kepatuhan pajak didenisikan sebagai suatu keadaan wajib pajak yang

(22)

Devos (2012) menyimpulkan dari penelitian yang dilakukannya bahwa otoritas perpajakan suatu negara memegang peranan dalam mengatasi ketidakpatuhan pembayar pajak, dengan menunjukkan benefit yang dapat diterima oleh pembayar pajak, penegakan ketentuan perpajakan yang dibarengi dengan program preventif melalui pendidikan pajak di setiap lini. Alm et al. (1992) menyimpulkan dari penelitiannya bahwa tingkat kepatuhan pajak secara positif dipengaruhi oleh besar penghasilan, frekuensi audit serta tingkat penerimaan benefit oleh pembayar pajak,dan terpengaruh secara negatif oleh perubahan tarif pajak, besaran penalti yang diterima. Kesadaran masyarakat atau kepatuhan masyarakat (tax compliance) yang tinggi sangat dibutuhkan untuk menopang penerimaan negara. Kesadaran masyarakat yang tinggi akan mendorong semakin banyak masyarakat memenuhi kewajibannya untuk mendaftarkan diri sebagai wajib pajak, melaporkan dan membayar pajaknya dengan benar sebagai wujud tanggung jawab berbangsa dan bernegara.

Trivedi et al. (2005) menemukan dalam penelitiannya bahwa variabel ekonomi tidak terlalu berpengaruh dalam menjelaskan perilaku kepatuhan pajak, yang mempunyai cukup pengaruh dalam kepatuhan pajak orang pribadi adalah etika dari pembayar pajak dalam menghadapi tingkat kedalaman audit pajak dan sanksi pajak. Sedangkan Cummings et al. (2009) menyatakan dalam penelitiannya bahwa penegakan ketentuan yang dilakukan melalui adanya pendeteksian dan hukuman terhadap penyimpangan pajak akan mendukung terjadinya kepatuhan pajak, yang mana kepatuhan ini akan dapat membentuk norma sosial. Norma ini dipengaruhi oleh otoritas pajak dan tingkat respon pemerintah terhadap keinginan masyarakat tentang perpajakan.

(23)

Wajib Pajak Patuh

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan nomor 192/PMK.03/2007 jo. PMK Nomor 74/PMK.03/2012, yang dimaksud dengan Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang selanjutnya disebut sebagai Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a) tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;

b) tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak;

c) Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut; dan

d) tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir. Dalam penelitian ini indikator kepatuhan pajak yang digunakan adalah jumlah pembayaran pajak selama 1 tahun pajak, kepatuhan pelaporan Surat Pemberitahuan, kepatuhan untuk melakukan audit laporan keuangan oelh Akuntan Publik dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut, bagi emiten industri kelapa sawit.

Perencanaan Pajak

Zain (2003) memberikan definisi dari perencanaan pajak sebagai berikut:

Tax planning atau Perencanaan Pajak adalah merupakan tindakan penstrukturan yang terkait dengan konsekuensi potensi pajak, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada konsekuensi pajaknya. Tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat mengefesienkan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang disebut sebgai penghindaran pajak (tax avoidance) yang merupakan perbuatan legal yang masih dalam ruang lingkup pemajakan dan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dan bukan penyelundupan pajak (tax evasion).”

(24)

Selain itu, sifat kegiatan usaha juga mempengaruhi kesempatan bagi perusahaan untuk terlibat dalam perencanaan pajak. Dengan demikian, perusahaan dalam sektor yang berbeda mungkin terlibat secara berbeda dalam perencanaan pajak.

Wahab dan Holland (2011) menyatakan bahwa secara tradisional, perencanaan pajak dipandang sebagai mengarah ke peningkatan laba setelah pajak dan karena itu berada di kepentingan para pemegang saham. Desai et al. (2006) sebagaimana dikutip Wahab dan Holland (2011) memprediksi bahwa perencanaan pajak akan dinilai negatif oleh pemegang saham dimana tata kelola perusahaan yang lemah akan mengizinkan pernyataan yang understatement terkait laba akuntansi. Ketika ketentuan tata kelola perusahaan yang kuat, laba akuntansi yang understatement tidak mungkin dilakukan dan karena itu perencanaan pajak tidak memberikan manfaat pengalihan. Boylan (2010) menyimpulkan dalam penelitiannya bahawa tingkat kepatuhan pembayar pajak dipengaruhi oleh situasi apakah pembayar tersebut pernah mengalami pemeriksaan pajak, namun pengaruhnya tergantung pada jumlah waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk menghasilkan penghasilan yang dikenakan pajak tersebut.

Secara umum motivasi manajemen dalam perusahaan melakukan perencanaan pajak adalah untuk mengoptimalkan laba setelah pajak (after tax return), sebab hasil tersebut dapat berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan atas tindakan operasi perusahaan untuk melakukan investasi dengan cara menganalisa secara cermat dan memanfaatkan peluang yang ada dalam ketentuan peraturan yang dibuat oleh pemerintah, sedangkan motivasi utama dari implimentasi perencanaan pajak diantaranya adalah dengan adanya perbedaan tarif pajak (tax rates), perbedaan dasar pengenaan pajak (tax base) dan celah-celah perpajakan (loopholes). Motivasi perecanaan pajak merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan strategi perusahaan secara keseluruhan dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan.

