STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN
MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI (Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)
(Skripsi)
Oleh : Yenni Pamungkas
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN
PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI
(Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh
Yenni Pamungkas
Penelitian ini mengkaji tentang Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Antara Siswa Melalui Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Teams Achievement Division (STAD) dan Problem Based Instruction (PBI) dengan Memperhatikan Motivasi berprestasi Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Populasi penelitian berjumlah 271 orang siswa dengan jumlah sampel sebanyak 40 siswa. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik cluster random sampling. Teknik pengambilan data yaitu dengan observasi, dokumentasi, teknik tes dan non tes. Pengujian hipotesis menggunakan rumus analisis varians dua jalan dan t-test dua sampel independen. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh temuan sebagai berikut:
(1.) Fhitung 8,967> Ftabel 4,110 terdapat perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dibandingkan dengan yang pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif tipe Problem based instruction (PBI). (2.) thitung 2,279>ttabel 2,101 rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe StudentTeam Achievement Division (STAD) lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif tipe Problem based instruction (PBI) pada siswa yang
memiliki motivasi berprestasi rendah. (3.) thitung 2,031 <ttabel 2,101 rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan metode kooperatif tipe StudentTeam Achievement Division(STAD) lebih rendah dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan metode kooperatif tipe Problem based instruction (PBI) pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi.
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN
MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI (Studi Pada Sis
Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN
MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI (Studi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)
Oleh
YENNI PAMUNGKAS
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Ekonomi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2012
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DENGAN
MEMPERHATIKAN MOTIVASI BERPRESTASI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
Judul Skripsi :
Nama Mahasiswa
Nomor Pokok Mahasiswa
Program Studi
Jurusan
Fakultas
Pembimbing I,
Dr. Hi. Eddy Purnomo, M.Pd NIP 195303301983031001
Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si NIP 19560108198503
Judul Skripsi : STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI ANTARA SISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN PBI DENGAN
MEMPERHATIKAN MOTIVASI
BERPRESTASI PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/1012
: Yenni Pamungkas
ahasiswa : 0853031048
: Pendidikan Ekonomi
: Pendidikan IPS
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Pembimbing II
Hi. Eddy Purnomo, M.Pd Drs. Nurdin, M. Si
5303301983031001 NIP 196008171986031003
2. Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Pendidikan Ekonomi
Hi. Buchori Asyik, M.Si. Drs. Hi. Nurdin, M.Si.
NIP 195601081985031002 NIP 19600817
STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI ANTARA SISWA MELALUI
KOOPERATIF STAD DAN PBI DENGAN
MEMPERHATIKAN MOTIVASI
KELAS X SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN
Pembimbing II,
, M. Si. 196008171986031003
Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi,
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Hi. Eddy Purnomo, M.Pd ...
Sekertaris : Drs. Hi. Nurdin, M.Si. ...
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Tedi Rusman, M.Si. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 196003151985031003
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, adalah: 1. Nama : Yenni Pamungkas 2. NPM : 0853031048
3. Program Studi : Pendidikan Ekonomi
4. Jurusan/Fakultas : Pendidikan IPS/ FKIP Unila 5. Alamat : Jl. Beruang No. 29, Sukamenanti
Bandar Lampung Telp. 085768207937
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali disebutkan di dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Juni 2012
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kedaton, Bandar Lampung pada
tanggal 30 Juni 1990, anak ketiga dari tiga bersaudara
pasangan dari bapak Misgimin Ajib,SP dan ibu Setiani
Dewi.
Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 3 Gedong Air, Bandar Lampung diselesaikan
pada tahun 2002, kemudian Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Bandar
Lampung diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Atas Negeri 9 Bandar
Lampung diselesaikan pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi
Ekonomi melaui Jalur UM (Ujian Masuk) Mandiri.
Sebagai salah satu mata kuliah wajib, penulis dituntut untuk dapat
mengaplikasikan matakuliah teori yang didapat selama diperkuliahan. Penulis
telah mengikuti dan melaksanakan program-program wajib perkuliahan yang
1. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan Studi Banding dengan tujuan Solo –
Yogyakarta – Semarang – Bandung – Jakarta yang dilaksanakan pada
tanggal 23 Januari 2011 sampai 29 Januari 2011.
2. Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik yang telah dilaksanakan di Pekon
Fajar Bulan, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat selama
40 hari, terhitung tanggal 30 Juni 2011 sampai 11 Agustus 2011.
3. Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Waytenong Kab.
Lampung Barat. Program Pengalaman Lapangan (PPL) ini berintegrasi
dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sehingga waktu pelaksanaan
bersamaan selama 3 bulan, terhitung tanggal 11 Juli 2011 sampai 30
MOTTO
“Doa orangtua mempunyai kekuatan yang luar biasa”
*Nasihat Sahabat*
“Tidak ada suatu rezeki yang Allah berikan pada seorang hamba yang
lebih luas baginya daripada sabar”
*Al Hakim*
“Tidak ada ketenangan selain dengan kedekatan bersama Allah”
*Aa Gym*
“Why worry? If you’ve done the very best you can, worrying won’t make
it any better”
*Walt Disney*
“Stop complain, start to be praising whatever you have to”
*Nasehat Bisnis*
“Even it’s looks like busy going, please let’s make it easy going for the
result”
Persembahan
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa Yang Mahakasih dan Maha Penyayang atas kasih serta berkat-Mu yang selama ini telah Engkau
berikan kepadaku. Dengan segala cinta dan kasih kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang telah mencintaiku dan
berjasa dalam perjalanan hidupku di dunia ini:
Bapak tercinta Misgimin Ajib,Sp yang senantiasa mendoakan dan menyayangiku serta Ibu terkasih Setiani Dewi semoga karya kecil ini
dapat membahagiakanmu di surga.
Kakak-kakakku tersayang Dian Ayu, Anis Tira yang selalu menguatkanku dan mengajarkan aku untuk tidak mengenal kata
menyerah.
Para pendidikku (guru dan dosenku)
Atas bimbingan dan pengajarannya untuk menaklukan dunia dengan belajar.
