• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Keputusan Pansus Century Terhadap Koalisi Partai Demokrat Dan PKS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Keputusan Pansus Century Terhadap Koalisi Partai Demokrat Dan PKS"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEPUTUSAN PANSUS CENTURY TERHADAP KOALISI PARTAI DEMOKRAT DAN PKS

Disusun Oleh : ARIS PRATOMO

040906031

Dosen Pembimbing : Indra Kesuma, M.Si Dosen Pembaca : Warjio S.S MA

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ARIS PRATOMO (040906031)

PENGARUH KEPUTUSAN PANSUS CENTURY

TERHADAP KOALISI PARTAI DEMOKRAT DAN PKS

Rincian isi skripsi : 72 halaman, 3 gambar, 14 buku, 21 situs internet

Abstrak

Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang analisis keputusan Pansus Bank Century terhadap kelanjutan koalisi partai Demokrat dengan Partai Keadlian Sejahtera (PKS). Kasus bank Century ini menarik perhatian publik dan banyak pejabat pemerintahan yang terliHasil Voting Kasus Bank Century, Kasus Bank Century di Mata Publik, Koalisi Partai Demokrat Dalam Pansus Century, Pandangan Fraksi terkait Kasus Bank Century, Kelanjutan Koalisi antara Demokrat dan PKS. Dengan melihat analisis tersebut maka penelitian ini akan menjawab bagaimana pengaruh keputusan Pansus bank Century terhadap kelanjutan koalisipartai Demokrat dengan PKS.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori koalisi, dan penjelasan tentang partai politik

(3)

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Keputusan Pansus Century

Terhadap Koalisi Partai Demokrat dan PKS”

Dalam skripsi ini diuraikan bahwa telah berkembang isu di Partai Demokrat akan mengeluarkan partai yang tidak sejalan dengan pilihan voting Pansus Century, dimana partai Demokrat, PKB dan PAN telah memilih opsi A yang berisi sejumlah kesimpulan yakni munculnya permasalahan bank Century akibat dari merger/akuisi Bank Pikko, Bank CIC dan Bank Danpac, Namun salah satu partai koalisi Demokrat yaitu PKS tidak memilh opsi A melainkan memilih opsi C yang berisi kesimpulan yang lebih tegas, Patut diduga terjadi penyimpangan dalam proses pengambilan kebijakan oleh otoritas moneter dan fiskal yang diikuti banyak penyalahgunaan mulai dari akuisisi merger, pemberian FPJP, PMS hingga tahap aliran dana. penyalahgunaan ini mengikutsertakan pemilik saham dan manajemen Bank Century. Namun setelah diteliti perbedaan pendapat itu tidak akan menyebabkan perpecahan koalisi antara Demokrat dan PKS.

Skripsi ini diajukan guna melengkapi syarat dalam menyelesaikan gelar Sarjana Sosial jenjang pendidikan strata satu program studi ilmu politik pada fakultas ilmu sosial dan ilmu politik

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini sulit untuk dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusinya baik material maupun spiritual khususnya kepada :

1. Mamak, Bapak dan Adik tercinta yang tanpa henti memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi dan memberikan semangat baik itu spiritual, moril dan materil.

2. Bang Indra Kesuma Nst. M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan dan penulisan skripsi.

3. Bang Warjio. S.S, MA selaku dosen pembaca yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan dan penulisan skripsi.

4. Bang Faisal selaku dosen dan abang yang meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi.

5. Sahabat karibku Andri Ansari dan Harry Perdana yang dari awal mensupport penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. Tanpa kalian dua yang nyuruh aku untuk nyiapin skripsi, mungkin skripsi ini takkan siap. 6. Sohibku Dana Permana, yang sudah merelakan waktunya untuk berdiskusi

(4)

7. Kepada selutuh temen-temenku di jurusan ilmu politik, khususnya kepada : Bang Didi dan bang Hendra yang sudah banyak membantu diadministrasi, bang Fauzan dan Fuad Hasan yang sudah mensupport pengerjaan skripsi, bang Idan yang banyak bantuin pada masalah-masalah operasional , Rizki Jansen, Bimbi, Ika Kecik yang sudah meminjamkan buku-buku politik,

8. Kepada selutuh temen-temen ilmu politik 04, antara lain : Amel, Icut, Fera, Heni, Rahmat Dongoran, Sayuti, Bembeng, Ilham, Arifin, Serta, Sastri, Medrow, Icha, Cahaya,

9. Seluruh pengurus Fosma Kampunk 165 yang sudah mengizinkan saya untuk cuti sementara dari kepengurusan, khususnya kepada Roni Aprizal, Padlian, Santi, Ulfi dan Aznelia.

10.Seluruh siswa NIIT DTE USU yang juga sudah mensupport untuk segera menyelesaikan skripsi

11.Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung secara langsung maupun tak langsung dalam penulisan skripsi ini

Semoga Allah SWT memberikan dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.

Akhir kata , penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak serta menambah wacana pemikiran bagi kita semua.

Medan, 13 April 2010 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Abstrak ... 1

Kata Pengantar ... 2

DAFTAR ISI ... 4

BAB I ... 6

PENDAHULUAN ... 6

1.1 Latar Belakang ... 6

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Kerangka Teori ... 9

1.5.1. Koalisi ... 9

1.5.2. Partai Politik ... 17

1.6 Metodologi Penelitian ... 20

1.6.1 Jenis Penelitian ... 20

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ... 20

1.6.3 Teknik Analisis Data ... 20

BAB II ... 22

DESKRIPSI KASUS BANK CENTURY ... 22

2.1 Sejarah Bank Century ... 22

2.1.1 Merger Tiga Bank ... 24

2.1.2 Status Bank Century ... 25

2.2 Indikasi Pelanggaran dan Penyalahgunaan Wewenang ... 28

(6)

2.3 Proses Penyelidikan Kasus Bank Century di DPR ... 33

2.4 Koalisi Partai Demokrat ... 37

2.4.1 Proses Terjadinya Koalisi ... 37

2.4.2 Komposisi Koalisi ... 41

2.5 Profil Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ... 43

2.5.1 Sejarah PK Sejahtera ... 44

2.6 Hasil Keputusan Pansus Century ... 49

BAB III... 51

KELANJUTAN KOALISI PARTAI DEMOKRAT DENGAN PKS ... 51

3.1 Hasil Voting Kasus Bank Century ... 51

3.2 Kasus Bank Century di Mata Publik (Survey versi Indo Barometer) ... 53

3.3 Koalisi Partai Demokrat Dalam Pansus Century ... 55

3.4 Pandangan Fraksi terkait Kasus Bank Century ... 57

3.5 Kelanjutan Koalisi antara Demokrat dan PKS ... 64

BAB IV ... 69

PENUTUP ... 69

4.1 Kesimpulan... 69

4.2 Saran ... 70

(7)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

ARIS PRATOMO (040906031)

PENGARUH KEPUTUSAN PANSUS CENTURY

TERHADAP KOALISI PARTAI DEMOKRAT DAN PKS

Rincian isi skripsi : 72 halaman, 3 gambar, 14 buku, 21 situs internet

Abstrak

Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang analisis keputusan Pansus Bank Century terhadap kelanjutan koalisi partai Demokrat dengan Partai Keadlian Sejahtera (PKS). Kasus bank Century ini menarik perhatian publik dan banyak pejabat pemerintahan yang terliHasil Voting Kasus Bank Century, Kasus Bank Century di Mata Publik, Koalisi Partai Demokrat Dalam Pansus Century, Pandangan Fraksi terkait Kasus Bank Century, Kelanjutan Koalisi antara Demokrat dan PKS. Dengan melihat analisis tersebut maka penelitian ini akan menjawab bagaimana pengaruh keputusan Pansus bank Century terhadap kelanjutan koalisipartai Demokrat dengan PKS.

Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori koalisi, dan penjelasan tentang partai politik

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 2008 dunia perbankan Indonesia di kejutkan oleh kasus krisis

perbankan yang di alami oleh Bank Century. Dimana Bank Century tidak dapat

memenuhi permintaan para nasabahnya. Hal ini berawal ketika pada tanggal 13

November 2008, Bank Century mengalami kalah kliring.

Century memang sudah memburuk sejak sebelum krisis (2005)1

1

Dikutip dari: http://www.detikfinance.com. Berita: Menkeu:Kasus Bank Century dan Bank IFI

Bukan Karena Krisis.

. Hal

tersebut diketahui setelah pemerintah menelusuri kebelakang sejarah Bank

tersebut, dimana bank tersebut sudah mengidap ‘penyakit’ dalam tata kelola

kinerja perusahaan.

Hasil investigasi pemerintah, melalui Bank Indonesia dan Poliri, kasus

Bank Century dapat dimasukan ke dalam proses hukum. Dimana terjadi

penggelapan dana nasabah dan penipuan yang dilakukan oleh petinggi Bank

Century.

Gunjang-ganjing kasus century ini pun merebak di berbagai media massa

dapat dilihat betapa kasus Century ini menjadi konsumsi publik dan mau tidak

mau pemerintah menaruh concern yang besar terhadap kasus ini. Isu Century

(9)

Ibarat bola salju parlemen dalam hal ini DPR-RI (Dewan Perwakilan

Rakyat – Republik Indonesia) menaruh perhatian yang besar terhadap kasus

Century terutama terhadap porsi pelanggaran yang dilakukan oleh pemerintah

dalam mengeluarkan kebijakan untuk membailout Century dengan 6,7 Trilyun

Rupiah dengan alasan krisis Bank Century bisa berdampak sistemik.

Adanya indikasi pelanggaran tesebutlah yang menstimulir DPR

menggunakan hak angket dan membentuk Pansus (Panitia Khusus) Bank Century.