Rasio Keuangan

Dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan, digunakan rasio keuangan untuk menentukan tingkat likuiditas, profitabilitas, leverage dan efesiensi perusahaan (Brealey et al. 2007). Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur tingkat kemudahan sebuah perusahaan dalam memegang kas dan memenuhi kewajiban jangka pendek yang dimilikinya (Wild et al. 2003). Contoh rasio yang digunakan adalah Current Ratio (CR), Acid-test Ratio (AR) dan lainnya.

(25)

Margin (OPM), Pretax Profit Margin (PPM), Net Profit Margin (NPM), dan lainnya

Rasio leverage adalah rasio yang mengukur seberapa besar beban utang perusahaan. Melalui penggunaan rasio ini, pengguna laporan keuangan dapat mengetahui seberapa beban keuangan yang harus ditanggung oleh perusahaan (Brealey et al. 2007). Beberapa contoh rasio ini adalah Debt Ratio (DR), Times Interest Earned Ratio, Cash Coverage Ratio, dan lainnya.

Rasio efesiensi adalah rasio untuk mengukur produktivitas perusahaan dalam menggunakan aset yang dimilikinya serta efektivitas dan intensitas dari aktiva dalam menghasilkan peredaran usaha. (Brealey et al. 2007). Beberapa contoh rasio ini adalah Collection Period, Days to sell Inventory, Inventory Turnover Ratio, dan lainnya.

Analisis Earning Per Share (EPS)

EPS merupakan cara perhitungan rasio untuk mengevaluasi kinerja operasional dan profitabilitas dari sebuah perusahaan. Kunci penting dari perhitungan ini adalah identifikasi pengaruh potensial dari dilusi sekuritas. Dilusi merupakan penurunan dalam EPS yang dihasilkan dari sekuritas yang dapat dikonversikan ke dalam saham biasa. Pada perusahaan dengan struktur modal sederhana, yang tidak memiliki sekuritas yang terdilusi, perhitungan EPS diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut (Wild et al. 2003):

---(1) Sedangkan bagi perusahaan dengan struktur modal yang kompleks –

biasanya perusahaan yang sahamnya diperdagangkan secara publik di pasar saham, yang memiliki sekuritas konvertibel, opsi dan waran, perhitungan EPS adalah sebagai berikut:

Diluted EPS = Basic EPS - dampak opsi & waran terhadap EPS - dampak sekuritas konvertibel terhadap EPS

atau

---(2) Dimana:

EAT = Penghasilan Bersih disesuaikan dengan bunga (setelah dikurangi pajak) dan preferen dividen pada sekuritas dilutif

WAOC = Weighted Average of Outstanding Stock (Rata-rata tertimbang saham beredar termasuk sekuritas dilutif)

Perusahaan dengan struktur modal yang kompleks harus melampirkan perhitungan Basic EPS dan Diluted EPS dalam laporan keuangannya, sehingga pengguna laporan keuangan dapat mengetahui nilai masing-masing rasio.

(26)

rekonsiliasi dari numerator dan denominator dari komputasi EPS diatas. Melalui pengungkapan ini, pengguna laporan keuangan akan mendapatkan gambaran mendalam terhadap struktur modal yang kompleks dari sebuah perusahaan. Hambatan serius yang mungkin timbul dari perhitungan EPS adalah (Wild et al. 2003):

1. Basic EPS tidak memperhitungkan efek dilusi dari opsi dan waran,sehingga berpotensi untuk meningkatkan nilai EPS sekitar 10-20% dari nilai EPS yang sebenarnya.

2. Masih terdapat inkonsistensi dalam mempertimbangkan sekuritas yang ekivalen dengan saham biasa dalam perhitungan EPS, dengan tidak memasukkannya dalam modal pemegang saham. 3. Efek dilusi dari opsi dan waran tergantung pada harga saham.

Hal ini akan menimbulkan “efek sirkular”, dimana

pengungkapan EPS akan mempengaruhi harga saham yang pada gilirannya, nanti akan mempengaruhi nilai EPS.

Wild et al. (2003) mengungkapkan bahwa proyeksi dari EPS tidak hanya memperhitungkan pendapatan di masa depan, namun juga harga saham di masa depan. Disisi lain, Hermi dan Kurniawan (2011) menyimpulkan penelitiannya dengan pernyataan bahwa apabila EPS mengalami peningkatan, maka harga saham dan return akan berkorelasi positif sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham.

Analisis Dupont : Pendekatan Integratif pada Analisis Rasio Keown et al. (2005) menjelaskan bahwa analisis Dupont adalah suatu metode yang dipergunakan untuk menganalisis profitabilitas perusahaan dan tingkat pengembalian ekuitas. Komputasi analisis dupont dimulai dengan formula Return On Equity (ROE).

---(3) Kemudian analisis Dupont dilanjutkan dengan menelaah formula ROE tersebut, untuk mendapatkan kaitannya dengan Return on Assets (ROA).