Sahabat-sahabatku
Senantiasa menemani dikala suka dan duka serta memberikan pelangi dan hidupku.
Seseorang yang senantiasa memotivasi diriku untuk terus maju.
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: Studi
Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Antara Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division) dan PBI (Problem Based Instruction) Dengan Memperhatikan Motivasi Berprestasi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi,
bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila;
2. Bapak Dr. M. Thoha B. S. Jaya, M.S., selaku pembantu Dekan I FKIP Unila;
3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku pembantu Dekan II FKIP Unila;
4. Bapak Drs. Iskandarsyah, M.H., selaku pembantu Dekan III FKIP Unila;
5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M. Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Unila;
6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang sekaligus menjadi
Pembimbing II dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas
bimbingan, nasehat serta motivasi yang telah diberikan kepada penulis;
7. Bapak Dr. Hi. Eddy Purnomo, M.Pd., selaku Pembimbing I dan Pembimbing
Akademik yang telah memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam
meyelesaikan skripsi ini;
8. Bapak Drs. Tedi Rusman, M. Si., selaku penguji yang telah membantu
mengarahkan dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih kepada ilmu yang telah
diberikan kepada penulis;
10. Bapak Misgimin Ajib, Sp dan Ibu Setiani Dewi atas cinta kasih serta doa
yang selalu menyertaiku, yang senantiasa menyayangi dan mendoakanku
serta menantikan keberhasilanku;
11. Kakak-kakakku tercinta Mbak Dian dan mbak Anis terima kasih atas doa dan
semangat yang kalian berikan;
12. Kepala SMA Negeri 9 Bandar Lampung Drs. Hendro Suyono, Bapak Drs.
Kaderi selaku wakil kepala sekolah serta guru-guru dan staf administrasi
yang telah mengizinkan dan membantu dalam proses penelitian;
13. Untuk teman-teman seperjuangan ECOUTION 2008 Mandiri dan Reguler,
teman-teman sahabat-sahabatku (Troy, Mithul, Ika Bong, Selvina, Chintya,
Nuy, Desi A, Ony, Angga, Joko, Dini, Ela, Osie, Ika Ojek, mbak ima) terima
14. Teman-teman KKN Tematik 2008 Nuy, parto, emak, mbok de, agnes, kecil,
bintil, dadang serta teman-teman PPL Nuy, parto, emak, mbok de serta
murid-muridku di SMA Negeri 1 Waytenong;
15. Kakak tingkat 2006, 2007 yang telah memberikan masukan dan informasi
dalam penyelesaian skripsi ini serta adik tingkat angkatan 2009, 2010, dan
2011 semoga sukses untuk kalian;
16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan doa yang diberikan kepada
penulis mendapat balasan dari ALLAH SWT. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak. Amin.
Bandar Lampung, Juni 2012 Penulis,
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan maka dari itu proses pendidikan
tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan
bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sama halnya
dengan pendidikan yang mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan harus berjalan seirama dengan tuntutan zaman. Dengan pendidikan diharapkan
kemampuan, mutu pendidikan dan martabat manusia Indonesia dapat ditingkatkan sesuai
dengan perkembangan zaman yang terus-menerus memunculkan inovasi baru.
Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Proses pendidikan
selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, salah satunya adalah sekolah. Sekolah
merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin
maju masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda
sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakatnya.
Dalam pembelajaran terdapat berbagai macam metode pembelajaran yang bertujuan agar
pembelajaran dapat berjalan baik. Hal ini juga bertujuan untuk menciptakan pembelajaran
aktif serta memungkinkan timbulnya motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar
mengajar secara menyeluruh. Diharapkan dengan pemilihan metode mengajar yang tepat
dapat menimbulkan keaktifan dan semangat siswa dalam belajar sehingga pembelajaran bisa
di dalam kelas. Disinilah tugas seorang guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah
berperan, yaitu menyusun strategi dengan cara menata fungsi setiap komponen pengajaran
menjadi sistem pengajaran yang efektif dan efisien sehingga dicapai tujuan pendidikan yang
maksimal.
Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan dan wawancara dengan guru ekonomi di SMA
Negeri Bandar Lampung. Metode Langsung (ceramah yang disertai tanya jawab) masih
merupakan metode yang digunakan dan dipilih oleh para guru, termasuk dalam pembelajaran
ekonomi. Guru memberi penjelasan dan siswa mencatat disertai tanya jawab seperlunya
kemudian di lanjutkan dengan latihan soal atau tugas. Metode ini berpusat pada guru (teacher
centered). Guru seolah-olah menjadi satu-satunya sumber belajar di kelas sehingga keaktifan
siswa pun sangat kurang akibatnya selain nilai siswa belum mencapai KKM motivasi siswa
untuk lebih berprestasi juga kurang. Metode langsung banyak diterapkan karena dianggap
sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Namun, Siswa menjadi pasif dalam pembelajaran
karena hanya mendengar dan mencatat materi yang telah dijelaskan oleh guru. Proses
pembelajaran demikian membuat sebagian besar siswa kurang berminat dalam belajar
ekonomi, jika menerapkan metode langsung secara terus-menerus dapat menghambat bahkan
mematikan kreativitas siswa, yang kemudian berdampak pada rendahnya hasil belajar.
Pencapaian hasil belajar mata pelajaran ekonomi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Hasil Uji Blok Semester Ganjil Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.
Kelas Nilai JumlahSiswa Keterangan
X 1 sekolah adalah 75
Jumlah 162 109 271
Presentase
(%) 59,78 40,22 100
Sumber : Guru mata pelajaran ekonomi
SMA Negeri 9 Bandar Lampung menetapkan Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 75.
Berdasarkan data Tabel 1 di atas, terlihat bahwa hasil belajar mata pelajaran ekonomi
semester ganjil kurang baik. Hal ini terlihat jumlah siswa yang memperoleh nilai 75 ke atas
atau yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum sebesar 40,22%, berarti siswa yang
belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh guru sebesar
59,78%. Sehingga dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa kurang baik.Apabila bahan
pelajaran yang diajarkan 60%-75%nya dikuasai siswa maka presentasi keberhasilan siswa
pada mata pelajaran tersebut tergolong baik (Djamarah dan Zain, 2006: 106).
