• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JUMLAH DAN KEPATUHAN WAJIB PAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH JUMLAH DAN KEPATUHAN WAJIB PAJA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JUMLAH DAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

TERHADAP PENERIMAAN PAJAK DENGAN PEMODERASI

PENGHASILAN PAJAK PADA KANWIL DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

SUMSEL DAN KEPULAUAN BABEL

Firi Putra1), Maulan Irwadi2) 1

Program Studi Administrasi Niaga, Politeknik Anika firiputra@yahoo.co.id

2

Program Studi Akuntansi, Politeknik Anika Irwadi1@yahoo.co.id

Abstarct

This study aims to look at the effect of increasing the number of NPWP and compliance individual taxpayer to tax revenues by moderating income individual taxpayers. The object of research in the Regional Office of Directorate General of Taxation in South Sumatra and Bangka Belitung Islands. Data taken at 12 (twelve) Tax Office). This study uses regression where testing is done in two stages, before and after moderating variables, namely income individual taxpayers. Based on simultaneous test shows that the variation of the independent variables are jointly significant effect on the dependent variable or tax revenue Based on the partial test results showed a significant variable is the variable income (LnINC). And a significant moderating variable after the addition of NPWP who have income above PTKP. The test results of both these moderating variables no significant results are moderating to additional income tax id number, and based testing can be adjusted coefficient of determination R2 is increased after the moderating variable that is equal to 6.6% so it can be concluded that the moderating variables, namely the income tax strengthen personal relationships dependent and independent variables.

Keywords: Taxpayer, tax compliance, income and tax revenue

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pemerintah dengan program-program pembangunan saat ini berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendukung hal tersebut pemerintah telah membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Dalam APBN memuat informasi mengenai sumber pendapatan dan belanja negara untuk melaksanakan program-program pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sumber pendapatan negara dapat diperoleh dari penerimaan perpajakan maupun penerimaan bukan pajak.

Penambahan wajib pajak terdaftar tahun 2009 mencapai 5.229.477 wajib pajak, terdiri dari 5.053.587 Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), 126.413 WP badan, dan 49.477 WP bendahara. Penambahan jumlah wajib pajak yang cukup signifikan, khususnya WPOP, selain karena pelaksanaan ekstensifikasi pajak juga tidak terlepas dari keberhasilan program

Sunset Policy tahun 2008 yang diperpanjang sampai dengan 28 Februari 2009 serta berlakunya amandemen Undang-undang PPh mulai 1 Januari 2009 yang mengatur pembedaan perlakuan bagi wajib pajak yang memiliki NPWP dan yang tidak memiliki NPWP.

Penambahan jumlah wajib pajak tidak menjamin naiknya penerimaan negara dari sektor pajak karena juga tergantung dari kepatuhan wajib pajak untuk membayar dan melaporkan pajaknya. Kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) sangat menentukan besarnya penerimaan negara. Untuk itu perlu didukung suatu mekanisme yang mengatur kepatuhan wajib pajak.

(2)

dibandingkan daerah lain. Walaupun mengalami peningkatan dibandingkan dengan daerah lainnya kontribusi penerimaan pajak dari Sumsel dan Kepulauan Babel terhadap penerimaan nasional hanya sekitar 1% dari target penerimaan pajak nasional yaitu Rp 706 triliun (http://nasional.kontan.co.id). Sepanjang tahun, ada penambahan 124.234 wajib pajak baru. Lalu, 116.083 wajib pajak diantaranya adalah orang pribadi. Sisanya 7.230 wajib pajak badan dan 921 wajib pajak bendaharawan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut

rumusan masalah penelitian ini adalah

bagaimanakah

pengaruh

jumlah

dan

kepatuhan wajib pajak orang pribadi

terhadap

penerimaan

pajak

dengan

pemoderasi penghasilan pajak pada kanwil

direktorat jenderal

pajak

Sumsel dan

Kepulauan Babel.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penambahan dan kepatuhan wajib pajak orang pribadi terhadap penerimaan pajak pada Kanwil DJP Sumsel dan Kepulauan Babel.

2. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23A ditentukan bahwa “Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang”. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama (Waluyo, 2008: 2).

2.2 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 disebutkan Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

2.3 Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pasal 1 disebutkan Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk

melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Jenis Surat Pemberitahuan (SPT) menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ada dua, yaitu SPT Masa dan SPT Tahunan.

2.4 Pajak Penghasilan

Menurut Undang-undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

2.5 Kepatuhan Wajib Pajak

Sistem pemungutan pajak yang digunakan di Indonesia adalah self assesment system maka wajib pajak (WP) harus aktif memenuhi kewajiban perpajakannya mulai dari mendaftarkan diri, mengisi SPT dengan jujur, baik dan benar sampai dengan melunasi pajak terutang.

Wajib pajak dapat dikatakan patuh yang memenuhi kriteria tertentu sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003 tentang kriteria wajib pajak patuh, yaitu apabila WP tersebut dapat memenuhi dan melaksanakan kewajiban perpajakan. Kewajiban pajak tersebut antara lain berupa:

1. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT Tahunan dalam dua tahun terakhir.

2. Dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih dari tiga masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut.

3. SPT Masa yang terlambat sebagaimana dimaksud di atas telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa-masa pajak berikutnya.

