• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Kreativitas Pada Musisi Band Di Taman Budaya Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Kreativitas Pada Musisi Band Di Taman Budaya Sumatera Utara"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KREATIVITAS PADA MUSISI BAND DI TAMAN BUDAYA SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

FARHANI INESYA PUTRI

071301106

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda-tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kreativitas

Pada Musisi Band di Taman Budaya Sumatera Utara

Adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Mei 2011

(3)

Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kreativitas pada Musisi Band Taman Budaya Sumatera Utara

Farhani Inesya Putri dan Tarmidi

ABSTRAK

Kreativitas atau berfikir kreatif dapat membawa individu pada berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah dan memberikan kepuasan. Kreativitas juga memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidup yang bergantung pada sumbangan kreatif berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. kreativitas adalah kemampuan individu untuk mencipta sesuatu baik yang bersifat baru maupun kombinasi yang berbeda, unik tergantung dari pengalaman yang diperoleh berbentuk imajinasi yang menjurus prestasi dan dapat memecahkan masalah secara nyata untuk mempertahankan cara berpikir yang asli, kritis, serta mengembangkan sebaik mungkin untuk menciptakan hubungan antara diri individu dan lingkungannya dengan baik. Kreativitas dicerminkan melalui kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta mengelaborasi gagasan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah kemampuan individu dalam mengelola emosi, membina hubungan, serta memotivasi diri sendiri yang tercakup dalam kecerdasan emosi. Dalam kaitannya terhadap kemampuan bermusik, kecerdasan emosi musisi band memiliki peranan penting terhadap kreativitas yang timbul.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi kecerdasan emosi dengan kreativitas pada musisi band di taman budaya Sumatera Utara. Data penelitian diperoleh dari skala Kecerdasan Emosi dan Tes Kreativitas Figural. Skala Kecerdasan Emosi memiliki reliabilitas alpha sebesar 0.879. Metode yang digunakan adalah metode korelasional kuantitatif dengan populasi seluruh musisi band yang terdaftar di Taman Budaya Sumatera Utara, yaitu sebanyak 78 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan kreativitas pada musisi band di Taman Budaya Sumatera Utara. Dari hasil kategorisasi diketahui rata-rata musisi band di Taman Budaya memiliki kecerdasan emosi dan kreativitas yang berada pada taraf sedang dan tinggi.

(4)

The Relationship between Emotional Intelligence and Creativity in Band Musicians at Taman Budaya Sumatera Utara

Farhani Inesya Putri and Tarmidi

ABSTRACT

Creativity or creative thinking can bring individuals on a variety of possible solution to a problem and satisfaction. Creativity also allows humans to improve the quality of life which depends on creative contributions in the form of new ideas, new inventions and new technologies. creativity is the individual ability to create something both new and different unique combinations, depending on the experience gained in the form of imagination that leads to achievement and solve real problems to maintain original and critical thinking, then develop a good relationship between individual and environment. Creativity is reflected through fluency, flexibility, originality in thinking and Idea elaboration.

Factors that influence individual creativity is the ability to manage emotions, build relationships, and self motivated which are covered in emotional intelligence. In terms of musical ability, emotional intelligence of band musicians has an important role towards creativity.

The purpose of this study is to determine the relationship between emotional intelligence and creativity on band musicians at Taman Budaya Sumatera Utara. Reseacrh data collected through Emotional Intelligence Scale and Figural Creativity test. Reliability of Emotional Intelligence Scale is 0,879. The study used correlational method with 78 band musicians at Taman Budaya Sumatera Utara as research population.

The result shows that there is a positive relationship between emotional intelligence and creativity in band musicians at Taman Budaya Sumatera Utara. The categorization indicate that most of band musicians not only have average and high emotional intelligence, but also in creativity.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan kekuatan dalam penyelesaian skripsi ini. Penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Medan.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi, berbagai kesulitan akan menghalangi terselesaikannya skripsi ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Irmawati, selaku Dekan Fakultas Psikologi

2. Tarmidi, M. Psi., selaku Pembimbing skripsi, yang telah mencurahkan waktunya untuk membantu dan memberikan masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih yang tidak terhingga atas segala bantuannya kepada saya.

3. Desvi Yanti Mukhtar, M. Si., Psikolog., selaku dosen Departemen Psikologi Pendidikan yang telah memberikan saran dan masukan pada penulis demi kebaikan skripsi ini

(6)

5. Etty Rahmawati, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik, yang telah membimbing penulis selama menjalani masa perkuliahan di Fakultas Psikologi USU.

6. Ir. H. Mukhlisuddin, MT., selaku Kepala UPT Taman Budaya Sumatera Utara, yang telah memberikan izin kepada peneliti dan memberikan fasilitas yang memudahkan terlaksananya penelitian ini 7. Keluarga penulis yang paling penulis cintai, Mama Dr. Trinugroho

Setianingsih Goenawan, Bapak Yuliusman Kesuma Yudha, Papa Hery Kaoy Basyah, SH., Almh Yangti Dr. H. Kamariah Goenawan, yang telah memberikan dukungan moril dan materil pada penulis serta kasih sayang luar biasa yang tidak terbalaskan. Adik-adik Ines, Bili, dan Nisa, yang rela membantu penulis meskipun kadang terabaikan karena kesibukan.

8. Ricky Nuzirwan, A. Md., terima kasih untuk kasih sayang, dukungan, semangat luar biasa dan perjuangannya demi penulis.

9. Sahabat sepanjang hidup, Aidil Kurniawan yang selalu hadir dalam suka duka sejak di bangku SMA dan Noni Lara Sestia, S.Psi., yang selalu berjuang bersama penulis selama menjalani

Akhir kata, penulis berharap Tuhan YME berkenan membalas segala kebaikan pihak-pihak yang telah membantu penulis, dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi rekan-rekan semua.

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……… i

DAFTAR ISI……….. iii

DAFTAR TABEL……….. v

BAB I PENDAHULUAN……….……….…… 01

A. Latar Belakang Penelitian……….... 01

B. Tujuan Penelitian………. 07

C. Manfaat Penelitian……….. 08

D. Sistematika Penulisan……….. 08

BAB II LANDASAN TEORI………... 10

A. Kecerdasan Emosi……… 10

B. Kreativitas………... 20

C. Musisi Band………. 41

D. Hubungan antara kecerdasan emosi dengan kreativitas.. 44

E. Hipotesis………..… 46

BAB III METODE PENELITIAN……… 47

A. Identifikasi Variabel Penelitian……… 47

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian…... 48

C. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel………. 49

D. Metode dan Alat Pengumpul Data………... 50

E. Metode Analisis Alat Ukur……….. 55

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur………. 57

(8)

H. Metode Analisis Data………... 63

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN………. 64

A. Analisis Data……… 64

B. Pembahasan……….. 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 80

A. Kesimpulan……… 80

B. Saran……….. 81

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Blueprint Skala Kecerdasan Emosional……… 37 Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosional sebelum

Uji Coba……… 52 Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosional sebelum

Uji Coba……… 58 Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosional setelah

Uji Coba……… 59. Tabel 5. Blueprint Skala Kecerdasan Emosional setelah uji coba… 60 Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin…. 64 Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan usia………. 65 Tabel 8. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan aliran musik…… 66 Tabel 9. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan posisi

dalam band………. 67 Tabel 10. Normalitas Sebaran Variabel Kecerdasan Emosi

(10)
(11)

Hubungan antara Kecerdasan Emosi dengan Kreativitas pada Musisi Band Taman Budaya Sumatera Utara