Dari awal kasus ini menggelinding ke ranah DPR sampai akhirnya menghasilkan

rekomendasi bahwa DPR mengeluarkan putusan bahwa terjadi kesalahan dalam

proses penyelamatan Bank Century secara politik menimbulkan pertanyaan

tentang rapuhnya koalisi yang dibangun oleh Partai Demokrat dengan mitra

koalisinya mengingat proses keputusan di DPR terkait dengan hasil keputusan

DPR tentang Century dilakukan dengan voting dan secara hitung-hitungan

Demorat seharusnya bisa menang dengan tentunya didukung olek mitra koalisinya

namun yang terjadi tidak. Hanya PAN (Partai Amanat Nasional) dan PKB (Partai

Kebangkitan Bangsa) saja yang satu suara dengan Demokrat sedangkan mitra

koalisinya yang lain yaitu Partai Golkar (Golongan Karya) dan PKS (Partai

Keadilan Sejahtera) tidak satu suara dengan Demokrat. Sehingga setelah

keputusan Pansus Century tersebut beredar isu di tubuh Demokrat yakni

mengeluarkan Golkar dan PKS dari koalisi. Untuk itulah hal ini menjadi menarik

untuk dikaji apakah Demokrat akan mengeluarkan Partai yang tidak sependapat

(10)

1.2 Rumusan Masalah

Berangkat dari penjelasan yang telah dikemukakan, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh keputusan Panitia

Khusus Bank Century terhadap kelanjutan koalisi Partai Demokrat dengan Partai

Keadilan Sejahtera ?

1.3 Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh keputusan Pansus Century terhadap

kelanjutan koalisi partai Demokrat dan PKS

2. Untuk mengetahui bagaimana sikap Partai Demokrat terhadap rekan

koalisinya, dalam hal ini dikhususkan kepada PKS saja.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Kita dapat mengetahui pengaruh keputusan Pansus Century terhadap

kelanjutan koalisi partai Demokrat dan PKS

2. Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan solusi dalam

permasalahan koalisi, khususnya koalisi partai Demokrat dan PKS.

3. Sebagai bahan masukan terhadap kajian ilmiah yang berkaitan tentang

(11)

1.5 Kerangka Teori

Bagian ini merupakan unsur yang paling penting di dalam penelitian,

karena pada bagian ini peneliti mencoba menjelaskan fenomena yang sedang

diamati dengan menggunakan teori-teori yang relevan dengan penelitiannya. Teori

menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi dalam buku Metode Penelitian

Sosial mengatakan, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi,

dan preposisi, untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan

cara merumuskan hubungan antar konsep.2

1.5.1. Koalisi

Wacana koalisi bukanlah barang baru dalam perpolitikan Indonesia, tahun

1999, pernah terbentuk Poros Tengah, hasil koalisi beberapa partai politik yang

dimotori PAN dan PPP. Koalisi ini secara fenomenal sukses menaikkan

Abdurahman Wahid sebagai presiden pertama era reformasi. Namun usia

kemassifan dan kesolidan Poros Tengah ternyata hanya seumur jagung. Kemudian

tahun 2004 terbentuk Koalisi Kebangsaan untuk mendukung pasangan calon

presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Megawati Soekarnoputri

dan Hasyim Muzadi dan Koalisi Kerakyatan untuk mendukung pasangan capres

dan cawapres Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Tetapi, kedua koalisi

ini pun dalam perkembangannya tidaklah solid dan massif bahkan cenderung

mencair.

2

(12)

Qodari dalam bukunya mengemukakan ada empat hukum koalisi Capres

dan Cawapres3

Dalam hal platform ekonomi, hampir semua partai besar punya platform

yang sama: dalam retorika menekankan ekonomi kerakyatan, tapi dalam praktek

melaksanakan kebijakan-kebijakan ekonomi pasar. Karena itu, platform ekonomi

belum menjadi faktor yang menentukan kenapa dua partai atau lebih membangun

sebuah koalisi, sementara partai lainnya tidak bergabung dengan koalisi tersebut.

Dalam hal platform keagamaan, ada partai yang menekankan mendesaknya

keterlibatan negara dalam menegakkan syariat Islam bagi kehidupan publik,

seperti PBB, PKS, dan PPP, dan ada pula yang tidak demikian, seperti PDI-P, . Pertama, Calon dari partai dengan perolehan kursi (atau

persentase suara) lebih besar akan menjadi capres dan calon dari wakil harus puas

dengan posisi calon wapres. Kedua, Tiap partai dan calon akan berusaha

berkoalisi dengan partai dan calon lain yang punya perolehan kursi yang

signifikan di legislatif. Itu adalah koalisi yang berusaha mengupayakan penguatan

kaki di DPR. Penguatan diperlukan untuk menjamin dukungan politik terhadap

pembuatan kebijakan pemerintah. Ketiga, Partai dan calon akan mencari partai

yang lebih tinggi popularitas individualnya. Keempat, Partai dan calon akan

berkoalisi dengan partai dan calon lain yang dekat idiologi dan flatformnya.Meski

ada kebutuhan menciptakan pasangan yang mewakili spektrum idiologis atau

demografis.Terjadinya koalisi dimungkinkan oleh banyak faktor, di antaranya

karena adanya kesamaan platform di antara partai yang akan berkoalisi tersebut.

Platform yang dimaksud termasuk dalam masalah agama dan ekonomi.

3

(13)

Partai Golkar, PKB, dan PAN. Untuk sederhananya, kelompok yang pertama

adalah partai Islam, sementara kelompok kedua adalah partai sekuler. Dalam

dikotomi partai Islam dan partai sekuler ini, PKB dan PAN berada pada posisi

yang agak kelabu. Walapun tidak berplatform Islam, sebagian besar elite dan

pendukung partai ini secara historis terkait dengan organisasi Islam. Karena itu,

secara kasar keduanya kadang-kadang dimasukkan ke kategori partai Islam.

Kalau kesamaan platform keagamaan yang jadi dasar untuk koalisi, berarti

koalisi yang mungkin adalah antara PPP, PBB, dan PKS, atau ditambah PAN dan

PKB di satu sisi, dan di sisi lain PDI Perjuangan dan Partai Golkar. Dalam politik

Indonesia pasca-Soeharto, koalisi yang pertama dikenal dengan nama Poros

Tengah pernah terjadi dan sukses dalam pemilihan presiden di MPR tahun 1999.

Waktu itu Abdurrahman Wahid sebagai calon dari Poros Tengah menang

mengalahkan Megawati. Kalau benar koalisi itu didasarkan atas sentimen

keagamaan, mengapa koalisi tidak terjadi antara Golkar dan PDI-P, yang

sama-sama sekuler dan terancam oleh kekuatan Islam? Orang yang biasa melihat politik

Indonesia dari kacamata Islam versus nasionalis-sekuler biasanya melakukan

definisi ulang terhadap Golkar ketika dihadapkan dengan masalah tersebut:

Golkar pasca-Soeharto adalah Golkar yang didominasi anak-anak santri, terutama

yang berlatar belakang HMI. Dalam banyak hal, Golkar dan PAN tidak banyak

berbeda. Karena itu, wakil-wakil Golkar di MPR tahun 1999 cenderung

mendukung calon presiden dari Poros Tengah ketika dihadapkan pada pilihan

antara Megawati yang nasionalis-sekuler dan Gus Dur yang berlatar belakang

santri. Kalau memang faktor sentimen keislaman yang paling menentukan dalam

(14)

kembali terulang, karena sentimen keagamaan elite partai-partai itu sekarang pun

kurang-lebih sama. Tapi kemungkinan lain juga harus dipertimbangkan.

Pengertian koalisi Menurut Ensiklopedi populer politik pembangunan

pancasila edisi ke IV4

Definisi tersebut menunjukan bahwa koalisi dibentuk/terbentuk untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pendapat lain Koalisi adalah persekutuan,

gabungan atau aliansi beberapa unsur, di mana dalam kerjasamanya,

masing-masing memiliki kepentingan sendiri-sendiri.

menjabarkan bahwa, koalisi berasal dari bahasa latin

co-alescare, artinya tumbuh menjadi alat pengabung. Maka koalisi merupakan ikatan

atau gabungan antara 2 atau beberapa negara untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu. Atau beberapa partai/fraksi dalam parlemen untuk mencapai mayoritas

yang dapat mendukung pemerintah.

5

4

Ensiklopedi populer politik pembangunan pancasila edisi ke IV (1988:50)

Aliansi seperti ini mungkin bersifat

sementara atau berasas manfaat. Hal ini menunjukan bahwa dalam pembentukan

sebuah koalisi muthlak adanya unsur kepentingan juga manfaat, sebuah koalisi

tidak akan terbentuk begitu saja melainkan karena adanya faktor-faktor penentu

yang mendukung. Misalkan partai A berkoalisi dengan partai B, hal tersebut

terjadi karena partai A bisa mengakomodir kepentingan dari partai B, demikian

juga sebaliknya. Dengan kata lain terjadilah simbiosis mutualisme (saling

menguntungkan satu sama lain) dalam hal ini kepentingan masing-masing partai

yang saling berkoalisi. Selain kepentingan dan untuk tercapainya tujuan tertentu

pengertian lain dari koalisi bisa juga karena untuk memperoleh perolehan suara

5

dijelaskan oleh Yudha Hariwardana dalam artikelnya Mempertanyakan Urgensi Koalisi

(15)

yang signifikan agar dapat memenangkan pertarungan.Essensi dari sebuah koalisi

adalah adanya bergabungnya beberapa orang atau kelompok yang memiliki

kepentingan. Karena dalam dunia politik yang berbicara adalah kepentingan, hal

tersebut diperkuat n bahwa secara teoritis, masalah koalisi sebenarnya hanya

relevan dalam konteks sistem pemerintahan parlementer.6

Koalisi merupakan penggabungan dua kekuatan atau lebih untuk

menggalang kekuatan lebih besar. Tujuan koalisi yakni mempengaruhi proses

politik: pembuatan undang-undang dan perebutan kekuasaan.

