DENGAN KEJADIAN
VAGINAL DISCHARGE
PATOLOGIS
PADA DOSEN WANITA USIA SUBUR
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)
TAHUN 2011
Oleh:
NOR ZAHIRAH BINTI ISAHAK
080100347
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DENGAN KEJADIAN
VAGINAL DISCHARGE
PATOLOGIS
PADA DOSEN WANITA USIA SUBUR
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA (USU)
TAHUN 2011
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
NOR ZAHIRAH BINTI ISAHAK
080100347
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Hasil Penelitian dengan Judul:
Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi Hormonal
(Pil) dengan Kejadian Vaginal Discharge Patologis
Pada Dosen Wanita Usia Subur Universitas Sumatera Utara (USU) Tahun 2011
Yang dipersiapkan oleh:
NOR ZAHIRAH BINTI ISAHAK
080100347
Hasil penelitian ini telah diperiksa dan disetujui.
Kepala Batas, 11 December 2011
Disetujui,
Dosen Pembimbing
LEMBAR PENGESAHAN
Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi
Hormonal (Pil) dengan Kejadian Vaginal Dischage Patologis pada Dosen Wanita
Usia Subur Universitas Sumatera Utara Tahun 2011
NAMA : NOR ZAHIRAH BINTI ISAHAK
NIM : 080100347
Pembimbing
(dr Ichwanul Adenin, Sp. OG (K)) NIP : 140185190
Penguji I
(dr. Yahwardiah Siregar, PhD) NIP : 195508071985032001
Penguji II
(dr. Juliandi Harahap, MA) NIP : 197007021998021001
Mengetahui: Universitas Sumatera Utara Fakultas
Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD, KGEH NIP: 19540220 198011 1 001
ABSTRAK
Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk
yang sangat banyak setelah Cina, India dan Amerika. Para pakar kependudukan memperkirakan Indonesia akan mengalami ledakan jumlah penduduk pada masa yang mendatang. Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal dengan Keluarga Berencana (KB). Maka telah diperkenalkan beberapa alat kontrasepsi seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), pil, suntikan, implan, dan lain-lain. Terdapat beberapa kesan samping dari penggunaan alat kontrasepsi tersebut, antaranya adalah kejadian vaginal discharge patologis.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis pada dosen wanita Universitas Sumatera Utara (USU).
Metodologi penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian analitik, di mana
pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study
yang dilakukan ke atas 70 orang dosen wanita usia subur USU yang dipilih dengan menggunakan teknik quota sampling. Alat yang digunakan untuk mengukur data adalah dengan mengedarkan kuesioner tentang jenis alat kontrasepsi yang digunakan, gejala dan karakteristik keputihan yang dialami responden. Setelah itu, data kemudiannya dianalisis dan diuji dengan menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menggunakan alat kontrasepsi
yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) sebanyak 65.7% (n=46), manakala yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal tunggal sebanyak 34.3% (n=24). Hasil kejadian vaginal discharge patologis pula sebanyak 37.1% (n=26), manakala kejadian vaginal discharge fisiologis sebanyak 62.9% (n=44). Tidak terdapat hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis (p- Value= 0.634). Ini karena nilai p lebih besar daripada nilai alpha (p- Value > 0.05).
Kesimpulan tidak ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi yang
mengandungi kombinasi homonal dengan kejadian vaginal discharge patologis.
ABSTRACT
Background Indonesia is one of the developing countries with the highest total
population after China, India and United State. It is estimated that Indonesia will have sharp increase number of population in the future. For that matter, the government had introduced a program to stop the crisis. The program is called Family Planning. There are a few methods that can be used to stop pregnancy such as intrauterine device (IUD), pill contraceptive, implant, inject, and many others. There is several side effect of contraceptive used such as pathologic vaginal discharge.
Objective The objective of this research is conducted in order to investigate the effect
of vaginal discharge on combination Hormonal (pil) contraceptive among women lectures University of Sumatera Utara (USU).
Method Analytic method with the cross sectional study has been done at University
of Sumatera Utara (USU) to 70 women lecturer as the respondents. Data collected based on quota technique. Content of the questionnaires are including types of contraceptive, symptoms and characteristic of vaginal discharge. Result are then been analyzed using SPSS.
Result 65.7% (n=46) have been using combination hormonal (pil) contraceptive. 34.3% (n=24) have been using single homonal contraceptive. 37.1% (n=26) had the symptoms of pathologic vaginal discharge. 62.9% (n=44) had physiologic vaginal discharge. There is no relation between combination hormonal (pil) contraceptive and the pathologic vaginal discharge (p- Value= 0.634). The p- Value is bigger than alpha value (p>0.05).
Conclusion In conclusion, there is no relation between combination hormonal (pil)
contraceptive and the pathologic vaginal discharge.
Assalamualaikum.
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, dan hidayahNya, dan di atas izin-Nya saya telah dapat menyelesaikan
proposal penelitian yang berjudul “Hubungan Pengunaan Alat Kontrasepsi yang
Mengandungi Kombinasi Hormonal (Pil) dengan Kejadian Vaginal Discharge
Patologis pada Dosen Wanita Usia Subur Universitas Sumatera Utara (USU)
Tahun 2011” dengan baik dan tidak ada hambatan suatu apapun.
Terima kasih atas bimbingan dosen pembimbing saya, dr Ichwanul Adenin Sp
OGK dan dosen-dosen Community Research Program di atas bimbingan dan tunjuk
ajar mereka. Tidak dilupakan kepada teman-teman dan kedua ibu bapa saya yang
telah memberikan sokongan dan dukungan.
Kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat secara langsung dan
tidak langsung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, saya sampaikan ucapan
terima kasih yang setulusnya. Semoga bantuan yang telah kalian berikan akan
mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Kuasa.Amin.
Akhir kata, saya berharap penelitian ini memberi manfaat kepada semua pihak.
Kepala Batas, 10 December 2011
Penulis,
Halaman
2.1 Definisi Keluarga Berencana... 5
2.2 Definisi Kontrasepsi... 5
2.3 Siklus Haid Normal... 5
2.4 Kontrasepsi Oral... 6
2.4.1 Cara Minum Pil... 7
2.4.2 Mekanisme Kerja Kontrasepsi Oral... 9
2.4.3 Kriteria Penggunaan Kontrasepsi Oral... 10
2.5 Pil Kombinasi... 10
2.5.1 Kemasan Pil Kombinasi... 11
2.5.2 Klasifikasi Pil Kombinasi... 11
2.6 Pil Mini... 12
2.7 Anatomi dan Histologi Vagina... 12
2.8 Vaginal Discharge... 13
2.8.1 Kriteria Vaginal Discharge Abnormal... 15
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 17
3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 17
3.2 Variabel dan Definisi Operasional... 18
4.4 Estimasi Besar Sampel... 22
4.5 Cara Pemilihan Sampel... 23
4.6 Teknik Pengumpulan Data... 24
4.6.1 Data Primer... 24
4.6.2 Data Sekunder... 24
4.6.3 Uji Validitas dan Reabilitas... 24
4.7 Ethical Clearence... 24
4.8 Pengolahan dan Analisa Data... 24
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 26
5.1 Hasil Penelitian... 26
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 26
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel... 27
5.1.3 Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan Responden... 28
5.1.4 Pembahagian Alat Kontrasepsi yang Digunakan Responden... 28
5.1.5 Jenis Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden... 29
5.1.6 Jumlah Vaginal Discharge Pada Responden... 30
5.1.7 Konsistensi Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden... 30
5.1.8 Warna Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden... 31
5.1.9 Bau Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden... 32
5.1.10 Gejala Gatal yang Terjadi Pada Responden... 32
5.1.11 Jenis Infeksi yang Mungkin di Alami Responden... 33
5.1.12 Tabulasi silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Infeksi... 34
5.1.13 Hubungan antara Pil Kontrasepsi dan Kejadian Vaginal Discharge Patologis... 35
5.2 Pembahasan... 36
5.2.1 Jenis Alat Kontrasepsi... 36
5.2.2 Jenis Vaginal Discharge... 37
5.2.3 Karakteristik Vaginal Discharge... 37
5.2.4 Hubungan Penggunaan Pil Kontrasepsi dengan Kejadiaan Vaginal Discharge Patologis... 38
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 40
6.1 Kesimpulan... 40
5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Fakultas 27
5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alat Kontrasepsi yang
Digunakan Lebih dari Tiga Bulan 28
5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembahagian Alat
Kontrasepsi 29
5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Vaginal Discharge 29
5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Vaginal Discharge 30
5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsistensi Vaginal
Discharge 31
5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Warna Vaginal Discharge 31
5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Bau Vaginal Discharge 32
5.9 Distribusi Berdasarkan Gejala Gatal 33
5.10 Distribusi Jenis Infeksi pada Responden 33
5.11 Tabulasi Silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Infeksi 34
5.12 Tabulasi Silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Vaginal
Discharge 35
5.13 Tabel Uji Chi-Square antara Alat KB dengan Gejala Vaginal
Prof. Dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD, KGEH NIP: 19540220 198011 1 001
ABSTRAK
Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk
yang sangat banyak setelah Cina, India dan Amerika. Para pakar kependudukan memperkirakan Indonesia akan mengalami ledakan jumlah penduduk pada masa yang mendatang. Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal dengan Keluarga Berencana (KB). Maka telah diperkenalkan beberapa alat kontrasepsi seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), pil, suntikan, implan, dan lain-lain. Terdapat beberapa kesan samping dari penggunaan alat kontrasepsi tersebut, antaranya adalah kejadian vaginal discharge patologis.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis pada dosen wanita Universitas Sumatera Utara (USU).
