• Tidak ada hasil yang ditemukan

. Rencana Bisnis Bubuk Kencur Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur Di Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan ". Rencana Bisnis Bubuk Kencur Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur Di Bogor"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA BISNIS BUBUK KENCUR

MELALUI PENDEKATAN

COOPERATIVE

ENTREPRENEUR

DI BOGOR

KAMIL SARAGIH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK

CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Bisnis Bubuk Kencur Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

KAMIL SARAGIH. Rencana Bisnis Bubuk Kencur Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN M. BAGA.

Rencana bisnis memuat informasi-informasi penting yang menunjukkan suatu bisnis akan dijalankan serta mengidentifikasi masalah potensial. Kencur merupakan komoditas pertanian yang memiliki potensi bisnis yang cerah. Perencanaan bisnis pengolahan kencur ini berbasis wirakoperasi dengan bekerjasama dengan petani sebagai penghasil bahan baku. Hasil produksi merupakan kencur segar yang kemudian diproses menjadi bubuk. Konsep ini memberikan pengaruh positif terhadap hasil produksi komoditas kencur serta sangat bermanfaat kepada petani kencur. Target pasar produk ini adalah pasar ekspor dengan tujuan Negara Jerman. Harga jual dari kencur bubuk adalah Rp252 000 atau USD 22.91. Pada perencanaan bisnis ini, dilakukan 2 analisis, yaitu analisis keuangan dan keuangan. Analisis keuangan mencakup NPV , Net B / C , IRR , dan Payback Period ( PP ). Sedangkan analisis non keuangan terdiri dari aspek pasar, aspek operasional , dan organisasi dan sumber daya manusia.

Kata kunci: kencur, rencana bisnis, wirakoperasi

ABSTRACT

KAMIL SARAGIH. Galanga Powder Business Plan with Cooperative Entrepreneur Aproaches in Bogor. Supervised by LUKMAN M. BAGA.

Business plan contains the important informations that shows that a business will be operated and identifies the potential problems. Galanga is one of the algriculture commodity that has prospective business potency. Galanga processing business plan is based on the cooperative enterpreneur and cooperated with the local farmers as the sources suppliers. The product of this process is the fresh galanga which is then processed to be powder. This concept gives the positive influence to the galanga commodity products and is very beneficial for the galanga farmers. The targeted market for this product is the export market with Germany as the destination. The selling price of this galanga powder is Rp252.000 or USD 22.91. There are 2 analysis on this business plan, financial analysis and non-financial analysis. Financial analysis involves NPV, Net B/C, IRR, and Payback period (PP). Whereas the non-financial analysis consist of market aspect, operational aspect, and human resource and organitational.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

RENCANA BISNIS BUBUK KENCUR

MELALUI PENDEKATAN

COOPERATIVE

ENTREPRENEUR

DI BOGOR

KAMIL SARAGIH

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

(6)
(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah rencana bisnis, dengan judul Rencana Bisnis Bubuk Kencur Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Lukman M. Baga, MAEc selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Balitro, staf Pusat Studi Biofarmaka, staf Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, serta para petani dan pihak-pihak yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, seluruh keluarga, teman-teman atas segala dukungan, doa, dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2014

(10)
(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 6

KERANGKA PEMIKIRAN 7

Kerangka Pemikiran Teoritis 7

Wirakoperasi (Cooperative Entrepreneur) 7

Rencana bisnis 8

Rencana Produk 8

Strategi dan Rencana Pemasaran 9

Rencana Operasional (Produksi) 9

Perencanaan Lokasi dan Tata Letak 10

Teknologi 10

Rencana Organisasi dan Sumberdaya Manusia 10

Koperasi 10

Kerangka Pemikiran Operasional 16

METODE PENELITIAN 17

Waktu Lokasi Penelitian 17

Jenis dan Sumber Data 18

Metode Pengumpulan Data 18

Metode Analisis Data 18

GAMBARAN UMUM LOKASI USAHA 22

RENCANA BISNIS 22

(12)

Rencana Pemasaran 23

Market Selection 23

Marketing Mix Development 23

Rencana Operasional 24

Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia 34

Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha 34

Struktur Organisasi 34

Rencana Kerjasama Kooperatif 38

Hasil Kajian Pendekatan Wirakoperasi 47

SIMPULAN DAN SARAN 49

Simpulan 49

Saran 49

DAFTAR PUSTAKA 49

(13)

DAFTAR TABEL

1Produksi tanaman biofarmaka di Indonesia tahun 2008-2012 2 2 Luas panen, produksi, dan produktivitas kencur di Indonesia tahun

2012 2

3 Kebutuhan bahan baku per bulan 29

4Standar mutu simplisia kencur menurut SNI 33

5 Penentuan gaji dan upah 38

6 Matriks hubungan antara pihak yang terkait 39

7 Rincian biaya investasi 42

8 Rincian biaya penyusutan 42

9 Tabel biaya operasional 44

10 Rincian biaya operasional tahun berikutnya 44

11 Modal awal usaha tahun pertama 45

12 Harga pokok produksi 45

13 Break even point tahun pertama 46

14 Break even point tahun berikutnya 46

15 Tabel perbedaan hasil pendekatan wirakoperasi dan tanpa

wirakoperasi 48

DAFTAR GAMBAR

1 Alur tata cara ekspor 13

2 Kerangka pemikiran operasional penelitian 17

3 Kencur bubuk dan label 23

4 Mesin perajang kencur 25

5 Mesin vacuum cabinet dryer 26

6 Mesin diskmill 27

7 Mesin vacuum packaging 27

8 Plastik kemasan vakum 28

9 Alat conveyor pendeteksi logam 28

10 Tata letak bangunan usaha 29

11 Diagram alir pengolahan kencur bubuk 32

12 Struktur organisasi koperasi kencur makmur 35

DAFTAR LAMPIRAN

1 Proses produksi 51

2 Rincian biaya investasi komponen biaya mesin dan peralatan produksi 53 3 Rincian biaya investasi komponen biaya alat dan furnitur perkantoran 53 4 Rincian biaya investasi komponen biaya bangunan dan infrastruktur 54

5 Asumsi komponen biaya investasi 54

6 Rincian biaya tetap komponen biaya upah tenaga kerja tetap 55

7 Rincian biaya tetap komponen biaya utility 55

8 Rincian biaya tetap komponen biaya administrasi perkantoran 55

(14)

10 Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun pertama 56 11Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun berikutnya 56 12 Rincian biaya variabel komponen biaya solar mesin 57

13 Asumsi komponen biaya variabel 57

14 Penjualan perusahaan 57

15 Penerimaan petani/kg 58

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Biofarmaka merupakan tanaman herbal yang berkhasiat obat. Berbagai macam tanaman obat dapat tumbuh di Indonesia yang sering digunakan untuk pengobatan alternatif. Tanaman biofarmaka memiliki prospek bisnis yang cerah baik di dalam maupun luar negeri. Peluang pengembangan biofarmaka cukup besar, baik untuk pasar domestik maupun untuk ekspor. Kebutuhan dalam negeri setiap tahunnya meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan jumlah industri biofarmaka di Indonesia. Tanaman biofarmaka yang memiliki potensi pengembangannya cukup besar adalah: kencur, jahe, lengkuas, dan kunyit, terutama untuk bahan minuman dan obat-obatan.

Biofarmaka sebagai komoditas pertanian dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Perbedaan dari ketiga golongan obat dengan bahan alami tersebut terletak pada tingkat pembuktian khasiat produknya.Jamu (empirical based herbal medicine) adalah obat bahan alam yang disediakan secara tradisional, misalnya dalambentuk serbuk seduhan, pil, dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut dan digunakan secara tradisional (Lestari 2007). Obat herbal terstandar merupakan obat yang berbahan alami yang berbentuk ekstrak dengan bahan baku dan proses pembuatan yang telah memenuhi standar. Obat jenis ini harus melawati uji praklinis seperti uji toksisitas (keamanan), batas kisaran dosis, famakodinamik (manfaat) dan teratogenik (keamanan terhadap janin). Fitofarmaka merupakan peningkatan kelas dari obat herbal terstandar dengan bahan baku dan proses pembuatan yang telah memenuhi standar.

Arah pengembangan tanaman obat ditujukan untuk pemenuhan industri dalam negeri, farmasi, kosmetika, industri rumah tangga, jamu gendong, dan ekspor. Pemenuhan permintaan harus di respon dengan baik melalui produksi kencur yang berkualitas dan berkelanjutan. Pengembangan tersebut juga memperhatikan peluang pasar, potensi areal pengembangan, teknologi yang tersedia, kondisi saat ini, dan permasalahan yang ada.