Terciptanya koalisi

sebenarnya diperuntukan hanya dalam menggalang dukungan dalam membentuk

pemerintahan oleh partai pemenang pemilu, serta dibutuhkan untuk membangun

dan memperkuat oposisi bagi partai-partai yang mempunyai kursi di parlemen

namun tidak ikut memerintah

7

6

Haris, Syamsudin, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai, Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2005. hal.43

7

Kian Gie Kwik, Kebijakan ekonomi-politik dan hilangnya nalar, Jakarta : KOMPAS Media

Nusantara, 2006. Hal 127

Biasanya, koalisi

lahir untuk menghadapi kekuatan besar. Tak ada kamus, di mana koalisi melumat

kekuatan kecil. Bisa juga, koalisi menghadapi ketidak pastian politik, di mana

risiko kalah dan tersingkir jauh lebih besar ketimbang peluang menang. Koalisi

amat akrab dalam praktis partai politik. Mereka yang bersekutu diwarnai

perbedaan ideologi, kultural atau atribut kelompok menjadi satu barisan setelah

diikat isu bersama mengenai persamaan persepsi terhadap masalah, atau

(16)

Bahkan, seringkali kambing hitam itu menjadi kebutuhan dasar yang

sengaja diciptakan sebagai alasan bersatu. Tapi, koalisi juga bisa dibangun atas

dasar kepentingan politik murni, yakni untuk mendapatkan jabatan publik

strategis dan kemudian membagi-baginya di antara sesama peserta koalisi.

Sejarah Koalisi Di Indonesia

Kehidupan partai politik di Indonesia dikenal semenjak adanya maklumat

presiden tanggal 16 Oktober 1945 Nomor X, dan pada tahun tersebut banyak

partai politik yang di bentuk oleh rakyat berdasarkan pada maklumat tersebut.

Sebelumnya saat pemerintahan Proklamasi dibentuk, dalam susunan

kabinetnya tidak terdapat dan tidak ditempati oleh orang-orang dari partai politik,

walaupun telah keluar maklumat pemerintahan RI pada tanggal 3 November tahun

1945 yang menganjurkan mendirikan partai politik dalam rangka memperkuat

memperjuangkan kemerdekaan. Pada saat itu kabinetnya di sebut sebagai kabinet

presidensial dan dipimpin oleh seorang presiden. Dalam perjalanannya usia dari

kebinet ini tidak berlangsung lama hanya 3 bulan, dari tanggal 19 Agustus 1945

sampai dengan 14 November 1945. Hal tersebut terjadi karena adanya maklumat

presiden No X, juga pengaruh dari Syahrir tokoh Nasional yang sangat vocal pada

saat itu yang menuntut dibentuknya kabinet parlementer.Inilah kejadian pertama

dari penyimpangan terhadap UUD 1945. Mulai saat itu kabinet-kabinet ke dua

dan seterusnya dijabat oleh partai-partai politik dan bertanggung jawab kepada

parlemen, dan partai-partai yang memimpin kementrian dalam kabinet baik

parlementer maupun presidensial pada saat itu adalah partai-partai yang yang

(17)

masa kabinet Syahrir I. Adapun partai yang tidak ikut berkoalisi adalah partai

yang memilih jalur sebagai oposisi,

Miftah Toha juga menjelaskan, Kabinet yang tersusun pada waktu itu

ternyata telah dilakukan berdasarkan koalisi diantara parpol8

Dikutip dari buku Rusadu Kartaprawira, bahwa: Setelah selesai pemilihan

umum pada tahun 1955, partai-partai politik merasa mempunyai legalitas dan

memperoleh kekuasaan secara formal. Sejak saat itu, dalam politik Indonesia,

prtailah yang memegang kekuasaan politik; walaupun dalam kenyataan

kepemimpinan politiknya dilakukan atas dasar kerjasama, aliansi, koalisi antara

dua kekuatan atau lebih.

. Selebihnya diantara

parpol yang tidak berkoalisi memilih jalur oposisi, koalisi dan oposisi di mulai

dari kabinet parlementer syahrir pertama sampai seterusnya dan kembali ke

kabinet presidensial Moh.Hatta dan seterusnya

9

Oleh karena itu, perkembangan situasi Tanah Air yang rawan oleh

pemberontakan. Pada tahun 1945 presiden Soekarno menganjurkan untuk

membubarkan partai-partai kecil karena tidak mampu membuat konsensus

pembentukan kabinet koalisi. Dari penjabaran di atas jelas terlihat bahwa istilah

koalisi antar partai politik bukanlah merupakan barang baru dalam dunia

perpolitikan di Indonesia. Koalisi tidak muncul pertama kalinya pada saat

PEMILU Capres/Cawapres tahun 2004 lalu, melainkan dari tahun 1945.

Selanjutnya pada PEMILU 2004 saat diadakannya pemilihan presiden secara

8

Miftah Thoha, Birokrasi dan politik di Indonesia , Jakarta: LP3ES, 2003. Hal 119

9

Rusadu, Kartaprawira, Sistem Pengambilan Keputusan Demokratis Menurut Konstitusi,

(18)

langsung untuk pertama kalinya di Indonesia, wacana koalisi terangkat kembali,

partai politik yang mengusung pasangan Capres-Cawapres adalah partai poltitik

yang saling berkoalisi terlepas dari tujuan diakannya koalisi tetrsebut, apakah

untuk memenangkan PEMILU, menghadapi kekuatan besar ataukah hanya

kepentingan. Terlepas dari berbagai regulasi mengenai koalisi point penting

terhadap masalah ini adalah sejauh mana para pemimpin bangsa sungguh-sungguh

bertanggung jawab dan berpihak kepada aspirasi dan kepentingan rakyat, dan hal

tersebut barangkali masih merupakan pertanyaan besar. Begitupula, kualitas

demokrasi dan tata-pemerintahan mungkin masih memerlukan waktu untuk

mengevaluasi dan menilainya. Apakah koalisi tersebut bersifat permanen atau

masih hanya sekedar untuk kemenangan calon saja (koalisi pragmatis). Kendati

demikian, berbagai kecenderungan proses dan hasil pemilihan capres-cawapres,

tetap merupakan bahan kajian yang menarik. Kecenderungan proses pencalonan

dan koalisi antar partai dalam mengajukan kandidat atau pasangan calon adalah

salah satu fenomena paling menarik Daya tarik itu tidak hanya terletak pada

kecenderungan yang berbeda dengan yang terjadi melainkan juga pada pola

koalisi antar partai yang cenderung berbeda dengan hasil pemilu legislatif.

Partai-partai yang secara ideologis sering dipandang sangat berbeda satu sama lain

bahkan bisa saling berkoalisi dalam mengajukan pasangan kandidat dalam

pemilihan Capres-Cawapres.10

10

(19)

1.5.2. Partai Politik

Kehadiran partai politik dalam sistem demokrasi tidak dapat yang dikelola

tetapi juga kepada hangsa dan negara. Karena, organisasi partai politik yang dapat

menempatkan orang-orangnya dalam jabatan-jabataii politic berarti akan

menentukan kebijakan publik wing berdanipak luas, tidak hanya kepada

konstituen mereka. Sehingga, kehadiran partai politik juga perlu diletakkan dalam

kerangka yang lebill luas dan tidak terbatas pada kelompok ideologi mereka saja.

Baik buruktinya sistem kaderisasi dan regenerasi dalam tubuh organisasi partai

politik akan menentukan kualitas calon-calon pemimpin bangsa.

Untuk dapat menganalisis, peran dan kontribusi partai politik dalam

konteks yang lebih luas, ada baiknya kita memahami apa itu partai politik.

Karenanya, penulis melakukan penelusuran referensi yang memuat definisi

penting partai politilk. Tindakan ini bertujuan agar pomahaman kita tentang partai

politik dapat menjadi komprehensif. Pemahaman dasar tentang apakah partai

politik itu dapat memberikan kesamaan pemahaman kita tentang objek yang kita

bicarakan. Pemahaman ini diperlukan karma penulis melihat perlunya usaha untuk

mengembalikan fungsi dan kedudukan partai politik, di tengah-tengah

kepragmatisan para politisi, agar kita tidak mudlah terbawa oleh arus populer.

Untuk dapat mongetahui apabli kita sudah berada di jalur yang tepat atau tidak.

ada baiknya kita nielihat kembali definisi yang benar mengenai partai politik.

a. Definisi Partai Politik

Partai politik modern seperti yang kita kenal merupakan fenomena Baru

dalam sistem politik. Untuk mengetahui apa dan bagaimana partai politik

(20)

politik. Max (Veber dapat dikategorikan yang dikategorikan sebagai pendiri

pemikiran politik modern (Brechon, 1999). Dalam bukunya yang berjudul

Economic et Societe (1959) Max Weber menekankan aspek profesionalisme

dalam dunia politik modern. Partai politik kemudian didefinisikan sebagai

organisasi publik yang bertujutan untuk menibawa pemimpinnya berkuasa dan

memungkinkan para pendukungnya (politisi) untuk mendapatkan keuntungan Bari

dukungan tersebut. Partai politik menurut Max Weber sangat berkembang pesat di

abad ke-19 karna didukung oleh legitimasi legal-rasional. Partai politik adalah

organisasi yang bertujuan untuk membentuk opini publik (Seilere. I993). Sebagai

suatu organisasi yang khas, partai politik dilihat sebagai suatu bentuk organisasi

yang berbeda dengan organisasi lain (Duverger, 1976). Partai politik dilihat

sebagai 'autonomous groups that make nominations and contest elections in the

hope of eventuallY, gaining and exercise control of the personnel and policies of

government' (Kinney & Kendall, 1956). Dalam konteks ini, mereka melihat

bahwa tujuan utama dibentuknya partai politik adalah mendapatkan kekuasaan

dan melakukan kontrol terhadap orang-orang yang duduk dalam pemerintahan

sekaligus kehijakannya. partai politik sangat terkait dengan kekuasaan, mituk

membentuk dan mengontrol kebijakan publik. Selain itu, partai politik juga

diharapkan independen dari pengaruh peme rintah. Hal ini tentunya menyiratkan

tujuan agar partai politik bisa mangkritisi setiap kebijakan dan tidak tergantung

pada pemerintah yang dikritisi.

Partai politik dalam era modern dimaknai sebagai suatu kelompok yang

terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan

(21)

merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.11

b. Fungsi Partai Politik

Dilihat dari pengertian tersebut, ada beberapa unsur penting yang ada dalam partai

politik, yaitu: orang-orang, ikatan antara mereka hingga terorganisir menjadi satu

kesatuan, serta orientasi, nilai, cita-cita, tujuan dan kebijaksanaan yang sama.

Dalam praktek kekinian, setidaknya ada empat fungsi partai politik, yaitu:

Pertama, partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan

aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat. Partai melakukan penggabungan

kepentingan masyarakat (interest aggregation) dan merumuskan kepentingan

tersebut dalam bentuk yang teratur (interest articulation). Rumusan ini dibuat

sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa atau usulan kebijakan yang

disampaikan kepada penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan

pada masyarakat.

Kedua, partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai memberikan sikap,

pandangan, pendapat, dan orientasi terhadap fenomena (kejadian, peristiwa dan

kebijakan) politik yang terjadi di tengah masyarakat. Sosialisi politik mencakup

juga proses menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Bahkan, partai politik berusaha menciptakan image (citra)

bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum.

Ketiga, partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. Partai politik

berfungsi mencari dan mengajak orang untuk turut aktif dalam kegiatan politik

sebagai anggota partai.

11

(22)

Keempat, partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Di tengah

masyarakat terjadi berbagai perbedaan pendapat, partai politik berupaya untuk

mengatasinya. Namun, semestinya hal ini dilakukan bukan untuk kepentingan

pribadi atau partai itu sendiri melainkan untuk kepentingan umum.

1.6 Metodologi Penelitian

1.6.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis

penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang penemuannya tidak diperoleh

melalui prosedur statistik atau perhitungan lainnya.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Sebuah test dikatakan reliable apabila test tersebut scbagai alat ukur

mampu memberikan hasil yang relative tetap apabila dilakukan secara

langsung pada sekelompok individu yang sama. Maka teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini adalah :

Penelitian kepustakaan (Library Research)

Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menghimpun

dan mempelajari data dari buku-buku serta sumber bacaan lain yang relevan dan

mendukung penelitian.

1.6.3 Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan melalui tahapan pengumpulan data, klasifikasi

(23)

Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada

langkah-langkah kongkrit yang akan ditempuh yaitu :

Pertama, mengumpulkan data dari berbagai sumber, data yang sudah

dikumpulkan kemudian disusun terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Hal

ini bertujuan untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Setelah pengumpulan data dan pengolahan data dirasakan cukup, maka langkah

selanjutnya adalah analisis data atau penilaian. Setelah menganalisis semua data

dan akan mendapatkan hasil penelitian, maka tahap selanjutnya adalah memberi

(24)

BAB II

DESKRIPSI KASUS BANK CENTURY

2.1 Sejarah Bank Century

Kisah Bank Century berawal dari tahun 1989 ketika didirikan, hingga 20

November 2008 saat ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai bank gagal yang

memiliki dampak sistemik. Berikut adalah beberapa catatan penting terkait

perjalanan Bank Century.12

Pada tanggal 16 April 1990, Bank Century memperoleh izin usaha sebagai

Bank Umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan

No. 462/KMK.013/1990.

PT Bank Century Tbk didirikan berdasarkan Akta No. 136 tanggal 30 Mei

1989 yang dibuat Lina Laksmiwardhani, SH, notaris pengganti Lukman Kirana,

SH, notaris di Jakarta. Disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia

dalam Surat Keputusannya No. C.2-6169.HT.01.01.TH 89 tertanggal 12 Juli

1989. Didaftarkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 2 Mei 1991 dengan

No. 284/Not/1991. Anggaran Dasar Bank telah disesuaikan dengan

Undang-Undang PerseroanTerbatas No. 1 Tahun 1995 dalam Akta No. 167 tanggal 29 Juni

1998 dari Rachmat Santoso, S.H, notaris di Jakarta.

13

12

13

(25)

Pada tanggal 22 April 1993, Bank Century memperoleh peningkatan status

menjadi Bank Devisa dari Bank Indonesia melalui Surat Keputusan No.

26/5/KEP/DIR. Anggaran Dasar Bank Century telah beberapa kali berubah,

terakhir sesuai Akta No.159 tanggal 29 Juni 2005 dari Buntario Tigris Darmawa

NG, SH, S.E, notaris di Jakarta.

Perubahan anggaran dasar ini telah mendapat persetujuan dari Menteri

Kehakiman dan Hak Asasi Manusia No. C-20789.HT.01.04.TH.2005 tanggal 27

Juli 2005. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan

usaha adalah menjalankan kegiatan umum perbankan termasuk berdasarkan

prinsip syariah. Bank Century memulai operasi komersialnya pada bulan April

1990.

Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.

6/92/KEP.GBI/2004 tanggal 28 Desember 2004, menyetujui perubahan nama PT

Bank CIC Internasional Tbk menjadi PT Bank Century Tbk dan izin untuk

melakukan usaha sebagai bank umum berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan

Republik Indonesia No. 462/KMK.013/1990 tanggal 16 April 1990 tentang

Pemberian Izin Usaha, nama PT Bank CIC Internasional Tbk dinyatakan tetap

berlaku bagi PT Bank Century Tbk.14

14

Bank Century berdomisili di Indonesia dengan 27 Kantor Cabang Utama,

30 Kantor Cabang Pembantu dan 8 Kantor Kas. Kantor Pusat Bank beralamat di

Gedung Sentral Senayan II, Jl. Asia Afrika No. 8 Jakarta. Dari jumlah kantor

tersebut diatas yang beroperasi sebanyak 63 kantor.

(26)

2.1.1 Merger Tiga Bank

Sesuai dengan permintaan Bank Indonesia melalui surat Bank Indonesia

tanggal 14 Desember 2001 (yang dipertegas melalui surat Bank Indonesia tanggal

20 Agustus 2004) dan pertemuan dengan Bank Indonesia pada tanggal 16 April

2004, manajemen Bank dan pemegang saham pengendali First Gulf Asia

Holdings Limited (d/h Chinkara Capital Limited) setuju untuk melakukan merger

dengan PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac Tbk untuk menghasilkan sinergi

dan memperkuat permodalan bank hasil merger. Proposal merger tersebut

disampaikan kepada Bank Indonesia pada tanggal 26 April 2004.15

Pada tanggal 7 September 2004, Bank mengajukan Pernyataan

Penggabungan kepada BAPEPAM dalam rangka penggabungan usaha dengan Pada tanggal 21 Mei 2004, Bank, PT Bank Danpac Tbk dan PT Bank

Pikko Tbk, telah menandatangani kesepakatan untuk melakukan tindakan hukum

penyatuan kegiatan usaha dengan cara Penggabungan atau Merger dimana Bank

Century sebagai “Bank Yang Menerima Penggabungan” dan PT Bank Danpac

Tbk dan PT Bank Pikko Tbk sebagai “Bank Yang Akan Bergabung”.

Para pemegang saham PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac Tbk telah

menyetujui penggabungan usaha bank-bank tersebut ke dalam Bank sesuai dengan

risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa masing-masing bank yang

diaktakan masingmasing dengan Akta No.155 dan No.157 pada tanggal 22

Oktober 2004 dari Buntario Tigris Darmawa NG, SH, notaris di Jakarta.

15

(27)

bank-bank yang menggabungkan diri dan telah mendapat pemberitahuan

efektifnya penggabungan tersebut sesuai dengan surat Ketua BAPEPAM No.

S.3232/PM/2004 tanggal 20 Oktober 2004.

Berdasarkan Akta No. 158 tanggal 22 Oktober 2004 dari Buntario Tigris

Darmawa NG, S.H, S.E, notaris di Jakarta, Bank dan bank-bank yang

menggabungkan diri yang terdiri dari PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac

Tbk dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa telah sepakat

melakukan peleburan usaha. Peleburan usaha dilaksanakan dengan syarat dan

ketentuan antara lain sebagai berikut:

• Semua kekayaan dan kewajiban serta operasi, usaha, kegiatan setiap bank

yang menggabungkan diri beralih hukum kepada Bank Century.

• Semua pemegang saham bank-bank yang bergabung karena hukum

menjadi pemegang saham Bank Century.

• Bank sebagai Perusahaan hasil penggabungan tetap mempertahankan

eksistensinya sebagai perusahaan terbatas dan sebagai bank umum dengan

memakai nama PT Bank Century Tbk.

• Semua perusahaan yang menggabungkan diri karena hukum akan bubar

tanpa melakukan likuidasi.

2.1.2 Status Bank Century

Sejak tanggal 29 Desember 2005, Bank Century dinyatakan sebagai Bank

Dalam Pengawasan Intensif sesuai dengan surat BI No.

7/135/DPwB1/PwB11/Rahasia. Hal ini karena Surat-surat Berharga (SSB) valuta

(28)

terus disandang oleh Bank Century hingga tanggal 6 November 2008, saat

[image:28.595.122.520.140.562.2]

ditetapkan menjadi Bank Dalam Pengawasan Khusus (DPK).16

Gambar 1 : Skema Status Bank Century

Sejak tanggal 6 Nopember 2008, PT Bank Century Tbk ditetapkan oleh

Bank Indonesia sebagai Bank Dalam Pengawasan Khusus. Berdasarkan Peraturan

Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 tanggal 26 Maret 2004, No. 7/38/PBI/2005

16

(29)

tanggal 10 Oktober 2005 dan No. 10/27/PBI/2008 tanggal 30 Oktober 2008, status

ini ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan.

Pada tanggal 13 Nopember 2008, PT Bank Century Tbk mengalami

keterlambatan penyetoran dana pre-fund untuk mengikuti kliring dan dana di

Bank Indonesia yang telah berada dibawah saldo minimal, sehingga Bank

di-suspend untuk transaksi kliring pada hari tersebut, pada tanggal 14 Nopember

2008 sampai dengan 20 Nopember 2008, transaksi kliring sudah dibuka kembali

namun terjadi penarikan dana nasabah secara besar-besaran akibat turunnya

tingkat kepercayaan yang timbul sebagai akibat dari pemberitaan-pemberitaan

seputar ketidakikutsertaan Bank pada kliring tanggal 13 Nopember 2008.

Pada tanggal 20 Nopember 2008, berdasarkan Surat No.

10/232/GBI/Rahasia, Bank Indonesia menetapkan PT Bank Century Tbk sebagai

Bank Gagal yang ditengarai berdampak sistemik.

Selanjutnya, sesuai dengan Perpu No. 4 Tahun 2008 tentang Jaring

Pengaman Sistem Keuangan, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melalui

Keputusan No. 04/KSSK.03/2008 tanggal 21 Nopember 2008 menetapkan PT

Bank Century Tbk sebagai bank gagal yang berdampak sistemik dan

menyerahkan penanganannya kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sesuai

dengan Pasal 40 UU No. 24 Tahun 2004 tentang LPS, terhitung sejak LPS

melakukan penanganan bank gagal, maka LPS mengambil alih segala hak dan

wewenang RUPS, kepemilikan, kepengurusan, dan/atau kepentingan lain pada

(30)

2.2 Indikasi Pelanggaran dan Penyalahgunaan Wewenang

Hasil Audit Investigatif BPK yang diserahkan kepada DPR RI tertanggal

20 November 2009 memaparkan 8 temuan penting, sejak kisah meleburnya

(merger) 3 Bank hingga penggelapan dana di Bank Century. Pada intinya,

temuan-temuan yang ada mencoba mengkonfirmasi satu hal, yaitu bahwa

penyelamatan Bank Century adalah sebuah keputusan yang keliru dan diambil

dengan tidak memperhatikan berbagai catatan praktek perbankan yang tidak sehat

juga kinerja perbankan yang buruk. Dengan demikian, keputusan

menggelontorkan dana hingga triliunan rupiah terhadap Bank Century sangat

beresiko untuk diselewengkan.

Indikasi korupsi terkait dengan kasus ini terutama terlihat dari terjadinya

pelanggaran aturan dan penyalahgunaan wewenang. Berikut beberapa catatan

indikasi korupsi dari laporan BPK17 1. Terkait Merger 3 bank

:

2. Terkait Penyaluran fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP)

3. Terkait Pengambilan Keputusan KSSK dan Penyaluran Penyertaan

Modal Sementara (PMS).

4. Penyalahgunaan Dana FPJP dan PMS.

2.2.1 Indikasi Korupsi Terkait Penggabungan (Merger) 3 Bank

Sebelum penggabungan 3 Bank, Bank Pikko dan Bank CIC memiliki

permasalahan terkait Surat-Surat Berharga (SSB) dan Capital Adequacy Ratio

17

(31)

(CAR). Merger ini diduga untuk menghindari penutupan Bank Pikko dan Bank

CIC yang kondisinya tidak sehat.

Sejak penggabungan, status Bank Century selalu bermasalah. Terdapat

beberapa Indikasi Pelanggaran yang terjadi pada saat proses merger ini. BI diduga

memberikan kelonggaran terhadap persyaratan merger yaitu dengan:

1. Aset SSB yang semula dinyatakan macet oleh BI kemudian

dianggap lancar untuk memenuhi performa CAR.

2. Tetap mempertahankan pemegang saham pengendali (PSP) yang

tidak lulus fit and proper test.

3. Komisaris dan Direksi Bank ditunjuk tanpa fit and proper test.

4. Audit KAP atas laporan keuangan Bank Pikko dan Bank CIC

dinyatakan disclaimer.

Temuan BPK terkait penggabungan 3 bank ini adalah sebagai berikut:

1. Akuisi Bank Danpac dan Bank Picco tidak sesuai dengan

ketentuan BI.

2. Surat izin Akuisisi Chinkara atas bank Picco dan Bank Danpac

tetap dilakukan meskipun terdapat indikasi praktek perbankan yang

tidak sehat dan perbuatan melawan hukum yang melibatkan

Chinkara.

3. BI menghindari penutupan Bank CIC dengan memasukan Bank

tersebut di dalam Skema merger.

4. Tidak membatalkan persetujuan akuisisi meskipun tahun

2001-2003 hasil pemeriksaan BI pada ke-3 Bank menemukan indikasi

(32)

5. Adanya perlakuan Surat-surat Berharga (SSB) yang semula macet

menjadi lancar dengan rekomendasi KEP (komite evaluasi

perbankan).

Terkait dengan beberapa catatan temuan di atas, dapat dibuat daftar

(33)
(34)

G

am

b

ar

2

: D

af

tar

P

el

an

g

g

ar

an

T

er

k

ai

t P

ro

ses

M

er

g

er

3

B

an

[image:34.595.121.503.97.762.2]
(35)

2.3 Proses Penyelidikan Kasus Bank Century di DPR

Bergulirnya kasus Bank Century di DPR merupakan tindak lanjut dari

laporan BPK terkait dengan indikasi dugaan penyalahgunaan wewenang untuk

membailout. Secara umum ada 3 tahapan bergulirnya kasus century di DPR,

1. Tahapan sidang pendahuluan

Dalam tahapan ini mayoritas anggota dewan menyatakan bahwa ada

pelanggaran wewenang kekuasaan yg dilakukan oleh stake holder yang

terkait (ketua KKSK dan Gubernur BI dalam proses bailout century

senilaio 6,7 triliun). Untuk menindak lanjuti adanya penyelewangan

tersebut maka DPR menyepakati untuk menggunakan salah satu haknya

yaitu hak angket (penyelidikan), artinya DPR melakukan investigasi

terhadap kronologis kasus bailot Bank Century dengan membentuk

panitia khusus yang disebut Pansus Century

2. Tahapan investigasi Pansus Century

Panitia Khusus Hak Angket Bank Century atau secara umum disebut

Pansus Century adalah sebuah panitia hak angket Dewan Perwakilan

Rakyat yang dibentuk pada tanggal 1 Desember 2009 dalam sebuah

Sidang Paripurna Pengesahan Hak Angket Bank Century terhadap usulan

penggunaan hak angket DPR yang diusulkan oleh 503 Anggota DPR

tersebut disahkan dan disetujuinya penggunaan hak angket untuk

mengungkap skandal Bank Century dengan didukung oleh seluruh fraksi

yang berada di DPR yakni 9 Fraksi. Latar belakang

Panitia Khusus Hak Angket Bank Century berawal dari para pengusul

(36)

Tim 9 yakni Maruarar Sirait (PDI-P), Ahmad Muzani (Gerindra), Andi

Rahmat (PKS), Lili Wahid (PKB), Mukhamad Misbakhun (PKS), Akbar

Faisal (Hanura), Chandra Tirta Wijaya (PAN), Kurdi Mukhtar (PPP), dan

Bambang Soesetyo (Golkar) yang disertai fokus penyelidikan Panitia

Angket Century yang diajukan beberapa anggota DPR tersebut adalah

sebagai berikut:18

Menyelidiki ke mana saja aliran dana talangan Bank Century,

mengingat sebagian dana talangan tersebut oleh direksi Bank Century

justru ditanamkan dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) dan dicairkan

bagi nasabah besar (Budi Sampoerna). Sementara kepentingan nasabah Mengetahui sejauh mana pemerintah melaksanakan peraturan

perundangan yang berlaku, terkait keputusannya untuk mencairkan dana

talangan (bail out) Rp 6,76 triliun untuk Bank Century. Adakah indikasi

pelanggaran peraturan perundangan, baik yang bersifat pidana maupun

perdata.

Mengurai secara transparan komplikasi yang menyertai kasus

pencairan dana talangan Bank Century. Termasuk mengapa bisa terjadi

perubahan Peraturan Bank Indonesia secara mendadak, keterlibatan

Kabareskrim Mabes Polri ketika itu, Komjen Susno Duadji, dalam

pencairan dana nasabah Bank Century, dan kemungkinan terjadi

konspirasi antara para pemegang saham utama Bank Century dan otoritas

perbankan dan keuangan pemerintah.

18

(37)

kecil justru terabaikan. Adakah faktor kesengajaan melakukan

pembobolan uang negara demi kepentingan tertentu, misalnya politik,

melalui skenario bail out bagi Bank Century.

Menyelidiki mengapa bisa terjadi pembengkakan dana talangan

menjadi Rp 6,76 triliun bagi Bank Century? Sementara Bank Century

hanyalah sebuah bank swasta kecil yang sejak awal bermasalah, bahkan

saat menerima bail out, bank ini dalam status pengawasan khusus.

Rasionalkah alasan pemerintah bahwa Bank Century patut diselamatkan

karena mempunyai dampak sistemik bagi perbankan nasional secara

keseluruhan.