Metodologi penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian analitik, di mana
pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah Cross Sectional Study
yang dilakukan ke atas 70 orang dosen wanita usia subur USU yang dipilih dengan menggunakan teknik quota sampling. Alat yang digunakan untuk mengukur data adalah dengan mengedarkan kuesioner tentang jenis alat kontrasepsi yang digunakan, gejala dan karakteristik keputihan yang dialami responden. Setelah itu, data kemudiannya dianalisis dan diuji dengan menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menggunakan alat kontrasepsi
yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) sebanyak 65.7% (n=46), manakala yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal tunggal sebanyak 34.3% (n=24). Hasil kejadian vaginal discharge patologis pula sebanyak 37.1% (n=26), manakala kejadian vaginal discharge fisiologis sebanyak 62.9% (n=44). Tidak terdapat hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge patologis (p- Value= 0.634). Ini karena nilai p lebih besar daripada nilai alpha (p- Value > 0.05).
Kesimpulan tidak ada hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi yang
mengandungi kombinasi homonal dengan kejadian vaginal discharge patologis.
ABSTRACT
Background Indonesia is one of the developing countries with the highest total
population after China, India and United State. It is estimated that Indonesia will have sharp increase number of population in the future. For that matter, the government had introduced a program to stop the crisis. The program is called Family Planning. There are a few methods that can be used to stop pregnancy such as intrauterine device (IUD), pill contraceptive, implant, inject, and many others. There is several side effect of contraceptive used such as pathologic vaginal discharge.
Objective The objective of this research is conducted in order to investigate the effect
of vaginal discharge on combination Hormonal (pil) contraceptive among women lectures University of Sumatera Utara (USU).
Method Analytic method with the cross sectional study has been done at University
of Sumatera Utara (USU) to 70 women lecturer as the respondents. Data collected based on quota technique. Content of the questionnaires are including types of contraceptive, symptoms and characteristic of vaginal discharge. Result are then been analyzed using SPSS.
Result 65.7% (n=46) have been using combination hormonal (pil) contraceptive. 34.3% (n=24) have been using single homonal contraceptive. 37.1% (n=26) had the symptoms of pathologic vaginal discharge. 62.9% (n=44) had physiologic vaginal discharge. There is no relation between combination hormonal (pil) contraceptive and the pathologic vaginal discharge (p- Value= 0.634). The p- Value is bigger than alpha value (p>0.05).
Conclusion In conclusion, there is no relation between combination hormonal (pil)
contraceptive and the pathologic vaginal discharge.
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang
sangat banyak setelah Cina, India dan Amerika. Data dari Badan Koordinasi
Keluarga Berencana dan Kontrasepsi Nasional (BKKBN) tahun 2007 menyatakan
bahwa penduduk Indonesia sekitar 224,9 juta jiwa. Jumlah ini menunjukan
Indonesia memiliki penduduk yang terbanyak keempat di dunia, tetapi dari segi
kualitas masih rendah. Para pakar kependudukan memperkirakan Indonesia akan
mengalami ledakan jumlah penduduk (baby booming) yang dari 220 juta jiwa pada
tahun 2009 menjadi 247,5 juta jiwa pada tahun 2015 dan 273 juta jiwa pada tahun
2025.
Dengan kesadaran ini, maka, suatu program telah dijalankan pemerintah
Indonesia untuk menahan ledakan penduduk, yaitu melalui program yang dikenal
dengan Keluarga Berencana (KB). Program ini cukup efektif dalam menurunkan
laju pertumbuhan penduduk. “Bila semua keluarga ikut ber-KB, akan terbentuk
keluarga kecil bahagia dan sejahtera, sehingga kehidupan masyarakat menjadi
lebih baik”, kata Kabid Program Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga,
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Tengah, Titi
Murwani.
Prevalensi KB menurut alat KB dari peserta KB aktif di Indonesia adalah
66,20%. Alat KB yang dominan adalah suntikan (34%) dan pil KB (17%).
(Iswarati, 2005) Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Medan tahun 2008 jumlah
peserta KB aktif (63,58%) dan jumlah peserta KB aktif dengan menggunakan pil
KB (21,27%) yang berada diurutan kedua setelah penggunaan alat kontrasepsi
Kebanyakan wanita akan mengalami vaginal discharge dan tidak semua
keputihan yang terjadi adalah normal. Jumlah vaginal discharge yang keluar
berbeda-beda pada setiap wanita. Ada wanita yang mengalami vaginal discharge
yang sangat sedikit dan jarang terjadi, namun ada juga wanita yang mengalami
keputihan setiap hari. Keputihan yang normal akan selalu berubah di sepanjang
hidup seorang wanita (Anonim, 2010).
Perubahan pada keseimbangan bakteri normal di vagina bisa menyebabkan
perubahan pada bau, warna, bentuk dari keputihan yang keluar. Terdapat beberapa
masalah yang menyebabkan ketidakseimbangan tersebut, antaranya adalah
pemakaian antibiotik, infeksi yang ditularkan melalui hubungan kelamin,
pemakaian pil kontrasepsi, menderita penyakit diabetes melitus, infeksi jamur dan
lain-lain (Anonim, 2010).
Di Indonesia kejadian keputihan semakin meningkat. Berdasarkan hasil
penelitian menyebutkan bahwa tahun 2002, 50% wanita Indonesia pernah
mengalami keputihan, kemudian pada tahun 2003, 60% wanita pernah mengalami
keputihan, sedangkan tahun 2004 hampir 70% wanita Indomesia pernah
mengalami keputihan setidaknya sekali dalam seumur hidup (Kumalasari T.,
2005).
Menurut AJ. Singh (2007) tentang hasil penelitian berkaitan dengan kriteria
sekret vagina, 94.8% sekret berair/cair, 28% sekret yang bewarna kuning, 64%
tidak terdapat keluhan nyeri pada alat kelamin, 47% sekret yang berbau, 45%
sekret yang tidak berbau, dan 77% sekret vagina yang mengganggu aktivitas
harian wanita. Kebanyakan wanita tersebut mengalami gatal apabila warna sekret
Menurut Hanafiah TM (2000) di PKBRS RSUD Dr. Pirngadi Medan
ditemukan keputihan akibat infeksi kandida 13,75% pada pengguna alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR), 18,5% pada pengguna pil, dan 14,0% pada
pengguna KB suntik. Menurut Mahadi IDR (1982) di Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Dr. Pirngadi Medan ditemukan dari 100 orang penderita keputihan terdapat
13% pengguna alat kontrasepsi, 5% pengguna pil, dan 8% pengguna AKDR.