Farhani Inesya Putri dan Tarmidi

ABSTRAK

Kreativitas atau berfikir kreatif dapat membawa individu pada berbagai macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah dan memberikan kepuasan. Kreativitas juga memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidup yang bergantung pada sumbangan kreatif berupa ide-ide baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. kreativitas adalah kemampuan individu untuk mencipta sesuatu baik yang bersifat baru maupun kombinasi yang berbeda, unik tergantung dari pengalaman yang diperoleh berbentuk imajinasi yang menjurus prestasi dan dapat memecahkan masalah secara nyata untuk mempertahankan cara berpikir yang asli, kritis, serta mengembangkan sebaik mungkin untuk menciptakan hubungan antara diri individu dan lingkungannya dengan baik. Kreativitas dicerminkan melalui kelancaran, keluwesan, orisinalitas dalam berpikir serta mengelaborasi gagasan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah kemampuan individu dalam mengelola emosi, membina hubungan, serta memotivasi diri sendiri yang tercakup dalam kecerdasan emosi. Dalam kaitannya terhadap kemampuan bermusik, kecerdasan emosi musisi band memiliki peranan penting terhadap kreativitas yang timbul.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi kecerdasan emosi dengan kreativitas pada musisi band di taman budaya Sumatera Utara. Data penelitian diperoleh dari skala Kecerdasan Emosi dan Tes Kreativitas Figural. Skala Kecerdasan Emosi memiliki reliabilitas alpha sebesar 0.879. Metode yang digunakan adalah metode korelasional kuantitatif dengan populasi seluruh musisi band yang terdaftar di Taman Budaya Sumatera Utara, yaitu sebanyak 78 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan kreativitas pada musisi band di Taman Budaya Sumatera Utara. Dari hasil kategorisasi diketahui rata-rata musisi band di Taman Budaya memiliki kecerdasan emosi dan kreativitas yang berada pada taraf sedang dan tinggi.

(12)

The Relationship between Emotional Intelligence and Creativity in Band Musicians at Taman Budaya Sumatera Utara

Farhani Inesya Putri and Tarmidi

ABSTRACT

Creativity or creative thinking can bring individuals on a variety of possible solution to a problem and satisfaction. Creativity also allows humans to improve the quality of life which depends on creative contributions in the form of new ideas, new inventions and new technologies. creativity is the individual ability to create something both new and different unique combinations, depending on the experience gained in the form of imagination that leads to achievement and solve real problems to maintain original and critical thinking, then develop a good relationship between individual and environment. Creativity is reflected through fluency, flexibility, originality in thinking and Idea elaboration.

Factors that influence individual creativity is the ability to manage emotions, build relationships, and self motivated which are covered in emotional intelligence. In terms of musical ability, emotional intelligence of band musicians has an important role towards creativity.

The purpose of this study is to determine the relationship between emotional intelligence and creativity on band musicians at Taman Budaya Sumatera Utara. Reseacrh data collected through Emotional Intelligence Scale and Figural Creativity test. Reliability of Emotional Intelligence Scale is 0,879. The study used correlational method with 78 band musicians at Taman Budaya Sumatera Utara as research population.

The result shows that there is a positive relationship between emotional intelligence and creativity in band musicians at Taman Budaya Sumatera Utara. The categorization indicate that most of band musicians not only have average and high emotional intelligence, but also in creativity.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Suatu adaptasi kreatif merupakan satu-satunya kemungkinan bagi suatu bangsa yang sedang berkembang untuk dapat mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi dan berbagai problema yang semakin kompleks (As’adie, 2007). Sebagai pribadi, maupun sebagai kelompok atau suatu bangsa, individu harus mampu memikirkan, membentuk cara-cara baru atau mengubah cara-cara lama secara kreatif, agar dapat survive dan tidak hanyut atau tenggelam dalam persaingan antarbangsa dan negara.

(14)

Kreativitas merupakan faktor yang sangat penting dihayati perkembangannya karena sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Kreativitas dapat diwujudkan dimana saja oleh siapa saja karena potensi ada pada masing-masing individu tergantung cara mengembangkannya. Kreativitas merupakan fenomena yang melekat dengan kehidupan manusia dan merupakan hasil interaksi antar manusia dengan lingkungan atau kebudayaan dan sejarah dimana kreativitas dapat tumbuh dan meningkat tergantung kepada kondusif kebudayaan dan orangnya (Munandar, 2009)

Getzel, Jakson dan Gough (2002) menyatakan kreativitas dipengaruhi oleh berbagai faktor emosi seperti humor, rasa bertanggung jawab, percaya diri, motivasi, minat, rasa ingin tahu dan lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa kreativitas juga dipengaruhi oleh faktor dari luar diri individu seperti hambatan sosial, organisasi dan kepemimpinan dan dari dalam diri individu seperti motivasi (Kusumah, 2008). Berdasarkan Goleman (2009), kemampuan memotivasi diri merupakan salah satu aspek kecerdasan emosional.

Emosi menurut Wang dan Ahmed (2003) adalah konstruk psikologis dari aktivitas atau arousal, ekspresi motoris, komponen motivasional termasuk didalamnya niat berperilaku atau kesiapan aksi berperilaku, dan komponen dari kondisi perasaan subjektif. Emosi adalah keadaan yang menunjukkan manusia hidup, dan untuk mengaturnya dibutuhkan kecerdasan emosional.

(15)

menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional, individu dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasaan dan mengatur suasana hati. Individu yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dapat menanggulangi emosi mereka sendiri dengan baik, dan memperhatikan kondisi emosinya, serta merespon dengan benar emosinya untuk orang lain

Pengendalian emosi dibutuhkan dalam setiap bidang seni, terutama dalam hal performa yang membutuhkan kreativitas untuk menciptakan hal-hal baru. Kondisi emosi yang tidak baik serta ketidakmampuan individu mengendalikan emosi dapat menghalangi kemampuan individu berkreasi. Fenomena yang terjadi pada musisi adalah kurangnya kemampuan pengendalian emosi yang baik dalam melakukan berbagai kegiatan untuk dapat mewujudkan suatu kreativitas. Hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara interpersonal berikut:

“anak band sini yang muda-muda sering ugal-ugalan, jejeritan, screamo, yang mustinya bagus, tertata, jadi berantakan dan tidak enak di apresiasi, mana kreatif itu. Itu justru ngebuat sulit untuk menciptakan sesuatu, terlalu meluap-luap malah bisa merusak penampilan” (Wawancara interpersonal, 2010)

(16)

Keterkaitan antara emosi dan kreativitas pada musisi juga tergambar pada penelitian Lund dan Kranz (1994) yang menyatakan bahwa terdapat keterlibatan emosional dalam tahap kreativitas musisi. Para musisi yang menjadi subjek penelitian melaporkan adanya pengaruh emosi yang kuat yang terjadi selama proses kreatif, seperti keadaan emosi yang tidak beraturan dan meluap-luap yang menghambat kreativitas. Agar proses kreatif dapat berlangsung dengan baik, dibutuhkan adanya kecerdasan emosional untuk mengatur dan mengendalikan emosi pada musisi.

Munandar (2009) menyatakan bahwa faktor emosional merupakan salah satu kendala dalam mencapai kreativitas. Kendala emosional tersebut dapat berupa semangat yang berlebih yang cenderung terjadi pada musisi, ketakutan dalam mengambil resiko dan kesalahan, serta kesulitan untuk rileks atau inkubasi. Davis (1999) dalam Encyclopedia of Creativity juga menyebutkan adanya halangan emosional yang menghambat kreativitas, seperti rasa marah, takut, cemas, benci, bahkan cinta.

