• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi Hormonal (Pil) dengan Kejadian Vaginal Dischage Patologis pada Dosen Wanita Usia Subur Universitas Sumatera Utara Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi Hormonal (Pil) dengan Kejadian Vaginal Dischage Patologis pada Dosen Wanita Usia Subur Universitas Sumatera Utara Tahun 2011"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN KEJADIAN

VAGINAL DISCHARGE

PATOLOGIS

PADA DOSEN WANITA USIA SUBUR

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)

TAHUN 2011

Oleh:

NOR ZAHIRAH BINTI ISAHAK

080100347

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

DENGAN KEJADIAN

VAGINAL DISCHARGE

PATOLOGIS

PADA DOSEN WANITA USIA SUBUR

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)

TAHUN 2011

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

NOR ZAHIRAH BINTI ISAHAK

080100347

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Hasil Penelitian dengan Judul:

Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi Hormonal

(Pil) dengan Kejadian Vaginal Discharge Patologis

Pada Dosen Wanita Usia Subur Universitas Sumatera Utara (USU) Tahun 2011

Yang dipersiapkan oleh:

NOR ZAHIRAH BINTI ISAHAK

080100347

Hasil penelitian ini telah diperiksa dan disetujui.

Kepala Batas, 11 December 2011

Disetujui,

Dosen Pembimbing

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi

Hormonal (Pil) dengan Kejadian Vaginal Dischage Patologis pada Dosen Wanita

Usia Subur Universitas Sumatera Utara Tahun 2011

NAMA : NOR ZAHIRAH BINTI ISAHAK

NIM : 080100347

Pembimbing

(dr Ichwanul Adenin, Sp. OG (K)) NIP : 140185190

Penguji I

(dr. Yahwardiah Siregar, PhD) NIP : 195508071985032001

Penguji II

(dr. Juliandi Harahap, MA) NIP : 197007021998021001

Mengetahui: Universitas Sumatera Utara Fakultas

(5)

Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD, KGEH NIP: 19540220 198011 1 001

ABSTRAK

Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk

yang sangat banyak setelah Cina, India dan Amerika. Para pakar kependudukan memperkirakan Indonesia akan mengalami ledakan jumlah penduduk pada masa yang mendatang. Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal dengan Keluarga Berencana (KB). Maka telah diperkenalkan beberapa alat kontrasepsi seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), pil, suntikan, implan, dan lain-lain. Terdapat beberapa kesan samping dari penggunaan alat kontrasepsi tersebut, antaranya adalah kejadian vaginal discharge patologis.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara

penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis pada dosen wanita Universitas Sumatera Utara (USU).

Metodologi penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian analitik, di mana

pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study

yang dilakukan ke atas 70 orang dosen wanita usia subur USU yang dipilih dengan menggunakan teknik quota sampling. Alat yang digunakan untuk mengukur data adalah dengan mengedarkan kuesioner tentang jenis alat kontrasepsi yang digunakan, gejala dan karakteristik keputihan yang dialami responden. Setelah itu, data kemudiannya dianalisis dan diuji dengan menggunakan program SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menggunakan alat kontrasepsi

yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) sebanyak 65.7% (n=46), manakala yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal tunggal sebanyak 34.3% (n=24). Hasil kejadian vaginal discharge patologis pula sebanyak 37.1% (n=26), manakala kejadian vaginal discharge fisiologis sebanyak 62.9% (n=44). Tidak terdapat hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis (p- Value= 0.634). Ini karena nilai p lebih besar daripada nilai alpha (p- Value > 0.05).

Kesimpulan tidak ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi yang

mengandungi kombinasi homonal dengan kejadian vaginal discharge patologis.

(6)

ABSTRACT

Background Indonesia is one of the developing countries with the highest total

population after China, India and United State. It is estimated that Indonesia will have sharp increase number of population in the future. For that matter, the government had introduced a program to stop the crisis. The program is called Family Planning. There are a few methods that can be used to stop pregnancy such as intrauterine device (IUD), pill contraceptive, implant, inject, and many others. There is several side effect of contraceptive used such as pathologic vaginal discharge.

Objective The objective of this research is conducted in order to investigate the effect

of vaginal discharge on combination Hormonal (pil) contraceptive among women lectures University of Sumatera Utara (USU).

Method Analytic method with the cross sectional study has been done at University

of Sumatera Utara (USU) to 70 women lecturer as the respondents. Data collected based on quota technique. Content of the questionnaires are including types of contraceptive, symptoms and characteristic of vaginal discharge. Result are then been analyzed using SPSS.

Result 65.7% (n=46) have been using combination hormonal (pil) contraceptive. 34.3% (n=24) have been using single homonal contraceptive. 37.1% (n=26) had the symptoms of pathologic vaginal discharge. 62.9% (n=44) had physiologic vaginal discharge. There is no relation between combination hormonal (pil) contraceptive and the pathologic vaginal discharge (p- Value= 0.634). The p- Value is bigger than alpha value (p>0.05).

Conclusion In conclusion, there is no relation between combination hormonal (pil)

contraceptive and the pathologic vaginal discharge.

(7)

Assalamualaikum.

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

rahmat, dan hidayahNya, dan di atas izin-Nya saya telah dapat menyelesaikan

proposal penelitian yang berjudul “Hubungan Pengunaan Alat Kontrasepsi yang

Mengandungi Kombinasi Hormonal (Pil) dengan Kejadian Vaginal Discharge

Patologis pada Dosen Wanita Usia Subur Universitas Sumatera Utara (USU)

Tahun 2011” dengan baik dan tidak ada hambatan suatu apapun.

Terima kasih atas bimbingan dosen pembimbing saya, dr Ichwanul Adenin Sp

OGK dan dosen-dosen Community Research Program di atas bimbingan dan tunjuk

ajar mereka. Tidak dilupakan kepada teman-teman dan kedua ibu bapa saya yang

telah memberikan sokongan dan dukungan.

Kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat secara langsung dan

tidak langsung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, saya sampaikan ucapan

terima kasih yang setulusnya. Semoga bantuan yang telah kalian berikan akan

mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Kuasa.Amin.

Akhir kata, saya berharap penelitian ini memberi manfaat kepada semua pihak.

Kepala Batas, 10 December 2011

Penulis,

(8)

Halaman

2.1 Definisi Keluarga Berencana... 5

2.2 Definisi Kontrasepsi... 5

2.3 Siklus Haid Normal... 5

2.4 Kontrasepsi Oral... 6

2.4.1 Cara Minum Pil... 7

2.4.2 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Oral... 9

2.4.3 Kriteria Penggunaan Kontrasepsi Oral... 10

2.5 Pil Kombinasi... 10

2.5.1 Kemasan Pil Kombinasi... 11

2.5.2 Klasifikasi Pil Kombinasi... 11

2.6 Pil Mini... 12

2.7 Anatomi dan Histologi Vagina... 12

2.8 Vaginal Discharge... 13

2.8.1 Kriteria Vaginal Discharge Abnormal... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 17

3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 17

3.2 Variabel dan Definisi Operasional... 18

(9)

4.4 Estimasi Besar Sampel... 22

4.5 Cara Pemilihan Sampel... 23

4.6 Teknik Pengumpulan Data... 24

4.6.1 Data Primer... 24

4.6.2 Data Sekunder... 24

4.6.3 Uji Validitas dan Reabilitas... 24

4.7 Ethical Clearence... 24

4.8 Pengolahan dan Analisa Data... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 26

5.1 Hasil Penelitian... 26

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 26

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel... 27

5.1.3 Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan Responden... 28

5.1.4 Pembahagian Alat Kontrasepsi yang Digunakan Responden... 28

5.1.5 Jenis Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden... 29

5.1.6 Jumlah Vaginal Discharge Pada Responden... 30

5.1.7 Konsistensi Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden... 30

5.1.8 Warna Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden... 31

5.1.9 Bau Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden... 32

5.1.10 Gejala Gatal yang Terjadi Pada Responden... 32

5.1.11 Jenis Infeksi yang Mungkin di Alami Responden... 33

5.1.12 Tabulasi silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Infeksi... 34

5.1.13 Hubungan antara Pil Kontrasepsi dan Kejadian Vaginal Discharge Patologis... 35

5.2 Pembahasan... 36

5.2.1 Jenis Alat Kontrasepsi... 36

5.2.2 Jenis Vaginal Discharge... 37

5.2.3 Karakteristik Vaginal Discharge... 37

5.2.4 Hubungan Penggunaan Pil Kontrasepsi dengan Kejadiaan Vaginal Discharge Patologis... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 40

