ARAHAN STRATEGI KEBIJAKAN REKLAMASI LAHAN
PASCA PENAMBANGAN NIKEL PADA LAHAN KONSESI
PT. ANEKA
TAM BAN^
TBK UNIT BISNIS
PERTAMBANGAN
NIKEL DAERAH O P E U S I MALUKU UTARA
KABUPA*~N HALMAHERA TIMUR
PR~VINSI
~ A L U K U
UTARA
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan, bahwa tesis "Arahan Strategi Kebijakan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel Pada Lahan Konsesi PT. Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel Daerah Operasi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara" merupakan karya saya sendiri dengan dibimbing oleh Komisi Pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Surnber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam bentuk teks dan dicantumkan
dalam d&ar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, September 2008
ABSTRACT
BUD1 YUSUF. Derictive Strategic Policy on Soil Reclamation of Post Nickel Mining at Licensed Soil of PT. Aneka Tambang Tbk Nickel Mining Business Unite North Molucas Operational Area-East Halmahera Regency North Molucas Provinces. Guided by OTENG HARIDJAJA and IMAM SANTOSA.
Mining operation is often considered destroying environmental and eco- system, therefore a country having significant mining deposit such as Indonesia should have possessed a standardized environmental mining operating manual. The North Molucas province is known as nickel area producer. Nickel Mining Business United (UBPN) of North Molucas Operational Area is one of production unites of PT. Aneka Tarnbang Tbk, 90% of its mining works is undertaken by contractor under the supervision of Nickel Mining Business United of North Molucas Operational. The objective of the study is to find out ecology, economy, social and the institution condition at post mining soil reclamation area and to determine strategic policy on soil reclamation of post nickel mining. The study took three months of field observation in December, 2006 until September, 2007. The study applied correlation descriptive method as to describe properly the facts and correlation among the researched phenomenon. The Analytical Hierarchy Process (AHP) is used to analyze stakeholders roles. General condition indicate that requirements of eco management have been undertaken by company as the management responsible to manage post mining soil. Such activities are the post mining soil reclamation monitoring, level of reclamation output monitoring, control to water quality and used grease residue and general eco management such as erosion and sedimentation, mining progress and overburden, controlling B3 (poison and dangerous material) as well as disturbed reclamation area. The analysis with AHP method finding out strategic policy on soil reclamation of post nickel mining at licensed area of PT. Aneka Tambang Tbk indicate that the prominent stakeholder groups is PEMDA or local government and ecology aspect is becoming priority. Considering potentialy of agriculture, plantation dm fishiers also social enviroment, the alternative policy of post mining management has be base on ecology and sustainability in order to add economic value for local community.
RINGKASAN
BUD1 YUSUF. Arahan Strategi Kebijakan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel pada Lahan Konsesi PT. Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel Daerah Operasi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara. Dibimbing oleh OTENG HARIDJAJA dan IMAM SANTOSA.
Dunia pertambangan sering diangap sebagai perusakan dam dan lingkungan, oleh karena itu negara dengan cadangan tambang yang cukup besar seperti Indonesia sudah harus memiliki pedoman standar lingkungan pertarnbangan. Provinsi Maluku Utara dikenal dengan daerah penghasil nikel. Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Daerah Operasi Maluku Utara adalah salah satu unit produksi PT. Aneka Tarnbang Tbk, yang pekerjaan penambangannya dilaksanakan 90% oleh kontraktor, sedangkan pengawasannya di bawah UBPN Maluku Utara. Tujuan penelitian ini adalah : Mengetahui kondisi ekologi, ekonomi, sosial dan kelembagaan pada daerah reklamasi lahan pasca penambangan dan menentukan arahan strategi kebijakan reklamasi lahan pasca penambangan nikel. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan di lapangan pada bulan Desember 2006-September 2007. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasional yaitu berusaha untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara tepat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti. Analisis pendapat Stakeholder menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP). Kondisi m u m menunjukkan bahwa komponen pengelolaan lingkungan yang sudah terealisasi, yang dilakukan oleh pihak perusahaan sebagai pengelolaan lahan pasca penambang. Kegiatan-kegiatan yang sudah terealisasi di lapangan adalah pemantauan reklamasi lahan pasca penarnbangan, pemantauan tingkat keberhasilan reklamasi, pemantauan terhadap kualitas air dan pemantauan limbah oli bekas dan secara urnurn pengelolaan lingkungan meliputi kegiatan pengendalian erosi dan sedimentasi, kemajuan penambangan dan penimbunan overburden, pengelolaan limbah B3 dan reklamasi areal terganggu. Hasil analisis dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP), untuk mengetahui arahan strategi kebijakan reklamasi lahan pasca penambangan nikel pada lahan konsesi
PT.
Aneka TambangTbk
menunjukan kelompok stakeholders yang memiliki peran penting adalah PEMDA dan aspek ekologi menjadi prioritas. Dengan mempertimbangkan potensi pertanian, perkebunan dan perikanan serta sosial masyarakat maka alternatif kebijakan adalah pengelolaan lahan pasca penambangan berbasis lingkungan dan berkelanjutan yang bernilai ekonomis bagi masyarakat setempat.O
Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2008
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tampa mencantumkan
*
atau menyebutkan sumbernya. P e n g e a n hanya untuk kepentinganm pendid- penelttian, pendisan k q a ilmiah, penyusunan laporan, pendisan kritik aiau
tinjauan suatu musalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor
ARAHAN STRATEGI KEBIJAKAN REKLAMASI
L
m
PASCA PENAMBANGAN NIKEL PADA LAHAN KONSESI
PT. ANEKA TAMBANG TBK UNIT BISNIS PERTAMBANGAN
NIKEL DAERAH OPERAS1 MALUKU UTARA
KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
PROVINSI MALUKU UTARA
BUD1 YUSUF
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis : Arahan Strategi Kebijakan Reklamasi Lahan Pasca
Penambangan Nikel Pada Lahan Konsesi PT. Aneka
Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel Daerah
Operasi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Timur
Provinsi Maluku Utara
Nama Mahasiswa : Budi Yusuf
Nomor Pokok : PO52040101
Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. O t e n ~ Haridiaia, M.Sc
K e t u a
Diketahui
Dr. Ir. Imam Santosa, MS
A n g g o t a
Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasariana
I(eru.sal&an teGd
terjdi
di darat, b u t dun d a r a Rarenu
dosa-dosa y a n . dilhl&ukan obh tangan-tangan
manusin,
6iar
mereka dapat merasakan
dan' apa yang mereka ibkukan, agar
mereka mau l&em6aG (Ibu6at)
PRAKATA
Puji syukur penulis sampaikan Kehadirat Allah Subhanahu Wata'alah, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian yang berjudul "Arahan Strategi Kebijakan Reklamasi Lahan Pasca
Penambangan Nikel Pada Lahan Konsesi PT. Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel Daerah Operasi Maluku Utara Kabupaten Halmahera Timur
Provinsi Maluku Utara". Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi ekologi, ekonomi, sosial dan kelembagaan pada daerah reklamasi lahan pasca
penambangan sehingga dapat mengetahui formulasi yang tepat dalam menetapkan
arahan strategi kebijakan reklamasi lahan pasca penambangan.
Penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan yang
diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL) Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyarnpaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam penyelesaian tesis, diantaranya :
1 , Prof, Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, MS selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, yang telah banyak memberikan arahan dan bantuan yang talc terhingga
dalam upaya menyelesaikan studi beserta staf pengajar.
2. Dr. Ira Oteng Haridjaja, M.Sc selaku Ketua Komisi Pembimbing dan
Dr. Ir. Imam Santosa, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan saran yang sangat berarti,
3. Dr. Ir. Etty Riani, MS selaku Penguji Luar Komisi yang telah memberikan
saran yang sangat berarti pada saat Sidang Tesis.