Pada musisi yang tergabung dalam sebuah kelompok, atau seringkali disebut sebagai band, pengendalian emosi masing-masing anggota memiliki dampak menyeluruh terhadap berbagai aspek, seperti: chemistry antar personel, kesatuan visi dan misi, kebersamaan, serta harmonisasi, yang jika terganggu akan menyulitkan suatu kelompok menciptakan karya kreatif. Hal tersebut tergambar dari hasil wawancara berikut:

(17)

buat lagu sama-sama, mau manggung sama-sama, kalo gak cocok yah payah lah mau bikin lagu, improv.” (Wawancara interpersonal, 2010)

Aspek-aspek yang dijelaskan tersebut tergambar dalam dimensi “membina hubungan” pada kecerdasan emosional yang terdiri dari kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan, serta kemampuan memahami keinginan individu lain (Goleman, 2009). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Livingstone (2007) yang menyatakan bahwa emosi merupakan kunci mencapai kreativitas.

Emosi juga diperlukan dalam hal mengekspresikan suatu karya seni yang kreatif. Suatu pertunjukan seni selalu memiliki muatan emosional dengan porsi yang berbeda-beda (Deboer, 2008). Salah satu narasumber menyatakan bahwa:

“band rock ya beda sama jazz ato mellow, kalo main rock kan kita harus atur emosi supaya emosi bisa jadi energi dan ngasi semangat. Kalo jazz ya emosi juga harus ditahan jangan sampe kayak ngamuk karena lagunya biasanya santai” (Wawancara Interpersonal, 2010)

Berdasarkan wawancara tersebut, dapat terlihat bahwa pada musisi yang memainkan musik rock dibutuhkan muatan emosi yang lebih besar dibandingkan dengan musik jazz, seperti luapan emosi dengan porsi sesuai untuk memberi nyawa pada musik yang dibawakan. Untuk dapat maksimal, dibutuhkan kecerdasan emosi pada musisi agar dapat mengatur porsi emosi yang dikeluarkan agar tidak berlebihan mapun kurang.Kemampuan mengatur emosi terdapat dalam aspek kecerdasan emosional yaitu mengelola emosi.

(18)

terdiri dari satu hingga beberapa personil yang tergabung dalam suatu grup untuk mencapai suatu harmonisasi musik. Musisi yang tergabung dalam kelompok disebut band (The American Heritage Dictionary of the English Language, 2000).Suatu kelompok musisi dapat dikategorikan sebagai band jika minimal terdiri dari 2 orang, dengan masing-masing memegang alat musik yang berbeda (Wikipedia, 2010).

Musisi band, sebagai salah satu pelaku seni cenderung berada dalam suatu komunitas sesama dimana mereka dapat saling berbagi informasi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dunia musik. Sekelompok musisi band membuat pertunjukan, menciptakan lagu, memberikan apresiasi satu sama lain agar menjaga keberlangsungan kreativitas dari masa kemasa. Untuk itulah dibutuhkan adanya suatu wadah yang mampu menampung sejumlah musisi band di Kota Medan.

(19)

Sebagaimana kota-kota besar lain di Indonesia, Medan merupakan kota metropolitan di mana masyarakat urban menjadi salah satu elemen penting bagi pertumbuhan sosial dan budayanya. Beragam kesenian sebagai bentuk ekspresi komunal masyarakat dari berbagai etnik yang tumbuh dan berkembang merupakan sebuah potensi yang sangat luar biasa dari sisi kekayaan kultural. Taman Budaya Sumatera Utara hadir sebagai suatu komunitas untuk memfasilitasi keberlanjutan seni tari, teater, musik, dan rupa yang merupakan tradisi sebagai bentuk pewarisan kreativitas “masa lalu” seiring perkembangan zaman dengan berbagai kegiatan yang menjadi wadah pekerja seni khususnya dibidang musik untuk mengekspresikan degala aktifitas dan kreativitas mereka (Melayu Online, 2008)

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut “Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dengan kreativitas pada musisi band di Taman Budaya Sumatera Utara?” Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka peneliti berkeinginan untuk membuktikan dengan mengajukan judul “Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Kreativitas pada Musisi Band di Taman Budaya Sumatera Utara”

B. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk:

(20)

2. Mengetahui gambaran kecerdasan emosi pada musisi band di Taman Budaya Sumatera Utara

3. Mengetahui gambaran kreativitas pada musisi band di Taman Budaya Sumatera Utara

4. Mengetahui faktor-faktor kecerdasan emosi yang paling berpengaruh terhadap kreativitas.

C. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Praktis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi musisi band mengenai kecerdasan emosional dan kreativitas yang dimiliki, agar dapat ditingkatkan dan dimanfaatkan. 2. Manfaat teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan sumbangan ilmu pengetahuan sebagai kajian teoritis khususnya bidang psikologi pendidikan yang berkaitan dengan kecardasan emosi terhadap kreativitas musisi band.

D. SISTEMATIKA PENULISAN

(21)

BAB I : Pendahuluan

BAB I berisi tentang uraian singkat mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian

serta sistematika penulisan. BAB II : Landasan Teori

BAB II berisi teori-teori kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian, antara lain mengenai kecerdasan emosional, kreativitas, dan musisi band.

BAB III : Metode Penelitian

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KECERDASAN EMOSI

1. Pengertian kecerdasan emosi

Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan (Yulisubandi, 2009). Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional.

(23)

Berdasarkan kecerdasan yang dinyatakan oleh Gardner tersebut, Salovey (dalam Goleman, 2009) memilih kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal untuk dijadikan sebagai dasar untuk mengungkap kecerdasan emosional pada diri individu. Menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

Menurut Cooper dan Sawaf (1999), kecerdasan emosi adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koreksi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut penilikan perasaan untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan orang lain serta menanggapinya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari. Dimana kecerdasan emosi juga merupakan kemampuan untuk menggunakan emosi secara efektif untuk mencapai tujuan untuk membangun produktif dan meraih keberhasilan (Setyawan, 2005).

(24)

lain, serta adanya prinsip berusaha sambil berdoa. Goleman juga menambahkan kecerdasan emosional merupakan sisi lain dari kecerdasan kognitif yang berperan dalam aktivitas manusia yang meliputi kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri serta empati dan kecakapan sosial. Kecerdasan emosional lebih ditujukan kepada upaya mengenali, memahami dan mewujudkan emosi dalam porsi yang tepat dan upaya untuk mengelola emosi agar terkendali dan dapat memanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan terutama yang terkait dengan hubungan antar manusia.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari hari, serta merupakan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi

Goleman (2009) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang yaitu:

a. Lingkungan keluarga.

(25)

anak-anak akan melekat dan menetap secara permanen hingga dewasa kehidupan emosional yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak dikemudian hari.

b. Lingkungan non keluarga.

Hal ini yang terkait adalah lingkungan masyarakat dan pendidikan. Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini biasanya ditujukan dalam suatu aktivitas bermain peran sebagai seseorang diluar dirinya dengan emosi yang menyertai keadaan orang lain.

Menurut Le Dove (dalam Goleman. 2009) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi antara lain:

a. Fisik.

Secara fisik bagian yang paling menentukan atau paling berpengaruh terhadap kecerdasan emosi seseorang adalah anatomi saraf emosinya. Bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu konteks (kadang kadang disebut juga neo konteks). Sebagai bagian yang berada dibagian otak yang mengurusi emosi yaitu system limbic, tetapi sesungguhnya antara kedua bagian inilah yang menentukan kecerdasan emosi seseorang.

1) Konteks.

(26)

mengatasinya. Konteks khusus lobus prefrontal, dapat bertindak sebagai saklar peredam yang memberi arti terhadap situasi emosi sebelum berbuat sesuatu.

2) Sistem limbic.