Tanaman kencur salah satu sebagai tanaman obat mempunyai kegunaan tradisional dan sosial cukup luas dalam masyarakat Indonesia. Produk utama kencur adalah rimpangnya yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat nabati tradisional. Kencur memiliki manfaat sebagai obat radang lambung, radang anak telinga, influenza pada bayi, masuk angin, sakit kepala, batuk, diare, menghilangkan darah kotor, memperlancar haid, mata pegal, keseleo, dan menghilangkan lelah. Sebagai jamu, masyarakat mengenalnya dengan nama beras kencur.

(16)

memenuhi kebutuhan dari masyarakat maupun industri. Produksi kencur dan tanaman biofarmaka lain dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1 Produksi tanaman biofarmaka di Indonesia tahun 2008-2012

Tahun Jahe Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)1

Data diatas menunjukkan produksi kencur di Indonesia mengalami fluktuasi dari tahun 2008-2012. Dari tahun 2008 hingga 2009, produksi kencur mengalami peningkatan dan menurun lagi pada tahun berikutnya yaitu tahun 2010. Setelah mengalami penurunan yang cukup drastis, produksi kencur mengalami kenaikan hingga tahun 2012.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 menunjukkan luas panen di Indonesia komoditas kencur sebesar 2.2 ribu hektar. Luas panen yang paling tinggi berada di provinsi Jawa Barat dengan luas 577 hektar. setelah Jawa Barat, luas panen terbesar kedua berada di Jawa Tengah dengan luas 551 hektar. Sekalipun luas lahan di Jawa Barat lebih luas dibandingkan Jawa Tengah, produksi di Jawa Barat lebih rendah dibandingkan di Jawa Tengah. Hal ini disebabkan produkrivitas di Jawa Barat hanya 1.53 kg/m2, sedangkan di Jawa Tengah sebesar 2.11 kg/m2. Produktivitas yang paling tinggi berada di Provinsi Sumatera Selatan yaitu 3.50 kg/m2. Tingginya produktivitas di Sumatera Selatan menjadikan provinsi tersebut memiliki produksi cukup tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa Jawa Barat memiliki potensi besar pengembangan komoditas kencur. Bogor sebagai salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat dapat dijadikan sebagai salah satu sentra usaha biofarmaka kencur. Data luas panen, produksi, dan produktivitas kencur disajikan pada Tabel .2

Tabel 2 Luas panen, produksi, dan produktivitas kencur di Indonesia tahun 2012

Provinsi Luas Panen Produksi Produktivitas

(m2) (kg) (kg/m2)

Aceh 8 496 29 882 1.91

Sumatera Utara 147 067 267 084 1.75

Sumatera Barat 74 546 176 899 2.34

R i a u 131 189 235 390 1.51

Kepulauan Riau 14 981 22 381 1.38

J a m b i 87 746 155 091 1.51

1

(17)

Provinsi Luas Panen Produksi Produktivitas

(m2) (kg) (kg/m2)

Sumatera Selatan 658 951 3 037 236 3.50

Kepulauan Bangka

Belitung 95 786 361 246 2.37

Bengkulu 746 195 1 104 814 1.44

Lampung 2 583 670 7021 002 2.62

DKI Jakarta 1 109 6 287 2.48

Jawa Barat 5 770 503 9 024 266 1.53

Banten 1 502 464 1718 380 1.11

Jawa Tengah 5 515 296 11 683 983 2.11

DI Yogyakarta 885 077 1653 552 1.86

Jawa Timur 2 403 460 3466 490 1.37

B a l i 480 991 389 686 0.81

Nusa Tenggara Barat 8 488 29 471 2.18

Nusa Tenggara Timur 109 482 177 857 1.40

Kalimantan Barat 193 865 630 250 2.89

Kalimantan Tengah 86 089 208 302 2.07

Kalimantan Selatan 652 275 643 774 0.85

Kalimantan Timur 104 351 259 382 1.99

Sulawesi Utara 10 115 14 414 1.42

Gorontalo 541 943 0.86

Sulawesi Tengah 45 090 110 099 2.27

Sulawesi Selatan 30 231 53306 1.65

Sulawesi Barat 18 659 32 587 1.12

Sulawesi Tenggara 34 131 46 243 1.34

Maluku 10 607 8 006 0.74

Maluku Utara 5 061 18 383 1.90

Papua 12 654 36 282 2.12

Papua Barat 1 757 3 239 1.84

Indonesia 22 430 923 42 626 207 1.82

Sumber: Badan Pusat Statistik2

Dari data tersebut, memberikan informasi bahwa di Jawa Barat memiliki potensi dilakukan pengembangan usaha biofarmaka kencur. Dengan luas panen yang sangat tinggi, seharusnya mampu menghasilkan produksi yang tinggi pula. Produktivitas harus ditingkatkan agar produksi yang didapatkan juga tinggi.

Prospek pengembangan usaha tanaman kencur di Indonesia sangat baik. Sebab itu, salah satu arah pengembangan tanaman tanaman adalah untuk meningkatkan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas bahan baku serta peningkatan nilai tambah.

Untuk menjalankan bisnis tersebut, dilakukan perencanaan bisnis yang tepat sehingga bisnis nantinya dapat dilakukan dengan matang. Pendekatan yang optimal dalam rencana bisnis ini adalah dengan cooperative entrepreneur yang bergerak bersama. Dilihat dari jumlah produksi kencur di tiap daerah yang cenderung sedikit namun lokasinya sangat banyak, wirakoperasi merupakan langkah yang paling tepat dilakukan. Wirausaha pada umumnya bangkit berusaha

2

(18)

dengan kekuatannnya sendiri, tapi wirakoperasi dapat bangkit dengan kekuatan bersama yang bersinergis. Misalnya skala usaha tertentu dapat dengan mudah dipenuhi secara bersama dibandingkan dengan individu. Demikian pula resiko usaha akan lebih ringan jika ditanggung bersama.

Ciri khusus yang harus dimiliki secara cooperative entrepreneur adalah sikapnya yang lebih menghargai kebersamaan dari pada keberhasilan keuntungan individual. Seorang wirakoperasi diharapkan akan lebih termotivasi dan akan lebih kreatif bekerja dalam kebersamaan. Pada dasarnya setiap wirausaha koperasi, terutama anggota dan manajer mempunyai kewajiban moral dalam meningkatkan pertumbuhan koperasi dengan jalan mengusahakan agar koperasi mempunyai keunggulan dibanding pesaingnya. Keberhasilan suatu koperasi sangat ditentukan oleh kombinasi antara kemampuan, kemauan dan kebebasan bertindak para wirakoperasi ini.

Perumusan Masalah

Biofarmaka sebagai salah satu produk agribisnis memiliki potensi yang sangat baik karena sangat banyak dibutuhkan oleh industri obat. Hampir semua jenis tanaman biofarmaka dibutuhkan sebagai bahan baku pembuatan obat tradisional/ jamu oleh berbagai industri obat tradisional Indonesia. Permintaan akan produk ini terus meningkat baik dalam negeri maupun luar negeri. Peningkatan permintaan ini seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia dan seluruh negara di dunia serta kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dengan memanfaatkan obat tradisional.

Agribisnis biofarmaka tidak berkembang dengan baik dan merata di seluruh Indonesia. Penyebabnya adalah petani dan pelaku usaha kurang memahami kebutuhan pasar domestik dan ekspor yang menginginkan produk siap pakai yang telah diolah. Kurangnya pemahaman tersebut karena menjual biofarmaka memang tak semudah menjual tanaman hortikultura lainnya, seperti sayur- sayuran atau buah-buahan.

Kencur sebagai produk biofarmaka yang umumnya digunakan untuk obat tradisional, masih belum mampu dioptimalkan. Pemenuhan permintaan yang terus meningkat masih belum diiringi dengan produksi yang besar dan normal. Berdasarkan data BPS (2013)3 produksi kencur mengalami penurunan yang sangat drastis pada tahun 2010 dari 2009 dan mengalami kenaikan pada tahun 2011 dan 2012. Sekalipun mengalami kenaikan pada tahun 2011 dan 2012, produksi tahun 2012 masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2009.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pengembangan bisnis dengan basis cooperative entreupreneur dapat menjadi solusi. Adanya seorang wirakoperasi, petani dapat meningkatkan bargaining power sehingga harga jual produk yang diterima petani dapat meningkat. Para petani yang tergabung dalam sebuah sistem koperasi yang dijalankan oleh seorang wirakoperasi akan mendapat jaminan pasar untuk setiap produk yang mereka hasilkan, selain itu penerimaan yang diterima petani akan meningkat akibat harga jual yang lebih baik. Wirakoperasi

3

(19)

menjalankan bisnis dengan berpegang pada prinsip-prinsip dasar koperasi secara konsisten.

