PENGARUH KEPUTUSAN PANSUS CENTURY TERHADAP KOALISI PARTAI DEMOKRAT DAN PKS
Disusun Oleh : ARIS PRATOMO
040906031
Dosen Pembimbing : Indra Kesuma, M.Si Dosen Pembaca : Warjio S.S MA
DEPARTEMEN ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
ARIS PRATOMO (040906031)
PENGARUH KEPUTUSAN PANSUS CENTURY
TERHADAP KOALISI PARTAI DEMOKRAT DAN PKS
Rincian isi skripsi : 72 halaman, 3 gambar, 14 buku, 21 situs internet
Abstrak
Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang analisis keputusan Pansus Bank Century terhadap kelanjutan koalisi partai Demokrat dengan Partai Keadlian Sejahtera (PKS). Kasus bank Century ini menarik perhatian publik dan banyak pejabat pemerintahan yang terliHasil Voting Kasus Bank Century, Kasus Bank Century di Mata Publik, Koalisi Partai Demokrat Dalam Pansus Century, Pandangan Fraksi terkait Kasus Bank Century, Kelanjutan Koalisi antara Demokrat dan PKS. Dengan melihat analisis tersebut maka penelitian ini akan menjawab bagaimana pengaruh keputusan Pansus bank Century terhadap kelanjutan koalisipartai Demokrat dengan PKS.
Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori koalisi, dan penjelasan tentang partai politik
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Keputusan Pansus Century
Terhadap Koalisi Partai Demokrat dan PKS”
Dalam skripsi ini diuraikan bahwa telah berkembang isu di Partai Demokrat akan mengeluarkan partai yang tidak sejalan dengan pilihan voting Pansus Century, dimana partai Demokrat, PKB dan PAN telah memilih opsi A yang berisi sejumlah kesimpulan yakni munculnya permasalahan bank Century akibat dari merger/akuisi Bank Pikko, Bank CIC dan Bank Danpac, Namun salah satu partai koalisi Demokrat yaitu PKS tidak memilh opsi A melainkan memilih opsi C yang berisi kesimpulan yang lebih tegas, Patut diduga terjadi penyimpangan dalam proses pengambilan kebijakan oleh otoritas moneter dan fiskal yang diikuti banyak penyalahgunaan mulai dari akuisisi merger, pemberian FPJP, PMS hingga tahap aliran dana. penyalahgunaan ini mengikutsertakan pemilik saham dan manajemen Bank Century. Namun setelah diteliti perbedaan pendapat itu tidak akan menyebabkan perpecahan koalisi antara Demokrat dan PKS.
Skripsi ini diajukan guna melengkapi syarat dalam menyelesaikan gelar Sarjana Sosial jenjang pendidikan strata satu program studi ilmu politik pada fakultas ilmu sosial dan ilmu politik
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini sulit untuk dapat terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusinya baik material maupun spiritual khususnya kepada :
1. Mamak, Bapak dan Adik tercinta yang tanpa henti memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi dan memberikan semangat baik itu spiritual, moril dan materil.
2. Bang Indra Kesuma Nst. M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan dan penulisan skripsi.
3. Bang Warjio. S.S, MA selaku dosen pembaca yang telah memberikan masukan dan pengarahan kepada penulis selama penyusunan dan penulisan skripsi.
4. Bang Faisal selaku dosen dan abang yang meluangkan waktunya untuk memberikan masukan dan saran dalam penulisan skripsi.
5. Sahabat karibku Andri Ansari dan Harry Perdana yang dari awal mensupport penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. Tanpa kalian dua yang nyuruh aku untuk nyiapin skripsi, mungkin skripsi ini takkan siap. 6. Sohibku Dana Permana, yang sudah merelakan waktunya untuk berdiskusi
7. Kepada selutuh temen-temenku di jurusan ilmu politik, khususnya kepada : Bang Didi dan bang Hendra yang sudah banyak membantu diadministrasi, bang Fauzan dan Fuad Hasan yang sudah mensupport pengerjaan skripsi, bang Idan yang banyak bantuin pada masalah-masalah operasional , Rizki Jansen, Bimbi, Ika Kecik yang sudah meminjamkan buku-buku politik,
8. Kepada selutuh temen-temen ilmu politik 04, antara lain : Amel, Icut, Fera, Heni, Rahmat Dongoran, Sayuti, Bembeng, Ilham, Arifin, Serta, Sastri, Medrow, Icha, Cahaya,
9. Seluruh pengurus Fosma Kampunk 165 yang sudah mengizinkan saya untuk cuti sementara dari kepengurusan, khususnya kepada Roni Aprizal, Padlian, Santi, Ulfi dan Aznelia.
10.Seluruh siswa NIIT DTE USU yang juga sudah mensupport untuk segera menyelesaikan skripsi
11.Semua pihak yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung secara langsung maupun tak langsung dalam penulisan skripsi ini
Semoga Allah SWT memberikan dan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Akhir kata , penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak serta menambah wacana pemikiran bagi kita semua.
Medan, 13 April 2010 Penulis
DAFTAR ISI
Abstrak ... 1
Kata Pengantar ... 2
DAFTAR ISI ... 4
BAB I ... 6
PENDAHULUAN ... 6
1.1 Latar Belakang ... 6
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.3 Tujuan penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Kerangka Teori ... 9
1.5.1. Koalisi ... 9
1.5.2. Partai Politik ... 17
1.6 Metodologi Penelitian ... 20
1.6.1 Jenis Penelitian ... 20
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ... 20
1.6.3 Teknik Analisis Data ... 20
BAB II ... 22
DESKRIPSI KASUS BANK CENTURY ... 22
2.1 Sejarah Bank Century ... 22
2.1.1 Merger Tiga Bank ... 24
2.1.2 Status Bank Century ... 25
2.2 Indikasi Pelanggaran dan Penyalahgunaan Wewenang ... 28
2.3 Proses Penyelidikan Kasus Bank Century di DPR ... 33
2.4 Koalisi Partai Demokrat ... 37
2.4.1 Proses Terjadinya Koalisi ... 37
2.4.2 Komposisi Koalisi ... 41
2.5 Profil Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ... 43
2.5.1 Sejarah PK Sejahtera ... 44
2.6 Hasil Keputusan Pansus Century ... 49
BAB III... 51
KELANJUTAN KOALISI PARTAI DEMOKRAT DENGAN PKS ... 51
3.1 Hasil Voting Kasus Bank Century ... 51
3.2 Kasus Bank Century di Mata Publik (Survey versi Indo Barometer) ... 53
3.3 Koalisi Partai Demokrat Dalam Pansus Century ... 55
3.4 Pandangan Fraksi terkait Kasus Bank Century ... 57
3.5 Kelanjutan Koalisi antara Demokrat dan PKS ... 64
BAB IV ... 69
PENUTUP ... 69
4.1 Kesimpulan... 69
4.2 Saran ... 70
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK
ARIS PRATOMO (040906031)
PENGARUH KEPUTUSAN PANSUS CENTURY
TERHADAP KOALISI PARTAI DEMOKRAT DAN PKS
Rincian isi skripsi : 72 halaman, 3 gambar, 14 buku, 21 situs internet
Abstrak
Penelitian ini mencoba menguraikan fakta-fakta tentang analisis keputusan Pansus Bank Century terhadap kelanjutan koalisi partai Demokrat dengan Partai Keadlian Sejahtera (PKS). Kasus bank Century ini menarik perhatian publik dan banyak pejabat pemerintahan yang terliHasil Voting Kasus Bank Century, Kasus Bank Century di Mata Publik, Koalisi Partai Demokrat Dalam Pansus Century, Pandangan Fraksi terkait Kasus Bank Century, Kelanjutan Koalisi antara Demokrat dan PKS. Dengan melihat analisis tersebut maka penelitian ini akan menjawab bagaimana pengaruh keputusan Pansus bank Century terhadap kelanjutan koalisipartai Demokrat dengan PKS.
Teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan tersebut adalah teori koalisi, dan penjelasan tentang partai politik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 2008 dunia perbankan Indonesia di kejutkan oleh kasus krisis
perbankan yang di alami oleh Bank Century. Dimana Bank Century tidak dapat
memenuhi permintaan para nasabahnya. Hal ini berawal ketika pada tanggal 13
November 2008, Bank Century mengalami kalah kliring.
Century memang sudah memburuk sejak sebelum krisis (2005)1
1
Dikutip dari: http://www.detikfinance.com. Berita: Menkeu:Kasus Bank Century dan Bank IFI
Bukan Karena Krisis.
. Hal
tersebut diketahui setelah pemerintah menelusuri kebelakang sejarah Bank
tersebut, dimana bank tersebut sudah mengidap ‘penyakit’ dalam tata kelola
kinerja perusahaan.
Hasil investigasi pemerintah, melalui Bank Indonesia dan Poliri, kasus
Bank Century dapat dimasukan ke dalam proses hukum. Dimana terjadi
penggelapan dana nasabah dan penipuan yang dilakukan oleh petinggi Bank
Century.
Gunjang-ganjing kasus century ini pun merebak di berbagai media massa
dapat dilihat betapa kasus Century ini menjadi konsumsi publik dan mau tidak
mau pemerintah menaruh concern yang besar terhadap kasus ini. Isu Century
Ibarat bola salju parlemen dalam hal ini DPR-RI (Dewan Perwakilan
Rakyat – Republik Indonesia) menaruh perhatian yang besar terhadap kasus
Century terutama terhadap porsi pelanggaran yang dilakukan oleh pemerintah
dalam mengeluarkan kebijakan untuk membailout Century dengan 6,7 Trilyun
Rupiah dengan alasan krisis Bank Century bisa berdampak sistemik.