Bagian ini sering disebut sebagai emosi otak yang letaknya jauh didalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan implus. Sistem limbic meliputi hippocampus, tempat berlangsungnya proses pembelajaran emosi dan tempat disimpannya emosi. Selain itu ada amygdala yang dipandang sebagai pusat pengendalian emosi pada otak.

b. Psikis.

Kecerdasan emosi selain dipengaruhi oleh kepribadian individu, juga dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri individu. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang yaitu secara fisik dan psikis. Secara fisik terletak dibagian otak yaitu konteks dan sistem limbik, secara psikis meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga.

3. Aspek-aspek kecerdasan emosi

(27)

a. Mengenali emosi diri

Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2000) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.

b. Mengelola emosi

(28)

c. Memotivasi diri sendiri

Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.

d. Mengenali emosi orang lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2009) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain.

(29)

sendiri, mampu mengenal dan mengakui emosinya sendiri, maka orang tersebut mempunyai kemampuan untuk membaca perasaan orang lain.

e. Membina hubungan

Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2009). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2009). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.

Goleman (2009) juga menambahkan, aspek-aspek kecerdasan emosi meliputi:

(30)

Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan untuk diri sendiri memiliki tolak ukur realitas atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

b. Pengaturan diri.

Menangani emosi kita sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup untuk menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

c. Motivasi.

Kemampuan menggunakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntut kita menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

d. Empati

Merasakan yang dirasakan orang lain, mampu memahami prespektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam macam orang.

e. Keterampilan sosial.

(31)

dikemukakan dapat disimpulkan aspek-aspek kecerdasan emosi meliputi mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, membina hubungan. Untuk selanjutnya dijadikan indikator alat ukur kecerdasan emosi dalam penelitian, dengan pertimbangan aspek-aspek tersebut sudah cukup mewakili dalam mengungkap sejauh mana kecerdasan emosi subjek penelitian.

4. Ciri-ciri Kecerdasan Emosi Tinggi dan Rendah

Goleman (1995) mengemukakan karakteristik individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi dan rendah sebagai berikut:

(a) Kecerdasan emosi tinggi yaitu mampu mengendalikan perasaan marah, tidak agresif dan memiliki kesabaran, memikirkan akibat sebelum bertindak, berusaha dan mempunyai daya tahan untuk mencapai tujuan hidupnya, menyadari perasaan diri sendiri dan orang lain, dapat berempati pada orang lain, dapat mengendalikan mood atau perasaan negatif, memiliki konsep diri yang positif, mudah menjalin persahabatan dengan orang lain, mahir dalam berkomunikasi, dan dapat menyelesaikan konflik sosial dengan cara damai.

(32)

perasaan negatif, memiliki konsep diri yang negatif, tidak mampu menjalin persahabatan yang baik dengan orang lain, tidak mampu berkomunikasi dengan baik, dan menyelesaikan konflik sosial dengan kekerasan.

B. KREATIVITAS

Kreativitas merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dan merupakan kebutuhan paling tinggi bagi manusia (Maslow, dalam Munandar, 2009). Pada dasarnya, setiap orang dilahirkan di dunia dengan memiliki potensi kreatif. Kreativitas dapat diidentifikasi (ditemukenali) dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat (Munandar, 2009).

1. Pengertian kreativitas

Menurut NACCCE (National Advisory Committee on Creative and Cultural Education) (dalam Craft, 2005), kreativitas adalah aktivitas imaginatif yang menghasilkan hasil yang baru dan bernilai. Selanjutnya Feldman (dalam Craft, 2005) mendefinisikan kreativitas adalah:

“the achievement of something remarkable and new, something which transforms and changes a field of endeavor in a significant way . . . the kinds of things that people do that change the world.”

(33)

yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat berupa gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, Csikszentmihalyi (dalam Clegg, 2008) menyatakan kreativitas sebagai suatu tindakan, ide, atau produk yang mengganti sesuatu yang lama menjadi sesuatu yang baru.

Rhodes (dalam Munandar, 2009) menganalisis lebih dari 40 definisi tentang kreativitas, menyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas dirumuskan dalam istilah pribadi (person), proses, produk, dan lingkungan yang mendorong (press) individu ke perilaku kreatif. Berikut beberapa definisi tentang kreativitas berdasarkan empat P, menurut para pakar:

a) Definisi Pribadi

Menurut Hulbeck (dalam Munandar, 2009) Tindakan kreatif merupakan hal muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Definisi yang lebih baru tentang kreativitas diberikan dalam “three-facet model of creativity” oleh Stenberg (dalam Munandar, 2009), yaitu kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: inteligensi, gaya kognitif, dan kepribadian.

b) Definisi Proses

(34)

c) Definisi Produk

Baron (dalam Munandar, 2009) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele (dalam Munandar, 2009) kreativitas adalah kemampuan membuat kombinasi-kombinasi baru. Rogers (Munandar,2009) menekankan produk kreatif harus bersifat observable, baru, dan merupakan kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya.

d) Definisi Press

Definisi Simpson (dalam Munandar, 2009) merujuk pada aspek dorongan internal, yaitu kemampuan kreatif dirumuskan sebagai inisiatif yang dihasilkan individu dengan kemampuannya untuk mendobrak pemikiran yang biasa.

Guilford (dalam Purwanto, 2008) menyatakan bahwa kreativitas merupakan salah satu operasi mental dalam model struktur intelektual yang dinamakan kemampuan berpikir divergen. Oleh karena intelegensi dalam struktur intelektual Guilford mempunyai tiga dimensi yaitu operasi, bahan dan produk

a) Operasi

(35)

adalah kemampuan menghasilkan secara divergen yang merupakan salah satu operasi mental dalam model struktur intelektual Guilford. Kreativitas melibatkan berpikir divergen yang merupakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan jawaban baru dan tidak biasa. Kemampuan berpikir divergen merupakan kemampuan berpikir yang mampu menghasilkan jawaban yang bervariasi dari suatu masalah. Dalam berpikir divergen, pemikiran menyimpang dari jalan yang telah dirintis sebelumnya dan mencari variasi. Pemikiran melampaui dari apa yang jelas dan nyata, mempertimbangkan beberapa jawaban yang mungkin ada untuk suatu masalah, bukan hanya satu penyelesaian yang benar. Dalam memecahkan masalah, pemikir divergen mengajukan beberapa solusi. Dengan kemampuan itu, dia mampu menghasilkan sesuatu yang berbeda

b) Bahan

(36)

divergen secara figural dan simbolik untuk menghasilkan enam jenis produk.

c) Produk

(37)
(38)

kombinasi sebanyak mungkin dua persamaan itu dalam persamaan baru.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan individu untuk mencipta sesuatu baik yang bersifat baru maupun yang kombinasi, berbeda, unik tergantung dari pengalaman yang diperoleh berbentuk imajinasi yang menjurus prestasi dan dapat memecahkan masalah secara nyata untuk mempertahankan cara berpikir yang asli, kritis, serta mengembangkan sebaik mungkin untuk menciptakan hubungan antara diri individu dan lingkungannya dengan baik.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas

Kreativitas dimiliki oleh setiap orang meskipun dalam derajat dan bentuk yang berbeda. Kreativitas harus dipupuk dan diingkatkan karena jika dibiarkan saja maka bakat tidak akan berkembang bahkan bisa terpendam dan tidak dapat terwujud.

Tumbuh dan berkembangnya kreasi diciptakan oleh individu, dipengaruhi oleh kebudayaan serta dari masyarakat dimana individu itu hidup dan bekerja. Tumbuh dan berkembangnya kreativitas dipengaruhi pula oleh banyak faktor terutama adalah karakter yang kuat, kecerdasan yang cukup dan lingkungan kultural yang mendukung.