---(4) Dimana ROA, dapat kita hitung dengan formula

---(5) Dari formula diatas, pengguna laporan keuangan dapat mengetahui bahwa tingkat pengembalian ekuitas (ROE) adalah sebuah fungsi dari seluruh profitabilitas perusahaan dan jumlah hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva.

(27)

--(6) ---(7) Sehingga untuk menghitung tingkat pengembalian ekuitas, pengguna laporan keuangan dapat menggunakan formula berikut dalam analisis Dupont.

---(8) ---(9) Dengan menggunakan analisis Dupont ini, memungkinkan pihak manajemen untuk meneliti lebih jauh, faktor apa sajakah yang mendorong tingkat pengembalian ekuitas, dan hubungan antara marjin laba bersih, perputaran aktiva serta rasio utang. Analisis ini menyediakan petunjuk untuk menentukan efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan dalam rangka memaksimalkan tingkat pengembalian atas investasi pemilik perusahaan. Berdasarkan analisi ini pula, pemilik maupun manajemen dapat mengetahui mengapa tingkat pengembalian tersebut diterima.

Economic Value Added (EVA) dan Market value Added (MVA)

Keown et al. (2005) mendefinisikan Economic Value Added (EVA) atau Tambahan Nilai Ekonomi (TNP) sebagai perbedaan antara laba operasi bersih perusahaan setelah pajak (NOPAT) dengan beban modal pada suatu periode tertentu. Hal ini daat dirumuskan sebagai berikut:

EVA = Laba Operasi Bersih Setelah pajak (NOPAT) - [Biaya modal tertimbang rata-rata(k wacc) ) x Modal yang ditanamkan(t-1) ] ---(10)

Hasil perhitungan ini akan memberikan pengukuran kontribusi operasi perusahaan dalam periode tertentu terhadap nilai perusahaan. West dan Worthington (1999) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa EVA masih secara signifikan mempertimbangkan marjin dalam menjelaskan variasi return pasar, yang sebagian besar dijelaskan oleh variabel laporan keuangan yang umum tersedia. Hal ini akan mendukung kegunaan EVA untuk pengukuran kinerja internal dan eksternal.

Sedangkan market value added (MVA) didefinisikan sebagai perbedaan dalam nilai pasar dari sebuah perusahaan dan modal yang telah diinvestasikan dalam perusahaan tersebut. hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

(28)

Dimana nilai perusahaan adalah nilai pasar dari surat berharga hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar, sedangkan modal yang diinvestasikan adalah seluruh dana yang telah diinvestasikan di dalam perusahaan. Sedangkan Kamaludin dan Indriani (2012) memberikan definisi MVA sebagai Nilai Tambah Pasar yang berasal dari pengurangan antara nilai pasar ekuitas dengan modal ekuitas yang diinvestasikan, dengan rumusan sebagai berikut:

MVA = Nilai Pasar Ekuitas Modal Ekuitas yang diinvestasikan oleh investor

= (Saham beredar x harga saham)–(Total Ekuitas saham biasa) --(12) Rasio Keuangan Lainnya

Formula rasio keuangan lainnya yang seringkali digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan antara lain; Rasio Likuiditas

Quick Ratio (QR)

---

(13)

Rasio Profitabilitas Net Profit Margin (NPM)

---(14)

Rasio Pengukuran Pasar Price Earning Ratio (PER)

---

(15) Penelitian Terdahulu yang Relevan

Basuki (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Reaksi Saham Terhadap Rekomendasi Saham yang Dipulikasikan Harian Kontan Dalam

Rubrik “REKOMENDASI”” bertujuan untuk menguji pengaruh informasi

yang disampaikan melalui rubrik REKOMENDASI harian Kontan terhadap pergerakan harga saham yang dianalisa pada rubrik tersebut dilakukan. Hasilnya adalah terdapat dampak yang cukup signifikan antara harga rata-rata saham yang muncul di pasar modal dan memberikan saran pada calon investor untuk mempertimbangkan rekomendasi dari rubrik REKOMENDASI dalam menentukan emiten mana yang akan dibelikan sahamnya. Penulis berpendapat bahwa penelitian sedikit relevan bagi penelitian yang akan dilakukan, sebab terdapat transaksi pembelian yang dipengaruhi oleh faktor yang diperkirakan akan mempengaruhi saham.

Satjawidjaja (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Komparasi

(29)

Bank Bukopin di pasar saham, dengan menentukan nilai intrinsik dari harga saham di tahun 2009 dan 2010. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa saham Bank Bukopin diusulkan untuk dibeli oleh para calon investor, karena nilainya yang murah (undervalued) akibat perhitungan nilai intrinsik yang dilakukan.

Anwar (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan dan Kualitas Pengungkapan Informasi Terhadap Return

Saham” bertujuan untuk meneliti hubungan antara kinerja keuangan perusahaan beserta kualitas pengungkapan informasi terhadap nilai return saham yang dimiliki. Kesimpulan penelitian ini mengungkapkan bahwa kinerja keuangan dari segi profitabilitas memiliki hubungan signifikan dengan return saham. Namun untuk penilaian kinerja dari segi likuiditas dan solvabilitas dan kualitas pengungkapan informasi, memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap (return).