4. Segenap anggota keluarga, khususnya Ayahnda dan Ibunda Drs. Yusuf Musa
dan Hania Hi. Djusup yang telah mengasuh dan membesarkanku dengan seluruh
cinta dan kasih, pengorbanan serta Do'a yang tak terhingga yang telah diberikan. Kakakku Djunaedi Yusuf, S.Pd dan Mimi Yusuf, S.Pd Adikku Muh. Yusuf dan
Rahmat Yusuf yang kusayangi. Iparku Rustam dan Ina serta keponakkan
(Ira Fuheka Jang, Akbar Pahe dan Suci Maryati Jang) atas segala dorongan,
5. Ir. S. W. Wawan Herawan Deputy Senior Vice President of Maluku Utara
Operation PT, Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertarnbangan Nikel Daerah
Operasi Maluku Utara beserta staf (Ternate dan Buli) yang telah menerima penulis untuk melakukan penelitian di lahan konsesi PT. Aneka Tambang Tbk dan H. Anang Hergiman, BE Mine Manager PT. Yudistira Bumi Bhakti-
Tanjung Buli, staf dan karyawan.
6. Keluarga Sumantri, S.Pd, M.Si dan Hj. Sri Hartiningsih, yang telah banyak
memberikan dukungan demi kelan~aran studi serta Anne, Enstin, Roma,
(Akbar), Indah dan Hussein.
7. Rekan-rekan mahasiswa PS-PSL Angkatan 2004 dan 2005, yang telah banyak memberikan dukungan dan perhatian yang sangat berarti dan teman-teman
lainnya yang tidak bisa di sebutkan satu persatu,
8. Keluarga Abdul Fuad Abdul Mutalib, ST (Sadute dan Ka Ida), keluarga
Ahwan Hi, Abud, ST, Kanda Muis, ST dan Nasrun Konoras, ST, keluarga Om
Tam, SE, serta Bapak-Ibu di Sekretariat Kabupaten, BAPPEDA, ESDM, BPS
dan lainnya di Kabupaten Halmahera .Timu dan Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Maluku Utara yang tidak bisa disebut satu per satu baik yang di
Maba maupun Temate.
9. Sahabat seperjuangan di Pondok
Ciss,
Asrama Halbar dan Asrama Kampung Kodok (basecampD
' Gamalama) serta Asrama Gugasari, yang telah banyakmemberikan dukungan dan semangat baik suka maupun duka.
10. Semua pihak di PS-PSL dan PS lainnya, yang telah banyak membantu dalam
penyelesaian penelitian dan penulisan tesis ini.
Penulis berharap, semoga penelitian ini dapat berguna bagi kemajuan ilmu
pengetahuan dan bermanfaat bagi semua pihak, khususnya kepada penulis pribadi
kiranya dapat menjadi bekal setelah menyelesaikan studi nantinya.
Bogor, September 2008
DAFTAR IS1
Teks Halaman
DAFTAR TABEL
...
vi...
...
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR TABEL LAMPIRAN
...
x
DAFTAR GAMBAR LAPIRAN
...
xvBAB I
.
PENDAHULUAN...
1.1. Latar Belakang...
1.2. Kerangka Pemikiran...
1.3. Perumusan Masalah...
1.4. Tujuan Penelitian...
1.5. Manfaat Penelitian...
...
.
BAB I1 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sumberdaya Lahan dan Lanskap
...
...
2.2. Karateristik Lahan Pasca Penambangan
2.2.1. Kondisi Fisik Tanah
...
2.2.2. Kondisi Kimia Tanah...
2.2.3. Kondisi Biologi Tanah...
2.3. Tahap Persiapan Penambangan...
2.3.1
.
Perintisan (Pioneering)...
2.3.2. Pembabatan (Clearing)...
...
2.3.3. Pengupasan Tanah Penutup (Stripping)
2.3.4. Pembuatan Jenjang (Bench)
...
2.4. Reklamasi Lahan Pasca Penambangan...
2.5. Strategi...
2.6. Kebijakan...
2.8. Penyelenggaraan Pemerintah Yang Baik Terhadap 29 Lingkungan Hidup
...
...
2.9. Prinsip Good Environmental Governance (GEG) 30
...
2.10. Pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) 32BAB I11 METODOLOGI PENELITIAN
.
...
36...
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 36...
3.2. Bahan dan Peralatan 36...
3.3. Jenis dan Sumber Data 36...
3.4. Metode Pengumpulan Data 39...
3.5. Analisis Data 41 3.6. Analisis Kebijakan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan...
43BAB IV
.
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN...
464.1. Letak Geografi dan Administrasi
...
464.2. Klimatologi
...
49...
4.3. Topografi 52...
4.4. Jenis Tanah 52 4.5. Potensi Sumberdaya Mineral dan Migas...
534.6. Sosial
...
...
4.6.1.
Tingkat Kependudukan 4.6.2. Tingkat Pendidikan...
...
4.6.3. Tingkat Sosial...
4.7. AspekEkonomi...
4.8. Aspek Transportasi Wilayah 4.9. Aspek Sarana dan Prasarana Wilayah...
4.9.1. Sarana Wilayah...
4.9.2. Prasarana Wilayah...
4.10. Luas Penggunaan Lahan...
4.1 1.
Kondisi Degradasi Akibat Kegiatan Penarnbangan PT . Aneka Tambang Tbk di Tanjung Buli...
4.1 1.1. Ekologi...
4.1 1.2. Ekonomi...
...
4.1 1.3. Sosial...
4.1 1.4. Kelembagaan 81 4.12. Pengelolaan Lingkungan Lahan Pasca Penambangan PT.
Aneka Tambang Tbk di Tanjung Buli...
884.12.1. Pengelolaan Kemajuan Penambangan dan Penimbunan Overburden
...
924.12.3. Biaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan
...
4.1 2.4. Reklamasi Lahan...
4.12.5. Program Pengembangan Masyarakat Oleh PT.
AnekaTambang Tbk
...
BAB V
.
HASIL DAN PEMBAHASAN...
Arahan Strategi Kebijakan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan PT
.
Aneka Tarnbang Tbk Unit Bisnis Pertarnbangan Nikel Daerah Operasi Maluku Utara...
5.1.1. Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Stakeholders Pengelolaan Reklarnasi Lahan Pasca Penambangan PT.
Aneka Tambang Tbk...
5.1.2. Hasil Analytical Hierarchy Process(AHP)
Prioritas AspekTerhadap Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan PT
.
Aneka Tambang Tbk...
5.1.3. Hasil Analytical Hierarchy Process(AHP)
Prioritas Aspek Terhadap Alternatif Kebijakan Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan PT.
Aneka Tambang Tbk...
5.2. Pembahasan Umum...
BAB VI
.
KESIMPULAN DAN SARAN...
6.1. Kesimpulan...
6.2. Saran...
DAFTAR PUSTAKA
...
...
DAFTAR TABEL
Halaman
Sifat Fisik Tanah di Lokasi Penambangan Nikel Tanjung Buli ... 13
...
Jenis Informasi dan Bentuk Kebijakan 24
Skala Banding Secara Berpasangan dalam AHP ... 35 Uraian Parameter. Data. Kondisi Lahan Pasca Penambangan
...
dan Implikasi 37
...
Pengambilan Responden 39
Data Curah Hujan dan Hari Hujan Tahun 200 1-2007 Kabupaten
...
Halmahera Timur 50
Data Iklim Tahun 2002-2007 Kabupaten Halmahera Timur ... 5 1
...
Distribusi Jenis Tanah Dominan Menurut Kecamatan 52
Struktur Kependudukan Menurut Tingkat Pendidikan
...
di Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2004 57
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Halmahera ~ i m u r ' ~ t a s Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2000-2006 (Juta Rupiah) ... 60
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Halmahera Timur Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2000-2006 (Juta Rupiah) ... 60
Penggunaan Lahan s.d Triwulan I Tahun 2007 Tambang
Tanjung Buli ... 67
Luas dan Jumlah Overburden Triwulan I Tahun 2007 Tambang
Tanjung Buli ... 68 Kondisi dan Cuaca pada Saat Pelaksanaan Pengambilan Smrqde
atau Contoh Air Laut Tambang Tanjung Buli pada Februari 2007 .... 70
Pemantauan Kualitas Air Laut Tambang Tanjung Buli ... 71
Fasilitas Pengendalian Sedimen dan Erosi ... 73
Jumlah Areal Penebangan Kayu Kabupaten Halmahera Timur ...
Tahun 2005 79
Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Halmahera Timur ...