(39)

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari atau terdapat pada diri individu yang bersangkutan. Faktor ini meliputi keterbukaan, locus of control yang internal, kemampuan untuk bermain atau bereksplorasi dengan unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep-konsep, serta membentuk kombinasi-kombinasi baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan. Faktor-faktor ini antara lain meliputi keamanan dan kebebasan psikologis, sarana atau fasilitas terhadap pandangan dan minat yang berbeda, adanya penghargaan bagi orang yang kreatif, adanya waktu bebas yang cukup dan kesempatan untuk menyendiri, dorongan untuk melakukan berbagai eksperimen dan kegiatan-kegiatan kreatif, dorongan untuk mengembangkan fantasi kognisi dan inisiatif serta penerimaan dan penghargaan terhadap individual.

Penelitian menunjukkan bahwa bukan hanya faktor-faktor non-kognitif seperti sifat, sikap, minat dan temperamen yang turut menentukan produksi lintas kreatif. Selain itu latihan dan pengemabangan aspek non-kognitif seperti sikap berani mencoba sesuatu, mengambil resiko, usaha meningkatkan minat dan motivasi berkreasi, pandai memanfaatkan waktu serta kepercayaan diri dan harga diri akan sangat menentukan kreativitas (Munandar, 2009).

Menurut Rogers (dalam Munandar, 2009), faktor-faktor yang dapat mendorong terwujudnya kreativitas individu diantaranya:

(40)

Menurut Roger (dalam Munandar, 2009) setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dari dalam dirinya untuk berkreativitas, mewujudkan potensi, mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas yang dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers dalam Munandar, 2009). Hal ini juga didukung oleh pendapat Munandar (2009) yang menyatakan individu harus memiliki motivasi intrinsik untuk melakukan sesuatu atas keinginan dari dirinya sendiri, selain didukung oleh perhatian, dorongan, dan pelatihan dari lingkungan. Menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kondisi internal (interal press) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi diantaranya:

1) Keterbukaan terhadap pengalaman

2) Kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation)

3) Kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan konsep-konsep.

b. Dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik)

(41)

kreativitas individu. Pada lingkungan sekolah, pendidikan di setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas individu. Pada lingkungan masyarakat, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat juga turut mempengaruhi kreativitas individu. Rogers (dalam Munandar, 2009) menyatakan kondisi lingkungan yang dapat mengembangkan kreativitas ditandai dengan adanya:

1) Keamanan psikologis

Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui 3 proses yang saling berhubungan, yaitu:

a) Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya.

b) Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (atau sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam.

c) Memberikan pengertian secara empatis, ikut menghayati perasaan, pemikiran, tindakan individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya.

(42)

Lingkungan yang bebas secara psikologis, memberikan kesempatan kepada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya.

Menurut Hurlock (dalam Munandar, 2009) kepribadian merupakan faktor yang penting bagi pengembangan kreativitas. tindakan kreativitas muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungan. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, terdapat berbagai faktor lainnya yang dapat menyebabkan munculnya variasi atau perbedaan kreativitas yang dimiliki individu, yang menurut Hurlock (1993) yaitu:

a. Jenis kelamin

Anak laki-laki menunjukkan kreativitas yang lebih besar daripada anak perempuan, terutama setelah berlalunya masa kanak-kanak. Untuk sebagian besar hal ini disebabkan oleh perbedaan perlakuan terhadap anak laki-laki dan anak perempuan. Anak laki-laki diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman sebaya untuk lebih mengambil resiko dan didorong oleh para orangtua dan guru untuk lebih menunjukkan inisiatif dan orisinalitas.

b. Status sosial ekonomi

(43)

tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan bagi kreativitas.

c. Urutan kelahiran

Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan dan anak tunggal mungkin memiliki kreativitas yang tinggi dari pada anak pertama. Umumnya anak yang lahir pertama lebih ditekan untuk menyesuaikan diri dengan harapan orangtua, tekanan ini lebih mendorong anak untuk menjadi anak yang penurut daripada pencipta.

d. Ukuran keluarga

Anak dari keluarga kecil bilamana kondisi lain sama cenderung lebih kreatif daripada anak dari keluarga besar. Dalam keluarga besar, cara mendidik anak yang otoriter dan kondisi sosioekonomi kurang menguntungkan mungkin lebih mempengaruhi dan menghalangi perkembangan kreativitas.

e. Lingkungan kota vs lingkungan pedesaan

Anak dari lingkungan kota cenderung lebih kreatif daripada anak lingkungan pedesaan.

f. Inteligensi

(44)

gagasan baru untuk menangani suasana sosial dan mampu merumuskan lebih banyak penyelesaian bagi konflik tersebut.

Stenberg (dalam Munandar, 2009) menyatakan bahwa kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara 3 atribut psikologis yaitu, inteligensi, gaya kognitif dan kepribadian.

Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi proses kreativitas seseorang, dari luar diri individu seperti hambatan sosial, organisasi dan kepemimpinan. Sedangkan dari dalam diri individu seperti pola pikir, paradigma, keyakinan, ketakutan, motivasi dan kebiasaan .

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain faktor kebebasan berpikir, penilaian, kecerdasan, minat terhadap fantasi, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, waktu, penghargaan terhadap fantasi, intellegensi, pola pikir, paradigma, keyakinan, ketakutan, motivasi dan kebiasaan, hambatan sosial, organisasi dan kepemimpinan, kepribadian dan tidak kalah pentingnya adalah lingkungan keluarga dan masyarakat. Selain itu potensi kreatif pada semua orang tergantung bagaimana cara mengembangkannya secara optimal agar tidak terhambat dan bias berkembang dengan baik.

3. Faktor-faktor yang menghambat Kreativitas

(45)

a. Evaluasi, menekankan salah satu syarat untuk memupuk kreativitas konstruktif ialah bahwa pendidik tidak memberikan evaluasi atau paling tidak menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi. b. Hadiah, pemberian hadiah dapat merubah motivasi intrinsik dan mematikan

kreativitas.

c. Persaingan (kompetisi), persaingan terjadi apabila siswa merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan siswa lain dan bahwa yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini dapat mematikan kreativitas.

d. Lingkungan yang membatasi

Kendala lain yang juga diungkapkan oleh Munandar yaitu: 1) Kendala dari rumah

Menurut Amabile (dalam Munandar, 2009) lingkungan keluarga dapat menghambat kreativitas anak dengan tidak menggunakan secara tepat empat pembunuh kreativitas yaitu evaluasi, hadiah, kompetisi dan pilihan atau lingkungan yang terbatas.

2) Kendala dari sekolah

Ada beberapa hal yang dapat menghambat kreativitas antara lain:

a. Sikap guru, tingkat motivasi instrinsik akan rendah jika guru terlalu banyak mengontrol, dan lebih tinggi jika guru member lebih banyak otonomi.

(46)

c. Kegagalan, semua siswa pernah mengalami kegagalan dalam kegagalan mereka tetapi frekuensi kegagalan dan cara bagaimana hal itu ditafsirkan mempunyai dampak nyata terhadap motivasi intrinsic dan kreativitas. d. Tekanan akan konformitas, anak-anak usia sekolah dapat saling

menghambat kreativitas mereka dengan menekankan konformitas.

e. Sistem sekolah, bagi anak yang memiliki minat-minat khusus dan kreativitas yang tinggi sekolah bisa sangat membosankan.