6.1 Kesimpulan... 40

(10)

5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Fakultas 27

5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alat Kontrasepsi yang

Digunakan Lebih dari Tiga Bulan 28

5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembahagian Alat

Kontrasepsi 29

5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Vaginal Discharge 29

5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Vaginal Discharge 30

5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsistensi Vaginal

Discharge 31

5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Warna Vaginal Discharge 31

5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Bau Vaginal Discharge 32

5.9 Distribusi Berdasarkan Gejala Gatal 33

5.10 Distribusi Jenis Infeksi pada Responden 33

5.11 Tabulasi Silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Infeksi 34

5.12 Tabulasi Silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Vaginal

Discharge 35

5.13 Tabel Uji Chi-Square antara Alat KB dengan Gejala Vaginal

(11)
(12)

Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD, KGEH NIP: 19540220 198011 1 001

ABSTRAK

Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk

yang sangat banyak setelah Cina, India dan Amerika. Para pakar kependudukan memperkirakan Indonesia akan mengalami ledakan jumlah penduduk pada masa yang mendatang. Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal dengan Keluarga Berencana (KB). Maka telah diperkenalkan beberapa alat kontrasepsi seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), pil, suntikan, implan, dan lain-lain. Terdapat beberapa kesan samping dari penggunaan alat kontrasepsi tersebut, antaranya adalah kejadian vaginal discharge patologis.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara

penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis pada dosen wanita Universitas Sumatera Utara (USU).

Metodologi penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian analitik, di mana

pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study

yang dilakukan ke atas 70 orang dosen wanita usia subur USU yang dipilih dengan menggunakan teknik quota sampling. Alat yang digunakan untuk mengukur data adalah dengan mengedarkan kuesioner tentang jenis alat kontrasepsi yang digunakan, gejala dan karakteristik keputihan yang dialami responden. Setelah itu, data kemudiannya dianalisis dan diuji dengan menggunakan program SPSS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menggunakan alat kontrasepsi

yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) sebanyak 65.7% (n=46), manakala yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal tunggal sebanyak 34.3% (n=24). Hasil kejadian vaginal discharge patologis pula sebanyak 37.1% (n=26), manakala kejadian vaginal discharge fisiologis sebanyak 62.9% (n=44). Tidak terdapat hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis (p- Value= 0.634). Ini karena nilai p lebih besar daripada nilai alpha (p- Value > 0.05).

Kesimpulan tidak ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi yang

mengandungi kombinasi homonal dengan kejadian vaginal discharge patologis.

(13)

ABSTRACT

Background Indonesia is one of the developing countries with the highest total

population after China, India and United State. It is estimated that Indonesia will have sharp increase number of population in the future. For that matter, the government had introduced a program to stop the crisis. The program is called Family Planning. There are a few methods that can be used to stop pregnancy such as intrauterine device (IUD), pill contraceptive, implant, inject, and many others. There is several side effect of contraceptive used such as pathologic vaginal discharge.

Objective The objective of this research is conducted in order to investigate the effect

of vaginal discharge on combination Hormonal (pil) contraceptive among women lectures University of Sumatera Utara (USU).

Method Analytic method with the cross sectional study has been done at University

of Sumatera Utara (USU) to 70 women lecturer as the respondents. Data collected based on quota technique. Content of the questionnaires are including types of contraceptive, symptoms and characteristic of vaginal discharge. Result are then been analyzed using SPSS.

Result 65.7% (n=46) have been using combination hormonal (pil) contraceptive. 34.3% (n=24) have been using single homonal contraceptive. 37.1% (n=26) had the symptoms of pathologic vaginal discharge. 62.9% (n=44) had physiologic vaginal discharge. There is no relation between combination hormonal (pil) contraceptive and the pathologic vaginal discharge (p- Value= 0.634). The p- Value is bigger than alpha value (p>0.05).

Conclusion In conclusion, there is no relation between combination hormonal (pil)

contraceptive and the pathologic vaginal discharge.

(14)

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang

sangat banyak setelah Cina, India dan Amerika. Data dari Badan Koordinasi

Keluarga Berencana dan Kontrasepsi Nasional (BKKBN) tahun 2007 menyatakan

bahwa penduduk Indonesia sekitar 224,9 juta jiwa. Jumlah ini menunjukan

Indonesia memiliki penduduk yang terbanyak keempat di dunia, tetapi dari segi

kualitas masih rendah. Para pakar kependudukan memperkirakan Indonesia akan

mengalami ledakan jumlah penduduk (baby booming) yang dari 220 juta jiwa pada

tahun 2009 menjadi 247,5 juta jiwa pada tahun 2015 dan 273 juta jiwa pada tahun

2025.

Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah

Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal

dengan Keluarga Berencana (KB). Program ini cukup efektif dalam menurunkan

laju pertumbuhan penduduk. “Bila semua keluarga ikut ber-KB, akan terbentuk

keluarga kecil bahagia dan sejahtera, sehingga kehidupan masyarakat menjadi

lebih baik”, kata Kabid Program Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga,

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah, Titi

Murwani.

Prevalensi KB menurut alat KB dari peserta KB aktif di Indonesia adalah

66,20%. Alat KB yang dominan adalah suntikan (34%) dan pil KB (17%).

(Iswarati, 2005) Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2008 jumlah

peserta KB aktif (63,58%) dan jumlah peserta KB aktif dengan menggunakan pil

KB (21,27%) yang berada diurutan kedua setelah penggunaan alat kontrasepsi

(15)

Kebanyakan wanita akan mengalami vaginal discharge dan tidak semua

keputihan yang terjadi adalah normal. Jumlah vaginal discharge yang keluar

berbeda-beda pada setiap wanita. Ada wanita yang mengalami vaginal discharge

yang sangat sedikit dan jarang terjadi, namun ada juga wanita yang mengalami

keputihan setiap hari. Keputihan yang normal akan selalu berubah di sepanjang

hidup seorang wanita (Anonim, 2010).

Perubahan pada keseimbangan bakteri normal di vagina bisa menyebabkan

perubahan pada bau, warna, bentuk dari keputihan yang keluar. Terdapat beberapa

masalah yang menyebabkan ketidakseimbangan tersebut, antaranya adalah

pemakaian antibiotik, infeksi yang ditularkan melalui hubungan kelamin,

pemakaian pil kontrasepsi, menderita penyakit diabetes melitus, infeksi jamur dan

lain-lain (Anonim, 2010).

Di Indonesia kejadian keputihan semakin meningkat. Berdasarkan hasil

penelitian menyebutkan bahwa tahun 2002, 50% wanita Indonesia pernah

mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2003, 60% wanita pernah mengalami

keputihan, sedangkan tahun 2004 hampir 70% wanita Indomesia pernah

mengalami keputihan setidaknya sekali dalam seumur hidup (Kumalasari T.,

2005).

Menurut AJ. Singh (2007) tentang hasil penelitian berkaitan dengan kriteria

sekret vagina, 94.8% sekret berair/cair, 28% sekret yang bewarna kuning, 64%

tidak terdapat keluhan nyeri pada alat kelamin, 47% sekret yang berbau, 45%

sekret yang tidak berbau, dan 77% sekret vagina yang mengganggu aktivitas

harian wanita. Kebanyakan wanita tersebut mengalami gatal apabila warna sekret

(16)

Menurut Hanafiah TM (2000) di PKBRS RSUD Dr. Pirngadi Medan

ditemukan keputihan akibat infeksi kandida 13,75% pada pengguna alat

kontrasepsi dalam rahim (AKDR), 18,5% pada pengguna pil, dan 14,0% pada

pengguna KB suntik. Menurut Mahadi IDR (1982) di Poliklinik Kulit dan Kelamin

RSUD Dr. Pirngadi Medan ditemukan dari 100 orang penderita keputihan terdapat

13% pengguna alat kontrasepsi, 5% pengguna pil, dan 8% pengguna AKDR.