Menurut Barus IG (1997) di PKBRS RSUD Dr. Pirngadi Medan ditemukan
keputihan akibat infeksi kandida, 17% pada pengguna AKDR, 11% pada pengguna
pil, dan 0% pada pengguna KB suntik (Darmani E. H, 2003).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan suatu penelitian untuk
menjawab permasalahan yang terjadi yaitu apakah ada hubungan penggunaan alat
kontrasepsi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal discharge
patologis?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara penggunaan
alat kontrasepsi kombinasi hormonal (pil) dengan kejadian vaginal
discharge patologis pada dosen wanita Universitas Sumatera Utara (USU).
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui jumlah dosen wanita yang menggunakan alat kontrasepsi
kombinasi hormonal (pil).
2. Mengetahui jumlah dosen wanita yang mengalami vaginal discharge
patologis akibat penggunaan kontrasepsi kombinasi hormonal tersebut.
3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi
4. Mengetahui karakteristik discharge yang terjadi akibat penggunaan alat
kontrasepsi kombinasi hormonal (pil).
5. Mengetahui jenis vaginal discharge pada pemakai alat kontrasepsi
kombinasi hormonal (pil).
1.4. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui persentase kejadian vaginal discharge pada pemakai alat
kontrasepsi kombinasi hormonal (pil).
2. Peneliti dapat menerapkan pengetahuan tentang community reseach
program sehingga dapat menambah kemampuan peneliti untuk melakukan
penelitian.
3. Menjadi sumber pustaka bagi peneliti lain yang ingin meneliti hal yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Keluarga berencana
Menurut WHO (Expert Comitte, 1970), tindakan yang membantu individu
atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu seperti menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga serta,
mengontrol waktu saat kelahiran dan hubungannya dengan umur suami istri.
2.2. Definisi kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan, upaya
ini dapat bersifat sementara dan dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo,
Sarwono, 2002). Selain daripada itu kontrasepsi adalah cara untuk menghindari atau
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang
matang dengan sperma tersebut (BKKN, 2004).
2.3. Siklus haid normal
Berikut ini adalah siklus haid normal menurut (Sherwood, 2002), yaitu:
Dalam siklus haid normal terdapat 28 hari untuk mempersiapkan dan
melepaskan ovum pada pertengahan siklus, mempersiapkan lingkungan uterus dan
bila tidak terjadi konsepsi, maka terjadi perluruhan dinding endometrium yang akan
menyebabkan terjadinya pendarahan haid.
Hormon yang mengatur siklus haid adalah estrogen dan progesteron. Kadar
kedua hormon ini ditentukan oleh Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) yang
berasal dari hipotalamus. Hormon ini akan mengirim isyarat-isyarat ke kelenjar
pituitari. Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan dan mengeluarkan Follicle
FSH akan merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang
mengelilingi satu oosit primer. Folikel dan oosit primer akan berproliferasi sampai
hari ke 14 dan folikel menjadi matang yang disebut folikel de Graaf. Folikel de Graaf
yang matang akan melepaskan hormon estrogen. Hormon ini berfungsi untuk
proliferasi dinding endometrium. Estrogen yang tinggi juga akan mempengaruhi
serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat basa yang berguna untuk
menetralkan sifat asam pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
Selain itu, estrogen yang tinggi akan bereaksi umpan balik negatif ke kelenjar
pituitari untuk menurunkan konsentrasi FSH dan kelenjar pituitari akan melepaskan
LH.
LH merangsang perlepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf, pada saat
inilah yang disebut ovulasi. Selanjutnya, folikel de Graaf akan menjadi korpus luteum
dimana korpus luteum ini akan memproduksi estrogen dan progesteron. Progesteron
ini akan mendukung kerja dari estrogen dengan menebalkan dinding endometrium
dan meningkatkan pembuluh darah pada dinding endometrium.
Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan
kelenjar air susu pada payudara. Progesteron dan estrogen ini berfungsi untuk
mempersiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus apabila telah terjadi
pembuahan.
2.4. Kontrasepsi Oral
Kontrasepsi oral dibuat dari hormon sintetik. Kontrasepsi ini tersedia dalam
bentuk pil atau tablet. Ada yang mengandung hormon progesteron (pil mini) saja.
Ada juga yang mengandung kombinasi antara progesteron dan estrogen. Jika pil
hormonal ini digunakan dengan bagus, efektifitasnya 97% hingga 99%
2.4.1. Cara minum pil
a) Sebelum hamil
Wanita yang belum pernah hamil dapat mengonsumsi pil kontrasepsi pada
waktu yang dikehendaki untuk pertama kali. Jika wanita tersebut mengonsumsi pil
kombinasi pertama pada tujuh hari pertama menstruasi atau mengonsumsi pil mini
pertama pada lima hari pertama menstruasi, ia tidak memerlukan kontrasepsi
tambahan karena risiko untuk hamil tidak ada. Jika wanita tersebut mengonsumsi pil
kombinasi setelah tujuh hari menstruasi atau mengonsumsi pil mini setelah lima hari
menstruasi, ia harus menggunakan alat kontrasepsi tambahan (kondom) untuk satu
bulan (Network, 2000).
b) Postpartum
Jika wanita menyusui bayinya, ia dapat menggunakan pil kombinasi setelah
enam bulan postpartum atau setelah berhenti menyusui. Karena pil kombinasi
mengandung hormon estrogen yang dapat menurunkan produksi ASI. Wanita yang
menyusui lebih aman menggunakan pil mini. Pil mini ini dapat diminum enam
minggu setelah melahirkan karena pil ini tidak mengandung hormon estrogen
(Network, 2000).
Bagi wanita yang tidak menyusui, dapat menggunakan pil kombinasi tiga
minggu setelah melahirkan atau pil mini diminum segera setelah melahirkan. Bagi
wanita yang melakukan aborsi dapat meminum kontrasepsi oral segera setelah aborsi.
Kontrasepsi tambahan tidak diperlukan bagi wanita yang menggunakan pil kombinasi
dalam tujuh hari pertama setelah aborsi, atau pil mini diminum dalam lima hari
setelah aborsi (Network, 2000).
c) Pil yang terlupa diminum
Berdasarkan (Network, 2000):
Pil kontrasepsi harus diminum setiap hari walaupun wanita tersebut tidak
melakukan aktivitas seksual. Pengguna pil ini perlu menyediakan kontrasepsi
Jika lupa meminum satu pil, wanita pengguna kontrasepsi oral ini tidak akan
langsung hamil. Wanita tersebut harus segera konsumsi pil tersebut saat teringat.
Kemudian, minum pil seterusnya secara regular, meskipun pada satu hari tersebut
meminum dua pil. Kontrasepsi tambahan tidak diperlukan apabila lupa meminum
satu pil.
Jika lupa meminum dua atau lebih pil kombinasi, ia perlu mengambil pil
seperti diatas setiap hari dalam masa tujuh hari. Dalam keadaan ini, ia tidak
diharuskan untuk melakukan aktivitas seksual atau ia harus menggunakan kontrasepsi
tambahan.
Jika pil tersebut kurang dari tujuh pil yang tersisa, ia harus menghabiskan pil
yang ada dan langsung memulakan kemasan yang baru. Dalam keadaan ini wanita
tersebut tidak akan mengalami menstruasi pada masa yang regular.
Jika lupa meminum pil mini satu atau lebih pil, ia harus mengambil pil yang
terlupa diminum tadi sesegera mungkin apabila teringat. Kemudian mengambil pil
seterusnya secara regular. Walaupun ia terpaksa mengambil dua pil dalam satu hari.
Ia perlu menggunakan kontrasepsi tambahan atau tidak melakukan aktivitas seksual
dalam 48 jam.