3) Kendala konseptual

Adams (dalam Munandar, 2009) menggunakan istilah conceptual blocks yaitu dinding mental yang merintangi individu dalam pengamatan suatu masalah serta pertimbangan cara-cara pemecahannya. Kendala itu memiliki dua sifat yaitu eksternal dan internal.

a. Kendala yang bersifat eksternal antara lain:

1) Kendala kultural, menurut Adams (Munandar, 2009) ada beberapa contoh kendala kultural yaitu:

• Berkhayal atau melamun adalah membuang-buang waktu. • Suka atau sikap bermain hanyalah cocok untuk anak-anak.

• Kita harus berpikir logis, kritis, analitis dan tidak mengandalkan pada perasaan dan firasat.

• Setiap masalah dapat dipecahkan dengan pemikiran ilmiah dan dengan uang yang banyak.

(47)

• Adanya atau berlakunya tabu.

2) Kendala lingkungan dekat (fisik dan sosial), contoh kendala lingkungan dekat:

• Kurang adanya kerja sama dan saling percaya antara anggota

keluarga atau antara teman sejawat.

• Majikan (orang tua) yang otokrat dan tidak terbuka terhadap

ide-ide bawahannya (anak).

• Ketidaknyamanan dalam keluarga atau pekerjaan. • Gangguan lingkungan, keributan atau kegelisahan.

• Kurang adanya dukungan untuk mewujudkan gagasan-gagasan.

b. Kendala yang bersifat internal antara lain:

1) Kendala perceptual, kendala perceptual dapat berupa: • Kesulitan untuk mengisolasi masalah.

• Kecenderungan untuk terlalu membatasi masalah.

• Ketidakmampuan untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut

pandang.

• Melihat apa yang diharapkan akan dilihat, pengamatan stereotip

memberi label terlalu dini.

• Kejenuhan, sehingga tidak peka lagi dalam pengamatan.

• Ketidakmampuan untuk menggunakan semua masukan sensoris. 2) Kendala emosional, kendala ini mewarnai dan membatasi bagaimana

(48)

• Tidak adanya tantangan, masalah tersebut tidak menarik perhatian

kita.

• Semangat yang berlebih, terlalu bermotivasi untuk cepat berhasil,

hanya dapat melihat satu jalan untuk diikuti.

• Takut membuat kesalahan, takut gagal, takut mengambil resiko. • Tidak tenggang rasa terhadap ketaksaan (ambiguity) kebutuhan

yang berlebih akan keteraturan dan keamanan.

• Lebih suka menilai gagasan, daripada member gagasan. • Tidak dapat rileks atau berinkubasi.

3) Kendala imajinasi, hal ini menghalangi kebebasan dalam menjajaki dan memanipulasi gagasan-gagasan. Contoh:

• Pengendalian yang terlalu ketat terhadap alam pra-sadar atau tidak

sadar.

• Tidak memberi kesempatan pada daya imajinasi.

• Ketidakmampuan untuk membedakan realitas dari fantasi.

4) Kendala intelektual, hal ini timbul bila informasi dihimpun atau dirumuskan secra tidak benar. Contoh:

• Kurang informasi atau informasi yang salah.

• Tidak lentur dalam menggunakan strategi pemecahan masalah. • Perumusan masalah tidak tepat.

5) Kendala dalam ungkapan, misalnya:

(49)

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kendala yang dapat menghambat kreativitas terdiri dari kendala dari rumah, kendala dari sekolah dan kendala konseptual.

4. Aspek-aspek kreativitas

Pada dasarnya manusia mempunyai potensi-potensi untuk kreatif, tergantung bagaimana engembangkan dan menumbuhkan potensi kreatif tersebut. Ciri individu yang kreatif menurut pendapat para ahli psikologi antara lain adalah imajinatif, mempunyai inisiatif, mempunyai minat luas, bebas dalam berpikir, rasa ingin tahu yang kuat, ingin mendapat pengalaman baru, penuh semangat dan energik, percaya diri, bersedia mengambil resiko serta berani dalam pendapat dan memiliki keyakinan diri. (Munandar, 2009).

Perbedaan ciri sifat antara individu satu dengan yang lain akan meyebabkan perbedaan cara penyesuaian terhadap lingkungan, misalnya cara pemecahan masalah. Pada individu yang kreatif akan tampak beberapa ciri sifat yang berbeda dibanding individu yang kurang kreatif, yang pada prinsipnya akan menunjukkan individualitas yang kuat. Ciri sifat tersebut diantaranya adalah sifat mandiri, keberanian mengambil resiko, minat yang luas serta dorongan ingin tahu yang kuat.

(50)

Kauffman & Stenberg, 2006) meliputi ciri-ciri aptitude dan non-aptitude. Ciri-ciri aptitude yaitu ciri yang berhubungan dengan kognisi atau proses berpikir :

a. Fluency, yaitu kesigapan, kelancaran, kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan secara cepat. Dalam kelancaran berpikir, yang ditekankan adalah kuantitas, dan bukan kualitas.

b. Flexibility, yaitu kemampuan untuk menggunakan bermacam-macam cara dalam mengatasi masalah, kemampuan untuk memproduksi sejumlah ide, jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan yang bervariasi, dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda, mencari alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu menggunakan bermacam-macam pendekatan atau cara pemikiran. Orang yang kreatif adalah orang yang luwes dalam berpikir. Mereka dengan mudah dapat meninggalkan cara berpikir lama dan menggantikannya dengan cara berpikir yang baru.

c. Originality, yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan unik atau asli. d. Elaborasi, adalah kemampuan untuk melakukan hal yang detail. Untuk

melihat gagasan atau detail yang nampak pada objek (respon) disamping gagasan pokok yang muncul, kemampuan dalam mengembangkan gagasan dan menambahkan atau memperinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

(51)

a) Rasa ingin tahu b) Bersifat imajinatif

c) Merasa tertantang oleh kemajemukan d) Berani mengambil risiko

e) Sifat menghargai.

Menurut Ellis dan Hunt, Woolfolk dan Nicolich, Good dan Brophy, Winkel dan Rakhmat, kreativitas diinterpretasikan berdasarkan tingkat kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility) dan keaslian (originality) proses berpikir. Skor kreativitas adalah skor gabungan dari ketiga unsur tersebut (Purwanto,, 2008)

Kelancaran menjawab berhubungan dengan kemampuan menghasilkan banyak gagasan alternatif pemecahan masalah dalam waktu yang singkat.Unsur ini mengukur kemampuan menguraikan banyak alternatif pemecahan masalah. Oleh karenanya kemampuan ini berhubungan dengan arus ide. Menurut Good dan Brophy (dalam Purwanto, 2008), kelancaran adalah kemampuan menghasilkan banyak gagasan pemecahan masalah dalam waktu singkat. Hal yang sama dinyatakan oleh Rakhmat (dalam Purwanto, 2008), kelancaran adalah kemampuan menyebutkan sebanyak mungkin.

(52)

Keluwesan adalah kemampuan yang berhubungan dengan kesiapan mengubah arah atau memodifikasi informasi. Keluwesan berhubungan dengan kemampuan mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan jika masalah atau kondisi baru membutuhkan pendekatan baru. Menurut Good dan Brophy (dalam Purwanto, 2008), keluwesan dapat mengubah dengan mudah pendekatan pemecahan masalah yang digunakan, jika masalah atau kondisi baru membutuhkan pendekatan atau perspektif baru. Pendapat sama dikemukakan oleh Ellis dan Hunt (dalam Purwanto, 2008) yang menyatakan bahwa keluwesan adalah kemampuan mengubah pendekatan dalam pemecahan masalah. Di samping itu, keluwesan memungkinkan seseorang melihat suatu masalah dari berbagai sudut tinjauan.

(53)

diberikan oleh 1% dari kelompok bersifat unik (Purwanto, 2008). Munandar (1999) mengungkapkan bahwa kriteria orisinalitas setidaknya diberikan oleh lebih sedikit dari 9% persen jumlah subjek penelitian.