Tahun 2000-2006 80
Peraturan-Peraturan yang Berkaitan dengan Pertambangan ... 83
Uraian Dampak Ekologi. Ekonomi. Sosial dan Kelembagaan
Kegiatan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan PT . Aneka
...
Tambang Tbk
Jurnlah Overburden Triwulan I Tahun 2007 Tambang Tanjung Buli .... Lirnbah Oli Bekas Tambang Tanjung Buli Triwulan I Tahun 2007 ...
Biaya Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Tambang Tanjung Buli Triwulan I Tahun 2007 ...
Realisasi Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Sampai dengan Triwulan I Tahun 2007 Tambang Tanjung Buli ... Jumlah dan Jenis Tanaman Reklamasi Sampai dengan Triwulan I Tahun 2007 Tambang Tanjung Buli ...
Pemantauan Keberhasilan Reklamasi Sampai dengan Triwulan I Tahun 2007 Tambang Tanjung Buli ...
Community Development dan Rincian Realisasi Bina Lingkungan Triwulan I-IV Tahun 2006 ...
Nilai Prioritas Kelompok Stakeholders ...
Peran dan Fungsi Stakeholders ...
Nilai Prioritas Aspek ...
Nilai Prioritas Alternatif Kebijakan ...
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Kerangka Pemikiran Penelitian
...
5Penetapan Kebijakan yang Ideal dan Proses Implementasi
...
(Rees. 1950) 20....
Variasi Analisis Kebijakan (Gordon et aZ.. 1997 dalam Parson, 2005) 22 Analisis Kebijakan yang Berorientasi pada Masalah @unn, 2003)....
25Struktur Hierarki Perurnusan Strategi Kebijakan
...
44Tahapan Penelitian
...
45Peta Adrninistrasi Kabupaten Halmahera Timur
...
48Intensitas Curah Hujan Tahun 2001 -2007 Kabupaten Halmahera Timur
...
49Peta Potensi Mineral dan Pertarnbangan Kabupaten Halmahera Timur
...
55Jumlah Penduduk Kabupat.en Halmahera Timur dirinci per Kecamatan Tahun 2001 -2004
...
56Jumlah Tempat Peribadatan Kabupaten Halmahera Timur dirici per Kecamatan Tahun 2004
...
64Peta Rencana Penyebaran Fasilitas Sarana Wilayah Tahun 66 2005 dan 20 15 Kabupaten Halmahera Timur
...
Kondisi Tanah di Lokasi Penambangan Tanjung Buli...
69Dampak Aktifitas Penambangan
...
73Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada Sektor Pertanian. Pertambangan dan Penggalian serta Pengangkutan dan Komunikasi
...
74Produksi Ikan Kabupaten Halmahera Timur Tahun 2004
...
77Persentase Peningkatan Kegiatan Sosial. Hiburan dan Rekreasi. Perorangan untuk RT dm Sewa Bagunan Tahun 200 1-2006
...
81Jumlah Pegawai PEMDA Kabupaten Halmahera Timur Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2000-2006
...
86Realisasi Biaya Kesehatan Karyawan dan Masyamkat Tahun 2006
...
89Tempat Penampungan Oli dan Oli Bekas
...
95Realisasi Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Tanjung Buli
...
100...
Tingkat Pengangguran dan Upah Minimum Provinsi Tahun 2002-2006
...
Hasil Analisis Keterkaitan Antar Komponen Penentu Kebij akan
...
untuk Peningkatan Kualitas Lahan
Nilai Prioritas Kelompok Stakeholder
...
Matriks Evaluasi Peran PEMDA
...
...
Matriks Evaluasi Peran Perusahaan
Matriks Evaluasi Peran LSM
...
Matriks Evaluasi Peran Perguruan TinggiILembaga Penelitian...
Matriks Evaluasi Peran Masyarakat...
Nilai Prioritas Aspek
...
Nilai Prioritas Alternatif Kebijakan
...
DAFTAR TABEL LAMPIRAN
Halaman No.
1. Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Kepentingan Kelempok Stakeholders dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi
Lahan
Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk...
Hasil Analytical Hierarchy Process(AHP)
Pembobotan Kepentingan Kelempok Stakeholders dengan Aktor PEMDA dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan ReklamasiLahan
...
Pasca Penarnbangan Nikel PT. Aneka Tambang TbkHasil AnalMcal Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Kepentingan Kelempok Stakeholders dengan Aktor Perusahaan dalam
Ran&
Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan ReklamasiLahan
Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk...
Hasil Analytical Hierarchy Process.
(AHP) Pembobotan Kepentingan Kelempok Stakeholders dengan Aktor PTILP dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk...
Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Kepentingan Kelempok Stakeholders dengan Aktor LSM dalam
Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Kepenthgan Kelernpok Stakeholders dengan W r Masyarakat dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi
Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Alternatif Kepentingan dengan Aspek Ekologi oleh Kelempok StakeholdersPEMDA
dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk...
10. Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Alternatif Kepentingan dengan Aspek Sosial oleh Kelempok Stakeholders
PEMDA
dalarn Rangka Mencapai Tujuanuntuk
Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
1 1. Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Alternatif Kepentingan dengan Aspek Kelembagaan oleh Kelempok Stakeholders PEMDA dalam Rangka Mencapai Tujuan
untuk
Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel
...
PT. Aneka Tambang Tbk
12. Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Alternatif Kepentingan dengan Aspek Ekologi oleh Kelempok Stakeholders Perusahaan dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
13. Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Alternatif Kepentingan dengan Aspek Ekonomi oleh Kelempok Stakeholders Perusahaan dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
14. Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan ~lternatif Kepentingan dengan Aspek Sosial oleh Kelempok Stakeholders Perusahaan dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
15. Hasil Anal)tical Hierarchy Process
(AHP)
Pernbobotan Alternatif Kepentingan dengan Aspek Kelembagaan oleh Kelernpok Stakeholders Perusahaan dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk...
16. Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Alternatif Kepentingan dengan Aspek Ekologi oleh Kelempok Stakeholders PTILP dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk
Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
17. Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Alternatif Kepentingan dengan aspek Ekonomi oleh Kelempok Stakeholders PTILP dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
18. Hasil Analytical Hierarchy Process
(AHP)
Pembobotan A l M Kepentingan dengan Aspek Sosial oleh Kelempok Stakeholders PTLP dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan ReklamasiHasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Alternatif Kepentingan dengan Aspek Kelembagaan oleh Kelempok Stakeholders PTILP dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Alternatif Kepentingan dengan Aspek Ekologi oleh Kelempok Stakeholders LSM dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Alternatif Kepentingan dengan Aspek Ekonomi oleh Kelempok Stakeholders LSM dalarn Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Alternatif Kepentingan dengan Aspek Sosial oleh Kelempok Stakeholders LSM dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Alternatif Kepentingan dengan Aspek Kelembagaa oleh Kelempok Stakeholders LSM dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Altematif Kepentingan dengan aspek Ekologi oleh Kelempok Stakeholders Masyarakat dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Alternatif Kepentingan dengan Aspek Ekonomi oleh Kelempok Stakeholders Masyarakat dalam Rangka Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
Hasil Analyhcul Hierarchy Process (AHP) Pembobotan Altemd3
Kepentingan dengan Aspek Sosial oleh Kelempok Stakeholders Masyamkat dalam Rangka Men+ Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel
IT.
Aneka Tarnbang Tbk...
Hasil Amlyhd Hierarchy Process (AHP) Pembobotan A l M
28. Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Nilai Prioritas Kelempok Stakeholders dan Alternatif dalam Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Eahan Pasca Penambangan Nikel
PT. Aneka Tambang Tbk
...
183 29. Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Nilai PrioritasAspek dalam Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi
Lahan Pasca Penambangan Nikel PT. Aneka Tambang Tbk
...
184 30. Hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) Nilai PrioritasAlternatif Kebijakan dalam Mencapai Tujuan untuk Pengelolaan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Nikel
PT. Aneka Tambang Tbk
...
185 31 Peraturan-Peraturan yang Berkaitan dengan Reklamasi Lahan...
DAFTAR GAMBAR LAMPIRAN
No.
Peta Administrasi Kabupaten Halmahera Timur
... ...
Peta Batas Studi Penambangan
. .
..
.
.
. . . .
.
. .
...
Peta Lokasi Penambangan PT. Yudistira Burni Bhakti Epa- Tanjung Buli-Halmahera Timur...