Peran seorang wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya. Wirakoperasi tidak bekerja sendirian, melainkan melakukan kerjasama dengan dengan puluhan dan bahkan ribuan anggota koperasi. Seorang wirakoperasi merupakan seorang pemimpin dalam suatu usaha. Pemimpin yang diikuti anggotanya dan juga yang mengembangkan sumberdaya yang dimiliki anggotanya, termasuk sumberdaya manusia anggota. Seorang wirakoperasi sangat dibutuhkan untuk mengembangkan sistem agribisnis komoditas kencur.

Melihat kondisi tersebut, terdapat beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian kali ini, yaitu:

1 Bagaimana cara mengembangkan potensi biofarmaka khususnya tanaman kencur melalui pendekatan cooperative entrepreneur ?

2 Bagaimana peran wirakoperasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mengembangkan komoditas biofarmaka?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah

1 Menganalisis potensi yang dimiliki kencur sebagai tanaman biofarmaka dengan pendekatan cooperative entrepreneur.

2 Merumuskan rencana bisnis yang harus dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani dan mengembangkan komoditas biofarmaka.

Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain :

1 Bagi petani, sebagai informasi untuk mengembangkan skala usaha budidaya kencur sebagai tanaman biofarmaka sehingga mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi.

2 Bagi investor, sebagai informasi mengenai potensi dan prospek tanaman biofarmaka kencur sebagai acuan untuk keputusan berinvestasi.

Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian yang dilakukan oleh Baga (2003) mengenai Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis khususnya pada Koperasi Susu mengemukakan bahwa wirakoperasi (cooperative entrepreneur) berperan menemukan peluang dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang menguntungkan bagi para anggotanya. Koperasi susu memiliki posisi tawar yang sangat lemah dalam hal menentukan jumlah penjualan susu, waktu penjualan serta harga yang diperoleh. Sebagai Ketua Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, Daman Danuwidjaja berusaha untuk memajukan koperasinya sendiri dan mendorong agar koperasi susu mampu meningkatkan kerja sama antara koperasi. Daman Danuwidjaja berperan sebagai wirakoperasi yang bertujuan untuk mengembangkan koperasi primer persusuan di tingkat pedesaan. Para peternak merasakan langsung manfaat bergabung dengan KPBS, yaitu berkembangnya usaha ternak yang relatif baik dengan penerapan teknologi peternakan modern.

Penelitian yang dilakukan oleh Fajrian (2013) mengenai Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV. Bunga Indah Farm Kabupaten Sukabumi didirikan oleh seorang yang memiliki jiwa wirakoperasi yang bernama Wahyudin. Hal yang dilakukan oleh Wahyudin ini adalah melakukan kerjasama dengan para petani yang tergabung dalam kelompok tani di wilayah Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Konsep wirakoperasi yang diterapkan oleh Wahyudin berupa penentuan ketetapan harga beli di bahan baku di tingkat petani yang berdasarkan hasil diskusi dengan para petani mitranya. Selain ketetapan harga yang didasarkan pada hasil diskusi dengan para petani, perusahaan ini juga memberikan pelatihan budidaya kepada para petani agar para petani dapat menghasilkan jumlah produksi yang optimal dan berkualitas. Perusahaan ini juga memposisikan diri sebagai wadah yang dapat memajukan para petani yang bermitra, sehingga pengendalian usaha dilakukan berlandaskan kepentingan para petani. CV. Bunga Indah Farm didirikan tidak hanya berorientasi pada keuntungan perusahaan semata, namun juga berorientasi pada kesejahteraan yang bermitra dengannya. Wahyudin sebagai pemilik CV. Bunga Indah Farm memiliki peran yang sangat besar terhadap peningkatan kesejahteraan petani skala kecil di Kabupaten Sukabumi. Hal tersebut terbukti dengan sembilan orang petani kecil yang bermitra dengannya mengaku memiliki pendapatan yang meningkat. Selain meningkatkan kesejahteraan petani, perusahaan ini juga memiliki manfaat yang besar bagi para petani mitranya. Manfaat tersebut berupa terjaminnya pasar, keuntungan yang diperoleh lebih tinggi serta kemudahan dalam mendapatkan bantuan permodalan. Selain membina 2000 petani sebagai pemasok bahan baku, perusahaan ini juga mempekerjakan masyarakat sekitar usaha dengan latar belakang putus sekolah, janda dan ibu rumah tangga. Dapat dilihat bahwa selain berorientasi pada keuntungan, perusahaan ini juga berorientasi pada kesejahteraan para petani yang bermitra dengannya dan juga pada kesejahteraan masyarakat lingkungan sekitar usaha.

(21)

Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat mengemukakan bahwa perlu adanya pengembangan model kelembagaan petani yang bertujuan untuk meningkatkan pemasaran biofarmaka khususnya komoditas rimpang. Pemasaran komoditas tanaman biofarmaka jenis ini belum memiliki ikatan kemitraan yang efektif antara petani dengan indsutri karena banyaknya kendala dan hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaannya. Perlunya ikatan kemitraan yang efektif ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pemasaran karena komoditas biofarmaka jenis rimpang banyak dibutuhkan oleh pasar dalam negeri dan luar negeri. Menurut Baga dan Firdaus (2009) pada kasus belimbing dewa di Kota Depok, keberhasilan suatu wirakoperasi membutuhkan adanya seorang pemimpin yang berjiwa wirakoperasi sehingga mampu memberikan peningkatan terhadap pendapatan dan skala usaha yang dilakukan petani.

Wirakoperasi berupaya agar usaha yang didirikan dapat berjalan dengan baik. Perencanaan bisnis yang dilakukan oleh wirakoperasi untuk mendapatkan kemudahan dalam melaksanakan usaha yang akan dilakukan. Selain itu, perencanaan bisnis juga dapat mengurangi kegagalan pada pendirian suatu proyek bisnis. Menurut Pinson (2003) ada tiga tujuan menulis rencana bisnis, yaitu sebagai panduan yang dapat diikuti sepanjang usia bisnis, sebagai dokumentasi pendanaan, dan sebagai alat standart untuk mengevaluasi potensi bisnis keluar negeri.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Wirakoperasi (Cooperative Entrepreneur)

Cooperative entreupreneur atau wirakoperasi merupakan bentuk khusus dari konsep wirausaha. Pada dasarnya cooperative entrepreneur adalah pengembangan organisasi petani dan bersama petani mengembangkan potensi yang ada. Setiap wirakoperasi merupakan seorang wirausaha. Wirakoperasi tidak memerlukan lahan, modal, maupun tenaga kerja karena usaha akan bergerak dengan sendirinya. Seorang wirakoperasi merupakan seorang penggerak dan katalis perubahan yang berpihak pada petani.

Seorang wirakoperasi adalah orang yang memiliki keyakinan yang tinggi bahwa koperasi merupakan satu jalan pemecahan dari berbagai masalah pelik yang dihadapi oleh masyarakat lemah seperti halnya petani. Dalam peningkatan kesejahteraan petani seorang wirakoperasi dituntut untuk memecahkan permasalahan kekuatan tawar produk yang dihasilkan oleh petani. Seorang cooperative entrepreneur yakin bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan petani dapat diwujudkan dalam semangat membangun koperasi melalui koperasi

(22)

Seorang wirakoperasi dikatakan berhasil apabila dia mampu mengembangkan usahanya juga meningkatkan kesejahteraan petani atau anggotanya. Orientasi peningkatan kesejahteraan tersebut dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan pendapatan petani atau anggota dan perubahan skala usaha kecil menjadi skala usaha yang lebih besar bagi petani. Konsep wirakoperasi yang akan ditonjolkan sangat erat hubungannya dengan kemitraan atau kerjasama. Wirakoperasi ini dapat diterapkan pada suatu rancangan bisnis dengan melakukan kerjasama dengan petani untuk memasok bahan baku yang akan digunakan. Penerapan konsep ini akan menciptakan suatu multiplier effect bagi usaha yang dijalankan juga meningkatkan tingkat efisiensi rantai pasokan karena terintegrasinya rantai pasok mulai dari on-farm hingga off-farm.