Adanya indikasi pelanggaran tesebutlah yang menstimulir DPR
menggunakan hak angket dan membentuk Pansus (Panitia Khusus) Bank Century.
Dari awal kasus ini menggelinding ke ranah DPR sampai akhirnya menghasilkan
rekomendasi bahwa DPR mengeluarkan putusan bahwa terjadi kesalahan dalam
proses penyelamatan Bank Century secara politik menimbulkan pertanyaan
tentang rapuhnya koalisi yang dibangun oleh Partai Demokrat dengan mitra
koalisinya mengingat proses keputusan di DPR terkait dengan hasil keputusan
DPR tentang Century dilakukan dengan voting dan secara hitung-hitungan
Demorat seharusnya bisa menang dengan tentunya didukung olek mitra koalisinya
namun yang terjadi tidak. Hanya PAN (Partai Amanat Nasional) dan PKB (Partai
Kebangkitan Bangsa) saja yang satu suara dengan Demokrat sedangkan mitra
koalisinya yang lain yaitu Partai Golkar (Golongan Karya) dan PKS (Partai
Keadilan Sejahtera) tidak satu suara dengan Demokrat. Sehingga setelah
keputusan Pansus Century tersebut beredar isu di tubuh Demokrat yakni
mengeluarkan Golkar dan PKS dari koalisi. Untuk itulah hal ini menjadi menarik
untuk dikaji apakah Demokrat akan mengeluarkan Partai yang tidak sependapat
1.2 Rumusan Masalah
Berangkat dari penjelasan yang telah dikemukakan, maka perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh keputusan Panitia
Khusus Bank Century terhadap kelanjutan koalisi Partai Demokrat dengan Partai
Keadilan Sejahtera ?
1.3 Tujuan penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh keputusan Pansus Century terhadap
kelanjutan koalisi partai Demokrat dan PKS
2. Untuk mengetahui bagaimana sikap Partai Demokrat terhadap rekan
koalisinya, dalam hal ini dikhususkan kepada PKS saja.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Kita dapat mengetahui pengaruh keputusan Pansus Century terhadap
kelanjutan koalisi partai Demokrat dan PKS
2. Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan solusi dalam
permasalahan koalisi, khususnya koalisi partai Demokrat dan PKS.
3. Sebagai bahan masukan terhadap kajian ilmiah yang berkaitan tentang
1.5 Kerangka Teori
Bagian ini merupakan unsur yang paling penting di dalam penelitian,
karena pada bagian ini peneliti mencoba menjelaskan fenomena yang sedang
diamati dengan menggunakan teori-teori yang relevan dengan penelitiannya. Teori
menurut Masri Singarimbun dan Sofian Efendi dalam buku Metode Penelitian
Sosial mengatakan, teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi,
dan preposisi, untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan
cara merumuskan hubungan antar konsep.2
1.5.1. Koalisi
Wacana koalisi bukanlah barang baru dalam perpolitikan Indonesia, tahun
1999, pernah terbentuk Poros Tengah, hasil koalisi beberapa partai politik yang
dimotori PAN dan PPP. Koalisi ini secara fenomenal sukses menaikkan
Abdurahman Wahid sebagai presiden pertama era reformasi. Namun usia
kemassifan dan kesolidan Poros Tengah ternyata hanya seumur jagung. Kemudian
tahun 2004 terbentuk Koalisi Kebangsaan untuk mendukung pasangan calon
presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) Megawati Soekarnoputri
dan Hasyim Muzadi dan Koalisi Kerakyatan untuk mendukung pasangan capres
dan cawapres Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Tetapi, kedua koalisi
ini pun dalam perkembangannya tidaklah solid dan massif bahkan cenderung
mencair.
2
Qodari dalam bukunya mengemukakan ada empat hukum koalisi Capres
dan Cawapres3
Dalam hal platform ekonomi, hampir semua partai besar punya platform
yang sama: dalam retorika menekankan ekonomi kerakyatan, tapi dalam praktek
melaksanakan kebijakan-kebijakan ekonomi pasar. Karena itu, platform ekonomi
belum menjadi faktor yang menentukan kenapa dua partai atau lebih membangun
sebuah koalisi, sementara partai lainnya tidak bergabung dengan koalisi tersebut.
Dalam hal platform keagamaan, ada partai yang menekankan mendesaknya
keterlibatan negara dalam menegakkan syariat Islam bagi kehidupan publik,
seperti PBB, PKS, dan PPP, dan ada pula yang tidak demikian, seperti PDI-P, . Pertama, Calon dari partai dengan perolehan kursi (atau
persentase suara) lebih besar akan menjadi capres dan calon dari wakil harus puas
dengan posisi calon wapres. Kedua, Tiap partai dan calon akan berusaha
berkoalisi dengan partai dan calon lain yang punya perolehan kursi yang
signifikan di legislatif. Itu adalah koalisi yang berusaha mengupayakan penguatan
kaki di DPR. Penguatan diperlukan untuk menjamin dukungan politik terhadap
pembuatan kebijakan pemerintah. Ketiga, Partai dan calon akan mencari partai
yang lebih tinggi popularitas individualnya. Keempat, Partai dan calon akan
berkoalisi dengan partai dan calon lain yang dekat idiologi dan flatformnya.Meski
ada kebutuhan menciptakan pasangan yang mewakili spektrum idiologis atau
demografis.Terjadinya koalisi dimungkinkan oleh banyak faktor, di antaranya
karena adanya kesamaan platform di antara partai yang akan berkoalisi tersebut.
Platform yang dimaksud termasuk dalam masalah agama dan ekonomi.
3
Partai Golkar, PKB, dan PAN. Untuk sederhananya, kelompok yang pertama
adalah partai Islam, sementara kelompok kedua adalah partai sekuler. Dalam
dikotomi partai Islam dan partai sekuler ini, PKB dan PAN berada pada posisi
yang agak kelabu. Walapun tidak berplatform Islam, sebagian besar elite dan
pendukung partai ini secara historis terkait dengan organisasi Islam. Karena itu,
secara kasar keduanya kadang-kadang dimasukkan ke kategori partai Islam.
Kalau kesamaan platform keagamaan yang jadi dasar untuk koalisi, berarti
koalisi yang mungkin adalah antara PPP, PBB, dan PKS, atau ditambah PAN dan
PKB di satu sisi, dan di sisi lain PDI Perjuangan dan Partai Golkar. Dalam politik
Indonesia pasca-Soeharto, koalisi yang pertama dikenal dengan nama Poros
Tengah pernah terjadi dan sukses dalam pemilihan presiden di MPR tahun 1999.
Waktu itu Abdurrahman Wahid sebagai calon dari Poros Tengah menang
mengalahkan Megawati. Kalau benar koalisi itu didasarkan atas sentimen
keagamaan, mengapa koalisi tidak terjadi antara Golkar dan PDI-P, yang
sama-sama sekuler dan terancam oleh kekuatan Islam? Orang yang biasa melihat politik
Indonesia dari kacamata Islam versus nasionalis-sekuler biasanya melakukan
definisi ulang terhadap Golkar ketika dihadapkan dengan masalah tersebut:
Golkar pasca-Soeharto adalah Golkar yang didominasi anak-anak santri, terutama
yang berlatar belakang HMI. Dalam banyak hal, Golkar dan PAN tidak banyak
berbeda. Karena itu, wakil-wakil Golkar di MPR tahun 1999 cenderung
mendukung calon presiden dari Poros Tengah ketika dihadapkan pada pilihan
antara Megawati yang nasionalis-sekuler dan Gus Dur yang berlatar belakang
santri. Kalau memang faktor sentimen keislaman yang paling menentukan dalam
kembali terulang, karena sentimen keagamaan elite partai-partai itu sekarang pun
kurang-lebih sama. Tapi kemungkinan lain juga harus dipertimbangkan.
Pengertian koalisi Menurut Ensiklopedi populer politik pembangunan
pancasila edisi ke IV4
Definisi tersebut menunjukan bahwa koalisi dibentuk/terbentuk untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pendapat lain Koalisi adalah persekutuan,
gabungan atau aliansi beberapa unsur, di mana dalam kerjasamanya,
masing-masing memiliki kepentingan sendiri-sendiri.
menjabarkan bahwa, koalisi berasal dari bahasa latin
co-alescare, artinya tumbuh menjadi alat pengabung. Maka koalisi merupakan ikatan
atau gabungan antara 2 atau beberapa negara untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu. Atau beberapa partai/fraksi dalam parlemen untuk mencapai mayoritas
yang dapat mendukung pemerintah.
5
4
Ensiklopedi populer politik pembangunan pancasila edisi ke IV (1988:50)
Aliansi seperti ini mungkin bersifat
sementara atau berasas manfaat. Hal ini menunjukan bahwa dalam pembentukan
sebuah koalisi muthlak adanya unsur kepentingan juga manfaat, sebuah koalisi
tidak akan terbentuk begitu saja melainkan karena adanya faktor-faktor penentu
yang mendukung. Misalkan partai A berkoalisi dengan partai B, hal tersebut
terjadi karena partai A bisa mengakomodir kepentingan dari partai B, demikian
juga sebaliknya. Dengan kata lain terjadilah simbiosis mutualisme (saling
menguntungkan satu sama lain) dalam hal ini kepentingan masing-masing partai
yang saling berkoalisi. Selain kepentingan dan untuk tercapainya tujuan tertentu
pengertian lain dari koalisi bisa juga karena untuk memperoleh perolehan suara
5
dijelaskan oleh Yudha Hariwardana dalam artikelnya Mempertanyakan Urgensi Koalisi
yang signifikan agar dapat memenangkan pertarungan.Essensi dari sebuah koalisi
adalah adanya bergabungnya beberapa orang atau kelompok yang memiliki
kepentingan. Karena dalam dunia politik yang berbicara adalah kepentingan, hal
tersebut diperkuat n bahwa secara teoritis, masalah koalisi sebenarnya hanya
relevan dalam konteks sistem pemerintahan parlementer.6
Koalisi merupakan penggabungan dua kekuatan atau lebih untuk
menggalang kekuatan lebih besar. Tujuan koalisi yakni mempengaruhi proses
politik: pembuatan undang-undang dan perebutan kekuasaan.