Rukmana (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Besaran Perusahaan (Company Size) Terhadap Kepatuhan Pajak (Tax Compliance) Wajib pajak Badan (Studi Empiris di KPP Madya Tangerang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan pajak bila dilakukan oleh perusahaan dengan besaran usaha tertentu. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepatuhan pajak suatu institusi, dapat dipengaruhi oleh besarnya omset yang dimiliki perusahaa. Makin besar omset perusahaan, berdasar penelitian ini, maka akan memicu kepatuhan pajak yang tinggi.

Handono (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Indeks harga Saham Individu (Studi

Kasus Pada Delapan Bank Terbesar)”, bertujuan untuk mengetahui pengaruh rasio keuangan dari 8 bank terbesar di Indonesia terhadap Indeks Harga Saham. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menjelaskan bahwa rasio keuangan perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap Indeks harga Saham, namun arah pengaruhnya (positif/negatif) tergantung dari jenis rasio keuangan yang dipilih.

Istianawati (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Potensi Investasi dan Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Return Saham pada

(30)

3 METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran Penelitian

Dalam penelitian yang akan dilaksanakan, penulis akan melakukan penelitian terhadap perusahaan emiten sektor kelapa sawit yang terdaftar di BEI. Penelitian diawali dengan ide pemikiran bahwa pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan sebuah perusahaan tentunya akan sangat berpengaruh terhadap penilaian kinerja perusahaan. Hal ini paling tidak disebabkan oleh adanya penggunaan sebagian kas perusahaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Peneliti tertarik untuk melihat dampaknya secara langsung terhadap kinerja keuangan perusahaan dan dampaknya, baik secara langsung atau tidak langsung , terhadap harga saham perusahaan saat ini dan masa yang akan datang.

Emiten Sektor Kelapa Sawit

Kegiatan Usaha Perusahaan

Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

Kegiatan Penjualan dan Pengeluaran Biaya

Pembayaran Pajak dan Pelaporan Pajak

Beban pajak Laporan Keuangan

Kinerja Perusahaan

Kepercayaan Masyarakat

Implikasi Manajerial

Patuh Tidak Patuh

Buruk Baik

Ketidakpercayaan Masyarakat

Kecenderungannya membuat permintaan turun, sehingga

harga saham turun Kecenderungannya membuat

permintaan naik, sehingga harga saham naik

Analisis LK

Beban Pajak Naik, Laba Turun; Beban Pajak Turun,

Laba Naik

(31)

Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Penulis melakukan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran laporan keuangan dari emiten perusahaan industri sawit, mengingat Induk Perusahaan tercatat sebagai salah satu emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dimulai dengan pengumpulan data sekunder berupa laporan keuangan triwulanan dari emiten sektor pertanian yang telah terdaftar di BEI sebelum 2009, sehingga dapat terlihat tren dari pergerakan kinerja keuangan dari laporan keuangan tiap perusahaan.

Jenis Data dan Sumber Data

Data yang digunakan berupa data sekunder, seperti literatur-literatur dan laporan keuangan triwulanan (laporan laba rugi dan neraca) periode 2009-2013 yang dapat diperoleh dari BEI untuk perusahaan yang sudah go public, data sekunder dari Direktorat Jenderal Pajak mengenai kepatuhan pajak emiten di sektor industri kelapa sawit, profil perusahaan, studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku yang terkait dengan penelitian, internet, jurnal dan artikel-atikel lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah perubahan (Δ) Kepatuhan Bayar/Byr (X1), Δ Kepatuhan Lapor/Lpr (X2), Δ Kepatuhan Audit/Aud (X3), Δ EPS (X4), Δ NPM (X5), Δ ROE (X6), Δ PER (X7), Δ QR (X8), Δ

EVA (X9), Δ MVA (X10). Sedangkan Δ harga yang mencerminkan kepercayaan stakeholder (Y) sebagai variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dimensi yang diambil adalah persentase perubahan variabel, sebab masing-masing variabel memeiliki perbedaan dalam dimensi pengukurannya.

Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah 417 laporan keuangan triwulan dari semua emiten industri kelapa sawit, dari tahun terdaftarnya di bursa hingga tahun 2014. Sedangkan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulan dari emiten yang terdaftar sebelum tahun 2009, dengan jumlah sampel sebesar 133 laporan keuangan triwulanan. Penarikan sampel ini dilakukan untuk mempermudah proses kalkulasi data, sebab bila terdapat emiten yang tidak memiliki rentang waktu dari 2009-2013, akan menimbulkan kerancuan dalam proses pengambilan kesimpulan.

(32)

yang akan dapat menyeragamkan jumlah pajak penghasilan emiten kepala sawit, sehingga berdasarkan tanggal IPO emiten sektor industri kelapa sawit, maka ketujuh perusahaan dipilih untuk diolah laporan keuangan dari triwulan II tahun 2009 sampai dengan triwulan IV tahun 2013.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh 7 perusahaan yang memenuhi kriteria untuk dijadikan contoh dalam penelitian ini. dalam Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Perusahaan yang dijadikan contoh penelitian

No Kode Saham Nama Emiten

1. AALI PT Astra Agro Lestari Tbk

2. GZCO PT Gozco Plantation Tbk

3. LSIP PT PP London Sumatera Indonesia Tbk

4. SGRO PT Sampoerna Agro Tbk

5. SMAR PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk

6. TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk

7 UNSP PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk

Sumber : www.sahamok.com (2014)

Pengolahan dan Analisis Data : Analisis Regresi Data Panel Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan data panel. Ariefianto (2012) menjelaskan bahwa data dengan karakteristik panel adalah data yang terstruktur time series (urut waktu) sekaligus cross section (antar individu).

