• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

NO. DAFTAR FPIPS : 1891/UN.40.2.4/PL/2013

Ayu Winarti, 2013

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM

PELESTARIAN REPONG DAMAR DI KAWASAN PENYANGGA

TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Geografi

Oleh :

AYU WINARTI

0905966

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

NO. DAFTAR FPIPS : 1891/UN.40.2.4/PL/2013

Ayu Winarti, 2013

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM

PELESTARIAN REPONG DAMAR DI KAWASAN PENYANGGA

TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Oleh

Ayu Winarti

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Ayu Winarti 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)

NO. DAFTAR FPIPS : 1891/UN.40.2.4/PL/2013

Ayu Winarti, 2013

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

LEMBAR PENGESAHAN

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM

PELESTARIAN REPONG DAMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN

NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Disahkan dan Disetujui Oleh

PEMBIMBING I

Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil P, M.Si

NIP. 19610323 198603 1 002

PEMBIMBING II

Drs. H. Wahyu Eridiana, M.Si

NIP. 19550505 198601 1 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Geografi

FPIPS UPI

Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd

(4)

NO. DAFTAR FPIPS : 1891/UN.40.2.4/PL/2013

Ayu Winarti, 2013

(5)

Ayu Winarti, 2013

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA

TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Oleh :

AYU WINARTI 0905966

Dosen Pembimbing :

Pembimbing I : Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil P, M.Si Pembimbing II : Drs. Wahyu Eridiana, M.Si

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan penulis terhadap keberhasilan masyarakat Pekon Pahmungan dalam melestarikan repong damar sebagai kawasan penyangga TNBBS. Sehingga permasalahan diarahkan kepada : 1). Bagaimana nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Pekon Pahmungan dalam usaha pelestarian repong damar di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). 2). Bagaimana upaya yang dilakukan masyarakat

Pekon Pahmungan dalam mewariskan nilai-nilai kearifan lokal pada generasi

muda. 3). Bagaimana pembelajaran geografi menyerap kearifan lokal masyarakat

Pekon Pahmungan dalam proses belajar mengajar. Metode penelitian yang

digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengambilan sampel bola salju (snowball sampling).

Hasil penelitian menunjukkan terdapat kearifan lokal masyarakat yang terhubung dengan tata cara masyarakat dalam mengelola repong damar. Kearifan lokal tersebut diantaranya berkaitan dengan 1) Pengetahuan masyarakat dalam pembentukan repong damar, yaitu diantaranya adalah tahapan pembentukan

repong damar yang dimulai dari tahap darak, tahap kebun dan tahap repong. 2)

Keyakinan/kepercayaan masyarakat yang terdapat dalam bentuk ritual-ritual dan larangan. 3) Pemahaman masyarakat terhadap repong damar seperti adanya pandangan bahwa repong damar harus dijaga karena dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap para pendahulu, damar merupakan pusaka keluarga dan merupakan asset yang berharga, damar memiliki nilai ekonomi dan kepemilikan

repong damar juga merupakan lambang status sosial. 4) Kebiasaan masyarakat

yang tercermin dari sistem pewarisan. 5) Perlunya merawat dan memelihara repong damar sebagai etika masyarakat dalam pengelolaan repong damar. Adapun cara yang digunakan masyarakat dalam mewariskan nilai-nilai yang berlaku dalam upaya pelestarian repong damar kepada generasi mudanya yaitu dengan membawa serta anak-anak sejak usia dini untuk terlibat langsung dalam pengelolaan repong damar sehingga pengetahuan generasi selanjutnya hanya sebatas apa yang mereka lihat, dengar dan praktikkan langsung dari orangtuanya. Sementara kearifan lokal masyarakat setempat dalam melestarikan lingkungan tidak diajarkan secara maksimal di dalam pembelajaran geografi disekolah.

(6)

Ayu Winarti, 2013

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

LOCAL WISDOM OF PEKON PAHMUNGAN COMMUNITY ON EVERLASTING REPONG DAMAR IN PROP AREA TNBBS

By :

AYU WINARTI 0905966

First Supervisor : Prof. Dr. R. Gurniwan Kamil P, M.Si Co-Supervisor : Drs. Wahyu Eridiana, M.Si

The background of this research are anxiety the writer with the success of the environments of Pekon Pahmungan on conserve repong damar as a prop area TNBBS. So those, the aims of this research are, 1. How is the wisdom value of native community Pekon Pahmungan in conservation effort repong damar in prop area TNBBS, 2. How the effort is doing by the environment Pekon Pahmungan in legacy the wisdoms value to the young generation, 3. How is the geography lesson absorb the wisdom native community Pekon Pahmungan in the learning process. Methods of research are qualitative descriptive with snowball sampling technique.