Terciptanya koalisi
sebenarnya diperuntukan hanya dalam menggalang dukungan dalam membentuk
pemerintahan oleh partai pemenang pemilu, serta dibutuhkan untuk membangun
dan memperkuat oposisi bagi partai-partai yang mempunyai kursi di parlemen
namun tidak ikut memerintah
7
6
Haris, Syamsudin, Pemilu Langsung di Tengah Oligarki Partai, Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2005. hal.43
7
Kian Gie Kwik, Kebijakan ekonomi-politik dan hilangnya nalar, Jakarta : KOMPAS Media
Nusantara, 2006. Hal 127
Biasanya, koalisi
lahir untuk menghadapi kekuatan besar. Tak ada kamus, di mana koalisi melumat
kekuatan kecil. Bisa juga, koalisi menghadapi ketidak pastian politik, di mana
risiko kalah dan tersingkir jauh lebih besar ketimbang peluang menang. Koalisi
amat akrab dalam praktis partai politik. Mereka yang bersekutu diwarnai
perbedaan ideologi, kultural atau atribut kelompok menjadi satu barisan setelah
diikat isu bersama mengenai persamaan persepsi terhadap masalah, atau
Bahkan, seringkali kambing hitam itu menjadi kebutuhan dasar yang
sengaja diciptakan sebagai alasan bersatu. Tapi, koalisi juga bisa dibangun atas
dasar kepentingan politik murni, yakni untuk mendapatkan jabatan publik
strategis dan kemudian membagi-baginya di antara sesama peserta koalisi.
Sejarah Koalisi Di Indonesia
Kehidupan partai politik di Indonesia dikenal semenjak adanya maklumat
presiden tanggal 16 Oktober 1945 Nomor X, dan pada tahun tersebut banyak
partai politik yang di bentuk oleh rakyat berdasarkan pada maklumat tersebut.
Sebelumnya saat pemerintahan Proklamasi dibentuk, dalam susunan
kabinetnya tidak terdapat dan tidak ditempati oleh orang-orang dari partai politik,
walaupun telah keluar maklumat pemerintahan RI pada tanggal 3 November tahun
1945 yang menganjurkan mendirikan partai politik dalam rangka memperkuat
memperjuangkan kemerdekaan. Pada saat itu kabinetnya di sebut sebagai kabinet
presidensial dan dipimpin oleh seorang presiden. Dalam perjalanannya usia dari
kebinet ini tidak berlangsung lama hanya 3 bulan, dari tanggal 19 Agustus 1945
sampai dengan 14 November 1945. Hal tersebut terjadi karena adanya maklumat
presiden No X, juga pengaruh dari Syahrir tokoh Nasional yang sangat vocal pada
saat itu yang menuntut dibentuknya kabinet parlementer.Inilah kejadian pertama
dari penyimpangan terhadap UUD 1945. Mulai saat itu kabinet-kabinet ke dua
dan seterusnya dijabat oleh partai-partai politik dan bertanggung jawab kepada
parlemen, dan partai-partai yang memimpin kementrian dalam kabinet baik
parlementer maupun presidensial pada saat itu adalah partai-partai yang yang
masa kabinet Syahrir I. Adapun partai yang tidak ikut berkoalisi adalah partai
yang memilih jalur sebagai oposisi,
Miftah Toha juga menjelaskan, Kabinet yang tersusun pada waktu itu
ternyata telah dilakukan berdasarkan koalisi diantara parpol8
Dikutip dari buku Rusadu Kartaprawira, bahwa: Setelah selesai pemilihan
umum pada tahun 1955, partai-partai politik merasa mempunyai legalitas dan
memperoleh kekuasaan secara formal. Sejak saat itu, dalam politik Indonesia,
prtailah yang memegang kekuasaan politik; walaupun dalam kenyataan
kepemimpinan politiknya dilakukan atas dasar kerjasama, aliansi, koalisi antara
dua kekuatan atau lebih.
. Selebihnya diantara
parpol yang tidak berkoalisi memilih jalur oposisi, koalisi dan oposisi di mulai
dari kabinet parlementer syahrir pertama sampai seterusnya dan kembali ke
kabinet presidensial Moh.Hatta dan seterusnya
9
Oleh karena itu, perkembangan situasi Tanah Air yang rawan oleh
pemberontakan. Pada tahun 1945 presiden Soekarno menganjurkan untuk
membubarkan partai-partai kecil karena tidak mampu membuat konsensus
pembentukan kabinet koalisi. Dari penjabaran di atas jelas terlihat bahwa istilah
koalisi antar partai politik bukanlah merupakan barang baru dalam dunia
perpolitikan di Indonesia. Koalisi tidak muncul pertama kalinya pada saat
PEMILU Capres/Cawapres tahun 2004 lalu, melainkan dari tahun 1945.
Selanjutnya pada PEMILU 2004 saat diadakannya pemilihan presiden secara
8
Miftah Thoha, Birokrasi dan politik di Indonesia , Jakarta: LP3ES, 2003. Hal 119
9
Rusadu, Kartaprawira, Sistem Pengambilan Keputusan Demokratis Menurut Konstitusi,
langsung untuk pertama kalinya di Indonesia, wacana koalisi terangkat kembali,
partai politik yang mengusung pasangan Capres-Cawapres adalah partai poltitik
yang saling berkoalisi terlepas dari tujuan diakannya koalisi tetrsebut, apakah
untuk memenangkan PEMILU, menghadapi kekuatan besar ataukah hanya
kepentingan. Terlepas dari berbagai regulasi mengenai koalisi point penting
terhadap masalah ini adalah sejauh mana para pemimpin bangsa sungguh-sungguh
bertanggung jawab dan berpihak kepada aspirasi dan kepentingan rakyat, dan hal
tersebut barangkali masih merupakan pertanyaan besar. Begitupula, kualitas
demokrasi dan tata-pemerintahan mungkin masih memerlukan waktu untuk
mengevaluasi dan menilainya. Apakah koalisi tersebut bersifat permanen atau
masih hanya sekedar untuk kemenangan calon saja (koalisi pragmatis). Kendati
demikian, berbagai kecenderungan proses dan hasil pemilihan capres-cawapres,
tetap merupakan bahan kajian yang menarik. Kecenderungan proses pencalonan
dan koalisi antar partai dalam mengajukan kandidat atau pasangan calon adalah
salah satu fenomena paling menarik Daya tarik itu tidak hanya terletak pada
kecenderungan yang berbeda dengan yang terjadi melainkan juga pada pola
koalisi antar partai yang cenderung berbeda dengan hasil pemilu legislatif.
Partai-partai yang secara ideologis sering dipandang sangat berbeda satu sama lain
bahkan bisa saling berkoalisi dalam mengajukan pasangan kandidat dalam
pemilihan Capres-Cawapres.10
10
1.5.2. Partai Politik
Kehadiran partai politik dalam sistem demokrasi tidak dapat yang dikelola
tetapi juga kepada hangsa dan negara. Karena, organisasi partai politik yang dapat
menempatkan orang-orangnya dalam jabatan-jabataii politic berarti akan
menentukan kebijakan publik wing berdanipak luas, tidak hanya kepada
konstituen mereka. Sehingga, kehadiran partai politik juga perlu diletakkan dalam
kerangka yang lebill luas dan tidak terbatas pada kelompok ideologi mereka saja.
Baik buruktinya sistem kaderisasi dan regenerasi dalam tubuh organisasi partai
politik akan menentukan kualitas calon-calon pemimpin bangsa.
Untuk dapat menganalisis, peran dan kontribusi partai politik dalam
konteks yang lebih luas, ada baiknya kita memahami apa itu partai politik.
Karenanya, penulis melakukan penelusuran referensi yang memuat definisi
penting partai politilk. Tindakan ini bertujuan agar pomahaman kita tentang partai
politik dapat menjadi komprehensif. Pemahaman dasar tentang apakah partai
politik itu dapat memberikan kesamaan pemahaman kita tentang objek yang kita
bicarakan. Pemahaman ini diperlukan karma penulis melihat perlunya usaha untuk
mengembalikan fungsi dan kedudukan partai politik, di tengah-tengah
kepragmatisan para politisi, agar kita tidak mudlah terbawa oleh arus populer.