Sejalan dengan pemikiran di atas serta melihat hasil belajar yang belum optimal maka
diperlukan perubahan dalam proses pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang
aktif dan menyenangkan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar yang
seharusnya mulai diterapkan di sekolah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk
menciptakan proses pembelajaran tersebut adalah dengan mengubah metode pembelajaran
yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif telah
dilaksanakan secara kumpulan kecil supaya siswa dapat bekerjasama dalam kumpulan untuk
mempelajari isi materi pelajaran dengan berbagai keahlian sosial. Pembelajaran kooperatif
dapat menciptakan suasana belajar penuh dengan kerja sama dalam menyelesaikan
persoalan , diskusi, mencari informasi dari berbagai sumber dan masih banyak lagi kegiatan
positif lain yang dapat diterapkan sehingga suasana pembelajaran sesuai dengan prinsip
pembelajaran saat ini yaitu pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan .
Pembelajaran kooperatif menghadirkan suasana baru dalam proses pembelajaran mulai dari
penyampaian materi yang biasanya dominan dilakukan guru dirubah dengan melibatkan
peran siswa baik sebagai tugas kelompok maupun individu. Guru dalam pembelajaran
kooperatif lebih berperan sebagai fasilitator, menggerakkan siswa untuk menggali
informasi dari berbagai sumber sehingga wawasan yang diperoleh siswa lebih luas. Adanya
unsur-unsur permainan yang bermakna dalam proses pembelajaran dapat membuat siswa
merasa senang dan tidak jenuh. Perubahan-perubahan ini menimbulkan tantanganbaru
dalam proses pembelajaran yang dapat menyemangati siswa dalambelajar.
Metode pembelajaran kooperatif beragam jenisnya. Hal ini lebih memudahkan guru untuk
memilih tipe yang paling sesuai dengan pokok bahasan, tujuan pembelajaran, suasana kelas,
sarana yang dimiliki dan kondisi internal peserta didik seperti motivasi berprestasi. Motivasi
berprestasi merupakan suatu dorongan untuk berusaha unggul dibandingkan dengan lain.
Dengan adanya motivasi berprestasi tinggi siswa akan lebih bersemangat menghadapi
tantangan dalam proses belajar, lebih bertanggung jawab menyelesaikan tugas sekolah,
senang berkompetisi secara sehat dan sifat-sifat positif lainnya. Namun, pada kenyataannya
karena itu, dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif diharapkan motivasi siswa
yang berprestasi kurang akan meningkat setelah menerapkan cooperative learning dalam
kegiatan belajar mengajar di kelas.
Metode pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu STAD (Student Team Achievemen
Division) dan PBI (Problem Based Instruction).Melalui kedua metode tersebut diharapkan
dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapaat mencapai
indikator dari kompetensi dasar serta hasil belajar siswa dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan
Minial (KKM) yang ditetapkan sekolah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini mengambil judul “Studi
Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) Dan Problem Based
Instruction (PBI) Dengan Memperhatikan Motivasi Berprestasi”. (Studi Pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut.
1. Hasil belajar ekonomi masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari tidak tercapainya
kriteria ketuntasan belajar minimum.
2. Guru masih banyak menggunakan metode konvensional, guru menjelaskan siswa
memperhatikan, dan mencatat materi yang disampaikan guru.
3. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered).
5. Kurangnya motivasi siswa untuk mencapai prestasi yang lebih baik.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka
membatasipermasalahan penelitian ini pada hasil belajar ekonomi siswa yang diajar
menggunakan metode pembelajaran STAD (Student Team Achievement Division) dan
metode pembelajaranPBI (Problem Based Instruction) pada siswa kelas X semester genap di
SMA N 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011 dengan memperhatikan pengaruh
variabel moderator yaitu motivasi berprestasi. Pada pokok bahasan memahami kebijakan
pemerintah dalam bidang ekonomi dan pendapatan nasional.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi yang
diajar menggunakan metodepembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) dan siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe PBI (Problem Based Instruction) ?
2. Apakah rata-rata hasil belajar ekonomi yang diajar menggunakan metodepembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) lebih tinggi dibandingkan
yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe PBI (Problem Based
3. Apakah rata-rata hasil belajar ekonomi yang diajar menggunakan metodepembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) lebih rendah dibandingkan
yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe PBI (Problem Based
Instruction) pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Apakah terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi yang
diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) dan siswa yang diajar menggunakan metode pembelajaran
kooperatif tipe PBI (Problem Based Instruction) ?
2. Apakah hasil belajar ekonomi yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Team Achievement Division) lebih tinggi dibandingkan yang diajar
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe PBI (Problem Based Instruction)
pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah ?
3. Apakah hasil belajar ekonomi yang diajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Team Achievement Division) lebih rendah dibandingkan yang diajar
menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe PBI (Problem Based Instruction)
pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi?
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang menekankan pada
penerapan metode pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran ekonomi.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi guru dan calon guru mata pelajaranIPS
Terpadu tentang penggunaan metode pembelajaran kooperatif yang tepat.
b. Hasilpenelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti yang akan melakukan
penelitian yang relevan.
c. Dapat membantu siswa dalam penguasaan materi dan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
d. Sebagai sumber informasi bagi peneliti lain dalam bidang pembelajaran.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah metode pembelajaran kooperatif tipeSTAD (Student Teams
Achievment Division), metode pembelajaran kooperatif tipe PBI (Problem Based
Instruction), motivasi berprestasi dan hasil belajar ekonomi.
2. Subjek Penelitian
3. Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SMA 9 Bandar Lampung
4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2011
5. Ilmu Penelitian
II. TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang vital. Proses belajar dialami siswa ditandai dengan adanya perubahan. Menurut Oemar Hamalik (2004:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman artinya belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil dan tujuan. Menurut Djamarah dan Zain (2006:12) belajar merupakan proses perubahan perilaku berkat pengalamandan latihan artinya perubahan tingkah laku yang menyangkut
pengetahuan,keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:7) belajar merupakan
tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan,maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri, siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Belajar merupakan suatu proses yang terjadi pada diri setiap orang, proses belajar terjadi karena adanya interaksi. Menurut Soemanto, (2006: 104) belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia, dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang.