Menurut Barus IG (1997) di PKBRS RSUD Dr. Pirngadi Medan ditemukan

keputihan akibat infeksi kandida, 17% pada pengguna AKDR, 11% pada pengguna

pil, dan 0% pada pengguna KB suntik (Darmani E. H, 2003).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan suatu penelitian untuk

menjawab permasalahan yang terjadi yaitu apakah ada hubungan penggunaan alat

kontrasepsi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge

patologis?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara penggunaan

alat kontrasepsi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal

discharge patologis pada dosen wanita Universitas Sumatera Utara (USU).

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui jumlah dosen wanita yang menggunakan alat kontrasepsi

kombinasi hormonal (pil).

2. Mengetahui jumlah dosen wanita yang mengalami vaginal discharge

patologis akibat penggunaan kontrasepsi kombinasi hormonal tersebut.

3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi

(17)

4. Mengetahui karakteristik discharge yang terjadi akibat penggunaan alat

kontrasepsi kombinasi hormonal (pil).

5. Mengetahui jenis vaginal discharge pada pemakai alat kontrasepsi

kombinasi hormonal (pil).

1.4. Manfaat Penelitian

1. Mengetahui persentase kejadian vaginal discharge pada pemakai alat

kontrasepsi kombinasi hormonal (pil).

2. Peneliti dapat menerapkan pengetahuan tentang community reseach

program sehingga dapat menambah kemampuan peneliti untuk melakukan

penelitian.

3. Menjadi sumber pustaka bagi peneliti lain yang ingin meneliti hal yang

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Keluarga berencana

Menurut WHO (Expert Comitte, 1970), tindakan yang membantu individu

atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu seperti menghindari

kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang diinginkan, mengatur

interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga serta,

mengontrol waktu saat kelahiran dan hubungannya dengan umur suami istri.

2.2. Definisi kontrasepsi

Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya

ini dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo,

Sarwono, 2002). Selain daripada itu kontrasepsi adalah cara untuk menghindari atau

mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang

matang dengan sperma tersebut (BKKN, 2004).

2.3. Siklus haid normal

Berikut ini adalah siklus haid normal menurut (Sherwood, 2002), yaitu:

Dalam siklus haid normal terdapat 28 hari untuk mempersiapkan dan

melepaskan ovum pada pertengahan siklus, mempersiapkan lingkungan uterus dan

bila tidak terjadi konsepsi, maka terjadi perluruhan dinding endometrium yang akan

menyebabkan terjadinya pendarahan haid.

Hormon yang mengatur siklus haid adalah estrogen dan progesteron. Kadar

kedua hormon ini ditentukan oleh Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) yang

berasal dari hipotalamus. Hormon ini akan mengirim isyarat-isyarat ke kelenjar

pituitari. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan dan mengeluarkan Follicle

(19)

FSH akan merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang

mengelilingi satu oosit primer. Folikel dan oosit primer akan berproliferasi sampai

hari ke 14 dan folikel menjadi matang yang disebut folikel de Graaf. Folikel de Graaf

yang matang akan melepaskan hormon estrogen. Hormon ini berfungsi untuk

proliferasi dinding endometrium. Estrogen yang tinggi juga akan mempengaruhi

serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat basa yang berguna untuk

menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.

Selain itu, estrogen yang tinggi akan bereaksi umpan balik negatif ke kelenjar

pituitari untuk menurunkan konsentrasi FSH dan kelenjar pituitari akan melepaskan

LH.

LH merangsang perlepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf, pada saat

inilah yang disebut ovulasi. Selanjutnya, folikel de Graaf akan menjadi korpus luteum

dimana korpus luteum ini akan memproduksi estrogen dan progesteron. Progesteron

ini akan mendukung kerja dari estrogen dengan menebalkan dinding endometrium

dan meningkatkan pembuluh darah pada dinding endometrium.

Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan

kelenjar air susu pada payudara. Progesteron dan estrogen ini berfungsi untuk

mempersiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus apabila telah terjadi

pembuahan.

2.4. Kontrasepsi Oral

Kontrasepsi oral dibuat dari hormon sintetik. Kontrasepsi ini tersedia dalam

bentuk pil atau tablet. Ada yang mengandung hormon progesteron (pil mini) saja.

Ada juga yang mengandung kombinasi antara progesteron dan estrogen. Jika pil

hormonal ini digunakan dengan bagus, efektifitasnya 97% hingga 99%

(20)

2.4.1. Cara minum pil

a) Sebelum hamil

Wanita yang belum pernah hamil dapat mengonsumsi pil kontrasepsi pada

waktu yang dikehendaki untuk pertama kali. Jika wanita tersebut mengonsumsi pil

kombinasi pertama pada tujuh hari pertama menstruasi atau mengonsumsi pil mini

pertama pada lima hari pertama menstruasi, ia tidak memerlukan kontrasepsi

tambahan karena risiko untuk hamil tidak ada. Jika wanita tersebut mengonsumsi pil

kombinasi setelah tujuh hari menstruasi atau mengonsumsi pil mini setelah lima hari

menstruasi, ia harus menggunakan alat kontrasepsi tambahan (kondom) untuk satu

bulan (Network, 2000).

b) Postpartum

Jika wanita menyusui bayinya, ia dapat menggunakan pil kombinasi setelah

enam bulan postpartum atau setelah berhenti menyusui. Karena pil kombinasi

mengandung hormon estrogen yang dapat menurunkan produksi ASI. Wanita yang

menyusui lebih aman menggunakan pil mini. Pil mini ini dapat diminum enam

minggu setelah melahirkan karena pil ini tidak mengandung hormon estrogen

(Network, 2000).

Bagi wanita yang tidak menyusui, dapat menggunakan pil kombinasi tiga

minggu setelah melahirkan atau pil mini diminum segera setelah melahirkan. Bagi

wanita yang melakukan aborsi dapat meminum kontrasepsi oral segera setelah aborsi.

Kontrasepsi tambahan tidak diperlukan bagi wanita yang menggunakan pil kombinasi

dalam tujuh hari pertama setelah aborsi, atau pil mini diminum dalam lima hari

setelah aborsi (Network, 2000).

c) Pil yang terlupa diminum

Berdasarkan (Network, 2000):

Pil kontrasepsi harus diminum setiap hari walaupun wanita tersebut tidak

melakukan aktivitas seksual. Pengguna pil ini perlu menyediakan kontrasepsi

(21)

Jika lupa meminum satu pil, wanita pengguna kontrasepsi oral ini tidak akan

langsung hamil. Wanita tersebut harus segera konsumsi pil tersebut saat teringat.

Kemudian, minum pil seterusnya secara regular, meskipun pada satu hari tersebut

meminum dua pil. Kontrasepsi tambahan tidak diperlukan apabila lupa meminum

satu pil.

Jika lupa meminum dua atau lebih pil kombinasi, ia perlu mengambil pil

seperti diatas setiap hari dalam masa tujuh hari. Dalam keadaan ini, ia tidak

diharuskan untuk melakukan aktivitas seksual atau ia harus menggunakan kontrasepsi

tambahan.

Jika pil tersebut kurang dari tujuh pil yang tersisa, ia harus menghabiskan pil

yang ada dan langsung memulakan kemasan yang baru. Dalam keadaan ini wanita

tersebut tidak akan mengalami menstruasi pada masa yang regular.

Jika lupa meminum pil mini satu atau lebih pil, ia harus mengambil pil yang

terlupa diminum tadi sesegera mungkin apabila teringat. Kemudian mengambil pil

seterusnya secara regular. Walaupun ia terpaksa mengambil dua pil dalam satu hari.

Ia perlu menggunakan kontrasepsi tambahan atau tidak melakukan aktivitas seksual

dalam 48 jam.

Pada wanita yang sering terlupa unutk meminum pilnya perlu merujuk ke

dokter untuk mendapatkan nasihat atau menukar metode kontrasepsi yang lain.

d) Penukaran atau menghentikan pil

Berdasarkan Network (2000):

Wanita yang menggunakan pil kontrasepsi dapat menghentikan pengambilan

atau menukar ke cara yang lain pada bila-bila masa tanpa perlu menghabiskan satu

kemasan. Ia perlu menggunakan kontrasepsi tambahan sehingga metode baru ini

berkesan. Kesuburan akan kembali segera selepas menghentian pil kontrasepsi.