Green (2012) menjelaskan bahwa analisis data panel merupakan subyek dari salah satu bagian literatur yang paling aktif dan inovatif dalam ekonometri, antara lain karena data panel menyediakan sebuah lingkungan yang kaya untuk pengembangan teknik estimasi dan hasil teoritis. Dalam istilah yang lebih teknis, peneliti telah mampu untuk menggunakan data runtun waktu silang (time-series cross-sectional data) untuk meneliti masalah yang tidak dapat dipelajari secara sendiri-sendiri melalui teknis cross-sectional atau time-series saja.

Data panel dapat menjelaskan dua macam informasi yaitu: informasi cross-section pada perbedaan antar subjek, dan informasi time series yang merefleksikan perubahan pada subjek waktu. Ketika kedua informasi tersebut tersedia, maka analisis data panel dapat digunakan.

Dengan pengamatan berulang terhadap data cross section yang cukup, analisis data panel memungkinkan seseorang dalam mempelajari dinamika perubahan dengan data time series. Kombinasi data time series dan cross section dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas data dengan pendekatan yang tidak mungkin dilakukan dengan menggunakan hanya salah satu dari data tersebut (Gujarati, 2006). Analisis data panel dapat mempelajari sekelompok subjek jika kita ingin mempertimbangkan baik dimensi data maupun dimensi waktu.

(33)

perbedaan perilaku antar individu. Kerangka dasar untuk model regresi adalah seperti di bawah ini.

yit = + + = + + ---(16)

berdasar persamaan diatas, merupakan pengaruh individu dimana berisi prasyarat konstan dan satu set individu atau kelompok tertentu variabel yang dapat diamati, seperti ras, jenis kelamin, lokasi dan sebagainya, atau tidak teramati, seperti karakteristik keluarga, heterogenitas dalam keterampilan atau preferensi dan sebagainya, semuanya yang diambil konstan dari waktu ke waktu t.

Saat dapat diamati untuk semua individu, maka model regresi data panel dapat diperlakukan dengan model linear umum. Permasalahan timbul saat tidak dapat diamati.

Ariefianto (2012) menjelaskan bahwa saat diyakini bahwa tidak terdapat komponen cross section dan urut waktu yang spesifik, maka persamaan umum regresi data panel dilakukan dengan metode Ordinary Least Squares (OLS). Namun apabila terdapat heterogenitas baik dalam cross section dan/atau urut waktu, maka pemodelan residual harus dilakukan secara eksplisit, benar dalam spesifikasi emipiris. Pemodelan yang tidak tepat akan memuat terjadinya bias, yang memungkinkan variabel bebas memiliki korelasi dengan residual.

Terdapat tiga pendekatan dalam perhitungan model regresi data panel, antara lain: (1) Metode Common Constant (The Pooled OLS Method) (2) Model Efek Tetap / Fixed Effect Model (FEM) dan (3) Model Efek Random / Random Effect Model (REM). Metode OLS merupakan metode paling sederhana, dimana estimasinya diasumsikan bahwa semua unit undividu memiliki intersep dan slope yang sama. Model efek tetap menurut Green (2012) dibentuk dari asumsi bahwa efek diabaikan dalam model umum, berkorelasi dengan variabel disertakan, sehingga dapat dimasukkan dalam iterasi sebagai berikut:

yit = + + ---(17)

Formulasi efek tetap menyiratkan bahwa perbedaan antar kelompok dapat direkam dalam perbedaan dalam jangka waktu yang konstan. Setiap diperlakukan sebagai parameter yang tidak diketahui, untuk dapat diperkirakan.

Ariefianto (2012) menjelaskan bahwa terdapat sedikit kekurangan dalam pemodelan efek tetap ini, antara lain; (1) masalah kekurangan derajat kebebasan akibat jumlah sampel yang terbatas, (2) multikolinearitas akibat banyaknya variabel dummy yang diestimasi, (3) keterbatasan kemampuan estimasi, terutama bila terdapat varaibelyang tidak berubah berdasarkan waktu dan (4) kemungkinan terjadinya korelasi antara komponen reidual spesifik.

Green (2012) menjelaskan, apabila efek individu secara ketat tidak saling berhubungan dengan regressor, maka akan lebih tepat untuk memodelkan konstanta dari individu yang spesifik untuk didistribusikan secara acak di seluruh unit cross-sectional. Hal ini dikenal dengan Model efek random yang direformulasi sebagai berikut.

(34)

dimana komponen ui merupakan heterogenitas acak yang spesifik untuk

pengamatan ke-I dan konstan melalui waktu.