Mengetahui seberapa besar kerugian negara yang ditimbulkan oleh

kasus bail out Bank Century dan sejumlah kemungkinan penyelamatan

uang negara bisa dilakukan. Sebab lain penegakan hukum, di tengah

berbagai kesulitan hidup yang dialami masyarakat kebanyakan, aspek

penyelamatan uang negara ini sangat penting untuk dijadikan perioritas

demi memenuhi rasa keadilan rakyat. Selanjutnya, uang negara yang dapat

diselamatkan bisa digunakan untuk kepentingan meningkatkan

kesejahteraan rakyat pada umumnya.19

Dalam sidang pansus menghasilan 2 pilihan : yaitu opsi pilihan A

yang menyatakan bahwa tidak terjadi pelanggran yang digagas oleh

Demokrat, PKB dan PAN, Opsi C bahwa telah terjadi pelanggaran

19

(38)

terhadap bailout century yang direkomendasikan oleh PDI-P, GOLKAR

dan HANURA

Keanggotaan Panitia Khusus Hak Angket Bank Century terdiri dari

tigapuluh anggota yang berasal dari fraksi yang ada dalam Dewan

Perwakilan Rakyat terdiri dari :

Fraksi Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Yahya Sacawiria,

Benny K Harman, Achsanul Qosasi, Radityo Gambiro, I Wayan

Gunastra, Agus Hermanto, dan Ruhut Sitompul.

Fraksi Partai Golkar Idrus Marham, Ade Komaruddin, Ibnu

Munzir, Bambang Soesatyo, Melkiyas Mekeng, dan Agun

Gunanjar.

Fraksi PDI Perjuangan Maruarar Sirait, Eva Kusuma Sundari,

Ganjar Pranowo, Hendrawan Supratikno, dan Gayus Lumbuun.

Fraksi PKS Andi Rahmat, Mahfudz Siddik dan Fahri Hamzah.

(Muhammad Misbakhun sebagai pengusul tidak diikutkan

menjadi anggota pansus oleh Fraksi PKS)

Fraksi PAN Asman Abnur dan Tjatur Sapto Edy.

Fraksi PKB Anna Mu'awanah dan Marwan Ja'far.

Fraksi PPP Romahurmuziy dan Ahmad Yani.

Fraksi Gerindra Ahmad Muzani.

Fraksi Hanura Akbar Faisal

3. Sidang Paripurna

Setelah pansus Century menghasilkan keputusan maka selanjutnya

(39)

paripurna adalah menetapkan status Bank Century bermasalah atau tidak,

opsi A atau opsi C, dalam paripurna itu DPR menyepakati untuk memilih

opsi bahwa telah terjadi penyelewengan kewenangan yang dilakukan oleh

pejabat pemerintah dalam bailout Bank Century

2.4 Koalisi Partai Demokrat

2.4.1 Proses Terjadinya Koalisi

Dalam pemilu legislatif 2009 partai Demokrat tampil sebagai peraub suara

terbanyak mengalahkan 2 partai besar yaitu GOLKAR DAN PDI-P yang pada

pemilu sebelumnya merupakan peraih suara terbanyak, PDI-P pada pemilu tahun

1999 dan GOLKAR pada pemilu 2004

Kemenangan partai Demokrat ini merupakan sebuah kejutan mengingat

partai ini baru berusia 5 tahun, namun dari segi pencampain banyak para ahli

memandang bahwa keberhasilan Demokrat menjadi pemenang pemilu 2004 ini

lebih disebabkan oleh ketokohan SBY ketimbang kekuatan partai Demokrat itu

sendiri, hal ini terbukti kembali pada hasil Pilpres 2009 dimana SBY kembali

menjabat untuk kedua kalinya setelah mengalahkan pesaingnya yaitu Megawati

dan Yusuf Kalla.

Kemengan partai Demokrat pada pemilu 2009 kemarin secara otomatis

menjadikan partai Demokrat menguasai mayoritas kursi di parlemen dan juga

menjadi partai pendukung pemerintah, untuk mengankan dan memperlancar

(40)

melakukan koalisi dengan partai-partai politik yang lain. Koalisi ini dibangun

setelah pemilu legislatif berakhir.

Jalan untuk memperkuat sistem presidensial harus dimulai, koalisi ini

merupakan suatu keharusan untuk melakukan konsolidasi dengan menjadikan

sistem multipartai ke penyederhanaan partai. Harus diakui, terlepas dari berbagai

kekurangannya, pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto telah

menerapkan sistem presidensial. Salah satu faktornya adalah sistem kepartaian

yang sederhana. Walaupun pemerintahan Orde Baru memiliki sisi kelemahan,

yaitu dominasi absolut Partai Golkar pada waktu itu yang didukung oleh

pemerintahan yang berkuasa dan TNI.

Berdasarkan hasil pileg yang ditetapkan KPU, partai Demokrat memperoleh

20,85% (148 kursi), Golkar 14,45 (108kursi), PDI-P 14,03% (93 kursi), PKS

7,88% (59 kursi), PAN 6,01% (42 kursi), PPP 5,32% (39 kursi), PKB 4,94% (26

kursi),Gerindra 4,46% (30 kursi), dan Hanura 3,77% (15 kursi). Adapun suara 29

parpol lainnya berada di bawah PR. Sebagai parpol pemenang pemilu dan

ditambah dengan elektabiltas SBY yang tinggi, Partai Demokrat seolah menjadi

“gadis cantik” yang mengundang banyak pria. Sejumlah parpol kecil yang tak

lolos PR dan partai menengah, seperti PBB, PKS dan PKB, langsung merapat ke

Demokrat tanpa kendala politik internal berarti. Hal yang sama juga ditunjukkan

Golkar. Menyadari perolehan suaranya yang lebih kecil daripada Demokrat,

Golkar mengusung kembali pasangan SBY-JK. Hsl ini bisa dilihat pengalaman

pahit SBY berduet dengan JK selama periode 2004-2009, membuatnya relatif

hati-hati. Selain karena pemerintahannya dinilai banyak orang memiliki “dua

(41)

pertemuan kedua parpol tersebut di Palembang tahun 2007. Keberatan terhadap

JK juga secara jelas dinyatakan elit PKS.20

Dengan motto “lebih cepat lebih baik”, Golkar – Hanura melompat ke luar

dan mendeklarasikan JK-Wiranto sebagai pasangan capres-cawapres dan

sekaligus membuyarkan impian “koalisi besar” blok Megawati dan sekaligus

ancaman boikot pemilu. Jalan buntu yang dihadapi PDI-P – Gerindra pun semakin

tampak karena masing-masing pihak tak juga bergeming dari pendiriannya. Penolakan halus SBY terhadap JK telah membuat Golkar beralih ke PDI-P

dengan mengusung JK sebagai capres. Keadaan tersebut telah membuat peta

koalisi besar beralih dari blok SBY ke blok Megawati. Golkar, PDI-P, Gerindra,

Hanura, dan sejumlah parpol kecil lainnya pun mendeklarasikan “koalisi besar” di

parlemen. Tetapi, keceriaan tersebut seolah terhenti ketika mereka tak bisa

menemukan titik temu untuk mengusung capresnya. Sebab semua pimpinan

parpol berlindung di balik amanat parpolnya untuk hanya menjadi capres dan

bukan cawapres.

Tanpa mengesampingkan faktor lainnya, seperti elektabilitas, jalan buntu

yang dihadapi blok Megawati tersebut agaknya juga disebabkan oleh usia para

capres masing-masing parpolnya. Usia rata-rata mereka yang di atas kepala 6 dan

mendekati kepala 7 telah membuat mereka tak melihat kesempatan lain, kecuali

dalam pemilu ini. Itulah sebabnya mengapa realitas perolehan suara pileg

masing-masing parpol seperti dikesampingkan.

20

(42)

Sementara itu, pilihan untuk mencari cawapres dari parpol lain semakin sulit.

Sebab PAN dan PPP sudah menunjukkan kecenderungannya untuk merapat ke

Demokrat. Seolah menyertai keduanya isu terakhir yang mengejutkan banyak

pihak adalah adanya kabar angin yang menyebutkan bahwa PDI-P telah menjalin

komunikasi dan menjajaki kemungkinan berkoalisi dengan Demokrat.

Melihat jalannya drama koalisi politik tersebut, tampak sekali bahwa

pembangunan koalisi antarparpol sangat dipengaruhi oleh faktor kepentingan

partai dan elitnya., platform dan misi partai masing-masing. Fenomena ini

sesungguhnya bukan hal baru. Pada masa Orde Lama, misalnya, dua partai Islam

terbesar, yakni NU dan Masyumi saling berseberangan. NU lebih memilih

merapat ke Sukarno, sedangkan Masyumi justru memilih menjadi rivalnya

Sukarno.

Kalaupun pernah terjadi koalisi antarparpol Islam dalam bentuk “Poros

Tengah”, koalisi tersebut bersifat sangat rapuh karena sarat dengan kepentingan

politik. Meskipun koalisi tersebut berhasil menjadikan Gus Dur sebagai presiden

pertama era reformasi, masa koalisi tersebut tak lebih dari seumur jagung yang

pupus seiring dengan dilengserkannya Gus Dur dari kursi kepresidenannya,

khususnya, oleh kelompok mereka sendiri.21

Fenomena yang sama juga dialami oleh SBY dan partainya. Tidak sedikit

kebijakan pemerintah yang tak didukung oleh parpol yang mengaku berkoalisi

dengan Demokrat. Sejumlah hak angket di DPR, misalnya, juga dimotori oleh

beberapa anggota DPR dari parpol yang berkoalisi dengan pemerintah, termasuk

21

(43)

PKS dan Golkar. Oleh karena itulah, jauh-jauh hari SBY sudah menyatakan hanya

akan membangun koalisi dengan kontrak politik yang jelas.