Wanita yang tidak lagi menggunakan pil kontrasepsi akan mengalami bercak atau

(22)

Wanita yang tidak mahu hamil tetapi tidak juga mahu menggunakan pil

kontrasepsi lagi perlu memulakan metode kontrasepsi lain terlebih dahulu sebelum

menghentikan pengambilan pil. Wanita yang bertukar dari pil kombinasi ke pil mini

perlu memulakan pil mininya sesegera mungkin setelah selesai pil kombinasi yang

terakhir.

2.4.2. Mekanisme kerja kontrasepsi oral

Pil kontrasepsi yang mengandungi hormon membuat tubuh menyangka bahwa

telah terjadi kehamilan, jadi pembuahan tidak terjadi. Pil kontrasepsi bekerja di dua

tempat, di otak dan di sekeliling rahim, tuba falopi dan uterus. Kontrasepsi hormonal

menghambat dua hormon kunci penyebab terjadinya pembuahan (Biran, 2010).

Pil kontrasepsi mencegah lepasnya Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari

kelenjar pituitari, di mana hormon ini berfungsi untuk pematangan sel telur.

Tambahan pula, pil dapat mencegah lepasnya Luteinizing Hormone (LH) juga dari

kelenjar pituitari yang nanti hormon ini akan menyebabkan pembuahan di tengah

masa siklus haid (MedicineNet, 2011).

Progestin pula menyebabkan mukus yang mengelilingi sel telur menjadi lebih

sukar untuk ditembusi sel sperma. Ia juga bekerja untuk menhambat terjadinya

ovulasi (MedicineNet, 2011).

Produksi natural dari kedua hormon tersebut dimulai ketika tingkat

progesteron dan estrogen sangat rendah, tetapi berhubungan kedua zat tersebut ada

dalam pil kontrasepsi, siklus produksi FSH dan LH tidak dapat dimulai (Biran, 2010).

Estrogen dalam pil kontrasepsi membuat stabilnya siklus 28 hari tanpa adanya

pendarahan sebelum menstruasi. Progestin menghambat matangnya telur dalam

rahim, jadi pembuahan tidak dapat terjadi. Disamping itu, lendir di leher uterus

(serviks) menjadi tebal, sehinga sperma tidak bisa menembusnya (Biran, 2010).

Secara garis besarnya pil hormonal ini dapat membantu dalam menghambat

(23)

menjadikan lendir serviks menjadi kental, menekan perkembangan telur yang tidak

dibuahi dan memperlambatkan trasportasi ovum.

2.4.3. Kriteria penggunaan kontrasepsi oral

Berdasarkan (WHO, 2004):

1=Keadaan di mana tidak terdapat halangan untuk penggunaan alat

kontrasepsi.

2=Keadaan di mana kebaikan penggunaan alat kontrasepsi melebihi teoritikal

atau risiko yang terbukti.

3=Keadaan di mana teoritikal atau risiko yang terbukti melebihi kebaikan dari

penggunaan alat kontrasepsi.

4=Keadaan di mana terbukti meningkatkan risiko kesehatan yang buruk jika

menggunakan alat kontrasepsi.

2.5. Pil kombinasi

Pil kombinasi mengandungi hormon estrogen dan progestin dan diklasifikasi

sebagai monophasik, biphasik dan triphasik. Hormon sintetik lebih banyak digunakan

berbanding hormon natural karena memiliki potensi yang lebih besar. Terdapat dua

jenis estrogen yang digunakan yaitu etinil estradiol dan mestranol. Di dalam tubuh

mestranol ini akan dipecahkan menjadi etinil estradiol (Watson Pharma, 2010).

Progestin yang digunakan dalam pil kombinasi adalah dari sintetik

progesteron yang dihasilkan di laboratorium. Terdapat tujuh progestin yang berbeda

digunakan yang mengandungi kekuatan dan efek samping yang berbeda. Progestin

yang berbeda-beda ini dibuat untuk memudahkan dokter memilih hormon yang mana

(24)

2.5.1. Kemasan pil kombinasi

Berdasarkan (Feminist Women’s Health Center, 2011):

a) Kemasan 28 hari

Yaitu tujuh pil yang akan digunakan selama minggu terakhir pada setiap

siklus. Tidak kesemuanya pil ini mengandung hormonal. Sebagai penggantinya

adalah zat besi atau zat inert (placebo). Pil-pil ini membantu pasien untuk

membiasakan diri mengonsumsinya pada setiap hari. Pil ini akan diminum terus

menerus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet placebo).

b) Kemasan 21 hari

Seluruh pil ini mengandung hormonal. Interval tujuh hari tanpa pil akan

menyelesaikan 1 kemasan (mendahului permulaan kemasan baru). Pasien akan

mengalami haid selama tujuh hari tersebut, tetapi harus dimulai siklus pil barunya

pada hari ke 7 setelah menyelesaikan siklus sebelumnya walaupun haid datang atau

tidak. Jika pasien merasa kemungkinan hamil, ia harus melakukan pemeriksaan ke

dokter. Jika pasien yakin ia mengonsumsi pil dengan cara yang benar, pasien dapat

mengulangi pil tersebut sesuai jadual walaupun haid tidak terjadi.

2.5.2. Klasifikasi pil kombinasi

Berdasarkan (MedicineNet, 2011):

1. Monophasik = Mengandungi konsentrasi yang sama bagi hormon estrogen

dan progestin setiap hari.

2. Biphasik = Mengandungi konsentrasi yang sama bagi hormon estrogen setiap

hari dalam 21 dari siklus. Pada separuh pertama siklus rasio

progestin/estrogen lebih rendah supaya endometrium menebal seperti

normalnya saat menstruasi. Pasa separuh kedua siklus pula rasio

progestin/estrogen lebih tinggi supaya berlakunya perlepasan endometrium

(25)

3. Triphasik = Mengandungi konsentrasi hormon estrogen yang sama atau

berubah dan konsentrasi progestin yang berbeda di sepanjang siklus

kontrasepsi tersebut. Tidak terdapat bukti yang menunjukan pil kombinasi

biphasik atau triphasik lebih aman atau lebih utama berbanding pil kombinasi

monophasik atau sebaliknya dalam keberkesanannya untuk menghalang

terjadinya kehamilan.

2.6. Pil mini

Pil ini hanya mengandungi hormon progestin. Progestin menyebabkan

penebalan mukus pada servik. Ini menyebabkan kesulitan bagi sperma untuk

melewati servik. Ia juga menyebabkan endometrium uterus tidak bagus untuk

implantasi sel telur yang telah dibuahi. Pil ini kadang-kadang direkomendasi pada

wanita yang mengalami masalah kesehatan yang tidak membolehkannya untuk

mengambil hormon estrogen. Selain itu, wanita yang menyusui juga mengambil pil

mini ini (WebMD, 2011).

Pil mini harus diambil pada setiap hari. Apabila terlupa untuk mengambil pil

ini atau mengambilnya pada waktu yang berbeda pada setiap hari akan memberi

kegagalan efektifitasnya secara signifikan. Ini karena dosis yang minimal digunakan

pada pil mini ini (WebMD, 2011).

2.7. Anatomi dan histologi vagina

Vagina merupakan elastik, muskular kanal dengan lapisan yang lembut dan

fleksibel yang mengandungi lubrikasi. Vagina menghubungkan uterus dengan bagian

luar tubuh. Vulva dan labia dari vagina berada pada bagian luar manakala servik

menonjol keluar ke arah vagina menjadikan hujung dalam vagina. Vagina merupakan

tempat masuknya penis semasa senggama dan juga merupakan tempat untuk

(26)

Vagina merupakan tuba yang bermuskular. Epitelium yang melapisinya

merupakan stratified skuamus epitelium yang tidak berkeratin. Di bawah lapisan

epitelium merupakan lapisan lamina propria yang kaya dengan serabut elastin dan

tidak mempunyai kelenjar. Di bawah lapisan lamina propria merupakan lapisan otot

polos yang lapisan dalamnya berbentuk sirkular dan lapisan luarnya berbentuk

longitudinal. Lapisan yang terakhir merupakan lapisan adventisia. Lapisan ini

membatasi kandung kemih pada bagian anterior dan rektum pada bagian posterior.