Pemilihan FEM dan REM didasarkan pada apakah heterogenitas bersifat konstan (dan berkorelasi dengan variabel bebas) atau random. Untuk menentukan superioritas suatu model dibandingkan model lainnya dilakukan pengujian sepert Uji Chow dan Uji Hausman. Uji Chow digunakan untuk melihat penggunaan model yang dipilih, apakah OLS atau FEM, sedangkan Uji Hausman digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam memilih metode FEM atau REM.

Berdasarkan hipotesis yang ada, maka model persamaan yang dilakukan untuk penelitian ini adalah

Y = β0+ βlXl + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6+ β7X7 + β8X8 + β9X9 +

β10X10 + e---(19) Dimana:

Y : Harga Saham (variabel dependen) X1 : ΔKepatuhan Bayar (Byr) β0 : Konstanta X2 : ΔKepatuhan Lapor (Lpr)

β1 : Koefesien regresi dari variabel X1 X3 : ΔKepatuhan Audit (Aud) β2 : Koefesien regresi dari variabel X2 X4 : ΔEPS

β3 : Koefesien regresi dari variabel X3 X5 : ΔNPM

β4 : Koefesien regresi dari variabel X4 X6 : ΔROE β5 : Koefesien regresi dari variabel X5 X7 : ΔPER

β6 : Koefesien regresi dari variabel X6 X8 : ΔQR

β7 : Koefesien regresi dari variabel X7 X9 : ΔEVA

β8 : Koefesien regresi dari variabel X8 X10 : ΔMVA β9 : Koefesien regresi dari variabel X9

β10 : Koefesien regresi dari variabel X10 e : tingkat kesalahan (error)

Uji Asumsi Klasik

Selain dua pengujian diatas, pemodelan penelitian juga harus memenuhi Uji asumsi klasik untuk mengetahui bebas tidaknya pemodelan dari heteroskedastisitas, multikolinearitas dan autikorelasi. Multikolinearitas adalah kondisi terdapatnya hubungan linier atau korelasi yang tinggi antara masing-masing variabel independen dalam model regresi. Multikolinearitas biasanya terjadi ketika sebagian besar variabel yang digunakan saling terkait dalam suatu model regresi. Oleh karena itu masalah multikolinearitas tidak terjadi pada regresi linier sederhana yang hanya melibatkan satu variabel independen. Hubungan korelasi yang tinggi belum tentu berpengaruh pada masalah multikolinearitas, namun kita dapat melihat indikasi multikolinearitas dengan tolerance value (TOL), eigenvalue, dan yang paling umum digunakan adalah varians inflation factor (VIF). Tidak ada kriteria formal untuk menentukan batas terendah dari nilai toleransi atau VIF, beberapa ahli berpendapat bahwa nilai toleransi kurang dari 1 atau VIF lebih besar dari 10 menunjukkan multikolinearitas yang signifikan, sementara itu para ahli lainnya menegaskan bahwa besarnya R2 model dianggap mengindikasikan adanya multikolinearitas.

(35)

merupakan data time series. Alat analisis yang digunakan adalah uji Durbin-Watson Statistik. Untuk mengetahui terjadi atau tidak autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai statistik hitung Durbin-Watson pada perhitungan regresi dengan statistik tabel Durbin-Watson pada gambar di bawah ini.

Gambar 2 Uji statistik Durbin-Watson

Uji skedastisitas dilakukan dengan menggunakan program EViews melalui park test (uji Park) yang dilakukan dengan meregresikan meregresikan nilai residual yang dihasilkan dari persamaan awal, dengan variabel yang ada.

Uji Statistik Model

Uji F dikenal dengan uji serentak, yaitu uji untuk melihat bagaimanakah pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya. Selain itu juga dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang kita buat baik/signifikan atau tidak baik/non signifikan. Jika model signifikan maka model bisa digunakan untuk peramalan, sebaliknya jika tidak signifikan maka model regresi tidak bisa digunakan untuk peramalan.

Uji t dikenal dengan uji parsial, dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri terhadap variabel terikatnya. Uji ini dapat dilakukan dengan mambandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat kolom signifikansi pada masing-masing t hitung, proses uji t identik dengan Uji F.

Uji Koefisien Determinasi (R Squared /R2 dan Adjusted R Squared), bertujuan untuk menentukan proporsi atau persentase total variasi dalam variabel terikat yang diterangkan oleh variabel bebas. Apabila analisis yang digunakan adalah regresi sederhana, maka yang digunakan adalah nilai R Square. Namun, apabila analisis yang digunakan adalah regresi berganda, maka yang digunakan adalah Adjusted R Square.

Vector Autoregression (VAR) dengan Data Panel

(36)

Misalkan xt dan yt merupakan variabele konomi yang akan diramalkan

nilainya. Maka sebuah model VAR dapat ditunjukkan dalam persamaan berikut.

yt= θ0+ θ1 yt-1+ … +θp yt-p + Φ1xt-1 + … + Φpxt-p + et ---(20)

xt= δ0+ δ 1 yt-1+ … +δp yt-p+ α1xt-1 + … + α pxt-p + ut ---(21)

dalam model ini, nilai dari variabel yt dijelaskan oleh nilai y dari

periode-periode sebelumnya dan nilai variabel x dari periode-periode sebelumnya, ditambah dengan random error (et). perlu dipahami bahwa nilai yt tidak

secara langsung dan sepenuhnya dipengaruhi oleh nilai dari xt, dan dua

persamaan diatas bukanlah merupakan model persamaan yang simultan. Nilai et sendiri diasumsikan memiliki rata-rata nol dan varians yang

konstan serta secara serial tidak saling berhubungan. Demikian pula halnya dengan variabel xt pada persamaan 19 yang dijelaskan oleh nilai x dari

periode-periode sebelumnya dan nilai variabel y dari periode-periode sebelumnya, ditambah dengan random disturbance (ut).

Setiap variabel xt dan yt dijelaskan oleh masing masing nilai dari

peride sebelumnya, namun diasumsikan tidak terdapat variabel ekonomi lain yang terlibat, sehingga dapat disimpulkan bahwa model VAR menggunakan pola historis dari masing-masing variabel dan hubungannya dengan variabel lainnya. Satu hal yang menarik adalah, model ini melibatkan hubungan antara random errors et dan ut. Termasuk kedalam komponen kedua error

ini adalah kejutan kondisi ekonomi (economic shocks) terhadap x dan y, yang berasal dari luar sistem persamaan seperti perubahan kebijakan pemerintah, peristiwa nasional dan internasional dan faktor lain yang tidak berada dalam model persamaan. Masalah yang mungkin timbul dalam penggunaan model VAR adalah penentuan panjang lag, untuk menentukan jumlah periode sebelumnya yang akan dipergunakan dalam estimasi model VAR.

Juanda dan Junaidi (2012) mengungkapkan bahwa model VAR dibangun dengan pendekatan meminimalkan teori agar mampu menangkap fenomena ekonomi dengan baik, sehingga disebut model non-struktural/tidak teoritis. Data yang dipergunakan dalam model VAR haruslah data yang stasioner, agar dapat dihasilkan model yang baik.

Bentuk-bentuk model VAR secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Unrestricted VAR. Terdapat dua bentuk dari model ini, antara lain: - VAR in level. Jika data tidak stasioner pada level, harus

distasionerkan dulu sebelum menggunakan model VAR.

- VAR in difference. jika data tidak stasioner dalam level dan tidak memiliki hubungan kointegrasi, estimasi VAR dilakukan pada data diferens.

2. Restricted VAR atau disebut Vector Error Correction Model (VECM), yaitu bentuk VAR yang terestriksi. Restriksi diberikan karena data tidak stasioner namun terkointegrasi.

(37)

variabel-variabel yang digunakan. S-VAR dikenal sebagai VAR yg teoritis (theoritical VAR) .

Juanda dan Junaidi (2012) menjelaskan bahwa terdapat beberapa analisis penting dalam model VAR. Empat diantaranya adalah:

(1) Peramalan;

Sebelum digunakan untuk peramalan, biasanya dilakukan simulasi untuk mencocokkan dataaktual dengan nilai fitted value. Simulasi yang relevan dengan model VAR adalah simulasi dinamis yang menggunakan semua persamaan yang ada dalam VAR secara simultan.

(2) Impulse response;

Model VAR dapat digunakan untuk melihat dampak perubahan dari satu variabel terhadap variabel lainnya dalam sistem secara dinamis. Caranya dgn memberikan guncangan (shocks) pada salah satu variabel endogen. Shock yang diberikan biasanya sebesar satu standar deviasi dari variabel (disebut innovations). Penelusuran pengaruh guncangan terhadap nilai semua variabel saat ini dan beberapa periode mendatang disebut sebagai teknik Impulse Response Function (IRF).

(3) Forecast error decomposition variance (FEDV)

Bertujuan memprediksi kontribusi persentase varian setiap variabel karena adanya perubahan variabel tertentu dalam sistem VAR. Analisis FEDV digunakan untuk menggambarkan relatif pentingnya setiap variabel dalam sistem VAR karena adanya shock.

(4) Uji kausalitas.

Pengujian untuk menentukan hubungan sebab akibat antara variabel dalam sistem VAR. Hubungan sebab akibat diuji dengan uji kausalitas Granger (Granger Causality Test).

Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini, hipotesis dikembangkan adalah: Hipotesis Pertama

H10: kepatuhan pajak (tax compliance) tidak memiliki pengaruh terhadap

kinerja keuangan perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit. H11: kepatuhan pajak (tax compliance) memiliki pengaruh terhadap kinerja

keuangan perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit. Hipotesis Kedua

H20: Image “wajib pajak patuh” yang melekat pada perusahaan emiten

sektor industri kelapa sawit akan mempengaruhi harga saham.

H21: Image “wajib pajak patuh” yang melekat pada perusahaan emiten

sektor industri kelapa sawit akan mempengaruhi harga saham. Hipotesis Ketiga

H30: Kinerja perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit setelah adanya

(38)

H31: Kinerja perusahaan emiten sektor industri kelapa sawit setelah adanya

tax compliance akan mempengaruhi harga saham.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Direktorat Teknologi dan Informasi, Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta dan Bogor pada rentang waktu Mei-Juni 2014.