Dimyati dan Mudjiono(2006: 16) mengemukakan belajar dengan pendekatan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses-proses belajar,keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama dengan melakukan pengubahan diri terus-menerus.
5. Belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam proses belajar.
6. Belajar mengalami (eksperiental learning) dapat terjadi,bila siswa mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang untuk belajar kreatif,self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa evaluasi dari instruktur bersifat sekunder.
7. Belajar mengalami menurut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-sungguh.
Sardiman (2003: 21) mengemukakan bahwa “belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca,mengamati,mendengarkan,meniru dan lain sebagainya”.
Sedangkan menurut Slameto (2003:2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
Teori belajar kognitif konstruktivis pengembangan dari pembelajaran kooperatif. Hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu tentang penekanan pada hakikat
sosiokultural dari pembelajaran.Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Implikasi dari teori Vygotsky ini dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif.
Berdasarkan pendapat tersebutbelajar merupakan perubahan tingkah laku yang
menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Belajar juga dapat diartikan sebagai proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya atau suatu proses yang dilakukan seorang individu untuk mencapai suatu tujuan,yaitu hasil belajar.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatu hal yang dicapai dalam suatu usaha. Atau dengan kata lain,belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar merupakan usaha dalam perwujudan prestasi belajar siswa yang didapat pada nilai tes. Sedangkan menurut Hamalik (2004:27), mengatakan bahwa “belajar merupakan suatu proses,suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan, belajar bukan hanya mengingatakan tetapi lebih luas dari ituyaitu mengalami”.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:4) ”hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi belajar dan tindak mengajar, hasil belajar untuk sebagian adalah karena berkat tindak guru,pencapaian tujuan pembelajaran,pada bagian lain merupakan peningkatan kemampuan mental siswa”
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Slameto (2003), yaitu:
a. Faktor-faktor yang brsumber dari dalam diri manusia (intern)
Faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor biologis dan faktor psikologis. Faktor biologis antara lain usia,kematangan dan kesehatan, sedangkan faktor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.
b. Faktor yang bersumber dari luar manusia (ekstern)
Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan dan lingkungan fisik.
Salah satu faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar adalah metode pembelajaran. Istilah metode pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan prinsip pembelajaran. Karena setiap metode yang dipilih dan digunakan berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap pencapaian hasil yang diharapkan.
dijadikan pertimbangan untuk proses pembelajaran selanjutnya. Nilai yang diperoleh dari hasil tes tersebut disebut sebagai hasil belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya yang merupakan bagian dari interaksi proses belajar pembelajaran atau dapat dikatakan hasil yang diperoleh siswa melalui proses pembelajaran yang dapat
diwujudkan dengan nilai setelah mengikuti tes.
3. Pembelajaran Kooperatif
Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok.
Cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Metode pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan (Sanjaya 2006:239)
Menurut Slavin dalam (Solihatin dan Raharjo2008:4) cooperative learning adalah suatu metode pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang dengan struktur
Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri (Solihatin dan Raharjo2008:4)
Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi (Nurulhayati2002:25). Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam metode ini siswa memiliki tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan mereka dapat melakukannya seorang diri.
Menurut Slavin (2008:34) ada tiga teori dalam pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Teori motivasi
Teori motivasi ini pada dasarnya ada dalam konteks pemberian penghargaan kepada kelompok. Menurut teori motivasi,pemberian penghargaan kepada kelompok berdasarkan penampilan kelompok,akan menciptakan struktur penghargaan antar perorangan di dalam satu kelompok sedemikian sehingga anggota-anggota kelompok itu akan saling memberi penguatan social sebagai respon upaya-upaya yang
berorientasi pada tugas teman sekelompoknya. b. Teori kognitif
Terdapat dua kategori dalam teori kognitif yaitu teori perkembangan dan teori elaborasi kognitif.
c. Teori perkembangan
Teori ini berdasarkan pada teori kontruktivis Vygotsky yang menekankan pada sosialkultural dalam pembelajaran,yaitu interaksi social khususnya melalui dialog dan komunikasi verbal. Menurut Vygotsky interaksi sosial terlebih bahasa
bahwa jarak antara tingkat perkkembangan sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemmapuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerja sama dengan teman sejawat yang lebih mampu”.
Metode pembelajaran kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar konstruktivis, hal ini terlihat pada salah satu teori Vygotsky, yaitu penekanan pada hakikat sosial dari pembelajaran. Vigotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam diskusi atau kerjasama antar individu sebelum sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu.
Beberapa ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif adalah : a. Setiap anggota memiliki peran;
b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara peserta didik;
c. Setiap anggota kelompok bertanggungjawab atas belajarnya juga teman-teman-teman kelompoknya
d. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan (Carin dalam Durul 2011:27)
Keuntungan menggunakan pembelajaran kooperatif antara lain adalah : a. membiasakan supaya terampil dalam berpikir kritis;
b. meningkatkan hasil kelas;
c. metode menyesuaikan siswa dalam teknik problem solving; d. menampilkan pembelajaran sesuai dengan selera personal; e. memotivasi siswa dalam kurikulum tertentu;
f. membangun sistem pendukung social dalam diri siswa; g. membangun variasi pemahaman diantara siswa dan guru;
h. menetapkan lingkungan yang baik dalam memberi contoh dan menerapkan kerjasama;
i. membangun komunitas belajar; j. membangun kepercayaan diri siswa; k. menambah ketertarikan.
Manfaat-manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah, antara lain Linda Lundgren dalam Ibrahim(2000:18) adalah:
a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi; b. Memperbaiki kehadiran;
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar; d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil;
e. Konflik antar pribadi berkurang; f. Pemahaman yang lebih mendalam;
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi; h. Hasil belajar lebih tinggi.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa metode belajar cooperative learning merupakan suatu metode yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat,sehingga dengan bekerja bersama-sama di antara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi,produktivitas dan perolehan belajar.
4. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Pembelajaran kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok, karena belajar dalam metode kooperatif harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif di antara anggota kelompok. Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individual maupun secara kelompok.
presentasi kelas,kegiatan kelompok (belajar kelompok),tes individu,penentuan poin peningkatan individu dan poin perkembangan kelompok, serta pemberian penghargaan.
Slavin (2008 : 143) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memasilkan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.
Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD tidak berbeda jauh dengan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru. Guru tetap berperan dalam penyajian materi dan pengontrolan kelas sehingga siswa tidak dilepas begitu saja dan diharapkan mudah untuk beradaptasi. Dengan bekerja secara kelompok diharapkan siswa mampu menyelesaikan tugas pembelajaran yang diberikan. Adanya heterogenitas dalam kelompok serta pemberian penghargaan sebagai insentif keberhasilan individu beserta kelompok dapat menciptakan suasana belajar yang aktif yang selanjutnya dapat mendorong siswa meningkatkan usaha belajarnya.
Selanjutnya pembelajar kelompok tidak sama dengan pembelajaran kooperatif STAD, dalam pembelajaran kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman siswa kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.
1. Membentuk kelompok yang anggotanya sekitar 4-6 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi,jenis kelamin,suku,dll)
2. Guru menyajikan pelajaran
3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti
4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
5. Memberi evaluasi 6. Kesimpulan
Menurut Rachmadi (2006: 157-158) metode pembelajaran kooperatif tipe STADmemiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.
b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penelitian mengenai suatu masalah.
c. Mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. d. Memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan sebagai individu serta
kebutuhannya dalam belajar.
e. Siswa lebih aktif bergabung dengan teman mereka dalam pelajaran, mereka lebih aktif berpartisipasi dalam berdiskusi.
f. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar siswa, dimana mereka telah saling bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Kekurangan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:
a. Kerja sama kelompok seringkali hanya melibatkan kepada siswa yang mampu, sebab mereka cukup memimpin dan mengarahkan kepada mereka yang kurang mampu.
b. Strategi ini kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang berbeda pula.Keberhasilan strategi kelompok ini bergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau bekerja sendiri.
c. Keberhasilan strategi kelompok ini bergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau bekerja sendiri.
anggota 4-6 orang setiap kelompoknya untuk menyelesaikan tugas pembelajaran dikelas.
7. Pembelajaran Kooperatif Tipe PBI (Problem Based Instruction)
Istilah Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Instruction (PBI). Menurut Dewey (dalam Sudjana, 2001: 19) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan.
Pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif utnuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan, 2002: 123)
PBI (Problem Based Instruction) merupakan metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. Seperti halnya CL(Contextual Learning), metode ini juga fokus pada keaktifan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik tidak lagi diberikan materi belajar secara satu arah seperti pada metode pembelajaran konvensional. Dengan metode ini,diharapkan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan mereka secara mandiri. Dan adanya penerapan metode pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan pencapaian hasil belajar siswa dan dapat terjadi interaksi yang positif, serta pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kemampuan siswa.
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur;
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective); d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.sikap, dan
kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal utama;
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dari pembelajaran berbasis masalah;
g. Belajar adalah kolaboratif,komunikasi, dan kooperatif;
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; i. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar.
(Rusman, 2010: 45 )
PBI (Problem Based Instruction) merupakan metode pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru. PBI adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari
masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBI.
Sintak metode PBI (Problem Based Instruction) ada 5 fase, yaitu: a. fase 1: orientasi siswa pada masalah (Problem Introduction) b. fase 2: mengorganisasikan siswa untuk belajar
c. fase 3: membimbing penyelidikan individu maupun kelompok d. fase 4: mengembangkan dan menyajikan hasil kerja siswa
e. fase 5: menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah (Fauzi, 2009: 119)
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan.
2. Guru memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang telah dipilih.
3. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.) 4. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis dan pemecahan masalah
5. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
6. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. (Fauzi, 2009: 119)
Selanjutnyametodeproblem-based instruction adalah pembelajaran dimulai setelah terlebih dahulu siswa dikonfrontasikan dengan struktur masalah real, dengan cara ini siswa mengetahui mengapa mereka belajar, semua informasi mereka kumpulkan dari unit materi pelajaran yang mereka pelajari dengan tujuan untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Metode pembelajaran ini mengutamakan proses belajar dimana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Hal yang perlu mendapatkan perhatian dalam Metodeproblem-based instruction adalah memberikan siswa masalah yang berfungsi sebagai batu loncatan untuk proses inquiri dan penelitian. Di sini, guru mengajukan masalah, membimbing dan memberikan petunjuk minimal kepada siswa dalam memecahkan masalah.
Secara teori kelebihan dan kekurangan metode pembelajaran Problem Based Instruction adalah sebagai berikut :
Kebaikan pembelajaran berbasis masalah:
a. Siswa dilibatkan pada kegiatan belajar sehingga pengetahuannya benar-benar diserapnya dengan baik.
d. Realistic dengan kehidupan siswa e. konsep sesuai dengan kebutuhan siswa f. memupuk sifat inquri (menemukan) siswa g. retensi konsep jadi kuat
h. memupuk kemampuan Problem solving kelemahan pembelajaran berbasis masalah:
a. untuk siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat tercapai b. membutuhkan banyak dana dan waktu
c. tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan dengan metode ini d. persiapan pembelajaran (alat,problem,konsep) yang kompleks e. sulitnya mencari problem yang relevan
f. sering terjadi miss-konsepsi
g. kosumsi waktu (Fauzi, Hasan: 2009: 119-120)
8. Mata pelajaran ekonomi
Definisi ilmu ekonomi dari Wikipedia Indonesia, enslikopedia bebas berbahasa Indonesia dalam http//www.google.com/2009/01/02, ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian
menyebabkan timbulnya kelangkaan. Kata“ekonomi” sendiri berasal dari kata Yunani (oikos) yang berarti “keluarga,rumah tangga” dan (nomos), atau “peraturan,aturan,hukum” dan secara garis besar diartikan sebagai “aturan rumah tangga” atau “manajemen rumah tangga.” Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja.
yang banyak, bervariasi, dan berkembnag dengan sumber daya yang ada melalui kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi” (Depdiknas 2001).