2.4.2 Komposisi Koalisi

Diawal awal selesainya Pemilu Legislatif jelas memang Partai Demokrat

masih hati-hati dalam menentukan koalisi dalam pemilu 2009.

untuk merajut koalisi dan penjajakan dengan Partai Politik yang ingin bergabung

ada dua cara yang dilakukan oleh Partai Demokrat:

Pertama, Menunggu Partai politik untuk menyatakan bergabung dan

berkomitmen membangun koalisi dan pemerintahan.

Kedua,bersafari melakukan silaturahmi dan kunjungan ke Partai Politik

yang memberikan sinyal positif untuk bergabung bersama dengan partai

Demokrat22

22

Keterangan Hadi Utomo dalam keterangan persnya di Bravo Media Center Jakarta, Rabu 1 April2009.

Tujuh partai yang dimaksud yakni, Partai Keadilan Sejahtera atau PKS,

Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Bulan

Bintang (PBB), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia atau PKP Indonesia,

Partai Patriot, dan Partai Demokrasi Pembaruan (PDP).

Meski telah melakukan kunjungan kepada tujuh parpol itu, namun

Demokrat tetap membuka peluang untuk menjajaki komunikasi dengan partai

lain. Bahkan, tetap terbuka kemungkinan koalisi dengan PDI-P dan Partai

(44)

“pembicaraan mengenai koalisi sebelum Pemilu Legislatif sangat rapuh. Karena itu, pertemuan itu hanya bersifat silaturrahmi untuk mensukseskan pemilu legislatif.

Terutama dengan ketujuh partai diatas kesepatakan untuk berkoaliasi

masih menjadi pembahasan panjang dan hal ini memang dapat terlihat jelas

dengan tahapan koalisi pada fase berikutnya.

Komposisi yang dibangun Demokrat dalam mengukuhkan koalisi di isi

dengan beragam partai politik. Diantara partai politik tersebut:

1. Partai Keadilan Sejahtera

2. Partai Persatuan Pembangunan

3. Partai Amanat Nasional

4. Partai Kebangkitan Bangsa

Dalam kabinet partai tersebut ikut berpatisipasi dalam menempatkan

kadernya di Kabinet dan di tambah dengan partai Golkar23

23

Khusus untuk Partai Demokrat yang berbeda paham dengan Demokrat dalam Pilpres kemarin

malakukan koalisi bukan dengan partai Demokrat melainkan dengn SBY.

yang menitipkan

kadernya mendukung peemerintahan yang digawangi oleh partai Demokrat itu.

Komposisi penempatan porsi kabinet meliputi dua unsur dari kalangan Partai

(45)

2.5 Profil Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Visi dan Misi24

1. Partai da'wah yang memperjuangkan Islam sebagai solusi dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. VISI

Visi Umum:

"Sebagai Partai Da'wah Penegak Keadilan Dan Kesejahteraan Dalam Bingkai

Persatuan Ummat Dan Bangsa."

Visi Khusus:

Partai Berpengaruh Baik Secara Kekuatan Politik, Partisipasi, Maupun Opini

Dalam Mewujudkan Masyarakat Indonesia Yang Madani.

Visi ini akan mengarahkan Partai Keadilan Sejahtera sebagai :

2. Kekuatan transformatif dari nilai dan ajaran Islam di dalam proses

pembangunan kembali umat dan bangsa di berbagai bidang.

3. Kekuatan yang mempelopori dan menggalang kerjasama dengan berbagai

kekuatan yang secita-cita dalam menegakkan nilai dan sistem Islam yang

rahmatan lil ‘alamin.

4. Akselerator bagi perwujudan masyarakat madani di Indonesia.

MISI

1. Menyebarluaskan da'wah Islam dan mencetak kader-kadernya sebagai

anashir taghyir.

24

(46)

2. Mengembangkan institusi-institusi kemasyarakatan yang Islami di

berbagai bidang sebagai markaz taghyir dan pusat solusi.

3. Membangun opini umum yang Islami dan iklim yang mendukung bagi

penerapan ajaran Islam yang solutif dan membawa rahmat.

4. Membangun kesadaran politik masyarakat, melakukan pembelaan,

pelayanan dan pemberdayaan hak-hak kewarganegaraannya.

5. Menegakkan amar ma'ruf nahi munkar terhadap kekuasaan secara

konsisten dan kontinyu dalam bingkai hukum dan etika Islam.

6. Secara aktif melakukan komunikasi, silaturahim, kerjasama dan ishlah

dengan berbagai unsur atau kalangan umat Islam untuk terwujudnya

ukhuwah Islamiyah dan wihdatul-ummah, dan dengan berbagai komponen

bangsa lainnya untuk memperkokoh kebersamaan dalam merealisir agenda

reformasi.

7. Ikut memberikan kontribusi positif dalam menegakkan keadilan dan

menolak kedhaliman khususnya terhadap negeri-negeri muslim yang

tertindas.

2.5.1 Sejarah PK Sejahtera

Partai Keadilan Sejahtera (PK-Sejahtera) merupakan pelanjut perjuangan

Partai Keadilan (PK) yang dalam pemilu 1999 lalu meraih 1,4 juta suara (7 kursi

DPR, 26 kursi DPRD Propinsi dan 163 kursi DPRD Kota/Kabupaten).

PK-Sejahtera percaya bahwa jawaban untuk melahirkan Indonesia yang

lebih baik di masa depan adalah dengan mempersiapkan kader-kader yang

(47)

PK-Sejahtera sangat peduli dengan perbaikan-perbaikan ke arah terwujudnya

Indonesia yang adil dan sejahtera.

Kepedulian inilah yang menapaki setiap jejak langkah dan aktivitas partai.

Dari sebuah entitas yang belum dikenal sama sekali dalam jagat perpolitikan

Indonesia hingga dikenal dan eksis sampai saat ini. Sebagai partai yang

menduduki peringkat 7 dalam pemilu 1999 lalu, PK (kini PK-Sejahtera) bertekad

untuk meningkatkan daya pengaruhnya dalam pemilu 2004 mendatang.

Untuk mengetahui sekilas sejarah PK-Sejahtera25

Tahun 1998

, akan dipaparkan secara

singkat di bawah ini:

20 Juli 1998

Partai Keadilan (PK) didirikan di Jakarta. Hal tersebut dinyatakan dalam konferensi pers di Aula Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta.

9 Agustus 1998

Deklarasi PK di lapangan Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, dihadiri oleh 50.000 massa.

19

September 1998

PK menolak pemberlakuan asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi. Hal itu dinyatakan Presiden PK Dr Ir Nurmahmudi Isma'il dalam pidato politik peresmian DPW PK DIY.

3-6 Desember 1998

Musyawarah Kerja Nasional I digelar di Kampung Wisata Insan Krida (KWIK), Parung, Bogor, dan ditutup di hotel Cempaka, Jakarta setelah sebelumnya melakukan konvoi kendaraan dari Bogor-Jakarta.

Tahun 1999

19 Februari 1999

KH Didien Hafidhudin ditetapkan sebagai Calon Presiden RI dari Partai Keadilan.

30 Mei 1999

Delapan partai politik berasaskan Islam menyatakan bersatu dan menyepakati penggabungan sisa suara (stembus accord) hasil Pemilu 1999. Ke delapan partai itu adalah PPP, Partai Keadilan, Partai Kebangkitan Ummat, Partai Ummat Islam, PPII Masyumi. PNU. PBB. dan PSII 1905.

3 Juni 1999 Ribuan kader dan simpatisan Partai Keadilan memenuhi janji mereka untuk "memutihkan" Ibukota serta berkumpul di Bundaran HI menandai berakhirnya kampanye partai tersebut di Jakarta. 2 Agustus Partai Keadilan (PK) menandatangani hasil penghitungan suara

25

(48)

1999 pemilu dengan catatan pemilu relatif luber dan tidak jujur dan adil (jurdil). Keputusan ini diambil PK dengan pertimbangan adanya reaksi positip berupa pengakuan dari panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) bahwa Pemilu 1999 yang baru lalu masih jauh dari jurdil. Penandatanganan hasil pemilu dilakukan di kantor KPU, Senin sore (2/8).

20 Oktober 1999

PK menerima tawaran kursi kementerian Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) dalam kabinet pemerintahan KH Abdurrahman Wahid.

21 Oktober 1999

PK menunjuk Dr Ir Nurmahmudi Isma'il MSc sebagai calon menteri yang diajukan karena memiliki kapasitas, kapabilitas dan akseptabilitas.

Tahun 2000

16 April 2000

Dr Ir Nurmahmudi Isma'il mengundurkan diri dari jabatan Presiden Partai dan selanjutnya akan berkonsentrasi di kementerian Kehutanan dan Perkebunan.

18-21 Mei 2000

PK menggelar Musyawarah Nasional I di hotel Bumiwiyata, Depok.

21 Mei 2000

Dr Hidayat Nurwahid, MA terpilih sebagai Presiden kedua Partai Keadilan menggantikan Dr. Ir. Nurmahmudi Isma'il dalam Musyawarah Nasional I PK di hotel Bumiwiyata, Depok.

3 Agustus 2000

Delapan partai Islam (PPP, PBB, PK, Masyumi, PKU, PNU, PUI, PSII 1905) menggelar acara Sarasehan dan Silaturahim Partai-partai Islam di masjid Al Azhar dan meminta Piagam Jakarta masuk dalam Amandemen UUD 1945.

12 Oktober 2000

DPP Partai Keadilan (PK) menemui Wakil Ketua DPR Ri Soetardjo Soerjogoeritno di gedung DPR RI dan meminta delegasi IPU DPR RI untuk mengusahakan resolusi yang di dalamnya tidak hanya mengecam keras Israel, tapi sekaligus mengeluarkan Israel dari keanggotaan IPU.

13 Oktober 2000

Puluhan ribu massa Partai Keadilan (PK) yang berunjuk rasa di halaman Gedung DPR. Di bawah tangga gedung paripurna DPR aktivis PK membakar bendera Israel. PK meminta agar RI konsisten dengan sikap menyesalkan, menolak dan mengecam Israel menyusul penyerangan ke Palestina.

9

November 2000

Partai Keadilan menggelar acara Gelar Sambut Ramadhan. Masyarakat dan pemimpin bangsa diingatkan untuk menjaga kesucian bulan Ramadhan. Ribuan massa Partai Keadilan (PK) dari Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi menghadiri acara Gelar Sambut Ramadhan. Tablik akbar ini diselenggarakan di Bumi Perkemahan Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (19/11) pagi.

Tahun 2001

20 Januari 2001

(49)

produk kepemimpinan kontroversial kontraproduktif yang dilakukan Presiden Abdurrahman Wahid.

2 Maret 2001

DPP PK mengadakan bakti sosial di propinsi Banten yang terkena musibah banjir dan tanah longsor.

8 Oktober 2001

Lebih dari 150 anggota legislatif dari Partai Keadilan (PK) dari seluruh Indonesia, Senin (8/10) mendatangi Kedubes Amerika Serikat di Jalan Merdeka Barat dan bergabung dengan massa yang sudah lebih dulu melakukan aksi menentang terorisme AS.

19 Oktober 2001

PK gelar demo besar menentang agresi militer AS ke Afghanistan. Aksi besar ini diikuti 40.000 orang dan mendapat pujian dari berbagai pihak karena berlangsung damai dan tertib. Dalam aksi itu dibentuk Komite Indonesia untuk Solidaritas Afghanistan (KISA) yang diketuai oleh Dr Salim Segaf Al Djufri.

Tahun 2002

7 April 2002

PK gelar aksi keadilan untuk Palestina menentang aksi terorisme Israel atas bangsa Palestina di Silang Monas, Jakarta. PK juga membentuk Komite Keadilan untuk Pembebasan Al Aqsha (KKPA) yang diketuai oleh Dr Ahzami Zami'un Jazuli.

25 Mei 2002

PK gelar acara Gerak Jalan Keluarga (GJK) menyambut Maulid Nabi 1423 H dari Silang Monas - MH Thamrin - Bundaran HI - Silang Monas.

8 Juni 2002 15 pimpinan parpol yang tidak memenuhi ketentuanelectoral

threshold dua persen berdasar Undang-Undang (UU) Pemilu

Nomor 3 Tahun 1999 sepakat menandatangani dokumen bersama di Hotel Sahid, Jakarta, untuk menolak pemberlakuan ketentuan tersebut. Mereka juga menuntut agar semua parpol peserta Pemilu 1999 diikutkan lagi dalam Pemilu 2004 walaupun ada parpol yang sama sekali tidak mempunyai perolehan kursi di DPR/DPRD. Partai yang terlibat pada pertemuan yang diprakarsai Partai Keadilan dan Persatuan (PKP), yaitu Partai Keadilan (PK), Partai Demokrasi Kasih Bangsa, Partai Nahdlatul Umat, Partai Demokrasi Indonesia, Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia, Partai Katolik Demokrat, Partai Daulat Rakyat, Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Partai Persatuan, Partai Syarekat Islam Indonesia, Partai Nasional Indonesia Massa Marhaen, Partai Nasional Indonesia Front Marhaenis, Partai Politik Islam Indonesia Masyumi, dan Partai Kebangkitan Umat.

Tahun 2003

9 Februari 2003

Ratusan ribu massa PK berunjuk rasa menolak serangan AS ke Irak di sepanjang Jl. MH Thamrin hingga kedubes AS.

20 Maret 2003

Sekali lagi, PK bersama PKS menggelar aksi damai menentang serangan AS ke Irak di sepanjang Jl. MH Thamrin hingga kedubes AS. Aksi diikuti oleh 30.000 massa.

30 Maret 2003

(50)

Umat' dari Bunderan HI hingga kedubes AS, Jakarta. Aksi ini merupakan aksi terbesar sepanjang massa dan mampu mengusik para pemimpin dunia.

17 April 2003

Musyawarah Majelis Syuro XIII Partai Keadilan yang berlangsung di Wisma Haji Jawa Barat, Bekasi, merekomendasikan PK untuk bergabung dengan PKS.

20 April 2003

Deklarasi DPP PKS di Silang Monas, Jakarta, yang dihadiri oleh 40.000 massa.

26 Mei 2003

PK dan PKS mendeklarasikan Crisis Centre untuk Rakyat Aceh (CCRA) di halaman Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. CCRA dimaksudkan untuk membantu rakyat Aceh yang tengah dilanda konflik berkepanjangan.

4 Juni 2003 DPP PKS dinyatakan lulus verifikasi oleh Depkehham. Verifikasi dilakukan di kantor sekretariat Jl. Mampang Prapatan VIII No. R-2, Jakarta.

5 Juni 2003 PK selenggarakan acara ‘Silaturahim Nasional Anggota Legislatif Partai Keadilan' di Wisma DPR, Cikupa, Cisarua, Bogor, yang diikuti oleh 180 anggota dewan dari seluruh Indonesia.

8 Juni 2003 PKS gelar ‘Dzikir dan Doa untuk Rakyat Aceh' di halaman Masjid Agung Al Azhar, Jl. Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta, diikuti oleh ribuan massa.

10 Juni 2003

PK bersama PKS melakukan aksi demonstrasi di depan Gedung MPR/DPR Jl. Gatot Subroto, Jakarta, untuk mendukung disahkannya RUU Sisdiknas oleh DPR RI.

2 Juli 2003 Partai Keadilan Sejahtera (PK Sejahtera) telah menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Kehakiman dan HAM (Depkehham) di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat Propinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat Kabupaten/Kota). Ini berarti PK Sejahtera telah melengkapi 100% persyaratan verifikasi Depkehham.

3 Juli 2003 PK bergabung dengan PKS yang dilakukan di kantor pengacara Tri Sulistyowarni di Pamulang, Tangerang. Dengan penggabungan ini, seluruh hak milik PK menjadi milik PKS, termasuk anggota dewan dan para kadernya.

20 Juli 2003

Musyawarah Majelis Syuro I PKS yang berlangsung di Ruang Binasentra, Kompleks Bidakara, Jakarta, menetapkan delapan kriteria Calon Presiden (Capres) RI versi PKS. Selain itu dicanangkan juga mekanisme pemilihan capres melalui Jaring Capres Emas.

22 Juli 2003

Ribuan massa PKS melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. PKS menolak kebijakan Bulog seperti beras impor dan dana talangan Sukhoi yang dinilai menyengsarakan ribuan petani.

8 Agustus 2003

(51)

2004. Acara berlangsung di Aula Masjid Baitussalam, Duren Tiga, Jakarta.

2.6 Hasil Keputusan Pansus Century

Terdapat 2 Opsi yang diajukan untuk voting:

1. Opsi A berisi sejumlah kesimpulan yakni munculnya permasalahan bank

Century akibat dari merger/akuisi Bank Pikko, Bank CIC dan Bank

Danpac. Kebijakan Bank Indonesia yang menyatakan bahwa krisis Bank

Century berdampak sistemik hanya berdasarkan Perppu No 4/2008, dan

Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) juga menggunakan Perppu

yang sama untuk menetapkan krisis Bank Century berdampak

sistemik.Penetapan ini disertai data-data yang cukup namun Pansus tidak

menemui adanya aliran dana pada salah satu partai dan pasangan calon

presiden. Melalui ini Pansus menyerahkan penilaian kasus Bank Century

pada lembaga hukum.

2. Opsi C berisi kesimpulan yang lebih tegas, Patut diduga terjadi

penyimpangan dalam proses pengambilan kebijakan oleh otoritas moneter

dan fiskal yang diikuti banyak penyalahgunaan mulai dari akuisisi merger,

pemberian FPJP, PMS hingga tahap aliran dana. penyalahgunaan ini

mengikutsertakan pemilik saham dan manajemen Bank Century. Kasus

Bank Century merupakan perbuatan melanggar hukum yang

berlanjut/penyalahgunaan wewenang oleh pejabat otoritas moneter dan

fiskal sehingga dapat di kelo

Gambar

Gambar 1 : Skema Status Bank Century
Gambar 2: Daftar Pelanggaran Terkait Proses Merger 3 Bank

Referensi

Dokumen terkait

Sistem yang berlaku adalah sistem borongan, dalam hal ini upah dihitung berdasarkan banyaknya pekerjaan penyusunan kayu yang bisa dilakukan oleh karyawan selama jam kerja (1

Menurut Arikunto (2006:118), variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Istilah variabel juga diartikan sebagai objek

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya penyusunan tugas akhir ini yang berjudul ” Upaya Meningkatkan Hasil

SITU, SIUP, Akte Pendirian / Perubahan ( bila ada ), Data Keuangan : NPWP, Tanda Pelunasan SPT Tahunan, Data Personalia : Ijazah Asli/ Legalisir dan Sertifikat

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR8. MATEMATIKA PESERTADIDIK KELAS IV SDN 03 KEBONAGUNG

Based on the explanation above, the writer then states that when the reading comprehension appears, there is a connection between the reader and the reading material, because

Pendidikan karakter di MIM Unggulan Kota Gorontalo telah diimplementasikan melalui beberapa strategi dan pendekatan yang meliputi: Integrasi nilai dan etika pada

Terlihat bahwa nilai R 2 model dengan komponen nonparametrik menggunakan fungsi atau estimator campuran Spline Truncated dan Kernel sebesar 91,91 % yang berarti