Rencana bisnis

Bisnis adalah pertukaran barang, jasa atau uang yang saling menguntungkan atau memberikan manfaat. Selain itu bisnis juga dapat diartikan sebagai kegiatan mencari keuntungan yang diorganisasikan dan diarahkan untuk menyediakan barang dan jasa kepada para pelanggan. Perusahaan memproduksi dan memasarkan barang dan jasa dengan harapan akan mendapatkan keuntungan. Bisnis dapat juga diartikan sebagai sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Rencana bisnis merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan rencana perusahaan atau pengusaha untuk memanfaatkan peluang-peluang usaha (business opportunities) yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan, menjelaskan keunggulan bersaing (competitive advantage) usaha, serta menjelaskan berbagai langkah yang harus dilakukan untuk menjadikan peluang usaha tersebut menjadi suatu bentuk usaha yang nyata (Solihin 2007).

Perencanaan bisnis mencakup uraian tentang gambaran umum rencana, kondisi perusahaan, produk/jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi pasar, kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga keuangan, dan sebagainya (Rangkuti 2005).

Rencana Produk

Perencanaan produk adalah proses penciptaan suatu produk hingga produk tersebut diperkenalkan di pasar. Proses perencanaan produk diawali dengan pengenalan terhadap kebutuhan pasar. Produk yang dijual dapat berupa fresh product, intermediate product, atau final product.

(23)

adalah produk yang langsung dapat dikonsumsi atau digunakan langsung oleh konsumen akhir.

Produk yang akan dihasilkan pada rencana bisnis ini adalah intermediate product yaitu berupa bubuk kencur. Produk dihasilkan dengan mengolah rimpang kencur segar menjadi bubuk kencur yang dapat meningkatkan umur simpan produk. Nilai tambah pada produk ini diharapkan dapat memberikan keuntungan lebih bagi pelaku usaha.

Strategi dan Rencana Pemasaran

Aspek pemasaran bertujuan untuk menguji serta menilai dukungan pemasaran dari produk yang dihasilkan terhadap pengembangan usaha yang direncanakan. Baik tidaknya aspek pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat dilihat dari daya serap pasar, prospek pengembangannya di masa yang akan datang, kondisi pemasaran, dan tepat tidaknya program pemasaran dari hasil usaha yang direncanakan (Ibrahim 2003).

Strategi pasar yang biasa digunakan adalah STP (Segmentation, Targeting, Posisioning). Segmentation yaitu membagi pasar kedalam kelompok pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik atau perilaku yang mungkin membutuhkan bauran pemasaran. Targeting yaitu proses mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen pasar dan pemilihan satu atau lebih segmen yang akan dimasuki. Positioning yaitu pengaturan agar suatu produk menempati tempat yang jelas, terbedakan, dan diinginkan dalam benak konsumen sasaran dibandingkan dengan produk pesaing.

Analisis lain yang digunakan dalam strategi pemasaran adalah bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari 4P yaitu produk (product), promosi (promotion), lokasi/distribusi (place), dan harga (price). Produk menyangkut keragaman, kualitas, desain, fitur yang dimiliki, merk, kemasan dan servis yang dimiliki suatu produk. Promosi terkait dengan iklan, penjualan langsung, promosi penjualan, dan humas dari produk. Lokasi/ distribusi terkait dengan saluran, cakupan, kombinasi, tempat, persediaan, transportasi, dan logistik dari suatu produk. Harga menyangkut daftar harga, diskon, pencadangan, periode, pembayaran atau persyaratan kredit dari sebuah produk.

Rencana Operasional (Produksi)

(24)

kerja, biaya operasi, dan pemeliharaan dalam perhitungan analisis kriteria investasi (Ibrahim 2003).

Perencanaan Lokasi dan Tata Letak

Perencanaan lokasi dan tata letak harus dipersiapkan secara baik dan tepat agar dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha. Dalam menentukan lokasi usaha, didasarkan pada kedekatannya dengan bahan baku atau pasar potensial, tenaga kerja, serta ketersediaan infrastruktur yang baik yang dapat menunjang kegiatan usaha. Perancangan tata letak bangunan usaha terdiri dari ruang produksi, ruang penyimpanan atau gudang, ruang administrasi, serta ruangan lain yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha harus dipertimbangkan dengan baik agar dapat meningkatkan efisiensi kegiatan usaha yang akan dibutuhkan.

Teknologi

Teknologi yang digunakan dalam bisnis pengolahan rimpang kencur ini adalah teknologi perajangan, pengeringan buatan, penggilingan, dan pengemasan vakum. Teknologi perjangan digunakan untuk menghasilkan kencur berbentuk simplisia. Teknologi yang digunakan pada proses pengeringan adalah vacuum cabinet dryer, sedangkan diskmill digunakan sebagai alat penggiling kering dengan hasil dari penggilingan ini adalah kencur berbentuk bubuk. Alat yang digunakan dalam teknologi pengemasan vakum adalah vacuum packaging untuk mengemas produk rimpang kencur. Seluruh teknologi yang digunakan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi jika dibandingkan dengan menggunakan teknologi pengeringan alami.

Perencanaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan salah satu unsur yang paling aktif didalam kegiatan usaha yang secara terus-menerus diperoleh, diubah, dan kemudian dijual kembali.

Perencaaan bahan baku meliputi: a. Jenis bahan baku

b. Kuantitas bahan baku c. Kualitas bahan baku d. Persediaan bahan baku

e. Kemungkinan penggunaan jenis bahan baku lain

Faktor-faktor yang mempengaruhi pasokan bahan baku meliputi : a. Persediaan bahan baku

b. Kualitas bahan baku c. Harga bahan baku d. Transportasi bahan baku e. Jalur pengadaan bahan baku

Rencana Organisasi dan Sumberdaya Manusia

Koperasi

(25)

Tahun 2012). Sebuah badan hukum yang disebut sebagai koperasi harus menjalankan prinsip-prinsip dasar koperasi. Menurut UU No 25 Tahun 1992 pasal 5 disebutkan tujuh prinsip koperasi sebagai berikut:

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka

Untuk menjadi anggota koperasi tidak boleh dipaksa oleh siapapun tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang sosial, ras, politik, dan agama. Setiap warga negara yang telah mampu melaksanakan tindakan hukum dan telah memenuhi persyaratan sebagai anggota koperasi berhak menjadi anggota koperasi dan berpartisipasi aktif.

2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis

Koperasi didirikan oleh para anggota yang memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kesejahteraan bersama. Dalam proses pengambilan keputusan, setiap anggota harus diperlakukan sama. Pengawasan terhadap kegiatan usaha koperasi dilakukan oleh anggota yang telah memenuhi syarat sebagai pengawas.

3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi

Anggota menyetorkan modal mereka secara adil dan mengawasinya secara demokratis. Sebagian dari modal tersebut adalah milik bersama. Balas jasa terhadap modal diberikan secara terbatas.

4. Otonomi dan kemandirian

Koperasi adalah organisasi yang otonom dan mandiri serta diawasi oleh anggotanya. Apabila koperasi membuat perjanjian dengan pihak lain termasuk pemerintah atau memperoleh modal dari luar maka hal itu harus berdasarkan persyaratan yang tetap guna menjamin adanya upaya pengawasan yang demokratis dari anggotanya dan mempertahankan otonomi koperasi.

5. Pendidikan, pelatihan, dan informasi

Koperasi memberikan pelatihan dan pendidikan bagi anggota, pengurus, pengawas, manajer, dan karyawan. Tujuannya agar mereka dapat melaksanakan tugas lebih efektif dalam pengembangan koperasi. Koperasi memberikan informasi bagi orang-orang muda dan tokoh masyarakat mengenai hakekat dan manfaat berkoperasi.

6. Kerjasama antar koperasi

Dengan bekerjasama pada tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional, maka gerakan koperasi dapat melayani anggotanya dengan lebih efektif dan dapat memperkuat gerakan koperasi.