Untuk dapat mongetahui apabli kita sudah berada di jalur yang tepat atau tidak.
ada baiknya kita nielihat kembali definisi yang benar mengenai partai politik.
a. Definisi Partai Politik
Partai politik modern seperti yang kita kenal merupakan fenomena Baru
dalam sistem politik. Untuk mengetahui apa dan bagaimana partai politik
politik. Max (Veber dapat dikategorikan yang dikategorikan sebagai pendiri
pemikiran politik modern (Brechon, 1999). Dalam bukunya yang berjudul
Economic et Societe (1959) Max Weber menekankan aspek profesionalisme
dalam dunia politik modern. Partai politik kemudian didefinisikan sebagai
organisasi publik yang bertujutan untuk menibawa pemimpinnya berkuasa dan
memungkinkan para pendukungnya (politisi) untuk mendapatkan keuntungan Bari
dukungan tersebut. Partai politik menurut Max Weber sangat berkembang pesat di
abad ke-19 karna didukung oleh legitimasi legal-rasional. Partai politik adalah
organisasi yang bertujuan untuk membentuk opini publik (Seilere. I993). Sebagai
suatu organisasi yang khas, partai politik dilihat sebagai suatu bentuk organisasi
yang berbeda dengan organisasi lain (Duverger, 1976). Partai politik dilihat
sebagai 'autonomous groups that make nominations and contest elections in the
hope of eventuallY, gaining and exercise control of the personnel and policies of
government' (Kinney & Kendall, 1956). Dalam konteks ini, mereka melihat
bahwa tujuan utama dibentuknya partai politik adalah mendapatkan kekuasaan
dan melakukan kontrol terhadap orang-orang yang duduk dalam pemerintahan
sekaligus kehijakannya. partai politik sangat terkait dengan kekuasaan, mituk
membentuk dan mengontrol kebijakan publik. Selain itu, partai politik juga
diharapkan independen dari pengaruh peme rintah. Hal ini tentunya menyiratkan
tujuan agar partai politik bisa mangkritisi setiap kebijakan dan tidak tergantung
pada pemerintah yang dikritisi.
Partai politik dalam era modern dimaknai sebagai suatu kelompok yang
terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan
merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka.11
b. Fungsi Partai Politik
Dilihat dari pengertian tersebut, ada beberapa unsur penting yang ada dalam partai
politik, yaitu: orang-orang, ikatan antara mereka hingga terorganisir menjadi satu
kesatuan, serta orientasi, nilai, cita-cita, tujuan dan kebijaksanaan yang sama.
Dalam praktek kekinian, setidaknya ada empat fungsi partai politik, yaitu:
Pertama, partai sebagai sarana komunikasi politik. Partai menyalurkan
aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat. Partai melakukan penggabungan
kepentingan masyarakat (interest aggregation) dan merumuskan kepentingan
tersebut dalam bentuk yang teratur (interest articulation). Rumusan ini dibuat
sebagai koreksi terhadap kebijakan penguasa atau usulan kebijakan yang
disampaikan kepada penguasa untuk dijadikan kebijakan umum yang diterapkan
pada masyarakat.
Kedua, partai sebagai sarana sosialisasi politik. Partai memberikan sikap,
pandangan, pendapat, dan orientasi terhadap fenomena (kejadian, peristiwa dan
kebijakan) politik yang terjadi di tengah masyarakat. Sosialisi politik mencakup
juga proses menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Bahkan, partai politik berusaha menciptakan image (citra)
bahwa ia memperjuangkan kepentingan umum.
Ketiga, partai politik sebagai sarana rekrutmen politik. Partai politik
berfungsi mencari dan mengajak orang untuk turut aktif dalam kegiatan politik
sebagai anggota partai.
11
Keempat, partai politik sebagai sarana pengatur konflik. Di tengah
masyarakat terjadi berbagai perbedaan pendapat, partai politik berupaya untuk
mengatasinya. Namun, semestinya hal ini dilakukan bukan untuk kepentingan
pribadi atau partai itu sendiri melainkan untuk kepentingan umum.
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis
penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang penemuannya tidak diperoleh
melalui prosedur statistik atau perhitungan lainnya.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Sebuah test dikatakan reliable apabila test tersebut scbagai alat ukur
mampu memberikan hasil yang relative tetap apabila dilakukan secara
langsung pada sekelompok individu yang sama. Maka teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini adalah :
Penelitian kepustakaan (Library Research)
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menghimpun
dan mempelajari data dari buku-buku serta sumber bacaan lain yang relevan dan
mendukung penelitian.
1.6.3 Teknik Analisis Data
Teknik yang digunakan melalui tahapan pengumpulan data, klasifikasi
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
langkah-langkah kongkrit yang akan ditempuh yaitu :
Pertama, mengumpulkan data dari berbagai sumber, data yang sudah
dikumpulkan kemudian disusun terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Hal
ini bertujuan untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Setelah pengumpulan data dan pengolahan data dirasakan cukup, maka langkah
selanjutnya adalah analisis data atau penilaian. Setelah menganalisis semua data
dan akan mendapatkan hasil penelitian, maka tahap selanjutnya adalah memberi
BAB II
DESKRIPSI KASUS BANK CENTURY
2.1 Sejarah Bank Century
Kisah Bank Century berawal dari tahun 1989 ketika didirikan, hingga 20
November 2008 saat ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai bank gagal yang
memiliki dampak sistemik. Berikut adalah beberapa catatan penting terkait
perjalanan Bank Century.12
Pada tanggal 16 April 1990, Bank Century memperoleh izin usaha sebagai
Bank Umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Keputusan
No. 462/KMK.013/1990.
PT Bank Century Tbk didirikan berdasarkan Akta No. 136 tanggal 30 Mei
1989 yang dibuat Lina Laksmiwardhani, SH, notaris pengganti Lukman Kirana,
SH, notaris di Jakarta. Disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dalam Surat Keputusannya No. C.2-6169.HT.01.01.TH 89 tertanggal 12 Juli
1989. Didaftarkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 2 Mei 1991 dengan
No. 284/Not/1991. Anggaran Dasar Bank telah disesuaikan dengan
Undang-Undang PerseroanTerbatas No. 1 Tahun 1995 dalam Akta No. 167 tanggal 29 Juni
1998 dari Rachmat Santoso, S.H, notaris di Jakarta.
13
12
13
Pada tanggal 22 April 1993, Bank Century memperoleh peningkatan status
menjadi Bank Devisa dari Bank Indonesia melalui Surat Keputusan No.
26/5/KEP/DIR. Anggaran Dasar Bank Century telah beberapa kali berubah,
terakhir sesuai Akta No.159 tanggal 29 Juni 2005 dari Buntario Tigris Darmawa
NG, SH, S.E, notaris di Jakarta.
Perubahan anggaran dasar ini telah mendapat persetujuan dari Menteri
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia No. C-20789.HT.01.04.TH.2005 tanggal 27
Juli 2005. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Bank, ruang lingkup kegiatan
usaha adalah menjalankan kegiatan umum perbankan termasuk berdasarkan
prinsip syariah. Bank Century memulai operasi komersialnya pada bulan April
1990.
Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No.
6/92/KEP.GBI/2004 tanggal 28 Desember 2004, menyetujui perubahan nama PT
Bank CIC Internasional Tbk menjadi PT Bank Century Tbk dan izin untuk
melakukan usaha sebagai bank umum berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. 462/KMK.013/1990 tanggal 16 April 1990 tentang
Pemberian Izin Usaha, nama PT Bank CIC Internasional Tbk dinyatakan tetap
berlaku bagi PT Bank Century Tbk.14
14
Bank Century berdomisili di Indonesia dengan 27 Kantor Cabang Utama,
30 Kantor Cabang Pembantu dan 8 Kantor Kas. Kantor Pusat Bank beralamat di
Gedung Sentral Senayan II, Jl. Asia Afrika No. 8 Jakarta. Dari jumlah kantor
tersebut diatas yang beroperasi sebanyak 63 kantor.
2.1.1 Merger Tiga Bank
Sesuai dengan permintaan Bank Indonesia melalui surat Bank Indonesia
tanggal 14 Desember 2001 (yang dipertegas melalui surat Bank Indonesia tanggal
20 Agustus 2004) dan pertemuan dengan Bank Indonesia pada tanggal 16 April
2004, manajemen Bank dan pemegang saham pengendali First Gulf Asia
Holdings Limited (d/h Chinkara Capital Limited) setuju untuk melakukan merger
dengan PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac Tbk untuk menghasilkan sinergi
dan memperkuat permodalan bank hasil merger. Proposal merger tersebut
disampaikan kepada Bank Indonesia pada tanggal 26 April 2004.15
Pada tanggal 7 September 2004, Bank mengajukan Pernyataan
Penggabungan kepada BAPEPAM dalam rangka penggabungan usaha dengan Pada tanggal 21 Mei 2004, Bank, PT Bank Danpac Tbk dan PT Bank
Pikko Tbk, telah menandatangani kesepakatan untuk melakukan tindakan hukum
penyatuan kegiatan usaha dengan cara Penggabungan atau Merger dimana Bank
Century sebagai “Bank Yang Menerima Penggabungan” dan PT Bank Danpac
Tbk dan PT Bank Pikko Tbk sebagai “Bank Yang Akan Bergabung”.
Para pemegang saham PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac Tbk telah
menyetujui penggabungan usaha bank-bank tersebut ke dalam Bank sesuai dengan
risalah Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa masing-masing bank yang
diaktakan masingmasing dengan Akta No.155 dan No.157 pada tanggal 22
Oktober 2004 dari Buntario Tigris Darmawa NG, SH, notaris di Jakarta.
15
bank-bank yang menggabungkan diri dan telah mendapat pemberitahuan
efektifnya penggabungan tersebut sesuai dengan surat Ketua BAPEPAM No.
S.3232/PM/2004 tanggal 20 Oktober 2004.
Berdasarkan Akta No. 158 tanggal 22 Oktober 2004 dari Buntario Tigris
Darmawa NG, S.H, S.E, notaris di Jakarta, Bank dan bank-bank yang
menggabungkan diri yang terdiri dari PT Bank Pikko Tbk dan PT Bank Danpac
Tbk dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa telah sepakat
melakukan peleburan usaha. Peleburan usaha dilaksanakan dengan syarat dan
ketentuan antara lain sebagai berikut:
• Semua kekayaan dan kewajiban serta operasi, usaha, kegiatan setiap bank
yang menggabungkan diri beralih hukum kepada Bank Century.