Berdasarkan penjelasan tersebut, aspek yang digunakan untuk melihat kreativitas dalam penelitian ini yaitu fluency (kelancaran), flexibility (keluwesan), originality (keaslian), dan elaboration (elaborasi)

C. MUSISI BAND

1. Definisi Musisi Band

Seorang musisi adalah individu yang memainkan ataupun menulis musik, serta memiliki kemampuan dalam salah satu atau lebih alat musik, menghabiskan sejumlah waktu untuk mempelajari hal-hal berkaitan dengan musik, menampilkan pertunjukan musik, dan mendengarkan musik dengan seksama (Fredrickson, 2000). Menurut The American Heritage Dictionary of the English Language (2000), musisi adalah sesorang yang menciptakan, memimpin, dan menampilkan musik.

(54)

kegiatan bermusik sebagai suatu hal yang bersifat “menyatu” dengan musik, yang menggambarkan hubungan yang berkelanjutan dan aktif, terutama setelah menyelesaikan pendidikan formal.

Musisi amatir bukanlah suatu hal yang berkebalikan dengan musisi professional. Amatir berasal dari bahasa latin “amo” yang berarti mencintai. Deverich (2009) menyatakan bahwa musisi amatir adalah sesorang yang menyukai atau mencintai memainkan musik.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga menjelaskan definisi musisi, yang merupakan sinonim dari kata musikus, yaitu orang yg mencipta, memimpin, atau menampilkan musik; pencipta atau pemain musik.

Band merupakan sekelompok musisi yang menampilkan pertunjukan musik (The American Heritage Dictionary of the English Language, 2000) Melengkapi definisi tersebut, Wikipedia (2010) menjelaskan Band sebagai sekelompok musisi yang terdiri dari 2 individu atau lebih yang menampilkan pertunjukan musik maupun vocal. Dalam setiap gaya bermusik yang berbeda, dibangun aliran bermusik yang merupakan cirri khas dan menentukan jenis komposisi alat musik yang digunakan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, disimpulkan bahwa musisi band merupakan sekolompok individu yang menampilkan pertunjukan musik maupun vokal dan terdiri dari minimal 2 individu.

(55)

a) Band Klasik

Dalam musik klasik, digunakan kombinasi berbagai alat musik petik seperti biola, cello, banjo, ukelele, bass, serta alat musik tiup seperti klarinet, oboe, flute, bassoon, trombone, dan klarinet bass.

b) Band Jazz

Pada musik jazz, umumnya formasi pemain alat musik menggunakan piano, drum, dan bass. Beberapa band menambahkan alat musik gitar listrik dan alat musik tiup seperti saxophone, trombone, dan terompet. c) Band Rock dan Pop

Pada band rock dan pop, umumnya alat musik yang digunakan hampir sama. Band dengan aliran ini menggunakan kombinasi alat musik seperti; gitar, rithym gitar, bass, drum, keyboard, dan harmonika.

3. Bentuk Kreativitas Bermusik

Kreativitas dalam seni musik berbentuk usaha individu untuk menemukan hal-hal yang baru dengan latar belakang apresiasi dan proses belajar didalam memainkan dan bekerja dalam musik itu sendiri. Dengan memainkan alat musik, seseorang akan menemukan bagaimana cara memainkan yang benar, mencari nada yang pasti, teknik bermain yang baik hingga penghayatan dari sebuah alat yang dimainkan (Zufriady, 2009).

(56)

Menurut saud (2006) Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik itu berupa hasil peningkatan maupun penemuan baru. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

Kreativitas dalam bermusik juga dapat tergambar dalam improvisasi. Kreativitas dan improvisasi (komposisi spontanitas) adalah sebuah istilah yang secara luas dapat digunakan bergantian. Dengan kata lain, tidak ada improvisasi tanpa kreativitas. Begitu juga, improvisasi adalah salah satu bentuk kreativitas (Aditya, 2010).

D. HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KREATIVITAS PADA MUSISI BAND

Getzel, Jakson dan Gough (2002) menyatakan kreativitas dipengaruhi oleh berbagai faktor emosi seperti humor, rasa bertanggung jawab, percaya diri, motivasi, minat, rasa ingin tahu dan lainnya. Pendapat lain mengatakan bahwa kreativitas juga dipengaruhi oleh faktor dari luar diri individu seperti hambatan sosial, organisasi dan kepemimpinan dan dari dalam diri individu seperti motivasi (Kusumah, 2008). Berdasarkan Goleman (2009), kemampuan memotivasi diri merupakan salah satu aspek kecerdasan emosional.

(57)

emosi dapat menghalangi kemampuan individu berkreasi. Fenomena yang terjadi pada musisi adalah kurangnya kemampuan pengendalian emosi yang baik dalam melakukan berbagai kegiatan untuk dapat mewujudkan suatu kreativitas. Penelitian Eckart Altenmüller dan Hans-Christian Jabusch (2009) menemukan fakta adanya kasus kehilangan kontrol gerakan secara tiba-tiba yang sering terjadi pada musisi yang tidak mampu mengendalikan emosi yang meluap-luap.

Keterkaitan antara emosi dan kreativitas pada musisi juga tergambar pada penelitian Lund dan Kranz (1994) yang menyatakan bahwa terdapat keterlibatan emosional dalam tahap kreativitas musisi. Para musisi yang menjadi subjek penelitian melaporkan adanya pengaruh emosi yang kuat yang terjadi selama proses kreatif, seperti keadaan emosi yang tidak beraturan dan meluap-luap yang menghambat kreativitas. Kemampuan untuk mengendalikan emosi merupakan salah satu aspek kecerdasan emosional yaitu mengelola emosi..

Munandar (2009) menyatakan bahwa faktor emosional merupakan salah satu kendala dalam mencapai kreativitas. Kendala emosional tersebut dapat berupa semangat yang berlebih yang cenderung terjadi pada musisi, ketakutan dalam mengambil resiko dan kesalahan, serta kesulitan untuk rileks atau inkubasi. Davis (1999) dalam Encyclopedia of Creativity juga menyebutkan adanya halangan emosional yang menghambat kreativitas, seperti rasa marah, takut, cemas, benci, bahkan cinta.

(58)

dampak menyeluruh terhadap berbagai aspek, seperti: chemistry antar personel, kesatuan visi dan misi, kebersamaan, serta harmonisasi, yang jika terganggu akan menyulitkan suatu kelompok menciptakan karya kreatif. Aspek-aspek tersebut tergambar dalam dimensi “membina hubungan” pada kecerdasan emosional yang terdiri dari kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan, serta kemampuan memahami keinginan individu lain (Goleman, 2009). Hal tersebut sejalan dengan pendapat Livingstone (2007) yang menyatakan bahwa emosi merupakan kunci mencapai kreativitas.

Emosi juga diperlukan dalam hal mengekspresikan suatu karya seni yang kreatif. Suatu pertunjukan seni selalu memiliki muatan emosional dengan porsi yang berbeda-beda (Deboer, 2008). Pada musisi yang memainkan musik rock dibutuhkan muatan emosi yang lebih besar dibandingkan dengan musik jazz, seperti luapan emosi dengan porsi sesuai untuk member nyawa pada musik yang dibawakan. Untuk dapat maksimal, dibutuhkan kecerdasan emosi pada musisi agar dapat mengatur porsi emosi yang dikeluarkan agar tidak berlebihan mapun kurang.

E. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan pembahasan mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dan kreativitas pada musisi band, peneliti mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(59)

H1 : Ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan kreativitas pada musisi band di Taman Budaya Sumatera Utara.