Sedangkan menurut Winardi (1998:23) ekonomi merupakan tentang ilmu perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan
produksi,konsumsi,distribusi.
Menurut Suyanto dan Nurhadi (2004:4) menyimpulkan bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari bagaimana manusia berusaha mencapai
kemakmuran atau memenuhi kebutuhannya.
Mata pelajaran ekonomi mencakup perilaku ekonomi dan kesejahteraan yang berkaitan dengan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan kehidupan terdekat hingga
lingkungan terjauh, meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
1. Perekonomian 2. Ketergantungan
3. Spesialisasi dan pembagian kerja 4. Perkoperasian
5. Kewirausahaan 6. Akuntansi 7. Manajemen.
(http://tedjo21.files.wordpress.com/2009/09/68-ekonomi-sma.pdf)
Mata pelajaran ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat, dan Negara
3. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara
4. Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional. (http://tedjo21.files.wordpress.com/2009/09/68-ekonomi-sma.pd)
Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar ekonomi dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai oleh peserta didik dalam proses pembelajaran ekonomi yang ditunjukkan dengan nilai tes atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru. Artinya hasil belajar siswa terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah. Nilai tersebut terutama dilihat dari aspek kognitifnya, karena aspek ini sering dinilai oleh guru untuk mengetahui penguasaan pengetahuan yang dijadikan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa.
9. Motivasi Berprestasi
Motivasi menurut Sumadi Suryabrata (dalam djaali, 2008:101) adalah keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujaun. Sedangkan menurut Djaali (2008:101) motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan).
Menurut Koeswara dalam Dimyanto dan Mudjiono (2006:80) motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk motivasi belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang
Ada tiga komponen utama dalam motivasi yaitu (i) kebutuhan, (ii) dorongan, dan (iii) tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu, dalam hal ini tujuan yang ingin dicapai adalah hasil belajar yang baik. (Dimyanto dan Mudjiono,2006:80-81).
Motivasi erat kaitannya dengan suatu tujuan. Munculnya motivasi mempengaruhi adanya kegiatan untuk pencapaian suatu tujuan. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi menurut Sardiman (2007: 85)
1. Mendorong manusia untuk berbuat. 2. Menentukan arah perbuatan.
3. Menyeleksi perbuatan.
Membahas mengenai motivasi berprestasi perlu terlebih dahulu dipahami tentang motivasi itu sendiri. Motivasi adalah dorongan yang tumbuh dari dalam diri dan juga dari luar karena adanya kesadaran akan pentingnya sesuatu, karena adanya dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari, atau karena adanya dorongan dari
lingkungan seperti orang tua, guru, teman, dan anggota masyarakat (Dalyono, 2005: 57) untuk mencapai tujuan tertentu. Dorongan ini hidup pada diri seseorang dan setiap hari mengusik serta mengarahkan orang lain itu untuk melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang terkandung dalam dorongan itu sendiri (Prayitno dan Erman Amati. 2004: 155). Oleh karena itu, motivasi dapat kita saksikan keberadaannya (Sumadi Suryabrata, 2007:70).
(McClealland dalam Eka Dewi Fajariyanti, 2008:http://dee-
themeaningoflife.blogspot.com/2008/06/motivasi-berprestasi-dalam-sang-pemimpi.html).
McClelland (dalam Djaali, 2008:103) mengungkapkan bahwa motivasi berprestasi merupakan motivasi yang berhubungan dengan pencapaian beberapa standar kepandaian atau standar keahlian. Sementara Heckhausen (dalam Djaali, 2008:103) mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri siswa yang selalu berusaha atau berjuang untuk meningkatkan atau memelihara kemampuan yang setinggi mungkin dalam semua aktivitas dengan menggunakan standar keunggulan. Standar keunggulan terbagi atas tiga komponen, yaitu standar keunggulan tugas, standar keunggulan diri, dan standar keunggulan siswa lain. Standar keunggulan tugas adalah standar yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang pernah dicapai selama ini. Adapun standar keunggulan siswa lain adalah standar keunggulan yang berhubungan dengan pencapaian prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan prestasi yang dicapai siswa lain.
Menurut Johnson, Schwitzgebel dan Kalb (dalam Djaali, 2008: 109) individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Menyukai situasi atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas dasar untung-untungan,nasib,atau kebetulan.
2. Memilih tujuan yang realistis tetapi menantang dari tujuan yang terlalu mudah dicapai atau terlalu besar risikonya.
3. Mencari situasi atau pekerjaan dimana ia memperoleh umpan balik dengan segera dan nyata untuk menentukan baik atau tidaknya hasil pekerjaannya.
4. Senang bekerja sendiri dan bersaing untuk mengungguli orang lain.
5. Mampu menangguhkan pemuasaan keinginannya demi masa depan yang lebih baik. 6. Tidak tergugah untuk sekedar mendapatkan uang,status,atau keuntungan lainnya,ia
Motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Besar kecilnya pengaruh tersebut tergantung pada intensitasnya. Klausmeier (dalam Djaali: 2000: 142) menyatakan bahwa perbedaan dalam intensitas motivasi berprestasi (need to achieve) ditinjukan dalam berbagai tingkatan prestasi yang dicapai oleh berbagai individu.
Siswa yang motivasi berprestasinya tinggi hanya akan mencapai prestasi akademis yang tinggi apabila:
1. Rasa takutnya akan kegagalan lebih rendah daripada keingintahuannya untuk berhasil.
2. Tugas-tugas didalam kelas cukup memberikan tantangan, tidak terlalu mudah tapi juga tidak terlalu sukar, sehingga memberikan kesempatan untuk berhasil.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah daya penggerak atau dorongan untuk melakukan aktivitas dengan menentukan tindakan yang hendak dilakukan dalam belajar untuk mencapai kemampuan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran.