Pada wanita yang sering terlupa unutk meminum pilnya perlu merujuk ke
dokter untuk mendapatkan nasihat atau menukar metode kontrasepsi yang lain.
d) Penukaran atau menghentikan pil
Berdasarkan Network (2000):
Wanita yang menggunakan pil kontrasepsi dapat menghentikan pengambilan
atau menukar ke cara yang lain pada bila-bila masa tanpa perlu menghabiskan satu
kemasan. Ia perlu menggunakan kontrasepsi tambahan sehingga metode baru ini
berkesan. Kesuburan akan kembali segera selepas menghentian pil kontrasepsi.
Wanita yang tidak lagi menggunakan pil kontrasepsi akan mengalami bercak atau
Wanita yang tidak mahu hamil tetapi tidak juga mahu menggunakan pil
kontrasepsi lagi perlu memulakan metode kontrasepsi lain terlebih dahulu sebelum
menghentikan pengambilan pil. Wanita yang bertukar dari pil kombinasi ke pil mini
perlu memulakan pil mininya sesegera mungkin setelah selesai pil kombinasi yang
terakhir.
2.4.2. Mekanisme kerja kontrasepsi oral
Pil kontrasepsi yang mengandungi hormon membuat tubuh menyangka bahwa
telah terjadi kehamilan, jadi pembuahan tidak terjadi. Pil kontrasepsi bekerja di dua
tempat, di otak dan di sekeliling rahim, tuba falopi dan uterus. Kontrasepsi hormonal
menghambat dua hormon kunci penyebab terjadinya pembuahan (Biran, 2010).
Pil kontrasepsi mencegah lepasnya Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari
kelenjar pituitari, di mana hormon ini berfungsi untuk pematangan sel telur.
Tambahan pula, pil dapat mencegah lepasnya Luteinizing Hormone (LH) juga dari
kelenjar pituitari yang nanti hormon ini akan menyebabkan pembuahan di tengah
masa siklus haid (MedicineNet, 2011).
Progestin pula menyebabkan mukus yang mengelilingi sel telur menjadi lebih
sukar untuk ditembusi sel sperma. Ia juga bekerja untuk menhambat terjadinya
ovulasi (MedicineNet, 2011).
Produksi natural dari kedua hormon tersebut dimulai ketika tingkat
progesteron dan estrogen sangat rendah, tetapi berhubungan kedua zat tersebut ada
dalam pil kontrasepsi, siklus produksi FSH dan LH tidak dapat dimulai (Biran, 2010).
Estrogen dalam pil kontrasepsi membuat stabilnya siklus 28 hari tanpa adanya
pendarahan sebelum menstruasi. Progestin menghambat matangnya telur dalam
rahim, jadi pembuahan tidak dapat terjadi. Disamping itu, lendir di leher uterus
(serviks) menjadi tebal, sehinga sperma tidak bisa menembusnya (Biran, 2010).
Secara garis besarnya pil hormonal ini dapat membantu dalam menghambat
menjadikan lendir serviks menjadi kental, menekan perkembangan telur yang tidak
dibuahi dan memperlambatkan trasportasi ovum.
2.4.3. Kriteria penggunaan kontrasepsi oral
Berdasarkan (WHO, 2004):
1=Keadaan di mana tidak terdapat halangan untuk penggunaan alat
kontrasepsi.
2=Keadaan di mana kebaikan penggunaan alat kontrasepsi melebihi teoritikal
atau risiko yang terbukti.
3=Keadaan di mana teoritikal atau risiko yang terbukti melebihi kebaikan dari
penggunaan alat kontrasepsi.
4=Keadaan di mana terbukti meningkatkan risiko kesehatan yang buruk jika
menggunakan alat kontrasepsi.
2.5. Pil kombinasi
Pil kombinasi mengandungi hormon estrogen dan progestin dan diklasifikasi
sebagai monophasik, biphasik dan triphasik. Hormon sintetik lebih banyak digunakan
berbanding hormon natural karena memiliki potensi yang lebih besar. Terdapat dua
jenis estrogen yang digunakan yaitu etinil estradiol dan mestranol. Di dalam tubuh
mestranol ini akan dipecahkan menjadi etinil estradiol (Watson Pharma, 2010).
Progestin yang digunakan dalam pil kombinasi adalah dari sintetik
progesteron yang dihasilkan di laboratorium. Terdapat tujuh progestin yang berbeda
digunakan yang mengandungi kekuatan dan efek samping yang berbeda. Progestin
yang berbeda-beda ini dibuat untuk memudahkan dokter memilih hormon yang mana
2.5.1. Kemasan pil kombinasi
Berdasarkan (Feminist Women’s Health Center, 2011):
a) Kemasan 28 hari
Yaitu tujuh pil yang akan digunakan selama minggu terakhir pada setiap
siklus. Tidak kesemuanya pil ini mengandung hormonal. Sebagai penggantinya
adalah zat besi atau zat inert (placebo). Pil-pil ini membantu pasien untuk
membiasakan diri mengonsumsinya pada setiap hari. Pil ini akan diminum terus
menerus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet placebo).
b) Kemasan 21 hari
Seluruh pil ini mengandung hormonal. Interval tujuh hari tanpa pil akan
menyelesaikan 1 kemasan (mendahului permulaan kemasan baru). Pasien akan
mengalami haid selama tujuh hari tersebut, tetapi harus dimulai siklus pil barunya
pada hari ke 7 setelah menyelesaikan siklus sebelumnya walaupun haid datang atau
tidak. Jika pasien merasa kemungkinan hamil, ia harus melakukan pemeriksaan ke
dokter. Jika pasien yakin ia mengonsumsi pil dengan cara yang benar, pasien dapat
mengulangi pil tersebut sesuai jadual walaupun haid tidak terjadi.
2.5.2. Klasifikasi pil kombinasi
Berdasarkan (MedicineNet, 2011):
1. Monophasik = Mengandungi konsentrasi yang sama bagi hormon estrogen
dan progestin setiap hari.
2. Biphasik = Mengandungi konsentrasi yang sama bagi hormon estrogen setiap
hari dalam 21 dari siklus. Pada separuh pertama siklus rasio
progestin/estrogen lebih rendah supaya endometrium menebal seperti
normalnya saat menstruasi. Pasa separuh kedua siklus pula rasio
progestin/estrogen lebih tinggi supaya berlakunya perlepasan endometrium
3. Triphasik = Mengandungi konsentrasi hormon estrogen yang sama atau
berubah dan konsentrasi progestin yang berbeda di sepanjang siklus
kontrasepsi tersebut. Tidak terdapat bukti yang menunjukan pil kombinasi
biphasik atau triphasik lebih aman atau lebih utama berbanding pil kombinasi
monophasik atau sebaliknya dalam keberkesanannya untuk menghalang
terjadinya kehamilan.
2.6. Pil mini
Pil ini hanya mengandungi hormon progestin. Progestin menyebabkan
penebalan mukus pada servik. Ini menyebabkan kesulitan bagi sperma untuk
melewati servik. Ia juga menyebabkan endometrium uterus tidak bagus untuk
implantasi sel telur yang telah dibuahi. Pil ini kadang-kadang direkomendasi pada
wanita yang mengalami masalah kesehatan yang tidak membolehkannya untuk
mengambil hormon estrogen. Selain itu, wanita yang menyusui juga mengambil pil
mini ini (WebMD, 2011).
Pil mini harus diambil pada setiap hari. Apabila terlupa untuk mengambil pil
ini atau mengambilnya pada waktu yang berbeda pada setiap hari akan memberi
kegagalan efektifitasnya secara signifikan. Ini karena dosis yang minimal digunakan
pada pil mini ini (WebMD, 2011).
2.7. Anatomi dan histologi vagina
Vagina merupakan elastik, muskular kanal dengan lapisan yang lembut dan
fleksibel yang mengandungi lubrikasi. Vagina menghubungkan uterus dengan bagian
luar tubuh. Vulva dan labia dari vagina berada pada bagian luar manakala servik
menonjol keluar ke arah vagina menjadikan hujung dalam vagina. Vagina merupakan
tempat masuknya penis semasa senggama dan juga merupakan tempat untuk
Vagina merupakan tuba yang bermuskular. Epitelium yang melapisinya
merupakan stratified skuamus epitelium yang tidak berkeratin. Di bawah lapisan
epitelium merupakan lapisan lamina propria yang kaya dengan serabut elastin dan
tidak mempunyai kelenjar. Di bawah lapisan lamina propria merupakan lapisan otot
polos yang lapisan dalamnya berbentuk sirkular dan lapisan luarnya berbentuk
longitudinal. Lapisan yang terakhir merupakan lapisan adventisia. Lapisan ini
membatasi kandung kemih pada bagian anterior dan rektum pada bagian posterior.