2.6 Teori-teori yang mendukung pemungutan pajak

Teori-teori yang mendukung pemungutan pajak ( Resmi, 2005: 6-7), antara lain:

a. Teori Asuransi

(3)

keselamatan, dan keamanan jiwa juga harta bendanya.

b. Teori Kepentingan

Menurut teori ini negara memungut pajak karena negara melindungi kepentingan jiwa dan harta benda warganya. Teori ini memperhatikan pembagian beban pajak yang harus dipungut dari seluruh penduduk c. Teori Kewajiban Mutlak atau Teori Bakti

Teori ini berdasarkan atas paham

Organische Staatsleer, diajarkan bahwa justru karena sifat negara inilah maka timbulah hak mutlak untuk memungut pajak. Orang-orang tidaklah berdiri sendiri tetapi rnembentuk persekutuan dan persekutuan itu menjelma menjadi negara serta berhak atas satu dan lainnya.

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Djati (2004: 100) meneliti pengaruh pertambahan jumlah dan kepatuhan wajib pajak badan terhadap penerimaan pajak dengan hasil penelitian pertambahan jumlah wajib pajak, kepatuhan wajib pajak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pajak. Sedangkan untuk wajib pajak orang pribadi tidak signifikan.

Penelitian yang dilakukan Ainin (2008: 72) meneliti pelaksanaan ekstensifikasi pemberian NPWP orang pribadi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Tebet dengan hasil penelitian bahwa pelaksanaan ekstensifikasi belum efektif dan masih ada kendala dan didukung dengan masih kurangnya penerimaan pajak.

Penelitian yang dilakukan Agusti dan Herawati (2008: 18) meneliti pengaruh tingkat kepatuhan WP terhadap penerimaan pajak yang dimoderasi oleh pemeriksaan pajak pada KPP Pratama dengan varabel kontrol yaitu Penghasilan Kena Pajak (PKP), dengan hasil penelitian adalah terdapat pengaruh positif antara kepatuhan dan penerimaan pajak tetapi tidak terdapat pengaruh yang signifikan pemeriksaan pajak terhadap peningkatan penerimaan pajak.

Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut perbedaan penelitian peneliti dengan penelitian terdahulu (Agusti dan Herawati, 2008) adalah penulis lebih fokus kepada penerimaan pajak dari pajak penghasilan orang pribadi dengan menambahkan variabel bebas yaitu penambahan NPWP Orang pribadi dan penghasilan kena pajak sbagai variabel pemoderasi . Tahun yang diteliti penulis yaitu untuk tahun pajak 2006 sampai dengan 2009.

Data tahun 2006 digunakan sebagai data tahun dasar untuk menghitung rasio perubahan yang akan diteliti.

3. METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Objek penelitian adalah dua belas (12) Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama di wilayah Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data tersebut bersumber dari Kanwil DJP Sumatera Selatan dan Kepulauan Babel berupa data sekunder yaitu bersumber dari dua belas Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Data yang digunakan adalah data pajak tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Data tahun 2006 digunakan sebagai data tahun dasar untuk menghitung rasio perubahan yang akan diteliti. Skala rasio digunakan agar data homogen karena data variabel yang akan diteliti memiliki variasi range mulai dari puluhan sampai miliaran.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data panel yang merupakan kombinasi datatime seriesdancross section.

3.4 Definisi Operasional Variabel

3.4.1 Variabel Terikat (Dependen) : Penerimaan Pajak

Variabel terikat (Y) adalah peningkatan penerimaan pajak merupakan kenaikan jumlah penerimaan negara yang berasal dari sektor pajak jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang diukur dari selisih penerimaan PPh WPOP.

3.4.2 Variabel Bebas (Independen)

(4)

3.4.3 Variabel Pemoderasi (Moderating) Variabel moderating (Ghozali, 2007:163) adalah variabel independen yang akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen lainnya terhadap variabel dependen. Variabel pemoderasi (X4) pada penelitian ini adalah penghasilan pajak. Penghasilan yaitu penghasilan kena pajak (PKP) sebagai dasar besarnya pajak terutang. PKP selanjutnya akan digunakan sebagai dasar pengenaan pajak yang akan menentukan besar kecilnya jumlah PPh terutang.

3.4.4 Metode Analisis Data

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh ekstensifikasi dan intensifikasi pajak WPOP terhadap penerimaan pajak, dalam penelitian ini digunakan regresi berganda yang diuji dalam 2 (dua) tahap.

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pertambahan jumlah dan kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak, maka langkah-langkah yang akan dilakukan untuk melakukan analisis terhadap data adalah sebagai berikut:

1. Melakukan perhitungan terhadap jumlah penambahan NPWP Orang pribadi, jumlah SPT yang disampaikan WP Orang pribadi

ke KPP, dan Jumlah penghasilan WP orang pribadi.