Peta Rencana Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Tahun 2007-2001... .
. . .
. .
...
Tempat Persemaian Bibit Reklamasi...
Kegiatan Reklamasi Lahan Pasca Penambangan Triwulan I11
Tahun 2005
...
Kegiatan Reklarnasi Lahan Pasca Penambangan Triwulan IV Tahun 2006...
Kegiatitsui Reklamasi L h a n Pslsca Penmibangan Triwulari I Tahun 2007...
Pernasangan Turap dan Bronjong di Sekitar Lokasi Penambangan...
Tempat Pembuangan Sampah Organik dan Anorganik SekitarLokasi Penambangan
...
191 Tempat Penampungan Oli dan Oli Bekas Sekitar LokasiI. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat. Amanat UUD 1945 ini
merupakan landasan pembangunan pertambangan dan energi untuk memanfaatkan
potensi kekayaan sumberdaya dam mineral dan energi yang dimiliki secara
optimal dalam mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Surnberdaya alam mineral dan energi memiliki ciri-ciri khusus yang
memerlukan pendekatan sesuai dengan pengembangannya. Ciri khusus sektor
pertambangan yang perlu diperhatikan dalarn pembangunan pertarnbangan, antara lain sumberdaya alam pertambangan menempati sebaran ruang tertentu di dalam
bumi dan dasar laut, terdapat dalam jumlah terbatas dan pada umumnya tak
terbarukan. Pengusahaannya melibatkan investasi clan kegiatan sarat risiko, yang
seringkali hams padat modal dan teknologi. Proses penambangan memiliki
potensi daya ubah lingkungan yang tinggi. Hasil tambang mineral dan energi
mempunyai h g s i ganda, terutama sebagai sumber bahan baku industri dan
energi, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Usaha pertambangan
mampu berperan sebagai penggerak mula dan ujung tombak pembangunan
daerah, di samping perannya dalam memenuhi hajat hidup masyarakat luas.
Potensi bijih nikel di Indonesia sudah diketahui sejak lama. Indonesia dikenal
sebagai negara yang memiliki kandungan bahan tambang yang besar, baik yang
telah maupun yang belum ditambang. Pasar nikel dunia tetap kuat pada Tahun
1990, dimana permintaan nikel dunia semakin meningkat terutama negara-negara
Eropa dan Asia yang ditaksir berjumlah 370 juta ton.
Menurut Wahju dan Slamet (1992) pada saat ini kegiatan penambangan,
pengolahan dan pemurnian nikel dilakukan oleh sekitar 45 perusahaan yang
berbeda, berada di 28 negara, termasuk tujuh negara komunis. INCO Limited
memperkirakan bahwa produk nikel pasar bebas di Tahun 1990 sebesar
1,25 milyar ton dan ekspor negara-negara komunis kepasar bebas sebesar
200 juta ton. Jumlah 1,45 milyar ton ini kurang lebih sama dengan permintaan
Dunia pertambangan sering dianggap sebagai perusakan alam dan lingkungan,
oleh karena itu negara dengan cadangan tambang yang cukup besar seperti
Indonesia sudah hams memiliki pedoman standar lingkungan pertambangan.
Provinsi Maluku Utara dikenal dengan daerah penghasil nikel. Unit Bisnis
Pertambangan Nikel (UBPN) Daerah Operasi Maluku Utara adalah salah satu unit
produksi PT. Aneka Tambang Tbk, yang pekerjaan penambangan dilaksanakan
90% oleh kontraktor, sedangkan pengawasannya di bawah UBPN Daerah Operasi
Maluku Utara. Ada 3 (tiga) daerah penambangan yaitu :
1. Pulau Gee dilaksanakan oleh PT. Minerina Bakti.
2. Tanjung Buli dilaksanakan oleh PT. Yudistira Bumi Bhakti. 3. Momopo yang dilaksanakan oleh PT. Minerina Bakti.
Endapan bijih nikel yang terdapat di Tanjung Buli ini termasuk jenis endapan
bijih Nikel "laterit" yang terbentuk dari hasil pelapukan (Laterisasi) batuan
Ultrabasa Peridotit. Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Yudistira
Bumi Bhakti adalah sistem tambang terbuka (Open Cut Mining) dengan membuat
jenjang (Bench) sehingga terbentuk lokasi penambangan yang sesuai dengan
kebutuhan penambangan. Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat
jenjang serta membuang dan menimbun kembali lapisan penutup dengan cara
back filling dan dengan sifat selective mining yang diterapkan per blok
penambangan serta menyesuaikan kondisi penyebaran bijih nikel.
Bijih yang akan ditambang ditetapkan berdasarkan cut of grade 1,2% nikel,
Suhala et al. (1995). Kegiatan penambangan yang dilakukan di perwahaan
ini
terdiri dari : pembabatan (Clearing), pengupasan Overburden (Top Soil dan Limonit), penggalian clan pengangkutan (Saprolit) dan pembuatan jenjang (bench).
Ekstraksi bahan mineral dengan sistem tambang terbuka sering menyebabkan
terpotongnya puncak bukit dan menimbulkan lubang yang besar. Seperti halnya
pada tambang nikel, bila tidak dilakukan reklamasi lahan pasca penambangan
maka akan menghasilkan relief morfologi yang ekstrim, berupa bukit atau
gundukan dan cekungan-cekungan besar. Pada waktu musim hujan, cekungan
besar tersebut berubah menjadi danau. Dampak negatif pasca penambangan nikel
terhadap kondisi fisik permukaan burni seperti tersebut bertolak belakang dengan
Sumberdaya mineral yang ada di Indonesia saat ini merupakan sumber
pendapatan negara dan dapat mengalahkan sektor ekonomi di tingkat masyarakat
dan keberadaannya lebih banyak di kawasan hutan. Hutan dan sumberdaya alam
lain seperti tanah dan sumber-sumber air semestinya tidak boleh rusak selarna
pasca penambangan. Sandy (1 982), keinginan untuk menggalakkan kehidupan ekonomi yang dinamis demi kehidupan masyarakat umurn, tidak berarti
dibolehkan mengorbankan kelestarian lingkungan. Dalam kenyataannya, aktivitas
sektor-sektor pertambangan di beberapa tempat atau lokasi sering mendatangkan
masalah berupa penurunan kualitas lingkungan.
Menurut Lubis (1997), permasalahan degradasi kualitas lingkungan yang disebabkan oleh pertambangan, termasuk masalah melakukan reklamasi lahan
pasca penambangan sudah menjadi isu nasional. Salah satu ha1 penting dalam
aktivitas industri penambangan nikel dengan sistem tambang terbuka di Indonesia
adalah bagaimana melakukan reklamasi lahan dan mengembalikan agar
kelestarian lingkungan tetap terjaga.
Perluasan daerah penambangan di beberapa daerah di bagian timur Pulau
Halmahera, maka luas wilayah yang akan mengalami gangguan dan
lingkungan yang tercemar karena adanya kegiatan penambangan yang
menghasilkan limbah dalam bentuk tailing atau limbah batuan akan
bertambah. Reklamasi lahan pasca penambangan merupakan kegiatan yang
diwajibkan oleh undang-undang. Pembangunan yang benvawasan lingkungan
dan berkelanjutan, reklamasi lahan pasca penambangan merupakan bagian
integral dari usaha pertambangan mutlak diperlukan.
Keberhasilan reklamasi sangat tergantung dari sistem kebijakan pemerintah, kesadaran manajemen, kemampuan perusahaan dan keterlibatan masyarakat.