Lubrikasi vagina merupakan hasil sekresi dari mukus servik dan juga sekresi dari
kelenjar pada labia minora (Anonim, 2011).
2.8. Vaginal discharge
Kelenjar pada vagina dan servik mensekresikan sejumlah kecil cairan. Cairan
ini akan keluar dari vagina setiap hari yang membawa keluar sel-sel yang tua atau
mati yang terdapat pada vagina. Ini merupakan cara tubuh untuk memastikan
kesehatan vagina supaya sentiasa bersih. Cairan ini biasanya jernih atau seperti susu
dan tidak mempunyai bau (Family Doctor org, 2011).
Vagina merupakan laluan antara bagian luar tubuh dengan bagian dalam
organ reproduktif wanita. Keseimbangan pH pada vagina adalah lebih asam, di mana
pH ini berfungsi untuk menghalang terjadinya infeksi. PH asam ini dihasilkan oleh
bakteria normal yang terdapat pada vagina (McKinley Health Center, 2008).
Vagina yang sehat menghasilkan sekret untuk membersihkan dan meregulasi
dirinya sendiri. Apapun perkara yang menghalangi keseimbangan sekresi vagina bisa
menyebabkan infeksi (McKinley Health Center, 2008).
Setiap hari vagina mensekresikan cairan sebanyak satu sudu teh (4ml) yang
terdiri dari cairan yang putih atau jernih, tebal hingga tipis dan tidak berbau. Sekret
yang keluar bisa berbeda pada masa tertentu tergantung pada masa ovulasi,
menstruasi, aktivitas seksual dan kontrol kehamilan (Palo Alto Medical Foundation,
Setiap wanita pasti akan mengalami keluhan vaginal discharge dalam periode
hidupnya. Vaginal discharge yang normal kelihatan jernih, putih berawan dan atau
kekuningan apabila sekret tersebut kering pada pakaian. Perubahan sekret yang
normal bisa berlaku karena banyak sebab antaranya adalah siklus menstruasi, tekanan
emosi, status nutrisi, kehamilan menggunaan obat-obatan antaranya pil kontrasepsi
dan obat pembangkit seksual (McKinley Health Center, 2008).
Terdapat perbedaan jenis vaginal discharge, antaranya adalah jika sekret
tersebut bewarna putih, tebal dan tidak disertai gatal ini menunjukan siklus
menstruasi yang normal. Jika bewarna putih, tebal dan disertai gatal ini menunjukan
terdapat infeksi jamur. Sekret yang jernih dan kental ini menunjukan mukous yang
fertile iaitu dalam fase ovulasi. Sekret yang jernih dan berair bisa berlaku pada waktu
yang berbeda pada siklus menstruasi dan dapat juga akibat setelah melakukan
olahraga yang berat. Sekret bewarna kuning atau hijau berindikasi infeksi, terutama
sekret yang tebal atau bergumpal seperti keju atau terdapat bau yang tidak
menyenangkan. Sekret yang bewarna coklat berlaku segera selepas siklus menstruasi,
dan ia hanya merupakan proses pembersihan vagina. Bisa juga darah yang lama
keluar bewarna coklat (Palo Alto Medical Faundation, 2011).
Jika berlaku perubahan pada warna ataupun jumlah sekret berkemungkinan
merupakan suatu tanda infeksi vagina. Antara tanda-tanda infeksi vagina adalah
keluarnya sekret diikuti gatal, kemerahan ataupun luka. Seterusnya sekret yang keluar
banyak dan menetap. Dirasakan panas pada alat kelamin saat buang air kecil.
Terdapat sekret yang bewarna putih dan kental atau seperti keju. Terdapat juga sekret
yang bewarna abu-abu, putih atau kekuningan disertai bau yang tidak menyenangkan.
(McKinley Health Center, 2008)
Infeksi yang menyebabkan terjadinya vaginal discharge terbanyak pada masa
ini adalah infeksi dari jamur. Jamur yang termasuk dalam Candida spesies merupakan
Jamur ini menginfeksi mulut pada anak-anak baru lahir, kulit, kuku, dan
saluran pernafasan termasuk juga menginfeksi serviks dan vagina. Jamur ini bersifat
dorman pada alat kelamin dalam jangka waktu yang lama dan dapat dijumpai dalam
pemeriksaan rutin dengan pasien yang asimptomatik (Ian Donald, 2002).
Apabila terinfeksi jamur Candida Albican, pasien akan mengalami gejala
seperti keluarnya sekret yang bewarna putih kental. Rasa gatal pada vulva juga bisa
terjadi tergantung jumlah sekret yang keluar (Ian Donald, 2002).
Sejumlah kecil jamur dapat dijumpai pada vagina yang sehat. Tetapi apabila
ianya terlalu banyak bisa menyebabkan infeksi jamur. Antara tanda bagi infeksi
jamur adalah sekret bewarnya putih dan seperti keju, pembengkakan dan nyeri sekitar
vulva, gatal dan nyeri senggama (Family Doctor org, 2011).
Dalam keadaan normal terdapat jamur (Candida Albican) pada vagina. Sebab
terjadinya infeksi jamur adalah karena perubahan pH yang tidak seimbang pada
vagina. Antara faktor terjadinya perubahan pH adalah pada wanita yang dalam
keadaan tertekan, penggunaan oral kontrasepsi, menderita diabetes melitus, hamil dan
penggunaan antibiotik jangka lama (McKinley Health Center, 2008).
2.8.1. Kriteria vaginal discharge abnormal
Berdasarkan (WebMD, 2011):
a) Berdarah dan berwarna coklat = Siklus menstruasi yang irregular, servikal
atau endometrial kanker. Disertai pendarahan vaginal yang abnormal serta
nyeri pada pelvis.
b) Bekabut atau bewarna kuning = Infeksi Gonorrhea. Disertai pendarahan
antara siklus menstruasi dan inkontinen urinari.
c) Berwarna kekuningan atau kehijauan dengan berbau = Infeksi
Trichomoniasis. Disertai nyeri dan gatal sewaktu buang air kecil.
d) Bewarna merah jambu = Pengguguran endometrium uterus setelah melahirkan
e) Tebal, putih dan seperti keju = Infeksi jamur. Disertai pembengkakan dan
nyeri disekitar vulva, gatal, dan nyeri sewaktu senggama.
f) Bewarna putih, abu-abu atau kuning dengan fishy odor = Bakterial vaginosis.
Disertai gatal atau rasa terbakar, kemerahan dan pembengkakan vagina atau
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penilitian
Pada penelitian ini kerangka konsep tentang hubungan penggunaan alat
kontrasepsi kombinasi hormanal dengan kejadian vaginal discharge patologis.
Karakteristik yang akan dinilai dari vaginal discharge tersebut adalah ada tidaknya
perubahan jumlah, warna, konsistensi, bau, dan rasa gatal yang dirasakan responden.
Variabel Independen (Bebas) Variabel Dependen (Tergantung)
Pengguna Alat Kontrasepsi Kombinasi
Hormonal (Pil)
Vaginal Discharge
Jumlah Warna Konsistensi Bau Rasa Gatal
KARAKTERISTIK FISIOLOGIS PATOLOGIS
KARAKTERISTIK INFEKSI JAMUR INFEKSI BAKTERI
Warna Putih bergumpal seperti
keju
• Putih/Abu-Abu
• Kuning/ Hijau Konsistensi Banyak dan Tebal Banyak dan tipis
Bau Tidak berbau Fishy odour/hamis
Gatal Sangat gatal Gatal yang minimum/tidak
gatal
Gejala vaginal discharge fisiologis atau patologis ditentukan jika ditemukan salah
satu daripada karakteristik tersebut. Begitu juga dengan infeksi jamur atau infeksi
bakteri.