7. Kepedulian terhadap masyarakat

Koperasi melakukan kegiatan pengembangan masyarakat sekitarnya secara berkelanjutan, melalui kebijakan yang diputuskan oleh rapat anggota. Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha

Untuk membentuk suatu usaha dagang, dalam hal ini perusahaan ekspor Indonesia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain (Kemendag, 2013):

1. Badan Hukum, dalam bentuk :

a. CV (Commanditaire Vennotschap) b. Firma

(26)

d. Persero (Perusahaan Perseroan) e. Perum (Perusahaan Umum) f. Perjan (Perusahaan Jawatan) g. Koperasi

2. Memiliki N.P.W.P (Nomor Pokok Wajib Pajak)

3. Mempunyai salah satu izin yang dikeluarkan pemerintah seperti : a. S.I.U.P (Surat Izin Usaha Perdagangan) dari Dinas Perdagangan b. Surat Izin Industri dari Dinas Perindustrian

c. Izin Usaha P.M.D.N (Penanaman Modal Dalam Negeri) atau P.M.A (Penanaman Modal Asing) yang dikeluarkan oleh B.K.P.M (Badan Koordinasi Penanaman Modal)

4. Memiliki Angka Pengenal Ekspor (A.P.E)

Pengurusan SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan untuk koperasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Fotokopi Akta Pendirian Koperasi

2. Fotokopi KTP Pimpinan/Penanggung jawab koperasi 3. Fotokopi NPWP Koperasi

4. Neraca terakhir koperasi bermaterai Rp6 000 5. Susunan Pengurus

6. Surat keterangan domisili usaha dari kelurahan atau kantor desa, diketahui kecamatan

7. Pasfoto warna ukuran 4x6 dua lembar.

Ijin usaha perdagangan ini masuk kedalam ijin usaha perdagangan dan berlaku selama 5 (lima) tahun dan setiap tahun dilakukan registrasi ulang.

Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menjadi eksportir adalah sebagai berikut (Kemendag 2013):

1. Persiapan administratif berupa pembuatan identitas usaha

2. Persiapan legalitas usaha berupa pembentukan badan usaha usaha yang berbadan hukum dengan klasifikasi eskprtir produsen atau eksportir bukan produsen

3. Persiapan operasional berupa penerbitan dokumen yang terdiri dari brosur/leaflet, offer sheet, invoice, consular invoice, packing list, sales contract, weight note-measurement list, letter of indemnity, letter of subrogation, pemberitahuan ekspor barang (PEB), dan pemberitahuan ekspor barang tertentu

4. Persiapan produk yang akan dijual secara fisik maupun pencantuman keterangan produk dalam lembar Profil Produk

5. Melakukan perijinan ekspor di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia melalui UPP (Unit Pelayanan Perdagangan) dengan salah satuu fasilitas yang ditawarkan berupa INTRADE.

(27)

Keterangan:

1. Eksportir dan importir melakukan korespondensi yang diakhiri dengan pembuatan sales contract

2. Importir mengaplikasikan pembukaan L/C pada bank luar negeri (Opening Bank)

3. Opening Bank mengirim L/C confirmation pada Corespondenti Bank untuk memberitahukan kepada eksportir

4. Corespondenti Bank memberitahukan kepada eksportir melalui L/C advice 5. Eksportir mempersiapkan barang

6. Eksportir memesan ruang kapal pada shipping company

7. Eksporir mengurus formalitas ekspor dengan mengisi PEB dan pembayaran pajak eskspor, kemudian PEB difiat-muatkan

8. Pemuatan barang diatas kapal, shipping company memberikan bills of lading pada eskportir

8a. Apabila dalam L/C ada persyaratan untuk melampirkan dokumen SKA (Surat Keterangan Asal), maka eskportir harus mengurus SKA tersebut ke instansi penerbit SKA

9. Setelah mempersiapkan seluruh dokumen yang dipersyaratkan pada L/C, eskportir bernegosiasi kepada negotiation bnk untuk mendapat pembayaran. 10.Pengiriman dokumen L/C dari negotiation bank ke opening bank

11.Opening Bank meneruskan dikumen tersebut kepada importir Produksi

(28)

12.Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk ditukarkan dengan delivery cargo

13.Pengiriman document L/C dari negotiation bank tersebut kepada importir 14.Opening Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importir

15.Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk ditukarkan dengan delivery cargo

Struktur Organisasi

Orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan perusahaan dituangkan dalam struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi terdiri dari nama orang yang terlibat dalam kepengurusan beserta dengan jabatannya masing-masing. Dalam struktur organisasi ini mengGambarkan hubungan kerja antara orang yang satu dengan lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan hukum dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

Deskripsi Kerja

Tugas dan tanggungjawab dari masing-masing tenaga kerja maupun pengurus perusahaan dipaparkan dalam bentuk deskripsi kerja. Deskripsi kerja bagi tenaga kerja dan pengurus perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jabatan maupun bagiannya. Masing-masing orang yang terlibat dalam usaha yang akan dijalankan memiliki hak, kewajiban, dan tugas yang harus dipenuhi agar kegiatan usaha menjadi lebih efektif.

Gaji dan Upah

Gaji dan upah merupakan imbalan atas jasa yang telah dilakukan oleh seluruh tenaga kerja maupun pengurus perusahaan. Gaji dan upah dari masing-masing orang berbeda sesuai dengan jabatan dan deskripsi kerja yang dibebankan. Imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tetap maupun pengurus perusahaan disebut sebagai gaji yang dibayarkan sekali dalam sebulan. Upah merupakan imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tidak tetap yang dibayarkan sesuai dengan pencapaian kerja yang telah dilakukan. Gaji yang dibayarkan dapat disesuaikan dengan UMR yang berlaku dengan ketetapan yang dibuat oleh perusahaan.

Risiko Bisnis

(29)

Rencana Keuangan

Aspek finansial yang perlu dianalisis untuk menyusun suatu perencanaan bisnis terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP) (Nurmalina et al. 2009).

1. Net Present Value (NPV) menghasilkan tingkat keuntungan yang akan dicapainya. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari discount rate (DR) atau tingkat suku bunga yang berlaku.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara manfaat bersih bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis dikatakan layak apabila nilai net B/C Rasio lebih besar dari 1 (net B/C rasio>1). Hal ini berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada kerugian yang dialami.

4. Payback Period (PP)

Payback Period (PP) merupakan metode pelengkap dalam analisis finansial. Metode perhitungan ini dilakukan untuk menghitung seberapa cepat tingkat pengembalian modal dari bisnis tersebut. Semakin cepat tingkat pengembalian modal, maka para investor akan semakin tertarik untuk berinvestasi pada bisnis tersebut.

5. Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) merupakan suatu keadaan pada kondisi titik impas yang terjadi ketika penjualan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan sehingga pada kondisi ini perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan (P = ATC minimum). Dengan kata lain pada kondisi ini kerugian dan keuntungan sama dengan nol.

6.Cash Flow

Cash Flow (arus kas) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan atau pendanaan serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Laporan keuangan ini berupa ringkasan penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas ini memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi dan pendanaan. Cash flow terdiri dari dua aliran arus yaitu sebagai berikut:

(30)

Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow) terdiri dari:

a) Hasil penjualan produk/jasa perusahaan b) Penagihan piutang dari penjualan kredit c) Penjualan aktiva tetap yang ada

d) Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas e) Pinjaman/hutang dari pihak lain

f) Penerimaan sewa dan pendapatan lain 2. Cash outflow

Cash outflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash outflow) terdiri dari: a) Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik

lain-lain

b) Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan c) Pembelian aktiva tetap

d) Pembayaran hutang-hutang perusahaan

e) Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan

f) Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga, dan pengeluaran lain-lain Kerangka Pemikiran Operasional

Ketidakmampuan Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pasar luar dan dalam negeri harus direspon secara aktif agar kebutuhan akan komoditas ini dapat terpenuhi. Pengembangan komoditas agribisnis dapat dilakukan dengan model yang terarah dan konsep yang jelas. Oleh sebab itu, dibentuk sebuah model pengembangan sistem agribisnis kencur berbasis cooperative entrepreneur.

Wirakoperasi atau cooperative entrepreneur merupakan penggerak pengembangan ekonomi masyarakat petani. Konsep ini memberikan manfaat yang sangat berarti bagi para petani biofarmaka yang sebagian besar merupakan petani kecil. Petani-petani kecil menjual hasil produksi melalui wirakoperasi. Hasil produksi tersebut akan diolah menjadi produk setengah jadi dan dijual ke luar negeri. Melalui rencana ini, petani akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan harga jual yang lebih tinggi.

(31)

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional penelitian

METODE PENELITIAN

Waktu Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor yang terbagi dalam empat Kecamatan yaitu Kecamatan Cimanggu, Kecamatan Cipaku, Kecamatan Cilebut, dan Kecamatan Tegal Waru. Pemilihan lokasi dilakukan dengan metode purpossive sampling atau sengaja dengan pertimbangan petani-petani di daerah tersebut merupakan petani binaan Balitro (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat). Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013-Juni 2014.