2. Melakukan perumusan model penelitian. Model yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji interaksi atau Moderating Regression Analysis (MRA) dengan bantuan program SPSS 16.0. Menurut Ghozali (2007:163),

MRA merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau lebih variabel independen) dengan rumus persamaan sebagai berikut:

Y = a + B1X1+ b2X2+ b3X1X2+ e

Variabel perkalian antara X1 dan X2 merupakan variabel moderasi oleh karena menggambarkan pengaruh moderasi variabel X2terhadap hubungan X1 dan Y. Sedangkan variabel X1 dan X2 merupakan pengaruh langsung dari variabel X1dan X2terhadap Y. Model persamaan regresi yang digunakan dalam penelitian ini dengan pemeriksaan atau taxaud sebagai variabel moderasi adalah sebagai berikut :

Y = b0+ b1npwp + b2comp + b3inc + b5npwp.inc + b6comp.inc + e

Keterangan:

Y = Penerimaan Pajak b0 = Konstanta

npwp = Tambahan jumlah NPWP Orang pribadi comp = Tingkat Kepatuhan WP Orang pribadi inc = Penghasilan Kena Pajak

e = Standar Error

3. Melakukan analisis deskriftif, yaitu mengorganisasi dan menganalisis data kuantitatif, sehingga diperoleh gambaran teratur mengenai suatu kegiatan. Yaitu dengan menentukan ukuran tendensi sentral misalnya menentukan rata-rata (mean), angka tengah (median), dan nilai yang paling sering muncul (modus). Serta

menentukan ukuran

variabilitas/penyimpangan misalnya kecondongan, range dan standar deviasi. 4. Untuk memastikan bahwa kesimpulan yang

diperoleh benar dan parameter yang diduga bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), maka perlu dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi tertentu, yang dikenal dengan istilah uji asumsi klasik.

Pengujian asumsi klasik, pada penelitian ini yaitu uji normalitas.Pengujian normalitas data adalah untuk mengetahui apakah dalam model statistik variabel-variabel penelitian mempunyai distribusi data yang normal atau tidak normal. Dalam uji normalitas digunakan uji kolomogorov-smirnov. Distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan Z hitung dengan Z tabel dengan kriteria, jika angka signifikan > taraf signifikan (α = 0,05) maka distribusi data dikatakan normal (Ghozali, 2007:110). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

(5)

1. Uji Koefisien Determinasi (R2), yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2007: 83). Nilai R2 adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas, nilai R2 yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum R2 untuk data silang (cross section) adalah relatif rendah, karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtut waktu (time series) biasanya mempunyai nilai R2yang tinggi (Ghozali, 2007: 83). 2. Pengujian secara keseluruhan (simultan)

dengan Uji F, yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen akan berpengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah tolak H0, jika p-value (Sig) < α. (Puspowarsito, 2008). Artinya, bila signifikansinya lebih tinggi daripada tingkat keyakinan (α= 0,05) maka seluruh variabel independen tidak punya pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependennya, begitupun sebaliknya. Bila signifikansinya lebih kecil daripada tingkat keyakinan (α= 0,05) maka seluruh variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel dependennya.

3. Pengujian secara individual (parsial) dengan Uji t, yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara sendiri-sendiri tehadap variabel dependennya Kriteria ujinya adalah tolak Ho, jika jikap-value(Sig) < α (Puspowasito, 2008). Artinya, bila signifikansinya lebih tinggi daripada tingkat keyakinan (α= 0,05) maka variabel tersebut tidak punya pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya, begitupun sebaliknya. Bila signifikansinya lebih kecil daripada tingkat keyakinan (α= 0,05) maka

variabel tersebut punya pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependennya.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL

4.1.1 Hasil Uji Hipotesis sebelum pemoderasi 1). Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan Adjusted R Square. Nilai

adjusted R-Square dari model regresi

digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas (independen) dalam menerangkan variabel terikat (dependen). Hasil uji adalah nilai Adjusted R Square hasil pengujian adalah sebesar 0.568 atau 56,8%, Nilai Adjusted R Square sebesar 0,568 ini berarti bahwa 56,8% penerimaan pajak orang pribadi dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu jumlah NPWP, kepatuhan, dan penghasilan, sisanya sebesar 43,20% (100% - 56,8%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.

2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji signifikansi simultan (Uji F) digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependennya (Ghozali, 2007: 84). Analisis menggunakan uji F menunjukkan bahwa semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikansi terhadap variabel dependen.

Dari hasil pengujian nilai F hitung 10. 032 dengan probabilitas signifikansi yang menunjukkan 0,000. Nilai probabilitas pengujian lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau penerimaan pajak WPOP dipengaruhi secara signifikan oleh variabel jumlah penambahan NPWP, kepatuhan dan penghasilan WPOP.

3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas dalam model regresi berpengaruh secara individu terhadap variabel terikat. Hasil Uji t atau uji parsial dapat dilihat persamaan regresi sebagai berikut:

(6)

Konstanta sebesar -0,626 menyatakan jika variabel independen dianggap konstan, maka nilai LN_YPAJAK sebesar -0,626. Dari hasil perhitungan uji secara individual/parsial diperoleh nilai t hitung sebesar -1,274 dan nilai signifikansi sebesar 0,214, maka hipotesis pertama H1 ditolak, ini berarti tidak terdapat pengaruh signifikan variabel independen LnNPWP (penamabahan jumlah NPWP) terhadap variabel dependen LN_PAJAK (Penerimaan Pajak).

Variabel kepatuhan (LnCOMP) memiliki nilai t hitung sebesar 0,327 dan nilai signifikasi sebesar 0,747, maka hipotesis H2 ditolak, ini berarti tidak terdapat pengaruh signifikan variabel independen LnCOMP (kepatuhan) terhadap variabel dependen LN_PAJAK (Penerimaan Pajak). Variabel penghasilan (LnINC) memiliki nilai t hitung sebesar 5,492 dan nilai signifikansi sebesar 0,000, maka hipotesis H3 diterima, ini berarti terdapat pengaruh signifikan variabel independen LnINC (penghasilan) terhadap penerimaan pajak (LN_PAJAK).