• Semua pemegang saham bank-bank yang bergabung karena hukum
menjadi pemegang saham Bank Century.
• Bank sebagai Perusahaan hasil penggabungan tetap mempertahankan
eksistensinya sebagai perusahaan terbatas dan sebagai bank umum dengan
memakai nama PT Bank Century Tbk.
• Semua perusahaan yang menggabungkan diri karena hukum akan bubar
tanpa melakukan likuidasi.
2.1.2 Status Bank Century
Sejak tanggal 29 Desember 2005, Bank Century dinyatakan sebagai Bank
Dalam Pengawasan Intensif sesuai dengan surat BI No.
7/135/DPwB1/PwB11/Rahasia. Hal ini karena Surat-surat Berharga (SSB) valuta
terus disandang oleh Bank Century hingga tanggal 6 November 2008, saat
[image:28.595.122.520.140.562.2]ditetapkan menjadi Bank Dalam Pengawasan Khusus (DPK).16
Gambar 1 : Skema Status Bank Century
Sejak tanggal 6 Nopember 2008, PT Bank Century Tbk ditetapkan oleh
Bank Indonesia sebagai Bank Dalam Pengawasan Khusus. Berdasarkan Peraturan
Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 tanggal 26 Maret 2004, No. 7/38/PBI/2005
16
tanggal 10 Oktober 2005 dan No. 10/27/PBI/2008 tanggal 30 Oktober 2008, status
ini ditetapkan paling lama 6 (enam) bulan.
Pada tanggal 13 Nopember 2008, PT Bank Century Tbk mengalami
keterlambatan penyetoran dana pre-fund untuk mengikuti kliring dan dana di
Bank Indonesia yang telah berada dibawah saldo minimal, sehingga Bank
di-suspend untuk transaksi kliring pada hari tersebut, pada tanggal 14 Nopember
2008 sampai dengan 20 Nopember 2008, transaksi kliring sudah dibuka kembali
namun terjadi penarikan dana nasabah secara besar-besaran akibat turunnya
tingkat kepercayaan yang timbul sebagai akibat dari pemberitaan-pemberitaan
seputar ketidakikutsertaan Bank pada kliring tanggal 13 Nopember 2008.
Pada tanggal 20 Nopember 2008, berdasarkan Surat No.
10/232/GBI/Rahasia, Bank Indonesia menetapkan PT Bank Century Tbk sebagai
Bank Gagal yang ditengarai berdampak sistemik.
Selanjutnya, sesuai dengan Perpu No. 4 Tahun 2008 tentang Jaring
Pengaman Sistem Keuangan, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melalui
Keputusan No. 04/KSSK.03/2008 tanggal 21 Nopember 2008 menetapkan PT
Bank Century Tbk sebagai bank gagal yang berdampak sistemik dan
menyerahkan penanganannya kepada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Sesuai
dengan Pasal 40 UU No. 24 Tahun 2004 tentang LPS, terhitung sejak LPS
melakukan penanganan bank gagal, maka LPS mengambil alih segala hak dan
wewenang RUPS, kepemilikan, kepengurusan, dan/atau kepentingan lain pada
2.2 Indikasi Pelanggaran dan Penyalahgunaan Wewenang
Hasil Audit Investigatif BPK yang diserahkan kepada DPR RI tertanggal
20 November 2009 memaparkan 8 temuan penting, sejak kisah meleburnya
(merger) 3 Bank hingga penggelapan dana di Bank Century. Pada intinya,
temuan-temuan yang ada mencoba mengkonfirmasi satu hal, yaitu bahwa
penyelamatan Bank Century adalah sebuah keputusan yang keliru dan diambil
dengan tidak memperhatikan berbagai catatan praktek perbankan yang tidak sehat
juga kinerja perbankan yang buruk. Dengan demikian, keputusan
menggelontorkan dana hingga triliunan rupiah terhadap Bank Century sangat
beresiko untuk diselewengkan.
Indikasi korupsi terkait dengan kasus ini terutama terlihat dari terjadinya
pelanggaran aturan dan penyalahgunaan wewenang. Berikut beberapa catatan
indikasi korupsi dari laporan BPK17 1. Terkait Merger 3 bank
:
2. Terkait Penyaluran fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP)
3. Terkait Pengambilan Keputusan KSSK dan Penyaluran Penyertaan
Modal Sementara (PMS).
4. Penyalahgunaan Dana FPJP dan PMS.
2.2.1 Indikasi Korupsi Terkait Penggabungan (Merger) 3 Bank
Sebelum penggabungan 3 Bank, Bank Pikko dan Bank CIC memiliki
permasalahan terkait Surat-Surat Berharga (SSB) dan Capital Adequacy Ratio
17
(CAR). Merger ini diduga untuk menghindari penutupan Bank Pikko dan Bank
CIC yang kondisinya tidak sehat.
Sejak penggabungan, status Bank Century selalu bermasalah. Terdapat
beberapa Indikasi Pelanggaran yang terjadi pada saat proses merger ini. BI diduga
memberikan kelonggaran terhadap persyaratan merger yaitu dengan:
1. Aset SSB yang semula dinyatakan macet oleh BI kemudian
dianggap lancar untuk memenuhi performa CAR.
2. Tetap mempertahankan pemegang saham pengendali (PSP) yang
tidak lulus fit and proper test.
3. Komisaris dan Direksi Bank ditunjuk tanpa fit and proper test.
4. Audit KAP atas laporan keuangan Bank Pikko dan Bank CIC
dinyatakan disclaimer.
Temuan BPK terkait penggabungan 3 bank ini adalah sebagai berikut:
1. Akuisi Bank Danpac dan Bank Picco tidak sesuai dengan
ketentuan BI.
2. Surat izin Akuisisi Chinkara atas bank Picco dan Bank Danpac
tetap dilakukan meskipun terdapat indikasi praktek perbankan yang
tidak sehat dan perbuatan melawan hukum yang melibatkan
Chinkara.
3. BI menghindari penutupan Bank CIC dengan memasukan Bank
tersebut di dalam Skema merger.
4. Tidak membatalkan persetujuan akuisisi meskipun tahun
2001-2003 hasil pemeriksaan BI pada ke-3 Bank menemukan indikasi
5. Adanya perlakuan Surat-surat Berharga (SSB) yang semula macet
menjadi lancar dengan rekomendasi KEP (komite evaluasi
perbankan).
Terkait dengan beberapa catatan temuan di atas, dapat dibuat daftar
G
am
b
ar
2
: D
af
tar
P
el
an
g
g
ar
an
T
er
k
ai
t P
ro
ses
M
er
g
er
3
B
an
[image:34.595.121.503.97.762.2]2.3 Proses Penyelidikan Kasus Bank Century di DPR
Bergulirnya kasus Bank Century di DPR merupakan tindak lanjut dari
laporan BPK terkait dengan indikasi dugaan penyalahgunaan wewenang untuk
membailout. Secara umum ada 3 tahapan bergulirnya kasus century di DPR,
1. Tahapan sidang pendahuluan
Dalam tahapan ini mayoritas anggota dewan menyatakan bahwa ada
pelanggaran wewenang kekuasaan yg dilakukan oleh stake holder yang
terkait (ketua KKSK dan Gubernur BI dalam proses bailout century
senilaio 6,7 triliun). Untuk menindak lanjuti adanya penyelewangan
tersebut maka DPR menyepakati untuk menggunakan salah satu haknya
yaitu hak angket (penyelidikan), artinya DPR melakukan investigasi
terhadap kronologis kasus bailot Bank Century dengan membentuk
panitia khusus yang disebut Pansus Century
2. Tahapan investigasi Pansus Century
Panitia Khusus Hak Angket Bank Century atau secara umum disebut
Pansus Century adalah sebuah panitia hak angket Dewan Perwakilan
Rakyat yang dibentuk pada tanggal 1 Desember 2009 dalam sebuah
Sidang Paripurna Pengesahan Hak Angket Bank Century terhadap usulan
penggunaan hak angket DPR yang diusulkan oleh 503 Anggota DPR
tersebut disahkan dan disetujuinya penggunaan hak angket untuk
mengungkap skandal Bank Century dengan didukung oleh seluruh fraksi
yang berada di DPR yakni 9 Fraksi. Latar belakang
Panitia Khusus Hak Angket Bank Century berawal dari para pengusul
Tim 9 yakni Maruarar Sirait (PDI-P), Ahmad Muzani (Gerindra), Andi
Rahmat (PKS), Lili Wahid (PKB), Mukhamad Misbakhun (PKS), Akbar
Faisal (Hanura), Chandra Tirta Wijaya (PAN), Kurdi Mukhtar (PPP), dan
Bambang Soesetyo (Golkar) yang disertai fokus penyelidikan Panitia
Angket Century yang diajukan beberapa anggota DPR tersebut adalah
sebagai berikut:18
Menyelidiki ke mana saja aliran dana talangan Bank Century,
mengingat sebagian dana talangan tersebut oleh direksi Bank Century
justru ditanamkan dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) dan dicairkan
bagi nasabah besar (Budi Sampoerna). Sementara kepentingan nasabah Mengetahui sejauh mana pemerintah melaksanakan peraturan
perundangan yang berlaku, terkait keputusannya untuk mencairkan dana
talangan (bail out) Rp 6,76 triliun untuk Bank Century. Adakah indikasi
pelanggaran peraturan perundangan, baik yang bersifat pidana maupun
perdata.
Mengurai secara transparan komplikasi yang menyertai kasus
pencairan dana talangan Bank Century. Termasuk mengapa bisa terjadi
perubahan Peraturan Bank Indonesia secara mendadak, keterlibatan
Kabareskrim Mabes Polri ketika itu, Komjen Susno Duadji, dalam
pencairan dana nasabah Bank Century, dan kemungkinan terjadi
konspirasi antara para pemegang saham utama Bank Century dan otoritas
perbankan dan keuangan pemerintah.
18
kecil justru terabaikan. Adakah faktor kesengajaan melakukan
pembobolan uang negara demi kepentingan tertentu, misalnya politik,
melalui skenario bail out bagi Bank Century.
Menyelidiki mengapa bisa terjadi pembengkakan dana talangan
menjadi Rp 6,76 triliun bagi Bank Century? Sementara Bank Century
hanyalah sebuah bank swasta kecil yang sejak awal bermasalah, bahkan
saat menerima bail out, bank ini dalam status pengawasan khusus.
Rasionalkah alasan pemerintah bahwa Bank Century patut diselamatkan
karena mempunyai dampak sistemik bagi perbankan nasional secara
keseluruhan.
Mengetahui seberapa besar kerugian negara yang ditimbulkan oleh
kasus bail out Bank Century dan sejumlah kemungkinan penyelamatan
uang negara bisa dilakukan. Sebab lain penegakan hukum, di tengah
berbagai kesulitan hidup yang dialami masyarakat kebanyakan, aspek
penyelamatan uang negara ini sangat penting untuk dijadikan perioritas
demi memenuhi rasa keadilan rakyat. Selanjutnya, uang negara yang dapat
diselamatkan bisa digunakan untuk kepentingan meningkatkan
kesejahteraan rakyat pada umumnya.19
Dalam sidang pansus menghasilan 2 pilihan : yaitu opsi pilihan A
yang menyatakan bahwa tidak terjadi pelanggran yang digagas oleh
Demokrat, PKB dan PAN, Opsi C bahwa telah terjadi pelanggaran
19
terhadap bailout century yang direkomendasikan oleh PDI-P, GOLKAR
dan HANURA
Keanggotaan Panitia Khusus Hak Angket Bank Century terdiri dari
tigapuluh anggota yang berasal dari fraksi yang ada dalam Dewan
Perwakilan Rakyat terdiri dari :
Fraksi Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Yahya Sacawiria,
Benny K Harman, Achsanul Qosasi, Radityo Gambiro, I Wayan
Gunastra, Agus Hermanto, dan Ruhut Sitompul.
Fraksi Partai Golkar Idrus Marham, Ade Komaruddin, Ibnu
Munzir, Bambang Soesatyo, Melkiyas Mekeng, dan Agun
Gunanjar.
Fraksi PDI Perjuangan Maruarar Sirait, Eva Kusuma Sundari,
Ganjar Pranowo, Hendrawan Supratikno, dan Gayus Lumbuun.
Fraksi PKS Andi Rahmat, Mahfudz Siddik dan Fahri Hamzah.
(Muhammad Misbakhun sebagai pengusul tidak diikutkan
menjadi anggota pansus oleh Fraksi PKS)
Fraksi PAN Asman Abnur dan Tjatur Sapto Edy.
Fraksi PKB Anna Mu'awanah dan Marwan Ja'far.
Fraksi PPP Romahurmuziy dan Ahmad Yani.
Fraksi Gerindra Ahmad Muzani.
Fraksi Hanura Akbar Faisal
3. Sidang Paripurna
Setelah pansus Century menghasilkan keputusan maka selanjutnya
paripurna adalah menetapkan status Bank Century bermasalah atau tidak,
opsi A atau opsi C, dalam paripurna itu DPR menyepakati untuk memilih
opsi bahwa telah terjadi penyelewengan kewenangan yang dilakukan oleh
pejabat pemerintah dalam bailout Bank Century
2.4 Koalisi Partai Demokrat
2.4.1 Proses Terjadinya Koalisi
Dalam pemilu legislatif 2009 partai Demokrat tampil sebagai peraub suara
terbanyak mengalahkan 2 partai besar yaitu GOLKAR DAN PDI-P yang pada
pemilu sebelumnya merupakan peraih suara terbanyak, PDI-P pada pemilu tahun
1999 dan GOLKAR pada pemilu 2004
Kemenangan partai Demokrat ini merupakan sebuah kejutan mengingat
partai ini baru berusia 5 tahun, namun dari segi pencampain banyak para ahli
memandang bahwa keberhasilan Demokrat menjadi pemenang pemilu 2004 ini
lebih disebabkan oleh ketokohan SBY ketimbang kekuatan partai Demokrat itu
sendiri, hal ini terbukti kembali pada hasil Pilpres 2009 dimana SBY kembali
menjabat untuk kedua kalinya setelah mengalahkan pesaingnya yaitu Megawati
dan Yusuf Kalla.
Kemengan partai Demokrat pada pemilu 2009 kemarin secara otomatis
menjadikan partai Demokrat menguasai mayoritas kursi di parlemen dan juga
menjadi partai pendukung pemerintah, untuk mengankan dan memperlancar
melakukan koalisi dengan partai-partai politik yang lain. Koalisi ini dibangun
setelah pemilu legislatif berakhir.
Jalan untuk memperkuat sistem presidensial harus dimulai, koalisi ini
merupakan suatu keharusan untuk melakukan konsolidasi dengan menjadikan
sistem multipartai ke penyederhanaan partai. Harus diakui, terlepas dari berbagai
kekurangannya, pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto telah
menerapkan sistem presidensial. Salah satu faktornya adalah sistem kepartaian
yang sederhana. Walaupun pemerintahan Orde Baru memiliki sisi kelemahan,
yaitu dominasi absolut Partai Golkar pada waktu itu yang didukung oleh
pemerintahan yang berkuasa dan TNI.
Berdasarkan hasil pileg yang ditetapkan KPU, partai Demokrat memperoleh
20,85% (148 kursi), Golkar 14,45 (108kursi), PDI-P 14,03% (93 kursi), PKS
7,88% (59 kursi), PAN 6,01% (42 kursi), PPP 5,32% (39 kursi), PKB 4,94% (26
kursi),Gerindra 4,46% (30 kursi), dan Hanura 3,77% (15 kursi). Adapun suara 29
parpol lainnya berada di bawah PR. Sebagai parpol pemenang pemilu dan
ditambah dengan elektabiltas SBY yang tinggi, Partai Demokrat seolah menjadi
“gadis cantik” yang mengundang banyak pria. Sejumlah parpol kecil yang tak
lolos PR dan partai menengah, seperti PBB, PKS dan PKB, langsung merapat ke
Demokrat tanpa kendala politik internal berarti. Hal yang sama juga ditunjukkan
Golkar. Menyadari perolehan suaranya yang lebih kecil daripada Demokrat,
Golkar mengusung kembali pasangan SBY-JK. Hsl ini bisa dilihat pengalaman
pahit SBY berduet dengan JK selama periode 2004-2009, membuatnya relatif
hati-hati. Selain karena pemerintahannya dinilai banyak orang memiliki “dua
pertemuan kedua parpol tersebut di Palembang tahun 2007. Keberatan terhadap
JK juga secara jelas dinyatakan elit PKS.20
Dengan motto “lebih cepat lebih baik”, Golkar – Hanura melompat ke luar
dan mendeklarasikan JK-Wiranto sebagai pasangan capres-cawapres dan
sekaligus membuyarkan impian “koalisi besar” blok Megawati dan sekaligus
ancaman boikot pemilu. Jalan buntu yang dihadapi PDI-P – Gerindra pun semakin
tampak karena masing-masing pihak tak juga bergeming dari pendiriannya. Penolakan halus SBY terhadap JK telah membuat Golkar beralih ke PDI-P
dengan mengusung JK sebagai capres. Keadaan tersebut telah membuat peta
koalisi besar beralih dari blok SBY ke blok Megawati. Golkar, PDI-P, Gerindra,
Hanura, dan sejumlah parpol kecil lainnya pun mendeklarasikan “koalisi besar” di
parlemen. Tetapi, keceriaan tersebut seolah terhenti ketika mereka tak bisa
menemukan titik temu untuk mengusung capresnya. Sebab semua pimpinan
parpol berlindung di balik amanat parpolnya untuk hanya menjadi capres dan
bukan cawapres.
Tanpa mengesampingkan faktor lainnya, seperti elektabilitas, jalan buntu
yang dihadapi blok Megawati tersebut agaknya juga disebabkan oleh usia para
capres masing-masing parpolnya. Usia rata-rata mereka yang di atas kepala 6 dan
mendekati kepala 7 telah membuat mereka tak melihat kesempatan lain, kecuali
dalam pemilu ini. Itulah sebabnya mengapa realitas perolehan suara pileg
masing-masing parpol seperti dikesampingkan.
20
Sementara itu, pilihan untuk mencari cawapres dari parpol lain semakin sulit.
Sebab PAN dan PPP sudah menunjukkan kecenderungannya untuk merapat ke
Demokrat. Seolah menyertai keduanya isu terakhir yang mengejutkan banyak
pihak adalah adanya kabar angin yang menyebutkan bahwa PDI-P telah menjalin
komunikasi dan menjajaki kemungkinan berkoalisi dengan Demokrat.
Melihat jalannya drama koalisi politik tersebut, tampak sekali bahwa
pembangunan koalisi antarparpol sangat dipengaruhi oleh faktor kepentingan
partai dan elitnya., platform dan misi partai masing-masing. Fenomena ini
sesungguhnya bukan hal baru. Pada masa Orde Lama, misalnya, dua partai Islam
terbesar, yakni NU dan Masyumi saling berseberangan. NU lebih memilih
merapat ke Sukarno, sedangkan Masyumi justru memilih menjadi rivalnya
Sukarno.
Kalaupun pernah terjadi koalisi antarparpol Islam dalam bentuk “Poros
Tengah”, koalisi tersebut bersifat sangat rapuh karena sarat dengan kepentingan
politik. Meskipun koalisi tersebut berhasil menjadikan Gus Dur sebagai presiden
pertama era reformasi, masa koalisi tersebut tak lebih dari seumur jagung yang
pupus seiring dengan dilengserkannya Gus Dur dari kursi kepresidenannya,
khususnya, oleh kelompok mereka sendiri.21
Fenomena yang sama juga dialami oleh SBY dan partainya. Tidak sedikit
kebijakan pemerintah yang tak didukung oleh parpol yang mengaku berkoalisi
dengan Demokrat. Sejumlah hak angket di DPR, misalnya, juga dimotori oleh
beberapa anggota DPR dari parpol yang berkoalisi dengan pemerintah, termasuk
21
PKS dan Golkar. Oleh karena itulah, jauh-jauh hari SBY sudah menyatakan hanya
akan membangun koalisi dengan kontrak politik yang jelas.
2.4.2 Komposisi Koalisi
Diawal awal selesainya Pemilu Legislatif jelas memang Partai Demokrat
masih hati-hati dalam menentukan koalisi dalam pemilu 2009.
untuk merajut koalisi dan penjajakan dengan Partai Politik yang ingin bergabung
ada dua cara yang dilakukan oleh Partai Demokrat:
Pertama, Menunggu Partai politik untuk menyatakan bergabung dan
berkomitmen membangun koalisi dan pemerintahan.
Kedua,bersafari melakukan silaturahmi dan kunjungan ke Partai Politik
yang memberikan sinyal positif untuk bergabung bersama dengan partai
Demokrat22
22
Keterangan Hadi Utomo dalam keterangan persnya di Bravo Media Center Jakarta, Rabu 1 April2009.
Tujuh partai yang dimaksud yakni, Partai Keadilan Sejahtera atau PKS,
Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Bulan
Bintang (PBB), Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia atau PKP Indonesia,
Partai Patriot, dan Partai Demokrasi Pembaruan (PDP).
Meski telah melakukan kunjungan kepada tujuh parpol itu, namun
Demokrat tetap membuka peluang untuk menjajaki komunikasi dengan partai
lain. Bahkan, tetap terbuka kemungkinan koalisi dengan PDI-P dan Partai
“pembicaraan mengenai koalisi sebelum Pemilu Legislatif sangat rapuh. Karena itu, pertemuan itu hanya bersifat silaturrahmi untuk mensukseskan pemilu legislatif.
Terutama dengan ketujuh partai diatas kesepatakan untuk berkoaliasi
masih menjadi pembahasan panjang dan hal ini memang dapat terlihat jelas
dengan tahapan koalisi pada fase berikutnya.
Komposisi yang dibangun Demokrat dalam mengukuhkan koalisi di isi
dengan beragam partai politik. Diantara partai politik tersebut:
1. Partai Keadilan Sejahtera
2. Partai Persatuan Pembangunan
3. Partai Amanat Nasional
4. Partai Kebangkitan Bangsa
Dalam kabinet partai tersebut ikut berpatisipasi dalam menempatkan
kadernya di Kabinet dan di tambah dengan partai Golkar23
23
Khusus untuk Partai Demokrat yang berbeda paham dengan Demokrat dalam Pilpres kemarin
malakukan koalisi bukan dengan partai Demokrat melainkan dengn SBY.
yang menitipkan
kadernya mendukung peemerintahan yang digawangi oleh partai Demokrat itu.
Komposisi penempatan porsi kabinet meliputi dua unsur dari kalangan Partai
2.5 Profil Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Visi dan Misi24
1. Partai da'wah yang memperjuangkan Islam sebagai solusi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. VISI
Visi Umum:
"Sebagai Partai Da'wah Penegak Keadilan Dan Kesejahteraan Dalam Bingkai
Persatuan Ummat Dan Bangsa."
Visi Khusus:
Partai Berpengaruh Baik Secara Kekuatan Politik, Partisipasi, Maupun Opini
Dalam Mewujudkan Masyarakat Indonesia Yang Madani.
Visi ini akan mengarahkan Partai Keadilan Sejahtera sebagai :
2. Kekuatan transformatif dari nilai dan ajaran Islam di dalam proses
pembangunan kembali umat dan bangsa di berbagai bidang.
3. Kekuatan yang mempelopori dan menggalang kerjasama dengan berbagai
kekuatan yang secita-cita dalam menegakkan nilai dan sistem Islam yang
rahmatan lil ‘alamin.
4. Akselerator bagi perwujudan masyarakat madani di Indonesia.
MISI
1. Menyebarluaskan da'wah Islam dan mencetak kader-kadernya sebagai
anashir taghyir.
24
2. Mengembangkan institusi-institusi kemasyarakatan yang Islami di
berbagai bidang sebagai markaz taghyir dan pusat solusi.
3. Membangun opini umum yang Islami dan iklim yang mendukung bagi
penerapan ajaran Islam yang solutif dan membawa rahmat.
4. Membangun kesadaran politik masyarakat, melakukan pembelaan,
pelayanan dan pemberdayaan hak-hak kewarganegaraannya.
5. Menegakkan amar ma'ruf nahi munkar terhadap kekuasaan secara
konsisten dan kontinyu dalam bingkai hukum dan etika Islam.
6. Secara aktif melakukan komunikasi, silaturahim, kerjasama dan ishlah
dengan berbagai unsur atau kalangan umat Islam untuk terwujudnya
ukhuwah Islamiyah dan wihdatul-ummah, dan dengan berbagai komponen
bangsa lainnya untuk memperkokoh kebersamaan dalam merealisir agenda
reformasi.
7. Ikut memberikan kontribusi positif dalam menegakkan keadilan dan
menolak kedhaliman khususnya terhadap negeri-negeri muslim yang
tertindas.
2.5.1 Sejarah PK Sejahtera
Partai Keadilan Sejahtera (PK-Sejahtera) merupakan pelanjut perjuangan
Partai Keadilan (PK) yang dalam pemilu 1999 lalu meraih 1,4 juta suara (7 kursi
DPR, 26 kursi DPRD Propinsi dan 163 kursi DPRD Kota/Kabupaten).
PK-Sejahtera percaya bahwa jawaban untuk melahirkan Indonesia yang
lebih baik di masa depan adalah dengan mempersiapkan kader-kader yang
PK-Sejahtera sangat peduli dengan perbaikan-perbaikan ke arah terwujudnya
Indonesia yang adil dan sejahtera.
Kepedulian inilah yang menapaki setiap jejak langkah dan aktivitas partai.
Dari sebuah entitas yang belum dikenal sama sekali dalam jagat perpolitikan
Indonesia hingga dikenal dan eksis sampai saat ini. Sebagai partai yang
menduduki peringkat 7 dalam pemilu 1999 lalu, PK (kini PK-Sejahtera) bertekad
untuk meningkatkan daya pengaruhnya dalam pemilu 2004 mendatang.
Untuk mengetahui sekilas sejarah PK-Sejahtera25
Tahun 1998
, akan dipaparkan secara
singkat di bawah ini:
20 Juli 1998
Partai Keadilan (PK) didirikan di Jakarta. Hal tersebut dinyatakan dalam konferensi pers di Aula Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta.
9 Agustus 1998
Deklarasi PK di lapangan Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta, dihadiri oleh 50.000 massa.
19
September 1998
PK menolak pemberlakuan asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi. Hal itu dinyatakan Presiden PK Dr Ir Nurmahmudi Isma'il dalam pidato politik peresmian DPW PK DIY.
3-6 Desember 1998
Musyawarah Kerja Nasional I digelar di Kampung Wisata Insan Krida (KWIK), Parung, Bogor, dan ditutup di hotel Cempaka, Jakarta setelah sebelumnya melakukan konvoi kendaraan dari Bogor-Jakarta.
Tahun 1999
19 Februari 1999
KH Didien Hafidhudin ditetapkan sebagai Calon Presiden RI dari Partai Keadilan.
30 Mei 1999
Delapan partai politik berasaskan Islam menyatakan bersatu dan menyepakati penggabungan sisa suara (stembus accord) hasil Pemilu 1999. Ke delapan partai itu adalah PPP, Partai Keadilan, Partai Kebangkitan Ummat, Partai Ummat Islam, PPII Masyumi. PNU. PBB. dan PSII 1905.
3 Juni 1999 Ribuan kader dan simpatisan Partai Keadilan memenuhi janji mereka untuk "memutihkan" Ibukota serta berkumpul di Bundaran HI menandai berakhirnya kampanye partai tersebut di Jakarta. 2 Agustus Partai Keadilan (PK) menandatangani hasil penghitungan suara
25
1999 pemilu dengan catatan pemilu relatif luber dan tidak jujur dan adil (jurdil). Keputusan ini diambil PK dengan pertimbangan adanya reaksi positip berupa pengakuan dari panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) bahwa Pemilu 1999 yang baru lalu masih jauh dari jurdil. Penandatanganan hasil pemilu dilakukan di kantor KPU, Senin sore (2/8).
20 Oktober 1999
PK menerima tawaran kursi kementerian Kehutanan dan Perkebunan (Hutbun) dalam kabinet pemerintahan KH Abdurrahman Wahid.
21 Oktober 1999
PK menunjuk Dr Ir Nurmahmudi Isma'il MSc sebagai calon menteri yang diajukan karena memiliki kapasitas, kapabilitas dan akseptabilitas.
Tahun 2000
16 April 2000
Dr Ir Nurmahmudi Isma'il mengundurkan diri dari jabatan Presiden Partai dan selanjutnya akan berkonsentrasi di kementerian Kehutanan dan Perkebunan.