The result of research show that a local wisdom community that connected with the environments system on manage repong damar. The local wisdom is related with 1). The skill of community in increase repong damar, there are steps of increase repong damar that started by step darak, garden step, dan repong step. 2). The conviction of the environments in the ritual and prohibition. 3). Community comprehensions to repong damar such as the view that repong damar

must keep because it’s as an honorable to the forebear, damar is a family heirloom and as valuable asset, damar has an economic value and ownership repong damar too as the symbol of social status. 4). Environment habitual that reflect from

legacy system. 5. It’s necessary to take care and keep repong damar as community ethnic in manage repong damar. There are using method by the environment in the legacy value that occur in the effort of conservation repong damar to the young generation is by bought the children since early age to involve with manage

repong damar so that the knowledge of next generation came from what they see,

listen and doing from the parents. On the other hand the wisdom of native

community in everlasting their environment doesn’t teach on maximal in the

geography lesson in school.

(7)

Ayu Winarti, 2013

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Hutan memiliki peranan yang cukup strategis jika dilihat dari manfaat

hutan itu sendiri yaitu sebagai penyerap karbondioksida, penghasil oksigen, fungsi

hidrologi, fungsi ekonomi, ekologi dan lain sebagainya. Namun, fungsi-fungsi

hutan tersebut hanya dipahami sebagian besar masyarakat sebatas sebagai fungsi

ekonomi, sehingga banyak pihak yang memanfaatkan atau mengeksploitasi hutan

secara berlebihan dan tidak memperhitungkan kelestariannya.

Seperti kita ketahui bahwa Negara Indonesia merupakan negara tropis

yang kaya akan hutan. Hutan tropis Indonesia merupakan hutan tropis terluas

ketiga setelah Negara Brazil dan Republik Demokrasi Kongo. Namun, data

kerusakan hutan menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan daya

rusak hutan tercepat. Hal ini dapat dilihat dari data Forest Watch Indonesia (FWI)

(2009 : 15) yang menyatakan bahwa angka laju kerusakan hutan Indonesia adalah

1,51 juta ha per tahun dalam kurun waktu 2000-2009.

Semua kerusakan hutan tersebut adalah gejala yang terlihat dengan kasat

mata dari hasil interaksi manusia dengan lingkungannya yang tidak

memperhatikan kelestarian lingkungannya. Hal ini terbukti dari beberapa kasus

seperti terkuaknya kasus illegal logging di beberapa daerah, konversi lahan hutan

menjadi lahan pertanian, kebakaran hutan, dan masih banyak lagi contoh-contoh

kasus kerusakan hutan lainnya

Banyak studi yang menunjukkan bahwa masyarakat adat di Indonesia

mampu mengelola sumber daya alam termasuk hutannya secara turun temurun.

Sebagian besar masyarakat adat masih memiliki nilai-nilai atau norma-norma adat

dalam pengelolaan hutan. Nilai-nilai adat masyarakat setempat dalam

melestarikan hutan biasa di sebut dengan kearifan lokal. Salah satu kearifan lokal

di Indonesia adalah kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat yang tinggal di

(8)

2

Ayu Winarti, 2013

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu masyarakat Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Kabupaten Pesisir

Barat, Provinsi Lampung dalam upaya pelestarian repong damar.

Pengelolaan repong damar di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan (TNBBS) adalah salah satu contoh pengelolaan lahan hutan yang

perlu mendapat perhatian. Sebab, repong damar merupakan salah satu contoh

keberhasilan agroforestri yang dikelola oleh masyarakat lokal yang pada

umumnya masih sangat tradisional.