Rimpang kencur memiliki potensi yang sangat baik dilihat

dari tingginya permintaan di pasar luar negeri, manfaat bagi kesehatan, serta volume produksi

yang cukup besar

Petani yang membudidayakan komoditas ini masih berupa petani kecil sehingga permintaan belum terpenuhi dan harga jual di

tingkat petani masih rendah

Komersialisasi pengembangan biofarmaka

Wirakoperasi

Membuat kerjasama atau melakukan usaha kolektif

bersama petani kecil

Rencana Bisnis Bubuk Kencur Berbasis Cooperative Entrepreneur di Bogor

(32)

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari keterangan kegiatan usaha yang dilakukan oleh petani mengenai keadaan usaha, perkembangan usaha, dan kegiatan budidaya yang dilakukan serta data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data kuantitatif diperoleh dari hasil produksi, jumlah penjualan, harga produk, dan data lain yg berkaitan dengan penelitian.

Data yang digunakan pada penelitian ini, merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lokasi penelitian serta wawancara dengan petani. Sedangkan data sekunder, diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian, perpustakaan, penelitian atau riset yang telah dilakukan, serta penelusuran dari literatur yang relevan dengan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan teknik RRA (Rapid Rural Appraisal) yaitu dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kepada para petani tanaman kencur yang berada di keempat kecamatan tersebut. Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi produktivitas, harga komoditas di tingkat petani, serta budidaya yang dilakukan. Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi literatur melalui buku ataupun melalui penelusuran internet.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah menggunakan dua jenis analisis yaitu analisis non finansial dan analisis finansial. Pendekatan kuantitatif mengunakan analisis finansial untuk mengetahui NPV, IRR, Net B/C dan PP (Nurmalina et al 2009) adalah sebagai berikut :

A. Analisis Non Finansial

1. Analisis Aspek Teknis dan Operasi

Aspek ini terdiri dari rencana pendirian lokasi bisnis, skala produksi, pemilihan teknologi yang akan digunakan, proses produksi, perencanaan tata letak ruang pengolahan, tenaga teknis produksi serta perumusan standar mutu input dan output. Aspek ini juga mengkaji mengenai bentuk badan usaha, perijinan usaha, serta kepemilikan usaha.

2. Analisis Aspek Organisasi

Aspek ini terdiri dari kesesuaian spesifikasi dan deskripsi keahlian dan tanggung jawab bagi seluruh pekerja, struktur organisasi, jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan penetapan gaji.

3. Rencana Pemasaran

(33)

terdiri dari pengenalan peluang pasar, analisis pelanggan, dan pemilihan pasar sasaran. Sedangkan dalam strategi marketing mix development terdiri dari aspek produk, harga, promosi, dan distribusi. Menurut Kotler yang dikutip oleh Munandar (2012) dalam jurnalnya, analisis target pasar terdiri dari segmentasi pasar, penentuan target, dan posisi pasar.

a. Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar merupakan proses pengarahan pasar yang bersifat heterogen ke dalam kelompok pasar yang bersifat homogen. Dalam prosesnya aspek utama yang menjadi variabel yang digunakan adalah aspek geografis, demografis, psikografis, dan perilaku.

b. Pasar Sasaran

Setelah menganalisis segmentasi pasar, selanjutnya dilakukan pemilihan segmen pasar yang akan dijadikan pasar sasaran. Dalam penentuan pasar sasaran, kriteria yang harus diperhatikan adalah bahwa pasar sasaran harus responsif terhadap produk atau program pemasaran yang dikembangkan, produk yang ditawarkan memiliki potensi penjualan yang cukup luas, pasar memiliki pertumbuhan yang memadai, serta pasar sasaran dapat dijangkau oleh media pemasaran. c. Posisi Pasar

Penetapan posisi pasar merupakan langkah terkahir dalam melakukan analisis target pasar. Dalam penetapan posisi pasar langkah yang harus dilakukan untuk membuat konsumen sebagai pasar tujuan dapat membedakan produk yang akan ditawarkan dengan produk pesaing adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan. Keunggulan ini dapat berupa diferensiasi melalui inovasi yang dilakukan pada bauran pemasaran yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar perusahaan memiliki keunggulan bersaing dengan produk pesaing. 2) Pilih keunggulan kompetitif yang dimiliki untuk kemudian

dikomunikasikan dalam benak konsumen. Kriteria yang harus dipenuhi adalah dengan menawarkan barang atau jasa yang memiliki ciri khas atau dengan menggunakan strategi harga bersaing.

4. Rencana Operasional dan Produksi

Aspek ini terdiri dari rencana pendirian lokasi bisnis, skala produksi, pemilihan teknologi yang akan digunakan, proses produksi, perencanaan tata letak ruang pengolahan, tenaga teknis produksi, serta perumusan standar mutu input dan output.

1. Analisis Finansial

Menurut Umar (2001) dalam bukunya yang berjudul Studi Kelayakan Bisnis, ada beberapa alat analisis yang dapat digunakan untuk mengkaji kelayakan investasi, antara lain sebagai berikut.

(34)

Net Present Valuedigunakan untuk melihat nilai uang berdasarkan perubahan waktu. Selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang akan datang.

Keterangan :

Bt = Manfaatpadatahun t Ct = Biayapadatahun t

t = Tahunkegiatanbisnist( t = 0,1,2,3,..., n), tahunawalbisatahun nol atautahun satu tergantungkarakteristikbisnisnya

i = Discount rate (%) 2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Returndigunaka untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa yang akan datang atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal.

Keterangan :

i1 = Nilaipercobaanpertamauntuk discount rate positif

i2 = Nilaipercobaankeduauntuk discount rate negatif

NPV1 = Nilaipercobaanpertamauntuk NPV

NPV2 = Nilaipercobaankeduauntuk NPV

3. Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C ini menunjukkan gambaran berapa kali lipat manfaat (benefit) yang diperoleh dari biaya (cost) yang dikeluarkan

Keterangan :

Bt = Manfaatpadatahun t Ct = Biayapadatahun t i = Discount Rate (%)

t = Tahun

4. Payback Period (PP)

Payback Period adalah periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investai dengan menggunakan aliran kas

(35)

Keterangan :

I = besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya 5. Break Event Poin

Break Event Poinadalah keadaan di mana penerimaan pendapatan perusahaan (total revenue) adalah sama dengan biaya yang ditanggungnya (total cost).

(36)

GAMBARAN UMUM LOKASI USAHA

Wilayah Kabupaten Bogor memiliki luas 298 838 304 ha. Bogor terletak pada ketinggian 190 meter sampai 350 m dari permukaan laut (mdpl). Bogor diapit oleh beberapa gunung besar antara lain Gunung Salak, Gunung Pangrango, dan Gunung Gede. Kota Bogor memiliki udara rata - rata setiap bulannya adalah 26º C dan suhu udara terendah 21.8º C, dan memiliki kelembaban udara kurang lebih 70%. Bogor memiki curah hujan cukup besar setiap tahunnya yaitu berkisar antara 3 500 hingga 4 000 mm per tahun (terutama pada bulan Desember sampai Januari).

Karakteristik topografi dan iklim di Bogor menunjukkan bahwa wilayah ini berpotensi untuk mengembangkan komoditas kencur di bidang budidaya. Pemerintah melalui dinas perhutanan memiliki berbagai program yang mendukung pengembangan tanaman biofarmaka termasuk kencur. Potensi komoditas kencur tersebut juga didukung oleh keberadaan produsen jamu maupun obat herbal yang terletak di wilayah Bogor. Produsen jamu atau obat herbal tersebut merupakan pelaku usaha yang menggunakan rimpang kencur sebagai bahan baku maupun bahan tambahan pada produk yang dihasilkan

RENCANA BISNIS

Rencana Produk

(37)

Gambar 3 Kencur bubuk dan label Rencana Pemasaran

Market Selection

1. Segmenting

Segmentasi pasar untuk produk olahan pegagan ini didasarkan pada dua aspek yaitu tingkat penggunaan dan juga tingkat geografis. Produk dipasarkan pada pasar yang potensial dan secara efektif dijangkau oleh konsumen. Secara geografis, produk ini dipasarkan ke luar negeri dengan kelompok industri di bidang pangan maupun biofarmaka. Industri ini merupakan industri yang membutuhkan produk kencur dalam bentuk kering dan bubuk sebagai kelanjutan usaha yang dijalankan.

2. Targeting

Target pasar yang dipilih adalah industri yang membutuhkan kencur bubuk sebagai bahan baku. Target pemasaran ditujukan ke benua Eropa terutama di Negara Jerman. Di negara ini banyak perusahaan yang membutuhkan produk kencur yang merupakan bagian dari tanaman rempah-rempah.