Motivasi berprestasi merupakan faktor penting yang ikut menentukan keberhasilan dalam belajar. Dengan motivasi berprestasi yang tinggi siswa akan semangat mengikuti proses pembelajaran dan tidak mudah menyerah bila menghadapi kesulitan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Tabel 2. Penelitian yang relevan
1 Renny Together (NHT) dan Student Achievment Division ( STAD) denganMemperhatikan Kemampuan Awal Siswa (Studi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009).
Ada perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar Akuntansi siswa yang pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) dan Student
AchievmentDivision ( STAD) dengan
Memperhatikan
Kemampuan Awal Siswa (Studi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009) dengan
perhitungan 8,167 > 4,042.Dengan rata-rata pada kelas eksperimen 82,62, dan rata-rata pada kelas kontrol 78,31 2 Sunni
wahyuni (2010)
Studi Perbandingan Hasil Belajar Ekonomi Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Tipe Jigsaw dan Tipe TPS Dengan
Memeperhatikan Motivasi Berprestasi Pada Siswa Kelas XI SMK N 1 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2009/2010. Universitas Lampung
Ada perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar ekonomi pada siswa yang memilki motivasi berprestasi tipe jigsaw dan TPS pada siswa kelas XI SMK N 1 Bandar Lampung TP 2009/2010 dengan perhitungan
3 Yuni Susanti
(2009) Studi Perbandingan Kecerdasan dan Hasil Belajar Ekonomi dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Number Head Together (NHT) (Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009).
Ada perbedaan yang signifikan rata-rata hasil belajar Ekonomi dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Number Head Together (NHT) (Studi Pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009) dengan
perhitungan
4,813 > 4,11. Dengan rata-rata pada kelas eksperimen 76,56, dan rata-rata pada kelas kontrol 67,34
C. Kerangka Pikir
Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran kooperatif, yaitu koooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dan kooperatif tipe PBI (Problem Based Instruction).
1. Terdapat Perbedaan Antara Hasil Belajar Ekonomi Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dibandingkan Tipe PBI
Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif. Abdulhak dalam Rusman
(2001:19-20) bahwa “pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses
antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama di antara peserta
belajar itu sendiri”. Menurut Sunni Wahyuni dalam skripsi (2010:29) bahwa metode
pembelajaran kooperatif terus dikembangkan karena melalui metode pembelajaran ini
kemampuan berfikir, mengeluarkan pendapat dan rasa percaya diri siswa dalam
mengerjakan soal dapat ditinggkatkan. pembelajaran ini berbeda dengan belajar kelompok
biasa, yang membedakannya adalah kelima unsur yang terdapat pada metode belajar
kelompok biasa.
Metode pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tipe, dua diantaranya adalah tipe
STAD(Student Team Achievement Division) dan PBI(Problem Based Instruction). Kedua
metode kooperatif ini memiliki langkah-langkah yang sedikit berbeda namun tetap dalam
satu jalur yaitu pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai
fasilitator.Metode pembelajaran kooperatif cocok diterapkan pada semua mata pelajaran.
Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada
melalui pilihan-pilihan, kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi.
Metode kooperatif tipe STAD, menurut Slavin (2007) metode STAD merupakan variasi
pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Dalam STAD, siswa dibagi menjadi
sukunya. Guru memberikan suatu pelajaran dan siswa-siswa di dalam kelompok
memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran. Siswa yang
dianggap lebih mampu mengerti diantara siswa lainnya akan menjelaskan hasil diskusi
kelompok tersebut. Sehingga siswa yang sebelumnya kurang jelas dengan pelajaran yang
di bahas, diharapkan dapat mengerti ketika temannya menjelaskan. Pada tahap akhir, pada
metode ini akan dilaksanakan evaluasi berupa kuis yang sesuai dengan materi yang
sebelumnya telah dibahas. Sehingga mau tidak mau siswa diharapkan untuk fokus dalam
pembelajaran karena pada saat akan diadakan kuis siswa-siswa tidak boleh saling
membantu satu sama lain agar hasil pembelajaran mencapai tujuan.
Metode kooperatif tipe PBI, menurut Dewey (dalam Sudjana,2001: 19) belajar
berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respons, merupakan
hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Dalam tipe PBI, setiap individu siswa
diharapkan untuk berfikir kreatif dalam pembelajaran yang berpusat dengan masalah,
siswa dituntut untuk bertanggung jawab terahadap proses pembelajaran mereka sendiri,
serta siswa aktif dengan proses bersama. Namun, aktivitas belajar dengan menggunakan
tipe PBI lebih sedikit daripada menggunakan tipe STAD. Hal ini dikarenakan pada tahap
akhir tipe STAD,akan diadakan pengulasan atau evaluasi belajar seperti pemberian kuis
untuk mengetahui sejauh mana penyerapan yang didapatkan oleh siswa. Beda halnya
dengan, menggunakan tipe PBI, pembelajaran yang berpusat dengan masalah dan diskusi,
tetapi pada akhir tidak ada evaluasi berupa kuis. Sehingga kelemahan untuk tipe PBI
sendiri terlihat ketika terdapat seseorang siswa yang malas, maka tujuan pembelajaran
pencapaian hasil belajar yang berbeda antara siswa yang pembelajarannya menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dan PBI.
2. Rata-rata hasil Belajar Ekonomi Melalui Pembelajaran Tipe STAD Lebih Tinggi Dibandingkan Tipe PBI Pada Siswa Dengan Motivasi Berprestasi Rendah
Slavin memaparkan bahwa,”Gagasan utama dibelakang STAD adalah memacu siswa
agar saling mendorong dan membantu sama lain untuk menguasai keterampilan yang
diajarkan guru”. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus
membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus
mendorong teman sekelompok mereka untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan
norma-norma bahwa belajar itu penting, berharga dan menyenangkan. Para siswa diberi
waktu untuk bekerja sama setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling
membantu ketika menjalani kuis, sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu
(tanggung jawab perseorangan). Sehingga bagi siswa yang motivasi berprestasi rendah, ia
dapat meningkatkan dorongan yang ada dirinya untuk lebih unggul .