3.3. Hipotesa
HA : Ada hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi
hormonal (pil) dengan keluhan vaginal discharge patologis.
HO : Tidak ada hubungan antara pemakaian alat kontrasepsi yang mengandungi
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan pendekatan
cross sectional yang dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara pemakaian alat
kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal dengan kejadian vaginal
discharge patologis.
4.2. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2011 sehingga Juni 2011. Penelitian
telah dilaksanakan di fakultas-fakultas yang terdapat di Universitas Sumatera Utara
Medan terhadap para dosen wanita pada fakultas-fakultas tersebut. Populasi ini
dipilih karena dosen wanita yang bekerja pada tempat tersebut tergolong kepada
wanita yang mempunyai taraf hidup dan taraf pendidikan menengah ke atas. Jadi
pengetahuan dalam hal penggunaan alat kontrasepsi pada wanita-wanita tersebut akan
sangat membantu kinerja mereka sehari-hari karena dengan keterbatasan waktu yang
mereka miliki, tambahan anak sebagai tanggungjawab baru tentu akan semakin
memberatkan. Selain itu juga mereka mampu untuk menggunakan pil kontrasepsi
karena harganya mahal dan pil ini perlu diminum pada setiap hari.
4.3. Populasi dan sampel penelitian
Populasi terjangkau (accessible population, source population) pada
penelitian ini adalah wanita usia subur (15-49 Tahun) bekerja sebagai dosen
Universitas Sumatera Utara (USU) Medan yaitu dari Fakultas Psikologi, Fakultas
ISIP, Fakultas MIPA, Fakultas Sastra, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas
Pertanian, Fakultas Hukum. Setelah dihitung, jumlah dosen wanita yang akan diambil
4.4. Estimasi besar sampel
Dari jumlah populasi, maka menurut (Wahyuni A.S, 2008) rumus yang
digunakan untuk perhitungan sampel adalah:
n= N. Z²1-α/2 p . (1-p)
(N-1) d² + Z²1-α/2 . p . (1-p)
Keterangan :
N = Jumlah populasi
n = Besar sampel minimum
d = Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir (0,1)
Z1-α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu (biasanya
95%=1,96)
P = Harga proporsi di populasi (0,5)
Pada penelitian ini, jumlah populasi = 260 orang dan tingkat kepercayaan
yang diambil adalah 0,1. Maka minimum besar sampel yang digunakan adalah:
n= 260 . (1,96)² . 0,5 . (1-0,5)
(260-1) (0,1)² + (1,96)² . 0,5 . (1-0,5)
4.5. Cara Pemilihan Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi yang digunakan adalah:
a) Dosen wanita usia subur (15-49 tahun).
b) Bersedia ikut dalam penelitian.
c) Ikut serta dalam Program Keluarga Berencana.
d) Memakai alat kontrasepsi yang mengandungi hormon yaitu pil, suntikan, dan
implan.
Sedangkan kriteria eksklusi adalah:
a) Dosen wanita di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas
Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat dan Fakultas Farmasi.
b) Dosen wanita yang mempunyai penyakit Diabetes melitus.
c) Dosen wanita yang sedang hamil.
d) Dosen wanita yang menggunakan obat-obatan seperti antibiotik dalam jangka
waktu yang lama.
e) Dosen wanita yang menggunakan AKDR, kondom, diafragma sebagai alat
kontrasepsi.
Subjek yang akan diikutkan menjadi sampel untuk penelitian ini adalah subjek
yang mengikuti penelitian sampai selesai dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
yang ditetapkan. Hasil penelitian merupakan hasil pengukuran pada kelompok ini.
Cara pemilihan sampel untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan non
4.6. Teknik Pengumpulan Data
4.6.1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan-
pertanyaan yang telah disusun dengan tujuan penelitian, dimana kuesioner akan
disebarkan kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
4.6.2. Data sekunder
Data sekunder pada penelitian ini merupakan data-data dosen wanita (15-49
tahun) Universitas Sumatera Utara (USU). Data ini diperoleh dari Bagian
Kepegawaian Biro Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.
4.6.3. Uji Validitas dan Reabilitas
Uji coba kuesioner akan dilakukan sebelum digunakan pada subjek penilitian,
untuk mengetahui validitas dan reabilitas. Uji coba yang dilakukan adalah uji coba
content validity.
4.7. Ethical Clearence
Proposal ini sedang dalam proses mendapatkan persetujuan etika dari Komite
Etik Kesehatan dan Kedokteran FK USU.
4.8. Pengolahan dan Analisa Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan:
Pemeriksaan ulang terhadap data-data yang didapat dari kuesioner.
Melakukan seleksi terhadap data-data yang terkumpul. Pada tahap ini kita menilai apakah sampel tersebut masuk ke dalam kriteri inklusi dan eksklusi
Kemudian dilakukan pemisahan data antara dosen wanita yang memakai alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi homonal dengan dosen wanita yang
memakai alat kontrasepsi yang mengandungi hormon tunggal. Kemudian
dilihat apakah terdapat keluhan vaginal discharge patologis atau tidak.
Selanjutnya dilakukan analisa data.
Analisa data dapat dilakukan dengan program komputer SPSS. Antara
variabel pengguna alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal dengan
keluhan vaginal discharge patologis dilakukan uji hipotesa dengan chi square. Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Proses pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2011 sehingga Juni
2011 di Universitas Sumatera Utara (USU). Seramai 70 orang dosen yang memakai
alat kontrasepsi yang mengandungi hormon telah diambil sebagai responden. Setiap
dosen memakan waktu kira-kira 10 menit untuk mengisi kuesioner. Teknik penelitian
yang dilakukan adalah dengan cara menjawab pertanyaan yang terdapat dalam
kuesioner yang telah diedarkan. Berdasarkan hasil pemeriksaan, maka dapat
disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dijalankan di Universitas Sumatera Utara (USU) yang
terletak di Medan, Sumatera Utara Indonesia. Sejak awal pendiriannya pada tahun
1952, USU dipersiapkan menjadi pusat pendidikan tinggi di Kawasan Barat
Indonesia. USU memiliki 14 fakultas/sekolah yaitu Kedokteran, Hukum, Pertanian,
Teknik, Kedokteran Gigi, Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Kesehatan Masyarakat, Farmasi, Psikologi,
Keperawatan dan Pascasarjana. Jumlah program studi yang ditawarkan sebanyak 135,
terdiri dari 19 tingkat doktoral, 32 magister, 18 spesialis, 5 profesi, 46 sarjana, dan 15
diploma. Jumlah mahasiswa terdaftar saat ini lebih dari 33.000 orang, 1000 di
antaranya adalah mahasiswa asing. Dalam penelitian ini hanya fakultas nonmedis
sahaja yang terlibat antaranya adalah fakultas Hukum, Pertanian, Teknik, Ekonomi,
Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Ilmu-ilmu Sosial dan Ilmu
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah dosen wanita usia subur yang menjadi
tenaga pengajar di fakultas non medis USU. Rentang usia sampel yang terlibat adalah
antara 15 hingga 49 tahun. Sampel yang terlibat dalam penelitian ini keseluruhannya
berjumlah 70 orang yang terdiri daripada dosen fakultas Hukum, Pertanian, Teknik,
Ekonomi, Sastra, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Ilmu-ilmu Sosial
dan Ilmu Politik (ISIP), Psikologi dan kesemuanya telah pun menyatakan persetujuan
untuk menjadi sampel penelitian. Mereka juga memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
penelitian yaitu ikut serta dalam Program Keluarga Berencana dan telah memakai alat
kontrasepsi lebih dari tiga bulan. Tidak menderita penyakit Diabetes melitus, tidak
hamil, tidak menggunakan alat kontraseosi dalam rahim (AKDR) dan tidak
menggunakan obat-obatan seperti antibiotik dalam jangka waktu yang lama. Teknik
pemilihan sampling yang digunakan adalah quota sampling. Daripada 70 jumlah
sample yang diambil, responden dapat didistibusikan menurut fakultas seperti tabel
dibawah.
Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Fakultas
Jenis Fakultas Jumlah Persentase(%)
Daripada 70 sampel yang diambil, 9 orang (12.9%) diambil dari fakultas
Hukum, Ekonomi, Sastra, MIPA, ISIP, Psikologi. Selebihnya sebanyak 8 orang
(11.4%) diambil dari fakultas Pertanian dan Teknik.
5.1.3 Jenis Alat Kontrasepsi yang Digunakan Responden
Sebanyak 70 sampel yang mengikuti penelitian ini telah ditanyakan tentang
jenis alat kontrasepsi yang digunakan. Tabel di bawah menunjukan distribusi jenis
alat kontrasepsi yang digunakan lebih dari tiga bulan pada sampel penelitian.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alat Kontrasepsi yang Digunakan Lebih
dari Tiga Bulan
Jenis KB Jumlah Persentase(%)
Pil 46 65.7
Suntikan 17 24.3
Implan 7 10.0
Total 70 100.0
Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata pengguna alat
kontrasepsi pil sebanyak 46 orang (65,7%), suntikan 17 orang (24,3%), dan implan 7
orang (10,0%). Jenis alat kontrasepsi yang banyak digunakan adalah pil 65,7% dan
yang kurang digunakan adalah implan 10,0%.
5.1.4 Pembahagian Alat Kontrasepsi yang Digunakan Responden
Alat kontrasepsi yang digunakan responden dibahagi menjadi alat kontrasepsi
yang mengandungi kombinasi hormonal dan hormonal tunggal. Tabel dibawah
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pembahagian Alat Kontrasepsi
Alat KB Jumlah Persentase(%)
Kombinasi Hormonal 46 65.7
Hormonal Tunggal 24 34.3
Total 70 100.0
Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata pengguna alat
kontrasepsi kombinasi hormonal (pil) sebanyak 46 orang (65.7%). Manakala rata-rata
pengguna alat kontrasepsi homonal tunggal sebanyak 24 orang (34.3%). Mayoritas
responden menggunakan kombinasi hormonal (pil) sebagai alat kontrasepsi.
5.1.5 Jenis Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden
Pada kuesioner yang telah diedarkan ada pertanyaan tentang waktu terjadinya
vaginal discharge. Apakah vaginal discharge yang terjadi bersifat fisiologi atau
patologi. Tabel di bawah menunjukan distribusi jenis vaginal discharge yang terjadi
pada sampel penelitian.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Vaginal Discharge
Jenis Vaginal Discharge Jumlah Persentase(%)
Fisiologis 44 62.9
Patologis 26 37.1
Total 70 100.0
Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata vaginal discharge
fisiologis yang terjadi sebanyak 44 orang (62,9%). Manakala vaginal discharge
patologis sebanyak 26 orang (37,1%). Hal ini menunjukan bahwa kejadian vaginal
discharge fisiologis lebih banyak berbanding vaginal discharge patologis yang terjadi
5.1.6 Jumlah Vaginal Discharge Pada Responden
Jumlah vaginal discharge juga ada ditanyakan di dalam kuesioner yang telah
diedarkan. Apakah jumlah vaginal discharge tersebut normal yaitu yang sering
dialami sampel atau lebih banyak dari normal akibat penggunaan alat kontrasepsi
tersebut. Tabel di bawah menunjukan distribusi jumlah vaginal discharge yang
terjadi pada sampel penelitian.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Vaginal Discharge
Jumlah Vaginal Discharge Jumlah Persentase(%)
Normal 44 62.9
Banyak 26 37.1
Total 70 100.0
Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata jumlah vaginal
discharge yang normal adalah sebanyak 44 orang (62,9%). Manakala jumlah vaginal
discharge yang banyak 26 orang (37,1%). Ini bererti lebih ramai sampel penelitian
mengalami jumlah vaginal discharge yang normal.
5.1.7 Konsistensi Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden
Konsistensi vaginal discharge yang terjadi dibahagi menjadi apakah vaginal
discharge tersebut dalam keadaan normal, tipis atau tebal. Tabel di bawah
menunjukan distribusi konsistensi vaginal discharge yang terjadi pada sampel
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Konsistensi Vaginal Discharge
Konsistensi Vaginal discharge Jumlah Persentase(%)
Normal 44 62.9
Tipis 17 24.3
Tebal 9 12.9
Total 70 100.0
Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata jumlah konsistensi vaginal discharge
yang normal sebanyak 44 orang (62,9%). Konsistensi vaginal discharge yang tipis 17
orang (24,3%). Konsistensi vaginal discharge yang tebal 9 orang (12,9%). Mayoritas
responden mengalami va ginal discharge yang dalam konsistensi normal.
5.1.8 Warna Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden
Warna vaginal discharge yang terjadi pada responden dibahagi menjadi
jernih, putih abu-abu atau kuning. Tabel di bawah menunjukan distribusi warna
vaginal discharge yang terjadi pada sampel penelitian.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Warna Vaginal Discharge
Warna Vaginal Discharge Jumlah Persentase(%)
Jernih 44 62.9
Putih abu-abu 17 24.3
Kuning 9 12.9
Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata responden mengalami
warna vaginal discharge yang jernih sebanyak 44 orang (62,9%), warna putih abu-
abu 17 orang (24,3%), warna kuning 9 orang (12,9%). Hal ini menunjukan lebih
ramai responden mengalami vaginal discharge yang berwarna jernih berbanding
warna putih abu-abu dan warna kuning.
5.1.9 Bau Vaginal Discharge yang Terjadi Pada Responden
Bau vaginal discharge yang terjadi dibahagi menjadi berbau dan tidak berbau.
Tabel di bawah menunjukan distribusi bau vaginal discharge yang terjadi pada
sampel penelitian.
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Bau Vaginal Discharge
Bau Vaginal Discharge Jumlah Persentase(%)
Tidak Berbau 61 87.1
Bau 9 12.9
Total 70 100.0
Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata responden mengalami
vaginal discharge yang berbau sebanyak 9 orang (12.9%). Manakala rata-rata
responden mengalami vaginal discharge yang tidak berbau 61 orang (87.1%). Ini
menunjukan kebanyakan responden mengalami va ginal discharge yang tidak berbau.
5.1.10 Gejala Gatal yang Terjadi Pada Responden
Di dalam kuesioner juga terdapat soalan tentang gejala gatal yang dialami
responden. Gejala ini dibahagi menjadi gatal dan tidak gatal. Tabel di bawah
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Gejala Gatal
Gejala Gatal Jumlah Persentase(%)
Tidak Gatal 53 75.7
Gatal 17 24.3
Total 70 100.0
Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata responden mengalami
gejala gatal sebanyak 17 orang (24.3%). Responden yang mengalami gejala tidak
gatal 53 orang (75.7%). Mayoritas responden mengalami gejala tidak gatal
berbanding gejala gatal.
5.1.11 Jenis Infeksi yang Mungkin di Alami Responden
Daripada karekteristik vaginal discharge di atas dibahagi lagi menjadi apakah
vaginal discharge tersebut normal, vaginal discharge yang akibat infeksi jamur, atau
vaginal discharge akibat infeksi bakteri. Tabel di bawah menunjukan distribusi jenis
infeksi yang terjadi pada sampel penelitian.
Tabel 5.10 Distribusi Jenis Infeksi pada Responden
Infeksi Jumlah Persentase(%)
Normal 44 62.9
Jamur 17 24.3
Bakteri 9 12.9
Berdasarkan penelitian yang telah dijalankan, rata-rata responden yang tidak
mengalami sebarang infeksi sebanyak 44 orang (62.9%), responden yang di
kategorikan infeksi jamur 17 orang (24.3%), manakala infeksi bakteri 9 orang
(12.9%).
5.1.12 Tabulasi silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Infeksi
Tabulasi silang (Crosstab) guna untuk melihat bagaimana pola antara alat
kontrasepsi dengan kemungkinan terjadinya infeksi. Tabel di bawah menunjukan
distribusi antara variabel alat kontrasepsi dengan kejadian infeksi.