Dari sisi geografis, Pekon Pahmungan terletak di tepi Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan (TNBBS) dan merupakan hutan lindung yang sudah

dimanfaatkan untuk wisata ekologi. Repong damar merupakan istilah yang

digunakan masyarakat lokal dalam menyebut kebun damar. Alasan masyarakat

menggunakan istilah repong adalah karena kebun identik dengan monokultur,

sedangkan repong damar tidak hanya terdiri dari damar saja melainkan terdapat

jenis tumbuhan lainya seperti durian, duku, manggis, semak belukar,

kayu-kayuan, obat-obatan dan lain sebagainya.

Sebenarnya, kesadaran akan pentingnya melestarikan repong damar

bukanlah hal baru bagi masyarakat Pekon Pahmungan. Sejak ratusan tahun yang

lalu, nenek moyang kita mempunyai nilai-nilai tradisional dalam mengelola

repong damar. Nilai-nilai dan norma-norma tersebut dibentuk sesuai dengan

kebutuhan masyarakat setempat yang pada akhirnya menjadi adat istiadat.

Kesemuanya ini melambangkan kearifan lokal masyarakat dalam mengelola

repong damar sehingga menghasilkan satu sistem pengetahuan yang bersifat

tradisional.

Dalam sejarah panjang yang telah mencapai ratusan tahun, repong damar

di kawasan penyangga TNBBS masih tetap bertahan. Hampir sebagian kebutuhan

petani dipenuhi dari repong damar ini. Namun, keberadaan repong damar mulai

terancam dengan adanya berbagai ancaman. Ancaman terbesar terhadap repong

damar adalah konversi lahan menjadi peruntukan lain. Hal ini disebabkan oleh

belum diakuinya status kepemilikan tanah masyarakat setempat selaku pemilik

(9)

3

Ayu Winarti, 2013

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

luar seperti keinginan untuk membangun perkebunan kelapa sawit. Bahkan

beberapa petani tergiur untuk mengganti repong damarnya dengan tanaman lain

yang lebih menjanjikan, seperti cengkeh dan kelapa sawit.

Disamping itu, nilai dan rasa kebanggaan memiliki repong damar sebagai

warisan nenek moyang mulai pudar. Banyak kaum muda yang lebih suka

meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan sebagai karyawan pabrik daripada

bertani atau mengurus repong damar. Ancaman lainnya yaitu pesatnya

perkembangan teknologi. Hal ini dapat di lihat dari munculnya bahan sintetis

pengganti resin yang mengakibatkan menurunnya posisi tawar komoditas damar

di pasar global. Selain itu, Meningkatnya kebutuhan hidup membuat para petani

mulai tergiur untuk menjual kayu damar karena harganya yang cukup tinggi jika

dibandingkan dengan harga getah damar.

Walaupun ancaman-ancaman seperti yang telah dijelaskan diatas datang

setiap saat, namun repong damar masih tetap bertahan. Di saat Indonesia

dihadapkan pada parahnya kerusakan hutan karena illegal logging yang meskipun

secara ekonomi lebih menggiurkan tetapi destruktif terhadap kelestarian hutan,

masyarakat Pekon Pahmungan justru memilih untuk menjaga kebun damarnya

yang menyerupai hutan alam tersebut. Berbagai permasalahan yang dihadapi

dalam mengelola damarnya, tidak lantas membuat petani damar Pesisir Barat serta

merta meninggalkan kebun damar dan beralih usaha. Petani damar

mempertahankan repong damarnya dengan menerapkan nilai-nilai kearifan lokal

yang ada. Hal ini perlu digali dan dikaji karena kearifan lokal ini merupakan salah

satu kekayaan Indonesia dan banyak mengandung nilai-nilai positif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perlu dilakukan

penelitian dengan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Pekon Pahmungan

dalam usaha pelestarian repong damar di kawasan penyangga Taman

(10)

4

Ayu Winarti, 2013

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimanakah upaya yang dilakukan masyarakat Pekon Pahmungan

dalam mewariskan nilai-nilai kearifan lokal pada generasi muda?

3. Bagaimanakah pembelajaran geografi menyerap kearifan lokal masyarakat

Pekon Pahmungan dalam proses belajar mengajar ?