Metode pembelajaran kooperatif tipe STAD, bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, siswa tidak dapat mengandalkan teman kelompoknya dikarenakan dengan metode pembelajaran ini siswa dituntut untuk memahami materi atau dipaksa harus bisa menguasai materi yang telah dibagi, dan harus dapat memberikan penjelasan atau kontribusi pada saat presentasi di depan kelas. Karena salah satu prinsip
Sedangkan siswa yang motivasi berprestasi tinggi merasa tidak harus mempersiapkan
dirinya secara matang karena ia menganggap dirinya telah mampu dan cukup untuk
berprestasi. Sedangkan pada pembelajaran tipe PBI, siswa yang motivasi berprestasi
rendah kurang termotivasi pada aktivitas belajar pada metode ini. Hal ini dikarenakan,
pembelajaran yang berpusat pada masalah, dan siswa harus dituntut untuk berfikir kritis.
Sedangkan pada umumnya siswa motivasi berprestasi rendah merupakan siswa yang
dapat dikategorikan malas, maka untuk diperlakukan metode PBI, diragukan akan
menimbulkan dorongan yang sangat signifikan untuk lebih unggul. Sehingga hasil belajar
siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah yang pembelajarannya menggunakan
kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan kooperatif tipe PBI.
Aktivitas belajar siswa yang memiliki motivasi rendah pada metode STAD lebih tinggi
karena ia menganggap dirinya belum mampu. Hal tersebut yang menjadi pemicu untuk
besungguh-sungguh dalam memahami materi yang ada. Jika siswa menginginkan
kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka untuk
bekerjasama dalam mempelajari pelajaran. Mereka harus mendorong teman sekelompok
mereka untuk melakukan yang terbaik, memperlihatkan norma-norma bahwa belajar itu
penting, berharga dan menyenangkan. Para siswa diberi waktu untuk bekerja sama
setelah pelajaran diberikan oleh guru, tetapi tidak saling membantu ketika menjalani kuis,
sehingga setiap siswa harus menguasai materi itu (tanggung jawab perseorangan).
Sehingga bagi siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, ia dapat meningkatkan
dorongan yang ada dirinya untuk lebih unggul ketika teman-temannya siap untuk
membantu untuk memahami materi pelajaran yang ia belum pahami. Dan dapat merasa
ketika kuis diadakan. Sedangkan pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi
selalu ingin unggul dan merasa tidak harus mempersiapkan dirinya secara matang karena
ia menganggap dirinya telah mampu. Selain itu, siswa yang memiliki motivasi berprestasi
tinggi belum tentu bisa bekerjasama dalam kelompok, karena ia telah terbiasa dengan
kemandiriannya untuk menyelesaikan dalam segala hal.
Aktivitas belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah pada metode PBI lebih
rendah. Hal ini dikarenakan, pembelajaran yang berpusat pada masalahdan setiap
individu harus dituntut untuk berfikir kritis. Dan pada dasarnya siswa yang memiliki
motivasi berprestasi rendah dapat dikategorikan anak yang malas. Maka untuk
diperlakukan metode PBI, diragukan akan menimbulkan dorongan yang sangat signifikan
untuk lebih unggul. Tetapi di sisi lain, siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah
telah terbiasa berkerjasama dalam kelompok sedangkan siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi belum tentu bisa bekerjasama dalam kelompok, karena ia telah terbiasa
dengan kemandiriannya untuk menyelesaikan dalam segala hal. Dapat disimpulkan
bahwa pada metode STAD siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan dapat
lebih memahami materi pelajaran secara mendalam karena akan dibantu oleh
teman-temannya yang merasa lebih unggul dari dirinya untuk memahami materi pelajaran dalam
belajar kelompok. Sedangkan pada metode PBI, setiap individu dituntut untuk berfikir
kritis dalam pemecahan masalah yang akan ditentukan dan interaksi antara siswa satu dan
siswa lainnya kurang. Hal ini dapat mengakibatkan perbedaan hasil belajar melalui
metode kooperatif tipe STAD lebih tinggi dibandingkan tipe PBI pada siswa dengan
3. Rata-rata hasil Belajar Ekonomi Melalui Pembelajaran Tipe STAD lebih rendah Dibandingkan Tipe PBI Pada Siswa Dengan Motivasi Berprestasi Tinggi
Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi pada pembelajaran kooperatif tipe
STAD merasa tidak harus mempersiapkan dirinya secara matang karena ia menganggap
dirinya telah mampu, sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah lebih
ingin memahami materi karena ia merasa bahwa dirinya belum bisa sehingga ia lebih
bersungguh-sungguh dalam belajar.
Menurut Johnson, Schwitzgebel dan Kalb (dalam Djaali, 2008:109) salah satu karakter
individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi memiliki karakter menyukai situasi
atau tugas yang menuntut tanggung jawab pribadi atas hasil-hasilnya dan bukan atas
dasar untung-untungan, nasib, atau kebetulan. Sehingga siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi pada pembelajaran kooperatif tipe PBI semakin baik pengetahuannya,
pemahaman terhadap pembelajaran yang berpusat pada masalah lebih cepat
dibandingkan yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Siswa yang memiliki motivasi
berprestasi rendah dapat mengandalkan temannya yang memilikimotivasi berprestasi
tinggi jika ia tidak mengetahui pemecahan masalah yang diangkat dalam pembelajaran
tipe PBI. Selain itu, topik pembelajaran yang ditentukan oleh guru membuat siswa yang
memiliki motivasi berprestasi rendah daya tangkap terhadap materinya kurang
dibandingkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi karena materi yang sedang
dipelajari belum tentu dimengerti olehnya. Hal ini dapat mengakibatkan perbedaan hasil
belajar, siswa motivasi berprestasi tinggi hasil belajarnya lebih baik yang menggunakan