KASUS INFEKSI TUBERKULOSIS
Disusun oleh:
Irpan nurhakim
21131202
Feby yulia P.H 21131255
Sartika Nurutami
21131274
Yogi prawira pratama
21131293
SEKOLAH TINGGI FARMASI BANDUNG
Jln. Soekarno Hatta No.754 Cibiru Bandung
Telp./Fax. (022)7830760,7830768,7830749
Website :
www.stfb.ac.id
ALUR DIAGNOSIS & TINDAK LANJUT TB PARU DEWASA
Kolaborasi kegiatan TB HIV HIV (+) +++ -++ --+ ---Observasi Bukan TB TIPK Pengobatan TB sesuai pedoman nasional TBTidak bisa dirujuk
Perbaikan Terapi obat non OAT
MTB (-) MTB (+), RIF
resisten MTB (+), RIF
sensitif
Pemeriksaan klinis ulang, SPS Tidak ada perbaikan Bukan TB Pemeriksaan tes cepat/biakan
Rujuk ke faskes rujukan tingkat lanjut
Foto toraks tidak mendukung TB, Pertimbangan dokter Foto toraks mendukung
TB,Pertimbangan dokter
---+++
-++ --+
Pemeriksaan klinis, SPS
Batuk berdahak ≥2 minggu
Diagnosis pasien suspect TB paru dapat dilihat dari gejala yang timbul pada pasien, salah satunya adalah batuk berdahak lebih dari dua minggu. Jika diketahui timbul gejala yang menunjukkan suspect TB, maka dilakukan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan biologis secara mikroskopik langsung dengan SPS. Yang dimaksud SPS (sewaktu pagi sewaktu) yaitu:
Sewaktu : pengambilan sputum sewaktu pasien datang ke fasilitas pelayanan kesehatan pertama kali
Pagi : pengambilan sputum pasien pada hari kedua di pagi harinya
Sewaktu : pengambilan sputum pasien sewaktu pasien kembali ke fasyankes dihari kedua untuk memberikan sampel sputup pagi harinya.
Hasil dari SPS, dilihat apakah BTA (basil tahan asam) menunjukkan hasil (+) atau (-). Jika menunjukkan hasil (+) satu atau bahkan lebih maka pasien dapat didiagnosis TB. Ketika hasil BTA (-), pasien dapat dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjut untuk mendapatkan pemeriksaan lanjutan, yaitu dengan foto toraks. Jika hasil foto toraks mendukung adanya TB (dengan pertimbangan dokter) maka pasien didiagnosis TB, tetapi jika hasil foto toraks tidak mendukung TB (dengan pertimbangan dokter) maka pasien didiagnosis bukan TB. Sementara untuk pasien yang tidak bisa dirujuk, dapat diberikan obat non OAT (obat anti tuberkulosis) untuk memastikan diagnosis. Apabila hasil dari terapi obat non OAT menunjukkan adanya perubahan pada kondisi pasien maka pasien dapat dintatakan bukan TB, namun apabila tidak ada perubahan pada kondisi pasien setelah pemberian obat non OAT dilakukan pemeriksaan klinis ulang dan SPS ulang. Jika hasil pemeriksaan ulang BTA (-) maka perlu dilakukan observasi oleh dokter, tetapi jika hasil BTA (+) satu atau lebih maka pasien didiagnosis TB.
Untuk pemeriksaan klinis dan SPS awal jika hasil BTA (-), dapat dilakukan uji biakan. Uji biakan yang menunjukkan adanya MBT atau mycobacterium tuberculosis (+), Rifampisin sensitif maka pasien didiagnosis TB. Jika MBT (+), Rifampisin resisten maka pasien harus dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan dengan MDR-TB (multidrug resistant TB = resisten terhadap INH dan Rifampisin secara bersamaan). Jika MBT (-) maka pasien dapat didiagnosis bukan TB.
Untuk pasien yang didiagnosis TB, dapat dilakukan pengobatan sesuai dengan pedoman nasional. Pengobatan pasien TB dibagi 2 yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. Untuk tahap awal, pasien diberikan obat setiap hari selama 2 bulan untuk mengurangi bakteri yang sudah ada pada tubuh pasien. Pada umumnya jika pengobatan dilakukan secara teratur selama 2 minggu, resiko terjadinya penularan dapat sangat berkurang. Tahap lanjutan dimaksudkan untuk menyembuhkan pasien dan mencegah pasien kambuh. Apabila selama pengobatan dinyatakan tes HIV atas inisiatif pemberi pelayanan kesehatan dan konseling (TIPK) adanya HIV (+) maka pengobatan TB harus dikombinasi dengan pengobatan HIV.
1. Definisi Pasien TB:
Pasien TB berdasarkan hasil konfirmasi pemeriksaan Bakteriologis:
Adalah seorang pasien TB yang dikelompokkan berdasarkan hasil pemeriksaan
contoh uji biologinya dengan pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan atau tes
diagnostik cepat yang direkomendasi oleh Kemenkes RI (misalnya: GeneXpert).
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:
a. Pasien TB paru BTA positif
c. Pasien TB paru hasil tes cepat M.tb positif
d. Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik dengan BTA, biakan
maupun tes cepat dari contoh uji jaringan yang terkena.
e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.
Catatan: Semua pasien yang memenuhi definisi tersebut diatas harus dicatat tanpa
memandang apakah pengobatan TB sudah dimulai ataukah belum.
2. Pasien TB terdiagnosis secara Klinis dokter:
Adalah pasien yang tidak memenuhi kriteria terdiagnosis secara bakteriologis tetapi
didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter, dan diputuskan untuk diberikan
pengobatan TB.
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah:
a. Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto toraks mendukung TB.
b. Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis maupun laboratoris dan
histopatologis.
c. TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.
Catatan: Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan kemudian terkonfirmasi
bakteriologis positif (baik sebelum maupun setelah memulai pengobatan) harus
diklasifikasi ulang sebagai pasien TB terkonfirmasi bakteriologis.
3.
Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit:
a. Tuberkulosis paru:
Adalah TB yang terjadi pada parenkim (jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai
TB
paru karena adanya lesi pada jaringan paru.
Limfadenitis TB dirongga dada (hilus dan atau mediastinum) tanpa
terdapat gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru, dinyatakan sebagai TB
ekstra paru.
Adalah TB yang terjadi pada organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe,
abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang.
Diagnosis TB ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan
bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus diupayakan berdasarkan
penemuan Mycobacterium tuberculosis.
ALGORITMA PENGOBATAN TB POSITIVE HIV
HIV +
Mikroskopik X pert MTB/RIF
MTB positive, Rif Sensitif
Laporkan
Terapi TB
MTB Negative, RIF Resisten
LPA sebagai konfirmasi
Rif sensitif Rif Resisten
Laoprkan
Terapi TB MDR
MTB Negatif
X pert MTB/RIF ulang Skrining
gejala TB
ALGORITMA PENGOBATAN TB PADA ANAK
Obsevasi PP INH
HIV + HIV
-Bukan TB Pertimbangan
dokter
Skor < 6 Skor=
Skor >6
PP INH Umur < 5 Umur ≥ 5
Infeksi Laten TB Didapat dari parameter uji
TB (+) dan kontak tanpa gejala klinis lain Didapat dari
parameter uji TB (+) atau kontak
dengan gejala gejala klinis lan
Evaluasi Rujuk bila
perlu Terapi Lanjut
Perbaikan
Anak 0-4 tahun
Suspect TB Anak
Sistem Skoring
TB Anak