Lubrikasi vagina merupakan hasil sekresi dari mukus servik dan juga sekresi dari

kelenjar pada labia minora (Anonim, 2011).

2.8. Vaginal discharge

Kelenjar pada vagina dan servik mensekresikan sejumlah kecil cairan. Cairan

ini akan keluar dari vagina setiap hari yang membawa keluar sel-sel yang tua atau

mati yang terdapat pada vagina. Ini merupakan cara tubuh untuk memastikan

kesehatan vagina supaya sentiasa bersih. Cairan ini biasanya jernih atau seperti susu

dan tidak mempunyai bau (Family Doctor org, 2011).

Vagina merupakan laluan antara bagian luar tubuh dengan bagian dalam

organ reproduktif wanita. Keseimbangan pH pada vagina adalah lebih asam, di mana

pH ini berfungsi untuk menghalang terjadinya infeksi. PH asam ini dihasilkan oleh

bakteria normal yang terdapat pada vagina (McKinley Health Center, 2008).

Vagina yang sehat menghasilkan sekret untuk membersihkan dan meregulasi

dirinya sendiri. Apapun perkara yang menghalangi keseimbangan sekresi vagina bisa

menyebabkan infeksi (McKinley Health Center, 2008).

Setiap hari vagina mensekresikan cairan sebanyak satu sudu teh (4ml) yang

terdiri dari cairan yang putih atau jernih, tebal hingga tipis dan tidak berbau. Sekret

yang keluar bisa berbeda pada masa tertentu tergantung pada masa ovulasi,

menstruasi, aktivitas seksual dan kontrol kehamilan (Palo Alto Medical Foundation,

(27)

Setiap wanita pasti akan mengalami keluhan vaginal discharge dalam periode

hidupnya. Vaginal discharge yang normal kelihatan jernih, putih berawan dan atau

kekuningan apabila sekret tersebut kering pada pakaian. Perubahan sekret yang

normal bisa berlaku karena banyak sebab antaranya adalah siklus menstruasi, tekanan

emosi, status nutrisi, kehamilan menggunaan obat-obatan antaranya pil kontrasepsi

dan obat pembangkit seksual (McKinley Health Center, 2008).

Terdapat perbedaan jenis vaginal discharge, antaranya adalah jika sekret

tersebut bewarna putih, tebal dan tidak disertai gatal ini menunjukan siklus

menstruasi yang normal. Jika bewarna putih, tebal dan disertai gatal ini menunjukan

terdapat infeksi jamur. Sekret yang jernih dan kental ini menunjukan mukous yang

fertile iaitu dalam fase ovulasi. Sekret yang jernih dan berair bisa berlaku pada waktu

yang berbeda pada siklus menstruasi dan dapat juga akibat setelah melakukan

olahraga yang berat. Sekret bewarna kuning atau hijau berindikasi infeksi, terutama

sekret yang tebal atau bergumpal seperti keju atau terdapat bau yang tidak

menyenangkan. Sekret yang bewarna coklat berlaku segera selepas siklus menstruasi,

dan ia hanya merupakan proses pembersihan vagina. Bisa juga darah yang lama

keluar bewarna coklat (Palo Alto Medical Faundation, 2011).

Jika berlaku perubahan pada warna ataupun jumlah sekret berkemungkinan

merupakan suatu tanda infeksi vagina. Antara tanda-tanda infeksi vagina adalah

keluarnya sekret diikuti gatal, kemerahan ataupun luka. Seterusnya sekret yang keluar

banyak dan menetap. Dirasakan panas pada alat kelamin saat buang air kecil.

Terdapat sekret yang bewarna putih dan kental atau seperti keju. Terdapat juga sekret

yang bewarna abu-abu, putih atau kekuningan disertai bau yang tidak menyenangkan.

(McKinley Health Center, 2008)

Infeksi yang menyebabkan terjadinya vaginal discharge terbanyak pada masa

ini adalah infeksi dari jamur. Jamur yang termasuk dalam Candida spesies merupakan

(28)

Jamur ini menginfeksi mulut pada anak-anak baru lahir, kulit, kuku, dan

saluran pernafasan termasuk juga menginfeksi serviks dan vagina. Jamur ini bersifat

dorman pada alat kelamin dalam jangka waktu yang lama dan dapat dijumpai dalam

pemeriksaan rutin dengan pasien yang asimptomatik (Ian Donald, 2002).

Apabila terinfeksi jamur Candida Albican, pasien akan mengalami gejala

seperti keluarnya sekret yang bewarna putih kental. Rasa gatal pada vulva juga bisa

terjadi tergantung jumlah sekret yang keluar (Ian Donald, 2002).

Sejumlah kecil jamur dapat dijumpai pada vagina yang sehat. Tetapi apabila

ianya terlalu banyak bisa menyebabkan infeksi jamur. Antara tanda bagi infeksi

jamur adalah sekret bewarnya putih dan seperti keju, pembengkakan dan nyeri sekitar

vulva, gatal dan nyeri senggama (Family Doctor org, 2011).

Dalam keadaan normal terdapat jamur (Candida Albican) pada vagina. Sebab

terjadinya infeksi jamur adalah karena perubahan pH yang tidak seimbang pada

vagina. Antara faktor terjadinya perubahan pH adalah pada wanita yang dalam

keadaan tertekan, penggunaan oral kontrasepsi, menderita diabetes melitus, hamil dan

penggunaan antibiotik jangka lama (McKinley Health Center, 2008).

2.8.1. Kriteria vaginal discharge abnormal

Berdasarkan (WebMD, 2011):

a) Berdarah dan berwarna coklat = Siklus menstruasi yang irregular, servikal

atau endometrial kanker. Disertai pendarahan vaginal yang abnormal serta

nyeri pada pelvis.

b) Bekabut atau bewarna kuning = Infeksi Gonorrhea. Disertai pendarahan

antara siklus menstruasi dan inkontinen urinari.

c) Berwarna kekuningan atau kehijauan dengan berbau = Infeksi

Trichomoniasis. Disertai nyeri dan gatal sewaktu buang air kecil.

d) Bewarna merah jambu = Pengguguran endometrium uterus setelah melahirkan

(29)

e) Tebal, putih dan seperti keju = Infeksi jamur. Disertai pembengkakan dan

nyeri disekitar vulva, gatal, dan nyeri sewaktu senggama.

f) Bewarna putih, abu-abu atau kuning dengan fishy odor = Bakterial vaginosis.

Disertai gatal atau rasa terbakar, kemerahan dan pembengkakan vagina atau

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penilitian

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang hubungan penggunaan alat

kontrasepsi kombinasi hormanal dengan kejadian vaginal discharge patologis.

Karakteristik yang akan dinilai dari vaginal discharge tersebut adalah ada tidaknya

perubahan jumlah, warna, konsistensi, bau, dan rasa gatal yang dirasakan responden.

Variabel Independen (Bebas) Variabel Dependen (Tergantung)

Pengguna Alat Kontrasepsi Kombinasi

Hormonal (Pil)

Vaginal Discharge

Jumlah Warna Konsistensi Bau Rasa Gatal

(31)
(32)
(33)

KARAKTERISTIK FISIOLOGIS PATOLOGIS

KARAKTERISTIK INFEKSI JAMUR INFEKSI BAKTERI

Warna Putih bergumpal seperti

keju

• Putih/Abu-Abu

• Kuning/ Hijau Konsistensi Banyak dan Tebal Banyak dan tipis

Bau Tidak berbau Fishy odour/hamis

Gatal Sangat gatal Gatal yang minimum/tidak

gatal

Gejala vaginal discharge fisiologis atau patologis ditentukan jika ditemukan salah

satu daripada karakteristik tersebut. Begitu juga dengan infeksi jamur atau infeksi

bakteri.

3.3. Hipotesa

HA : Ada hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi

hormonal (pil) dengan keluhan vaginal discharge patologis.

HO : Tidak ada hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi yang mengandungi

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan pendekatan

cross sectional yang dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara pemakaian alat

kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal dengan kejadian vaginal

discharge patologis.