4.1.2 Hasil Uji Hipotesis setelah pemoderasi 1). Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi yang ditunjukkan dengan Adjusted R Square. Nilai

Adjusted R-Square dari model regresi

digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel bebas (independen) dalam menerangkan variabel terikat (dependen). Dari hasil uji diketahui bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,634 atau 63,4%. Nilai

Adjusted R Squaresebesar 0,634 atau 63,4% ini berarti bahwa 63,4% penerimaan pajak orang pribadi dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu jumlah NPWP, kepatuhan, penghasilan, dan pemeriksaan pajak orang pribadi, sisanya sebesar 36,6% (100% - 63,4%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.

2) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji signifikansi simultan (Uji F) digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependennya (Ghozali, 2007: 84). Analisis menggunakan uji F menunjukkan bahwa semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikansi terhadap variabel dependen. Dari Uji F, nilai F hitung 11,60 dengan probabilitas signifikansi yang menunjukkan 0,000. Nilai probabilitas pengujian lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau penerimaan pajak WPOP dipengaruhi secara signifikan oleh variabel jumlah penambahan NPWP, kepatuhan WPOP dengan pemoderasi penghasilan WPOP. 3) Uji Signifikansi Parameter Individual

(Uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas dalam model regresi berpengaruh secara individu terhadap variabel terikat. Hasil Uji t atau uji parsial dapat dilihat persamaan regresi sebagai berikut:

Ln_YPajak = -2,051 0,442Ln_NPWP + 0,25Ln_COMP + 0,434Ln_INC +

2,131ModNPWP –0,015ModComp.

Konstanta sebesar -2,051 menyatakan jika variabel independen dianggap konstan, maka nilai LN_YPAJAK sebesar -2,051. Nilai konstanta idealnya bertanda positif karena menunjukkan jumlah penerimaan tetapi berdasarkan data pengujian untuk data variabel independen kecenderungan data berupa rasio bertanda positif karena terjadi kenaikan per tahun sedangkan pada data variabel dependen banyak yang memiliki rasio per tahun bertanda negatif terjadi penurunan penerimaan pajak sehingga secara kumulatif menyebabkan konstanta bertanda negatif. Dari Tabel 5.16 dapat diketahui bahwa penambahan jumlah NPWP mempunyai nilai koefisien t hitung

sebesar -1.808 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,083 > α = 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa penambahan jumlah NPWP tidak mempengaruhi jumlah penerimaan pajak orang pribadi. Hal ini berarti hipotesis 1 ditolak.

Variabel kepatuhan WPOP mempunyai nilai koefisien t hitung sebesar 0,168 dengan probabilitas signifikansi 0,868 > α= 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel kepatuhan WPOP tidak mempengaruhi jumlah penerimaan pajak orang pribadi. Hal ini berarti hipotesis 2 ditolak.

(7)

sebesar 2,441 dengan probabilitas signifikansi 0,022 < α = 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa variabel penghasilan kena pajak orang pribadi mempengaruhi jumlah penerimaan pajak orang pribadi. Hal ini berartihipotesis 3 diterima.

Berdasarkan tabel 5.16 juga diketahui bahwa jumlah NPWP WPOP, dan kepatuhan wajib pajak OP dengan pemoderasi penghasilan pajak memiliki signifikansi di atas 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel dengan penghasilan pajak tidak mempengaruhi jumlah penerimaan pajak orang pribadi.

4.2 PEMBAHASAN

4.2.1 Pengaruh Bersama Penambahan Jumlah, Kepatuhan, dan Penghasilan WPOP dengan Variabel Pemoderasi Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Orang Pribadi. Secara simultan (bersama) penambahan jumlah, dan kepatuhan WPOP dengan variabel pemoderasi penghassilan pajak berpengaruh secara signifikan terhadap penerimaan pajak orang pribadi pada Kanwil DJP Sumsel dan Kepulauan Babel tahun 2007 sampai dengan 2009 seperti ditunjukkan nilai koefisien F hitung sebesar 11,060 dengan probabilitas signifikansi 0,000 > α = 0,05. Hasil pengujian juga menunjukkan bahwa pada nilaiadjusted R square sebesar 0,634, ini berarti bahwa 63,4% penerimaan pajak orang pribadi dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu jumlah NPWP, kepatuhan, dan penghasilan orang pribadi, sisanya sebesar 36,6% (100% - 63,4%) dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model.

Secara bersama-sama variabel independen tersebut akan berpengaruh terhadap penerimaan pajak. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: penambahan NPWP sebagai gerbang awal wajib pajak terdaftar sebagai wajib pajak merupakan pintu awal sumber penerimaan pajak karena NPWP merupakan identitas wajib pajak dalam melaksankaan hak dan kewajibannya dalam perpajakan, tetapi diharapkan penambahan wajib pajak tidak hanya bersifat kuantitatif tetapi lebih kepada potensi terhadap penerimaan pajak. Penambahan NPWP juga diikuti dengan kepatuhan WP dalam menyampaikan SPT Tahunan dan menyetorkan kewajiban pajaknya yang berdampak pada penerimaan pajak. Wajib pajak yang tidak melaporkan SPT berarti tidak melakukan kewajiban perpajakannya. Untuk

kualitas wajib pajak diukur dengan wajib pajak yang memiliki penghasilan kena pajak, karena wajib pajak yang penghasilannya di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tidak berkontrribusi kepada penerimaan pajak. Ini sesuai dengan fungsi pajak sebagai fungsi anggaran (budgeter), yaitu sebagai sumber penerimaan negara dan fungsi regular yaitu fungsi mengatur. Hal ini juga sesuai dengan teori kepentingan yaitu negara memungut pajak karena melindungi kepentingan warganya dan kesejahteraan warganya. Dan teori mutlak yang menyebutkan bahwa justru karena sifat negara inilah maka timbulah hak mutlak untuk memungut pajak.