Di lain pihak kemampuan perusahaan sangat tergantung pada banyak faktor,
antara lain mineral yang di gali, keadaan setempat, faktor lingkungan, kelayakan
ekonomis, serta tersedianya dana. Semua faktor tersebut merupakan faktor
perencanaan yang hams dituangkan ke dalam suatu konsep reklamasi yang jelas
dan dapat dilaksanakan. Implementasi konsep reklamasi ini memerlukan
kebijaksanaan dan program reklamasi tersendiri agar tujuan yang diinginkan oleh
1.2. Kerangka Pemikiran
Penambangan merupakan kegiatan yang diawali dengan eksplorasi dan diakhiri
dengan pemurnian. Ekstraksi mineral tersebut mengakibatkan penurunan kualitas
lingkungan dan lahan. Secara urnum tanah daerah penambangan memiliki fragrnen
batuan yang lebih banyak, bulk density dan porositas yang bervariasi, kapasitas
memegang air yang lebih rendah dibandingkan dengan tanah asli, sedangkan secara
kimia, tanah akibat penambangan merniliki pH yang relatif lebih masam, kandungan karbon dan nitrogen lebih rendah, kandungan basa-basa yang lebih
tinggi, tetapi kapasitas memegang unsur hara lebih rendah dibandingkan dengan tanah asli. Hal ini mengakibatkan tanah h a n g baik digunakan sebagai media
tumbuh tanaman dan tumbuhan, kecuali setelah melalui proses suksesi alarni yang
memerlukan waktu bertahun-tahun (Bradshaw, 1983 dalam Badri, 2004).
Logam berat yang berada di batuan sisa dan tailing juga berpotensi merusak
pertumbuhan tanaman d m mengakibatkan kontaminasi air permukaan maupun air
tanah. Selain itu, kegiatan penambangan dan pemrosesan melakukan transportasi,
penyimpanan dan penggunaan berbagai bahan berbahaya, seperti bahan bakar,
pelumas dan logam berat yang terkandung di dam. Jika bahan-bahan ini tidak
dikelola dengan baik, akan berpotensi mengkontaminasi tanah, air dan sedimen serta menyebabkan resiko yang terus menerus terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan. Untuk mengetahui kualitas lahan sekitar lokasi penambangan dapat
digunakan parameter berupa dampak penambangan pada tanah, air dan sedimen.
Dampak tersebut di atas memerlukan suatu arahan strategi kebijakan
reklamasi lahan pasca penambangan yang tepat. Selain itu perlu diingat bahwa
reklamasi lahan pasca penambangan merupakan kepentingan masyarakat banyak
sehingga tujuan reklamasi harus mengakomodir aspek ekologi, ekonomi, sosial
serta kelembagaan. Untuk mendapatkan skenario arahan strategi kebijakan
reklamasi lahan pasca penambangan nikel pada lahan konsesi PT. Aneka
Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel Daerah Operasi Maluku Utara
Kabupaten Halmahera Timur maka digunakan pendekatan Analytical Hierarchy
Process (AHP). AHP merupakan metode yang memodelkan permasalahan yang
tidak terstruktur seperti dalam bidang ekologi, ekonomi, sosial dan kelembagaan.
stakeholders yang berhubungan dengan permasalahan reklamasi lahan pasca
penambangan nikel, melalui suatu prosedur yang di desain untuk sampai pada
suatu skala preferensi diantara berbagai set alternatif sehingga diperoleh output
arahan strategi kebijakan reklamasi lahan pasca penarnbangan yang berkelanjutan.
Lahan Pasca Eksploitasi
P
Penurunan Kualitas LingkunganKualitas Lahan Rendah
c
-1
<
&
>
I
I
Pengelolaan Lahan Pasca Penambangan
b
Ekologi
"-"
a]
pJ==J
v
[image:27.568.80.485.77.732.2]Arahan Strategi Kebijakan ReMamasi Lahan Pasca Penambangan Yang Berkelanjutan
1.3. Perurnusan Masalah
Mekanisasi peralatan pada kegiatan penambangan telah menyebabkan skala
kegiatan penambangan semakin besar. Perkembangan teknologi pengelolaan
menyebabkan ekstraksi bijih nikel yang berkadar rendah menjadi lebih ekonomis
untuk di tambang, sehingga aktifitas penambangan menjadi semakin luas dan dalam
pada lapisan bumi yang harus di gali, ha1 ini menimbulkan dampak lingkungan
yang sangat besar. Seperti halnya aktivitas pertambangan lainnya di Indonesia,
pertambangan nikel di PT. Aneka Tambang Tbk yang dike rjakan oleh PT. Yudistira Burni Bhakti telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup seperti : (a) tanah menjadi miskin unsur hara, pH rendah, pemadatan, kemampuan tanah
menahan air rendah dan bakteri pengurai tidak ada, sehingga pertumbuhan tanaman
pun lambat dan (b) hilangnya vegetasi alami dan berubahnya ekosistem lingkungan
yang menyebabkan erosi, sedimentasi, run-ofdan perubahan iklim mikro.
Dampak lingkungan tersebut menimbulkan wacana yang mengarah kepada
perencanaan pencegahan degradasi sumberdaya lahan lebih lanjut.
Dua pcrtanyaan yang diperlukan untuk menjawab wacana tersebut adalah :
(a) bagaimana kondisi karakteristik lahan pasca penambangan setelah berakhirnia
masa penambangan dan (b) bagaimana arahan strategi kebijakan pengelolaan
lahan yang tepat untuk memulihkan kondisi tanah pasca penambangan?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah :
1 . Mengetahui kondisi ekologi, ekonomi, sosial dan kelembagaan pada daerah reklamasi lahan pasca penambangan.
2. Menentukan arahan strategi kebijakan reklamasi lahan pasca penambangan.
1.5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui formulasi yang tepat dalam
menetapkan arahan strategi kebijakan rekIamasi lahan pasca penambangan dan dapat dijadikan sebagai bahan pertirnbangan bagi semua stakeholders dalam pengelolaan
maupun pemanfaatan lahan pasca penambangan, sehingga akan tercapai pengelolaan
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sumberdaya Lahan dan Lanskap
Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia karena sumberdaya lahan diperlukan di setiap
kegiatan manusia. Pengelolaan sumberdaya lahan adalah segala tindakan atau
perlakuan yang diberikan pada sebidang lahan untuk menjaga dan mempertinggi
produktivitas lahan tersebut (Sitorus, 2004).
Terjadinya kerancuan penggunaan istilah lahan (land) dengan tanah (soil),
karena sering penggunaan istilah ini dianggap memiliki arti yang sama. Tanah
menurut Sitorus (2000) adalah suatu benda alami, bagian dari perrnukaan bumi
yang ditumbuhi oleh turnbuh-tumbuhan dan sebagai hasil kerja faktor iklim dan jasad hidup (organisme) terhadap bahan induk yang dipengaruhi oleh keadan
topografi dalam jangka waktu tertentu. Menurut Arsyad (2000) tanah adalah suatu
benda alami heterogen yang terdiri atas komponen-komponen padat, cair dan gas
dan mempunyai sifat serta perilaku yang dinamik. Benda alami ini terbentuk oleh
hasil kerja interaksi anatara iklim (i) dan jasad hidup (0) terhadap suatu benda
induk (b) yang dipengaruhi oleh relif tempatnya terbentuk (r) ditarnbah waktu (w)
yang dapat digambarkan dalam hubungan fungsi sebagai berikut :
T = f (i,o,b,r,w)
Dinyatakan pula bahwa ilmu tanah memandang tanah dari dua konsep utama,
yaitu :
1. Sebagai hasil hancuran bio-fisik-kimia.
2. Sebagai habitat tumbuh-turnbuhan.
Sebagai sumberdaya alam untuk pertanian, tanah mempunyai dua h g s i
utama yaitu :
1. Sebagai sumber unsur hara.
2. Sebagai matrik tempat akar tumbuhan be rjangkar dan air tanah tersimpan dan
tempat unsur-unsur hara dan air ditambahkan.
Requir (1977) dalam Arsyad (2000), menyatakan sumberdaya alam utama,
tanah dan air mudah mengalami kerusakan dan degradasi. Kerusakan tanah dapat
1. Kehilangan unsur hara dan bahan organik dari daerah perakaran.
2. Terkumpulnya garam didaerah perakaran (salinisasi), terkumpulnya atau terungkapnya unsur atau senyawa yang merupakan racun bagi tanaman.
3. Penjenuhan tanah oleh air (waterfogging).
4. Erosi.
Kerusakan tanah oleh satu atau lebih proses tersebut menyebabkan
berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman, turnbuhan atau menghasilkan barang dan jasa.
Menurut Jayadinata (1999) dalam Badri (2004), lahan (land) adalah
sumberdaya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, dimana
sumberdaya alam ini terdiri dari :
1. Sumberdaya yang abstrak, yaitu hal-ha1 yang tidak tampak tetapi dapat diukur
seperti lokasi, tapak, situasi, bentuk wilayah, jarak, waktu dan sebagainya.