4.2. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011 sehingga Juni 2011. Penelitian

telah dilaksanakan di fakultas-fakultas yang terdapat di Universitas Sumatera Utara

Medan terhadap para dosen wanita pada fakultas-fakultas tersebut. Populasi ini

dipilih karena dosen wanita yang bekerja pada tempat tersebut tergolong kepada

wanita yang mempunyai taraf hidup dan taraf pendidikan menengah ke atas. Jadi

pengetahuan dalam hal penggunaan alat kontrasepsi pada wanita-wanita tersebut akan

sangat membantu kinerja mereka sehari-hari karena dengan keterbatasan waktu yang

mereka miliki, tambahan anak sebagai tanggungjawab baru tentu akan semakin

memberatkan. Selain itu juga mereka mampu untuk menggunakan pil kontrasepsi

karena harganya mahal dan pil ini perlu diminum pada setiap hari.

4.3. Populasi dan sampel penelitian

Populasi terjangkau (accessible population, source population) pada

penelitian ini adalah wanita usia subur (15-49 Tahun) bekerja sebagai dosen

Universitas Sumatera Utara (USU) Medan yaitu dari Fakultas Psikologi, Fakultas

ISIP, Fakultas MIPA, Fakultas Sastra, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas

Pertanian, Fakultas Hukum. Setelah dihitung, jumlah dosen wanita yang akan diambil

(35)

4.4. Estimasi besar sampel

Dari jumlah populasi, maka menurut (Wahyuni A.S, 2008) rumus yang

digunakan untuk perhitungan sampel adalah:

n= N. Z²1-α/2 p . (1-p)

(N-1) d² + Z²1-α/2 . p . (1-p)

Keterangan :

N = Jumlah populasi

n = Besar sampel minimum

d = Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (0,1)

Z1-α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (biasanya

95%=1,96)

P = Harga proporsi di populasi (0,5)

Pada penelitian ini, jumlah populasi = 260 orang dan tingkat kepercayaan

yang diambil adalah 0,1. Maka minimum besar sampel yang digunakan adalah:

n= 260 . (1,96)² . 0,5 . (1-0,5)

(260-1) (0,1)² + (1,96)² . 0,5 . (1-0,5)

(36)

4.5. Cara Pemilihan Sampel

Sampel pada penelitian ini diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria inklusi yang digunakan adalah:

a) Dosen wanita usia subur (15-49 tahun).

b) Bersedia ikut dalam penelitian.

c) Ikut serta dalam Program Keluarga Berencana.

d) Memakai alat kontrasepsi yang mengandungi hormon yaitu pil, suntikan, dan

implan.

Sedangkan kriteria eksklusi adalah:

a) Dosen wanita di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas

Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Farmasi.

b) Dosen wanita yang mempunyai penyakit Diabetes melitus.

c) Dosen wanita yang sedang hamil.

d) Dosen wanita yang menggunakan obat-obatan seperti antibiotik dalam jangka

waktu yang lama.

e) Dosen wanita yang menggunakan AKDR, kondom, diafragma sebagai alat

kontrasepsi.

Subjek yang akan diikutkan menjadi sampel untuk penelitian ini adalah subjek

yang mengikuti penelitian sampai selesai dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

yang ditetapkan. Hasil penelitian merupakan hasil pengukuran pada kelompok ini.

Cara pemilihan sampel untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan non

(37)

4.6. Teknik Pengumpulan Data

4.6.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan-

pertanyaan yang telah disusun dengan tujuan penelitian, dimana kuesioner akan

disebarkan kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.6.2. Data sekunder

Data sekunder pada penelitian ini merupakan data-data dosen wanita (15-49

tahun) Universitas Sumatera Utara (USU). Data ini diperoleh dari Bagian

Kepegawaian Biro Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

4.6.3. Uji Validitas dan Reabilitas

Uji coba kuesioner akan dilakukan sebelum digunakan pada subjek penilitian,

untuk mengetahui validitas dan reabilitas. Uji coba yang dilakukan adalah uji coba

content validity.

4.7. Ethical Clearence

Proposal ini sedang dalam proses mendapatkan persetujuan etika dari Komite

Etik Kesehatan dan Kedokteran FK USU.

4.8. Pengolahan dan Analisa Data

Setelah data terkumpul, maka dilakukan:

 Pemeriksaan ulang terhadap data-data yang didapat dari kuesioner.

 Melakukan seleksi terhadap data-data yang terkumpul. Pada tahap ini kita menilai apakah sampel tersebut masuk ke dalam kriteri inklusi dan eksklusi

(38)

 Kemudian dilakukan pemisahan data antara dosen wanita yang memakai alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi homonal dengan dosen wanita yang

memakai alat kontrasepsi yang mengandungi hormon tunggal. Kemudian

dilihat apakah terdapat keluhan vaginal discharge patologis atau tidak.

 Selanjutnya dilakukan analisa data.

Analisa data dapat dilakukan dengan program komputer SPSS. Antara

variabel pengguna alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal dengan

keluhan vaginal discharge patologis dilakukan uji hipotesa dengan chi square. Data

(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2011 sehingga Juni

2011 di Universitas Sumatera Utara (USU). Seramai 70 orang dosen yang memakai

alat kontrasepsi yang mengandungi hormon telah diambil sebagai responden. Setiap

dosen memakan waktu kira-kira 10 menit untuk mengisi kuesioner. Teknik penelitian

yang dilakukan adalah dengan cara menjawab pertanyaan yang terdapat dalam

kuesioner yang telah diedarkan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, maka dapat

disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dijalankan di Universitas Sumatera Utara (USU) yang

terletak di Medan, Sumatera Utara Indonesia. Sejak awal pendiriannya pada tahun

1952, USU dipersiapkan menjadi pusat pendidikan tinggi di Kawasan Barat

Indonesia. USU memiliki 14 fakultas/sekolah yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian,

Teknik, Kedokteran Gigi, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi,

Keperawatan dan Pascasarjana. Jumlah program studi yang ditawarkan sebanyak 135,

terdiri dari 19 tingkat doktoral, 32 magister, 18 spesialis, 5 profesi, 46 sarjana, dan 15

diploma. Jumlah mahasiswa terdaftar saat ini lebih dari 33.000 orang, 1000 di

antaranya adalah mahasiswa asing. Dalam penelitian ini hanya fakultas nonmedis

sahaja yang terlibat antaranya adalah fakultas Hukum, Pertanian, Teknik, Ekonomi,

Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu

(40)

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah dosen wanita usia subur yang menjadi

tenaga pengajar di fakultas non medis USU. Rentang usia sampel yang terlibat adalah

antara 15 hingga 49 tahun. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini keseluruhannya

berjumlah 70 orang yang terdiri daripada dosen fakultas Hukum, Pertanian, Teknik,

Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Ilmu-ilmu Sosial

dan Ilmu Politik (ISIP), Psikologi dan kesemuanya telah pun menyatakan persetujuan

untuk menjadi sampel penelitian. Mereka juga memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

penelitian yaitu ikut serta dalam Program Keluarga Berencana dan telah memakai alat

kontrasepsi lebih dari tiga bulan. Tidak menderita penyakit Diabetes melitus, tidak

hamil, tidak menggunakan alat kontraseosi dalam rahim (AKDR) dan tidak

menggunakan obat-obatan seperti antibiotik dalam jangka waktu yang lama. Teknik

pemilihan sampling yang digunakan adalah quota sampling. Daripada 70 jumlah

sample yang diambil, responden dapat didistibusikan menurut fakultas seperti tabel

dibawah.

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Fakultas

Jenis Fakultas Jumlah Persentase(%)

(41)

Daripada 70 sampel yang diambil, 9 orang (12.9%) diambil dari fakultas

Hukum, Ekonomi, Sastra, MIPA, ISIP, Psikologi. Selebihnya sebanyak 8 orang

(11.4%) diambil dari fakultas Pertanian dan Teknik.

5.1.3 Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan Responden

Sebanyak 70 sampel yang mengikuti penelitian ini telah ditanyakan tentang

jenis alat kontrasepsi yang digunakan. Tabel di bawah menunjukan distribusi jenis

alat kontrasepsi yang digunakan lebih dari tiga bulan pada sampel penelitian.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alat Kontrasepsi yang Digunakan Lebih

dari Tiga Bulan

Jenis KB Jumlah Persentase(%)

Pil 46 65.7

Suntikan 17 24.3

Implan 7 10.0

Total 70 100.0

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata pengguna alat

kontrasepsi pil sebanyak 46 orang (65,7%), suntikan 17 orang (24,3%), dan implan 7

orang (10,0%). Jenis alat kontrasepsi yang banyak digunakan adalah pil 65,7% dan

yang kurang digunakan adalah implan 10,0%.