4.2.2 Pengaruh Penambahan Jumlah, Kepatuhan, dan Penghasilan WPOP dengan Variabel Pemoderasi Pemeriksaan Pajak Secara Parsial Terhadap Penerimaan Pajak Orang Pribadi

4.2.2.1 Pengaruh Pertambahan Jumlah

NPWP WPOP Terhadap

Penerimaan Pajak Orang Pribadi Berdasarkan hasil pengujian diketahui hasil dari regresi menunjukkan nilai koefisien t hitung sebesar -1.808 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,083 >α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah NPWP WPOP berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap jumlah penerimaan pajak orang pribadi. Koefisien regresi dalam pengujian ini adalah sebesar -0,442 menunjukkan bahwa pengaruh antara pertambahan jumlah NPWP terhadap penerimaan pajak adalah negatif yang berarti bahwa tingkat koefisien penerimaan pajak orang pribadi akan turun sebesar 0,442, jika penambahan jumlah NPWP naik sebesar 1.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Djati (2004: 100) yang meneliti pengaruh pertambahan jumlah dan kepatuhan wajib pajak terhadap penerimaan pajak dengan hasil penelitian variabel penambahan jumlah NPWP orang pribadi menjadi satu-satunya variabel bebas yang tidak signifikan di berbagai model yang memasukkannya sebagai variabel bebas, baik sebelum maupun setelah transformasi variabel. Bahkan pengaruh yang ditimbulkan bagi penerimaan pajak tidak seluruhnya positif, hasilnya malah menurunkan penerimaan pajak meskipun tidak signifikan.

(8)

antara lain adalah karena pada Kanwil DJP Sumsel dan Kepulauan Babel menunjukan trend untuk jumlah NPWP orang pribadi selalu meningkat dan peningkatan itu mencapai lebih dari 100% terutama pada tahun 2008, akan tetapi kenaikan tersebut tidak sebanding dengan kenaikan penerimaan pajak orang pribadi. Hal ini terlihat pada data kenaikan jumlah wajib pajak di KPP Pratama yang mengalami kenaikan jumlah NPWP orang pribadi antara lain KPP Baturaja dimana pada tahun 2007 jumlah wajib pajak terdaftar sebanyak 6.170 naik menjadi 19.995 sehingga terjadi kenaikan sebanyak 13.825 wajib pajak atau sebesar 224%. , Akan tetapi kenaikan tersebut tidak sebanding dengan kenaikan penerimaan pajak orang pribadi dimana pada tahun 2007 sebesar Rp. 3,25 milyar naik menjadi sebesar Rp. 4,78 milyar atau hanya sebesar 47%. Sedangkan pada tahun 2009 untuk jumlah NPWP naik menjadi 22.834 wajib pajak tetapi penerimaan WPOP turun sebesar Rp. 1,04 milyar. Penurunan penerimaan pajak ini juga terjadi pada KPP Pratama Palembang Ilir Timur (tahun 2007 dan 2008), KPP Pratama Palembang Seberang Ulu (tahun 2009),dan KPP Pratama Palembang Ilir Barat (tahun 2008).

Kenaikan jumlah WPOP lebih disebabkan pada saat itu adanya kebijakan ekstensifikasi pajak dan juga tidak terlepas dari keberhasilan programSunset Policypada tahun 2008 yang diperpanjang sampai dengan 28 Februari 2009 serta berlakunya amandemen Undang-undang PPh mulai 1 Januari 2009 yang mengatur pembedaan perlakuan bagi wajib pajak yang memiliki NPWP dan yang tidak memiliki NPWP.

Kebijakan penambahan NPWP orang pribadi perlu adanya modifikasi dan tidak hanya berorientasi pada jumlah tetapi pada kualitas wajib pajak yang berpotensi pada penerimaan pajak. Penambahan WP orang pribadi masih didominasi oleh WP yang setoran pajaknya kecil atau berpenghasilan dalam batas PTKP. Terutama pemberian NPWP secara jabatan seperti pemberian NPWP kepada pegawai negeri sipil (PNS) golongan tiga ke atas. Tanpa NPWP-pun PNS golongan tiga ke atasa sudah dipungut oleh bendaharawan. Demikian juga seperti persyaratan NPWP bagi nasabah yang mengajukan kredit di perbankan. Perlu pendataan yang jelas terutama terhadap WP yang memiliki usaha lain dan penghasilan lebih dari satu penghasilan. Khusus untuk WP yang memiliki usaha lain dapat langsung di data

tentang kewajiban terhadap pembayaran pajak karyawan. Untuk ekstensifiksi pajak dapat dilakukan di rumah mewah, pemilik kendaraan mewah, atau bekerja sama dengan perbankan untuk melacak transaksi keuangan dan saldo simpanan nasabah dalam jumlah besar.

4.2.2.2 Pengaruh Kepatuhan WPOP Terhadap Penerimaan Pajak Orang Pribadi

Hasil dari regresi menunjukkan bahwa nilai koefisien t hitung adalah sebesar 0,168 dengan probabilitas signifikansi sebesar 0,868 > α = 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa kepatuhan WPOP berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap penerimaan pajak orang pribadi. Koefisien regresi dalam pengujian ini adalah sebesar 0,25 menunjukkan bahwa pengaruh kepatuhan waJjib pajak orang pribadi terhadap penerimaan pajak adalah positif yang berarti bahwa tingkat koefisien penerimaan pajak orang pribadi akan naik sebesar 0,25, jika kepatuhan orang pribadi naik sebesar 1.

Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Agusti dan Herawati (2008:18) dimana hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh positif yang signifikan antara kepatuhan dan penerimaan pajak. Demikian juga hasil penelitian Nurlaila (2010: 141-142) yang menunjukan bahwa tingkat kepatuhan wajib pajak badan berpengaruh positif terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dengan nilai signifikansi sebesar 0,067 berada di bawah α= 0,10.

(9)

Salah satu alasan tidak adanya pengaruh yang signifikan variabel jumlah penyampaian SPT pajak penyebabnya antara lain adalah karena pada Kanwil DJP Sumsel dan Kepulauan Babel menunjukan trend untuk jumlah penyampaian SPT orang pribadi cenderung meningkat dan peningkatan itu mencapai lebih dari 50% dan rata-rata rasio penambahan jumlah penyampaian SPT pada tabel 4.5 untuk tahun 2007 sampai dengan 2009 adalah sebesar 14,34%, sedangkan rata-rata rasio kenaikan penerimaan pajak orang pribadi selama tiga tahun tersebut sebesar 6,16%. Jadi terjadi kenaikan yang tidak sebanding antara penambahan jumlah penyampaian SPT WPOP dengan penerimaan pajak WPOP.

Jumlah WP orang pribadi yang besar sesungguhnya bisa menjadi potensi pajak yang besar, jika dari seluruh WP yang terdaftar atau setidaknya seluruh WP efektif melaporkan SPT baik masa dan tahunan secara rutin dan benar sesuai ketentuan. Perlu langkah-langkah pendukung untuk dapat mewujudkan hal tersebut. DJP perlu berusaha memberikan peluang kepada WP untuk mengungkapkan keluhan atas kewajiban pajak yang mereka hadapi, sehingga dapat menjadi masukan mengetahui faktor-faktor dominan yang menyebabkan wajb pajak tidak patuh. Kemudian peningkatan pelayanan dengan pendekatan individual dapat membuat WP merasa diperhatikan, sehingga setiap program kebijakan yang dibuat DJP akan mendapat dukungan masyarakat khususnya wajib pajak. Yang tidak kalah penting adalah pengawasan atas kewajiban perpajakan secara rutin disertai dengan saksi yang tegas bagi WP yang melanggar dengan harapan dapat menimbulkan kesadaran WP untuk patuh dan menimbulkan efek jera.

4.2.2.3 Pengaruh Penghasilan WPOP Terhadap Penerimaan Pajak Orang Pribadi

Pengujian dengan regresi atas pengaruh penghasilan WPOP terhadap penerimaan pajak orang pribadi menunjukkan nilai koefisien t hitung sebesar 2,441 dan signifikansinya adalah 0,022 < α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penghasilan wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak orang pribadi. Koefisien regresi dalam pengujian ini adalah sebesar 0,434 menunjukkan bahwa pengaruh kepatuhan waJjib pajak orang pribadi terhadap penerimaan pajak adalah positif yang berarti bahwa tingkat

koefisien penerimaan pajak orang pribadi akan naik sebesar 0,434, jika penghasilan orang pribadi naik sebesar 1.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Agusti dan Herawaty (2008: 18) yang menunjukan bahwa penghasilan kena pajak sebagai variabel kontrol mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap peningkatan penerimaan pajak. Artinya semakin besar penghasilan kena pajak maka semakin besar peningkatan penerimaan pajak. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2011: 103) untuk menghitung besarnya PPh terutang, wajib pajak harus terlebih dahulu mengetahui besarnya Penghasilan Kena Pajak (PhKP). PhKP inilah yang merupakan dasar perhitungan PPh terutang dan menjadi dasar penerimaan pajak setelah dikalikan tarif pajak yang berlaku. Variabel jumlah penghasilan kena pajak memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak dapat dilihat dari rata-rata rasio penghasilan kena pajak WPOP untuk tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 sebesar 6,86 % yang tidak jauh berbeda dengan rata-rata rasio penerimaan pajak orang pribadi yaitu sebesar 6,16%. Juga terhadap trend perubahan atas penghasilan kena pajak dimana terjadi kenaikan dan penurunan juga hampir rata-rata sebanding dengan penerimaan pajak orang pribadi. Ini dapat dilihat dari tabel 4.6 untuk penghasilan kena pajak dan tabel 4.10 untuk penerimaan pajak orang pribadi.

4.2.2.4 Pengaruh Variabel Pemoderasi Terhadap Penerimaan Pajak Orang Pribadi

Variabel pemoderasi yang merupakan interaksi antara jumlah NPWP, dan kepatuhan, dengan pemoderasi penghasilan WPOP, berdasarkan tabel 4.16 menunjukkan hasil sebagai berikut:

(10)

penambahan NPWP dan berdampak terhadap penerimaan pajak.

2. Hasil pengujian interaksi antara kepatuhan terhadap penerimaan pajak orang pribadi dengan variabel pemoderasi penghasilan pajak orang pribadi memberikan nilai koefisien t hitung sebesar -0,159 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,875 >α = 0,05. Ini menunjukan bahwa tingkat kepatuhan WP Orang pribadi terhadap penerimaan pajak orang pribadi tidak diperkuat oleh variabel penghasilan pajak. Ini hanya memberikan hubungan yang negatif tetapi tidak signifikan.

4.2.3 Hasil Pengujian Sebelum dan Setelah Pemoderasi

Berdasarkan hasil pengujian tidak terdapat hasil perubahan yang signifikan hasil pengujian sebelum dengan setelah pemoderasi. Hal ini dapat dilihat dari hasil:

1) Hasil uji koefisien determinasi nilai

Adjusted R Square sebelum pemoderasi sebesar 0,568, atau 56,8 % sedangkan setelah variabel pemoderasi Adjusted R

Square sebesar 0,634 atau 63,4%. Ini

menunjukkan bahwa dengan variabel pemoderasi terjadi kenaikan nilai Adjusted R Square sebesar 0,066 atau 6,6%. Ini berarti kemampuan variabel bebas (independen) dalam menerangkan variabel terikat (dependen) mengalami kenaikan. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pemoderasi pemeriksaan pajak memperkuat hubungan antara variabel penerimaan pajak dengan variabel ekstensifikasi dan intensifikasi wajib pajak orang pribadi. 2) Berdasarkan hasil uji simultan (uji F)

didapatkan hasil, sebelum menggunakan variabel pemoderasi nilai signifikansi sebesar 0,000, sedangkan setelah menggunakan variabel pemoderasi nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000. Ini menunjukkan bahwa pengaruh secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen sebelum dan setelah pemoderasi sama.

3) Berdasarkan hasil uji parsial (uji t) didapatkan hasil satu variabel yang signifikan yaitu variabel penghasilan (LnINC). Dan satu variabel setelah pemoderasi signifikan yaitu penambahan NPWP yang memiliki penghasilan yang di atas PTKP.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pada pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan hasil sebagai berikut bahwa:

1) Berdasarkan uji Anova atau secara simultan menunjukkan bahwa variasi variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen atau penerimaan pajak WPOP dipengaruhi secara signifikan oleh variabel jumlah penambahan NPWP, kepatuhan dan penghasilan WPOP dengan pemoderasi pemeriksaan pajak. 2) Berdasarkan hasil uji parsial (uji t)

didapatkan hasil satu variabel yang signifikan yaitu variabel penghasilan (LnINC). Dan satu variabel setelah pemoderasi signifikan yaitu penambahan NPWP yang memiliki penghasilan yang di atas PTKP.

3. Berdasarkan hasil pengujian dari kedua variabel pemoderasi ada hasil yang signifikan yaitu pemoderasi penghasilan terhadap penambahan jumlah NPWP, dan berdasarkan pengujian koefisien determinasi di dapat Adjusted R2 yang meningkat setelah adanya variabel pemoderasi yaitu sebesar 6,6% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel penghasilan pajak orang pribadi memperkuat hubungan variabel dependen dan independen.

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Anggito. 2004. Wajib Pajak (Belum) Patuh. Analisa Fiskal (BAF) Departemen Keuangan Jakarta. (www.fiskal.depkeu.go.id). Diunduh tanggal 24 April 2011.

Agusti dan Herawati, 2008. Pengaruh tingkat kepatuhan WP terhadap penerimaan pajak yang dimoderasi oleh pemeriksaan pajak pada KPP Pratama. Disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi Ke-12 di Palembang tahun 2009.

Biro Pusat Statistik. Data Ekonomi Indonesia. (www.bps.go.id).

(11)

Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya (tidak dipublikasikan).

Direktorat Jenderal Pajak. Annual Report Direktorat Jenderal Pajak tahun 2008. Direktorat Jenderal Pajak. Annual Report

Direktorat Jenderal Pajak tahun 2009. Direktorat Jenderal Pajak.2010. Buku Saku

Pajak Dalam Angka Tahun 2001-2009. Direktorat Jenderal Pajak.2011. Surat Edaran

No. SE-29/PJ.7/2011tentang Rencana dan Strategi Pemeriksaan Tahun 2011.

Direktorat Jenderal Pajak.2011. Surat Edaran No. SE-03/PJ.7/2001tentang Kebijakan Pemeriksaan. tanggal 06 Juni 2001 Direktorat Jenderal Pajak.2010. Petunjuk

Pengisian SPT Tahunan Pajak

Penghasilan WPOP. Jakarta Edisi 2010. Direktorat Jenderal Pajak.2007. Peraturan No.

199/PMK.03/2007 mengatur tata cara pemeriksaan, tanggal 28 Desember 2007. Direktorat Jenderal Pajak. Undang-undang

Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Direktorat Jenderal Pajak. Undang-undang

Nomor 36 Tahun 200 tentang Pajak Penghasilan.

Djati, Hendri Purnomo. 2004. Pengaruh Pertambahan dan Kepatuhan Wajib Pajak Terhadap Penerimaan Pajak. Tesis Universitas Indonesia (Tidak Dipublikasikan).

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Kelima. Semarang: Penerbit Universitas Diponegoro.

Gunadi.2005. Fungsi Pemeriksaan terhadap Peningkatan Kepatuhan Pajak (Tax Complaiment). Jurnal Perpajakan Indonesia, Tahun 2005.

Hendrawati, Heti. 2008. Efektivitas Penetapan NPWP secara Jabatan Ditinjau dari Asas Kemudahan Administrasi dan Kepatuhan

Wajib Pajak. Tesis Universitas

Indonesia (Tidak Dipublikasikan). http://www.pajakpribadi.com/sunset/qa.html.20

11. Kebijakan Sunset Policy. Diunduh tanggal 04 April 1011.

http://www.pajakonline.com.

/engine/artikel/art.php?artid=2306.

Tunggakan WP capai Rp. 200 M.

Diunduh tanggal 13 Mei 2011.

http://www.ortax.org/ortax/?mod=berita&page =show&id=10983&q=babel&hlm=1.

291.974 Wajib Pajak Didenda. Diunduh tanggal 13 Mei 2011.

http://nasional.kontan.co.id. Kuartal I, penerimaan pajak Sumsel dan Kepulauan Babel naik 30%.Diunduh tanggal 22 Mei 2011.

Hutagaol, John. 2005. Sekilas tentang Pemeriksaan Pajak. Jurnal Perpajakan Indonesia, Maret 2005.

Ikatan Akuntan Indoensia, 2011. Modul Pelatihan Brevet A dan Brevet B. Jakartta.

Maulana, Taslim.2004. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak

Penghasilan di Propinsi Sumatera

Selatan. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Sriwijaya (tidak dipublikasikan).

Mustikasari. 2007. Kajian Empiris tentang Kepatuhan WP Badan di Perusahaan Industri di Surabaya.Disampaiakan pada SNA X, Unhas Makasar, tgl. 26-28 Juli. Nurlaila, Yani (2010). Pengaruh tingkat

kepatuhan wajib pajak badan terhadap penerimaan pajak pertambahan nilai dengan pemeriksaan pajak sebagai variabel moderasi (suatu kasus pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Sukabumi). Universitas Pendidikan Indonesia (tidak dipublikasikan).

Puspowarsito. 2008. Metode Penelitian Organisasi Dengan Aplikasi Program SPSS. Penerbit : Humaniora Bandung. Resmi, Siti. 2008.Perpajakan Teori dan Kasus.

Edisi Keempat. Salemba Empat Jakarta. Saefullah, Entang. 2002.Analisis Faktor-faktor

yang mempengaruhi WPOP dan

Hubungannya dengan Penerimaan Pajak Penghasilan WPOP. Tesis Universitas Indonesia (Tidak Dipublikasikan). Salip dan Wato, Tendy.2006. Pengaruh

Pemeriksaan Pajak terhadap Penerimaan Pajak Studi Kasus di KPP Jakarta Kebun Jeruk. Jurnal Keuangan Publik. Vol. 4, No. 2, September 2006.

Santoso, Wahyu.2008. Analisis Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak Sebagai Dasar Peningkatan Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Keuangan Publik. Vol. 5, No. 1, Oktober 2008.

Sofa.2008. Pengertian Administrasi

Perpajakan, Kepatuhan dan Pajak

Internasional.

http://massofa.wordpress.com/. Diunduh 4 April 2011.

(12)

Sudjarwadi, Djangkung.2003. Implikasi Kebijakan Pajak dan Retribusi Daerah Untuk Menunjang Pelaksanaan Otonomi Daerah,Majalah Pajak. Edisi 1496. Suryadi. 2006. Model Hubungan Kausal

Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan WP dan Pengaruhnya terhadap Kinerja

Penerimaan Pajak: Suatu Survei di Wilayah Jawa Timur. Jurnal Keuangan Publik, Vol. 4, No. 1, April 2006.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Rep protein: Protein yang memiliki fungsi membuka utas ganda plasmid dan menstabilkan pembukaan itu dengan mengikat asam amino tirosinnya pada ujung fosfat DNA plasmid (5′).. DNA

Awan-awan ini dapat menunjukkan dan mempengaruhi cuaca pada hari tersebut seperti awan cirrus cuaca pada masa tersebut adalah cerah manakala awan altostratus cuaca pada

Data diambil dengan cara survei larva dan didapatkan data primer yang berupa data persentase TPA positif larva Aedes aegypti dan deskripsi TPA positif larva Aedes aegypti

Pada penelitian ini juga prevalensi hasil negatif dari uji Non-Struktural 1 (NS1) pada pasien-pasien yang diduga demam berdarah dengue di RSU Surya Husada periode Mei sampai

jumlah sampel yang diuji, maka dapat dihitung tingkat cemaran Salmonella sp berdasarkan jumal sampel yang diuji adalah jumlah sampel positif dibandingkan total sampel adalah 20% yang

Penelitian terdahulu tentang “Sistem Informasi Pengolahan Data Pegawai Pada PTUN Yogyakarta” (Novita Retnaning Winastuti, dkk, 2011) membahas tentang pembangunan

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri siswa Madrasah Ibtidaiyah Syarifuddin