2. Surnberdaya nyata yang terdiri atas :
a. Bentuk daratan (landform), yang merupakan pembicaraan dalam
geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari mengenai permukaan bumi.
b. Air yang terdiri atas air laut, air permukaan dan air tanah atau air dasar.
c. Iklim yang terdiri dari unsur-unsur temperatur, hujan, tekanan, angin, sinar
matahari, kelembaban, penguapan, awan dan sebagainya.
d. Tubuh tanah (soil) yaitu, batuan yang telah melapuk, yang merupakan
lapisan terluar dari kulit burni.
e. Vegetasi yaitu, tumbuh-turnbuhan yang asli dari suatu wilayah.
f. Hewan yang berguna bagi kehidupan manusia.
g. Mineral atau pelikan yaitu, barang tambang yang diperlukan dalam kegiatan
sosial ekonomi dan sering disebut sebagai kemakmuran.
Lahan (land) atau sumberdaya lahan (land resources) menurut Sitorus (2000)
adalah lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta
benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan tanah.
Dalam ha1 ini tanah juga mengandung pengertian ruang atau tempat. Sumberdaya
tanah merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup
Menurut Mintzberg (1997), lahan adalah hamparan di muka bumi berupa
suatu tembereng, (segment) sistem terestik yang merupakan suatu perpaduan
sejumlah sumberdaya dam dan binaan. Lahan juga merupakan wahana sejumlah
ekosistem. Lahan merupakan suatu wilayah (regional), yaitu suautu satuan
ruangan berupa suatu lingkungan hunian masyarakat manusia dan masyarakat
hayati yang lain. Menurut pengertian ekologi, lahan adalah habitat.
Penggunaan lahan (land use) adalah setiap bentuk campur tangan (interfensi)
manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, baik
material maupun spiritual (Sitorus, 2000). Dalam hal ini dapat berupa penggunaan
lahan utama atau penggunaan pertama dan kedua (apabila merupakan penggunaan
ganda) dari sebidang tanah, seperti tanah pertanian, tanah hutan, padang nunput
dan sebagainya. Jadi lebih merupakan tingkat pemanfaatan oleh masyarakat.
Pengelolaan sumberdaya lahan adalah segala tindakan atau perlakuan yang
diberikan pada sebidang tanah untuk menjaga dan mempertinggi produksi lahan tersebut (Sitorus, 2000).
Lanskap adalah gabungan fitur-fitur buatan dan damiah yang membentuk
karakteristik permukaan tanah, yang meliputi aspek spasial, tekstural,
komposisional dan dinamika tanah (Marsh, 1983). Irwan (1992), menyatakan
lanskap merupakan wajah dan karakter lahan atau panorama dengan segala
kehidupan apa saja yang ada didalamnya, baik yang bersifat alami, non alami atau
gabungan keduanya yang merupakan bagian total lingkungan hidup manusia
beserta makhluk hidup lainnya.
Motloch (1 993), menyatakan lanskap dalam definisi kontemporernya meliputi
daerah yang masih liar dan daerah yang terhuni. Daerah yang masih liar adalah
lanskap alarni dan daerah yang berpenghuni adalah lanskap buatan. Lanskap juga
berarti suatu keadaan pada suatu masa yang merupakan bagian ekspresi dan
pengaruh dari unsur-unsur ekologi, teknologi dan budaya.
Pada lahan pasca tambang terjadi perubahan kemampuan dari muka bumi,
sehingga secara estetika tanah pasca tambang tidak baik, baik dari segi kualitas
maupun kuantitasnya. Untuk itu perlu dilakukan sesuatu upaya reklamasi lahan
agar dapat meningkatkan kualitas lingkungan secara keseluruhan dan tanah dapat
2.2. Karakteristik Lahan Pasca Penambangan
Kegiatan pertambangan mempunyai karakteristik lahan yang khas
dibandingkan dengan karakteristik kegiatan lainnya, terutama menyangkut sifat,
jenis dan lokasinya. Kegiatan pertambangan melibatkan eksploitasi sumberdaya
alam yang tidak dapat diperbaharui dan sering ditemukan pada lokasi-lokasi yang
terpencil. Selain itu pembangunan membutuhkan investasi yang besar terutama
untuk membangun fasilitas infiastruktur. Karakeristik yang penting lainnya bahwa
jumlah cadangan sumberdaya dam tidak dapat diketahui dengan pasti, pasar dan
harga sumberdaya mineral menyebabkan industri pertambangan dioperasikan
pada tingkat resiko yang tinggi baik dari segi aspek fisik, perdagangan, sosial
ekonomi maupun aspek politik.
Kekurangan hara merupakan pembatas untuk pertumbuhan tanaman pada
lahan pasca tambang. Menurut Powel et al. (1977) dalam Badri (2004), fosfor (P)
tersedia sangat rendah untuk tanaman dan ini dapat diperbaiki dengan pemberian
56-1 12 kg pupuk P per hektar yang diberikan sebelum penanaman. Ketersediaan
hara N pada tanah g~suran tambang, umurnnya sangat rendah, walaupun pada
beberapa tempat memiliki jumlah N total yang relatif tinggi. Penambangan
mengakibatkan hara tanah terganggu sedangkan kelarutan unsur-unsur yang
meracun meningkat.
Kegiatan penambangan terdapat dua jenis yaitu (Sitorus, 2000) :
1. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining), meliputi tambang
terbuka, penambangan dalam jalur dan penambangan hidrolik.
2. Penambangan dalam (subsurfarce/ deep mining).
Kegiatan penambangan terbuka (open mining) dapat mengakibatkan gangguan
seperti :
1. Menimbulkan lubang besar pada tanah.
2. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan galian
yang dikembalikan kedalam lubang galian.
3. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stockjZiling dapat
mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah
4. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang yang
ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan beracun,
kurang bahan organik/humus atau unsur hara telah tercuci.
Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Aneka Tambang Tbk dan
yang dikerjakan oleh kontraktor PT. Yudistira Burni Bhakti adalah sistem tambang terbuka (Open Cut Mining) dengan membuat jenjang (Bench) sehingga
terbentuk lokasi penambangan yang sesuai dengan kebutuhan penambangan.
Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta membuang dan
menimbun kembali lapisan penutup dengan cara back Plling dan dengan sifat
selective mining yang diterapkan per blok penambangan serta menyesuaikan
kondisi penyebaran bijih nikel, (Suhala et al., 1995).
Setiadi (1 999), mendefinisikan revegetasi sebagai suatu usaha manusia untuk
memulihkan lahan kritis di luar kawasan hutan dengan maksud agar lahan tersebut
dapat kembali berfungsi secara normal, sedangkan Parotta (1993) dalam Latifa
(2000), menyatakan bahwa reklamasi dengan spesies-spesies pohon dan turnbuhan
bawah yang terpilih dapat memberikan peranan penting dalam mereklamasi hutan
tropika. Reklamasi dengan jenis-jenis lokal dan eksotik yang telah beradaptasi
dengan kondisi tempat tumbuh yang terdegradasi dapat memulihkan kondisi tanah
dengan menstabilkan tanah, penambahan bahan-bahan organik dan produksi
serasah yang dihasilkan sebagai mulsa untuk memperbaiki keseimbangan siklus
hara dalam tanah reklamasi.
Selanjunya Setiawan (1993) dalam Latifa (2000), mengemukakan syarat-
syarat tanaman penghijauan ataun reklamasi sebagai berikut :
1. Mempunyai fungsi penyelamatan tanah dan air dengan persyaratan turnbuh
yang sesuai dengan keadaan lokasi, baik iklim maupun tanahnya.