18-21 Mei 2000
PK menggelar Musyawarah Nasional I di hotel Bumiwiyata, Depok.
21 Mei 2000
Dr Hidayat Nurwahid, MA terpilih sebagai Presiden kedua Partai Keadilan menggantikan Dr. Ir. Nurmahmudi Isma'il dalam Musyawarah Nasional I PK di hotel Bumiwiyata, Depok.
3 Agustus 2000
Delapan partai Islam (PPP, PBB, PK, Masyumi, PKU, PNU, PUI, PSII 1905) menggelar acara Sarasehan dan Silaturahim Partai-partai Islam di masjid Al Azhar dan meminta Piagam Jakarta masuk dalam Amandemen UUD 1945.
12 Oktober 2000
DPP Partai Keadilan (PK) menemui Wakil Ketua DPR Ri Soetardjo Soerjogoeritno di gedung DPR RI dan meminta delegasi IPU DPR RI untuk mengusahakan resolusi yang di dalamnya tidak hanya mengecam keras Israel, tapi sekaligus mengeluarkan Israel dari keanggotaan IPU.
13 Oktober 2000
Puluhan ribu massa Partai Keadilan (PK) yang berunjuk rasa di halaman Gedung DPR. Di bawah tangga gedung paripurna DPR aktivis PK membakar bendera Israel. PK meminta agar RI konsisten dengan sikap menyesalkan, menolak dan mengecam Israel menyusul penyerangan ke Palestina.
9
November 2000
Partai Keadilan menggelar acara Gelar Sambut Ramadhan. Masyarakat dan pemimpin bangsa diingatkan untuk menjaga kesucian bulan Ramadhan. Ribuan massa Partai Keadilan (PK) dari Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi menghadiri acara Gelar Sambut Ramadhan. Tablik akbar ini diselenggarakan di Bumi Perkemahan Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Ahad (19/11) pagi.
Tahun 2001
20 Januari 2001
produk kepemimpinan kontroversial kontraproduktif yang dilakukan Presiden Abdurrahman Wahid.
2 Maret 2001
DPP PK mengadakan bakti sosial di propinsi Banten yang terkena musibah banjir dan tanah longsor.
8 Oktober 2001
Lebih dari 150 anggota legislatif dari Partai Keadilan (PK) dari seluruh Indonesia, Senin (8/10) mendatangi Kedubes Amerika Serikat di Jalan Merdeka Barat dan bergabung dengan massa yang sudah lebih dulu melakukan aksi menentang terorisme AS.
19 Oktober 2001
PK gelar demo besar menentang agresi militer AS ke Afghanistan. Aksi besar ini diikuti 40.000 orang dan mendapat pujian dari berbagai pihak karena berlangsung damai dan tertib. Dalam aksi itu dibentuk Komite Indonesia untuk Solidaritas Afghanistan (KISA) yang diketuai oleh Dr Salim Segaf Al Djufri.
Tahun 2002
7 April 2002
PK gelar aksi keadilan untuk Palestina menentang aksi terorisme Israel atas bangsa Palestina di Silang Monas, Jakarta. PK juga membentuk Komite Keadilan untuk Pembebasan Al Aqsha (KKPA) yang diketuai oleh Dr Ahzami Zami'un Jazuli.
25 Mei 2002
PK gelar acara Gerak Jalan Keluarga (GJK) menyambut Maulid Nabi 1423 H dari Silang Monas - MH Thamrin - Bundaran HI - Silang Monas.
8 Juni 2002 15 pimpinan parpol yang tidak memenuhi ketentuanelectoral
threshold dua persen berdasar Undang-Undang (UU) Pemilu
Nomor 3 Tahun 1999 sepakat menandatangani dokumen bersama di Hotel Sahid, Jakarta, untuk menolak pemberlakuan ketentuan tersebut. Mereka juga menuntut agar semua parpol peserta Pemilu 1999 diikutkan lagi dalam Pemilu 2004 walaupun ada parpol yang sama sekali tidak mempunyai perolehan kursi di DPR/DPRD. Partai yang terlibat pada pertemuan yang diprakarsai Partai Keadilan dan Persatuan (PKP), yaitu Partai Keadilan (PK), Partai Demokrasi Kasih Bangsa, Partai Nahdlatul Umat, Partai Demokrasi Indonesia, Partai Bhinneka Tunggal Ika Indonesia, Partai Katolik Demokrat, Partai Daulat Rakyat, Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia, Partai Persatuan, Partai Syarekat Islam Indonesia, Partai Nasional Indonesia Massa Marhaen, Partai Nasional Indonesia Front Marhaenis, Partai Politik Islam Indonesia Masyumi, dan Partai Kebangkitan Umat.
Tahun 2003
9 Februari 2003
Ratusan ribu massa PK berunjuk rasa menolak serangan AS ke Irak di sepanjang Jl. MH Thamrin hingga kedubes AS.
20 Maret 2003
Sekali lagi, PK bersama PKS menggelar aksi damai menentang serangan AS ke Irak di sepanjang Jl. MH Thamrin hingga kedubes AS. Aksi diikuti oleh 30.000 massa.
30 Maret 2003
Umat' dari Bunderan HI hingga kedubes AS, Jakarta. Aksi ini merupakan aksi terbesar sepanjang massa dan mampu mengusik para pemimpin dunia.
17 April 2003
Musyawarah Majelis Syuro XIII Partai Keadilan yang berlangsung di Wisma Haji Jawa Barat, Bekasi, merekomendasikan PK untuk bergabung dengan PKS.
20 April 2003
Deklarasi DPP PKS di Silang Monas, Jakarta, yang dihadiri oleh 40.000 massa.
26 Mei 2003
PK dan PKS mendeklarasikan Crisis Centre untuk Rakyat Aceh (CCRA) di halaman Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta. CCRA dimaksudkan untuk membantu rakyat Aceh yang tengah dilanda konflik berkepanjangan.
4 Juni 2003 DPP PKS dinyatakan lulus verifikasi oleh Depkehham. Verifikasi dilakukan di kantor sekretariat Jl. Mampang Prapatan VIII No. R-2, Jakarta.
5 Juni 2003 PK selenggarakan acara ‘Silaturahim Nasional Anggota Legislatif Partai Keadilan' di Wisma DPR, Cikupa, Cisarua, Bogor, yang diikuti oleh 180 anggota dewan dari seluruh Indonesia.
8 Juni 2003 PKS gelar ‘Dzikir dan Doa untuk Rakyat Aceh' di halaman Masjid Agung Al Azhar, Jl. Pattimura, Kebayoran Baru, Jakarta, diikuti oleh ribuan massa.
10 Juni 2003
PK bersama PKS melakukan aksi demonstrasi di depan Gedung MPR/DPR Jl. Gatot Subroto, Jakarta, untuk mendukung disahkannya RUU Sisdiknas oleh DPR RI.
2 Juli 2003 Partai Keadilan Sejahtera (PK Sejahtera) telah menyelesaikan seluruh proses verifikasi Departemen Kehakiman dan HAM (Depkehham) di tingkat Dewan Pimpinan Wilayah (setingkat Propinsi) dan Dewan Pimpinan Daerah (setingkat Kabupaten/Kota). Ini berarti PK Sejahtera telah melengkapi 100% persyaratan verifikasi Depkehham.
3 Juli 2003 PK bergabung dengan PKS yang dilakukan di kantor pengacara Tri Sulistyowarni di Pamulang, Tangerang. Dengan penggabungan ini, seluruh hak milik PK menjadi milik PKS, termasuk anggota dewan dan para kadernya.
20 Juli 2003
Musyawarah Majelis Syuro I PKS yang berlangsung di Ruang Binasentra, Kompleks Bidakara, Jakarta, menetapkan delapan kriteria Calon Presiden (Capres) RI versi PKS. Selain itu dicanangkan juga mekanisme pemilihan capres melalui Jaring Capres Emas.
22 Juli 2003
Ribuan massa PKS melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog), Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. PKS menolak kebijakan Bulog seperti beras impor dan dana talangan Sukhoi yang dinilai menyengsarakan ribuan petani.
8 Agustus 2003
2004. Acara berlangsung di Aula Masjid Baitussalam, Duren Tiga, Jakarta.
2.6 Hasil Keputusan Pansus Century
Terdapat 2 Opsi yang diajukan untuk voting:
1. Opsi A berisi sejumlah kesimpulan yakni munculnya permasalahan bank
Century akibat dari merger/akuisi Bank Pikko, Bank CIC dan Bank
Danpac. Kebijakan Bank Indonesia yang menyatakan bahwa krisis Bank
Century berdampak sistemik hanya berdasarkan Perppu No 4/2008, dan
Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) juga menggunakan Perppu
yang sama untuk menetapkan krisis Bank Century berdampak
sistemik.Penetapan ini disertai data-data yang cukup namun Pansus tidak
menemui adanya aliran dana pada salah satu partai dan pasangan calon
presiden. Melalui ini Pansus menyerahkan penilaian kasus Bank Century
pada lembaga hukum.
2. Opsi C berisi kesimpulan yang lebih tegas, Patut diduga terjadi
penyimpangan dalam proses pengambilan kebijakan oleh otoritas moneter
dan fiskal yang diikuti banyak penyalahgunaan mulai dari akuisisi merger,
pemberian FPJP, PMS hingga tahap aliran dana. penyalahgunaan ini
mengikutsertakan pemilik saham dan manajemen Bank Century. Kasus
Bank Century merupakan perbuatan melanggar hukum yang
berlanjut/penyalahgunaan wewenang oleh pejabat otoritas moneter dan
fiskal sehingga dapat di kelo