C. Tujuan

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Pekon Pahmungan

dalam usaha konservasi Repong damar di kawasan penyangga Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

2. Mengidentifikasi upaya yang dilakukan masyarakat Pekon Pahmungan

dalam mewariskan nilai-nilai kearifan lokal pada generasi muda

3. Mengidentifikasi pembelajaran geografi dalam menyerap kearifan lokal

masyarakat pekon pahmungan dalam proses belajar mengajar

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam pengelolaan hutan di

Kabupaten Pesisir Barat

2. Sebagai bahan masukan bagi pengajaran geografi disekolah tentang

(11)

Ayu Winarti, 2013

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan untuk

meneliti objek-objek yang tidak dapat diukur dengan angka melainkan

menghasilkan data deskriptif hasil pengamatan. Pertimbangan peneliti memilih

pendekatan kualitatif karena pendekatan kualitatif membahas secara mendalam

mengenai kearifan lokal masyarakat. Selain itu, pendekatan ini juga bersifat

subjektif dan tidak menggunakan perhitungan statistik.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan model

format deskriptif. Desain deskriptif kualitatif ini memiliki banyak kesamaan

dalam penelitian kuantatif terutama dalam menempatkan teori pada data yang

diperoleh. Adapun tujuan penelitian deskriptif kualitatif menurut Bungin (2011 :

68) adalah sebagi berikut :

Penelitian sosial menggunakan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengkritik kelemahan penelitian kuantitatif (yang terlalu positivism), serta juga bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.

Melihat tujuan dari penggunaan format deskriptif kualitatif diatas, maka peneliti

menggunakan model ini karena penelitian ini pada dasarnya menggambarkan dan

meringkas segala situasi dan kondisi fenomena mengenai nilai-nilai kearifan lokal

yang menjadi ciri dan karakter masyarakat Pekon Pahmungan dalam upaya

pelestarian repong damar.

(12)

Ayu Winarti, 2013

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(13)

23

indikasi fenomena dalam penelitian ini adalah kearifan lokal masyarakat Pekon

Pahmungan dalam melestarikan repong damar. Kearifan lokal dalam hal ini

adalah segala bentuk pengetahuan-pengetahuan, pemahaman, etika masyarakat,

kebiasaan dan kepercayaan masyarakat pekon pahmungan dari proses

pembentukan hingga pengelolaaan repong damar.

D. Objek dan Informan Penelitian

Sasaran atau objek dari penelitian ini adalah masyarakat Pekon

Pahmungan yang melestarikan repong damar di kawasan penyangga Taman

Nasional Bukit Barisan Selatan Provinsi Lampung. Sedangkan informan dalam

penelitian ini adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian.

Penelitian ini memerlukan informan atau narasumber untuk memperoleh

data dan informasi-informasi yang diperlukan. Peneliti membagi informan

kedalam informan pokok dan informan kunci (key informan). Hal ini dilakukan

karena peneliti tidak mengetahui secara pasti siapa yang harus ditemui untuk

dijadikan informan. Penentuan key Informan perlu dilakukan untuk memperoleh

informasi yang mendalam dan kemudian menjadi pedoman dalam penarikan

sampel. Pada penelitian ini, key informan diambil dengan menggunakan Snowball

Sampling, yaitu peneliti memulai dari keterangan informan pangkal yang dapat

memberikan petujuk tentang adanya individu atau kelompok lain yang dapat

memberikan informasi lebih lengkap. Individu atau kelompok lain inilah yang

disebut key informan atau informan pokok. Pertimbangan peneliti menggunakan

snowball sampling karena peneliti belum tahu situasi objek dan siapa saja yang

mengetahui serta memahami informasi objek penelitian. untuk lebih jelasnya

[image:13.595.123.501.658.746.2]

mengenai pembagian informan dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 :

Kategori informan

No. Informan Pokok Informan Pangkal

1 Bapak Ali Finnur (Kepala Urusan Pembangunan)

Peratin Pekon Pahmungan 2 Bapak H. Darmi (Tokoh Masyarakat)

(14)

24

Informan pangkal dalam penelitian ini dimulai dari kepala desa kemudian

dilanjutkan dengan beberapa tokoh yang diyakini memiliki informasi yang

dibutuhkan untuk dijadikan key informan. Pemilihan informan didasarkan pada

kepemilikan informasi tentang adanya upaya pelestarian repong damar yang

dilakukan oleh masyarakat Pekon Pahmungan, sedangkan jumlah informan

disesuaikan dengan kebutuhan data informasi dan tujuan dari penelitian itu

sendiri.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data lapangan dilakukan melalui tiga cara, yaitu

sebagai berikut :