2. Mempunyai fungsi mereklamasi tanah.
3. Bernilai ekonomis baik dimasa yang akan datang dan disukai masyarakat.
4. Hasilnya dapat diperoleh dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Kendala dalam melakukan aktivitas reklamasi lahan pasca penambangan
adalah kondisi tanah yang marginal bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi ini secara
langsung akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Untuk mengatasi masalah
2.2.1. Kondisi Fisik Tanah
Berbagai aktivitas dalam kegiatan penambangan menyebabkan rusaknya
struktur, tekstur, porositas dan bulk density sebagai karakter fisik tanah yang
penting bagi perturnbuhan tanaman. Kondisi tanah yang kompak karena
pemadatan menyebabkan buruknya sistem tata air (water infiltration and
percolation) dan peredaran udara (aerasi) yang secara langsung dapat membawa
dampak negatif terhadap fungsi dan perkembangan akar. Akar tidak dapat berkembang dengan sempurna dan fungsinya sebagai alat absorpsi unsur hara
akan terganggu, akibatnya tanaman tidak dapat berkembang dengan normal.
Rusaknya struktur dan tekstur juga menyebabkan tanah tidak mampu untuk
menyimpan dan meresap air pada musim hujan, sehingga aliran air permukaan
(surface run ofl menjadi tinggi. Sebaliknya tanah menjadi padat dan keras pada
musim kering sehingga sangat berat untuk diolah yang secara tidak langsung
berdarnpak pada kebutuhan tenaga kerja.
2.2.2. Kondisi Kimia Tanah
Dalam profil tanah yang normal lapisan tanah atas merupakan surnber unsur-
unsur hara makro adalah unsur hara yang diperlukan dalarn jurnlah banyak seperti nitrogen, fosfor, kalium, kalsium dan belerang dan mikro yaitu mangan, boron,
tembaga, besi, zeng serta molibdenurn yang sangat esensial bagi pertumbuhan
tanaman (Soepardi, 1983). Selain itu juga berfungsi sebagai sumber bahan organik
untuk menyokong kehidupan mikroba.
Hilangnya lapisan tanah atas (top soil) yang proses pembentukannya memakan
waktu ratusan tahun (Bradshaw, 1983) dalam Badri (2004), dianggap sebagai
penyebab utarna buruknya tingkat kesuburan tanah pada lahan bekas
pertambangan. Kekahasan unsur hara esensial seperti nitrogen dan fosfor,
toksisitas mineral dan kemasaman tanah (pH yang rendah) merupakan kendala
urnum dan utama yang ditemui pada lahan pasca penambangan.
Lahan bekas tambang yang akan ditanami biasanya berupa carnpuran dari
berbagai bentuk bahan galian yang ditimbun satu sama lainnya secara tidak
beraturan dengan komposisi campurannya sangat berbeda satu tapak ke tapak
lainnya. Hal ini tentunya mengakibatkan sangat bervariasinya reaksi tanah (pH)
2.2.3. Kondisi Biologi Tanah
Hilangnya lapisan top soil dan serasah sebagai sumber karbon untuk
menyokong kehidupan mikroba potensial merupakan penyebab utama buruknya
kondisi populasi mikroba tanah. Hal ini secara tidak langsung akan sangat
mempengaruhi kehidupan tanaman yang tumbuh di permukaan tanah tersebut.
Keberadaan mikroba tanah potensial dapat memainkan peranan sangat penting
bagi perkembangan dan kelangsungan hidup tanaman. Aktivitasnya tidak saja
terbatas pada penyediaan unsur hara, tetapi juga aktif dalam dekomposisi serasah
dan bahkan dapat memperbaiki struktur tanah.
Sebaran tanah di areal penelitian, ditetapkan dengan mengacu pada studi
terdahulu yang pernah dilakukan (Dokumen AMDAL PT. Aneka Tambang Tbk,
2006). Klasifikasi tanah yang dilihat langsung dilapangan menggunakan sistem
klasifikasi (USDA 1977). Sebaran tanah pada areal penelitian terdiri dari 2 Ordo
tanah yaitu : Inceptisol dan Oksisol. Ordo tanah ini menurunkan tiga grieat group
masing-masing Dystropepts, Haplortox dan Akrothox. Sifat fisik tanah meliputi
struktur, tekstur, permeabilitas, berat volume dan porositas. Hasil 'pengukuran
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sifat fisik tanah di lokasi penambangan nikel Tanjung Buli
Dystropepts Haplortox Akrothox Parameter Satuan
1 2 3 1 2 1 2
Pasir (Sand) % 40 44 26 22 24 30 46
Lanau (Silt) % 40 40 42 36 32 44 36
Liat (Clay) YO 20 16 32 42 44 26 1,16
Ruang pori total %vol 64,5 69,l 58,l 52,8 53,6 58,4 4
Permeabilitas cmlj am 5,4 5,54 1,34 1,22 1,15 2,24 2,32
Sumber : Dokumen AMDAL PT. Aneka Tambang Tbk Unit Bisnis Pertambangan Nikel Daerah Operasi Maluku Utara, 2006
Berdasarkan Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa sifat fisik tanah di areal
penelitian bervariasi. Tekstur tanah yang merupakan perbandingan antara fiaksi
pasir, lanau dan liat menunjukkan variasi untuk masing-masing jenis tanah,
tersebut akan berpengaruh pada kemampuan tanah untuk menahan erosi. Menurut
Handayani (2002), agregat tanah terbentuk diawali dengan suatu mekanisme yang
menyatukan partikel-partikel primer (pasir, debu dan liat) membentuk gumpulan
atau kelompok dan dilanjutkan dengan adanya komponen yang bertindak sebagai
pengikat partikel-partikel tanah agar partikel-partikel tanah menjadi lebih kuat.
2.3. Tahap Persiapan Penambangan
Suhala et al. (1995), menyatakan ada beberapa tahap persiapan penambangan adalah kegiatan yang dilakukan sebelum penambangan yang mencakup :
2.3.1. Perintisan (Pioneering)
Perintisan (Pioneering) adalah kegiatan persiapan yang mencakup pembuatan
sarana jalan angkut dan penanganan sarana air drainase (saluran). Dalam
pembuatan jalan, lebar dan kemiringan jalan harus sesuai dengan yang
direncanakan sehinggga hambatan-hambatan dalam pengangkutan bijih (ore)
mineral dapat diatasi dan tingkat keamanan pengguna jalan lebih terjamin. Untuk
pembuatan jalan dapat dilakukan de~igan menggunakan bulldozer.
Permasalahan air tambang mencakup pembuatan saluran, sumuran dan kolam
penggendapan. Dimensi saluran, sumuran dan kolam penggendapan harus
disesuaikan dengan debit air yang ada, sehingga air tambang tidak langsung
mengalir ke air bebas yang dapat menimbulkan masalah lingkungan.
2.3.2. Pembabatan (Clearing)
Pembabatan (Clearing) adalah kegiatan atau pekerjaan pembersihan daerah
yang akan ditambang dari semak-semak, pohon-pohon kecil dan tanah maupun bongkahan-bongkahan yang menghalangi pekerjaan selajutnya. Peralatan yang
sering digunakan untuk kegiatan pembersihan tanah tarnbang adalah tenaga
manusia seperti gergaji, bulldozer, truk cungkil dan penggaruk (ripper).
2.3.3. Pengupasan Tanah Penutup (Stripping)
Pengupasan tanah penutup (Stripping) yang dilakukan pada lapisan tanah
penutup biasanya dilakukan bersama-sama dengan clearing dan menggunakan
bulldozer. Pekerjaan dimulai dari tempat yang lebih tinggi (puncak bukit) dan
tanah penutup didorong ke bawah kearah tempat yang lebih rendah sehingga alat
2.3.4. Pembuatan Jenjang (Bench)
Pembuatan bench kelompok blok dan dimensi dari pada endapan akan turut
mempengaruhi. Bagian lereng bukit yang akan dipotong pada waktu pembuatan
bench tersebut jika mempunyai kadar yang cukup untuk di tambang maka akan
diambil dan dianggap sebagai bijih produksi, akan tetapi jika kadarnya rendah
maka bagian tersebut didorong kesamping.
Untuk menentukan lokasi dan jumlah bench yang akan dibuat yaitu
berdasarkan pada tebal dan penyebaran dari pada endapan bijih dan diusahakan
agar alat-alat mekanis yang digunakan dapat bergerak dengan baik, serta
ketinggian bench maksimal4 meter.
2.4. Reklamasi Lahan Pasca Penambangan
KEPMEN Pertambangan dan Energi No. 12 1 1. W008/M.PE/ 1995 yang
dimaksud reklamasi adalah kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertarnbangan
um,um, agar dapat berfhgsi dan berdayaguna sesuai dengan peruntukkannya.