Limitasi

Penelitian ini memiliki keterbatasan yang disebabkan adanya keterbatasan data yang dapat diberikan oleh DJP. Hal ini disebabkan oleh adanya kerahasiaan jabatan sebagaimana diatur Pasal 34 UU Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sehingga data yang diberikan hanya berupa statistik penerimaan pajak dari setiap KPP tempat para emiten sektor kelapa sawit terdaftar sebagai wajib pajak, sehingga tidak dapat diketahui secara spesifik nilai pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilaporkan oleh masing-masing emiten keepada DJP. Data penerimaan pajak dan pelaporan pajak lebih didasarkan pada rata-rata penerimaan dan pelaporan pajak dibandingkan dengan jumlah beban pajak di masing-masing laporan keuangan dan jumlah masa pelaporan pajak yang seharusnya dilaporkan setiap emiten.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian yang telah dilaksanakan, penulis akan melakukan penelitian terhadap 7 (tujuh) perusahaan emiten sektor kelapa sawit yang terdaftar di BEI, antara lain PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Gozco Plantation Tbk (GZCO), PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP), PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP). Ketujuh perusahaan ini dipilih karena telah listing di BEI setelah tahun 2008. Hal ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan, seperti pelaksanaan tarif tunggal pajak perusahaan yang berlaku di Indonesia sejak tahun 2009 yang akan dapat menyeragamkan jumlah pajak penghasilan emiten kepala sawit, sehingga berdasarkan tanggal IPO emiten sektor industri kelapa sawit, maka ketujuh perusahaan dipilih untuk diolah laporan keuangan dari triwulan II tahun 2009 sampai dengan triwulan IV tahun 2013.

(39)

menimbulkan pajak penghasilan yang cukup signifikan, yang akan dibayarkan pada triwulan pertama tahun berikutnya. Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan, para emiten berusaha untuk melakukan penyetoran pajak penghasilan pasal 25 (PPh Pasal 25), yang lebih besar dari biasanya untuk memperingan beban pengeluaran kas untuk pembayaran pajak di triwulan pertama atau kedua tahun berikutnya, sebab batas waktu pembayaran pajak terutang akan berada di bulan April tahun berikutnya. Hal ini dilakukan karena pembayaran PPh Pasal 25 berfungsi sebagai kredit pajak penghasilan badan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) PPh Badan yang akan dilaporkan pada akhir bulan keempat di tahun berikutnya.

Gambar 3 Penerimaan PPh badan sektor kelapa sawit tempat emiten terdaftar

Apabila kita telusuri lebih lanjut dengan melakukan equalisasi dengan beban pajak penghasilan badan yang dilaporkan dalam laporan keuangan komersial yang dipublikasikan para emiten, peneliti mendapatkan informasi bahwa nilai beban pajak yang dilaporkan laporan keuangan emiten tidaklah otomatis sama dengan jumlah penerimaan PPh Badan di kantor pelayanan pajak tempat emiten terdaftar. Hal ini disebabkan oleh adanya intepretasi yang sedikit berbeda antara pemahaman masing-masing emiten terhadap suatu ketentuan perpajakan dengan maksud pemerintah dalam menerbitkan ketentuan perpajakan. Dari gambar 3 dan 4, peneliti berpendapat bahwa perlu dilakukan penyamaan persepsi antara pemerintah dan pelaku industri kelapa sawit tentang ketentuan perpajakan, sehingga jumlah penerimaan pajak dari sektor kelapa sawit yang ditargetkan di tempat emiten kelapa sawit terdaftar akan sama (equal) dengan jumlah pembayaran beban pajak yang dilaporkan oleh emiten dalam laporan keuangan yang telah dipublikasikan kepada masyarakat.

Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak bermaksud untuk meneliti mengenai perbedaan persepsi ini, melainkan untuk melihat pengaruh dari kepatuhan emiten dalam membayar dan melaporkan pajak penghasilan badan yang terutang terhadap perubahan harga saham di BEI. Selain itu juga,

-200.000.000.000 400.000.000.000 600.000.000.000 800.000.000.000 1.000.000.000.000 1.200.000.000.000 1.400.000.000.000

2009 2010 2011 2012 2013

Triwulan I

Triwulan II

Triwulan III

Gambar

Tabel 1  Daftar emiten sektor industri kelapa sawit yang terdaftar di Bursa
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian
Gambar 2 Uji statistik Durbin-Watson
Gambar 3 Penerimaan PPh badan sektor kelapa sawit tempat emiten terdaftar
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh kemudahan perpajakan, biaya kepatuhan pajak, sanksi perpajakan dan Sensus Pajak Nasional terhadap kesadaran Wajib Pajak dan

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “ Pengaruh Rasio Likuiditas, Solvabilitas dan Profitabilitas terhadap Harga Saham pada

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Seberapa besar pengaruh model Springate yang terdiri

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengenai pengaruh rasio keuangan, pertumbuhan penjualan dan dividen

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: (1) Seberapa besar pengaruh model Springate yang terdiri

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Perputaran Modal Kerja, Pertumbuhan Penjualan dan Ukuran

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas mengenai pengaruh kebijakan dividen terhadap harga saham pada perusahaan perbankan yang listed di BEI, serta penelitian terdahulu

Octaviany & Hidayat, 2019 Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukanpenelitian dengan judul “PENGARUH PENGHINDARAN PAJAK DAN LEVERAGE TERHADAP NILAI