Tabel 5.11 Tabulasi Silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Infeksi
Alat KB Normal Jamur Bakteri Total
Kombinasi Hormonal 28 10 8 46
Hormonal Tunggal 16 7 1 24
Total 44 17 9 70
Responden yang menggunakan alat kontrasepsi kombinasi hormonal (pil) dan
tidak mengalami sebarang infeksi adalah sebanyak 28 orang, yang kemungkinan
infeksi jamur 10 orang, manakala kemungkinan infeksi bakteri 8 orang. Responden
yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal tunggal dan tidak mengalami sebarang
infeksi adalah sebanyak 16 orang, yang kemungkinan infeksi jamur 7 orang,
5.1.13 Hubungan antara Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi
Hormonal dan Kejadian Vaginal Discharge Patologis
Data yang telah dikumpulkan pada 70 sampel penelitian dianalisis melalui
Crosstabulation yang dilanjutkan dengan uji hipotesa melalui uji Chi-Square.
Analisis data diawali dengan membuat suatu tabulasi silang (Crosstab) guna
melihat bagaimana pola antara kedua variabel nominal tersebut. Tabel dibawah
menunjukan distribusi antara variabel independen (bebas) yaitu alat KB, sama ada
kombinasi hormonal atau hormonal tunggal dengan variabel dependen (tergantung)
yaitu gejala vaginal discharge, sama ada fisiologis atau patologis.
Tabel 5.12 Tabulasi Silang (Crosstab) antara Alat KB dengan Gejala Vaginal
Discharge
Alat KB Gejala Vaginal Discharge Total
Fisiologi Patologi
Kombinasi Hormonal 28 18 46
Hormonal tunggal 16 8 24
Total 44 26 70
Responden yang menggunakkan alat kontrasepsi yang mengandungi
kombinasi hormonal yang mengalami vaginal discharge fisiologis sebanyak 28 orang
manakala vaginal discharge patologis sebanyak 18 orang. Responden yang
menggunakan alat kontrasepsi yang mengandungi hormonal tunggal yang mengalami
vaginal discharge fisiologis sebanyak 16 orang manakala vaginal discharge patologis
sebanyak 8 orang. Berdasarkan data di atas, analisa lebih lanjut adalah dengan
menggunakan uji Chi-Square untuk mengetahui hubungan di antara kedua variabel
tersebut.
Hasil uji Chi-Square pada kedua variabel dalam penelitian ini dapat
Tabel 5.13 Tabel Uji Chi-Square antara Alat KB dengan Gejala Vaginal Discharge
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is
8.91.
b. Computed only for a 2x2 table.
Penelitian ini menggunakan hipotesis dua arah (two-tailed) dengan tingkat
kepercayaan 95% (α = 0.05), yang berarti jika didapati nilai p < 0,05 berarti hipotesis
penelitian gagal ditolak.
Setelah dianalisis, dalam penelitian ini dapat dinilai nilai p = 0.634 yaitu lebih
besar daripada dari nilai alpha 0,05 (p > 0,05). Ini berarti tidak ada hubungan antara
penggunaan alat kontrasepsi yang mengandungi kombinasi hormonal (pil) dengan
kejadian vaginal discharge patologis pada dosen wanita usia subur Universitas
Sumatera Utara (USU).
5.2 Pembahasan
5.2.1 Jenis Alat Kontrasepsi
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah responden yang menggunakan
alat kontrasepsi pil adalah sebanyak 46 orang (65.7%), suntikan 17 orang (24.3%),
dan implan 7 orang (10.0%). Apabila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Simbolan, Desnal (2010) yang mengkaji penggunaan alat kontrasepsi pil KB
pada akseptor KB pada 110 responden menunjukan penggunaan alat kontrasepsi pil
sebanyak 36 orang (32.7%), suntikan 32 orang (29.1%), dan implan 20 orang
ramai wanita usia subur menggunakan pil sebagai alat kontrasepsi berbanding alat
kontrasepsi suntikan dan implan.
5.2.2 Jenis Vaginal Discharge
Jenis vaginal discharge dibedakan menjadi vaginal discharge yang fisiologis
dan vaginal discharge yang patologis. Vaginal discharge fisiologis ini terjadi adalah
akibat sebelum atau selepas menstruasi, atau setelah melakukan olahraga yang berat,
atau ketika sedang stress. Vaginal discharge patologis pula terjadi akibat pemakaian
alat kontrasepsi. Dari hasil penelitian yang telah dijalankan didapatkan bahwa jumlah
responden yang mengalami vaginal discharge fisiologis sebanyak 44 orang (62.9%)
sedangkan responden yang mengalami vaginal discharge patologis sebanyak 26
orang (37.1%). Bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanafiah
TM (2000) telah ditemukan vaginal discharge fisiologis sebanyak 57.75% manakala
vaginal discharge patologis sebanyak 42.25%.
5.2.3 Karakteristik Vaginal Discharge
Setelah mendapat tahu jenis vaginal discharge yang dialami responden,
vaginal discharge tersebut didiskripsikan lagi menurut karakteristiknya. Antara
diskripsi karakteristik vaginal discharge adalah jumlahnya. Sebanyak 44 orang
(62.9%) mengalami jumlah yang normal. Manakala 26 orang (37.1%) mengalami
jumlah vaginal discharge yang banyak. Kemudian berdasarkan konsistensi vaginal
discharge tersebut, sebanyak 44 orang (62.9%) mengalami konsistensi yang normal,
17 orang (24.3%) mengalami konsistensi yang tipis, dan 9 orang (12.9%) mengalami
konsistensi yang tebal. Seterusnya vaginal discha rge ini dibahagi menurut warnanya.
Warna jernih sebanyak 44 orang (62.9%), warna putih abu-abu 17 orang (24.3%),
manakala warna kuning 9 orang (12.9%). Jika berdasarkan bau vaginal discharge
tersebut dapat dibahagikan menjadi vaginal discharge yang tidak berbau sebanyak 61
(75.5%) responden tidak mengalami rasa gatal, sedangkan 17 orang (24.3%)
responden mengalami rasa gatal.
Berdasarkan hasil karakteristik yang telah dinyatakan diatas, penelitian ini
dapat ditentukan berdasarkan kemungkinan jenis infeksi yang dialami responden.
Infeksi yang dikaji dalam penelitian ini adalah antara infeksi jamur atau bakteri.
Infeksi jamur dapat ditentukan berdasarkan karakteristik vaginal discharge seperti
jumlah banyak, konsistensi tipis, warna putih abu-abu, tidak berbau dan gatal.
Manakala untuk infeksi bakteri dapat ditentukan berdasarkan karakteristik vaginal
discharge seperti jumlah banyak, konsistensi yang tebal, warna kekuningan, berbau
dan tidak gatal (McKinley, 2008).
Jadi dapat disimpulkan sebanyak 44 orang (62.9%) responden tidak
mengalami sebarang infeksi karena vaginal dischargenya bersifat fisiologis.
Manakala sebanyak 17 orang (24.3%) responden mengalami infeksi jamur, dan 9
orang (12.9%) responden mengalami infeksi bakteri.
5.2.4 Hubungan Penggunaan Alat Kontrasepsi yang Mengandungi Kombinasi
Hormonal (Pil) dengan Kejadiaan Vaginal Discharge Patologis
Pada responden yang menggunakan alat kontrasepsi yang mengandungi
kombinasi hormonal (pil) rata-rata kejadian vaginal discharge fisiologis sebanyak 28
orang manakala vaginal discharge patologis sebanyak 18 orang. Responden yang
menggunakan alat kontrasepsi yang mengandungi hormonal tunggal mengalami
vaginal discharge fisiologis sebanyak 16 orang manakala vaginal discharge patologis
sebanyak 8 orang. Hasil uji Chi-Square pada kedua variabel dalam penelitian ini
menunjukan nilai p > 0,05. Ini berarti tidak ada perbedaan antara alat kontrasepsi
kombinasi hormonal dengan kejadian vaginal discharge patologis. Hal tersebut
didapati bertentangan dengan teori yang menyatakan bahwa hormon estrogen yang