3. Positioning

Produk yang akan dihasilkan adalah kencur dengan penanganan teknologi pengeringan dan pengemasan yang modern. Hal ini memberikan dampak terhadap kualitas yang dihasilkan. Kencur memiliki kadar air yang rendah dengan pengeringan yang menggunakan alat pengering buatan serta daya tahan simpan yang lebih lama dengan kondisi kualitas baik melalui teknologi pengemasan.

Marketing Mix Development

1. Product (produk)

Produk yang akan dihasilkan dalam rencana bisnis ini merupakan intermediate product. Produk dihasilkan melalui proses pengolahan dengan menghasilkan kencur dalam bentuk bubuk. Pengemasan menjadi penanganan terhadap produk yang dihasilkan dengan menggunakan sistem kedap udara/ vakum tanpa merk dan label, hanya mencantumkan kode produksi dan tanggal kadaluarsa.

(38)

`Penetapan harga dilakukan dengan mempertimabangkan berbagai aspek sehingga bisa menghasilkan keuntungan yang optimal. Harga jual dari produk yang dihasilkan adalah sebesar USD 22.91 atau sekitar Rp252 000 (dengan asumsi USD 1 sama dengan Rp11 000).

3. Place (tempat)

Tempat atau distribusi terhadap produk yang dihasilkan dipilih di luar negeri. Perusahaan akan memasarkan produk kepada pelanggan luar negeri yang membutuhkan sehingga tersedianya produk diinginkan sesuai tempat, lokasi, maupun waktu. Pada proses pendistribusian, dilakukan kerjasama dengan perusahaan lain yang juga mengekspor produk kencur dengan sistem kerjasama joint container. Pendistribusian produk dilakukan melalui pelabuhan peti kemas Tanjung Priok, Jakarta. Lokasi untuk melakukan pengolahan rimapang kencur ini akan didirikan di Bogor

4. Promotion (promosi)

Promosi dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi berbasis internet melalui situs web sehingga pemasaran online dapat dilakukan. Produk akan ditawarkan langsung kepada perusahaan yang membutuhkan produk kencur dalam bentuk kering dan bubuk dari berbagai negara.

Rencana Operasional

Rencana Jumlah Produksi

Pada usaha pengolahan kencur akan dilakukan rangkaian proses yang dimulai datri proses pengeringan, penggilingan kering, serta pengemasan. Produk yang dihasilkan berupa rimpang kencur segar dan kencur bubuk ditujukan untuk memasok kebutuhan industri biofarmaka yang berbasis di luar negeri. Rencana jumlah produksi yang dihasilakan adalah 1.7 ton perbulan pada tahun pertama dan dua ton per bulan untuk tahun kedua sampai seterusnya.

Kapasitas produksi dalam satu kali proses produksi adalah sebesar 1 053 kg rimpang basah (penyusutan bahan baku sebesar 5%) untuk menghasilkan produk kencur bubuk sebesar 100 kg, sehingga dalam satu bulan akan menghasilkan dua ribu kg atau dua ton bubuk kencur.Pada tahun pertama usaha berjalan, produk yang dihasilkan hanya sebesar 1.7 ton setiap bulannya dengan jumlah bahan baku yang sama yaitu 1 053 Kg per hari. Hal tersebut dikarenakan jumlah penyusutan bahan baku masih tinggi yaitu sebesar 15%. Hal tersebut disebabkan oleh kualitas bahan baku yang diperoleh dari petani belum sesuai dengan yang diinginkan.

Teknologi

(39)

untuk mengemas produk rimpang kencur dalam bentuk kencur bubuk. Mesin conveyor pendeteksi logam juaga digunakan untuk memastikan produk tidak mengandung bahan yang membahayakan. Teknologi yang digunakan akan meningkatkan efisiensi produksi baik dari segi jumlah dan waktu.

1. Mesin Perajang Kencur

Gambar 4 Mesin perajang kencur www.rekatehnikindo.blogspot.com

Bahan baku kencur segar yang didapatkan akan dicuci, ditiriskan, disortasi, dan dirajang menggunakan mesin perajang. Rimpang kencur yang dirajang dengan ketebalan tiga hingga lima. Hal ini dilakukan untuk memudahkan proses yang berikutnya, yaitu proses pengeringan. Perajangan rimpang kencur basah dilakukan menggunakan mesin perajang otomatis dengan kapasitas 150 kg per jam. Untuk merajang 1 053 kg rimpang basah dalam satu kali produksi dibutuhkan mesin perajang sebanyak dua unit yang masing-masing beroperasi selama 3.5 jam setiap harinya.

Spesifikasi mesin perajang:

1. Dimensi : 40cm x 50cm x 125cm 2. Penggerak : Motor bensin 5.5 pk 3. Bahan frame : Besi profil siku 40 x 40 4. Transmisi : Pulley dan v belt

5. Inlet dan out let : Stainles ssteel 6. Kelengkapan : Roda 2 in

7. Kegunaan : Merajang menjadi bentuk tipis kencur, kunyit, temulawak,dll.

(40)

Pengeringan akan dilakukan setelah rimpang kencur dirajang dengan mesin perajang. Pengeringan ini mengunnakan mesin vacuum cabinet dryer. pada mesin ini, terdapat beberapa loyang yang dijadikan tempat rimpang kencur yang akan dikeringkan. Prinsip kerja dari alat vacuum cabinet dryer tersebut adalah dengan cara mengalirkan udara panas ke dalam bahan sekaligus dilakukan penyedotan uap air yang keluar dari bahan yang dipanaskan. Sumber panas yang digunakan untuk mengeringkan bahan berasal dari istrik maupun gas.

Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan rimpang kencur basah dengan menggunakan alat vacuum cabinet dryer adalah delapan jam dengan suhu 50 hingga 55oC 4. Mesin pengeringan ini memiliki kapasitas 40 rak atau setara dengan 150 kg rimpang basah. Untuk mengeringkan 1 053 kg rimpang basah dalam satu kali produksi dibutuhkan alat pengering sebanyak 7 unit.

Gambar 5 Mesin vacuum cabinet dryer Spesifikasi Mesin Vacuum Cabinet Dryer:

Mesin Oven Pengering 40 Rak (gas) Kapasitas : 40 rak / loyang

Dimensi : 240x55x165 cm Bahan : stainless stell Listrik blower: 300 watt Sumber panas : Gas LPG 3. Mesin Diskmill

Rimpang kencur yang sudah dirajang kemudian digiling dengan mesin penggiling atau mesin diskmill. Mesin ini akan menggiling dengan kapasistas 33 hingga 200 kg/jam dengan prinsip kerja menggiling simplisia menjadi ukuran yang sangat kecil dan bubuk.

4

(41)

Gambar 6 Mesin diskmill www.rekatehnikindo.blogspot.com Spesifikasi mesin diskmill:

Kapasitas: 33 hingga 200 kg/jam

Motor power: 5,5 HP (Horse Power) atau Diesel 12 PK (Paard Krcht) dengan power bisa diturunkan sesuai anggaran dan jenis serta jumlah bahan yang diproses

Dimensi: 80x50x100 cm Bahan: stainless steel 4. Vacuum Packaging

Produk kencur bubuk kemudian dikemas dengan menggunakan mesin vacuum packaging. Prinsip kerja alat tersebut adalah dengan cara penghilangan udara dalam kemasan hingga terbentuk ruang hampa kemudian dilakukan penyegelan pada kemasan. Teknologi pengemasan vakum dipilih karena dapat meningkatkan umur simpan produk serta dapat menghemat ruang pada saat penyimpanan dan pendsitribusian. Jenis plastik kemasan yang digunakan merupakan plastik kemasan vakum yang merupakan campuran dari bahan plastik LDPE (Low Density Polyethylene), PET (Poly Ethylene Terephthalate) dan nylon. Plastik kemasan tersebut memiliki ketebalan dan kerapatan pori yang lebih tinggi dibandingkan dengan plastik kemasan biasa sehingga dapat berfungsi sebagai kemasan penyimpan kedap udara.