5.1.4 Pembahagian Alat Kontrasepsi yang Digunakan Responden

Alat kontrasepsi yang digunakan responden dibahagi menjadi alat kontrasepsi

yang mengandungi kombinasi hormonal dan hormonal tunggal. Tabel dibawah

(42)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembahagian Alat Kontrasepsi

Alat KB Jumlah Persentase(%)

Kombinasi Hormonal 46 65.7

Hormonal Tunggal 24 34.3

Total 70 100.0

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata pengguna alat

kontrasepsi kombinasi hormonal (pil) sebanyak 46 orang (65.7%). Manakala rata-rata

pengguna alat kontrasepsi homonal tunggal sebanyak 24 orang (34.3%). Mayoritas

responden menggunakan kombinasi hormonal (pil) sebagai alat kontrasepsi.

5.1.5 Jenis Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden

Pada kuesioner yang telah diedarkan ada pertanyaan tentang waktu terjadinya

vaginal discharge. Apakah vaginal discharge yang terjadi bersifat fisiologi atau

patologi. Tabel di bawah menunjukan distribusi jenis vaginal discharge yang terjadi

pada sampel penelitian.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Vaginal Discharge

Jenis Vaginal Discharge Jumlah Persentase(%)

Fisiologis 44 62.9

Patologis 26 37.1

Total 70 100.0

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata vaginal discharge

fisiologis yang terjadi sebanyak 44 orang (62,9%). Manakala vaginal discharge

patologis sebanyak 26 orang (37,1%). Hal ini menunjukan bahwa kejadian vaginal

discharge fisiologis lebih banyak berbanding vaginal discharge patologis yang terjadi

(43)

5.1.6 Jumlah Vaginal Discharge Pada Responden

Jumlah vaginal discharge juga ada ditanyakan di dalam kuesioner yang telah

diedarkan. Apakah jumlah vaginal discharge tersebut normal yaitu yang sering

dialami sampel atau lebih banyak dari normal akibat penggunaan alat kontrasepsi

tersebut. Tabel di bawah menunjukan distribusi jumlah vaginal discharge yang

terjadi pada sampel penelitian.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Vaginal Discharge

Jumlah Vaginal Discharge Jumlah Persentase(%)

Normal 44 62.9

Banyak 26 37.1

Total 70 100.0

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata jumlah vaginal

discharge yang normal adalah sebanyak 44 orang (62,9%). Manakala jumlah vaginal

discharge yang banyak 26 orang (37,1%). Ini bererti lebih ramai sampel penelitian

mengalami jumlah vaginal discharge yang normal.

5.1.7 Konsistensi Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden

Konsistensi vaginal discharge yang terjadi dibahagi menjadi apakah vaginal

discharge tersebut dalam keadaan normal, tipis atau tebal. Tabel di bawah

menunjukan distribusi konsistensi vaginal discharge yang terjadi pada sampel

(44)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsistensi Vaginal Discharge

Konsistensi Vaginal discharge Jumlah Persentase(%)

Normal 44 62.9

Tipis 17 24.3

Tebal 9 12.9

Total 70 100.0

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata jumlah konsistensi vaginal discharge

yang normal sebanyak 44 orang (62,9%). Konsistensi vaginal discharge yang tipis 17

orang (24,3%). Konsistensi vaginal discharge yang tebal 9 orang (12,9%). Mayoritas

responden mengalami va ginal discharge yang dalam konsistensi normal.

5.1.8 Warna Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden

Warna vaginal discharge yang terjadi pada responden dibahagi menjadi

jernih, putih abu-abu atau kuning. Tabel di bawah menunjukan distribusi warna

vaginal discharge yang terjadi pada sampel penelitian.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Warna Vaginal Discharge

Warna Vaginal Discharge Jumlah Persentase(%)

Jernih 44 62.9

Putih abu-abu 17 24.3

Kuning 9 12.9

(45)

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata responden mengalami

warna vaginal discharge yang jernih sebanyak 44 orang (62,9%), warna putih abu-

abu 17 orang (24,3%), warna kuning 9 orang (12,9%). Hal ini menunjukan lebih

ramai responden mengalami vaginal discharge yang berwarna jernih berbanding

warna putih abu-abu dan warna kuning.

5.1.9 Bau Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden

Bau vaginal discharge yang terjadi dibahagi menjadi berbau dan tidak berbau.

Tabel di bawah menunjukan distribusi bau vaginal discharge yang terjadi pada

sampel penelitian.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Bau Vaginal Discharge

Bau Vaginal Discharge Jumlah Persentase(%)

Tidak Berbau 61 87.1

Bau 9 12.9

Total 70 100.0

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata responden mengalami

vaginal discharge yang berbau sebanyak 9 orang (12.9%). Manakala rata-rata

responden mengalami vaginal discharge yang tidak berbau 61 orang (87.1%). Ini

menunjukan kebanyakan responden mengalami va ginal discharge yang tidak berbau.

5.1.10 Gejala Gatal yang Terjadi Pada Responden

Di dalam kuesioner juga terdapat soalan tentang gejala gatal yang dialami

responden. Gejala ini dibahagi menjadi gatal dan tidak gatal. Tabel di bawah

(46)

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gejala Gatal

Gejala Gatal Jumlah Persentase(%)

Tidak Gatal 53 75.7

Gatal 17 24.3

Total 70 100.0

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata responden mengalami

gejala gatal sebanyak 17 orang (24.3%). Responden yang mengalami gejala tidak

gatal 53 orang (75.7%). Mayoritas responden mengalami gejala tidak gatal

berbanding gejala gatal.

5.1.11 Jenis Infeksi yang Mungkin di Alami Responden

Daripada karekteristik vaginal discharge di atas dibahagi lagi menjadi apakah

vaginal discharge tersebut normal, vaginal discharge yang akibat infeksi jamur, atau

vaginal discharge akibat infeksi bakteri. Tabel di bawah menunjukan distribusi jenis

infeksi yang terjadi pada sampel penelitian.

Tabel 5.10 Distribusi Jenis Infeksi pada Responden

Infeksi Jumlah Persentase(%)

Normal 44 62.9

Jamur 17 24.3

Bakteri 9 12.9

(47)

Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata responden yang tidak

mengalami sebarang infeksi sebanyak 44 orang (62.9%), responden yang di

kategorikan infeksi jamur 17 orang (24.3%), manakala infeksi bakteri 9 orang

(12.9%).

5.1.12 Tabulasi silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Infeksi

Tabulasi silang (Crosstab) guna untuk melihat bagaimana pola antara alat

kontrasepsi dengan kemungkinan terjadinya infeksi. Tabel di bawah menunjukan

distribusi antara variabel alat kontrasepsi dengan kejadian infeksi.

Tabel 5.11 Tabulasi Silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Infeksi

Alat KB Normal Jamur Bakteri Total

Kombinasi Hormonal 28 10 8 46

Hormonal Tunggal 16 7 1 24

Total 44 17 9 70

Responden yang menggunakan alat kontrasepsi kombinasi hormonal (pil) dan

tidak mengalami sebarang infeksi adalah sebanyak 28 orang, yang kemungkinan

infeksi jamur 10 orang, manakala kemungkinan infeksi bakteri 8 orang. Responden

yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal tunggal dan tidak mengalami sebarang

infeksi adalah sebanyak 16 orang, yang kemungkinan infeksi jamur 7 orang,

(48)

5.1.13 Hubungan antara Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi

Hormonal dan Kejadian Vaginal Discharge Patologis

Data yang telah dikumpulkan pada 70 sampel penelitian dianalisis melalui

Crosstabulation yang dilanjutkan dengan uji hipotesa melalui uji Chi-Square.