Menurut Suhartanto (2007), reklamasi lahan adalah suatu upaya pemanfaatan,
perbaikan dan peningkatan kesuburan lahan yang rusak secara alami maupun
pengaruh manusia melalui penerapan teknologi maupun pemberdayaan
masyarakat.
Tujuan akhir reklamasi lahan pasca penambangan adalah pilihan optimal dari
berbagai keadaan dan kepentingan. Selain itu perlu diingat bahwa reklamasi
merupakan kepentingan masyarakat banyak, sehingga tujuan reklamasi tidak
boleh hanya ditentukkan sendiri oleh perusahaan pertambangan yang
bersangkutan. Penetapan tujuan reklamasi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai
berikut :
a. Jenis mineral yang di tambang.
b. Sistem penambangan yang digunakan.
c. Keadaan lingkungan setempat.
d. Keadaan dan kebutuhan sosial-ekonomis masyarakat setempat.
e. Keekonomian investasi mineral.
Beberapa penelitian tentang reklamasi lahan pasca penambangan telah
dilakukan, baik oleh pihak perusahaan, civitas akademik, ilmuwan, stakeholder
dan LSM. PT. Kaltim Prima Coal, Tbk menjalankan pemantauan kondisi lingkungan ekstensif berdasarkan rangkaian tolak ukur (udara, air, geokimia
penutup) dan reklamasi dengan penanaman kembali lahan pasca penambangan
dengan menggunakan tanaman-tanamah hutan yang telah ada sebelwnnya.
Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI) 2004, pada lokasi
pasca penambangan yang berupa sumuran (pit) dapat dipilih beberapa metode
reklamasi sesuai dengan kondisi lapangan. Pertama dengan menimbun kembali
lokasi pasca penambangan dan selanjutnya dilakukan menyebaran tanah pucuk
sebagai media penanaman kembali. Kedua adalah dengan melandaikan lereng
pasca penambangan dan selanjutnya penyebaran tanah pucuk dilakukan di lereng
dan dengan demikian penanaman turnbuhan dilakukan di lereng pasca
penambangan. Hal inilah yang mendasari bahwa kemiringan lereng hams relative
landai agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Metode lainya adalah dengan
menjadikan pasca lokasi penambangan sebagai kolam untuk budidaya ikan. Metode penerapan reklamasi dengan penanaman kembali sangat bergantung pada
ketersediaan top soil, sedangkan metode yang membentuk kolam tergantung pada
kuallitas air (asam atau tidak, ada tidaknya zat-zat berbahaya atau logam berat).
Badri (2004), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa karakteristik tanah,
vegetasi dan air kolong pasca penambangan berbeda menurut sebaran umur
penambangan. Kombinasi pemberiaan pupuk kandang, inokulum mikoriza dan
tanaman lamtoro merupakan teknik reklamasi pasca penambangan terbaik.
Menurut penelitian Notohadiprawiro (2006), reklamasi lahan yang terkena
buangan tambang dan yang terkena wesh, tidak saja sulit akan tetapi juga sangat mahal dan memakan waktu lama. Diketahui bahwa turnbuhan air eceng gondok
dapat membersihkan badan air dari logam dan banyak pohon hutan (seperti
Betula spp dan Salix spp) marnpu hidup pada tanah dengan kandungan Pb dan Zn
2.5. Strategi
Menurut Mintzberg (1997), strategi adalah rencana jangka panjang dengan
diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang
umumnya adalah kemenangan. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki
ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat, walaupun pada
umumnya orang sering kali mencampuradukkan kedua kata tersebut. Contoh
berikut menggambarkan perbedaannya, strategi untuk memenangkan keseluruhan
kejuaraan dengan taktik untuk memenangkan satu pertandingan. Pada awalnya
kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja tetapi kemudian berkembang
ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi bisnis, olahraga (misalnya sepak
bola, tenis dan catur), ekonomi, pemasaran, perdagangan, industri, manajemen
strategi dan lain-lain.
Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan
saat ini tanpa menurunkan atau merusak kemampuan genemi mendatang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2002). Konsep
pernbangunan berkelanjutan secara garis besar memiliki empat dirnensi yaitu : ekologis, sosial ekonomi dan budaya, sosial politik serta hukum kelembagaan. Pembanguan berkelanjutan berhubungan erat dengan pemanfaatan sumberdaya
mineral secara berkesinambungan, industri pertambangan salah satu bentuknya.
Keberadaan i n d d pertarnbangan di daerah tidak hanya memberikan dampak positif, tetapi juga dampak negatif. Jika lahan pasca penambangan tidak di reklamasi maka lahan-lahan tersebut akan membentuk kubangan-kubangan yang besar dan hamparan tanah gersang yang bersifat masam. Disamping itu, kegiatan pertambangan
dapat memberikan perubahan terhadap budaya dan adat istiadat masyarakat lokal. Menurut Salim (2005), bahan tarnbang merupakan sumberdaya yang tidak
dapat diperbaharui, sehingga keberlanjutan pembangunan akan terhabat oleh susutnya sumberdaya tersebut. Oleh karena itu, orientasi hasil pertambangan dan
reklamasi pasca penambangan harus digunakan untuk diversifikasi kegiatan
ekonomi yang bertumpu pada sumberdaya alam yang diperbaharui. Bila bahan
tambang habis tersusut, sudah tersedia mesin-mesin penggerak pembangunan lain
yang berbasis sumberdaya alam yang diperbaharui, seperti pertanian, perkebunan,
Menepatkan berbagai strategi di bidang reklamasi, maka kelayakan biofisik
(biophyssical sustainability) dari reklamasi lahan pasca penambangan harus
diidentifikasi terlebih dahulu. Pendugaan kelayakan biofisik ini dilakukan dengan
cara mendefinisikan persyaratan biofisik (biophysic requirmet) setiap strategi
reklamasi, kemudian dipetakan atau dibandingkan dengan karakteristik biofisik
reklamasi pasca penambangan itu sendiri sehingga dengan cara ini akan dapat
ditentukan kesesuaian penggunaan setiap strategi. Apabila kelayakan biofisik
strategi ini dipetakan dengan infonnasi tentang perencanam perusahaan pertambangan, maka kertersediaan biofisik strategi dapat ditentukan sehingga
reklamasi akan terlaksana secara optimal. Penepatan strategi yang sesuai akan
menjamin keberhasilan teknik kegiatan reklamasi yang dimaksud dan secara
sosial budaya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Industri mineral memerlukan komitmen terhadap pengembangan sosial dan
ekonomi masyarakat tempat perusahaan beroperasi. Ini mencakup komitrnen untuk meminimalkan dampak negatif pertambangan pada masyarakat sekitar serta
mengkaji cara mepertahankan atau meningkatkan kesejahteraan dan keberlanjutan
sosial (social sustainability) pada masyarakat yang terkena dampak.
Program pengembangan masyarakat menyediakan sebuah mekanisme penting
sebagai sarana kontribusi perusahaan pertambangan terhadap keberlanjutan sosial
ini. Pengembangan masyarakat terutama berfokus pada peningkatan kekuatan dan
efektivitas masyarakat dalam menentukan dan mengelola masa depanya sendiri.
Pendirian operasi penambangan hampir selalu menghadirkan infrastruktur penting
ke lokasi tambang, masyarakat lokal dan wilayah lebih luas, yang dapat digunakan
sebagai bagian untuk peningkatan peluang pengembangan usaha.
2.6. Kebijakan
Kebijakan (policy) adalah suatu tindakan untuk mencapai tujuan tertentu, yang
dikaitkan dengan pertanyaan yang hams dijawab dan juga harus dihubungkan
dengan institusi atau lembaga yang diamati atau pelajari. Kebijakan merupakan
keputusan tetap yang dicirikan konsistensi dan pengulangan (repetitiveness)
perilaku untuk memecahkan persoalan yang ditetapkan tersebut (Jones, 1996). Oleh karena itu, kebijakan adalah bersifat dinamis dikarenakan konsistensi dan
Selanjutnya (Davis et al., 1993), menyebutkan bahwa kebijakan bukanlah
<