(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Metode penelitian sangat menentukan suatu penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional, yaitu menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain dan memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi (Azwar, 2009). Penelitian ini ingin melihat hubungan antara kecerdasan emosi dengan kreativitas pada musisi band yang berada di Taman Budaya Sumatera Utara.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diuji yakni masing-masing satu variabel bebas dan variabel terikat/tergantung. Variabel-variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(61)

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

1. Kecerdasan Emosi

Kecerdasan emosi adalah kemampuan menuntut diri untuk belajar mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari hari, serta merupakan kemampuan individu untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain. Kecerdasan emosi diukur berdasarkan aspek kecerdasan emosi Goleman, yang terdiri dari; mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan membina hubungan, yang disusun dalam skala kecerdasan emosional.

2. Kreativitas

(62)

yang diukur dalam TKF memiliki pengertian sebagai kemampuan untuk membentuk kombinasi-kombinasi baru dari unsur-unsur yang diberikan yang tercermin dari kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam memberi gagasan serta kemampuan untuk mengembangkan, merinci, dan memperkaya (elaborasi) suatu gagasan. Tes ini dapat diberikan secara individual maupun secara kelompok. Tes inivmengukur aspek-aspek yang dikemukakan oleh Munandar (1988) kelancaran,vkelenturan, (fleksibilitas), originalitas, elaborasi. Waktu yang diberikan untuk mengerjakan tes kreativitas figural adalah 10 menit. Bentuk tes inivberupa lingkaran-lingkaran dimana siswa diminta membuat macam-macam gambar dari sejumlah lingkaran yang diberikan sebagai rangsang.

C. POPULASI DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL

1. Populasi

Menurut Hadi (2000) populasi adalah seluruh penduduk atau individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh individu yang dikategorikan sebagai musisi band yang berada di Taman Budaya Sumatera Utara

2. Metode Pengambilan Sampel

(63)

musisi band yang berada di Taman Budaya Sumatera Utara adalah 78 orang dengan latar belakang aliran musik yang berbeda. Teknik ini digunakan karena jumlah populasi musisi band di Taman Budaya Sumatera Utara cenderung sedikit.

D. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

1. Skala Kecerdasan Emosional

Salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode skala. Metode skala digunakan karena data yang ingin diukur berupa konstrak atau konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan.

Hadi (2000) menyatakan bahwa skala dapat digunakan dalam penelitian berdasarkan asumsi-asumsi berikut:

- Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

- Hal-hal yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

- Interpretasi subjek tentang pernyataan-pernyataan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

(64)

Skala kecerdasan emosional disusun dengan menggunakan skala Likert yang memiliki 5 alternatif jawaban dengan sistem penilaian sebagai berikut:

a. Aitem Favorabel: sangat setuju (5), setuju (4), netral (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1).

b. Aitem Unfavorabel: sangat setuju (5), setuju (4), netral (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1)

Berikut blue print dan distribusi aitem skala kecerdasan emosi yang terdiri dari 60 aitem

Tabel 1. Blue print Skala Kecerdasan Emosional

No. Aspek

Aitem

Jumlah

Bobot

(%) Unfavorable Favorable

1. Mengenali Emosi Diri 7 5 12 20% 2. Mengelola Emosi Diri 6 6 12 20% 3. Memotivasi Diri

Sendiri

6 6 12

20%

4. Mengenali Emosi Orang Lain (empati)

5 8 13 21,7%

(65)

Tabel. 2. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosional sebelum

1. Mengenali Emosi Diri 2,16,32,40,4 6,48

1,3,17,31,47 12

20%

2. Mengelola Emosi Diri 4,6,20,42,44, 50

5,19,21,33,49, 51

12

20%

3. Memotivasi Diri Sendiri

4. Mengenali Emosi Orang Lain (empati)

5. Membina Hubungan 14,28,36,30, 58,60

2. Tes Kreativitas Figural

(66)

atau dengan testee lain. Walgito (Fitryah, 2005) menambahkan bahwa tes adalah suatu metode atau alat untuk mengadakan penyelidikan yang menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan atau tugas-tugas lain yang telah distandardisasikan.

Adapun alasan penggunaan metode tes dalam penelitian ini karena sudah adanya alat tes baku yang sudah diketahui validitas dan reliabilitasnya serta telah distandarisasikan. Penelitian ini menggunakan tes kreativitas figural, untuk mengukur kreativitas subjek. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan oleh Munandar (1999), kesahihan tes kreativitas figural dapat dilihat dengan mengkorelasikan figural defergent productivity measure (Torrence Circless Test) dengan figural convergent thinking (word relation) dan dengan verbal divergent thinking. Hasil analisis statistik menggunakan rumus product moment menunjukkan kolerasi antara Circless Test dengan figure exclusion sebesar 0,23 ; p < 0,01. Sedangkan kolerasi antara cricle test

dan word relation sebesar 0,45 ; p < 0,01. Dari penelitian Munandar tersebut maka tes kreativitas figural dari Torrance yang telah dimodifikasikan oleh Munandar (1999) cukup sahih untuk mengungkap kreativitas.

(67)

Hasil tes kreativitas figural diukur dengan mengacu pada aspek-aspek kreativitas, yaitu:

1. Fluenci (kelancaran), adalah kesigapan, kelancaran untuk menghasilkan gagasan, dilihat dari kuantitas atau jumlah gambar yang relevan yang dihasilkan subjek dalam waktu 10 menit, jika pengulangan berarti tidak relevan. Jadi yang diperlukan bukan kuantitas gambar.

2. Fleksibilitas, adalah kemampuan untuk menggunakan bermacam pendekatan. Sedangkan pemecahan-pemecahan masalah yang unik terhadap setiap masalah harus disertai dengan adanya bukti-bukti yang baru. Skor ini diperoleh dengan menjumlahkan kategori respon yang berbeda yang diperoleh berdasarkan klasifikasi jawaban. Kategori jawaban merupakan kategori yang telah disusun oleh Munanadar. Jika ada kategori baru yang tidak termasuk dalam kategori yang sudah ada maka dibuat kategori baru yang disebut x1 untuk kategori baru pertama dan x2 untuk kategori kedua dan seterusnya.

Gambar

Tabel 1. Blue print Skala Kecerdasan Emosional
Tabel. 2. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosional sebelum
Tabel. 3. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosi sebelum Uji Coba
Tabel 4. Distribusi Aitem Skala Kecerdasan Emosional setelah Uji
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar yaitu apabila kecerdasan emosi tinggi maka

Skala Kecerdasan Emosi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala yang disusun oleh penulis dengan mengacu pada aspek-aspek kecerdasan emosi dari

Tabel 1. Blue Print Kecerdasan Emosi ... Blue Print Stres Akademik ... Daftar Mata Kuliah Praktikum Fakultas Psikologi UMS ... Sebaran Aitem Skala Kecerdasan Emosi ... Sebaran

Skala Kecerdasan Emosi yang disusun berdasarkan aspek-aspek kecerdasan emosi yang dikemukakan oleh Goleman, yaitu mengenali emosi diri, mengelola emosi, motivasi

Dalam pengumpulan data digunalan metode skala untuk kecerdasan emosional berdasarkan teori Daniel Goleman yang terdiri dari mengenali emosi diri, mengelola emosi

Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kedisiplinan siswa, kecerdasan emosi dan kreativitas belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar fisika

Lampiran 1: Skala Kecerdasan Emosional Lampiran 2 : Skala Konsep Diri Lampiran 3 : Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Kecerdasan Emosional Lampiran 4 : Uji Validitas dan

Terbukti dalam hasil penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan kreativitas belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa