• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN OBAT DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH LAMPUNG BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN OBAT DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH LAMPUNG BARAT"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN OBAT DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH

LAMPUNG BARAT Oleh

Nureiza Rizky Fitriani

Repong Damar adalah sistem pengelolaan tanaman perkebunan yang dibudidayakan oleh masyarakat, serta ekosistemnya berbentuk suatu hutan. Repong Damar, memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, sehingga banyak memberikan manfaat, salah satunya adalah manfaat obat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kerapatan, dominasi, frekuensi dan pola persebaran secara horizontal tumbuhan obat yang ditemukan dan biasa dimanfaatkan masyarakat. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni- Juli 2011 di Repong Damar, Pekon Pahmungan, Lampung Barat. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi lapangan menggunakan metode garis berpetak, sebanyak 45 plot contoh. Dari hasil pengamatan, didapatkan 60 jenis tumbuhan obat yang 50 diantaranya telah dimanfaatkan oleh masyarakat Pekon Pahmungan, Lampung Barat.

(2)

ABSTRACT

VEGETATION ANALYSIS OF MEDICINAL PLANT IN REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN CENTRAL COAST DISTRICT

WEST LAMPUNG By

Nureiza Rizky Fitriani

Repong Damar is a plantation crop management system which cultivated by communities, and ecosystems that make up a forest. Repong Damar, had a high biodiversity that gave a lot of benefits, one of which is a medicinal plant. This study aims to analyze the level of density, dominance, frequency and pattern of horizontal distribution of medicinal plants that usually found and exploited by communities. This study was conducted in June-July 2011 in Repong Damar, Pekon Pahmungan, West Lampung. The data was collected by interviews and field observations that using compartment plot method, as many as 45 sample plots. In this study was found 60 species of medicinal plants that 50 species of them have been used by the community Pekon Pahmungan, West Lampung.

(3)

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN OBAT DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH

LAMPUNG BARAT (Skripsi)

Oleh

NUREIZA RIZKY FITRIANI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Peta Lampung Barat ... 15 2. Peta Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah ... 16 3. Desain metode garis berpetak yang digunakan untuk pengamatan

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ………. i

DAFTAR GAMBAR ………... ii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……….. 1

B. Perumusan Masalah ………. 2

C. Tujuan Penelitian ………. 3

D. Kerangka Penelitian ………. 3

E. Manfaat Penelitian ………. 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi ………... 5

B. Tumbuhan Obat ………...………. 5

C. Jenis dan Manfaat Tumbuhan Obat ……….. 6

D. Repong Damar ………. 8

E. Bentuk Hidup Tumbuhan ………. 8

F. Parameter Kuantitatif dan Deskripsi Vegetasi ………. 9

(7)

H. Analisis Komunitas Tumbuhan ………. 11

1. Densitas ………...…. 11

2. Frekuensi ………...………. 12

3. Luas Penutupan ………. 12

4. Indeks Nilai Penting ………. 13

I. Metode Pengambilan Contoh Analisis Komunitas Tumbuhan ... 13

(8)

B. Analisis Komunitas Tumbuhan ……….... 33

C. Pola Distribusi Horizontal ……….… 39

D. Pemanfaatan Tumbuhan Obat ………. 43

1. Frekuensi Pemanfaatan oleh Masyarakat ………. 43

2. Bagian yang Digunakan ………. 46

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………..……… 49

B. Saran ……….. 49

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Tabel ………..……… 53-59

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Bappenas 2003. Strategi dan Rencana Aksi Keanekaragaman Hayati Indonesia 2003-2020 [Dokumen Nasional ]. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta

Djauhariya, E. 2004. Gulma Berkhasiat Obat. Swadaya. Jakarta.

Dinas Kehutanan dan PSDA Kabupaten Lampung Barat. 2005. Pengkajian Potensi hutan Damar dan Peluang Pengembangannya di Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung. Laporan. Dinas Kehutanan dan PSDA Kabupaten Lampung Barat dengan Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor.

Fahrudin, H. 2010. Studi Keanekaragaman Tumbuhan Herba yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat di Taman Hutan Raya R. Soerjo Kabupaten Malang. Diakses 12 April 2010. www.wordpress.com

Force, D. 2010. Keanekaragaman Hayati. Diakses 12 April 2010. www.wordpress.com

Gem, C. 1996. Kamus Saku Biologi. Erlangga. Jakarta.

Gopal, B. dan N. bhardwaj . 1979. Elements of Ecology. Department of Botany. Rajasthan University Jaipur. India

Heddy S., S.B. Soemitro, dan S. Soekartomo. 1986. Pengantar Ekologi. Rajawali. Jakarta.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I-III. Yayasan Sarana Wana Jaya. Jakarta.

Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Bumi aksara. Jakarta

. 2005. Dendrolgi. Universitas Lampung. Bandar Lampung

Jumberi, A., Noor, M., dan Mukhlis. 2008. Keanekaragaman Sumberdaya Flora Lahan Rawa. Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa

(10)

Kementerian Kesehatan (Kebun Tanaman Obat Karyasari). Penyakit dan Pengobatannya; Materi pelatihan Profesional Tanaman Obat (Kelas Profesional1). Jakarta

Kementerian Kehutanan. 2006. Kebijakan Penyelenggaraan Pembangunan Kehutanan. Disampaikan dalam Acara Sosialisasi Kebijakan Kementrian Kehutanan Kepada Perguruan Tinggi. Kementrian Kehutanan. Jakarta.

Komara, A. 2010. Profil Pekon dan Kelurahan Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat.Lampung Barat. Lampung. Tidak dipublikasikan

Komisi Nasional Plasma Nutfah. 2000. Draft Rencana Strategis Komisi Nasional Plasma Nutfah. Departemen Pertanian. Jakarta.

Kusmana, C. 1997. Ekologi dan Sumberdaya Ekosistem Mangrove. Jurusan Manajeman Hutan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor

. 1997. Metode Survey Vegetasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Mahendra, B. 2006. Panduan Meracik Herbal. Swadaya. Jakarta

Mueller-dombois, D. Dan H. Ellenberg. 1974. Aims Methodes of Vegetation Ecology. John Wiley and Sons. New York.

Mulyani, D. 2008. Studi Pemanfaatan Berbagai Jenis Tumbuhan Berkhasiat Obat oleh Masyarakat di Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Lampung Barat. Skripsi Mahasiswa Kehutanan Universitas Lampung. Tidak

dipublikasikan

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Penerjemah : T. Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Odum, H.T. 1993. Ekologi Sistem : Suatu Pengantar. Penerjemah : Supriharyono, K. Praseno, R. Murwani. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Purba, H. 2005. Kenaekaragaman Jenis Tumbuhan Bawah Berkhasiat Obat di Tahura Wan Abdurrahman. Skripsi Mahasiswa Kehutanan Universitas Lampung. Tidak Dipublikasikan.

Rahayu, M., Sunarti, S., Sulistiarini, D., dan Prawiroatmodjo S. Pemanfaatan Tumbuhan Obat secara Tradisional oleh Masyarakat Lokal di Pulau Wawonii, Sulawesi Tenggara. Diakses 12 April 2010.

http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D0703/D070310.pdf

(11)

Sutrisno & Silitonga T.S. 2004. Pengelolaan Plasma Nutfah Nabati dan Jasa Renik (Tumbuhan dan Tanaman) sebagai Aset dalam Pemenuhan Kebutuhan Manusia. Diakses 12 April 2010 [www.papua.go.id/bkpbapedalda/indeks/ htm].

Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif : Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Penerbit Usaha Nasional. Jakarta.

(12)

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN OBAT DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH

LAMPUNG BARAT

Oleh

NUREIZA RIZKY FITRIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(13)

I. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Terdapat 60 spesies tumbuhan berkhasiat obat yang berada di sekitar

repong damar Pekon Pahmungan.

2. Spesies tumbuhan obat yang memiliki persentase kerapatan relatif,

frekuensi relatif, dominansi relatif dan indeks nilai penting tertinggi adalah

Rangkeni (Selaginella plana), Duku (Lansium domesticum), Durian (Durio

zibethinus) dan Puring Hitam.

3. Spesies yang memiliki pola distribusi horizontal secara mengelompok yaitu

sebanyak 31 spesies. Untuk pola distribusi seragam sebanyak 17 spesies dan

pola distribusi acak sebanyak 12 spesies.

B. Saran

1. Perlu dilakukan kegiatan budidaya tumbuhan obat, khususnya untuk tumbuhan

yang telah jarang ditemukan, agar tumbuhan tersebut tidak mengalami

kepunahan.

2. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan dan pengolahan tumbuhan

(14)

I. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah,

Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung pada Bulan Juni-Juli 2011.

Gambar 1. Peta Lampung Barat(Google satellite map, 2005).

Keterangan:

: Peta Kecamatan Pesisir Tengah,Krui yang merupakan lokasi

penelitian areal Repong damar. Kecamatan

Pesisir Tengah,

Krui

(15)

Gambar 2. Peta Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Krui

B. Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat tulis, kamera, kompas,

lembar pengamatan, tali, meteran, literature mengenai tumbuhan obat dan

peralatan lain yang mendukung. Sedangkan yang menjadi objek penelitian

adalah tumbuhan obat yang berada di Repong Damar dan masyarakat Pekon

Pahmungan.

C. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan dalam penelitian ini terdiri dari 3 tahap, sebagai berikut :

1. Tahap persiapan, meliputi kegiatan wawancara dengan masyarakat dan

observasi lapangan.

2. Tahap pelaksanaan, meliputi kegiatan pengambilan data baik data primer

(16)

3. Tahap akhir, meliputi kegiatan pengolahan dan analisis data yang telah

diperoleh berdasarkan di lapangan.

D. Batasan Penelitian

1. Tumbuhan berkhasiat obat adalah spesies tumbuhan yang diketahui

mempunyai khasiat untuk mengobati penyakit.

2. Jenis tumbuhan obat yang diamati, tingkat kerapatan, frekuensi.

Dominansi dan pola persebaran jenisnya dalam penelitian ini adalah jenis

tumbuhan obat yang berada di Repong Damar, Pekon Pahmungan.

3. Areal yang diamati adalah Repong Damar di Pekon Pahmungan,

Kecamatan Pesisir Tengah, Kabupaten Lampung Barat.

E. Jenis Data dan Metode Pengambilan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

a. Data primer merupakan data yang diambil langsung di lapangan.

Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode observasi yaitu

mengukur diameter, tinggi, dan jumlah tumbuhan yang ada di dalam

petak ukur. Ukuran tiap petak contoh disesuaikan dengan tingkat

pertumbuhan dan bentuk tumbuhannya (fase pohon, tiang, pancang,

semai dan tumbuhan bawah). Hal ini dilakukan untuk menghitung

persentase kerapatan, dominansi, frekuensi, indeks nilai penting dan

juga pola persebarannya secara horizontal.

b. Data sekunder merupakan data yang sifatnya mendukung data

(17)

penelitian, antara lain : letak, keadaan fisik lingkungan dan keadaan

sosial ekonomi masyarakat yang bersumber dari data yang sudah ada

di aparat desa maupun pemerintah setempat, serta data tentang

khasiat berbagai spesies tumbuhan obat.

2. Metode Pengambilan data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan 2

cara yaitu :

1. Teknik wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengetahui jenis tumbuhan obat yang

telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Data dikumpulkan

dengan cara tanya jawab secara langsung oleh masyarakat yang

dijadikan responden.

2. Teknik Observasi

Lokasi pengambilan contoh penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive sampling), yaitu lokasi tumbuhan obat yang biasa

dikunjungi oleh masyarakat untuk mengambil tumbuhan obat

berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan. Metode yang

digunakan dalam mengambil data vegetasi adalah dengan analisis

vegetasi menggunakan metode garis berpetak. Pada petak ukur

persegi data yang diambil adalah tegakan pada tingkatan pohon dalam

petak 20x20 m, pada tingkat tiang dalam petak 10x10 m, pancang

dalam petak 5x5 m dan permudaan atau semai, terna, herba, perdu,

(18)

A

Desain metode garis berpetak yang digunakan dalam pengamatan

vegetasi dapat dilihat pada Gambar 1. Tumbuhan yang diamati adalah

tumbuhan obat yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat dari hasil

wawancara yang telah dilakukan sebelumnya.

Gambar 3. Desain metode garis berpetak yang digunakan untuk pengamatan vegetasi

Keterangan: A = petak ukur persegi dengan ukuran 20 m x 20 m B = petak ukur persegi dengan ukuran 10 m x 10 m C = petak ukur persegi dengan ukuran 5 m x 5 m D = petak ukur persegi dengan ukuran 2 m x 2 m

Luas areal Repong Damar di Pahmungan adalah 900 ha dengan

intensitas sampling 0,2% (1,8 ha) sehingga jumlah seluruh petak ukur

yang harus dibuat sebanyak 45 petak ukur.

3. Metode Pengolahan Data

a. Analisis vegetasi

Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mengetahui komposisi

vegetasi. Menurut Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974),

parameter analisis vegetasi yang diukur adalah sebagai berikut :

(19)

2. Frekuensi

4. Indeks nilai penting

INP=KR+FR+CR

INP-i= KR-i+FR-i+CR-i

b. Pola Distribusi

Pola distribusi dibagai menjadi pola distribusi acak, seragam dan

berkelompok. Dalam menentukan pola distribusi digunakan rumus

Setiadi sebagai berikut (Hotma, 2005) :

Keterangan : n = banyaknya plot contoh

Xi = kepadatan spesies pada plot ke-i

Dalam menentukan pola distribusi terdapat beberapa ketentuan, yaitu:

V/m = 1 berarti pola distribusi acak,

V/m > 1 berarti pola distribusi berkelompok,

(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebun Damar yang oleh masyarakat Lampung Krui biasa disebut Repong

Damar adalah suatu sistem pengelolaan tanaman perkebunan yang

dibudidayakan dan dikelola oleh masyarakat, serta ekosistemnya yang

membentuk suatu hutan. Repong Damar termasuk dalam sistem agroforestri

kompleks merupakan suatu sistem pertanian menetap yang berisi banyak jenis

tanaman (berbasis pohon) yang ditanam dan dirawat dengan pola tanam dan

ekosistem menyerupai hutan. Didalam sistem ini tercakup beraneka jenis

komponen seperti pepohonan, perdu, tanaman musiman dan rerumputan

dalam jumlah banyak. Kenampakan fisik dan dinamika didalamnya mirip

dengan ekosistem hutan alam baik hutan primer maupun hutan sekunder.

Repong Damar, memiliki sumber daya alam hayati yang tinggi dan begitu

melimpah tersebut, banyak memberikan manfaat yang bisa diperoleh dari

dalamnya, baik manfaat secara langsung maupun tidak langsung, yaitu

berbagai manfaat dibidang jasa lingkungan, ekonomi, sosial dan budayanya

yang dapat berupa produk kayu dan non kayunya. Salah satu produk non kayu

yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal disekitar hutan sejak

(21)

2

Berdasarkan hasil penelitian, di Indonesia ada sekitar 940 spesies tumbuhan

yang dikenal dan digunakan sebagai obat tradisional (Syukur dan Hernani,

2002). Sebagian masyarakat hingga saat ini masih terbiasa memanfaatkan

tumbuhan alam untuk mengobati berbagai penyakit yang diderita, bahkan

masyarakat yang terbiasa menggunakan obat-obatan kimia/sintetis, saat ini

mulai banyak yang tertarik untuk menggunakan obat-obatan tradisional yang

berasal dari bahan-bahan alami. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya

jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat dalam perawatan kesehatan masyarakat.

Pemanfaatan tumbuhan obat tanpa dibudidayakan oleh masyarakat dapat

membuat spesies tumbuhan obat hilang dan ekosistem yang ada di dalam

repong damar menjadi rusak. Oleh karena itu, informasi mengenai tingkat

kerapatan, frekuensi, dominansi dan persebaran tumbuhan obat yang berada

di Repong Damar sangat diperlukan untuk mengetahui seberapa banyak

tumbuhan obat yang masih tersisa disana, sehingga dapat menunjang kegiatan

konservasi di kawasan Repong Damar Krui. Tumbuhan obat di Repong

Damar merupakan aset yang perlu digali dan diberdayagunakan demi

kelestarian alam dan kesehatan masyarakat.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dari penelitian ini adalah :

Bagaimana persentasi kerapatan, dominansi, frekuensi dan pola penyebaran

(22)

3

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis, kerapatan,

dominansi, frekuensi dan pola penyebaran horizontal tumbuhan berkhasiat

obat yang berada di Repong Damar Pahmungan, Krui Lampung Barat.

D. Kerangka Penelitian

Tumbuhan obat merupakan salah satu aset penting yang berada didalam

Repong Damar. Sejak dahulu, masyarakat yang hidup di sekitar Repong

Damar, telah memanfaatkan berbagai jenis tanaman yang dapat berkhasiat

untuk mengobati berbagai penyakit yang dideritanya. Walaupun mereka tidak

banyak mengenal ilmu pengetahuan modern dan penggunaan tumbuhan obat

tersebut tidak berdasarkan atas informasi ilmiah, tapi bagi mereka hasil yang

diperoleh dari tumbuhan obat tersebut cukup memuaskan.

Kebiasaan pemanfaatan tumbuhan obat tanpa adanya pelestarian dapat

mempengaruhi keberadaan tumbuhan obat liar yang ada di Repong Damar.

Keadaan ini dapat membuat tumbuhan obat yang ada di dalamnya akan

punah. Oleh karena itu, perlu dilakukan studi keberadaan tumbuhan obat yang

berada di Repong Damar. Studi ini penting untuk mengetahui jenis-jenis

tumbuhan obat yang berada di Repong Damar sekaligus untuk mengetahui

jumlah dan pola persebarannya di Repong Damar, sehingga kegiatan

pengelolaan dan pemanfaatan tumbuhan obat sebagai bagian dari ekosistem

(23)

4

Penelitian ini menganalisis berbagai jenis tumbuhan obat dan pola

persebarannya,serta menghitung tingkat kerapatan, dominansi, frekuensi

tumbuhan obat yang ditemukan di areal Repong Damar. Untuk memperoleh

data mengenai hal tersebut, maka perlu mengumpulkan berbagai jenis data

yang akan dilakukan dengan mewawancarai masyarakat sekitar tentang jenis

dan lokasi pengambilan tumbuhan obat yang biasa mereka manfaatkan. Dari

hasil wawancara tersebut, selanjutnya akan dilakukan survei vegetasi dengan

membuat petak ukur mengggunakan metode garis berpetak.

Banyaknya petak contoh yang akan digunakan dalam penelitian ini akan

ditentukan dengan intensitas sampling yang akan diambil yaitu sebesar 0,2%

dari total keseluruhan wilayah Repong Damar. Survey/analisis vegetasi

dilakukan agar dapat menghitung tingkat kerapatan, densitas, frekuensi dan

untuk mengetahui pola persebaran tumbuhan obat yang ada di Repong

Damar.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Sebagai informasi bagi masyarakat mengenai keberadaan jenis tumbuhan

berkhasiat obat yang masih tersisa di Repong Damar sehingga dapat

menunjang upaya konservasi tumbuhan obat tersebut.

(24)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. …………

Sekretaris : Dr. Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc. …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S. …………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001

(25)

ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN OBAT DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN KECAMATAN PESISIR TENGAH

LAMPUNG BARAT

Oleh

NUREIZA RIZKY FITRIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(26)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. …………

Sekretaris : Dr. Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc. …………

Penguji

Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S. …………

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001

(27)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur atas

Rahmat Allah SWT, saya persembahkan

tulisan ini kepada

ibu “ Malaikat”

hidupku, bapak dan adik - adikku

tercinta, terima kasih atas doa dan

dukungannya baik secara moril maupun

materil dalam upaya saya mewujudkan

cita

cita. Seluruh staf pengajar atas ilmu

yang diberikan. Serta seluruh Forestry 7

atas kebersamaan yang tak terlupakan

(28)

“ When tears form in my eyes and flow on my cheeks Cry out loudly- the sadness will be shocked and run away

When my heart is crumbling, it’s so in pain

Laugh loudly- so hope can come find me

(Reiza)

“ Lebih baik menggunakan pikiran dan tenaga untuk mengubah

keadaan daripada untuk mengeluh berkepanjangan dan merasa

sebagai korban yang hampa harapan “

(29)

Judul Skripsi : ANALISIS VEGETASI TUMBUHAN OBAT DI REPONG DAMAR PEKON PAHMUNGAN

KECAMATAN PESISIR TENGAH LAMPUNG BARAT

Nama Mahasiswa : Nureiza Rizky Fitriani

Nomor Pokok Mahasiswa : 0714081053

Program Studi : Kehutanan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si. Dr. Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc. NIP. 19590811 198603 1 001 NIP. 19790701 200801 1 009

2. Ketua Jurusan Kehutanan

(30)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 1

Desember 1988, anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Gusman

Viriadi dan Ibu Eriani Widyaningsih. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman

Kanak-Kanak (TK) di TK Kartika II-2 Bandar Lampung (TK Persit) pada tahun

1995. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada tahun 2001 di SD Kartika

II-5 Bandar Lampung (SD Persit). Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP

Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2004 dan kemudian

melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas yang diselesaikan pada tahun 2007 di

SMA Negeri 1 Bandar Lampung. Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai

mahasiswi Universitas Lampung Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian melalui

jalur SNMPTN.

Pada tahun 2008 penulis dipercaya menjadi anggota Bidang Penelitian dan

Pengembangan Organisasi Himasylva Unila. Pada tahun 2009 penulis dipercaya

menjadi Sekretaris Bidang Penelitian dan Pengembangan Organisasi Himasylva

Unila dan menjadi Ketua Bidang Informasi, Komunikasi dan Pengabdian

(31)

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten dosen Manajemen

Satwa Liar pada tahun 2009. Pada Tahun 2010 penulis melakukan Praktek Umum

(PU) di Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Sukanegara Selatan,

Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Cianjur, Perum Perhutani Unit III Jawa

(32)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. WB.

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

hidayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam kepada Nabi

Muhammad SAW selaku Rasul Allah SWT atas berkat beliaulah kita mendapat

petunjuk kejalan yang lurus.

Skripsi dengan judul : “Analisis Vegetasi Tumbuhan Obat di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Lampung Barat”adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Universitas Lampung.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan saran berbagai pihak.

Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku pembimbing utama dan

pembimbing akademik penulis atas bimbingan, arahan, dan motivasi hingga

terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Dr. Arief Darmawan, S.Hut, M.Sc., selaku pembimbing kedua penulis

atas bimbingan, kritik, dan saran yang telah diberikan hingga skripsi ini

terselesaikan dengan baik.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Penguji Utama pada

ujian skripsi. Terimakasih untuk masukan dan saran yang telah diberikan

(33)

4. Bapak Drs. H. Afif Bintoro, M.P., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Administrasi Jurusan Kehutanan dan Fakultas

Pertanian Unila;

7. Keluarga Besar Rei (Bapak, Ibu, Reinal dan Iman) yang telah memotivasi,

mendoakan penulis agar dapat berhasil dan untuk kasih sayang yang selalu

diberikan kepada penulis serta kesabaran yang tiada pernah habisnya selama

ini.

8. The best person that i’ve ever had, Reza atas semua perhatian, kasih sayang,

bimbingan, motivasi, semangat, bantuan, inspirasi dan nasihat yang selalu

diberikan kepada penulis selama ini. Thanks for colouring my life.

9. Datuk Syahyar yang telah membantu dan membimbing penulis selama

penelitian, serta terimakasih atas doa, bantuan dan dukungan yang diberikan

hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

10. Kepala dan Masyarakat Pekon Pahmungan sebagai fasilitator yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.

11.Himaker dan Big Brother Krui (Merry, Valen, Nisa, Fera, Eko, Icha, Baim,

Firdaus) atas bantuannya selama penulis menyelesaikan penelitian dan

motivasi, dukungan, bantuan serta kebersamaan yang telah diberikan selama

ini.

12.Bebe, Semut, Nenek dan Pagun atas motivasi, semangat, keceriaan, bantuan,

(34)

13.Dejunott (Devi, Juwita, Nora, Tiyas, Tince) atas canda tawa, semangat, doa

dan kesediaanya dalam mendengarkan semua curahan hati penulis selama ini.

14.Teman-teman Forestry Seven, Eko, Merry, Nisa, Valen, Fera, Icha, Baim,

Ribai, Oben, Daus, Adi, Etu, Fajar, Westi, Ando, Deni, Lisda, Andri, Rani,

Rita, Nove, Desni, Sondri, Nanda, Moses, Agus, Anggi, Elsa, Daniel, Edwin

atas suka duka, canda tawa dan kebersamaan yang menemani penulis mulai

dari awal kuliah hingga sekarang.

15.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skrpsi ini, yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka semua yang telah

diberikan untuk penulis. Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari kesempurnaan, akan tetapi semoga skripsi yang sederhana ini dapat

berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 20 Januari 2012

(35)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Vegetasi

Vegetasi adalah kumpulan dari tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama-sama

pada suatu tempat, biasanya terdiri dari beberapa jenis berbeda. Kumpulan

dari berbagai jenis tumbuhan yang masing-masing tergabung dalam populasi

yang hidup dalam suatu habitat dan berinteraksi antara satu dengan yang lain

yang dinamakan komunitas (Gem, 1996).

Struktur vegetasi menurut Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) adalah

suatu pengorganisasian ruang dari individu-individu yang menyusun suatu

tegakan. Dalam hal ini, elemen struktur yang utama adalah growth form,

stratifikasi dan penutupan tajuk (coverage). Dalam pengertian yang luas,

struktur vegetasi mencakup tentang pola-pola penyebaran, banyaknya jenis,

dan diversitas jenis. Menurut Odum (1993), struktur alamiah tergantung pada

cara dimana tumbuhan tersebar atau terpencar di dalamnya.

B. Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat (Fitofarmaka) adalah obat alamiah yang bahan bakunya

berupa simplisia yang telah mengalami standarisasi, memenuhi persyaratan

(36)

galeniknya, serta kegunaan dan khasiatnya jelas sebagaimana kaidah

kedokteran modern. Fitofarmaka berasal dari tanaman dan khasiatnya telah

terbukti secara ilmiah. Keberadaan fitofarmaka sebagai obat telah dapat

diterima oleh kalangan praktisi kesehatan (Kementerian Kesehatan, 2000).

C. Jenis dan Manfaat Tumbuhan Obat

Hutan tropika Indonesia tumbuh sekitar 30.000 spesies tumbuhan berbunga

dan diperkirakan sekitar 3.689 spesies di antaranya merupakan tumbuhan

obat. Dari sejumlah tanaman obat tersebut menurut Ditjen POM, baru

sebanyak 283 spesies tumbuhan obat yang sudah digunakan dalam industri

obat tradisional (Djauhariya dan Hernani, 2004).

Tumbuhan yang banyak digunakan sebagai tanaman obat adalah tumbuhan

yang termasuk dalam divisi tracheophyta (tumbuhan berpembuluh).

Bagian-bagian tanaman yang bisa dipergunakan sebagai obat adakalanya hanya

terbatas pada daun, akar, kulit batang, bunga, dan biji (Kartasapoetra,1996).

Contoh berbagai jenis tumbuhan obat hutan yang berada di Indonesia dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Contoh berbagai jenis tumbuhan obat hutan di Indonesia

No Nama ilmiah Nama lokal Bagian yang digunakan

Kegunaan

1. Strobilanthes sp Umpu iya Daun Penutup luka dengan urat terputus

2. Crinum asiaticum

(37)

4. Alstonia scholaris

Kompanga/ pulai

Kulit kayu Obat malaria, penurun panas

5. Ageratum conyzoides

Ewo bonto/ Babadotan

Daun Penutup luka

6. Acorus calamus Daria Rimpang Penurun panas

Daun Obat penyakit dalam, sakit kepala,

9. Ceiba pentandra Kawu-kawu Daun Penurun panas 10. Carica papaya Pepaya Akar,

daun tua

Obat tetes mata (kena debu)

12. Terminalia catappa

Tolike ketapang

Akar Penawar keracunan makanan

13. Euphorbia hirta Siku-siku mata Getah

Obat tetes mata (bintik putih)

14. Jatropha curcas Tanga-tanga Getah Obat sakit gigi, obat sakit telinga, obat sakit cacar, obat panas dalam 15. Jatropha

Obat tetes mata (merah dan gatal)

19. Curcuma xanthorrhiza

Temulawak Rimpang Obat batuk

20. Zingiber purpureum

(38)

Sumber : Rahayu dkk., 2006 D. Repong Damar

Kebun Damar atau masyarakat Lampung Krui menyebutnya Repong Damar

adalah suatu sistem pengelolaan tanaman perkebunan yang ekosistemnya

merupakan hamparan tanaman yang membentuk suatu lahan hutan yang

dibudidayakan dan dikelola oleh masyarakat (Mulyani, 2008).

Dari hasil pencacahan pada repong di Kecamatan Pesisir Tengah dan Pesisir

Selatan, diketahui terdapat 26 jenis pohon kayu, 33 jenis phon buah-buahan

dan 5 jenis tumbuhan bermanfaat lainnya. Dari 28 jenis pohon kayu (termasuk

damar), ternyata sebaran jenis sebanyak 16 jenis yang terdapat di Kecamatan

Pesisir Tengah, yaitu Bayur, Sungkai, Kandis, Pulai, Talas, Laban, Lahu,

Waru, Suren, Haneban, Ketapang, Salam, Kayu Manis, Rengas, Jati,

Cempaka. Untuk jenis pohon buah-buahan terdapat 29 jenis, terdiri dari Duku,

Durian, Petai, Menteng, Cempedak (lima jenis utama buah-buahan), Jengkol,

Melinjo, Manggis, Cengkeh, Pinang, Kopi, Mangga, Kupa, Jambu, Coklat,

Nangka, Rambutan, Jambu Bol, Sirsak, Pinang, Aren, Kemang, Belimbing

Wuluh, Jaling/Kapau, Jeruk, Randu, Limus, Serengku dan Kemiri. Lima jenis

tumbuhan bermanfaat lainnya adalah Bambu, Lada, Rotan, Cabe dan Katuk

(Dinas Kehutanan dan PSDA Lampung Barat, 2005).

E. Bentuk Hidup Tumbuhan

Bentuk hidup tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu

(39)

1. Pohon adalah kelompok tumbuhan berkayu, berukuran besar dengan

tinggi tumbuhan lebih dari 5 m,

2. Perdu dan semak adalah tumbuhan berkayu, berukuran kecil dengan

tinggi tumbuhan kurang dari 5 m,

3. Herba adalah tumbuhan berkayu yang berdaur hidup pendek,

4. Liana adalah tumbuhan berkayu yang tumbuhnya merambat atau

menjalar,

5. Epifit adalah tumbuhan berkayu yang hidupnya menempel atau melekat

pada tumbuhan.

Dalam komunitas tumbuhan, pohon dapat dikelompokkan menurut tingkat

(fase) pertumbuhan sebagai berikut (Indriyanto, 1998 ; 2005) :

1. Semai yaitu pohon yang tingginya kurang atau sama dengan 1,5 m

2. Pancang yaitu pohon yang tingginya lebih dari 1,5 m dengan diameter

batang kurang dari 10 cm,

3. Tiang yaitu pohon dengan diameter batang 10-19 cm,

4. Pohon yaitu pohon dengan diameter batang 20 cm atau lebih.

F. Parameter Kuantitatif dan Deskripsi Vegetasi

Untuk kepentingan deskripsi vegetasi ada beberapa parameter kuantitatif

vegetasi yang sangat penting yang umum diukur dari suatu tipe komunitas

yaitu (Indriyanto, 2005) :

a. Kerapatan (density) adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan

(40)

b. Frekuensi adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis

tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat.

c. Dominansi merupakan bagian dari parameter yang digunakan untuk

menunjukkan spesies tumbuhan yang dominan dalam suatu komunitas.

d. Indeks Nilai Penting (INP) adalah parameter kuantitatif yang dapat

dipakai untuk menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam

suatu komunitas tumbuhan.

e. Penyebaran adalah parameter kualitatif yang menggambarkan

keberadaan spesies organisme pada ruang secara horizontal.

G. Distribusi (penyebaran) intern

Individu-individu yang ada di dalam populasi mengalami penyebaran di dalam

habitatnya mengikuti salah satu di antara tiga pola penyebaran yang disebut

pola distribusi intern. Menurut Odum (1993), tiga pola distribusi intern yang

dimaksudkan antara lain :

1. Distribusi acak (random)

Distribusi acak terjadi apabila kondisi lingkungan seragam, tidak ada

kompetisi yang kuat antarindividu anggota populasi dan masing-masing

individu tidak memiliki kecenderungan untuk memisahkan.

2. Distribusi seragam (uniform)

Distribusi seragam terjadi apabila kondisi lingkungan cukup seragam di

seluruh area dan kompetisi antarindividu anggota populasi (Odum, 1993).

(41)

Distribusi bergerombol pada suatu populasi merupakan distribusi yang

umum terjadi di alam, baik bagi tumbuhan maupun bagi binatang (Heddy

dkk.,1986).

H. Analisis komunitas tumbuhan

Analisis komunitas tumbuhan merupakan suatu cara mempelajari susunan atau

komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi. Analisis komunitas

dilakukan untuk mengetahui komposisi spesies dan struktur komunitas pada

suatu wilayah yang dipelajari (Indriyanto, 2005). Struktur komunitas

tumbuhan memiliki sifat kualitatif dan kuantitatif (Gopal dan Bhardwaj,

1979). Dengan demikian, dalam deskripsi struktur komunitas tumbuhan dapat

dilakukan secara kualitatif dengan parameter kualitatif atau secara kuantitatif

dengan parameter kuantitatif. Parameter kualitatif dalam analisis komunitas

tumbuhan antara lain: fisiognomi, fenologi, stratifikasi, kelimpahan,

penyebaran, daya hidup, bentuk pertumbuhan dan periodisitas (Gopal dan

Bhardwaj, 1979).

Menurut Gopal dan Bhardwaj (1979), untuk kepentingan deskripsi suatu

komunitas tumbuhan diperlukan minimal tiga parameter kuantitatif antara lain

: densitas, frekuensi dan dominansi.

1. Densitas

Adalah jumlah individu per unit luas atau per unit volume. Dengan karta

lain, densitas merupakan jumlah individu organisme per satuan ruang dan

sering digunakan istilah kerapatan diberi notasi K (Indriyanto, 2005)..

(42)

Densitas spesies ke- i dapat dihitung sebagai K-i, dan densitas relatif

spesies ke-i terhadap kerapatan total dapat dihitung sebagai KR-i.

K=

KR- i =

2. Frekuensi

Frekuensi digunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel

yang berisi suatu jenis tertentu terhadap jumlah total sampel. Frekuensi

tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat ditemukannya suatu spesies

dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi merupakan besarnya

intensitas diketemukannya suatu spesies organisme dalam pengamatan

keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem (Indriyanto, 2005).

Untuk kepentingan analisis komunitas tumbuhan, frekuensi spesies (F),

frekuensi spesies ke-i (F-i) dan frekuensi relatif spesies ke-i (FR-i) dapat

dihitung dengan rumus :

F =

Luas penutupan adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh

spesies tumbuhan dengan luas total habitat.

Luas penutupan dapat dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan

(43)

istilah dominansi karena parameter ini digunakan untuk menunjukkan

spesies tumbuhan yang dominan dalam suatu komunitas. Untuk

kepentingan analisis komunitas tumbuhan, luas penutupan/dominansi

spesies (D), dominansi spesies ke-i (D-i) dan dominansi relatif spesies ke-i

(DR-i) dapat dihitung dengan rumus :

1. Jika berdasarkan luas penutupan tajuk, maka :

C =

C-i =

2. Jika berdasarkan luas basal area atau luas bidang dasar, maka :

D =

4. Indeks Nilai Penting

Parameter kuantitatif yang dapat dipakai untuk menyatakan tingkat

dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas

tumbuhan (Soegianto, 1994). Indeks nilai penting dapat dituliskan dengan

rumus sebagai berikut : INP=KR+FR+CR

INP-i= KR-i+FR-i+CR-i

I. Metode Pengambilan Contoh Analisis Komunitas Tumbuhan

Pengambilan contoh untuk analisis komunitas tumbuhan dapat dilakukan

(44)

kuadran (Soegianto, 1994). Salah satu metode yang paling umum digunakan

adalah metode petak. Metode ini dapat menggunakan metode petak tunggal

atau petak ganda.

Metode petak tunggal, hanya dibuat satu petak contoh dengan ukuran tertentu

yang mewakili suatu tegakan hutan atau suatu komunitas tumbuhan. Ukuran

minimum petak contoh itu, ditetapkan menggunakan kurva spesies area. Luas

minimum petak contoh itu ditetapkan dengan dasar bahwa penambahan luas

petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih dari 5% (Soegianto,

1994).

Metode petak ganda, pengambilan contoh vegetasinya dilakukan dengan

menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata pada areal

yang dipelajari, dan peletakan petak contoh sebaiknya secara sistematik.

Ukuran tiap petak contoh disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan

bentuk tumbuhannya. Menurut Kusmana (1997), ukuran petak contoh untuk

pohon dewasa adalah 20m x 20m, fase tiang 10m x 10m, fase pancang adalah

5m x 5m, dan untuk fase semai, liana, serta semua jenis tumbuhan bawah

menggunakan petak contoh berukuran 1m x 1m atau 2m x 2m. Pada metode

petak ganda semua parameter kuantitatif dapat dihitung menggunakan

rumus-rumus seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

Gambar

Gambar 2. Peta Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir Tengah, Krui
Gambar 3.  Desain metode garis berpetak yang digunakan untuk pengamatan vegetasi
Tabel 1. Contoh berbagai jenis tumbuhan obat hutan di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa jenis tanaman yang dikembangkan petani di areal repong damar Pekon Negeri Ratu Ngaras Kecamatan Bengkunat Kabupaten Lampung Barat sebanyak

Keanekaragaman spesies burung di Repong Damar untuk setiap lokasi pe- ngamatan adalah sebagai berikut di perbatasan sawah dan hutan memiliki tingkat

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Repong Damar Bagi Masyarakat Pesisir Di

Tujuan yang lebih signiiikan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : (a) pengaruh pengelolaan repong damar terhadap ekonomi wilayah Kabupaten Dati I1

Uraian di atas telah membuktikan bahwa pendapatan yang diperoleh dari Repong Damar khususnya resin damar mampu menopang pengeluaran pangan masyarakat Desa Pahmungan

Jenis tanaman yang beragam di Repong Damar diharapkan memiliki peranan penting dalam penyerapan karbon di atmosfer karena itu perlu dilakukan penelitian yang

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi keluarga petani repong damar di Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir Barat

Berdasarkan pemaparan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah pentingnya Repong Damar sebagai kearifan lokal untuk mitigasi bencana longsor pada masyarakat di Kabupaten Pesisir Barat