1. Observasi Partisipasi

Menurut Sugiono (2007 : 64) “observasi partisipasi peneliti terlibat dengan

kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian”. Observasi atau pengamatan terhadap lokasi penelitian

yang dilakukan secara langsung untuk menggali data-data mengenai keadaan

repong damar dan kehidupan masyarakat Pekon Pahmungan. Kegiatan observasi

dilakukan dengan menggunakan panca indera dan alat bantu berupa kamera foto.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan salah satu teknik untuk memperoleh informasi

dengan cara peneliti bertanya langsung kepada narasumber. Teknik wawancara

terdiri dari wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstrukur. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. Menurut

Mulyana (2008 : 181), “wawancara tidak terstruktur mirip dengan percakapan

informal. Metode ini bertujuan memperoleh bentuk-bentuk tertentu informasi dari

semua responden, tetapi susunan kata dan urutannya disesuaikan dengan ciri-ciri

setiap responden”. Wawancara secara mendalam dilakukan dengan menggunakan

pedoman wawancara dengan alat bantu buku catatan dan perekam.

3. Studi Literatur

Studi literatur atau sering disebut studi kepustakaan sebagai data sekunder

(15)

25

repong damar, mempertajam analisis penelitian dengan mengumpulkan dan

mempelajari buku-buku, surat kabar, dan laporan-laporan penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan pengelolaan repong damar.

F. Keabsahan Data Kualitatif

Dalam penelitian kualitatif, untuk memastikan bahwa penelitian

benar-benar alamiah perlu adanya keabsahan data. Hal ini dilakukan untuk

meningkatkan derajat kepercayaan data. Seperti halnya penelitian kuantitatif yang

menggunakan validitas dan reabilitas sebagai uji kepercayaannya, maka penelitian

kualitatif menggunakan uji keabsahan data untuk menguji validitasnya. Untuk

menentukan keabsahan data maka diperlukan teknik pemeriksaan data. Terdapat

beberapa teknik dalam pemeriksaan keabsahan data pada penelitian kualitatif.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah

teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk

dibandingkan dengan data. Pada penelitian ini menggunakan triangulasi sumber

data. Triangulasi sumber data menurut Bungin (2011 : 264) yaitu “membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda”. Selain itu, Bungin (2011 : 261)

juga mengungkapkan bahwa :

Uji keabsahan melalui triangulasi ini dilakukan karena dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistik. Begitu pula materi kebenaran tidak di uji berdasarkan kebenaran alat sehingga substansi kebenaran tergantung pada kebenaran intersubjektif. Oleh karena itu, sesuatu yang dianggap benar apabila kebenaran itu mewakili kebenaran orang banyak atau kebenaran stakeholder.

Dari penjelassan Bungin diatas, maka dapat dilihat bahwa triangulasi dilakukan

untuk menguji derajat kepercayaan data-data yang tidak dapat diukur. Ukuran

kebenaran dari suatu data adalah jika benar menurut konfirmasi dari informan.

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data dan analisis data.

(16)

26

Analisis merupakan kegiatan : (1) pengurutan data sesuai dengan rentang permasalahan atau urutan pemahaman yang ingin diperoleh; (2) pengorganisasian data dalam formasi, kategori, ataupun unitperian tertentu sesuai dengan antisipasi peneliti; (3) interpretasi peneliti berkenaan dengan signifikansi butir-butir ataupun satuan data sehingga membuahkan kesimpulan.

Pada penelitian ini, proses pengolahan data dimulai dengan :

a. Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan baik hasil wawancara,

observasi maupun dokumentasi

b. Reduksi data yaitu upaya membuat abtraksi. Abtraksi adalah usaha

membuat rangkuman inti.

c. Berikutnya adalah pengorganisasian data dalam kategori tertentu

d. Langkah terakhir adalah penafsiran data

Sedangkan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kualitatif yaitu peneliti mendeskripsikan kondisi fisik dan kondisi sosial

hasil penelitian. Analisis data yang diperoleh dari observasi dan wawancara

mendalam dilakukan sejak peneliti dilapangan karena dalam penelitian kualitatif,

analisis data sebenarnya lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan

data sehingga peneliti mengumpulkan data sambil menganalisis hasil temuan

(17)

Ayu Winarti, 2013

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Alwasilah, et al. 2009. Etnopedagogi. Bandung : Kiblat Buku Utama

Bungin, Burhan. 2011. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana

Ekowati, Dian. 2005. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan

Ekowisata. Skripsi : IPB

Forest Watch Indonesia. 2009. Potret Keadaan Hutan Indonesia Periode 2000-2009. Bogor : Forest Watch Indonesia

Keraf, A. S. 2002. Etika Lingkungan. Jakarta : Penerbit Buku Kompas

Koentjaraningrat. 2005. Pengantar antropologi. Jakarta : Rineka Cipta

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta : Bumi Aksara

Mulyana, D. 2008. Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Mutakin, A dan Pasya, G.K. (2006). Geografi Budaya. Bandung : Buana Nusantara

Ndraha, T. dkk. (1992). Administrasi Lingkungan Hidup. Jakarta : Universitas Terbuka

Rafi’i, Suryatna. 1995. Meterorologi dan Klimatologi. Bandung : Angkasa

Resosoedarmo, et al. 1990. Pengantar Ekologi. Bandung : Remaja Rosdakarya

Ridwan, N.A. (2007). “Landasan Keilmuan Kearifan Lokal”. Jurnal Studi Islam dan Budaya. Vol. 5, (1), 27-38

Soemarwoto. 2004. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Djambatan

(18)

Ayu Winarti, 2013

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT PEKON PAHMUNGAN DALAM PELESTARIAN REPONG DAMMAR DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sugiono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta

Sumaatmadja, Nursid. 1996. Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan

Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta

Sumaatmadja, Nursid. 1997. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta : Bumi Aksara

UU No. 32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

UU No. 56 Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Lahan Pertanian

Sumber Internet :

Gobyah. [Online]. Tersedia :

http://www.balipost.co.id/BALIPOSTCETAK/2003/9/17/bd3.htm [09 April 2013]

Scazda. (2012). Menjadikan Lingkungan Lestari Surga Dunia Kita. [Online]. Tersedia : http://scazda.wordpress.com/2012/04/06/lingkungan/. [30 Juni 2012]

Suhartini. 2009. Kajian Kearifan Lokal Masyarakat dalam Pengelolaan

Sumberdaya Alam dan Lingkungan. [Online]. Tersedia :

http://staff.uny.ac.id [09 April 2013]

Syahpora, Y. (2012). Tinjauan singkat kearifan lokal. [Online]. Tersedia : http://yunansyahpora.blogspot.com/2012/09/tinjauan-singkat-kearifan-lokal.html?m=1 [15 April 2013]

Qandhi, F.F. 2012. Pentingnya kearifan lokal. [Online]. Tersedia : http://fika-

fatia.blogspot.com/2012/05/pentingnya-kearifan-lokal-masyarakat_07.html?m=1 [15 April 2013]

Wibowo, K.T. (2011). Peranan Kearifan Lokal dalam Membangun Perekonomian

Masyarakat Adat di Indonesia [Online]. Tersedia :

Gambar

Tabel 3.1 :

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari perilaku harian gajah sumatera latih yang ada di Resort Pemerihan, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan..

Keanekaragaman tumbuhan di kawasan Way Canguk dan Sukaraja Atas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan relatif tinggi, dengan suku-suku umum yang

Judul Skripsi : “Bentuk Kearifan Lokal Terkait Pemanfaatan Hasil Hutan di Sekitar Tahura Bukit Barisan (Studi kasus di desa kuta rakyat,desa Dolat Rakyat, desa Jaranguda,

Balai Besar TNBBS dalam beberapa tahun terakhir telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka menjaga keutuhan kawasan taman nasional dengan tujuan pemantapan kawasan

Kelimpahan spesies burung di suatu daerah dapat menunjukkan bagaimana kondisi di daerah tersebut, seperti Resort Pemerihan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, yang merupakan

Dari hasil pengamatan pada 90 petak di Resort Balik Bukit Taman Nasional Bukit Barisan Selatan ditemukan 10 jenis anggrek Eria dengan keseluruhan jumlah 237

Keanekaragaman tumbuhan di kawasan Way Canguk dan Sukaraja Atas, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan relatif tinggi, dengan suku-suku umum yang

HASIL PEMANTAUAN SATWA LIAR DIJALAN LINT AS SUKARAJA- PEMERIHAN TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN.. BULAN MEI -