Analisis data diawali dengan membuat suatu tabulasi silang (Crosstab) guna

melihat bagaimana pola antara kedua variabel nominal tersebut. Tabel dibawah

menunjukan distribusi antara variabel independen (bebas) yaitu alat KB, sama ada

kombinasi hormonal atau hormonal tunggal dengan variabel dependen (tergantung)

yaitu gejala vaginal discharge, sama ada fisiologis atau patologis.

Tabel 5.12 Tabulasi Silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Gejala Vaginal

Discharge

Alat KB Gejala Vaginal Discharge Total

Fisiologi Patologi

Kombinasi Hormonal 28 18 46

Hormonal tunggal 16 8 24

Total 44 26 70

Responden yang menggunakkan alat kontrasepsi yang mengandungi

kombinasi hormonal yang mengalami vaginal discharge fisiologis sebanyak 28 orang

manakala vaginal discharge patologis sebanyak 18 orang. Responden yang

menggunakan alat kontrasepsi yang mengandungi hormonal tunggal yang mengalami

vaginal discharge fisiologis sebanyak 16 orang manakala vaginal discharge patologis

sebanyak 8 orang. Berdasarkan data di atas, analisa lebih lanjut adalah dengan

menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan di antara kedua variabel

tersebut.

Hasil uji Chi-Square pada kedua variabel dalam penelitian ini dapat

(49)

Tabel 5.13 Tabel Uji Chi-Square antara Alat KB dengan Gejala Vaginal Discharge

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is

8.91.

b. Computed only for a 2x2 table.

Penelitian ini menggunakan hipotesis dua arah (two-tailed) dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0.05), yang berarti jika didapati nilai p < 0,05 berarti hipotesis

penelitian gagal ditolak.

Setelah dianalisis, dalam penelitian ini dapat dinilai nilai p = 0.634 yaitu lebih

besar daripada dari nilai alpha 0,05 (p > 0,05). Ini berarti tidak ada hubungan antara

penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan

kejadian vaginal discharge patologis pada dosen wanita usia subur Universitas

Sumatera Utara (USU).

5.2 Pembahasan

5.2.1 Jenis Alat Kontrasepsi

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah responden yang menggunakan

alat kontrasepsi pil adalah sebanyak 46 orang (65.7%), suntikan 17 orang (24.3%),

dan implan 7 orang (10.0%). Apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Simbolan, Desnal (2010) yang mengkaji penggunaan alat kontrasepsi pil KB

pada akseptor KB pada 110 responden menunjukan penggunaan alat kontrasepsi pil

sebanyak 36 orang (32.7%), suntikan 32 orang (29.1%), dan implan 20 orang

(50)

ramai wanita usia subur menggunakan pil sebagai alat kontrasepsi berbanding alat

kontrasepsi suntikan dan implan.

5.2.2 Jenis Vaginal Discharge

Jenis vaginal discharge dibedakan menjadi vaginal discharge yang fisiologis

dan vaginal discharge yang patologis. Vaginal discharge fisiologis ini terjadi adalah

akibat sebelum atau selepas menstruasi, atau setelah melakukan olahraga yang berat,

atau ketika sedang stress. Vaginal discharge patologis pula terjadi akibat pemakaian

alat kontrasepsi. Dari hasil penelitian yang telah dijalankan didapatkan bahwa jumlah

responden yang mengalami vaginal discharge fisiologis sebanyak 44 orang (62.9%)

sedangkan responden yang mengalami vaginal discharge patologis sebanyak 26

orang (37.1%). Bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanafiah

TM (2000) telah ditemukan vaginal discharge fisiologis sebanyak 57.75% manakala

vaginal discharge patologis sebanyak 42.25%.

5.2.3 Karakteristik Vaginal Discharge

Setelah mendapat tahu jenis vaginal discharge yang dialami responden,

vaginal discharge tersebut didiskripsikan lagi menurut karakteristiknya. Antara

diskripsi karakteristik vaginal discharge adalah jumlahnya. Sebanyak 44 orang

(62.9%) mengalami jumlah yang normal. Manakala 26 orang (37.1%) mengalami

jumlah vaginal discharge yang banyak. Kemudian berdasarkan konsistensi vaginal

discharge tersebut, sebanyak 44 orang (62.9%) mengalami konsistensi yang normal,

17 orang (24.3%) mengalami konsistensi yang tipis, dan 9 orang (12.9%) mengalami

konsistensi yang tebal. Seterusnya vaginal discha rge ini dibahagi menurut warnanya.

Warna jernih sebanyak 44 orang (62.9%), warna putih abu-abu 17 orang (24.3%),

manakala warna kuning 9 orang (12.9%). Jika berdasarkan bau vaginal discharge

tersebut dapat dibahagikan menjadi vaginal discharge yang tidak berbau sebanyak 61

(51)

(75.5%) responden tidak mengalami rasa gatal, sedangkan 17 orang (24.3%)

responden mengalami rasa gatal.

Berdasarkan hasil karakteristik yang telah dinyatakan diatas, penelitian ini

dapat ditentukan berdasarkan kemungkinan jenis infeksi yang dialami responden.

Infeksi yang dikaji dalam penelitian ini adalah antara infeksi jamur atau bakteri.

Infeksi jamur dapat ditentukan berdasarkan karakteristik vaginal discharge seperti

jumlah banyak, konsistensi tipis, warna putih abu-abu, tidak berbau dan gatal.

Manakala untuk infeksi bakteri dapat ditentukan berdasarkan karakteristik vaginal

discharge seperti jumlah banyak, konsistensi yang tebal, warna kekuningan, berbau

dan tidak gatal (McKinley, 2008).

Jadi dapat disimpulkan sebanyak 44 orang (62.9%) responden tidak

mengalami sebarang infeksi karena vaginal dischargenya bersifat fisiologis.

Manakala sebanyak 17 orang (24.3%) responden mengalami infeksi jamur, dan 9

orang (12.9%) responden mengalami infeksi bakteri.

5.2.4 Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi

Hormonal (Pil) dengan Kejadiaan Vaginal Discharge Patologis

Pada responden yang menggunakan alat kontrasepsi yang mengandungi

kombinasi hormonal (pil) rata-rata kejadian vaginal discharge fisiologis sebanyak 28

orang manakala vaginal discharge patologis sebanyak 18 orang. Responden yang

menggunakan alat kontrasepsi yang mengandungi hormonal tunggal mengalami

vaginal discharge fisiologis sebanyak 16 orang manakala vaginal discharge patologis

sebanyak 8 orang. Hasil uji Chi-Square pada kedua variabel dalam penelitian ini

menunjukan nilai p > 0,05. Ini berarti tidak ada perbedaan antara alat kontrasepsi

kombinasi hormonal dengan kejadian vaginal discharge patologis. Hal tersebut

didapati bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa hormon estrogen yang

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 3.1 Definisi Operasional, Cara Ukur, Alat Ukur, Skala Ukur dan
Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Fakultas
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alat Kontrasepsi yang Digunakan Lebih
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan (a) memetakan lokasi sebaran halte, (b) mengkaji tingkat efektivitas lokasi halte berdasarkan kawasan bangkitan dan tarikan penumpang dengan kajian SIG,

Kehandalan waktu pelayanan yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Indra Indragiri Hulu dalam memberikan penanganan pelanggan tepat waktu

Dalam penelitian tugas akhir ini, hasil yang dicapai adalah pergeseran jarak posisi pilar acuan antara pengukuran lapangan dengan pelacakan dari atas citra

Hambatan yang dihadapi ASEAN dalam memberantas tindak pidana terorisme di Kawasan Asia Tenggara adalah prinsip ASEAN yang non intervensi, ASEAN masih fokus pada

Untuk menjawab anggapan tersebut Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Model Palangka Raya berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi sebagai berikut : Pertama,

Pembuatan sumur pompa tangan dangkal dapat mengacu pada Modul 2.5 mengenai Petunjuk Praktis Pembangunan Sumur Pompa Tangan Dalam (SPTD) , Departemen Permukiman dan

Lokasi penelitian ini adalah di Koperasi Pegawai Negeri Praja Kantor Gubernur Bali dengan objek penelitiannya adalah pengaruh dimensi kualitas layanan terhadap kepuasan nasabah

Methods for the analysis of cereals and cereal produets, Lancaster 1928 (American Association of cereal chemists) siv. Kirkastaminen sekä maito osin lopullinen määrääminen