(42)

www.anekamesin.com

Gambar 8 Plastik kemasan vakum www.chinatraderonline.com Spesifikasi mesin Vacuum Packaging:

Material: besi, stainless steel Lebar seal: 32 hingga 50 cm

Kekuatan vakum: 10 m3 hingga 20 m3 per jam

Daya listrik: 400 hingga 800 watt atau 220 V atau 50 hingga 60 Hz 5. Alat conveyor pendeteksi logam

Gambar 9 Alat conveyor pendeteksi logam www.indotrading.com

Alat conveyor digunakan untuk mendeteksi kadar logam yang terdapat pada kencur bubuk. Kencur bubuk dalam kemasan harus melewati alat pendeteksi logam ini. Alat ini menjamin ambang batas kadar logam yang menjadi syarat ekspor kencur ke luar negeri. Mesin ini dapat mendeteksi logam besi dan stainless steel, seperti kawat atau timah, tembaga, alumunium, timah, dan logam lainnya.

a. Spesifikasi mesin: b. Tipe : F500

(43)

d. Lebar pendeteksian : 600 mm e. Tinggi pendeteksian : 160 mm

f. Kemampuan mendeteksi : Ф1.0 bola besi g. Metode alarm : Buzzer

h. Kecepatan belt : 40 m/min

i. Tegangan listrik : 230 V, 50-60 Hz

j. Ukuran dimensi : 1 620 x 1 000 x 1 100 mm Bahan Baku

Bahan baku dari usaha pengolahan rimpang kencur ini berupa rimpang kencur segar yang diperoleh dari petani-petani skala kecil yang berada di wilayah Bogor. Petani-petani tersebut merupakan petani yang bermitra dengan usaha ini sebagai pemasok tetap bahan baku produksi.

Tabel 3 Kebutuhan bahan baku per bulan Jumlah Satuan Input

Rimpang kencur segar

Penyusutan bahan baku (sortasi)

21 530 1350

Kg Kg Plastik kemasan

Kemasan sekunder (kardus)

170 34

Lembar Lembar Output

Kencur bubuk 1 700 Kg

Perencanaan Tata Letak dan Lokasi

(44)

Keterangan : 1 = Mesin Perajang 2 = Mesin vacuum dryer 3 = Mesin Penggilingan 4 = Mesin vacuum packager

5 = Mesin conveyor pendeteksi logam

Lokasi produksi dan penggudangan yang dipilih untuk menjalankan bisnis ini adalah di sekitar “Jalan Baru” Bogor. Alasan memilih lokasi ini adalah letaknya yang strategis, akses yang mudah, terletak di jalan utama Bogor. Akses yang mudah ini, meningkatkan efisiensi waktu menuju Jakarta karena letaknya yang dekat dengan pintu Tol Sentul/ Jagorawi.

Proses Produksi

Proses produksi pengolahan rimpang kencur melalui tahapan sebagai berikut:

1. Penyortiran awal (segar)

Penyortiran dilakukan untuk memisahkan rimpang kencur yang bagus dengan rimpang kencur yang busuk/rusak atau cemaran bahan asing lainnya. Rimpang kencur yang didapa . Tujuan sortasi adalah untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan, mencegah lecetnya permukaan kulit serta mempermudah pencucian.

2. Pencucian

Pencucian dilakukan dengan sikat plastik secara hati-hati untuk menghilangkan kotoran dari hasil panen dan mengurangi mikroba yang menempel pada rimpang kencur. Pencucian dilakukan secara bertahap (dalam bak-bak pencucian bertingkat). Tempat pencucian diupayakan menggunakan air mengalir sehingga sisa pencucian langsung terbuang. Pencucian terhadap rimpang segera dilakukan untuk mencegah kontaminasi serta pembusukan yang dapat mempengaruhi mutu rimpang. Sumber air untuk mencuci rimpang diharapkan berasal dari mata air, sumur ataupun PAM. Penggunaan air sungai tidak dianjurkan untuk menghindari terkontaminasi baik oleh bakteri E.coli ataupun patogen. Rak pengering harus bersih, tidak berkarat dan tidak bereaksi dengan rimpang yang dijemur serta ditempatkan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari langsung.

3. Sortasi dan Grading

Rimpang yang telah dicuci bersih dan sudah ditiriskan dipisahkan sesuai dengan ukuran atau grade serta tujuan penggunaan. Untuk dipasarkan grading disesuaikan dengan mutu/ kualitas permintaan atau standar perdagangan. Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang kencur segar kategorinya adalah sebagai berikut:

4. Perajangan rimpang

Rimpang kencur yang telah bersih kemudian dirajang dengan ketebalan tiga hingga lima mm untuk mempercepat proses pengeringan.

(45)

Rimpang kencur kemudian dilakukan pengeringan dengan menggunakan alat vacuum cabinet dryer dengan suhu 50-55 °C selama 8 jam

6. Penggilingan kering

Rimpang kencur yang telah dikeringkan kemudian dilakukan penggilingan kering dengan menggunakan alat diskmill untuk menghasilkan kencur bubuk dengan tingkat kehalusan yang seragam. Mesin penggiling kering diskmillyang digunakan berkapasitas 300 kg per jam. Untuk menggiling 100 Kg simplisia hingga menghasilkan kencur bubuk, dibutuhkan mesin penggiling sebanyak satu unit.

7. Penyortiran akhir

Pada tahap ini, kencur kering yang sudah digiling menjadi bubuk akan disortir kembali. Tahap ini dilakukan untuk memisahkan kencur bubuk dari cemaran bahan asing. Setelah produk disortir, kemudian ditimbang kembali untuk menghitung rendemen hasil dari pemrosesan.

8. Pengemasan

Bahan kemas / kantong diupayakan bersih dan tertutup rapat. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan alat Vacuum Packaging untuk menghasilkan produk dengan kemasan kedap udara. Hal ini untuk menjaga kerusakan baik selama pengangkutan kepasar ataupun selama penyimpanan. Isi kantong diusahakan tidak terlalu rapat/padat atau tidak ditekan. Kemasan kantong yang telah berisi simplisia kering, diusahakan jangan ditumpuk-tumpuk, atau harus ada sekat di antara setiap tumpukan. Plastik kemas vakum sebagai kemasan yang digunakan memiliki kapasitas sebesar sepuluh kg setiap kemasannya, sehingga dalam satu bulan produksi akan dihasilkan sebanyak 200 kemasan. Kemasan sekunder produk adalah kardus dengan kapasitas 50 kg, sehingga dalam satu bulan produksi akan dihasilkan sebanyak 34 kardus.

9. Penyimpanan

(46)

Gambar 11 Diagram alir pengolahan kencur bubuk Pengemasan menggunakan

mesin vacuum packager selama 2 jam

Deteksi kandungan logam menggunakan mesin conveyor pendeteksi

logam Penyiapan Air

Bersih Kencur Segar Penyiapan Peralatan

Penyortiran awal (segar)

Pencucian & Penirisan selama 1 hari

Perajangan menggunakan mesin perajang selama 3.5 jam

Pengeringan menggunakan mesin vacuum cabinet dryer

selama 8 jam

Penggilingan simplisia menggunakan mesin diskmill

selama 0.3 jam

Kencur Bubuk

Kencur bubuk kemasan 10 kg

Busuk, tanah, kerikil,

Kotoran yang melekat Air

Bersih

Penyortiran akhir

Benda asing selain bubuk

Gambar

Gambar 1 Alur tata cara ekspor
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional penelitian
Gambar 3 Kencur bubuk dan label
Gambar 4 Mesin perajang kencur www.rekatehnikindo.blogspot.com
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa untuk ke dua aspek kemampuan koneksi matematis yaitu pada perlakuan I mengenali representasi ekuivalen dari konsep yang sama 71,97% kategori

54 Lokasi dan FIlosofi Perempatan Sakral di Karaton Yogyakarta Hadiningrat ..... 56 Kondisi Eksisting Alun-alun Selatan

Karena itu, kita bisa menduga bahwa dengan masih berkembangnya prejudice, prasangka, stereotip , sementara model pen- dekatan dari pemerintah sendiri masih tetap dengan cara

Pemain pertahanan mestilah berada sekurang-kurangnya 9.15m (10 ela) dari kedudukan bola untuk membuat tendangan percuma langsung dan tidak langsung. Pemain pertahanan boleh

Kesimpulan dari penelitian ini adalah kadar peroksidasi lipid pasca tonsilektomi pada kelompok yang diberi vitamin C dosis tinggi cenderung lebih rendah dibanding tanpa vitamin

Petunjuk Teknis ini merupakan panduan bagi para administrator Kamaya dalam pelaksanaan program pengelolaan pustaka maya dengan memanfaatkan SLiMS tahun

Bila mendengar kata “keyboard” maka pikiran kita tidak lepas dari adanya sebuah komputer, karena keyboard merupakan sebuah papan yang terdiri dari tombol-tombol untuk mengetikkan

Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan Bank dan penyusunan laporan keuangan yang relevan, komprehensif, andal dan dapat diperbandingkan, Bank wajib